kopiiian
-
Upload
shawn-dyer -
Category
Documents
-
view
68 -
download
3
Transcript of kopiiian
ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)
Status Pasien Ruang Rawat Kardio Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam
Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/ SMF Bagian Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala RSUD dr.Zainoel
Abidin Banda Aceh
Disusun oleh :
Ressy Permatasari (0707101010037)
Pembimbing:
dr. Nurkhalis, Sp. JP-FIHA
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULARFAKULTAS KEDOKTERAN UNSYIAH-BPK RSUZA
BANDA ACEH2012
Referat dan Presentasi Kasus
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
BAB IV
STATUS PASIEN RUANG RAWAT
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI BPK RSUZA
BANDA ACEH
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Simpang Mamplam, Seulanga
Suku : Aceh
Tgl. Masuk : 10 Oktober 2012
Tgl Pemeriksaan : 12 Oktober 2012
II. VITAL SIGN
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Heart Rate : 86 x/ menit 0C(regular)
Respiratory Rate : 26 x/menit
Temperature : 36,7 0C
III. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Sesak Nafas
B. Keluhan Tambahan
Lemas, cepat lelah
17
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami sejak ± 2 minggu, dan
memberat dalam satu minggu ini. Sesak napas dikeluhkan memberat bila pasien
beraktifitas, seperti berjalan ke kamar mandi. Pasien juga mengeluh sering terbangun
tengah malam karena sesak nafas dan merasa lebih nyaman tidur jika menggunakan
beberapa bantal atau dengan posisi setengah duduk. Pasien juga sering merasa lemas
dan cepat lelah sejak 2 minggu ini. Keluhan tungkai bawah bengkak disangkal.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 10 hari ini dengan dahak
berwarna putih kental. Riwayat demam disangkal, riwayat pusing, mual dan muntah
disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (+) sejak 15 tahun yang lalu, tidak kontrol teratur.
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Pasien didiagnosa PPOK sejak 1 tahun yang lalu dan kontrol teratur dengan
spesialis paru
E. Riwayat Pemakaian Obat :
pasien tidak ingat nama obatnya
F. Riwayat Penyakit Keluarga :
Disangkal
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
- Mata : Reflek cahaya (+/+)
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : Secret (-/-), perdarahan (-/-), tanda radang
(- /-)
- Hidung : Secret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-)
- Lidah : Beslag (-), tremor (-), papil lidah atrofi (-)
- Tenggorokan: Tonsil dalam batas normal
18
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Faring hiperemis (-)
2. Leher : TVJ R- 2cm H2O
Pembesaran KGB (-), Kelenjar tiroid (tidak
teraba), Trakea (letak medial).
3. Axilla : Tidak ada pembesaran KGB
4. Thoraks Depan
Inspeksi
simetris, (+) retraksi (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Parutengah Meningkat Meningkat
Lap.Paru bawah Meningkat Meningkat
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Parutengah Sonor memendek Sonor memendek
Lap.Paru bawah Sonor memendek Sonor memendek
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Lap.Paru bawah Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(+) Rh(-) , Wh(+)
Lap. Paru tengah Rh(+) , Wh(+) Rh(+), Wh(+)
Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(+) Rh(+), Wh(+)
5. Thoraks Belakang
Inspeksi
simetris, retraksi (-)
19
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Parutengah Meningkat Meningkat
Lap.Paru bawah Meningkat Meningkat
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Parutengah Sonor memendek Sonor memendek
Lap.Paru bawah Sonor memendek Sonor memendek
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Lap.Paru bawah Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(+) Rh(-) , Wh(+)
Lap. Paru tengah Rh(+) , Wh(+) Rh(+), Wh(+)
Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(+) Rh(+), Wh(+)
6. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba ICS V dua jari lateral midclavicula
sinistra
Perkusi : batas-batas jantung:
- Atas : ICS III
- Kiri : dua jari ke arah lateral garis linea midklavikula sinistra
- Kanan: dua jari lateral garis parasternal dekstra
20
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising(-), gallop (-)
7. Abdomen
o Inspeksi : Simetris, distensi (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-) , Hepar dan Lien tidak teraba
o Perkusi : Tympani (+)
o Auskultasi : Peristaltik (N)
8. Ekstremitas
• Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-), motorik 5555|
55555, sensorik dalam batas normal
• Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-), motorik 4444|
4444, sensorik dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah lengkap
Jenis pemeriksaan 11 Oktober 2012 Nilai Rujukan
Haemoglobine 11,2 gr/dl 12-14 gr/dl
Leukosit 4.800/ul 4,1-10,5.103/ul
Trombosit 199.000/ul 150-400.103/ul
Hitung jenis 3/0/2/72/21/4 3/1/6/50/70/40/8
LED 84 mm/jam 0-20 mm/jam
Ureum 42 mg/dl 20-45 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl
Hematokrit 32 % 40-55%
Asam urat 11,2 1,5-6 mg/dl
Total Kolesterol 225 <200 mg/dl
HDL 51 >45 mg/dl
LDL 156 <150 mg/dl
Trigliserida 89 30-200 mg/dl
KGDS 110 <200 mg/dl
21
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
EKG
Tanggal 10 Oktober 2012
Interpretasi :
1. Irama : Sinus
2. Qrs rate : 88 x/menit
3. Regularitas : Regular
4. Interval PR : 0,16 s
5. Axis : Normoaxis
6. Morfologi
- Gel P : 0,06
- Kompleks QRS : QRS durasi 0,08 s
- Segmen ST :
ST elevasi : -
ST depresi : -
- T inverted : -
- Q patologis : -
- Hipertrofi : Hipertrofi ventrikel kiri
- VES : dijumpai di lead II panjang
7. Kesan : Abnormal EKG, hipertrofi ventrikel kiri dengan VES
Tanggal 12 Oktober 2012
22
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Interpretasi :
1. Irama : Sinus
2. Qrs rate : 92 x/menit
3. Regularitas : Regular
4. Interval PR : 0,18 s
5. Axis : Normoaxis
6. Morfologi
- Gel P : 0,06
- Kompleks QRS : QRS durasi 0,08 s
- Segmen ST :
ST elevasi : -
ST depresi : -
23
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
- T inverted : -
- Q patologis : -
- Hipertrofi : Hipertrofi ventrikel kiri
- VES : -
7. Kesan : Abnormal EKG, hipertrofi ventrikel kiri
Foto Thoraks
Tanggal 10 Oktober 2012
Bacaan:
Trakea : Normal, Tidak mengalami deviasi
ICS kiri dan kanan : Sejajar, Tidak ditemukan adanya penyempitan
Cor : Membesar kekiri
Bentuk Jantung normal, Pinggang jantung tidak
nampak jelas, dan tidak ada terlihat bentuk jantung
seperti sepatu, batas kanan jantung di linea parasternal
kanan. CTR : (15+9,25)/ 33 x 100% =73,4 %
Aorta : sulit dinilai
Pulmo : Corakan paru sulit dinilai karena faktor ekspose foto
teralu berlebihan.
24
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Batas paru:
Apex : Puncak paru sampai clavicula
Atas : Clavicula sampai costa II depan
Tengah : costa II-IV
Bawah : costae IV- Diafragma
Sinus costophrenicus: dextra dan sinistra tajam
Sinus cardiophrenicus: dextra dan sinistra tajam
Diafragma : Normal diafragma dextra lebih tinggi dari sinistra
Kesimpulan : Kardiomegali (CTR = 73,4 % )
Echocardiografi
Tanggal 12 Oktober 2012
Interpretasi :
- Ejection Fraction 30%
25
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
- LVH eksentrik dengan gangguan relaksasi dan global hipokinetik-diskinetik
di antreroseptal.
VII. DIAGNOSA
ADHF wet and warm pada CHF ec HHD + Hipertensi stage I + Sindroma
Obstruksi dd 1. PPOK
2. BE dengan atelektasis
VIII. PENATALAKSANAAN
UMUM
- Bedrest/ istirahat- O2 2 L/menit- Diet Jantung II 1500 kkal- Rawat bersama paru
● KHUSUS
- Furosemide 1 x 40mg- Amlodipine 1 x 5 mg- Lisinopril 1 x 10 mg - Bisoprolol fumarat 1 x 2,5 mg- Trombo Aspilet 1 x 80mg- ISDN 5 mg (K/P)- Nebule ventolin 1 resp / 8 jam- Nebule flexotide 1 resp/12 jam
EDUKASI
- Perbanyak istirahat
- Mobilisasi bertahap
- Hindari makanan berlemak dan mengandung garam yang berlebih
- Minum obat yang teratur
IX. PERENCANAAN
Konsul Rehabilitasi Medik
Konsul Saraf
USG Dopler ekstremitas
26
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Sanactionam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
ANALISA KASUS
Gagal jantung merupakan suatu keadaan secara patofisiologis ditandai dengan
abnormalitas fungsi jantung, kegagalan pemompaan jantung dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau gangguan kemampuan dalam fase diastolik. Hal
ini dapat disebabkan oleh kegagalan otot jantung maupun dalam keadaan dimana fungsi
jantung mendekati normal dengan kebutuhan metabolisme jaringan yang tinggi 1.
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,
gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload.Keadaan ini dapat
menyebabkan kematian pada pasien.6
Penyebab daripenyakit kardiovaskular bersifat multifaktorial.Beberapa
faktorberhubungan dengangaya hidup, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan
kebiasaan diet, dan hal ini dapat dimodifikasi. Faktor risiko lainyang jugadapat
dimodifikasi, seperti tekanandarah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, dandyslipidaemia,
atau yang tidak dapat dimodifikasi, seperti usiadan jenis kelaminlaki-laki.3
Penyakit jantung koroner pada Framingham Study dikatakan
sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada
wanita.4 Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga
merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari
gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol
total dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko
independen perkembangan gagal jantung 4
Status perfusi ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit,
pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan penurunan
kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak disebut
kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak
disebut panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderta dibagi menjadi empat
kelas, yaitu:
27
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
- Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
- Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
- Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
- Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold) 6
Gejala utama ADHF antara lain sesak napas, kongesti, dan kelelahan yang
sering tidak spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejala – gejala ini juga dapat
disebabkan pleh kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung, komplikasi yang
diidentifikasikan pada pasien dengan gejala ini. variasi bentuk penyakit pulmonal
termasuk pneumonia, penyakit paru reaktif dan emboli pulmonal, mungkin sangat sulit
untuk dibedakan secara klinis dengan gagal jantung 5.
Dari hasil anamnesis terhadap pasien didapatkan:
Sesak napas yang dialami sejak ± 2 minggu, dan memberat dalam satu minggu
ini.
Aktivitas memperberat sesak nafas
Terbangun tengah malam secara tiba-tiba dan mengalami sesak nafas
Batuk berdahak
Rasa cepatlelah, memberat dengan aktivitas
Riwayat hipertensi sejak 15 tahun dan tidak kontrol teratur
Gejala-gejala gagal jantung pada pasien ini dapat timbul karena menurunnya
curah jantung disertai mekanisme kompensasi jantung. Di samping itu juga terjadi
peningkatan tekanan intrapulmonal
Dispnea, atau perasaan sulit bernapas ditemukan pada pasien. Dispnea
disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan akibat kongesti vaskuler paru yang
mengurangi kelenturan paru dan pada akhirnya menurukan perfusi jaringan perifer.
Meningkatnya tahanan aliran udara juga menimbulkan dispnea. Kongesti paru yang
berasal dari peningkatan tekanan hidrostatik mengakibatkan terjadinya edema
interstisial. Dengan terjadinya edema interstitial, maka pergerakan alveoli akan
terganggu sehingga proses pertukaran udara juga akan terganggu. Penderita akan
merasa sesak nafas desertai dengan nadi yang cepat. Bila ekstravasasi cairan sudah
memasuki rongga alveoli, maka akan terjadi edema paru dengan gejala sesak nafas yang
hebat, takikardi, tekanan darah menurun dan jika tidak dapat diatasi maka akan terjadi
syok kardiogenik.
28
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Dispnea de effort menunjukkan gejala awal dari gagal jantung kiri.Hal ini
dikarenakan jantung tidak bereaksi dengan normal ketika ada beban tambahan seperti
aktivitias dimana pada kondisi gagal jantung yang berat cardiac output yang
dikeluarkan oleh jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen saat aktifitas.
Hal ini terjadi dikarenakan mekanisme kompensasi yang ada sudah dipakai untuk
mempertahankan curah jantung selama istirahat. Bila cardiac output tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, maka jantung akan memakai mekanisme
kompensasi. Mekanisme kompensasi ini sebenarnya sudah dan selalu dipakai untuk
mengatasi beban kerja ataupun selama sakit. Bila mekanisme ini sudah dipakai secara
maksimal maka akan timbul gejala akibat dari sistem kompensasi yang tidak berjalan,
yaitu dyspnea de effort.
Orthopnea (atau dispnea saat berbaring) hal ini disebabkan pada saat berdiri
terjadi penimbunan cairan di kaki dan perut.Pada waktu berbaring maka cairan ini
kembali ke pembuluh darah balik dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan
pengisian ventrikel kiri sehingga terjadi sesak nafas.Derajat orthopneu dapat dinilai
dengan banyaknya bantal yang digunakan oleh penderita.
Timbulnya ronkhi yang disebabkan oleh transudasi cairan paru adalah ciri khas
dari gagal jantung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Batas jantung
o Atas : ICS III
o Kiri : dua jari ke arah lateral garis linea midklavikula sinistra
o Kanan : dua jari lateral garis parasternal dekstra
Auskultasi : Ronkhi basah basal pada daerah basal paru bilateral
Pada perkusi ditemukan batas jantung melebar, hal ini bisa diartikan
bahwasanya pada pasien ini telah terjadi kardiomegali akibat dari kompensasi jantung
untuk meningkatkan cardiac output. Mekanisme kompensasi mencakup mekanisme
Frank-Starling, hipertrofi ventrikel dan aktifasi neurohormonal. Pada awalnya hipertrofi
ventrikel ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat, tetapi efek dari
hipertrofi jantung harus diikuti oleh peninggian tekanan diastolik ventrikel yang lebih
tinggi dari normal, dengan demikian tekanan atrium juga meningkat, akibat dari
29
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
kekakuan dinding yang mengalami hipertrofi, yang pada akhirnya menurunkan cardiac
output.
Pada auskultasi paru didapatkan ronchi basal sebagai akibat ekstravasasi cairan
dari kapiler paru ke alveoli akibat peningkatan tekanan ventrikel kiri.
Hasil anamnesis pada pasien ini, pasien telah menderita hipertensi sejak 15
tahun yang lalu namun tidak terkontrol dengan baik. Hal ini menjadi salah satu faktor
predisposisi gagal jantung pada pasien ini.Berdasarkan sebuah studi dari Framingham,
hipertensi menyumbang sekitar seperempat darikasus gagal jantung12. Pada populasi
usia lanjut, sebanyak 68% kasus gagal jantung dikaitkan dengan hipertensi.13 Studi
berbasis masyarakat telah menunjukkan bahwa hipertensi dapat berkontribusi bagi
perkembangan gagal jantung sebanyak 50-60% dari pasien.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan
diagnosis gagal jantung.Pada foto thoraks didapatkan 73,4 % yang menunjukkan
terdapat kardiomegali pada pasien ini. Dari pemeriksaan EKG 12 lead ditemukan
abnormalitas EKG berupa ventrikel kstra sistol dan hipertrofi ventrikel kiri.
Tujuan pengobatanpada pasien dengan gagal jantung adalah untuk meringankan
gejala dan tanda-tanda, mencegah dirawat di rumah sakit, dan meningkatkan
kelangsungan hidup. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung
meliputi penalaksanaan secara non farmakologis dan secara
farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan saling melengkapi
untuk penatlaksaan paripurna penderita gagal jantung.
Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut dan kronik ditujukan
untuk memperbaiki gejala dan progosis, meskipun penatalaksanaan
secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi.
Sehingga semakin cepat kita mengetahui penyebab gagal jantung
akan semakin baik prognosisnya 6,10
Usaha pertama dalam penanggulangan gagal jantung kongestif ialah mengatasi
sindrom gagal jantung yaitu meningkatkan cardiac output dan menurukan ventricular
filling pressure. Kemudian mengobati faktor presipitasi seperti artimia, anemia, infeksi
dan lain-lain.
Pemberian antikoagulan diberikan pada penderita dengan fibrilasi atrium,
gangguan fungsi sistolik berat dengan dilatasi ventrikel.10
30
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Pemberian loop diuretik intravena seperti furosemid akan menyebabkan
venodilatasi yang akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis. Loop diuretik
juga meningkatkan produksi prostaglandin vasdilator renal. Efek ini dihambat oleh
prostaglandin inhibitor seperti obat antiflamasi non steroid, sehingga harus dihindari
bila memungkinkan.6
Berdasarkan pathogenesis dan patofisiologis yang telah diuraikan pada pasien
ini, konsep terapi farmakologis yang diberikan adalah:
1. Meunrunkan preload melalui pemberian diuretik, dimana pada pasien ini dipilih
golongan furosemide (loop diureik) dibandingkan thiazide, hal ini dikarenakan efek
kerja dari furosemide lebih cepat (30 menit setelah pemberian, masa kerja 4-6 jam)
dan efeknya kuat dibandingkan thiazide.Thiazide kurang efektif fiberikan pada
pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal.
2. Mencegah myocardial remodeling dan menghambat progresifitas gagal jantung
dengan memberikan ACE Inhibitors
3. Meningkatkan ejection fraction dengan penggunaan Beta Blocker.
Algoritma terhadap acute decompensated heart failure yang digunakan untuk
mengevaluasi diagnostik dan prognostik pasien dengan ADHF antara lain yaitu :
31
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Gambar 2. Algoritma untuk stabilisasi awal pada acute decompensated heart failure di
instalasi gawatdarurat 11.
32
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
BAB IV
KESIMPULAN
Gagal jantung merupakan tahap akhir penyakit jantung yang
dapat menyebabkan meningkatnya mortalitas dan morbiditas
penderita penyakit jantung. Hal ini dapat disebabkan oleh kegagalan otot
jantung maupun dalam keadaan dimana fungsi jantung mendekati normal dengan
kebutuhan metabolisme jaringan yang tinggi. Sangat penting untuk
mengetahui gagal jantung secara klinis. Diagnosis dapat ditegakkan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Penatalaksanaan
meliputi penanganan gagal jantung kronik dan gagal jantung akut,
dengan penanganan non medikamentosa, dengan obat – obatan
serta dengan menggunakan terapi invasif.
33
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Dumitru, I. et al. Heart Failure. Medscape. [Online] Oktober 4, 2012. [Cited: October 20 , 2012.] http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview.
2. Crouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E. Applying Consensus Guidelines in the Management of acute decompensated heart failure. California : 41st ASHP Midyear Clinical Meeting. [Online] 2006. [Cited: October 20, 2012.] www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf.
3. McMurray, J., Adamopoulos, S., Anker, S., et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment. United Kingdom : The European Society of Cardiology 2012., 2012, Vol. 33. 1787–1847.
4. Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH.ABC of heart failure: History and epidemiology. 320, s.l. : BMJ, 2000. 39-42.
5. Lindenfeld J. Evaluation and Management of Patients with Acute Decompensated Heart Failure. Journal of Cardiac Failure [serial on the internet. [Online] Juni 2010 . [Cited: Oktober 20, 2012.] http://www.heartfailureguideline.org/.
6. Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan R, Rifqi S, Soerianata S. Diagnosis dan Tatalaksana Praktis Gagal Jantung Akut. 2007.
7. McBride BF, White M. Acute Decompensated Heart Failure: Pathophysiology. Journal of Medicine. [Online] 2010. [Cited: October 20, 2012.] http://www.medscape.com/viewarticle/459179_3.
8. Hollander JE. Current Diagnosis of Patients With Acute Decompensated Heart Failure. [Online] Philadelphia : Departement of Emergency Medicine University of Pennsylvania, 2001. [Cited: Oktober 20, 2012.] www.emcreg.org.
9. Tallaj JA, Bourge RC. The Management of Acute Decompensated Heart Failure. [Online] Birmingham : University of Alabama, 2003. [Cited: Oktober 20, 2012.] http://www.fac.org.ar/tcvc/llave/c038/bourge.PDF.
10. Gibbs CR, Jackson G, Lip GYH. ABC of heart failure: non-drug management. BMJ, 2000, Vol. 320. 366-9.
11. Kirk JD. Acute Decompensated Hheart Failure: Novel Approaches To Cclassification And Treatment. [Online] Philadelphia : Departement of Emergency
34
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Medicine University of Pennsylvania, 2004. [Cited: Oktober 20, 2012.] www.emcreg.com
12. Kannel WB, Cobb J. Left ventricular hypertrophy and mortality--results from the Framingham Study. Cardiology. 1992;81(4-5):291-8
13. Yamasaki N, Kitaoka H, Matsumura Y, et al. Heart failure in the elderly. Intern
Med. May 2003;42(5):383-8.
35
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
FOLLOW UP HARIAN
Ny. R, 75 tahun
Tanggal Vital sign Subjective Objective Assesment Planning
10-10-2012(Hari 0)
KU : lemahKes : CMTD : 180/100 mmHgHR : 90 x/menitRR : 28 x/ menitSuhu : 36,8 0C
Sesak nafas (+), nyeri dada (+),lemah (+), batuk berdahak berwarna putih (+)
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : cekung (-/-)konj.pucat (-/--)
Sklera ikt (-/-)Telinga : serumen (-)Hidung : sekret (-), NCH (-)Mulut : bibir : pucat (-),
sianosis (-) Lidah : beslag (-),Geligi :
karies (-) Faring : hiperemis (-)
Leher : TVJ R-2 cmH2OThorax : Simetris, retraksi (-)Paru-paru : vesikuler
(+/+),Rh (+/+), wh (+/+)
Jantung : bj 1 > bj II, bising (-), gallop (-)
Abdomen : distensi (-), peristaltik (N)
Hepar/Lien : tidak terabaEkstremitas atas : edema -|-, pucat -|-,
sianosis -|-Ekstremitas bawah :edema -|-,
Diastolic Heart Failure fc NYHA IV ec. HHD + Hipertensi Stage II + COPD
Perencanaan Diagnostik:EKGFoto thoraksLab darah lengkapRawat bersama paru
Terapi :- Tirah Baring posisi semi fowler
- Oksigen 3-5 L/menit
- Pasang three way- Captopril 3 x 12,5 mg
- Divask 1 x 5 mg- ISDN 3 x 5 mg- Nebule ventolin 2,5 cc/ 8 jam
- Nebule flexotide 2,5 cc/8 jam
36
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
pucat -|-, sianosis -|-
EKG :- Irama: Sinus - Gel P: 0,06 S- QRS rate: 88 x/i- Axis: Normal- Interval PR: 0,16 S- Komplek QRS: 0,08 S- ST elevasi : -- ST depresi : -- T Inverted: -- Q patologis : -- Hipertrofi : +- VES : +- Kesan: Hipertrofi ventrikel kiri dengan VES
Foto Thoraks : kesankardiomegali dengan VES
Lab darah (10/10/12) :- Hb : 11,2 g/dl- L : 6500 /ul- Ht : 33%- GDS : 110 mg/dl- Ur : 42 mg/dl- Cr : 0,9 mg/dl
37
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
11-10-2012(Hari 1)
KU : lemah Kes : CMTD : 140/80 mmHgHR : 82 x/menitRR : 24 X/ menitTemp : 36,3 0C
Sesak nafas (+), nyeri dada berkurang, batuk berdahak berwarna putih (+), ke dua tungkai lemah
Kepala : tidak ditemukan kelainanMata : cekung (-/-)
konj.pucat (-/-) Sklera ikt (-/-)Telinga : serumen (-)Hidung : sekret (-), NCH (-)Mulut : bibir : pucat (-),
sianosis (-) Lidah : beslag (-),Geligi :
karies (-) Faring : hiperemis (-) Leher : TVJ R-
2cmH2OThorax : Simetris, retraksi
(-)Paru-paru : bronkovesikuler
(+/+), rh (+/+), wh (+/+),
Jantung : bj 1 > bj II, bising (-), S3 (+)
Abdomen : simetris, distensi (-), nyeri tekan (-), timpani, peristaltik (N)
Ekstremitas atas : edema -|-, pucat -|-,
sianosis -|-Ekstremitas bawah :edema -|-, pucat -|-,
sianosis -|-
Diastolic Heart Failure fc NYHA IV ec. HHD + Hipertensi Stage II + COPD
Terapi :
- Tirah baring posisi semi fowler
- O2 3 L/menit- Captopril 3 x 25 mg
- ISDN 3 x 5 mg- Divask 1 x 5 mg (malam)
- Furosemid 2 x 40 mg
- Nebule ventolin 2,5 cc/8 jam
- Nebule flexotide 2,5 cc/ 8 jam
Perencanaan :- Ech
ocardiography
38
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
Tanggal Vital sign Subjective Objective Assesment Planning
12-10-2012(Hari 2)
KU : sedangKes : CMTD : 140/80 mmHgHR : 88 x/menitRR : 24 x/ menitSuhu : 36,5 0C
Sesak nafas berkurang, nyeri dada berkurang, batuk berdahak berwarna putih (+)
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : cekung (-/-)konj.pucat (-/--)
Sklera ikt (-/-)Telinga : serumen (-)Hidung : sekret (-), NCH (-)Mulut : bibir : pucat (-),
sianosis (-) Lidah : beslag (-),Geligi :
karies (-) Faring : hiperemis (-)
Leher : TVJ R-2 cmH2OThorax : Simetris, retraksi (-)Paru-paru : bronkovesikuler
(+/+), Rh (+/+), wh (+/+)
Jantung : bj 1 > bj II, bising (-), gallop (-)
Abdomen : distensi (-), peristaltik (N)
Hepar/Lien : tidak terabaEkstremitas atas : edema -|-,
Diastolic Heart Failure fc NYHA IV ec. HHD + Hipertensi Stage I + COPD
Terapi :- Tirah Baring posisi semi fowler
- Oksigen 3 L/menit- Captopril 3 x 2,5 mg
- Divask 1 x 5 mg (malam)
- ISDN 3 x 5 mg- Furosemid 2 x 40 mg
- Nebule ventolin 2,5 cc/ 8 jam
- Nebule flexotide 2,5 cc/8 jam
39
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR
BPK RSUZA BANDA ACEH
pucat -|-, sianosis -|-
Ekstremitas bawah :edema -|-, pucat -|-,
sianosis -|-
EKG :- Irama: sinus- Gel P: 0,06 detik- QRS rate: 92x/menit- Axis: normoaxis- Interval PR: 0,18 detik- Komplek QRS: 0,08 detik- ST elevasi : -- ST depresi : -- T Inverted: -- Q patologis : - - Hipertrofi : hipertrofi ventrikel kiri
- VES : -- Kesan: Abnormal EKG
dengan hipertrofi ventrikel kiri.
Echocardiography- EF 30%
- LVH eksentrik dengan
gangguan relaksasi dan
global hipokinetik-
40