Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

download Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

of 29

Transcript of Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    1/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    0

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    2/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    1

    BAB I

    INTRODUKSI

    Semacam Latar Belakang

    Bila berbicara mengenai koperasi tidak sedikit dari

    masyarakat kita yang masih salah paham. Baik itu secara definisi

    koperasi, prinsif sampai dengan implementasinya. Harus diakuibahwa perkoperasian di Indonesia memang belum lah begitu besar

    seperti koperasi-koperasi di negara lain. Mayoritas masyarakat

    selalu mengasumsikan koperasi hanyalah sebagai unit usaha kecil

    bagi orang kecil dan selamanya akan terus kecil. Koperasi dilihat

    hanya sebagai kegiatan mikro organisasi saja atau sebagai bentuk

    perusahaan biasa seperti halnya persero kapitalis atau bisnis miliknegara. Sungguh disayangkan kesalah-pahaman ini begitu terus

    mengakar dalam benak masyarakat sehingga menyebabkan ke-

    ogahan masyarakat untuk mengenal lebih dekat dengan koperasi.

    Padahal bila koperasi dipahami secara mendalam ternyata memiliki

    dimensi yang lebih kompehenrensif, baik itu makro-ideologi, mikro

    organisasi, sebagai gerakan perubahan sosial (social change

    movement) maupun ruang individualita. Penyebab ketidak-tahuan

    masyarakat akan koperasi secara detail memang perlu diakui karena

    faktor kurangnya sosialisasi pendidikan koperasi yang sejati bagi

    masyarakat dan ini pun tak luput dari keberhasilan pemerintahan

    orde baru yang mengkerdilkan makna dan nilai-nilai koperasi yang

    terus terbawa sampai sekarang.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    3/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    2

    Hasil poling yang pernah dilakukan oleh KOPKUN (Koperasi

    Kampus Unsoed) pada Bulan Desember 2009 sampai Januari 2010

    dengan pertanyaan yang mendasar Apa itu Koperasi ?

    memperlihatkan bahwa 60,9% dari 156 orang dari mahasiswa dan

    umum menjawab koperasi sebagai kumpulan modal (capital based

    association) sedangkan sisanya, 39,1% menjawab secara benar

    koperasi sebagai kumpulan orang1. Hal ini cukup memperlihatkan

    dengan tegas kalau kesalah-pahaman masyarakat sudah menjalar

    kemana-mana bahkan mahasiswa yang dimana selalu dianggap

    sebagai generasi intelektual juga malah ikut terjerumus dalam

    kesalah pahamanan tersebut. Ironis.

    Seperti yang telah diketahui bahwa pembangunan nasional

    kini menghadapi situasi yang sulit di sektor perekonomian.

    Tantangan ini diperparah oleh krisis ekonomi yang pernah dialamibangsa kita yang semakin memperburuk keadaan perekonomian

    masyarakat, khusunya masyarakat kecil. Sejatinya bangsa kita telah

    memiliki solusi yang merupakan warisan founding father yaitu

    berupa membangun perusahaan koperasi sebagai lembaga ekonomi

    rakyat yang mempunyai sifat self help and reliance organization.

    Indikator kemajuan sebuah negara demokrasi diantaranya

    yaitu tingginya tingkat partisapasi masyarakat dalam setiap bidang

    termasuk didalamnya yaitu partisapasi dalam bidang ekonomi.

    Tingkat partisipasi masyarakat akan sangat ditentukan oleh

    kemampuan dan kesempatan yang dimiliki oleh mereka secara

    1 KOPKUN : 2010 hal 15

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    4/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    3

    merata. Relevansi partisipasi masyarakat tentu akan bergantung

    dengan pemahaman masyarakat terhadap apa yang akan

    digelutinya. Maka dari itu menjadi sebuah PR besar bagi kita semua,

    bila pemahaman koperasi juga masih banyak yang salah kaprah

    bagaimana bisa partisipasi masyarakat yang akan menggeluti dunia

    perkoperasian meningkat ?.

    Globalisasi merupakan hal yang tak bisa terbantahkan untuk

    konteks kekinian. Fenomena globalisasi tak sekedar menjadiwacana yang diperdebatkan dalam diskursus publik, melainkan

    sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh sebagian besar

    Negara2. Sekarang seluruh umat manusia tidak lagi tersekat dan

    dibatasi oleh hanya garis teritorial. Walau di lain tempat satu sama

    lain bisa saling berjejaring dan berhubungan. Bahkan karena adanya

    arus globalisasi yang begitu kuat tentu sesuatu yang terjadi disatutempat bisa berdampak juga secara global. Contohnya beberapa

    waktu lalu saat krisis global yang awalnya mengerogoti Amerika

    Serikat juga berdampak belahan dunia lain termasuk negeri kita

    tercinta, Indonesia. Bahkan dampaknya telah sampai ke pelosok-

    pelosok desa dan begitu menghancurkan patron ekonomi desa.

    Seperti harga TBS (tandan buah segar) dan CPO merosot tajam

    sampai nilai Rp.150/kg yang sebelumnya rata-rata diatas

    Rp.2000an/kg. dilain pihak harga downstream product-nya seperti

    2 Nasution : 2008

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    5/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    4

    minyak goreng, margarine dan produk turunan lainnya yang dikuasai

    pemodal besar relatif stabil dan bahkan cenderung naik3.

    Globalisasi memang multidimensi namun tampaknya

    globalisasi ekonomi lah yang selalu menghegemoni di belahan dunia

    manapun. Dampaknya begitu terlihat nyata dan sangat terasa.

    Koperasi merupakan salah satu bagian dari penyelenggara

    perekonomian yang kini dihadapkan pada tantangan jangka panjang

    dunia yang semakin liberal dan kapitalsitik. Yang harus dihadapi olehkoperasi tiada lain adalah raksasa-raksasa kapitalisme semacam

    Mutinational dan Transnational Corporation(TNCs /MNCs) serta

    lembaga-lembaga keuangan dan perdagangan dunia seperti

    International Monetery Fund (IMF), World Bank, World Trade

    Organization(WTO).

    Globalisasi memang tak akan jauh dari dari arus kapitalisme

    dan liberalisasi. Adanya globalisasi memperlihatkan pada dunia

    tentang kontradiksi dan ketimpangan yang begitu mencolok yaitu

    yang kaya semakin kaya yang miskin terus menerus menjadi miskin

    dan semakin miskin. Globalisasi memang menjadikan mayoritas

    masyarakat tak berpunya didominasi oleh minoritas masyarakat

    berpunya. Pasar bebas (free market) sebagai topangan hidup

    kepentingan dari kapitalisme mendikte segala bentuk kehidupan

    masyarakat, dan termasuk dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara. Koperasi yang sejatinya terlahir pertama kali di dunia

    3Burhamzah, Insanial. 2009. Modal sosial Bangsa Untuk Menjawab

    Tantangan Sektor Riil & UKM dalam http://www.dekopin.coop/.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    6/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    5

    juga didorong oleh faktor kesengsaraan masyarakat karena

    keganasan kapitalisme tentu seharusnya bisa menjadi solusi guna

    mengalahkan kapitalisme, apalagi untuk negara kita yang sejatinya

    mayoritas penduduknya adalah pembenci penindasan.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    7/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    6

    BAB II

    KOPERASI, TAK KENAL MAKA KENALILAH

    Konsep Koperasi (Sejati)

    Koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang bersatu

    secara sukarela dan otonom dalam rangka mencukupi kebutuhan

    dan aspirasi sosial, ekonomi dan budaya secara bersama melaluiusaha yang dimiliki bersama dan dikelola secara demokratis. Titik

    tekan dari definisi itu adalah koperasi sebagai kumpulan orang atau

    people based association.4

    Definisi di atas memang masih definisi yang minimal. Bukan

    definsi yang tuntas dan rigid. Namun definisi di atas setidaknya

    menekankan pada empat hal, sebagai berikut:

    1. Koperasi adalah otonom, artinya sejauh mungkin dalam

    koperasi bebas dari intervensi pemerintah ataupun swasta

    dalam menyelenggarakan aktivitasnya.

    2. Koperasi adalah kumpulan orang, hal ini berarti bahwa

    koperasi memiliki kebebasan untuk mendefinisikan dirinyasebagai jenis koperasi tertentu yang sesuai dengan

    kebutuhan anggota-anggotanya yang berkumpul dan

    berserikat itu.

    4 KOPKUN ; 2010 hal 15.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    8/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    7

    3. Sukarela, bahwa keanggotaan koperasi didasari atas

    keinginan individu bukan paksaan orang atau lembaga

    tertentu. Juga bukan sebuah keanggotaan yang bersifat

    otomatis.

    4. Anggota berkumpul dalam rangka mencukupi kebutuhan

    sosial, ekonomi dan budaya berarti bahwa koperasi bukan

    semata mengelola usaha, melainkan juga memedulikan

    aspek sosial-budaya. Inilah yang membedakan koperasi

    dengan badan usaha lainnya.5

    Dari penekanan definisi di atas memperlihatkan betapa mulianya

    koperasi. Namun sayangnya masih banyak yang tidak

    mengetahuinya secara mendalam adapun justru yang ada adalah

    mereka orang-orang yang menyelewengkan makna dari koperasi.

    Meluruskan Kembali Kesalah-Pahaman

    Kehadiran koperasi di Indonesia tercermin dalam Undang-

    Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) dengan penjelasannya, bahwa

    perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas

    kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai itu adalah koperasi.Bunyi seperti ini mungkin saja pernah kita dengar saat kita masih

    duduk dibangku sekolah dasar atau saat sekolah menengah

    pertama. Namun terkait seluk beluknya tidak banyak dari

    masyarakat yang mengetahui dan memahaminya.

    5 Ibid

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    9/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    8

    Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya

    menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat kita yang terjebak

    dalam kesalah pemahaman mengenai perkoperasian. Hal mendasar

    berupa titik tekan dari definisi koperasi pun masih didominasi oleh

    masyarakat yang menyatakan bahwa koperasi itu adalah sekedar

    kumpulan modal (capital based association). Bahkan lebih tragis

    beberapa teman penulis sempat mengeluarkan statement bahwa

    koperasi itu bagian dari kapitalisme.

    Koperasi tidak hanya sekedar badan usaha namun juga

    didalamnya terdapat kekuatan ideologis yang kuat. Tujuannya pun

    begitu mulia yaitu mempebaiki dan memperkuat kondisi usaha

    pemodal atau memenuhi kepentingan ekonomi pemodal (anggota).

    Seperti awal mula lahirnya koperasi di Inggris yang dimana saat itu

    dua puluh delapan buruh tenun pada sebuah pabrik tekstil di

    Rochdale mendirikan koperasi untuk memperbaiki kualitas hidup

    mereka yang memprihatinkan karena adanya revolusi industri yang

    memunculkan kesenjangan antara kelas borjuis (para majikan dan

    pemilik pabrik) dan proletar (para buruh). Berberda dengan tujuan

    korporasi yang hanya ingin sekedar memperolah keuntungann

    sebesar-besarnya bagi pemilik modal saja. Begitu juga dalamkepemilikan, koporasi hanya dimiliki oleh segelintiran pemilik saham

    saja yang menetukan hak suaranya dalam korporasi (one share one

    vote) dan saham pun diperjual belikan berbeda dengan koperasi

    yang dimana tanggung jawab semua anggota sama, saham tidak

    menetukan besarnya hak suara (one man one vote) dan saham pun

    tidak diperjual belikan.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    10/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    9

    Untuk memperjelas perbedaan diantara kedauanya

    (koperasi dan korporasi) penulis mencantumkan bagan perbedaan

    mendasar koperasi dengan badan usaha lainnya, misal perusahaan

    swasta atau perseroan terbatas, sebagai berikut:

    Tabel : Perbedaan dari Corporation dan Cooperative

    No. Dimensi Swasta(Corporation)

    Koperasi(Cooperative)

    1. Basisorganisasi

    Berbasis modal Berbasis orang

    2. Pemilik Perseorangan Seluruh anggota

    3. Orientasi Profit bagi pemodal Manfaat bagianggota

    4. Kebijakantertinggi

    Pemegang sahamterbanyak

    Rapat AnggotaTahunan

    5. Hak suara One share one vote One man one vote

    6. Keuntungan Ke pemodal Ke seluruh anggota

    7. Peran modal Penentu (master) Pembantu (servant)

    8. Arah kebijakan Atas ke bawah (top-down)

    Bawah ke atas(bottom-up)

    9. Pengelolaan Sentralistik Demokratis

    10. Ruang gerak Semata ekonomi Sosial, ekonomi &budaya

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    11/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    10

    Dari sini semakin memperjelas substansi dari dimensi-

    dimensi yang dimiliki oleh koperasi yang membedakannya dengan

    korporasi. Koperasi mendasarkan diri pada asosiasi sukarela

    individu (people based association). Modal dalam koperasi hanya

    bersifat sebagai pembantu, bukan penentu. Hal ini ia buktikan bahwa

    proses pengambilan keputusan di koperasi menganut prinsip one

    man one vote, berbeda dengan itu perusahaan kapitalis menganut

    one share one vote. Dalam konteks lain, koperasi memberikan

    redistribusi ekonomi dalam bentuk economic patrone refundyang

    teknisnya disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Sedangkan perusahaan

    kapitalis jelas berorientasi profit dimana keuntungan tidak

    dikembalikan kepada konsumen melainkan kembali pada para

    pemilik modal (investor). Disini diharapkan tidak ada lagi statement

    ceroboh yang mengatakan bahwasanya koperasi itu sebagian dari

    kapitalisme.

    Urgensi Pelaksanaan Prinsip-prinsip Koperasi Universal

    Prinsip-prinsip koperasi merupakan pedoman dalam

    mengacu perkumpulan koperasi sesuai dengan nilai-nilai dasar

    koperasi. Hal ini menjadi penting guna sebagai dasar bagiperundang undangan koperasi. Prinsip koperasi layaknya jantung

    didalam tubuh manusia, tanpa adanya prinsip koperasi maka

    koperasi pun akan mati. Prinsip inilah juga yang lagi-lagi

    membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. Prinsip-prinsip

    koperasi beradaptasi mengikuti perkembangan zaman jadi

    senantiasa dikaji terus menerus secara dinamis dan jika diperlukan

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    12/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    11

    dikoreksi. Sampai akhirnya pada 1995 pada forum International

    Cooperative Alliance (ICA) di Inggris, ditetapkanlah tujuh prinsip

    koperasi yang sejati, sebagai berikut :

    1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

    Koperasi merupakan perkumpulan sukarela dan terbuka

    bagi semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasanya dan

    bersedia menerima tanggungjawab keanggotaan tanpa diskriminasi

    berdasar jenis kelamin, status sosial-ekonomi, afiliasi politik,

    pandangan ideologi, ras, agama6

    dan berbagai perbedaan-

    perbedaan lainnya.

    Dalam konteks praktek perkoperasian di Indonesia muncul

    ketidak konsistenan. Bisa dilihat di sekitar kita masih banyak

    koperasi-koperasi yang bersifat ekslusif. Mayoritas koperasi-kopersiyang muncul masih sangat terbatas bagi kelompok-kelompok

    tertentu.

    Dari sistem keanggotaannyapun juga terjadi secara tidak

    sukarela atau atas dasar kehendaknya secara bebas. Biasanya

    pada koperasi yang demikian sistem keanggotaannya terjadi secara

    otomatis. Oleh karena itu guna melaksanakan koperasi yang terbuka

    perlu adanya proses defungsionalisasi koperasi yang telah menjalar

    dalam tubuh perkoperasian di Indonesia.

    6 Nasution : 2008

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    13/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    12

    2. Kontrol oleh anggota secara demokratis

    Kata demokrasi sejatinya memiliki makna yang cukupkompleks. Demokrasi dalam koperasi merupakan suatu tugas yang

    panjang, sulit dan bernilai tinggi. Demokrasi juga sangat

    berpengaruh dalam hidup dan matinya koperasi.

    Koperasi adalah perkumpulan demokratis yang dikendalikan

    oleh anggotanya melalui partisipasi dalam menetapkan kebijakan-

    kebijakan koperasi. Dalam koperasi primer anggota-anggota

    mempunyai hak suara sama (satu anggota satu suara) dan koperasi

    pada tingkat lain diatur secara demokratis7.

    3. Partisipasi ekonomi anggota

    Anggota-anggota menyumbang secara adil dalam

    penyertaan modal mereka. Dalam konteks itu, biasanya anggota

    menerima kompensasi yang terbatas terhadap modal. Sedangkan

    pembagian keuntungan berupa Sisa Hasil Usaha atau SHU

    didasarkan pada prinsip keadilan yakni sesuai dengan tingkat

    partisipasi (transaksi) yang bersangkutan8. Partsipasi anggota juga

    sangat tergantung dengan loyalitas anggota dalam memakmurkan

    koperasinya. Maka dari itu anggota koperasi dituntut untuk terus

    setia dalam beraktifitas dengan koperasinya. Koperasi membagi

    keuntungan usaha dengan perimbangan: untuk pengembangan

    7Ibid

    8 Ibid

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    14/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    13

    koperasi, untuk dana cadangan, untuk pendidikan dan sisa yang

    dibagikan kepada anggota.

    4. Otonomi dan Kebebasan

    Koperasi bersifat otonom yang merupakan perkumpulan

    dalam rangka menolong diri sendri dan dikendalikan oleh

    anggotanya. Bila mengadakan kesepakatan-kesepakatan dengan

    pihak lain, maka harus diketahui dan dikendalikan oleh anggota

    serta tetap mempertahakan keotonomiannya. Koperasi di semua

    negeri akan sangat terpengaruh oleh kebijakan negara. Pemerintah

    menentukan kerangka hukum dimana koperasi dapat berfungsi di

    dalamnya. Dalam kebijakan perpajakan, ekonomi dan sosial,

    pemerintah dapat sangat membantu atau merusak, tergantung

    bagaimana tingkat intervensi mereka terhadap koperasi. Karena

    alasan tersebut setiap koperasi harus waspada dalam

    mengembangkan hubungan-hubungan terbuka dan jelas dengan

    pemerintah.

    Namun akan menjadi koperasi yang sangat ideal apabila

    koperasi benar-benar dilaksanakan dalam artian otonomi yang

    sebenar-benarnya, tanpa pengaruh intervensi manapun dari pihakluar termasuk didalamnya terkait dengan modal koperasi. Koperasi

    akan berdiri secara elegan apabila modal yang didapat berupa

    modal kolektif dari para anggota.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    15/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    14

    5. Pendidikan, Pelatihan dan Informasi

    Koperasi menyenggarakan pendidikan dan pelatihan bagianggota-anggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan

    sehingga mereka dapat memberikan informasi kepada masyarakat

    umum, khususnya orang-orang muda dan para pembentuk opini

    (opinion leader) mengenai sifat dan kemanfaat kerjasama.

    Prinsip inilah yang masih jarang dilaksankan secara

    sungguh-sungguh oleh koperasi-koperasi kita di Indonesia.Sehingga memunculkan para anggota yang pasif dan justru tidak

    mengerti sama sekali tentang koperasi yang sejati. Oleh karena itu

    demi memperoleh predikat koperasi asli nan sejati para pengurus

    koperasi jangan sampai mengabaikan sektor pendidikan bagi para

    anggotanya.

    6. Kerjasama Diantara Koperasi

    Dengan adanya prinsip ini koperasi akan lebih mampu

    memberikan pelayanan yang paling efektif kepada para anggota dan

    memperkuat gerakan koperasi. Adapun jalan yang digunakan

    dengan cara bekerjasama melalui struktur-struktur lokal, nasional,

    regional dan internasional.

    Kerjasama antarkoperasi ini bisa berbentuk federasi atau

    langsung antarkoperasi dalam menyelenggarakan aktivitas tertentu,

    misalnya proses pembelian barang bersama (join buying) yang akan

    mengefisienkan biaya operasional. Hal ini biasanya terjadi di

    koperasi konsumsi yang dimana pembelian dalam jumlah besar

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    16/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    15

    akan lebih menguntungkan daripada membeli barang secara

    terbatas dan sendiri-sendiri.

    Dalam tantangan globalisasi koperasi dipacu tidak untuk

    bisa bekerja sama dalam struktur internasional. Hal ini bukan suatu

    hal yang mustahil. Melihat perkembangan-perkembangan koperasi

    di dunia saat ini prinsif ke enam ini sangat memungkinkan untuk

    dilakukan. Namun untuk konteks Indonesia, kita memang masih

    belum mampu, jangankan internasional dalam tingkatan nasionalsaja bentuk kerja sama belum begitu terjalin. Tapi sekali lagi ini

    sama sekali bukan suatu hal yang tidak mungkin.

    7. Kepedulian terhadap komunitas

    Dalam prinsip ini mewajibkan koperasi yang sejati

    senantiasa mempunyai tanggungjawab khusus untuk menjaminbahwa pembangunan komunitasnya dalam konteks sosial, ekonomi

    dan budaya yang berkesinambungan. Koperasi mempunyai

    tanggungjawab untuk bekerja secara meyakinkan bagi perlindungan

    lingkungan bagi komunitasnya.

    Bentuk tanggungjawab tersebut termasuk didalamnya

    adalah peduli terhadap lingkungan hayati (ekologi). Koperasi yang

    berdiri di lingkungan tertentu tidak mengganggu bahkan merusak

    lingkungannya. Selain itu juga peduli terhadap budaya komunitasnya

    dimana koperasi berperan untuk menyuntikan gaya hidup yang baik

    dan berkelanjutan demi masa depan manusia dan peradaban di

    dunia ini.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    17/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    16

    Ketujuh prinsip di atas sekali lagi bukanlah ayat suci yang

    tak dapat direvisi. Dengan tingkat kemajuan dan perubahan sosial,

    sangat memungkinkan untuk menambah prinsip tersebut agar

    koperasi dapat hidup di tengah-tengah masyarakat tanpa

    meninggalkan nilai-nilai khasnya. Dalam prakteknya, beberapa kali

    terjadi revisi (pengurangan-penambahan) terhadap prinsip tersebut.

    Sampai akhirnya pada tahun 1995 pada forum ICA itu, tujuh prinsip

    seperti di atas adalah yang sampai saat ini dianggap mencukupi dan

    dapat diberlakukan di berbagai negara.

    Dari ketujuh prinsif di atas sedikit banyak telah merefleksikan

    koperasi ideal yang patut disosialisaikan kepada masyarakat umum

    agar tidak ada lagi kesalah pahaman masyarakat mengenai

    substansi koperasi yang sejati. Untuk memperjelas perbedaan dari

    koperasi semu (koperasi yang tidak menjalankan prinsip-prinsipkoperasi) dengan koperasi sejati di bawah ini penulis mencantumkan

    tabel perbedaannya.

    Tabel : Perbedaan Antara Koperasi Semu dan Koperasi Sejati

    No Koperasi Semu Koperasi Sejati

    1 Keanggotaan bersifat terbatasdan otomatis (adanyapemaksaan)

    Keaggotaan bersifatsukarela dan terbuka

    2 Kontrol oleh pengurus, anggotapasif.

    Kontrol oleh anggota secarademokratis

    3 Partipasi ekonomi anggotatidak loyal.

    Partisipasi ekonomi anggotaloyal.

    4 Koperasi diintervensi dansangat tergantung denganpihak luar (pemodal atau

    Koperasi bebas dan otonom

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    18/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    17

    pemerintah).5 Pendidikan dan pelatihan

    koperasi tidak berjalan

    Pendidikan dan pelatihan

    koperasi dilaksanakan6 Kerjasama diantara koperasitidak terjalin

    Kerjasama diantara koperasimelalui struktur-strukturlokal, nasional, regional daninternasional.

    7 Koperasi tidak peduli dengankomunitas lingkungannya.

    Koperasi sejati mempunyaitanggungjawab terhadapkomunitas lingkungannya

    Data diolah oleh penulis.

    Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Koperasi

    di Indonesia

    Penulis melakukan analisis SWOT terhadap eksistensi

    koperasi di Indonesia. SWOT adalah singkatan dari lingkungan

    internal Strengths dan Weackness serta lingkungan eksternal

    opportunitiesdan threats. Sehingga, analisis SWOT pada dasarnya

    merupakan perbandingan antara faktor internal kekuatan (strength)

    dan kelemahan (weackness) dengan faktor eksternal peluang

    (opportunities) dan ancaman (threats).

    Sebenarnya penulis mengakui bahwa melakukan analisis

    SWOT terhadap keseluruhan koperasi akan cukup beresiko. Resiko

    tersebut berupa kekhawatiran analisis akan terjebak dalam

    generalisasi. Generelisasi menjadi cukup beresiko karena melihat

    secara jumlah dan bentuk koperasi yang begitu luas dan berbeda-

    beda. Jenis pelayanannya atau sampai spectrum cakupan geografis

    pelayanan koperasi yang lebar, dari satu desa ke semua wilayah

    Negara.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    19/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    18

    Akan tetapi hemat penulis tak ada salahnya bila

    menganalsis koperasi secara keseluruhan. Bisa diambil manfaatnya

    sebagai indikasi tentang masalah yang dihadapi oleh koperasi yang

    bersangkutan. Berikut adalah hasil analisis yang berasal dari analisis

    penulis yang masih bersifat subjektif, jadi hasil ini masih sangat

    terbuka untuk dikritisi.

    Kekuatan (strength) yang pertamaadalah jumlah koperasi

    itu sendiri yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dengan jumlah yang sedemikian banyaknya tentu akan berpotensi dalam

    menggalangakan kekuatan-kekuatan koperasi di Indonesia. Kedua,

    begitu banyaknya lahan peluang usaha yang bisa di garap

    berdasarkan prinsif koperasi. Ketiga, perlu diakui pelayanan koperasi

    masih sangat dibutuhkan terutama koperasi simpan pinjam dan

    koperasi pertanian. Keempatyaitu masih banyaknya para pegiat danaktivis koperasi yang memiliki kualitas, loyalitas dan semangat yang

    tinggi.

    Bila berbicara kelemahan (weakness) harus diakui secara

    terbuka untuk konteks di Indonesia masih relatif kompleks. Pertama,

    yakni tingkat pemahaman anggota, pengurus dan pengawas

    maupun manajemen yang masih kurang baik tentang jati diri

    koperasi yang menyangkut definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip

    yang diakui (kesalah pahaman koperasi). Pemahaman yang kurang

    ini menjadikan banyak praktek koperasi yang keluar dari koridor

    koperasi. Kedua, yaitu keterjebakan koperasi kita dalam kultur top-

    down. Dimana penentuan dari berbagai keputusan di kopersi itu

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    20/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    19

    masih tidak otonom dan banyak pihak luar yang turut

    mengintervensinya. Ketiga yaitu cendrung kurang memadainya

    pelayanan koperasi yang diberikan kepada anggota dan masyarakat.

    Keempat, tidak begitu concernterhadap penelitian, pengembangan,

    pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan organisasi dan

    penciptaaan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan. Kelima, masih

    lemahnya jaringan kerjasama antara koperasi dan intansi

    pemerintah serta lembaga swasta dan badan usaha lainnya.

    Keenamyaitu kurangnya sosialisasi dan promosi koperasi.

    Keadaan yang bisa menjadi ancaman (threats) yaitu

    terbelenggunya kondisi negara kita oleh krisis ekonomi. Kemudian

    adanya permasalahan struktural yang tercipta dari implementasi

    sistem dan kebijakan makro yang tidak demokratis. Sistem ekonomi

    dan politik yang tidak demokratis dan tidak berkeadilan. Intervensikekuasaan yang biasanya demikian kepentingan status quo, serta

    intervensi lain yang biasanya dilakukan demi kegiatan politik praktis

    para pencari kekuasaan (power seeker). Masalah ini juga didampingi

    dengan kurangnya kemauan dan ketidak pedulian pemerintah

    terhadap masalah yang dihadapi oleh koperasi. Kemudian keadaan

    lain yang bisa menjadi ancaman adalah gejala global yang

    membesar-besarkan konsep persaingan dan semakin mengetalnya

    sifat individualisme dan hedonisme menjadikan koperasi turut pula

    mengalami keterpurukan. Masih berlakunya peraturan-peraturan

    warisan orde baru yang menghambat koperasi juga cukup bisa

    menjadi ancaman yang harus dihadapi.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    21/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    20

    Adanya globalisasi yang mempunyai dampak buruk ternyata

    bisa dijadikan sebagai suatu peluang (opportunities). Setidaknya

    dengan adanya globalisasi dapat menjadi stimulant kerja sama

    regional bahkan internasional yang dapat dilakukan oleh koperasi.

    Dampak positif globalisasi lain yakni begitu pesatnya perkembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi dan ini tentu bisa dijadikan peluang

    guna meningkatkan kinerjanya baik itu dalam hal manajemen,

    pelayanan, pemasaran, kerja sama dan yang lainnya. Selanjutnya

    hal yang dianggap peluang yaitu masih dirasa pentingnya peran

    koperasi dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    22/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    21

    BAB III

    OUTRO

    Strategi Pemberdayaan Koperasi di Era Globalisasi

    Penulis melakukan analisis SWOT terhadap eksistensi

    koperasi di Indonesia. SWOT adalah singkatan dari lingkungan

    internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal

    opportunitiesdan threats. Sehingga, analisis SWOT pada dasarnya

    merupakan perbandingan antara faktor internal kekuatan (strength)

    dan kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal peluang

    (opportunities) dan ancaman (threats).

    Dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengakui bahwa

    melakukan analisis SWOT terhadap keseluruhan koperasi akan

    cukup beresiko. Resiko tersebut berupa kekhawatiran analisis akan

    terjebak dalam generalisasi. Generelisasi menjadi cukup beresiko

    karena melihat secara jumlah dan bentuk koperasi yang begitu luas

    dan berbeda-beda. Jenis pelayanannya atau sampai spectrumcakupan geografis pelayanan koperasi yang lebar, dari satu desa ke

    semua wilayah negara.

    Akan tetapi hemat penulis tak ada salahnya juga bila harus

    menganalsis koperasi secara keseluruhan. Hal ini bisa diambil

    manfaatnya sebagai indikasi tentang masalah yang dihadapi oleh

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    23/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    22

    koperasi yang bersangkutan. Berikut adalah hasil analisis yang

    berasal dari analisis penulis yang masih bersifat subjektif, jadi hasil

    ini masih sangat terbuka untuk dikritisi.

    Kekuatan (strength) yang pertamaadalah jumlah koperasi

    itu sendiri yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dengan

    jumlah yang sedemikian banyaknya tentu akan berpotensi dalam

    menggalangakan kekuatan-kekuatan koperasi di Indonesia. Kedua,

    begitu banyaknya lahan peluang usaha yang bisa di garapberdasarkan prinsif koperasi. Ketiga, perlu diakui pelayanan koperasi

    masih sangat dibutuhkan terutama koperasi simpan pinjam dan

    koperasi pertanian. Keempatyaitu masih banyaknya para pegiat dan

    aktivis koperasi yang memiliki kualitas, loyalitas dan semangat yang

    tinggi.

    Bila berbicara kelemahan (weakness) harus diakui secara

    terbuka untuk konteks di Indonesia masih relatif kompleks. Pertama,

    yakni tingkat pemahaman anggota, pengurus dan pengawas

    maupun manajemen yang masih kurang baik tentang jati diri

    koperasi yang menyangkut definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip

    yang diakui (kesalah pahaman koperasi). Pemahaman yang kurang

    ini menjadikan banyak praktek koperasi yang keluar dari koridor

    koperasi. Kedua, yaitu keterjebakan koperasi kita dalam kultur top-

    down. Dimana penentuan dari berbagai keputusan di kopersi itu

    masih tidak otonom dan banyak pihak luar yang turut

    mengintervensinya. Ketiga yaitu cendrung kurang memadainya

    pelayanan koperasi yang diberikan kepada anggota dan masyarakat.

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    24/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    23

    Keempat, tidak begitu concernterhadap penelitian, pengembangan,

    pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan organisasi dan

    penciptaaan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan. Kelima, masih

    lemahnya jaringan kerjasama antara koperasi dan intansi

    pemerintah serta lembaga swasta dan badan usaha lainnya.

    Keenamyaitu kurangnya sosialisasi dan promosi koperasi.

    Keadaan yang bisa menjadi ancaman (threats) yaitu

    terbelenggunya kondisi negara kita oleh krisis ekonomi. Kemudianadanya permasalahan struktural yang tercipta dari implementasi

    sistem dan kebijakan makro yang tidak demokratis. Sistem ekonomi

    dan politik yang tidak demokratis dan tidak berkeadilan. Intervensi

    kekuasaan yang biasanya demikian kepentingan status quo, serta

    intervensi lain yang biasanya dilakukan demi kegiatan politik praktis

    para pencari kekuasaan (power seeker). Masalah ini juga didampingidengan kurangnya kemauan dan ketidak pedulian pemerintah

    terhadap masalah yang dihadapi oleh koperasi. Kemudian keadaan

    lain yang bisa menjadi ancaman adalah gejala global yang

    membesar-besarkan konsep persaingan dan semakin mengetalnya

    sifat individualisme dan hedonisme menjadikan koperasi turut pula

    mengalami keterpurukan. Masih berlakunya peraturan-peraturan

    warisan orde baru yang menghambat koperasi juga cukup bisa

    menjadi ancaman yang harus dihadapi.

    Adanya globalisasi yang mempunyai dampak buruk ternyata

    bisa dijadikan sebagai suatu peluang (opportunities). Setidaknya

    dengan adanya globalisasi dapat menjadi stimulant kerja sama

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    25/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    24

    regional bahkan internasional yang dapat dilakukan oleh koperasi.

    Dampak positif globalisasi lain yakni begitu pesatnya perkembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi dan ini tentu bisa dijadikan peluang

    guna meningkatkan kinerjanya baik itu dalam hal manajemen,

    pelayanan, pemasaran, kerja sama dan yang lainnya. Selanjutnya

    hal yang dianggap peluang yaitu masih dirasa pentingnya peran

    koperasi dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.

    Strategi Pemberdayaan Koperasi di Era Globalisasi

    Sampai detik ini kita harus mengakui dengan lapang dada

    bahwa kita akan merasa sangat kesulitan untuk menemukan contoh-

    contoh koperasi yang ideal di Indonesia. Dapat dimaklumi koperasi

    saat ini belum banyak mengangkat keunggulannya sebagai sebuah

    bangun perusahaan yang berkualitas di bandingkan dengan

    perusahaan atau badan usaha lainnya. Kebanyakan dari koperasi

    kita menjalankan praktek-praktek yang tak ada bedanya dengan

    perusahaan berbasiskan modal yang kapitalsitik. Peran pengurus

    koperasi seakan tak jauh berbeda seperti owner di dalam

    perusahaan-perusahaan berbasis modal Anggota pasif dan tak lebih

    hanya sebagai konsumen dan obyek saja. Maka dari itu perlu ada

    perombakan-perombakan total dan perubahan yang berarti yang

    dibalut dengan strategi-strategi khusus dalam permasalahan ini

    apalagi dihadapkan dengan desakan-desan globalisasi yang terus

    menerus mencengkram.

    Berbicara terkait dengan strategi pembedayaan memang

    akan cukup kompreherensif apalagi bila konteksnya adalah

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    26/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    25

    menghadapai globalisasi. Maka dari itu penulis hanya akan

    memaparkan strategi yang sejatinya lebih bersifat mendasar namun

    urgensitasnya tinggi. Pertama yaitu implementasikan otonomi

    koperasi. Sejauh mungkin dari intervensi pemerintah harus

    dihindarkan. Kita dapat belajar dari sejarah seperti saat di masa

    Orde Baru. Peranan pemerintah saat itu dalam pengembangan

    koperasi begitu cukup besar ,baik dalam penciptaan iklim maupun

    dalam penyediaan fasilitas, dan ini telah menciptakan sikap

    ketergantungan koperasi kepada pemerintah, sehingga koperasi

    tidak jauh bekrembang hanya sebagai alat pemerintah dan

    kehilangan sifat otonominya. Selama ini pembangunan koperasi

    seringkali dilakukan dengan pendekatan dari atas (topdown), hal ini

    perlu diubah secara signifikan menjadi pendekatan yang bersumber

    dari bawah (bottom up), sebagai organisasi ekonomi rakyat yang

    tumbuh dan berakar dalam masyarakat, dikelola oleh masyarakat

    sendiri, bagi kesejahteraan bersama.

    Strategi kedua adalah berkelanjutan dari strategi

    sebelumnya. Patutnya peran pemerintah hanya dititik-beratkan

    sebagai katalisator. Disini peran pemerintah hanya mencakup

    sebagai regulator semata tanpa harus memberikan intervensi

    berlebih dengan membuat instansi-instansi yang sesungguhnya

    tidak efektif. Misalkan peran pemerintah dalam fungsi regulasi hanya

    dibatasi pada pendaftaran, pemberian, dan pencabutan hak badan

    hukum, pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan

    peraturan perundang-undangan yang lain. Yang ketigaadalah harus

    terus berusaha dalam peningkatan partisipasi masyarakat dan

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    27/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    26

    anggota. Strategi ini bisa dibantu oleh pemerintah dengan bentuk

    sosialisasi dan promosi semenarik mungkin sehingga mengajak

    masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif didalam koperasi.

    Adapun partisipasi yang diwujudkan adalah partisipasi yang tak

    sekedar formalitas, namun dibutuhkan pula partisipasi berupa

    komitmen yang tinggi dan penyediaan program pendidikan koperasi

    yang konsisten.

    Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah terkait dengankeuangan koperasi. Maka dari itu strategi keempatadalah dengan

    mendirikan lembaga keuangan atau bank yang benar-benar khusus

    untuk melayani koperasi dan usaha menengah, kecil dan mikro

    lainnya. Ini menjadi hal yang sangat penting melihat realitas saat ini

    dimana koperasi merasa kesulitan dalam mengakses kredit

    perbankan, hal ini dikarena kan adanya syarat dan ketentuan BankIndonesia yang cukup menyulitkan koperasi untuk berkembang.

    Strategi-strategi diatas mungkin bisa kategorikan sebagai

    strategi yang lebih bersifat makro. Untuk yang selanjutnya adalah

    strategi yang lebih bersifat mikro. Strategi kelima yaitu dengan

    menjalankan ke tujuh prinsip koperasi universal secara menyeluruh

    dengan konsisten. Salah satu yang cukup signifikan dan sangat

    penting adalah prinsip pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan

    pelatihan ini penting dengan tujuan untuk meningkatkan

    pemahaman dan partisipasi anggota maupun untuk meningkatkan

    keterampilan dalam kegiatan usahanya. Tujuan akhir dari pendidikan

    dan pelatihan koperasi tiada lain adalah untuk menjadikan koperasi

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    28/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    27

    sebagai lembaga ekonomi yang demokratis, mandiri dan sehat, baik

    organisasi/ manajemen maupun usahanya.

    Kemudian guna menyikapi dinamika yang terjadi karena

    adanya desakan globalisasi, maka untuk mendapatkan

    pengembangan iklim usaha yang kondusif mutlak adanya kebijakan

    yang kondusif bagi koperasi. Maka dari itu strategi keenamadalah

    dengan membentuk aliansi strategis antara koperasi Indonesia

    dengan koperasi negara lain, seperti adanya kerjasamatransnasional atau koperasi transnasional yang berakar pada prinsip

    universal koperasi, yaitu kerjasama dengan koperasi-koperasi. Bila

    koperasi-koperasi memang sudah besar dan sehat maka strategi ini

    tentu bisa dilaksanakan. Contoh yang menerapkan strategi ini

    diantaranya adalah koperasi pertanian di Uni Eropa atau konsep

    transnasional generasi baru di Amerika Serikat dan Kanada.

    Demikian keenam strategi yang diberikan guna

    menghadapai dinamika globalisasi yang kian terus mencengkram

    perekonomian dunia. Tak ada yang mustahil di dunia ini termasuk

    melawan kapitalisme yang telah begitu memakan banyak korban.

    Maka dari itu koperasi yang sejak awal kelahirannya sudah anti

    terhadap penindasan serta pemerasan dan sangat ingin

    menegakkan keadilan dalam segala bentuknya musti berada di garis

    paling depan. Dalam kesadaran kolektif koperasi menganut arti

    kebersamaan untuk bertindak sesuai dengan naluri. Oleh karena itu

    dari hati yang paling dalam hanya satu kata untuk kapitalisme,

    Lawan !

  • 8/9/2019 Koperasi Lembaga Sakti Di Era Globalisasi

    29/29

    Koperasi : Lembaga Sakti di Era Globalisasi

    28

    Referensi

    Kopkun. 2010. Modul Pendidikan Dasar Perkoperasian. Purwokerto.

    Nasution, Muslimin.2008. Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional.PIP & LPEK. Jakarta.

    Internet dan dokumen lain

    Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33

    Burhamzah, Insanial. 2009. Modal sosial Bangsa Untuk MenjawabTantangan Sektor Riil & UKM dalam http://www.dekopin.coop/ diakses

    tanggal 1 Mei 2010

    Jurnal-jurnal tentang koperasi karya Suroto dalam http://suroto-idea.blogspot.com/diaskes tanggal 1 Mei 2010

    http://ica.coopdiakses tanggal 2 Mei 2010