KONVERSI SISTEM LAMA KE SISTEM BARU PADA...
Transcript of KONVERSI SISTEM LAMA KE SISTEM BARU PADA...
KONVERSI SISTEM LAMA
KE SISTEM BARU PADA PERUSAHAAN
Tugas Ujian Akhir Triwulan Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
Disusun Oleh:
Ika Setyawati / E-62
K15161091
MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 2
1.2 TUJUAN ...................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 4
2.1 SISTEM INFORMASI ............................................................................................................... 4
2.1.1 DEFINISI SISTEM INFORMASI ........................................................................................ 4
2.1.2 KOMPONEN SISTEM INFORMASI .................................................................................. 5
2.1.3 PERAN UTAMA DAN MANFAAT SISTEM INFORMASI ............................................. 6
2.1.3 TREN SISTEM INFORMASI ............................................................................................... 7
2.2 KONVERSI SISTEM ................................................................................................................. 8
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 10
3.1 METODE KONVERSI SISTEM INFORMASI .................................................................... 10
3.2 KENDALA IMPLEMENTASI KONVERSI SISTEM INFORMASI ................................. 13
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 16
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perubahan dalam dunia ICT (Information and Communication Technologies) atau teknologi
informasi berjalan begitu cepat. Kompetisi berlangsung sangat ketat, sehingga muncul istilah
hyper competition, siapa yang tidak mau berubah maka akan tertinggal. Sistem usang sudah
selayaknya diganti dengan yang baru, agar dapat menopang kinerja operasional
organisasi/perusahaan yang kian cepat dan semakin kompleks. Bahkan jikalau bisa diagendakan
dan dianggarkan secara rutin agar dapat mendorong terciptanya pertumbuhan yang berkelanjutan
(sustainable growth).
Penggunaan teknologi informasi memang memiliki banyak benefit bagi perusahaan, namun
hal ini tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan efek sebaliknya kepada perusahaan
akibat pemilihan teknologi yang tidak tepat guna. Pengguna, dalam kasus ini berarti perusahaan
dan organisasi, dituntut bersikap bijaksana dalam memilih teknologi apa yang akan digunakan
untuk perusahaan mereka. Konversi sistem lama ke sistem baru tentunya tak terelakkan. Namun
hal ini bukan sesuatu yang mudah. Pada kenyataannya, dalam implementasi sistem informasi dari
manual ke otomatis banyak menemui kendala di berbagai perusahaan. Salah satunya adalah karena
karyawan sebagai penggunanya (end users) kurang mampu beradaptasi dalam menjalankan fungsi
sistem informasi tersebut dikarenakan mereka sudah lama menggunakan sistem manajemen
manual. Dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang oleh perusahaan agar hasil dari
sistem yang baru tersebut dapat sepenuhnya mendukung aktivitas dan meningkatkan produktifitas
perusahaan. Biasanya cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi hal ini adalah
melakukan pelatihan (training) kepada para karyawannya dengan cara memakai jasa pihak lain
atau vendor teknologi informasi (TI) yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Konversi sistem telah menjadi hal yang lumrah terjadi bagi organisasi atau perusahaan yang
ingin terus berkembang. Sistem lama jika sudah kalah cepat geraknya dengan lingkungan usaha
yang terjadi, maka tak ada alasan untuk menunda perubahan sistem ini. Namun konversi tersebut
tidak dapat dijalankan dengan sembarangan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, demi
menjaga keberlangsungan operasional usaha. Bentuk-bentuk konversi sistem informasi ini harus
disesuaikan dengan karakter bisnis dan harapan di masa depan. Dengan begitu, diharapkan
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 3
perubahan atau transisi tidak menimbulkan down system atau turbulensi kinerja operasional dan
harapan akan adanya perbaikan dan peningkatan added value organisasi dapat tercapai.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami
metode konversi sistem informasi yang dapat dilakukan pada suatu perusahaan/organisasi.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SISTEM INFORMASI
2.1.1 DEFINISI SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi terdiri dari 2 unsur kata yaitu sistem dan informasi.
Menurut Satzinger (2009, p6), Sistem adalah sekumpulan komponen terpisah yang
menjalankan suatu fungsi secara bersamaan untuk mencapai suatu hasil.
Menurut James O’Brien (2010, p26) sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan beberapa komponen yang
saling berhubungan dan bekerja bersamaan untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut O’Brien (2010, p34) informasi adalah data yang telah dikonversi ke dalam konteks
yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa menurut James O’Brien (2010, p4) sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur
dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Manusia
bergantung pada sistem informasi untuk melakukan komunikasi dengan peralatan fisik
(hardware), instruksi pemrosesan informasi atau prosedur (software), jaringan komunikasi
(network), dan data (data resources).
Model sistem informasi menurut James O’Brien (2010,p32) yang menunjukkan kerangka
konsep dasar untuk berbagai komponen dan aktivitas sistem informasi. Sistem informasi
bergantung pada sumber daya manusia (pemakai akhir dan pakar sistem informasi), hardware
(mesin dan media), software (program dan prosedur), data (dasar data dan pengetahuan), serta
jaringan (media komunikasi dan dukungan jaringan) untuk melakukan input, pemrosesan, output,
penyimpanan, dan aktivitas pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk
informasi.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 5
2.1.2 KOMPONEN SISTEM INFORMASI
Berikut komponen-komponen sistem informasi yang antara lain terdiri dari sumber daya
manusia, sumber daya hardware, sumber daya software, sumber daya data dan sumber daya
jaringan.
Gambar 1. Komponen-Komponen Sistem Informasi (James A. O’Brien, 2011)
Komponen-komponen sistem informasi terdiri dari:
1. Sumber Daya Manusia
Manusia dibutuhkan untuk pengoperasian semua sistem informasi, sumber daya manusia ini
meliputi pemakai akhir dan pakar sistem informasi.
2. Sumber Daya Hardware
Konsep sumber daya pemrosesan informasi. Secara khusus, sumber daya ini meliputi tidak
hanya mesin, seperti komputer dan perlengkapan lainnya, tetapi juga semua media data, yaitu
objek berwujud tempat data dicatat, dari lembaran kertas hingga disk magnetis atau optical.
3. Sumber Daya Software
Konsep sumber daya pemrosesan informasi. Secara khusus, sumber daya ini meliputi tidak
hanya mesin, seperti komputer dan perlengkapan lainnya, tetapi juga semua media data, yaitu
objek berwujud tempat data dicatat, dari lembaran kertas hingga disk magnetis atau optical.
4. Sumber Daya Data
Sumber daya data dapat berupa angka, huruf serta karater lainnnya yang menjelaskan
transaksi bisnis dan kegiatan serta entitas lainnya. Data teks berupa kalimat yang digunakan
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 6
untuk menulis komunikasi, data gambar, seperti grafik dan angka-angka. Serta data dalam
bentuk audio video.
5. Sumber Daya Jaringan
Teknologi telekomunikasi dan jaringan seperti Internet, Intranet, dan ekstranet telah menjadi
hal yang mendasar bagi operasi e-business dan e-commerce yang berhasil untuk semua jenis
organisasi dan dalam sistem informasi berbasis komputer. Jaringan telekomunikasi terdiri dari
komputer, pemroses komunikasi danperalatan lainnya yang dihubungkan antara satu dengan
lainnya melalui media komunikasi serta dikendalikan melalui software komunikasi.
2.1.3 PERAN UTAMA DAN MANFAAT SISTEM INFORMASI
Menurut O’Brien terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu:
Gambar 2. Peran Sistem Informasi (James A. O’Brien, 2011)
a. Mendukung proses bisnis dan operasional
Mulai dari akuntansi sampai dengan penelusuran pesanan pelanggan, sistem informasi
menyediakan dukungan bagi manajemen dalam operasi/kegiatan bisnis sehari-hari. Ketika
tanggapan/respon yang cepat menjadi penting, maka kemampuan Sistem Informasi untuk
dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi keberbagai fungsi bisnis menjadi
kritis/penting.
b. Mendukung pengambilan keputusan
Sistem informasi dapat mengkombinasikan informasi untuk membantu manager menjalankan
menjalankan bisnis dengan lebih baik, informasi yang sama dapat membantu para manajer
mengidentifikasikan kecenderungan dan untuk mengevaluasi hasil dari keputusan sebelumnya.
Sistem Informasi akan membantu para manajer membuat keputusan yang lebih baik, lebih
cepat, dan lebih bermakna.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 7
c. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Sistem informasi yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran strategis perusahaan
dapat men-ciptakan keunggulan bersaing di pasar.
Manfaat sistem informasi menurut O’Brien dan Marakas (2008), antara lain:
1. Mendukung fungsi dari area bisnis untuk mencapai tujuan yang mencakup bagian keuangan,
akuntansi, operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia.
2. Untuk meningkatkan efisiensi dari proses produksi, meningkatkan efisiensi dari proses
produksi, meningkatkan produktivitas pekerja, memberikan pelayanan dan kepuasan
pelanggan.
3. Sebagai sumber utama informasi dan mendukung pengambilan keputusan efektif yang diambil
oleh manajer dan profesional bisnis.
4. Untuk mengembangkan produk dan jasa yang kompetitif dan sebagai sebuah keuntungan
strategik dalam menghadapi persaingan global.
5. Sebagai komponen utama dalam sumber daya infrastruktur dan kehandalan jaringan bisnis
masa kini.
2.1.3 TREN SISTEM INFORMASI
Tren penggunaan sistem informasi dalam bisnis mengalami perkembangan yang pesat dan
signifikan setiap periode waktu. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh James A. O’Brien pada
gambar berikut ini:
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 8
Gambar 3. Tren Penggunaan Sistem Informasi (James A. O’Brien, 2011)
2.2 KONVERSI SISTEM
Menurut Riyanti dalam riyanti.staff.gunadarma.ac.id menyebutkan bahwa, konversi sistem
merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan IT dalam rangka menggantikan sistem
yang lama atau proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru. Menurut artikata.com,
konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain; perubahan pemilikan
atas suatu benda, tanah, dan sebagainya; perubahan dari satu bentuk (rupa dan sebagainya) ke
bentuk (rupa dan sebagainya) yang lain.
Saat ini, implementasi sistem informasi baru bagi banyak organisasi sering melibatkan
penggantian software, database, dan sistem yang lama. Salah satu aktivitas implementasi yang
paling penting yang dibutuhkan ketika meng-install software baru disebut konversi data. Misalnya,
penginstalan paket software yang baru dapat memerlukan konversi elemen data di database yang
dipengaruhi oleh aplikasi yang baru ke dalam format data yang baru. Aktivitas konversi data
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 9
lainnya yang biasanya dibutuhkan mencakup koreksi data yang tidak tepat, penyaringan data yang
tidak diinginkan, konsolidasi data dari beberapa database, dan pengaturan data ke dalam format
data yang baru, seperti database, datamart, dan gudang data. proses konversi data yang baik
merupakan hal yang penting karena data yang diformat atau disusun dengan tidak tepat sering
dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama dari kegagalan dalam implementasi sistem baru
(O’Brien, 2005).
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 METODE KONVERSI SISTEM INFORMASI
James A. O’Brien (2006) mengatakan bahwa operasi awal dari sistem bisnis yang baru,
dapat menjadi tugas yang sulit. Hal ini biasanya memerlukan proses konversi (convertion) dari
penggunaan sistem yang ada saat ini ke operasi aplikasi yang baru atau yang lebih baik. Pada
saat menganalisis konversi sistem perlu dipertimbangkan pendekatan konversi yang paling bagus
untuk dilakukan. Teknik konversi sistem yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
sistem yang baru yaitu :
1. Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy)
Konversi yang dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikan dengan
sistem yang baru. Konversi ini langsung mengimplementasikan sistem dan memutus serta
meninggalkan sama sekali sistem yang lama. Syarat dapat diimplementasikan sistem ini
adalah sistem baru merupakan bagian kecil saja dari seluruh sistem dan sistem tersebut tidak
menggantikan sistem lain. Pendekatan atau cara konversi ini akan bermanfaat apabila :
a. Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain
b. Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai
c. Sistem yang baru bersifat kecil atau sederhana atau keduanya
d. Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara sistem-
sistem tersebut tidak berarti
Kelebihan dari penggunaaan konversi langsung yaitu biaya yang dikeluarkan relatif tidak
mahal. Sedangkan kelemahannya yaitu mempunyai resiko kegagalan yang tinggi. Apabila
konversi langsung akan digunakan, aktivitas-aktivitas pengujian dan pelatihan yang dibahas
sebelumnya akan mengambil peran yang sangat penting.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 11
Gambar 1. Metode Konversi Langsung
2. Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Konversi Paralel adalah suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi
secara serentak untuk beberapa periode waktu. Pada konversi ini, sistem baru dan sistem
lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui masa tertentu, jika sistem baru telah bisa
diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem lama segera dihentikan. Cara seperti
ini merupakan pendekatan yang paling aman, tetapi membutuhkan biaya yang paling mahal,
karena pemakai harus menjalankan dua sistem sekaligus.
Ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi paralel, maka orang-orang
pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan peninjauan berkala dengan
personel operasi dan pemakai untuk mengetahui kinerja sistem tersebut. Mereka harus
menentukan tanggal atau waktu penerimaan dalam tempo yang wajar dan memutus sistem
lama. Kelebihan dari penggunaan sistem konversi separalel yaitu dapat memberikan derajat
proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru. Sedangkan kelemahannya
adalah besarnya biaya untuk penduplikasian fasilitas-fasilitas dan biaya personel yang
memelihara sistem rangkap tersebut.
Gambar 2. Metode Konversi Paralel
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 12
3. Konversi Bertahap (Phased Conversion)
Konversi dilakukan secara bertahap dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama
dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali
dengan yang lama. Apabila tidak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi
untuk mengganti modul-modul lama. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua sistem
lama akan tergantikan oleh sistem baru. Cara seperti ini lebih aman daripada melakukan
konversi langsung.
Dengan metode phased conversion, sistem baru diimplementasikan beberapa kali, dan secara
perlahan menggantikan sistem lama. la menghindarkan dari risiko yang ditimbulkan oleh
konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk
mengasimilasi perubahan. Untuk menggunakan metode phased conversion, sistem harus
disegmentasi.
Contoh : Aktivitas pengumpulan data baru diimplementasikan, dan mekanisme interface
dengan sistem lama dikembangkan. Interface ini memungkinkan sistem lama beroperasi
dengan data input baru. Kemudian aktivitas-aktivitas akses database baru, penyimpanan, dan
pemanggilan diimplementasikan. Sekali lagi, mekanisme interface dengan sistem lama
dikembangkan. Segmen lain dari sistem baru tersebut di-instal sampai keseluruhan sistem
diimplementasikan.
Gambar 3. Metode Konversi Bertahap
4. Konversi Pilot (Pilot Conversion)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu yang
diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas ke
tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan risiko yang rendah.
Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasilah yang mencoba
mengembangkan sistem baru. Kalau metode phase-in mensegmentasi sistem, sedangkan
metode pilot mensegmentasi organisasi.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 13
Contoh :
Salah satu kantor cabang atau pabrik, misalnya bisa berfungsi sebagai kelinci percobaan atau
tempat pengujian alfa atau beta berfungsi untuk tempat versi sistem baru yang bekerja.
Sebelum sistem baru diimplementasikan ke seluruh organisasi, sistem pilot harus
membuktikan diri di tempat pengujian tersebut. Metode konversi ini lebih sedikit berisiko
dibandingkan dengan metode langsung, dan lebih murah dibandingkan dengan metode paralel.
Segala kesalahan dapat dilokalisir dan dikoreksi sebelum implementasi lebih jauh dilakukan.
Apabila sistem baru melibatkan prosedur baru dan perubahan yang drastis dalam hal perangkat
lunaknya, metode pilot ini akan lebih cocok digunakan. Selain berfungsi sebagai tempat
pengujian (test sité), sistem pilot juga digunakan untuk melatih pemakai seluruh organisasi
dalam menghadapi lingkungan “live” (hidup atau sebenarnya) sebelum system tersebut
diimplementasikan di lokasi mereka sendiri.
Gambar 4. Metode Konversi Pilot
3.2 KENDALA IMPLEMENTASI KONVERSI SISTEM INFORMASI
Konversi sistem informasi yang lama menjadi sistem informasi baru bisa berhasil dan juga
bisa gagal. Hal tersebut dipengaruhi oleh stakeholder yang terlibat dalam pembuatan dan
implementasi sistem informasi tersebut. Misalnya dalam pembuatan sistem informasi berupa ERP.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama kegagalan proyek ERP. Dalam hampir semua
kasus, para manajer bisnis dan ahli TI dari perusahaan ini kadang sering meremehkan kerumitan
perencanaan, pengembangan, dan pelatihan yang dibutuhkan untuk bersiap-siap menghadapi
sistem ERP baru yang akan secara radikal mengubah proses bisnis dan sistem informasi mereka.
Kegagalan untuk melibatkan para karyawan yang terkena dampak dalam tahap perencanaan
dan pengembangan serta program manajemen perubahan, atau mencoba untuk melakukan terlalu
banyak hal dengan cara yang terlalu cepat pada proses konversi, adalah penyebab-penyebab umum
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 14
dari kegagalan proyek ERP. Pelatihan yang tidak memadai dalam berbagai tugas pekerjaan baru
yang dibutuhkan oleh sistem ERP, dan kegagalan konversi data dan pengujian yang cukup atas
data, adalah penyebab lain dari kegagalan. Dalam banyak kasus, kegagalan ERP juga disebabkan
karena perusahaan atau manajemen TI terlalu mempercayai berbagai pernyataan yang diberikan
para penjual software ERP atau bantuan dari perusahaan konsultan prestisius yang dipekerjakan
untuk memimpin implementasi tersebut.
Pengalihan sistem informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal,
terjadi karena:
1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.
2. Sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya,
sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru mempersulit
kinerja yang sudah ada.
3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.
4. Tidak ada komunikasi yang baik di antara vendor sebagai penyedia TI dengan perusahaan
sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar
perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak membutuhkan
teknologi tersebut.
6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru maka
akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan menjalani
adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja), kultural
(perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi karyawan/PHK,
sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini maka terjadi saling
tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak menyalahkan bawahan yang
bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu sendiri.
Langkah-langkah preventif yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari:
1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang belum
maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti yang sudah
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 15
dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan perusahaan
mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang ingin dicapai
perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung pengoperasian
sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara subsistem-subsistem ini.
Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini mengetahui masalah-masalah
informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus segera di selesaikan. Biasanya para
perancang sistem ini akan mulai pada tingkat perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat
sistem.
3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak pegawai
maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek pengembangan dan
sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis informasi, dapat
mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan mengambil empat langkah
berikut :
a. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job
enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan
membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan
mereka.
b. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud
perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan
penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
c. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan
manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak
dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan
penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
d. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi
kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka
bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan
mereka.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 16
BAB IV
KESIMPULAN
Tahap implementasi pada sebuah sistem informasi merupakan tahap di mana sistem yang
telah dirancang pada tahap sebelumnya diterapkan, baik berupa perangkat keras maupun perangkat
lunak yang digunakan. Dengan penerapan sistem yang dirancang, hasilnya dapat dioperasikan dan
digunakan secara optimal sesuai kebutuhan. Tahap konversi sistem bersifat urgent di mana
walaupun sistem telah didesain dan digunakan dengan baik, kesuksesan sistem informasi
tergantung dari seberapa baik konversi sistem yang dilakukan.
Dalam pemilihan pendekatan konversi implementasi sistem informasi manajemen, harus
menentukan sendiri strategi konversi yang mana yang cocok diterapkan pada perusahaan, karena
setiap perusahaan adalah unik dan memiliki kemampuan dan keterbatasan yang tidak sama.
Strategi mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pengalihan atau konversi sistem yang dapat
dilakukan yaitu: Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy), Konversi Paralel
(Parallel Conversion), Konversi Bertahap (Phased Conversion), Konversi Pilot (Pilot
Conversion).
Keputusan untuk memilih metode konversi sistem itu sendiri dipengaruhi oleh karakter
manajemen perusahaan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari metode
konversi serta resiko yang mungkin timbul dari penerapan metode konversi sistem. Kalkulasi
efisiensi biaya dan efektivitas waktu dalam proses konversi sistem tentu tetap menjadi
pertimbangan utama untuk optimalisasi benefit perusahaan baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Konversi Sistem Lama ke Sistem Baru pada Perusahaan, Ika Setyawati, 2017 17
DAFTAR PUSTAKA
O’Brien, J. and Marakas, G. (2010), Management Information Systems, 10th ed., McGraw-
Hill/Irwin, New York.
O’Brien James. 2007. Introduction to Information Systems. Salemba Empat. Jakarta.
O’Brien, James A. 2008. Pengantar Sistem Informasi : Perspektif Bisnis dan Manajerial Edisi
12. Salemba Empat. Jakarta.
Sudono, A.S. 2010. Penyebab Kegagalan IT Project. http://itkelinik.com/?p=113. [17 Februari
2017]