sistem transportasi pertemuan ke-2

26
Perencaanaan Transportasi Dapat Didefinisikan Sbb Suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman, nyaman dan murah (Pignataro, 1973). Perenc. Transportasi merupakan proses yang dinamis, dan harus tanggap terhadap perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi, dan pola arus lalu lintas.

Transcript of sistem transportasi pertemuan ke-2

Page 1: sistem transportasi pertemuan ke-2

Perencaanaan Transportasi Dapat Didefinisikan Sbb

Suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman, nyaman dan murah (Pignataro, 1973).

Perenc. Transportasi merupakan proses yang dinamis, dan harus tanggap terhadap perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi, dan pola arus lalu lintas.

Page 2: sistem transportasi pertemuan ke-2

Sistem Kelembagaan

Untuk terwujudnya sistem pergerakan yang aman, lancar, murah dan handal, maka dalam sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dipecahkan menjadi sistem yang lebih kecil (mikro), yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi.

Sistem Transportasi mikro terdiri dari:a. Sistem kegiatan (tata guna tanah)b. Sistem jaringan (Dep perhub, Bina Marga)c. Sistem pergerakan lalu lintas (DLLAJ,

Organda, Polantas, masyarakat)

Page 3: sistem transportasi pertemuan ke-2

SistemKegiatan

SistemPergerakan

SistemJaringan

Sistem Kelambagaan

Sumber : Tamin (2000)

SISTEM TRANSPORTASI MAKRO

Page 4: sistem transportasi pertemuan ke-2

Sistem Tata Guna Lahan - Transportasi

Sasaran Perencanaan Transportasi : membuat interaksi tata guna lahan dan transportasi menjadi semudah dan seefesiensi mungkin

Kebijakan yang diambil:◦ Sistem Kegiatan : rencana tata guna lahan yang baik

dapat mengurangi kebutuhan perjalanan yang panjang sehingga interaksi menjadi mudah

◦ Sistem Jaringan : meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana

◦ Sistem Pergerakan : mengatur teknik dan manajemen lalu lintas

Page 5: sistem transportasi pertemuan ke-2

ANALISIS PERMINTAAN TRANSPORTASI

Kebutuhan akan transportasi berasal dari: Interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi

yang tersebar di suatu daerah. Keanekaragaman aktivitas dan pola interaksi

yang kompleks menghasilkan berbagai faktor yang menentukan kebutuhan akan transportasi.

Alasan orang untuk melakukan perjalanan:

Berkisar antara pencarian untuk makanan dan naungan untuk mobilitas kegiatan atau kebutuhan rekreasi.

Page 6: sistem transportasi pertemuan ke-2

Tata Guna Lahan

Defenisi umum adalah: Pengaturan pemanfaatan lahan yang masih kosong

disuatu lingkup wilayah (nasional, regional, lokal) atau sebaran ruang /pola geografis dari fungsi suatu

kota (daerah hunian, perniagaan, pertokoan, kantor pemerintahan, sekolahan, serta kegiatan-kegiatan tertentu)

Page 7: sistem transportasi pertemuan ke-2

Kebijakan tata ruang erat kaitannya dengan kebijakan transportasi, ruang adalah merupakan kegiatan.

Transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan kegiatan lainnya.

Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kebutuhan transportasi.

Kebutuhan akan pergerakan selalu menimbulkan permasalahan , khususnya pada saat orang ingin bergerak untuk tujuan yang sama didalam daerah tertentu dan saat yang bersamaan

Page 8: sistem transportasi pertemuan ke-2

Dalam pengaturannya, tidak diperkenankan terjadinya campur aduk dalam hal tata guna lahan (mixed land-use).

Hal ini menyangkut antara lain :a. Kondisi fisik lahan (geografi suatu wilayah harga tanah, faktor ekonomi dll)b. Kondisi transportasi (menghindari bercampurnya lalu lintas seperti mobil pribadi dengan mobil truk, mobil tangki dll).

Hal ini akan menyebabkan lalu lintas macet dan mudah terjadi konflik lalu lintas

Pengaturan Tata Guna Lahan

Page 9: sistem transportasi pertemuan ke-2

Hubungan Tata Guna Lahan Dengan Transportasi

Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktivitas.

Aktivitas ini dikenal sebagai pembangkit perjalanan dan akan menentukan jenis prasarana /sarana transportasi yang dibutuhkan untuk memindahkan lalu lintas seperti angkutan umum atau mobil pribadi.

Page 10: sistem transportasi pertemuan ke-2

Bila disediakan suatu sarana/prasarana transportasi, secara alamiah akan menambah nilai aksesibilitas ,bila nilai aksesibilitas meningkat biasanya akan merubah nilai lahan.

Perubahan nilai lahan akan merubah pola penggunaan lahan misalnya dari daerah pertanian menjadi perumahan,daerah perumahan berubah menjadi pertokoan ,dan seterusnya.

Page 11: sistem transportasi pertemuan ke-2

Hubungan tata guna Lahan dengan Transportasi membentuk suatu Lingkaran tertutup yang dapat

diilustrasikan sebagai skema Gambar berikut:

Kebutuhan Perjalanan

Tata Guna Lahan

Perjalanan

Fasilitas Transportasi

AksesibilitasNilai Lahan

Page 12: sistem transportasi pertemuan ke-2

Aksesibilitas: Adalah kemudahan untuk mengadakan perjalanan , hal ini mengakibatkan kenaikan harga tanah (nilai NJOP berubah).

Mobilitas adalah tingginya keinginan mengadakan perjalanan mengakibatkan bertambahnya bangkitan lalu lintas dan pada saatnya menurunnya kapasitas jalan.

Cara untuk mengatasinya antara lain:

Page 13: sistem transportasi pertemuan ke-2

Dibuat tata ruang yang baik (R U T R harus dapat dikendalikan dengan baik)

Sistem hirarki jalan harus dibuat dengan baik (jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal)

Peraturan harus tetap dijalankan Perubahan tata guna lahan harus dapat

dikendalikan dan bangkitan perjalanan dianalisis dengan baik.

Page 14: sistem transportasi pertemuan ke-2

Masalah - masalah dalam proses perencanaan lokasi harus ditinjau dari sisi transportasi seperti,

a. Kapasitas akses

b. Bangkitan / tarikan pergerakan pada lokasi yang dikembangkan

c. Sistem angkutan umum

d. Tingkat kecelakaan lalu lintas disekitar lokasi

Page 15: sistem transportasi pertemuan ke-2

Regional Planing

1. Land Use (Tata Guna Lahan) harus tetap dalam waktu relatif panjang

2. Transport Strategi,(meningkatkan ekonomi masyarakat)

a. Ekonomi strategi (menunjang strategi ekonomi masyarakat )

b. Kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan (daya jangkau masyarakat)

c. Lingkungan, dampak lingkungan serta meperhatikan kebiasaan masyarakat

d. Pengembangan masa yang akan datang

Page 16: sistem transportasi pertemuan ke-2

Konsep & Defenisi Struktur Perkotaan

Konsep dasar yang menyangkut bentuk perkotaan (Urban) adalah pola/ tatanan ruang dari setiap elemen perkotaan (gedung, parkir, aktivitas masyarakat, aktivitas ekonomi, dan intuisi masyarakat)

Interaksi perkotaan adalah serangkaian hubungan yang terjadi untuk memadukan dan mengikat pola dan perilaku setiap tata guna lahan.

Page 17: sistem transportasi pertemuan ke-2

Kebutuhan Transportasi Perkotaan (Urban Travel Demand)

Kebutuhan Transportasi Perkotaan selalu bergerak dinamis dan komplek (bergerak setiap saat) berinteraksi dengan ekonomi.

Kebutuhan transportasi perkotaan, tergantung kepada tingkat aktivitas tata guna lahan pada daerah tersebut.

Makin tinggi tingkat aktivitas tata guna lahan, semakin tinggi pula tingkat kemampuan menarik lalu lintas .

Page 18: sistem transportasi pertemuan ke-2

Mewujudkan Transportasi PerkotaanPenerapan sistem transportasi yang berkelanjutan

terletak pada kondisi pelayanan transportasi:

a. Sistem jaringan transportasi perkotaan terintegrasi secara baik,

b. Penyediaan fasilitas untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor (non-motorized mobility).

c. Penyediaan fasilitas pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor penting

d. Prasarana fasilitas khusus jalur sepeda di kota-kota besar sangat minim.

Page 19: sistem transportasi pertemuan ke-2

Paradigma Kebutuhan Transportasi Masyarakat

Poin-poin penting paradigma kebutuhan transportasi masyarakat :

Jika fasilitas pedestrian di perkotaan aman dan nyaman,maka setiap perjalanan kurang dari 500 meter dapat ditempuh dengan berjalan kaki;

Jika akses terhadap angkutan umum mudah, aman, nyaman, terjangkau dan memiliki kepastian waktu, maka setiap orang akan tertarik menggunakannya;

Page 20: sistem transportasi pertemuan ke-2

Lanjutan

Sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai jika: angkutan umum sudah dapat mengangkut seluruh kebutuhan pelaku perjalanan, dan menjadi moda andalan masyarakat.

Angkutan umum yang dapat menjadi tulang punggung di kota-kota besar adalah Bus Rapid Transit (BRT) dan Mass Rapid Transit (MRT).

Page 21: sistem transportasi pertemuan ke-2

Dalam pencapaiannya, angkutan umum harus terintegrasi satu sama lain,

Pusat-pusat aktivitas dan kegiatan seperti :stasiun kereta api, terminal bis, bandar udara, pelabuhan laut dapat terkoneksi langsung ke dalam jaringan

Integrasi yang dimaksudkan mencakup integrasi fisik, sistem (jadwal), maupun aspek ticketing.

Page 22: sistem transportasi pertemuan ke-2

Gambaran Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan

Page 23: sistem transportasi pertemuan ke-2

fasilitas intermoda berupa park and ride

Page 24: sistem transportasi pertemuan ke-2

Perwujudan Sistem TransportasiUntuk mewujudkan sistem transportasi perkotaan

yang terintegrasi, nyaman dan aman, maka dapat diwujudkan melalui:

1. Perencanaan, pembangunan,dan pemeliharaan komponen-komponen transportasi beserta infrastrukturnya;

2. Mengoptimalkan sumberdaya manusia (SDM) dan teknologi

3. Desain stasiun dan rolling stock yang minimalis dan tahan lama;

Page 25: sistem transportasi pertemuan ke-2

Lanjutan

4. Pengintegrasian simpul-simpul transportasi yang dilokasikan dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan aktivitas masyarakat;

5. Mass Rapid Transit (MRT) dan Bus Rapid Transit (BRT), menciptakan jaringan yang lebih padat, akses jarak pendek dengan biaya yang sama. Menciptakan nilai estetika yang tinggi dalam pemandangan kota (city scape);

Page 26: sistem transportasi pertemuan ke-2

6. Melakukan penghematan energi untuk rolling-stock (kendaraan berbasis rel) yang bertenaga listrik dengan cara mengurangi kebutuhan daya selama pengoperasiannya,

7. Memanfaatkan interior maupun eksterior dari rolling stock untuk pemasangan iklan yang warnanya menarik serta memiliki layar LED baik di dalamnya maupun di stasiun-stasiun;