Konsumsi Dan Tabungan

17
KONSUMSI DAN TABUNGANMemenuhi Tugas Ekonomi Makro Disusun Oleh : Kelompok 6 Novia R. Nuzula 145020301111082 Yandwika Nandi 145020301111038 Yosua Eka Timesa 145020301111055 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

konsumsi dan tabungan mikro makro

Transcript of Konsumsi Dan Tabungan

  • KONSUMSI DAN TABUNGAN

    Memenuhi Tugas Ekonomi Makro

    Disusun Oleh : Kelompok 6

    Novia R. Nuzula 145020301111082

    Yandwika Nandi 145020301111038

    Yosua Eka Timesa 145020301111055

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • FUNGSI KONSUMSI DAN FUNGSI TABUNGAN

    Konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat dan negara sangat erat hubungannya dengan

    pendapatan masyarakat dan negara. Sehingga besar kecilnya konsumsi ditentukan oleh tingkat

    pendapatan, semakin besar pendapatan akan selalu diikuti meningkatnya konsumsi. Jadi,

    hubungan antara pendapatan dan konsumsi bersifat positif (berbanding lurus), atau secara

    matematis fungsi konsumsi dapat dinotasikan C = f (Y).

    Sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi oleh masyarakat akan ditabung, sehingga

    semakin besar pendapatan, akan semakin besar pula tabungan. Jadi, hubungan antara

    pendapatan dengan tabungan bersifat positif (berbanding lurus), atau secara matematis fungsi

    tabungan dapat dinotasikan S = f (Y).

    A. PENGERTIAN

    Dalam suatu perekonomian, pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

    (pendapatan nasional) dialokasikan ke dalam dua kategori penggunaan, yaitu untuk keperluan

    konsumsi dan tabungan. Pada umumnya pendapatan dilambangkan dengan Y, sedangkan

    konsumsi dilambangkan dengan C, tabungan dilambangkan dengan S, dan investasi

    dilambangkan dengan I.

    Menurut John Maynard Keynes, pendapatan suatu negara dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    Ditinjau dari segi perseorangan

    b. Ditinjau dari segi perusahaan/pengusaha.

  • Keterangan:

    Y = income/pendapatan

    C = consumption/konsumen

    S = saving/tabungan

    I = investment/investasi

    Jika pendapatan berubah, maka akan berakibat konsumsi dan tabungan juga berubah.

    Perubahan tersebut dapat ditentukan sebagai berikut:

    MPC (Marginal Propencity to Consume) adalah angka perbandingan antara besarnya

    perubahan konsumsi dengan besarnya pendapatan nasional, sehingga dapat dirumuskan:

    C = selisih konsumsi atau tambahan konsumsi atau perubahan konsumsi

    Y = selisih pendapatan atau tambahan pendapatan atau perubahan pendapatan

    MPS (Marginal Propencity to Sav) eadalah perbandingan antara bertambahnya

    tabungan dengan bertambahnya pendapatan nasional, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

    S = selisih tabungan atau tambahan tabungan atau perubahan tabungan

    Y = selisih pendapatan atau tambahan pendapatan atau perubahan pendapatan

    B. FUNGSI KONSUMSI

    Fungsi konsums iadalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara konsumsi (C)

    dengan pendapatan (Y). Pada umumnya, fungsi konsumsi diasumsikan mempunyai persamaan

    linear sebagai berikut.

  • Syarat mutlak fungsi konsumsi, yaitu:

    - nilai a = harus positif

    - nilai b = harus positif

    Keterangan:

    C = tingkat konsumsi nasional

    a = besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nol atau autonomous consumptio

    (konsumsi otonom).

    b = MPC yaitu tambahan pendapatan yang digunakan untuk tambahan pengeluaran.

    Untuk mengetahui besarnya a, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

    Di mana Average Propencity to Consum(APC), artinya hasrat untuk berkonsumsi rata-

    rata. APC adalah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan

    nasional (C) dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri (Y).

    Bila ditulis dengan rumus adalah:

    Dalam fungsi konsumsi, kita juga harus mengenal tingkat pendapatan Break Even Point

    (BEP) atau Break Even Income (BEI). Adapun maksud tingkat pendapatan BEP adalah tingkat

    pendapatan, di mana besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi,

    yang dapat dirumuskan:

  • Contoh 1:

    Diketahui data pendapatan suatu negara beserta konsumsi dan tabungannya sebagai

    berikut :

    a. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.000 miliar, besar konsumsi per tahun

    Rp950 miliar, sehingga tabungannya Rp50 miliar.

    b. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.200 miliar, besar konsumsi per tahun

    Rp1.100 miliar, sehingga tabungannya Rp100 miliar.

    Tentukan:

    a. Fungsi konsumsi.

    b. Tingkat pendapatan nasional BEP (Break Even Point).

    Jawab:

    c. Besarnya titik keseimbangan BEP

    Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama dengan

    besarnya pengeluaran untuk konsumsi, atau dapat dikatakan Y = C atau Y C = 0.

  • C. FUNGSI TABUNGAN

    Tabungan atau saving adalah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran-

    pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan yang

    tidak dikonsumsi. Dalam lingkup makro ekonomi, saving dapat didefinisikan sebagai bagian

    daripada pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.

    Fungsi tabungan adalah semua pendapatan yang diterima setelah dikurangi dengan

    konsumsi yang dilakukan. Pada perekonomian yang lebih luas, faktor yang mengurangi

    pendapatan lebih banyak, misalnya pajak.

    Pendapatan dimanfaatkan untuk konsumsi dan tabungan sehingga rumus umumnya:

    Y = C + S

    Keterangan:

    Y = Pendapatan

    C = Konsumsi

    S = saving (tabungan)

    Karena Y = C + S maka S = Y C, Jika kita subtitusikan dengan fungsi konsumsi, maka:

    S = Y C

    S = Y (a + bY)

    S = Y a bY

    S = a + (1 b)Y

    Keterangan :

    S = besarnya tabungan (save)

    a = konnsumsi yang harus dipenuhi pada saat pendapatan nol disebut konsumsi otonom

    1-b = marginal prospensity to save

    Y = pendapatan nasional

  • Hasrat untuk Menabung (Marginal Propensity to Save/ MPS)

    Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu

    perbandingan antara bertambahnya saving dengan bertambahnya pendapatan nasional yang

    mengakibatkan bertambahnya saving termaksud. Di mana perumusannya adalah sebagai

    berikut :

    Keterangan:

    S = Tambahan tabungan

    Y = Tambahan pendapatan

    Di dalam fungsi konsumsi S = a + (1 b)Y, maka besarnya MPS = 1 b Karena b =

    MPC, maka MPS = 1 MPC atau MPS + MPC = 1. Untuk fungsi saving berbetuk garis lurus

    besarnya nilai S, yaitu marginal propensity to save, pada semua tingkatan pendapatan nasional

    adalah sama.

    Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:

    1) Pendapatan yang diterima

    Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan

    yang disisihkan untuk saving.

    2) Hasrat untuk menabung (Maginal Propensity to Save)

    Hal ini didorong dengan keinginan masing-masing individu dalam

    mengalokasikanpendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan.

    3) Tingkat suku bunga bank

    Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak masyarakatuntuk

    menabung (saving).

    Sedangkan Average Prospensity to Consume (APS) adalah perbandingan antara tingkat

    tabungan dengan tingkat pendapatan .

  • Contoh Soal

    1. Keluarga Ibu Tutik mempunyai penghasilan Rp. 8.000.000,00 sebulan, dengan pola

    konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C = 1.500.000 + 0,70Y. Berdasarkan data tersebut

    maka besarnya tabungan keluarga ibu Tutik adalah ....

    Jawab:

    untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka langkah pertama yang harus kita

    lakukan adalah merubah fungsi konsumsi kedalam fungsi tabungan kemudian memasukan nilai

    pendapatan (Y) kedalam fungsi tabungan.

    C = 1.500.000 + 0,70Y

    maka fungsi tabungannya adalah :

    S = -a + (1-MPC)Y

    S = - 1.500.000 + 0,30Y

    untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y kedalam fungsi

    konsumsi:

    S = -1.500.000 + 0,30(8.000.000)

    S = -1.500.000 + 2.400.000

    S = 900.000

    Jadi, besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah Rp.900.000,00

    D. GRAFIK FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

  • Untuk menggambar grafik fungsi konsumsi dan tabungan terlebih dahulu harus kita

    tentukan bahwa sumbu tegak menunjukkan sumbu C dan S (sumbu konsumsi dan tabungan),

    sedangkan sumbu datar menunjukkan sumbu Y (sumbu pendapatan).

    Contoh Soal dan cara menggambarkan Grafik :

    1. Fungsi Ekonomi

    2. Fungsi Tabungan

  • E. TEORI PENGEMBANGAN KONSUMSI

    1. Teori Konsumsi Menurut Keynes (Absolute Income Hypothesis)

    Teori konsumsi konsumsi agregatif ini mulanya dikemukan oleh Jhon Maynard Keynes

    dalam bukunya The General Theory Of Employment dan Interest and Money yang

    diterbitkan pada tahun 1936. Tentunya teori konsumsi J.M Keynes ini sebagai pencetus ide

    pertama sangat sederhana dibandingkan dengan teori konsumsi setelahnya yang terus

    mengalami perkembangan. Melalui teori konsumsi ini J.M Keynes mengungkapkan bahwa

    besar kecilnya konsumsi pada suatu waktu ditentukan oleh nilai absolute dari pendapatan

    masyarakat yang siap untuk dibelanjakan (disposable income) pada waktu berlangsung. Pola

    tingkah laku konsumsi masyarakat meningkat sejalan dengan pertambahan nilai pendapatan

    dan sebaliknya. Dengan demikian fungsi konsumsi agregatif secara sederhana dapat ditulis

    sebagai:

    C = f(Yd) ; dC/dY>0

    Dimana: C = Nilai konsumsi agregatif

    Yd= Dissposable income

    Kemudian dengan perkembangannya, hubungan diantara konsumsi dengan pendapatan

    sebagai hubungan linier maka fungsi konsumsi menjadi:

    C = a + bYd

    Melalui fungsi konsumsi ini konstanta (a) dinyatakan sebagai tingkat konsumsi subsistence

    yang harus dipenuhi meskipun tingkat pendapatan nol. Adapun b disebut sebagai Marginal

    Propensity to Consume (MPC), yaitu besarnya perubahan konsumsi dapat diakibatkan oleh

    perubahan pendapatan atau lazim ditulis dengan:

    b = dC/dY;

    dengan batasan : 0

  • Seperti penjelasan sebelumnya mengenai hubungan pendapatan disposable dengan

    konsumsi, Rahardja dan Manurung (2008) menjelaskan teori konsumsi Keynes adalah,

    konsumsi yang dilakukan saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposable saat ini. Jika

    pendapatan disposable meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Selanjutnya menurut

    Keynes ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada pendapatan. Artinya tingkat

    konsumsi itu harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang

    disebut dengan konsumsi otonomus.

    Fungsi persamaan 1 (teori konsumsi Keynes) :

    C = C0 + bYd

    Di mana:

    C = Konsumsi

    C0 = Konsumsi otonomus

    b = Marginal Propensity to Consume (MPC)

    Yd = Pendapatan Disposable

    0 b 1

    Yang perlu diperhatikan dalam fungsi konsumsi Keynes adalah:

    1. Merupakan variabel riil/nyata, yaitu bahwa fungsi konsumsi menunjukkan

    hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya

    dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan hubungan antara

    pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal.

    2. Merupakan pendapatan yang terjadi, bukan pendapatan yang diperoleh

    sebelumnya, dan bukan pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang.

    3. Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan

    permanen, sebagaimana dikemukakan oleh ahli ekonomi lainnya.

    Untuk lebih memahami hubungan antara pendapatan disposable dengan konsumsi dapat

    diperhatikan pada tabel 1.

  • Tabel 1 : Hubungan Antara Pendapatan Disposable dan Konsumsi

    Keterangan : = perubahan

    Sumber: Rahardja dan Manurung. Teori Ekonomi Makro. Edisi 4

    Tabel di atas menjelaskan, pada saat tingkat pendapatan sama dengan nol, tingkat

    konsumsi adalah 200. Dengan demikian berarti konsumsi minimal (autonomous consumption)

    sama dengan 200. Ketika pendapatan disposable meningkat menjadi 1.000, 2.000, 3.000, dan

    seterusnya, konsumsi juga meningkat menjadi 1.000, 1.800, 2.600, dan seterusnya. Kenaikan

    konsumsi tersebut disebabkan setiap 1.000 unit kenaikan pendapatan disposable, sebanyak 800

    digunakan untuk tambahan konsumsi. Terlihat bahwa tambahan konsumsi tidak sebesar

    tambahan pendapatan disposable. Tingkat pendapatan 1.000 merupakan tingkat pendapatan

    minimal agar rumah tangga mampu membiayai seluruh konsumsinya, tanpa harus mngorek

    tabungan.

    Kecenderungan mengonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume, disingkat

    MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah

    bila pendapatan disposabel bertambah satu unit.

    Fungsi persamaan MPC (2) :

    MPC =

    Seperti pada uraian tabel 1, jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada

    tambahan pendapatan disposable, Sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka

    MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposable terus meningkat,

    konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup

  • di bawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1. Dalam persamaan 1, koefisien

    parameter b adalah MPC. Besarnya MPC menunjukkan kemiringan (slop) kurva konsumsi.

    Gambar 1 yang dibuat berdasarkan tabel 1, menunjukkan grafik konsumsi yang

    berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudut kemiringannya lebih kecil daripada susut

    45 derajat memunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih besar dari satu. Hal ini dibuktikan

    bahwa ketika pendapatan disposable meningkat 1000 unit, konsumsi hanya meningkat 800

    unit, atau angka MPC sama dengan 0,8.

    Gambar1 : Kurva Konsumsi

    Sumber: Rahardja dan Manurung. Teori Ekonomi Makro. Edisi 4

    Nilai MPC akan semakin kecil pada saat pendapatan disposable meningkat.

    Pertambahan konsumsi semakin menurun bila pendapatan disposable terus meningkat gambar

    2 menunjukkan hal tersebut dengan menampilkan kurva konsumsi semakin melengking pada

    saat pendapatan semakin meninggi (tidak linier).

    Gambar 2 : Kurva Konsumsi Keynes dengan MPC Menurun

  • Sumber: Soediyono. Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif.

    Edisi ke-3

    Gejala seperti pada gambar 2 mempunyai implikasi bahwa jika negara semakin makmur

    dan adil, porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi semakin berkurang.

    Sebaliknya kemampuan menabung meningkat. Dengan demikian kemampuan perekonomian

    dalam negeri untuk menyediakan dana investasi yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan

    ekonomi jangka panjang juga meningkat.

    Dengan demikian MPC pada kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi (negara

    maju) lebih rendah daripada MPC kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (negara sedang

    berkembang).

    2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income

    Hypothesis).

    Teori konsumsi ini dikemukakan oleh James Dusenberry dimana dalam bukunya Income,

    Saving and The Theory of Consumer Behavior pada tahun 1949. Teori konsumsi yang diajukan

    oleh James Dussenbery didasarkan kepada anggapan utama atau asumsi sebagai berikut:

    Tingkat konsumsi adalah interdependent terhadap tingkat pendapatan tinggi atau

    kebiasaan yang terjadi sebelumnya. Disamping itu unsur status sosial seseorang juga

    turut menentukan tingkat konsumsinya. Dengan demikian tingkat pendapatan yang

    akan mempengaruhi konsumsi adalah nilai pendapatan relatif terhadap tingkat

    pendapatan tertinggi yang pernah dimiliki sebelumnya.

    Tingkat konsumsi bersifat irreversible yang bermakna bahwa apa yang terjadi pada

    waktu pendapatan naik, tidak akan selalu merupakan kebalikan bila terjadi penurunan

    pendapatan. Kenyataan menunjukkan bahwa bila tingkat konsumsi sebelumnya pernah

    tinggi akibat kenaikan pendapatan maka pada waktu pendapatan turun, penurunan

    konsumsi tidak akan proposional.

    Berdasarkan kedua asumsi ini maka fungsi konsumsi dinyatakan sebagai:

    C/Y = a+b (C/Y0) : 0 < b < 1

    Dimana:

    C = Konsumsi agregatif

    Y = Pendapatan

    Y0 = Pendapatan tertinggi sebelumnya

  • a = Tingkat konsumsi pada pendapatan nol (subsistence)

    b = Marginal propensity to consume (MPC)

    Dalam jangka panjang Y0 = Yt-1 sehingga Y/Y0 menjadi 1 + r , dimana r = laju

    pertumbuhan pendapatan untuk setiap unit waktu. Selanjutnya C/Y nilainya akan menjadi

    konstan dalam jangka panjang. Apabila menggunakan grafik berikut terlihat bahwa tingkat

    konsumsi agregatif pada mulanya pada garis C1 pada titik E, akan tetapi apabila terjadi

    kenaikan pendapatan konsumen (0Y1 menjadi 0Y2) maka jumlah konsumsi akan meningkat

    relatif tinggi sehingga terjadi pergeseran garis konsumsi menjadi C2 pada titik F. Sedangkan

    bila pendapatan turun maka jumlah konsumsi tidak akan turun relatif kecil, yaitu pada garis

    konsumsi yang sama yaitu C2 di titik A pada tingkat 0Yt. Teori konsumsi yg diajukan oleh

    James Duessenbery ini memberikan pengembangan baru dengan memperhitungkan unsur-

    unsur baru yang relevan dengan keadaan sebenarnya.

    3. Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent Income

    Hyphotesis).

    Teori Konsumsi permanent income hypotesis ini dikembangkan oleh Milton Friedman pada

    tahun 1957. Menurut beliau perlu dibedakan dalam pembahasan konsumsi antara mesured

    income dengan permanent income. Measured income adalah pendapatan yang diterima pada

    suatu waktu tertentu, sedangkan permanent income adalah pendapatan yang diramalkan oleh

    konsumen akan dapat diterima pada masa yang akan datang (expexted income). Kemudian

    transitory income merupakan pendapatan yang dapat mengurangi atau meningkatkan

    permanent income. Formulasi disajikan sebagai berikut:

    Ym = Yp + Yt

    Dimana : Ym = Measured Income

    Yp = Permanent Income

    Yt = Transitory Income

    4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)

    Perkembangan pada teori konsumsi berikutnya dikemukakan oleh A. Ando dan Franco

    Modigliani pada tahun 1963 yang lazim disebut sebagai Life Cycle Hypothesis. Melalui teori

    ini sumberdaya yang dimiliki oleh si konsumen dalam hidupnya (life time resources)

    dipandang sebagai faktor penentu tingkat konsumsi agregatif adalah sumberdaya yang dimiliki

    oleh konsumen, tingkat pengembalian modal (rate of return on capital) dan umur si konsumen

    itu sendiri.

  • Sumberdaya yang dimiliki oleh konsumen diwakili oleh jumlah kekayaan (wealth)

    ditambah dengan nilai sekarang dari seluruh upah yang akan diterima selama hidunya.

    Konsumen dalam menentukan konsumsinya dengan memperhitungkan seluruh sumberdaya

    yang dimiliki sehingga tingkat konsumsi agregatif bukan hanya ditentukan oleh jumlah

    pendapatan yang diterima suatu waktu, akan tetapi nilai kekayaan yang dimiliki. Dengan

    menggunakan grafik sebagai berikut:

    Gambar 1.3

    Kurva Teori konsumsi Hipotesis Siklus Hidup

    Hipotesis siklus hidup ini mengungkapkan bagaimana pola konsumsi masyarakat

    sepanjang usia (tahun) agar pendapatan yang diperoleh sebagai tingkat upah dihadapkan

    dengan pengeluaran konsumsi terhadap barang atau jasa yang diperlukan. Terlihat pada grafik,

    bahwa seorang masyarakat yang disebut konsumen pada tingkat usia produktif (15 tahun)

    memperoleh pendapatan sebesar 0Yo dengan pengeluaran konsumsi sebesar 0Co. Hal ini

    berarti bahwa konsumen dimaksud mula-mula melakukan disaving (meminjam) sebesar YoCo

    agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi. Selanjutnya pada titik E dengan tingkat usia NE

    menunjukkan keseimbangan bahwa pendapatan yang digunakan untuk konsumsi. Demikian

    pula pada tingkat usia Nf , bahwa usia lanjut dengan tingkat pendapatan menurun tetapi tidak

    dengan konsumsi yang masih meningkat tercapai keseimbangan. Hal ini berarti bahwa

    sepanjang bidang areal E menuju F bahwa konsumen melakukan tabungan (saving).

  • Keterangan :

    Yo = Pendapatan mula-mula pada usia produktif

    Co = Konsumsi mula-mula pada usia produktif

    0 = Sumbu original yang mengungkapkan usia produktif bekerja dan memperoleh pendapatan.

    Yt = Pendapatan pada periode tahun ke t

    Ct = Konsumsi pada periode tahun ke t

    N = Usia (tahun)