Konsti Pas i

38
Konstipasi bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi dari kolon dan anorektal. Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi dari kebiasaan normal. Pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering. Obstipasi bersinonim dengan konstipasi.1,2 Hampir setiap orang suatu saat pasti akan mengalami konstipasi. Penyebab terbanyak adalah diit yang kurang baik dan kurang olah raga. Pada sebagian besar kasus, konstipasi biasanya hanya bersifat sementara, dan tidak berbahaya. Di Amerika Serikat lebih dari 4 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi, hingga prevalensinya mencapai sekitar 2 %. Konstipasi diperkirakan menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter setiap tahunnya. Sebagian besar penderita konstipasi dapat diobati secara medik, menghasilkan perbaikan keluhan. Keluhan konstipasi tampaknya dialami penduduk kulit berwarna 1,3 kali lebih sering dibanding kulit putih. Perbandingan laki : perempuan sekitar 1 : 3. Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai orang tua. Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 – 40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan konstipasi ini.3,4,5 II.1. Definisi Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.6,7 Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi (sujono).Disebut konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.8,9,10 Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25 % selama minimal 3

description

KONSTIPASI

Transcript of Konsti Pas i

Page 1: Konsti Pas i

Konstipasi bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi dari kolon dan anorektal. Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi dari kebiasaan normal. Pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering. Obstipasi bersinonim dengan konstipasi.1,2

Hampir setiap orang suatu saat pasti akan mengalami konstipasi. Penyebab terbanyak adalah diit yang kurang baik dan kurang olah raga. Pada sebagian besar kasus, konstipasi biasanya hanya bersifat sementara, dan tidak berbahaya. Di Amerika Serikat lebih dari 4 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi, hingga prevalensinya mencapai sekitar 2 %. Konstipasi diperkirakan menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter setiap tahunnya. Sebagian besar penderita konstipasi dapat diobati secara medik, menghasilkan perbaikan keluhan. Keluhan konstipasi tampaknya dialami penduduk kulit berwarna 1,3 kali lebih sering dibanding kulit putih. Perbandingan laki : perempuan sekitar 1 : 3. Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai orang tua. Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 – 40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan konstipasi ini.3,4,5II.1. DefinisiDefinisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.6,7Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi (sujono).Disebut konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.8,9,10Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25 % selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2) mengejan pada saat defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4) defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.4,5,10Pada tahun 1999 Komite Konsensus Internasional telah membuat suatu pedoman untuk membuat diagnosis konstipasi. Diagnosis dibuat berdasar adanya keluhan paling sedikit 2 dari beberapa keluhan berikut, minimal dalam waktu 1 tahun tanpa pemakaian laksans (kriteria Roma II), yaitu (Whitehead 1999) : (1) defekasi kurang dari 3x/minggu, (2) mengejan berlebihan minimal 25 % selama defekasi, (3) perasaan tidak puas berdefekasi minimal 25 % selama defekasi, (4) tinja yang keras minmal 25 %, (5) perasaan defekasi yang terhalang, dan (6) penggunaan jari untuk usaha evakuasi tinja.11

II.2. EpidemiologiSesuai dengan sigi “National Health Interview” di Amerika Serikat lebih dari 4 – 4,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi, hingga prevalensinya mencapai sekitar 2 %. Penderita yang mengeluh konstipasi ini kebanyakan adalah wanita, anak-anak, dan orang dewasa di atas usia 65 tahun. Wanita hamil juga sering mngeluh konstipasi, demikian pula setelah melahirkan atau pasca bedah. Konstipasi diperkirakan menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter setiap tahunnya. Sebagian besar penderita konstipasi dapat

Page 2: Konsti Pas i

diobati secara medik, menghasilkan perbaikan keluhan. Namun sebagian kecil merasa terganggu akibat konstipasi ini. Beberapa penderita dengan konstipasi fungsional (mis. “inersia kolon”), bahkan membutuhkan kolektomi abdominal total dengan anastomosis ileorectal.4,9,10Keluhan konstipasi tampaknya dialami penduduk kulit berwarna 1,3 kali lebih sering dibanding kulit putih. Perbandingan laki : perempuan sekitar 1 : 3. Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai orang tua. Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 – 40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan konstipasi ini. Namun sebagian besar penderita biasanya hanya melakukan pengobatan sendiri, tanpa pergi ke dokter. Akibatnya adalah pengeluaran biaya sebesar 500 - 725 juta dolar setiap tahunnya untuk pembelian obat-obat golongan laksans.4,5,9,10

II.3. ETIOLOGIPenyebab konstipasi biasanya multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder (diit, kelainan anatomi, kelainan endokrin dan metabolik, kelainan syaraf, penyakit jaringan ikat, obat, dan gangguan psikologi), konstipasi fungsional (konstipasi biasa, “Irritabel bowel syndrome”, konstipasi dengan dilatasi kolon, konstipasi tanpa dilatasi kolon , obstruksi intestinal kronik, “rectal outlet obstruction”, daerah pelvis yang lemah, dan “ineffective straining”), dan lain-lain (diabetes melitus, hiperparatiroid, hipotiroid, keracunan timah, neuropati, Parkinson, dan skleroderma).1,4,5,10A. Konstipasi sekunder1.Pola hidup :Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk, kurang olah raga.2.Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses perineum, megakolon.3.Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan kehamilan. 4.Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier. 5.Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue disease”. 6.Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth), anti kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa kalsium), “calcium channel blockers” (verapamil), OAINS (ibuprofen, diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan stimulans jangka panjang. 7.Gangguan psikologi (depresi). B. Konstipasi fungsional=kontipasi simple atau temporer1.Konstipasi biasa : akibat menahan keinginan defekasi. 2.“Irritabel bowel syndrome” 3.Konstipasi dengan dilatasi kolon : “idiopathic megacolon or megarektum” 4.Konstipasi tanpa dilatasi kolon : “idiopathic slow transit constipation” 5. Obstruksi intestinal kronik. 6.“Rectal outlet obstruction” : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi. 7.Daerah pelvis yang lemah : “descending perineum”, rectocele. 8.Mengejan yang kurang efektif (“ineffective straining”) C. Penyebab lain1.Diabetes mellitus 2.Hiperparatiroid

Page 3: Konsti Pas i

3.Hipotiroid 4.Keracunan timah (“lead poisoning”) 5.Neuropati 6.Penyakit Parkinson 7.Skleroderma 8.Idiopatik :Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.(ipd)

Pola HidupPola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan penyebab tersering dari konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit yang rendah serat, seperti terdapat pada sayuran, buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak seperti dalam keju, mentega, telur dan daging. Mereka yang makan makanan yang kaya serat biasanya lebih jarang yang mengalami konstipasi Diit rendah serat juga memegang peranan penting untuk timbulnya konstipasi pada usia lanjut. Mereka biasanya kurang berminat untuk makan, dan lebih senang memilih makanan cepat saji yang kadar seratnya rendah. Selain itu, berkurangnya jumlah gigi, memaksa mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah diproses dengan kadar serat yang rendah.1,4,5,9,10Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces sehingga feces mudah dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air yang cukup, kira-kira 8 liter per hari. Cairan yang mengandung kafein, seperti kopi dan kola, serta alkohol memiliki efek dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan konstipasi. urang olahraga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, meskipun belum diketahui dengan pasti patogenesisnya. Sebagai contoh, konstipasi sering terjadi pada orang sakit yang melakukan istirahat yang panjang. 4,5,9,10

Irritable Bowel Syndrome (IBS)Beberapa penderita IBS mengalami spasme pada colon yang akan mempengaruhi peristaltik usus dan proses pengeluaran feces. Konstipasi dan diare muncul bergantian, kram perut dan kembung merupakan gejala yang paling sering muncul.

Perubahan kegiatan rutin (Kehamilan, Proses penuaan, Travelling)Terjadinya konstipasi pada masa kehamilan mungkin disebabkan karena perubahan hormonal dan uterus yang membesar menekan usus. Proses penuaan menyebabkan menurunnya proses metabolisme pada intestinal dan pada tonus otot. Orang sering mengalami konstipasi ketika melakukan perjalanan disebabkan oleh perubahan pola diet normal harian yang biasanya dikonsumsi.

Penggunaan LaxativesLaxatives dapat merusak sel saraf pada usus besar dan menggangu kemampuan kontrasksi dari usus besar.

II.4. PATOFISIOLOGIBuang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan.

Page 4: Konsti Pas i

Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak.1,5,10Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi).6Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan dan malas, menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.4,10,12Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.8Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja. Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi retensi dan terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan diare.7

Akibat dari konstipasiSebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada

Page 5: Konsti Pas i

seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid.Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “ hepatik encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis.

II.5. MANIFESTASI KLINISPenderita yang mengalami konstipasi biasanya merasa defekasinya menjadi sulit dan nyeri, tinja keras, mengejan pada saat defekasi, perasaan kurang puas setelah defekasi, defekasi hanya 3x atau kurang dalam seminggu. Keluhan lain yang bisa timbul adalah perasaan kembung, kurang enak, dan malas.3,4,5,9,10Penderita dapat juga tanpa keluhan sama sekali, atau mempunyai keluhan lain seperti : perut kembung, nyeri waktu defekasi, “rectal bleeding” (perdarahan rektum), diare “spurious” (sedikit-sedikit), dan nyeri pinggang bagian bawah (LBP).11Penderita biasanya mengeluh beberapa hari tak dapat defekasi dan kalau defekasi selalu susah. Tinja yang keluar keras dan kehitam-hitaman. Perut selalu dirasa penuh serta dirasa mendesak keatas, kembung, berbunyi,mual-mual. Rasa mulas di perut kiri pada daerah sigmoid dan kolon desendens. Keluhan lain yang sering dirasakan ialah mulut rasa pahit, lidah kering, kepala pusing, nafsu makan menurun. Bilamana konstipasi berlangsung lama, maka keluhan tersebut diatas makin bertambah berat, bahkan sampai timbulnya gejala obstruksi intestinal.13

II.6. DIAGNOSIS1. AnamnesisAnamnesis yang seksama dan hati-hati merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk mencari penyebab konstipasi. Dengan menanyakan tipe dan derajat gangguan konstipasi dapat diperkirakan etiologi dari keluhan tersebut. Termasuk dalam gangguan ini antara lain : lamanya usaha untuk melakukan defekasi, jumlah defekasi per minggunya, dan ada tidaknya keluhan mengejan dan atau tinja yang keras.4,5,9,10Anamnesis yang akurat untuk mendeteksi adanya penurunan berat badan, perdarahan saluran cerna, riwayat keluarga kanker, pola buang air besar sebelumnya.6Sebagian besar penderita dengan konstipasi kronik pada umumnya tidak menunjukkan penyebab yang spesifik pada saat pemeriksaan pertama. Anamnesis yang teliti harus dapat mendeteksi penyebab terbanyak dari konstipasi yaitu : (1) konstipasi pasca bedah, (2) tirah baring yang terlalu lama, (3) sisa barium setelah pemeriksaan barium enema, atau (4) obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi (misalnya : opioid, antikholinergik).4,5,9,10Pada penderita tua yang melakukan tirah baring, penting untuk menyingkirkan adanya dehidrasi yang berat dan kelainan elektrolit. Singkirkan dulu setiap komplikasi konstipasi yang dapat mengancam hidup penderita (misalnya, volvulus) dan ingat bahwa penderita mungkin mengalami perforasi usus setelah dilakukan klisma dengan air hangat di rumah. Keluhan berikut juga dapat dipakai sebagai dugaan bahwa penderita mengalami kesulitan defekasi : perasaan kurang puas setelah defekasi, sering dilakukan evakuasi feses dengan

Page 6: Konsti Pas i

jari, “tenesmus”, dan retensi pada saat dikerjakan klisma.4,5,9,10Uraian yang tepat tentang gejala dan lama terjadinya harus didapat. Konstipasi yang ditemukan sejak lahir atau sejak awal usia kanak-kanak cenderung bersifat kongenital, sementara awitan yang terjadi kemudian menunjukkan penyakit yang di dapat. Penjelasan mengenai frekuensi dan sifat defekasi harus dinyatakan, termasuk keluhan mengejan yang berlebihan saat defekasi, adanya skibala yang keras, atau perasaan pengeluaran kotoran yang tidak tuntas. Pasien harus ditanya mengenai nyeri abdomen dan kembung yang terkait dan gejala-gejala saluran kemih atau saluran makanan bagian atas. Pertanyaan ini penting untuk mendapatkan riwayat pemakaian laksatif dan lamanya.8

2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik sering kurang bermanfaat untuk menetapkan penyebab serta pengobatan konstipasi. Pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan sistemik dan local, terutama tanda adanya masa intra abdomen, peristaltik usus dan colok dubur.Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada deteksi penyakit-penyakit nongastrointestinal yang dapat turut menjadi penyebab timbulnya konstipasi. Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan neurologis, termasuk penilaian terhadap fungsi autonom. Abdomen harus diperiksa untuk mencari tanda-tanda pembedahan sebelumnya, distensi usus atau feses yang tertahan. Pemeriksaan perineum dan anorektal harus dilakukan untuk menemukan bukti adanya deformitas, atrofi otot gluteus, prolapsus rekti, stenosis ani, fissura ani, masa rektum atau fecal impaction. Pasien dapat diminta untuk mengejan agar bukti yang menunjukan adanya rektokel, atau prolapsus rekti dapat terlihat. Adanya “ kedipan anus “ harus dinilai dengan menunjukkan kontraksi refleks kanalis ani setelah rasa ditusuk peniti pada perineum.8Pemeriksaan fisik sering kurang bermanfaat untuk menetapkan penyebab serta pengobatan konstipasi, kecuali pada kejadian berikut ini : 5,9,10Adanya masa yang teraba pada pemeriksaan abdomen. Lesi anorectal, yang diduga menjadi penyebab konstipasi (misalnya : fisura ani, fistula ani, striktur, kanker, hemoroid yang memgalami trombosis) Intususepsi yang tampak pada saat mengejan. Pemeriksaan colok dubur (RT) sering bermanfaat untuk dipakai menemukan kelainan berikut ini :4,5,9,10Masa anorektal. Tonus sfingter ani internal. Kekuatan sfingter ani eksternal dan otot puborectalis. Adanya “gross blood” atau “occult bleeding” dengan memeriksa tes guaiak tinja. Jumlah dan konsistensi tinja : pada “pelvis outlet dysfunction”, akan ditemukan tinja lebih banyak di daerah “rectal vault” dari pada pada “colonic inertia” atau “irritable bowel syndrome”, di mana di antara defekasi biasanya hanya ditemukan sisa tinja dalam jumlah yang lebih sedikit atau tidak ada sama sekali. “Pelvis floor dysfunction” (disfungsi dasar panggul) dapat memberi gejala khas berupa kegagalan memberi tekanan pada jari pada saat mengejan pada waktu dilakukan pemeriksaan colok dubur. Anus kaku atau spastik, yang menunjukkan adanya lesi anus. Lumen dari rektumbiasanya membesar dan biasanya teraba “ faecal mass”. Jadi bila dijumpai dilatasi dari rektum dengan proktostasis dan adanya gangguan pengosongan rektum ialah tanda patognomonis dan dyschezia

Page 7: Konsti Pas i

3. Pemeriksaan laboratoriumPerlu diperhatikan warna, bentuk, besarnya dan konsistensi dari masa fekal. Pemeriksaan kimia darah dapat dipakai untuk menyingkirkan kelainan metabolik sebagai penyebab konstipasi, seperti : hipokalemia dan hiperkalsemia. Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan adanya anemia akibat perdarahan per anum (“gross” atau “occult”). Tes fungsi tiroid dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya hipotiroid.4,9,10

4. Pemeriksaan radiologyFoto polos abdomen (berdiri dan berbaring) : dapat menunjukkan jumlah tinja dalam kolon penderita. Dengan demikian diagnosis banding antara : “fecal impaction”, obstruksi usus, dan “fecalith” dapat dibuat. Diagnosis adanya “fecalith” penting untuk dipastikan karena kemungkinan terjadinya komplikasi “stercoral ulcers”, yang dapat menimbulkan perforasi kolon dapat terjadi setiap saat. Gastropati diabetik, seperti halnya “fecal impaction”, dapat timbul pada penderita neuropati diabetik. Sisa barium (sesudah pemeriksaan barium enemas) dapat juga tampak pada foto polos abdomen.9Skleroderma dan penyakit jaringan ikat yang lain, dapat disertai gangguan motorik yang dapat menutupi gejala-gejala obstruksi kolon pada pemeriksaan foto polos abdomen “Myxedema ileus” dapat terjadi akibat hipotiroid.9

5. Pemeriksaan lain-lainRektosigmoidoskopiPerlu dikerjakan dan diperhatikan membran mukosa, untuk memperhatikan ada tidaknya tanda-tanda kataral proktosigmoiditis dan melanosis koli. Pada penderita yang biasa mempergunakan laksatif atau terlalu sering melakukan lavement, maka terlihat tanda-tanda inflamasi yang ringan yaitu mukosa membran terlihat kuning kecoklat-coklatan. Sering terlihat bahwa sigmoid mengalami dilatasi, sehingga instrument dapat dengan mudah masuk ke sigmoid.Pemeriksaan ekstensif yang lebih teliti pada penderita konstipasi dapat dilakukan secara poliklinik, biasanya baru dikerjakan bila keluhan berlangsung lebih dari 3 – 6 bulan, dan pengobatan medik tidak ada hasilnya.4,5,10Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk melihat baik anatomi (barium enema, proktosigmoidoskopi, kolonoskopi) maupun fisiologi (“colonic transit study”, “defecography”, “manometry”, “electromyography”).4,5,6,9,10Kolonoskopi atau sigmoidoskopi fleksibel dapat memeperlihatkan melanosis koli sebagai bercak berwarna hitam coklat pada mukosa usus yang terjadi akibat penggunaan preparat laksatif antrakuinon secara kronik. Tidak adanya haustra pada endoskopi atau barium enema menunjukkan “kolon katartik” akibat penyalahgunaan preparat laksatif. Barium enema juga dapat memperlihatkan lesi obstruktif kolon, penyakit mega kolon atau mega rektum, dan pada penyakit hirschsprung akan menunjukkan segmen usus yang mengalami denervasi serta memperlihatkan gambaran yang khas dengan dilatasi segmen kolon yang proksimal. Pada kasus-kasus seperti ini, biopsi rektum dapat dilakukan untuk menunjukkan tidak adanya neuron.8

Beberapa prosedur yang dapat dikerjakan untuk membantu diagnosis: Anoscopy/Proctoscopy: pemeriksaan ini dapat dilakukan secara rutin pada setiap penderita konstipasi untuk melihat adanya : fisura ani, tukak, hemoroid, dan keganasan lokal anorektal.4,10

Page 8: Konsti Pas i

Digital disimpaction (disimpaksi dengan jari): dengan menggunakan sarung tangan yang telah di lubrikasi, tinja yang telah menekan daerah anorektal bawah selama beberapa lama dapat dilepaskan.4,10Klisma dengan air hangat : biasanya kurang popular, mungkin belum perlu dikerjakan pada penangan awal.4,10

II.7. PENGOBATANPengobatan utama adalah pemberian diit tinggi serat. “Bulking agents” merupakan pengobatan lini berikutnya. Pemberian klisma dapat dikerjakan untuk membantu melakukan evakuasi tinja secara total. Hindari pemakaian iritan atau perangsang peristaltik. Pemakaian obat-obat ini dalam jangka panjang pernah dilaporkan dapat menimbulkan kerusakan pada “myenteric plexus”, yang selanjutnya justru akan mengganggu gerakan usus. Pada prinsipnya untuk merawat penderita konstipasi ialah :1.Harus dicari sebab-sebabnya.2.Memberi pendidikan atau pengertian kepada penderita, agar dapat melakukan defekasi secara alamiah.3.Menghentikan kebiasaan pemakaian laksatif dan enema.4.Mengembalikan dan membiasakan agar dapat defekasi sendiri tanpa obat-obatanOleh karena itu perawatan konstipasi untuk tiap penderita tidak selalu sama, dan harus dicari penyebabnya. Memberi penerangan kepada penderita, agar supaya secara teratur pada waktu-waktu yang tertentu melakukan defekasi.Perhatian terhadap pengobatan yang spesifik seyogyanya lebih ditujukan pada evakuasi dari tinja, dibanding meningkatkan gerakan usus. Konsultasi dengan ahli bedah sebaiknya segera dikerjakan bila ada dugaan obstruksi intestinal atau volvulus (Holson 2001).Penanganan konstipasi harus disesuaikan menurut keadaan masing-masing pasien dengan memperhitungkan lama dan intensitas konstipasi, faktor-faktor kontribusi yang potensial, usia pasien dan harapan pasien. 1.PERUBAHAN GAYA HIDUP a. DietMakanan berserat, baik yang mudah larut maupun yang sulit larut, merupakan bagian dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Makanan berserat yang mudah larut akan cepat melarut dalam air dan membentuk bahan “gel” dalam usus. Sebaliknya makanan berserat yang tidak larut, akan melewati usus tanpa mengalami perubahan Bahan serat yang berbentuk besar (“bulk”) dan lunak ini akan mencegah terjadinya tinja yang keras dan kering yang lebih sulit melewati usus.4,5,9,10Rata-rata orang Amerika makan 5 – 20 gram makanan berserat setiap harinya, lebih sedikit dibanding jumlah 20 – 35 gram yang dianjurkan oleh “the American Dietetic Association”. Baik anak-anak maupun orang dewasa makan terlalu banyak makanan yang sudah dibersihkan dan diproses, di mana serat alamiahnya sudah dibuang. Terapi inisial biasanya berupa diet dengan penekanan pada peningkatan asupan serat makanan. Banyak pasien dengan konstipasi memperlihatkan responnya terhadap peningkatan asupan serat makanan hingga mencapaijumlah antara 20-30 gram/hari. Suplementasi serat dapat meningkatkan berat tinja serta frekuensi defekasi dan menurunkan waktu transit gastrointestinal. Efek serat yang menghasilkan massa dalam kotoran dapat berhubungan dengan

Page 9: Konsti Pas i

peningkatan retensi air maupun dengan proliferasi bakteri kolon yang memproduksi gas di dalam tinja. Suplementasi serat bukan terapi yang tepat bagi pasien dengan lesi obstruktif traktus gastrointestinal atau bagi pasien penyakit megakolon atau megarektum.8Dianjurkan makanan yang banyak mengandung sayur-sayuran, buah-buahan, yang banyak mengandung selulosa. Selulosa yang dimakan susah dicerna, sebab didalam badan kita tidak mempunyai enzim selulosa. Jadi selulosa berguna untuk memperlancar defekasi.13b. Banyak minum dan olah raga Cairan seperti air dan jus, menambah jumlah air yang masuk ke dalam kolon dan memperbesar bentuk tinja, dan membuat gerakan usus menjadi lebih per-lahan-lahan dan lebih mudah. Penderita yang mengalami masalah konstipasi, seyogyanya minum cukup air setiap harinya, sekitar 8 gelas perhari. (suyono)Cairan lain seperti kopi dan “soft drinks”, yang mengandung kafein, tampaknya mempunyai efek dehidrasi.4,5,10Kurang olah raga dapat menimbulkan konstipasi, tanpa diketahui penyebab sebenarnya. Sebagai contoh, konstipasi sering terjadi pada penderita setelah mengalami kecelakaan atau pada saat penderita diharuskan tirah baring dalam waktu yang lama karena penyakitnya.4,10 2.PEMBERIAN OBAT Pengobatan utama adalah pemberian diit tinggi serat. “Bulking agents” merupakan pengobatan lini berikutnya. Pemberian klisma dapat dikerjakan untuk membantu melakukan evakuasi tinja secara total. Hindari pemakaian iritan atau perangsang periltatik. Pemakaian obat-obat ini dalam jangka panjang pernah dilaporkan dapat menimbulkan kerusakan pada “myenteric plexus”, yang selanjutnya justru akan mengganggu gerakan usus.4,5,9,10a. LaksansSebagian besar penderita dengan konstipasi ringan biasanya tidak membutuhkan pemberian laksans. Namun bagi mereka yang telah melakukan perubahan gaya hidup, tetapi masih tetap mengalami konstipasi, pemberian laksans dan atau klisma untuk jangka waktu tertentu dapat dipertimbangkan. Pengobatan ini dapat menolong sementara untuk mengatasi konstipasi yang telah berlangsung lama akibat usus yang malas. Pada anak-anak, pengobatan laksans jangka pendek, untuk merangsang supaya usus mau bergerak secara teratur, juga dapat dipakai untuk mencegah konstipasi. Laksans dapat diberikan per oral, dalam bentuk cairan, tablet, bubuk. Ada beberapa macam cara kerjanya.4,5,10b.Bulk forming agents / hydrophilicDigunakan untuk meningkatkan masa tinja, hingga akan merangsang terjadinya perilstatik. Bahan ini biasanya cukup aman, tetapi dapat mengganggu penyerapan obat lain. Laksans ini juga dikenal dengan nama “fiber supplements”, dan harus diminum dengan air. Dalam usus bahan ini akan menyerap air, dan membuat tinja menjadi lebih lunak. Beberapa contoh : 4,5,10Psyllium (Metamucil, Fiberall)Methylcellulose (Citrucel) Ispaghula (Mucofalk) Dietary brand

c.Emollients / softeners / sufactant / wetting agents Menurunkan tekanan permukaan tinja, membantu penyampuran bahan cairan dan lemak, sehingga dapat melunakkan tinja. Pelunak tinja (“stool softeners”) dapat melembabkan

Page 10: Konsti Pas i

tinja, dan menghambat terjadinya dehidrasi. Laksans ini banyak dianjurkan pada penderita setelah melahirkan atau pasca bedah Beberapa contoh :4,5,10Docusate (Colace, Surfak) Mineral oilPolaxalko

d.Emollient stool softeners in combination with stimulants / irritant “Emollient stool softeners” menyebabkan tinja menjadi lunak. Stimulan meningkatkan aktivitas perilstatik saluran cerna, menimbulkan kontraksi otot yang teratur (“rhythmic”). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fenolftalen, yang dikandung dalam beberapa laksans stimulans, ternyata dapat meningkatkan resiko kanker. FDA telah melakukan pelarangan penjualan bebas produk yang mengandung bahan fenolftalen ini. Sebagian besar produsen laksans saat ini telah mulai mengganti fenolftalen dengan bahan yang lebih aman. Beberapa contoh : 4,5,10Docusate sodium and casanthranol combination (Peri-Colace, Diocto C, Silace-C) Bisacodyl (Dulcolax) Brand names include Correctol®, Senna®, Purge®, Feen-A-Mint®, and Senokot®.

e.Osmotic laxatives Mempunyai efek menahan cairan dalam usus, osmosis, atau mempengaruhi pola distribusi air dalam tinja. Laksans jenis ini mempunyai kemampuan seperi “spons”, menarik air ke dalam kolon, sehingga tinja mudah melewati usus. 4,5,10Hyperosmolar laxatives : Polyethylene glycol solution (Miralax) Lactulose (Cephulac, Cholac, Constilac, Duphalac, Lactulax) Sorbitol Glycerine Saline laxatives :Magnesium sulfate Magnesium hydroxide (Phillips' Milk of Magnesia) Sodium phosphate (Fleet enema) Magnesium phosphate Penderita yang sudah tergantung pada pemakaian laksans ini, sebaiknya dianjurkan untuk menghentikan obat ini secara perlahan-lahan. Pada sebagian besar penderita, biasanya kemampuan untuk kontraksi kolon dapat dipulihkan kembali secara alamiah, dengan memperbaiki penyebab konstipasi tersebut.4,5

3.PENGOBATAN LAINPengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti. 4,5,10a.Prokinetik Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi belum banyak publikasi yang menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik (seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan penyakit refluks gastroesofagus, namun pada konstipasi belum

Page 11: Konsti Pas i

banyak laporan yang ditulis.Tegaserod, merupakan agonis parsial 5-HT4, dapat mempercepat transit orosekal (tanpa mempengaruhi pengosongan lambung) dan mempunyai tendensi untuk mempercepat transit kolon. Dalam uji klinik fase III, tegaserod 12 mg/hari, menghasilkan peningkatan kelompok “Irritabel bowel syndrome” tipe konstipasi yang mencapai tujuan utama “hilangnya keluhan “ penderita. Efek sekunder yang ditemukan termasuk antara lain perbaikan dalam konstipasi, nyeri sepanjang hari, dan rasa kembung.10b.Analog prostaglandinAnalog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2 dan merangsang motilitas saluran cerna bagian bawah.10

c.Klisma dan supositoriaBahan tertentu dapat dimasukkan ke dalam anus untuk merangsang kontraksi dengan cara menimbulkan distensi atau lewat pengaruh efek kimia, untuk melunakkan tinja. Kerusakan mukosa rektum yang berat dapat terjadi akibat ekstravasasi larutan klisma ke dalam lapisan submukosa. Beberapa cara yang dapat dipakai : 4,10- Klisma dengan PZ atau air biasa- Na-fosfat hipertonik- Gliserin supositori- Bisacodyl supositorid.BiofeedbackPenderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat dicoba dengan pengobatan “biofeedback” untuk mengembalikan otot yang mengendalikan gerakan usus. “Biofeedback” menggunakan sensor untuk memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli kesehatan yang professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong penderita mempelajari bagaimana cara menggunakan otot tersebut. 4,10Dalam penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat mempengaruhi persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan yang sangat penting dalam modulasi faal saluran cerna. 11e.Operasi Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis) hanya dicadangkan pada penderita dengan keluhan yang berat akibat kolon yang tidak berfungsi sama sekali (“colonic inertia”). Namun tindakan ini harus dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena komplikasinya cukup banyak seperti : nyeri perut dan diare. 4,10

II.8. PANTAUAN PENDERITA

1.Untuk penderita rawat inap : Penderita rawat inap dengan konstipasi yang perlu mendapat perhatian khusus, karena mungkin perlu evaluasi ahli bedah adalah : 4,10 Adanya tanda-tanda obstruktif “Nonrectal impactions” Demam dan dehidrasi.

Page 12: Konsti Pas i

2. Penderita rawat jalanPengawasan penderita rawat jalan harus mengikut sertakan dokter keluarga penderita untuk memastikan pengawasan yang lebih baik. Konsultasi ke Gastroenterologis dianjurkan pada penderita dengan keluhan : 4,10Konstipasi yang relatif baru. Konstipasi kronik dengan penurunan berat badan, anemia, atau perubahan konsistensi tinja.

Konstipasi yang refrakter. Konstipasi yang membutuhkan pemakaian laksans yang terus menerus.

3. Obat-obat yang dianjurkan 4,10Bulk-forming agent: Psyllium (eg, Metamucil) dapat meningkatkan frekuensi defekasi dan melunakkan konsistensi tinja. Emollient: Docusate sodium (eg, Colace) memperbaiki gerakan usus. Klisma dengan air hangat : dapat mempercepat perbaikan keluhan penderita dan dapat mengatur gerakan usus selanjutnya.

4. Pencegahan 4,10Minum yang cukup (misalnya, 8 gelas air sehari) Olah raga teratur. Diet tinggi serat Hindari atau kurangi obat-obat yang menimbulkan konstipasi Defekasi yang teratur, usahakan pada jam yang sama setiap harinya, dapat mengurangi keluhan, terutama setelah makan di mana refleks “gastrocolic” menunjukkan kerja paling kuat.

5. Komplikasi 4,10Fisura ani “Fecal impaction” Obstruksi usus “Fecal incontinence” Ulserasi stercoral Megakolon Volvulus Pprolaps rektum Retensi urin “Syncope”

6. Prognosis 4,10Sebagian besar penderita yang aktif, menunjukkan respons yang baik dengan pemberian obat. Pada penderita yang harus tirah baring lama, konstipasi akan menjadi masalah, juga yang “debilated” (cacat)

MAKALAH GASTROINTESTINAL

Kamis, 03 Maret 2011

Page 13: Konsti Pas i

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Pengertian GastrointestinalGastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan.Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot. Sistem gastro intestinal dan organ accesoris memperoleh aliran darah sekitar 25 – 30 % dari cardiac out put. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastro intestinal melibatkan saraf autonom saraf parasimpatis dan simpatis.

1.2 Fungsi Secara Umum Sistem GastrointestinalFungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan makanan, mencerna makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi nutrien hasil pencernaan ke dalam pembuluh darah, serta mengeluarkan produk sisa.

Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus-menerus. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan : 1. Pergerakan makan melalui saluran gastrointestinal2. Sekresi getah pencernaan dan makanan3. Absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit 4. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang di absorbsi5. Pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal.

BAB IIPEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM GASTROINSTESTINAL

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

A. MulutMerupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Page 14: Konsti Pas i

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan ( Faring)Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

C. Kerongkongan (Esofagus)Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus - "memakan").Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus) serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. LambungMerupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia. Fundus. Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Page 15: Konsti Pas i

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :• Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.• Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.• Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

Page 16: Konsti Pas i

2. Usus Kosong (jejenum)Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".

3. Usus Penyerapan (illeum)Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

F. Usus Besar (Kolon)Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : • Kolon asendens (kanan) • Kolon transversum • Kolon desendens (kiri) • Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (sekum)Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

Page 17: Konsti Pas i

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan anusRektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

J. PankreasPankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan • Pulau pankreas, menghasilkan hormon Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

K. Hati

Page 18: Konsti Pas i

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

L. Kandung empeduKandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:• Membantu pencernaan dan penyerapan lemak • Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Page 19: Konsti Pas i

Pengertian Diare dan GejalanyaHome › Health › Pengetahuan kesehatan - 0 Comments

(Pengertian, Gejala, Pengobatan pada Diare ) Diare adalah peningkatan jumlah (tiga kali atau lebih) atau penurunan konsistensi dari tinja (menjadi lunak atau cair) dalam waktu 24 jam.

Diare dapat dibagi menjadi tiga macam yakni:Diare akut (kurang dari 14 hari)Diare persisten (lebih dari 14 hari)Diare kronik (lebih dari 1 bulan)

Gejala dan tanda DiareKonsistensi feses menurun (cair) dengan/ tanpa darah, suhu badan mungkin meningkat (demam), nyeri perut, sakit kepala, nafsu makan tidak ada/ berkurang, lemah, mual, muntah, mialgia (nyeri otot), cengeng, gelisah.

Page 20: Konsti Pas i

Beberapa faktor yang menyebabkan Sakit Diare:

virus (paling sering) bakteri infeksi parasit obat-obatan (kafein, alkohol) penyakit non-infeksi (irritable bowel syndrome, inflammatory bowel disease) laktosa (gula yang terdapat di dalam susu) pemanis buatan (sorbitol dan mannitol, pemanis buatan yang terdapat di permen

karet atau produk bebas gula lainnya dapat menyebabkan diare pada orang sehat)

Penatalaksanaan DiarePastikan tanda-tanda dehidrasi, cegah perburukan dan bawa ke fasilitas kesehatan:

Tanda-tanda dehidrasi pada anak

Tanpa dehidrasi: sadar, mau minum normal, kelopak mata normal, air mata banyak, mulut tidak kering, kulit tidak keriput. Urin normal. Berat badan turun<5%. Terapi penggantian cairan rehidrasi oral (CRO) 10ml/kgBB/setiap diare; 2-5ml/kgBB setiap muntah.

Dehidrasi ringan-sedang: rewel, gelisah, tampak kehausan dan minum dengan cepat, kelopak mata cekung, air mata berkurang, mulut kering, kulit pucat, urin berkurang, berat badan turun 5-10% dari BB sebelumnya. Diberikan rehidrasi dengan CRO 75mg/kgBB/3jam dan penggantian cairan sama seperti dehidrasi ringan.

Dehidrasi berat: lemah, tidak sadar, tidak mau minum, kelopak mata sangat cekung, sangat kering, kulit pucat, berat badan turun>10%bb sebelumnya. Terapi rehidrasi dengan cairan intravena (infus) untuk itu segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

Pemeriksaan penunjang terhadap Penderita Diare

Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah Duodenal intubation

(Pesan terhadap Pembaca: Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh atau hilang atau berkurangnya cairan atau air di dalam tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh, sehingga badan terasa lemas dan ngos-ngosan, untuk itu kita harus sangat waspada terhadap orang / anak yang mengalami Dehidrasi karena dapat menyebabkan anak / orang tersebut pingsan dan lemas. Oleh karena itu apabila anak-anak / orang tua sedang sakit sebaiknya kasih air putih yang banyak terutama bagi penderita Diare untuk menghindari terjadinya Dehidrasi )

Page 21: Konsti Pas i

Tag Archive

You are currently browsing the tag archive for the ‘Faktor risiko konstipasi’ tag.

Mengatasi Susah Buang Air Besar

28 June 2012 in Penyakit, Vegan | Tags: Diagnosa konstipasi, Faktor risiko konstipasi, Gejala konstipasi, Mencegah susah buang air besar, Mengobati susah buang air besar, Pengobatan konstipasi, Pengobatan sembelit, Penyebab sembelit, Pola makan susah buang air besar, Pola makan untuk sembelit, Susu menyebabkan sembelit pada anak | Leave a comment

shutterstock.com

Konstipasi atau sembelit mengacu pada kesulitan atau susah buang air besar atau jarang buang air besar. Dikatakan sembelit apabila frekuensi buang air besar secara tuntas dan spontan kurang dari tiga kali per minggu.

Sembelit adalah keluhan pencernaan yang paling umum di Amerika Serikat, terjadi pada sekitar 15 sampai 20 persen orang dewasa. Sembelit juga merupakan kondisi pediatrik umum. Banyak kasus berkaitan dengan masalah perilaku. Namun, anak-anak juga terkena sembelit akibat makanan, antara lain karena kurangnya serat, dehidrasi, dan intoleransi susu. Sembelit terjadi pula pada fibrosis sistik dan keracunan timah.

Obat-obat tertentu mengakibatkan sembelit sebagai efek samping. Ini termasuk antihistamin, narkotika, antasid, calcium channel blockers, antidepresan trisiklik, dan obat lainnya. Obat-obatan adalah penyebab umum terutama pada orang lanjut usia.

Penyebab potensial lainnya termasuk berhenti merokok (karena gejala putus obat-nikotin), penyakit Parkinson, wasir, dan gangguan hormonal (misalnya hipotiroidisme).

Gejala

Tinja yang keras, kering, yang sulit untuk dikeluarkan atau menimbulkan sensasi buang air besar yang tidak tuntas

Gerakan usus yang jarang Kembung dan ketidaknyamanan perut. Gejala-gejala ini lebih sering terjadi pada

sindrom iritasi usus (IBS) daripada sembelit karena penyebab lain. IBS dapat dibedakan dari konstipasi sederhana dengan adanya gejala pencernaan lainnya.

Page 22: Konsti Pas i

Dalam kasus parah dan lama, nyeri punggung bawah, perdarahan rektum, atau wasir dapat terjadi.

Faktor Risiko

Prevalensi tertinggi dilaporkan terjadi pada orang di atas usia 60 tahun, diikuti oleh anak di bawah usia 10 tahun. Hubungan dengan usia ini terutama disebabkan faktor lain, seperti obat-obatan dan pola makan.

Untuk alasan yang tidak jelas, ras Kaukasian melaporkan sembelit lebih jarang dibandingkan kelompok ras lain, dan wanita terpengaruh sekitar dua kali lipat sesering pria. Kondisi ini lebih umum pada orang miskin. Tambahan faktor resiko meliputi riwayat keluarga, disfungsi dasar panggul, operasi panggul dan perut, dan persalinan.

Diagnosa

Riwayat dan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan rektal, dapat menegakkan diagnosis.

Buku harian usus yang rinci, disampaikan oleh pasien atau orang tua, dapat membantu. Banyak orang salah menilai fungsi usus normal sebagai abnormal.

Tes darah diperlukan jika hipotiroidisme, anoreksia, hiperkalsemia, atau diabetes diduga. Kondisi ini mungkin juga berlaku pada anak-anak, seperti penyakit celiac, keracunan timah, cystic fibrosis, dan infeksi saluran kemih.

X-ray dari perut dapat mendeteksi kelainan tertentu dan juga berguna dalam memantau pasien rawat inap.

Jarang, kolonoskopi mungkin diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan obstruksi (sumbatan pada saluran cerna) atau kanker usus besar.

Pengobatan

Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan mengobati kemungkinan penyebab yang mendasari, seperti menghentikan atau mengubah obat yang menjadi penyebab.

Seringkali, terapi yang paling efektif adalah dengan meningkatkan serat dan asupan cairan, dan mengkonsumsi makanan yang mengurangi waktu transit tinja melalui usus, seperti jus buah dengan sorbitol.

Biofeedback perubahan perilaku dapat membantu dalam beberapa kasus, terutama pada anak. Biofeedback adalah teknik psikologis di mana pasien dilatih untuk mengenali dan merespon sinyal dari tubuh mereka sendiri.

Sembelit parah mungkin memerlukan pendekatan multidimensi yang mencakup disimpaksi secara manual.

Terapi obat antara lain: o Agen pembentuk serat (misalnya suplemen serat oral, seperti psyllium)o Agen hiperosmolar (misalnya laktulosa, sorbitol, dan gliserin)o Emolien (misalnya docusate atau minyak mineral), yang melunakkan tinja,

tetapi kurang efektif dibandingkan obat lain.

Page 23: Konsti Pas i

o Stimulan (misalnya senna, bisacodyl, dan minyak jarak), yang meningkatkan gerakan usus. Ini tidak cocok untuk penggunaan jangka panjang.

o Agen prokinetik (misoprostol, colchicine, dan tegaserod)

Banyak obat ini dapat digunakan pada anak, tetapi dosis harus disesuaikan. Enema dan laksatif stimulan tidak boleh digunakan pada bayi. Obat pencahar umumnya tidak dianjurkan, karena obat-obat itu mencegah usus memulihkan fungsi normal dan sering perlu dilanjutkan. Meskipun umumnya ditoleransi dengan baik, pencahar dapat menyebabkan perut kembung, mual, anoreksia, kram, gas, dan (jarang) malabsorpsi atau ketidakseimbangan kimia berbahaya.

Pelatihan biofeedback untuk latihan otot-otot sfingter dan anal dapat berguna pada beberapa pasien, terutama yang memiliki disfungsi otot dasar panggul.

Jarang, operasi mungkin menjadi pilihan bagi pasien dengan gejala berat. Aktivitas fisik telah terbukti efektif untuk memperbaiki gejala. Individu yang

melaporkan aktivitas fisik sehari-hari memiliki kira-kira setengah risiko untuk sembelit, dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif. Ketika tingkat yang lebih tinggi dari aktivitas dan asupan serat dipasangkan, risiko sembelit turun sekitar 70 persen, dibandingkan dengan individu yang paling aktif dan memakan serat sedikit.

Pola Makan untuk Sembelit

shutterstock.com

Meningkatkan asupan makanan tinggi serat: Penyebab umum terjadinya sembelit adalah pola makan rendah serat. Serat hanya ditemukan di dalam makanan nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran, buah, dan biji-bijian utuh seperti beras coklat atau beras merah. Sebaliknya, makanan hewani dan produk makanan olahan tidak mengandung serat.

Orang Amerika makan rata-rata 5 sampai 14 gram serat setiap hari, jauh lebih sedikit daripada orang-orang yang berada di negara-negara berkembang. Pada orang yang makan lebih tradisional, pola makan tinggi serat, sembelit jarang terjadi. Meningkatkan asupan serat makanan telah terbukti dapat menurunkan sembelit dan secara signifikan mengurangi kebutuhan untuk obat pencahar, terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, dan pasien pasca operasi.

Meskipun makanan tinggi serat umumnya harus menjadi pilihan pertama, beberapa pasien dapat mengambil manfaat dari suplemen serat. Bukti menunjukkan bahwa suplemen serat memungkinkan penghentian obat pencahar pada sekitar 70 persen pasien sembelit.

Page 24: Konsti Pas i

Beberapa jenis suplemen serat telah terbukti efektif untuk menghilangkan sembelit, termasuk psyllium (Metamucil), metilselulosa (Citrucel), dan akar konjak Jepang (glukomanan).

shutterstock.com

Meningkatkan asupan cairan: Miskin asupan cairan umumnya terkait dengan sembelit, terutama pada anak-anak. Dalam sebuah penelitian, kombinasi dari 25 gram serat dan 1,5-2,0 liter air setiap hari merupakan pengobatan yang lebih efektif terhadap sembelit daripada asupan serat saja.

123rf.com

Menghindari susu sapi: Banyak anak dengan sembelit kronis memiliki alergi susu sapi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga anak-anak yang mengalami sembelit akibat susu sapi mengalami penurunan sembelit ketika mereka menghilangkan susu sapi dari pola makan mereka. Lebih lanjut, percobaan klinis terkontrol menemukan bahwa sembelit kembali dalam waktu lima sampai 10 hari setelah susu sapi diminum kembali. Adalah penting untuk menyadari bahwa susu sapi bukanlah satu-satunya sumber kalsium. Jika asupan kalsium rendah, susu kedelai yang diperkaya kalsium, susu beras, atau jus dapat menggantikan susu sapi.

Page 25: Konsti Pas i

Inkontinensia alvi yaitu keadaan ketika individu mengalami perubahan kebiasaan defekasi yang normal yang dikarakteristikkan dengan pasase (pengeluaran) feses yang tidak disadari.

Penyebab Inkontinensia Alvi

• Kerusakan otot sfingter anus

Inkontinensia Alvi paling sering terjadi karena cedera pada salah satu satu atau kedua sfingter anus internal maupun eksternal yang terletak di dasar saluran anus. Cedera sfingter anus pada wanita paling sering terjadi saat pelahiran. Resiko tertinggi cedera pada anus tersebut terjadi pada pelahiran yang menggunakan alat atau jika dilakukan episiotomi garis medial. Pembedahan untuk hemoroid juga merusak sfingter tersebut.

• Kerusakan saraf otot sfingter anus atau rektum

Jika terjadi kerusakan saraf sensorik, pasien tidak akan merasakan adanya feses di dalam rektum dan terjadi kebocoran feses. Kerusakan saraf dapat disebabkan oleh pelahiran, akibat tekanan jangka panjang saat feses lewat, stroke dan kondisi kronik yang menyerang saraf, seperti diabetes melitus dan sklerosis multipel.

• Kehilangan kemampuan penyimpanan di dalam rektum

Hal ini biasanya terjadi disebabkan oleh pembedahan rektum, pengobatan menggunakan radiasi dan penyakit yang menyebabkan inflamasi usus yang dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada dinding rektum, yang membuat rektum kaku serta tidak elastis.

• Diare

Feses yang cair lebih sulit diatasi daripada yang keras. Orang yang tidak inkontinensia alvi juga dapat mengalami inkontinensia alvi sementara jika sedang diare.

• Disfungsi dasar panggul

Hal ini meliputi penurunan sensasi rektum dan anus, prolaps rektum dan kelemahan umum dasar panggul. Jika hal tesebut terjadi karena faktor pelahiran, maka inkontinensia alvi dapat terjadi diatas 50 tahun.

• Konstipasi

Konstipasi diyakini sebagai penyebab utama inkontinensia fekal.

Page 26: Konsti Pas i

Penatalaksanaan Individu

Tujuan (kriteria Hasil): Individu akan mengeluarkan feses berbentuk lunak, setiap dua atau tiga hari sekali.

Indikator• Menyebutkan Teknik Defekasi.• Menggambarkan kebutuhan cairan dan diet yang dibutuhkan.

Kaji faktor penunjang- Kurangnya jadwal defekasi, kurangnya pengetahuan tentang teknik defekasi, asupan cairan dan serat tidak tercukupi, aktivitas fisik tidak mencukupi, konstipasi, penggunaan bantuan eliminasi (contoh: laksatif).- Kaji kemampuan individu untuk berpartisipasi, misalnya status neurologis dan kemampuan fungsional.

Intervensi Umum

• Rencanakan waktu yang tepat dan konsisten untuk eliminasi

- Buat program defekasi harian selama 5 hari atau sampai terbentuk pola, kemudian ganti ke program alternatif harian pagi atau sore. - Berikan privasi dan lingkungan yang menyebabkan tidak stress.- Tenangkan klien dan lindungi dari rasa malu pada saat melakukan program defekasi.

• Ajarkan teknik defekasi yang efektif

- Posisi bagi klien yang mampu secara fungsional adalah tegak lurus atau duduk. - Bila klien tidak mampu secara fungsional (misalnya kuadripelgia) adalah dengan miring kiri.- Bagi klien yang mampu secara fungsional , gunakan alat bantu (misalnya dil stick, stimulator digital, commade yang dapat ditinggikan, dan lubrikan serta sarung tangan) sesuai kebutuhan.- Untuk klien dengan mobilitas ekstremitas atas dan inervasi otot abdomen, ajarkan mengenai teknik untuk memfasilitasi defekasi sesuai kebutuhan seperti manuver alsalva, membungkuk, push-up duduk, masase abdomen, latihan pelvis di lantai.- Bantu atau berikan peralatan yang diperlukan untuk higiene sesuai kebutuhan.- Buat catatan eliminasi atau lembaran alir yang berisi jadwal defekasi yang didalamnya tedapat waktu, karakteristik feses, metode bantuan yang digunakan, dan banyaknya feses jika ada.

• Jelaskan tentang kebutuhan cairan dan diet untuk defekasi yang baik

- Minum 8 – 10 gelas air setiap hari.- Diet tinggi bulk dan serat.- Rujuk pada kostipasi kolon untuk istruksi diet secara spesifik.

Page 27: Konsti Pas i

• Jelaskan mengenai efek aktivitas terhadap peristaltik

- Bantu dalam menentukan latihan fisik yang tepat sesuai kemampuan fungsional klien.• Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi

- Jelaskan bahayanya menggunakan pelunak feses, laksatif, supositoria dan enema.- Jelaskan tanda dan gejala impaksi fekal dan konstipasi. (rujuk pada disrefleksia untuk informasi tambahan). - Mulai penyuluhan tentang program defekasi sebelum pemulangan. Bila klien mampu secara fungsional, dorong kemandirian dengan program defekasi, bila tidak, berikan alat bantu atau perawatan tambahan sesuai kebutuhan.

Rasional :

- Untuk mempertahankan kontinensia usus, klien harus termotivasi, memiliki sensasi anorektal yang utuh, memiliki kemampuan mengeluarkan feses secara sadar, memiliki kemampuan untuk melakukan kontraksi puborektal dan otot sfingter anus eksternal dan memiliki akses yang baik ke fasilitas kamar mandi.- Konsistensi dan volume feses merupakan hal yang penting dalam kontinensia. Feses cair membebani mekanisme kontinensia. Feses dalam jumlah kecil dan keras yang tidak mendistensi atau mestimulus rektum untuk berdefekasi pada individu.- Latihan fisik meningkatkan motilitas gastrointestinal dan mempercepat fungsi usus.- Latihan pelvis diatas lantai dapat meningkatkan kekuatan otot puborektal dan sfingter anus eksternal.- Stimulasi digital menyebabkan terjadinya refleks peristaltik dan pengosongan feses.- Laksatif dapat menyebabkan defekasi yang tidak terencana, kehilangan tonus kolon dan konsistensi feses yang tidak konsiten. Enema dapat menyebabkan peregangan berlebihan pada bagian usus dan menurunkan tonus. Pelunak feses tidak diperlukan ketika kondisi asupan makanan dan cairan adekuat. (Alterman, 1995).- Defekasi dapat ditingkatkan dengan teknik yang memfasilitasi gravitasi dan meningkatkan tekanan tingkat intraabdomen untuk mengeluarkan feses. (Alterman, 1995).- Konstipasi dan impaksi fekal yang terjadi dalam waktu lama menyebabkan distensi rektum yang berlebihan oleh feses.