Konsep-Teori-BBLR
-
Upload
ady-hidayatullah -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
description
Transcript of Konsep-Teori-BBLR
Konsep Teori BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah)
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram pada saat lahir (Mitayani,2013).
B. Klasifikasi
Ada dua golongan bayi berat badan lahir rendah.
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
dengan neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-
SMK)
2. Bayi small for gestational age (SGA)
Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA
sendiri terdiri atas tiga jenis.
a. Simetris (intrauterus for gestational age)
Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam
kangka waktu yang lama
b. Asimetris (intrauterus growth reterdation)
Yaitu terjadi defisist nutrisi pada fase akhir kehamilan
c. Dismaturitas
d. Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri
serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
(Mitayani, 2013)
C. Etiologi
Penyebab dari berat badan bayi lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai
dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut:
1. Komplikasi obstetric
a. Multiple gestation
b. Incompetence
c. Pro (premature rupture of membran) dan korionitis
d. Pregnancy induce hypertention (PIH)
e. Plasenta previa
f. Ada riwayat kelahiran premature
2. Komplikasi medis
a. Diabetes maternalhipertensi kronis
b. Infeksi traktus urinarius
3. Factor ibu
a. Penyakit: hal yang berhuungan dengan kehamilan seperti toksemia
gravidarum, perdarahan anterpartum, trauma fisik dan psikologis,
infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular
b. Usia ibu: angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu
dekat. Kejadian terendah ialah pada usia 26-35.
c. Keadaan social ekonomi: keadaan ini sangat berpengaruh terhadap
timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan
social ekonomi yang rendah. Hal ii disebabkan oleh keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
d. Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat badan ibu yang tidak
adekuat dan ibu yang perokok.
4. Factor janin
Hidramnion/polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan janin.
(Mitayani, 2013)
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut:
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
8. Genitalia immature, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur,
dan sering mendapat serangan apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, reflex menghisap dan menelan
belum sempurna.
(Mitayani,2013)
Bayi berat lahir rendah dapat juga dibagi menjadi 3 stadium.
1. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang, kulit longgar, kering
seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan
pada kulit,plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh mekonium
yang tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit,
umbilicus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterus.
3. Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat.
(Mitayani,2013)
Penyakit pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut:
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit membrane
hialan yang melapisi alveolus paru
2. Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena reflex
menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan
perawatan yang baik.
3. Perdarahan interventrikuler. Perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral
biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi bersamaan dengan
pembentukan membrane hialin pada paru.
4. Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi premature disebabkan
oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia karena kematangan hepar, sehingga konjungsi bilirubin
indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.
(Mitayani,2013).
E. Kompilkasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut:
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi).
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernapasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan
pertumbuhan hati.
6. Angka kejadian
a. Amerika serikat: premature murni (7,1% orang kulit putih dan 17, 9
orang kulit berwarna) dan BBLR (6-16%)
b. RSCM pada tahun 1986 sebesar 24% angka kematian perinatal dan
73% disebabkan BBLR.
(Mitayani,2013)
F. Penatalakanaan
1. Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimutu, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan
napas.
2. Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna
mengetahui sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan
idiopatik.
3. Pantau suhu disekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini
karena bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh
bayi relative lebih besar dari lemak subkutan.
4. Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama
5. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk
mencegah hipoglikemia.
6. Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30 atau lebih
dari 60 kali per menit, tarik dinding dada ke dalam dan merintih, beri
oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong).
7. Cegah infeksi karena rentan akibat permindahan imunologlobulin G
(igG) dari ibu ke janin terganggu.
8. Periksa kadar gula darah setiap 8-12 jam.
(Mitayani,2013)
Sumber: Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta.
Salemba Medika