Konsep Sikap

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Konsep Sikap 2.2.1 Pengertian Sikap Sikap adalah tokoh atau bentuk tubuh; cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak) (kamus besar bahasa indonesia. 2006 : 621). Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (netoatmodjo. 2010: 52). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap objek tersebut (Heri D.J. maulana. 2009 : 196). Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif)

description

Konsep Sikap

Transcript of Konsep Sikap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2Konsep Sikap

2.2.1Pengertian Sikap

Sikap adalah tokoh atau bentuk tubuh; cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak) (kamus besar bahasa indonesia. 2006 : 621). Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (netoatmodjo. 2010: 52).

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap objek tersebut (Heri D.J. maulana. 2009 : 196). Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci, dan sedih), kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), dan konatif (kecenderungan bertindak) (Heri D.J. maulana. 2009 : 197).

Mernurut sarwono (1997) sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikap. Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berpikir ini mempengaruhi tndakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal membuat keputuaan yang sangat penting dalam hidup.

Dengan sikap secara minimal, masyarakat memiliki pola berpikir tertentu dan pola berpikir diharapkan dapat berubah dengan diperolehnya pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Sikap seseorang dapat berubah dengan di perolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami indivivu. Interaksi di sini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis sekitarnya (Maulana. 2009 : 198).

2.2.2Komponen Pokok Sikap

Menurut Netoatmodjo (2010) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

2.2.2.1 Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.2.2.2.2 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.2.2.2.3 Kecenderungan bertindak ( tend to behave )

Dari ketiga komponen tersebut, secara bersama-sama membentuk total attitude. Dalam hal ini, determinan sikap adalah pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi. Menurut maulana (2009 : 198), sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu :

1) Komponen kognitif (Cognitive). Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. sebagai contoh, seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari sakit dan terasa nikmatnya sehat.2) Komponen Afektif (komponen emosional). komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.3) Komponen Konatif (komponen perilaku). komponen ini merupakan predisposisi atau kencenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (misalnya, para lulusan SMU banyak memiliki melanjutkan ke politeknik kesehatan karena setelah lulus menjanjikan pekerjaan yang jelas).2.2.3 Fungsi Sikap

Menurut maulana (2009) sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut.

2.2.3.1 Fungsi Instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.2.2.3.2 Fungsi Pertahanan Ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.2.2.3.3 Fungsi Nilai Ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu bersangkutan (misalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang dibenarkan ajaran agamanya).2.2.3.4 Fungsi Pengetahuan, Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.2.2.3.5 Fungsi Penyesuaian Sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.

2.2.4 Tingkatan SikapMenurut Notoatmodjo (2010 : 54) sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitnya, sebagai berikut :

2.2.4.1 Menerima (Receiving)

Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/ objek (misalnya, sikap terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).

2.2.4.2 Merespons (Responding)

Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu menerima ide tersebut.2.2.4.3 Menghargai (Valuing)

Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

2.2.4.4 Bertanggung Jawab (Responsible)

Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala risiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung (langsung ditanya) dan tidak langsung.

2.2.5 Ciri-Ciri Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

2.2.5.1 Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman, latihan sepanjang perkembangan individu.

2.2.5.2 Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari.

2.2.5.3 Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.

2.2.5.4 Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.

2.2.5.5 Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

2.2.5.6 Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan dengan pengetahuan.

2.2.6 Pembentukan Dan Perubahan SikapMenurut maulana (2009 : 201) terdapat beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, termasuk adopsi, diferensiasi, integrasi, trauma, generalisasi.

2.2.6.1 Adopsi

Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kegiatan yang berulang dan terus-menerus sehingga lama-kelamaan secara bertahap akan diserap oleh individu (misalnya pola asuh dalam keluarga).2.2.6.2 Diferensiasi

Terbentuk dan berubahnya sikap karena individu telah memiliki pengetahuan, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. Hal yang pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri. Sebagai contoh, anak yang semula takut terhadap orang yang belum dikenalnya, berangsur-angsur mengetahui mana yang baik dan yang jahat sehingga mulai dapat bermain dengan orang yang disukainya.2.2.6.3 Integrasi

Sikap terbentuk secara bertahap. Diawali dari pengetahuan dan pengalaman terhadap objek sikap tertentu (misalnya, mahasiswa keperawatan yang rajin mengikuti perkuliahan, praktik klinik, dan mengikuti seminar-seminar keperawatan, akhirnya akan bersikap positif terhadap profesi keperawatan).

2.2.6.4 Trauma

Pembentukan dan perubahan sikap terjadi melalui kejadian yang tiba-tiba dan mengajutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam. Sebagai contoh, individu yang pernah sakit perut karena membeli dan makan rujak di pinggir jalan sampai masuk rumah sakit, akan bersikap negatif terhadap makanan tersebut.2.2.6.5 Generalisasi

Sikap terbentuk dan berubah karena pengalaman traumatik pada individu terhadap hal tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu (positif atau negatif) terhadap semua hal. Sebagai contoh, pasien yang pernah mendapat perawatan yang tidak profesional dari seorang perawat akan memiliki sikap negatif terhadap semua perawat.2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SikapSuhardjo (2003), mengungkapkan bahwa sikap dalam memilih makanan jajanan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

2.2.7.1 Kebudayaan

Kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih makanan jajanan yaitu mencangkup jenis pangan apa yang harus diproduksi, bagaimana diolah, disalurkan, dan disajikannya. Pengembangan kebiasaan makan dengan mempelajari cara yang berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau jenis pangan tertentu. Kebiasaan makan yang dimulai dari permulaan hidup akan menjadi bagian perilaku yang berakar diantara penduduk.

2.2.7.2 Segi Psikologi

Sikap anak terhadap makanan banyak makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman pengalaman dan respons yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman tersebut dapat mempengaruhi sikap suka atau tidak suka individu terhadap makanan. Kebudayaan di mana anak hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap anak. Kebudayaan telah menanamkan jenis pengaruh sikap anak terhadap pemilihan makanannya.

2.2.7.3 Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi mempunyai pengaruh besar pada anak dalam memilih makanan.2.2.7.4 Lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan sebagai suatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep pada anak.

2.2.7.5 Pengaruh faktor emosional

Sebagai bentuk merupakan pernyataan yang didasari oleh emosional yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau penggalihan bentuk mekanisme pengetahuan EQ.

Menurut Sunaryo (2004), ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap adalah faktor internal dan eksternal.

1) Faktor interna adalah berasal dari dalam individu itu sendiri.

Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor interna terdiri dari faktor motif, faktor psikologis dan faktor fisiologis.

2) Faktor eksterna yaitu faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor eksterna terdiri dari: faktor pengalaman, situasi, norma, hambatan dan pendorong.Menurut Azwar (2004) faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu :

1) Pengalaman pribadi

Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang cukup, biasanya orang memiliki pangan yang telah dikenal dan yang disukai. Hal tersebut disebabkan oleh : (1) Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya, (2) kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam memilih makanan jajanan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai. Pengalaman pribadi adalah apa yang telah ada yang sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan anak dalam memilih makanan jajanan.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru. Pada umumnya anak cenderung untuk memiliki sikap searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh dalam memilih makanan jajanan yang akan dikonsumsi. Aspek sosial Budaya pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat tersebut (Baliwati, 2004).2.2.8 Pengukuran SikapRanah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adlaah: menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan skala sikap. menurut budiman dan agus,2013: 16 sikap yaitu kecenderungan berperilaku kepada seseorang. skala sikap digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan skala sikap. skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan tersebut didukung atau ditolak melalui rentang nilai tertentu. Oleh sebeb itu, pernyataan yang dianjurkan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Skala sikap yang digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang dianjurkan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Skala likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Ada dua bentuk skala likert yaitu pernyataan positif yang diberi skor: 4, 3, 2, dan 1. Sementara pernyataan negatif diberi skor: 1, 2, 3, dan 4.