HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN SIKAP OPTIMISME...
Transcript of HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN SIKAP OPTIMISME...
i
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN SIKAP OPTIMISME
DALAM MERAIH GELAR SARJANA PADA MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA
TAHUN 2016
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
HENING RETNO ASTURINI _______________________________________
NIM : 111-12-202
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
DOSEN IAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah skripsi
Kepada:
Yth. Rektor IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Hening Retno Asturini
NIM : 111-12-202
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN SIKAP
OPTIMISME DALAM MERAIH GELAR SARJANA
PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA TAHUN 2016
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 18 Maret 2016
Pembimbing,
Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
NIP.19580827 198303 1002
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN SIKAP OPTIMISME
DALAM MERAIH GELAR SARJANA PADA MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA
TAHUN 2016
Disusun oleh :
Hening Retno Asturini
NIM : 111-12-202
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan PAI, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
pada tanggal .......... 2016, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.
Susunan Panitia Ujian
Ketua Penguji : ……………….………
Sekretaris Penguji : ………………….……
Penguji I : ……………….………
Penguji II : ……………….………
iv
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hening Retno Asturini
NIM : 111-12-202
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau
karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 18 Maret 2016
Penulis
Hening Retno Asturini
NIM: 111-12-202
v
MOTTO
وال تهنوا وال تحزنوا وأنتم األعلون إن
ؤمنين ١٣٩-كنتم م -
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.
(Qs. Ali-Imron : 139)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini
saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendukung saya untuk selalu
memperjuangkan mimpi saya:
1. Kepada kedua orang tua saya, ayah Sutikno dan bunda Hasrini, Jazakumullah
bi akhsanil jaza’ atas semua yang telah diberikan selama ini, juga untuk
setiap do’a yang dengan tulus diberikan, semoga Allah meridhai.
2. Kakak saya Susilo Wahyu Wicaksono dan adik saya Rizki Indah Wijayanti
yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam menggapai cita.
3. Dosen-dosen Tarbiyah, yang telah memberikan ilmu-ilmu, motivasi, dan
segala inspirasi untuk menjadi bekal di masa yang akan datang.
4. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan, khususnya kepada kakakku
tercinta Khoiri Azizi yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi,
dan selalu mengiringi langkahku dalam doa.
5. Seluruh rekan-rekan dan Pengurus HMI Cabang Salatiga, jazakumullah
khoiron katsir telah menghadirkan semangat dalam setiap langkah. Semoga
dapat memberikan manfaat bagi diri saya pribadi maupun orang lain atas ilmu-
ilmu yang telah didapatkan dalam berorganisasi.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirromanirrohim
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku kepala jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag., selaku pembimbing akademik (PA) yang
dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dari semester 1 hingga
semester akhir.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
6. Ayah dan bunda di rumah yang selalu mendoakan dan membantu dalam
bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN
Salatiga.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan semoga Allah
meridhoi persaudaraan ini. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil
hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 18 Maret 2016
Penulis
Hening Retno Asturini
NIM. 111-12-202
ix
ABSTRAK
Retno, Asturini, Hening. 2016. Hubungan Konsep Diri dengan Sikap Optimisme
dalam Meraih Gelar sarjana pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam IAIN Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
Kata kunci: Konsep Diri dengan Sikap Optimisme
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan konsep diri
dengan sikap optimisme dalam meraih gelar sarjana pada mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016. Rumusan masalah yang ingin
dicari jawabanya adalah (1) Bagaimana tingkat konsep diri mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016? (2) Bagaimana sikap
optimisme dalam meraih gelar sarjana pada mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016? (3) Adakah hubungan konsep diri
dengan sikap optimisme dalam meraih gelar sarjana pada mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016??
Pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pendekatan
kuantitatif, yaitu dilaksanakan dengan menggunakan metode angket atau
kuesioner yang dibagikan pada 75 responden. Kemudian untuk mengetahui
pengaruh variabel X terhadap Vaiabel Y yaitu dengan menggunakan Product
Moment.
Hasil penelitian dari variabel konsep diri mahasiswa dengan hasil mean
63,48 diperoleh data 8 (10,64%) responden berkategori Sangat Baik, 22 (29,26%)
responden berkategori Baik, 25 (33,25%) responden berkategori Cukup Baik, 10
(13,3%) responden berkatagori Cukup dan 10 (13,3%) responden berkatagori
kurang. Sedangkan hasil dari variabel sikap optimisme mahasiswa dengan hasil
mean 72,14 diperoleh data 11 (14,63%) responden berkategori Sangat Baik, 23
(30,59%) responden berkategori Baik, 25 (33,25%) responden berkategori Cukup
Baik, 10 (13,3%) responden berkatagori Cukup, dan 6 (7,98%) berkatagori
kurang. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif
dan signifikan “Hubungan Konsep Diri dengan Sikap Optimisme dalam Meraih
Gelar sarjana pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
Tahun 2016”, hal ini dibuktikan dengan hasil ro= 0,394 yang dikonsultasikan
dengan harga r tabel baik pada taraf kesalahan 1% (0,296) atau 5% (0,227) yang
memiliki arti ro lebih besar atau sama dengan rt.
x
Daftar Isi
Halaman Judul .................................................................................................... i
Halaman Nota Pembimbing ............................................................................... ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii
Deklarasi ............................................................................................................ iv
Motto .................................................................................................................. v
Persembahan ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Hipotesis .................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
F. Definisi Operasional .................................................................. 10
G. Metode Penelitian ...................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Diri ............................................................................... 20
xi
1. Difinisi Konsep Diri ........................................................... 20
2. Jenis-jenis Konsep Diri ....................................................... 21
3. Komponen Konsep Diri ..................................................... 26
4. Perkembangan Konsep Diri ............................................... 29
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri
............................................................................................ 32
B. Sikap Optimisme ....................................................................... 42
1. Definisi Sikap Optimisme ................................................... 42
2. Faktor-faktor pentingnya bersikap optimis ........................ 44
3. Sikap Optimis yang keliru ................................................... 46
4. Cara membentuk Sikap Optimis .......................................... 47
5. Cara melatih Sikap Optimis ................................................ 49
6. Klasifikasi Sikap Optimis ................................................... 51
7. Manfaat Sikap Optimis ....................................................... 53
C. Hubungan Konsep Diri dengan Sikap Optimis ........................ 56
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum IAIN Salatiga ............................................... 60
1. Identitas Sekolah ................................................................. 60
2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga ........................................ 60
3. Letak Geografis ................................................................... 68
4. Asas, fungsi dan tujuan ........................................................ 68
5. Visi dan Misi IAIN Salatiga ................................................ 72
6. Program Pendidikan ........................................................... 73
xii
B. Penyajian Data Penelitian ......................................................... 75
1. Daftar Nama Responden .................................................... 76
2. Hasil Jawaban Angket ........................................................ 78
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pertama ....................................................................... 89
1. Analisis Konsep Diri Mahasiswa ........................................ 89
2. Analisis Sikap Optimisme Mahasiswa ................................ 96
B. Analisis Kedua ........................................................................ 102
Analisis Uji Hipotesis ............................................................. 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 108
B. Saran-saran .............................................................................. 109
Daftar Pustaka ................................................................................................ 111
Lampiran-lampiran
xiii
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Daftar Nama Responden ................................................................ 76
Tabel 3.2 Skor Jawaban per Item Angket Konsep Diri Mahasiswa ............... 79
Tabel 3.3 Jawaban Angket Konsep Diri Mahasiswa ....................................... 81
Tabel 3.4 Skor Jawaban per Item Angket Sikap Optimisme Mahasiswa ...... 83
Tabel 3.5 Jawaban Angket Sikap Optimisme Mahasiswa ............................. 86
Tabel 4.1 Hasil Skor Angket Konsep Diri Mahasiswa ................................... 90
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Mahasiswa ................................. 93
Tabel 4.3 Nilai Interval Konsep Diri Mahasiswa ............................................ 95
Tabel 4.4 Hasil Skor Sikap Optimisme Mahasiswa ........................................ 96
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Optimisme Mahasiswa ........................ 99
Tabel 4.6 Nilai Interval Sikap Optimisme Mahasiswa ................................... 102
Tabel 4.7 Tabel Indeks Korelasi Besarnya Hubungan Konsep Diri dengan Sikap
Optimisme Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama
Islam tahun 2016 ............................................................................ 103
Tabel 4.8 Tabel Taraf Signifikansi ................................................................. 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap diri individu terdapat sifat-sifat positif dan sifat-sifat
negatif. Masing-masing individu harus bertarung dalam mengelola sifat-sifat
baik dan buruk yang terdapat dalam dirinya, agar menjadi makhluk yang
mulia. Sifat-sifat buruk manusia bisa menjadi dominan ketika ia selalu
mengedepankan hawa nafsu. Apabila dalam diri seseorang didominasi dengan
sifat buruk, dan ia tidak dapat mengendalikan sifat tersebut, maka ia bisa
terjatuh dalam keburukan yang semakin lama semakin menguat.
Konsep diri yang terdapat dalam setiap diri individu bisa bersifat positif
maupun negatif, seperti yang dikatakan William dan Emmert (Rahmat,
2005:105) konsep diri merupakan pandangan seseorang tentang dirinya secara
keseluruhan baik secara positif atau negatif. Secara positif ditandai dengan
yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang
lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disukai masyarakat, serta mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha memperbaikinya. Ketika seseorang mempunyai konsep diri yang
2
positif maka dapat membentuk pribadi yang mempunyai jiwa optimisme dan
berkepribadian baik, sehingga disenangi oleh banyak orang.
Shavelson dkk mengatakan bahwa konsep diri adalah persepsi
seseorang terhadap dirinya sendiri. Persepsi tersebut melalui pengalaman
seseorang dan interprestasi terhadap lingkungan serta dipengaruhi secara
khusus oleh penguat penilaian dari orang-orang yang berarti bagi seseorang
dan atribusi seseorang terhadap tingkah lakunya sendiri (Zulfan & Wahyuni,
2012:86). Maka dapat dikatakan bahwasanya persepsi seseorang terhadap
dirinya bisa berupa persepsi yang positif atau negatif.
Konsep diri yang terdapat pada diri manusia dapat memberikan efek
positif maupun efek negatif. Apabila seorang individu mampu berpandangan
baik tentang dirinya sendiri maka akan berdampak efek positif bagi dirinya
sendiri dan orang lain. Begitu juga sebaliknya, apabila seseorang tidak yakin
dengan kemampuannya atau persepsi tentang dirinya tidak baik maka akan
memunculkan efek negatif bagi dirinya sendiri dan orang lain. Allah SWT
memberikan akal kepada manusia supaya mampu berprasangka baik tentang
dirinya dan yakin akan kemampuan yang dimilikinya.
Kehidupan dan perilaku seorang individu, keberhasilan dan
ketidakberhasilan dalam kehidupan, serta kemampuannya menghadapi
tantangan dan tekanan hidup, sangat dipengaruhi oleh persepsi, konsep, dan
3
evaluasi tentang dirinya, termasuk citra yang dirasakan tentang dirinya dari
orang lain, dan tentang akan menjadi apa ia, yang muncul dari suatu
kepribadian yang dinilai dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan,
atau dengan kata lain, kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam
kehidupan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh konsep diri. Dalam hal ini
menunjukkan bahwa konsep diri memainkan peran utama dalam perilaku
manusia. Perubahan dalam konsep diri mengakibatkan perubahan dalam
perilaku.
Konsep diri yang dimiliki seorang mahasiswa mengarahkan untuk
mengetahui dan menilai dirinya seperti apa karakter, perilaku, dan bagaimana
ia merasa puas menerima diri sepenuhnya. Selain itu dengan memiliki konsep
diri yang baik, mahasiswa juga dapat melakukan penilaian terhadap dirinya
melalui hubungan interaksi sosial atau aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang
dianutnya, dan hal-hal lain di luar dirinya.
Pengetahuan tentang diri akan mengakibatkan kemampuan interaksi
sosial, dan pada saat yang sama, berinteraksi dengan orang lain
mengakibatkan pengetahuan tentang diri kita. Oleh karena itu dengan
membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep
diri sesuai dengan pengalaman, maka akan lebih terbuka menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung
4
menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri sendiri dan
orang lain.
Pola pikir sangat berpengaruh terhadap sikap optimisme pada setiap
diri seseorang, reaksi fisik akan menyebabkan terjadinya interaksi sosial
seseorang, perubahan dalam perilaku individu berpengaruh terhadap
bagaimana individu tersebut berfikir, dan bagaimana individu tersebut merasa,
baik secara fisik maupun secara emosional. Pola berfikir seseorang sangat
membantu dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan suasana hati.
Seperti depresi, kecemasan, kemarahan, dan rasa bersalah. Apabila seseorang
memiliki pola pikir positif maka individu tersebut dapat mengatasai masalah
yang berhubungan dengan suasana hatinya sehingga dapat memunculkan
sikap optimis dalam dirinya.
Dalam hal ini konsep diri mempunyai peran penting dalam membentuk
seseorang agar memiliki sikap optimis, khususnya dalam membentuk sikap
optimisme pada diri mahasiswa, karena dengan cara pandang yang positif
terhadap kemampuan yang dimiliki pada setiap individu, akan membuat diri
setiap individu tersebut dapat bersikap optimis dengan semua permasalahan
hidup yang dihadapinya. Tetapi jika cara pandang yang negatif terhadap
dirinya atau kemampuan yang dimilikinya, maka akan muncul rasa khawatir,
cemas pada diri tersebut, dan akhirnya memunculkan sikap pesimis pada diri.
5
Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam
segala hal, serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang
menyenangkan. Optimisme juga dapat diartikan berfikir positif. Jadi
optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berfikir (Sarastika, 2014:98).
Sikap optimisme itu bisa muncul karena faktor keyakinan akan kemampuan
yang dimilikinya, dan munculnya sikap optimis itu karena kesadaran bahwa
ketika seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka itu yang akan
dilakukannya. Artinya keputusan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupannya dan selalu berharap untuk menghasilkan yang terbaik.
Sikap optimisme tidak bisa dibentuk secara instan, tetapi harus dengan
cara melatih untuk selalu yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dan
selalu berfikir positif bahwa suatu yang diinginkan pasti tercapai dan
menghasilkan yang terbaik. Salah satu faktor untuk memunculkan sikap
optimis pada diri kita yakni dengan pembentukan konsep diri yang positif
yang ada pada diri kita. Dengan yakin akan kemampuan yang dimiliki pada
diri seseorang khususnya pada mahasiswa, maka dengan itu semua sikap
optimisme akan semakin melekat pada setiap diri individu.
Sikap optimisme mahasiswa merupakan modal yang sangat penting
dalam menyelesaikan segala tugas yang dihadapinya. Madhi (2009:8)
mengatakan ketika seseorang yang optimis maka akan memandang indah
segala sesuatu. Artinya dengan adanya sikap optimis yang dimiliki setiap
6
mahasiswa maka akan membantu dalam menyelesaikan semua tugas
perkuliahannya dengan tepat waktu dan selalu memiliki harapan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dalam penyelesaian semua tugas
perkuliahannya.
Setiap mahasiswa pasti akan mengalami yang namanya tugas akhir
(skripsi), dalam arti akan dihadapkan dengan tugas akhir, yang mana tugas itu
ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana. Tugas ini amatlah berat bagi
mahasiswa, jika tidak memiliki sikap yang optimis bahwa semua itu dapat
diselesaikan dengan tepat waktu dan mendapatkan hasil yang terbaik.
Berdasarkan penjelasan di atas, konsep diri mempunyai peranan
penting dalam kaitannya dengan sikap optimis. Kemampuan seseorang untuk
memahami dirinya, seperti apa dirinya, dan bagaimana dirinya sehingga dapat
memunculkan sikap optimis sehingga dapat membuat dirinya lebih bersikap
optimis dalam segala hal. Lebih khususnya pada mahasiswa yang akan
menghadapi tugas akhir demi mendapatkan gelar sarjana, karena sikap
optimis akan sangat membantu dalam penyelesaiaan tugas tersebut. Jadi
bukan hanya kemampuan akademik saja yang berperan penting dalam
penyelesaiaan tugas akhir tetapi sikap optimisme yang dimiliki mahasiswa
juga sangat berperan penting dalam penyelesaian tugas akhir (skripsi). Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah konsep diri tersebut
memiliki hubungan yang signifikan dalam pembentukan sikap optimisme
7
mahasiswa dalam meraih gelar sarjana, khususnya pada mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016. Dengan demikian,
penelitian ini peneliti memberi judul “HUBUNGAN KONSEP DIRI
DENGAN SIKAP OPTIMISME DALAM MERAIH GELAR SARJANA
PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN
SALATIGA TAHUN 2016”
B. Rumusan masalah
Adapun dari judul di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat konsep diri mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga tahun 2016?
2. Bagaimana sikap optimisme dalam meraih gelar sarjana pada mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016?
3. Adakah hubungan konsep diri dengan sikap optimisme dalam meraih gelar
sarjana pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka peneliti merumuskan tujuan
sebagai berikut:
8
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat konsep diri mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap optimisme dalam meraih gelar sarjana
pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun
2016.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan konsep diri dengan sikap optimisme
dalam meraih gelar sarjana pada rmahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga tahun 2016.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Sugiyono, 2011:159). Demikian pula hipotesis merupakan suatu kesimpulan
yang bersifat sementara, sehingga ada kalanya hipotesis itu benar dan ada
kalanya salah.
Berdasarkan telaah di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut: “Ada hubungan konsep diri dengan sikap optimisme mahasiswa
dalam meraih gelar sarjana”. Dengan kata lain semakin baik konsep diri
seseorang, maka semakin tinggi pula rasa optimisme yang dimiliki seseorang
tersebut.
9
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoretis
a. Dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia
pendidikan khususnya dunia ilmu psikologi pendidikan.
b. Dapat memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan
dan sumber daya manusia, khususnya bagi para mahasiswa yang
mengalami masalah terhadap konsep diri dan sikap optimisme.
c. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya
yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan informasi dalam usaha untuk mengembangkan konsep
diri dan menumbuhkan sikap optimisme.
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep diri dan
sikap optimisme sehingga dapat mengembangkannya lebih luas baik
secara teoretis maupun secara praktis.
c. Bagi Pembaca
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan pembaca,
sehingga pembaca dapat mengembangkan konsep diri dan sikap
optimisme yang ia miliki.
10
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan pembaca
dalam memahami judul skripsi ini peneliti merasa perlu untuk menjelaskan
beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah
yang perlu dijelaskan adalah sebagi berikut:
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah cara pandang terhadap diri sendiri sebagai suatu
yang berharga atau tidak berharga. Konsep diri juga dapat dikatakan
sebagai cara anak memandang dirinya sendiri (Sriyanti, 2014:91).
Menurut Brehm dkk, konsep diri adalah kumpulan keyakinan
tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang dimiliki (Rahman,
2013:40).
Menurut Shavelson dkk konsep diri adalah persepsi seseorang
terhadap dirinya sendiri. Persepsi tersebut melalui pengalaman seseorang
dan interprestasi terhadap lingkungan serta dipengaruhi secara khusus oleh
penguat penilaiaan dari orang-orang berarti bagi seseorang dan atribusi
seseorang terhadap tingkah laku sendiri (Zulfan & Wahyuni, 2012:86).
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya
konsep diri adalah pandangan atau persepsi seseorang terhadap dirinya
sendiri yang bersifat psikologi, sosial dan fisik.
11
Menurut Sarastika (2014:70-73) individu yang memiliki konsep diri
positif ditandi dengan indikator sebgi berikut:
a. Tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan
dalam situasi yang masih asing.
b. Menerima pujian tanpa rasa malu.
c. Bersikap teguh dalam pendirian.
d. Yakin dengan kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah.
e. Merasa setara dengan orang lain.
f. Mampu mengintropeksi dirinya sendiri.
Indikator dari konsep diri negatif adalah:
a. Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
b. Sulit mengakui kesalahan sendiri.
c. Mudah marah.
d. Kurang mampu dalam mengungkapkan perasaan.
e. Merasa tidak diperhatikan.
f. Selalu bersikap pesimis dalam bentuk persaingan.
2. Sikap optimisme
Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam
segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang
menyenangkan. Optimisme juga dapat diartikan berfikir positif. Jadi
optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berfikir (Sarastika,
2014:98).
12
Sikap optimis yakni sikap yang membersihkannya dari pemikiran-
pemikiran hitam dan mengarahkannya menuju kerja yang positif dan
menghasilkan, serta selalu mengejar hari esok yang lebih baik (Uqshari,
2006:42).
Menurut Bangkit (2014:151) sikap optimis adalah sikap yakin
tentang adanya kehidupan yang baik. Keyakinan tersebut dapat dijadikan
sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasanya
sikap optimisme selalu mempunyai keyakinan untuk berfikir positif dan
selalu mengharapkan hasil yang positif, serta menggali yang terbaik dalam
dirinya sendiri dan mengharapkan hasil yang terbaik dari suatu situasi.
Adapun indikator sikap optimisme yakni:
a. Mempunyai rasa percaya diri.
b. Mempunyai harapan yang positif.
c. Bersikap gembira dalam menjalankan tugas.
d. Tidak mudah putus asa.
e. Selalu berpandangan positif.
f. Yakin dengan kemampuan yang dimiliki.
G. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik
penelitian (Mulyana, 2008:145). Jadi metodologi merupakan cara untuk
13
menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian
adalah suatu teknik penelitian secara sistematis yang diperluas dengan
menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur,
dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem secara lebih baik
dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa CC. Crawford of Southern
California dalam Kasiram (2008:36). Penelitian merupakan pemikiran yang
luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena
dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data
yang valid.
Kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat apabila
hasil penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Maka penulis
akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:
1. Pendekatan dan rancangan penelitian
Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
rancangan studi korelasional, karena peneliti akan mencari hubungan
antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua variabel. Variabel yang
pertama konsep diri dan variabel kedua sikap optimisme mahasiswa.
Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi awal terhadap kondisi riil objek penelitian.
b. Menyiapkan fasilitas pendukung berupa angket.
14
c. Melaksanakan penelitian.
d. Melakukan analisis dan membuat laporan hasil penelitian.
2. Lokasi dan waktu penelitian
a. Lokasi penelitian
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Jl. Tentara Pelajar No. 2
Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2015 s.d selesai.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80). Adapun yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga tahun 2016. Peneliti mengambil populasi
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun
2016, tahun angkatan 2013 dikarenakan mahasiswa tahun angkatan
2013 akan menghadapi tugas akhir (skripsi) yang mana tugas tersebut
menentukan keberhasilannya dalam menyelesaikan pendidikan strata
satu dan mendapatkan gelar sarjana. Dalam penyelesaian tugas akhir,
yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan akademis saja melainkan
15
sikap optimis juga mempunyai peran penting dalam penyelesaian
tugas akhir tersebut (skripsi).
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Peneliti akan
melakukan penelitian di lapangan, dalam menentukan populasi dan
sampel sesuai dengan pendapat Arikunto, bahwa apabila subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua, tetapi jika subjeknya lebih
dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih
(Arikunto, 2006:107). Populasi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga tahun 2016, tahun angkatan 2013 yang berjumlah
(305) mahasiswa, dari 25% subjeknya maka penelitian ini akan
mengambil (75) mahasiswa. Peneliti mengambil sampel pada
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun
2016, tahun angkatan 2013 dikarenakan peneliti ingin mengetahui
apakah mahasiswa angkatan tersebut mempunyai sikap optimis untuk
bisa lulus tepat waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
tehnik dalam pengambilan sampel yaitu dengan cara purposive
random sampling.
16
4. Pengumpulan data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode kuesioner atau angket, observasi langsung serta
dokumentasi. Adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Angket atau kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:142).
Metode kuesioner ini akan digunakan untuk mendapatkan data
tentang konsep diri dan sikap optimisme mahasiswa dalam meraih
gelar sarjana.
b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144). Dan
menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:144) mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang
konsep diri dan sikap optimisme mahasiswa.
17
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian
secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi
geografis, monografis dan struktur pemerintahan.
5. Instrumen penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102).
Instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan
konsep diri dengan sikap optimis mahasisiwa dalam meraih gelar sarjana
adalah daftar pertanyaan dalam angket.
6. Tehnik analisis data
a. Analisis awal
Analisis awal ini untuk mengetahui konsep diri dengan sikap
optimisme mahasiswa. Teknik analisisnya menggunakan tehnik
persentase sebagai berikut:
18
Keterangan:
P = Persentase individu dalam golongan
F = Frekuensi.
N = Jumlah subjek dalam golongan
b. Analisis lanjutan
Analisis lanjutan dilakukan dengan menggunakan tehnik statistik
untuk mencari adakah hubungan konsep diri dengan sikap optimisme
mahasiswa dalam meraih gelar sarjana. Tehnik analisisnya
menggunakan product moment sebagai berikut:
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y
XY : Produk dari X dikali Y
X : Variabel skor 1
Y : Variabel skor 2
N : Jumlah responden (Arikunto, 2006: 274).
N
YY
N
XX
N
YXXY
rxy2
22
2 )()(
))((
19
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan dasar-dasar penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Memuat tentang kajian pustaka tentang hubungan konsep diri
dengan sikap optimisme.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Memuat tentang gambaran umum hubungan konsep diri dengan
sikap optimisme dalam meraih gelar sarjana pada mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2016. Serta
penyajian data gambaran umumnya.
BAB IV : ANALISIS
Memuat tentang hubungan konsep diri dengan sikap optimisme
mahasiswa dalam meraih gelar sarjana. Selanjutnya adalah
pengujian hipotesis sekaligus pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Memuat tentang kesimpulan dan saran sebagai bahan masukan
bagi para mahasiswa.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengetian Konsep Diri
1. Konsep Diri
Definisi konsep diri menurut beberapa para ahli masih berbeda-
beda namun pada umumnya memiliki penekanan dan peran yang sama
terhadap cara pandang diri.
Acuan dari teori psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah
pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait
dengan dimensi fisik, karateristik individu, dan motivasi diri. Pandangan
diri tidak meliputi kekuatan-kekuatan individu, tetapi juga kelemahan
bahkan kegagalan dirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian individu
(Susana dkk, 2006:32).
Menurut Devianti (2014:150) konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh, baik fisik, emosional intelektual, sosial,
dan spiritual. Konsep diri juga diartikan sebagai ide, pikiran, kepercayaan,
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam hubungan dengan orang lain.
Menurut Shavelson dkk konsep diri adalah persepsi seseorang
terhadap dirinya sendiri. Persepsi tersebut melalui pengalaman seseorang
21
dan interprestasi terhadap lingkungan serta dipengaruhi secara khusus oleh
penguat penilaiaan dari orang-orang berarti bagi seseorang dan atribusi
seseorang terhadap tingkah laku sendiri (Zulfan & Wahyuni, 2012:86).
Konsep diri memiliki beberapa komponen, yaitu: atribut
interpersonal (saya seorang mahasiswa, saudara perempuan, sopir truk,
pemain sepak bola) karateristik bawaan (saya laki-laki, asli Sunda, berusia
24 tahun), minat dan aktivitas (saya pintar memasak, saya suka nonoton
film, saya kolektor prangko), self determination (saya beragama Islam,
saya dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu), aspek eksistensial
(saya orangnya menarik, saya orangnya unik), kepercayaan (saya
menentang aborsi, saya seorang demokrat), kesadaran diri (saya orang
baik, saya suka berbohong), dan diferensiasi sosial (saya berasal dari
keluarga miskin, saya orang Indonesia) (Rahman, 2013:40).
Dari beberapa penjelasan di atas bahwasanya konsep diri adalah
pandangan atau persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Pandangan
dan perasaan tentang dirinya tersebut merupakan pandangan dari segi
psikologi sosial dan fisik, dan bisa bersifat positif atau negatif sesuai
dengan konsep diri yang dimiliki setiap individu.
2. Jenis-jenis Konsep Diri
Menurut William konsep diri ada dua macam yakni konsep diri
positif dan konsep diri negatif (Sarastika, 2014:70).
22
a. Konsep diri positif
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini
lebih mengarah ke kerendahan hati dan kedermawaan dari pada
keangkuhan dan keegoisan (Sarastika, 2014:72). Tanda-tanda individu
yang memiliki konsep diri yang positif adalah sebagai berikut:
1) Yakin dengan kemampuan
Orang yang berkonsep diri positif yakin akan kemampuannya
dalam mengatasi masalah. Orang yang seperti ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa
setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2) Setara dengan orang lain
Ciri-ciri yang kedua adalah merasa setara dengan orang lain.
Namun begitu, ia selalu merendahkan hati, tidak sombong, tidak
mencela atau meremehkan siapa pun, dan selalu menghargai orang
lain.
3) Siap dengan pujian
Orang dengan konsep diri positif akan dapat menerima pujian
tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa rendah hati. Jadi
meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya
apalagi meremehkan orang lain.
23
4) Peka
Orang yang berkonsep diri positif menyadari bahwa setiap
orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap
perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain
sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang
tidak disetujui oleh masyarakat.
5) Pintar introspeksi
Mampu memperbaiki karena ia sanggup menggunakan
aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
sebelum mengintrospeksi orang lain, dan mampu untuk
mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
b. Konsep diri negatif
Menurut Devianti (2014:156-157) individu yang memiliki
konsep diri negatif cenderung menunjukkan karakteristik sebagai
berikut:
1) Peka terhadap kritikan
Orang ini sangat tidak tahan kritikan yang diterimanya dan
mudah marah atau naik pitam. Hal ini, dilihat dari faktor yang
memengaruhi diri individu tersebut belum dapat mengendalikan
emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi
24
orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk
menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang
memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang
terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan
berbagai logika yang keliru.
2) Responsif sekali terhadap pujian
Walaupun ia berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu penerimaan pujian.
Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang
menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatiaan. Bersama
dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis
terhadap orang lain.
3) Cenderung bersikap hiperkritis
Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apa pun dan
siapa pun, mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
4) Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada
orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan dan keakraban persahabatan. Hal ini berarti individu
tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak
25
disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang
melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi.
5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing
dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap
tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Jadi pada dasarnya orang yang memiliki konsep diri positif dia akan
yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dan memandang baik tentang
dirinya, sehingga selalu bersikap optimis, percaya diri dan selalu bersikap
positif serta teguh terhadap segala sesuatu, termasuk juga terhadap
kegagalan yang dialami, seperti yang dikatakan Susana dkk (2006:19)
bahwasanya orang yang memiliki konsep diri positif yang ditunjukkan
melalui self esteem yang tinggi, segala perilaku akan tertuju pada
keberhasilan.
Tetapi sebaliknya dengan orang yang memiliki konsep diri negatif,
ia lebih cenderung merasa kurang percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya, contohnya merasa lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat
apa-apa, gagal, malang, tidak menarik, tidak disenangi dan kehilang daya
tarik terhadap hidup. Orang yang memiliki sifat seperti ini biasanya ia
cenderung bersifat pesimistik terhadap kehidupannya dan kesempatan
yang dihadapinya. Devianti (2014:149) mengatakan bahwa ketika konsep
26
diri negatif, maka akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan
rendah diri.
3. Komponen Konsep diri
Menurut Devianti (2014:153-155) konsep diri memiliki beberapa
komponen, di antara komponen konsep diri tersebut adalah:
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap
yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandang
pribadi tentang karateristik dan kemampuan fisik serta persepsi diri
pandangan orang lain. Konsep diri yang baik tentang citra tubuh
adalah kemampuan seseorang menerima bentuk tubuh yang dimiliki
dengan senang hati dan penuh rasa syukur serta selalu berusaha untuk
merawat tubuh dengan baik.
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubuangan dengan tipe orang yang diinginkan atau sejumlah
inspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-
cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di
masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
27
Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik tentang ideal
diri, apabila dirinya mampu bertindak dan berperilaku sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya dan sesuai dengan apa yang
diinginkannya.
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu
dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya
tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan
merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak
dicintai, atau tidak diterima lingkungan. Pada masa dewasa akhir
timbul masalah harga diri, karena adanya tantangan baru sehubungan
dengan pensiun ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, kehilangan
pasangan dan sebagainya. Seseorang yang memiliki konsep diri yang
baik berkaitan dengan harga diri apabila mampu menunjukkan
keberdayaannya dibutuhkan oleh banyak orang, dan menjadi bagian
yang dihormati oleh lingkungan sekitar.
d. Peran diri
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu
di dalam kelompok sosial. Peran memberikan sarana untuk berperan
28
serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji
identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Individu
dikatakan memiliki konsep diri yang baik berkaitan dengan peran
adalah adanya kemampuan untuk berperan aktif dalam lingkungan,
sekaligus menunjukkan bahwa keberadaanya sangat diperlukan oleh
lingkungan.
e. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri
merupakan sintetis dari semua aspek. Konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut
atau jabatan serta peran. Seseorang yang memiliki perasaan identitas
diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain,
dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga,
kemampuan dan penguasaan diri. Dalam identitas diri ada otonomi
yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu
menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
mempunyai beberapa komponen, diantaranya yakni citra diri, ideal diri,
harga diri, peran diri dan identitas diri. Artinya ketika seseorang dapat
29
memandang dirinya secara positif maka dapat maraih kesuksesan dalam
hidupnya.
4. Perkembangan konsep diri
Konsep diri bukanlah merupakan faktor hereditas, melainkan faktor
yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman dan hubungan individu
dengan orang lain. Menurut Hurlock (dalam Zulfan & Wahyuni, 2012:91)
mengatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan hubungan anak
dengan orang lain, misalnya dengan orang tua dan anggota keluarga
lainnya. Bagaimana mereka memperlakukan anak, apa yang mereka
katakan mengenai anak, dan bagaimana status anak dalam kelompok
tempat ia mengidentifikasi diri, akan memengaruhi perkembangan konsep
diri anak.
Menuru Hurlock (dalam Zulfan & Wahyuni, 2012:91) merinci pola
perkembangan konsep diri, sebagai berikut:
a. Konsep diri primer (the primer self-concept)
Dibentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah, sehingga
tertanam bermacam-macam konsep diri, yang dihasilkan dari
pengalaman dengan anggota-anggota keluarga yang berbeda seperti
orang tua dan saudara-saudaranya.
Konsep diri primer meliputi citra diri fisik dan psikologis
(physical and psychological self image). Citra diri psikologi
didasarkan atas hubungan anak dengan saudara-saudaranya tersebut.
30
Demikian pula, pembentukan konsep-konsep permulaan dalam
kehidupan mereka, aspirasi mereka, tanggung jawab mereka pada
orang lain adalah didasarkan pada tuntunan dan bimbingan dari orang
tua mereka.
b. Konsep diri sekunder (the secondary self concept)
Dengan bertambahnya hubungan anak di luar rumah maka anak
memerlukan konsep diri orang lain terhadap dirinya, hal ini
menimbulkan konsep diri sekunder. Jadi, konsep diri sekunder adalah
bagaimana anak melihat diri mereka berdasarkan pandangan orang
lain. Konsep diri primer sering kali menentukan konsep diri sekunder.
Perkembangan konsep diri sekunder akan dibentuk oleh kepercayaan
yang mereka miliki.
Perkembangan konsep diri menurut Lewis dan Brooks (dalam
Zulfan & Wahyuni, 2012:92) dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
existensial self, categorial self, dan self esteem (harga diri).
Tahap yang paling awal disebut existensial self, merupakan
adanya kesadaran individu sebagai mkhluk yang terpisah dari individu
lain. Perkembangan selanjutnya adalah categorial self, maksudnya
anak mulai mengartikan dirinya sendiri dalam kategori-kategori
tertentu seperti umur, jenis kelamin, warna kulit, dan keterampilan
khusus atau pengetahuan. Tahap perkembangan yang terakhir adalah
31
self esteem ialah aspek efektif dari konsep diri yang merupakan nilai
yang diberikan terhadap kualitas dirinya sendiri.
Menurut Roger yang dikutip Bee (dalam Zulfan & Wahyuni,
2012:93) mengatakan konsep diri berkembang melalui proses. Pada
mulanya anak mengobservasi fungsi dirinya sendiri sebagaimana ia
melihat lingkah laku dari orang lain. Pada mulanya anak menyadari
dirinya, dan mulai memberikan “sifat khusus” terhadap dirinya sendiri,
misalnya: mudah marah, mempunyai sedikit tenaga dan sebagainya.
Mereka mengambil nilai-nilai untuk menjelaskan diri mereka. Konsep
diri berkembang perlahan-lahan melalui interaksi anak dengan orang
lain di lingkungan sekitarnya. Roger berasumsi bahwa manusia
berusaha melihat konsistensi antara pengalaman dan citra dirinya
(Zulfan & Wahyuni, 2012:93).
Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan konsep diri
seseorang melalui dua pola, yakni yang pertama perkembangan konsep
diri primer, yang mana seseorang itu mengalami perkembangan konsep
diri melalui pengalaman yang didapatkannya di lingkungan keluarga, dan
yang kedua perkembangan konsep diri sekunder yang mana
perkembangan tersebut dialaminya melalui hubungan dengan orang lain di
luar rumah atau sikap sosial di masyarakat.
32
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri
Zulfan & Wahyuni (2012:94) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah:
a. Peranan kemampuan dan penampilan fisik
Salah satu sumber yang penting dari konsep diri adalah citra
fisik. Hal ini adalah merupakan cara bagi seseorang melihat fisiknya,
yang meliputi tidak hanya apa yang dilihat dari pantauan cermin tetapi
juga berdasarkan pengalaman melalui refleksi orang lain. Menurut
Fisher yang dikutip Eastwood (dalam Zulfan & Wahyuni, 2012:94)
tidak ada yang lebih menarik dilihat dari citra fisik, misalnya foto
orang yang bersangkutan biasanya menimbulkan keinginan bagi orang
tersebut untuk melihat dirinya. Remaja cenderung tidak merasa
bahagia bila ada hambatan dalam penampilan fisik dan kadang-kadang
menimbulkan ketidakpuasan.
Dimensi tubuh ideal adalah merupakan patokan bagi individu
untuk menanggapi dan menilai keadaan fisiknya, oleh karena itu setiap
individu berusaha untuk mencapai patokan tubuh ideal karena akan
mendapat tanggapan positif dari individu lain bila ia berhasil
mencapainya. Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan tingkat
penerimaan individu terhadap fisiknya, sehingga dapat
mengapresiasikan dan merasakan fisik mereka secara baik.
33
Bagaimana seseorang menerima citra fisiknya dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan kebudayaan. Disamping itu, penilaian citra fisik
juga berbeda bagi masing-masing individu. Umumnya pria
menginginkan badan yang tinggi dan besar serta mempunyai
kemampuan fisik yang kuat, sedangkan wanita menginginkan tubuh
yang lembut, ramping, dan mempunyai daya tarik yang memadahi.
Penelitian yang dilakukan Berscheld dkk, yang dikutip Alwater
(dalam Zulfan & Wahyuni, 2012:95) menemukan bahwa responden
yang mempunyai citra fisik di atas rata-rata menunjukkan sifat yang
lebih menyenangkan, intelegensinya lebih tinggi dan lebih asertif dari
responden yang mempunyai citra fisik di bawah rata-rata. Dengan
demikian, keadaan dan penampilan fisik yang baik merupakan aspek
yang penting untuk memperoleh tanggapan yang baik dari lingkungan.
Tanggapan tersebut merupakan refleksi yang digunakan individu
untuk menilai dirinya sendiri.
b. Peranan keluarga
Orang yang pertama dikenal anak adalah orang tuanya dan
anggota-anggota keluarga yang lain. Empat atau lima tahun pertama
dalam kehidupan anak keseluruhan ada dalam lingkungan keluarga.
Hal ini berarti bahwa lingkungan sosial yang pertama dan utama bagi
anak adalah lingkungan keluarganya. Dalam proses perkembangan
selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan orang di lingkungan yang
34
lebih luas, misalnya teman sekolah atau teman bermain. Oleh karena
itu, konsep diri terbentuk melalui interaksi dan pengalaman dengan
orang-orang yang berarti dalam kehidupannya, maka orang-orang
tersebut adalah berperan penting dalam pembentukan konsep diri anak.
Konsep diri merupakan mirror image dari kepercayaan anak
kepada orang-orang yang berarti dalam kehidupannya, maka hubungan
dan suasana yang buruk dalam keluarga dapat menimbulkan konsep
diri yang tidak menguntungkan bagi anak. Akibatnya, anak dapat
menjadi pemberontak, agresif, menarik diri atau mementingkan diri
sendiri. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri. Cara
orang tua mengasuh anaknya akan berpengaruh terhadap anak dalam
menilai dirinya. Jika anak dapat pengalaman yang baik dalam
keluarga, maka ia akan dapat mengembangkan dan menilai dririnya
secara baik pula.
Penelitian Symond yang dikutip Johnson dan Medinnus (dalam
Zulfan & Wahyuni, 2012:97) bahwa adanya kehangatan dalam
keluarga berperan penting dalam perkembangan konsep diri anak.
Adanya rasa kehangatan dalam hubungan anak dengan orang tua maka
anak mempunyai sikap sosial, koperatif, emosinya stabil menerima
dirinya sendiri dan menghargai orang lain. Sedangkan anak yang tidak
dapat merasakan kehangatan dengan orang tuanya akan merasa tidak
35
aman, sulit menyesuaikan diri, merasa rendah diri, dan kurang
menghargai orang lain. Jadi pengalaman-pengalaman yang diterima
anak dalam keluarga akan memengaruhi perkembangan dan
pembentukan konsep diri anak.
c. Peranan kelompok teman sebaya
Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang
berperan penting dalam proses sosialisasi anak. Dalam kelompok
tersebut anak akan memperoleh berbagai pengalaman belajar yang
diperlukan bagi perkembangannya. Matin dan Stendler menyebutkan
beberapa peranan kelompok teman sebaya, yaitu: memberi model,
memberikan penghargaan, memberikan identitas diri dan memberikan
semangat (Zulfan & Wahyuni, 2012:98).
Menurut Bee yang dikutip Ausubel dan Sullivan (dalam Zulfan
& Wahyuni, 2012:98-99) peran kelompok teman sebaya sebagai suatu
sumber untuk memperoleh status, membantu anak menyelesaikan
konflik dengan orang tuanya, agen sosialisasi dan sebagai tempat
pembentukan identitas sosial. Jadi kelompok teman sebaya merupakan
arena bagi anak untuk belajar menerima dan diterima teman-temannya.
Anak yang disenangi dan diterima oleh sebagian besar teman-
temannya merupakan anak yang populer. Banyak faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi anak, sehingga ia menjadi anak yang populer.
Faktor-faktornya antara lain: mempunyai toleransi, menyukai orang
36
lain, flexsibel, simpatik, mempunyai daya tarik fisik, suka humor
gembira, dan sebagainya (Zulfan & Wahyuni, 2012:99). Anak-anak
yang ditolak oleh teman-temannya sering merasa malu, resesif,
terkucil dan mementingkan diri sendiri. Anak yang diterima oleh
teman-temannya akan merasa lebih baik dari pada anak yang ditolak
oleh teman-temanya.
Konsep diri anak secara langsung dan tidak langsung
dipengaruhi oleh kelompok bermain. Kelompok bermain dapat
memberi beberapa informasi yang kadang-kadang juga berubah.
Selain itu, kelompok bermain berfungsi sebagai sumber bagi anak
untuk membandingkan dirinya dengan teman-temannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa
hubungan anak dengan teman-temanya akan berpengaruh terhadap
konsep diri anak.
d. Peranan harga diri
Harga diri adalah deskripsi secara lebih mendalam mengenai
citra diri yang merupakan penilaian terhadap diri sendiri. Menurut
Maslow (dalam Zulfan & Wahyuni, 2012:100) harga diri adalah
penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.
Penghargaan diri sendiri berasal dari kepercayaan diri, kemandirian
diri, dan kebebasan, sedangkan penghargaan dari orang lain timbul
karena adanya prestasi dan apresiasi.
37
Harga diri akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang seperti
yang dikatakan Robinson dan Shaver (dalam Zulfan & Wahyuni,
2012:100) bahwa kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup
mempengaruhi korelasi dengan harga diri. Kepuasan diri dicapai oleh
orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik serta terhindar dari
rasa cemas, keragu-raguan dan simtom psikomatik.
Disamping itu penelitian yang dilakukan Daly dan Burton (dalam
Zulfan & Wahyuni, 2012:100) menemukan korelasi negatif antara
harga diri dan perasaan tidak rasional. Selanjutnya mereka mengatakan
banyak diantara klien yang mencari pelayanan konseling, problemnya
adalah rendahnya harga diri mereka.
Berdasarkan uraian dan fakta yang disebutkan di atas dapat
diambil pengertian bahwa adanya sifat-sifat tertentu yang dihasilkan
oleh harga diri, akan mempengaruhi konsep diri seseorang.
Pendapat lain seperti yang dikemukakan Devianti (2014:150-152)
tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri diantaranya
adalah:
a. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang
secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan
dirinya dengan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki
batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui
38
kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan
berhubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang di
nilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan
merealisasi potensi yang nyata.
b. Significant other (orang yang terpenting atau terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
dengan orang lain, belajar mengenai diri sendiri melalui cerminan
orang lain yaitu dengan cara pandang diri merupakan interprestasi
dalam pandangan orang lain terhadap diri anak sangat dipengaruhi
orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang
siklus hidup, pengaruh budaya, dan sosialisasi.
c. Self perception (persepsi diri sendiri)
Self perception yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan
penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan
situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan
pengalaman yang positif. Sehingga konsep diri merupakan aspek yang
kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri
yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan
39
lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.
d. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi
faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang
terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan
menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap
menghargai diri sendiri.
Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak,
dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk
dikasihi, untuk disayangi dan dihargai, dan semua itu akibat
kekurangan yang ada padanya, sehingga orang tua tidak sayang.
e. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan
pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa
semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat
orang merasa dirinya tidak berguna.
f. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai
pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon
segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau
stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak
40
diundang kesebuah pesta, maka berfikir bahwa karena saya “miskin”
maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat
apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya.
Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah
tersinggung atau termakan ucapan orang lain.
Dari bebrapa pendapat tentang faktor perkembangan konsep diri di
atas dapat disimpulkan bahwa, peranan keluarga, peranan lingkungan,
peran kemampuan yang dimiliki dan peran harga diri merupakan faktor
yang dominan dalam mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang.
6. Dasar Pembentukan Konsep Diri
Menurut Copersmith (dalam Susana dkk, 2006:34) ada empat faktor
yang berperan dalam pembentukan konsep diri individu, yaitu:
a. Faktor kemampuan
Setiap individu mempunyai kemampuan. Oleh karenanya,
kemampuan yang ada pada diri setiap individu harus dilatih dan
dikembangkan, karena setiap individu mempunyai peluang untuk
mengembangkan kemampuannya sehingga dapat melakukan sesuatu.
b. Faktor perasaan berarti
Setiap individu harus memupuk rasa berarti dalam setiap
aktivitas sekecil apapun dan sesederhana apapun, supaya tidak merasa
hampa atau merasa rendah diri.
41
c. Faktor kebajikan
Ketika diri individu telah memiliki perasaan berarti, maka akan
tumbuh kebajikan dalam dirinya. Sehingga merasa lingkungan adalah
tempat yang menyenangkan dan nyaman. Tempat dengan atmosfir
yang nyaman akan menjadikan diri individu berbuat kebajikan bagi
lingkungannya.
d. Faktor kekuatan
Pola perilaku berkarateristik positif memberikan kekuatan bagi
individu akan dapat menghalau upaya yang negatif. Sebagai contoh,
takut untuk menyontek, berbohong, dan melakukan perbuatan yang
negatif lainnya.
Keempat faktor tersebut harus dimiliki oleh setiap diri individu
supaya memiliki konsep diri yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika
dalam diri individu tidak tertanam empat faktor pembentukan konsep diri
tersebut, maka akan berdampak negatif dalam pembentukan konsep
dirinya.
Sedangkan menurut Rahmat (2005:99) konsep diri dibentuk oleh
dua ciri, yaitu ciri kognitif dan ciri afektif. Dalam psikologi sosial, ciri
kognitif disebut citra diri (self image) dan ciri afektif disebut harga diri
(self esteem).
Ciri kognitif wujudnya adalah pengetahuan tentang keadaan dirinya
sendiri, contohnya: saya pandai, saya rajin, saya cerdas, merupakan
42
penjelasan tentang “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang
dirinya. Gambaran tersebut akan membentuk citra diri. Ciri afektif
merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut
selanjutnya akan membentuk penerimaan tentang dirinya dan
pembentukan harga diri. Contoh: saya merasa senang dengan keadaan
diri saya yang mencapai tujuan tahap demi tahap.
Penilaian diri yang demikian menunjukan pada diri yang positif
dengan berdasarkan penerimaan diri yang pada tahap berikutnya akan
terbentuk harga diri yang positif. Jadi pada dasarnya, pembentukan konsep
diri adalah pengetahuan dan harapan individu tentang dirinya sendiri (ciri
kognitif) dan penilaian individu terhadap dirinya sendiri (ciri kognitif).
Sehingga ciri kognitif bersifat obyektif dan ciri afektif bersifat subyektif.
B. Sikap Optimisme
1. Sikap optimisme
Dalam bahasa arab, optimisme sering disebut At-Tafa’ul. Dalam
kamus Al Munjid disebutkan makna Tafa’ul sebagai: “Dhad-du at-
tasya’am (lawan dari pesimis). Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), optimisme adalah: “Paham (keyakinan) atas segala
sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan, sikap selalu mempunyai
harapan baik dalam segala hal (Waskito, 2013:1-2).
Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam
segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang
43
menyenangkan. Optimisme juga dapat diartikan berfikir positif. Jadi
optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berfikir (Sarastika,
2014:98).
Sikap optimis yakni sikap yang membersihkannya dari pemikiran-
pemikiran hitam dan mengarahkannya menuju kerja yang positif dan
menghasilkan, serta selalu mengejar hari esok yang lebih baik (Uqshari,
2005:42).
Menurut Asmani (2012:191) optimis adalah sikap pantang menyerah
dalam menghadapi situasi sesulit apapun, dan mampu menemukan solusi
efektif bagi masalah-masalah pelik yang dihadapi.
Dalam Islam dikenal tafa’ul, ajaran yang mendorong manusia untuk
selalu semangat dan yakin tentang keberhasilan manakala mengerahkan
segenap kemampuan yang dimiliki. Dalam bahasa Indonesia modern, kata
ini dipadankan dengan optimis (Abduh, 2010:17).
Menurut Wardoyo (2010:91) optimisme merupakan sikap selalu
mempunyai harapan baik dalam segala hal, serta kecenderungan untuk
mendapatkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan
berfikir positif.
Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk memiliki sikap
optimis. Manusia adalah makhluk ciptaannya yang memiliki derajat paling
tinggi karena kelebihan akal yang dimiliki, sehingga ia harus selalu
44
optimis bahwa dengan kemampuan yang dimiliki dapat meraih
kesuksesan. Sebagaimana firman allah dalam Qs. Ali-Imron ayat 139,
sebagai berikut:
ؤمنين ١٣٩-وال تهنوا وال تحزنوا وأنتم األعلون إن كنتم م -
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.
Sikap optimisme merupakan yakin akan kemampuan yang dimiliki,
dengan selalu berfikir positif dan realistis sehingga ia mampu bersosialisai
secara baik dengan orang lain. Maka ketika seseorang selalu berfikir
positif akan selalu terpanggil dan tertantang untuk menciptakan hal-hal
yang baru yang membawa harkat dan mertabat manusia pada tingkat yang
lebih tinggi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasanya
sikap optimisme selalu mempunyai keyakinan untuk berfikir positif dan
selalu mengharapkan hasil yang positif, serta menggali yang terbaik dalam
dirinya sendiri dan mengharapkan hasil yang terbaik dari segala situasi.
2. Faktor-faktor Pentingnya besikap Optimis
Menurut Ananta (2014:116-117) beberapa peneyebab yang
mendasari pentingnya selalu bersikap optimis, di antaranya:
45
a. Menyalurkan energi positif
Membiasakan diri bersikap optimis dapat membantu seorang
individu mengeluarkan energi yang positif berupa dorongan
menciptakan langkah dan hasil yang lebih baik. Bersikap optimis
bersumbser dari harapan yang keberadaanya tidak pernah padam. Jika
seorang individu memiliki harapan baik, maka akan memunculkan
energi dorongan yang besar.
b. Perlawanan
Seseorang yang memiliki optimisme yang tinggi pada umumnya
memiliki perlawanan kuat untuk menyelesaikan masalah. Begitu pula
sebaliknya, orang dengan kadar optimisme rendah atau didominasi
perasaan pesimis, pada umumnya memiliki tingkat perlawanan lemah.
Bahkan orang seperti itu kerap memiliki kecenderungan mudah
menyerah. Less Brown (dalam Ananta, 2014:117) mengatakan bahwa
setiap manusia dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu the
winner (pemenang), the loser (pecundang), serta the potential winner
(calon pemenang). Diantara ketiganya yang paling baik ialah kategori
the winner (pemenang). Seorang pemenang adalah orang yang berkali-
kali jatuh dan gagal, tetapi mampu menjaga sikap optimisme hingga
menjadi orang yang berhasil.
46
c. Sistem pendukung
Membiasakan diri selalu bersikap optimis juga berfungsi sebagai
sistem pendukung. Ketika seseorang mampu berfikir untuk meraih
sebuah kesuksesan dan memiliki kemauan kuat untuk berhasil yang
ditunjang oleh sikap optimis, maka hampir dipastikan seseorang
tersebut akan merahinya.
Sikap optimis sangat penting untuk mejalani kehidupan, karena
dengan seseorang selalu bersikap optimis maka akan mendapatkan energi
yang positif akan mendorong seseorang untuk melangkah kedepan yang
lebih baik. Sehingga ketika menghadapi suatu permasalah maka dapat
menyelesaikannya dan mendapatkan hasil yang terbaik.
3. Sikap optimis yang keliru
Sikap optimis perlu dimiliki setiap orang. Oleh karena itu,
dibutuhkan kesadaran untuk senantiasa membiasakan diri bersikap
optimis, tetapi terdapat beberapa sikap optimis yang keberadaanya justru
patut dihindari. Menurut Ananta (2014:118) sikap optimis yang tidak
bermanfaat tersebut antara lain:
a. Terlalu optimis
Terlalu optimis menunjukkan sikap yang berlebihan. Hal itu
menjadikan seseorang berlebih-lebihan dalam membangun harapan,
47
sehingga tidak mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terburuk
yang bisa terjadi kapan saja.
b. Optimis tanpa dasar atau sebab
Memiliki sikap optimis harus diiringi dengan menentukan
sasaran yang jelas dan telah dipertimbangkan sebelumnya melalui akal
sehat. Sasaran tersebut bukan berasal dari fantasi atau khayalan
berdasarkan keinginan sesaat (mood).
c. Optimis hanya untuk tujuan tertentu
Sikap adalah jalan, bukan tujuan hidup, yaitu alat yang
dibutuhkan dalam menempuh kehidupan. Memiliki sikap optimis
bertujuan agar seseorang memiliki dorongan kuat dalam melakukan
hal-hal positif.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap optimis yang
keliru dapat membuat seseorang akan mengalami suatu penyesalan. Dalam
arti ketika seseorang menerapkan sikap optimis dalam membangun
harapan secara berlebih-lebihan, tanpa ada sasaran tertentu dan hanya
untuk tujuan tertentu bukan didasari dengan hati yang senang, maka ketika
semua itu tidak dapat diraihnya penyesalan dan kekecewaanlah yang
dirasakannya.
4. Cara Membentuk Sikap Optimisme
Menurut Ananta (2014:119-120) menyebutkan beberapa cara untuk
membentuk sikap optimisme, di antaranya:
48
a. Memahami esensi dan makna sikap optimisme
Langkah pertama dan yang paling mendasar adalah memahami
hakikat sebenarnya dari sikap optimis.
b. Berfikir positif
Pikiran positif akan menghasilkan sikap produktif. Berfikir
positif dapat menghasilkan kekuatan yang menjadi unsur penting
dalam menciptakan jenis kehidupan seseorang.
c. Bersemangat
Semangat merupakan salah satu bagian terpenting untuk
membangun etos kerja secara maksimal. Memiliki semangat tinggi
sangat membantu membangun karir yang gemilang.
d. Mengenali diri sendiri
Seseorang harus mampu mengenali diri sendiri agar mampu
mengembangkan sikap dan perasaan optimis.
e. Mampu mengendalikan emosi
Tidak semua orang yang mampu mengendalikan emosi yang
senantiasa bergejolak. Orang dengan kategori mampu mengendalikan
emosi adalah mereka yang dapat menjaga keseimbangan akal dan
nurani, di mana keduanya sama-sama memiliki pengaruh kuat dalam
menumbuhkan sikap positif. Kemudian sikap positif tersebut
berkembang menjadi sikap optimis.
49
f. Menjaga sikap baik
Memiliki kepribadian serta dipandang sebagai pribadi yang baik
merupakan salah satu cara membentuk sikap optimis.
Dari pemaparan di atas tentang cara membentuk sikap optimis dapat
ditarik kesimpulan bahwasannya sikap optimis tidak bisa dibentuk secara
instan, melainkan dengan selalu berfikir positif dalam segala hal,
menunjukkan semangat yang tinggi dalam meraih keinginan, dapat
mengenali dan berpandangan positif terhadap dirinya, dapat
mengendalikan emosi, dan yang paling penting adalah harus selalu
bersikap baik kepada semua orang. Maka dengan cara-cara seperti itu
dapat membentuk pribadi yang selalu bersikap optimis.
5. Cara melatih sikap optimis
Menurut Sarastika (2014:102-104) ada beberapa cara yang bisa
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk melatih sikap optimis,
diantaranya yaitu:
a. Tingkatkan keyakinan dengan mendekatkan diri kepada Allah
Kewajiban bagi umat beragama terus berdoa, berserah diri,
mensyukuri kelebihan dan kekurangan nikmat yang diberikan untuk
melatih agar hati dan pikiran tenang. Allah sudah mengatur segala
sesuatu dengan sebaik-baiknya, tinggal bagaimana seseorang
menjalaninya. Ketika seseorang mau bahagia maka bersikaplah yang
50
baik dan bergaul di lingkungan yang baik, sebaliknya seseorang
merasa susah bisa jadi salah satu penyebabnya karena sikap kurang
baik dan bergaul pada lingkungan yang tidak baik.
b. Motivasi diri sendiri
Saat seseorang berhadapan dengan suatu tantangan maka
katakanlah “pasti bisa”, “pasti berhasil”, selalulah berdoa meminta
kepada Allah agar selalu dimudahkan segala urusan. Selalu katakanlah
bantuan Allah akan segera datang cepat atau lambat. Seperti itulah
contoh dari motivasi diri sendiri, yakni selalu berfikir positif dan
yakinkan diri sepenuhnya.
c. Bayangkan manfaat yang didapat menjadi diri yang optimis
Bayangkan setelah berhasil melawan dan menyelesaikan
tantangan, maka tinggal menikmati hasil dari kesuksesan itu.
Bayangkan tingkat kesabaran lebih tinggi setelah bersusah payah
melatih diri, melawan, menyelesaikan tantangan. Dengan
membayangkan hal-hal yang positif, diharapkan membangkitkan
gairah semangat, jadi termotivasi, muncul ide kreatif, tidak mudah
menyerah, sehingga memudahkan dalam menyelesaikan tantangan.
d. Jadikan masalah sebagai tantangan bukan menjadi beban
Masalah dianggap beban dapat membuat pikiran mendapat
masalah besar. Apabila memiliki pola pikir yang demikian, seseorang
harus bisa merubah pola pikirnya, seperti hadapi masalah sebagai
51
tantangan, rubahlah pola pikir bahwa masalah itu sebagai pelajaran,
rubahlah pola pikir bahwa masalah sebagai guru yang memberikan
pengalaman berharga. Kalau seperti itu, maka dapat mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan.
e. Bebaskan diri dari perasaan takut gagal
Perasaan takut gagal akan mencegah seseorang untuk
mengarungi pengalaman yang sangat banyak, menarik dan berguna.
Jangan khawatir tentang pandangan orang lain, cacian orang lain
terhadap kita, karena hal itu sebagai nilai rapor untuk mengembangkan
menjadi diri yang lebih baik. Jadikan kegagalan ini sebagai pintu
menuju kesuksesan, karena kegagalan benar-benar pintu gerbang
kesuksesan.
Dari penjelasan di atas bahwasanya untuk menjadi pribadi yang
optimis perlu dilatih dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, selalu
memotivasi diri dengan hal-hal yang positif, membayangkan ketika
meraih kesuksesan, menjadikan masalah sebagai tantangan bukan menjadi
beban, dan meninggalkan perasaan takut akan kegagalan. Dengan cara-
cara seperti itu, sikap optimis pasti selalu tertanam dalam diri. Sehingga
selalu bersikap optimis dalam segala urusan.
6. Klasifikasi sikap optimis
52
Menurut Uqshari (2005:87-89) sikap optimisme diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Sikap optimis irrasional
Sikap optimis model ini lebih bisa diartikan dengan sebuah
“sikap optimis sembrono” ketimbang sikap optimis yang
sesungguhnya, atau sikap optimis yang aplikasinya dalam bentuk
khayalan dan angan-angan belaka.
b. Sikap optimis rasional
Sikap optimis rasional yaitu sikap optimis yang potensial,
mendorong seseorang individu untuk bersikap serius manakala
berhadapan dengan karakter dirinya, masalah-masalah yang
menghadangnya, situasi-situasi yang sedang dihadapinya, individu-
individu yang sedang ia ajak berinteraksi, serta dalam setiap
permasalahan kehidupan lainnya. Singkat kata, ia adalah sebentuk
sikap optimis yang potensial melepaskan seseorang dari berbagai
bentuk pola pikir negatif. Disamping itu, sikap optimis model ini akan
mengarahkan seseorang pada efektivitas kerja positif yang produktif.
Lalu sikap optimis rasional ini juga akan menyatukan potensi-
potensi positif serta mendukungnya untuk menggerakkan seluruh
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang. Alhasil, sikap
optimis model ini akan semakin menambah rasa percaya diri dalam
pribadi seseorang. Sikap optimis rasional adalah semacam kondisi
53
psikologis yang khusus dimiliki oleh akal dari sekian macam kondisi
psikologis yang meski dimiliki oleh setiap individu. Maka dari itu,
sikap optimis rasional merupakan kondisi psikologis yang didukung
oleh kemauan keras dan rasa percaya diri.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya
sikap optimisme diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama sikap optimis
irrasional, yang mana seseorang mempunyai sikap optimisme dalam
khayalan dan angan-angan belaka tanpa sasaran dan tujuan tertentu.
Sedangkan yang kedua yaitu sikap optimis rasional, yang mana sikap yang
mendorong seseorang untuk bersikap serius dalam menyelesaikan semua
permasalahan yang dihadapi, dan dapat mengimplementasikan sesuatu
yang ingin dicapainya bukan hanya sekedar angan-angan saja. Maka
dengan bersikap optimis rasional, dapat melepaskan seseorang dari
berbagi bentuk pola pikir negatif.
7. Manfaat sikap optimis
Menurut Wakito (2013:503-506) beberapa manfaat sikap optimis
diantaranya yaitu:
a. Optimisme atau tafa’ul adalah salah satu akhlak yang baik. Siapa yang
optimis berarti ia telah memakai salah satu akhlak mulia, siapa yang
pesimis berarti ia telah menampakkan sikap tercela. Manusia
berakhlak mulia akan dicintai orang-orang disekitarnya.
54
b. Jika seseorang tidak bersikap optimis, berarti ia akan pesimis atau
putus asa. Padahal sikap putus asa dilarang dalam Islam, Allah
berfirman dalam Qs. Yusuf ayat 87.
وح للا إال القوم الكافرون ه ال ييأس من ر وح للا إن ٨٧-وال تيأسوا من ر
Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
c. Optimis akan membuka pintu-pintu amal (kerja atau usaha), sehingga
seseorang bisa menghasilkan suatu karya yang bermanfaat.
Sebaliknya, pesimis akan menutupi pintu-pintu usaha, sehingga
seseorang memilih berhenti, diam, tidak melakukan perbaikan, atau
malah menempuh jalan kerusakan. Tanpa optimisme, manusia akan
kehilangan amal-amal.
d. Optimisme adalah kunci sukses karir manusia. Siapa pun juga, apakah
muslim atau bukan, laki-laki atau wanita. Ketika bersikap optimis
mereka mencapai sukses. Sebaliknya, jika mereka pesimis meskipun
memiliki kekayaan besar, fasilitas lengkap, dana melimpah ruah, tetap
saja akan mengalami kegagalan.
e. Optimis merupakan karakter manusia-manusia besar dalam Islam.
Mereka adalah Nabi Muhammad, para Nabi dan Rasul, para shalihin
di masa lalu, bunda Khadijah binti Khuwailid ra, istri-istri Rasulullah
lainnya, para sahabat Nabi, para ulama dan ahli ilmu, para khalifah
dan sultan Islam, para panglima perang, para pejuang Islam, para
55
pahlawan dan manusia-manusia terbaik sampai era kita saat ini.
Mereka semua memiliki sikap optimis, tidak mudah menyerah dan
terus berusaha melakukan perbaikan sekuat kesanggupan, dengan
mengikuti jalan mereka berarti kita berada di atas jalan yang lurus.
f. Agama Islam yang kita peluk saat ini sama dengan agama Rasululllah,
agama istri-istri beliau, dan para sahabatnya. Para Salafus Saleh
memiliki sikap optimisme yang kuat, sehingga mereka bisa
menggunakan agamanya untuk menhasilkan karya peradaban yang
menakjubkan. Sedangkan kita generasi Islam modern, banyak dilanda
pesimisme, putus asa, rendah diri, sehingga keunggulan Islam belum
bisa kita manfaatkan untuk menghasilkan karya peradaban besar.
g. Sikap optimisme akan meringankan beban berat, meringankan
kesulitan, meringankan penderitaan seseorang. Siapapun yang
menderita atau mengalami kesusahan, jika bersikap optimis akan
meringankan beban pikiran dan jiwanya, sehingga memudahkannya
melewati masa-masa kesulitan.
h. Orang yang optimis akan lebih mudah bersikap tawakal (berserah
diri), dan Allah mencintai orang-orang yang tawakal. Orang yang
optimis akan bekerja semampunya untuk menghasilkan karya terbaik,
setelah itu ia akan pasrah diri kepada Allah. Pasrah diri ini bukan
berarti meyakini bahwa Allah akan memberikan hasil buruk,
melainkan meyakini bahwa Allah akan memberikan hasil terbaik
56
baginya, meskipun bentuk pemberian Allah tidak selalu sama dengan
apa yang dibayangkan.
i. Optimisme adalah bagian dari sikap berbaik sangka kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Setiap muslim harus berbaik sangka kepada
Allah, sebab dia akan diperlakukan sesuai persangkaannya. Dalam
sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
هللا عنه قل رة رض ه و سلم : عن أبى هر صلى هللا عل قول هللا تعا : قل النب
أنا عند ظن عبدي ب: لى
“Aku mengikuti prasangkaan hamba-Ku kepada-Ku”. (HR. Al-
Bukhari Juz 7 Bab Tauhid hal. 528).
C. Hubungan Konsep Diri dengan Sikap Optimisme
Manusia dalam menjalani kehidupan tentu menginginkan kesuksesan
dalam hidupnya. Untuk meraih sebuah kesuksesan yang diharapkan bukan
hanya kemampuan akademis yang baik saja, tetapi ada faktor psikologis yakni
sikap optimisme, karena sikap optimis mendorong manusia untuk selalu
memandang indah dalam segala urusan. Artinya dengan sikap optimis yang
alami maka dapat memberikan sebuah energi yang positif untuk meraih
sebuah kesuksesan, seperti yang dikatakan Wardoyo (2010:69) untuk meraih
kesuksesan di masa depan diperlukan sikap optimisme yang alami.
Pada umumnya optimis dimengerti sebagai keyakinan bahwa apa yang
terjadi sekarang adalah baik, dan masa depan akan memberikan harapan yang
kita angankan. Meski sedang menghadapi kesulitan, optimis tetap yakin
57
bahwa kesulitan itu baik bagi pengembangan diri, dan di balik itu pasti ada
kesempatan untuk mencapai harapan.
Sikap optimisme dapat dijadikan acuan dalam menghadapi tantangan
hidup dalam meraih kesuksesan. Setiap individu pasti menginginkan
kesuksesan, kemakmuran dan kecukupan dalam hidupnya. Tetapi untuk
menuju kesuksesan, terkadang tidak selalu sesuai dengan apa yang
dibayangkan, dalam arti apa yang kita dapatkan belum sesuai dengan apa
yang diharapan. Dalam hal ini setiap individu harus selalu bersikap optimis,
karena kesuksesan datangnya tidak mungkin secara instan. Artinya bahwa
pada saat-saat tertentu ketika apa yang diperoleh tidak sesuai dengan
keinginan, maka tidak akan merasa kecewa atau putus asa karena memandang
segala sesuatu dengan indah dan positif.
Untuk meraih kesuksesan dalam situasi yang penuh dengan tantangan
dan persaingan, tergantung pada bagaimana seseorang menilai, memandang
dan merasakan tantangan itu. Sejauh mana kita merasa bahwa yang kita
hadapi akan terlaksana dengan baik atau yang disebut dengan konsep diri.
Yakin akan potensi atau kemampuan yang dimilikinya akan menghantarkan
individu untuk mencapai sebuah keberhasilan yang diinginkannya. Tetapi cara
pandang seseorang terhadap dirinya berbeda-beda, ada yang positif dan ada
yang negatif, seperti yang dikatakan William dalam Sarastika (2014:70)
bahwa dalam menilai dirinya sendiri, seseorang ada yang menilai positif dan
58
ada yang menilai negatif. Maksudnya, individu tersebut ada yang mempunyai
konsep diri yang negatif.
Konsep diri yang diharapkan adalah yang positif, karena dengan cara
pandang yang positif maka seseorang akan yakin dengan kemampuan dan
potensi yang dimilikinya, sehingga dapat memunculkan sikap optimis yang
terdapat pada dirinya. Maka dengan sikap optimisme, seseorang pasti mampu
menghadapi semua permasalahan dalam hidup serta mampu memberikan
solusi yang terbaik dalam setiap permasalahannya.
Sikap optimisme dapat memudahkan seseorang dalam berinteraksi,
menerima, menghormati, menghargai orang lain, dan sebaliknya ia juga akan
menghargai semua yang terdapat pada dirinya. Maka optimis merupakan
keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, dan selalu perpandangan yang
positif terhadap dirinya sendiri. Dalam hal ini, seseorang tersebut telah
memiliki konsep diri yang positif, dikarenakan bisa menghargai orang lain
dan menghargai dirinya sendiri.
Konsep diri dan sikap optimis merupakan salah satu faktor psikologis
yang mempunyai hubungan dalam kehidupan seseorang untuk mencapai
keberhasilan atau kesuksesan hidup, cita-cita maupun kepribadiannya secara
umum. Seseorang yang mempunyai sikap optimis yang didukung dengan
konsep diri positif, dapat dijadikan landasan untuk mencapai kesuksesan.
Sarastika (2014:74) mengatakan individu yang memiliki konsep diri positif
akan bersikap optimis, percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala
59
sesuatu termasuk terhadap kegagalan yang dialami. Maka untuk meraih
kesuksesan harus menghargai diri sendiri dan berpandangan positif terhadap
dirinya serta menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran untuk melangkah
kedepan.
Maka konsep diri dan sikap optimisme memiliki hubungan yang erat
dalam menentukan keberhasilan seseorang. Ketika seseorang memiliki konsep
diri yang positif, ia akan selalu yakin dengan kemampuan yang dimilikinya,
sehingga akan membantu seseorang memunculkan sikap optimisme dalam
dirinya. Artinya konsep diri dan sikap optimisme mempunyai peran yang
sangat sentral dalam meraih kesuksesan hidup.
60
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum IAIN Salatiga
1. Identitas Sekolah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-satunya
Perguruan Tinggi Negeri di kota Salatiga. IAIN Salatiga memiliki 3 (tiga)
kampus. Kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 02, kampus II di
Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 09 Kembang Arum Salatiga, dan kampus III
berada di wilayah Kelurahan Blotongan dan Pulutan Kecamatan Sidorejo
Salatiga Jawa Tengah. Lembaga ini berada di bawah naungan Kementerian
Agama RI yang merupakan peralihan dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga. Peralihan bentuk
tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997. STAIN Salatiga berubah
bentuknya menjadi IAIN Salatiga berdasarkan pada Peraturan Presiden RI
nomor 143 Tahun 2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri menjadi Institut Agama Islam Negeri Salatiga tanggal 17 Oktober
tahun 2014.
2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga
a. Pendirian
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah perubahan
bentuk dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga atas
61
dasar Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2014
tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri menjadi Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Peraturan Presiden tersebut ditandatangani
secara langsung oleh Dr. Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden RI
pada tanggal 17 Oktober tahun 2014, selanjutnya tanggal 17 Oktober
ditetapkan sebagai lahirnya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Alih bentuk STAIN Salatiga menjadi IAIN Salatiga tidak terlepas
dari sejarah panjang perubahan secara kelembagaan. Pendirian lembaga
ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki
Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu, didirikanlah Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
“Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik
Yayasan “Pesantren Luhur” yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64
Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak,
khususnya para ulama Kota Salatiga dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa
Tengah. Dalam rentang waktu kurang setahun, lembaga ini diubah dari
FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah, maksud perubahan tersebut adalah
agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan
berdirinya IAIN Walisongo di Semarang. Guna memenuhi persyaratan
formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair
dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya. Dalam waktu yang bersamaan
dengan proses pendirian IAIN Walisongo di Semarang, Fakultas Tarbiyah
62
Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang
dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan
Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan
pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969.
Ketika IAIN Walisongo di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga
mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo.
Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan SK
Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970.
b. Bergabung dengan IAIN Walisongo
Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo cabang Salatiga, namun kondisinya tidak berubah dalam
waktu singkat, sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang
lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sarana dan
prasarana yang jauh dari memadai. Utamanya belum tersedia gedung
milik sendiri, tenaga profesional baik edukatif maupun administrasi yang
masih kurang, dan animo mahasiswa yang relatif masih kecil.
Mengingat kendala utama bagi pengembangan lembaga tersebut
belum tersedianya kampus milik sendiri, sehingga merupakan suatu
kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah (H. Asrori Arif) yang
menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN
63
Walisongo Salatiga. Ia menawarkan tanah pekarangannya seluas 0,75
hektar lengkap dengan bangunannya yang letaknya cukup strategis untuk
penyelenggaraan pendidikan.
Berkat perhatian Menteri Agama H. Alamsyah Ratu Prawiranegara
terhadap perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga,
maka dia berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari
1979, tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu Dekan
dijabat oleh Drs. Achmadi).
Berdasar pada surat Dirjen Binbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828
tanggal 10 Agustus 1982, maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di
atas dengan menggunakan DIP Pusat (tahun anggaran 1980/1981 dan
1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa pembelian tanah
tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama Bapak
Muhammad Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)
yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam di
Salatiga.
Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya
dijalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi jalan Tentara Pelajar 2).
Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas
tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru tersebut dirasakan
64
mampu membangkitkan kembali optimisme dan antusiasme seluruh
civitas akademikanya.
Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah,
antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah Daerah
pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan
tanah kampus seluas 3000 m2 yang waktunya bersamaan dengan
pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim
Pancasila. Memang secara administratif masjid tersebut milik PEMDA,
tetapi secara fungsional menjadi tanggungjawab Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga.
Seiring dengan semakin bertambahnya fasilitas akademik,
bertambah pula tenaga kependidikan khususnya tenaga edukatif dan
mahasiswanya. Jika pada masa dekade pertama Fakultas Tarbiyah Salatiga
hanya memiliki 7 (tujuh) orang dosen tetap, pada dekade kedua menjadi
30 (tiga puluh) orang. Fenomena yang hampir sama terjadi pula pada
perkembangan jumlah mahasiswa. Pada tahun 1987 tercatat 940 orang.
Jika dibanding dengan jumlah mahasiswa tahun 1983, maka
peningkatannya sudah lebih dari 300%.
Disimak dari sisi akademis, eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga juga semakin mantap, sebab mulai tahun akademik
1983/1984 sudah diberi kewenangan menyelenggarakan Program
Pendidikan Strata Satu (S1) dengan sistem SKS. Sebelumnya Perguruan
65
Tinggi ini hanya berhak menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana
Muda. Disamping itu secara yuridis juga semakin kokoh dengan
diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang
Struktur Organisasi IAIN di mana Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Salatiga termasuk di dalamnya.
Tahun 1987 tampaknya relevan untuk dipahami sebagai awal
pengembangan kinerja bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.
Serangkaian peristiwa bersejarah terjadi mengiringi perjalanan waktu
tersebut. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1987 tentang status
IAIN/Fakultas merupakan justifikasi yuridis yang amat mengokohkan
eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam. Selain itu, di Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya tengah terjadi pula
proses penguatan institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber
daya tenaga kependidikannya.
Di atas tanah bantuan PEMDA didirikan gedung kuliah,
laboratorium bahasa, ruang micro teaching dan sarana komputer. Pada
tahun 1991 dibangun pula sebuah gedung auditorium yang amat bermakna
bagi proses pendidikan. Perkembangan selanjutnya juga terjadi seperti
dibangunnya sarana kegiatan mahasiswa seperti POSKO MENWA,
Sekretariat RACANA, Sekretariat Teater dan kantor Koperasi Mahasiswa
yang menyatu dengan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang
diresmikan pada tahun 1995.
66
Di celah perkembangan sarana fisik tersebut ada kenyataan historis
yang perlu diberi catatan khusus, yaitu peran Badan Koordinasi Orang Tua
dan Alumni (BAKOAMI) yang dibentuk pada tahun 1988. Pada tahun
1992 diaktanotariskan dengan nama Yayasan Kerjasama Orang Tua dan
Alumni (YAKOAMI) yang dipimpin oleh Bapak Jumadi, BA.
Peningkatan sumber daya manusia tampak pada upaya serius lembaga ini
dalam mendorong tenaga edukatif dan administrasi untuk melanjutkan
studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Alih Bentuk Menjadi STAIN
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih bentuk menjadi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu,
STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di bawah naungan
Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam disiplin ilmu
pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan
Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi
yang sama dengan institut maupun universitas negeri lainnya. Beralihnya
Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Salatiga membawa berbagai
peningkatan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
67
Disamping menyelenggarakan pendidikan Program Strata 1 (S-1),
semenjak masih STAIN hingga beralih bentuk menjadi IAIN, IAIN
Salatiga telah menyelenggarakan pendidikan Program Magister
Pendidikan Agama Islam yang didirikan sebagai upaya untuk merespon
perkembangan masyarakat yang semakin membutuhkan tenaga-tenaga
pendidik yang berorientasi pada keilmuan dan profesional dalam bidang
ke Islaman dan pengajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Program magister Pendidikan Agama Islam diselenggarakan berdasarkan
pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI nomor Dj.I/818/2010 tanggal 22 Nopember 2010.
Selain menyelenggarakan Program Magister Pendidikan Agama
Islam, mulai tahun akademik 2015/2016 IAIN Salatiga telah memperoleh
kepercayaan untuk menyelenggarakan Program Magister Ilmu Pendidikan
Dasar Islam dan Program Magister Ekonomi Syari’ah.
d. Alih Bentuk dari Sekolah Tinggi menjadi Institut
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga berkembang
cukup pesat dari berbagai sisi. Ketua STAIN Periode 2006-2010 dan
periode 2010-2014 memiliki semangat yang kuat untuk memenuhi kriteria
agar dapat beralih bentuk menjadi IAIN Salatiga. Ketua STAIN sebagai
leading sector menyusun beberapa langkah strategis antara lain dengan
mendorong peningkatan jumlah dosen yang memiliki kualifikasi
pendidikan S3 baik dalam maupun luar negeri, mendorong peningkatan
68
jumlah mahasiswa, mengembangkan cakupan program studi yang tersedia,
serta pengadaan tanah yang memenuhi standar Institut. Usaha lain yang
dilakukan antara lain dengan melakukan studi banding pada beberapa
Perguruan Tinggi Negeri yang ada di bawah naungan Kementerian Agama
maupun Kementerian Pendidikan Nasional.
3. Letak Geografis
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berlokasi di Salatiga, Jawa
Tengah. Lembaga ini merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri di
kota Salatiga. IAIN Salatiga memiliki 3 (tiga) kampus, kampus I berlokasi di
Jalan Tentara Pelajar Nomor 02 Salatiga, tepatnya disebelah barat alun-alun,
Polres dan Kantor Pemda Salatiga. Disamping dekat dengan sentral
pemerintahan, STAIN Salatiga juga dekat dengan lapangan olahraga dan
rumah sakit umum. Kampus II berlokasi di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor
09 Kembang Arum Salatiga, kampus II ini berada ditengah-tengah kota
Salatiga Barat yaitu di Kembangarum Salatiga, dan kampus III berlokasi di
wilayah Kelurahan Blotongan dan Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga Jawa
Tengah.
4. Asas, Fungsi dan Tujuan
a. Asas
IAIN Salatiga berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dengan landasan operasional sebagai berikut:
69
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586).
3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1587,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336).
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496)
sebagai mana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5410).
5) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5007).
70
7) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500).
8) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas,
Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang
Perubahan Ketujuh atas Peraturan Presidan Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
9) Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian STAIN
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden RI nomor 143
Tahun 2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
menjadi Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014
Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
11) Peraturan Menteri Agama Nomor 36 Tahun 2009 tentang Penetapan
Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik di Lingkungan Perguruan
Tinggi Agama.
12) Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
71
13) Peraturan-peraturan lain yang terkait.
b. Fungsi
Fungsi IAIN Salatiga antara lain:
1) Merumuskan kebijakan dan perencanaan program.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
agama Islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.
3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu
keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.
4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
5) Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan.
6) Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya.
7) Melaksanakan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembaga-
lembaga lain.
8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan.
9) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan
serta penyusunan laporan.
c. Tujuan
Tujuan IAIN Salatiga antara lain:
1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
72
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa;
2) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan
dan/atau teknologi yang berbasis ilmu keislaman untuk memenuhi
kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa;
3) Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai keislaman agar bermanfaat
bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan
umat manusia;
4) Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu keislaman
dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan
masyarakat damai bermartabat.
5. Visi dan Misi IAIN Salatiga
Visi IAIN Salatiga adalah: ”Tahun 2030 menjadi rujukan Studi Islam-
Indonesia bagi terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut IAIN Salatiga melakukan langkah-
langkah sebagaimana dirumuskan dalam Misi sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman
berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan;
b. Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu keislaman bagi
penguatan nilai-nilai keindonesiaan;
73
c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasisi riset bagi
penguatan nilai-nilai keindonesiaan;
d. Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan nilai-
nilai Islam-Indonesia;
e. Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang profesional dan
akuntabel.
6. Program Pendidikan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga memiliki 5 Fakultas
dengan 23 (dua puluh tiga) Jurusan/Program Studi dan Pascasarjana dengan 3
Program Magister dengan rincian sebagai berikut:
a. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 7 Jurusan dan 1
Program Bilingual Lintas Program Studi atau sering disebut dengan
Program Khusus Kelas Internasional (PKKI) dengan rincian sebagai
berikut:
1) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
3) Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI)
4) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
5) Jurusan Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA)
6) Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
74
7) Jurusan Tadris Matematika
8) Program Khusus Kelas Internasional (PKKI)
b. Fakultas Syariah
Fakultas Syariah IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan
pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS)
2) Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES)
3) Jurusan Hukum Tata Negara (HTN/Siyasah)
c. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Salatiga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan
rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Perbankan Syariah (PS)
2) Jurusan Ekonomi Syariah (ES)
3) Diploma III Perbankan Syariah (PS DIII)
d. Fakultas Dakwah
Fakultas Dakwah IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan
pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
2) Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
3) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
75
e. Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH)
Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH) IAIN Salatiga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 5 Jurusan dengan
rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)
2) Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
3) Jurusan Filsafat Agama (FA)
4) Jurusan Ilmu Hadits (IH)
5) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA)
f. Pascasarjana
Program Pascasarjana IAIN Salatiga antara lain:
1) Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Program Magister Ilmu Pendidikan Dasar Islam (IPDI)
3) Program Magister Ekonomi Syariah (ES)
B. Penyajian Data
Setelah melakukan penelitian melalui penyebaran angket, pengumpulan
data melalui observasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan bentuk data guna
memperlancar langkah suatu penelitian.
Untuk memperoleh data tentang konsep diri dan sikap optimisme
mahasisiwa IAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2016
menggunakan angket dengan 18 pernyataan tentang konsep diri mahasiswa dan
18 pernyataan tentang sikap optimis mahasisiwa. Dengan pilihan jawaban selalu,
76
sering sekali, sering, jarang dan tidak pernah, kepada mahasiswa IAIN Salatiga
Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2016 pada mahasiswa angkatan 2013.
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di IAIN
Salatiga.
1. Daftar nama responden
Daftar nama-nama Mahasiswa IAIN Salatiga yang telah mengisi angket
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar Nama Responden
No. Nama Responden Jenis
Kelamin
1 EPN L
2 RAK P
3 DV P
4 SZ P
5 AFS P
6 RAEM L
7 MAN L
8 NH P
9 AU P
10 SA P
11 Lst P
12 Sw P
13 RD P
14 DAR L
15 Mhd L
16 NA L
17 WF L
18 MYA L
19 SAN L
20 TH L
77
21 Wln P
22 MS L
23 ECN P
24 AR L
25 AH L
26 LH P
27 SY P
28 Ngt P
29 WAS P
30 MH L
31 MF L
32 ZAZW P
33 RRS P
34 Srl P
35 OlP P
36 Faq P
37 DA P
38 MS L
39 SM P
40 RMH L
41 QQ P
42 YFH P
43 Alf P
44 ZM P
45 Aut P
46 TPL P
47 BCK P
48 AM L
49 AA L
50 SH L
51 DH L
52 LS P
53 FS P
54 UJS P
55 ZC P
56 AW P
78
57 AWM P
58 ADR P
59 Skn P
60 KAH L
61 MF P
62 AS L
63 IQ P
64 DR P
65 DAKW P
66 NA P
67 KK P
68 LK P
69 RR P
70 NL P
71 RSK P
72 FH P
73 NI P
74 KF P
75 NK P
2. Hasil jawaban Angket
Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel yang diurai dalam
item pertanyaan dan pernyataan dalam angket sebagaimana terlampir, hasil
jawaban atas opsi pertanyaan dan pernytaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konsep Diri Mahasiswa
Data hasil jawaban angket tentang konsep diri mahasiswa dapat
dilihat pada tabel berikut:
79
Tabel 3.2 Skor Jawaban Per Item Angket Konsep Diri Mahasiswa
No.
Resp
No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 3 5 3 5 2 5 5 3 2 5 2 5 5 5 5 5 5 2
2 3 2 5 5 2 2 5 3 3 3 4 2 5 5 5 5 5 3
3 3 5 3 5 2 3 5 2 3 3 2 3 2 5 5 2 5 2
4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 4 2 3 4 4 4 4 2
5 2 4 5 5 1 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 3 5 2
6 2 5 4 5 1 2 4 5 2 2 3 2 5 5 5 2 5 4
7 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 5 4 3 3
8 2 3 5 4 2 2 3 3 4 3 5 2 5 4 4 4 2 2
9 3 5 5 5 3 4 5 3 5 3 2 5 5 5 4 4 5 3
10 2 2 5 5 5 2 5 5 2 5 1 4 5 5 5 2 5 3
11 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2
12 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2
13 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 5 4 5 4
14 5 5 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 5 4 3 2 2
15 4 4 3 2 4 3 5 2 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
16 5 4 3 5 2 4 5 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2
17 5 4 5 5 2 4 5 4 3 4 3 3 5 5 5 5 4 3
18 4 4 2 4 2 2 5 2 5 5 5 4 4 4 4 3 2 2
19 2 3 5 5 1 2 1 1 1 5 1 1 4 5 5 5 1 1
20 3 3 5 5 3 3 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 4 5
21 5 5 5 5 5 4 5 2 2 4 5 2 5 5 5 4 5 4
22 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 2 2
23 3 2 3 5 2 3 2 3 3 5 5 1 5 5 5 3 3 2
24 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 4 4 5 4 3 3
25 4 2 5 4 5 2 4 5 3 4 5 3 4 5 5 3 4 1
26 5 5 5 5 2 5 5 2 3 4 4 4 4 5 5 5 3 2
27 5 5 5 5 2 4 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 2 5 4 5 2 5 5 2 3 4 5 2 5 5 5 5 5 2
29 2 3 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 5 5 5 3 2 1
30 3 5 5 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2
32 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 5 4 4 2 4
80
33 2 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 3 5 4 4 2 2
34 3 3 2 5 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 5 3 1 2
35 3 3 2 5 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 5 3 1 2
36 3 3 2 2 2 5 5 2 5 5 2 5 2 2 5 5 2 4
37 2 2 4 4 2 3 2 2 1 2 1 1 5 4 3 4 2 3
38 3 3 5 5 2 2 5 3 2 3 4 2 5 5 5 3 1 2
39 3 2 5 5 3 2 5 3 5 5 5 1 5 5 3 5 1 3
40 1 4 4 5 2 3 1 4 4 2 5 3 5 5 5 2 1 2
41 1 4 4 4 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4
42 3 5 5 5 1 5 4 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4
43 4 5 5 5 1 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
44 3 3 5 5 3 2 3 3 3 4 5 2 5 4 4 5 1 3
45 3 3 5 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 3 3 1
46 3 4 3 5 2 3 3 2 2 4 2 3 4 5 5 4 3 2
47 5 5 4 5 1 3 5 2 1 5 1 1 5 5 5 5 4 2
48 4 5 5 5 1 2 5 2 3 2 3 2 5 5 5 4 4 3
49 2 2 5 5 2 4 4 4 2 4 2 4 5 5 5 3 4 3
50 2 2 5 5 2 4 4 3 3 5 2 4 5 5 5 4 4 3
51 2 2 5 5 2 3 3 3 3 5 2 4 5 5 5 4 4 3
52 2 2 4 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 4 5 3 4 2
53 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 2
54 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4
55 5 3 3 5 2 3 3 3 2 3 5 2 5 5 5 2 4 3
56 2 5 5 5 2 3 2 3 2 3 3 5 5 5 5 3 3 3
57 3 5 5 5 1 3 3 3 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5
58 5 5 5 5 2 3 5 4 1 5 5 2 5 4 5 3 4 1
59 2 5 5 5 2 5 2 4 2 3 5 2 4 4 5 5 5 4
60 5 1 3 4 5 3 2 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3
61 5 3 5 4 2 3 4 3 5 5 3 3 4 4 4 5 4 3
62 2 4 2 5 3 2 2 3 2 3 2 3 3 4 4 3 2 2
63 4 4 4 4 5 3 4 2 1 4 5 1 5 5 4 1 3 2
64 1 5 5 5 5 2 1 3 4 4 4 5 4 3 3 2 3 5
65 5 5 3 5 2 3 5 3 2 4 4 2 5 5 5 2 4 3
66 2 3 2 5 2 2 2 1 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
67 1 5 4 4 4 2 4 5 5 4 3 3 3 3 3 3 2 3
68 1 5 5 3 5 5 1 2 1 4 5 4 5 4 4 3 2 3
81
69 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3
70 5 5 4 5 5 3 5 3 3 3 4 3 5 5 3 4 1 2
71 5 5 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 5 5 5 5 2 3
72 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2
73 1 3 5 5 5 2 4 2 3 5 3 3 5 5 5 5 5 2
74 5 3 5 5 2 3 5 2 4 5 2 1 5 5 5 5 1 3
75 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 3 4 5 5 5 5 4 5
Tabel 3.3 Jawaban Angket Konsep Diri Mahasiswa
No. Nama
Responden
Jawaban Pernyataan
Jumlah Selalu
Sering
Sekali Sering Jarang
Tidak
Pernah
1 EPN 11 0 3 4 0 18
2 RAK 8 1 5 4 0 18
3 DV 7 5 6 0 0 18
4 SZ 0 6 7 0 5 18
5 AFS 11 1 2 3 1 18
6 RAEM 7 3 1 6 1 18
7 MAN 2 2 3 11 0 18
8 NH 3 5 4 6 0 18
9 AU 9 3 5 1 0 18
10 SA 10 1 1 5 1 18
11 Lst 0 0 7 10 1 18
12 Sw 0 3 9 6 0 18
13 RD 7 10 1 0 0 18
14 DAR 3 2 4 9 0 18
15 Mhd 10 4 2 2 0 18
16 NA 3 8 2 5 0 18
17 WF 8 5 4 1 0 18
18 MYA 6 1 1 2 8 18
19 SAN 5 7 6 0 0 18
20 TH 11 4 0 3 0 18
21 Wln 3 0 11 4 0 18
22 MS 6 0 7 4 1 18
23 ECN 1 5 9 3 0 18
82
24 AR 6 6 3 2 1 18
25 AH 9 4 2 3 0 18
26 LH 15 1 0 1 1 18
27 SY 3 2 6 6 1 18
28 Ngt 10 2 1 5 0 18
29 WAS 3 2 6 6 1 18
30 MH 4 0 14 0 0 18
31 MF 0 1 16 1 0 18
32 ZAZW 1 6 7 4 0 18
33 RRS 7 5 5 1 0 18
34 Srl 2 0 5 8 3 18
35 OlP 2 0 5 8 3 18
36 Faq 7 1 2 8 0 18
37 DA 1 4 3 7 3 18
38 MS 6 1 5 5 1 18
39 SM 9 5 2 0 2 18
40 RMH 5 4 2 4 3 18
41 QQ 2 8 4 3 1 18
42 YFH 12 3 1 1 1 18
43 Alf 13 4 0 0 1 18
44 ZM 5 3 7 2 1 18
45 Aut 2 5 10 0 1 18
46 TPL 3 4 6 5 0 18
47 BCK 9 2 1 2 4 18
48 AM 7 3 3 4 1 18
49 AA 5 6 2 5 0 18
50 SH 6 5 3 4 0 18
51 DH 6 3 5 4 0 18
52 LS 1 4 4 9 0 18
53 FS 0 1 6 11 0 18
54 UJS 2 14 1 1 0 18
55 ZC 6 1 7 4 0 18
56 AW 7 0 7 4 0 18
57 AWM 10 0 7 0 1 18
58 ADR 9 3 2 2 2 18
59 Skn 8 4 1 5 0 18
83
60 KAH 6 7 3 1 1 18
61 MF 5 6 6 1 0 18
62 AS 1 3 5 9 0 18
63 IQ 4 7 2 2 3 18
64 DR 7 3 4 2 2 18
65 DAKW 7 3 4 4 0 18
66 NA 8 3 1 5 1 18
67 KK 3 5 7 2 1 18
68 LK 6 4 3 2 3 18
69 RR 4 9 4 1 0 18
70 NL 7 3 6 1 1 18
71 ROS 6 0 8 4 0 18
72 FH 0 0 11 6 1 18
73 NI 9 1 4 3 1 18
74 KF 9 1 3 3 2 18
75 NK 12 5 1 0 0 18
b. Sikap Optimis Mahasiswa
Data hasil jawaban angket tentang sikap optimis mahasiswa dapat di
lihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Skor Jawaban Per Item Angket Sikap Optimis Mahasiswa
No.
Resp
No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 3 5 3 5 2 5 5 3 2 5 2 5 5 5 5 5 5 2
2 3 2 5 5 2 2 5 3 3 3 4 2 5 5 5 5 5 3
3 3 5 3 5 2 3 5 2 3 3 2 3 2 5 5 2 5 2
4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 4 2 3 4 4 4 4 2
5 2 4 5 5 1 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 3 5 2
6 2 5 4 5 1 2 4 5 2 2 3 2 5 5 5 2 5 4
7 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 5 4 3 3
8 2 3 5 4 2 2 3 3 4 3 5 2 5 4 4 4 2 2
9 3 5 5 5 3 4 5 3 5 3 2 5 5 5 4 4 5 3
84
10 2 2 5 5 5 2 5 5 2 5 1 4 5 5 5 2 5 3
11 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2
12 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2
13 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 5 4 5 4
14 5 5 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 5 4 3 2 2
15 4 4 3 2 4 3 5 2 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
16 5 4 3 5 2 4 5 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2
17 5 4 5 5 2 4 5 4 3 4 3 3 5 5 5 5 4 3
18 4 4 2 4 2 2 5 2 5 5 5 4 4 4 4 3 2 2
19 2 3 5 5 1 2 1 1 1 5 1 1 4 5 5 5 1 1
20 3 3 5 5 3 3 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 4 5
21 5 5 5 5 5 4 5 2 2 4 5 2 5 5 5 4 5 4
22 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 2 2
23 3 2 3 5 2 3 2 3 3 5 5 1 5 5 5 3 3 2
24 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 4 4 5 4 3 3
25 4 2 5 4 5 2 4 5 3 4 5 3 4 5 5 3 4 1
26 5 5 5 5 2 5 5 2 3 4 4 4 4 5 5 5 3 2
27 5 5 5 5 2 4 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 2 5 4 5 2 5 5 2 3 4 5 2 5 5 5 5 5 2
29 2 3 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 5 5 5 3 2 1
30 3 5 5 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2
32 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 5 4 4 2 4
33 2 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 3 5 4 4 2 2
34 3 3 2 5 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 5 3 1 2
35 3 3 2 5 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 5 3 1 2
36 3 3 2 2 2 5 5 2 5 5 2 5 2 2 5 5 2 4
37 2 2 4 4 2 3 2 2 1 2 1 1 5 4 3 4 2 3
38 3 3 5 5 2 2 5 3 2 3 4 2 5 5 5 3 1 2
39 3 2 5 5 3 2 5 3 5 5 5 1 5 5 3 5 1 3
40 1 4 4 5 2 3 1 4 4 2 5 3 5 5 5 2 1 2
41 1 4 4 4 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4
42 3 5 5 5 1 5 4 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4
43 4 5 5 5 1 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
44 3 3 5 5 3 2 3 3 3 4 5 2 5 4 4 5 1 3
45 3 3 5 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 3 3 1
85
46 3 4 3 5 2 3 3 2 2 4 2 3 4 5 5 4 3 2
47 5 5 4 5 1 3 5 2 1 5 1 1 5 5 5 5 4 2
48 4 5 5 5 1 2 5 2 3 2 3 2 5 5 5 4 4 3
49 2 2 5 5 2 4 4 4 2 4 2 4 5 5 5 3 4 3
50 2 2 5 5 2 4 4 3 3 5 2 4 5 5 5 4 4 3
51 2 2 5 5 2 3 3 3 3 5 2 4 5 5 5 4 4 3
52 2 2 4 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 4 5 3 4 2
53 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 2
54 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4
55 5 3 3 5 2 3 3 3 2 3 5 2 5 5 5 2 4 3
56 2 5 5 5 2 3 2 3 2 3 3 5 5 5 5 3 3 3
57 3 5 5 5 1 3 3 3 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5
58 5 5 5 5 2 3 5 4 1 5 5 2 5 4 5 3 4 1
59 2 5 5 5 2 5 2 4 2 3 5 2 4 4 5 5 5 4
60 5 1 3 4 5 3 2 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3
61 5 3 5 4 2 3 4 3 5 5 3 3 4 4 4 5 4 3
62 2 4 2 5 3 2 2 3 2 3 2 3 3 4 4 3 2 2
63 4 4 4 4 5 3 4 2 1 4 5 1 5 5 4 1 3 2
64 1 5 5 5 5 2 1 3 4 4 4 5 4 3 3 2 3 5
65 5 5 3 5 2 3 5 3 2 4 4 2 5 5 5 2 4 3
66 2 3 2 5 2 2 2 1 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
67 1 5 4 4 4 2 4 5 5 4 3 3 3 3 3 3 2 3
68 1 5 5 3 5 5 1 2 1 4 5 4 5 4 4 3 2 3
69 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3
70 5 5 4 5 5 3 5 3 3 3 4 3 5 5 3 4 1 2
71 5 5 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 5 5 5 5 2 3
72 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2
73 1 3 5 5 5 2 4 2 3 5 3 3 5 5 5 5 5 2
74 5 3 5 5 2 3 5 2 4 5 2 1 5 5 5 5 1 3
75 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 3 4 5 5 5 5 4 5
86
Tabel 3.5 Jawaban Angket Sikap Optimis Mahasiswa
No. Nama
Responden
Jawaban Pertanyaan
Jumlah Selalu
Sering
Sekali Sering Jarang
Tidak
Pernah
1 EPN 13 1 4 0 0 18
2 RAK 9 3 3 3 0 18
3 DV 12 1 4 1 0 18
4 SZ 8 3 6 1 0 18
5 AFS 14 0 1 3 0 18
6 RAEM 11 4 2 1 0 18
7 MAN 3 10 2 3 0 18
8 NH 0 8 7 3 0 18
9 AU 9 4 3 2 0 18
10 SA 14 2 2 0 0 18
11 Lst 0 6 12 0 0 18
12 Sw 6 8 3 1 0 18
13 RD 3 11 4 0 0 18
14 DAR 2 10 4 2 0 18
15 Mhd 13 0 5 0 0 18
16 NA 1 9 6 2 0 18
17 WF 2 15 1 0 0 18
18 MYA 11 3 3 1 0 18
19 SAN 15 1 1 1 0 18
20 TH 3 10 5 0 0 18
21 Wln 11 5 1 1 0 18
22 MS 5 0 13 0 0 18
23 ECN 9 0 8 0 1 18
24 AR 6 3 5 4 0 18
25 AH 10 2 3 3 0 18
26 LH 17 1 0 0 0 18
27 SY 3 12 0 3 0 18
28 Ngt 9 6 1 2 0 18
29 WAS 0 6 11 1 0 18
30 MH 0 0 15 3 0 18
31 MF 4 6 8 0 0 18
32 ZAZW 3 9 6 0 0 18
87
33 RRS 9 4 3 2 0 18
34 Srl 9 4 3 1 1 18
35 OlP 9 4 3 2 0 18
36 Faq 13 4 1 0 0 18
37 DA 7 5 5 1 0 18
38 MS 8 6 2 1 1 18
39 SM 15 0 0 3 0 18
40 RMH 12 3 2 1 0 18
41 QQ 13 3 1 2 0 18
42 YFH 16 0 0 2 0 18
43 Alf 16 0 0 2 0 18
44 ZM 3 10 1 4 0 18
45 Aut 8 4 5 1 0 18
46 TPL 5 4 8 1 0 18
47 BCK 12 3 3 0 0 18
48 AM 16 0 2 0 0 18
49 AA 12 3 2 1 0 18
50 SH 0 8 10 0 0 18
51 DH 0 8 9 1 0 18
52 LS 2 3 8 4 1 18
53 FS 0 4 9 5 0 18
54 UJS 5 11 1 1 0 18
55 ZC 0 16 2 0 0 18
56 AW 15 0 3 0 0 18
57 AWM 12 3 2 1 0 18
58 ADR 8 6 2 1 1 18
59 Skn 9 8 1 0 0 18
60 KAH 5 5 7 1 0 18
61 MF 9 6 2 1 0 18
62 AS 7 6 2 3 0 18
63 IQ 5 7 6 0 0 18
64 DR 7 0 7 4 0 18
65 DAKW 9 6 1 2 0 18
66 NA 10 6 2 0 0 18
67 KK 5 5 4 4 0 18
68 LK 10 1 0 7 0 18
88
69 RR 0 7 9 2 0 18
70 NL 10 4 2 2 0 18
71 RSO 9 0 6 3 0 18
72 FH 0 0 13 5 0 18
73 NI 12 0 2 4 0 18
74 KF 17 0 1 0 0 18
75 NK 14 2 2 0 0 18
89
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok
permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Untuk
memudahkan dalam menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data
tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang diteliti. Adapun tahap-
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
A. Analisis Pertama
Setelah melakukan penggalian data, maka selanjutnya akan melakukan
analisis data dari tiap variabel. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Konsep Diri Mahasiswa
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam angket
yang terdiri dari 18 soal yang masing-masing ada alternatif jawaban dengan
bobot sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban selalu, memiliki bobot skor 5
b. Alternatif jawaban serimg sekali, memiliki bobot skor 4
c. Alternatif jawaban sering, memiliki bobot skor 3
d. Alternatif jawaban jarang, memiliki bobot skor 2
e. Aternatif jawaban tidak pernah, memiliki bobot 1
Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah bobot nilai yang
diperoleh dari hasil angket untuk konsep diri mahasiswa. Nilai yang
90
diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk mengkriteriakan konsep diri
mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Tabel 4.1 Hasil Skor Angket Konsep Diri Mahasiswa
No.
Resp
Alternatif Jawaban Item Total Skor Jawaban Per Item Total
Skor Selalu Sering
sekali Sering Jarang
Tidak
Pernah 5 4 3 2 1
1 11 0 3 4 0 55 0 9 8 0 72
2 8 1 5 4 0 40 4 15 8 0 67
3 7 5 6 0 0 35 20 18 0 0 73
4 0 6 7 0 5 0 24 21 0 5 50
5 11 1 2 3 1 55 4 6 6 1 72
6 7 3 1 6 1 35 12 3 12 1 63
7 2 2 3 11 0 10 8 9 22 0 49
8 3 5 4 6 0 15 20 12 12 0 59
9 9 3 5 1 0 45 12 15 2 0 74
10 10 1 1 5 1 50 4 3 10 1 68
11 0 0 7 10 1 0 0 21 20 1 42
12 0 3 9 6 0 0 12 27 12 0 51
13 7 10 1 0 0 35 40 3 0 0 78
14 3 2 4 9 0 15 8 12 18 0 53
15 10 4 2 2 0 50 16 6 4 0 76
16 3 8 2 5 0 15 32 6 10 0 63
17 8 5 4 1 0 40 20 12 2 0 74
18 6 1 1 2 8 30 4 3 4 8 49
19 5 7 6 0 0 25 28 18 0 0 71
20 11 4 0 3 0 55 16 0 6 0 77
21 3 0 11 4 0 15 0 33 8 0 56
22 6 0 7 4 1 30 0 21 8 1 60
23 1 5 9 3 0 5 20 27 6 0 58
24 6 6 3 2 1 30 24 9 4 1 68
25 9 4 2 3 0 45 16 6 6 0 73
26 15 1 0 1 1 75 4 0 2 1 82
27 3 2 6 6 1 15 8 18 12 1 54
28 10 2 1 5 0 50 8 3 10 0 71
91
29 3 2 6 6 1 15 12 18 12 1 58
30 4 0 14 0 0 20 0 42 0 0 62
31 0 1 16 1 0 0 4 48 2 0 54
32 1 6 7 4 0 5 24 21 8 0 58
33 7 5 5 1 0 35 20 15 2 0 72
34 2 0 5 8 3 10 0 15 16 3 44
35 2 0 5 8 3 10 0 15 16 3 44
36 7 1 2 8 0 35 4 6 16 0 61
37 1 4 3 7 3 5 16 9 14 3 47
38 6 1 5 5 1 30 4 15 10 1 60
39 9 5 2 0 2 45 20 6 0 2 73
40 5 4 2 4 3 25 16 6 8 3 58
41 2 8 4 3 1 10 32 12 6 1 61
42 12 3 1 1 1 60 12 3 2 1 78
43 13 4 0 0 1 65 16 0 0 1 82
44 5 3 7 2 1 25 12 21 4 1 63
45 2 5 10 0 1 10 20 30 0 1 61
46 3 4 6 5 0 15 16 18 10 0 59
47 9 2 1 2 4 45 8 3 4 4 64
48 7 3 3 4 1 35 12 9 8 1 65
49 5 6 2 5 0 25 24 6 10 0 65
50 6 5 3 4 0 30 20 9 8 0 67
51 6 3 5 4 0 30 12 15 8 0 65
52 1 4 4 9 0 5 16 12 18 0 51
53 0 1 6 11 0 0 4 18 22 0 44
54 2 14 1 1 0 10 56 3 2 0 71
55 6 1 7 4 0 30 4 21 8 0 63
56 7 0 7 4 0 35 0 21 8 0 64
57 10 0 7 0 1 50 0 21 0 1 72
58 9 3 2 2 2 45 12 6 4 2 69
59 8 4 1 5 0 40 16 3 10 0 69
60 6 7 3 1 1 30 28 15 2 1 76
61 5 6 6 1 0 25 24 12 2 0 63
62 1 3 5 9 0 5 12 15 18 0 50
63 4 7 2 2 3 20 28 6 4 3 61
64 7 3 4 2 2 35 12 12 4 2 65
92
65 7 3 4 4 0 35 12 12 8 0 67
66 8 3 1 5 1 40 12 3 10 1 66
67 3 5 7 2 1 15 20 21 4 1 61
68 6 4 3 2 3 30 16 9 4 3 62
69 4 9 4 1 0 20 36 12 2 0 70
70 7 3 6 1 1 35 12 18 2 1 68
71 6 0 8 4 0 30 0 24 8 0 62
72 0 0 11 6 1 0 0 33 12 1 46
73 9 1 4 3 1 45 4 12 6 1 68
74 9 1 3 3 2 45 4 9 6 2 66
75 12 5 1 0 0 60 20 3 0 0 83
Jumlah Skor Item 2140 1016 999 540 66 4761
Kemudian untuk mengetahui prosentase dari frekuensi skor konsep diri
mahasiswa, peneliti mencarinya dengan menggunakan rumus prosentase.
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan:
P = Prosentase individu dalam golongan
F = Frekuensi.
N = Jumlah subjek dalam golongan
Dari data skor angket konsep diri, kemudian dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) dari
Pelaksanaan Pendidikan Islam sebagai berikut:
Kemudian dihitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai
berikut:
93
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Mahasiswa
Skor Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
Komulatif
Persen F.X
42 1 1,33 1 42
44 3 3,99 4 132
46 1 1,33 5 46
47 1 1,33 6 47
49 2 2,66 8 98
50 2 2,66 10 100
51 2 2,66 12 102
53 1 1,33 13 53
54 2 2,66 15 108
56 1 1,33 16 56
58 4 5,32 20 232
59 2 2,66 22 118
60 2 2,66 24 120
61 5 6,65 29 305
62 3 3,99 32 186
63 5 6,65 37 315
64 2 2,66 39 128
65 4 5,32 43 260
66 2 2,66 45 132
67 3 3,99 48 201
68 4 5,32 52 272
69 2 2,66 54 138
70 1 1,33 55 70
71 3 3,99 58 213
72 4 5,32 62 288
73 3 3,99 65 219
74 2 2,66 67 148
76 2 2,66 69 152
77 1 1,33 70 77
78 2 2,66 72 156
82 2 2,66 74 164
83 1 1,33 75 83
Total 75 100
4761
94
fx
=
= 63,48
Setelah diketahui nilai mean, untuk melakukan penafsiran nilai mean
yang telah didapat, peneliti membuat interval kategori dengan cara atau
langkah-langkah sebagai berikut :
K
Ri
Keterangan :
i : Interval kelas
R : Range
K : Jumlah kelas.
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus :
R = H – L + 1
Keterangan :
R = Total Range
H = Highest Score (Nilai Tertinggi)
L = Lower Score (Nilai Terendah)
1 = Bilangan Konstan
4761
75
95
42
5
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka diketahui nilai tertinggi (H)
= 83 dan nilai Terendah (L) = 42, oleh karena itu dapat dicari nilai rangenya
dengan menggunakan rumus:
R = H – L + 1
= 83 – 42 + 1
= 42
Dari nilai R, selanjutnya dicari interval nilai (i) dengan rumus:
i =
= 8,4 8 (dibulatkan)
Dari hasil di atas dapat diperoleh nilai 8 sehingga interval yang
diambil bisa kelipatan 8. Kemudian untuk mengkategorikannya dapat
diperoleh interval sebagai berikut :
Tabel 4.3 Nilai Interval Konsep Diri Mahasiswa
No. Interval Jumlah
Responden
Prosentase
(%) Katagori
1 75-82 8 10,64 Sangat Baik
2 67-74 22 29,26 Baik
3 59-66 25 33,25 Cukup Baik
4 51-58 10 13,3 Cukup
5 42-50 10 13,3 Kurang
Hasil analisis konsep diri mahasiswa pada tabel di atas menunjukkan
mean dengan hasil 63,48 terletak pada kategori Cukup baik.
96
2. Analisis Sikap Optimis
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pernyataan dalam angket
yang terdiri dari 18 soal yang masing-masing ada alternatif jawaban dengan
bobot sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban selalu, memiliki bobot skor 5
b. Alternatif jawaban serimg sekali, memiliki bobot skor 4
c. Alternatif jawaban sering, memiliki bobot skor 3
d. Alternatif jawaban jarang, memiliki bobot skor 2
e. Aternatif jawaban tidak pernah, memiliki bobot 1
Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah bobot nilai yang
diperoleh dari hasil angket sikap optimis mahasiswa. Nilai yang diperoleh
kemudian diklasifikasikan untuk mengkriteriakan sikap optimis mahasiswa
IAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Tabel 4.4 Hasil Skor Angket Sikap Optimis Mahasiswa
No.
Resp
Alternatif Jawaban Item Total Skor Jawaban Per Item
Jumlah Selalu
Sering
Sekali Sering Jarang
Tidak
Pernah 5 4 3 2 1
1 13 1 4 0 0 65 4 12 0 0 81
2 9 3 3 3 0 45 12 9 6 3 75
3 12 1 4 1 0 60 4 12 2 0 78
4 8 3 6 1 0 40 12 18 2 0 72
5 14 0 1 3 0 70 0 3 6 0 79
6 11 4 2 1 0 55 16 6 2 0 75
7 3 10 2 3 0 15 40 6 6 0 67
8 0 8 7 3 0 0 32 21 6 0 59
9 9 4 3 2 0 45 16 9 4 0 74
97
10 14 2 2 0 0 70 8 6 0 0 84
11 0 6 12 0 0 0 24 36 0 0 60
12 6 8 3 1 0 30 32 9 2 0 73
13 3 11 4 0 0 15 44 12 0 0 71
14 2 10 4 2 0 10 40 12 4 0 66
15 13 0 5 0 0 65 0 15 0 0 80
16 1 9 6 2 0 5 36 18 4 0 63
17 2 15 1 0 0 10 60 3 0 0 73
18 11 3 3 1 0 55 12 9 2 0 78
19 15 1 1 1 0 75 4 3 1 0 83
20 3 10 5 0 0 15 40 15 0 0 70
21 11 5 1 1 0 55 20 3 2 0 80
22 5 0 13 0 0 25 0 39 0 0 64
23 9 0 8 0 1 45 0 24 0 1 70
24 6 3 5 4 0 30 12 15 8 0 65
25 10 2 3 3 0 50 8 9 6 0 73
26 17 1 0 0 0 85 4 0 0 0 89
27 3 12 0 3 0 15 48 0 6 0 69
28 9 6 1 2 0 45 24 3 4 0 76
29 0 6 11 1 0 0 24 33 2 0 59
30 0 0 15 3 0 0 0 45 6 0 51
31 4 6 8 0 0 20 24 24 0 0 68
32 3 9 6 0 0 15 36 18 0 0 69
33 9 4 3 2 0 45 16 9 4 0 74
34 9 4 3 1 1 45 16 9 2 1 73
35 9 4 3 2 0 45 16 9 4 0 74
36 13 4 1 0 0 65 16 3 0 0 84
37 7 5 5 1 0 35 20 15 2 0 72
38 8 6 2 1 1 40 24 6 2 1 73
39 15 0 0 3 0 75 0 0 6 0 81
40 12 3 2 1 0 60 12 6 2 0 80
41 13 3 1 2 0 65 12 3 4 0 84
42 16 0 0 2 0 80 0 0 4 0 84
43 16 0 0 2 0 80 0 0 4 0 84
44 3 10 1 4 0 15 40 3 8 0 66
45 8 4 5 1 0 40 16 15 2 0 73
98
46 5 4 8 1 0 25 16 24 2 0 67
47 12 3 3 0 0 60 12 9 0 0 81
48 16 0 2 0 0 80 0 6 0 0 86
49 12 3 2 1 0 60 12 6 2 0 80
50 0 8 10 0 0 0 32 30 0 0 62
51 0 8 9 1 0 0 24 27 2 0 53
52 2 3 8 4 1 10 12 24 8 1 55
53 0 4 9 5 0 0 16 27 10 0 53
54 5 11 1 1 0 25 44 3 2 0 54
55 0 16 2 0 0 0 64 6 0 0 70
56 15 0 3 0 0 75 0 9 0 0 84
57 12 3 2 1 0 60 12 6 2 0 80
58 8 6 2 1 1 40 24 6 2 1 73
59 9 8 1 0 0 45 32 3 0 0 80
60 5 5 7 1 0 25 20 21 2 0 68
61 9 6 2 1 0 45 24 6 2 0 77
62 7 6 2 3 0 35 24 6 6 0 71
63 5 7 6 0 0 25 28 18 0 0 71
64 7 0 7 4 0 35 0 21 8 0 64
65 9 6 1 2 0 45 24 3 4 0 76
66 10 6 2 0 0 50 24 6 0 0 80
67 5 5 4 4 0 25 20 12 8 0 65
68 10 1 0 7 0 50 4 0 14 0 68
69 0 7 9 2 0 0 28 27 4 0 59
70 10 4 2 2 0 50 14 6 4 0 74
71 9 0 6 3 0 45 0 18 6 0 69
72 0 0 13 5 0 0 0 39 10 0 49
73 12 0 2 4 0 60 0 6 8 0 74
74 17 0 1 0 0 85 0 3 0 0 88
75 14 2 2 0 0 70 8 6 0 0 84
Total Skor 2945 1342 909 231 8 5411
99
Kemudian untuk mengetahui prosentase dari frekuensi skor Sikap
Optimis mahasiswa, peneliti mencarinya dengan menggunakan rumus
prosentase. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan:
P = prosentase individu dalam golongan
F = frekuensi.
N = jumlah subjek dalam golongan
Dari data skor angket sikap optimis mahasiswa, kemudian dimasukkan
ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui nilai rata-rata (mean)
dari sikap optimis mahasiswa sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Optimis Mahasiswa
Skor Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
Komulatif
Persen F.X
49 1 1,33 1 49
51 1 1,33 2 51
53 2 2,66 4 106
54 1 1,33 5 54
55 1 1,33 6 55
59 3 3,99 9 177
60 1 1,33 10 60
62 1 1,33 11 62
63 1 1,33 12 63
64 2 2,66 14 128
65 2 2,66 16 130
66 2 2,66 18 132
67 2 2,66 20 134
100
68 3 3,99 23 204
69 3 3,99 26 207
70 3 3,99 29 210
71 3 3,99 32 213
72 2 2,66 34 144
73 7 9,31 41 511
74 5 6,65 46 370
75 2 2,66 48 150
76 2 2,66 50 152
77 1 1,33 51 77
78 2 2,66 53 156
79 1 1,33 54 79
80 7 9,31 61 560
81 3 3,99 54 243
83 1 1,33 65 83
84 7 9,31 72 588
86 1 1,33 73 86
88 1 1,33 74 88
89 1 1,33 75 89
Total 75 100
5411
Kemudian dihitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai
berikut:
fx
=
= 72,14
Setelah diketahui nilai mean, untuk melakukan penafsiran nilai mean
yang telah didapat, peneliti membuat interval kategori dengan cara atau
langkah-langkah sebagai berikut :
5411
75
101
41
5
K
Ri
Keterangan :
i : Interval kelas
R : Range
K : Jumlah kelas.
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus :
R = H – L + 1
Keterangan :
R = Total Range
H = Highest Score (Nilai Tertinggi)
L = Lower Score (Nilai Terendah)
1 = Bilangan Konstan
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka diketahui nilai tertinggi (H)
= 89 dan nilai terendah (L) = 49, oleh karena itu dapat dicari nilai rangenya
dengan menggunakan rumus:
R = H – L + 1
= 49 – 89 + 1
= 41
Dari nilai R, selanjutnya dicari interval nilai (i) dengan rumus:
i =
= 8,2 8 (dibulatkan)
102
Dari hasil di atas dapat diperoleh nilai 8 sehingga interval yang
diambil bisa kelipatan 8. Kemudian untuk mengkategorikannya dapat
diperoleh interval sebagai berikut :
Tabel 4.6 Nilai Interval Sikap Optimis Mahasiswa
No. Interval Jumlah
Responden
Presentase
(%) Katagori
1 82-89 11 14,63 Sangat Baik
2 74-81 23 30,59 Baik
3 66-73 25 33,25 Cukup Baik
4 58-65 10 13,3 Cukup
5 49-57 6 7,98 Kurang
Hasil analisis sikap optimis mahasiswa pada tabel di atas menunjukkan
mean dengan hasil 72,14 terletak pada kategori Cukup Baik atau interval 66-
73.
B. Analisis Kedua
Mencari nilai korelasi konsep diri dengan sikap optimis mahasiswa IAIN
Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2016. Dalam analisis kedua ini
penulis akan menganalisis tentang hubungan konsep diri dengan sikap optimis
mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2016 yang
akan dikorelasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi, dimana konsep diri
mahasiswa sebagai variabel X dan sikap optimis mahasiswa sebagai variabel Y.
103
Tabel 4.7 Tabel Indeks Korelasi Besarnya Hubungan Konsep Diri dengan Sikap
Optimisme Mahasiswa IAIN Jurusan Pendidikan Agama Islam Tahun 2016
No.
Responden X Y X² Y² X.Y
1 72 81 5184 6561 5832
2 67 75 4489 5625 5025
3 73 78 5329 6084 5694
4 50 72 2500 5184 3600
5 72 79 5184 6241 5688
6 63 75 3969 5625 4725
7 49 67 2401 4489 3283
8 59 59 3481 3481 3481
9 74 74 5476 5476 5476
10 68 84 4624 7054 5712
11 42 60 1764 3600 2520
12 51 73 2601 5329 3723
13 78 71 6084 5041 5538
14 53 66 2809 5356 3498
15 76 80 5776 6400 6080
16 63 63 3969 3969 3969
17 74 73 5476 5329 5402
18 49 78 2401 6084 3822
19 71 83 5041 6889 5893
20 77 70 5929 4900 5390
21 56 80 3136 6400 4480
22 60 64 3600 4096 3840
23 58 70 3364 4900 4060
24 68 65 4624 4225 4420
25 73 73 5329 5329 5329
26 82 89 6724 7921 7298
27 54 69 2916 4761 3726
28 71 76 5041 5776 5396
29 58 59 3364 3481 3422
30 62 51 3844 2601 3162
31 54 68 2916 4624 3672
104
32 58 69 3364 4761 4002
33 72 74 5184 5476 5328
34 44 73 1936 5329 3212
35 44 74 1936 5476 3256
36 61 84 3721 7056 5124
37 47 72 2209 5184 3384
38 60 73 3600 5329 4380
39 73 81 5329 6561 5913
40 58 80 3364 6400 4640
41 61 84 3721 7056 5124
42 78 84 6084 7056 6552
43 82 84 6724 7056 6888
44 63 66 3969 4356 4158
45 61 73 3721 5329 4453
46 59 67 3481 4489 3953
47 64 81 4096 6561 5184
48 65 86 4225 7396 5590
49 65 80 4225 6400 5200
50 67 62 4489 3844 4154
51 65 53 4225 2809 3445
52 51 55 2601 3025 2805
53 44 53 1936 2809 2332
54 71 54 5041 2916 3834
55 63 70 3969 4900 4410
56 64 84 4096 7056 5376
57 72 80 5184 6400 5760
58 69 73 4761 5329 5073
59 69 80 4761 6400 5520
60 76 68 5776 4624 5168
61 63 77 3969 5929 4851
62 50 71 2500 5041 3550
63 61 71 3721 5041 4331
64 65 64 4225 4096 4160
65 67 76 4489 5776 5092
66 66 80 4356 6400 5280
67 61 65 3721 4225 3965
105
68 62 68 3844 4624 4216
69 70 59 4900 3481 4130
70 68 74 4624 5476 5032
71 62 69 3844 4761 4278
72 46 49 2116 2401 2254
73 68 74 4624 5476 5032
74 66 88 4356 7744 5808
75 83 84 6889 7056 6972
Ʃ 4761 5411 309251 397741 346325
Dengan melihat tabel kerja koefisien di atas dapat diketahui:
N = 75
∑X = 4761
∑Y = 5411
∑X2 = 309251
∑Y2 = 397741
∑X.Y = 346325
Untuk mengetahui indeks korelasi antarahubungan konsep diri dengan
rasa percaya diri mahasiswa dapat digunakan rumus :
rxy = √{(75. 309251)–( 4761)2}{(75. 397741)– (5411)2
(75.346325) – (4761) (5411)
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
106
rxy = √{23193825 – 22667121}{29830575–29278921}
rxy = 212604 √ (526704) (551654) rxy = 212604 √ 290558368416 rxy = 212604 539034,66 rxy = 0,394
Hasil Menunjukkan koefesien korelasi product moment dari variabel X dan
Y, maka selanjutnya akan dikonfirmasi dengan nilai r product moment (nilai r
dalam tabel) untuk diketahui signifikansi atau tidaknya sebagai jawaban atas
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, bila r hitung diperoleh sama atau
lebih besar dari r tabel, maka nilai r yang diperoleh berarti signifikan.
Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product moment dan
diperoleh rxy hitung sebesar 0,394, kemudian nilai rxy yang telah diketahui tersebut
diadakan tes signifikasi , yaitu dikonsultasikan pada r tabel product moment
dengan N = 75 pada taraf signifikasi 1% diperoleh nilai 0,296. Dengan ini dapat
diketahui bahwa rxy hitung sebesar 0,394 > rxy tabel sebesar 0,296.
Tabel 4.8 Taraf Signifikasi N=75
N Taraf Signifikasi
5% 1%
75 0,227 0,296
25974375 – 25761771
107
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara konsep diri dengan sikap optimis mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun 2016.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pokok masalah dalam penulisan skripsi dan penelitian di
lapangan, serta analisis data dari hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan dari data hasil penelitian, konsep diri mahasiswa yang
menunjukkan katagori sangat baik ada 8 responden atau 10,64%, yang
menunjukkan kategori baik ada 22 responden atau 29,26%, yang
menunjukkan kategori cukup baik ada 25 responden atau 33,25%, yang
menunjukkan katagori cukup ada 10 responden atau 13,3%, dan yang berada
pada katagori kurang ada 10 reponden atau 13,3%.
2. Berdasarkan dari data hasil penelitian, sikap optimis mahasiswa yang
menunjukkan kategori sangat baik ada 11 responden atau 14,63,7%, yang
menunjukkan kategori baik ada 23 responden atau 30,59%, yang
menunjukkan kategori cukup baik ada 25 responden atau 33,25%, yang
menunjukkan katagori cukup ada 10 reponden atau 13,3%, dan yang berada
pada katagori kurang ada 6 reponden atau 7,98%.
3. Penelitian yang dianalisis secara statistik diperoleh hasil yang menjadi
kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri
mahasiswa dengan sikap optimis mahasiswa. Hal ini terbukti dengan koefisien
109
korelasi product moment dari hasil rxy hitung sebesar 0,394 sedangkan rxy tabel
0,296 dan product moment pada taraf signifikansi 1% = dengan N = 75.
Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima, berarti konsep
diri ada hubungan yang signifikan dengan sikap optimis mahasiswa, dikarenakan
dari hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan rxy hitung > rxy
tabel.
B. Saran-saran
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang perlu
penulis sampaikan, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Konsep diri yang positif merupakan salah satu faktor penting dalam
meningkatkan dan membentuk sikap optimisme yang tinggi. Bagi
mahasiswa IAIN Salatiga yang masih memiliki konsep dirinya rendah
teruslah bentuk diri anda dengan baik supaya memiliki konsep diri yang
positif sehingga dapat meningkatkan sikap optimisme yang tinggi, karena
dengan memiliki konsep diri yang positif dan sikap optimisme yang tinggi,
akan mendorong anda menjadi insan yang selalu berpandangan positif dan
berfikir maju. Sehingga dapat meraih gelar sarjana dengan hasil yang
memuaskan dan tepat waktu.
110
2. Bagi Lembaga
Untuk lembaga hendaknya memberikan program-program baru bagi
mahasiswa berkaitan dengan pembentukan konsep diri yang positif karena
dengan program tersebut dapat membantu mahasiswa dalam membentuk
peribadi yang optimis. Dengan adanya sikap optimisme dalam setiap diri
mahasiswa, maka mereka akan sukses dan tepat waktu dalam meraih gelar
sarjanan yang diinginkannya. Konsep diri yang positif dan sikap optimisme
yang baik juga dapat membentuk mahasiswa yang berintelektual tinggi, dan
dapat memberikan perubahan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Bilif, The Power of Positive Thinking for Islamic Happy Life, Yogyakarta:
Citra Risalah, 2010.
Ananta, Zaky, Kebiasaan-kebiasaan Unik Orang Sukses & Kaya Raya, Yogyakarta:
Flash Books, 2014.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006.
Asmani, Jamal Ma’mur, Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah, Jogjakarta:
DIVA Press, 2012.
Bangkit, Widarko, Jadikan Dirimu Orang yang Tak Terlupakan, Jogjakarta: Laksana,
2014.
Devianti, Irena, Tips Trik Kilat Menciptakan Pikiran dan Kepribadian Positif,
Jogjakarta: Parasmu, 2014.
Kasiram, Mohamad, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Malang: UIN-
Maliki Press, 2008.
Madhi, Jamal, Kreatif Berfikir, Surakarta: Ziyad Visi Media, 2009.
Mulyana, Dedy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Radas
Karya, 2008.
Rahman, Agus Abdul, Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Rahmat, Jallaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Radas Karya, 2005.
Saam, Zulfan, dan Wahyuni, Sri, Psikologi Keperawatan, Jakarta: Rajawali Press,
2012.
Sarastika, Pradipta, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, Yogyakarta: ARASKA, 2014.
Sriyanti, Lilik, Psikologi Anak Mengenal Autis Hingga Hiperaktif, Salatiga: STAIN
Salatiga Press, 2014.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif R&D, Bandung: Alfa Beta,
2011.
Susana, Tjipto dkk, Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak, Yogyakarta:
KANISIUN, 2006.
Uqshari, Yusuf, Percaya Diri Pasti, Jakarta: Gema Insani, 2005.
, Wujudkan Mimpi Anda, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Wardoyo, Sisca, Dahsyatnya Pikiran Positif, Yogyakarya: Manika Books, 2010.
Waskito, The Power of Optimism: Membangun Harapan dan Semangat Umat
Berdasarkan al-Qur’an, Sunnah, dan Kehidupan Orang Shaleh, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2013.
ANGKET PENELITIAN
Angket Tentang Konsep Diri
NO INDIKATOR KONSEP DIRI POSITIF NO ITEM
1. Tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan
orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing
2,6,18
2. Menerima pujian tanpa rasa malu 9,12,16
3. Bersikap teguh dalam pendirian 5,8,11
4. Yakin dengan kemampuan dirinya dalam mengatasi
masalah
3,14,17
5. Merasa setara dengan orang lain 4,10,15
6. Mampu mengintropeksi dirinya 1,7,13
Jumlah Aitem 18
Angket Tentang Sikap Optimis
NO INDIKATOR NO ITEM
1. Mempunyai rasa percaya diri 1,2,18
2. Mempunyai harapan yang positif 3,5,15
3. Bersikap gembira dalam menjalankan tugas 6,8,13
4. Tidak mudah putus asa 4,11,17
5. Selalu berpandangan positif 10,12,14
6. Yakin akan kemampuan yang dimiliki 7,9,16
Jumlah Aitem 18
A. Identitas Responden
Nama : ..........................
NIM : ..........................
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan di bawah ini.
2. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda dengan memberi tanda
centang () pada alternative jawaban sebagai berikut: (1) Selalu, (2)
Sering sekali, (3) Sering, (4) Jarang, (5) Tidak pernah.
3. Jawablah pernyataan sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan atau Anda
alami saat ini dengan jujur.
4. Hasil dari jawaban angket dijamin kerahasiaannya dan tidak berpengaruh
terhadap prestasi akademik.
5. Periksalah kembali jawaban angket sebelum dikembalikan dan saya
mengucapkan banyak terimakasih atas partisipasinya.
Angket Konsep Diri
NO PERNYATAAN
1 2 3 4 5
Selalu Sering
Sekali Sering Jarang
Tidak
Pernah
1.
Ketika saya terlambat masuk
perkuliahan, saya akan meminta maaf
kepada dosen dan berusaha tidak
mengulanginya.
2.
Saya akan menyapa dan mengajak
ngobrol teman sekelas perkuliahan
yang duduk di dekat saya meskipun
belum kenal.
3.
Ketika saya mendapatkan tugas kuliah
yang sifatnya individu, saya akan
berusaha menyelesaikannya sendiri.
4.
Saya tetap merasa nyaman dan
percaya diri meskipun melihat teman-
teman bergaya hidup yang mewah.
5.
Ketika saya dimintai tolong untuk
mengisikan daftar hadir teman saya
yang tidak masuk, saya akan menolak
mengisikannya.
6.
Saya bersikap tenang dan bersuara
jelas ketika menyampaikan pendapat
dan aspirasi saya dalam forum
diskusi.
7.
Saya akan meminta maaf kepada
dosen ketika terlambat dalam
mengumpulkan tugas dan tidak akan
mengulanginya.
8.
Ketika dalam forum diskusi pendapat
saya disanggah, maka saya akan
mempertahankan pendapat saya
dengan alasan yang tepat.
9.
Saya merasa bangga dan
berterimakasih ketika mendapat
pujian dari teman-teman terhadap IPK
yang saya raih.
10.
Ketika mengikuti forum diskusi,
teman-teman saya pintar-pintar dan
aktif dalam diskusi, maka saya akan
lebih bersemangat dan aktif dalam
mengikuti diskusi.
11.
Ketika saya sedang mengerjakan soal
ujian maka saya tidak akan
menyontek atau memberikan jawaban
kepada teman.
12.
Ketika teman-teman memuji
kelebihan yang saya miliki dalam
berorganisasi, saya akan
mengucapkan terima kasih dan
merasa senang.
13.
Ketika prestasi akademik saya kurang
memuaskan, maka saya akan berusaha
untuk meningkatkan belajar saya.
14.
Ketika saya sedang melaksanakan
ujian, saya akan mengerjakan soal
ujian semaksimal mungkin agar
mendapatkan hasil yang maksimal
pula.
15.
Saya senang bergaul dengan semua
teman meskipun status sosialnya
berbeda-beda.
16.
Ketika saya dipuji oleh dosen karena
hasil presentasi saya bagus, saya
mengucapkan terimakasih dan merasa
bahagia.
17.
Ketika saya ditunjuk sebagai ketua
organisasi kampus, saya akan
melaksanakan tanggung jawab saya
dengan baik.
18.
Ketika saya ingin mencari informasi
di akademik, saya akan bertanya tanpa
meminta bantuan teman.
Angket Sikap Optimis
NO PERNYATAAN
1 2 3 4 5
Selalu Sering
Sekali Sering Jarang
Tidak
Pernah
1.
Saya merasa rileks dan santai ketika
giliran saya berbicara dimuka umum
semakin dekat.
2.
Saya tidak mengalami hambatan
dalam berbicara ketika
menyampaikan aspirasi saya di depan
umum.
3.
Saya merasa yakin bahwa saya dapat
menyelesaikan studi saya dengan
tepat waktu.
4.
Saya akan terus mencoba lagi ketika
saya mengalami sebuah kegagalan.
5. Saya yakin setelah lulus kuliah nanti
saya segera mendapatkan pekerjaan.
6.
Ketik saya diberi tugas oleh dosen,
saya mengerjakan tugas tersebut
dengan senang hati.
7.
Saya merasa yakin bahwasanya dapat
mencapai nilai IPK dalam katagori
cumlaude.
8.
Saya merasa senang dan tidak
mengharap suatu imbalan ketika
diminta bantuan oleh dosen saya.
9.
Saya merasa senang ketika dapat
bersosialisai dan bergaul dengan
teman yang kemampuannya di atas
saya.
10.
Saya tetap bersyukur dan tidak
mengeluh meskipun uang saku kuliah
saya pas-pasan.
11.
Apabila saya mendapatkan nilai mata
kuliah kurang memuaskan, maka saya
akan terus berusaha untuk
memperbaiki nilai tersebut.
12.
Saya akan berusaha semaksimal
mungkin dalam menyelesaikan
permasalahan yang saya hadapi dalam
perkuliahan.
13.
Ketika saya dituntut untuk membuat
tugas dan dikumpulkan hari ini juga,
maka saya akan berusaha
mengerjakannya dan ikhlas dalam
menjalankannya.
14.
Ketika saya mendapat kritikan atau
teguran dari dosen, saya jadikan hal
tersebut sebagai pembelajaran untuk
diri saya supaya menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
15.
Saya merasa setiap tugas perkuliahan
yang saya kerjakan dengan sungguh-
sungguh, pasti akan mendapat hasil
yang terbaik.
16.
Saya yakin dapat bersaing dengan
teman-teman dalam pencapaian
prestasi akademik.
17.
Apabila saya mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas kuliah,
maka saya akan terus berusaha
menyelesaikan tugas tersebut agar
memperoleh hasil yang terbaik.
18.
Pandangan saya menatap ke audience
ketika presentasi di depan kelas.
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Hening Retno Asturini Fakultas : FTIK
Nim : 111-12-202 Jurusan : Pendidikan
Agama Islam
Dosen PA : Adang Kuswaya, M. Ag.
No. Kegiatan Waktu Keterangan Point
1
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) STAIN Salatiga
tahun 2012
05-07 September
2012 Peserta 3
2
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2012
08-09 September
2012 Peserta 3
3
Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
“Membangun Karakter Keislaman
Bertaraf Internasional di Era Globalisasi
Bahasa”
10 September 2012 Peserta 2
4 Entrepreneurship dan Perkoperasian 2012
“Explore Your Entrepreneurship Talent” 11 September 2012 Peserta 2
5
Achicvment Motivation Training (AMT)
“Dengan AMT, Bangun Karakter Raih
Prestasi”
12 September 2012 Peserta 2
6
Library User Education (Pendidikan
Pemakai Perpustakaan) UPT Perpustakaan
STAIN Salatiga
13 September 2012 Peserta 2
7 Pra Youth Leadership Training “Surat
Cinta Pembasmi Galau” 03 Oktober 2012 Peserta 2
8 Hijab Class and Beauty Demo 28 Oktober 2012 Peserta 2
9
Dialog Publik Dan Silaturahim Nasional
“Kemanakah Arah Kebijakan Bbm ?
Mendorong Subsidi Bbm Untuk Rakyat”
10 November 2012 Peserta 8
10
Penerimaan Anggota Baru JQH
“Membentuk Paradigma Mahasiswa
Qur’ani Dengan Panca Indra, Akal, dan
Hati”
17-18 November
2012 Peserta 2
11
DIKLATSAR IV “Proses Kebersamaan
dalam Loyalitas dan Kedisiplinan
(Fairplay, Solidarity, dan Prestasi)”
7-13 Januari 2013 Panitia 3
12 Konser Perdana EXTENDER “Melodi
Cinta Anak Bangsa” 20 Maret 2013 Panitia 3
13
Akhirussanah Ma’had STAIN Salatiga
“Pesantren Sebagai Wadah Perkembangan
Karakter Pemuda Islam yang Berakhlaqul
Karimah dan Bernalar Ilmiah”
30 Juni 2013 Peserta 2
14 Music In Campus (MIC) “Togetherness
with Music” 6 Juli 2013 Panitia 3
15
Sosialisasi dan Silaturahim Nasional
“Sosialisasi Uu No. 1 tahun 2013 Peran
Serta Fungsi OJK”
30 September 2013 Peserta 8
16 Konser Produksi PSM SMC STAIN
Salatiga “Senandung Nada dalam Warna” 19 Oktober 2013 Panitia 3
17 Has Involved in CEC Festival “Younster
Today is The Leader Of Tomorrow”
18-20 November
2013 Peserta 2
18 LPJ dan MUBES SSC 203 30-1 Desember
2013 Panitia 3
19
Pendidikan Dasar (PEDAS) Musik XIV
dan Workshop Paduan Suara Mahasiswa
(PSM) VIII
23-29 Desember
2013 Panitia 3
20
DIKLATSAR V “Menumbuhkan Jiwa
Kedisiplinan, Solidaritas serta Loyalitas
dalam Organisasi dan Olahraga”
17-26 Januari 2014 Peserta 2
21
Sarasehan Akbar Bersama Tokoh
Nasional “Komitmen Politik Islam dalam
Menata Arah Masa Depan Bangsa
Indonesia”
15 Maret 2014 Peserta 8
22 Konser Perdana FIDELIO “Harmoni Sang
Pelangi” 20 Maret 2014 Panitia 3
23 PORS VI 24-25 Maret 2014 Panitia 3
24
Talk Show Spirit of Global
Entrepreneursip “How To Be A
Successfull Creative Preneur To Face
Asean Economic Community 2015”
07 April 2014 Peserta 2
25
Seminar Nasional “Peran Mahasiswa
dalam Mengawal Masa Depan Indonesia
Pasca Pilpres 2014”
29 September 2014 Peserta 8
26 Diklat Microteaching 08 November 2014 Peserta 2
27
Seminar HMI “Mempertegas Peran
Pendidikan dalam Mencerahkan Masa
Depan Anak Bangsa”
19 November 2014 Peserta 2
28
Laporan Pertanggung Jawaban dan
Musyawarah Besar (LPJ dan MUBES)
SSC 2014
6-7 Desember 2014 Panitia 3
29 Seminar Nasional Kewirausahaan 30 Oktober 2015 Peserta 8
Bersama Disperindagkop Salatiga “Jiwa
Muda Berani Berwirausaha”
30
Surat Keputusan (SK) Pengurus
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Walisongo Cabang 3Salatiga
(Dept. Pembangunan Sumber Daya
Perempuan Periode 2013-2014)
27 Juni 2013 Pengurus 4
31 Surat Keputusan (SK) Panitia Pelantikan
Pengurus HMI Cabang Salatiga 18 Desember 2013 Panitia 3
32
SK Pengurus HMI Komisariat Walisongo
Cabang Salatiga (Wakil Bendahara Umum
HMI Cabang Salatiga Komisariat
Walisongo)
11 Januari 2014 Pengurus 4
Jumlah 110
Salatiga, 29 Maret 2016
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M. Ag.
NIP. 197005101998031003