digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KONSEP...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KONSEP...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GRAHA BUSANA DAN MODE: SARANA
PENDIDIKAN, PROMOSI DAN HIBURAN DI
SURAKARTA
DENGAN PENEKANAN ARSITEKTUR METAFORA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
DISUSUN OLEH :
HENI SETYANINGSIH
I 0208021
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE: SARANA PENDIDIKAN, PROMOSI DAN
HIBURAN DI SURAKARTA Dengan Penekanan Arsitektur Metafora
PENYUSUN : HENI SETYANINGSIH NIM : I 0208021 JURUSAN : ARSITEKTUR TAHUN : 2012
Surakarta, Juli 2012
Menyetujui,
Pembimbing I Tugas Akhir
Dr.Titis Srimuda.P.,ST, M.Trop.Arch NIP. 19680609 199402 1 001
Pembimbing II Tugas Akhir
Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch NIP. 19630219 198903 1 002
Mengesahkan,
KetuaJurusanArsitektur FakultasTeknik UNS
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS
Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
baik. Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir yang berjudul Graha
Busana dan Mode: Sarana Pendidikan, Promosi dan Hiburan di Surakarta dengan
Penekanan Arsitektur Metafora ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr.Ir. Moh. Muqoffa, MT , selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Kahar Sunoko, ST, MT , selaku Pembimbing Akademis.
3. Yosafat Winarto, ST, MT, selaku koordinator Panitia Tugas Akhir
4. Dr.Titis Srimuda P., ST, M.Trop.Arch, selaku Pembimbing 1 Tugas Akhir
5. Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch, selaku Pembimbing 2 Tugas Akhir
Penulis menyadari bahwa Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas
Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran,
kritik, dan masukan yang membangun untuk penyusunan selanjutnya. Akhir kata
semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini memberikan
manfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2012
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat dan anugerah-Nya kepada saya untuk menyelesaikan
study di UNS ini sehingga saya bisa menyelesaikannya selama 4 tahun dengan
baik dan lancar, tanpa berkat-Nya hari ini tidak akan pernah ada.
Terimakasih untuk Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bekerja keras
memeras keringat agar saya bisa sekolah sampai perguruan tinggi ini.
Terimakasih atas doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan untuk saya.
Terimakasih atas dukungan moral maupun material yang tak ada habisnya
sehingga saya bisa sampai pada titik ini. Mungkin tidak akan cukup hanya dengan
kata-kata ini untuk mengungkapkan begitu besar rasa terimakasih yang saya
rasakan, maaf jika selama ini saya belum bisa menjadi yang terbaik seperti yang
bapak ibu harapkan, tapi saya janji kelak saya akan berusaha menjadi yang lebih
baik dan membahagiakan kalian.
Terimakasih untuk seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya
dengan doa, semangat, dan bantuannya.
Terimakasih untuk Pak Titis atas bimbingan dan ilmu yang telah
diberikan selama ini, celotehan-celotehan yang kadang membuat saya sakit hati
yang hampir setiap hari di dadar di bursa tetapi karena itulah saya bisa bangun dan
berkembang sehingga sukses melewati masa-masa tugas akhir ini. Tidak akan
pernah saya lupakan ajaran dan nasehat bapak yang pasti akan sangat berguna
untuk masa depan saya. Terimakasih banyak papi titiiiiiiiiiiis.
Terimakasih untuk Pak Untung atas bimbingan dan ilmu yang telah
diberikan selama ini, tidak akan pernah saya lupakan ajaran dan nasehat bapak
yang pasti akan sangat berguna untuk masa depan saya.
Terimakasih untuk Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur FT UNS yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bimbingannya selama saya kuliah di
UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Terimakasih untuk pacarku Ady Kurniawan yang selalu setia menemani
selama 4 tahun masa kuliah ini. Yang selalu sabar mengantar kemanapun aku
pergi. Yang selalu ikut pusing dengan tugas-tugasku. Yang selalu ada disaat aku
butuhkan. Yang selalu menenangkan dan menyemangati disaat aku kalut. Yang
selalu dan selalu untukku. Cepet nyusul ya sayang.
Terimakasih untuk sahabat vhany : gendud, virus, yusnita, nila yang
selalu dan sangat sangat menyenangkan. Sayaaaaang kalian.
Terimakasih sahabat rempongs : 14 cewek heboh gandes rara farah
ratna gendud virus yusnita nila dhea meli cisma sendy echa. Terimakasih telah
meramaikan kampus ini dengan kekonyolan kalian. kangeeeeen rempongs.
Sayaaaang rempongs.
Terimakasih sahabat hore 08 yang sangat-sangat menyenangkan.
Terutama cowok-cowok hore yang selalu heboh dikampus. Bakal kangen banget
sama kalian.
Terimakasih untuk Sahabat seperjuangan satu lapak echa poe dandare
terimakasih atas saran, bantuan, dan semangatnya selama ini, suka duka selama
TA kita lalui bersama semoga bisa menjadi kenangan yang manis untuk hidup
kita, sukses terus buat kalian!
Terimakasih pimen untuk 3Dnya, kereeeenn.. terimakasih master interior
adityo,kereeeen..terimakasih eto buat maketnya. Terimakasih buat vindud udah
bantu ngasih pintu,keren juga.haha. Dan terimakasih buat semua yang sudah
bantu selama masa tugas akhir ini.
Terimakasih untuk Teman-teman seperjuangan Studio TA Periode 126
atas kebersamaan yang singkat selama masa studio, sukses terus untuk kalian!
Terimakasih untuk Teman-teman Angkatan 2008 atas kebersamaannya
selama kuliah di Arsitektur UNS, tetap semangat dan sukses untuk kita semua!
Terimakasih untuk Semua orang yang telah membantuku yang tidak
dapat disebutkan namanya satu per satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xii
DAFTAR SKEMA .................................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Judul ................................................................................................ 1
1.2 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 4
1.3 Permasalahan dan Persoalan............................................................................. 8
1.3.1 Permasalahan ............................................................................................... 8
1.3.2 Persoalan ...................................................................................................... 8
1.4 Tujuan dan Sasaran ........................................................................................... 8
1.4.1 Tujuan ............................................................................................................. 9
1.4.2 Sasaran ............................................................................................................ 9
1.5 Batasan ............................................................................................................... 10
1.6 Metode Perencanaan dan perancangan ............................................................ 10
1.6.1 Jenis Data ....................................................................................................... 10
1.6.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 11
1.6.3 Metode Pembahasan ...................................................................................... 12
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 12
BAB II : TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Busana dan Mode .............................................................................. 15
2.1.1 Fungsi Busana/Pakaian .................................................................................. 15
2.1.2 Jenis Busana Berdasarkan Kualitasnya ........................................................ 18
2.1.3 Perlengkapan Berbusana ............................................................................... 18
2.1.4 Aliran-aliran dalam Mode ............................................................................. 19
2.1.5 Perkembangan Mode ..................................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
2.1.5.1 Di Dunia....................................................................................................... 20
2.1.5.2 Di Indonesia ................................................................................................ 21
2.1.5.3 Di Surakarta ................................................................................................. 24
2.1.6 Contoh-contoh Empiris Fasilitas Mode ........................................................ 25
2.2 Tinjauan Arsitektur Metafora ........................................................................... 36
2.2.1 Pengertian Arsitektur Metafora ..................................................................... 36
2.2.2 Metafora dalam Arsitektur............................................................................. 38
BAB III: TINJAUAN KEGIATAN FASHION DI SURAKARTA
3.1 Kondisi Umum Surakarta ................................................................................. 44
3.2 Potensi dan Permasalahan Dunia Fashion di Surakarta .................................. 44
3.2.1 Potensi Dunia Fashion di Surakarta .............................................................. 44
3.2.2 Permasalahan Dunia Fashion di Surakarta ................................................... 46
BAB IV: GRAHA BUSANA DAN MODE YANG DIRENCANAKAN
4.1 Perencanaan Graha Busana dan Mode ............................................................. 48
4.2 Tujuan dan Sasaran Graha Busana dan Mode ................................................. 48
4.2.1 Tujuan Graha Busana dan Mode ................................................................... 48
4.2.2 Sasaran Graha Busana dan Mode .................................................................. 49
4.3 Skala Pelayanan Graha Busana dan Mode ...................................................... 50
4.4 Status Kelembagaan Graha Busana dan Mode................................................ 50
4.5 Batasan Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode ................. 51
4.6 Program Kegiatan Graha Busana dan Mode ................................................... 51
4.6.1 Kelompok Kegiatan Utama ........................................................................... 52
4.6.2 Kelompok Kegiatan Penunjang ..................................................................... 59
4.6.3 Kelompok Kegiatan Pengelolaan dan Administrasi .................................... 60
4.6.4 Kelompok Kegiatan Pelayanan/Servis.......................................................... 61
4.7 Pelaku Kegiatan ................................................................................................. 62
4.7.1 Kelompok Pengelola ...................................................................................... 62
4.7.2 Kelompok Penyewa ....................................................................................... 63
4.7.3 Kelompok Pengunjung .................................................................................. 65
4.8 Waktu Pelaksanaan Kegiatan di Graha Busana dan Mode ............................. 66
4.9 Keluaran pada Graha Busana dan Mode.......................................................... 66
4.10 Konsep Arsitektur Metafora pada Bangunan Graha Busana dan Mode ...... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
BAB V: ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE
5.1 Analisa Penentuan Kegiatan ............................................................................. 69
5.2 Analisa Pendekatan Peruangan......................................................................... 72
5.3 Analisa Pemilihan Lokasi Site.......................................................................... 112
5.3.1 Pendekatan Lokasi ......................................................................................... 112
5.3.2 Kriteria Pemilihan Site Secara Umum .......................................................... 112
5.3.3 Pemilihan Site................................................................................................. 113
5.4 Analisa Pendekatan Pengolahan Lokasi dan Tapak ........................................ 114
5.4.1 Analisa Pendekatan Lokasi ............................................................................ 114
5.4.2 Analisa Pendekatan Matahari ........................................................................ 115
5.4.3 Analisa Pendekatan Angin............................................................................. 117
5.4.4 Analisa Pendekatan Noise ............................................................................. 118
5.4.5 Analisa Pendekatan View .............................................................................. 119
5.4.6 Analisa Pencapaian ........................................................................................ 119
5.4.7 Analisa Pendekatan Bentuk Dasar Bangunan .............................................. 121
5.4.8 Analisa Pendekatan Pola Massa Bangunan .................................................. 122
5.4.9 Analisa Pendekatan Interior Bangunan......................................................... 125
5.5 Analisa Pendekatan Sistem Pencahayaan ........................................................ 125
5.5.1 Pencahayaan Alami ........................................................................................ 125
5.5.2 Pencahayaan Buatan ...................................................................................... 126
5.6 Analisa Pendekatan Sistem Struktur ................................................................ 126
5.6.1 Sub Struktur .................................................................................................... 126
5.6.2 Super Struktur................................................................................................. 127
5.6.3 Upper Struktur ................................................................................................ 128
5.7 Analisa Pendekatan Sistem Utilitas ................................................................. 128
5.7.1 Suplay Energi ................................................................................................. 128
5.7.2 Air Bersih........................................................................................................ 129
5.7.3 Air Kotor ......................................................................................................... 130
5.7.4 Penangkal Petir ............................................................................................... 131
5.7.5 Perlindungan Kebakaran ................................................................................ 131
5.7.6 Sistem Telematika .......................................................................................... 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5.7.7 Sistem Jaringan Sampah ................................................................................ 133
BAB VI : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRAHA
BUSANA DAN MODE
6.1 Konsep Peruangan Graha Busana dan Mode……………………………….134
6.1.1 Kelompok Kegiatan Umum…………………………………………..…..134
6.1.2 Kelompok Kegiatan Utama………………………………………..……...134
6.1.3 Kelompok Kegiatan Penunjang……………………………………..…….136
6.1.4 Kelompok Kegiatan Pengelolaan…………………………………..……..137
6.1.5 Kelompok Kegiatan Service……………………………………..……….138
6.1.6 Analisa Total Besaran Ruang……………………………………………..139
6.2 Konsep Lokasi dan Tapak………………………………………….……….139
6.3 Konsep Pengolahan Tapak……………………………………………….…141
6.3.1 Konsep Pencapaian…………………………………………………..…...141
6.3.2 Konsep Site Terhubung Matahari………………………………………...142
6.3.3 Konsep Orientasi………………………………………………………….142
6.3.4 Konsep Site Terhubung Angin…………………………………………....144
6.3.5 Konsep Site Terhubung Noise……………………………………………145
6.3.6 Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan…………………………..........145
6.3.7 Konsep Interior Bangunan……………………………………………..…147
6.4 Konsep Struktur…………………………………………………………….148
6.4.1 Sub Struktur……………………………………………………..………..148
6.4.2 Supper Struktur…………………………………………………………...149
6.4.3 Upper Struktur………………………………………………………..…...149
6.5 Konsep Utilitas……………………………………………………………...149
6.5.1 Suplai Energi………………………………………………………..…….149
6.5.2 Air Bersih………………………………………………………..………..150
6.5.3 Air Kotor……………………………………………………..…………...150
6.5.4 Penangkal Petir…………………………………………..………………..150
6.5.5 Pelindung Kebakaran………………………………..……………………151
6.5.6 Sistem Telematika………………………………..……………………….151
6.5.7 Sistem Jaringan Sampah……………………….…………………………152
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
LAMPIRAN............................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Eksterior ESMOD Jakarta ................................................... 24
Gambar 2.2 Presentasi Siswa ESMOD Jakarta ..................................................... 25
Gambar 2.3 Arva Studio Surabaya ......................................................................... 26
Gambar 2.4 Eksterior London College of Fashion................................................ 28
Gambar 2.5 Fashion Space...................................................................................... 29
Gambar 2.6 Rootstaints Hopkins Space ................................................................. 30
Gambar 2.7 Perpustakaan ....................................................................................... 31
Gambar 2.8 Ruang studio........................................................................................ 31
Gambar 2.9 Reprographic services......................................................................... 32
Gambar 2.10 Eksterior Nagoya City Art Museum ................................................ 40
Gambar 2.11 Eksterior Stasiun TVG ..................................................................... 41
Gambar 2.12 Eksterior E.X Plasa Indonesia.......................................................... 42
Gambar 5.1 Peta RUTRK Surakarta ...................................................................... 132
Gambar 5.2 Lokasi Site ........................................................................................... 133
Gambar 5.3. Zonifikasi............................................................................................ 133
Gambar 5.4. Batas-batas Site .................................................................................. 134
Gambar 5.5. Analisa Matahari ................................................................................ 135
Gambar 5.6. Orientasi Bangunan ........................................................................... 136
Gambar 5.7. Analisa Angin .................................................................................... 137
Gambar 5.8. Analisa Noise ..................................................................................... 137
Gambar 5.9. Analisa View ...................................................................................... 138
Gambar 5.10. Analisa Pencapaian .......................................................................... 139
Gambar 5.11. Analisa Gubahan Massa .................................................................. 143
Gambar 5.12. Pencahayaan alami dari jendela ..................................................... 144
Gambar 5.13 Pencahayaan Buatan pada Retail Shop ........................................... 145
Gambar 5.14 Pondasi Tiang Pancang .................................................................... 145
Gambar 5.15. Space Frame ..................................................................................... 147
Gambar 6.1. Lokasi Site Graha Busana dan Mode ............................................... 162
Gambar 6.2. Zonifikasi............................................................................................ 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Gambar 6.3. Batas-batas Site .................................................................................. 163
Gambar 6.4. Konsep Pencapaian ............................................................................ 164
Gambar 6.5. Konsep Site Terhubung Matahari .................................................... 165
Gambar 6.6. Konsep Orientasi................................................................................ 166
Gambar 6.7. Konsep Site Terhubung Angin.......................................................... 167
Gambar 6.8. Konsep Site Terhubung Noise .......................................................... 168
Gambar 6.9. Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan....................................... 170
Gambar 6.10. Walpaper Dinding ............................................................................ 171
Gambar 6.11. Furnitur ............................................................................................. 171
Gambar 6.12. Pondasi Tiang Pancang ................................................................... 171
Gambar 6.13. Space Frame ..................................................................................... 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabelb5.1 Tabel Penentuan Kebutuhan Ruang Graha Busana dan Mode ........... 74
Tabel 5.2 Notasi Analisis Model Matriks .............................................................. 87
Tabel 5.3 Notasi Analisis Model Gelembung........................................................ 87
Tabel 5.4 Keterangan Notasi Warna Kelompok Kegiatan.................................... 89
Tabel 5.5 Notasi Analisis Model Matriks .............................................................. 93
Tabel 5.6 jumlah pengunjung pada tiap unit kegiatan .......................................... 98
Tabel 5.7 jumlah pengelola pada tiap unit kegiatan .............................................. 99
Tabel 5.8 jumlah penyewa pada tiap unit kegiatan ............................................... 101
Tabel 5.9 Tabel Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum .............................. 103
Tabel 5.10 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama .................. 107
Tabel 5.11 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang............ 117
Tabel 5.12 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan ......... 120
Tabel 5.13 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service ................. 124
Tabel 5.14 Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode ........................ 130
Tabel 5.15 Pendekatan Pola Massa Bangunan ...................................................... 141
Tabel 6.1 Perhitungan Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum.................... 153
Tabel 6.2 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama .................... 154
Tabel 6.3 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang .............. 157
Tabel 6.4 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan ........... 158
Tabel 6.5 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service ................... 159
Tabel 6.6 Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode .......................... 161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 5.1 kegiatan kelompok penunjang .............................................................. 68
Bagan 5.2 kegiatan kelompok pengelola ............................................................... 69
Bagan 5.3 kegiatan Pengusaha/Penyewa Retail Butik .......................................... 69
Bagan 5.4 kegiatan Perancang Mode ..................................................................... 69
Bagan 5.5 kegiatan peraga mode ............................................................................ 70
Bagan 5.6 kegiatan Pengusaha Promosi- Pameran................................................ 70
Bagan 5.7 kegiatan kantor agen model dan studio foto, minibank ...................... 70
Bagan 5.8 kegiatan food court ................................................................................ 70
Bagan 5.9 Sistem Jaringan Listrik .......................................................................... 148
Bagan 5.10 distribusi air bersih .............................................................................. 149
Bagan 5.11 Distribusi Air Kotor Padat .................................................................. 149
Bagan 5.12 Distribusi Air Kotor Cair .................................................................... 150
DAFTAR SKEMA
Skema 5.1 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model
Matriks ..................................................................................................................... 89
Skema 5.2 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model
Gelembung ............................................................................................................... 92
Skema 5.3 Pola Kegiatan ........................................................................................ 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
GRAHA BUSANA DAN MODE: SARANA PENDIDIKAN,
PROMOSI DAN HIBURAN DI SURAKARTA DENGAN
PENEKANAN ARSITEKTUR METAFORA
HENI SETYANINGSIH
I0208021
PEMBIMBING:
Dr. Titis S P, ST, M.Trop.Arch
Ir. Untung J C, M.Arch
ABSTRAK
Graha Busana dan Mode sebagai sarana pendidikan, promosi, dan hiburan di
Surakarta dengan penekanan arsitektur metafora adalah suatu wadah yang menampung segala
aktivitas/kegiatan yang berhubungan dengan busana serta perlengkapannya, dengan
mengikuti perkembangan mode dari waktu kewaktu, kegiatan yang di tampung meliputi pusat
pendidikan dan pelatihan, rumah produksi, pemasaran, hiburan beserta kegiatan pendukung
lainnya di kota Surakarta dengan penerapan matafora dalam arsitektur pada wujud fisik
bangunan untuk mengkomunikasikan wadah tersebut sebagai fasilitas yang di tujukan oleh
wanita sehingga memberikan perasaan visual dan berimajinasi mengenai dunia fashion bagi
yang melihatnya .
Kata Kunci: Graha busana, mode dan arsitektur metafora.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MODE AND FASHION HOUSE: AS A MEANS OF EDUCATION, PROMOTION, AND ENTERTAINMENT IN
SURAKARTA BY EMPHASIZING ON METAPHORE ARCHITECTURE
HENI SETYANINGSIH
I0208021
PEMBIMBING:
Dr. Titis S P, ST, M.Trop.Arch
Ir. Untung J C, M.Arch
ABSTRACT
Mode and fashion house as a means of education, promotion, and entertainment with
an emphasis in Surakarta architectural metaphor is a container that holds all the activities /
events related to the clothing and equipment, to keep abreast of fashion from time to time,
including activities in the capacity of the education center and training, home production,
marketing, entertainment along with other supporting activities in the city of Surakarta with
matafora application of the architecture on the physical appearance of the building to
communicate the container as addressed by the facility on a woman so as to provide a visual
sense and imagination of the fashion world to the viewer.
Key Word: Fashion house, mode and metaphore of architecture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tugas akhir ini diberi judul “Graha Busana dan Mode: Sarana Pendidikan,
Promosi, dan Hiburan di Surakarta dengan Penekanan Arsitektur Metafora”.
1.1 Pengertian Judul
Objek formal dari tugas akhir ini adalah Graha Busana dan Mode dengan
penekanan arsitektur metafora. Pengertian objek formal tersebut dapat di jelaskan
sebagai berikut.
Pertama, “graha” secara etimologi berarti kediaman atau rumah yang
merupakan suatu tempat/wadah untuk menampung suatu kegiatan tertentu yang
terlindung, aman dan nyaman (Ngajenan, 1987). Dalam KBBI(kamus besar bahasa
Indonesia) “graha” adalah suatu tempat atau bangunan untuk melakukan suatu
kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Wikipedia, kata “graha” berasal dari bahasa
kawi yang digunakan di pulau Jawa pada zaman dahulu yang artinya rumah. Dalam
perkembangannya “graha” diartikan sebagai rumah mewah, rumah besar, dan rumah
yang indah, serta singgasana. Dengan demikian “graha” dapat di artikan yaitu sebuah
gedung yang mewah untuk menampung suatu kegiatan tertentu.
Kedua, Busana berarti hiasan agar tubuh lebih menarik (Ngajenan, 1987).
Selain itu busana bisa berarti pakaian lengkap (yang indah-indah), perhiasan
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI PN Balai Pustaka, 1988).
Busana/pakaian sebagai sarana untuk tampil lebih menarik, di lengkapi dengan
aksesoris, millineries dan dilengkapi dengan tata rias sebagai pendukungnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ketiga, Mode adalah ragam (cara/bentuk) yang terbaru pada suatu waktu
tertentu, tempat membuat pakaian yang di lengkapi dengan ruangan khusus untuk
mencoba pakaian, pengukuran pakaian serta perlengkapan lain. Dalam buku “Fashion
sebagai komunikasi” karya Malcolm Barnard, OED (Oxford English Dictionary)
menyusun daftar Sembilan arti berbeda dari kata “fashion”, mulai dari “tindakan atau
proses membuat”, “potongan atau bentuk tertentu”, “bentuk” hingga “tata cara atau
cara bertindak” dan “berpakaian mengikuti konvensi”. Sebagai kata benda, “fashion”
berarti sesuatu seperti bentuk dan jenis,atau buatan atau bentuk tertentu, seperti dalam
definisi sebagai “tata cara atau cara bertindak”. Sebagai kata kerja, “fashion”
memiliki arti kegiatan membuat atau melakukan. Fenomena fashion menurut Martin
dalam (Wilson, 1985: 10-11) “mungkin benar bahwa fashion itu seperti semua
fenomena budaya, khususnya dalam bentuk simbolis dan mistis, (yang) cukup lama
bertahan terpenjara didalam suatu …’makna’. Jadi sangat jelas fashion dan pakaian
adalah bentuk komunikasi nonverbal karena tidak menggunakan kata-kata lisan atau
tertulis. Pakaian di pandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Busana, pakaian,
kostum, dan dandanan adalah bentuk komunikasi artifaktual (artifactual
communication). Dalam buku-buku pengantar komunikasi, komunikasi artifaktual
biasanya di definisikan sabagai komunikasi yang berlangsung melalui pakaian dan
penataan berbagai artefak, misalnya, pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing
baju, atau furniture dirumah anda dan penataannya, ataupun dekorasi ruang anda.
Karena fashion, pakaian atau busana menyampaikan pesan-pesan nonverbal ia
termasuk komunikasi nonverbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Keempat, Metafora adalah perumpamaan suatu hal dengan sesuatu yang lain.
Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai
sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan
memindahkan sifat-sifat dari sesuatu yang lain ke dalam bangunan, sehingga akhirnya
para pengamat dan pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan itu sebagai sesuatu
yang lain (ninkarch.blogspot.com). Menurut buku “Pengantar Arsitektur” karya
James C. Snyder, Seperti analogi, metafora (kiasan) mengidentifikasi hubungan
diantara benda-benda, tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata.
Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau
“bagaikan” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan
mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasi
hubungan harafiah yang mungkin. Menurut Charles Jenks dalam buku “The
Language of Post Modern Architecture”, metafora sebagai kode yang di tangkap pada
suatu saat oleh pengamat dari suatu objek dengan mengandaikan objek lain dan
bagaimana melihat suatu bangunan sebagai sesuatu yang lain karena ada kemiripan.
Menurut Geoffrey Broadbent (dalam buku “Design in Architecture” 1995),
Transforming : figura of speech in which a name of description term is transferred to
some object different form (gaya bahasa dimana sebuah istilah di transfer menjadi
objek dalam bentuk yang berbeda). Menurutnya metafora pada arsitektur adalah
perumpamaan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spectrum
perancang. Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud bentuk
arsitektur yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan
tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya sebagai makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan. Metafora dalam arsitektur bagaikan
kiasan berbahasa, memiliki kesamaan-kesamaan dan bersifat cukup logis.
Dari penjelasan di atas pengertian Graha Busana dan Mode: Sarana
Pendidikan, Promosi, dan Hiburan di Surakarta dengan Penekanan Arsitektur
Metafora adalah suatu wadah yang menampung segala aktivitas/kegiatan yang
berhubungan dengan busana serta perlengkapannya, dengan mengikuti perkembangan
mode dari waktu kewaktu, kegiatan yang di tampung meliputi pusat pendidikan dan
pelatihan, rumah produksi, pemasaran, hiburan beserta kegiatan pendukung lainnya
di kota Surakarta dengan penerapan matafora dalam arsitektur pada wujud fisik
bangunan untuk mengkomunikasikan wadah tersebut sebagai fasilitas yang di tujukan
oleh wanita sehingga memberikan perasaan visual dan berimajinasi mengenai dunia
fashion bagi yang melihatnya .
1.2 Latar Belakang
Keraton, Batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi ikon Kota
Surakarta. Pertama keraton, Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
dan Pura Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni
dan budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunan-
bangunan kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan. Tatanan
social penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan cultural dan spasial
keraton semakin menambah daya tarik. Kedua Batik, Salah satu tradisi yang
berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah
membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, dimana keduanya saling
mendukung dalam meningkatkan sektor ekonomi. Pariwisata dan perdagangan
merupakan dua sektor yang berpengaruh besar pada pertumbuhan perekonomian di
Kota Surakarta. Sektor pariwisata tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh
sektor perdagangan. Ketiga Pasar Klewer, Keberadaan Pasar Klewer dan pasar-pasar
tradisional lainnya yang selalu memberikan kontribusi retribusi kedua terbesar setelah
pajak penerangan jalan. Jenis komoditi ekspor Kota Surakarta yang tertinggi pada
tahun 2001 yaitu komoditi mebel dengan volume 8 ribu ton senilai 11 ribu US$,
kondisi ini meningkat 30-40% dari 4 ribu ton senilai 6 ribu US$ pada tahun 2000.
Selain itu komoditi unggulannya adalah alat tulis, tekstil, karung, plastic dan batik.
Industri tekstil (bahan pakaian) Indonesia sebagai pendukung industri mode
merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Posisi Indonesia sebagai Negara
pengekspor tekstil ke-14 terbesar di dunia dengan nilai 7,3 milyar dollar AS dari total
pasar dunia yang sebesar 250 milyar dollar AS ( http:www.kompas.com. Semua
Bermula dari Serat. Minggu, 3 Mei 1998). Untuk memajukan industri busana di
Indonesia baik dari segi kualitas maupun kuantitas di perlukan suatu sarana
informasi, promosi, pendidikan serta pengembangan busana serta mode baik dipusat
(Jakarta) mupun daerah. Aktivitas dari pendidikannya, antara lain perancangan,
ketrampilan teknik menjahit serta keperagawatian.
Agar bisnis fashion di kota Solo ini dapat berkembang dengan baik dan dapat
memasuki pasar nasional maupun internasional, terutama fashion kain batik yang
menjadi ciri khas dari kota Solo, maka di butuhkan sumber daya manusia yang
berkompeten dalam bidang bisnis fashion. Untuk itu di butuhkan sebuah sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
fashion yang memberikan ilmu tentang fashion yang mendalam dan mampu
mewadahi segala kegiatan yang berkaitan dengan dunia fashion, seperti pameran,
peragaan busana, seminar, workshop, bahkan promosi dan penjualan dari produk
fashion itu sendiri, dan dapat memfasilitasi pada murid untuk mengembangkan
bakatnya dalam bidang fashion maka dari itu, akan di rencanakan sebuah wadah yaitu
Graha Busana dan Mode di Surakarta. Selain itu wadah tersebut juga di tujukan guna
meningkatkan aspek bisnis dan perdagangan di kota Solo, karena dengan keberadaan
wadah fashion ini di harapkan akan menarik minat wisatawan mancanegara untuk
menkonsumsi produk lokal.
Promosi maupun show/peragaan busana yang biasanya di adakan di hotel-
hotel ataupun gedung pertemuan memakan biaya yang besar, mengingat sewa tempat
di hotel berbintang beserta makan lengkap, honor model dan coordinator serta lainnya
membuat biaya peragaan busana tidak murah. Selain itu peragaan busana akan terasa
kurang menguntungkan bila tidak di dukung sarana yang memadai yang di rancang
secara khusus (untuk peragaan busana dan kecantikan) serta tidak lanjut dari show
tersebut. (misal di lanjutkan dengan acara konsultasi maupun kesempatan untuk
berbelanja/memesan langsung sesuai ukuran calon pemakai. Selain sebagai sarana
promosi dan pemasaran, ruang peragaan busana di butuhkan pula sebagai sarana
pendidikan, misal siswa kursus merancang menampilkan hasil nyata rancangannya
melalui peragaan busana, siswa modeling memperagakan hasil nyata sebuah
rancangan (baik dalam taraf latihan maupun praktek yang sesungguhnya) juga
melalui peragaan busana. Sedang bagi siswa seni desain panggung peragaan,
manajemen fashion show serta fashion fotografi dapat melakukan praktek pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
panggung peragaan busana yang sesungguhnya, terutama bagi siswa fotografi dengan
sasaran obyek yang bergerak. Selama ini lembaga-lembaga pendidikan dalam bidang
fashion selalu mengadakan ujian/praktek bagi para siswanya dengan menyewa
tempat. Untuk itu, dengan tersedianya ruang peragaan busana serta tempat pendidikan
fashion dalam satu wadah Graha Busana dan Mode di Surakarta akan sangat
menguntungkan, terutama di lihat dari segi biaya.
Berawal dari keinginan untuk memasukkan sifat-sifat wanita kedalam
bangunan, metafora di rasa dapat di gunakan sebagai suatu cara menginterpretasi.
Metafora dapat menjelaskan transfer ide dari suatu subyek kedalam objek lain melalui
bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu
menggambarkan sifat tersebut. Hal ini di lakukan mengingat Graha Busana dan Mode
adalah suatu fasilitas yang di tujukan bagi wanita. Maka dari itu pengertian Metafora
adalah perumpamaan salah satu hal dengan sesuatu yang lain. Dalam bidang
arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain.
Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifat-sifat
dari sesuatu yang lain itu ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan
pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan arsitektur itu sebagai sesuatu yang lain.
Karena kecenderungan hidup masyarakat sekarang ini yang tidak lepas dari
segala sesuatu yang praktis dan cepat. Maka, untuk mempermudah dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan fashion di Solo, di perlukan sebuah wadah yang dapat
menampung kegiatan-kegiatan fashion seperti pendidikan dalam merancang busana,
kegiatan promosi yang di khususkan pada produk-produk fashion dan alat-alat yang
berkaitan dengan dunia fashion dan juga fasilitas hiburan. Sebagai tindak lanjut dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perwadahan yang nantinya di rencanakan harus mampu mewadahi setiap aktivitas
pengguna dengan menghadirkan tatanan akustik interiornya serta mampu
mencitrakan tampilan bangunan fashion yang sesuai dengan karakter wanita dengan
teori metafora sehingga dapat di nikmati secara visual dan menarik para pengunjung.
1.3 Permasalahan Dan Persoalan
1.3.1 Permasalahan
Bagaimana wujud konsep perencanaan dan perancangan bangunan mode
dengan penekanan arsitektur metafora yang mencakup aspek bisnis dan perdagangan
serta pendidikan yang dapat mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan desain
mode dan di harapkan bangunan tersebut dapat menjadi cermin dari perkembangan
dunia fashion.
1.3.2 Persoalan
Dari kajian permasalahan di atas, maka muncul persoalan sebagai berikut.
a) lokasi dan site yang strategis dan sesuai untuk mendukung keberadaan Graha
Busana dan Mode di Surakarta.
b) Pola tata massa bangunan dan pola tata ruang yang sesuai bangunan sekolah
sekaligus bangunan komersil yang sesuai dengan masterplan kota Surakarta.
c) Program ruang yang meliputi : karakter / sifat ruang , kebutuhan ruang , jumlah
dan besaran ruang.
d) Pola hubungan ruang dan organisasi ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
e) Ungkapan fisik bangunan yang mencerminkan arsitektur metafora dan bentuk
tata ruang yang sesuai.
f) System struktur dan utilitas bangunan.
g) Bahan bangunan yang tepat dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pembangunan gedung tersebut.
1.4 Tujuan dan Sasaran
1.4.1 Tujuan
Konsep perencanaan dan perancangan bangunan mode dengan penekanan
arsitektur metafora yang mencakup aspek bisnis dan perdagangan serta pendidikan
yang dapat mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan desain mode dan di
harapkan bangunan tersebut dapat menjadi cermin dari perkembangan dunia fashion
1.4.2 Sasaran
Menentukan konsep perancangan fisik bangunan Graha Busana dan Mode
yang mampu menjawab permasalahan-permasalahan di atas dengan.
a) Konsep lokasi dan site yang strategis untuk bangunan sekolah sekaligus
bengunan komersil yang sesuai dengan masterplan kota Surakarta.
b) Konsep pola tata masa bangunan dan pola tata ruang yang sesuai kebutuhan dan
standar.
c) Konsep program ruang yang meliputi karakter / sifat ruang, kebutuhan ruang,
jumlah dan besaran ruang.
d) Konsep pola hubungan ruang dan organisasi ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e) Konsep ungkapan fisik bangunan yang high representative konstektual dan
bentuk tata ruang yang sesuai.
f) Konsep sistem struktur dan utilitas bangunan.
g) Konsep bahan bangunan yang tepat dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pembangunan gedung tersebut.
I.5 Batasan
Pembahasan di tekankan pada permasalahan dan persoalan yang ada pada
perencanaan dan perancangan Graha Busana dan Mode di Surakarta. Graha Busana
dan Mode di Surakarta merupakan usaha swasta yang bersifat profit, dalam arti
terbuka untuk umum, menarik, baik secara fisik maupun kenyamanan dalam fasilitas,
sehingga masyarakat tertarik untuk datang, dengan sasaran masyarakat golongan
menengah ke atas, dengan scope pelayanan kota. Pemilihan lokasi dan site
berdasarkan kriteria yang mendukung keberadaan Graha Busana dan Mode di
Surakarta. Kegiatan pada Graha Busana dan Mode di Surakarta meliputi kegiatan
pendidikan, informasi, promosi, pemasaran.
1.6 Metode Perencanaan dan Perancangan
1.6.1 Jenis Data
Dalam metode perencanaan dan perancangan ini jenis data dibagi menjadi dua.
Pertama, data primer, yaitu data yang di dapat secara langsung melalui survey
lapangan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a) Kondisi fisik kawasan kota Surakarta sebagai peletakan site meliputi topografi
dan letak geografis.
b) Kondisi non fisik kawasan kota Surakarta meliputi kondisi perekonomian dan
sosial budaya.
c) Fasilitas sosial dan umum Surakarta.
d) Data kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, usia, jenis kelamin dan
pekerjaan.
e) Peraturan Pemerintah Kota Surakarta.
Kedua, data sekunder, yaitu data yang di dapat dari studi literatur yang
berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan Graha Busana dan Mode.
Misalnya data standar pengukuran dan persyaratan ruang.
1.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan yakni sebagai berikut.
a) Survey langsung ke lapangan dengan melakukan pengamatan di Kota Surakarta
untuk menentukan lokasi dan site.
b) Wawancara dengan pihak yang terkait dengan kegiatan Pusat Mode Busana di
Surakarta. Pihak terkait yang dimaksud, sebagai berikut.
1) Pedagang pakaian.
2) Masyarakat umum.
3) Para pelajar khususnya kaum wanita.
c) Studi literatur untuk memperoleh data dan berbagai informasi yang berkaitan
dengan permasalahan dan persoalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1.6.3 Metode Pembahasan
Metode pembahasan di lakukan dengan menganalisis data menggunakan
metode deskriptif yaitu melalui penguraian data-data yang di sertai dengan gambar
sebagai media berdasar pada teori normative yang ada. Analisis data di lakukan
melalui beberapa tahap, sebagai berikut.
a) Tahap pengungkapan masalah berdasar data-data yang tersedia.
b) Tahap pemecahan masalah melalui analisis data di sertai penguraian dengan
media gambar.
c) Tahap kesimpulan atau output data yang merupakan hasil pembahasan dan
konsep akhir perencanaan dan perancangan bangunan.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Mengungkapkan tentang pengertian judul, latar belakang masalah,
permasalahan dan persoalan serta tujuan dan sasaran yang hendak di
capai dalam mewujudkan perancangan graha busana dan mode:
pendidikan, promosi, dan hiburan di Surakarta dengan penekanan
arsitektur metafora.
BAB II Tinjauan Umum
Mengulas tinjauan umum tentang busana dan mode, kondisi, potensi serta
perkembangangannya di Indonesia pada umumnya dan di Surakarta pada
khususnya. Pembahasan terhadap bangunan Gedung Sekolah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
direncanakan serta pembahasan mengenai arsitektur metafora sebagai
ungkapan fisik bangunan tersebut.
BAB III Tinjauan Kegiatan Fashion di Kota Surakarta
Memaparkan tinjauan kegiatan Fashion di Surakarta. Serta pembahasan
mengenai potensi dan permasalahan dunia fashion di Surakarta.
BAB IV Graha Busana dan Mode yang di Rencanakan
Menyimpulkan hasil tinjauan umum dan tinjauan khusus serta study
kasus Graha Busana dan Mode yang sudah ada kemudian
merumuskannya dalam bentuk sistematis sekolah yang akan dirancang.
BAB V Analisa Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Graha
Busana dan Mode
Mengadakan analisis kearah konsep perencanaan dan perancangan
sekolah dengan menekankan prioritas program perencanaan.
Menganalisa lokasi, program kegiatan dan program ruang, melalui
analisa kegiatan sehingga dapat ditentukan konsep kebutuhan ruang,
analisa hubungan dan organisasi ruang, analisa besaran ruang sehingga
dapat ditentukan konsep besaran ruang, kemudian menganalisa
pengolahan site dan massa, desain bentuk serta tampilan, system
bangunan serta fasilitas yang mendukung untuk bangunan sekolah.
BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode
Menyusun konsep perencanaan dan perancangan sebagai acuan
transformasi desain fisik bangunan sekolah melalui pendekatan site dan
tata ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
BUSANA, MODE DAN ARSITEKTUR METAFORA
2.1 Tinjauan Busana dan Mode
2.1.1 Fungsi Busana/Pakaian
Dalam buku “Fashion Sebagai Komunikasi” karya Malcolm Barnard fungsi
fashion dan pakaian ada 11 yakni sebagai berikut.
a) Perlindungan
Dalam The Language of Clothes di kemukakan ide yang semata manfaat,
yakni fungsi perlindungan dari pakaian. Pakaian tampaknya menawarkan
perlindungan dari cuaca.
Seperti halnya Lurie, kajian Rouse tentang alasan manusia mengenakan
pakaian dalam Understanding Fashion (1989) mengacu pada perlindungan,
kesopanan, dan daya tarik, meski Rouse juga memasukkan komunikasi sebagai salah
satu fungsi utama pakaian.
Pakaian dipandang sebagai pelindung tubuh dan jiwa. Pakaian melindungi
tubuh mulai dari dingin, panas, “kecelakaan tak terduga hingga tempat dan olahraga
berbahaya” (Flugel, 1930:70), musuh manusia atau hewan, dan bahaya-bahaya fisik
atau psikologis.
b) Kesopanan Dan Penyembunyian
Kesopanan merupakan alasan utama untuk mengenakan pakaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Seperti yang ditunjukkan Flugel, kristianitas mengajarkan bahwa memberi
perhatian pada perawatan dan keindahan tubuh adalah “merugikan keselamatan
jiwa”, dan salah satu cara terbaik untuk mengalihkan perhatian dari tubuh adalah
menyembunyikannya (Flugel, 1930: 57). Maka menyembunyikan tubuh melalui
sarana pakaian jadi berasosiasi dengan hasrat untuk menghindari rasa berdosa dan
malu.
c) Daya Tarik
Orang menegaskan bahwa tugas pakaian adalah untuk menarik perhatian pada
tubuh dan bukan untuk mengalihkan atau menolak perhatian itu.
d) Komunikasi
Fashion dan pakaian secara simbolis mengikat satu komunitas (Roach dan
Eicher,1979:18). Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan sosial atas apa yang akan
dikenakan merupakan ikatan sosial itu sendiri yang pada gilirannya akan memperkuat
ikatan sosial lainnya. Fungsi mempersatukan dari fashion dan pakaian berlangsung
untuk mengomunikasikan keanggotaan satu kelompok kultural baik pada orang-orang
yang menjadi anggota kelompok tersebut maupun bukan.
e) Ekspresi Individualistik
Fashion dan pakaian adalah cara yang digunakan individu untuk membedakan
dirinya sendiri sebagai individu dan menyatakan beberapa keunikannya.
f) Nilai Sosial Atau Status
Pakaian dan fashion sering digunakan untuk menunjukkan nilai sosial atau
status, dan orang sering membuat penilaian terhadap nilai sosial atau status orang lain
berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut. Status bisa merupakan hasil atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berkembang dari berbagai sumber, dari jabatan, dari keluarga, dari jenis kelamin,
gender, usia atau ras.
g) Definisi Peran Sosial
Pakaian dan fashion digunakan untuk menunjukkan atau mendefinisikan peran
sosial yang dimiliki seseorang. Pakaian dan fashion itu di ambil sebagai tanda bagi
orang tertentu yang menjalankan peran tertentu pula sehingga di harapkan berperilaku
dalam cara tertentu.
h) Nilai Ekonomi Atau Status
Status ekonomi berkaitan dengan posisi di dalam suatu ekonomi. Dalam hal
ini akan melihat cara-cara fashion dan pakaian menunjukkan peran-peran produktif
atau kedudukan di dalam suatu ekonomi. Seperti di tunjukkan oleh Roach dan Eicher,
“menghias seseorang bisa merefleksikan hubungan dengan sistem produksi yang
merupakan karakteristik ekonomi tertentu yang di dalamnya orang itu tinggal”
(Roach dan Eicher, 1979: 13). Aspek pakaian dan fashion ini dapat digambarkan
sebagai penandaan ekonomis, atau sisi kontraktual dandanan, sebagai kebalikan dari
sisi social atau cultural.
i) Kondisi Magis-Religius
Baik dikenakan secara permanen maupun secara berkala, busana dan pakaian
bisa menunjukkan keanggotaan, atau afiliasi, pada kelompok atau jamaah kelompok
agama tertentu.
j) Ritual Sosial
Ritual social seperti perkawinan dan pemakaman pada penggunaan fashion
dan pakaian untuk menunjukkan posisi-posisi dari nilai atau status social. Fashion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan pakaian digunakan untuk menandai awal dan akhir ritual, dan untuk membuat
pembedaan antara yang ritual dan nonritual.
k) Rekreasi
Untuk menunjukkan bahwa fashion dan pakaian memiliki aspek rekreasional
sebagian untuk menunjukkan bahwa fashion dan pakaian mungkin menimbulkan
kenikmatan, karena itu fashion dan pakaian sekedar untuk kesenangan, cara
menimbulkan kenikmatan.
2.1.2 Jenis Busana Berdasarkan kualitasnya
Busana berdasarkan kualitasnya dibagi menjadi 3 yakni sebagai berikut.
a) Adi Busana (Haute Couture), yaitu busana eksklusive yang di rancang khusus
dan di buat hanya satu atau atas pesanan seseorang yang dibuat secara
mendetail dengan teknik menjahit yang rapi.
b) Busana madya, busana yang di produksi dalam jumlah tertentu (terbatas),
eksklusive, namun lebih bersifat komersial.
c) Busana konvensi, yaitu busana yang di produksi dalam jumlah banyak (masal)
dengan harga yang relative lebih murah dibanding kedua jenis busana di atas.
2.1.3 Perlengkapan Berbusana
Perlengkapan berbusana ada 3 yakni sebagai berikut.
a) Make up wajah dan tata rias rambut, yaitu tata kecantikan wajah dan penataan
rambut yang di pakai untuk memperindah penampilan seseorang dalam
berbusana sehingga dapat menonjolkan kelebihan dan menutupi kekurangan
pada wajahnya sekaligus serasi dengan busana yang dikenakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b) Aksesoris, yaitu berupa perhiasan yang menempel pada tubuh pemakai dan
berfungsi untuk memperindah penampilan si pemakai, meliputi : gelang,
kalung, anting, cincin, bros, hiasan rambut, dsb.
c) Millineries, yaitu berupa benda kelengkapan yang berguna bagi si pemakai
(tidak hanya untuk keindahan saja), meliputi : tas, ikat pinggang, sarung tangan,
topi, sepatu, kaos kaki,dsb.
2.1.4 Aliran-aliran dalam mode (Petunjuk Lengkap Pecah Pola Aneka Model
Busana, Wancik M.H. Gramedia, 2001)
Aliran-aliran dalam mode adalah pengelompokan mode yang mengalami
perubahan, yang didasarkan pada perjalanan masa tertentu. Adapun dalam dunia
mode terdapat beberapa aliran yang memiliki ciri yang khas sesuai dengan aliran
mode tersebut, yakni sebagai berikut.
a) Aliran Classic
Aliran yang dikenakan dari masa ke masa, hampir tidak mengalami perubahan
dalam penampilan berbusana. Contohnya adalah pakaian adat atau pakaian
nasional suatu bangsa.
b) Aliran New Classic
Aliran yang lambat mengalami perubahan dalam penampilan busana.
Perubahan tersebut berkisar sekitar sepuluh tahun sekali. Contohnya dapat
ditemui pada busana pria dan wanita dewasa.
c) Aliran Trend
Aliran dalam dunia mode yang mengalami perubahan penampilan sekitar
setahun sekali, bahkan sering terjadi dalam satu aliran terjadi berbagai tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
gaya. Contohnya gaya berpakaian tahun 1970 (trend 70-an) yang hanya
menampilkan gaya tertentu seperti celana panjang cut brai (bell bottom) yang
diilhami oleh gaya berpakaian dari penyanyi Elvis Presley atau gaun mini yang
dipelopori oleh Mary Quant.
d) Aliran New Waves
Aliran yang mengalami perubahan dalam penempilan berpakaian yang cepat
sekali, sekitar tiga bulan sekali. Desain-desain aliran New Waves ini tampak
segar, murah dan meriah yang sengaja dirancang untuk diikuti oleh remaja dan
ibu-ibu muda.
2.1.5 Perkembangan Mode
2.1.5.1 Di Dunia
Fashion di mulai dari tahun 1920 pada dekade inilah awal dunia fashion.
Tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum perempuan mencapai kebebasan dan
kemerdekaannya. Di dekade sebelumnya, baju-baju ala Cinderella dengan rok super
megar dengan pinggang ekstra ketat, menyiksa kaum perempuan, karena itulah mulai
tahun ’20an baju tersebut ditinggalkan. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika
dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan yang berbeda. Inovasi terbaru
muncul dari desainer dunia, seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan,
warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang perempuan. Dari sinilah
dunia fashion mulai berkibar.
Memasuki tahun 1930an, perkembangan fashion sedikit agak lambat hingga
akhirnya memasuki perang dunia kedua(1940-1946). Dari yang tadinya hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bersifat fungsional, sebuah pakaian juga punya sisi estetik atau sisi ‘cantik’ dunia di
luar fashion pun punya pengaruh hebat, terutama dunia film di awal tahun ’50an
hingga ’60an.
Perang Dunia II merupakan salah satu peristiwa yang membawa perubahan
paling besar di dunia pada saat itu. Keadaan pasca perang telah mengakibatkan
kerusakan dan trauma pada masyarakat di waktu itu, namun di sisi lain memberikan
waktu bagi mereka untuk merasakan masa damai. Hal ini berpengaruh juga pada
perkembangan fashion.
2.1.5.2 Di Indonesia
Sejarah busana bangsa indonesia di mulai pada zaman dahulu kala pakaian
yang di pakai terdiri dari kulit pohon kayu. Dalam perkembangan selanjutnya,
lembaran kayu ini mulai di hias dengan moif –motif tertentu.
Seiring dengan meningkatnya kebudayaan, mereka mulai mengenal alat
tenun. Dari sejak itu mereka mulai mengenakan kain sarung hasil tenunan dengan
motif kotak-kotak, lurik dan lainnya. Dan akhirnya kain sarung inipun berkembang
menjadi kain songket untuk konsumsi golongan atas, dengan variasi pemakain yang
berkembang pula.
Kain tenun hanya mampu memberikan motif-motif tertentu yang statis
sifatnya. Kain-kain ini dibentuk dalam bentuk kain sarung yang pemakaian serta
pemeliharaannya leih praktis. Tetapi secara juur harus diakui bahwa kain tenun ini
kurang luwes serta kurang kaya akan motif maupun cara pemakaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Perkembangan selanjutnya adalah pemekaian kain bermotif batik yang
dimulai sejak zaman Syailendra (750-850 SM). Sistem membakit dengan malam
sudah ada sejak abad IV, dimana pada saat itu kerajaan Tarumanegara telah
mengekspor indigo atau nila. Hal ini dibuktikan oleh prasati-prasasti pada masa
Tarumanegara, antara lain prasasti Ciarutan, Kebon Kopi, Tugu serta berita dari Fa
Hien. Sejarah mencatat bahwa kebudayaan melaju cepat pada masa-masa kerajaan
Jawa berkembang. Pada masa Majapahit, kain panjang telah dipakai. Kain panjang
bermotif batik dipakai terbatas oleh golongan atas, sedangkan masyarakat biasa
menggunakan kaintenun serta lurik yang harganya mahal karena bagus serta halus,
tetapi bahan tersebut biasanya hanya digunakan oleh pengantin.
Selama 350 tahun Belanda menjajah indonesia, wanita-wanita belanda
menyesuaikan diri dengan menciptakan pakaian kebaya sendiri dengan adaptasi
kebaya Jawa. Kebaya tersebut juga dipakai oleh saudagar keturunan Tionghoa, yang
kemudian lebih dikenal dengan kebaya encim. Kebaya encim ini, kemudian
berkembang dalam pembuatannya. Kebaya encim tidakhanya diberi renda tempel,
tetapi juga bordir langsung sebelum berbentuk kebaya. Menurut Peter Sie, seorang
perancang busana terkenal di tahun 50-an, kebaya encim ini merupakan suatu mata
rantai terpenting dalam kehidupan mode Indonesia.
Setelah kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1959, perkembangan mode cukup
mendapat tempat dihati masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan sambutan khalayak
ramai yang sengat luar biasa atas peragaan busana yang diselenggarakan oleh para
istri-istri pejabat tinggi negara dalam rangka mengumpulkan dana bagi korban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kecelakaan di Trenggalek. Saat itu peragaan busana masih merupakan event hiburan,
bukan suatu bursa untuk membeli pakaian dan mumnya untuk malam dana.
Di tahun 1963-1964, peragaan busana sempat di larang karena dianggap tidak
sesuai dengan kepribadian nasional. Pada tahun 1965, perkembangan mode sangat
sulit perkembangannya karena sama sekali tidak ada fasilitas dan media massa yang
berminat dengan mode. Baru pada taun 1968, peragaan busana mulai di perbolehkan
lagi dan ini merupakan perkembangan mode yang cukup menggembirakan.
Di tahun 1971 berdiri PAPMI (Perhimpunan Perancang Mode Indonesia)
sebagai organisasi prtama di Indonesia yang menangani di bidang mode. PAPMI ini
mengorbitkan perancang-perancang muda pada saat itu. Sesuai dengan enjuran
pemerintah DKI di tahun 1969, yang menginginkan perancang-perancang busana
Indonesia bergabung. Yang ditugaskan oleh Gubernur DKI waktu itu adalah Kepala
Dinas Perindustrian DKI Martono, untuk membentuk perhimpunan ini.
Sedangkan APPMI (Asosiasi Perancang Busana Mode Indonesia) dibentuk
dan didirikan pada tanggal 22 Juli 1993 di jakarta dan saat itu Poppy Dharsono
ditunjuk sebagai Ketua Umum. Hingga saat ini keanggotaan APPMI tersebar di
beberapa Badan Pengurus Daerahnya antara lain di Jwa Barat, Yogyakarta, Lampung
dan Jakarta sebagai pusat.
Mode, sampai diawal dekade delapan puluhan masih dianggap sebagai
sekedar hobi seseorang. Namun sekarang sudah dianggap sebagai bidang serius yang
bisa menunjukkan cita rasa bangsa, sehingga ini semakin menciptakan arena mode di
Indonesia semakin ramai dengan apresiasi. Hal ini diindikasikan dengan
menjamurnya lomba mode dimana-mana serta pekerjaan di bidang mode sudah tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lagi dipandang sebagai hobi semata, tetapi kedudukan para perancang mode telah
amat dihargai sebagai profesi yang berarti, seperti juga profesi di bidang seni lainnya
seperti arsitek, intrior desaign atau sutradara film.
Dengan pemberian penghargaan seperti piala Aparel yang dimulai pada tahun
1986 hingga tahun ini tiap tahunnya untuk diberikan kepada perancang yang
dianggap berkualitas. Hal ini merangsang mereka yang memilih desain mode sebagai
profesi untuk lebih bisa berkembang kearah yang lebih berselera, yaitu untuk
menghasiklan karya yang muncul dari hasil kerja yang berkonsep.
2.1.5.3 Di Surakarta
Dalam dunia mode, batik menjadi ikon fashion di Surakarta. Batik mulai
diperkenalkan setelah akhir abad ke-18 atau aal abad ke-19. Batik yang dihasilkan
adalah semuanya batik tulis sampai pada awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru
setelah perang dunia pertama habis atau sekitar tahun 1920. Batik menjadi salah satu
kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja
dannhasilnyauntuk pakaian raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh karena banyak
pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka seni batik ini dibawa oleh merek
keluar keraton dan dikerjakan ditempat masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya semakin meluas menjadi pekerjaan kaum
wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik
yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang
digemari, baik wanita maupun pria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Di Surakarta sendiri, perkembangan fashion khususnya batik malaju sangat
pesat. Batik semakain digemari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya
pengrajin batik dan pertokoan yang menyediakan batik di Surakarta. Festival Batik
yaitu Solo Batik Carnival yang diadakan tiap tahunnya merupakan ajang yang peduli
pada fashion di Surakarta yang menjadikan batik lebih dikenal lagi di dalam negeri
maupun mancanegara.
2.1.6 Contoh-contoh Empiris Fasilitas Mode
Contoh-contoh empiris fasilitas mode yang ada di Indonesia maupun di luar
negeri diantaranya adalah.
2.1.6.1 ESMOD Jakarta
Gambar 2.1 Eksterior ESMOD Jakarta
http://www.esmodjakarta.com/_images/contact/contact_1.gif
(di akses 26 maret 2012)
ESMOD Jakarta adalah sebuah sekolah waralaba dari Perancis. Didirikan
pada bulan September 1996 yang pertama di Asia Tenggara. ESMOD
menyelenggarakan program kombinasi mendesain mode dan Pattern Making 1 tahun
dan 3 tahun. Lembaga keterampilan yang terletak di Jalan Asem Dua No. 3-5 Cipete
Jakarta ini menyediakan suatu visi yang menjadikan para insane manusia Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
berkualitas untuk memasuki era baru mode. Menjadi salah satu dari sekolah mode
yang tertua dan terkenal di dunia adalah merupakan kelebihan dari sekolah ini sejak
1841.
Fashion Design adalah trend mode, dan sesuai dengan trend ini, membuat
pakaian yang kontemporer serta cocok dipakai sehari-hari. Program ini melatih siswa
untuk menciptakan keseluruhan koleksi mulai dari awal, dari memilih tema, warna,
bahan sampai ke desain koleksi yang sesungguhnya berikut presentasinya.
Pattern Making meliputi ketrampilan untuk mengambil ide yang diciptakan di
Fashion Design dan mengubahnya menjadi pakaian jadi dengan mempelajari efek
visual dan mengkoordinasi keterampilan menjahit. Program ini mengajarkan siswa
untuk mengintepretasikan mode, membuat pola, memotong dan menjahitnya.
Gambar2.2 Presentasi siswa ESMOD Jakarta
http://www.esmodjakarta.com/upload/Ideku/presentation.jpg (diakses 26 maret 2012)
Untuk mencapai profesionalisme, latihan teori dan praktek secara terus
menerus disediakan sebagai bagian dari program. Fleksibelitas program membuka
kemungkinan yang luas untuk berbasai profesi. Selain menjadi Fashion Designer atau
Pattern Maker siswa dapat juga menjadi Wartawan, Reporter Mode, Merchandiser,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pengajar, Pengamat mode, Stylist, Manager Produk, Konsultan Mode dan berbagai
pekerjaan lain di dunia mode.
2.1.6.2 Arva Studio di Surabaya
Gambar 2.3 Arva Studio Surabaya
http://www.arvaschooloffashion.com/arva_studio.php (diakses 26 maret 2012)
Arva Studio Desain Mode merupakan sekolah merancang busana di Surabaya
yang berdiri tanggal 4 Januari 1990. Setiap awal bulan, sekolah ini membuka kelas
baru untuk berbagai jurusan yang ada, yaitu :
1). Desain Mode
Merupakan kegiatan pendidikan yang mempunyai tujuan agar para siswa
mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja di bidang mode sebagai
illustrator, buyer, fashion perorter, dan sebagainya.
Pelajaran tebagi dalam tiga tingkatan teori dan praktek, yaitu tingkat I (dasar),
tingkat II (terampil), tingkat III (mahir). Kelas ini mempunyai beberapa sub jurusan,
yaitu :
a). teknik sketsa cepat
b). pendalaman styling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c). desain tekstil dan teknik batik
d). desain tekstil dan teknik printing
e). desain busana anak
2). Menjahit Busana Wanita
Merupakan pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang jahit menjahit yang
mutlak di perlukan bagi mereka yang bekerja di bidang mode, baik bagi perancang,
penjahit, maupun yang bekerja di bidang niaga mode.
Kelas ini mempunyai empat jurusan, yaitu :
a). teknik jahit busana siap pakai
b). teknik jahit butik (halus)
c). pecah pola
3). Menjahit Busana Pria
Merupakan program pelajaran menjahit busana pria yang terdiri dari beberapa
paket yang dapat dipilih dan diambil sesuai dengan kebutuhan, yaitu :
a). Paket A, meliputi pelajaran tentang kemeja dan celana pendek.
b). Paket B, meliputi palajaran model baju safari dan celana panjang.
c). Paket C, meliputi pelajaran pakaian jas.
Praktek di atas meliputi teori dan praktek.
4). Teknik Bordir Mesin dan Merancang Desain Pola Bordir
Terdiri dari dua kelas, yaitu :
a). Bordir mesin
Jurusan border mesin merupakan pelengkap untuk peningkatan ketrampilan
para desainer dalam melayani kliennya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b). Desain ragam border
Jurusan ini bertujuan menyiapkan siswa untuk memilih, mencari dan
menciptakan ragam-ragam border sampai hasil gambar dapat di mengerti oleh
pembordir dan siap untuk dikerjakan di atas kain.
5). Kursus-kursus Singkat/Tambahan
Setiap tahunnya Arva menyelenggarakan dua kali peragaan busana sebagai
evaluasi (ujian) bagi siswa-siswanya, dan satu kali peragaan untuk hari ulang
tahunnya yang diselenggarakan oleh siswanya sendiri.
2.1.6.3 London College of Fashion
London College Fashion merupakan sebuah lembaga pendidikan responsif
terhadap perubahan dalam praktek desain dan memposisikan diri sebagai penyedia
global terkemuka dalam bidang fashion, penelitian pendidikan dan konsultasi.
Gambar 2.4. Eksterior London College of Fashion
Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Program London College of Fashion berpusat pada pengembangan ide-ide
dari staf dan siswa, menggunakan mode bersama praktik sejarah dan budaya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menantang agenda sosial, politik dan etis. Hal ini, dikombinasikan dengan bisnis
yang berpikir ke depan dan manajemen dari misinya untuk "Fashion Masa Depan".
Pembelajaran dalam College London Fashion dapat ditingkatkan portofolio
dan hubungannya dengan fashion global dan industri gaya hidup, adalah fondasi
dengan fasilitas yang sangat baik dan lengkap. Ini termasuk lokakarya spesialis, suite
media, dan teknologi, dan pusat manufaktur menampilkan CAD / CAM. Fasilitas
utama seperti, ruang pemeran, Rootstein Space di John Hopkins Princes Street, ruang
tersebut menyediakan tempat pertunjukan catwalk, kuliah, seminar, dan konferensi.
1) Fashion Space London College of Fashion
Adalah ruang pameran kontemporer di pusat kota London menyajikan
program secara teratur dalam mode global, desain, fotografi dan instalasi. Galeri
ulang diluncurkan pada September 2010 di bawah arahan kurator Magdalena Keaney.
Gambar 2.5. Fashion Space
Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
2) Rootstaints Hopkins Space
Sebuah tempat multi-fungsi yang menawarkan fasilitas konferensi yang
fleksibel cocok untuk skala kecil, menengah dan besar, menunjukkan catwalk,
seminar dan pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 2.6. Rootstaints Hopkins Space
Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
3) Perpustakaan
Perpustakaan London College Fashion, bertempat di John Princes Street,
adalah perpustakaan fashion terkemuka di Inggris. Sumber daya yang luas meliputi
57.000 buku pada semua aspek industri fashion dari konstruksi garmen untuk ilmu
kosmetik, koleksi unik informasi tentang perancang busana, sumber gambar dan
ilustrasi fashion, video dan DVD.
Lebih dari 390 judul e-jurnal, elektronik informasi sumber daya melalui
halaman Industri penelitian. Pengunjung dari industri fashion diundang untuk
menggunakan perpustakaan untuk penelitian dengan janji.
Namun, pengunjung dibatasi (saat ini satu per hari) dan pengunjung harus
telepon perpustakaan di muka untuk buku kunjungan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 2.7. Perpustakaan
Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
4) Studio, Ruang kelas, Workshop dan Salon
College ini dilengkapi dengan berbagai lokakarya spesialis dan studio.
Sejumlah studio desain besar tersedia untuk siswa untuk mewujudkan
pekerjaan mereka dua dimensi sebelum mengambil ide sampai produksi. Ada juga
dilengkapi kamar kerajinan di bordir, dicetak tekstil, topi, alas kaki, barang kulit dan
rajutan untuk mendukung siswa dalam kegiatan khusus mereka.
Gambar 2.8. Ruang studio
Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
5) Media Suite (Studio Photografi dan Broadcast)
Akademi ini dilengkapi dengan 3 studio fotografi dan sebuah studio broadcast
untuk audio dan video editing.
6) Reprographic Servise
Akademia ini juga dilengkapi dengan tempat fotokopi dan laminating untuk
para siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 2.9. Reprographic services
Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
7) Digital Fashion Studi
Akademia ini menawarkan perlengkapan teknologi dan software bagi para siswanya.
8) Learning Support, Media, IT Services
Merupakan perlengkapan untuk para sraff.
2.1.6.4 Fashion Retail Academy
Fashion Retail Academy berlokasi di London’s Oxford Street dimana
merupakan pusat dari distrik retail fashion di kota London. Fashion Retail Academy
ini merupakan sebuah akademi untuk melatih siswa di bidang desain dari sebuah
retail fashion, sehingga akademi ini bukan merupakan akademi untuk merancang
busana / pakaian tetapi merupakan sebuah akademi dimana siswanya dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya di bidang retail fashion dimana
diharapkan nantinya setiap siswa akan dapat mengembangkan bisnis retail pakaian
dengan tampilan yang menarik.
Fasilitas yang terdapat di akademi ini, antara lain :
1) Art lecture space
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.10 Art lecture space
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Ruang ini merupakan ruangan yang sangat besar dan dapat menampung
sampai 180-200 orang tergantung pada keperluan. Ruang ini dapat juga difungsikan
sebagai area catwalk untuk peragaan busana dan dapat menampung 120 orang.
Ruangan ini juga dapat didesain untuk dimanfaatkan sebagai rauang rapat /
pertemuan dan ruang pameran / pertunjukan.
Fasilitas pendukung dari are ini meliputi :
a) Layar proyeksi AV yang lebar
b) Podium
c) Fasilitas AV dan audio yang dapat direkam
d) Tata suara
e) Tempat duduk
Gambar 2.11. Fasilitas Art lecture space
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Lab. Computer (IT Suite)
Gambar 2.12. Lab. Computer
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Ruang ini dapat menambung sekitar 25 – 33 orang dan terdapat whiteboard
sebagai media menampilkan / mempresentasikan video atau presentasi kepada para
siswa.
3) Meeting Room
Gambar 2.13. Meeting Room
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Meeting room ini dapat menampung sekitar 15 orang dan memiliki fasilitas
sebuah layar AV proyeksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Cafe
Gambar 2.14. Cafe
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Cafe di akademi ini digunakan sebagai area untuk makan dan minum diwaktu
istirahat para siswa serta sebagai area untuk bersosialisasi secara informal. Kapasitas
tempat duduknya dapat menampung sekitar 60 orang.
5) Ruang bersama
Gambar 2.15. Ruang bersama
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Ruang bersama bagi para murid didesain dengan luas ruangan yang cukup
besar dan difungsikan untuk tempat bersantai diwaktu istirahat dan sebagai tempat
pertemuan yang dilengkapi dengan tempat duduk sofa, akses internet, beberapa meja
permainan dan teknologi layar sentuh untuk memutar music video.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
6) Butik Fashion
Gambar 2.16. Butik Fashion
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
Butik Fashion dari akademi ini akan memungkinkan para siswanya untuk
memiliki pengalaman praktek dan pelatihan penjual di lingkungan retail yang nyata.
Toko ini dilengkapi dengan barcode scanner dan tempat pembayaran dengan system
leyar sentuh.
Gambar 2.17. Interior Butik Fashion
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
7) Ruang kelas
Ruang kelas di akademi ini mampu menampung sekitar 18 – 20 orang. Ruang
ini dilengkapi dengan layar AV proyeksi dan whiteboard. Ruang ini juga dapat
diubah fungsi / difungsikan selain sebagai ruang kelas juga tempat seminar, dan
ruang pertunjukan kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 2.18. Ruang Kelas
Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
2.2 Tinjauan Arsitektur Metafora
2.2.1 Pengertian Arsitektur Metafora
Metafora adalah perumpamaan suatu hal dengan sesuatu yang lain. Dalam
bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang
lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifat-
sifat dari sesuatu yang lain ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan
pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan itu sebagai sesuatu yang lain
(ninkarch.blogspot.com).
Menurut beberapa tokoh, arsitektur metafora didefinisikan sebagai berikut
a) Menurut buku “Pengantar Arsitektur” karya James C. Snyder, Seperti analogi,
metafora (kiasan) mengidentifikasi hubungan diantara benda-benda, tetapi
hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata. Perumpamaan adalah
metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaikan” untuk
mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasi
hubungan harafiah yang mungkin.
b) Menurut Charles Jenks, dalam buku “The Language of Post Modern
Architecture”, metafora sebagai kode yang di tangkap pada suatu saat oleh
pengamat dari suatu objek dengan mengandaikan objek lain dan bagaimana
melihat suatu bangunan sebagai sesuatu yang lain karena ada kemiripan.
c) Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”,
Transforming : figura of speech in which a name of description term is
transferred to some object different form. Dan juga menurutnya metafora pada
arsitektur adalah perumpamaan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam
desain spectrum perancang.
d) Menurut buku “Semiotika Visual” karya Kris Budiman, Sebuah teori yang
paling popular tentang metafora merumuskannya secara sangat ringkas
sebagai “perbandingan tersirat” diantara dua hal.
Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan sesuatu melalui persamaan atau berbandingan (TA Dodi wahyudi,
2005). Istilah metafora berasal dari bahasa yunani metapherein ( perancis metaphore,
latin metafora, inggris metaphor). “meta” dalam hal ini diartikan sebagai
memindahkan atau yang berhubungan dengan perubahan. Sedangkan “pherein”
berarti mengandung atau memuat. Dari etimologinya metafora menunjukkan
pemindahan (transfer) sesuatu yang dikandungnya (makna). Metafora adalah
serangkaian tuturan atau kalimat dimana satu istilah dipindahkan maknanya kepada
objek atau konsep lain yang ditunjukkan melalui perbandingan tak langsung atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
analogi. Metafora disebut sebagai bahasa yang bersifat perlambang atau kiasan (
figurative language).
2.2.2 Metafora dalam Arsitektur
Arsitektur sebagai instrument komunikasi harus dapat menyampaikan makna
yang terkandung didalamnya. Arsitektur bukan hanya sekedar bangunan mati yang
tidak memiliki jiwa namun arsitektur adalah sebuah bentuk bahasa, sehingga ia
merupakan bagian dari komunikasi.
Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud bentuk arsitektur
yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan tertentu dari
arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya sebagai makna kedua disamping
pemenuhan fungsi bangunan. Metafora dalam arsitektur bagaikan kiasan berbahasa,
memiliki kesamaan-kesamaan dan bersifat cukup logis.
Charles Jenks dan Michael Graves melihat bahwa orang dengan latar
belakang berbeda akan membaca ekspresi metaforik (dalam hal ini bangunan) secara
berlainan. Metafora berkaitan dengan pemahaman manusia, dengan pengalaman yang
melatarbelakangi pemikiran manusia. Pengalaman dan pemahaman manusia terhadap
sebuah konsep akan terpatri dalam ingatannya, bentuk yang terlihat, permukaan yang
kasar, cahaya terang, sampai wangi bunga, dan lain-lain. Karakteristik ruang, kode
visual maupun ekspresi tarikan garis adalah upaya untuk merangsang pemahaman
manusia kepada konsep yang ingin ditampilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Prinsip-prinsip metafora (Jencks, 1984)
a) Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan keterangan dari suatu obyek
( konsep atau obyek) ke obyek lain.
b) Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu obyek (konsep atau obyek )
seakan-akan suatu hal yang lain.
c) Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau
penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi
perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara
baru).
Kegunaan penerapan metafora dalam arsitektur sebagai salah satu cara atau
metode sebagai perwujudan kreativitas arsitektural yakni sebagai berikut
a) Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang
yang lain.
b) Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interpretasi pengamat.
c) Mempengaruhi pengertian terhadap suatu hal yang kemudian dianggap
menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada
pengertiannya.
d) Dapat menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif.
Melalui metafora, terutama ketika dicapai dengan teknik penggantian konsep,
seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang dimengerti untuk
kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang. Yang melihat dan menilai
serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan pengkritisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora yang dimaksud oleh
perancang sama dengan metafora yang dilihat oleh pengguna.
Begitulah metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai
sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan
imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa metafora
menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.
Beberapa alasan pemilihan konsep metafora
a) Metafora dalam hal ini digunakan untuk memenuhi fungsinya sebagai sarana
pengkomunikasian kesan dan pesan berkaitan dengan bangunan dari
perancang kepada masyarakat luas.
b) Pemilihan tema metafora akan membantu dalam menghasilkan konsep-konsep
baru. Sehingga arsitektur dapat dilihat dalam sudut pandang yang baru, dan
dapat tampil lebih ekspresif. Komunikasi perancang tentang ide dalam
arsitekturnya juga menjadi lebih jelas.
c) Konsep metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Graha Busana dan
Mode ini untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian
orang, mampu memberi kesan dan citra tersendiri, serta mampu menggugah
persepsi dan imajinasi orang yang melihatnya. Selain agar mampu
menampilkan bentuk semenarik mungkin sehingga dapat memberikan nilai
estetika tersendiri terhadap kawasan sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Anthony Antoniades mengidentifikasikan tiga buah kategori metafora
arsitektural, yaitu:
a) Metafora abstrak (intangible metaphore)
Ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep yang abstrak,
sebuah ide, sifat manusia atau kualitas obyek (alami,tradisi,budaya).
Metafora abstrak dapat kita lihat pada beberapa karya arsitek Jepang. Salah
satu arsitek tersebut adalah Kisho Kurokawa. Kisho Kurokawa mencoba ‘membawa’
elemen sejarah dan budaya pada engawa (tempat peralihan sebagai “ruang antara”
pada bangunan: antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Konsep
ini diterapkan pada salah satu karya Kisho Kurokawa yaitu Nagoya City Art
Museum. Sejarah dan budaya adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat
dibendakan (intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong pada
metafora abstrak.
Gambar 2.19. Eksterior Nagoya City Art Museum
http://static.panoramio.com/photos/original/4633054.jpg
(diakses 27 maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b) Metafora konkrit (tangible metaphore )
Ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari karakter material atau visual
obyek yang kongkrit (menara yang seperti tongkat, rumah seperti istana, atap seperti
perahu).
Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, juga merupakan salah satu
contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena
menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh
Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika
struktur, Santiago Calatrava merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor
burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor burung. Bagian depan
bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun
dirancang menyerupai bentuk sayap burung.
Gambar 2.20. Eksterior Stasiun TVG
www.girinarasoma.com (diakses 27 maret 2012)
c) Metafora kombinasi ( combined metaphore )
Konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek bergabung sebagai ide
pemberangkatan kreasi arsitektural. Karakter visualnya dapat menjadi alas an untuk
menilai sifat-sifat, kualitas dan karakter wadah visualnya. Sebagai contoh adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
metafora kombinasi, juga dapat kita lihat pada E.X Plaza Indonesia, karya
Budiman Hendropurnomo (DCM). Dalam buku “Indonesian Architecture Now”,
Imelda Akmal menulis bahwa gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak
dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang
bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel
Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil,
sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang
menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah
obyek yang abstrak (intangible). (sumber Giri Narasoma Suhardi, Memahami
Metafora (dalam) Arsitektur, 25 Januari, 2009)
Gambar 2.21. Eksterior E.X Plasa Indonesia
http://www.thejakartapost.com/files/images/p21-a-1_25.img_assist_custom.jpg (diakses 27 maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
DUNIA MODE DI SURAKARTA
3.1 Kondisi Umum Surakarta
Seperti di kota-kota besar di Indonesia, kebutuhan yang berhubungan dengan
fashion di kota Surakarta juga mengalami kemajuan. Gaya hidup masyarakatnya
sudah menyerupai kota metropolitan. Mode atau fashion merupakan kebutuhan pokok
mereka terutama golongan ekonomi kuat. Mereka tidak hanya sekedar membeli
pakaian tetapi juga mulai mengikuti trend pakaian saat ini. Hal ini terlihat dari
ramainya pusat perbelanjaan yang memasarkan produk fashion.
Minat untuk selalu mengikuti mode atau trend sudah besar bagi masyarakat
kota Surakarta terutama bagi para wanita. Mereka rela meluangkan waktu berjam-jam
hanya untuk terlihat menarik penampilannya. Fasilitas-fasilitas dibidang fashion
seperti pusat perbelanjaan, salon kecantikan, pusat kebugaran, banyak diminati oleh
masyarakat. Hal ini membuktikan minat masyarakat Surakarta akan fashion sangatlah
besar.
3.2 Potensi dan Permasalahan Dunia Mode di Surakarta
3.2.1 Potensi Dunia Mode di Surakarta
Kota Surakarta mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan produk
mode. Industri tekstil dan pakaian yang ada di Surakarta sudah cukup banyak dan
ditunjang dengan adanya industri batik yang terkenal baik di dalam maupun di luar
negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Butik-butik yang banyak terdapat di Kota Surakarta, kebenyakan terletak di
dekat sentra penjualan kain batik yaitu Pasar Klewer seperti Batik Danar Hadi, Batik
Keris, dan butik-butik yang lebih kecil seperti Monsa, Ginza, Catleya, Al-Fath, Orag
dan lain-lain. Para pedagang menjual pakaian jadi dengan berbagai model dan tema
tersendiri serta penataannya masing-masing.
Para perancang mode di Surakarta sebenarnya sudah mempunyai potensi yang
cukup besar untuk bisa tampil. Kualitas rancangan-rancangan busana dari para
perancang ini sudah bisa dibilang berkelas. Tetapi jumlah perancang di Surakarta ini
masih sangat terbatas dan tidak didukung dengan fasilitas yang ada dan promosi.
Perancang di Surakarta seperti, Solo Bagio, Djongko Raharjo, Djoko Widiarto, Tuti,
merupakan perancang senior, selain itu ada juga perancang muda seperti, Endi
Ariesta, Alan, Eko, Hendrik dan Rori. Mereka merancang busana di studionya sendiri
yang kebanyakan menyatu dengan rumah mereka. Sebagian ada yang memiliki butik,
dan sebagian lagi hanya menyediakan rumah pamer di rumahnya.
Festival fashion di Surakarta seperti Solo Batik Carnival juga merupakan
ajang yang peduli terhadap dunia fashion khususnya batik. Solo Batik Carnival (SBC)
adalah sebuah perpaduan antara seni tradisional dan seni kreatif yang diwujudkan
dalam karya momentum bagi perkembangan dunia fashion dan dunia seni
pertunjukan dan batik sebagai tem utamanya. Solo Batik Carnival diselenggarakan
setiap tahun mulai dari tahun 2008 dengan mengangkat tema yang berbeda setiap
tahunnya. Pada tahun 2010, Solo Batik Carnival memasukin tahun ke-3 dengan tema
“Sekat Jagad”. Sebelumnya pada Solo Batik Carnival 1 mengambil tema “Wayang”
dan Solo Batik Carnival 2 dengan tema “Topeng”. Dengan adanya festival seperti ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
secara tidak langsung menimbulkan dampak yang posotif bagi kota Surakarta, dalam
bidang fashion. Dengan kondisi yang sudah ada sekarang ini diprediksikan prospek
industri fashion di Kota Surakarta akan semakin membaik.
3.2.2 Permasalahan Dunia Mode di Surakarta
Minat untuk selalu mengikuti mode atau trend sudah besar bagi masyarakat
kota Surakarta. Namun, semua itu tidakdidukung dengan fasilitas yang memadai,
fasilitas yang ada kurang memberikan pilihan produk mode. Produk-produk yang
dipasarkan sangatlah terbatas dan ketinggalan bila dibandingkan dengan kota Jakarta
atau Bandung. Trend yang sedang berkembang selalu terlambat sampai di kota
Surakarta sehingga banyak produk-produk mode yang dipasarkan terbilang
ketinggalan zaman. Banyak masyarakat kota Surakarta khususnya bagi yang selalu
mengikuti perkembangan mode, terpaksa pergi ke luar kota seperti Jakarta dan
Bandung hanya untuk belanja kebutuhan fashion. Mereka tidak menemukan trend-
trend yang sedang berkembang di kota Surakarta, semua itu disebabkan kurangnya
informasi dan promosi di bidang mode serta tidak adanya wadah yang menampung
kegiatan tersebut.
Acara-acara promosi dan informasi tentang karya-karya perancang lokal
memang jarang diadakan sehingga kreativitas mereka kurang berkembang. Promosi-
promosi yang sering dilakukan di Surakarta, misalnya ada peragaan busana atau
seminar tentang fashion biasanya diselenggarakan di hotel-hotel berbintang yang
hanya dihadiri kalangan tertentu saja. Sedangkan untuk mengenalkan fashion pada
masyarakat luas diperlukan sarana informasi dan promosi yang dapat diterima
disemua kalangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Disamping itu kurang adanya tenaga-tenaga ahli di bidang mode juga
menyebabkan perkembangan fashion di Surakarta menjadi terbatas. Hal itu
disebabkan karena kurangnya sarana pendidikan fashion yang dapat melahirkan
tenaga-tenaga profesional di bidang mode. Sarana pendidikan yang mengkhususkan
di bidang mode busana merupakan salah satu pendidikan pilihan bagi masyarakat dan
juga sebagai pendidikan lanjutan dari siswa sekolah kejuruan di bidang busana. Hal
ini akan melahirkan ahli-ahli di bidang mode busana yang akan mendukung
berkembanganya industri dan perdagangan tekstil dan garmen pada umumnya serta
menciptakan masyarakat yang lebih maju di bidang mode busana di Surakarta pada
khususnya.
3.3 Perkembangan Dunia Mode di Surakarta
Dalam dunia mode, batik menjadi ikon fashion di Surakarta. Batik mulai
diperkenalkan setelah akhir abad ke-18 atau aal abad ke-19. Batik yang dihasilkan
adalah semuanya batik tulis sampai pada awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru
setelah perang dunia pertama habis atau sekitar tahun 1920. Batik menjadi salah satu
kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja
dannhasilnyauntuk pakaian raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh karena banyak
pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka seni batik ini dibawa oleh merek
keluar keraton dan dikerjakan ditempat masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya semakin meluas menjadi pekerjaan kaum
wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang
digemari, baik wanita maupun pria.
Di Surakarta sendiri, perkembangan fashion khususnya batik malaju sangat
pesat. Batik semakain digemari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya
pengrajin batik dan pertokoan yang menyediakan batik di Surakarta. Festival Batik
yaitu Solo Batik Carnival yang diadakan tiap tahunnya merupakan ajang yang peduli
pada fashion di Surakarta yang menjadikan batik lebih dikenal lagi di dalam negeri
maupun mancanegara.
3.4 Lokasi Site Graha Busana dan Mode di Surakarta
Graha Busana dan Mode diharapkan dapat menjadi sebuah fasilitas publik
yang dapat mewadahi segala kegiatan dalam bidang fashion di Surakarta.
Kriteria Pemilihan Site Secara Umum, yakni sebagai berikut.
a) Berada pada zona komersial berdasarkan RUTRK.
b) Potensial bagi pengembangan pendidikan, pariwisata dan bisnis
c) Pencapaian mudah, dapat diakses kendaraan pribadi maupun kendaraan
umum.
d) Adanya fasilitas pendukung infrastruktur.
e) Tidak jauh dari pusat kota, memudahkan pencapaian.
Berdasarkan dari analisa di atas maka dipilih site yang berada di daerah
Manahan, tepatnya di Jalan Adi Sucipto dengan batas site yaitu :
Utara : Jalan Adi Sucipto (jalan primer), SMK 5 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Selatan : SMK N 7 Surakarta
Barat : Jalan Jend. A. Yani (jalan sekunder), Kodim
Timur : Perumahan
Luas lahan : 11.900 m²
Gambar 3.1. Peta RUTRK Surakarta
Sumber : www.google.com
a. Sesuai dengan RUTRK, breada di daerah komersial, sangat cocok bagi
bangunan Graha Busana dan Mode.
b. Terletak di pusat kota, sangat potensial bagi pengembangan pariwisata dan
bisnis.
c. Fasilitas pendukung infrastuktur telah tersedia.
d. Pencapaian mudah, dilalui bus dalam kota.
e. View terlihat dari segala arah.
f. Tidak terletak pada daerah rawan bencana banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE
5.1 Analisa Penentuan Kegiatan
Tujuan : memperoleh gambaran tentang alur sirkulasi kegiatan dari pelaku
kegiatan.
Dasar Pertimbangan :
a. Pelaku Kegiatan
Dari pelaku kegiatan (pengunjung, pengelola, dan penyewa) akan diketahui
aktifitas apa saja yang dilakukan oleh para pelaku kegiatan.
b. Urutan Kegiatan
Dari urutan kegiatan akan dihasilkan suatu pola kegiatan dari para pelaku kegiatan.
Pembahasan : kegiatan masing- masing pelaku kegiatan dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut :
1. Kelompok Pengunjung
Bagan 5.1 kegiatan kelompok penunjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Kelompok Pengelola
3. Kelompok Penyewa
Pengusaha/Penyewa Retail Butik
Perancang Mode
Bagan 5.2 kegiatan kelompok pengelola
Bagan 5.3 kegiatan Pengusaha/Penyewa Retail Butik
Bagan 5.4 kegiatan Perancang Mode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Peraga Mode
Pengusaha Promosi- Pameran
Pengelola Kegiatan Penunjang
Pengelola Kegiatan Food Court
Bagan 5.5 kegiatan peraga mode
Bagan 5.6 kegiatan Pengusaha Promosi- Pameran
Bagan 5.7 kegiatan kantor agen model dan studio foto, minibank
Bagan 5.8 kegiatan food court
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
5.2 Analisa Pendekatan Peruangan
Analisa perencanaan dan perancangan sebagai usaha pemecahan masalah
dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai meliputi analisa pendekatan
peruangan, analisa pendekatan lokasi dan tapak, analisa pendekatan lokasi tapak,
analisa pendekatan sistem utilitas, analisa pendekatan sistem struktur dan pendekatan
penampilan bangunan.
Analisa pendekatan peruangan dilakukan guna mendapatkan sistematika alur
kegiatan user dan pengelola yang akan merumuskan kelompok kegiatan dan
kebutuhan ruang.
5.2.1 Analisa Pendekatan Peruangan Area Graha Busana dan Mode
a. Pengguna Graha Busana dan Mode
1) Pengelola
2) Pelajar / siswa
3) Pengajar
4) Pengunjung
5) Penyewa Retail / Penjaga Retail
b. Kegiatan yang Diwadahi
1) Kegiatan Umum
a) Datang – pergi
b) Parkir kendaraan
c) Mencari informasi
d) Menunggu
2) Kegiatan Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a) Kegiatan Promosi
1) Peragaan Busana ( Fashion Show )
2) Pameran
3) Workshop Perancangan
b) Kegiatan informasi
1) Pusat Informasi Fashion
2) Seminar dan Presentasi
c) Kegiatan Pendidikan Fashion
1) Fashion / Desain Mode
2) Modelling dan Koreografi
3) Fotografi
4) Kursus-kursus
3) Kegiatan Penunjang
a) Food Court
b) Agency Model dan Studio Foto
c) Retail Shop / Butik
d) Mengambil uang
e) Berkumpul
f) Berdiskusi
4) Kegiatan Pengelolaan
a) Administrasi
b) Pengelolaan
5) Kegiatan Service
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
a) Cleaning Service
b) Peribadatan
c) Keamanan
d) Mekanikal Elektrikal
c. Analisa Kebutuhan Ruang
Penentuan kelompok kegiatan dan kebutuhan ruang berdasarkan pada sifat
kegiatan yaitu
1) Kelompok Kegiatan Umum
Kelompok Kegiatan Umum adalah segala kegiatan penunjang Graha Busana dan
Mode yang memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola.
2) Kelompok Kegiatan Utama
Kelompok Kegiatan Utama adalah kegiatan yang memanfaatkan fasilitas utama
yang disediakan oleh pengelola yaitu berupa kegiatan promosi, informasi dan
pendidikan.
3) Kelompok Kegiatan Penunjang
Kelompok Kegiatan Penunjang adalah kelompok kegiatan pelayanan yang
menunjang kebutuhan Graha Busana dan Mode.
4) Kelompok Kegiatan Pengelolaan
Kelompok Kegiatan Pengelolaan adalah kelompok kegiatan yang mengelola
segala kegiatan administrasi intern maupun ekstern Graha Busana dan Mode.
5) Kelompok Kegiatan Service
Kelompok Kegiatan Servece adalah kelompok kegiatan yang menunjang
kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian sistem bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dengan dasar pertimbangan sifat dan bentuk kegiatan yang dilakukan di
dalam Graha Busana dan Mode, maka dapat ditentukan macam ruangan yang
dibutuhkan.
Tabel 5.1 Tabel Penentuan Kebutuhan Ruang Graha Busana dan Mode
Kelompok Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
1) Kegiatan Umum
Semua pelaku kegiatan
Datang-pergi Pedestrian, teras penerima
Memarkir kendaraan
Area parkir
Pengunjung Masuk dan melihat-lihat
Entrance hall / hall lobby
Mencari informasi
Meja informasi
Mengambil uang ATM box
metabolisme lavatory
2) Kegiatan Utama a) Kegiatan Promosi
Peragaan Busana
Pengunjung Datang Hall peragaan
Menunggu Ruang tunggu
Melihat peragaan mode
Ruang audience peragaan
Metabolisme lavatory
Penyewa/ peraga busana
Persiapan peragaan
Ruang ganti
Ruang rias
Ruang persiapan
Memperagakan busana
Ruang peragaan busana/ catwalk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
istirahat Ruang istirahat
metabolisme lavatory
Pengelola/ keryawan
Pengaturan sound dan lighting
Ruang sound dan lighting
Mempersiapkan jamuan makan
Dapur dan pantry
metabolisme lavatory
Pameran Pengunjung Melihat pameran tetap
Ruang pameran tetap
Melihat pameran berkala
Ruang pemeran beerkala
metabolisme lavatory
Penyewa Mempersiapkan materi display
Ruang persiapan materi pameran
Menyimpan barang dan alat
Ruang penyimpanan
Mengelola, mengawasi pemeran
Ruang panitia penyelenggara
Workshop perancangan
Pengunjung Melihat workshop perancangan busana
Ruang display
Konsultasi dengan perancang
Ruang konsultasi perancangan
Metabolisme Lavatory
Perancang Melatih mendesain busana
Studio desain
Ruang simpan
Metabolisme Lavarory
b) Kegiatan Informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Seminar dan presentasi
Pengunjung Menunggu Ruang tunggu/ lobby
Mengikuti seminar dan diskusi
Ruang seminar
Metabolisme Lavatory
Penyewa Mempersiapkan diri Ruang persiapan
Menyampaikan materi
Podium
Pengelola Mengatur perangkat audio
Ruang penyimpanan media
Menyimpan perangkat visual/ LCD/ proyektor
Ruang operator
c) Kegiatan Pendidikan Fashion Belajar mengajar
Siswa Datang Hall
Pendaftaran dan administrasi pendidikan
R. Administrasi
Pendidikan desain mode
Ruang Teori desain mode, Ruang praktek desain mode, studio jahit dan studio pola
Pendidikan pemasaran produk fashion
Ruang teori pemasaran produk fashion
Pendidikan manajemen produk fashion
Ruang kelas teori manajemen produk fashion
Pendidikan modeling dan koreografi
Ruang teori modeling dan koreografi
Ruang praktek modeling dan koreografi
Pendidikan fotografi Ruang teori fotografi dan ruang praktek/studio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
fotografi
Kursus kecantikan dan menata rambut
Ruang praktek kecantikan dan menata rambut
Kursus membordir Ruang praktek membordir
istirahat kafetaria
Mencari literature mode
perpustakaan
metabolisme lavatory
Pengajar Datang Hall
Megajar Ruang kelas
Memberikan pelatihan
Studio
Rapat Ruang rapat
Bersosialisasi Ruang mengajar
Metabolisme Lavatory
Pengelola Mengelola sekolah mode
Ruang pengelola/ TU
Mengurus administrasi
Ruang administrasi
Metabolisme Lavarory
3) Kegiatan Penunjang Food court Pengunjung Makam minum Area duduk
Memesan makanan
Membayar
Kios makanan
Pengelola Melayani pengunjung
Menyiapkan
Kios makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
makanan dan minuman
Kantor agen dan studio foto
Pengunjung Datang Ruang tamu
Konsultasi Ruang agen model
Foto Studio foto
Pengelola Mengelola kegiatan
Kontor agen model
Memproses foto Ruang gelap
Retail shop/ Butik
Pengunjung Pemilihan barang Area penjualan
Pembayaran barang
Kasir
Pengepasan Fitting room
Pramuniaga/ karyawan
Penyimpanan barang
Ruang penyimpanan
Display barang Area penjulan
Melayani pembayaran
Kasir
ATM Pengunjung
Mengambil uang ATM box
Pengelola Melayani pengunjung
4. Kegiatan Pengelolaan
Pengunjung Datang Hall
Menunggu Lobby
Bertemu
Mengadakan kerjasama
Ruang tamu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pengelola (direktur)
Bekerja Ruang kerja direktur
Menerima tamu Ruang tamu
Rapat Ruang rapat
Makan dan minum
Pantry
Metabolisme Lavatory
Wakil derektur Bekerja Ruang kerja wakil direktur
Menerima tamu Ruang tamu
Rapat Ruang rapat
Makan dan minum
Pantry
Metabolisme Lavatory
Sekretaris Bekerja Ruang sekretaris
Mengintarisir berkas
Arsip
Rapat Ruang rapat
Makan dan minum
Pantry
Metabolisme Lavatory
Kabag dan staff Bekerja R. Kabag HRD dan staff R. Kabag keuangan dan staff R. Kabag humas dan staff R. Kabag pemasaran dan staff R. Kabag promosi dan staff
Rapat Ruang rapat
Menginventarisir berkas
Ruang arsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Menyimpan alat Gudang
Fotokopi Ruang fotokopi
Makan dan minum
Pantry umum
metabolisme lavatory
4) Kegiatan Service Pengunjung Datang
Ambil karcis parkir
Teras penerima
Pos parkir
Parkir kendaraan Tempat parkir
Istirahat Ruang istirahat sopir
Menunggu Ruang tunggu
Ibadah Musholla
Metabolisme Lavatory
Pengelola/ penyewa
Datang
Parkir
Area parkir pengelola
Ibadah Musholla
Metabolisme Lavatory
Cleaning service Menyiapkan barang dan alat kebersihan
Gudang dan loker
Membuang sampah
Ruang sampah
Karyawan teknisi Mengatur mekanikal elektrikal
Ruang MEE
Mengelola sarana utilitas gedung
Ruang utilitas
Keamanan Mengawasi Pos penjaga keamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
keamanan gedung Ruang CCTV
Mengelola karcis parkir
Pos parkir
Semua karyawan Istirahat Ruang karyawan
Ibadah Musholla
Metabolisme Lavatory
d. Analisa Pola Hubungan Ruang
Analisa pola hubungan ruang dilakukan untuk mendapatkan tata ruang yang
optimal. Proses analisa ini memerlukan adanya pendekatan pola hubungan ruang
makro dan mikro. Hubungan antar kelompok kegiatan makro pada dasarnya
menggunakan dua pertimbangan sebagai berikut.
1) Pola kegiatan pada kelompok dan sub kelompok ruang
2) Tuntutan ruang dan keterkaitan antar kegiatan
Pola hubungan makro adalah hubungan kelompok kegiatan yang diperoleh
dari dua jenis analisa yaitu analisa dengan matriks dan analisa dengan gelembung.
Kedua jenis analisa ini memiliki cara baca yang berbeda. Berikut keterangan
notasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 5.2 Notasi Analisis Model Matriks
Nilai Derajat Jauh Dekat Notasi
A Harus dekat sekali
B Sangat dekat
C Dekat
D Kurang dekat
E Tak perlu dekat
F Harus jauh
Kode Jenis Hubungan
0 Tidak ada
1 Fisik
2 Audio visual
3 Audio
4 Visual
Sumber : Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Pak Titis
Tabel 5.3 Notasi Analisis Model Gelembung
Tanda Uraian Pertalian/ Hubungan Kode
Pergerakan Langsung Tak Langsung
Jenis Hubungan Fisik Audio Visual Pendengaran (Auditive) Pandangan (Visual)
1.1 1.2 1.3 1.4
Kelas Hubungan Manusia dengan Manusia Peralatan dengan Peralatan Hewan dengan Tumbuhan Manusia dengan Hewan dan
2.1 2.2 2.3 2.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tumbuhan Manusia dengan Peralatan
2.5
Frekuensi Hubungan Tetap, terus-menerus (continue) Berulang (repentitive) Sekali-kali/kadang-kadang Jarang, Langka
3.1 3.2 3.3 3.4
Frekuensi User Tinggi, Padat Menengah, Sedang Rendah
4.1 4.2 4.3
Kebutuhan Waktu Tetap (permanent) Sementara (temporary)
5.1 5.2
Nilai Hubungan yang Terjadi
Positif Penting (essential) Saling Mengisi (complementary) Tak Penting (non essential)
Negatif Tak diinginkan Tak dapat diterima (non acceptable)
Sumber: Dr. Titis Srimuda P., ST, M Trop. Arch
Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur
1) Hubungan Ruang dan Pola Hubungan Makro
Skema 5.1 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model Matriks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 5.4. Keterangan Notasi Warna Kelompok Kegiatan
Keterangan Warna Kelompok Kegiatan
Promosi
Pendidikan Fashion
Penunjang
Pengelolaan
Service
1.1; 1.2; 2.1; 2.2; 2.5; 3.1; 4.1; 5.1
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Promosi
dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
A
B
C
D
E
A B
A C
A D
A E
5.1; 4.1; 3.1; 2.1; 1.1
1.4; 2.2; 2.5; 3.3; 4.3; 5.2
1.1; 1.2; 2.1; 2.5; 3.2; 4.1; 5.1
1.1; 2.1; 3.2; 4.1; 5.1
5.2; 4.1; 3.3; 2.5; 2.1; 1.2
5.1; 4.1; 3.2; 2.1; 1.1
5.1; 4.1; 3.2; 2.1; 1.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Informasi
dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Pendidikan Fashion
dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Pemasaran
dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
B
5.2; 4.2; 3.2; 2.5; 1.4 C
1.2; 2.1; 2.5; 3.2; 4.1; 5.2
B 5.2; 4.1; 3.2; 2.1; 1.1
1.1; 1.2; 2.1; 2.5; 3.1; 4.1; 5.1 D
B 5.2; 4.3; 3.4; 2.5
1.4; 2.5; 3.3; 4.3; 5.2 E
5.2; 4.2; 3.3; 2.1;1.2: 1.1
1.1; 2.1; 3.2; 4.1; 5.2 C D
5.2; 4.3; 3.4; 2.1; 1.1
1.1; 1.4; 2.1; 3.1; 4.1; 5.1 C E
5.2; 4.2; 3.3; 2.1; 1.4
1.1; 1.2; 2.1; 3.2; 4.1; 5.2 D E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Skema 5.2 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan
Model Gelembung
Skema 5.3 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang Makro
Bagan 5.9 Organisasi Ruang Makro
2) Hubungan Ruang dan Pola Hubungan Mikro
Hubungan ruang dan pola hubungan mikro yang terdapat pada kelompok
kegiatan mikro terbentuk dengan mempertimbangkan dua dasar pertimbangan
sebagai berikut.
a) Derajat jauh dekat suatu ruang dengan ruang lainnya.
b) Jenis hubungan satu ruang dengan ruang lainnya.
A B
C
D
E
SEKOLAH FASHION
PROMOSI PENUNJANG
SERVIS PENGELOLA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 5.2 Notasi Analisis Model Matriks
Nilai Derajat Jauh Dekat Notasi
A Harus dekat sekali
B Sangat dekat
C Dekat
D Kurang dekat
E Tak perlu dekat
F Harus jauh
Kode Jenis Hubungan
0 Tidak ada
1 Fisik
2 Audio visual
3 Audio
4 Visual
Sumber : Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Pak Titis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
a. Kegiatan Promosi
A
B
C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
b. Kegiatan Informasi
A B
C
D
E
F
G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
c. Kegiatan Pendidikan
A
B
C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
d. Kegiatan Penunjang
A
B
C
D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
e. Kegiatan Pengelolaan
A
B
C
D
E
F
G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
a. Kegiatan Service
A
B
C
F
D
E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Skema 5.3 Pola Kegiatan
e. Analisa Penentuan Kapasitas Pengunjung, Pengelola, dan Penyewa
1. Pengunjung
Jumlah pengunjung Graha Busana dan Mode diasumsikan 80% berasal dari
Surakarta dan sisanya dari luar kota (termasuk wisatawan). 80% di atas di ambil dari
perkiraan penduduk golongan menengah ke atas sebesar 15% dari penduduk
Surakarta. 15% dari perkiraan penduduk 10 tahun mendatang sebesar 679.000
(RUTRK Kodya Surakarta 1993-2013) yaitu 101.850 orang, dengan asumsi bahwa
setiap 1000 orang terdapat 4 orang yang melaksanakan kegiatan mode, maka jumlah
pengunjung pada suatu waktu = 101.850 : 1000 x 4 = 408 orang. Sehingga jumlah
pengunjung dari dalam kota Surakarta pada suatu waktu = 100/80 x 408 = 510 orang.
Sedangkan kapasitas jumlah pengunjung pada tiap unit kegiatan diasumsikan
sebagai berikut :
Table 5.6. jumlah pengunjung pada tiap unit kegiatan
Kelompok kegiatan Unit kegiatan kapasitas
Kegiatan promosi Peragaan busana 250
Pameran tetap 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Pameran berkala 200
Workshop perancang 10
Kegiatan informasi Pusat informasi mode 50
Seminar dan presentasi 150
Kegiatan pendidikan Pendidikan sekolah mode dan kursus
194
Kegiatan penunjang Retail dan butik 100
Food court 200
Minibank 10
Agen model dan studio foto
10
jumlah 1224
2. Pengelola
Pengelola mengelola segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan di Graha
Busana dan Mode baik ke dalam maupun keluar, terdiri dari :
Table 5.7 jumlah pengelola pada tiap unit kegiatan
Pengelola Graha Busana dan Mode
Direktur 1
Wakil direktur 1
Sekretaris 1
HRD dan staff 4
Keuangan dan staff 6
Humas dan staff 6
Promosi dan staff 6
Pemasaran dan staff 6
Pengelola kegiatan pendidikan mode
Kepala sekolah pendidikan mode
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Staff pengajar 10
Staff administrasi 4
Pengelola pusat informasi mode
Kepala pusat informasi mode
1
Staff perpustakaan 4
Staff kegiatan audio visual mode
2
Staff kegiatan informasi computer/internet
2
Pengelola kegiatan servis Ruang teknisi bangunan 4
Ruang penjaga keamanan 5
Ruang ticketing parker 2
lavatory 4
jumlah 60
3. Penyewa
Kapasitas penyewa Graha Busana dan Mode yang direncanakan :
Table 5.8 jumlah penyewa pada tiap unit kegiatan
Kelompok kegiatan Unit kegiatan kapasitas
Kegiatan promosi Peragaan busana 50
Pameran mode 10
Workshop perancang 40
Kegiatan pendidikan Kegiatan seminar dan presentasi
10
Kegiatan penunjang Retail dan butik 80
Food court 20
Minibank 6
Agen model dan studio foto
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
jumlah 222
Jadi jumlah pelaku dalam Graha Busana dan Mode diasumsikan berjumlah
1224+60+222=1506 orang.
f. Analisa Pendekatan Besaran Ruang
Tujuan : memperoleh besaran ruang-ruang dalam Graha Busana dan Mode
Dasar pertimbangan :
1. Kapasitas pemakai
2. Luasan peralatan dalam ruang
3. Kebutuhan flow
Besarnya flow tergantung oleh kenyamanan dan jenis kegiatan.
a) 5% - 15% = standar minimum sirkulasi utama
b) 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
c) 30% = tuntutan kenyamanan fisik
d) 40% = tuntutan kenyamanan psikologis
e) 50% = tuntutan spesifikasi kegiatan
f) 70% - 100% = keterkaitan benyk kegiatan
Dasar perhitungan :
1) Perhitungan Standar (studi literatur)
a) Neufert Architect Data, Ernest Neufert jilid 1 dan 2
b) New Metric Handbook Planning and Data Design
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
2) Perhitungan khusus : ditentukan dari besaran kapasitas, kenyamanan pengguna
ruang, unit fungsi, sirkulasi, flow.
3) Perhitungan Asumsi : berdasarkan Studi Banding dan asumsi
g. Tabel Analisa Besaran Ruang
1) Kelompok Kegiatan Umum
Tabel 5.9. Tabel Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum
Kebutuhan Ruang
Standar ruang
Kapasitas
Analisa besaran ruang
Volume m3
Entrance Hall 0,8 m² /
orang
200 orang
0,8 m² x 200 orang = 160 m²
Flow ruangan 100% dari 160 = 160 m²
Luas minimal 160 + 160 = 320 m²
320 m² x 4m = 1280 m3
Resepsionis 6 m² / orang 1 unit Furniture :
- 1 Meja Panjang 1x2,5x0,8=2
- 3 kursi 3x0,5x0,6=0,9 - 1 almari 1x0.5x1=0,5 Flow furnitur :
2(2+0,9+0,5)=6,8 m²
Flow ruangan 40% dari 6,8 m² = 2, 72 m²
Luas minimal (6,8+2,72) = 9.53 m²
10m² x 4m = 40 m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
ATM box 1,146 m² / orang
5 unit ATM = 5 x 1,146 m² = 5.73 m²
Flow ruangan 20% dari 5.73 m² = 1.146 m²
Luas minimal 5.73 + 1.146 = 6.876 m²
7m² x 3m = 21 m3
Area Parkir Pengunjung
Pengunjung 1224/hari
Parkir pengunjung diperkirakan per 4 jam sehingga sehari ada pergantian parkir selama 3x pergantian.
12 jam/4 jam = 3x.
Jadi 1224/3x = 408
Graha busana dan mode ini beroprasi selama pukul 9.00-21.00 =12 jam
Asumsi 25% kendaraan umum (bis pengunjung).
25% tidak membawa kendaraan.
50% kendaraan pribadi.
Dengan asumsi 1 : 5
1 mobil : 5 motor
Mobil 50% dari 408 = 204
1/6 x 204 = 34 mobil
20 m² / mobil
Asumsi 1 mobil 3 orang
34:3=11.3 = 12 mobil
20 m² x 12 mobil = 240 m² 240m² x 4m = 960 m3
Motor 50% dari 408 = 204
5/6 x 204 = 170 motor
2,5 m² / motor
2,5 m² x 170 motor = 425 m²
425m² x 4m = 1700 m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kendaraan umum (bis pengunjung)
Asumsi 25% untuk kendaraan umum (bis pengunjung).
25% x 508 = 127.
Asumsi 1 bis 40 orang.
127 : 40 0rang = 3,17 = 4 bis
1 bis (12 m x 3 m = 36 m²
36 m² x 4 bis = 144 m² 144m² x 4m = 576 m3
Area parkir penyewa dan pengelola
Jumlah penyewa dan pengelola 282 orang.
Asumsi 25% kendaraan umum.
25% mobil.
50% motor
Mobil 25% dari 282 = 70.5 =71 mobil
20 m² / mobil
Asumsi 1 mobil 3 orang
71 : 2 = 35.5 = 36 mobil
20 m² x 36 mobil = 720 m² 720m² x 4m = 2880 m3
Motor 50% dari 282 = 141 motor
2,5 m² / motor
2,5 m² x 141 motor = 352.5 m²
353m² x 4m = 1412 m3
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Umum 2219 m²
Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Umum 8869 m3
2) Kelompok Kegiatan Utama
Tabel 5.10 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Kebutuhan Ruang Standar ruang
Kapasitas
Analisa besaran ruang
Volume m3
a) Kegiatan Promosi Peragaan Busana
Hall peragaan 0,9 m² / orang 250 orang 0,9 x 250 orang = 225 m² Flow ruangan 40% dari 225 = 90 m² Luas minimal 225 + 90 = 315 m²
315m² x 4m = 1260 m3
Ruang audience 0,8 m² / orang 250 orang 0,9 x 250 orang = 225 m² Flow ruangan 40% dari 225 = 90 m² Luas minimal 225 + 90 = 315 m²
315m² x 4m = 1260 m3
Ruang peragaan busana / catwalk
100 m² untuk stage berbentuk T
1 unit Asumsi 100 m² 100 m² x 4m = 400 m3
Ruang ganti & rias wanita
1,6 m² / orang 20 orang 1,6 x 20 orang = 32 m² Flow ruangan 25% dari 32 = 8 m² Luas minimal 32 + 8 = 40 m²
40m² x 4m = 160 m3
Ruang ganti & rias pria
1,2 m² / orang 20 orang 1,2 x 20 orang = 24 m² Flow ruangan 25% dari 24 = 6 m² Luas minimal 24 + 6 = 30 m²
30m² x 4m = 120 m3
Back Stage 60 m² 1 unit Asumsi 60 m² 60m² x 4m = 240 m3
Ruang istirahat 1.2 m² / orang 20 orang 1,2 x 20 orang = 24 m² Flow ruangan 50% dari 24 = 12 m² Luas minimal 24 + 12 = 36 m²
36m² x 4m = 144 m3
R. operator Asumsi 48 m² 1 unit Asumsi 48 m² 48m² x 4m = 192 m3
Lavatory Asumsi 64 m² 1 unit Asumsi 64 m² 64m² x 4m = 256m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Jumlah luas peragaan busana 1008 m²
Jumlah volume peragaan busana 4032 m3
Pemeran
R. pemeran 1,35 m² / orang
200 orang 1,35 x 200 orang = 270 m² Flow ruangan 100% dari 270 = 270 m² Luas minimal 270 + 270 = 540 m²
540 m²x 4m = 2160m3
R persiapan materi pameran
1,35 m² / orang
20 orang 1,35 x 20 orang = 27 m² Flow ruangan 30% dari 27 = 8,1 m² Luas minimal 27 + 8,1 =32,1 m²
32m² x 4m = 128m3
R.panitia penyelenggara
1,2 m² / orang 20 orang 1,2 x 20 orang = 24 m² Flow ruangan 25% dari 24 = 6 m² Luas minimal 24 + 6 = 30 m²
30 m² x 4m = 120m3
R. penyimpanan / gudang
1 unit Asumsi 20 m² 20 m² x 4m = 80m3
Jumlah luas ruang pameran 622m²
Jumlah volume ruang pameran 2488m3
Workshop Perancangan
R. display 1,35 m² / orang
150 orang 1,35 x 100 orang = 135 m² Flow ruangan 100% dari 135=135 m² Luas minimal 135 + 135 = 270 m²
270 m² x 4m = 1080m3
R. konsultasi perancangan
2.76 m² / perancang Flow ruangan 20 %
10 perancang
2.76 x 10 = 27.6 m² Flow ruangan 20% = 5.5 m² Luas 27.6+5.5=33.1
34 m² x 4m = 136m3
Studio desain Asumsi 12 m²/perancang Flow ruangan 20%
10 ruang 12 x 10 ruang = 120 m² Flow ruangan 20% dari 120 = 24 m²
144 m² x 4m = 576m3
R. simpan / gudang 100 m² 1 ruang 100 m² 100 m² x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
4m = 400m3
Jumlah luas Workshop Perancangan 548 m²
Jumlah volume Workshop Perancangan 2192 m3
b) Kegiatan Informasi Seminar dan Presentasi
R. tunggu / lobby 0,8 m² / orang 50 orang 0,8 x 50 orang = 40 m² Flow ruangan 50% dari 40 = 20 m² Luas minimal 40 + 20 = 60 m²
60 m² x 4m = 240m3
R. seminar 1,2 m² / orang 150 orang 1,2 x 150 orang = 180 m² Flow ruangan 20% dari 180 = 36 m² Luas minimal 180 + 36 = 216 m²
216 m² x 4m = 864m3
Podium 1 unit Asumsi 30 m² 30 m² x 4m = 120m3
R. persiapan 1,6 m² / orang 10 orang 1,6 x 15 orang = 24 m² Flow ruangan 50% dari 12 = 8 m² Luas minimal 24 + 12 = 36 m²
36 m² x 4m = 144m3
R. operator 1 unit Asumsi 32 m² 32 m² x 4m = 128m3
Jumlah Luas Seminar dan Presentasi 374 m²
Jumlah Volume Seminar dan Presentasi 1496m3
c) Kegiatan Pendidikan Fashion Hall 1 m² / orang 180 orang 1 x 180 orang = 180 m²
Flow ruangan 40% dari 180 = 72 m² Luas nimimal 180 + 72 = 252 m²
252 m² x 4m = 1008m3
R. administrasi 5,52 m² / orang
5 orang 5,52 x 5 orang = 26,25 m² Flow ruangan 30% dari
35 m² x 4m =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
26,25 = 7,875 m² Luas nimimal 26,25 + 7,875 = 34,125 m²
140m3
R. pengajar 4,41 m² / orang
10 orang 4,41 x 10 orang = 44,1 m² Flow ruangan 30% dari 44,1 = 13,23 m² Luas nimimal 44,1 + 13,23 = 57,33 m²
58 m² x 4m = 232m3
R rapat 2,5 m² / orang 12 orang 2,5 x 12 orang = 30 m² Flow ruangan 20% dari 30 = 6 m² Luas minimal 30 + 6 = 36 m²
36 m² x 4m = 144m3
R. kelas desain mode
40 m² / kelas 20 0rang, 2 kelas
40 x 2 kelas = 80 m² 80m² x 4m = 320m3
R. Praktek/Studio desain
2,5 m² / orang 20 orang, 1 kelas
2,5 x 20 orang = 50 m² Flow ruangan 20% dari 50 = 10 m² Luas minimal 50 + 10 = 60 m²
60 m² x 4m = 240m3
Studio jahit 2,32 m²/orang 10 orang, 2 kelas
2,32 x 10 orang = 23,2 m². flow ruangan 30% dari 23,2 = 6,96 Luas minimal 2 x (23,2 + 6,96) =60,32
61 m² x 4m = 244m3
Studio pola 4 m² / orang 10 orang, 2 kelas
4 x 10 orang = 40 m² Flow ruangan 20% dari 40 = 8 m² Luas minimal 2 x (40 + 8) = 96 m²
96 m² x 4m = 384m3
R. Teori pemasaran produk fashion
40 m² / kelas 20 orang, 1 kelas
1 x 40 orang = 40 m²
40m²x 4m = 160m3
R. Teori manajemen produk fashion
40 m² / kelas 20 orang, 1 kelas
1 x 40 orang = 40 m² 40m²x4m=160m3
R. Teori modeling dan koreografi
32 m² / kelas 16 orang, 2 kelas
32 x 2 kelas = 64 m² 64m²x4m= 256m3
R. Praktek/studio modeling dan koreografi
45 m² / kelas 16 orang, 2 kelas
45 x 2 kelas = 90 m² 90m²x 4m = 360m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
R. kelas Fotografi 40 m² / kelas 20 orang, 2 kelas
40 x 2 kelas = 80 m² 80m² x 4m = 320m3
Studio fotografi 45 m² / kelas 20 orang, 2 kelas
45 x 2 kelas = 90 m² 90m² x 4m = 360m3
Laboraturium fotografi
4 m² / orang 20 orang, 1 kelas
4 x 20 orang = 80 m² Flow ruangan 20% dari 80 = 12 m² Luas minimal 80+12 = 92 m²
92m²x4m=368m3
R. praktek kecantikan dan menata rambut
2,32 m² / orang
10 orang, 2 kelas
2.32 x 10 orang = 23,2 m². flow ruangan 30% dari 23,2 = 6,96 Luas minimal 2 x (23,2 + 6,96) =60,32
61m²x4m= 244m3
R. Praktek membordir
2,32 m²/orang 10 orang, 2 kelas
2,32 x 10 orang = 23,2 m². flow ruangan 30% dari 23,2 = 6,96 Luas minimal 2 x (23,2 + 6,96) =60,32
61m²x4m=244m3
Kantin 1,3 m² / orang
8 m² / unit kios makan
20 orang, 1 buah kios makan, 3 unit kantin
1,3 x 20 orang = 26 m²
8 x 1 buah kios = 8 m²
Jumlah 26 + 8 = 34
Flow ruangan 40% dari 34 = 13,6 m²
Luas minimal 1 x (34 + 13,6) = 47,6 m²
48m²x4m=192m3
Perpustakaan 2,32 m² / orang 154 buku / m² 140 majalah / m²
100 orang 10.000 buku 1.000 majalah
Rak buku 10.000 : 154 = 64,9 m² Rak majalah 1.000 : 140 = 7,14 m² R. baca 2,32 x 100 orang = 232 m² Jumlah 64,9 + 7,14 + 232 = 304 m² Flow ruangan 50% dari 304 = 152 m² Luas minimal 304 + 152 = 456 m²
456m²x4m=1824m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Musholla Asumsi 20 m² 1 buah 20 x 1 buah = 20 m² 20m²x4m=80m3
Lavatory Asumsi 40 m² 1 buah 40 x I buah = 40 m² 40m²x4m=160m3
Jumlah Luas Pendidikan Fashion 1.860 m²
Jumlah Volume Pendidikan Fashion 7196m3
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Utama 4.412 m²
Jumlah Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Utama 17.404 m3
3) Kelompok Kegiatan Penunjang
Tabel 5.11. Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang
Kebutuhan Ruang
Standar ruang
Kapasitas
Analisa besaran ruang
Volume m3
Food Court
Food court 5,75 m² / 4orang
200 orang 5,75 x (200:4) orang = 287,5 m²
288m² x 4m = 1152m3
Kios makanan Asumsi 6 m² / unit
5 unit 6 x 5 unit = 30 m²
30m² x 4m = 120m3
Jumlah luas food court 318 m²
Jumlah volume food court 1272m3
Kantor Agen Model dan Studio Foto
R. tamu 0,6 m² / orang 10 orang 0,6 x 10 orang = 6 m² Flow ruangan 25% dari 6 = 1,5 m² Luas minimal 6 + 1,5 = 7,5 m²
10m² x 4m = 40m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
R. kantor agen model
1,2 m² / orang 10 orang 1,2 x 10 orang = 12 m² Flow ruangan 25% dari 12 = 3 m² Luas minimal 12 + 3 = 15 m²
15m² x 4m = 60m3
R. studio foto Asumsi 40 m² 40m² x 4m = 160m3
R. gelap Asumsi 15 m² 15m² x 4m = 60m3
Jumlah Luas Kantor Agen Model dan Studio Foto 80m²
Jumlah Volume Kantor Agen Model dan Studio Foto 320m3
Retail shop dan butik
R. Display 40 m²/unit 15 unit 40 m² x 15 = 600 m² 600m² x 4m = 2400m3
R. Pas Pakaian 1,5 m²/unit 4 unit 1,5 m² x 4 = 6 m² 6m² x 4m = 24m3
Kasir 9 m²/unit 1 unit 9 m² 9m² x 4m = 36m3
Gudang 40 m² 1 unit 40 m² 40m² x 4m = 160m3
Jumlah Luas Retail shop dan butik 655 m²
Jumlah Volume Retail shop dan butik 2620m3
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Penunjang 1.053 m²
Jumlah Total Volume Ruang Kegiatan Penunjang 4212m3
4) Kelompok Kegiatan Pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 5.12. Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan
Kebutuhan Ruang
Standar ruang
Kapasitas
Analisa besaran ruang
Volume m3
R. tamu Furnitur :
- 1 sofa 3 dudukan 1x2x0,7=1,4
- 1 meja tamu 1x1,2x0,8=0,96
- 1 sofa 2 dudukan 1x0,7x1,25= 0,875
- 2 meja pajangan 2x0,8x0,8=1,28
6 orang Besaran furnitur 1,4 + 0,96 + 0,875 + 1,28 = 4,515 m² Flow furnitur 2 x 4,515 = 9,03 m² Flow ruangan 30% dari 9,03 = 2,709 m² Luas minimal 9,03 + 2,709 = 11,739 m²
20 m² x 4m = 80m3
R. direktur Asumsi 45 m² / orang
1 orang 45m² x 1 orang = 45 m²
45m² x 4m = 180m3
R. sekretaris direktur
Asumsi 20 m² / orang
1 orang 20 m² x 1 orang = 20 m²
20m² x 4m = 80m3
R. wakil direktur Asumsi 45 m² / orang
1 orang 45 m² x 1 orang = 45 m²
45m² x 4m = 180m3
R. sekretaris wakil direktur
Asumsi 20 m² / orang
1 orang 20 m² x 1 orang = 20 m²
20m² x 4m = 80m3
R. arsip 2 rak simpan x0,6x4=4,8
1 meja x0,6 x 1 = 0.6
1 kursi 1 x 0,6 x 0,5 = 0.3
1 orang Besaran furnitur 4,8 + 0,6 + 0,3 = 5,7 m² Flow furnitur 2 x 5,7 = 11,4 m² Flow ruangan 50% dari 11,4 = 5,7 m² Luas minimal 11,4 + 5,7 = 17,1 m²
20m² x 4m = 80m3
R. Kepala 20 m² / orang R. 20 m² x 1 orang = 40m² x 4m =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Bagian HRD dan staff
pimpinan 1 orang
20 m² 160m3
4 m² / orang R. staff 5 orang
4 m² x 5 orang = 20 m²
R. Kepala Bagian Keuangan dan staff
20 m² / orang R. pimpinan 1 orang
20 m² x 1 orang = 20 m²
40m² x 4m = 160m3
4 m² / orang R. staff 5 orang
4 m² x 5 orang = 20 m²
R. Kepala Bagian Humas dan staff
20 m² / orang R. pimpinan 1 orang
20 m² x 1 orang = 20 m²
40m² x 4m = 160m3
4 m² / orang R. staff 5 orang
4 m² x 5 orang = 20 m²
R. Kepala Bagian Pemasaran dan Staff
20 m² / orang R. pimpinan 1 orang
20 m² x 1 orang = 20 m²
40m² x 4m = 160m3
4 m² / orang R. staff 5 orang
4 m² x 5 orang = 20 m²
R. Kepala Bagian Promosi dan Staff
20 m² / orang R. pimpinan 1 orang
20 m² x 1 orang = 20 m²
40m² x 4m = 160m3
4 m² / orang R. staff 5 orang
4 m² x 5 orang = 20 m²
R. fotokopi 4 m² / unit 4 unit 4 m² x 4 = 16 m² 16 m² x 4m = 64m3
R. makan dan pantry
Asumsi 45 m² / unit
1 unit 45 m² x 1 unit = 45 m²
45 m² x 4m = 180m3
Gudang Asumsi 12 m² / unit
1 unit 12 m² x 1 unit = 12 m²
12 m² x 4m = 48m3
Musholla 1,2 m² / orang 20 orang 1,2 x 20 orang = 24 m² Ruang wudhu (asumsi) 2 x 6 = 12 m² Luas minimal 24 + 12 = 36 m²
36 m² x 4m = 144m3
Lavatory 1,5 m² / buah 4 buah, 2 unit
1,5 x 4 buah = 6 m² Flow ruangan 50% dari 6 = 3 m² Luas minimal 2 x (6 + 3 )= 18 m²
20 m² x 4m = 80m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Jumlah Luas Total Besaran Ruang Kegiatan Pengelolan 499 m²
Jumlah Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Pengelolan 1996m3
5) Kelompok Kegiatan Service
Tabel 5.13. Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service
Kebutuhan Ruang
Standar ruang
Kapasitas
Analisa besaran ruang
Volume m3
Operasional
R. bongkar muat Truk 4 x 2,4 = 9,6 m²
3 kendaraan
2 truk = 2 x 9,6 = 19.2 m² Flow furnitur 2 x 19.2 = 38.4 m² Flow ruangan 20% dari 38.4 = 7.68 m² Luas mininal 38.4 + 7.68 = 46.08 m²
47 m² x 4m = 188m3
R. loading dock 60% area bongkar muat
1 unit 60% x 47 m² = 28.2 m²
29 m² x 4m = 116m3
Gudang Asumsi 20 m²
7 unit 7 unit x 20 m² = 140 m²
140 m² x 4m = 560m3
Lift orang Asumsi 6 m² / unit
4 unit 6 m² x 4 = 24 m² 24 m² x 4m = 96m3
Lift barang 1 lift 3 x 3 = 9 m²
2 unit 9 m² x 2 = 18 m² 18 m² x 4m = 72m3
R. pegawai Asumsi 20 m²
1 unit Asumsi 20 m² 20 m² x 4m = 80m3
Jumlah Luas Ruang Operasional 278 m²
Jumlah Volume Ruang Operasional 1112m3
Ruang mekanikal Elektrikal
R. genset 1 unit genset kapasitas
1 unit Flow furnitur 2 x 27 = 54 m²
65m² x 4m =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kVA = 27 m² Flow ruangan 10% dari 54 = 10,8 m² Luas minimal 54 + 10,8 = 64,8 m²
260m3
R. AHU Asumsi 15 m²
1 unit Asumsi 15 m² 15 m² x 4m = 60m3
R. reservoir Asumsi air = 120m³
1 unit Asumsi 30 m² 30 m² x 4m = 120m3
R. pompa Asumsi 50% R. genset
1 unit 50% x 65 m² = 32,5 m²
35 m² x 4m = 140m3
R. chiller Asumsi = R. AHU
1 unit Asumsi 15 m² 15 m² x 4m = 60m3
R. panel Asumsi 50% R. genset
1 unit 50% x 65 m² = 32,5 m²
35 m² x 4m = 140m3
R. sampah Asumsi 50% R. genset
1 unit 50% x 65 m² = 32,5 m²
35 m² x 4m = 140m3
Gudang Asumsi 50% R. genset
1 unit 50% x 65 m² = 32,5 m²
35 m² x 4m = 140m3
R. maintenance 5 orang Asumsi 25 m² 25 m² x 4m = 100m3
Jumlah Luas Ruang mekanikal Elektrikal 290 m²
Jumlah Volume Ruang mekanikal Elektrikal 1160m3
Karyawan
R. ganti & locker wanita
Asumsi 45 m²
10 orang ,1 unit
45 m² x 1 unit = 45 m²
45 m² x 4m = 180m3
R. ganti & locker wanita
Asumsi 45 m²
10 orang ,1 unit
45 m² x 1 unit = 45 m²
45 m² x 4m = 180m3
R. karyawan Furnitur : 10 meja 10x0,8x1,0= 8 10 kursi 10x0,6x0,5= 3 3 bangku
30 orang Besaran furnitur 8 + 3 + 2,7 = 13,7 m² Flow furnitur 2 x 13,7 = 27,4 m² Flow ruangan 20% dari 27,4 = 5,48 m² Luas minimal 27,4 + 5,48 = 32,68 m²
35 m² x 4m = 140m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
panjang 3x0,5x1,8= 2,7
Lavatory 1,5 m² / buah 4 buah, 2 unit
1,5 x 4 buah = 6 m² Flow ruangan 50% dari 6 = 3 m² Luas minimal 2 x (6 + 3 )= 18 m²
20 m² x 4m = 80m3
Jumlah Luas Ruang Karyawan 145 m²
Jumlah Volume Ruang Karyawan 580m3
Peribadatan
Musholla 1,2 m² / orang
30 orang 1,2 x 30 orang = 36 m² Flow ruangan 20% dari 36 = 7,2 m² Luas minimal 36 + 7,2 = 43,2 m²
45 m² x 4m = 180m3
Tempat wudhu 0,36 m² / orang
10 orang, 2 unit
0,36 x 10 orang = 3,6 m² Luas minimal 2 x 3,6 = 7,2 m²
10 m² x 4m = 40m3
Jumlah Luas Ruang Peribadatan 55 m²
Jumlah Volume Ruang Peribadatan 220m3
Keamanan
Pos jaga Furnitur : Meja 0,9x1,8 =1,62 2 kursi 2x0,6x0,5= 0,6
2 orang, 4 unit
Besaran furnitur 1,62 + 0,6 = 2,2 m² Flow furnitur 2 x 2,2 = 4,4 m² Flow ruangan 20% dari 4,4 = 0,88 m² Luas minimal 4 x (4,4 + 0,88) = 21,12 m²
25 m² x 4m = 100m3
R. kemanan Furnitur : 2 single bed 2x2,0x1,0= 4 1 meja 0,5x1,2=0,6 1 almari 0,6x1,25=
2 orang, 3 unit
Besaran furnitur 4 + 0,6 +0,75 = 5,35 m² Flow furnitur 2 x 5,35 = 10,7 m² Flow ruangan 30% dari 10,7 = 3,21 m² Luas minimal 3 x
45 m² x 4m = 180m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
0,75 (10,7 + 3,21) = 41,73 m²
R. CCTV Furnitur :
2 kursi 2x0,5x0,6= 1,2
1 meja security 2x1, 2x0.8 =1,92
1 set monitor cctv 1x1,5x1,8 = 2,7
2 orang Besaran furnitur 1,2 + 1,92 +2,7 = 5,82 m² Flow furnitur 2 x 5,82 = 11,64 m² Flow ruangan 30% dari 11,64 = 3,492 m² Luas minimal (11,64 + 3,492) = 15,132 m²
20 m² x 4m = 80m3
Jumlah Luas Ruang Keamanan 90 m²
Jumlah Volume Ruang Keamanan 360m3
Jumlah Luas Total Besaran Ruang Kegiatan Service 858 m²
Jumlah Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Service 3432m3
6) Analisa Total Besaran Ruang
Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode
Tabel 5.14. Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode Kelompok Kegiatan Luas (m²) Volume (m3)
Kelompok ruang kegiatan umum 2219 m² 8869 m3
Kelompok ruang kegiatan utama 4.412 m² 17.404 m3
Kelompok ruang kegiatan penunjang 1.053 m² 4212m3
Kelompok ruang kegiatan pengelolaan 499 m² 1996m3
Kelompok ruang kegiatan service 858 m 3432m3
Total Ruang Graha Busana dan Mode
9.041 m² 35.913m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
U
zona hiburan zona promosizona pendidikan
open space
5.3 Analisa Pendekatan Pengolahan Tapak
5.3.1 Analisa Pendekatan Lokasi
Gambar 5.2. Lokasi Site
Gambar 5.3. Zonifikas
Utara : Jalan Adi Sucipto (jalan primer), SMK 5 Surakarta
Selatan : SMK N 7 Surakarta
Barat : Jalan Jend. A. Yani (jalan sekunder), Kodim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
U
Timur : Perumahan
Jalan Adi Sucipto
Jalan
Jend
A Yan
i
SMK 7
SMK 6
SMK 5
Kodim
Permukiman
Gambar 5.4. Batas-batas Site
5.3.2 Analisa pendekatan matahari
a. Analisa
1) Bukaan
Bukaan diletakkan di daerah yang terkena sinar matahari, agar pencahayaan
alami dapat maksimal.
2) Barier
Barier berupa vegetasi ataupun elemen bangunan, seperti kisi-kisi yang
didesain sebaik mungkin sebagai penghalang sinar matahari yang merugikan
bangunan dan kegiatan yang ada didalamnya.
b. Rekomendasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
U
U
1) Sinar Matahari
a) Timur
Di sisi timur bangunan perlu diberi bukaan untuk menangkap sinar matahari
secara maksimal.
b) Barat
Sinar matahari pada sore hari dapat dihindari dengan shading pada bangunan
yang dapat berupa pohon atau bentuk-bentuk penutup dinding.
2) Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan
menguntungkan adalah memanjang dari timur ke barat, bukaan dimaksimalkan
pada sisi utara dan selatan bangunan.
Memksimalkan bukaan pada bagian ini untuk memaksimalkan cahaya yang masuk.
Barier pohon sebagai penghalang sinar matahari sore.
Gambar 5.5. Analisa Matahari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
U
U
U
5.3.3 Analisa Pendekatan Angin
a. Analisa
Sumber angin terbesar berasal dari jalan open space pada arah barat laut dan juga
pada jalan depan dan samping site.
b. Rekomendasi
Sebagai orientasi bangunan diharapkan ke arah barat laut untuk menangkap
aliran udara dari barat laut.
Memksimalkan bukaan pada bagian ini untuk memaksimalkan cahaya yang masuk.
Orientasi bangunan memanjang dari timur ke barat
Gambar 5.6. Orientasi Bangunan
Gambar 5.7. Analisa Angin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
5.3.4 Analisa Pendekatan Noise
a. Analisa
Sumber kebisingan utama berasal dari arah utara, yaitu dari jalan Adi Sucipto
yang merupakan jalan primer dan dari arah barat, yaitu dari jalan Jend. A. Yani
yang merupakan jalan sekunder.
Rekomendasi
Penempatan area dengan atribut tenang pada bagian belakang site dengan tujuan
menjauhi sumber noise terbesar.
5.3.5 Analisa Pendekatan View
a. Analisa
1) Jalan Adi Sucipto
Jalan utama, daya tarik bagus, perlu diekspose sebagai daya tarik.
2) Jalan Jend. A. Yani
Jalan sekunder, ramai, daya tarik sedang.
3) Jalan SMK N 7 Surakarta
Daya tarik kecil
Noise sangat tinggi karena merupakan perempatan. pertemuan antara . Jalan adi sucipto dan jalan A. Yani.
Noise Tinggi
Noise tinggi
Gambar 5.8. Analisa Noise
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
4) Jalan Perumahan
Daya tarik kecil
b. Rekomendasi
Orientasi utama kearah Jalan Adi sucipto yang merupakan jalan primer.
5.3.6 Analisa Pencapaian
a. Analisa
1) Main Entrance (ME)
Ditempatkan pada jalan Adi Sucipto sebagai jalan primer.
2) Site Entrance (SE)
Ditempatkan pada jalan Jend. A. Yani.
b. Rekomendasi
1) Main Entrance (ME)
Sesuai dengan analisa orientasi, ME ditempatkan pada Jalan Adi Sucipto
sebagai jalan primer yang banyak dilalui oleh sarana transportasi, sehingga
memudahkan pencapaian.
Orientasi bangunan ke arah jalan Adi Sucipto
Gambar 5.9. Analisa View
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
2) Site Entrance (SE)
Ditempatkan pada Jalan Jend. A. Yani terpisah dari ME. Keberadaannya tidak
terekpose dan hanya dilalui sebagai jalur service.
5.3.7 Analisa Pendekatan Bentuk Dasar Bangunan
Dengan dasar pertimbanga orientasi yang diwadahi, mudah dalam
pengembangan, fleksible dalam penataan ruang, kesesuaian dengan bentuk site, dan
komposisinya dengan ruang terbuka guna mendapat efisiensi, efeksifitas penggunaan
site, serta kemudahan sirkulasi udara.
Menurut teori F. D.K Ching terdapat 3 jenis bentuk primer, yaitu lingkaran,
segi empat dan segi 3.
a. Lingkaran
- Mempunyai kekuatan visual yang tidak dapat disederhanakan.
- Mempunyai sudut pandang ke segala arah tanpa dihalangi
pertemuan sudut.
- Memiliki gerak putar yang kuat untuk sirkulasi.
Gambar 5.10. Analisa Pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
b. Segi empat
c. Segi Tiga
Dengan melihat kajian analisa bentuk dasar massa di atas yang dikaitkan
dengan dasar bangunan yang terpilih berupa segi empat dan lingkaran disertai dengan
pengembangannya.
5.3.8 Analisa Pendekatan Pola Massa Bangunan
Dengan dasar pertimbangan efeksifitas dan optimalitas penggunaan lahan
terhadap bangunan, kesinambungan sirkulasi dalam bangunan, tuntutan pencapaian
tiap fungsi kegiatan dan kemungkinan terhadap pengembangan bangunan.
Tabel 5.15. Pendekatan Pola Massa Bangunan
No. Bentuk Analisa
1. Pola massa terpisah · Bangunan terdiri dari beberapa massa bangunan
yang letaknya terpisah sehingga sirkulasi dan
- Merupakan bentuk yang netral, masiv dan stabil.
- Bentuk yang efektif, efisien dan fleksibel dalam peletakan lay-
out furniture.
- Memiliki gerak putar yang baik untuk sirkulasi. - Merupakan bentuk yang kuat, enerjik, stabil, ekspresif, sulit
disederhanakan.
- Tampak seimbang dengan sudut pandang jatuh pada satu sisi.
- Kurang memiliki efisiensi ruang.
- Kurang memiliki kemudahan dalam pengembanngan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
fungsi kegiatan juga terpisah secara jelas.
· Pemanfaatan lahan kurang optimal
· Pencapaian fungsi manjadi relatif sulit
· Kemungkinan pengembangan massa relatif mudah
2. Pola massa celiery · Berupa penataan massa bangunan dengan konektor
pendek yang menghubungkan bangunan sebagai
sirkulasi.
· Fungsi kegiatan menjadi lebih menyendiri.
· Sirkulasi berkesimanbungan
· Kemudahan pengembangan dengan optimalisasi
lahan.
3. Pola massa finger plan · Berupa pola gabungan massa dengan ruang terbuka
di tengahnya, dengan sirkulasi memutar.
· Pencapaian antar fungsi dengan memutar.
· Pengembangan kurang optimal.
4. Pola massa gabungan
tertutup
· Bentuk pola tata massa berupa bentuk bangunan
massa yang menyatu menjadi sebuah massa
tunggal.
· Sirkulasi berkesinambungan.
· Kesatuan fungsi kegiatan dengan orientasi
memusat.
· Kemudahan pengembangan dengan optimasi lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Berawal dari keinginan untuk memasukkan sifat-sifat wanita kedalam
bangunan, metafora di rasa dapat di gunakan sebagai suatu cara menginterpretasi.
Metafora dapat menjelaskan transfer ide dari suatu subyek kedalam objek lain melalui
bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu
menggambarkan sifat tersebut. Hal ini di lakukan mengingat Graha Busana dan Mode
adalah suatu fasilitas yang di tujukan bagi wanita. Sehingga bangunan di harapkan
berbentuk lekukan tubuh seperti tubuh wanita. Karakteristik wanita itu sendiri
cenderung lemah lembut sehingga bangunan Graha Busana dan Mode ini lebih
banyak menggunakan garis lengkung yang menunjukkan kelembutan. Dan juga pada
pemilihan warna menggunakan warna yg lembut seperti abu-abu muda yang tidak
terkesan tegas dan kaku.
Dari alternatif pola massa bangunan yang terpilih adalah tata massa dengan
pola massa celiery dan pola gabungan tertutup yang menghasilkan sebuah massa
jamak dengan penyesuaian pada bentuk dasar massa yang terpilih.
Massa utama pada sekolah fashion berbentuk lekukan tubuh wanita. Dan garis lengkung tersebut menunjukkan kelembutan seorang wanita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
5.3.9 Analisa Pendekatan Interior Bangunan
Pemilihan warna yang lembut dirasa sangat tepat pada bangunan Graha
Busana dan Mode ini yaitu warna putih, abu-abu, merah muda, ungu muda dan juga
warna-warna lembut lainnya.
Pemberian wallpaper pada dinding dengan graffiti bunga-bunga untuk
memperkuat karakter bahwa bangunan tersebut ditujukan untuk fasilitas wanita.
Pemilihan perabot dengan warna-warna cerah dan lembut agar terkesan lebih
menarik.
5.4 Analisa Pendekatan Sistem Pencahayaan
5.4.1 Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang bersumber dari sinar
matahari. Cahaya dapat dimasukkan melalui dinding maupun atap. Hal-hal yang
harus diperhatikan :
a. Kebutuhan cahaya dalam ruangan.
b. Menghindari permasalahan pencahayaan alami.
c. Mengindari pengrusakan barang akibat sinar matahari.
Gambar 5.11. Analisa Gubahan Massa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
5.4.2 Pencahayaan Buatan
Pencahayaan Buatan Merupakan Pencahayaan Yang Dihasilkan Dengan
Menggunakan Alat. Fungsi Pencahayaan Buatan Selain Sebagai Penerangan Adalah
Sebagai Pengarah Sirkulasi Dan Menonjolkan Elemen Dekoratif.
5.5 Analisa Pendekatan Sistem Struktur
5.5.1 Sub Struktur
Gambar 5.12. Pencahayaan alami dari jendela
Sumber www.google.com (17 April 2012)
Gambar 5.13. Pencahayaan buatan pada retail shop
Sumber www.google.com (17 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Dengan dasar pertimbangan kondisi jenis tanah, ketinggian bangunan cukup
tinggi, mengurangi penurunan bangunan dan menghindari pergeseran air pada lapisan
tanah teratas.
Tiang pancang
Tiang pancang mampu mendukung bangunan berlantai banyak dengan beban
struktur super berat, cocok untuk tanah yang cukup keras, penggalian tanah untuk
pondasi cukup dalam.
Dengan demikian pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang, dengan
pertimbangan jenis tanah dan jenis bangunan.
5.5.2 Super Struktur
Marupakan bagian bangunan yang berada di atas sub srtuktur atau struktur
bagian inti / bagian tengah. Adalah badan bangunan, yang memiliki fungsi sebagai
pemikul beban atap sekaligus sebagai elemen pembatas visual ruang dalam. Dengan
dasar pertimbangan kekuatan struktur, efisiensi, fleksibilitas, ekonomis, estetis dan
kesesuaian dengan tanah.
a. Rangka / frame
Mempunyai kerakter cukup mudah dalam pelaksanaan, fleksibilitas cukup tinggi,
beban dipikul kolom dan balok, memungkinkan bukaan yang cukup banyak.
Gambar 5.14. Pondasi Tiang Pancang
Sumber: Konst.Bangunan Bertingkat, Ir Benny P,1992
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
b. Shear wall / Core wall
Memiliki pelaksanaan yang cukup rumit dari rangka, fleksibilitas penggunaan
ruang rendah, sebagai inti bangunan sehingga penyekat sekaligus pendukung
beban.
Dengan demikian sistem struktur yang dipilih adalah sistem rangka dan di
gabung dengan core wall, karena bangunan akan dibangun cukup tinggi sehingga
memerlukan struktur yang kuat.
5.5.3 Upper Struktur
Terdapat beberapa struktur atap yang menghasilkan bentangan besar, yaitu
struktur rangka baja, struktur kabel, struktur beton bertulang, struktur space frame.
Dengan demikian sistem struktur yang digunakan pada sistem struktur atap
adalah perpaduan antara sistem rangka baja dengan sistem beton bertulang dan space
frame.
Gambar 5.15. Space Frame
Sumber : www.google.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
5.6 Analisa Pendekatan Sistem Utilitas
5.6.1 Suplai Energi
Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN dan untuk keadaan
tertentu ketika suplai PLN terhenti digunakan tenaga cadangan dari generator. Listrik
dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah automatic transfer dengan sistem
ATS yaitu suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila
aliran listrik dari PLN padam
Bagan 5.9. Sistem Jaringan Listrik
5.6.2 Air Bersih
Penggunaan sumur sebagai sumber air utama dipertimbangakan kemampuan
menyediakan air dalam jumlah banyak dengan debet air relatif konstan. Ada dua cara
pendistribusian air, yaitu dengan Up Feed Distribution dan Down Feed Distribution.
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
PLN KWH meter
Transformato Automatic Switch
Generat
Transformat
Fuel Tank
Panel Distribusi Mecanical
Sub Trafo Gedung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Pamakaian Down Feed Distribution lebih baik karena air tanah tidak terus dipompa
ke atas, tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan di atas beberapa
manara kemudian didistribusikan.
Bagan 5.10. distribusi air bersih
5.6.3 Air Kotor
Sistem jaringan air kotor dibaginmenjadi dua bagian, yaitu jaringan air kotor
padat (tinja & lavatory) dan jaringan air kotor cair (air hujan, roof garden, wastafel,
wudhu dan dapur). Air kotor padat disalurkan ke septictank kemudian ke peresapan.
Dan air kotor cair dikumpulkan di water treatment untuk diolah kembali sehingga
bisa digunakan untuk perawatan roof garden.
Deep P Ground Reservoir
Sand Filter
PDAM
P Outlet
Boiler
Hot Water Upper Tank
outlet
Cold Water Upper tank
Sumur
WC Dan
Toilet
Septic Tank
Sumur Peresapan
Bagan 5.11. Distribusi Air Kotor Padat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
5.6.4 Penangkal Petir
Tujuannya untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya petir.
Faktor yang menentukan adalah :
a. Kemampuan tinggi untuk melindungi gedung dari sambaran petir.
b. Tidak menyebabkan efek elektrifikasi.
c. Pemanasan tidak mengganggu tampak.
Sistam yang digunakan adalah sistem faraday, berupa tiang setinggi 50 cm,
dengan jarak antar tiang 20 cm, dipasang di puncak atap, kemudian dihubungkan ke
ground, pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantar lestrik ke
tanah.
5.6.5 Perlindungan Kebakaran
Sistem perlindungan kebakaran adalah usaha untuk mengadakan perlindungan
terhadap suatu bangunan bila terjadi kebakaran.
a. Preventif
Yaitu usaha mencagah kebakaran dengan dua cara, mengawasi
menggunakan CCTV, dan pemilihan bahan bangunan.
Kamar Mandi
Dapur/Pantry
Riol Kota
Bak Penangkap lemak
Bagan 5.12 Distribusi Air Kotor Cair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
b. Respersif
Adalah cara penyelamatan pada saat terjadi kebakaran dengan cara fire
alarm system, fire sprinkler system yang terletak pada jarak 15-25 cm, fire
hydrant yang diletakkan dengan jarak 5-30 cm, fire detector, smike and heat
extinguisher atau chemical extinguishing.
c. Evekuatif
Cara kerja yang dipilih untuk daterapkan pada bangunan adalah sistem
otomatis dan semi otomatis. Semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola,
mengingat pentingnya dokumen-dokumen yang terdapat pada ruang tersebut.
Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis dengan sprinkler
air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar kebekaran yang
terjadi.
5.6.6 Sistem Telematika
a. Sistem Komunikasi User Dengan Lingkungan Luar
Komunikasi ini bisa terjadi antara pengelola denga pihak luar atau pengunjung
dengan pihak luar. Untuk pengelola yang melakukan komunikasi dengan
pihak luar, diinstalasikan sistem telepon PABX dan WAN. Sedangkan untuk
user disediakan box telepon.
b. Sistem Komunikasi Antar User Dalam Bangunan.
Komunikasi user dalam bangunan meliputi komunikasi pengelola dengan
pengunjung, atau komunikasi antar pengelola. Komunikasi antar pengelola
dapat dilayani memakai sistem telepon PABX dan LAN. Sementara, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
pengelola dengan pengunjung dapat menggunakan interkom atau speaker
yang diisntalkan pada ruang-ruang terutama ruang publik.
5.6.7 Sistem Jaringan Sampah
Pengolahan sampah pada bangunan akan menggunakan sistem sampah yang
dibagi menjadi beberapa bagian sesuai denga jenisnya. Sampah dibagi menjadi tiga
jenis :
a. Sampah anorganik, adalah sampah yang tidak dapat mengalami
pembusukan alami, contoh : logam, besi kaleng, plastic, kater dan botol.
b. Sampah organik, adalah sampah yang dapat mengalami pembusukan
alami, contoh : sampah dapur, sisa sayuran, dedaunan.
c. Sampah berbahaya, ahalah sampah yang mengandung bahan kimia
berbahaya, contoh : botol racun nyamuk, baterai, jarum suntik bekas.
Dengan demikian setiap titik-titik sampah akan disediakan tempat sampah
sesuai dengan jenisnya dan untuk membedakan akan diberi warna yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
GRAHA BUSANA DAN MODE YANG DIRENCANAKAN
4.1 Perencanaan Graha Busana dan Mode
Kecenderungan kehidupan masyarakat sekarang yang tidak lepas dari segala
sesuatu yang praktis dan cepat. Maka untuk mempermudah dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan fashion di Solo, di perlukan sebuah wadah yang dapat
menampung kegiatan-kegiatan fashion seperti pendidikan dalam merancang busana,
kegiatan promosi yang di khususkan pada produk-produk fashion dan alat-alat yang
berkaitan dengan dunia fashion dan juga fasilitas hiburan. Sebagai tindak lanjut maka
perwadahan yang nantinya di rencanakan harus mampu mewadahi setiap aktivitas
pengguna yang mampu mencitrakan tampilan bangunan fashion yang sesuai dengan
karakter wanita dengan teori metafora sehingga dapat di nikmati secara visual dan
menarik para pengunjung.
4.2 Tujuan dan Sasaran Graha Busana dan Mode
4.2.1 Tujuan Graha Busana dan Mode
Sebagai wadah pendidikan yang khusus dalam bidang fashion, dengan
berbagai sarana penunjang pendidikan, pengembangan dan penelitian yang intinya
a. Memberi fasilitas khusus berupa sekolah fashion yang memusatkan
pengembangan kreativitas pada para siswanya dengan spesifikasi tersendiri
yaitu: eksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang ada seluas-luasnya melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
practice (latihan) dan theory (teori) bagi para siswa. Wadah pendidikan dan
apresiasi dalam bidang fashion yang berkualitas.
b. Mendukung usaha pengembangan dunia fashion baik skala Kota maupun
nasional.
c. Menyediakan fasilitas untuk kebutuhan yang berhubungan dengan dunia
fashion yaitu fasilitas pendidikan fashion, fasilitas promosi / penjualan dan
fasilitas pameran produk desain untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya.
d. Saran tenaga ahli profesional dan pelayanan jasa masyarakat.
e. Memberi kesempatan dan kemudahan kepada para Desainer dalam
mengaktualisasikan diri dalam komunitas maupun dalam event-event yang
diselenggarakan.
f. Menggali dan mengembangkan dunia fashion, guna memajukan dunia fashion
di Indonesia agar perkembangan fashion dalam negeri tidak kalah bersaing
dengan produk-produk dari mancanegara. Karya-karya desain fashion di masa
depan, fungsi dan peruntukkannya bagi kehidupan manusia, sangat ditentukan
oleh berhasil atau tidaknya pendidikan desain saat ini.
4.2.2 Sasaran Graha Busana dan Mode
Memberikan kemajuan kreativitas desain fashion bagi remaja / kelangan anak
muda dan memudahkan mereka yang ingin mendalami ilmu desain fashion agar dapat
menjadi professional kerja di bidangnya atau bahkan dapat membuka lapangan kerja
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4.3 Skala Pelayanan Graha Busana dan Mode
Graha Busana dan Mode ini dirancang agar mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat dalam hal pendidikan fashion baik secara regional maupun
nasional. Selain pendidikan, masyarakat luas juga diberi kesempatan untuk
memanfaatkan fasilitas lain yang ada. Beberapa fasilitas yang dapat diakses
masyarakat umum meliputi fasilitas komersil seperti : peragaan busana, butik,
workshop, food court. Fasilitas pendidikan seperti : perpustakaan, kelas teori, studio
dll. Fasilitas lain : ruang pameran, open space, dll. Diharapkan dari interaksi ini dapat
menciptakan lingkungan binaan dalam sebuah fasilitas pendidikan dimana
harmonisasi, peran dan kebutuhan masyarakat terwadahi dalam media yang baik.
4.4 Status Kelembagaan Graha Busana dan Mode
Pada saat ini, seluruh sarana Pendidikan yang ada di Indonesia
kelembagaannya dibawah naungan Menteri Pendidikan Nasional dan Sudin
Pendidikan Propinsi / Kota. Sekolah Fashion ini sendiri kelembagaannya dikelola
secara independen oleh swasta dalam bentuk perseorangan maupun yayasan.
Graha Busana dan Mode merupakan instansi pendidikan yang seluruh aspek
kegiatannya dikelola oleh swasta, tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintah. Oleh
karena itu, Graha Busana dan Mode ini memiliki pendanaan yang bersumber dari
sumbangan anggota yayasan, pembayaran mahasiswa, keuntungan dari sewa dan
penjualan. Graha Busana dan Mode ini sendiri merupakan sebuah sekolah komersil
bagi mahasiswanya dan termasuk pada sekolah elite, mengingat kegiatan dan saran
prasarana yang terdapat di dalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4.5 Batasan Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode
Untuk menghindari meluasnya pembahasan yang tidak sesuai dengan tujuan
dan sasaran konsep perencanaan dan perancangan Graha Busana dan Mode ini, maka
perlu adanya batasan-batasan dalam perencanaan dan perancangannya, antara lain
a. Pembahasan dan proyeksi proyek perencanaan Graha Busana dan Mode ini
dibuat berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota
Surakarta tahun 1993-2013
b. Site yang dipilih berada pada kawasan yang dianggap paling sesuai untuk
proyek ini, dengan kriteria-kriteria yang mendukung eksistansinya.
c. Lingkup pelayanan bangunan secara makro dan kualitatif melayani lingkup
nasional dan secara mikro dan kuantitatif melayani wilayah Surakarta dan
sekitarnya.
d. Perencanaan dan perancangan fisik dibatasi pada bangunan, sistem sirkulasi
dan fasilitas penunjangnya sebagai sebuah sekolah fashion.
4.6 Program Kegiatan Graha Busana dan Mode
Kegiatan yang diselenggarakan dalam Graha Busana dan Mode ini harus
bersifat kontinuitas, maka pengelola bertanggung jawab dalam menangani kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan dan tidak menutup kemungkinan adanya sponsor oleh
perusahaan yang berkaitan dengan Mode seperti Perusahaan tekstil untuk kegiatan-
kegiatan tertentu.
Kegiatan yang berlangsung dalam Graha Busana dan Mode dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis kegiatannya, meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4.6.1 Kelompok Kegiatan Utama
Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha memberikan promosi,
informasi, dan pendidikan di bidang mode. Kegiatan utama ini meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan Promosi
1) Pengertian
Promosi adalah perkenalan, dalam rangka memajukan usaha, dagang, dsb.
Sedangkan mempromosikan adalah mempropagandakan atau memperkenalkan suatu
usaha.
Maka promosi mempunyai arti kegiatan untuk memperkenalkan produk mode
beserta perlengkapannya yang merupakan hasil kreasi dari para perancang yang
bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk melalui sarana pameran dan
peragaan busana yang diadakan secara periodik.
2) Bentuk Kegiatan
a) Pameran
Kegiatan pameran ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1). Pameran Tetap, diselenggarakan oleh pengelola, dengan obyek berupa
busana dan perlengkapannya (assesories, millineries) yang khas dari
daerah-daerah di Indonesia dan mancanegara, pameran diselenggarakan
tiap hari dengan obyek pameran diganti setiap 3 atau 6 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2). Pameran Berkala, diselenggarakan oleh pengelola/pihak luar (penyewa
ruang pameran) dengan obyek pameran diganti tiap minggu. Obyek yang
dipamerkan antara lain :
a) Produk-produk terbaru (tekstil, busana, perhiasan) yang dipajang
dalam panel atau etalase
b) Foto-foto mode (dalam dan luar negeri)
c) Maneqin yang didandani sesuai tema (misalnya back to nature, dan
sebagainya)
d) Hasil lomba perancang busana, karya terbaik sekolah mode.
b) Peragaan Busana
Peragaan busana/fashion show yang diselenggarakan oleh pengelola atau
pihak luar atau kerja sama pengelola dan pihak luar adalah bersifat :
1. Terbuka (untuk umum), diadakan setahun sekali (tahunan), dengan tema
antara lain :
a. Pekan Mode
b. Trend Show
c. Lomba Perancang Mode
d. Pemilihan Model, Putri Solo
e. Peringatan Hari-hari khusus (tahun baru, hari raya)
2. Tertutup (untuk kalangan tertentu), diadakan tidak secara rutin, dengan
tema antara lain:
a. Malam Dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Peragaan Koleksi Terbaru Desainer tertentu (lokal, nasional maupun
internasional)
c. Pelelangan busana dan perlengkapannya (aksesoris, perhiasan).
c) Workshop Perancang
Fasilitas workshop perancangan dilengkapi dengan ruang konsultasi dan
studio perancangan para desainer ditujukan untuk melayani pengunjung yang datang
untuk berkonsultasi tentang desain model, bahan, motif, serta konsultasi mengenai
penampilan yang serasi, baik, dan pihak-pihak yang bisa dihubungi berkaitan dengan
pemasaran. Pihak pengelola memiliki daftar pabrikan, pengusaha, desainer untuk
menjawab persoalan yang ingin diketahui pengunjung.
Sifat Kegiatan :
a. Kegiatan Pameran
1) Informal, bergerak leluasa, dinamis dan mengalir
2) Suasana santai
3) Diadakan secara rutin
4) Memerlukan pencahayaan khusus.
b. Kegiatan Peragaan Busana
1) Menimbulkan kebisingan disekelilingnya
2) Dilaksanakan dalam kelompok besar maupun kecil
3) Memerlukan keleluasaan ruang
4) Dilaksanakan secara berkala/temporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
5) Memerlukan kondisi tertentu dalam pencahayaan, tata ruang dan sistem
suara.
b. Kegiatan Informasi
1. Pengertian
Pemberitahuan kabar atau berita (tentang) informasi busana dan mode. Maka
kegiatan informasi Graha Busana dan Mode memiliki pngertian kegiatan
pemberitahuan atau pengumuman yang bertujuan untuk memudahkan komunikasi
antara produsen dan konsumen tentang mode dan busana beserta segala sesuatu yang
berkaitan dengan dunia mode dan busana, baik sejarah perkembangannya maupun
hal-hal yang terjadi pada masa sekarang (misalnya informasi mengenai trend mode
yang sedang ‘in’).
2. Bentuk Kegiatan
a) Pusat Informasi Mode
Informasi yang disediakan dalam Pusat Informasi Mode berasal dari
dalam maupun luar negeri diperuntukan bagi siswa sekolah mode dan umum,
jenis informasi tersebut adalah antara lain :
1. Perpustakaan
2. Display, majalah, tabloid, kliping, foto dan album bahan
3. Informasi computer yang memuat data-data perusahaan dan pihak-pihak
yang bergerak di bidang mode serta internet.
4. Informasi audio visual berupa pemutaran slide/video compact disc atau
laser disc tentang mode dan perkembangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b) Seminar dan Presentasi
Seminar dan presentasi ini diselenggarakan oleh pengelola ataupun
pihak luar atau pengelola bekerja sama dengan pihak luar dengan tema :
1. Seminar
Pertemuan membahas trend mode, missal seminar tentang
profesionalisme seorang model, perancang, dan sebagainya.
2. Presentasi
Memperkenalkan produk mode oleh satu pihak kepada pihak lain
(perusahaan tekstil memperkenalkan produk kepada desainer).
3. Sifat Kegiatan
a. Formal maupun informal
b. Diadakan secara rutin maupun berkala
c. Beberapa kegiatan memerlukan ketenangan (perpustakaan)
d. Komunikasi searah maupun dua arah.
c.Kegiatan Pendidikan Mode
1. Pengertian
Berasal dari kata didik yang berarti memelihara atau member latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai suatu ilmu pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan tentang
mode.
a. Bentuk Kegiatan
Kegiatan pendidikan dibagi menjadi tiga jurusan, yaitu:
1) Fashion/Desain Mode
Dengan spesifikasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a) Desain Mode/Fashion, lamanya 9 bulan, ada 6 kelas : (3 kelas pagi dan 3
kelas sore), masing-masing 2 kelas teori dan 1 kelas praktek, jumlah
siswa per kelas maksimal 20 orang, membuka kelas baru setiap 3 bulan
sekali (maksimal 2 kelas).
b) Perdagangan dan pemasaran fashion, lamanya 3 bulan, ada 2 kelas (pagi
dan sore), jumlah siswa perkelas maksimal 20 orang, membuka kelas
baru setiap 3 bulan (maksimal 2 kelas).
c) Manajemen produk fashion, lamanya 3 bulan, ada 2 kelas (pagi dan
sore), jumlah siswa perkelas maksimal 20 orang, membuka kelas baru
setiap 3 bulan (maksimal 2 kelas).
2) Modelling dan Koreografi
Dengan spesifikasi :
a) Anak-anak (2-12 tahun) basic, lama 6 bulan, 2-3 kali seminggu, ada 2
kelas, (1 pagi dan 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak,
membuka kelas baru setiap 3 bulan.
b) Anak-anak (2-12 tahun) advance, lama 6 bulan, 2-3 kali seminggu, ada
2 kelas, (1 pagi 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak,
membuka kelas baru setiap 3 bulan.
c) Remaja dewasa (12 tahun keatas) basic, lama 6 bulan,2-3 kali seminggu,
ada 2 kelas (1 pagi 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak,
membuka kelas baru setiap 3 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
d) Remaja dewasa (12 tahun keatas) advance, lama 6 bulan, 2-3 kali
seminggu, ada 2 kelas (1 pagi 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal
16 anak, membuka kelas baru setiap 3 bulan.
3) Kursus-kursus
a) Kursus menjahit, lama kursus 3 bulan, 3 kali seminggu, dibagi menjadi :
2 kelas menjahit busana pria (1 pagi 1 sore), 2 kelas menjahit busana
wanita (1 pagi dan 1 sore), maksimal 1 kelas 10 orang.
b) Kursus kecantikan dan menata rambut, lama 6 bulan, 3 kali seminggu, 2
kelas kecantikan (1 pagi dan 1 sore) dan kelas menata rambut (1 pagi
dan 1 sore), 1 kelas maksimal 10 orang.
c) Kursus membordir, lama kursus 6 bulan, 3 kali seminggu, 4 kelas (2
pagi dan 2 sore), 1 kelas maksimal 10 orang, membuka kelas baru tiap 3
bulan.
b. Sifat Kegiatan
1) Konsentrasi penuh pada kegiatan
2) Dilaksanakan secara rutin, tertib dan teratur
3) Beberapa kegiatan membutuhkan ketenangan
4) Beberapa kegiatan menimbulkan kebisingan
5) Beberapa kegiatan membutuhkan tenaga dan sirkulasi udara yang leluasa
6) Dibimbing oleh pengajar ataupun berlatih sendiri dengan bimbingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4.6.2 Kelompok Kegiatan Penunjang
a. Pengertian
Merupakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya melengkapi untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam Graha Busana dan Mode.
b. Bentuk Kegiatan
1. Kantor Agen Model dan Studio Foto
Agen model merupakan sebuah agen yang menyalurkan para model untuk
keperluan peragaan busana. Agen ini disediakan oleh pengelola untuk
kepentingan peragaan yang diselenggarakan oleh pengelola maupun pihak luar.
Sedangkan studio foto disediakan oleh pengelola sebagai bagian yang
berhubungan dengan agen model dan perpustakaan. Agen model membutuhkan
foto-foto untuk mempromosikan dan mempublikasikan modelnya, perpustakaan
membutuhkan foto-foto dan video dokumentasi (dalam dan luar negeri) yang
dihimpun bagian humas, yang diproses distudio foto.
2. Retail dan Butik
Retail dan butik disediakan untuk disewakan kepada desainer-desainer
local maupun nasional. Dengan adanya retail dan butik ini memberikan
kesempatan kepada desainer local maupun nasional memamerkan hasil karya
dan mempromosikannya.
Keberadaan Graha Busana dan Mode ini diarahkan terletak di kawasan
yang memiliki image kawasan perdagangan produk fashion yang kuat, retail
dan butik ini digunakan untuk busana, assesories dan perlengkapannya
sehingga diharapkan menjadi etalase bagi bangunan Graha Busana dan Mode.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Food Court
Food court disediakan untuk melayani kebutuhan para siswa sekolah
mode, karyawan dan pengunjung.
4. Mini Bank beserta fasilitas ATM
Mini bank yang disediakan untuk melayani kebutuhan pengunjung
akan pengambilan uang serta untuk mendukung adanya pelaksanaan transaksi
jual beli produk-produk yang dipasarkan di dalam Graha Busana dan Mode.
4.6.3 Kelompok Kegiatan Pengelolaan dan Administrasi
a. Pengertian
Berupa kegiatan pengelolaan, pengaturan hubungan serta mengorganisir
kegiatan intern yang berlangsung di Graha Busana dan Mode yaitu berupa
kegiatan informasi, promosi dan pendidikan beserta kegiatan penunjang.
b. Bentuk Kegiatan
1. Administrasi
Mengurusi segala usaha pembukuan, surat menyurat, perizinan dan
sebagainya dari dalam dan luar Graha Busana dan Mode.
2. Pengelolaan
Meliputi :
a) Pengelolaan, yaitu : koordinasi antar unsur dalam kegiatan promosi,
informasi dan pendidikan beserta berbagai kegiatan penunjang yang
diwadahi dalam Graha Busana dan Mode.
b) Mengadakan hubungan dengan dinas-dinas berwenang.
c) Rapat dan diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
c. Sifat Kegiatan
1. Suasana formal dalam lingkungan kerja
2. Dilaksanakan secara rutin, teratur dan terpimpin
3. Konsentrasin sedang/penuh, tergantung pada jenis kegiatan
4. Tingkat ketenangan sedang
4.6.4 Kelompok Kegiatan Pelayanan/Servis
a. Pengertian
Merupakan kegiatan pelaksanaan operasionalisasi gedung Graha Busana
dan Mode agar segala kegiatan yang berlangsung di dalamnya dapat berjalan
dengan lancer, tertib, nyaman dan aman.
b. Bentuk Kegiatan
1. Parkir :
a) Parkir pengelola dan penyewa
b) Parkir pengunjung
2. Mushola
Fasilitas yang disediakan untuk keperluan peribadatan baik pengelola,
pengunjung maupun penyewa.
3. Operasionalisasi Fasilitas gedung (mekanikal elektrikal)
a) Operasional air bersih, air kotor
b) Penyediaan energy listrik
c) Pengaturan AC, dsb.
4. Keamanan (security service)
a) Pengamanan gedung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) Pengamanan kegiatan
5. Kebersihan (cleaning service)
Merupakan kegiatan pengelolaan sampah
c. Sifat Kegiatan
1. Informal
2. Dilaksanakan secara rutin
3. Beberapa kegiatan menimbulkan kebisingan.
4.7 Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan dalam Graha Busana dan Mode dapat dikelompokkan
menjadi :
4.7.1 Kelompok Pengelola
Mengelola kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam Graha Busana dan
Mode.
Pelaku kegiatan dalam kelompok ini adalah :
a. Pengelola administrasi serta kegiatan lain dalam pelayanan maupun
operasionalisasi Graha Busana dan Mode.
b. Pengajar/pelatih dalam berbagai kegiatan pendidikan mode.
c. Pengelola pusat informasi mode.
d. Para pekerja teknisi bangunan (ME).
e. Petugas servis (keamanan dan kebersihan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4.7.2 Kelompok Penyewa
Yaitu pemakai yang menyewa ruang-ruang yang ada sebagai tempat usaha
komersil, dengan kewajiban membayar uang sewa. Pelaku menyewa bangunan
Graha Busana dan Mode ini terdiri dari :
a. Kegiatan pameran mode
Pelaku yang terlibat dalam kegiatan pameran terdiri dari :
1) Displayer untuk pameran tetap
2) Displayer untuk pameran berkala
3) Panitia penyelenggara
b. Kegiatan peragaan mode
Dalam peragaan busana, personil-personil yang terlibat antara lain :
1) Perancang mode dan asistennya
2) Peraga mode (peragawan/peragawati)
3) Koreografer (penata gerak) dan asistennya
4) Penata rias dan asistennya
5) Penata panggung dan asistennya
6) Penata cahaya dan suara dan asistennya
7) Panitia penyelenggara
8) Pembawa acara
c. Kegiatan seminar dan presentasi
Pelaku yang terlibat dalam seminar atapun presentasi, terdiri dari :
1) Pembicara
2) Pembawa acara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Moderator dan penulis
4) Panitia penyelenggara
d. Kegiatan butik dan retail
Pelaku kegiatan pada suatu butik yaitu :
1) Seorang perancang busana, yaitu orang yang merancang busana yang
dihasilkannya dalam butik sekaligus sebagai pengelola dan penanggung
jawab butik tersebut.
2) Seorang asisten perancang busana, bertugas membantu kegiatan perancang.
3) 5 orang karyawan, yaitu bagian keuangan, pemasaran dan informasi.
Pelaku kegiatan pada suatu retail fashion yaitu :
a) Seorang pengusaha yang mengelola dan bertanggung jawab penuh terhadap
tokonya.
b) 2 orang karyawan (pramuniaga).
Untuk Graha Busana dan Mode direncanakan terdapat 10 butik dan 10 retail
fashion dan perlengkapannya.
e. Kegiatan workshop dan konsultasi perancang
Pelaku yang terlibat di dalamnya yaitu :
1. Perancang mode
2. Asisten perancang
3. Peraga mode
Untuk Graha Busana dan Mode direncanakan terdapat 10 ruang untuk
kegiatan ini yang dapat digunakan oleh perancang local maupun dari luar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
f. Kegiatan food court
Pelaku pada kegiatan food court, yaitu :
1. 6 orang pengelola
2. 12 orang karyawan (pramuniaga, pramusaji, perlengkapan).
g. Kegiatan kantor agen model dan studio foto
Pelaku kegiatan pada kantor agen model yaitu 4 orang perwakilan agen
model dan 2 orang tenaga fotografer professional pada studio foto.
h. Kegiatan minibank
Ruangan ini disewakan atau dijual kepada instansi yang terkait yaitu Bank.
4.7.3 Kelompok pengunjung
Kelompok pengunjung adalah orang-orang yang datang berkunjung ke Graha
Busana untuk tujuan tertentu, antara lain :
a. Pengunjung dengan tujuan melihat-lihat
b. Pengunjung dengan tujuan mencari informasi
c. Pengunjung dengan tujuan mengikuti kegiatan pendidikan
d. Pengunjung dengan tujuan melihat peragaan busana dan pameran busana
serta tat arias wajah, rambut dan tubuh.
e. Pengunjung dengan tujuan membeli.
f. Pengunjung dengan tujuan bisnis.
g. Pengunjung dengan tujuan membutuhkan/memakai jasa ataupun pelayanan
yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
h. Pengunjung dengan tujuan mengadakan kegiatan tertentu (penyelenggara)
yang bekerja sama dengan pihak pengelola Graha Busana dan Mode serta
peserta dari kegiatan tersebut.
4.8 Waktu Pelaksanaan Kegiatan di Graha Busana dan Mode
Waktu pelaksanaan kegiatan yang terjadi di dalam Graha Busana dan Mode,
yaitu :
a. Kegiatan Promosi dan Pelayanan jasa
Waktu pelayanan promosi dan pelayanan jasa dilaksanakan pada pukul 09.00-
21.00 WIB.
b. Kegiatan Pendidikan
Waktu kegiatan pendidikan pada pukul 08.00-16.00 WIB.
c. Kegiatan Pengelolaan
Waktu kegiatan pengelolaan pada pukul 08.00-17.00 WIB.
4.9 Keluaran pada Graha Busana dan Mode
Keluaran atau lulusan dari Graha Busana dan Mode diharapkan dapat menjadi
professional kerja di bidangnya. Menjadi pribadi yang mandiri, bahkan dapat
menciptakan lapangan kerja sendiri dengan ilmu, keahlian dan kemampuannya dalam
bidang desain sehingga para professional di bidangnya ini mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan desain di Surakarta bagkan nasional maupun hingga luar
negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
4.10 Konsep Arsitektur Metafora pada Bangunan Graha Busana dan Mode
Pada dasarnya yang menjadi inti dari arsitektur metafora adalah bagaimana
ide desain filosofi dapat disampaikan atau dikomunikasikan melalui bangunan dan
dapat ditangkap oleh pengamatnya. Disini pikiran pengamat dirangsang untuk
berasosiasi, membayangkan dan menangkap sesuatu. Melalui bentuk, tampilan, dan
konfigurasi bangunan mencerminkan sebuah makna, yang dihadirkan melalui
bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu
menggambarkan sifat tersebut.
Proses perencanaan di lakukan dengan menentukan dan mencari konsep
terlebih dahulu. Penelusuran konsep dilakukan dengan mengolah data yang ada.
Bukan dari menentukan kategori metafora terlebih dahulu, namun berangkat dari
konsep yang kemudian ditransform dalam bentuk wujud kemudian dimasukkan
dalam kategori arsitektur metafora. Sebagai sebuah fasilitas yang ditujukan bagi
wanita maka karakter bangunan yang akan ditampilkan harus representatif yaitu
dengan cara memasukkan sifat wanita kedalam bangunan.
Untuk memasukkan konsep metafora sebagai gaya bahasa ke dalam arsitektur
perlu melihat arsitektur sebagai instrumen komunikasi. Arsitektur adalah sebuah
bentuk bahasa. Oleh karenanya dapat di artikan sebagai alat komunikasi. Metafora
yang dikenal sebagai salah satu gaya bahasa dalam bahasa Indonesia, merupakan
salah satu bentuk komunikasi. Kemudian dijelaskan bagaimana pemindahan ekspresi
metafora kedalam metafora arsitektural, sehingga metafora yang semula merupakan
gaya bahasa dimana bahasa itu bersifat abstrak dapat bersifat nyata dalam perwujudan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bentuk/arsitektural. Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud
bentuk arsitektur yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara
kiasan tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya sebagai
makna kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan. Metafora dalam arsitektur
bagaikan kiasan berbahasa, memiliki kesamaan-kesamaan dan bersifat cukup logis.
Anthony Antoniades mengidentifikasikan tiga buah kategori metafora arsitektural,
yaitu : metafora abstrak yang ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah
konsep yang abstrak (sebuah ide, sifat manusia atau kualitas obyek, dll), metafora
konkrit yang ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari karakter material atau
visual obyek yang konkrit (misal menara yang seperti tongkat, atap seperti perahu,
dll), sedangkan metafora kombinasi ide pemberangkatan metaforiknya dari konsep
abstrak dan karakter materi atau visual obyek yang bergabung (karakter visualnya
dapat menjadi alasan untuk menilai sifat-sifat, kualitas dan karakter wadah
visualnya).
Dari penjabaran teori metafora diatas, maka pendekatan perwujudan metafora
yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Graha Busana dan Mode ini
berangkat dari sebuah konsep / pola pemikiran konkrit (lekuk tubuh wanita). Maka
wujud arsitekturnya dimasukkan dalam kategori arsitektur metafora konkrit. dalam
perancangan nantinya haruslah terdapat kesesuaian antara perancangan Graha Busana
dan Mode dengan teori metafora yang ide pemberangkatan metaforik dari lekuk
tubuh wanita pada tampilannya sehingga dapat dinikmati secara visual dan menarik
para pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
BAB VI
KONSEP PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE
6.1 Konsep Peruangan Graha Busana Dan Mode
6.1.1 Kelompok Kegiatan Umum
Tabel 6.1. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum
Kebutuhan Ruang Kapasitas Luas Ruangan (m²) Total (m²)
Entrance Hall 200 orang 320 m² 320 m² x 4 m =1280m3
Resepsionis 1 unit 10 m² 10 m² x 4 m = 40 m3
ATM box 5 unit 1,5 m² 7.5 m² x 3 m = 22.5 m3
Area Parkir pengunjung 12 mobil 170 motor
4 bus
20 m² x 12 mobil = 240 m² 2,5 m² x 170 motor = 425m² 36 m² x 4 bis = 144 m²
240 m² x 4 m = 960 m3 425 m² x 4 m = 1700 m3
144 m² x 4m = 576 m3
Area Parkir penyewa dan pengelola
36 mobil 141 motor
20 m² x 36 mobil = 720 m² 2,5 m² x 141 motor = 353 m²
720 m² x 4m = 2880 m3 353 m² x 4m = 1412 m3
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Umum 2.219,5 m²
Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Umum 8869 m3
6.1.2 Kelompok Kegiatan Utama
Tabel 6.2. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama
Kebutuhan Ruang Kapasitas Luas Ruangan (m²)
Total (m²)
a. Kegiatan Promosi Peragaan Busana
Hall peragaan 250 orang 315 m² 1008 m² Ruang audience 250 orang 315 m²
Ruang peragaan busana / 1 unit 100 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
catwalk Ruang ganti & rias 40 orang 70 m²
Back stage 1 unit 60 m² Ruang istirahat 20 orang 36 m²
R. operator 1 unit 48 m² Lavatory 1 unit 64 m²
Pameran
R. pemeran 200 orang 540 m² 622 m² R persiapan materi
pameran 20 orang 32 m²
R. panitia penyelenggara 20 orang 30 m² R. penyimpanan / gudang 1 unit 20 m² Workshop Perancangan
R. display 150 orang 270 m² 548 m² R. konsultasi perancangan 10 perancang 34 m²
Studio desain 10 ruang 144 m² R. simpan / gudang 1 ruang 100 m² b. Kegiatan Informasi
Seminar dan Presentasi
R. tunggu / lobby 50 orang 60 m² 374 m² R. seminar 150 orang 216 m²
Podium 1 unit 30 m² R. persiapan 10 orang 36 m² R. operator 1 unit 32 m²
c. Kegiatan Pendidikan Fashion Hall 180 orang 252 m² 1.860 m²
R. administrasi 5 orang 35 m² R. pengajar 10 orang 58 m²
R rapat 12 orang 36 m² R. kelas desain mode 20 0rang, 2 kelas 80 m²
Studio desain 20 0rang, 1 kelas 60 m² Studio jahit 10 0rang, 2 kelas 61 m² Studio pola 10 0rang, 2 kelas 96 m²
R. kelas pemasaran produk fashion
20 orang, 1 kelas 40 m²
R. kelas manajement produk fasion
20 orang, 1 kelas 40 m²
R. kelas modeling dan koreografi
16 orang, 2 kelas 64 m²
Studio modeling dan koreografi
16 orang, 2 kelas 90 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
R. kelas Fotografi 20 orang, 2 kelas 80 m² Studio fotografi 20 orang, 2 kelas 90 m²
Laboraturium fotografi 20 orang, 1 kelas 92 m² Kelas kecantikan dan
menata rambut 10 orang, 2 kelas 61 m²
R. Praktek membordir 10 orang, 2 kelas 61 m² Kantin 20 orang, 1 buah
kios makan, 3 unit kantin
48 m²
Perpustakaan 100 orang 10.000 buku 1.000 majalah
456 m²
Musholla 1 buah 20 m²
Lavatory 1 buah 40 m²
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Utama 4.412 m²
6.1.3 Kelompok Kegiatan Penunjang
Tabel 6.3. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang
Kebutuhan Ruang Kapasitas Luas Ruangan (m²) Total (m²)
Food Court
Area duduk 200 orang 288 m² 318 m² Kios makanan 5 unit 30 m²
Kantor Agen Model dan Studio Foto
R. tamu 10 orang 10 m² 80 m² R. kantor agen model 10 orang 15 m²
R. studio foto 40 m² R. gelap 15 m²
Retail shop dan butik
R. Display 15 unit 600 m² 655 m² R. Pas Pakaian 4 unit 6 m²
Kasir 1 unit 9 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Gudang 1 unit 40 m² Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Penunjang 1.053 m²
6.1.4 Kelompok kegiatan pengelolaan
Tabel 6.4. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan
Kebutuhan Ruang Kapasitas Luas Ruangan (m²) Total (m²)
R. tamu 6 orang 20 m² 499 m² R. direktur 1 orang 45 m²
R. sekretaris direktur 1 orang 20 m² R. wakil direktur 1 orang 45 m²
R. sekretaris wakil direktur 1 orang 20 m² R. arsip 1 orang 20 m²
R. Kepala Bagian HRD dan staff
R. pimpinan 1 orang
40 m²
R. staff 5 orang
R. Kepala Bagian Keuangan dan staff
R. pimpinan 1 orang
40 m²
R. staff 5 orang
R. Kepala Bagian Humas dan staff
R. pimpinan 1 orang
40 m²
R. staff 5 orang
R. Kepala Bagian Pemasaran dan Staff
R. pimpinan 1 orang
40 m²
R. staff 5 orang
R. Kepala Bagian Promosi dan Staff
R. pimpinan 1 orang
40 m²
R. staff 5 orang
R. fotokopi 2 unit 16 m² R. makan dan pantry 1 unit 45 m²
Gudang 1 unit 12 m² Musholla 20 orang 36 m² Lavatory 4 buah, 2 unit 20 m²
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Pengelolan 499 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
6.1.5 Kelompok Kegiatan Service
Tabel 6.5. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service Kebutuhan Ruang Kapasitas Luas Ruangan (m²) Total (m²)
Operasional
R. bongkar muat 2 kendaraan 47 m² 278 m² R. loading dock 1 unit 29 m²
Gudang 7 unit 140 m² Lift orang 4 unit 24 m² Lift barang 2 unit 18 m² R. pegawai 1 unit 20 m²
Ruang mekanikal Elektrikal
R. genset 1 unit 65 m² 290 m² R. AHU 1 unit 15 m²
R. reservoir 1 unit 30 m² R. pompa 1 unit 35 m² R. chiller 1 unit 15 m² R. panel 1 unit 35 m²
R. sampah 1 unit 35 m² Gudang 1 unit 35 m²
R. maintenance 5 orang 25 m² Karyawan
R. ganti & locker wanita 10 orang 45 m² 145 m² R. ganti & locker wanita 10 orang , 45 m²
R. karyawan 30 orang 35 m² Lavatory 4 buah, 2 unit 20 m²
Peribadatan
Musholla 30 orang 45 m² 55 m² Tempat wudhu 10 orang, 2 unit 10 m²
Keamanan
Pos jaga 2 orang, 4 unit 25 m² 90 m² R. kemanan 2 orang, 3 unit 45 m² R. CCTV 2 orang 20 m²
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Service 858 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
6.1.6 Analisa Total Besaran Ruang
Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode
Tabel 6.6. Tabel Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode
Kelompok Kegiatan Luas (m²)
Kelompok ruang kegiatan umum 2219 m²
Kelompok ruang kegiatan utama 4.412 m²
Kelompok ruang kegiatan penunjang 1.053 m²
Kelompok ruang kegiatan pengelolaan 499 m²
Kelompok ruang kegiatan service 858 m²
Total Luas Ruang Graha Busana dan Mode 9.041 m²
6.2 Konsep Lokasi Dan Tapak
Lokasi yang dipilih untuk mendirikan Graha Busana dan Mode adalah di
Jalan Adi Sucipto, Manahan, Surakarta
Gambar 6.1. Lokasi Site Graha Busana dan Mode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
U
U
zona hiburan zona promosizona pendidikan
open space
Gambar 6.2. Zonifikasi
Gambar 6.3. Batas-batas Site
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
U
Batas-batas site :
Utara : Jalan Adi Sucipto (jalan primer), SMK 5 Surakarta
Timur : Jalan Jend. A. Yani (jalan sekunder), kodim
Selatan : SMK N 7 Surakarta
Barat : Perumahan
Luas site adalah 11.900 m² dengan BCR 60%
6.3 Konsep Pengolahan Tapak
6.3.1 Konsep Pencapaian
Peletakan ME ditempatkan pada Jalan Adi Sucipto sebagai jalan primer yang
banyak dilalui oleh sarana transportasi sehingga memudahkan pencapaian. Dibedakan
antara akses masuk dan akses keluar pada ME. Peletakan SE ditempatkan pada Jalan
end. A. Yani, terpisah dari ME. Keberadaanya tidak terekspose dan hanya dilalui
sebagai jalur service.
Gambar 6.4. Konsep Pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
U
6.3.2 Konsep Site Terhubung Matahari
Matahari pagi merupakan sinar yang dibutuhkan dan sangat baik bagi
kesehatan, maka pada sisi timur bangunan perlu diberi kan bukaan yang cukup
banyak agar dapat menangkap sinar matahari secara optimal. Sinar matahari sore
yang panas perlu dihindari dengan mengadakan barier berupa tanaman atau sun
shadding.
6.3.3 Konsep Orientasi
Orientasi utama ke Jalan Adi Sucipto yang merupakan jalan primer. Orientasi
bangunan membentang dari arah timur ke barat.
Gambar 6.5. Konsep Site Terhubung Matahari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
U
U
View tidak terlalu baik, hanya berupa perumahan penduduk.
View tidak terlalu baik, hanya berupa perumahan penduduk.
View sangat baik karena nenghadap ke perempatan dan jalan Adi Sucipto
View cukup baik yaitu menghadap ke arah jalan A. Yani.
Orientasi bangunan membentang dari arah timur ke barat.
View cukup baik karena menghadap kea rah jalan Adi Sucipto.
Gambar 6.6. Konsep Orientasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
U
U
Vegetasi sebagai barrier angin yangtercampur debu.
Memaksimalkan bukaan pada bagian iniuntuk memaksimalkan angin yang masuk.
6.3.4 Konsep Site Terhubung Angin
Aliran angin paling banyak dari arah barat laut yang berasal dari jalan open
space, bangunan diorientasikan menghadap ke barat laut karena memberikan
pengaruh angin segar. Penghawaan pada bangunan Graha Busana dan Mode
menggunakan penghawaan alami. Penghawaan alami pada bangunan ini juga
dibangtu dengan penghawaan buatan untuk mengantisipasi pengguna yang
menginginkan penggunaan AC. Ketika AC dinyalakan, jendela ditutup rapat sehingga
dapat mengefisiensikan pemekaian energi. Pemakaian jenis jendela yang tepat dpat
mengoptimalkan sistem penghawaan bangunan.
Gambar 6.7. Konsep Site Terhubung Angin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
U
6.3.5 Konsep Site Terhubung Noise
Peletakan area dengan atribut tenang diletakkan pada bagian belakang site
yang jauh dari sumber noise, diposisikan lebih ke arah selatan dan barat.
6.3.6 Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan
Berawal dari keinginan untuk memasukkan sifat-sifat wanita kedalam
bangunan, metafora di rasa dapat di gunakan sebagai suatu cara menginterpretasi.
Metafora dapat menjelaskan transfer ide dari suatu subyek kedalam objek lain melalui
bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu
menggambarkan sifat tersebut. Hal ini di lakukan mengingat Graha Busana dan Mode
Gambar 6.8. Konsep Site Terhubung Noise
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
adalah suatu fasilitas yang di tujukan bagi wanita. Sehingga bangunan di harapkan
berbentuk lekukan tubuh seperti tubuh wanita. Karakteristik wanita itu sendiri
cenderung lemah lembut sehingga bangunan Graha Busana dan Mode ini lebih
banyak menggunakan garis lengkung yang menunjukkan kelembutan. Dan juga pada
pemilihan warna menggunakan warna yg lembut seperti abu-abu muda yang tidak
terkesan tegas dan kaku.
Bentuk dasar bangunan berupa balok dan tabung dengan pengembangannya.
Bentuk dasar balok untuk mewadahi kegiatan yang cenderung berulang. Disamping
itu pemilihan modul balok memudahkan dalam proses perancangan, juga efisien
waktu. Pemilihan bentuk dasar tabung dikaitkan dengan orientasi kegiatan yang ingin
diwadahi berupa kegiatan pendidikan. Pola massa bangunan merupakan tatanan masa
dengan pola massa celiery dan pola massa gabungan tertutup yang menghasilkan
sebuah massa jamak dengan penyesuaian pada bentk dasar massa yang telah terpilih.
Graha busana dan mode ini akan lebih banyak menampilkan bentuk geometris
dengan penekanan terhadap unsur metafora yang akan banyak muncul pada
bangunan. Bentuk lengkung akan diterapkan pada massa utama bangunan sehingga
akan terlihat menyerupai lekukan tubuh wanita.
Terinspirasi dari tubuh wanita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
6.3.7 Konsep Interior Bangunan
Pemilihan warna yang lembut dirasa sangat tepat pada bangunan Graha
Busana dan Mode ini yaitu warna putih, abu-abu, merah muda, ungu muda dan juga
warna-warna lembut lainnya.
Pemberian wallpaper pada dinding dengan graffiti bunga-bunga untuk
memperkuat karakter bahwa bangunan tersebut ditujukan untuk fasilitas wanita.
Massa bangunan berbentuk lekukan tubuh wanita. Dan garis lengkung tersebut menunjukkan kelembutan seorang wanita
Gambar 6.9. Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Gambar 6.12. Pondasi tiang pancang
Sumber: Konst.Bangunan Bertingkat, Ir Benny
Pemilihan Furnitur dengan warna-warna cerah dan lembut agar terkesan lebih
menarik.
6.4 Konsep Struktur
6.4.1 Sub Struktur
Dengan dasar pertimbangan kondisi jenis tanah, ketinggian bangunan yang
cukup tinggi, mengurangi penurunan bangunan dan menghindari pergeseran air pada
lapisan tanah teratas. Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas maka dengan
demikian pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang.
Gambar 6.10. Walpaper dinding
Gambar 6.11. furnitur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Gambar 6.13. Space Frame
Sumber: www.google.com
6.4.2 Supper Struktur
Merupakan bagian bangunan yang berada diatas sub Struktur atau bagian inti
bangunan yang memiliki fingsi sebagai pemikul beban atap sekaligus sebagai elemen
pembatas visual ruang dalam. Denga dasar pertimbangan kekuatan struktur, efisiensi,
fleksibilitas, ekonomi, estetis dan kesesuaian dengan tanah. Dengan pertimbangan-
pertimbangan diatas maka dengan demikian sistem struktur yang dipilih adalah
sistem struktur rangka dan core, karena bangunan yang akan dibangun cukup tinggi
sehingga memerlukan struktur yang kuat.
6.4.3 Upper Struktur
Terdapat beberapa struktur atap yang dapat menghasilkan bentang besar, yaitu
struktur rangka baja, struktur kabel, struktur beton bertulang dan space frame.
Dengan demikian sistem struktur yang digunakan pada sistem struktur atap adalah
perpaduan antara sistem rangka baja dengan struktur beton bertulang dan space
frame.
6.5 Konsep Utilitas
6.5.1 Suplai Energi
Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN dan untuk keadaan
tertentu ketika sulpai PLN terhenti digunakan tenaga cadangan dari generator. Litrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah automatic tranfer dengan sistem
ATS yaitu suatu alat trasfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila
aliran listrik dari PLN padam.
6.5.2 Air Bersih
Penggunaan sumur sebagai sumber air utama dipertimbangkan kemampuan
menyediakan air dalam jumlah banyak dengan debet air relatif konstan, namun
demikian tetap menggunakan sumber air dari PDAM. Penggunaan sistem Down Feed
Distribution yang memakai metode air dipompa ke tangki di lantai atap (roof floor)
kemudian didistribusikan ke lantai-lantai di bawahnya.
6.5.3 Air Kotor
Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian, yaitu air kotor padat
(tinja & lavatory) dan jaringan air kotor cair (air hujan, roof garden, wastafel, wudhu,
dan dapur). Air kotor padat disalurkan ke sepictank kemudian ke peresapan.
Sedangkan air kotor cair dikumpulkan di water treatment untuk diolah kembali
sehingga bisa digunakan untuk perawatan roof garden dan dapat dibuang melalui riol
kota.
6.5.4 Penangkal Petir
Sistem yang digunakan adalah sistem faraday, berupa tiang setinggi 50 cm,
dengan jarak antara tiang adalah 20 cm, dipasang di puncak atap, kemudian
dihubungkan dengan kawat yang dimasukkan ke dalam pipa, kemudian dihubungkan
ke ground, pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantar listrik
ke tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
6.5.5 Pelindung Kebakaran
Sistem perlindungan kebakaran adalah usaha untuk mengadakan perlindungan
terhadap suatu bangunan bila terjadi kebakaran.
a. Preventif
Yaitu usaha mencagah kebakaran dengan dua cara, mengawasi
menggunakan CCTV, dan pemilihan bahan bangunan.
b. Respersif
Adalah cara penyelamatan pada saat terjadi kebakaran dengan cara fire
alarm system, fire sprinkler system yang terletak pada jarak 15-25 cm, fire
hydrant yang diletakkan dengan jarak 5-30 cm, fire detector, smike and heat
extinguisher atau chemical extinguishing.
c. Evekuatif
Cara kerja yang dipilih untuk daterapkan pada bangunan adalah sistem
otomatis dan semi otomatis. Semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola,
mengingat pentingnya dokumen-dokumen yang terdapat pada ruang
tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis
dengan sprinkler air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar
kebekaran yang terjadi.
6.5.6 Sistem Telematika
a. Sistem Komunikasi User Dengan Lingkungan Luar
Komunikasi ini bisa terjadi antara pengelola denga pihak luar atau pengunjung
dengan pihak luar. Untuk pengelola yang melakukan komunikasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
pihak luar, diinstalasikan sistem telepon PABX dan WAN. Sedangkan untuk
user disediakan box telepon.
b. Sistem Komunikasi Antar User Dalam Bangunan.
Komunikasi user dalam bangunan meliputi komunikasi pengelola dengan
pengunjung, atau komunikasi antar pengelola. Komunikasi antar pengelola
dapat dilayani memakai sistem telepon PABX dan LAN. Sementara, untuk
pengelola dengan pengunjung dapat menggunakan interkom atau speaker
yang diisntalkan pada ruang-ruang terutama ruang publik.
6.5.7 Sistem Jaringan Sampah
Pengolahan sampah pada bangunan akan menggunakan sistem sampah yang
membagi menjadi beberapa bagian sesuai denagn jenisnya. Sampah dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu sampah anorganik, sampah organik dan sampah berbahaya. Dengan
demikian setiap titik-titik sampah akan disediakan tempat sampah yang sesuai dengan
jenisnya dan terhubung ke ruang pangolahan sampah melalui shaft sampah.