digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS...

220
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF H. I 0207065 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS...

Page 1: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

DI SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

MUHAMMAD SYARIF H.

I 0207065

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

DI SURAKARTA

Disusun Oleh :

MUHAMMAD SYARIF H.

I 0207065

Menyetujui, Surakarta, Januari 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Titis S. Pitana, S.T., M. Trop. Arch. Sri Yuliani, S.T., M. App, Sc. NIP. 19680609 199402 1 001 NIP. 19710706 199512 2 001

Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik UNS

Dr. Ir. Mohammad Muqoffa, M.T. NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik UNS

Kahar Sunoko, S.T., M.T. NIP. 19690320 199503 1 002

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Kusno Adi Sambowo, S.T, M.Sc, Ph.D.

NIP. 19691026 199503 1 002

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis pajatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

Konsep Tugas Akhir berjudul “ Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah Di Surakarta“ sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di

Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Konsep Tugas Akhir ini tidak lepas

dari pihak-pihak yang telah memberi bantuan baik bantuan moril maupun materiil.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Mohammad Muqoffa, M.T. selaku Ketua Jurusan Arsitektur

2. Kahar Sunoko, S.T., M.T. selaku Ketua Prodi Arsitektur

3. Yosafat Winarto, S.T., M.T. selaku Kordinator Tugas Akhir

4. Ir. Y. Aries Susilo selaku Pembimbing Akademik

5. Dr. Titis Srimuda Pitana, S.T., M.Trop.Arch. selaku Dosen Pembimbing I

6. Sri Yuliani, S.T, M.App.Sc. selaku Dosen Pembimbing II

Penulis menyadari bahwa Konsep Tugas Akhir ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Semoga Konsep Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis pribadi dan para pembaca.

Surakarta, 9 Januari 2012

Penulis

Page 4: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Allah SWT

Puji syukur penulis pajatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Konsep Tugas

Akhir

Keluarga Tercinta

Terima kasih atas semua dukungan baik moral maupun material.

Dr. Ir. Mohammad Muqoffa, M.T. (Ketua Jurusan Arsitektur)

Kahar Sunoko, S.T., M.T. (Ketua Prodi Arsitektur)

Yosafat Winarto, S.T., M.T. (Kordinator Tugas Akhir)

Ir. Y. Aries Susilo (Pembimbing Akademik)

Terima kasih atas ijin yang anda berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Konsep Tugas Akhir.

Dr. Titis Srimuda Pitana, S.T., M.Trop.Arch. (Dosen Pembimbing I)

Sri Yuliani, S.T, M.App.Sc. (Dosen Pembimbing II)

Terima kasih atas bimbingan anda selama hampir satu tahun. Berkat bimbingan

dan arahan anda, penulis dapat menyelesaikan Konsep Tugas Akhir.

Teman-Teman Studio 124

Terima kasih telah menemani penulis selama menyelesaikan desain Tugas Akhir.

Page 5: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Bram Sanjaya

Terima kasih atas bantuan Maket Tugas Akhir.

Fatkhurahman, Irfan, Fungki, dan Sukamto

Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama masuk Studio Tugas Akhir.

Page 6: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar xii

Daftar Tabel xvi

Daftar Diagram xix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Judul dan Pemahaman Judul 1

1.2. Latar Belakang 2

1.3. Permasalahan dan Persoalan 7

4.6.1. Permasalahan 7

4.6.2. Persoalan 7

1.4. Tujuan dan Sasaran 8

1.4.1. Tujuan 8

1.4.2. Sasaran 8

1.5. Metode Perencanaan dan Perancangan 9

1.5.1. Penelusuran Masalah 9

1.5.2. Pengumpulan Data 9

Page 7: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

1.5.3. Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan 10

1.5.4. Transformasi dan Rancang Bangun Arsitektur 11

1.6. Sistematika Penulisan 12

BAB 2 TINJAUAN KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN

TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA

2.1. Tinjauan Kompleks Seni 13

2.2. Tinjauan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 14

2.2.1. Jenis dan Pelaku Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 14

2.2.2. Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 23

2.2.3. Ruang Pentas Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 24

2.3. Tinjauan Kehidupan Seniman Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 27

2.4. Tinjauan Suasana Kampung Sebagai Cerminan Kehidupan

Seniman Yang Bebas 28

2.5. Tinjauan Arsitektur Jawa 29

2.5.1. Arsitektur Jawa Sebagai Wujud

Kearifan Lokal Manusia Jawa 32

2.5.2. Arsitektur Jawa Dalam Tampilan Fisik 32

2.5.3. Arsitektur Jawa Secara Konseptual 34

2.5.4. Aspek Konseptual Arsitektur Jawa Sebagai Pijakan

Dalam Perolehan Bentuk Fisik 42

2.6. Tinjauan Kota Surakarta 43

2.6.1. Tinjauan Administratif Kota Surakarta 43

Page 8: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

2.6.2. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta 44

2.6.3. Tinjauan Pariwisata Budaya Kota Surakarta 46

2.6.4. Tinjauan Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah di Surakarta 49

2.6.5. Fasilitas Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah di Surakarta 60

BAB 3 KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL

JAWA TENGAH DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN

3.1. Deskripsi Singkat 62

3.2. Visi, Misi, Peran, Fungsi, Manfaat, dan Sasaran Pelayanan 63

3.2.1. Visi 63

3.2.2. Misi 63

3.2.3. Peran 63

3.2.4. Fungsi 64

3.2.5. Manfaat 64

3.2.6. Sasaran Pelayanan 65

3.3. Eksistensi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Yang Direncanakan di Tengah Kondisi Budaya Surakarta 65

3.4. Kegiatan dan Pelaku Kegiatan Yang Direncanakan 67

3.5. Ruang Kegiatan Yang Direncanakan 70

3.6. Lokasi Yang Direncanakan 73

3.7. Suasana Kampung Yang Direncanakan 74

3.8. Arsitektur Jawa Yang Direncanakan 75

Page 9: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB 4 PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN

TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA

4.1. Analisa Kegiatan dan Pelaku Kegiatan 77

4.1.1. Analisa Kegiatan 77

4.1.2. Analisa Pelaku Kegiatan 79

4.2. Analisa Ruang 81

4.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang 81

4.2.2. Analisa Besaran Ruang 90

4.2.3. Analisa Hubungan Ruang 103

4.2.4. Analisa Bentuk, Ekspresi, dan Tata Ruang 108

4.3. Analisa Tapak/Site 112

4.3.1. Analisa Pemilihan Lokasi Tapak/Site 112

4.3.2. Analisa Penentuan Tapak/Site 118

4.3.3. Analisa Pencapaian Tapak/Site 125

4.3.4. Analisa Kebisingan (Noise) 128

4.3.5. Analisa Pandangan (View) di Dalam Tapak/Site 131

4.3.6. Analisa Zoning 133

4.3.7. Analisa Sirkulasi di Dalam Tapak/Site 135

4.4. Analisa Massa Bangunan 137

4.4.1. Analisa Bentuk, Arah, Ekspresi, dan Tata Massa

Bangunan 137

4.5. Analisa Sistem Struktur dan Kontruksi 144

Page 10: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4.6. Analisa Utilitas 148

4.6.1. Analisa Sistem Pencahayaan dan Penghawaan 148

4.6.2. Analisa Sistem Air 154

4.6.3. Analisa Sistem Penanganan Sampah 156

4.6.4. Analisa Sistem Elektrikal 157

4.6.5. Analisa Sistem Penanggulangan Kebakaran 158

4.6.6. Analisa Sistem Penangkal Petir 160

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL

JAWA TENGAH DI SURAKARTA

5.1. Konsep Kegiatan dan Pelaku Kegiatan 161

5.2. Konsep Ruang 164

5.2.1. Kebutuhan dan Besaran Ruang 164

5.2.2. Konsep Hubungan Ruang 172

5.2.3. Konsep Bentuk, Ekspresi, dan Tata Ruang 177

5.3. Konsep Tapak/Site 179

5.3.1. Lokasi Tapak/Site Terpilih 179

5.3.2. Site Terpilih 180

5.3.3. Pencapaian Tapak/Site 183

5.3.4. Respon Terhadap Kebisingan (Noise) dan Angin 184

5.3.5. Pandangan (View) di Dalam Site 185

5.3.6. Zoning 186

5.3.7. Sirkulasi di Dalam Tapak/Site 187

Page 11: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

5.4. Konsep Massa Bangunan 188

5.4.1. Bentuk, Arah, Ekspresi, dan Tata Massa Bangunan 188

5.5. Konsep Sistem Struktur dan Kontruksi 193

5.6. Konsep Utilitas 194

5.6.1. Sistem Pencahayaan dan Penghawaan 194

5.6.2. Sistem Air 195

5.6.3. Sistem Penanganan Sampah 197

5.6.4. Sistem Elektrikal 197

5.6.5. Sistem Penanggulangan Kebakaran 198

5.6.6. Sistem Penangkal Petir 198

Daftar Pustaka 199

Lampiran Lampiran 1

A. Tranformasi Desain Lampiran 1

B. Gambar Kerja Lampiran 18

C. Eksterior dan Interior Lampiran 33

Page 12: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pementasan Wayang Kulit di Pendhopo Rumah 26

Gambar 2.2. Pementasan Tari Tradisional di Ruang Terbuka

(Halaman Rumah dan Pasar) 28

Gambar 2.3. Kondisi Rumah-Rumah Seniman Yang Sederhana

dan Menyatu Dengan Alam 28

Gambar 2.4. Suasana Kampung Sumber, Banjarsari, Surakarta

Dengan Pepohonan Pisang, Melinjo, dan Mangga 29

Gambar 2.5. Denah Rumah Tinggal Jawa 39

Gambar 2.6. Posisi Pagelaran Wayang Pada Bangunan Jawa 40

Gambar 2.7. Peta Kota Surakarta 44

Gambar 2.8. Peta Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) 45

Gambar 2.9. Peta Pariwisata Kota Surakarta 46

Gambar 4.1. Bentuk Ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 109

Gambar 4.2. Ekspresi Ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 110

Page 13: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Gambar 4.3. Tata Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah 112

Gambar 4.4. Daerah Sumber 114

Gambar 4.5. Daerah Mojosongo 115

Gambar 4.6. Daerah Ngarsopuro 116

Gambar 4.7. Alternatif Lokasi Site Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 117

Gambar 4.8. Lokasi Tapak/Site Terpilih (Daerah Sumber) 118

Gambar 4.9. Alternatif Site 1 120

Gambar 4.10. Alternatif Site 2 121

Gambar 4.11. Kondisi Eksisting Site 1 Dan Site 2

Berupa Persawahan 121

Gambar 4.12. Jalan Kahuripan Utara Terhubung Langsung

Dengan Jalan Kahuripan Barat 122

Gambar 4.13. Kondisi Perkampungan di Sebelah Timur Site 122

Gambar 4.14. Kondisi Lingkungan Site Yang Tenang 122

Gambar 4.15. Saluran Iringasi di Dalam Site 123

Gambar 4.16. Potensi Kedua Alternatif Site 123

Gambar 4.17. Site Terpilih 125

Gambar 4.18. Potensi Pencapaian Site 127

Gambar 4.19. Pencapaian Site 128

Gambar 4.20. Potensi Noise di Sekitar Site 130

Gambar 4.21. Respon Terhadap Noise di Dalam Site 131

Gambar 4.22. View Bangunan di Dalam Site 133

Page 14: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Gambar 4.23. Zoning Site 135

Gambar 4.24. Sirkulasi di Dalam Site 137

Gambar 4.25. Bentuk Massa Bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 140

Gambar 4.26. Ekspresi Massa Bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 141

Gambar 4.27. Tata Massa Bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 143

Gambar 4.28. Orientasi Bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 144

Gambar 4.29. Pondasi Menerus 145

Gambar 4.30. Pondasi Setempat 146

Gambar 4.31. Pondasi Gabungan 146

Gambar 4.32. Pondasi Plat 146

Gambar 5.1. Bentuk Ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 177

Gambar 5.2. Ekspresi Ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 178

Gambar 5.3. Tata Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah 179

Gambar 5.4. Daerah Sumber 180

Gambar 5.5. Tapak/Site Terpilih 181

Gambar 5.6. Kondisi Eksisting Site 1 (kiri) dan Site 2 (kanan)

Berupa Persawahan 181

Page 15: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Gambar 5.7. Jalan Kahuripan Utara Terhubung Langsung

Dengan Jalan Kahuripan Barat 182

Gambar 5.8. Kondisi Perkampungan di Sebelah Timur Site 182

Gambar 5.9. Kondisi Lingkungan Site Yang Tenang 183

Gambar 5.10. Saluran Iringasi di Dalam Site 183

Gambar 5.11. Pencapaian Site 184

Gambar 5.12. Respon Kebisingan dan Angin Pada Site 185

Gambar 5.13. View Bangunan di Dalam Site 186

Gambar 5.14. Zoning Site 187

Gambar 5.15. Sirkulasi di Dalam Site 188

Gambar 5.16. Bentuk Massa Bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 190

Gambar 5.17. Ekspresi Massa Bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 191

Gambar 5.18. Tata Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 192

Gambar 5.19. Orientasi Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 193

Gambar 5.20. Pondasi Menerus 193

Gambar 5.21. Pondasi Setempat 193

Page 16: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tipe Arsitektur Jawa 33

Tabel 2.2. Tabel Fungsi Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) 45

Tabel 2.3. Kunjungan Wisatawan (Mancanegara dan Domestik) ke

Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta 48

Tabel 2.4. Kunjungan Wisatawan (Mancanegara dan Domestik) ke

Obyek Wisata di Kota Surakarta 48

Tabel 4.1. Kebutuhan Ruang Panggung Terbuka 82

Tabel 4.2. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Tari 83

Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Musik Tradisional 84

Tabel 4.4. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Teater Boneka 85

Tabel 4.5. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Teater Orang 85

Tabel 4.6. Kebutuhan Ruang Griya Alit Tari 86

Tabel 4.7. Kebutuhan Ruang Griya Alit Musik Tradisional 87

Tabel 4.8. Kebutuhan Ruang Griya Alit Teater Boneka 87

Tabel 4.9. Kebutuhan Ruang Griya Alit Teater Orang 87

Tabel 4.10. Kebutuhan Ruang Mushola 88

Tabel 4.11. Kebutuhan Ruang Lapangan 88

Tabel 4.12. Kebutuhan Ruang Gazebo 89

Tabel 4.13. Kebutuhan Ruang Angkringan 89

Tabel 4.14. Kebutuhan Ruang Griya Pengelola 89

Tabel 4.15. Besaran Ruang Panggung Terbuka 90

Page 17: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Tabel 4.16. Besaran Ruang Griya Ageng Tari 92

Tabel 4.17. Besaran Ruang Griya Ageng Musik Tradisional 94

Tabel 4.18. Besaran Ruang Griya Ageng Teater Boneka 95

Tabel 4.19. Besaran Ruang Griya Ageng Teater Orang 96

Tabel 4.20. Besaran Ruang Griya Alit Tari 97

Tabel 4.21. Besaran Ruang Griya Alit Musik Tradisional 97

Tabel 4.22. Besaran Ruang Griya Alit Teater Boneka 98

Tabel 4.23. Besaran Ruang Griya Alit Teater Orang 98

Tabel 4.24. Besaran Ruang Mushola 99

Tabel 4.25. Besaran Ruang Lapangan 99

Tabel 4.26. Besaran Ruang Gazebo 99

Tabel 4.27. Besaran Ruang Angkringan 99

Tabel 4.28. Besaran Ruang Griya Pengelola 100

Tabel4.29. Luas Total Ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 100

Tabel 4.30. Kode Pola Hubungan Antar Ruang 106

Tabel 4.31. Penilaian Alternatif Site Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah 117

Tabel 4.32. Hubungan Zona Ruang Dengan Pencapaian,

Kebisingan (Noise), Angin, dan Pandangan (View) 134

Tabel 5.1. Kebutuhan dan Besaran Ruang Panggung Terbuka 164

Tabel 5.2. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng Tari 165

Tabel 5.3. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng

Musik Tradisional 166

Page 18: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Tabel 5.4. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng

Teater Boneka 167

Tabel 5.5. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng Tari 168

Tabel 5.6. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit Tari 169

Tabel 5.7. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit

Musik Tradisional 169

Tabel 5.8. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit

Teater Boneka 169

Tabel 5.9. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit

Teater Orang 170

Tabel 5.10. Kebutuhan dan Besaran Ruang Mushola 170

Tabel 5.11. Kebutuhan dan Besaran Ruang Lapangan 171

Tabel 5.12. Kebutuhan dan Besaran Ruang Gazebo 171

Tabel 5.13. Kebutuhan dan Besaran Ruang Angkringan 171

Tabel 5.14. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Pengelola 171

Tabel 5.15. Kode Pola Hubungan Antar Ruang 175

Page 19: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1. Kunjungan Wisatawan (Mancanegara dan Domestik)

ke Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

di Kota Surakarta 48

Diagram 4.1. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik

Dengan Kelompok Ruang Semi Publik 103

Diagram 4.2. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik

Dengan Kelompok Ruang Privat 104

Diagram 4.3. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik

Dengan Kelompok Ruang Servis 104

Diagram 4.4. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik

Dengan Kelompok Ruang Pengelola 104

Diagram 4.5. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Privat 104

Diagram 4.6. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Servis 104

Diagram 4.7. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola 105

Diagram 4.8. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat

Dengan Kelompok Ruang Servis 105

Diagram 4.9. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat

Dengan Kelompok Ruang Pengelola 105

Page 20: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Diagram 4.10. Hubungan Antara Kelompok Ruang Servis

Dengan Kelompok Ruang Pengelola 105

Diagram 4.11. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni

Dengan Kelompok Ruang Berhuni 105

Diagram 4.12 Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni

Dengan Kelompok Ruang Servis 106

Diagram 4.13. Hubungan Antara Kelompok Ruang Berhuni

Dengan Kelompok Ruang Servis 106

Diagram 4.14. Hubungan Antara Kelompok Ruang

di Dalam Griya Alit 107

Diagram 4.15. Sistem Air Bersih dan Air Kotor Bangunan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 155

Diagram 4.16. Sistem Penanganan Sampah Bangunan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 157

Diagram 5.1. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Publik Dengan Kelompok Ruang Semi Publik 172

Diagram 5.2. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Publik Dengan Kelompok Ruang Privat 173

Diagram 5.3. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Publik Dengan Kelompok Ruang Servis 173

Diagram 5.4. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola 173

Diagram 5.5. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Privat 173

Page 21: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Diagram 5.6. Hubungan Antara Kelompok Ruang

Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Servis 173

Diagram 5.7. Analisa Hubungan Antara Kelompok Ruang

Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola 174

Diagram 5.8. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat

Dengan Kelompok Ruang Servis 174

Diagram 5.9. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat

Dengan Kelompok Ruang Pengelola 174

Diagram 5.10. Hubungan Antara Kelompok Ruang Servis

Dengan Kelompok Ruang Pengelola 174

Diagram 5.11. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni

Dengan Kelompok Ruang Berhuni 174

Diagram 5.12. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni

Dengan Kelompok Ruang Servis 175

Diagram 5.13. Hubungan Antara Kelompok Ruang Berhuni

Dengan Kelompok Ruang Servis 175

Diagram 5.14. Hubungan Antara Kelompok Ruang

di Dalam Griya Alit 176

Diagram 5.15. Sistem Air Bersih dan Air Kotor Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 196

Diagram 5.16. Sistem Penanganan Sampah Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah 197

Page 22: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Judul dan Pemahaman Judul

Judul dalam Tugas Akhir ini adalah Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta. Pemahaman tentang judul tersebut

dapat diperoleh dari penelusuran berikut.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kompleks sebagai

suatu kesatuan, kelompok, daerah, atau lingkungan yang merujuk pada

sekelompok bangunan, seperti kompleks industri yang dipahami sebagai

kelompok atau daerah kegiatan industri. Pemahaman yang sama diperoleh

dari www.wikipedia.org (25 Agustus 2011) yang mendefinisikan kompleks

sebagai suatu kesatuan dari sejumlah bagian yang saling berhubungan dan

dapat merujuk pada gabungan beberapa bangunan dalam suatu wilayah.

Seni pertunjukan adalah segala ungkapan seni yang substansi

dasarnya pergelaran langsung di hadapan penonton (Sedyawati, 2009:1).

Sementara itu, Dwi (2008:187) mengungkapkan bahwa seni tradisional

adalah seni yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Aturan baku tersebut

diwariskan secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya

dalam kurun waktu yang telah disepakati. Dengan demikian, seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah yakni segala ungkapan seni yang diwariskan secara

turun menurun dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah dan dapat

1

Page 23: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dipergelarkan langsung kepada penonton dengan berpedoman pada aturan-

aturan baku yang telah disepakati.

Dari uraian diatas didapat pemahaman singkat mengenai judul

“Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta”, yakni

sekelompok bangunan sebagai wadah kegiatan seni pertunjukan tradisional

Jawa Tengah yang menempati wilayah tertentu di Surakarta.

1.2. Latar Belakang

Seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah merupakan salah satu aset

negara yang dapat memperkaya khasanah budaya Indonesia. Keberadaannya

memberi warna tersendiri sehingga dapat menambah nilai seni dan budaya

Jawa Tengah. Selain itu, seni pertunjukan Jawa Tengah mampu memberi

identitas/ciri khas tersendiri terhadap Jawa Tengah. Pesan-pesan moral yang

terkandung di dalam setiap pergelaran seni pertunjukan tersebut menunjukkan

bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbudi luhur.

Saat ini minat masyarakat terhadap seni pertunjukan tradisional Jawa

Tengah mulai menurun. Hal itu ditandai dengan gulung tikarnya beberapa

seni pertunjukan seperti ketoprak, wayang wong, dan drama tradisional yang

ditunjukkan dengan bubarnya beberapa kelompok seni yang pernah jaya

dimasa lalu, seperti: kelompok Dagelan Mataram, Sri Mulat, dan lain-lain

(Susatyo, 2008: 4). Selain itu, keberadaan seni pertunjukan ini mulai tergeser

oleh kebudayaan Barat yang lebih canggih dan modern, seperti musik rock,

disco,dan lainya. Hal ini terlihat dari perilaku masyarakat Jawa Tengah

terutama generasi pemuda yang dinilai sudah tidak mendukung keberadaan

Page 24: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

seni pertunjukan tersebut. Seperti yang dimuat pada Harian Radar

Tasikmalaya tanggal 17 Oktober 2010 bahwa generasi muda saat ini

cenderung menyukai kebudayaan luar daripada kebudayaan daerah.

Alasannya adalah arus budaya luar begitu gencar masuk ke negara Indonesia

melalui media massa. Sementara itu, filterisasi kebudayaan nyaris tidak ada.

Keadaan ini diperparah dengan lemahnya bimbingan dari kalangan orang tua

untuk mengenalkan keanekaragaman seni budaya daerah kepada generasi

muda. Padahal, dengan mengetahui dan memahami kesenian tradisional

generasi muda mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi banding

dengan kebudayaan tradisional di negara-negara lain. Generasi muda akan

lebih mengetahui bahwa seni budaya Indonesia lebih unggul daripada seni

budaya asing. Keprihatinan terhadap rendahnya daya dukung pemuda

terhadap seni tradisional juga diungkapkan dalam Harian Pelita tanggal 5 Mei

2011 yang menyatakan bahwa sekarang ini generasi muda sangat jauh dari

seni tradisional. Mereka lebih suka dengan kesenian modern termasuk

kesenian yang datangnya dari dunia Barat.

Di balik menurunnya minat masyarakat terhadap seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah masih ada masyarakat Jawa Tengah yang mencoba

mempertahankannya dengan membentuk grup-grup kesenian antara lain grup

kesenian tari, wayang kulit, wayang wong, kethoprak, karawitan, dan lain-

lain. Grup-grup kesenian tersebut ada yang tumbuh melalui lembaga

pelatihan dan ada pula yang tumbuh di lingkungan masyarakat sebagi salah

satu bagian dari kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Keberadaan seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah masih sangat dibutuhkan bagi

Page 25: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

masyarakat tertentu terutama masyarakat di kampung-kampung yang masih

menganggap tradisi sebagai bagian dari kehidupan mereka. Pagelaran wayang

kulit, wayang wong, dan kethoprak dalam acara ruwatan serta pentas Tari

Gambyong dalam upacara pernikahan Jawa merupakan wujud dari

pentingnya seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah bagi masyarakat Jawa.

Keberadaan grup-grup kesenian kurang lengkap tanpa fasilitas yang

mewadahi kegiatan mereka. Oleh karena itu, Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah perlu dibangun sebagai wadah kegiatan seni para

seniman. Kegiatan seni bukanlah kegiatan singkat karena untuk mementaskan

suatu cerita perlu berkali-kali latihan. Selama proses latihan dan pentas

tersebut seniman memerlukan hunian untuk tinggal. Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah direncanakan sebagai wadah kegiatan

seni dan kegiatan berhuni seniman selama mereka mengadakan latihan dan

pentas.

Keberhasilan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

dalam menjalankan fungsinya tentu sangat dipengaruhi oleh lokasi bangunan

tersebut. Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menjadi

tujuan wisata seni dan budaya. Koentjaraningrat (1995:329) menyebut kota

ini sebagai pusat kebudayaan Jawa. Hal ini disebabkan karena Surakarta

memiliki banyak peninggalan seni dan budaya, antara lain Keraton

Kasunanan, Puro Mangkunegaran, bangunan kolonial Belanda, Museum

Radya Pustaka, tari-tarian tradisional, dan masih banyak yang lainnya.

Keberagaman peninggalan seni dan budaya tersebut mampu menarik minat

wisatawan untuk berkunjung. Hal ini terlihat dengan banyaknya wisatawan

Page 26: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung

ke Surakarta untuk mengenal, mempelajari, dan berapresiasi terhadap seni

dan budaya setempat. Data dari Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan

Surakarta tahun 2003-2010 menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke

kota Surakarta semakin meningkat setiap tahunnya. Pembangunan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di Surakarta merupakan salah satu

upaya menjaga kearifan lokal Surakarta yang sarat akan budaya.

Saat ini Surakarta telah memiliki beberapa wadah kegiatan seni, yakni

Taman Budaya Surakarta, Gedung Wayang Wong Sriwedari, dan Gedung

Kethoprak Balekambang yang lebih berfungsi sebagai tempat latihan dan

pentas. Fasilitas tersebut dinilai kurang konteks dengan seni pertunjukan

tradisional yang lebih cocok dipentaskan di ruang-ruang sederhana. Selain itu,

Taman Budaya Surakarta tersebut kurang mendukung bagi kehidupan berhuni

seniman yang bebas dan bersahabat dengan alam. Wisma seni Taman Budaya

Surakarta lebih difungsikan sebagai tempat tinggal sementara bagi seniman

yang sedang mengadakan latihan dan pentas. Desain wisma seni dinilai

kurang menjiwai karakter para seniman. Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah hadir sebagai fasilitas seni bernuansa kampung,

yakni nuansa kesederhanaan, bebas, akrab, dan menyatu dengan alam.

Kesederhanaan yang dimaksud adalah kesederhanaan dalam pentas dimana

seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah ditampilkan secara non formal

dalam ruang-ruang sederhana sebagaimana mengulang kebiasaan pentas seni

pertunjukan tersebut. Hunian-hunian seniman didesain sebagai respon dari

karakter seniman yang bersahabat dengan lingkungan alam.

Page 27: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah tumbuh di lingkungan

masyarakat Jawa Tengah dan sering dipentaskan di dalam maupun diluar

bangunan Jawa, seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa dahulu

kesenian wayang, wayang wong, dan kethoprak sering dipentaskan di dalam

salah satu bagian rumah tinggal Jawa seperti pendhopo dan pringgitan

(Soetarno, 2005 dan Padmodarmaya, 1988:35). Dengan demikian, alangkah

baiknya jika bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

dirancang dengan konsep arsitektur Jawa agar lebih kontekstual dengan

kegiatan yang diwadahi di dalamnya.

Sebagai Kota Budaya, Surakarta hendaknya mampu mempertahankan

hasil karya budaya yang tumbuh dan diwariskan oleh masyarakat Jawa.

Arsitektur Jawa merupakan salah satu hasil karya budaya yang dimiliki

Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada bangunan-bangunan bersejarah di

Surakarta yang hingga kini masih terpelihara dengan baik seperti Keraton

Kasunanan, Puro Mangkunegaran, dan Museum Radya Pustaka yang masih

bercirikan arsitektur Jawa. Tampilan arsitektur Jawa juga menjadi ciri khas

perkampungan di Surakarta karena sebagian besar kampung di Surakarta

memiliki tampilan fisik arsitektur Jawa, seperti Kampung Baluwarti,

Kampung Kauman, Kampung Laweyan, dan lain-lain. Oleh karena itu,

konsep arsitektur Jawa pada Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah yang direncanakan sangat diperlukan sebagai salah satu usaha untuk

menjaga citra dan identitas Surakarta sebagai Kota Budaya.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1.3. Permasalahan dan Persoalan

1.3.1. Permasalahan

Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di Kota Surakarta sebagai

wadah kegiatan seni dan kegiatan berhuni para seniman dalam suasana

ruang yang bebas, alami, dan sederhana seperti suasana di suatu

kampung berarsitektur Jawa.

1.3.2. Persoalan

Berdasarkan permasalahan yang ada muncul beberapa persoalan

sebagai berikut.

1) Jenis kegiatan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah apa yang

diwadahi dan bagaimana wujud wadah kegiatan tersebut agar tujuan

pelestarian seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dapat tercapai.

2) Bagaimana program ruang yang mampu menampung kegiatan seni

dan kegiatan berhuni para seniman.

3) Bagaimana lokasi yang berpotensi dan mendukung keberadaan serta

operasional Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

yang akan didirikan.

4) Bagaimana bentuk dan tata massa bangunan yang mencerminkan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sebagai wadah

kegiatan seni dan kegiatan berhuni dengan suasana ruang bebas,

alami, dan sederhana seperti suasana di suatu kampung berarsitektur

Jawa.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

5) Bagaimana struktur dan kontruksi bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah agar dapat berdiri kokoh

dalam menahan beban yang mengenainya sehingga terjamin

kenyamanan dan keselamatan penggunanya.

6) Bagaimana utilitas bangunan yang mendukung fungsi Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

1.4. Tujuan dan Sasaran

1.4.1. Tujuan

Terwujudnya konsep perencanaan dan perancangan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di Kota Surakarta sebagai

wadah kegiatan seni dan kegiatan berhuni para seniman dalam suasana

ruang yang bebas, alami, dan sederhana seperti suasana di suatu

kampung berarsitektur Jawa.

1.4.2. Sasaran

Sasaran dalam penyusunan konsep perencanaan dan

perancangan fisik Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Di Surakarta yakni sebagai berikut.

1) Konsep kegiatan dan pelaku kegiatan

2) Konsep kebutuhan, besaran, dan hubungan ruang

3) Konsep lokasi dan site

4) Konsep bentuk dan tata massa bangunan berarsitektur Jawa

5) Konsep sistem struktur dan kontruksi bangunan

6) Konsep sistem utilitas bangunan

Page 30: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1.5. Metode Perencanaan dan Perancangan

Metode perencanaan dan perancangan dilakukan dengan memaparkan,

mengidentifikasi, dan mendeskripsikan tentang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta dengan pendekatan arsitektur Jawa

melalui beberapa prosedur, yaitu penelusuran masalah, pengumpulan data,

pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, transformasi dan rancang

bangun.

1.5.1. Penelusuran Masalah

Masalah yang timbul berangkat dari adanya isu-isu yang sedang

berkembang tentang kelestarian seni pertunjukan tradisional Jawa

Tengah. Kemudian isu-isu tersebut ditelusuri tentang kebenarannya

dengan mencari data-data yang relevan dan dapat dipercaya melalui

buku, media cetak, dan media elektronik.

1.5.2. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penyusunan konsep ini

dikumpulkan dengan cara sebagai berikut.

1) Studi Literatur

Studi literatur dipergunakan untuk mendapatkan data-data

sekunder, meliputi tinjauan kompleks seni, tinjauan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah sebagai obyek pelestarian, tinjauan kehidupan

seniman, tinjauan suasana kampung, tinjauan arsitektur Jawa, dan

tinjauan Kota Surakarta sebagai lokasi berdirinya Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang diperoleh dari buku, jurnal,

disertasi, majalah, dan lain-lain, website, dan pihak-pihak terkait.

Page 31: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang terkait, yakni

seniman seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah, wisatawan di

Surakarta, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta untuk

memperoleh informasi tentang kondisi seni pertunjukan tradisional

Jawa Tengah saat ini dan tingkat kunjungan wisatawan di Surakarta.

1.5.3. Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Pendekatan perumusan konsep perencanaan dan perancangan

melalui metoda induktif, yaitu pendekatan berdasarkan data empiric dan

metoda deduktif, yaitu pendekatan berdasarkan teoritik yang membantu

mengarahkan pembahasan sesuai dengan perencanaan yang diinginkan.

Cara yang digunakan yakni sebagai berikut.

1) Analisa

Merupakan metode penguraian dan pengkajian data-data dan

informasi yang akan digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan

dan perancangan. Metode yang digunakan adalah metode analisa

deskriptif yaitu metode penguraian data dan informasi yang disertai

gambar sebagai media berdasar pada teori normatif yang ada. Pada

tahapan analisa ini dilakukan pengolahan data-data yang telah

terkumpul dan dikelompokan berdasarkan program fungsional,

performasi, dan arsitektural sebagai berikut.

a) Program fungsional untuk mengidentifikasi penggunaan bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah meliputi

kebutuhan dan aktivitas pengguna bangunan.

Page 32: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b) Program performasi yang membahas tentang persyaratan atau

kriteria pemilihan site, program ruang, dan persyaratan lain yang

berhubungan dengan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

c) Program arsitektural merupakan tahap penggabungan dari hasil

analisa fungsional dan performasi yang dilakukan dengan

menganalisa masalah pengolahan site, ruang, massa, tampilan,

struktur, kontruksi, dan utilitas bangunan dengan memperhatikan dan

menyesuaiakan dengan kebutuhan dan aktivitas pengguna serta

persyaratan-persyaratan lain yang berhubungan dengan perencanaan

dan perancangan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

2) Sintesa

Hasil analisa tersebut kemudian diolah dan disimpulkan untuk

mendapatkan pendekatan konsep perencanaan dan perancangan yang

sesuai sehingga siap ditransformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik

yang dikehendaki.

1.5.4. Transformasi dan Rancang Bangun Arsitektur

Berdasarkan deskripsi pendekatan konsep perencanaan dan

perancangan kemudian dilakukan transformasi untuk memperjelas apa

yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran yang berisi ide-ide

rancangan Kompleks yang dihendaki (konsep diagramatik dan

skematik).

Page 33: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Ide-ide rancangan tersebut kemudian dikembangkan menjadi

produk desain berupa gambar-gambar dua dimensi dan tiga dimensi

serta dilengkapi dengan maket sebagai pelengkap informasi desain.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan konsep perencanaan dan perancangan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta sebagai

berikut.

1) Tahap pertama menguraikan tentang judul, pemahaman judul, latar

belakang, permasalahan, persoalan, tujuan, sasaran, metode perencanaan

dan perancangan, serta sistematika penulisan.

2) Tahap kedua menyajikan data-data terkait yang diperoleh melalui studi

literatur yang nantinya akan menjadi bahan untuk membuat analisa guna

memecahkan permasalahan Kota Surakarta sebagai lokasi Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang direncanakan.

3) Tahap ketiga memberi gambaran mengenai Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta yang direncanakan.

4) Tahap keempat menyajikan analisa-analisa dan alternatif penyelesaian

permasalahan perencanaan dan perancangan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta.

5) Tahap kelima menyajikan hasil-hasil analisa yang dirumuskan dalam

konsep perencanaan dan perancangan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta.

Page 34: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

13

BAB 2

TINJAUAN

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

DI SURAKARTA

2.1. Tinjauan Kompleks Seni

Sebagaimana telah disebutkan di Bab I bahwa kompleks dapat

dipahami sebagai sekelompok bangunan yang saling berhubungan dalam

suatu wilayah. Dengan demikian, kompleks seni dapat dipahami sebagai

sekelompok bangunan yang saling berhubungan dalam menjalankan fungsi

yang sama, yakni mewadahi kegiatan seni. Salah satu fasilitas yang dapat

disebut sebagai Kompleks seni adalah Taman Budaya Surakarta (TBS) yang

terdiri dari sekelompok bangunan, yakni pendhopo, gedung teater arena,

wisma seni, dan bangunan lainnya. Bangunan-bangunan tersebut memiliki

fungsi yang sama, yakni mewadahi kegiatan seni. Pendhopo dan gedung

teater arena merupakan fasilitas utama, wisma seni sebagai fasilitas

penunjang, kantor pengelolaan sebagai fasilitas pengelolaan, dan kantin

sebagai fasilitas servis. Dengan fasilitas yang beraneka ragam seperti yang

dimiliki oleh TBS tersebut dapat diketahui bahwa kompleks seni mewadahi

berbagai jenis kegiatan dengan kegiatan seni sebagai salah satu kegiatan yang

dominan dan utama. Kompleks seni dalam proyek ini mewadahi kegiatan seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah meliputi kegiatan latihan, pentas hingga

kegiatan berhuni para seniman.

Page 35: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2.2. Tinjauan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Seni pertunjukan adalah segala ungkapan seni yang substansi

dasarnya pergelaran langsung di hadapan penonton (Sedyawati, 2009:1).

Sementara itu, Dwi (2008:187) mengungkapkan bahwa seni tradisional

adalah seni yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Aturan baku tersebut

diwariskan secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya

dalam kurun waktu yang telah disepakati. Dengan demikian, seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah yaitu segala ungkapan seni yang diwariskan secara

turun menurun dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah dan dapat

dipergelarkan langsung kepada penonton dengan berpedoman pada aturan-

aturan baku yang telah disepakati.

2.2.1. Jenis dan Pelaku Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Dalam buku “Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Pertunjukan

Indonesia” yang ditulis oleh Sedyawati (2009:28-29) disebutkan

tentang pembagian seni musik tradisional berdasarkan pelaku,

penikmat, dan lingkup penyajiannya. Dari pembagian tersebut dapat

disimpulkan bahwa seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dapat

dibagi menjadi seni pertunjukan rakyat dan seni pertunjukan klasik atau

seni pertunjukan budaya tinggi (high culture). Seni pertunjukan rakyat

yaitu seni pertunjukan tradisional yang banyak hidup di lingkungan

masyarakat pedesaan (rural) dan memiliki hubungan erat dengan

masyarakat petani atau nelayan sedangkan seni pertunjukan klasik atau

seni pertunjukan budaya tinggi (high culture) yaitu seni pertunjukan

tradisional yang digunakan, didukung, disajikan, dan hidup di

Page 36: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

lingkungan pusat-pusat kekuasaan, religi, kerajaan, maupun

pemerintahan. Seni pertunjukan klasik biasa disajikan dalam

upacara/peringatan siklus hidup manusia, upacara atau hajatan keluarga,

kemasyarakatan, keagamaan, kenegaraan, dan sebagainya. Di beberapa

lokasi tertentu seni pertunjukan rakyat dan klasik sering memiliki

repertoriar yang sama. Salah satu contohnya adalah Ketawang

Puspawarna ciptaan Mangkunegaran. Selain disajikan sebagai

gendhing setiap Adipati Mangkunegaran tampil di publik dalam acara

resmi, Puspawarna juga disajikan dalam bentuk gendhing tayub yang

populer sampai di wilayah Banyumas.

Jakob Sumarjo (1992:18-19) mengemukaan ciri-ciri seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah yakni nilai dan laku dramatik

dilakukan secara spontan, mengandung unsur lawakan, menggunakan

tetabuhan atau musik tradisional, penonton mengikuti pertunjukan

secara santai dan akrab, menggunakan bahasa daerah, tempat

pertunjukan terbuka dalam bentuk arena, penyajian dilakukan dengan

dialog, tarian, dan nyanyian

Sedyawati (2009:1) membagi seni pertunjukan menjadi tiga

bentuk, yaitu seni musik (vokal, instrumental, gabungan), seni tari

(representasional dan non-representasional), dan seni teater (dengan

orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personae). Berikut adalah

uraian dari ketiga bentuk seni tersebut.

Page 37: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a) Seni Musik

Salah satu contoh seni musik tradisional Jawa adalah seni

karawitan. Berdasarkan sumber dari www.wikipedia.org yang diakses

pada tanggal 10 Oktober 2010 pukul 20.30 WIB disebutkan bahwa seni

karawitan merupakan seni menabuh gamelan. Sementara itu, gamelan

didefinisikan sebagai ensembel musik yang biasanya menonjolkan

metalofon, gambang, gendang, dan gong. Seperangkat gamelan dapat

terdiri dari beberapa alat musik dengan berbagai ukuran yang

jumlahnya bisa mencapai 75 buah. Di dalam seni karawitan terdapat

penabuh gamelan (pengrawit), penyanyi wanita solo (pesindhen), dan

penyanyi lelaki membawa suara unisono (gerong).

b) Seni Tari

Tari dapat diartikan sebagai ekspresi jiwa manusia yang

diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah. Pola dan struktur alur

gerak ritmis tersebut harus berirama dan diselaraskan dengan bunyi

musik atau gamelan (Soedarsono dan Soeryodiningrat dalam Setiawati,

2008:19). Seni tari tradisional Jawa Tengah dapat dibagi lagi menjadi

dua, yakni sebagai berikut.

1) Seni tari klasik (Wartono, 1989), contohnya:

- Tari Bedhaya, yaitu tari yang dimainkan oleh sembilan penari putri

untuk menjamu tamu raja dan menghormati Nyi Roro Kidul. Tari

Bedhaya Ketawang jarang disajikan di luar Kraton karena tari tersebut

sangat sakral. Beberapa jenis tari Bedhaya yang belum mengalami

perubahan antara lain: Bedhaya Ketawang, Bedhaya Pangkur,

Page 38: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Bedhaya Duradasih, Bedhaya Mangunkarya, Bedhaya Sinom,

Bedhaya Endhol-endhol, Bedhaya Gandrungmanis, Bedhaya Kabor,

Bedhaya Tejanata.

- Tari Srimpi, yaitu tari yang dimainkan oleh empat penari putri.

Masing-masing penari mendapat sebutan sebagai air, api, angin, dan

bumi/tanah sebagai lambang terjadinya manusia dan lambang empat

penjuru mata angin.

- Tari Bondan, yaitu tari yang tidak memiliki ketentuan jumlah penari.

2) Seni tari rakyat (Wartono, 1989 dan Muryantoro, 2007:234),

contohnya:

- Tari di dalam teater wayang wong.

- Tari Srandul, dimainkan oleh lima penari.

- Langendriyan, dimainkan oleh dua penari atau lebih.

- Langen Wanara, yaitu tari yang meniru gerak kera (gerak wanara)

dan dapat dimainkan secara tunggal atau massal.

- Wireng, yaitu tari yangmengisahkan tentang perang dua kesatria.

- Tari Tayub, yaitu tari yang sangat terkenal di Pati, Blora, Jepara,

Grobogan, Sragen dan Tuban sebagai sarana ritual yang ditarikan saat

mulai panen. Tari ini dimainkan oleh para wanita cantik (tledhek) dan

diiringi oleh para penjoget pria.

- Tari Dolalak dari Purworejo, yaitu tari yang dimainkan oleh beberapa

orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda

atau Perancis dan diiringi dengan kentrung, rebana, kendang, kencer,

dan lain-lain.

Page 39: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

- Tari Patolan (Prisenan) dari Rembang, yaitu jenis olahraga gulat

rakyat yang dimainkan oleh dua orang pegulat dipimpin oleh dua

orang gelandang (wasit) dari masing-masing pihak. Tari ini biasa

dimainkan di tempat-tempat yang berpasir seperti di tepi pantai.

- Kuda Kepang, Barongan, dan Wayang Krucil dari Blora.

- Kuntulan dan Sintren dari Pekalongan. Kuntulan merupakan kesenian

bela diri yang dilukiskan dalam bentuk tarian dengan iringan bunyi-

bunyian seperti bedug, terbang, dan lain-lain. Sintren merupakan seni

tari yang dimainkan oleh seorang penari (gadis) dalam keadaan tidak

sadarkan diri. Sebelum tarian dimulai tangan penari diikat kemudian

penari dimasukkan ke dalam tempat tertutup bersama peralatan

bersolek. Selang beberapa lama penari selesai berdandan dan siap

untuk menari. Atraksi ini dapat disaksikan pada waktu malam bulan

purnama setelah panen.

- Obeg dan Begalan dari Cilacap. Obeg merupakan seni tari yang

dimainkan oleh beberapa orang wanita atau pria dengan menunggang

kuda yang terbuat dari anyaman bambu (kepang) dan diiringi dengan

bunyi-bunyian tertentu. Pertunjukan ini dipimpin oleh seorang pawang

(dukun) yang dapat membuat pemain dalam keadaan tidak sadar.

Begalan adalah salah satu acara dalam rangkaian upacara perkawinan

adat.

- Kuda Lumping (Jaran Kepang) dari Temanggung, yaitu tari yang

sering dipentaskan untuk menyambut tamu -tamu resmi atau biasanya

diadakan pada waktu upacara.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

- Lengger dari Wonosobo, yaitu tari yang dimainkan oleh dua orang

laki-laki untuk memerankan tokoh dalam cerita Dewi Chandrakirana

yang sedang mencari suaminya. Seni tari ini diiringi dengan alat

musik angklung.

- Jatilan dari Magelang, yaitu tari yang dimainkan oleh delapan orang

pemain. Tari ini dipimpin oleh seorang pawang dan diiringi dengan

bunyi-bunyian berupa bende, kenong, dan lain-lain.

- Jlantur dari Boyolali, yaitu tari yang dimainkan oleh 40 orang pria

dengan memakai ikat kepala gaya Turki dan menaiki kuda kepang

dengan senjata tombak dan pedang. Tarian ini menggambarkan

prajurit yang akan berangkat ke medan perang.

- Ketek Ogleng dari Wonogiri, yaitu tari yang mengisahkan percintaan

antara Endang Roro Tompe dengan ketek ogleng.

c) Seni Teater

Santoso (2008:1) dalam bukunya “Seni Teater Jilid 1 Untuk

Sekolah Menengah Kejuruan” menjelaskan tentang definisi dan fungsi

seni teater. Di dalam buku tersebut disebutkan bahwa teater berasal dari

kata Yunani, yaitu “theatron” yang artinya tempat atau gedung

pertunjukan. Dalam pengertian yang lebih luas kata teater diartikan

sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater

dapat berfungsi sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah seperti anak-

anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain

sebagainya. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan

strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual

Page 41: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

seperti upacara adat maupun upacara kenegaraan dimana keduanya

memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Harymawan

dalam Santoso (2008:1) membatasi seni teater dari sudut pandang

sebagai berikut.

“Tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni teater adalah

pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh

penonton. Beberapa contoh seni teater tradisional di Jawa Tengah,

yakni sebagai berikut.

1) Wayang kulit

Wayang kulit merupakan seni pertunjukan tradisional Jawa yang

mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana (Susatyo,

2008:13). Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang sebagai narrator

dan diiringi dengan musik gamelan yang dimainkan sekelompok

nayaga. Dalang memainkan wayang kulit pada sebuah layar yang

terbuat dari kain putih (kelir). Di atas dalang dipasang lampu listrik atau

lampu minyak (blencong) sehingga para penonton yang berada di sisi

lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir

(www.wikipedia.org diakses pada tanggal 10 Oktober 2010 pukul 20.30

WIB).

Di dalam buku yang berjudul “Pertunjukan Wayang Purwa dan

Makna Simbolisme” yang ditulis oleh Soetarno (2005) disebutkan

pelaku-pelaku dalam pertunjukan wayang kulit antara lain: Dalang,

Page 42: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

yakni orang yang bertindak sebagai pemain figure;

pesindhen/waranggana, yakni penyanyi orkes (gamelan) yang

mengiringi pertunjukan wayang kulit; pengrawit/pradangga/niyaga,

yakni pemain gamelan; dan penggerong, yakni vokalis pria berupa koor

yang mengiringi gendhing.

2) Wayang wong (wayang orang)

Wayang wong merupakan pertunjukan wayang yang dimainkan

oleh manusia yang berperan sebagai tokoh dalam cerita Mahabharata

dan Ramayana. Para pemain memakai pakaian sama seperti hiasan-

hiasan yang dipakai pada wayang kulit agar muka mereka menyerupai

wayang kulit kalau dilihat dari samping (www.wikipedia.org diakses

pada tanggal 10 Oktober 2010 pukul 20.30 WIB).

3) Kethoprak

Kethoprak merupakan pertunjukan wayang yang dimainkan

oleh manusia yang berperan sebagai tokoh dalam cerita legenda atau

sejarah Jawa. Tema cerita dalam kethoprak tidak pernah diambil dari

repertoar cerita epos (wiracarita) Ramayana dan Mahabharata

(www.wikipedia.org diakses pada tanggal 10 Oktober 2010 pukul 20.30

WIB).

R.M.A. Harymawan (1993:231) mengemukakan tentang ciri-ciri

kethoprak sebagai berikut. Kethoprak menggunakan bahasa Jawa

sebagai bahasa pengantar dalam dialog. Ceritanya tidak terikat pada

salah satu pakem tetapi ada tiga kategori pembagian jenis, yaitu cerita-

cerita tradisional seperti Timun Mas, Ande-ande Lumut, Buto Ijo, dan

Page 43: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Roro Mendut Pronocitro. Musik pengiring kethoprak adalah gamelan

Jawa. Seluruh cerita kethoprak dibagi-bagi dalam babak besar dan kecil

dengan perkembangan yang sangat urut dan tidak mengenal flash back

seperti dalam film. Dalam cerita kethoprak selalu ada peranan dagelan

yang mengikuti tokoh-tokoh protagonis maupun antagonis.

Handung Kus Sudyarsana (1989:15) menuliskan periodisasi

kethoprak sebagai berikut. Tahun 1887- 1925 merupakan periodisasi

kethoprak lesung yakni kethoprak yang menggunakan iringan tetabuhan

lesung. Untuk mementaskan ketoprak lesung dibutuhkan pendukung

sebanyak ± 22 orang, yaitu 15 orang untuk pemain (pria dan wanita)

dan 7 orang sebagai pemusik. Dalam pertunjukan ini tidak dikenal

adanya vokalis khusus atau waranggana. Vokal untuk mengiringi musik

dilakukan bersama-sama baik oleh pemusik maupun pemain.

Tahun 1925-1927 merupakan periodisasi kehoprak peralihan

yakni kethoprak yang menggunakan iringan tetabuhan campuran

(lesung, rebana, dan alat musik Barat). Tahun 1927 sampai sekarang

merupakan periodisasi kethoprak gamelan yakni kethoprak yang

menggunakan iringan tetabuhan gamelan. Untuk mementaskan

kethoprak gamelan diperlukan pendukung sebanyak kurang lebih 34

orang pemain, penabuh gamelan, waranggana, dan dalang.

Salah satu perbedaan ketoprak lesung dengan ketoprak gamelan

adalah adanya unsur tari. Pada waktu masuk atau keluar panggung atau

kegiatan lain pemain ketoprak lesung melakukan tarian yang bersifat

improvisasi.

Page 44: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2.2.2. Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Pada umumnya kehidupan berkesenian merupakan salah satu

perilaku budaya manusia baik secara individu maupun sebagai sebuah

kelompok masyarakat. Oleh karena itu, setiap bentuk kesenian memiliki

fungsi sendiri-sendiri dalam kehidupan masyarakat. Soedarsono dalam

Darsiharjo (2009:6-7) mengemukakan bahwa seni pertunjukan memiliki

fungsi primer dan sekunder. Fungsi primer tersebut antara lain sebagai

sarana ritual, sarana hiburan, dan presentasi estetis. Sedangkan fungsi

sekundernya antara lain sebagai pengikat kebersamaan, media

komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis, dan mata pencaharian.

Dengan kata lain, tiap tarian bisa mempunyai beberapa fungsi yang

menentukan fungsi primer dan fungsi sekundernya sehingga fungsinya

belum tentu abadi dari waktu ke waktu (Anya, 1980: 85).

Seni pertunjukan sebagai sarana ritual dapat ditemui di beberapa

daerah Jawa Tengah yang masih menyelenggarakan upacara-upacara

ritual. Pergelaran wayang merupakan salah satu contoh media ritualisasi

masyarakat pada zaman dahulu yang ingin meruwat anaknya. Ritual

tersebut masih dapat ditemui pada masa sekarang. Contoh lain dari

fungsi seni pertunjukan sebagai sarana ritual adalah pergelaran Tari

Bedhaya Ketawang pada upacara sakral Tingalandalem Jumenengan

(upacara ulang tahun penobatan raja). Hadiwijaya (1974:12-15)

mengungkapkan bahwa Nyi Loro Kidul selalu hadir dan ikut menari

setiap ada pementasan Tari Bedhaya Ketawang.

Page 45: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2.2.3. Ruang Pentas Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Pementasan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah tak

mungkin dapat lepas dari kebutuhan akan sebuah panggung.

Padmodarmaya (1988:34) menyebutkan bahwa panggung adalah suatu

ketinggian yang dibuat dari benda-benda ala kadarnya. Jadi, peran

sebuah panggung disini adalah sebagai pembatas antara ruang gerak

pemain dan ruang penonton yang biasanya diwujudkan dalam bentuk

perbedaan ketinggian.

Padmodarmaya (1988:35-95) mengelompokan panggung di

Indonesia menjadi tiga macam bentuk, antara lain: panggung arena,

panggung proscenium, dan panggung campuran. Pembahasan dari

masing-masing bentuk panggung tersebut yakni sebagai berikut.

1) Panggung Arena

Panggung arena merupakan bentuk panggung yang paling

sederhana. Panggung ini biasanya digunakan untuk pertunjukan seni

yang tidak memerlukan pelayanan khusus, misalnya menggunakan

skeneri yang realistis atau tiap pergantian adegan harus dilayani dengan

skeneri berbeda. Di dalam panggung arena batas antara pemain dan

penonton biasanya tersamarkan. Hubungan pemain dan penonton sangat

akrab bahkan terkadang penonton dapat ikut menjadi pemain. Panggung

arena dapat berupa halaman Pura, halaman rumah, pendhapa, balai

banjar, balai rakyat, dan lain-lain. Panggung bentuk ini biasanya tidak

berukuran besar dan maksimal hanya memuat 300 – 400 penonton.

Page 46: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Panggung Proscenium

Panggung proscenium merupakan bentuk panggung yang

biasanya digunakan untuk pertunjukan seni yang memerlukan

pelayanan khusus, misalnya menggunakan skeneri yang realistis atau

tiap pergantian adegan harus dilayani dengan skeneri berbeda. Di dalam

panggung arena batas antara pemain dan penonton dibuat sangat jelas.

Keakraban antara pemain dan penonton tidak ditemui pada panggung

ini karena masing-masing pihak telah sadar akan perannya masing-

masing, yaitu pemain hanya bermain seni sedangkan penonton hanya

berhak menonton pertunjukan.

Bagian-bagian sebuah panggung proscenium antara lain

proscenium (dinding yang memisahkan antara panggung dengan ruang

penonton), sayap/sebeng (sekat di belakang proscenium), pintu muatan

(pintu lebar di belakang panggung untuk keluar masuk peralatan

panggung yang berukuran besar), ruang layang (ruang di bagian atas

panggung), serta pintu menuju ruang peralatan, ruang kontrol lampu,

dan ruang tata rias.

3) Panggung Campuran

Panggung campuran merupakan penggabungan bentuk

panggung pentas dan proscenium.

Padmodarmaya (1988:35) juga mengungkapkan bahwa dalam

menentukan bentuk panggung hendaknya menyesuaikan dengan jenis

pertunjukan yang akan dipentaskan. Namun, terkadang pementasan seni

pertunjukan harus menyesuaikan bentuk panggung agar lebih praktis.

Page 47: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Pada awalnya sebagian besar seni pertunjukan tradisional Jawa

Tengah sering dipentaskan secara non formal di atas panggung arena.

Hal itu dapat ditunjukkan oleh beberapa sumber sebagai berikut.

1) Soetarno (2005) menyebutkan bahwa wayang purwa (ringgit) sering

digelar di dalam salah satu bagian rumah tinggal Jawa yang disebut

dengan pringgitan (panggung arena). Mulai tahun 1960 pertunjukan

wayang purwa sudah dilakukan di atas panggung di luar ruangan.

2) Padmodarmaya (1988:35) menyebutkan bahwa pada mulanya

kethoprak dan wayang wong dipentaskan di dalam pendhapa

(panggung arena). Namun, sekarang sudah banyak dipentaskan di

atas panggung proscenium.

3) Seni tari rakyat Patolan (Prisenan) dari Rembang biasa dimainkan di

tempat-tempat yang berpasir seperti di tepi pantai (panggung arena).

Gambar 2.1. Pementasan Wayang Kulit di Pendhopo Rumah Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011

Page 48: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2.3. Tinjauan Kehidupan Seniman Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah

Kebebasan seniman tidak hanya terbatas pada saat mereka

memerankan suatu lakon dalam pentas tetapi juga cara mereka hidup sehari-

hari. Bagi seniman seni merupakan bagian dari kehidupan. Beberapa wujud

dari kebebasan hidup para seniman dapat dilihat pada kehidupan grup

Kethoprak Tobong yang hidup bebas dan berpindah-pindah menyesuaikan

tempat mereka mengadakan pentas. Contoh lainnya adalah grup Kethoprak

Ngampung dari Kadipiro, Banjarsari, Surakarta yang mengadakan pentas

dengan berkeliling kampung.

Kebebasan hidup para seniman berpengaruh terhadap ruang hidup

mereka. Para seniman umumnya lebih memilih tempat tinggal yang menyatu

dengan alam, sederhana, dan tidak terkekang oleh hiruk pikuk keramaian

kota. Kondisi lingkungan tersebut dirasa lebih mendukung dalam berkarya.

Salah satu wujud dari pengaruh kehidupan para seniman terhadap ruang

hidupnya dapat ditemui di Kampung Seni Nitiprayan Yogyakarta. Di

kampung ini seniman tinggal di rumah-rumah yang sederhana dengan

material alam sehingga menyatu dengan lingkungan sekitar. Kegiatan pentas

tari tradisional dilakukan di ruang-ruang publik kampung yang sangat

sederhana, yakni di pasar dan halaman rumah. Kegiatan gotong-royong,

unggah-ungguh/tepo seliro (sopan-santun atau budaya saling menghormati),

dan etika bertetangga masih dijaga di kampung ini.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2.4. Tinjauan Suasana Kampung Sebagai Cerminan Kehidupan Seniman

Yang Bebas

Kehidupan seniman seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah yang

bebas membawa mereka ke dalam ruang hidup alami seperti yang telah

diuraikan pada pembahasan Kampung Seni Nitiprayan di atas. Dari uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang hidup alami bagi seniman

berhubungan erat dengan konsep hidup di dalam suatu kampung.

Berdasarkan konsep ruang hidup alami suatu kampung maka suasana

kampung dapat tercipta dengan pemakaian material-material yang berasal dari

alam sekitar. Pemilihan material ini berkaitan dengan kearifan lokal sebagai

hasil interaksi masyarakat setempat terhadap keberadaan material bangunan

Gambar 2.3. Kondisi Rumah-Rumah Seniman Yang Sederhana dan Menyatu Dengan Alam Sumber: www.jogjatrip.com diakses 1 Oktober 2011 Pukul 20.00 WIB

Gambar 2.2. Pementasan Tari Tradisional di Ruang Terbuka (Halamn Rumah dan Pasar) Sumber: www.jogjatrip.com diakses 1 Oktober 2011 Pukul 20.00 WIB

Page 50: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

di sekitar mereka. Lokasi proyek yang direncanakan berada di Surakarta

sehingga material alami yang dipakai mudah ditemui dan digunakan untuk

bangunan-bangunan di Surakarta, yakni batu bata, kayu, bambu, gedeg, dan

lain-lain. Suasana kampung juga dapat diwujudkan dengan menanam pohon-

pohon yang biasa ditanam di kampung seperti yang diilustrasikan pada

gambar di bawah ini.

Berdasarkan studi pada Kampung Seni Nitiprayan didapatkan suasana

kampung yang ditunjukkan dengan ciri-ciri fisik sebagai berikut.

1) Tata massa bangunan kampung cenderung acak/organis.

2) Kampung mempunyai ruang komunal.

3) Fasilitas-fasilitas sosial kampung menyatu dengan hunian.

4) Kampung Ruang terbuka hijau yang cukup.

5) Sirkulasi kampung cenderung tegas dan majemuk.

2.5. Tinjauan Arsitektur Jawa

Pengetahuan tentang arsitektur Jawa dapat digali dari pendapat

Prijotomo dan Kawruh Kalang yang dikutip oleh Pitana bahwa pada dasarnya

arsitektur Jawa merupakan perwujudan dari arsitektur pernaungan dimana

Gambar 2.4. Suasana Kampung Sumber, Banjarsari, Surakarta Dengan Pepohonan Pisang, Melinjo, dan Mangga

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011

Page 51: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

orang yang masuk ke dalam bangunan bagaikan bernaung (berteduh) di

bawah pohon (niatan) yang besar (Pitana, 2010:138). Sebagai wadah kegiatan

bernaung (berteduh), tentu salah satu bagian bangunan arsitektur Jawa yang

terpenting adalah atap yang berfungsi sebagai peneduh dari panas dan hujan.

Begitu pentingnya keberadaan sebuah atap hingga manusia Jawa menetapkan

ukuran bangunan (pemidhangan) dengan menunjuk bagian atap seperti

blandar dan pengeret sebagai titik berangkatnya. Di atas blandar dan pengeret

tersebut dapat bertumpu berbagai bentuk atap seperti tajug, juglo (joglo),

limansap (limasan), dan kapung (kampung) yang selanjutnya dijadikan

sebagai sebutan atau nama bagi bangunan Jawa (Pitana, 2010:140-141).

Pengetahuan tentang arsitektur Jawa juga dapat dijumpai dalam

disertasi Prijotomo (2006:180-183) yang kurang lebih dapat dijabarkan

sebagai berikut.

1) Arsitektur Jawa merupakan representasi bagi cita penghuninya/pemiliknya

yang berkenaan dengan kehidupan duniawi orang Jawa yang dinyatakan

sebagai angsar atau watak kayu. Cita penghuni griya Jawa mencakup

kesejahteraan dan kesehatan keluarga, rejeki, dan karier dalam bekerja.

Masing-masing kehidupan duniawi menjadi daya dari kayu yang

memotivasi penghuni untuk menjalankan dan mengarahkan kehidupannya.

2) Arsitektur Jawa dapat disebut sebagai dhapur griya karena memiliki

kekayaan tipe bangunan yaitu tajug, joglo, limasan, dan kampung dengan

berbagai varian/ragam bentuknya.

3) Arsitektur Jawa menjadikan dirinya sebagai penaung kegiatan. Kerangka

atap (empyak) dan keseluruhan atap (payon) dituntut untuk menjadi

Page 52: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

penaung sehingga komponen atap menjadi ketetapan dalam menyertakan

dan menyandangkan berbagai guna-griya. Lantai bangunan di mana

aktivitas berlangsung merupakan daerah ternaungi yang sepenuhnya

menggantumgkan diri pada keberadaan atap (luasan atap dan jauh-

dekatnya atap dari tanah/lantai menjadi faktor bagi luasan lantai).

4) Arsitektur Jawa dapat dimengerti sebagai rakitan (assemblage) cita

arsitektur sebagai pernyataan idealisasi kehidupan duniawi, fungsi sebagai

penaung, dan rupa arsitektur sebagai penyedia daya/kekuatan struktural

bangunan serta sebagai penciri rupa.

Arsitektur Jawa tidak hanya dipandang sebagai perwujudan bentuk

fisik bangunan saja. Tetapi lebih dari itu, arti non fisik bangunan memiliki

tingkat prioritas yang sangat tinggi. Dua aspek dominan dari arti non fisik ini

adalah aspek arah dan lambang tubuh manusia (Silas dalam Muhammad dan

Santosa, 2008:51). Aspek lain yang tidak kalah penting adalah pandangan

manusia Jawa terhadap makrokosmos (jagad gede = jagad raya) dan

mikrokosmos (jagad cilik = diri manusia) (Pitana, 2010:131).

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa arsitektur Jawa dapat

dipahami dalam dua aspek, yaitu aspek fisik dan non fisik. Secara fisik

arsitektur Jawa merupakan perwujudan dari arsitektur pernaungan yang

memiliki kekayaan tipe dan varian atap sebagai penaung kegiatan di

bawahnya sehingga dikenal sebagai dhapur griya. Sedangkan secara non fisik

arsitektur Jawa merupakan representasi bagi cita dan pandangan hidup

penghuninya/pemiliknya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kosmologi.

2.5.1. Arsitektur Jawa Sebagai Wujud Kearifan Lokal Manusia Jawa

Page 53: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Sunoko (2011:277) dalam Adilihung Kajian Budaya Jawa

menyatakan bahwa kearifan masyarakat Jawa telah teruji dalam

memahami alam dan merealisasikannya di segala aspek kehidupan,

salah satunya dalam praktek me”rumah”. Sementara itu, Pitana

(2011:120) dalam buku yang sama mengungkapkan bahwa rumah Jawa

merupakan hasil interaksi manusia Jawa dengan alam (makrokosmos).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dapat disimpulkan bahwa arsitektur

Jawa merupakan arsitektur yang tanggap terhadap lingkungan, seperti

iklim dan cuaca.

2.5.2. Arsitektur Jawa Dalam Tampilan Fisik

Sebagai dhapur griya, arsitektur Jawa memiliki kekayaan

bentuk bangunan yang dapat dbedakan menjadi lima tipe, yaitu

panggang-pe, kampung, limasan, joglo/tikelan, dan tajug/tajub/masjid

(Mintoboedjono dalam Budiharjo, 1994:11-22 dan Hamzuri, t.t.;14).

Masing-masing tipe tersebut masih berkembang menjadi berbagai

varian/ragam bentuk menyesuaikan situasi dan kondisi lingkungan

sekitar. Dengan demikian, penyelesaian dan perkembangan arsitektur

Jawa di satu wilayah berbeda dengan wilayah lain karena masing-

masing wilayah memiliki situasi dan kondisi lingkungan yang berbeda

sehingga tidak ada satu pembakuan yang berlaku di seluruh Jawa

(Parmono dalam Budiharjo, 1994:11). Sebagai contoh, setiap wilayah di

Jawa Tengah memiliki kekhasan arsitektur sendiri-sendiri (Soegeng

dalam Budiharjo, 1994:11-12), yakni sebagai berikut.

Page 54: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1) Wilayah pantai utara (Demak, Kudus, Pati, Jepara, dan Rembang)

memiliki kekhasan atap penchu, bekuk-lulang dan konsolnya.

2) Wilayah selatan (eks Karesidenan Kedu dan Banyumas) memiliki

kekhasan atap srotongan, trojogan, dan tikelan.

3) Wilayah tengah (eks Karesidenan Surakarta dan sekitarnya)

memiliki kekhasan atap joglo.

a. Tipe Arsitektur Jawa

Berikut disajikan tabel yang berisi uraian kelima tipe arsitektur

Jawa, yaitu panggang pe, kampung, limasan, joglo/tikelan, dan

tajug/masjid menurut Hamzuri (t.t.: 14-60).

Tipe Arsitektur Jawa

Uraian Kegunaan

Panggang pe

- Mempunyai tiang atau saka sebanyak empat atau enam buah.

- Pada sisi-sisi kelilingnya diberi dinding sekedar penahan hawa lingkungan sekitarnya.

- Rumah tinggal orang desa atau kampung yang kurang mampu

Kampung

- Memiliki denah persegi atau persegi panjang dengan dua bidang atap yang dipertemukan pada sisi atasnya dan ditutup menggunakan tutup keong.

- Bangunan pokoknya terdiri dari saka-saka yang berjumlah 4, 6, 8, dan seterusnya.

- Ruangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan, tengah, dan belakang. Ruangan bagian tengah dibagi menjadi tiga kamar atau senthong, yaitu senthong kiwa (kamar kiri), senthong tengah (kamar tengah) dan senthong tengen (kamar kanan).

- Rumah tinggal orang desa atau kampung yang kurang mampu

Limasan - Memiliki denah persegi atau persegi panjang dengan empat bidang atap, yaitu dua atap berbentuk segitiga (kejen/cocor) dan dua atap berbentuk trapesium sama kaki (brunjung).

- Ruangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Pada ruang belakang terdapat tiga senthong, yaitu: senthong kiwa, senthong tengah dan senthong tengen. Sedangkan penambahan senthong atau kamar biasanya ditempatkan di sebelah kiri, senthong kiwa,

- Rumah tinggal orang mampu

Tabel 2.1. Tipe Arsitektur Jawa

Page 55: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dan di sebelah kanan senthong tengen.

Joglo/tikelan

- Memiliki empat tiang pokok (saka guru) dan blandar bersusun yang disebut blandar tumpang sari. Blandar tumpang sari ini merupakan blandar yang tersusun makin ke atas makin melebar.

- Memiliki kerangka yang disebut sunduk atau sunduk kili. Sunduk ini berfungsi sebagai penyiku atau penguat bangunan agar tidak berubah posisinya.

- Rumah tinggal orang terpandang dan dihormati.

Tajug/masjid - Memiliki denah bujur sangkar dengan empat tiang dan empat bidang atap yang bertemu di satu titik puncak yang runcing.

- Bangunan sakral seperti cungkup, makam, langgar, mushola, dan masjid.

b. Arsitektur Jawa Kontemporer (Masa Kini)

Prijotomo (1995:1) mengungkapkan bahwa arsitektur Jawa

bukanlah arsitektur yang mandeg, mati, atau tak memungkinkan untuk

ditafsir ke dalam massa kini dan masa depan. Dari pernyataan tersebut

diketahui bahwa arsitektur Jawa dapat hadir dalam tampilan yang baru

(kontemporer/masa kini) namun masih memegang hakekat arsitektur

Jawa sebagai arsitektur pernaungan dengan konsep kosmologi Jawa di

dalamnya. Masjid Said Na’um dijadikan Prijotomo (1995:1) sebagai

contoh perkembangan arsitektur Jawa masa kini.

2.5.3. Arsitektur Jawa Secara Konseptual

Sebagaimana telah dikemukaan di atas bahwa arsitektur Jawa

tidak hanya dilihat sebagai bentuk fisik saja, tetapi lebih dari itu,

Sumber: Hamzuri, t.t.: 14-60

Page 56: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

arsitektur Jawa harus dapat menjawab tuntutan kehidupan penghuninya,

lingkungan, dan budaya setempat. Oleh karena itu, setiap karya

arsitektur Jawa hendaknya dapat menyerasikan diri dengan lingkungan

sekitar sesuai dengan tata krama menempatkan diri atas dasar sumbu

religi atau sumbu bumi (axis mindi). Hal ini bertujuan agar terjadi

kosmisasi menuju situasi dan kondisi yang serba menentramkan,

menyejahterakan, dan membahagiakan manusia (Budiharjo, 1994:8).

Budiharjo (1994:10-17) dalam bukunya “Percikan Masalah

Arsitektur, Perumahan, Perkotaan” mengungkapkan bahwa arsitektur

Jawa harus dapat berfungsi sebagai pernyataan bentuk lingkungan dan

ruang hidup untuk kelangsungan hidup manusia sesuai kaidah-kaidah

yang diakui atau masih dianut oleh masyarakat Jawa. Beberapa

pernyataan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Arsitektur Jawa harus dapat menunjukkan kehidupan masyarakat

Jawa yang sarat dengan tata krama, seperti tata krama menempatkan

diri dari setiap bangunan terhadap lingkungan alam yang kasat mata

maupun alam maya. Di daerah Surakarta dan Yogyakarta tata krama

menempatkan diri dapat ditemui pada orientasi bangunannya.

Sebagian besar masyarakat Surakarta percaya akan adanya kerajaan

Nyi Roro Kidul di pantai selatan. Oleh karena itu, mereka

membangun rumah menghadap ke selatan sebagai lambang

keselamatan dan penghormatan kepada ratu Nyi Roro Kidul.

2) Arsitektur Jawa merupakan arsitektur yang jujur dalam hal struktur

dan bahan. Sebagian besar bahan kontruksi bangunan tradisional

Page 57: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Jawa diambil dari lingkungan sekitar seperti kayu sebagai bahan

dominan dalam kontruksi saka dan atap. Material-material tersebut

diperlihatkan secara jelas dan jujur sehingga menunjukkan watak

aslinya. Hal ini berbeda dengan material bangunan modern seperti

atap genteng bangunan yang kebanyakan dicat dengan berbagai

warna sehingga sangat sulit diketahui apakah genteng terbuat dari

tanah liat, beton, atau metal.

3) Arsitektur Jawa harus dapat menunjukkan keselarasan antara ruang

dalam dan ruang luar. Penggunaan material dari lingkungan sektitar

pada bangunan dapat memberi keselarasan antara ruang di dalam

rumah dengan halaman dan lingkungan sekitar sehingga dapat

meningkatkan citra lingkungan masyarakat Jawa yang tenteram dan

damai.

4) Arsitektur Jawa sebagai suatu proses organisme yang mengikuti

proses pertumbuhan kehidupan dan kondisi bio-sosial-ekonomi-

budaya masyarakat Jawa. Arsitektur Jawa mirip dengan jasad hidup

yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan sejalan

dengan perkembangan kehidupan penghuninya. Sistem strukturnya

dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar pasang,

ditambahi atau dikurangi sesuai kebutuhan. Bila penghuni rumah

bertambah dan menuntut bertambahnya ruang, bangunan dapat

dengan mudah dikembangkan seperti rumah panggang pe

ceregancet yang terbentuk dari dua unit panggang pe yang

dipertemukan pada sisi belakangnya.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Silas dalam Muhammad dan Santosa (2008:51) mengutarakan

bahwa arti non-fisik arsitektur Jawa justru memiliki prioritas yang

sangat tinggi. Ada dua aspek yang dominan dari arti non-fisik tersebut,

yaitu aspek arah dan lambang tubuh manusia. Wondoamiseno, Basuki,

dan Setiawan dalam Sagrim (2011:7) memperjelas bahwa aspek arah

biasa diterapkan dalam penentuan arah hadap rumah dan arah tidur

masyarakat Surakarta dan Yogyakarta sebagai tanda penghormatan

terhadap Nyai Roro Kidul yang bersemayam di Laut Selatan. Namun,

kebiasaan tersebut semakin ditinggalkan di daerah-daerah yang jauh

dari pusat keraton seperti di Somoroto dan Ponorogo. Di dalam

primbon Betaljemur Adammakna bab 172 yang diredaksi oleh Sagrim

(2011:7) juga dipaparkan tentang cara penentuan arah rumah

berdasarkan hari pasaran kelahiran pemilik rumah dan arah ke empat

penjuru angin.

Prijotomo dalam Muhammad dan Santosa (2008:51)

mengemukakan bahwa arsitektur Jawa memiliki aturan yang bersifat

linier dan sentripetal serta mengacu pada prinsip pusat dan dualitas.

Prinsip dualitas dijelaskan oleh Sagrim (2011:8) sebagai oposisi binair

antara ruang luar dan dalam, antara kiri dan kanan, antara daerah

istirahat dan daerah aktivitas, antara spirit laki-laki (tempat placenta

yang biasanya diletakkan sebelah kanan) dan spirit wanita (tempat

placenta yang biasanya diletakkan pada bagian kiri), sentong kanan dan

sentong kiri, dan lain-lain.

Page 59: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

a. Ruang Pada Arsitektur Jawa

Konsep ruang pada arsitektur Jawa pada kenyataannya berbeda

dengan konsep ruang pada arsitektur Barat. Masyarakat Jawa lebih

mengenal ruang sebagai nggon atau panggonan yang berarti tempat

(Tjahjono dan Setiawan dalam Sagrim, 2011:7). Pengertian tempat

lebih lanjut dapat dilihat pada bagian-bagian rumah tinggal orang Jawa.

Pada rumah induk (omah), istilah dalem dapat diartikan sebagai

keakuan orang Jawa karena kata dalem adalah kata ganti orang pertama

(aku) dalam bahasa Jawa halus. Dasar keakuan dalam pandangan dunia

Jawa terletak pada kesatuan dengan Illahi yang diupayakan sepanjang

hidupnya dalam mencari sangkan paraning dumadi dengan selalu

memperdalam rasa yaitu suatu pengertian tentang asal dan tujuan

sebagai makhluk (Magnis Suseno dalam Sagrim, 2011:7). Sentong

tengah yang terletak dibagian omah merupakan tempat bagi pemilik

rumah untuk berhubungan dan menyatu dengan Illahi sedangkan

pendopo merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan sesama

manusianya (Prijotomo dalam Sagrim, 2011:7). Dengan demikian,

pengertian ruang dalam rumah tinggal Jawa mencakup aspek tempat,

waktu, dan ritual. Rumah tinggal merupakan tempat menyatunya jagad

cilik (mikrokosmos) yaitu manusia Jawa dengan jagad gede

(makrokosmos) yaitu alam semesta dan kekuatan gaib yang

menguasainya. Bagi orang Jawa rumah tinggalnya merupakan poros

dunia (axis-mundi) dan gambaran dunia atau imago-mundi dan

Page 60: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

memenuhi aspek kosmos dan pusat (Eliade dan Tjahjono dalam Sagrim,

2011:7).

Konfigurasi ruang atau bagian-bagian rumah orang Jawa di desa

membentuk tatanan tiga bagian linier belakang. Bagian depan pendopo,

di tengah peringgitan dan yang paling belakang dan terdalam adalah

dalem. Pada konfigurai ruang rumah Jawa dikenal adanya dualisme

(oposisi binair) antara ruang luar dan dalam, antara kiri dan kanan,

antara daerah istirahat dan daerah aktivitas, antara spirit laki-laki

(tempat placenta yang biasanya diletakkan sebelah kanan) dan spirit

wanita (tempat placenta yang biasanya diletakkan pada bagian kiri),

sentong kanan dan sentong kiri, dan lain-lain. Pembagian dua ini juga

terjadi pada saat pagelaran wayang dimana layar diletakkan di

sepanjang peringgitan, dalang dan perangkatnya serta penonton laki-

laki di bagian pendapa sedangkan perempuan menonton dari bagian

belakang (melihat bayangan wayang dari belakang kelir).

Gambar 2.5. Denah Rumah Tinggal Jawa Sumber: Selo Sumarjan Yang Dikomposisikan Oleh Sagrim (2011;6)

Page 61: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b. Kosmologi Jawa

Dalam kosmologi Jawa dikenal adaya jagad cilik

(mikrokosmos) yaitu manusia Jawa dan jagad gede (makrokosmos)

yaitu alam semesta dan kekuatan gaib yang menguasainya. Alam

raya dan eksistensi (hidup) dalam kosmos dipandang sebagai sesuatu

yang memiliki bentuk teratur dan tersusun bertingkat (Ronald,

2005:53).

Pitana (2010:131) dalam disertasinya mengungkapkan bahwa

pandangan manusia Jawa yang arkais mengenai keberadaan kosmos

menghasilkan empat asumsi dasar yang dapat dijadikan pijakan

argumen dalam pembahasan mengenai kesadaran manusia terhadap

ruang hidupnya. Pertama, pandangan manusia Jawa mengenai

kosmosnya merupakan bentuk nilai tetap yang selalu hadir dalam

kehidupannya (Nugroho dalam Titis, 2010:131). Kedua, etika hidup

Gambar 2.6. Posisi Pagelaran Wayang Pada Bangunan Jawa Sumber: Selo Sumarjan Yang Dikomposisikan Oleh Sagrim (2011;6)

Page 62: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

manusia Jawa dalam interaksi sosial diatur melalui prinsip rukun dan

hormat dalam menjaga keselarasan hidup. Ketiga, rukun dan hormat

sebagai upaya menjaga keselarasan hidup merupakan “prinsip

pencegahan konflik” (Magnis Suseno dalam Pitana, 2010:132).

Artinya, manusia Jawa sangat terbuka dalam menerima suatu

perubahan akibat interaksi sosial yang dijalani demi terjaganya

keselarasan. Keempat, identitas diri yang terbentuk diungkapkan

melalui pikiran dan perbuatan yang total, berlandasan, dan beralasan.

Dalam konteks kosmologi, manusia Jawa memiliki panduan

petunjuk arah yang disebut konsep Pajupat yang dapat ditemukan

dalam dua versi. Pertama, konsep Pajupat Hindu-Jawa, yaitu

adanya keyakinan bahwa setiap arah mata angin dijaga oleh dewa

dengan segala kesaktian dan perannya masing-masing sehingga

lokasi di tengah perpotongan mata angin diartikan sebagai lokasi

yang mengandung getraan magis yang sangat tinggi. Kesaktian dan

peran dewa-dewa yang dimaksud, yakni sebagai berikut (Frick

dalam Pitana, 2010:136).

1) Arah Utara dijaga oleh dewa Wisnu, yang merupakan dewa

pemelihara hidup dan kehidupan di bumi.

2) Arah Selatan dijaga oleh dewa Antaboga, ialah dewa kesabaran

dan kebahagiaan.

3) Arah Barat dijaga oleh dewa Yamadipati, yang merupakan dewa

kematian.

Page 63: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

4) Arah Timur dijaga oleh dewa Mahadewa yang merupakan dewa

kebersamaan dan keseragaman (kesatuan dan persatuan).

Kedua, konsep Pajupat Kejawen, yaitu adanya petunjuk

lengkap cara pelaksana laku bila seseorang akan menggunakan arah

kiblat papat kalima pancer dalam rangka mencapai suatu maksud

tertentu. Sebagai contoh, bila seseorang menginginkan kelancaran

sandang pangan dalam kehidupannya. Petunjuk yang didapat adalah

yang bersamgkutan menghadap ke Timur untuk melakukan mediasi

atau semadi dengan memakai pakaian serba putih (Miksic dalam

Pitana, 2010:137).

2.5.4. Aspek Konseptual Arsitektur Jawa Sebagai Pijakan Dalam

Perolehan Bentuk Fisik

Manusia Jawa dalam kehidupannya selalu berusaha menjaga

keseimbangan dan keharmonisan antara jagad alit (dirinya sendiri)

dan jagad gede (lingkungan alam sekitar) (Herusatoto dalam Pitana

2011:320). Perwujudan dari konsep bentuk arsitektur Jawa

merupakan refleksi dari lingkungan alamnya yang sangat

dipengaruhi oleh geometric, yang sepenuhnya dikuasai oleh

kekuatan dari dalam diri sendiri; dan pengaruh geofisik, yang sangat

tergantung pada kekuatan alam lingkungannya. Berdasarkan

pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk fisik arsitektur

Jawa selalu berubah dan berkembang sebagai refleksi dari

lingkungan alam yang selalu berubah. Dengan demikian, arsitektur

Jawa kontemporer (masa kini) merupakan perwujudan dari respon

Page 64: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

bangunan terhadap lingkungan masa kini yang berbeda dengan masa

lalu.

2.6. Tinjauan Kota Surakarta

2.6.1. Tinjauan Administratif Kota Surakarta

Surakarta Dalam Angka tahun 2008 menyebutkan bahwa luas

wilayah administratif Kota Surakarta sekitar 4406 Ha yang terbagi atas

lima wilayah kecamatan (Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan,

Kecamatan Pasar kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan

Banjarsari) dan 51 wilayah kelurahan. Kota Surakarta berbatasan

dengan beberapa wilayah administrasi (lihat Gambar 3.1), yaitu

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten

Karanganyar di sebelah timur, Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan,

dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah barat.Luas kawasan yang telah

terbangun mencapai 88,47 %. Sementara itu, yang belum terbangun

kurang lebih 11,53 % di bagian utara dan barat kota. Keterbatasan lahan

di Kota Surakarta menyebabkan terjadinya perluasan wilayah Kota

Surakarta menuju ke arah wilayah administratif tetangga seperti

Karanganyar dan Sukoharjo. Berdasarkan studi dari tim Proyek

Pengembangan Kota Terpadu, luas wilayah perkotaan Surakarta saat ini

telah mencapai sekitar 11000-12000 Ha atau berkembang menjadi

hampir tiga kali lipat dari luas wilayah semula. Luas wilayah

administratif Kota Surakarta tersebut meliputi wilayah administratif

Kota Dati II Surakarta seluas 4406 Ha, sebagian Dati II Sukoharjo

Page 65: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

(Kecamatan Kartosuro, Kecamatan Grogol, Kecamatan Baki, dan

Kecamatan Mojolaban) seluas 3168 Ha, dan sebagian Dati II

Karanganyar (Kecamatan Jaten dan Kecamatan Colomadu) seluas 1143

Ha.

2.6.2. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 2 tahun

1987 menyebutkan bahwa rencana pemanfaatan ruang kota mencakup

arahan pemanfaatan ruang yang menggambarkan lokasi intensitas tiap

penggunaan untuk kegiatan primer dan sekunder yang ada di dalam

kota sampai akhir tahun perencanaan. Jadi, pengaturan lokasi dan luas

lahan dirinci dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) untuk

kegiatan primer maupun sekunder. Rencana pemanfaatan ruang Kota

Surakarta ditunjukkan pada tabel dan peta di bawah ini.

Gambar 2.7. Peta Kota Surakarta Sumber: http://www.surakarta.go.id Diakses 1 Juni 2011 Pukul 12.00 WIB

Page 66: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

SWP Fungsi SWP

Lokasi A B C D E F G H Jumlah

(%)

I 20 10 70 100 Pucangsawit

II 10 5 5 10 10 60 100 Mangkunegaran,

Balaikota, Kawasan Komersial

III 15 15 25 45 100 Keraton, Kawasan Komersial

IV 5 15 5 10 65 100 Sriwedari, Balekambang, Manahan

V 15 5 10 70 100 Sondakan, Laweyan

VI 5 10 5 5 75 100 Jajar VII 5 5 90 100 Sumber, Banyuanyar

VIII 10 5 10 25 5 55 100 Taman Jurug, UNS, Kawasan Komersial

IX 15 5 5 75 100 Kadipiro

X 5 5 90 100 Mojosongo

Kebijakan pemerintah dalam perencanaan Kota Surakarta

diwujudkan melalui visi perencanaan kota, yaitu mewujudkan Surakarta

Gambar 2.8. Peta Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta

Keterangan : A. Pariwisata B. Kebudayaan C. Olah Raga D. Industri

E. Pendidikan F. Perdagangan G. Pusat Administrasi/Perkantoran H. Perumahan

Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta

Tabel 2.2. Tabel Fungsi Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)

Page 67: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

sebagai “Kota Budaya” dengan menekankan pada aspek kultural dan

arsitektur kota. Penekanan aspek kultural ditempuh dengan cara

melestarikan kebudayaan Surakarta beserta pranata-pranata sosial

budaya sebagai identitas komunal, sedangkan penekanan pada aspek

arsitektur kota ditempuh dengan cara menciptakan Kota Surakarta yang

dapat mencerminkan sebagai kota yang masih mempunyai karismatik

dan berbudaya lokal yang dapat dijadikan sebagai trademark kota.

2.6.3. Tinjauan Pariwisata Budaya Kota Surakarta

Koentjaraningrat (1995:329) menyebut Surakarta sebagai pusat

kebudayaan Jawa yang menjadi induk dari daerah-daerah kejawen

lainnya, yaitu Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan

Kediri. Begitu juga dengan Kuncoro (1997) dalam seminarnya berjudul

“Sejarah dan Peninggalan dalam Membentuk Identitas Kota Surakarta”

yang menyebutkan bahwa Kota Surakarta telah lama dinobatkan

sebagai “Kota Pusat Budaya Jawa Tengah” karena Surakarta

Gambar 2.9. Peta Pariwisata Kota Surakarta Sumber: www.wisatasolo.com Diakses 1 Agustus 2011 Pukul 20.30 WIB

Page 68: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

menyimpan sumber-sumber budaya yang berpotensi menjadi induk

budaya Jawa Tengah. Selain itu, Surakarta juga mendapat julukan

sebagai “Pintu Gerbang Pariwisata Jawa Tengah“ bagi para

pengunjung dari luar Jawa Tengah yang datang melalui Bandara

Adisumarmo.

Potensi-potensi seni dan budaya yang dimiliki Surakarta antara

lain seni pertunjukan tradisional, upacara-upacara tradisi yang masih

dijalankan baik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari maupun oleh

masyarakat bangsawan (keraton), event-event budaya, dan peninggalan

bangunan-bangunan bersejarah dengan berbagai ragam arsitektur,

antara lain arsitektur Jawa, Indis, dan kolonial Belanda (lihat gambar 7).

Bangunan-bangunan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai objek

pariwisata budaya antara lain Puro Mangkunegaran, Museum Radya

Pustaka, Taman Balekambang, Lojigandrung, Taman Sriwedari,

Monumen Pers, Pasar Klewer, Pasar Gede, dan lain-lain. Keberagaman

seni dan budaya tersebut mampu menarik minat wisatawan untuk

berkunjung. Hal ini terlihat dengan banyaknya wisatawan, baik

wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung

ke Surakarta untuk mengenal, mempelajari, dan berapresiasi terhadap

seni dan budaya setempat. Data dari Dinas Pariwisata Seni dan

Kebudayaan Surakarta tahun 2003-2010 menunjukkan bahwa

kunjungan wisatawan ke Kota Surakarta mengalami peningkatan setiap

tahun (lihat Tabel 4, Grafik 1, dan Tabel 5).

Page 69: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

No Tahun Wisatawan

Mancanegara Wisatawan Domestic

Jumlah total

1 2003 7.929 737.025 737.025 2 2004 7.985 742.890 750.875 3 2005 9.649 760.095 769.744 4 2006 10.625 904.984 915.610 5 2007 11.922 960.625 972.547 6 2008 13.859 1.029.003 1.042.862 7 2009 26.047 1.054.283 1.080.330 8 2010 29.218 988.615 1.017.833

0200000400000600000800000

10000001200000

200320042005200620072008 2009 2010WisatawanMancanegara

Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta

Tabel 2. 4. Kunjungan Wisatawan (Mancanegara dan Domestik) ke Obyek Wisata di Kota Surakarta

Diagram 2.1. Kunjungan Wisatawan (Mancanegara dan Domestik) ke Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta

Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta

Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta

Tabel 2.3. Kunjungan Wisatawan (Mancanegara dan Domestik) ke Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta

Page 70: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2.6.4. Tinjauan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di Surakarta

Berbagai bentuk kesenian tradisional Jawa termasuk di

dalamnya seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah masih berkembang

di Surakarta. Nuansa budaya Jawa tersebut masih terasa sangat kental

dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Keadaan tersebut

berkaitan dengan realita historis bahwa beberapa abad yang lalu

Surakarta merupakan salah satu pusat kerajaan Dinasti Mataram di

tanah Jawa (di samping Kasultanan Yogyakarta). Itulah sebabnya

hingga saat ini Surakarta masih menjadi salah satu pusat pengembangan

budaya Jawa. Sejumlah potensi seni pertunjukan tradisional yang

berkembang di Surakarta dapat menjadi salah satu peluang dalam

mendukung pengembangan sektor pariwisata sehingga diharapkan

kepariwisataan di daerah Surakarta dapat menjadi wajah wisata budaya

di Jawa Tengah.

a. Sejarah dan Kondisi Seni Tari Tradisional di Surakarta

Di bawah ini adalah uraian tentang seni tari di Surakarta yang

dikutip dari buku berjudul “Standar Kompetensi Tari Yogyakarta

Surakarta Bali” karya Widyastutiningrum dan Prabowo (2003:21-24).

Pada awalnya seni tari gaya Surakarta berkembang di Keraton

Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Keduanya memiliki warna,

corak, kualitas, dan gaya yang berbeda. Namun, yang banyak dikenal

masyarakat luas sebagai tari gaya Surakarta adalah tari gaya Kasunanan

yang awalnya hanya berkembang di lingkungan keraton. Sejak Paku

Buwana X lengser pada tahun 1939, tari gaya Surakarta (gaya

Page 71: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kasunanan) mulai berkembang di luar keraton namun masih dalam

batas lingkungan tertentu. Perkembangan tari gaya Surakarta (gaya

Kasunanan) tersebut dimotori oleh abdi dalem langentaya, antara lain

Wira Bratana, Atmohutaya, Wignyohambeksa, Sindu Hardiman,

Atmakesawa, Pamarditaya, Harta Sukalewa, dan lain-lain. Oleh karena

itu, muncul aliran gaya tari seperti aliran Wirabratanan, aliran Sindu

Hardiman, aliran Wignyahambeksan, aliran Kusumakesawan, dan

sebagainya. Sejak tahun 1950-an tari gaya Surakarta semakin

berkembang di luar keraton yang didukung dengan berdirinya

Konservatori Karawitan Indonesia (KOKAR) Surakarta dan Himpunan

Budaya Surakarta (HBS) yang dipelopori oleh empu tari dari

Kasunanan dan Mangkunegaran. HBS dimotori oleh K.R.T.

Kusumakesawa, R. Ng. Wignyahambeksa, R.M. Susena, Pamarditaya,

Prawirareja , dan S. Ngaliman.

Tari gaya Surakarta berkembang sangat pesat setelah dilakukan

penggalian tari dan upaya pengembangan tari gaya Surakarta oleh

Pengembangan Kesenian Jawa Tengah (PKJT). Upaya pengembangan

tari gaya Surakarta dilakukan dengan berbagai cara seperti pemadatan,

perubahan, dan penggarapan bentuk. Hasil pengembangan tersebut

melahirkan tari gaya Sasanamulya dengan bentuk yang lebih dinamik

pada tahun 1980-an. Kemudian, tari gaya Sasanamulya berkembang

menjadi tari gaya Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta yang

mendominasi tari di Surakarta. Dalam perkembangannya tari gaya

Surakarta diwarnai oleh tari gaya Mangkunegaran yang banyak digubah

Page 72: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

oleh empu di luar lingkungan Mangkunegaran seperti Tari Menak

Koncar dan Gambyong Pareanom. Saat ini tari gaya Surakarta banyak

mendapatkan pengaruh dan banyak mengalami perubahan sehingga

semakin kaya dan cenderung sulit untuk dibedakan antara tari gaya

Kasunanan dan gaya Mangkunegaran.

Pelestarian tari gaya Surakarta telah dilakukan melalui beberapa

lembaga pendidikan di Surakarta baik yang bersifat formal maupun

informal. Lembaga pendidikan formal yang bergerak di bidang tari

antara lain sebagai berikut.

1) Sekolah Menengah Kejuruan VIII (dahulu KOKAR).

SMK VIII menekankan pembelajarannya pada bidang seni

karawitan, musik, pedalangan, dan tari. Pembelajaran seni tari

difokuskan pada tari gaya Surakarta, namun para siswa juga mendapat

pembelajaran tari daerah lain seperti tari Bali, tari Sunda dan tari

Yogyakarta.

2) Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta

STSI Surakarta merupakan perkembangan dari Akademi Seni

Karawitan Indonesia (ASKI) yang berdiri sejak tahun 1964. Saat ini

Jurusan Seni Tari lebih diminati daripada jurusan lain. Hal itu terlihat

dari jumlah mahasiswa Jurusan Seni Tari yang lebih banyak daripada

jurusan lainnya. Mata kuliah tari gaya Surakarta merupakan mata kuliah

mayor dan wajib.

Berbeda dengan lembaga pendidikan formal, lembaga

pendidikan informal memiliki jumlah yang lebih banyak di Kota

Page 73: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Surakarta. Hal itu terlihat dari banyaknya sanggar-sanggar tari yang

pernah tumbuh dan berkembang di Surakarta. Adapun sanggar-sanggar

tari tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Sanggar Tari Yayasan Kembang Setaman

Sanggar tari ini didirikan oleh Suhartini Sri Hastanto pada tahun

1993 di Kentingan, Surakarta. Pada mulanya kegiatan latihan berpusat

di Kentingan, Surakarta, kemudian berkembang di Tegalsari,

Karanganyar dan di Kelurahan Mojosongo. Kini kegiatannya hanya

dilakukan di Tegalsari, Karanganyar. Sanggar ini diketuai oleh Nanik

Sri Prihatini, S.Kar., M.Si. dengan 8 orang pelatih dan 60 orang siswa

(semua alumni STSI Surakarta). Materi tari yang diajarkan adalah tari

gaya Surakarta.

2) Sanggar Tari Metta Budaya

Sanggar Tari Metta Budaya didirikan oleh sekelompok alumni

STSI Surakarta pada tahun 1989. Pada mulanya sanggar ini bertempat

di Prangwedanan, Mangkunegaran, namun sekarang telah pindah di

Joglo Sri Wedari Surakarta. Sanggar ini diketuai oleh Joko Naryato, S.

Sen. dengan 10 orang pelatih dan 466 orang siswa (semua alumni STSI

Surakarta). Materi tari yang diajarkan adalah tari gaya Surakarta.

3) Sanggar Tari Soerya Sumirat

Sanggar ini didirikan pada tahun 1992 oleh GPH Herwasta

Kusuma di Prangwedanan, Mangkunegaran dengan Ketua Pelaksana

Harian Th. Sri Kurniati, S.Sen. Siswa yang belajar tari di sanggar ini

berjumlah 330 orang yang terdiri dari siswa TK, SD, SLTP, SLTA, dan

Page 74: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

mahasiswa dengan 8 orang pelatih yang sebagian besar adalah alumni

STSI Surakarta. Latihan dilakukan dua kali seminggu selama dua jam

dan evaluasi dilakukan setiap empat bulan. Dana didapat dari donatur

dan iuran siswa.

4) Sanggar Tari Sarotomo

Sanggar ini didirikan pada tahun 1983 oleh Mujiono, S. Kar.

Kegiatan di sanggar ini meliputi seni tari, karawitan, dan pedalangan.

Jumlah siswa yang belajar di sanggar ini sebanyak 68 orang dengan 7

orang pelatih (semua alumni STSI Surakarta). Selain materi tari gaya

Surakarta juga sering diberikan materi dolanan anak-anak. Dana didapat

dari iuran siswa.

5) Sanggar Tari Semarak Candra Kirana

Sanggar ini didirikan pada tanggal 31 Juli 1998 oleh Dra.

Irawati Kusumosari dan Wahyu Santoso Prabowo, S. Kar, M.S. di Jalan

Supomo no.7, Surakarta. Jumlah siswa yang belajar di sanggar ini

sebanyak 140 orang dengan 3 orang pelatih (semua alumni STSI

Surakarta). Sumber dana didapat dari iuran siswa.

6) Sanggar Tari Pawiyatan Budaya Keraton Surakarta.

Sanggar ini didirikan pada tahun 1930 dan sempat mengalami

penurunan aktivitas pada tahun 1972 karena para empu-nya meninggal

dunia. Pada tahun 1996 sanggar ini diaktifkan lagi oleh G. R. A. Koes

Murtiyah. Pada tahun 1998 kegiatannya dipusatkan di Bangsal

Smarakata Konservatori Keraton Kasunanan Surakarta. Jumlah siswa

yang belajar di sanggar ini sebanyak 125 orang dengan 5 orang pelatih.

Page 75: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Para siswa tidak dipungut iuran karena semua biaya disubsidi oleh

Keraton Surakarta. Materi tari yang diajarkan adalah tari gaya

Surakarta, termasuk Tari Bedaya dan Srimpi.

7) Sanggar Tari Sang Rama

Sanggar tari ini didirikan oleh Sidik Suradi, S.Sen. di Jalan

kahuripan No. 27, Sumber, Surakarta. Jumlah siswa yang belajar di

sanggar ini sebanyak 43 orang dengan 4 orang pelatih (lulusan dan

mahasiswa STSI Surakarta). Kegiatan latihannya dilakukan dua kali

seminggu dan evaluasi dilakuksan setiap empat bulan. Materi tarinya

menekankan pada tari gaya Surakarta.

8) Sanggar Tari Among Beksa

Sanggar ini didirikan oleh Nanik Sri Sumantri, S.Kar., M.Hum.

pada tahun 1996 di Kentingan Jebres. Pada mulanya latihan dilakukan

di S.D. Bulukantil Kentingan, kemudian pindah ke lingkungan gereja

Purbawardayan, Surakarta. Jumlah siswa yang belajar di sanggar ini

sebanyak 40 orang dengan 3 orang pelatih (alumni STSI Surakarta).

9) Sanggar Tari Eka Santi Budaya

Sanggar ini didirikan pada tahun 1996 di Radio Siaran Niaga

PTPN Rasitania, Surakarta dan dikelola oleh manager Radio PTPN

Surakarta. Jumlah siswa yang belajar di sanggar ini sebanyak 122 orang

dengan 4 orang pelatih (alumni ASTI Yogyakarta). Materi tari yang

diberikan adalah tari gaya Surakarta dan tari daerah lain (Bali, Sunda ).

Sumber dana didapat dari iuran para siswa.

Page 76: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

10) Sanggar Tari Perkumpulan Masyarakat Surakarta

Sanggar tari ini didirikan pada tahun 1972 di Gedung Gajah

Surakarta. Sebagian besar siswanya adalah keturunan Cina namun

mereka mempelajari tari gaya Surakarta dan terkadang tari kreasi baru.

Jumlah siswa yang belajar di sanggar ini sebanyak 50 orang dengan 3

orang pelatih. Dana untuk membiayai sanggar ini didapat dari donatur

dan iuran siswa.

11) Sanggar Tari Arena Langen Budaya

Sanggar tari ini didirikan oleh S. Witoyo pada tahun 1985 di

Kampung Sidomukti, Laweyan, Surakarta. Jumlah siswa yang belajar di

sanggar ini sebanyak 54 orang dengan 4 orang pelatih (alumni SMKI

dan STSI Surakarta). Materi tari yang diberikan ialah tari gaya

Surakarta. Sumber dana didapat dari iuran para siswa.

12) Sanggar Tari Pagutri

Sanggar tari ini didirikan di Jalan Panjatian No. 9 Surakarta oleh

sekelompok guru-guru tari Sekolah Dasar di Surakarta pada tahun 1995

dan diketuai oleh S. Priyadi. Tujuan didirikan sanggar tari adalah untuk

untuk menampung minat dan bakat anak-anak yang menonjol dalam

bidang tari. Anak-anak tersebut dibina secara intensif untuk mengikuti

lomba tari. Jumlah siswa yang belajar di sanggar ini sebanyak 15 orang

dengan 4 orang pelatih (alumni SMKI dan STSI Surakarta). Latihan

dilakukan di SD Balapan, Surakarta, dengan iuran Rp. 1000 setiap kali

latihan.

Page 77: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

13) Sanggar Tari MGMP

Sanggar ini didirikan oleh sekelompok guru tari Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Surakarta dan diketuai oleh Retno

Lesnarning. Sanggar ini digunakan untuk latihan siswa dan guru.

14) Sanggar Tari Sarwi Budaya

Sanggar ini didirikan Sarwiyati Hartono pada tahun 1974.

Kegiatan latihan dilakukan di Djogoprajan, Surakarta. Jumlah siswa

yang belajar di sanggar ini sebanyak 76 orang anak dengan 4 orang

pelatih (alumni STSI Surakarta). Latihan dilakukan dua kali seminggu

dan evaluasi dilakukan setiap empat bulan. Sumber dana diperoleh dari

iuran siswa sebesar Rp. 3.000.

15) Sanggar Tari Pariwita

Sanggar ini didirikan oleh Purwani pada tahun 1998. Kegiatan

latihan dilakukan di Jl. Natadiningratan, Surakarta. Sanggar ini tidak

mengadakan latihan secara rutin. Latihan hanya dilakukan apabila ada

rencana pentas. Pelatih tarinya didatangkan dari STSI Surakarta.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

pembina dan pengelola sanggar-sanggar tari tersebut adalah alumni

STSI Surakarta. Oleh sebab itu, materi tari yang diberikan cenderung

mendapat pengaruh dari gaya tari yang dikembangkan STSI Surakarta.

Sanggar-sanggar tari tersebut menekankan kegiatannya pada pelatihan

tari anak-anak dan materi tari yang diajarkan biasanya disesuaikan

dengan tingkatan umur siswa. Jenis tari yang diajarkan dibedakan

menjadi dua, yaitu tari putri dan tari putra. Tari putri yang diajarkan

Page 78: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

antara lain Tari Pangpung, Tari Bathik, Tari Manipuri, Tari Kupu-

Kupu, Tari Soyong, Tari Kidang, Tari Menak Koncar, Tari Gunungsari

Tari Golek Mugi Rahayu, Tari Golek Manis, Tari Bondan Kendhi, dan

Tari Bondhan Tani. Sedangkan tari putra yang diajarkan antara lain Tari

Kelinci, Tari Menak Koncar, Tari Gunungsari,Tari Kudha-Kudha, Tari

Lutung, dan Tari Wanara. Pada umumnya sanggar-sanggar tari tersebut

mendapatkan dana dari iuran para siswa yang jumlahnya berkisar antara

Rp. 2.000 s/d Rp. 8.000 perbulan. Sanggar-sanggar tari tersebut

kadang-kadang juga mengadakan pentas atas permintaan masyarakat

yang punya kenduri.

b. Seni Musik Tradisional (Karawitan) di Surakarta

Seni Karawitan hingga kini masih hidup subur di masyarakat

Surakarta. Hampir setiap institusi seperti lembaga pendidikan (SMP,

SMA/ SMK), kampus perguruan tinggi, dan kantor pemerintah di

Surakarta memiliki seperangkat gamelan ini. Beberapa hotel di

Surakarta menyuguhkan seni karawitan untuk menyambut kehadiran

wisatawan terutama wisatawan asing.

c. Sejarah dan Kondisi Seni Teater Tradisional di Surakarta

- Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari

Markhamah (2006:45-53) menguraikan tentang Sejarah dan

Kondisi Wayang Wong Sriwedari di Surakarta sebagai berikut. Wayang

Wong Sriwedari merupakan pertunjukan wayang wong panggung

pertama di Surakarta yang didirikan oleh Adipati Mangku Negara I atau

Sultan Hamengku Buwana I (1757-1795). Setelah sekian lama tidak

Page 79: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

berkembang, pengelolaan Wayang Wong Sriwedari diambil alih oleh

Mangku Negara V (1881-1896). Di bawah pengelolaan beliau wayang

wong tersebut memiliki peralatan, perlengkapan, dan busana yang lebih

komplit. Pada tahun 1901 tempat perkumpulan wayang wong tersebut

berubah menjadi Taman Sriwedari.

Haryanto dalam Markhamah (2006:52-53) mengemukakan

bahwa Wayang Wong Sriwedari merupakan grup wayang wong

komersial tertua yang telah mengadakan pertunjukan sejak tahun 1911.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan Markhamah terhadap Hartono

(10 Mei 2004), didapatkan informasi bahwa grup Wayang Wong

Sriwedari pernah mengalami puncak kejayaan pada tahun 1950-1970

karena didukung oleh beberapa faktor, yaitu belum banyak hiburan dan

pertunjukan, belum banyak televisi, banyak pemain terkenal, dan

banyak masyarakat yang menyukai pertunjukan wayang wong.

Haryanto dalam Markhamah (2006;53) mengungkapkan bahwa

kesenangan masyarakat Surakarta terhadap wayang wong ini berawal

dari pertunjukan wayang wong pada perayaan Maleman Sriwedari yang

diselenggarakan pada tahun 1940-an.

Menurut Hersapandi dalam Markhamah (2006:45-46), Wayang

Wong Sriwedari mulai mengalami kemunduran pada tahun 1970-an

yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang

dimaksud antara lain pertunjukan bersifat statis, terjadi keterlambatan

alih generasi, tingkat pendidikan seniman rendah (sekitar 87%

berpendidikan sekolah dasar (SD), sistem produksi tidak professional,

Page 80: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

serta sarana dan prasarana yang masih sederhana sehingga tidak sesuai

dengan perkembangan zaman. Faktor ekternal yang berpengaruh antara

lain banyaknya media hiburan lain, heterogenitas masyarakat Surakarta,

dan perkembangan wajah kota yang cenderung urban. Sementara itu,

Haryanto dalam Markhamah (2006:53) mengungkapkan bahwa

kegiatan grup Wayang Wong Sriwedari menurun drastis sepeninggal

Sastrodirun selaku pemeran Petruk. Meskipun peminat dan

penontonnya semakin berkurang, grup Wayang Wong Sriwedari tetap

hidup dan mengadakan pertunjukan karena grup ini dikelola dan

dibiayai oleh Pemerintah Kota Surakarta dan Dinas Pariwisata Kota

Surakarta dengan syarat harus mengadakan pertunjukan setiap malam.

- Kethoprak

Grup kethoprak yang cukup terkenal di Surakarta adalah grup

Kethoprak Balekambang dan Kethoprak Ngampung. Ketoprak

Balekambang sudah ada sejak tahun 1950 tetapi gedungnya baru

dibangun pada tahun 1977. Dahulu pertunjukan ini dinamakan

“Kethoprak Tobong” atau panggung darurat karena tempatnya selalu

berpindah-pindah. Pada tahun 1989 diputuskan untuk mengadakan

pertunjukan tetap di sebuah gedung tidak terpakai di dalam kawasan

Balekambang. Saat ini jumlah anggota komunitas Ketoprak Tobong

kurang lebih dari 70 orang. Kelompok Kethoprak Humor srimulat juga

lahir di sini, termasuk pelawak-pelawak terkenal seperti Gepeng,

Timbul, Basuki, dan lain-lain.

Page 81: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Kethoprak Ngampung bertempat di Kampung Seniman, Ngi-

pang, Kadipiro, Banjarsari,Surakarta. Kampung dihuni oleh 31 keluarga

seniman Kethoprak Balekambang. Grup kethoprak yang berdiri pada ta-

hun 2007 ini memilih penonton dari kalangan muda dan remaja yang

diharapkan bisa melahirkan generasi baru penonton ketoprak. Ketho-

prak Ngampung merupakan jenis kethoprak yang keluar dari pakem ke-

thoprak klasik sehingga pernah mendapat protes dari kalangan seniman

kethoprak yang lebih senior dan sempat menghentikan kegiatannya. Ke-

thoprak Ngampung beranggotakan 25 orang berusia 20-30 tahun yang

terdiri dari pekerja pabrik, pedagang, dan seniman. Walaupun ketho-

prak tersebut beraliran kontemporer, tetapi masih mengandung pakem

kethoprak klasik seperti kostum Jawa klasik, dialog menggunakan ba-

hasa Jawa, dan menggunakan gamelan slendro (Solopos edisi Senin, 20

Desember 2010 , halaman XVI).

2.6.5. Fasilitas Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di Surakarta

Saat ini Surakarta telah memiliki beberapa fasilitas seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah yakni sebagai berikut.

1) Joglo Mangkunegaran yang digunakan untuk pementasan seni tari

pada acara-acara tertentu.

2) ISI Surakarta, yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan

seni termasuk di dalamnya seni pertunjukan tradisional Jawa

Tengah. Fasilitas ini hanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

ekonomi menengah ke atas yang memiliki potensi/bakat seni.

Page 82: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3) Gedung Wayang Wong Sriwedari untuk pementasan wayang wong

yang bersifat komersial.

4) Taman Budaya Surakarta (TBS) merupakan lembaga kesenian yang

memiliki fasilitas yang cukup, diantaranya ruang pameran, joglo

untuk pergelaran seni, teater, dan lainnya.

5) Gedung Kethoprak Balekambang

Page 83: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB 3

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN

3.1. Deskripsi Singkat

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang

direncanakan mewadahi kegiatan seni dan kegiatan berhuni para seniman.

Kegiatan seni yang diwadahi yakni kegiatan latihan, pentas, sarasehan seni,

serta menyimpan, mengoleksi, dan menjual perlengkapan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah. Kegiatan latihan dan pentas seni dilakukan secara

sederhana di ruang-ruang terbuka dan semi terbuka di antara ruang-ruang

berhuni para seniman. Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

didesain alami menggunakan material-material kampung untuk memberi

suasana yang nyaman bagi kegiatan berhuni para seniman sehingga seniman

dapat merasakan seperti tinggal di suatu kampung. Konsep suasana kampung

alami, sederhana, dan menyatu dengan lingkungan alam sekitar sangat cocok

untuk kehidupan berhuni para seniman yang ingin bebas terutama seniman

tersebut adalah orang Jawa yang berpandangan bahwa lingkungan

makrokosmos (lingkungan alam sekitar) harus selaras dan seimbang dengan

kehidupan sehari-hari mereka.

Ruang-ruang publik dan semi publik di dalam griya ageng (griya

untuk kegiatan latihan, pentas, dan berhuni seniman) didesain nyaman dan

teduh sebagai tempat berkumpul para seniman. Melalui kegiatan berkumpul

62

Page 84: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

diharapkan para seniman mampu melahirkan ide-ide menarik untuk

melestarikan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dan hubungan

kekeluargaan antara seniman semakin erat.

3.2. Visi, Misi, Peran, Fungsi, Manfaat, dan Sasaran Pelayanan

3.2.1. Visi

Visi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di

Surakarta adalah melestarikan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah

melalui berbagai kegiatan seni yang tumbuh, berkembang, dan

membaur dalam kehidupan berhuni masyarakat seniman.

3.2.2. Misi

Misi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di

Surakarta yakni sebagai berikut.

1) Memberi ruang publik kepada para seniman untuk mengadakan

latihan atau pentas seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah.

2) Memberi ruang kepada para seniman beserta keluarganya untuk

tinggal dan hidup di dalam komunitasnya selama melakukan

kegiatan seni.

3) Mewujudkan suasana berkesenian yang nyaman, bebas, akrab, alami,

selaras dengan lingkungan sekitar dan penuh rasa kekeluargaan.

3.2.3. Peran

Peran Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di

Surakarta yakni sebagai wadah kegiatan seni pertunjukan tradisional

Jawa Tengah dan kegiatan berhuni para seniman.

Page 85: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3.2.4. Fungsi

Fungsi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Di

Surakarta yakni menyediakan ruang sederhana, bebas, alami, akrab,

dan nyaman seperti ruang-ruang di kampung untuk kegiatan seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah dan kegiatan berhuni para

seniman.

3.2.5. Manfaat

Keberadaan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah di Surakarta diharapkan bermanfaat bagi semua pihak terutama

bagi para seniman, masyarakat luas, dan pemerintah Jawa Tengah.

Manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut.

1) Bagi para seniman

- Memperoleh keterampilan dalam memainkan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah sehingga siap pentas di hadapan para

penonton

- Mempererat tali persaudaraan antar seniman

2) Bagi masyarakat luas

- Memperoleh kesempatan untuk mengenal dan mempelajari seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah

- Memperoleh hiburan

3) Bagi pemerintah Jawa Tengah

- Memperoleh kemudahan untuk memperkenalkan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah kepada masyarakat luas

Page 86: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

3.2.6. Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah yakni sebagai berikut.

1) Seniman seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah yang berasal dari

dalam maupun luar Kota Surakarta

2) Masyarakat luas yang berasal dari dalam maupun luar Kota

Surakarta

3) Wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara

3.3. Eksistensi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Yang

Direncanakan di Tengah Kondisi Budaya Surakarta

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah diharapkan

mampu bersanding dan mendukung potensi budaya di Surakarta serta mampu

menarik minat wisatawan domestic maupun mancanegara untuk berkunjung

dan memberikan apresiasinya terhadap keindahan seni pertunjukan tradisional

Jawa Tengah.

Image Kota Surakarta sebagai Kota Budaya menunjukkan bahwa kota

memiliki peran strategis pada sirkulasi perubahan kebudayaan di setiap

daerah atau wilayah. Fungsi tersebut harus senantiasa terpelihara dengan baik.

Di samping itu, sentra kebudayaan harus dapat melahirkan ide-ide yang

inovatif bagi perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat. Salah satu

bentuk aplikasi fungsi tersebut adalah membangun Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengahsebagai wadah pelestarian seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah.

Page 87: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Sejarah menunjukkan bahwa kota-kota bersejarah sebagai representasi

peradaban manusia adalah kota-kota yang didalamnya tersimpan dokumen

pengetahuan yang memadai. Salah satu wujud tersimpannya dokumen

pengetahuan di Kota Surakarta dapat berupa bangunan Konservatori Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Saat ini Surakarta telah memiliki beberapa wadah kegiatan seni, yakni

Taman Budaya Surakarta, Gedung Wayang Wong Sriwedari, dan Gedung

Kethoprak Balekambang yang lebih berfungsi sebagai tempat latihan dan

pentas. Fasilitas tersebut dinilai kurang konteks dengan seni pertunjukan

tradisional yang lebih cocok dipentaskan di ruang-ruang sederhana. Selain itu,

Taman Budaya Surakarta kurang mendukung bagi kehidupan berhuni

seniman yang bebas dan bersahabat dengan alam. Wisma seni Taman Budaya

Surakarta lebih difungsikan sebagai tempat tinggal sementara bagi seniman

yang sedang mengadakan latihan dan pentas. Desain wisma seni dinilai

kurang menjiwai karakter para seniman. Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah hadir sebagai fasilitas seni bernuansa kampung,

yakni nuansa kesederhanaan, bebas, akrab, dan menyatu dengan alam.

Kesederhanaan yang dimaksud adalah kesederhanaan dalam pentas dimana

seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah ditampilkan secara non formal

dalam ruang-ruang sederhana sebagaimana mengulang kebiasaan pentas seni

pertunjukan tersebut. Hunian-hunian seniman didesain sebagai respon dari

karakter seniman yang bersahabat dengan lingkungan alam.

Page 88: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

3.4. Kegiatan dan Pelaku Kegiatan Yang Direncanakan

Kegiatan yang diwadahi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dapat dibedakan menjadi empat, yakni sebagai berikut.

1) Kegiatan seni, yakni kegiatan yang berhubungan dengan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah, meliputi:

- Latihan dan pentas seni tari, musik tradisional, teater boneka, dan teater

orang. Kegiatan latihan dan pentas dapat dilakukan oleh grup kesenian

yang sedang tinggal di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah maupun grup kesenian dari luar Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

- Menyimpan, mengoleksi, merawat, dan menjual perlengkapan seni tari,

seni musik tradisional, seni teater boneka, dan seni teater orang.

- Pertemuan dalam bentuk rapat, diskusi, atau sarasehan yang berkaitan

dengan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah.

2) Kegiatan berhuni, yakni kegiatan yang terjadi di lingkungan keluarga

seniman dimana seniman dapat tidur, masak, makan, ibadah, menerima

tamu, kumpul bersama, dan MCK. Tidak ada batasan waktu untuk

kegiatan berhuni seniman. Grup kesenian dapat berhuni di Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dengan sistem kontrak selama

kegiatan pentas mereka menguntungkan bagi pengelolaan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah (Kegiatan pentas mendatangkan

banyak pengunjung).

3) Pengelola dapat tinggal di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah untuk mengelola, mengawasi, dan menjaga kondisi lingkungan di

Page 89: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Wisatawan

domestic maupun mancanegara dapat bermalam/menginap untuk

keperluan wisata budaya.

4) Kegiatan bermasyarakat, yakni kegiatan yang menuntut para seniman

berinteraksi satu sama lain dalam berbagai bentuk kegiatan, meliputi

kegiatan kumpul bersama, ronda, ibadah berjamaah, olahraga, dan

kegiatan seni.

5) Kegiatan pengelolaan, yakni kegiatan mengelola semua kegiatan yang

berlangsung di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

6) Kegiatan wisata, yakni kegiatan berkunjung wisatawan ke Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Berdasarkan keterampilan di bidang seni, pelaku kegiatan di

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu seniman dan bukan seniman. Seniman adalah orang yang

memiliki bakat di bidang seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dan

berada di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk

berlatih atau mengadakan pentas. Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah terbuka lebar bagi para seniman dari berbagai latar belakang

yang berbeda. Seniman kampung hingga seniman dari lembaga-lembaga

pelatihan dapat memakai fasilitas di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah. Bukan seniman adalah orang yang tidak memiliki bakat di

bidang seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dan berada di Kompleks

Page 90: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dengan tujuan berwisata atau

menyaksikan pentas.

Berdasarkan kaitannya dengan kegiatan berhuni, pelaku kegiatan di

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan

menjadi dua, yakni sebagai berikut.

1) Penghuni, yakni seniman yang menghuni Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah selama melakukan kegiatan seni. Karakteristik

penghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah adalah

grup-grup kesenian dari berbagai daerah di Jawa Tengah yang ingin

melakukan kegiatan seni di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah. Para seniman dari suatu grup kesenian dapat tinggal di Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dengan membawa keluarganya

dalam waktu yang cukup lama tetapi tidak menetap. Selain seniman

pengelola juga dapat menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah.

2) Bukan penghuni, yakni orang yang hanya berkunjung untuk latihan,

pentas, menonton pentas, atau berwisata tetapi tidak tinggal di Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Berdasarkan peran, pelaku kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi enam, yakni sebagai

berikut.

1) Pelatih, yaitu orang yang melatih para murid.

2) Murid, yaitu orang yang menerima materi seni dari para pelatih.

Page 91: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

3) Pemain, yaitu orang yang mempertunjukan keterampilannya memainkan

seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah kepada para penonton di atas

panggung.

4) Penonton, orang yang datang ke Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah dengan tujuan menyaksikan pementasan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah.

5) Pengelola, yaitu orang yang mengelola dan bertanggung jawab atas semua

kegiatan yang berlangsung di dalam Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah. Pengelolaan di bawah naungan Dinas Pariwisata

Kota Surakarta.

6) Wisatawan, yaitu orang yang berkunjung ke Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah untuk tujuan wisata. Wisatawan dapat ikut

berlatih atau menginap sementara bersama para seniman.

3.5. Ruang Kegiatan Yang Direncanakan

Ruang-ruang kegiatan di dalam Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah didesain dengan sederhana, alami, akrab, dan bebas

dengan menerapkan konsep ruang kampung sehingga tercipta nuansa

kampung di dalamnya. Ruang-ruang latihan dan pentas dibuat sederhana serta

berbeda dengan ruang-ruang pada gedung-gedung kesenian yang ada di

Surakarta. Kegiatan latihan dan pentas berlangsung di sela-sela hunian

seniman. Ruang kegiatan yang direncanakan dikelompokkan menurut tingkat

jangkauan pengunjung sebagai berikut.

Page 92: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

1) Kelompok ruang publik, terdiri dari:

a) Panggung terbuka, yakni panggung yang digunakan sebagai tempat

pentas semua jenis seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dalam

skala besar (jumlah penonton banyak). Panggung terbuka dapat

digunakan untuk pentas oleh penghuni Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah maupun grup seniman lain dari luar Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

2) Kelompok Ruang Semi Publik, terdiri dari:

a) Griya ageng tari, yakni griya (rumah) yang terdiri dari beberapa

kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan berhuni para penari.

Ruang-ruang kegiatan seni pada griya ageng tari khusus digunakan oleh

penari yang menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah. Ruang pentas didesain untuk kegiatan latihan atau pentas tari

dalam skala kecil (jumlah penonton sedikit).

b) Griya ageng musik tradisional , yakni griya (rumah) yang terdiri dari

beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan berhuni

para seniman musik tradisional. Ruang-ruang kegiatan seni pada griya

ageng musik tradisional khusus digunakan oleh seniman musik

tradisional yang menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah. Ruang pentas didesain untuk kegiatan latihan atau pentas

musik tradisional dalam skala kecil (jumlah penonton sedikit).

c) Griya ageng teater boneka, yakni griya (rumah) yang terdiri dari

beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan berhuni

para seniman teater boneka. Ruang-ruang kegiatan seni pada griya

Page 93: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ageng teater boneka khusus digunakan oleh seniman teater boneka yang

menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Ruang

pentas didesain untuk kegiatan latihan atau pentas teater boneka dalam

skala kecil (jumlah penonton sedikit).

d) Griya ageng teater orang, yakni griya (rumah) yang terdiri dari

beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan berhuni

para seniman orang. Ruang-ruang kegiatan seni pada griya ageng teater

orang khusus digunakan oleh seniman teater orang yang menghuni

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Ruang pentas

didesain untuk kegiatan latihan atau pentas teater orang dalam skala

kecil (jumlah penonton sedikit).

3) Kelompok ruang privat, terdiri dari:

a) Griya alit tari, yakni griya (rumah) yang mewadahi kegiatan berhuni

para penari

b) Griya alit musik tradisional, yakni griya (rumah) yang mewadahi

kegiatan berhuni para seniman musik tradisional

c) Griya alit teater boneka, yakni griya (rumah) yang mewadahi kegiatan

berhuni para seniman teater boneka

d) Griya alit teater orang, yakni griya (rumah) yang mewadahi kegiatan

berhuni para seniman teater orang

4) Kelompok ruang servis, terdiri dari:

a) Mushola, yakni tempat ibadah bagi seniman muslim

b) Lapangan, yakni tempat olahraga bagi penghuni Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Lapangan juga dapat digunakan

Page 94: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

sebagai tempat pentas pertunjukan tari rakyat, antara lain jaran kepang,

kethek ogleng, jlantur, dan tarian lain yang memerlukan ruang terbuka

dan melibatkan pemain dalam jumlah banyak.

c) Gazebo, yakni tempat berkumpul para seniman untuk kegiatan ronda

pada malam hari dan tempat singgah para pedagang untuk menjajakan

dagangannya kepada para penghuni Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah pada siang hari

d) Angkringan, yakni tempat berjualan makanan untuk para penghuni

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dan para

pengunjung

5) Kelompok ruang pengelola, terdiri dari

a) Griya pengelola, yakni griya (rumah) yang mewadahi kegiatan

pengelola Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

3.6. Lokasi yang Direncanakan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah merupakan

wadah pelestarian seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah yang secara tidak

langsung mendukung pengembangan wisata budaya di Kota Surakarta.

Lokasi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah harus

disesuaikan dengan kondisi lingkungan Surakarta terutama kondisi wisata

budaya yang telah ada. Lokasi yang direncanakan harus sesuai dengan konsep

nuansa kampung yang ingin diciptakan dan karakteristik seniman. Oleh

karena itu, pemilihan lokasi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.

Page 95: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

1) Lokasi berada atau berdekatan dengan kawasan budaya di Surakarta

2) Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) dan

Satuan Wilayah Pengembangan (SWP).

3) Lokasi mudah dicapai dari lokasi-lokasi di sekitarnya dan dari pusat kota

4) Lokasi tapak/site berpotensi bagi terciptanya nuansa kampung pada

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Potensi

yang diinginkan antara lain sebagai berikut.

a) Mayoritas bangunan di lokasi tapak/site merupakan perkampungan atau

hunian.

b) Lokasi tapak/site memiliki suasana alami yang dapat ditunjukan dengan

keberadaan sawah, sungai, pepohonan, dan lainnya.

5) Sebagian besar tapak/site di dalam lokasi memiliki ketenangan untuk

kegiatan seni dan kegiatan berhuni para seniman.

3.7. Suasana Kampung Yang Direncanakan

Suasana kampung pada desain Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah diwujudkan dengan menerapkan ciri-ciri fisik

kampung, yakni sebagai berikut.

1) Bangunan didesain dengan material alami yang mudah ditemui di daerah

Surakarta dan sekitarnya, antara lain bambu, kayu, batu bata. Jalan-jalan di

antara bangunan menggunakan matrial alami yakni campuran tanah dan

kerikil yang dipadatkan agar tidak mudah tergerus air ketika hujan.

2) Bangunan ditata secara organis dengan pola cluster. Landscape tapak/site

juga dibuat organis dengan menanam pepohonan secara acak.

Page 96: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

3) Memberi ruang komunal dalam bentuk griya ageng yang didalamnya

terdapat ruang pentas dan ruang sarasehan sebagai tempat berkumpul

seniman untuk berinteraksi satu sama lainnya dalam bentuk kegiatan

latihan, pentas, dan sarasehan.

4) Ruang pentas sebagai ruang komunal pada griya ageng diletakkan diantara

hunian sehingga menyatu dengan hunian.

5) Memberi ruang terbuka hijau berupa pohon-pohon yang biasa tumbuh di

kampung-kampung, antara lain mangga, rambutan, pepaya, dan jambu.

6) Sirkulasi di dalam tapak/site dibuat tegas dan majemuk.

3.8. Arsitektur Jawa Yang Direncanakan

Arsitektur Jawa diterapkan pada Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dengan dua cara, yakni secara fisik dan konseptual.

Arsitektur Jawa secara fisik diterapkan dengan cara merancang bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sebagai tempat

bernaung (berteduh) bagi para seniman. Bentuk atap didesain sedemikian

rupa sehingga tampil sebagai bentuk aristektur Jawa masa kini (kontemporer)

yang tidak terlalu ter-pakem pada aturan-aturan tradisional. Pengembangan

bentuk atap panggang pe-, pelana, limasan, dan tajug sangat ditekankan

pada desain atap bangunan terutama pengembangan atap pelana yang lebih

banyak digunakan pada bangunan-bangunan kampung dengan harapan agar

nuansa kampung yang diinginkan lebih terasa.

Arsitektur Jawa secara konseptual diterapkan dengan menerjemahkan

filosofi-filosofi Jawa pada bentuk bangunan, yakni sebagai berikut atap

Page 97: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

bangunan dibuat bervariasi dan menonjol dengan proporsinya yang lebih

besar daripada elemen bangunan di bawahnya mengandung filosofi bahwa

kedudukan atap bagi manusia Jawa sangat penting dalam kehidupan sebagai

penaung kegiatan yang melindungi dari gangguan lingkungan sekitar, antara

lain panas, angin, dan hujan. Atap dan plafon bangunan dibuat rendah dengan

maksud bahwa arsitektur Jawa sangat dekat dengan kehidupan manusia.

Wujud kearifan manusia Jawa dalam menanggapi alam sekitar

(makrokosmos) ditunjukkan dengan desain kemiringan atap bangunan antara

30 derajat hingga 40 derajat agar air hujan dapat langsung turun ke

permukaan tanah. Penggunaan material lokal pada bangunan bertujuan untuk

memberikan nuansa yang menyatu dengan alam dan memandang bangunan

sebagai bagian dari alam. Hal itu sesuai dengan karakter manusia Jawa yang

selalu ingin hidup selaras dan seimbang dengan alam. Prinsip pusat dan

dualitas diterapkan dalam perletakkan massa bangunan panggung terbuka dan

griya ageng sebagai pusat dari bangunan lain dengan maksud bahwa semua

kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah memiliki

tujuan utama, yakni kegiatan seni yang diwadahi dalam ruang-ruang

panggung terbuka dan griya ageng.

Page 98: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB 4

PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

DI SURAKARTA

Bab pendekatan konsep perencanaan dan perancangan berisi analisa-

analisa yang dilakukan untuk menentukan konsep perencaanaan dan perancangan,

yakni analisa kegiatan dan pelaku kegiatan, analisa ruang, analisa tapak/site,

analisa massa bangunan, analisa struktur dan kontruksi bangunan, serta analisa

utilitas bangunan.

4.1. Analisa Kegiatan dan Pelaku Kegiatan

4.1.1. Analisa Kegiatan

Tujuan

Analisa kegiatan bertujuan untuk menentukan jenis dan

kelompok kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa kegiatan dilakukan berdasarkan pertimbangan fungsi

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang

direncanakan.

77

Page 99: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Analisa

Kegiatan yang diwadahi di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dapat dikelompokkan menjadi empat, yakni

sebagai berikut.

1) Kegiatan seni, yakni kegiatan yang berhubungan dengan seni

pertunjukan tradisional Jawa Tengah, meliputi:

- Latihan dan pentas seni tari, musik tradisional, teater boneka, dan

teater orang. Kegiatan latihan dan pentas dapat dilakukan oleh grup

kesenian yang sedang tinggal di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah maupun grup kesenian dari luar

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

- Menyimpan, mengoleksi, merawat, dan menjual perlengkapan seni

tari, seni musik tradisional, seni teater boneka, dan seni teater

orang.

- Pertemuan dalam bentuk rapat, diskusi, atau sarasehan yang

berkaitan dengan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah.

2) Kegiatan berhuni, yakni kegiatan yang terjadi di lingkungan keluarga

seniman dimana seniman dapat tidur, masak, makan, ibadah,

menerima tamu, kumpul bersama, dan MCK. Pengelola dapat tinggal

di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk

mengelola, mengawasi, dan menjaga kondisi lingkungan di dalam

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Wisatawan

domestic maupun mancanegara dapat bermalam/menginap untuk

keperluan wisata budaya.

Page 100: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3) Kegiatan bermasyarakat, yakni kegiatan yang menuntut para

seniman berinteraksi satu sama lain dalam berbagai bentuk kegiatan,

meliputi kegiatan kumpul bersama, ronda, ibadah berjamaah,

olahraga, dan kegiatan seni.

4) Kegiatan pengelolaan, yakni kegiatan mengelola semua kegiatan

yang berlangsung di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah.

5) Kegiatan wisata, yakni kegiatan berkunjung wisatawan ke Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

4.1.2. Analisa Pelaku Kegiatan

Tujuan

Analisa pelaku kegiatan bertujuan untuk menentukan pelaku

kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa kegiatan dilakukan berdasarkan pertimbangan jenis

kegiatan yang diwadahi.

Analisa

Berdasarkan keterampilan di bidang seni, pelaku kegiatan di

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu seniman dan bukan seniman. Seniman adalah orang

yang memiliki bakat di bidang seni pertunjukan tradisional Jawa

Tengah dan berada di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah untuk berlatih atau mengadakan pentas. Bukan seniman

adalah orang yang tidak memiliki bakat di bidang seni pertunjukan

Page 101: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

tradisional Jawa Tengah dan berada di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dengan tujuan berwisata atau menyaksikan

pentas.

Berdasarkan kaitannya dengan kegiatan berhuni, pelaku

kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat

dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut.

1) Penghuni, yakni seniman yang menghuni Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah selama melakukan kegiatan

seni. Karakteristik penghuni Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah adalah grup-grup kesenian dari berbagai

daerah di Jawa Tengah yang ingin melakukan kegiatan seni di

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Para

seniman dari suatu grup kesenian dapat tinggal di Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dengan membawa

keluarganya dalam waktu yang cukup lama tetapi tidak menetap.

Selain seniman pengelola juga dapat menghuni Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

2) Bukan penghuni, yakni orang yang hanya berkunjung untuk

latihan, pentas, menonton pentas, atau berwisata tetapi tidak tinggal

di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Berdasarkan peran, pelaku kegiatan di Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi enam,

yakni sebagai berikut.

1) Pelatih, yaitu orang yang melatih para murid.

Page 102: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

2) Murid, yaitu orang yang menerima materi seni dari para pelatih.

3) Pemain, yaitu orang yang mempertunjukan keterampilannya

memainkan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah kepada para

penonton di atas panggung.

4) Penonton, orang yang datang ke Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dengan tujuan menyaksikan pementasan

seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah.

5) Pengelola, yaitu orang yang mengelola dan bertanggung jawab atas

semua kegiatan yang berlangsung di dalam Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

6) Wisatawan, yaitu orang yang berkunjung ke Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk tujuan wisata.

Wisatawan dapat ikut berlatih atau menginap sementara bersama

para seniman.

4.2. Analisa Ruang

4.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang

Tujuan

Analisa kebutuhan ruang bertujuan untuk memperoleh jenis

ruang yang dibutuhkan oleh Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa kebutuhan ruang dilakukan berdasarkan pertimbangan

jenis dan pelaku kegiatan yang diwadahi.

Page 103: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Analisa

Berdasarkan kegiatan dan pelaku kegiatan yang telah diuraikan

di atas dibutuhkan ruang-ruang sebagai berikut.

1) Kelompok ruang publik, terdiri dari:

a) Panggung terbuka

Panggung terbuka, yakni panggung yang digunakan sebagai

tempat pentas semua jenis seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah

dalam skala besar (jumlah penonton banyak). Panggung terbuka

dapat digunakan untuk pentas oleh penghuni Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah maupun grup seniman lain

dari luar Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Ruang-ruang pada panggung terbuka sebagai berikut.

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir T. parkir Menyimpan properti (gamelan, perlengkapan tari, teater boneka, dan teater orang)

R. properti

Ganti kostum R. ganti Persiapan pentas R. persiapan Pentas Panggung Mengiringi pentas R. musik pengiring Menonton pentas R. penonton MCK KM/WC

2) Kelompok Ruang Semi Publik, terdiri dari:

a) Griya ageng tari

Griya ageng tari, yakni griya (rumah) yang terdiri dari

beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan berhuni

para penari. Ruang-ruang kegiatan seni pada griya ageng tari khusus

digunakan oleh penari yang menghuni Kompleks Seni Pertunjukan

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.1. Kebutuhan Ruang Panggung Terbuka

Page 104: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tradisional Jawa Tengah. Ruang pentas didesain untuk kegiatan

latihan atau pentas tari dalam skala kecil (jumlah penonton

sedikit).Ruang-ruang di dalam griya ageng tari sebagai berikut.

Kelompok ruang Jenis kegiatan Jenis ruang Kelompok kegiatan seni

Menyimpan perlengkapan pentas

R. properti

Ganti kostum R. ganti

Menonton pentas tari R. penonton Latihan/pentas tari R. latihan/pentas Menyimpan, mengoleksi, dan menjual perlengkapan tari

Galeri tari

Sarasehan R. sarasehan Kelompok kegiatan berhuni seniman, pengelola, dan wisatawan)

Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul bersama keluarga R. keluarga tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan MCK KM/WC Menyimpan barang Gudang Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

Kelompok kegiatan servis

Parkir penghuni Parkir pengunjung

-Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

MCK pengunjung KM/WC pengunjung

b) Griya ageng musik tradisional

Griya ageng musik tradisional , yakni griya (rumah) yang

terdiri dari beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni

dan berhuni para seniman musik tradisional. Ruang-ruang kegiatan

seni pada griya ageng musik tradisional khusus digunakan oleh

seniman musik tradisional yang menghuni Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Ruang pentas didesain untuk

kegiatan latihan atau pentas musik tradisional dalam skala kecil

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.2. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Tari

Page 105: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

(jumlah penonton sedikit). Ruang-ruang di dalam griya ageng griya

ageng musik tradisional sebagai berikut.

Kelompok kegiatan Jenis kegiatan Jenis ruang Kelompok kegiatan seni

Latihan/pentas musik tradisional

Ruang latihan / pentas

Menonton pentas musik tradisional

Ruang penonton

Menyimpan, mengoleksi, dan menjual perlengkapan musik tradisional

Galeri musik tradisional

Sarasehan R. sarasehan Kelompok kegiatan berhuni

Bersantai Teras Menerima tamu R, tamu Kumpul bersama keluarga R. keluarga tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan MCK KM/WC Menyimpan barang Gudang Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

Kelompok kegiatan servis

Parkir penghuni Parkie pengunjung

-Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

MCK pengunjung KM/WC pengunjung

c) Griya ageng teater boneka

Griya ageng teater boneka, yakni griya (rumah) yang terdiri

dari beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan

berhuni para seniman teater boneka. Ruang-ruang kegiatan seni pada

griya ageng teater boneka khusus digunakan oleh seniman teater

boneka yang menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah. Ruang pentas didesain untuk kegiatan latihan atau

pentas teater boneka dalam skala kecil (jumlah penonton sedikit).

Ruang-ruang di dalam griya ageng teater boneka sebagai berikut.

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Musik Tradisional

Page 106: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Kelompok kegiatan Jenis kegiatan Jenis ruang Kelompok kegiatan seni

Latihan/pentas musik tradisional

Ruang latihan / pentas

Menonton pentas musik tradisional

Ruang penonton

Menyimpan, mengoleksi, dan menjual perlengkapan teater boneka

Galeri teater boneka

Sarasehan R. sarasehan Kelompok kegiatan berhuni

Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul bersama keluarga R. keluarga tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan MCK KM/WC Menyimpan barang Gudang Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

Kelompok kegiatan servis

Parkir penghuni Parkir pengunjung

T. parkir: -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

MCK pengunjung KM/WC pengunjung

d) Griya ageng teater orang

Griya ageng teater orang, yakni griya (rumah) yang terdiri

dari beberapa kelompok ruang sebagai wadah kegiatan seni dan

berhuni para seniman orang. Ruang-ruang kegiatan seni pada griya

ageng teater orang khusus digunakan oleh seniman teater orang yang

menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Ruang pentas didesain untuk kegiatan latihan atau pentas teater

orang dalam skala kecil (jumlah penonton sedikit).Ruang-ruang di

dalam griya ageng teater orang sebagai berikut.

Kelompok ruang Jenis kegiatan Jenis ruang

Kelompok kegiatan seni

Ganti kostum R. ganti kostum Persiapan R. persiapan Latihan/pentas Panggung

Tabel 4.5. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Teater Orang

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.4. Kebutuhan Ruang Griya Ageng Teater Boneka

Page 107: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Mengiringi pentas R. musik pengiring Menonton pentas R. penonton Menyimpan, megoleksi, dan menjual perlengkapan seni

Galeri teater orang

Sarasehan R. sarasehan Kelompok kegiatan berhuni seniman, pengelola, dan wisatawan

Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul bersama keluarga R. keluarga tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan MCK KM/WC Menyimpan barang Gudang Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

Kelompok kegiatan servis

Parkir penghuni Parkir pengunjung

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

MCK pengunjung KM/WC pengunjung

3) Kelompok ruang privat, terdiri dari:

a) Griya alit tari, yakni griya (rumah) yang mewadahi kegiatan

berhuni para penari

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir Garasi Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul R. keluarga Tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan KM/WC KM/WC Menyimpan barang

Gudang

Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

b) Griya alit musik tradisional, yakni griya (rumah) yang mewadahi

kegiatan berhuni para seniman musik tradisional

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.6.. Kebutuhan Ruang Griya Alit Tari

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 108: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir Garasi Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul R. keluarga Tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan KM/WC KM/WC Menyimpan barang

Gudang

Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

c) Griya alit teater boneka, yakni griya (rumah) yang mewadahi

kegiatan berhuni para seniman teater boneka

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir Garasi Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul R. keluarga Tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan KM/WC KM/WC Menyimpan barang

Gudang

Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

d) Griya alit teater orang, yakni griya (rumah) yang mewadahi

kegiatan berhuni para seniman teater orang

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir Garasi Bersantai Teras Menerima tamu R. tamu Kumpul R. keluarga Tidur R. tidur Memasak Dapur Makan R. makan KM/WC KM/WC

Tabel 4.9. Kebutuhan Ruang Griya Alit Teater Orang

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.8. Kebutuhan Ruang Griya Alit Teater Boneka

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.7. Kebutuhan Ruang Griya Alit Musik Tradisional

Page 109: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Menyimpan barang

Gudang

Mencuci dan menjemur pakaian

R. cuci jemur

4) Kelompok ruang servis, terdiri dari

a) Mushola, yakni tempat ibadah bagi seniman muslim

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir T. parkir Wudhu Tempat wudhu Sholat R. sholat Menyimpan barang

Gudang

MCK KM/WC

b) Lapangan, merupakan tempat olahraga bagi penghuni Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Lapangan juga dapat

digunakan sebagai tempat pentas pertunjukan tari rakyat, antara

lain jaran kepang, kethek ogleng, jlantur, dan tarian lain yang

memerlukan ruang terbuka dan melibatkan pemain dalam jumlah

banyak.

Jenis kegiatan Jenis ruang Olahraga Lapangan

c) Gazebo, yakni tempat berkumpul para seniman untuk kegiatan

ronda pada malam hari dan tempat singgah para pedagang untuk

menjajakan dagangannya kepada para penghuni Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah pada siang hari.

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.11. Kebutuhan Ruang Lapangan

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.10. Kebutuhan Ruang Mushola

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 110: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Jenis kegiatan Jenis ruang Berjualan Gazebo

d) Angkringan merupakan tempat berjualan makanan untuk para

penghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

dan para pengunjung

Jenis kegiatan Jenis ruang Berjualan Angkringan

5) Kelompok ruang pengelola, terdiri dari

a) Griya pengelola, yakni griya (rumah) yang mewadahi kegiatan

pengelola Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Jenis kegiatan Jenis ruang Parkir T. parkir Memimpin semua kegiatan pengelolaan

R. kepala

Membantu kegiatan pengelola

R. sekretaris

Memimpin tata usaha

R. kepala tata usaha

Mengurusi R. seksi urusan umum

Mengurusi keuangan

R. seksi urusan keuangan

Mengurusi perlengkapan pentas

R. seksi urusan perlengkapan

Menyediakan informasi

R. seksi informasi

Mengurusi pentas R. seksi pentas Menyiapkan konsumsi

Pantry

MCK KM/WC Menyimpan barang Gudang

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.14. Kebutuhan Ruang Griya Pengelola

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.13. Kebutuhan Ruang Angkringan

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.12. Kebutuhan Ruang Gazebo

Page 111: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

4.2.2. Analisa Besaran Ruang

Tujuan

Analisa besaran ruang bertujuan untuk memperoleh besaran

ruang yang dibutuhkan oleh Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa besaran ruang dilakukan berdasarkan pertimbangan

jenis kegiatan yang diwadahi, jumlah pelaku kegiatan, dan jumlah

perabot (furniture).

Analisa

Berdasarkan jenis kegiatan, jumlah pelaku kegiatan, dan jumlah

perabot (furniture) diperoleh besaran ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah sebagai berikut.

1) Kelompok ruang publik

a) Panggung terbuka

Jenis ruang

Luas Jumlah Luas x jumlah

Volume

T. parkir -Motor= 2 m2

-Mobil=15 m2

-Jumlah pemain terbesar adalah pemain teater orang = 30 pemeran + 17 pengrawit = 47 orang -Rincian parkir bagi pemain: 30 orang naik mobil berkapasitas 6 orang = 5 mobil 17 orang berboncengan motor = 9 motor -Jumlah penonton = 300 orang -Rincian parkir bagi penonton: 63 naik mobil berkapasitas 3 orang = 21 mobil

390 m2

untuk mobil + 246 m2

untuk motor = 636 m2

-

Tabel 4.15. Besaran Ruang Panggung Terbuka

Page 112: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

200 orang naik motor -52 naik motor sendiri = 52 motor -124 orang berboncengan = 62 motor 61 jalan kaki -Total parkir = 26 mobil + 123 motor

T. penonton

300 orang x 1 m2/orang = 300 m2

1 300 m2

-

R. ganti 1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit 6 m2 16.5 m3

R. persiapan

-Pentas tari: 10 penari x 2 m2/orang = 20 m2

-Pentas musik tradisional (17 pengrawit + 5 sindhen + 5 pengerong) x 2 m2/orang )= m2 = 54 m2

-Pentas teater boneka (1 dalang + 5 sinden + 2 penggerong) x 2 m2/orang) = 16 m2

-Pentas teater orang 30 pemain x 2 m2/orang = 60 m2

-Diambil luas ruang terbesar = yakni 60 m2

1 60 m2 -

Panggung

-Pentas tari 10 penari x 4 m2/orang = 40 m2

1 40 m2

Page 113: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

- Pentas musik tradisional (5 sindhen + 5 pengerong) x 2 m2/orang = 20 m2 -Pentas teater boneka: 1 dalang x 4 m2/orang) + (5 sinden x 2 m2/orang) + (2 penggerong x 2 m2/orang)=18 m2

-Pentas teater orang 10 pemain x 4 m2/orang = 40 m2

-Diambil luas ruang terbesar = 40 m2

R. musik pengiring

17 pengrawit + 1 set gamelan = 54 m2

1 54 m2 -

R. properti 50 m2 1 50 m2 150 m3 KM/WC 1,5 m2 -Untuk pemain:

2 pria + 2 wanita = 4 unit -Untuk penonton 2 pria + 2 wanita = 4 unit

12 m2 33 m3

Luas total = 1158 m2 Volume total = 399.5 m3

2) Kelompok ruang semi publik, terdiri dari:

a) Griya ageng tari

Kelompok ruang

Jenis ruang

Luas Jumlah Luas x jumlah

Volume

1 R. properti 14 m2 1 14 m2 38.5 m3

Tabel 4.16. Besaran Ruang Griya Ageng Tari

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 114: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

kelompok ruang seni

R. ganti 1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Ruang latihan / pentas

(12 penari x 4 m2/orang) + (11 pengrawit + 1 set gamelan) = m2 = 48 m2 + 40 m2 = 88 m2

1 88 m2 354 m3

Ruang penonton

106 penonton x 1 m2/orang = 106 m2

1 106 m2 318 m3

Galeri tari 54 m2 1 54 m2 162 m3 R. sarasehan

54 orang x 1 m2/orang = 54 m2

1 54 m2 162 m3

Luas total = 322 m2 x 1 kelompok ruang = 322 m2 Volume total = 1051 m3 x 1 kelompok ruang = 1051 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 4.5 m2 1 4.5 m2 12.375 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3 R. keluarga

27 m2 1 27 m2 81 m3

R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75 m3 Dapur 7.5 m2 1 7.5 m2 22.5 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2 -

Luas total = 75 m2 x 6 kelompok ruang = 450 m2 Volume total = 204.7m3 x 6 kelompok ruang = 1228.2 m3

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 (48 motor x 2 m2) + (15 mobil x 15 m2 ) = 96 m2 + 225 m2= 321 m2

4 1

60 m2

321 m2

162 m3

866.7 m3

KM/WC pengunjung dan pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 387 m2 x 1 kelompok ruang= 387 m2 Volume total = 1045.2 m3 x 1 kelompok ruang = 1045.2 m3

Luas total griya ageng tari = = 1159 m2 Volume total griya ageng tari = 3324.4 m3

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 115: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

b) Griya ageng musik tradisional

Kelompok ruang

Jenis ruang

Luas Jumlah Luas x jumlah

Volume

1 kelompok ruang seni

R. latihan / pentas

(17 pengrawit + 1 set gamelan) + + ((5 sindhen + 5 pengerong) x 2 m2/orang ))= m2 = 54 m2 + 20 m2 = 74 m2

1 74 m2 296 m3

R. penonton

106 penonton x 1 m2/orang = 106 m2

1 106 m2 318 m3

Galeri musik tradisional

54 m2 1 54 m2 162 m3

R. sarasehan

54 orang x 1 m2/orang = 54 m2

1 54 m2 162 m3

Luas total = 288 m2 x 1 kelompok ruang = 288 m2 Volume total = 938 m3 x 1 kelompok ruang = 938 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 4.5 m2 1 4.5 m2 12.375m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3 R. keluarga

27 m2 1 27 m2 81 m3

R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75 m3 Dapur 7.5 m2 1 7.5 m2 22.5 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2 -

Luas total = 75 m2 x 6 kelompok ruang = 450 m2 Volume total = 204.7m3 x 6 kelompok ruang = 1228.2 m3

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 (48 motor x 2 m2) + (15 mobil x 15 m2 ) = 96 m2 + 225 m2= 321 m2

4 1

60 m2

321 m2

162 m3

866.7 m3

KM/WC pengunjung dan pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 387 m2 x 1 kelompok ruang= 387 m2 Volume total = 1045.2 m3 x 1 kelompok ruang = 1045.2 m3

Tabel 4.17. Besaran Ruang Griya Ageng Musik Tradisional

Page 116: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Luas total griya ageng tari = 1125 m2 Volume total griya ageng tari = 3211.4 m3

c) Griya ageng teater boneka

Kelompok ruang

Jenis ruang

Luas Jumlah Luas x jumlah

Volume

1 kelompok ruang seni

R. latihan / pentas

1 dalang x 4 m2/orang) + (5 sinden x 2 m2/orang) + (2 penggerong x 2 m2/orang) + 17 pengrawit + a set gamelan = 72 m2

1 72 m2 288 m3

R. penonton

106 penonton x 1 m2/orang = 106 m2

1 106 m2 318 m3

Galeri teater boneka

54 m2 1 54 m2 162 m3

R. sarasehan

54 orang x 1 m2/orang = 54 m2

1 54 m2 162 m3

Luas total = 286 m2 x 1 kelompok ruang = 286 m2 Volume total = 930 m3 x 1 kelompok ruang = 930 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 4.5 m2 1 4.5 m2 12.375 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3 R. keluarga

27 m2 1 27 m2 81 m3

R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75 m3 Dapur 7.5 m2 1 7.5 m2 22.5 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2

Luas total = 75 m2 x 6 kelompok ruang = 450 m2 Volume total = 204.7m3 x 6 kelompok ruang = 1228.2 m3

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 (48 motor x 2 m2) + (15 mobil x 15 m2 ) = 96 m2 + 225 m2= 321 m2

4 1

60 m2

321 m2

162 m3

866.7 m3

KM/WC pengunju

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4

6 m2 16.5 m3

Tabel 4.18. Besaran Ruang Griya Ageng Teater Boneka

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 117: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

ng + pemain

unit

Luas total = 387 m2 x 1 kelompok ruang= 387 m2 Volume total = 1045.2 m3 x 1 kelompok ruang = 1045.2 m3

Luas total griya ageng musik tradisional = 1123 m2 Volume total griya ageng musik tradisional = 3203.4 m3

d) Griya ageng teater orang

Kelompok

ruang Jenis

ruang Luas Jumlah Luas x

jumlah Volume

1 kelompok ruang seni

R. properti

21 m2 1 21 m2 63m3

R. ganti 1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

R. persiapan

30 orang x 2 m2/orang) = 60 m2

1 60 m2 180 m3

Panggung 10 orang x 4 m2/orang) = 40 m2

1 40 m2 288 m3

R. musik pengiring

(11 pengrawit + 1 set gamelan) + ((2 sindhen + 2 penggerong) x 2 m2/orang)= 40 m2 + 8 m2 = 48 m2

1 48 m2 16.8 m3

Ruang penonton

70 penonton x 1 m2/orang = 70 m2

1 70 m2 245 m3

Galeri t. orang

54 m2 1 54 m2 162 m3

R. sarasehan

54 orang x 1 m2/orang = 54 m2

1 54 m2 162 m3

Luas total = 425 m2 x 1 kelompok ruang = 425 m2 Volume total = 1133.3 m3 x 1 kelompok ruang = 1133.3 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 6 m2 1 6 m2 16.5 m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3 R. keluarga

22.5 m2 4 22.5 m2 67.5 m3

R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2 -

Tabel 4.19. Besaran Ruang Griya Ageng Teater Orang

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 118: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Luas total = 70.5 m2 x 6 kelompok ruang = 423 m2 Volume total = 190.875 m3 x 6 kelompok ruang = 1145.25 m2

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 (30 motor x 2 m2) + (14 mobil x 15 m2 ) = 60 m2 + 210 m2= 270 m2

4 1

60 m2

270 m2

180 m3 810 m3

KM/WC pengunjung dan pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 336 m2 x 1 kelompok ruang = 336 m2 Volume total = 1006.5 m3 x 1 kelompok ruang = 1006.5 m3

Luas total ruang griya ageng teater boneka = 1184 m2 Volume total ruang griya ageng teater boneka = 3285.05 m3

3) Kelompok ruang privat, terdiri dari:

a) Griya alit tari

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 41.25 m3 Teras 19 m2 1 19 m2 74.25 m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 18 m2 1 18 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 112 m2 Volume total = 348.375 m3

b) Griya alit musik tradisional

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 41.25 m3 Teras 23 m2 1 23 m2 74.25 m3

Tabel 4.21. Besaran Ruang Griya Alit Musik Tradisional

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.20. Besaran Ruang Griya Alit Tari

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 119: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 22,5 m2 1 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 120.5 m2 Volume total = 348.375 m3

c) Griya alit teater boneka

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 41.25 m3 Teras 27 m2 1 27 m2 74.25 m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 22,5 m2 1 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 124.5 m2 Volume total = 348.375 m3

d) Griya alit teater orang

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 45 m3 Teras

27 m2 27 m2 74.25 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 22.5 m2 1 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 124.5 m2 Volume total = 352.125 m3

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.23. Besaran Ruang Griya Alit Teater Orang

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.22. Besaran Ruang Griya Alit Teater Boneka

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 120: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

4) Kelompok ruang servis

a) Mushola, merupakan tempat ibadah bagi seniman muslim

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Tempat wudhu 6 orang X

0,8 m2/orang = 4,8 m2

1 pa + 1 pi = 2

9,6 m2 28.8 m3

R. sholat 60 orang X 1 m2/orang = 60 m2

1 60 m2 180 m3

Gudang 3 m2 1 6 m2 18 m3 KM/WC 1,5 m2 1 pa + 1 pi

= 2 3 m2 9 m3

T. parkir 15 m2/mobil 2 m2/motor

4 mobil 12 motor

60 m2

24 m2

-

Luas total = 162.6 m2 Volume total = 235.8 m3

b) Lapangan

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Lapangan 230 m2 1 230 m2 -

c) Gazebo

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Gazebo 4 m2 1 4 m2 10 m3

d) Angkringan

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Angkringan 10 m2 1 10 m2 25 m3

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.27. Besaran Ruang Angkringan

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.26. Besaran Ruang Gazebo

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.25. Besaran Ruang Lapangan

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.24. Besaran Ruang Mushola

Page 121: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

5) Kelompok ruang pengelola, terdiri dari:

a) Griya pengelola

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x

jumlah Volume

R. kepala 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. sekretaris 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. kepala tata usaha 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi urusan umum 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi urusan keuangan 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi urusan perlengkapan 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi informasi 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi pentas 6 m2 1 6 m2 18 m3 Pantry 6 m2 1 6 m2 18 m3 KM/WC 1,5 m2 1 pa + 1

pi = 2 1,5 m2 4.5 m3

Gudang 6 m2 1 3 m2 9 m3 T. parkir 15

m2/mobil 2 m2 / motor

7 mobil 12 motor

105 m2

24 m2

- -

Luas total = 190.5 m2 Volume total = 184.5 m3

Kelompok ruang Luas

(m2) Jumlah (unit)

Luas x jumlah (m2)

Publik - Panggung terbuka

1158

1

1158

Semi publik - Griya ageng tari - Griya ageng musik

tradisional - Griya ageng teater boneka - Griya ageng teater orang

1159 1125 1123 1184

1 1 1 1

1159 1125 1123 1184

Privat - Griya alit tari - Griya alit musik tradisional - Griya alit teater boneka - Griya alit teater orang

112 120.5 124.5 124.5

23 11 10 22

2576 1325.5 1245 2739

Servis - Lapangan - Mushola - Gazebo - Angkringan

230 162.6 10 25

2 4 15 12

560 78.6 150 300

Pengelolaan - Griya pengelola

190.5

1

190.5

Luas total 14913.6 m2

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.29. Luas Total Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.28. Besaran Ruang Griya Pengelola

Page 122: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Perhitungan Jumlah Hunian Di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah

1) Hunian Bagi Seniman tari

-Penghuni utama : 40 penari + 11 pengrawit + 3 kru = 54 orang

-¼ jumlah penghuni utama membawa 2 anggota keluarganya = (¼ x

54 orang) x 2 = 14 orang x 2 = 28 orang

-Jumlah penghuni = 82 orang

-1 unit hunian untuk 3 orang sehingga dibutuhkan 82 orang : 3

orang/unit = 27 unit

Selain hunian untuk seniman tari juga disediakan 1 unit hunian

bagi wisatawan dan 1 unit pengelola dengan kapasitas 3 orang/hunian.

Jadi, jumlah total hunian adalah 27 unit hunian seniman + 1 unit hunian

wisatawan + 1 unit hunian pengelola = 29 unit dengan perincian 6 unit

termasuk dalam griya ageng tari sedangkan 23 dalam bentuk griya alit

tari.

2) Hunian Bagi Seniman musik tradisional

-Penghuni utama : 17 pengrawit + 5 sinden + 5 penggerong + 3 kru

= 30 orang

-¼ jumlah penghuni utama membawa 2 anggota keluarganya = (¼ x

30 orang) x 2 = 7 orang x 2 = 14 orang

-Jumlah penghuni = 44 orang

-1 unit hunian untuk 3 orang sehingga dibutuhkan 44 orang : 3

orang/unit = 15 unit

Page 123: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Selain hunian untuk seniman musik tradisional juga disediakan

1unit hunian bagi wisatawan dan 1 unit pengelola dengan kapasitas 3

orang/hunian. Jadi, jumlah total hunian adalah 15 unit hunian seniman

+ 1 unit hunian wisatawan + 1 unit hunian pengelola = 17 unit dengan

perincian 6 unit termasuk dalam griya ageng musik tradisional

sedangkan 11 dalam bentuk griya alit musik tradisional .

3) Hunian Bagi Seniman teater boneka

- Penghuni utama : 1 dalang + 5 sinden + 2 penggerong + 7

pengrawit + 3 kru = 28 orang

-¼ jumlah penghuni utama membawa 2 anggota keluarganya = (¼ x

28 orang) x 2 = 7 orang x 2 = 14 orang

-Jumlah penghuni = 42 orang

-1 unit hunian untuk 3 orang sehingga dibutuhkan 42 orang : 3

orang/unit = 14 unit

Selain hunian untuk seniman teater boneka juga disediakan

1unit hunian bagi wisatawan dan 1 unit pengelola dengan kapasitas 3

orang/hunian. Jadi, jumlah total hunian adalah 14 unit hunian seniman

+ 1 unit hunian wisatawan + 1 unit hunian pengelola = 16 unit dengan

perincian 6 unit termasuk dalam griya ageng musik tradisional

sedangkan 10 dalam bentuk griya alit teater boneka .

4) Hunian Bagi Seniman teater orang

-Penghuni utama : 30 pemeran + 2 sinden + 2 penggerong + 11

pengrawit + 4 penata rias + 4 kru = 53 orang

Page 124: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

-¼ jumlah penghuni utama membawa 2 anggota keluarganya = (¼ x

53 orang) x 2 = 13 orang x 2 = 26 orang

-Jumlah penghuni = 79 orang

-1 unit hunian untuk 3 orang sehingga dibutuhkan 79 orang : 3

orang/unit = 26 unit

Selain hunian untuk seniman teater orang juga disediakan 1unit

hunian bagi wisatawan dan 1 unit pengelola dengan kapasitas 3

orang/hunian. Jadi, jumlah total hunian adalah 26 unit hunian seniman

+ 1 unit hunian wisatawan + 1 unit hunian pengelola = 28 unit dengan

perincian 6 unit termasuk dalam griya ageng musik tradisional

sedangkan 22 dalam bentuk griya alit teater orang.

4.2.3. Analisa Hubungan Ruang

Tujuan

Analisa hubungan ruang bertujuan untuk memperoleh hubungan

ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang satu

dengan yang lain.

Dasar Pertimbangan

Analisa hubungan ruang dilakukan berdasarkan pertimbangan

jenis dan hubungan kegiatan yang diwadahi oleh masing-masing ruang.

Analisa Hubungan Antar Kelompok Ruang

1.3, 2.2, 3.3, 4.1, 5.2, 6.2

1.3, 2.2, 3.3, 4.2, 5.2, 6.2

Kelompok

ruang publik Kelompok ruang semi

publik

Diagram 4.1. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Semi Publik

Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 125: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

1.1, 2.1, 3.2, 4.3, 5.2, 6.3

1.1, 2.1, 3.2, 4.2, 5.1, 6.3

Kelompok ruang semi

publik

Kelompok ruang servis

Diagram 4.6. Hubungan Antara Kelompok Ruang Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.1

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.1

Kelompok ruang semi

publik

Kelompok ruang privat

Diagram 4.5. Hubungan Antara Kelompok Ruang Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Privat

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 1.4, 2.1, 3.3, 4.2, 5.2, 6.1

1.1, 2.1, 3.3, 4.2, 5.2, 6.1

Kelompok ruang publik

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 4.4. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.4, 2.3, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

1.3, 1.4, 2.3, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

Kelompok ruang publik

Kelompok ruang servis

Diagram 4.3. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

1.3, 2.1, 2.3, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

Kelompok

ruang publik Kelompok

ruang privat

Diagram 4.2. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Privat

Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 126: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Analisa Hubungan Antar Ruang

- Hubungan Antar Ruang Di Dalam Griya Ageng

1.1, 1.4, 2.3, 3.1, 4.1, 5.1, 6.1

1.1, 2.3, 3.1, 4.2, 5.1, 6.1

Kelompok ruang seni

Kelompok ruang berhuni

Diagram 4.11. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni Dengan Kelompok Ruang Berhuni

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.3, 4.2, 5.2, 6.3

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.3

Kelompok ruang servis

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 4.10. Hubungan Antara Kelompok Ruang Servis Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.3

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.3

Kelompok ruang privat

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 4.9. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.3, 4.3, 5.1, 6.1

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.1

Kelompok ruang privat

Kelompok ruang servis

Diagram 4.8. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.3

1.1, 2.1, 3.1, 4.3, 5.1, 6.3

Kelompok ruang semi

publik

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 4.7. Hubungan Antara Kelompok Ruang Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 127: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tanda Uraian pertalian/hubungan Kode Pergerakan Langsung

Tak langsung …… Jenis hubungan Fisik 1.1

Audio visual 1.2 Pendengaran (auditive) 1.3 Pandangan (visual) 1.4

Kelas hubungan/kelompok hubungan

Manusia dengan manusia 2.1 Peralatan dengan peralatan 2.2 Manusia dengan peralatan 2.3

Frekuensi hubungan Tetap, terus menerus (continue) 3.1 Berulang (repetitive) 3.2 Sekali – sekali / kadang - kadang 3.3 Jarang / langka 3.4

Frekuensi user Tinggi, padat 4.1 Menengah, sedang 4.2 Rendah 4.3

Ketentuan waktu Tetap (permanen) 5.1 Sementara (temporary) 5.2

Jarak Dekat 6.1 Sedang 6.2 Jauh 6.3

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.30. Kode Pola Hubungan Antar Ruang

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.2

1.1, 2.1, 3.1, 4.2, 5.1, 6.2

Kelompok ruang berhuni

Kelompok ruang sevis

Diagram 4.13. Hubungan Antara Kelompok Ruang Berhuni Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.2, 6.2

1.1, 2.1, 3.3, 4.3, 5.2, 6.2

Kelompok ruang seni

Kelompok ruang servis

Diagram 4.12. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 128: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

- Hubungan Antar Ruang Di Dalam Griya Alit

R. tamu

R. keluarga R. tidur

R. dapur

R. makan

KM/WC

Gudang

R. cuci jemur

KM/WC

Diagram 4.14. Hubungan Antara Kelompok Ruang Di Dalam Griya Alit Sumber: Analisa Penulis, 2011

Keterangan:

Tidak Penting (Non Essensial)

Saling mengisi

Penting (essensial)

Tidak diinginkan

Tidak dapat diterima

Page 129: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Keterangan :

4.2.4. Analisa Bentuk, Ekspresi, dan Tata Ruang

Tujuan

Analisa ini bertujuan untuk memperoleh bentuk, arah, ekspresi,

dan tata ruang yang sesuai dan mencerminkan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sebagai wadah kegiatan seni dan

kegiatan berhuni seniman dengan suasana kampung berarsitektur Jawa.

Dasar Pertimbangan

Analisa bentuk, arah, ekspresi, dan tata ruang dilakukan

berdasarkan pertimbangan kegiatan yang diwadahi, hubungan ruang,

konsep suasana kampung, dan konsep arsitektur Jawa.

Analisa Bentuk Ruang

Berdasarkan studi terhadap beberapa bentuk ruang pada rumah-

rumah Jawa yang ditulis oleh Hamzuri (t.t.: 14-60) didapat pengetahuan

bahwa rumah Jawa umumnya memiliki denah ruang berbentuk persegi.

Sebagian besar kampung-kampung di Jawa memiliki denah persegi

terutama untuk kampung yang beratapkan pelana (atap kampung).

Pengetahuan tersebut dapat diterapkan pada perancangan bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Hasil Analisa Bentuk Ruang

Ruang-ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah didesain sederhana dengan mengkombinasikan bentuk-bentuk

Dekat

Jauh

Page 130: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

persegi sehingga tercipta suasana ruang yang unik, nyaman untuk

berkesenian, dan mendukung suasana kampung yang direncanakan.

Analisa Ekspresi Ruang

Pada umumnya rumah-rumah kampung memiliki ekspresi ruang

sederhana dan jauh dari kemewahan. Hal itu ditunjukkan dengan

penggunaan material dari alam seperti kayu dan kondisi elemen

bangunan yang kurang sempurna seperti dinding yang tidak diaci.

Penggunaan material-material alami tersebut juga relevan dengan

konsep yang diutarakan oleh Budiharjo (1994:10-17) bahwa arsitektur

Jawa harus dapat menunjukkan keselarasan antara ruang dalam dan

ruang luar.

Hasil Analisa Ekspresi Ruang

Ruang bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dibuat sederhana dan menggunakan material alam, yakni lantai

berlapiskan bambu, dinding bambu, dan bukaan berbahan bambu.

Untuk memperkuat nuansa kampung, digunakan dinding bata tanpa

Gambar 4.1. Bentuk Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 131: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

acian setinggi 1 meter dari lantai. Di atas dinding bata tertsebut berupa

dinding bambu utuh yang dirangkaian satu sama lain.

Penggunaan material dari lingkungan sektitar pada bangunan

dapat memberi keselarasan antara ruang di dalam rumah dengan

halaman dan lingkungan sekitar sehingga dapat meningkatkan citra

lingkungan masyarakat Jawa yang tenteram dan damai. Untuk

memperkuat konsep arsitektur Jawa maka ruang-ruang di dalam

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dibuat

teduh dengan atap dan plafon yang rendah agar terkesan bahwa

keberadaan atap sebagai elemen ‘penaung’ dapat akrab dengan

kehidupan penghuni.

Sebagai wadah kegiatan seni maka ruang-ruang latihan/pentas

dihias dengan elemen-elemen seni pertunjukan, seperti ornamen-

ornamen pada dinding, gantungan selendang tari, dan lainnya.

Analisa Tata Ruang

Prijotomo dalam Muhammad dan Santosa (2008:51)

mengemukakan bahwa arsitektur Jawa memiliki aturan yang bersifat

Gambar 4.2. Ekspresi Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 132: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

linier dan sentripetal serta mengacu pada prinsip pusat dan dualitas.

Prinsip dualitas dijelaskan oleh Sagrim (2011:8) sebagai oposisi binair

antara ruang luar dan dalam, antara kiri dan kanan, antara daerah

istirahat dan daerah aktivitas, antara spirit laki-laki (tempat placenta

yang biasanya diletakkan sebelah kanan) dan spirit wanita (tempat

placenta yang biasanya diletakkan pada bagian kiri), sentong kanan dan

sentong kiri, dan lain-lain. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa

prinsip pusat dan dualitas kiranya merupakan ungkapan tak langsung

bahwa manusia Jawa menginginkan keseimbangan dalam hidupnya,

baik keseimbangan dengan lingkungan sekitar maupun dengan

Tuhannya. Prinsip keseimbangan tersebut dapat diterapkan dalam

desain tata ruang bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah.

Hasil Analisa Tata Ruang

Prinsip keseimbangan dalam arsitektur Jawa diterapkan dalam

desain tata ruang bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah yang simetris dengan ruang kegiatan utama (ruang pentas)

sebagai pusat dari semua ruang griya ageng.

Page 133: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

4.3. Analisa Tapak/Site

4.3.1. Analisa Pemilihan Lokasi Tapak/Site

Tujuan

Analisa pemilihan lokasi tapak/site bertujuan untuk memperoleh

lokasi tapak/site yang mendukung keberadaan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan analisa pemilihan lokasi tapak/site sebagai

berikut.

1) Lokasi tapak/site berada atau berdekatan dengan kawasan budaya di

Surakarta.

2) Lokasi tapak/site sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota

(RUTRK) dan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP).

3) Lokasi tapak/site mudah dicapai dari lokasi-lokasi di sekitarnya dan

dari pusat kota.

Gambar 4.3. Tata Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 134: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

4) Lokasi tapak/site berpotensi bagi terciptanya nuansa kampung pada

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Potensi yang diinginkan antara lain sebagai berikut.

a) Mayoritas bangunan di lokasi tapak/site merupakan

perkampungan atau hunian.

b) Lokasi tapak/site memiliki suasana alami yang dapat ditunjukan

dengan keberadaan sawah, sungai, pepohonan, dan lainnya.

5) Sebagian besar tapak/site memiliki ketenangan untuk kegiatan seni

dan kegiatan berhuni para seniman.

Analisa

Dari dasar pertimbangan di atas terdapat tiga alternatif lokasi

site yang berpotensi, yakni sebagai berikut.

1) Daerah Sumber

Sumber merupakan salah satu daerah di Surakarta yang masuk

dalam SWP VII yang 90 % lahannya diperuntukkan bagi

perumahan/pemukiman sehingga sangat tepat digunakan untuk kegiatan

berhuni para seniman. Daerahnya berdekatan dengan salah satu titik

budaya di Surakarta, yakni Taman Balekambang yang di dalamnya

terdapat gedung kethoprak dan pernah sebagai tempat tinggal para

seniman kethoprak tobong. Di gedung inilah grup Srimulat lahir dan

pernah mengalami kejayaan. Keberadaan gedung kethoprak tersebut

akan mendukung bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah dari sisi pariwisata dan pelestarian budaya.

Page 135: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Daerah Sumber mudah dicapai dari segala arah. Jalan Kahuripan

Barat merupakan akses utama ke lokasi dari arah barat. Keberadaan

terminal Tirtonadi di sebelah timur mempermudah akses dari daerah

lain (terutama dari luar kota). Daerah ini mudah dicapai dari pusat kota

yang terletak sekitar 6 km di sebelah tenggara apalagi didukung oleh

tranportasi yang memadai, antara lain bus, taxi, dan angkutan kota.

Keberadaan terminal Tirtonadi di sebelah timur mempermudah akses

dari daerah lain (terutama dari luar kota).

Sebagaimana peruntukkan lahannya maka mayoritas bangunan

di daerah Sumber adalah hunian berupa perumahan dan perkampungan.

Beberapa lahan di daerah ini masih dimanfaatkan untuk kegiatan

bertani. Keberadaan sungai Bengawan Solo, sungai kecil, pepohonan,

dan persawahan merupakan potensi untuk memperkuat suasana

kampung di dalam kawasan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah yang direncanakan.

2) Daerah Mojosongo

Daerah Mojosongo masuk dalam SWP VII dengan kondisi

alam dari sebagian besar lahannya masih terjaga. 90 % lahan di daerah

Gambar 4.4. Daerah Sumber Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober 2011

Page 136: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

ini diperuntukkan bagi perumahan/pemukiman sehingga sangat sesuai

digunakan untuk kegiatan berhuni para seniman. Kontur tanah yang

berbukit-bukit dan keberadaan kampung-kampung di dalamnya

mendukung bagi bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah yang direncanakan. Daerah ini mudah dicapai dari

ringroad utara penghubung Surakarta, Karanganyar, dan Sragen.

Namun, letaknya yang cukup jauh dari pusat kota membuat daerah ini

sedikit sulit untuk dicapai para wisatawan dari pusat kota apalagi

keberadaanya jauh dari kawasan budaya sehingga kurang mendukung

bagi berdirinya Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

3) Daerah Ngarsopuro

Kawasan Ngarsopuro berada di sebelah utara Jalan Brigjen

Slamet Riyadi dan di sebelah selatan Puro Mangkunegaran yang

merupakan salah satu peninggalan sejarah Kota Surakarta. Kawasan ini

masih termasuk dalam wilayah segitiga budaya Surakarta, yaitu wilayah

yang meliputi Keraton Kasunanan Surakarta, Puro Mangkunegaran, dan

Pasar Gedhe. Tabel Fungsi Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)

Surakarta (lihat Tabel 3.1 bab III) menyatakan bahwa 10 % dari

Gambar 4.5. Daerah Mojosongo Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober

2011

Page 137: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

kawasan ini termasuk wilayah pengembangan pariwisata sedangkan 5

%-nya adalah wilayah pengembangan kebudayaan.

Keberadaan Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Jalan R. A. Kartini,

Jalan Pangeran Diponegoro, dan Jalan Ronggowarsito dengan sirkulasi

jalan yang cukup baik membuat kawasan ini memiliki aksesibilitas atau

tingkat pencapaian yang cukup tinggi dari segala arah. Potensi bagi bagi

terciptanya nuansa kampung pada bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sangat rendah meskipun di

daerah ini terdapat Kampung Nonongan dan berdekatan dengan

Kampung Kauman tetapi kondisi alamnya kurang mendukung.

Gambar 4.6. Daerah Ngarsopuro Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober 2011

Page 138: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa ketiga allternatif

lokasi site memiliki potensi besar. Oleh karena itu, diperlukan suatu

penilaian untuk mengetahui lokasi site yang paling tepat untuk

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Berikut disajikan

tabel penilaian ketiga alternatif lokasi site Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

No. Aspek Yang Dinilai Daerah

Sumber Daerah Mojosongo

Daerah Ngarsopuro

1 Kedekatan dengan kawasan budaya

8 4 10

2 Kesesuaian dengan SWP Surakarta

8 8 9

3 Aksesibilitas atau tingkat pencapaian dari daerah sekitar dan pusat kota

7 4 9

4 Potensi yang mendukung nuansa kampung

8 10 2

5 Ketenangan 7 9 2 Jumlah 38 35 32

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.31. Penilaian Alternatif Site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Gambar 4.7. Alternatif Lokasi Site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta, 2011

Page 139: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa di atas diketahui bahwa daerah Sumber

lebih berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi site Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah karena memiliki nilai yang lebih

tinggi daripada daerah lainnya. Oleh karena itu, daerah Sumber dipilih

sebagai lokasi site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

4.3.2. Analisa Penentuan Tapak/Site

Tujuan

Analisa penentuan tapak/site bertujuan untuk memperoleh site

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang tepat dan

mendukung semua kegiatan seni di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan dalam analisa penentuan tapak/site sebagai

berikut.

1) Tapak/site merupakan lahan kosong atau lahan dari suatu bangunan

yang sudah tidak layak dan tidak berfungsi.

Gambar 4.8. Lokasi Tapak/Site Terpilih (Daerah Sumber) Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober 2011

Page 140: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

2) Tapak/site bukan merupakan lahan dari suatu bangunan yang

dilindungi (cagar budaya).

3) Luas tapak/site mencukupi

Luas tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah yang diperlukan dapat diketahui melalui perhitungan sebagai

berikut.

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah didesain

dengan nuansa kampung di dalamnya sehingga diperlukan pengolahan

landscape ruang terbuka hijau yang luas, diasumsikan 80 % site adalah

ruang terbuka yang terdiri dari jalan-jalan sirkulasi dan vegetasi. Jadi,

luas site yang diperlukan dapat diperoleh dari perhitungan sebagai

berikut.

Luas lantai dasar = luas keseluruhan – luas lantai 2 pada griya ageng

= 14913.6 m2 – 3126 m2

= 11787.6 m2

Luas site = luas lantai dasar + (80 % x luas site)

= 11787.6 m2 + 0.8 x (luas site)

0.2 x (luas site) = 11787.6 m2

Luas site = 58938 m2 (luas minimal)

4) Tapak/site mudah dicapai dari jalan-jalan besar.

5) Tapak/site berada di lingkungan yang mendukung bagi terciptanya

nuansa kampung pada bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah yang direncanakan, yakni berada di

lingkungan perkampungan.

Page 141: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

6) Tapak/site memiliki ketenangan karena karakter seniman yang akan

menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

memerlukan ketenangan dan karakter seni pertunjukan tradisional

Jawa Tengah yang dipentaskan secara non formal tidak

menginginkan adanya kebisingan terutama kebisingan dari jalan

raya.

7) Tapak/site memiliki sistem utilitas yang baik, antara lain jaringan

listrik, telepon, dan air.

8) Tapak/site berdekatan dengan fasilitas umum lain yang mendukung

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Analisa

Dari dasar pertimbangan di atas diperoleh dua alternatif

tapak/site sebagai berikut.

1) Tapak/site 1 di sebelah selatan Jalan Kahuripan Utara

Gambar 4.9. Alternatif Site 1 Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 142: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

2) Tapak/site 2 di sebelah utara Jalan Kahuripan Utara

Kedua alternatif memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai

tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah, yakni

sebagai berikut.

1) Kedua tapak/site merupakan lahan persawahan yang tanahnya masih

subur sehingga sangat cocok ditanami pepohonan-pepohonan yang

biasa tumbuh di kampung-kampung, seperti mangga, rambutan,

bambu, dan lain-lain.

2) Tapak/site 1 memiliki luas 65690 m2 sedangkan tapak/site 2

memiliki luas 41215, 65 m2.

3) Kedua tapak/site mudah dicapai dari jalan raya karena letaknya

berada sekitar 250 m dari Jalan Kahuripan Barat, yakni jalan besar

yang merupakan akses utama ke dalam site dan terhubung oleh Jalan

Kahuripan Utara yang berada tepat di sebelah utara tapak/site.

Gambar 4.11. Kondisi Eksisting Site 1 (kiri) Dan Site 2 (kanan) Berupa Persawahan Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Gambar 4.10. Alternatif Site 2 Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 143: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

4) Lingkungan kedua tapak/site adalah perkampungan dan perumahan

sehingga sangat mendukung bagi terciptanya suasana kampung pada

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

yang direncanakan.

5) Kedua tapak/site berada di lingkungan yang cukup tenang untuk

kegiatan seni dan kegiatan berhuni para seniman. pemukiman-

pemukiman di sebelah barat tapak/site menghalangi noise yang

berasal dari suara kendaraan bermotor di Jalan Kahuripan Barat.

Gambar 4.14. Kondisi Lingkungan Site Yang Tenang Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Gambar 4.13. Kondisi Perkampungan di Sebelah Timur Site Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Gambar 4.12. Jalan Kahuripan Utara Terhubung Langsung Dengan Jalan Kahuripan Barat

Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 144: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

6) Sistem utilitas di sekitar kedua tapak/site cukup memadai, meliputi

listrik, telepon, dan saluran irigasi. Saluran-saluran air bermuara di

Sungai Bengawan Solo yang berada sekitar 230 m di sebelah selatan.

Saluran irigasi sawah merupakan potensi untuk sanitasi air kotor

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

7) Kedua tapak/site berdekatan dengan Gedung Kethoprak

Balekambang di seberang Sungai Bengawan Solo yang merupakan

pendukung bagi beroperasinya bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dalam bidang pariwisata dan

pelestarian budaya.

Gambar 4.16. Potensi Kedua Alternatif Site Sumber: Analisa Penulis, 2011

Gambar 4.15. Saluran Iringasi di Dalam Site Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 145: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Berdasarkan potensi kedua tapak/site yang telah diuraikan di

atas dipilih tapak/site 1 sebagai tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah karena memiliki luas yang lebih mencukupi,

yakni 65690 m2 > 58938 m2.

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa di atas diperoleh tapak/site di Kelurahan

Sumber RT 04 RW 06, Banjarsari, Surakarta dengan batas eksisting

sebagai berikut

1) Sebelah utara: Jalan Kahuripan Utara dan persawahan

2) Sebelah timur: SMP Nur Hidayah dan perkampungan

3) Sebelah selatan: perkampungan

4) Sebelah barat: Perumahan Griya Purwantara, perkampungan, dan

Jalan Kahuripan Barat

Page 146: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

4.3.3. Analisa Pencapaian Tapak/Site

Tujuan

Analisa pencapaian tapak/site bertujuan untuk menentukan

main entrance (ME) dan side entrance (SE) yang aksesibel sehingga

pengunjung dan penghuni mudah masuk atau keluar site.

Dasar Pertimbangan

Fungsi ME sebagai gerbang depan atau gerbang utama yang

melayani keluar masuk pengunjung dan penghuni. menuju ke semua

bangunan. Oleh karena itu, dalam penentuan ME harus berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut.

1) ME mudah dikenali pengunjung dan penghuni

2) ME mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan kaki.

Gambar 4.17. Site Terpilih Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 147: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

3) ME berdekatan dan berhubungan langsung dengan jalan utama atau

jalan yang paling besar, paling ramai, dan paling lancar arus lalu

lintasnya di antara jalan-jalan yang ada di sekitar site.

4) Sirkulasi dari jalan menuju ME jelas.

5) Keberadaan ME tidak mengganggu arus lalu lintas. Oleh karena itu,

letak ME tidak boleh kurang dari 30 meter dari perempatan atau

pertigaan jalan agar tidak terjadi crossing atau macet.

Fungsi SE sebagai gerbang samping yang melayani keluar

masuk penghuni dan para penjual di pasar tradisional. Oleh karena itu,

dalam penentuan SE harus berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

1) SE mudah dikenali oleh penghuni sebagai gerbang alternatif.

2) SE mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan kaki terutama

kendaraan service.

3) SE berdekatan dan berhubungan langsung dengan jalan sekunder

atau jalan yang lebih sepi daripada jalan yang berdekatan dengan

ME dan arus lalu lintasnya lancar.

4) Sirkulasi dari jalan menuju SE jelas.

5) Keberadaan SE tidak mengganggu arus lalu lintas. Oleh karena itu,

letak SE tidak boleh kurang dari 30 meter dari perempatan atau

pertigaan jalan agar tidak terjadi crossing atau macet.

Analisa

Tapak/site terpilih dikelilingi oleh Jalan Kahuripan Utara,

perkampungan, dan persawahan. Jalan Kahuripan Utara merupakan jalan

satu-satunya yang menghubungkan site dengan Jalan Kahuripan Barat,

Page 148: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

yakni jalan besar yang berada 250 m di sebelah barat tapak/site. Dari sisi

Jalan Kahuripan Utara tersebut pengunjung lebih mudah mencapai

tapak/site karena frekuensi pengguna Jalan Kahuripan Barat lebih besar

daripada pengguna jalan di kampung-kampung sekitar. Selain itu,

transportasi di Jalan Kahuripan Barat cukup memadai meliputi bus,

angkutan, taxi, dan lain-lain. Letak tapak/site dari perlimaan Jalan

Kahuripan Barat lebih dari 30 meter sehingga tidak mengganggu lalu

lintas di jalan tersebut.

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa di atas dapat ditentukan letak ME berada di

sisi Jalan Kahuripan Utara karena lebih menguntungkan bagi operasional

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. SE ditentukan

berada di sekeliling samping dan belakang tapak/site dengan alasan

bahwa nuansa kampung akan lebih terasa jika memiliki akses masuk

yang banyak terutama SE. Perletakan SE ini dilakukan dengan

Gambar 4.18. Potensi Pencapaian Site Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 149: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

membangun jalan di sekeliling bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah yang masih merupakan lahan bangunan. Jalan-

jalan pada sisi SE ini selain terhubung oleh Jalan Kahuripan Utara juga

terhubung dengan jalan-jalan kampung di sebelah selatan tapak/site

sehingga merupakan akses sekunder terutama bagi warga kampung di

sekitarnya yang ingin menyaksikan pentas di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

4.3.4. Analisa Kebisingan (Noise)

Tujuan

Analisa kebisingan (noise) bertujuan untuk memecahkan

masalah kebisingan baik kebisingan dari luar site yang dapat

mengganggu kegiatan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah di dalam site maupun sebaliknya.

Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan dalam analisa kebisingan yakni sumber

kebisingan, intensitas kebisingan baik yang ditimbulkan oleh

Gambar 4.19. Pencapaian Site Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 150: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

lingkungan sekitar site maupun yang ditimbulkan oleh kegiatan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di dalam site, dan

arah berhembusnya angin. Dasar pertimbangan yang dipakai dalam

analisa angin yaitu arah berhembusnya angin dan keberadaan bangunan

di sekitar tapak/site yang menghalangi arah berhembusnya angin.

Analisa

Kebisingan (noise) merupakan faktor penting yang sangat

mempengaruhi kegiatan di dalam Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah. Kegiatan seni pertunjukan tradisional

memerlukan kondisi lingkungan yang tenang apalagi konsep

pertunjukan seni di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah adalah kesederhanaan dan non formal di ruang-ruang terbuka

dan semi terbuka.

Noise yang berasal dari lingkungan sekitar tapak/site cukup

rendah karena suara-suara kendaraan dari Jalan Kahuripan Barat yang

dibawa angin telah tereduksi oleh keberadaan pemukiman warga. Akan

tetapi, noise juga berasal dari dalam tapak/site berupa suara kendaraan

di jalan-jalan sirkulasi dan tempat parkir sehingga perlu dilakukan

upaya reduksi noise dengan cara sebagai berikut.

1) Pembuatan penghalang (barier) berupa pepohonan. Pohon bambu

merupakan pohon yang rindang sehingga sangat cocok untuk

mereduksi noise.

2) Perletakan ruang-ruang latihan atau pentas yang dikelilingi bangunan

lain (hunian)

Page 151: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

3) Pemakaian material berpori sebagai peredam/pereduksi suara berupa

dinding bambu dua lapis yang disekat oleh daun padi di antaranya

pada ruang-ruang parkir.

Kegiatan latihan dan pentas seni pertunjukan tradisional

menimbulkan suara gamelan yang halus, lembut, dan bagi sebagian

orang membuat ngantuk sehingga tidak terlalu menggangu kegiatan

berhuni seniman dan kegiatan warga di sekitar site. Namun, upaya

reduksi suara agar tidak keluar site perlu dilakukan dengan menanam

pohon bambu di sekitar site. Sementara itu, reduksi suara terhadap

hunian (griya alit) tidak diperlukan karena ketika kegiatan latihan atau

pentas berlangsung seniman tidak berada di dalam griya alit tetapi

mereka melakukan pentas di griya ageng.

Gambar 4.20. Potensi Noise di Sekitar Site Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 152: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan

(noise) di dalam dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.

1) Pembuatan penghalang (barier) berupa pohon bambu di sekeliling

site.

2) Perletakan ruang-ruang latihan atau pentas yang dikelilingi

bangunan lain (hunian).

3) Pemakain dinding bambu dua lapis yang disekat oleh daun padi di

antaranya sebagai peredam bunyi pada ruang parkir.

4.3.5. Analisa Pandangan (View) di Dalam Tapak/Site

Tujuan

Analisa pandangan (view) bertujuan untuk menentukan

pandangan (view) dari dalam keluar bangunan.

Gambar 4.21. Respon Terhadap Noise di Dalam Site Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 153: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Dasar Pertimbangan

Analisa pandangan (view) berdasarkan pertimbangan kegiatan

dan nuansa kampung yang direncanakan.

Analisa

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

direncanakan sebagai suatu kawasan sehingga view dari dalam

bangunan diarahkan menuju kegiatan utama dan nuansa kampung di

dalam kawasan tersebut.

Hasil Analisa

View dari dalam griya alit di arahkan menuju ke titik-titik

kegiatan utama di dalam site, yakni ke arah griya ageng sebagai pusat

orientasi. Selain itu, view dari ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang

makan pada griya alit diarahkan menuju vegetasi yang ditanam di

sekitarnya untuk memperoleh kenyamanan visual bagi seniman dan

keselarasan ruang luar dan dalam yang menyatu dalam suasana

kampung yang alami.

Page 154: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

4.3.6. Analisa Zoning

Tujuan

Analisa zoning bertujuan untuk menempatkan zona-zona ruang

ke dalam tapak/site.

Dasar pertimbangan

Analisa zoning dilakukan berdasarkan pertimbangan hubungan

ruang dengan pencapaian, kebisingan (noise), angin, dan pandangan

(view).

Analisa

Berdasarkan tingkat jangkauan pengunjung terhadap bangunan-

bangunan di dalam site diperoleh pengelompokkan zona dalam skala

zona publik (zona dengan tingkat jangkauan pengunjung tinggi), zona

semi publik (zona dengan tingkat jangkauan pengunjung sedang), zona

Gambar 4.22. View Bangunan di Dalam Site Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 155: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

privat (zona dengan tingkat jangkauan pengunjung rendah), dan zona

service (zona yang mendapat jangkauan pengunjung untuk memperoleh

suatu pelayanan).

Sebelum menempatkan zona-zona ruang ke dalam site perlu

dilakukan analisa hubungan zona ruang dengan pencapaian, kebisingan

(noise), angin, dan pandangan (view) sebagai berikut.

Zona Kelompok ruang Pencapaian Angin dan

bising (noise) View

ME SE Publik

- Panggung terbuka

+++

++

- ++

Semi publik

- Griya ageng tari - Griya ageng musik

tradisional - Griya ageng teater boneka - Griya ageng teater orang

++ ++ ++ ++

++ ++ ++ ++

-

++

Privat

- Griya alit tari - Griya alit musik tradisional - Griya alit teater boneka - Griya alit teater orang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

+++ +++ +++ +++

Servis

- Lapangan - Mushola - Angkringan - Gazebo

+ + + ++

+ + + +

+ - +++ +++

+++ ++ +++ ++

Pengelola

- Griya pengelola +++ + + +++

Keterangan: +++ : dekat, banyak ++ : sedang, sedang ++ : jauh, sedikit

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa hubungan zona ruang dengan pencapaian,

kebisingan (noise), angin, dan pandangan (view) di atas diperoleh

penempatan zona ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah yang diilustrasikan melalui gambar di bawah ini.

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Tabel 4.32. Analisa Hubungan Zona Ruang Dengan Pencapaian, Kebisingan (Noise), Angin, dan Pandangan (View)

Page 156: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

4.3.7. Analisa Sirkulasi di Dalam Tapak/Site

Tujuan

Analisa sirkulasi bertujuan untuk memperoleh jalur-jalur

pergerakan pelaku kegiatan di dalam tapak/site.

Dasar Pertimbangan

Analisa sirkulasi dilakukan berdasarkan pertimbangan kegiatan

yang diwadahi.

Analisa

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah didesain

bernuansa kampung dengan menerapkan pola sirkulasi suatu kampung.

Pola sirkulasi di dalam tapak/site dibuat tegas dan majemuk sehingga

pengunjung mudah menuju bangunan yang ingin dicapai mengingat

Gambar 4.23. Zoning Site Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 157: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

jumlah bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

cukup banyak. Untuk menghindari crowded maka jalur sirkulasi di

dekat kelompok ruang publik dibuat searah. Jalur sirkulasi di dalam

tapak/site dibedakan menjadi dua, yakni jalur sirkulasi primer (utama)

dan sekunder. Jalur sirkulasi primer menghubungkan Main Entrance

(ME), Side Entrance (SE), ruang publik, ruang semi publik, dan ruang

pengelola. Jalur sirkulasi sekunder menghubungkan ruang semi publik,

ruang privat, dan ruang servis.

Sirkulasi di dalam tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah didesain sedemikian rupa sehingga ruang-

ruang publik lebih mudah dicapai dari pintu Main Entrance (ME) dan

Side Entrance (SE) berkaitan dengan akses pengunjung terhadap

ruang-ruang tersebut cukup besar. Urutan selanjutnya adalah ruang-

ruang semipublik berupa griya-griya ageng sebagai tempat berhuni dan

pentas seni, ruang privat yang lebih banyak diakses oleh seniman

sebagai penghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah, dan yang terakhir adalah ruang service. Lebar jalan yang

direncanakan juga dibedakan berdasarkan intensitas pengunjung.

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa di atas diperoleh pola sirkulasi di dalam

tapak/site, yakni pola sirkulasi yang tegas dan majemuk dalam bentuk

jalan-jalan searah maupun dua arah. Jalan utama di dalam tapak/site

dibuat dengan lebar 8 meter sebagai jalan penghubung Main Entrance

(ME) dengan ruang-ruang publik (panggung terbuka) sedangkan ruang-

Page 158: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

ruang lain dihubungkan dengan jalan yang lebih sempit karena akses

pengunjung lebih sedikit.

4.4. Analisa Massa Bangunan

4.4.1. Analisa Bentuk, Ekspresi, Tata Massa, Dan Orientasi Bangunan

Tujuan

Analisa ini bertujuan untuk memperoleh bentuk, ekspresi, tata

massa, dan orientasi bangunan yang sesuai dan mencerminkan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sebagai wadah

kegiatan seni dan kegiatan berhuni seniman dengan suasana kampung

berarsitektur Jawa.

Gambar 4.24. Sirkulasi di Dalam Site Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 159: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Dasar Pertimbangan

Analisa ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kegiatan yang

diwadahi, volume ruang, konsep arsitektur Jawa, dan konsep bentuk

dan tata massa bangunan kampung.

Analisa Bentuk Massa Bangunan

Bentuk bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dapat diperoleh dengan mengkombinasikan bentuk kaki, badan,

dan kepala bangunan dengan memasukkan konsep arsitektur Jawa baik

secara fisik maupun konseptual. Permainan proporsi volume antara

kaki, badan, dan kepala bangunan juga dapat menjadi dasar bentuk

bangunan. Penggunaaan atap panggang pe, pelana, limasan, dan tajug

dapat memberi identitas bahwa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah berarsitektur Jawa. Falsafah Jawa dan

kearifan manusia Jawa dalam menanggapi lingkungan alam dapat

ditransformasikan dalam bentuk bangunan.

Hasil Analisa Bentuk Massa Bangunan

Ruang-ruang bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah didesain dengan perpaduan bentuk persegi sehingga

massa bangunan yang dihasilkan berbentuk perpaduan kubus dan balok

untuk struktur kaki dan badan. Atap bangunan merupakan perpaduan

atap panggang pe, pelana, limasan, dan tajug yang membentuk

tampilan massa bangunan Jawa yang kontemporer (kekinian).

Permainan proporsi atap yang lebih besar daripada badan dan kaki

bangunan menunjukkan bahwa keberadaan atap sebagai penaung

Page 160: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

kegiatan sangat penting dan menjadi ciri khas ruang hidup bagi manusia

Jawa.

Atap-atap bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah terutama griya alit sebagai tempat berhuni seniman

didesain dengan variasi bentuk atap panggang pe dan kampung (atap

yang umum digunakan untuk rumah-rumah kampung Jawa) dengan

tujuan untuk memunculkan nuansa kampung. Selain itu, penggunaan

teras yang panjang menambah nuansa kampung pada bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang

direncanakan. Atap limasan digunakan untuk memberi variasi pada

bangunan semi publik (griya ageng) sedangkan atap tajug hanya

digunakan untuk mushola karena pandangan manusia Jawa tentang atap

tajug yang terkesan sakral.

Penggunaaan tiang-tiang kayu (saka) dan umpak pada teras

bangunan griya alit memperkuat nuansa Jawa karena mencoba

memunculkan elemen tradisional dalam konsep arsitektur Jawa

kontemporer (kekinian).

Salah satu wujud kearifan manusia Jawa dalam memahami dan

berinteraksi dengan alam sebagai lingkungan makrokosmosnya

diwujudkan pada desain bangunan yang tanggap terhadap lingkungan,

antara lain:

a) Penggunaan atap yang teduh dan rendah sebagai respon terhadap

lingkungan Surakarta yang panas

Page 161: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

b) Kemiringan atap > 30 derajat merupakan dimaksudkan agar air hujan

yang jatuh mengenai atap dapat lebih cepat sampai permukaan tanah

Analisa Ekspresi Massa Bangunan

Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

harus dapat mencerminkan sebagai bangunan seni dengan nuansa

kampung berarsitektur Jawa. Nuansa kampung dapat diciptakan dengan

menerapkan elemen-elemen fisik kampung ke dalam bentuk bangunan

sedangkan nuansa arsitektur Jawa dapat dimunculkan dengan

menerapkan ciri-ciri bangunan Jawa baik secara konseptual maupun

fisik.

Hasil Analisa Ekspresi Massa Bangunan

Massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah diekspresikan dalam tampilan arsitektur Jawa masa kini

(kontemporer) dengan nuansa kampung yang ditunjukkan dengan

Gambar 4.25. Bentuk Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 162: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

ukuran atap sebagai mahkota lebih besar daripada badan (dinding

bangunan) karena atap merupakan identitas arsitektur Jawa yang

memberi naungan terhadap ruang hidup di bawahnya (arsitektur Jawa

sebagai perwujudan arsitektur pernaungan (Pitana, 2010:138).

Pemakaian material lokal seperti batu bata, kayu, dan bambu yang

mudah diperoleh di Surakarta dan sekitarnya merupakan wujud kearifan

manusia Jawa dalam merespon lingkungan apalagi material alam

tersebut sangat cocok untuk memberikan nuansa kampung.

Analisa Tata Massa Bangunan

Massa-massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah ditata sedemikian rupa sehingga mirip dengan tata massa

bangunan kampung agar tercipta suasana ruang seperti berada di suatu

kampung. Massa bangunan juga ditata sebagai simbolisasi konsep

arsitektur Jawa.

Berdasarkan tinjauan di Bab II disebutkan bahwa sebagian besar

kampung memiliki ciri-ciri tata massa bangunan sebagai berikut.

Gambar 4.26. Ekspresi Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 163: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

1) Tata massa hunian acak.

2) Ruang komunal berada di sela-sela hunian.

3) Fasilitas-fasilitas sosial menyatu dengan hunian.

4) Kampung memiliki ruang terbuka yang cukup.

5) Sirkulasi kampung cenderung tegas dan majemuk.

Ciri-ciri tata massa bangunan tersebut digunakan sebagai dasar

penataan bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

Hasil Analisa Tata Massa Bangunan

Massa bangunan ditata acak namun masih terlihat jelas alur

sirkulasinya. Griya ageng merupakan griya yang terdiri dari beberapa

massa bangunan, yakni massa bangunan pentas (ruang komunal/ruang

sosial) yang menyatu dengan massa hunian seniman. Ruang-ruang

terbuka diciptakan antara bangunan dengan ditanami berbagai jenis

tanaman yang biasa tumbuh di kampung, antara lain pohon mangga,

rambutan, jambu, dan lain-lain.

Massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dikelompokkan ke dalam blok-blok bangunan, yakni blok griya

tari, musik tradisional, teater boneka, dan teater orang. Blok-blok

bangunan tersebut dipisahkan oleh empat jalan yang mengarah pada

empat arah mata angin, yakni barat, selatan, timur, dan utara serta

disatukan oleh panggung terbuka di tengah-tengah sebagai pusatnya.

Desain blok-blok bangunan tersebut merupakan simbolisasi dari konsep

Pat Pajupat Lima Pancer, yakni empat mata angin yang disatukan oleh

Page 164: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

pancer (pusat) di tengah-tengahnya. Dalam hal ini panggung terbuka

sebagai pusatnya karena panggung ini merupakan tempat pentas utama

dalam skala besar. Simbolisasi ini juga berhubungan dengan konsep

hidup orang Jawa yang menginginkan keseimbangan hidup melalui

prinsip pusat dan dualitas. Prinsip pusat dalam desain Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah diterapkan dengan menempatkan

panggung terbuka dan griya ageng sebagai pusat dari semua kegiatan.

Analisa Orientasi Massa Bangunan

Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

merupakan bangunan berarsitektur Jawa sehingga orientasi

bangunannya harus mengacu pada konsep konsep Jawa. Seperti yang

disimpulkan penulis dari pernyataan Prijotomo dalam Muhammad dan

Santosa (2008:51) bahwa manusia Jawa mengharapkan suatu

keseimbangan dalam hidupnya dengan pusat sebagai pengatur

lingkungan sekitar. Oleh karena itu, massa-massa bangunan Kompleks

Gambar 4.27. Tata Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 165: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah harus memiliki pusat

keseimbangan sebagai penyatu orientasi.

Hasil Analisa Orientasi Massa Bangunan

Keseimbangan tata massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah disimbolkan dengan orientasi griya alit

menuju pusat, yakni griya ageng sebagai tempat latihan dan pentas.

Griya ageng berorientasi pada panggung terbuka sebagai pusat

kawasan. Panggung terbuka berorientasi menuju Main Entrance (ME).

4.5. Analisa Sistem Struktur dan Kontruksi

Tujuan

Analisa sistem struktur dan kontruksi bertujuan untuk menentukan

sistem struktur dan kontruksi yang mendukung berdirinya bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Gambar 4.28. Orientasi Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 166: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan yang dipakai dalam analisa sistem struktur dan

kontruksi yakni beban yang diterima, konsep struktur kontruksi bangunan

kampung, dan konsep arsitektur Jawa.

Analisa

Di dalam ilmu bangunan dikenal istilah kaki (sub structure), badan

(mid structure), dan kepala bangunan (upper structure) sebagai penyusun

struktur bangunan. Kaki (sub structure) merupakan bagian paling bawah dari

suatu bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan

meneruskannya ke dalam tanah. Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah direncanakan tidak bertingkat sehingga alternatif

pondasi yang dapat digunakan adalah pondasi dangkal (shallow foundation).

Berdasarkan bentuknya pondasi dangkal dapat dibagi menjadi empat macam,

yakni sebagai berikut.

1) Pondasi menerus yang biasa dipakai pada kedalaman 80 cm – 120 cm dari

permukaan tanah asli.

2) Pondasi setempat yang biasa dipakai pada kedalaman 150 cm – 400 cm

dari permukaan tanah asli.

Gambar 4.29. Pondasi Menerus Sumber : Benny, 1996

Page 167: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

3) Pondasi gabungan, yakni pondasi plat yang mendukung lebih dari satu

kolom. Pondasi ini dipakai bila luas tanah untuk bangunan sangat terbatas,

misalnya di kanan kiri lahan sudah padat bangunan.

4) Pondasi plat, yakni pondasi yang terbuat dari plat tebal dengan perkuatan

balok-balok beton bertulang yang kedap air. Pondasi ini dipasang di bawah

seluruh luas bangunan.

Gambar 4.32. Pondasi Plat Sumber : Benny, 1996

Gambar 4.31. Pondasi Gabungan Sumber : Benny, 1996

Gambar 4.30. Pondasi Setempat Sumber : Benny, 1996

Page 168: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

Di dalam arsitektur Jawa dikenal pondasi umpak, yakni pondasi dari

batu yang tidak ditanam penuh di dalam tanah tetapi sekitar seperempat

bagiannya masih terlihat di atas tanah.

Badan (mid structure) merupakan bagian tengah dari suatu bangunan

berupa dinding yang menopang beban dari atap. Bangunan Jawa umumnya

dicirikan dengan penggunaan material kayu untuk tiang (saka) dan dinding.

Kepala bangunan (upper structure) merupakan bagian atas suatu

bangunan berupa atap. Di dalam bangunan Jawa keberadaan atap sangat

penting baik dari segi tampilan maupun filosofi.

Hasil Analisa

Pondasi yang sangat sesuai untuk griya ageng adalah pondasi menerus

untuk menopang dinding-dinding bangunan dan pondasi setempat (footplat)

untuk menopang seluruh beban bangunan bertingkat. Griya-griya alit cukup

menggunakan pondasi menerus di bawah dinding-dinding bangunan dan

pondasi umpak pada teras

Tiang-tiang penopang teras griya alit menggunakan material kayu.

Satu meter dinding dari lantai memakai material batu bata tanpa acian (batu

bata ekspos) sedangkan diatasnya berupa dinding bambu. Dinding-dinding

tersebut bukan merupakan struktur utama bangunan (struktur non bearing

wall)

Desain bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah menonjolkan bentuk atap masa kini (kontemporer) dengan

sambungan atap yang cukup rumit namun cukup kuat menerima beban

Page 169: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

karena didukung oleh kontruksi atap kayu dan besaran kolom balok yang

ideal.

4.6. Analisa Utilitas

4.6.1. Analisa Sistem Pencahayaan dan Penghawaan

Tujuan

Analisa sistem pencahayaan dan penghawaan bertujuan untuk

memperoleh pencahayaan dan kondisi thermal yang mendukung fungsi

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa sistem pencahayaan dan penghawaan dilakukan

berdasarkan pertimbangan kegiatan yang diwadahi, tuntutan kebutuhan,

dan teknologi yang paling sesuai.

Analisa

Kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah berlangsung di dalam dan di luar ruangan pada waktu siang dan

malam hari. Oleh karena itu, sistem pencahayaannya dapat dibedakan

menjadi dua, yakni sistem pencahayaan alami dan buatan. Sistem

pencahayaan alami (natural lighting) berupa cahaya matahari yang

masuk melalui bukaan-bukaan pada dinding dan atap bangunan atau

melalui pantulan terhadap permukaan tanah di luar bangunan. Sistem

pencahayaan buatan (artificial lighting) berfungsi mendukung

pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau pencahayaan di

siang hari dan menciptakan kondisi penerangan dalam ruang sesuai

Page 170: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

dengan kebutuhan aktivitas. Sistem pencahayaan buatan berasal dari

cahaya lampu lampu listrik dan lampu minyak (teplok).

Berdasarkan unsur kimia penyusunnya, jenis lampu dapat

dibedakan menjadi lampu pijar, lampu fluoresen, lampu metal halida,

merkuri, dan sodium. Lampu pijar mempunyai efficacy (Q) yang rendah

sehingga beban listriknya tinggi. Namun, lampu pijar dapat

menonjolkan unsur dekoratif sehingga sering digunakan sebagai lampu

sorot. Lampu pijar memiliki banyak ragam antara lain lampu pijar

standar, lampu pijar halogen (MR), dan lampu dengan reflector yang

mempunyai rentang daya antara 5-500 watt.

Lampu sorot selain digunakan untuk eksternal (flood light) juga

banyak digunakan untuk kepentingan interior (spot light). Lampu sorot

dengan unsur halogen banyak digunakan karena berbentuk kecil, tidak

ada kerlip cahaya (flicker), usia pemakaiannya lebih lama, colour

rendering-nya tinggi, berwarna sejuk, dan memberi kesan mewah.

Lampu fluoresen (lampu TL/TLD, PL, dan S) mempunyai

efficacy tinggi sehingga beban listriknya rendah. Lampu ini memberi

suasana sejuk dan dapat memantulkan warna benda sesuai aslinya.

Penggunaan lampu TL lebih disukai dibandingkan dengan lampu pijar

karena menghasilkan 3-5 kali lumen per watt, berusia 7-20 kali usia

lampu pijar, tidak mudah panas, dapat beroperasi pada suhu rendah, dan

memiliki suhu maksimal 40 º C.

Lampu metal halida, merkuri, dan sodium cocok untuk

penerangan di luar bangunan. Lampu metal halida mempunyai daya

Page 171: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

antara 250-2000 watt, lampu merkuri mempunyai daya antara 50-1000

watt, lampu sodium tingkat tinggi mempunyai daya antara 70-2000 watt

dan lampu sodium tekanan rendah mempunyai daya antara 18-180 watt.

Jenis lampu ini berukuran cukup besar dan memiliki usia cukup lama,

yakni metal halida berusia 8000-10000 jam, sodium tekanan rendah

berusia 10000 jam, dan sodium tingkat tinggi berusia 12000 jam.

Sistem penghawaan bangunan ada dua, yakni sistem

penghawaan alami dan buatan. Sistem penghawaan alami (natural

thermal) adalah sistem penghawaan yang menggunakan udara alam

sebagai sumber penghawaan. Penghawaan alami bersifat permanen

karena udara yang dihasilkan oleh alam tidak akan habis penghawaan

alami dapat diperoleh melalui bukaan pintu, jendela, dan ventilasi udara

yang lain. Sistem Penghawaan buatan (artificial thermal) adalah sistem

penghawaan yang menggunakan udara buatan sebagai sumber

penghawaan. Penghawaan buatan bersifat sementara karena udara yang

dihasilkan tergantung adanya energi listrik yang ada.

Alat yang dapat digunakan untuk memperoleh penghawaan

buatan adalah air conditional (AC) dan kipas angin (fan). AC memiliki

beberapa keuntungan, yakni suhu, kelembaban, kecepatan, dan arah

udara mudah diatur. Selain itu kebersihan udara di dalam ruangan dapat

terjaga. Ada banyak tipe mesin AC, namun secara garis besar dapat

dibagi sebagai berikut.

Page 172: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

1) AC Unit (Unit AC)

Tipe AC unit dapat dibedakan menjadi dua paket, yakni paket

tunggal/ jendela (windows type) dan paket pisah/ split (split type). Paket

tunggal/jendela (windows type) memiliki ciri-ciri seluruh bagian AC

berada dalam satu wadah. AC ini dipasang dengan cara meletakkan

mesin langsung menembus dinding. Tipe paket pisah dikenal sebagai

tipe split (split type). Sesuai dengan namanya, AC ini mempunyai dua

bagian terpisah yaitu unit dalam ruang (indoor unit) dan unit luar ruang

(outdoor unit). Unit luar ruang berisi kipas, kompresor, dan kondensor

untuk membuang panas sedangkan unit dalam ruang berisi evaporator

dan kipas untuk mengambil panas dari udara dalam ruangan. Tipe paket

pisah dapat berupa tipe split tunggal (single split type, satu unit luar

ruang melayani satu unit dalam ruang) dan tipe split ganda (multi split

type, satu unit luar ruang melayani beberapa unit dalam ruang).

Berdasarkan pemasangannya tipe paket pisah dapat dibedakan menjadi

tiga, yakni tipe langit-langit/dinding (ceiling/wall type) dengan indoor

unit dipasang di dinding bagian atas, tipe lantai (floor type) dengan

indoor unit diletakkan dilantai berbentuk seperti almari, dan tipe kaset

(cassete type) dengan indoor unit dipasang dilangit-langit menghadap

ke bawah.

2) AC terpusat (central ac)

AC Terpusat (Central AC) merupakan AC tipe besar yang

dikendalikan secara terpusat untuk melayani satu gedung besar, seperti

perhotelan dan perkantoran. AC central melibatkan sistem jaringan

Page 173: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

distribusi udara (ducting) untuk mengatur udara sejuk ke dalam ruang

dan mengambil kembali udara tersebut untuk diolah kembali. Lubang

tempat udara dari sistem AC yang masuk dalam ruangan disebut difuser

(diffuser) sedangkan lubang tempat udara kembali dari dalam ruangan

ke jaringan disebut gril (grill). Keuntungan dari AC terpusat yaitu

mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik, karena tersedianya

ruangan khusus untuk menempatkan mesin AC.

Hasil Analisa

Berdasarkan analisa di atas diperoleh rekomendasi sistem

pencahayaan dan penghawaan untuk Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah sebagai berikut.

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

menggunakan pencahayaan alami (matahari) pada siang hari yang

masuk melalului bukaan-bukaan dan pencahayaan buatan (lampu) pada

malam hari. Pada malam hari ruang-ruang pentas di griya ageng

menggunakan lampu sorot halogen dan lampu pijar untuk menyinari

ruangan sekaligus memberi kesan dekoratif. Ruang-ruang griya alit

menggunakan lampu fluoresen (lampu TL/TLD, PL, dan S) karena

beban listriknya cukup rendah dan hemat. Sementara itu, penerangan di

luar bangunan menggunakan lampu metal halida, merkuri, dan sodium

cocok untuk penerangan di luar bangunan. Sewaktu pasokan listrik PLN

padam ruang-ruang pentas di griya ageng diterangi oleh cahaya lampu

dengan tenaga listrik dari genset sedangkan ruang-ruang griya alit dan

Page 174: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

bangunan lainnya diterangi oleh cahaya lampu minyak (teplok) untuk

menambah kesederhanaan nuansa kampung.

Sistem penghawaan alami lebih diutamakan karena lebih hemat

dan bersahabat dengan lingkungan sekitar (penerapan konsep arsitektur

Jawa, yakni keselarasan antara lingkungan dalam dan luar bangunan).

Kawasan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sengaja

ditanami pepohonan agar memberikan rasa sejuk dan teduh. Udara

sejuk yang dihasilkan dialirkan ke dalam griya-griya seni melalui

beberapa jalur, yakni:

1) Jendela yang didesain dengan dua daun dan dapat terbuka penuh

dimaksudkan untuk memaksimalkan masuknya udara dari luar

2) Celah-celah dinding bambu

3) Celah-celah anyaman bambu (gedeg) pada plafon

Sistem penghawaan buatan digunakan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk memberi kenyamanan

udara pada ruang-ruang yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan

penghawaan alami. Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah menggunakan kipas angin untuk memberikan penghawaan

buatan karena dinilai lebih hemat dan ramah lingkungan. Jika ditinjau

dari sisi teknologi pemakaian kipas angin lebih mendukung nuansa

kampung yang ingin diciptakan daripada pemakaian AC.

Page 175: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

4.6.2. Analisa Sistem Air

Tujuan

Analisa sistem air bertujuan untuk memperoleh sistem air bersih

dan air kotor yang sesuai dengan fungsi bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa sistem air dilakukan berdasarkan pertimbangan jumlah

air yang terpakai dan terbuang, potensi dan kendala lingkungan yang

ada, teknologi yang sesuai situasi dan kondisi lingkungan, serta kondisi

fisik lingkungan.

Analisa

Tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

berada di lingkungan dengan potensi air yang cukup besar. Keberadaan

Sungai Bengawan Solo dan sungai kecil di sebelah selatan menambah

kandungan air tanah sehingga sangat cocok dibuatkan sumur bor untuk

memasok kebutuhan berhuni seniman yang cukup besar. Air-air dari

sumur bor dialirkan untuk kegiatan dapur, mencuci, dan MCK.

Kegiatan berhuni seniman menghasilkan air buangan (air kotor)

yang cukup banyak sehingga perlu penanganan yang tepat. Semua air

kotor dialirkan menuju selokan dan berakhir di sungai. Namun,

beberapa air buangan perlu perlakuan khusus sebelum masuk ke

selokan. Air buangan dapur perlu dialirkan ke bak penangkap lemak

untuk disaring sisa-sisa makanannya. Air tinja perlu dialirkan ke

septictank untuk diuraikan oleh bakteri. Air hujan diperlakukan dengan

Page 176: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

dua cara, yakni dialirkan dari atap menuju talang dan berakhir di

permukaan tanah melalui pipa-pipa vertikal dan dialirkan langsung dari

atap menuju permukaan tanah. Di antara air-air hujan yang jatuh ke

permukaan tanah tersebut sebagian meresap ke dalam tanah dan yang

lain mengalir ke selokan. Sumur peresapan dibuat sebagiai tempat

pembuangan akhir air kotor dari beberapa bangunan yang letaknya jauh

dari selokan dan sungai.

Hasil Analisa

Secara umum sistem air di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dapat diilustrasikan melalui diagram di bawah

ini.

Diagram 4.15. Sistem Air Bersih dan Air Kotor Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 177: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

4.6.3. Analisa Sistem Penanganan Sampah

Tujuan

Analisa sistem penanganan sampah bertujuan untuk

memperoleh sistem penanganan sampah yang sesuai dengan fungsi

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa sistem penanganan sampah dilakukan berdasarkan

pertimbangan jumlah sampah yang dihasilkan, jenis sampah yang

dihasilkan, polusi yang ditimbulkan, dan fasilitas lingkungan yang

menunjang.

Analisa

Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

mewadahi kegiatan berhuni para seniman sehingga kapasitas sampah

yang dihasilkan cukup banyak. Sampah-sampah ditampung sementara

dalam bak sampah sementara yang diletakkan di tempat yang tidak

mengganggu dan mudah diambil oleh petugas sampah. Beberapa hari

sekali sampah dari bak sementara di pungut, dikumpulkan, dan

diangkut menuju tempat pembuangan sampah di dalam kawasan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Sampah-sampah

organik dikeringkan kemudian dibakar sedangkan sampah anorganik

diangkut menuju tempat pembuangan akhir sampah Kota Surakarta.

Page 178: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Hasil Analisa

Secara umum sistem penanganan sampah di Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat diilustrasikan melalui

diagram di bawah ini.

4.6.4. Analisa Sistem Elektrikal

Tujuan

Analisa sistem elektrikal bertujuan untuk memperoleh sistem

elektrikal (listrik) yang sesuai dengan fungsi bangunan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa sistem elektrikal dilakukan berdasarkan pertimbangan

sumber daya yang ada, jumlah yang dibutuhkan, dan peralatan

elektrikal yang digunakan.

Analisa

Penyediaan sumber listrik harus memperhatikan sumber daya

yang ada di lingkungan sekitar. PLN merupakan salah satu sumber

energi listrik yang telah tersedia di sekitar tapak/site dan dapat

Sampah organik

Sampah anorganik

Bak sampah

sementara

Bak sampah

sementara

Tempat pembuangan

sampah KSPTJT

Tempat pembuangan

sampah KSPTJT

Dibakar

Tempat pembuangan akhir Kota Surakarta

Diagram 4.16. Sistem Penanganan Sampah Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Analisa Penulis, 2011

Page 179: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

digunakan sebagai sumber energi listrik Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

Peralatan elektrikal pada ruang pentas tidak hanya terdiri dari

lampu saja tetapi juga sound system. Oleh karena itu, pasokan listrik

harus tetap ada ketika listrik PLN padam agar kegiatan pentas tetap

berlangsung. Saat listrik PLN padam pencahayaan dan sound system di

ruang pentas memperoleh energi listrik dari genset sedangkan ruang-

ruang griya alit dan bangunan lainnya diterangi oleh cahaya lampu

minyak (teplok) untuk menambah kesederhanaan nuansa kampung.

Hasil Analisa

Sumber energi listrik Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah adalah PLN dan generator (genset). PLN memasok energi

listrik ke semua bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah. Sewaktu pasokan listrik PLN padam ruang-ruang pentas

griya ageng mendapat pasokan listrik dari genset untuk mendukung

pencahayaan dan sound system sedangkan ruang-ruang griya alit dan

bangunan lainnya diterangi oleh cahaya lampu minyak (teplok) untuk

menambah kesederhanaan nuansa kampung.

4.6.5. Analisa Sistem Penanggulangan Kebakaran

Tujuan

Analisa ini bertujuan untuk memperoleh sistem pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran yang sesuai dengan fungsi bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Page 180: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Dasar Pertimbangan

Analisa ini dilakukan berdasarkan pertimbangan jenis material

bangunan, dimensi bangunan, dan skala pelayanan.

Analisa

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah didesain

dengan material alami, yakni bambu dan kayu sehingga kemungkinan

untuk terbakar cukup besar. Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan

bahaya kebakaran secara pasif dengan memperjauh jarak bangunan dan

penanggulangan kebakaran secara aktif dengan alat-alat pemadam,

seperti hydrant, springkler, fire estinguisher, dan lain-lain disesuaikan

dengan kondisi bangunan. Penggunaan hydrant lebih memungkinkan

daripada springkler dan fire estinguisher melihat desain bangunan

berdimensi kecil.

Hasil Analisa

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah terdiri

dari bangunan-bangunan berdimensi kecil dengan jarak antar bangunan

yang cukup jauh, yakni antara 4-5 m untuk masing-masing griya alit

sehingga sistem penanggulangan kebakaran yang paling tepat adalah

penyediaan hydrant di halaman griya ageng dan griya alit. Hydrant di

letakkan di halaman griya ageng yang memungkinkan menjangkau

seluruh sisi bangunan. Hydrant yang lain di pasang di halaman griya

alit yang memungkinkan menjangkau 4-5 griya alit.

Page 181: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

4.6.6. Analisa Sistem Penangkal Petir

Tujuan

Analisa sistem penangkal petir bertujuan untuk memperoleh

sistem penangkal petir yang sesuai dengan fungsi bangunan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Dasar Pertimbangan

Analisa sistem penangkal petir dilakukan berdasarkan

pertimbangan ketinggian bangunan terhadap lingkungan sekitar, luas

dan ukuran bangunan, serta pemasangan penangkal petir tidak boleh

mengganggu fasad bangunan.

Analisa

Sebagian besar bangunan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah tidak bertingkat dengan ketinggian sekitar 6

meter kecuali griya ageng yang dibuat lebih tinggi, yakni sekitar 15

meter. Oleh karena itu, penangkal petir hanya perlu dipasang pada

bangunan balai. Sistem penangkal petir yang dapat digunakan sebagai

berikut.

1) Sistem Franklin, yakni sistem melindungi isi kerucut dimana jari-

jari dan alasnya sama tinggi kerucut. Sistem ini untuk bangunan

dengan luasan atap yang relatif luas dirasa kurang efektif dan efisien.

2) Sistem Faraday, yakni sistem yang menggunakan jaringan tiang-

tiang kecil tidak lebih dari 60 cm yang dipasang di atap. Sistem ini

lebih efektif dibanding sistem Franklin.

Page 182: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

3) Sistem Thomas, yakni sistem yang menggunakan alat berbentuk

payung setinggi 50 cm yang dipasang diatas atap dan diisolasi agar

tidak mengalirkan listrik ke dalam bangunan.Sistem penangkal petir

electrostatic, yakni sistem kerja penangkal petir yang bekerja dengan

cara menambah muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu

memilih ujung ini untuk disambar.

Hasil Analisa

Berdasarkan uraian sistem penangkal petir di atas didapat

rekomendasi sistem penangkal petir yang sesuai untuk bangunan griya

ageng yakni sistem Faraday karena sistem ini paling efektif.

Page 183: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

BAB 5

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

DI SURAKARTA

Bab ini berisi konsep perencanaan dan perancangan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah (Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah) Di Surakarta, meliputi konsep kegiatan dan pelaku kegiatan, konsep

ruang, konsep tapak/site, konsep massa bangunan, konsep struktur dan kontruksi

bangunan, serta konsep utilitas bangunan.

5.1. Konsep Kegiatan dan Pelaku Kegiatan

Kegiatan yang diwadahi Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dapat dibedakan menjadi empat, yakni sebagai berikut.

1) Kegiatan seni, yakni kegiatan yang berhubungan dengan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah, meliputi:

- Latihan dan pentas seni tari, musik tradisional, teater boneka, dan teater

orang. Kegiatan latihan dan pentas dapat dilakukan oleh grup kesenian

yang sedang tinggal di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah maupun grup kesenian dari luar Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

- Menyimpan, mengoleksi, merawat, dan menjual perlengkapan seni tari,

seni musik tradisional, seni teater boneka, dan seni teater orang.

161

Page 184: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

- Pertemuan dalam bentuk rapat, diskusi, atau sarasehan yang berkaitan

dengan seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah

2) Kegiatan berhuni, yakni kegiatan yang terjadi di lingkungan keluarga

seniman dimana seniman dapat tidur, masak, makan, ibadah, menerima

tamu, kumpul bersama, dan MCK. Pengelola dapat tinggal di Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk mengelola, mengawasi,

dan menjaga kondisi lingkungan di dalam Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah. Wisatawan domestic maupun mancanegara

dapat bermalam/menginap untuk keperluan wisata budaya.

3) Kegiatan bermasyarakat, yakni kegiatan yang menuntut para seniman

berinteraksi satu sama lain dalam berbagai bentuk kegiatan, meliputi

kegiatan kumpul bersama, ronda, ibadah berjamaah, olahraga, dan

kegiatan seni.

4) Kegiatan pengelolaan, yakni kegiatan mengelola semua kegiatan yang

berlangsung di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

5) Kegiatan wisata, yakni kegiatan berkunjung wisatawan ke Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Berdasarkan keterampilan di bidang seni, pelaku kegiatan di

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu seniman dan bukan seniman. Seniman adalah orang yang

memiliki bakat di bidang seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dan

berada di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk

berlatih atau mengadakan pentas. Bukan seniman adalah orang yang tidak

Page 185: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

memiliki bakat di bidang seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah dan

berada di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dengan

tujuan berwisata atau menyaksikan pentas.

Berdasarkan kaitannya dengan kegiatan berhuni, pelaku kegiatan di

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan

menjadi dua, yakni sebagai berikut.

1) Penghuni, yakni seniman yang menghuni Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah selama melakukan kegiatan seni. Karakteristik

penghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah adalah

grup-grup kesenian dari berbagai daerah di Jawa Tengah yang ingin

melakukan kegiatan seni di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah. Para seniman dari suatu grup kesenian dapat tinggal di Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dengan membawa keluarganya

dalam waktu yang cukup lama tetapi tidak menetap. Selain seniman

pengelola juga dapat menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah.

2) Bukan penghuni, yakni orang yang hanya berkunjung untuk latihan,

pentas, menonton pentas, atau berwisata tetapi tidak tinggal di Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

Berdasarkan peran, pelaku kegiatan di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi enam, yakni sebagai

berikut.

1) Pelatih, yaitu orang yang melatih para murid.

2) Murid, yaitu orang yang menerima materi seni dari para pelatih.

Page 186: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

3) Pemain, yaitu orang yang mempertunjukan keterampilannya memainkan

seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah kepada para penonton di atas

panggung.

4) Penonton, orang yang datang ke Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah dengan tujuan menyaksikan pementasan seni pertunjukan

tradisional Jawa Tengah.

5) Pengelola, yaitu orang yang mengelola dan bertanggung jawab atas semua

kegiatan yang berlangsung di dalam Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah.

6) Wisatawan, yaitu orang yang berkunjung ke Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah untuk tujuan wisata. Wisatawan dapat ikut

berlatih atau menginap sementara bersama para seniman.

5.2. Konsep Ruang

5.2.1. Kebutuhan dan Besaran Ruang

Kebutuhan dan besaran ruang Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah sebagai berikut

1) Kelompok ruang publik, terdiri dari:

a) Panggung terbuka

Jenis ruang

Luas Jumlah Luas x jumlah Volume

T. parkir -motor= 2 m2

-mobil=15 m2 26 mobil + 123 motor

390 m2 untuk mobil + 246 m2

untuk motor = 636 m2

-

T. penonton

300 m2 1 300 m2 -

R. ganti 1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Tabel 5.1. Kebutuhan dan Besaran Ruang Panggung Terbuka

Page 187: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

R. persiapan

60 m2 1 60 m2 -

Panggung 40 m2 1 40 m2 - R. musik pengiring

17 pengrawit + 1 set gamelan = 54 m2

1 54 m2 -

R. properti 50 m2 1 50 m2 150 m3 KM/WC 1,5 m2 -Untuk pemain:

2 pria + 2 wanita = 4 unit -Untuk penonton 2 pria + 2 wanita = 4 unit

12 m2 33 m3

Luas total = 1158 m2 Volume total = 399.5 m3

2) Kelompok ruang semi publik, terdiri dari:

a) Griya ageng tari

Kelompok ruang

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah

Volume

1 kelompok ruang seni

R. properti 14 m2 1 14 m2 38.5 m3 R. ganti 1,5 m2 2 pria + 2

wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Ruang latihan / pentas

88 m2

1 88 m2 354 m3

Ruang penonton

106 m2 1 106 m2 318 m3

Galeri tari 54 m2 1 54 m2 162 m3 R. sarasehan 54 m2 1 54 m2 162 m3 Luas total = 322 m2 x 1 kelompok ruang = 322 m2 Volume total = 1051 m3 x 1 kelompok ruang = 1051 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 4.5 m2 1 4.5 m2 12.375 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3 R. keluarga 27 m2 1 27 m2 81 m3 R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75 m3 Dapur 7.5 m2 1 7.5 m2 22.5 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2 -

Luas total = 75 m2 x 6 kelompok ruang = 450 m2 Volume total = 204.7m3 x 6 kelompok ruang = 1228.2 m3

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni

15 m2 96 m2 untuk

4 1

60 m2

321 m2

162 m3

866.7 m3

Tabel 5.2. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng Tari

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 188: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

-T. parkir untuk pengunjung

motor + 225 m2 untuk mobil

KM/WC pengunjung dan pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 387 m2 x 1 kelompok ruang= 387 m2 Volume total = 1045.2 m3 x 1 kelompok ruang = 1045.2 m3

Luas total griya ageng tari = = 1159 m2 Volume total griya ageng tari = 3324.4 m3

b) Griya ageng musik tradisional

Kelompok

ruang Jenis ruang Luas Jumlah Luas x

jumlah Volume

1 kelompok ruang seni

R. latihan / pentas

74 m2

1 74 m2 296 m3

R. penonton 106 m2 1 106 m2 318 m3 Galeri musik tradisional

54 m2 1 54 m2 162 m3

R. sarasehan 54 m2 1 54 m2 162 m3 Luas total = 288 m2 x 1 kelompok ruang = 288 m2 Volume total = 938 m3 x 1 kelompok ruang = 938 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 4.5 m2 1 4.5 m2 12.375m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3

R. keluarga 27 m2 1 27 m2 81 m3 R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75

m3 Dapur 7.5 m2 1 7.5 m2 22.5

m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125

m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25

m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2 -

Luas total = 75 m2 x 6 kelompok ruang = 450 m2 Volume total = 204.7m3 x 6 kelompok ruang = 1228.2 m3

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 96 m2 untuk motor+ 225 m2 untuk mobil

4 1

60 m2

321 m2

162 m3

866.7 m3

Tabel 5.3. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng Musik Tradisional

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 189: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

KM/WC pengunjung dan pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 387 m2 x 1 kelompok ruang= 387 m2 Volume total = 1045.2 m3 x 1 kelompok ruang = 1045.2 m3

Luas total griya ageng tari = 1125 m2 Volume total griya ageng tari = 3211.4 m3

c) Griya ageng teater boneka

Kelompok

ruang Jenis ruang Luas Jumlah Luas x

jumlah Volum

e 1 kelompok ruang seni

R. latihan / pentas

72 m2

1 72 m2 288 m3

R. penonton 106 m2 1 106 m2 318 m3 Galeri teater boneka

54 m2 1 54 m2 162 m3

R. sarasehan 54 m2 1 54 m2 162 m3 Luas total = 286 m2 x 1 kelompok ruang = 286 m2 Volume total = 930 m3 x 1 kelompok ruang = 930 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 4.5 m2 1 4.5 m2 12.375 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75 m3

R. keluarga 27 m2 1 27 m2 81 m3 R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75

m3 Dapur 7.5 m2 1 7.5 m2 22.5 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125

m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2

Luas total = 75 m2 x 6 kelompok ruang = 450 m2 Volume total = 204.7m3 x 6 kelompok ruang = 1228.2 m3

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 96 m2 untuk motor+ 225 m2 untuk mobil

4 1

60 m2

321 m2

162 m3

866.7 m3

KM/WC pengunjung + pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 387 m2 x 1 kelompok ruang= 387 m2 Volume total = 1045.2 m3 x 1 kelompok ruang = 1045.2 m3

Luas total griya ageng musik tradisional = 1123 m2 Volume total griya ageng musik tradisional = 3203.4 m3

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.4. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng Teater Boneka

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 190: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

d. Griya ageng teater orang

Kelompok

ruang Jenis ruang Luas Jumlah Luas x

jumlah Volum

e 1 kelompok ruang seni

R. properti 21 m2 1 21 m2 63m3 R. ganti 1,5 m2 2 pria + 2

wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

R. persiapan 60 m2

1 60 m2 180 m3

Panggung 40 m2

1 72 m2 288 m3

R. musik pengiring

48 m2 1 48 m2 16.8 m3

Ruang penonton

70 m2 1 70 m2 245 m3

Galeri tari 54 m2 1 54 m2 162 m3 R. sarasehan 54 m2 1 54 m2 162 m3 Luas total = 425 m2 x 1 kelompok ruang = 425 m2 Volume total = 1133.3 m3 x 1 kelompok ruang = 1133.3 m3

6 kelompok ruang berhuni (4 unit untuk seniman, 1 unit untuk pengelola, 1 unit untuk wisatawan)

Teras 6 m2 1 6 m2 16.5 m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 24.75

m3 R. keluarga 22.5 m2 4 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 9 m2 24.75

m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1.5 m2 1 1.5 m2 4.125

m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur

4.5 m2 1 4.5 m2 -

Luas total = 70.5 m2 x 6 kelompok ruang = 423 m2 Volume total = 190.875 m3 x 6 kelompok ruang = 1145.25 m2

1 kelompok ruang servis

T. parkir -Garasi untuk penghuni -T. parkir untuk pengunjung

15 m2 60 m2 untuk motor + 210 m2 untuk mobil

4 1

60 m2

270 m2

180 m3 810 m3

KM/WC pengunjung dan pemain

1,5 m2 2 pria + 2 wanita = 4 unit

6 m2 16.5 m3

Luas total = 336 m2 x 1 kelompok ruang = 336 m2 Volume total = 1006.5 m3 x 1 kelompok ruang = 1006.5 m3

Luas total ruang griya ageng teater boneka = 1184 m2 Volume total ruang griya ageng teater boneka = 3285.05 m3

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.5. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Ageng Tari

Page 191: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

3) Kelompok ruang privat, terdiri dari:

a) Griya alit tari

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 41.25 m3 Teras 19 m2 1 19 m2 74.25 m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 18 m2 1 18 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 112 m2 Volume total = 348.375 m3

b) Griya alit musik tradisional

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 41.25 m3 Teras 23 m2 1 23 m2 74.25 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 22,5 m2 1 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 120.5 m2 Volume total = 348.375 m3

c) Griya alit teater boneka

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 41.25 m3 Teras 27 m2 1 27 m2 74.25 m3 R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 22,5 m2 1 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3

Tabel 5.8. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit Teater Boneka

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.7. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit Musik Tradisional

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.6. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit Tari

Page 192: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 124.5 m2 Volume total = 348.375 m3

d) Griya alit teater orang, merupakan griya (rumah) yang mewadahi

kegiatan berhuni para seniman teater orang

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Garasi 15 m2 1 15 m2 45 m3 Teras

27 m2 27 m2 74.25 m3

R. tamu 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. keluarga 22.5 m2 1 22.5 m2 67.5 m3 R. tidur 9 m2 3 27 m2 81 m3 Dapur 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. makan 9 m2 1 9 m2 27 m3 KM/WC 1,5 m2 1 1,5 m2 4.125 m3 Gudang 3 m2 1 3 m2 8.25 m3 R. cuci jemur 4,5 m2 1 4,5 m2 - Luas total = 124.5 m2 Volume total = 352.125 m3

4) Kelompok ruang servis

a) Mushola, merupakan tempat ibadah bagi seniman muslim

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Tempat wudhu

4,8 m2 1 pa + 1 pi = 2

9,6 m2 28.8 m3

R. sholat 60 m2 1 60 m2 180 m3 Gudang 3 m2 1 6 m2 18 m3 KM/WC 1,5 m2 1 pa + 1 pi

= 2 3 m2 9 m3

T. parkir 15 m2/mobil 2 m2/motor

4 mobil 12 motor

60 m2

24 m2

-

Luas total = 162.6 m2 Volume total = 235.8 m3

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.10. Kebutuhan dan Besaran Ruang Mushola

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.9. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Alit Teater Orang

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 193: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

b) Lapangan

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Lapangan 230 m2 1 230 m2 -

c) Gazebo

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Gazebo 4 m2 1 4 m2 10 m3

d) Angkringan

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x jumlah Volume Angkringan 10 m2 1 10 m2 25 m3

5) Kelompok ruang pengelola, terdiri dari:

a) Griya pengelola

Jenis ruang Luas Jumlah Luas x

jumlah Volume

R. kepala 9 m2 1 9 m2 27 m3 R. sekretaris 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. kepala tata usaha 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi urusan umum 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi urusan keuangan 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi urusan perlengkapan 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi informasi 6 m2 1 6 m2 18 m3 R. seksi pentas 6 m2 1 6 m2 18 m3 Pantry 6 m2 1 6 m2 18 m3 KM/WC 1,5 m2 1 pa + 1

pi = 2 1,5 m2 4.5 m3

Gudang 6 m2 1 3 m2 9 m3 T. parkir 15

m2/mobil 2 m2 / motor

7 12

105 m2

24 m2

- -

Luas total = 190.5 m2 Volume total = 184.5 m3

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.14. Kebutuhan dan Besaran Ruang Griya Pengelola

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.13. Kebutuhan dan Besaran Ruang Angkringan

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.12. Kebutuhan dan Besaran Ruang Gazebo

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.11. Kebutuhan dan Besaran Ruang Lapangan

Page 194: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

Jumlah Hunian Di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah

1) Hunian Bagi Seniman tari = 27 unit hunian seniman + 1 unit

hunian wisatawan + 1 unit hunian pengelola = 29 unit dengan

perincian 6 unit termasuk dalam griya ageng tari sedangkan 23

dalam bentuk griya alit tari .

2) Hunian Bagi Seniman musik tradisional = 17 unit dengan perincian

6 unit termasuk dalam griya ageng musik tradisional sedangkan 11

dalam bentuk griya alit musik tradisional .

3) Hunian Bagi Seniman teater boneka = 16 unit dengan perincian 6

unit termasuk dalam griya ageng musik tradisional sedangkan 10

dalam bentuk griya alit teater boneka .

4) Hunian Bagi Seniman teater orang = 26 unit hunian seniman + 1

unit hunian wisatawan + 1 unit hunian pengelola = 28 unit dengan

perincian 6 unit termasuk dalam griya ageng musik tradisional

sedangkan 22 dalam bentuk griya alit teater orang.

5.2.2. Konsep Hubungan Ruang

Hubungan ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut.

a. Hubungan Antar Kelompok Ruang

1.3, 2.2, 3.3, 4.1, 5.2, 6.2

1.3, 2.2, 3.3, 4.2, 5.2, 6.2

Kelompok ruang publik

Kelompok ruang semi

publik

Diagram 5.1. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Semi Publik

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 195: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

1.1, 2.1, 3.2, 4.3, 5.2, 6.3

1.1, 2.1, 3.2, 4.2, 5.1, 6.3

Kelompok ruang semi

publik

Kelompok ruang servis

Diagram 5.6. Hubungan Antara Kelompok Ruang Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.1

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.1

Kelompok ruang semi

publik

Kelompok ruang privat

Diagram 5.5. Hubungan Antara Kelompok Ruang Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Privat

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 1.4, 2.1, 3.3, 4.2, 5.2, 6.1

1.1, 2.1, 3.3, 4.2, 5.2, 6.1

Kelompok ruang publik

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 5.4. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.4, 2.3, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

1.3, 1.4, 2.3, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

Kelompok ruang publik

Kelompok ruang servis

Diagram 5.3. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

1.3, 2.1, 2.3, 3.3, 4.3, 5.2, 6.3

Kelompok ruang publik

Kelompok ruang privat

Diagram 5.2. Hubungan Antara Kelompok Ruang Publik Dengan Kelompok Ruang Privat

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 196: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

b. Hubungan Antar Ruang

- Hubungan Antar Ruang di Dalam Griya Ageng

1.1, 1.4, 2.3, 3.1, 4.1, 5.1, 6.1

1.1, 2.3, 3.1, 4.2, 5.1, 6.1

Kelompok ruang seni

Kelompok ruang berhuni

Diagram 5.11. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni Dengan Kelompok Ruang Berhuni

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.3, 4.2, 5.2, 6.3

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.3

Kelompok ruang servis

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 5.10. Hubungan Antara Kelompok Ruang Servis Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.3

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.1, 6.3

Kelompok ruang privat

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 5.9. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.3, 4.3, 5.1, 6.1

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.1

Kelompok ruang privat

Kelompok ruang servis

Diagram 5.8. Hubungan Antara Kelompok Ruang Privat Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.3

1.1, 2.1, 3.1, 4.3, 5.1, 6.3

Kelompok ruang semi

publik

Kelompok ruang

pengelola

Diagram 5.7. Hubungan Antara Kelompok Ruang Semi Publik Dengan Kelompok Ruang Pengelola

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 197: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

Tanda Uraian pertalian/hubungan Kode Pergerakan Langsung

Tak langsung …… Jenis hubungan Fisik 1.1

Audio visual 1.2 Pendengaran (auditive) 1.3 Pandangan (visual) 1.4

Kelas hubungan/kelompok hubungan

Manusia dengan manusia 2.1 Peralatan dengan peralatan 2.2 Manusia dengan peralatan 2.3

Frekuensi hubungan Tetap, terus menerus (continue) 3.1 Berulang (repetitive) 3.2 Sekali – sekali / kadang - kadang 3.3 Jarang / langka 3.4

Frekuensi user Tinggi, padat 4.1 Menengah, sedang 4.2 Rendah 4.3

Ketentuan waktu Tetap (permanen) 5.1 Sementara (temporary) 5.2

Jarak Dekat 6.1 Sedang 6.2 Jauh 6.3

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Tabel 5.15. Kode Pola Hubungan Antar Ruang

1.1, 2.1, 3.1, 4.1, 5.1, 6.2

1.1, 2.1, 3.1, 4.2, 5.1, 6.2

Kelompok ruang berhuni

Kelompok ruang sevis

Diagram 5.13. Hubungan Antara Kelompok Ruang Berhuni Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

1.1, 2.1, 3.4, 4.3, 5.2, 6.2

1.1, 2.1, 3.3, 4.3, 5.2, 6.2

Kelompok ruang seni

Kelompok ruang servis

Diagram 5.12. Hubungan Antara Kelompok Ruang Seni Dengan Kelompok Ruang Servis

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 198: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

- Hubungan Antar Ruang di Dalam Griya Alit

Keterangan :

Dekat

Jauh

R. tamu

R. keluarga R. tidur

R. dapur

R. makan

KM/WC

Gudang

R. cuci jemur

KM/WC

Diagram 5.14. Hubungan Antara Kelompok Ruang Di Dalam Griya Alit Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Keterangan:

Tidak Penting (Non Essensial)

Saling mengisi

Penting (essensial)

Tidak diinginkan

Tidak dapat diterima

Page 199: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

5.2.3. Konsep Bentuk, Ekspresi, dan Tata Ruang

Konsep Bentuk Ruang

Ruang-ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah didesain sederhana dengan mengkombinasikan bentuk-bentuk

persegi sehingga tercipta suasana ruang yang unik, nyaman untuk

berkesenian, dan mendukung suasana kampung yang direncanakan.

Konsep Ekspresi Ruang

Ruang bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dibuat sederhana dan menggunakan material alam, yakni lantai

berlapiskan bambu, dinding bambu, dan bukaan berbahan bambu.

Untuk memperkuat nuansa kampung, digunakan dinding bata tanpa

acian setinggi 1 meter dari lantai. Di atas dinding bata tertsebut berupa

dinding bambu utuh yang dirangkaian satu sama lain.

Penggunaan material dari lingkungan sektitar pada bangunan

dapat memberi keselarasan antara ruang di dalam rumah dengan

halaman dan lingkungan sekitar sehingga dapat meningkatkan citra

lingkungan masyarakat Jawa yang tenteram dan damai. Untuk

Gambar 5.1. Bentuk Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 200: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

memperkuat konsep arsitektur Jawa maka ruang-ruang di dalam

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dibuat

teduh dengan atap dan plafon yang rendah agar terkesan bahwa

keberadaan atap sebagai elemen ‘penaung’ dapat akrab dengan

kehidupan penghuni.

Sebagai wadah kegiatan seni maka ruang-ruang latihan/pentas

dihias dengan elemen-elemen seni pertunjukan, seperti ornamen-

ornamen pada dinding, gantungan selendang tari, dan lainnya.

Konsep Tata Ruang

Prinsip keseimbangan diterapkan dalam desain tata ruang

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang

simetris dengan ruang kegiatan utama sebagai pusat dari semua ruang.

Gambar 5.2. Ekspresi Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 201: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

5.3. Konsep Tapak/Site

5.3.1. Lokasi Tapak/Site Terpilih

Lokasi tapak/site terpilih berada di daerah Sumber, Banjarsari,

Surakarta. Daerah ini merupakan salah satu daerah di Surakarta yang

masuk dalam SWP VII yang 90 % lahannya diperuntukkan bagi

perumahan/pemukiman sehingga sangat tepat digunakan untuk kegiatan

berhuni para seniman. Daerahnya berdekatan dengan salah satu titik

budaya di Surakarta, yakni Taman Balekambang yang di dalamnya

terdapat gedung kethoprak dan pernah sebagai tempat tinggal para

seniman kethoprak tobong. Di gedung inilah grup Srimulat lahir dan

pernah mengalami kejayaan. Keberadaan gedung kethoprak tersebut

akan mendukung bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah dari sisi pariwisata dan pelestarian budaya.

Daerah Sumber mudah dicapai dari segala arah. Jalan Kahuripan

Barat merupakan akses utama ke lokasi dari arah barat. Keberadaan

terminal Tirtonadi di sebelah timur mempermudah akses dari daerah

Gambar 5.3. Tata Ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 202: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

lain (terutama dari luar kota). Daerah ini mudah dicapai dari pusat kota

yang terletak sekitar 6 km di sebelah tenggara apalagi didukung oleh

tranportasi yang memadai, antara lain bus, taxi, dan angkutan kota.

Keberadaan terminal Tirtonadi di sebelah timur mempermudah akses

dari daerah lain (terutama dari luar kota).

Sebagaimana peruntukkan lahannya maka mayoritas bangunan

di daerah Sumber adalah hunian berupa perumahan dan perkampungan.

Beberapa lahan di daerah ini masih dimanfaatkan untuk kegiatan

bertani. Keberadaan sungai Bengawan Solo, sungai kecil, pepohonan,

dan persawahan merupakan potensi untuk memperkuat suasana

kampung di dalam kawasan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah yang direncanakan.

5.3.2. Tapak/Site Terpilih

Tapak/site terpilih berada di Kelurahan Sumber RT 04 RW 06,

Banjarsari, Surakarta dengan batas eksisting sebagai berikut

1) Sebelah utara: Jalan Kahuripan Utara dan persawahan

2) Sebelah timur: SMP Nur Hidayah dan perkampungan

3) Sebelah selatan: perkampungan

Gambar 5.4. Daerah Sumber Sumber: Google Earth, 2011

Page 203: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

4) Sebelah barat: Perumahan Griya Purwantara, perkampungan, dan

Jalan Kahuripan Barat

Tapak/site terpilih memiliki potensi yang besar bagi berdirinya

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah, yakni sebagai

berikut.

1) Tapak/site merupakan lahan persawahan yang tanahnya masih subur

sehingga sangat cocok ditanami pepohonan-pepohonan yang biasa

tumbuh di kampung-kampung, seperti mangga, rambutan, bambu,

dan lain-lain.

Gambar 5.6. Kondisi Eksisting Site 1 (kiri) dan Site 2 (kanan) Berupa Persawahan Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Gambar 5.5. Tapak/Site Terpilih Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 204: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

2) Tapak/site memiliki luas yang cukup, yakni 65690 m2 lebih luas dari

luas minimal yang diperlukan, yakni 58938 m2.

3) Tapak/site mudah dicapai dari jalan raya karena letaknya berada

sekitar 250 m dari Jalan Kahuripan Barat, yakni jalan besar yang

merupakan akses utama ke dalam site dan terhubung oleh Jalan

Kahuripan Utara yang berada tepat di sebelah utara tapak/site.

4) Lingkungan tapak/site adalah perkampungan dan perumahan

sehingga sangat mendukung bagi terciptanya suasana kampung pada

bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

yang direncanakan.

5) Tapak/site berada di lingkungan yang cukup tenang untuk kegiatan

seni dan kegiatan berhuni para seniman. pemukiman-pemukiman di

Gambar 5.8. Kondisi Perkampungan di Sebelah Timur Site Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Gambar 5.7. Jalan Kahuripan Utara Terhubung Langsung Dengan Jalan Kahuripan Barat

Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 205: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

sebelah barat tapak/site menghalangi noise yang berasal dari suara

kendaraan bermotor di Jalan Kahuripan Barat.

6) Sistem utilitas di sekitar Tapak/site cukup memadai, meliputi listrik,

telepon, dan saluran irigasi. Saluran-saluran air bermuara di Sungai

Bengawan Solo yang berada sekitar 230 m di sebelah selatan.

Saluran irigasi sawah merupakan potensi untuk sanitasi air kotor

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.

7) Tapak/site berdekatan dengan Gedung Kethoprak Balekambang di

seberang Sungai Bengawan Solo yang merupakan pendukung bagi

beroperasinya bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah dalam bidang pariwisata dan pelestarian budaya.

5.3.3. Pencapaian Tapak/Site

Main entrance (ME) berada di sisi Jalan Kahuripan Utara karena

lebih menguntungkan bagi operasional Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah. Side entrance (SE) ditentukan berada di

Gambar 5.10. Saluran Iringasi di Dalam Site Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Gambar 5.9. Kondisi Lingkungan Site Yang Tenang Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011

Page 206: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

sekeliling samping dan belakang tapak/site dengan alasan bahwa nuansa

kampung akan lebih terasa jika memiliki akses masuk yang banyak

terutama side entrance (SE). Perletakan side entrance (SE) ini

dilakukan dengan membangun jalan di sekeliling bangunan Kompleks

Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang masih merupakan

lahan bangunan. Jalan-jalan pada sisi side entrance (SE) ini selain

terhubung oleh Jalan Kahuripan Utara juga terhubung dengan jalan-

jalan kampung di sebelah selatan tapak/site sehingga merupakan akses

sekunder terutama bagi warga kampung di sekitarnya yang ingin

menyaksikan pentas di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah.

5.3.4. Respon Terhadap Kebisingan (Noise) dan Angin

Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan

(noise) di dalam dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.

1) Pembuatan penghalang (barier) berupa pohon bambu di sekeliling

site.

Gambar 5.11. Pencapaian Site Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 207: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

2) Perletakan ruang-ruang latihan atau pentas yang dikelilingi bangunan

lain (hunian).

3) Pemakain dinding bambu dua lapis yang disekat oleh daun padi di

antaranya sebagai peredam bunyi pada ruang parkir.

5.3.5. Pandangan (View) di Dalam Site

View dari dalam griya alit di arahkan menuju ke titik-titik

kegiatan utama di dalam site, yakni ke arah griya ageng sebagai pusat

orientasi. Selain itu, view dari ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang

makan pada griya alit diarahkan menuju vegetasi yang ditanam di

sekitarnya untuk memperoleh kenyamanan visual bagi seniman dan

keselarasan ruang luar dan dalam yang menyatu dalam suasana

kampung yang alami.

Gambar 5.12. Respon Kebisingan dan Angin Pada Site Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 208: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

5.3.6. Zoning

Penempatan zona ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah diilustrasikan melalui gambar di bawah ini.

Gambar 5.13. View Bangunan di Dalam Site Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 209: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

188

5.3.7. Sirkulasi di Dalam Tapak/Site

Pola sirkulasi di dalam tapak/site dibuat tegas dan majemuk

dalam bentuk jalan-jalan searah maupun dua arah. Jalan utama di dalam

tapak/site dibuat dengan lebar 8 meter sebagai jalan penghubung Main

Entrance (ME) dengan ruang-ruang publik (panggung terbuka)

sedangkan ruang-ruang lain dihubungkan dengan jalan yang lebih

sempit karena akses pengunjung lebih sedikit.

Gambar 5.14. Zoning Site Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 210: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

189

5.4. Konsep Massa Bangunan

5.4.1. Bentuk, Arah, Ekspresi, dan Tata Massa Bangunan

Bentuk Massa Bangunan

Ruang-ruang bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah didesain dengan perpaduan bentuk persegi sehingga

massa bangunan yang dihasilkan berbentuk perpaduan kubus dan balok

untuk struktur kaki dan badan. Atap bangunan merupakan perpaduan

atap panggang pe, pelana, limasan, dan tajug yang membentuk

tampilan massa bangunan Jawa yang kontemporer (kekinian).

Permainan proporsi atap yang lebih besar daripada badan dan kaki

bangunan menunjukkan bahwa keberadaan atap sebagai penaung

kegiatan sangat penting dan menjadi ciri khas ruang hidup bagi manusia

Jawa.

Gambar 5.15. Sirkulasi di Dalam Site Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 211: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

Atap-atap bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah terutama griya alit sebagai tempat berhuni seniman

didesain dengan variasi bentuk atap panggang pe dan kampung (atap

yang umum digunakan untuk rumah-rumah kampung Jawa) dengan

tujuan untuk memunculkan nuansa kampung. Selain itu, penggunaan

teras yang panjang menambah nuansa kampung pada bangunan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang

direncanakan. Atap limasan digunakan untuk memberi variasi pada

bangunan semi publik (griya ageng) sedangkan atap tajug hanya

digunakan untuk mushola karena pandangan manusia Jawa tentang atap

tajug yang terkesan sakral.

Penggunaaan tiang-tiang kayu (saka) dan umpak pada teras

bangunan griya alit memperkuat nuansa Jawa karena mencoba

memunculkan elemen tradisional dalam konsep arsitektur Jawa

kontemporer (kekinian).

Salah satu wujud kearifan manusia Jawa dalam memahami dan

berinteraksi dengan alam sebagai lingkungan makrokosmosnya

diwujudkan pada desain bangunan yang tanggap terhadap lingkungan,

antara lain:

1) Penggunaan atap yang teduh dan rendah sebagai respon terhadap

lingkungan Surakarta yang panas.

2) Kemiringan atap > 30 derajat merupakan dimaksudkan agar air hujan

yang jatuh mengenai atap dapat lebih cepat sampai permukaan tanah.

Page 212: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

191

Ekspresi Massa Bangunan

Massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah diekspresikan dalam tampilan arsitektur Jawa masa kini

(kontemporer) dengan nuansa kampung yang ditunjukkan dengan

ukuran atap sebagai mahkota lebih besar daripada badan (dinding

bangunan) karena atap merupakan identitas arsitektur Jawa yang

memberi naungan terhadap ruang hidup di bawahnya (arsitektur Jawa

sebagai perwujudan arsitektur pernaungan (Pitana, 2010:138)).

Pemakaian material lokal seperti batu bata, kayu, dan bambu yang

mudah diperoleh di Surakarta dan sekitarnya merupakan wujud kearifan

manusia Jawa dalam merespon lingkungan apalagi material alam

tersebut sangat cocok untuk memberikan nuansa kampung.

Gambar 5.16. Bentuk Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 213: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

Tata Massa Bangunan

Massa bangunan ditata acak namun masih terlihat jelas alur

sirkulasinya. Griya ageng merupakan griya yang terdiri dari beberapa

massa bangunan, yakni massa bangunan pentas (ruang komunal/ruang

sosial) yang menyatu dengan massa hunian seniman. Ruang-ruang

terbuka diciptakan antara bangunan dengan ditanami berbagai jenis

tanaman yang biasa tumbuh di kampung, antara lain pohon mangga,

rambutan, jambu, dan lain-lain.

Massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dikelompokkan ke dalam blok-blok bangunan, yakni blok griya

tari, musik tradisional, teater boneka, dan teater orang. Blok-blok

bangunan tersebut dipisahkan oleh empat jalan yang mengarah pada

empat arah mata angin, yakni barat, selatan, timur, dan utara serta

disatukan oleh panggung terbuka di tengah-tengah sebagai pusatnya.

Desain blok-blok bangunan tersebut merupakan simbolisasi dari konsep

Gambar 5.17. Ekspresi Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 214: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

193

Pat Pajupat Lima Pancer, yakni empat mata angin yang disatukan oleh

pancer (pusat) di tengah-tengahnya. Dalam hal ini panggung terbuka

sebagai pusatnya karena panggung ini merupakan tempat pentas utama

dalam skala besar. Simbolisasi ini juga berhubungan dengan konsep

hidup orang Jawa yang menginginkan keseimbangan hidup melalui

prinsip pusat dan dualitas. Prinsip pusat dalam desain Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah diterapkan dengan menempatkan

panggung terbuka dan griya ageng sebagai pusat dari semua kegiatan.

Orientasi Massa Bangunan

Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

merupakan bangunan berarsitektur Jawa sehingga orientasi

bangunannya mengacu pada konsep konsep Jawa. Keseimbangan tata

massa bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

disimbolkan dengan orientasi griya alit menuju pusat, yakni griya

ageng sebagai tempat latihan dan pentas. Griya ageng berorientasi pada

panggung terbuka sebagai pusat kawasan. Panggung terbuka

berorientasi menuju Main Entrance (ME).

Gambar 5.18. Tata Massa Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 215: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

5.5. Konsep Sistem Struktur dan Kontruksi

Pondasi yang sangat sesuai untuk griya ageng adalah pondasi menerus

untuk menopang dinding-dinding bangunan dan pondasi setempat (footplat)

untuk menopang seluruh beban bangunan bertingkat. Griya-griya alit cukup

menggunakan pondasi menerus di bawah dinding-dinding bangunan dan

pondasi umpak pada teras.

Tiang-tiang penopang teras griya alit menggunakan material kayu.

Sebagaimana telah dianalisa sebelumnya bahwa satu meter dinding dari lantai

memakai material batu bata tanpa acian (batu bata ekspos) sedangkan

diatasnya berupa dinding bambu. Dinding-dinding tersebut bukan merupakan

struktur utama bangunan (struktur non bearing wall).

Gambar 5.21. Pondasi Setempat Sumber : Benny, 1996

Gambar 5.20. Pondasi Menerus Sumber : Benny, 1996

Gambar 5.19. Orientasi Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 216: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

195

Desain bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah menonjolkan bentuk atap masa kini (kontemporer) dengan

sambungan atap yang cukup rumit namun cukup kuat menerima beban

karena didukung oleh kontruksi atap kayu dan besaran kolom balok yang

ideal.

5.6. Konsep Utilitas

5.6.1. Sistem Pencahayaan dan Penghawaan

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

menggunakan pencahayaan alami (matahari) pada siang hari yang

masuk melalui bukaan-bukaan dan pencahayaan buatan (lampu) pada

malam hari. Pada malam hari ruang-ruang pentas di griya ageng

menggunakan lampu sorot halogen dan lampu pijar untuk menyinari

ruangan sekaligus memberi kesan dekoratif. Ruang-ruang griya alit

menggunakan lampu fluoresen (lampu TL/TLD, PL, dan S) karena

beban listriknya cukup rendah dan hemat. Sementara itu, penerangan di

luar bangunan menggunakan lampu metal halida, merkuri, dan sodium

cocok untuk penerangan di luar bangunan. Sewaktu pasokan listrik PLN

padam ruang-ruang pentas di griya ageng diterangi oleh cahaya lampu

dengan tenaga listrik dari genset sedangkan ruang-ruang griya alit dan

bangunan lainnya diterangi oleh cahaya lampu minyak (teplok) untuk

menambah kesederhanaan nuansa kampung.

Sistem penghawaan alami lebih diutamakan karena lebih hemat

dan bersahabat dengan lingkungan sekitar (penerapan konsep arsitektur

Page 217: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

196

Jawa, yakni keselarasan antara lingkungan dalam dan luar bangunan).

Kawasan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sengaja

ditanami pepohonan agar memberikan rasa sejuk dan teduh. Udara

sejuk yang dihasilkan dialirkan ke dalam griya-griya seni melalui

beberapa jalur, yakni:

1) Jendela yang didesain dengan dua daun dan dapat terbuka penuh

dimaksudkan untuk memaksimalkan masuknya udara dari luar.

2) Celah-celah dinding bambu.

3) Celah-celah anyaman bambu (gedeg) pada plafon.

Sistem penghawaan buatan digunakan Kompleks Seni

Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah untuk memberi kenyamanan

udara pada ruang-ruang yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan

penghawaan alami. Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah menggunakan kipas angin untuk memberikan penghawaan

buatan karena dinilai lebih hemat dan ramah lingkungan. Jika ditinjau

dari sisi teknologi pemakaian kipas angin lebih mendukung nuansa

kampung yang ingin diciptakan daripada pemakaian AC.

5.6.2. Sistem Air

Kebutuhan air bersih di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah dipasok dari air sumur bor karena kandungan air tanah di

dalam tapak/site cukup besar.

Air buangan (air kotor) yang dihasilkan dari kegiatan berhuni

seniman cukup banyak sehingga perlu penanganan yang tepat. Semua

air kotor dialirkan menuju selokan dan berakhir di sungai. Namun,

Page 218: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

197

beberapa air buangan perlu perlakuan khusus sebelum masuk ke

selokan. Air buangan dapur perlu dialirkan ke bak penangkap lemak

untuk disaring sisa-sisa makanannya. Air tinja perlu dialirkan ke

septictank untuk diuraikan oleh bakteri. Air hujan diperlakukan dengan

dua cara, yakni dialirkan dari atap menuju talang dan berakhir di

permukaan tanah melalui pipa-pipa vertikal dan dialirkan langsung dari

atap menuju permukaan tanah. Di antara air-air hujan yang jatuh ke

permukaan tanah tersebut sebagian meresap ke dalam tanah dan yang

lain mengalir ke selokan. Sumur peresapan dibuat sebagiai tempat

pembuangan akhir air kotor dari beberapa bangunan yang letaknya jauh

dari selokan dan sungai.

Secara umum sistem air di Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah dapat diilustrasikan melalui diagram di bawah

ini.

Diagram 5.15. Sistem Air Bersih dan Air Kotor Bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 219: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

198

5.6.3. Sistem Penanganan Sampah

Sampah-sampah ditampung sementara dalam bak sampah

sementara yang diletakkan di tempat yang tidak mengganggu dan

mudah diambil oleh petugas sampah. Beberapa hari sekali sampah dari

bak sementara di pungut, dikumpulkan, dan diangkut menuju tempat

pembuangan sampah di dalam kawasan Kompleks Seni Pertunjukan

Tradisional Jawa Tengah. Sampah-sampah organik dikeringkan

kemudian dibakar sedangkan sampah anorganik diangkut menuju

tempat pembuangan akhir sampah Kota Surakarta. Secara umum sistem

penanganan sampah di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Tengah dapat diilustrasikan melalui diagram di bawah ini.

5.6.4. Sistem Elektrikal

Sumber energi listrik Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah adalah PLN dan generator (genset). PLN memasok energi

listrik ke semua bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional

Jawa Tengah. Sewaktu pasokan listrik PLN padam ruang-ruang pentas

griya ageng mendapat pasokan listrik dari genset untuk mendukung

Sampah organik

Sampah anorganik

Bak sampah

sementara

Bak sampah

sementara

Tempat pembuangan

sampah KSPTJT

Tempat pembuangan

sampah KSPTJT

Dibakar

Tempat pembuangan

akhir kota Surakarta

Diagram 5.16. Sistem Penanganan Sampah Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah

Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011

Page 220: digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii KOMPLEKS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA TENGAH DI SURAKARTA Disusun Oleh : MUHAMMAD SYARIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

199

pencahayaan dan sound system sedangkan ruang-ruang griya alit dan

bangunan lainnya diterangi oleh cahaya lampu minyak (teplok) untuk

menambah kesederhanaan nuansa kampung.

5.6.5. Sistem Penanggulangan Kebakaran

Sistem penanggulangan kebakaran yang paling tepat untuk

Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang terdiri dari

bangunan-bangunan berdimensi kecil dengan jarak antar bangunan

yang cukup jauh, yakni antara 4-5 m adalah penyediaan hydrant di

halaman griya ageng dan griya alit. Hydrant di letakkan di halaman

griya ageng yang memungkinkan menjangkau seluruh sisi bangunan.

Hydrant yang lain di pasang di halaman griya alit yang memungkinkan

menjangkau 4-5 griya alit.

5.6.6. Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir hanya perlu dipasang pada bangunan griya

ageng dengan sistem Faraday, yakni sistem yang menggunakan

jaringan tiang- tiang kecil tidak lebih dari 60 cm yang dipasang di atap.

Sistem ini lebih efektif dibanding sistem lainnya.