Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk
-
Upload
yabniel-lit-jingga -
Category
Documents
-
view
1.211 -
download
1
Transcript of Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk
KONSEP PENGENDALIAN BAHAYA DI TEMPAT KERJA
A. Pengertian
Biohazard adalah organisme, atau zat yang berasal dari organisme, yang menimbulkan ancaman
bagi kesehatan manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel virus, mikroorganisme
atau racun (dari sumber biologis) yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan hewan.
Istilah dan simbol yang terkait umumnya digunakan sebagai peringatan, agar mereka yang
berpotensi terkena zat-zat tersebut dapat mengambil tindakan pencegahan.
B. Landasan Hukum Penanganan Biohazard
Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hukum sebagai berikut :
1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang menyatakan bahwa, tiap
tenaga kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa keselamatan kerja
dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun
di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan, pasal 108 yang menegaskan kembali bahwa,
setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan pelakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
agama.
5. Rekomendasi ILO/WHO Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara
untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya di bidang kesehatan
dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja. Pengelolaan K3RS menjadi percontohan
pengembangan sistim pengelolaan K3 di seluruh sarana kesehatan di tanah air, mengingat rumah
sakit adalah sarana kesehatan yang memiliki banyak kerawanan terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja bagi tenaga kerjanya
2
C. Kebijakan dan Langkah Institusi dalam Penanganan Biohazard
Pengelolaan limbah padat rumah sakit mengacu pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis
padat yakni :
1. Minimasi Limbah
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya
dan beracun.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.
Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
Pemilahan
Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan
kembali.
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi
atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel
10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus
dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
Tabel 1 : Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali
Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit
tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat
dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel 10
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan
label seperti Tabel 11
Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang
dihasilkan dari proses film sinar X.
Tabel 2 : Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan
” Limbah Sitotoksis”.
Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di Lingkungan Rumah
Sakit
Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus
yang tertutup.
Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48
jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
Pengolahan dan pemusnahan
Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir
limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.
Teknis pengelolaan limbah padat rumah sakit, antara lain tentang standardisasi kantong
dan container pembuangan limbah. Keseragaman standar kantong dan kontainer
mempunyai keuntungan sebagai berikut : mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf,
meningkatkan keamanan secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer.
Untuk limbah medis padat sebelum dimasukkan ke dalam insenerator diperlukan wadah berupa
kantong plastik khusus. Kantong plastik yang digunakan memiliki warna dan penandaaan yang
disesuaikan dengan kategori dan jenis dari masing-masing limbah. Pewadahan limbah
padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik
warna hitam.
Penggunaan teknologi dalam pengelolaan dan pembuangan limbah medis padat antara lain dapat
menggunakan alat needle crusher dan needle pit dipergunakan khusus untuk mengolah
limbah jarum. Needle crusher berfungsi untuk menghancurkan limbah jarum dengan
menggunakan tegangan listrik sedangkan needle pit berfungsi untuk menampung hasil
pengolahan dari needle crusher.
Limbah padat yang telah terbungkus dalam kantong plastic selanjutnya diolah dengan
menggunakan suatu insenerator yang sederhana, alasan digunakannya alat insenerator ini
karena tidak memerlukan lahan yang luas, dengan biaya tidak terlalu mahal dan sesuai dengan
kondisi serta situasi Rumah Sakit. Teknik insenerator merupakan pengolahan limbah padat
dengan cara pembakaran pada suhu 10000 C.
Cara Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit
Limbah padat rumah sakit, puskesmas, ataupun poliklinik terdiri dari limbah tajam (jarum
suntik), limbah infeksius, non-infeksius, non-tajam yang dalam bentuk basah/kering, dan PVC.
Untuk limbah yang berupa jarum, penanganan limbahnya dengan menggunakan needle
crusher, hasil dari proses ini dibuang ke needle pit. Penanganan lain untuk jarum suntik yaitu
dengan cara jarum suntik dimasukkan ke dalam safety box kemudian diinsenerator kecil dengan
menggunakan suhu yang sesuai atau dibawa ke insenerator lain yaitu insenerator sentral
atau besar, hasil pengolahan limbah akhirnya dibuang ke pit setempat atau tempat lain yang
sesuai.
Pengolahan limbah untuk limbah infeksius, non-infeksius, non-tajam yang dalam bentuk
basah/kering dimulai dengan memasukkan limbah-limbah ini ke dalam kantong plastik,
selanjutnya dibakar di insenerator sentral atau besar, dan hasil pengolahan limbah akhir dibuang
ke pit setempat atau tempat lain yang sesuai. Khusus untuk limbah infeksius penangananya perlu
disemprotkan dengan desinfektan (Natrium hipoklorit, formaldehid, fenol dan Alkohol), proses
penyemprotan ini dilakukan setelah limbah dimasukkan ke dalam kantong plastik
biohazard. Sebelum dimasukkan ke dalam insenerator limbah infeksius yang telah dibungkus
dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 1 jam, dan hasil pengolahan
limbah akhir dimasukkan ke dalam insenerator kemudian dibuang ke pit setempat atau
tempat lain yang sesuai.
Penanganan limbah untuk limbah PVC langsung dibuang ke TPA. Ineserator bekerja
dengan mekanisme sebagai berikut, limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu di injek
dengan bahan bakar yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi, asap
hasil pembakaran di imbas dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi hidrocarbon
yang akan terbakar habis pada secondary chamber. Dengan demikian asap akan bersih
dan ramah lingkungan.
Peralatan yang Digunakan untuk Pengeolaan Limbah Medis Padat
Needle Crusher
Alat ini digunakan untuk menghancurkan jarum suntik dengan menggunakan tenaga listrik
Insenerator
Insenator digunakn untuk memusnahkan sampah medis dan non medis padat baik basah maupun
kering dengan menggunakan bahan bakar solar.
Kantong Plastik
Kantong plastik yang digunakan sebagai wadah limbah medis padat memiliki warna dan
penandaaan yang disesuaikan dengan kategori dan jenis dari masing-masing limbah sesuai
yang tertera pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis padat.
Needle Pit
Needle pit berfungsi sebagai penampung hasil hancuran limbah padat antara lain jarum suntik.
Safety Box
Safety box berfungsi sebagai alat penampung sementara limbah medis berupa jarum dan syringe
bekas
D. Defenisi Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) seperti yang didefenisikan dalam
peraturan mentri tenaga kerja 05/MEN/1996 adalah bagian dari Sistem Manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi perkembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efesien dan produktif. Untuk lebih jelasnya kami akan uraikan sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi
Program K3 yang dimaksudkan untuk mencapai sasaran melalui penyeragaman unsure-unsur
program dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada ke dalm satu strategi K3 antara lain:
Mendorong komitmen pimpinan puncak untuk menetapkan kebijakan K3.
Membina dan melaksanakan sasaran K3 baik untuk fasilitas produksi
Inspeksi kesehatan dan keselamatan kerja guna pengenalan bahaya-bahaya potensial dalam
produksi, dll.
2. Perencanaan
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan
kegiatan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan sasaran yang jelas.
Langkah-langkah perencanaan yang perlu diperhatikan:
Perencanaan yang efektif dimui dengan perincian tujuan sasaran K3 secara lengkap dan jelas
dengan berdasarkan pada tujuan dan sasaran sebagai mana yang di maksud dalam UU,
No/1./1970.
Setelah tujuan dan sasaran K3 ditetapkan langkah berikutnya menentukan program-program
kegiatan yang didasari pada kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Tanggung jawab
Pembagian tanggung jawab antara fungsi dan kaitannya dengan masalah K3 juga di lakukan
pembagian tanggung jawab menurut jenjang jabatan dalam organisasi.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan rencana dan program K3 pimpinan/manajer harus
mempunyai kemampuan untuk menggerakkan, membangkitkan antusias dan membimbing
seluruh tenaga kerja karyawan kea rah tujuan, sasaran atau target yang hendak di capai
4. Pelaksanaan Prosedur
Dalam pelaksanaan program kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagaimana
dituangkan dalam rencana dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja, maka sangatlah
mendasar fungsi organik manajemen yaitu menggerakkan setiap tenaga kerja yang ada di
perusahaan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
5. Proses
Serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali, untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten mengarah
pada hasil yang diinginkan.
6. Sumber Daya
Suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu perusahaan dengan
orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
perusahaan memerlukannya dan untuk dapat menunjang aktifitas perusahaan demi mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Peraturan mentri tenaga kerja tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu setiap tempat kerja yang memiliki tenaga kerja 100
orang atau lebih dan atau memiliki resiko tinggi ditempat kerjanya harus menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Daftar Pustaka
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional Labour
Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila PhilippinesSaksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja.
Sukabumi: Yudhistira.
Sumber Internet:http://sarisolo.multiply.com/journal/item/35/kecelakaan_kerja_di_perusahaan.http://saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/manajemen%20lab%20kimia.doc.http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.htmlhttp://araralututu.wordpress.com/2009/12/19/my-k3ll-project/
http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-indonesia/