Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

12
KONSEP PENGENDALIAN BAHAYA DI TEMPAT KERJA A. Pengertian Biohazard adalah organisme, atau zat yang berasal dari organisme, yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel virus, mikroorganisme atau racun (dari sumber biologis) yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan hewan. Istilah dan simbol yang terkait umumnya digunakan sebagai peringatan, agar mereka yang berpotensi terkena zat-zat tersebut dapat mengambil tindakan pencegahan. B. Landasan Hukum Penanganan Biohazard Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hukum sebagai berikut : 1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang menyatakan bahwa, tiap tenaga kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. 2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa keselamatan kerja dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. 3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang

Transcript of Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

Page 1: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

KONSEP PENGENDALIAN BAHAYA DI TEMPAT KERJA

A.    Pengertian

Biohazard adalah organisme, atau zat yang berasal dari organisme, yang menimbulkan ancaman

bagi kesehatan manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel virus, mikroorganisme

atau racun (dari sumber biologis) yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan hewan.

Istilah dan simbol yang terkait umumnya digunakan sebagai peringatan, agar mereka yang

berpotensi terkena zat-zat tersebut dapat mengambil tindakan pencegahan.

B.     Landasan Hukum Penanganan Biohazard

Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hukum sebagai berikut :

1.      UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang menyatakan bahwa, tiap

tenaga kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan

moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

2.      UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa keselamatan kerja

dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun

di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.

3.      UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan,

pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib

menyelenggarakan kesehatan kerja.

4.      UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan, pasal 108 yang menegaskan kembali bahwa,

setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan

kerja, moral dan kesusilaan dan pelakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

agama.

5.      Rekomendasi ILO/WHO Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara

untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya di bidang kesehatan

dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja. Pengelolaan K3RS menjadi percontohan

pengembangan sistim pengelolaan K3 di seluruh sarana kesehatan di tanah air, mengingat rumah

sakit adalah sarana kesehatan yang memiliki banyak kerawanan terjadinya kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja bagi tenaga kerjanya

Page 2: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

2

C.    Kebijakan dan Langkah Institusi dalam Penanganan Biohazard

Pengelolaan limbah padat rumah sakit mengacu pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis

padat yakni :

1.      Minimasi Limbah

         Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

         Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya

dan beracun.

         Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.

         Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,

pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

         Pemilahan

  Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah

  Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan

kembali.

  Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi

atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka

sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

  Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

  Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel

10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus

dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel 1 : Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

         Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit

tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat

dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel 10

Page 3: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

         Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan

label seperti Tabel 11

         Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang

dihasilkan dari proses film sinar X.

Tabel 2 : Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

         Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan

” Limbah Sitotoksis”.

         Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di Lingkungan Rumah

Sakit

  Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus

yang tertutup.

  Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48

jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

  Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit

  Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.

  Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.

  Pengolahan dan pemusnahan

  Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir

limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

  Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan

kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan

menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.

Teknis  pengelolaan  limbah  padat rumah sakit,  antara  lain  tentang  standardisasi  kantong 

dan  container pembuangan  limbah.  Keseragaman  standar  kantong  dan  kontainer 

mempunyai  keuntungan sebagai  berikut  : mengurangi  biaya  dan waktu  pelatihan  staf,

meningkatkan  keamanan  secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer. 

Untuk  limbah medis padat sebelum dimasukkan ke dalam  insenerator diperlukan wadah berupa

kantong plastik khusus. Kantong plastik yang digunakan memiliki warna dan penandaaan yang 

disesuaikan  dengan  kategori  dan  jenis  dari  masing-masing  limbah.  Pewadahan  limbah

Page 4: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik

warna hitam.

Penggunaan teknologi dalam pengelolaan dan pembuangan limbah medis padat antara lain dapat

menggunakan alat  needle  crusher  dan  needle  pit  dipergunakan  khusus  untuk  mengolah

limbah  jarum.  Needle  crusher  berfungsi  untuk  menghancurkan  limbah  jarum  dengan

menggunakan  tegangan  listrik  sedangkan  needle  pit  berfungsi  untuk  menampung  hasil

pengolahan  dari  needle  crusher. 

Limbah  padat  yang  telah  terbungkus  dalam kantong  plastic selanjutnya diolah dengan

menggunakan suatu insenerator yang sederhana, alasan digunakannya alat  insenerator  ini

karena  tidak memerlukan  lahan yang  luas, dengan biaya  tidak  terlalu mahal dan sesuai dengan

kondisi serta situasi Rumah Sakit. Teknik insenerator merupakan pengolahan limbah padat

dengan cara pembakaran pada suhu 10000 C.

Cara Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit

Limbah  padat  rumah  sakit,  puskesmas,  ataupun  poliklinik  terdiri  dari  limbah  tajam (jarum

suntik), limbah infeksius, non-infeksius, non-tajam yang dalam bentuk basah/kering, dan PVC.

Untuk  limbah  yang  berupa  jarum,  penanganan  limbahnya  dengan menggunakan  needle

crusher, hasil dari proses  ini dibuang  ke needle  pit. Penanganan  lain untuk  jarum  suntik  yaitu

dengan cara jarum suntik dimasukkan ke dalam safety box kemudian diinsenerator kecil dengan

menggunakan  suhu  yang  sesuai  atau  dibawa  ke  insenerator  lain  yaitu  insenerator  sentral 

atau besar, hasil pengolahan limbah akhirnya dibuang  ke pit setempat atau tempat lain yang

sesuai.

Pengolahan limbah untuk  limbah infeksius, non-infeksius, non-tajam yang dalam bentuk

basah/kering  dimulai  dengan  memasukkan  limbah-limbah  ini  ke  dalam  kantong  plastik,

selanjutnya dibakar di insenerator sentral atau besar, dan hasil pengolahan limbah akhir dibuang

ke pit setempat atau tempat lain yang sesuai. Khusus untuk limbah infeksius penangananya perlu

disemprotkan dengan desinfektan  (Natrium hipoklorit,  formaldehid,  fenol dan Alkohol), proses

penyemprotan  ini  dilakukan  setelah  limbah  dimasukkan  ke  dalam  kantong  plastik 

biohazard. Sebelum dimasukkan ke dalam  insenerator  limbah  infeksius yang  telah dibungkus

dimasukkan ke  dalam  autoklaf  pada  suhu  1210C  selama  1  jam,  dan  hasil  pengolahan 

Page 5: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

limbah  akhir dimasukkan  ke  dalam  insenerator  kemudian  dibuang  ke  pit  setempat  atau 

tempat  lain  yang sesuai.

Penanganan  limbah  untuk  limbah  PVC  langsung  dibuang  ke  TPA.  Ineserator  bekerja

dengan mekanisme sebagai berikut, limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu di injek

dengan bahan bakar yang  sudah dicampur oksigen dan  terbakar dengan  suhu yang  tinggi, asap

hasil pembakaran di  imbas dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi hidrocarbon

yang  akan  terbakar  habis  pada  secondary  chamber.  Dengan  demikian  asap  akan  bersih 

dan ramah lingkungan.

Peralatan yang Digunakan untuk Pengeolaan Limbah Medis Padat

         Needle Crusher

Alat ini digunakan untuk menghancurkan jarum suntik dengan menggunakan tenaga listrik

         Insenerator

Insenator digunakn untuk memusnahkan sampah medis dan non medis padat baik basah maupun

kering dengan menggunakan bahan bakar solar.

         Kantong Plastik

Kantong plastik yang digunakan sebagai wadah limbah medis padat memiliki warna dan

penandaaan  yang  disesuaikan  dengan  kategori  dan  jenis  dari  masing-masing  limbah sesuai

yang tertera pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis padat.

         Needle Pit

Needle pit berfungsi sebagai penampung hasil hancuran limbah padat antara lain jarum suntik.

         Safety Box

Safety box berfungsi sebagai alat penampung sementara limbah medis berupa jarum dan syringe

bekas

D.    Defenisi Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) seperti yang didefenisikan dalam

peraturan mentri tenaga kerja 05/MEN/1996 adalah bagian dari Sistem Manajemen secara

keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan

prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi perkembangan, penerapan, pencapaian,

Page 6: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efesien dan produktif. Untuk lebih jelasnya kami akan uraikan sebagai berikut :

1.      Struktur Organisasi

Program K3 yang dimaksudkan untuk mencapai sasaran melalui penyeragaman unsure-unsur

program dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada ke dalm satu strategi K3 antara lain:

         Mendorong komitmen pimpinan puncak untuk menetapkan kebijakan K3.

         Membina dan melaksanakan sasaran K3 baik untuk fasilitas produksi

         Inspeksi kesehatan dan keselamatan kerja guna pengenalan bahaya-bahaya potensial dalam

produksi, dll.

2.      Perencanaan

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan

kegiatan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan sasaran yang jelas.

Langkah-langkah perencanaan yang perlu diperhatikan:

         Perencanaan yang efektif dimui dengan perincian tujuan sasaran K3 secara lengkap dan jelas

dengan berdasarkan pada tujuan dan sasaran sebagai mana yang di maksud dalam UU,

No/1./1970.

         Setelah tujuan dan sasaran K3 ditetapkan langkah berikutnya menentukan program-program

kegiatan yang didasari pada kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

3. Tanggung jawab

Pembagian tanggung jawab antara fungsi dan kaitannya dengan masalah K3 juga di lakukan

pembagian tanggung jawab menurut jenjang jabatan dalam organisasi.

Oleh karena itu dalam pelaksanaan rencana dan program K3 pimpinan/manajer harus

mempunyai kemampuan untuk menggerakkan, membangkitkan antusias dan membimbing

seluruh tenaga kerja karyawan kea rah tujuan, sasaran atau target yang hendak di capai

4. Pelaksanaan Prosedur

Dalam pelaksanaan program kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagaimana

dituangkan dalam rencana dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja, maka sangatlah

mendasar fungsi organik manajemen yaitu menggerakkan setiap tenaga kerja yang ada di

Page 7: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

perusahaan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

5.   Proses

Serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali, untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten mengarah

pada hasil yang diinginkan.

6.   Sumber Daya

Suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu perusahaan dengan

orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat

perusahaan memerlukannya dan untuk dapat menunjang aktifitas perusahaan demi mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Peraturan mentri tenaga kerja tentang Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu setiap tempat kerja yang memiliki tenaga kerja 100

orang atau lebih dan atau memiliki resiko tinggi ditempat kerjanya harus menerapkan Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Daftar Pustaka

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional Labour

Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila PhilippinesSaksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja.

Sukabumi: Yudhistira.

Sumber Internet:http://sarisolo.multiply.com/journal/item/35/kecelakaan_kerja_di_perusahaan.http://saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/manajemen%20lab%20kimia.doc.http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.htmlhttp://araralututu.wordpress.com/2009/12/19/my-k3ll-project/

Page 8: Konsep pengendalian bahaya di tempat kerja.pmdk

http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-indonesia/