Konsep Komunikasi Ilmiah dalam Pemanfaatan Informasi di ... pak Amin _Undip_.pdf · di Perpustakaan...
Transcript of Konsep Komunikasi Ilmiah dalam Pemanfaatan Informasi di ... pak Amin _Undip_.pdf · di Perpustakaan...
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 1
Konsep Komunikasi Ilmiah dalam Pemanfaatan Informasi
di Perpustakaan dan Dokumentasi
Amin Taufiq Kurniawan
Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang
Abstract
This paper considers a range of definitions for information usage from the perspective of scholarly communication and the properties of a traditional research library. It then explores some of the problems and issues involved in creating and maintaining a scholarly communication, depending on the characteristics one wants it to have. The paper stresses the need to consider the requirements of scholarly communication and research as we build the digital libraries concepts of the future. Scholarly communication will allow us to study the trends in electronic resources and how this will affect the users of the libraries which manage information resources. Keyword: scholarly communication, scientific communication,
scholarly community, library and documentation, information use
1. Pendahuluan
Ranah perpustakaan dan dokumentasi pada dasarnya membutuhkan sebuah
perluasan konteks bidang keilmuan yang tidak saja terbatas pada konsep
perpustakaan konvensional. Salah satu implikasi praktis atas kebutuhan perluasan
multidisipliner keilmuan muncul dalam konsep komunikasi ilmiah (scholarly
communication). Ilustrasi nyata dari gagasan tersebut dideskripsikan oleh Siswadi
(2009: 3) berdasarkan pengalamannya sebagai pustakawan di Universitas Indonesia
(UI) ketika didatangi seorang kandidiat doktor pengguna perpustakaan yang mencari
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 2
artikel jurnal dengan judul dan deskripsi bibliografis yang spesifik digunakan sebagai
penguat asumsi sebuah teori yang akan dituliskan dalam disertasinya. Berbagai
literatur jurnal ilmiah baik yang tekstual (printed) maupun digital (e-journal) sudah
ditelusur dan hasilnya nihil. Sebagian besar e-journal yang ditelusur ternyata hanya
berisi abstrak yang dirasa kurang komprehensif bagi sang kandidat doktor. Sampai
akhirnya diperoleh solusi terakhir yaitu menghubungi langsung penulis artikel lewat
e-mail via perpustakaan.
Prosedur yang mungkin tidak pernah terpikirkan dalam benak pemustaka.
Menghubungi langsung sang produsen informasi berdasarkan deskripsi bibliografis
yang ada dalam abstrak literatur yang dibutuhkan. Melalui perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi telah mempermudah pengguna (konsumen) informasi
untuk berhubungan langsung dengan para ilmuwan, peneliti, inventor, penulis karena
di jaringan internet banyak sekali direktori on-line yang menyediakan informasi
mengenai kontak berbagai produsen informasi. Langkah yang mungkin diambil
adalah menelusur kembali informasi artikel jurnal menggunakan mesin pencari
(search engine).
Siswadi (2009: 1) mengemukakan pada umumnya hasil penelusuran dalam
bentuk abstrak bukan full-text artikel. Untuk mendapatkan secara full-text biasanya si
penelusur perlu membeli. Umumnya abstrak memberikan informasi singkat
berkaitan dengan artikel tersebut, seperti judul artikel; sumber jurnal; nama
pengarang ditambah dengan e-mail serta ringkasan artikel. Menurut Prahastuti dalam
Siswadi (2009: 1) komunikasi untuk informasi penelitian akan lebih efisien jika
sumber formal (cetak) dilengkapi dengan sumber informal atau percakapan. Tetapi,
permasalahnya alamat e-mail pengarang sebagai sumber informal tidak selalu
muncul.
Berdasarkan penjelasan tersebut, mata rantai komunikasi ilmiah sudah dapat
terlihat polanya. Vickery dan Vickery (1987: 12) menyebut dalam perspektif ilmu
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 3
informasi (information science) siklus transfer informasi melibatkan tidak saja
produsen (source) dan pengguna (recipient) informasi dalam masyarakat tetapi juga
dalam ranah akademis (ilmiah) dan pekerja professional. Proses transfer informasi
yang dimaknai sebagai pertukaran pesan (komunikasi) melibatkan sub komponen
produksi (production), distribusi (distribution), penyimpanan (storage), Penelusuran
(retrieval) dan analisis (analysis).
Gambar 1
Bagan Information Transfer Cycle
(Sumber: Vickery and Vickery, 1987: 12)
Mata rantai komunikasi ilmiah ini pada dasarnya berhubungan dengan subjek
ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi (Perpusdokinfo). Menurut Odlyzko
(2002:7) komponen literatur sekunder baik berupa jurnal tekstual (traditional
journal) dan perpustakaan merupakan komponen vital dalam konsep komunikasi
ilmiah (scholarly communication) lebih lanjut Odlyzko menyebutkan:
Information generation and use
Recipients Source
Population of messages
Production Distribution
Storage Retrieval
Analysis
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 4
Traditional journal, even those avalaible electronically, are changing slowly. However, there is rapid evolution in scholarly communication. Usage is moving to electronic format. In some areas, it appears that electronic versions of paper of papers are being read about as often as the printed journal versions. The growth rate in usage of electronic scholarly information are sufficienly high Reader are faced with a river of knowledge that allows them to select among a multitude of source. To stay relevant, scholars, publishers, and librarians will have to make even greater efforts to make their material easily accessible (Odlyzko, 2002: 7)
Proses komunikasi ilmiah juga tidak selalu terkait dengan perpustakaan.
Ilustrasi di perpustakaan UI tersebut mungkin hanya sebagian kecil dari siklus
informasi ilmiah. Penggunaan informasi baik level mikro dan makro menungkinkan
proses komunikasi ilmiah berlangsung di level individu. Model-model pencarian
informasi (information search, information seeking) dari Ellis, Kuhltau (Pendit, 2002:
29) dapat diasumsikan sebagai embrio proses komunikasi ilmiah pada level individu
(individual level). Pemustaka (user) maupun pustakawan terhubung dalam sebuah
intermediary process, yang dalam siklus informasi peran antara ilmuwan, peneliti,
dan author sebagai komunikator untuk berhubungan langsung dengan pembaca
(komunikan) menjadi sangat signifikan.
Fungsi perpustakan sebagai pusat informasi dikatakan sebagai elemen krusial
dalam proses komunikasi informasi. Yusuf (2009: 27) menyebutkan organisasi
informasi dan pengolahan sumber-sumber informasi tidak lain tujuannya adalah
untuk kemudahan pemanfaatannya oleh masyarakat. Tidak ada aspek kegiatan dan
proses kerja di perpustakaan dan pusat-pusat informasi yang tidak melibatkan proses
komunikasi.
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 5
2. Tujuan dan Manfaat
Penulisan artikel ilmiah mengenai konsep komunikasi ilmiah (scholarly
communication) dalam pemanfaatan informasi dan dokumentasi ini pada dasarnya
bertujuan untuk memperluas wacana pembaca mengenai sifat multidisipliner dan
interdisipliner dari bidang ilmu perpustakaan dan informasi. Artikel ini juga
mendeskripsikan berdasarkan pendekatan teoritis bagaimana ruang lingkup
komunikasi ilmiah dan aspek komplementer yang berhubungan dengan komunikasi
ilmiah serta peran perpustakaan, dokumentasi, dan pusat informasi (Perpusdokinfo)
sebagai intermediary link dalam sebuah supra sistem lingkungan akademik.
Manfaat yang dapat diperoleh adalah memberikan alternatif solusi
pemahaman bahwa berbagai stakeholder dalam ilmu perpustakaan dan informasi baik
pustakawan, kolega dosen, mahasiswa ilmu perpustakaan, mahasiswa ilmu
komunikasi, pemustaka, dan praktisi penerbitan terkait sebuah sistem komunikasi
ilmiah yang cenderung, berdasarkan pemahaman penulis, dilihat secara parsial.
3. Pembahasan
3.1. Proses Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari kata latin communis yang berarti
sama, communico, communication, atau communicare yang berbarti membuat
sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2009: 46). Menurut Shannon
dan Weaver (Sulistyo-Basuki, 1996: 18) komponen komunikasi terdiri atas sumber
(source), pemancar (transmitter), saluran (channel), penerima (receiver) dan tujuan
(destination). Model komunikasi tersebut dikenal sebagai model transmisi yang
banyak diadopsi dalam bidang bidang telekomunikasi.
Namun demikian Littejohn (2002: 11) melihat proses komunikasi berdasarkan
perspektif yang non transmisi. Littejohn menyebut : communication involves
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 6
understanding how people behave in creating, exchanging, and interpretating
message. Consequently, communication inquiry combines both scientific and
humanistic methods. Konsep pendekatan scientific scholarship dalam komunikasi
menurut Littlejohn selalu diasosiasikan dengan objektifitas. Proses komunikasi terjadi
antara sesama manusia melalui berbagai media seperti suara, sinyal, surat, telepon,
televisi, buku, media cetak.
Motley dalam Littlejohn (2002: 7) berpendapat bahwa komunikasi adalah
transmisi informasi, baik bersifat verbal maupun non verbal. Berbagai perspektif
definisi proses komunikasi inilah yang akan mengantarkan pada pendekatan
komunikasi ilmiah yang lebih banyak terjadi dalam dimensi riset, inquiry, dan invensi
dari para ilmuwan (researcher).
3.2. Ruang Lingkup Komunikasi Ilmiah
3.2.1. Sejarah Komunikasi Ilmiah
Tradisi literer yang melekat pada bangsa Eropa pada masa renaisans telah
lama diketahui sebagai kekuatan utama dalam proses dokumentasi di wilayah
tersebut. Dimulai dari Italia dan menyebar ke Eropa Barat dan Eropa Utara.
Renaisans (Renaissance) artinya kebangkitan kembali minat pada kebudayaan
Yunani dan Romawi. Sebelum ditemukannya mesin cetak sebelum abad ke-15,
ilmuwan melakukan komunikasi melalui surat-menyurat. Pada waktu itu yang
menjadi bahasa pergaulan (Lingua Franca) ialah bahasa latin sehingga ilmuwan
saling berkomunikasi menggunakan bahasa latin (Sulistyo dan Basuki, 1996: 20
21).
Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak, baru para ilmuwan melakukan
komunikasi formal artinya komunikasi melalui dokumen yang diterbitkan. Mula-
mula komunikasi formal dilakukan melalui buku. Di samping melalui buku,
komunikasi formal juga dilakukan melalui semacam penerbitan disebut treatise.
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 7
Charles Darwin mungkin paling terkenal menerbitkan treatise (risalah catatan
perjalanan) On Origin of The Species pada saat melakukan perjalanan ilmiah ke
Kepulauan Galapagos menggunakan Kapal HMS. Beagle yang menghasilkan Teori
Evolusi Darwin yang sekarang menjadi perdebatan pada ranah kontemporer.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Treatise)
Ilmuwan kemudian menggunakan majalah sebagai media komunikasi formal.
Perkembangan komunikasi ilmiah bermula dari penerbitan jurnal ilmiah lebih kurang
350 tahun yang lalu. Menurut Swan dalam Siswadi (2009: 2) tepatnya pada tahun
1665 Journal des Savans and Philosophical Transactions of the Royal Society of
London diperkenalkan pada komunitas ilmiah.
Para ilmuwan menggunakan jurnal tercetak secara formal untuk
mengkomunikasikan hasil karya ilmiah mereka. Swan juga berpendapat proses
penulisan ilmiah dalam jurnal juga menumbuhkan kesadaran di kalangan ilmuwan
tentang hak atas karya intelektual karya artikel yang mereka tulis. Seluruh artikel
diperiksa ulang oleh para mitra bestari (peer review) untuk mengontrol kualitas dan
validitas artikel apakah layak diterbitkan atau tidak pada suatu publikasi seperti jurnal
ilmiah.
3.2.2. Konsep Komunikasi Ilmiah
Lougee dalam (Siswadi, 2009: 2) menjelaskan proses komunikasi ilmiah
dapat mempelajari ilmuwan dari berbagai bidang ilmu (fisika, biologi, sosial,
psikologi, humaniora, teknologi) memanfaatkan dan menyebarkan informasi melalui
saluran formal dan informal. Kajian komunikasi ilmiah mencakup perkembangan
ilmu pengetahuan, hubungan antara peneliti dalam berbagai disiplin ilmu,
pemanfaatan dan kebutuhan informasi dari kelompok pemustaka, serta metode
komunikasi baik formal maupun informal. Dengan demikian komunikasi ilmiah
(scholarly or scientific communication) adalah komunikasi yang umumnya berkaitan
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 8
dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau penyelidikan, khususnya di lingkungan
akademik.
Keterkaitan antara komunikasi ilmiah dan tradisi akademik muncul ketika
banyak luaran (output) dari proses penelitian/kegiatan akademik menjadi krusial
untuk digunakan sebagai informasi yang terekam. Dalam tradisi akademik, seorang
peneliti sebagai produsen informasi akan banyak menghasilkan tulisan, artikel,
monograf, hasil penelitian, gagasan, ide, invensi, dan teori yang kemudian
dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media.
Seorang penulis juga mengkomunikasikan pengetahuannya pada masyarakat
melalui media rekam formal seperti buku, jurnal, prosiding, dan lain-lain. Media
yang digunakan sebagai saluran pun tidak selalu bersifat formal tekstual, tetapi
melalui perkembangan teknologi informasi, banyak proses komunikasi dilakukan
melalui dunia maya (cyberspace). Diskusi, ceramah, brainstorming, korespondensi
juga dilakukan melalui media blog, wikis, forum online, social networking, mailing
list, bulletin board, video streaming, dan sebagainya.
Komunikasi ilmiah berangkat dari tradisi lingkungan akademik (Siswadi,
2009: 2). Sejalan dengan pendapat tersebut, Kauffer dan Charley dalam (Fjallbrant,
1997: 28) mengungkapkan beberapa aspek penting berkaitan dengan aktivitas
keilmiahan (scholarly activity) terutama tradisi kepenulisan akademik:
1. Kepemilikan ide (ownership of an idea). Seorang penulis secara eksklusif
dikatakan memiliki hak atas tulisannya secara langsung. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2002 dikatakan bahwa hak ekslusif
merupakan hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun member izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundangan yang
berlaku.
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 9
2. Pengakuan secara sosial (societal recognition for author). Konsep
kepengarangan (authorship) dalam tradisi akademik menjadi krusial karena
kredibilitas pengarang terletak pada tulisannya. Prahastuti dalam (Siswadi, 2009:
2) mengatakan bahwa seorang ilmuwan harus menetapkan posisinya sebagai
ilmuwan antara lain dikatakan melalui kontribusi penelitian. Secara sosial
ilmuwan mempunyai kredibilitas dari tulisan yang dihasilkan. Kontribusi ilmiah
dalam komunitas akademik (scholarly community) bisa berupa informal maupun
formal yang dimanifestasikan dalam bentuk terbitan/publikasi jurnal dan
prosiding.
3. Klaim terhadap penemuan baru (claiming priority for a discover). Tradisi
kepenulisan akademik memungkinkan terciptanya klaim atas sebuah penemuan
teori, teknologi, metode baru yang mampu dipertahankan secara ilmiah.
Fjallbrant (1997: 29) mengatakan komunikasi formal ilmiah dalam lingkungan
akademik erat kaitannya dengan proses difusi gagasan dan temuan (ideas and
finding) yang pengaruhnya tergantung kepada sebeapa luas jangkauan
komunikasi ilmiah.
4. Pengakuan di kalangan pembaca dan penulis (establishing an accredited
community of author and readers). Relasi antara penulis dan pembaca di ranah
ilmiah akan menciptakan bentuk pengakuan atas subjek keilmuan tertentu. Proses
ini juga berjalan pada tataran komunikasi ilmiah antara produsen dan konsumen
informasi.
Tradisi kepenulisan akademik juga tidak terlepas dari beragam media
komunikasi sebagai penyalur pesan (message medium). Menurut Fjallbrant (1997: 29)
media komunikasi ilmiah yang bersifat printed media mempunyai beberapa
keuntungan yaitu sebagai berikut :
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 10
1. Informasi yang berupa tercetak dapat secara luas tersebar kepada kelompok
pembaca yang terpisah secara luas.
2. Melalui media komunikasi formal ilmiah tercetak dapat menyampaikan
informasi secara detail mencakup deskripsi, metode, tabel, diagram, hasil-hasil
penelitian.
3. Dokumen yang bersifat media tercetak dapat berisi informasi yang dapat
diperiksa dan diverifikasi secara kritis
4. Dokumen dapat dengan mudah dirujuk ketika dibutuhkan.
5. Dokumen yang bersifat tercetak menyediakan sarana untuk mengutamakan
karya-karya akademik serta memberikan kontribusi terhadap jasa akademik para
penulisnya.
Terkait sistem komunikasi ilmiah, dan tradisi kepenulisan akademik
Houghton, Steele, dan Sheehan (2008: 28) mengemukakan pada proses diseminasi
dan penciptaan pengetahuan (knowledge-creation) dalam tradisi akademik melibatkan
empat komponen utama:
1. Research; kegiatan riset/penelitian meliputi proses reading and research,
kepenulisan, proses penyuntingan, revisi, editorial, dan peer review (mitra
bestari)
2. Publishing; mencakup proses akuisisi dari isi terbitan, produksi, penyuntingan,
pemasaran, penjualan, distribusi dan akses.
3. Research Funding; mencakup korporasi/instansi yang menyediakan dana dalam
kegiatan riset. Dikatakan memiliki komponen ekonomi yang paling besar dalam
sistem komunikasi ilmiah.
4. Research Infrastructure; mencakup sarana dan prasarana, akses terhadap
perpustakaan dan pusat informasi serta jaringan.
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 11
Infrastruktur informasi yang mendukung komunikasi ilmiah merupakan
permasalahan yang penting. Rubin mengemukakan pendapat berkaitan antara
tersedianya infrastruktur informasi dalam sebuah siklus informasi sebagai berikut:
From the traditional perspective of the information cycle, the information infrastructure consists of institution and individuals involved in a linear process by which of such a cycle are the creators of information, and here, information should be seen very broadly as any message to be conveyed. So writers, researcher,. can be seen as creators of information. Generally, creators of information embody their ideas in a product or physical form traditionally a book, an article, a painting, more recently a multimedia presentation, a database or a website (Rubin, 2004: 3)
Lebih lanjut, secara umum Rubin (2004) menggambarkan infrastruktur
informasi yang pada dasarnya menjadi komponen penting dalam sistem komunikasi
ilmiah dalam tabel 1. berikut:
Tabel. 1
Information Infrastructure Viewed as Part of the Information Cycle
Creators Product Distributors Disseminators Users Author Books Publisher Schools Individuals Artists/Musicians Magazines Vendors Libraries Researcher Database Producers
CD-ROMs Internet Providers
Universities Students
Databases Museums Employers Webpages Businesses Employees Governmental
Agencies
Sumber: (Rubin, 2004: 3)
Sebagai sebuah sub sistem dalam siklus informasi, sistem komunikasi
mempunya beberapa macam fungsi yang perlu diketahui. Kirez dalam (Siswadi 2009:
3) mengemukakan beberapa fungsi komunikasi ilmiah:
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 12
1. Fungsi sertifikasi yang berhubungan dengan pengesahan kualitas penelitian
dan standar ilmiah di dalam program penelitian;
2. Fungsi registrasi/pendaftaran yang menghubungkan antara penelitian tertentu
dengan ilmuwan individu yang kemudian mengklaim prioritas untuk
penelitian tersebut fungsi ini berhubungan erat dengan perlindungan
kepemilikan, sistem penghargaan, dan pada jangkauan yang luas akan
mempengaruhi dinamika sosial dalam sistem;
3. Fungsi kesadaran yang mengarah pada kebutuhan informasi
4. Fungsi pengarsipan, fungsi ini berhubungan dengan penyimpanan dan
aksesibilitas informasi.
Sedangkan Bjork (2007) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua fungsi
komunikasi ilmiah. Pertama, mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang sangat
menarik kepada para pemustaka yang memiliki minat untuk proses pemanfaatan
informasi. Kedua, menyediakan dukungan dalam dalam proses pengambilan
keputusan (decision making) administrasi perjanjian penelitian dan bantuan dana
untuk penelitian. Fungsi yang kedua ini banyak dijadikan rujukan dalam proses
pembaruan proses penelitian.
Berdasarkan pemahaman mengenai sistem komunikasi ilmiah di atas, dapat
disintesis sementara bahwa pada dasarnya proses komunikasi ilmiah merupakan
sebuah sistem yang terdiri atas beberapa sub sistem yang saling terkait yang
dikatakan Siswadi (2009: 3) membentuk semacam mata rantai komunikasi ilmiah.
Bjork (2007) juga memberikan ilustrasi mengenai proses komunikasi ilmiah yang
terdiri atas beberapa sub komponen yang saling terkait:
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 13
Bagan 2
An Illustration of the Scientific Communication Process
(Sumber: Bjork, 2007) 3.3 Pengguna Informasi dalam Komunikasi Ilmiah
Sebuah sistem komunikasi ilmiah, konsep pengguna informasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan, dan menjadi sentral dari keseluruhan proses baik
dalam taraf afektif, kognitif, dan tingkah laku. Pengguna informasi merupakan pihak
pengambil keputusan yang menentukan proses mulai dari munculnya kebutuhan,
proses penilaian, pencarian, sampai taraf pemanfaatan informasi serta proses
komunikasi ilmiah.
Menurut Sulistyo dan Basuki, kriteria pengguna informasi dapat dibedakan
menjadi dua kriteria:
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 14
1. Kriteria Objektif, seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat
kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi dan alasan menggunakan sistem
informasi.
2. Kriteria Sosial dan Psikologi, seperti sikap dan nilai pengguna menyangkut
informasi pada umumnya, dan hubungan dengan unit informasi pada khususnya,
sebab dan alasan yang berkaitan dengan perilaku mencari informasi dan
komunikasi, perilaku sosial, serta profesional pengguna (Andriani, 1998: 25).
Dua kriteria di atas belum memberikan gambaran jelas tentang pengguna
informasi, maka masih menurut Sulistyo dan Basuki, pengguna informasi dibedakan
jenisnya:
1. Pengguna yang belum terlibat dalam kehidupan aktif, seperti mahasiswa dan
pelajar.
2. Pengguna yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan berupa
informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jenis pengguna dibedakan
atas:
a. Berdasarkan aktifitas utama, misalnya manajemen, riset, serta
pengembangan produksi.
b. Berdasarkan cabang aktifitas/bidang spesialisasi, misalnya pegawai
negeri, perindustrian.
c. Berdasarkan tingkat pendidikan dan tanggung jawab, misalnya
profesional, teknisi, asisten, administrasi.
3. Pemakai umum yang memerlukan informasi umum untuk kepentingan khusus,
misalnya masyarakat yang ingin mengetahui informasi tentang olahraga untuk
mengikuti kuis (Andriani, 1998: 27).
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 15
Sementara itu Atherton membagi jenis pemakai informasi menjadi tiga
kelompok penting khususnya di bidang penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi
sesuai dengan jenis kegiatan dimana mereka terlibat, yaitu:
1. Para peneliti ilmu-ilmu dasar dan terapan;
2. Para praktisi dan teknisi yang terlibat dalam pengembangan kegiatan teknologi
dan pelaksanaan kegiatan industri;
3. Para manajer, perencana, dan pengambil keputusan lainnya yang terlibat dalam
mengkoordinasikan kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baik
sektor swasta maupun pemerintah (Atherton, 1986: 136).
Tiga kelompok yang diidentifikasikan di atas didefinisikan secara sangat
umum (luas) dengan demikian tidak bersifat lengkap. Mereka tidak mencakup
misalnya kelompok-kelompok besar seperti guru-guru dan siswa.
Atherton juga berpendapat, pengguna informasi dapat dikenali ciri-cirinya.
Hal tersebut mencakup tipologinya, ketergantungannya akan kebutuhan informasi
dalam pekerjaan mereka, tujuan dan penggunaan informasi yang dilakukannya,
umurnya, kualifikasi, jabatan/kedudukan profesionalnya, dan sejumlah ciri-ciri lain
(Atherton, 1986: 137).
Fjallbrant mengidentifikasi secara lebih rinci tentang beberapa komponen
yang berhubungan dan memiliki kaitan erat dalam pengguna informasi dalam sistem
komunikasi ilmiah:
1. Para ilmuwan yang memiliki keinginan untuk menerbitkan karya-karyanya,
masuk dalam kelompok penulis dan menjadi produser utama dari sebuah
karya;
2. Para ilmuwan lainnya yang membaca karya berasal dari produser utama dan
dikelompokkan sebagai kelompok pembaca;
3. Mahasiswa yang diposisikan sebagai pembaca;
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 16
4. Kelompok pembaca lainnya yang tertarik pada karya-karya ilmiah
dikelompokkan sebagai pembaca;
5. Para penerbit dikelompokkan sebagai produser kedua yang menerbitkan
karya-karya dari masyarakat ilmiah (produser pertama);
6. Perpustakaan yang berperan dalam mengumpulkan dan menyebarluaskan
jurnal dan buku-buku ilmiah kepada para pembaca dan berfungsi sebagai
fasilitator bagi para pembacanya.
7. Penjual yang menjual buku dan jurnal ilmiah kepada para pembaca dan
befungsi juga sebagai fasilitator;
8. Organisasi formal yang menangani pengakuan terhadap penemuan-penemuan
penelitian dan penulis sebuah dokumen. Organisasi tersebut dikelompokkan
sebagai konsumen.
9. Kelompok industri yang memanfaatkan hasil-hasil penelitian, dikelompokkan
sebagai konsumen.
10. Lembaga akademik yang melakukan evaluasi dan seleksi staf, dikelompokkan
sebagai konsumen dan fasilitator produksi
11. Kelompok agama, yang mempengaruhi pelaksanaan dan pengambangan ilmu
pengetahuan pada abad ke-17 dan 18.
3.4. Peran Perpustakaan, Dokumentasi, Pusat Informasi dalam Komunikasi
Ilmiah
Perkembangan teknologi dan komunikasi memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap proses komunikasi ilmiah. Lewis (2007) mengatakan
perpustakaan dapat berperan dalam komunikasi ilmiah dengan melalui beberapa cara
sebagai berikut:
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 17
1. Digitalisasi koleksi khusus. Saat ini beberapa perpustakaan perguruan tinggi
sudah melakukan digitalisasi koleksinya dan hasilnya dapat diakses dengan
mudah;
2. Membangun tempat penyimpanan (repositories) yang menyediakan akses dan
mengarsip data serta dokumen digital yang dihasilkan dari karya-karya hasil
penelitian dan untuk kepentingan perguruan tinggi tersebut.
3. Menyediakan infrastruktur untuk publikasi dengan akses terbuka (open
access), khususnya akses ke jurnal ilmiah. Untuk kegiatan ini berhubungan
erat dengan penerbit universitas, tetapi apabila penerbit universitas tidak
melakukannya maka hal itu dapat dikerjakan sendiri tanpa campur tangan
mereka.
4. Kesimpulan
Proses komunikasi ilmiah pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan
antara komunikan dan komunikator pada tataran tradisi akademik ilmiah yang
melibatkan berbagai sub komponen mulai dari pencipta informasi (ilmuwan,
pengarang, inventor) kepada pengguna informasi. Komunikasi ilmiah juga
melibatkan berbagai komponen pendukung semacam penerbit, penjual, agen dan took
buku, organisasi, perpustakaan, pusat dokumentasi, dan dukungan teknologi
informasi. Dengan demikian, infrastruktur informasi berupa koleksi digital
perpustakaan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan.
Lembaga perpustakaan dan pusat dokumentasi mutlak menjadi katalis dalam
proses komunikasi ilmiah. Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi penyedia
sumber informasi ilmiah, harus mampu mengoptimalkan fungsinya untuk mendukung
kegiatan riset. Tidak berfungsinya perpustakaan dalam memaksimalkan fungsi riset
akan menyebabkan proses komunikasi ilmiah menjadi tidak efektif. Perpustakaan dan
pusat dokumentasi harus mampu menjadi garda terdepan dalam diseminasi berbagai
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 18
media komunikasi ilmiah baik tekstual dan elektronik agar optimal dimanfaatkan para
peneliti. Perpustakaan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
komunikasi ilmiah.
Daftar Pustaka Andriani, Lilis Sri. (1998). Perilaku Pengguna dalam Menelusur Informasi di
Perpustakaan Pusat Unpad. Skripsi. Bandung: JIP Fikom Unpad. Atherton, Pauline. (1986). Sistem Dan Pelayanan Informasi. Terj. Bambang
Haryanto. Jakarta: Arga Kencana Abadi. Bjork, Bo-Christer. (2007). A Model of Scientific Communication as A Global
Distributed Information Systems in Information Research. Vol 13 No. 4. Paper 372 http://informationR/ir/13-4/paper372.htm [diakses 19 November 2010]
Buck, Anne M., Richard C. Flagan., Besty Coles. (1999). Scholars Forum: A New
Model For Scholarly Communication in Paper California Institue of Technology, Pasadena, CA. March 1999: 23 39 http://library.caltech.edu/publication/ScholarsForum [diakses 16 november 2010]
Fjallbrant, Nancy. (1997). Scholarly Communication: Historical Development and
New Possibilities in Paper IATUL Conference Troindheim 1997: 20 52 http://www.iatul.org/doclibrary/public/Conf_Proceedings/1997/Fjallbrant.doc [diakses 16 November 2010]
Houghton, John W., Colin Steele, Peter Sheehan. (2008). Scholarly Communication
Costs in Australian Higher Education dalam Higher Education Management and Policy Vol. 20. No. 3 2008: 27 44 http://www.cfses.com/documents/wp24.pdf [diakses 16 november 2010]
Lewis, David W. (2007). Library Budgets, Open Access and The Future of
Scholarly Communication. Paper in IUPUI University Library Indiana University-Purdue University Indianapolis. November 2007: 1 4 http://sn.pronetos.com/documents/0000/0046/DLewis_Open_Access_Scholarly_Communication.pdf [diakses 17 November 2010]
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 19
Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication. Seventh Edition. Belmont CA.: Wadsworth Thomson Learning.
Olander, B. (2008). Scholarly Communication in Transition: Computer Scientist
Information Behavior Over Twenty Years in Information Research Vol 13 No. 4 paper 376 http://informationR/ir/13-4/paper376.htm [diakses 19 November 2010]
Oldlyzko, Andrew. (2002). The Rapid Evolution of Scholarly Communication in
Learned Publishing Vol 15 No 1. January 2002: 7 16 http://www.dtc.umn.edu/~odlyzko/doc/rapid.evolution.pdf [diakses 16 November]
Mulyana, Deddy. (2009). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan Ketiga Belas.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSUI. Purwono. (2010). Dokumentasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Rubin, Richard E., (2004). Foundations of Library and Information Science, 2nd
Edition. New York: Neal-Schuman Publisher. Siswadi, Irman. (2009). Perpustakaan Sebagai Mata Rantai Komunikasi Ilmiah
(Scholarly Communication) dalam Visi Pustaka: Majalah Perpustakaan 11 (1) April 2009: 1-9
Sulistyo-Basuki. (2009). Pemahaman Singkat Mengenai Informatika dalam Visi
Pustaka: Majalah Perpustakaan 11 (1) April 2009: 30 33 Sulistyo-Basuki. (1996). Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta: Universitas Terbuka Sulistyo-Basuki. Tanpa tahun. Informasi, Komunikasi, dan Ilmu Perpustakaan &
Informasi dalam Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya. Sulistyo-Basuki, Ike Laswary Lawanda, Utami B. Hariyadi, Laksmi. Jakarta: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi FIB UI.
Vickery, Brian, Alina Vickery. (1987). Information Science: in Theory and Practice.
First published. London: Butterworths
-
Amin Taufiq Kurniawan : Konsep Komunikasi Ilmiah dalam..
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 1 Januari 2011 20
Yusup, Pawit M. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara