Konsep Dasar Belajar Akselerasi (2)

download Konsep Dasar Belajar Akselerasi (2)

of 15

description

Accel learn class

Transcript of Konsep Dasar Belajar Akselerasi (2)

1

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang yang tentunya memang harus dipenuhi, Islam pun mewajibkan setiap umatnya untuk memperdalam ilmunya, bahkan dalam salah satu riwayat dikatakan bahwa menuntut ilmu itu dari ayunan hingga liang lahat. Sehingga semestinya Negara wajib menjamin pendidikan bagi seluruh rakyatnya secara gratis.[footnoteRef:2] Hal ini sebagaimana yang terjadi pada abad pertengahan di masa-masa keemasan Islam.[footnoteRef:3] [2: Hafidz Abdurrahman, Dirkusus Islam Politik dan Spiritual (Bogor: Al-Azhar Press, 2010), 212.] [3: M. Kusman Sadik, Pendidikan Islam: Bermutu dan Melahirkan Manusia Unggul, al-waie,1-30 Juni 2011, 31.]

Perhatian yang demikian besar terhadap pendidikan tersebut, agar tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan benar-benar dapat tercapai. Ismail Yusanto dalam bukunya Menggagas Pendididkan Islami menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan ialah untuk membentuk syakhshiyyah Islam (afektif), menguasai tsaqafah Islam (kognitif), serta penguasaan terhadap ilmu kehidupan, seperti IPTEK dan Sains (psikomotorik).[footnoteRef:4] [4: Ismail Yusanto dkk, Menggagas Pendidikan Islam (Bogor: Al-Azhar Press, 2011), 65.]

Pendidikan dalam Islam memang ditujukan untuk mengembangkan potensi dalam rana kognitif, afektif, serta psikomotorik yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebagaimana dalam UU Sisdiknas yang juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan di antaranya adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu dan juga kreatif.[footnoteRef:5] [5: Nursisto, Membumikan Pembelajaran Agama Islam. (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2008), 89-90]

Sehingga segala faktor yang menunjang proses pembelajaran harus berjalan secara maksimal, agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Salah satu aspek yang memberikan pengaruh terhadap kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap KBM adalah pendidik, sehingg seorang yang berkomitmen untuk menjadi seorang pendidik, ada kompetensi-kompetensi yang mesti dikuasai, seperti sosial, pedagogik dsb.Selain itu pendidik juga harus memahami kondisi dan latar belakang peserta didik, sebab dalam satu kelas tentu siswa memiliki karakter peserta didik yang heterogen. Ada siswa yang cerdas ada yang biasa, terhadap siswa yang cerdas tentu sudah semestinya mendapat perlakuan yang berbeda, sebab mereka memiliki potensi lebih dibanding siswa yang lain. Salah satu setrategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kelas dengan siswa yang memiliki potensi tinggi, adalah akselerasi (percepatan). B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan setrategi pembelajaran akselerasi?2. Apa saja kriteria siswa program akselerasi?3. Bagaimana pelaksanaan setrategi pembelajaran akselerasi?4. Apa kelemahan setrategi pembelajaran akselerasi?C. Rumusan Masalah1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan setrategi pembelajaran akselerasi.2. Untuk mengetahui kriteria siswa program akselerasi.3. Untuk mengetahui pelaksanaan setrategi pembelajaran akselerasi.4. Untuk mengetahui kelemahan setrategi pembelajaran akselerasi?

BAB IIPEMBAHASANA. Konsep Setrategi Pembelajaran Akselerasi[footnoteRef:6] [6: Mengenai pembahasan konsep, kriteria, serta pelaksanaan pembelajaran akselerasi diambil dari karya ilmiah (skripsi) yang ditulis oleh Qurrati Ayun dengan judul Implementasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sma Negeri 3 Malang, dengan pengemasan yang berbeda. Lihat Qurrati Ayun, Implementasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sma Negeri 3 Malang, (Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006).]

Menurut Sutratinah Tirtonegoro percepatan (acceleration) adalah cara penanganan anak super normal dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat[footnoteRef:7]. Hal senada juga disampaikan oleh Ulya Latifah Lubis yang mendefinisikan istilah akselerasi sebagai program pelayanan yang diberikan kepada siswa dengan tingkat keberbakatan tinggi agar dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain (program reguler).[footnoteRef:8] [7: Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Prgram Pendidikannya (Yotyakarta: Bumi Aksara, 2001), 104] [8: Ulya Latifah Lubis, Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Program Akselerasi di SLTP dan SMU Lab School-Jakarta dalam Reni Akbar-Hadawi (ed), Akselerasi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004),, 121.]

Sementara itu, model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu sehingga siswa dapat menyelesaikan program studinya lebih awal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis materi pelajaran dengan materi yang esensial dan kurang esensial.[footnoteRef:9] [9: Ibid, 5-6.]

Secara sederhana program ini pun mudah ditemui, sebab tidak sedikit lembaga pendidikan konvensional yang ada pada saat ini menerapkan program akselerasi, hal ini dilakukan agar siswa mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Seperti pelaksanaan pembelajaran yang terdapat di SMP maupun SMA, dimana pemblajaran yang semestinya harus ditempuh selama tiga tahun dapat diseleseikan selama dua tahun. Program ini secara umum memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif. Secara khusus memberi pelayanan kepada siswa berbakat untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari biasanya.[footnoteRef:10] [10: Ibid. ]

1. Alasan Setrategi Pembelajaran AkselerasiDengan diselenggarakannya program akselerasi ini, ada beberapa alasan yang masuk akal. a. Alasan efisiensi sosial pragmatis penyelenggaraan pendidikan. Karena Negara Indonesia yang sedemikian besar, dengan penduduk amat banyak, dilihat masalah pengembangan sumber daya manusia, tetapi miskin dana untuk pendidikan, maka lebih baik mendayagunakan dana yang sedikit itu secara lebih signifikan untuk memacu anak-anak cerdas agar lahir kelompok elite yang handal untuk memperbaiki kondisi bangsa ini secara lebih cepat, dari pada dana yang sedikit itu dibagi ratakan ke semua anak tetapi dampaknya tidak signifikan.b. Membuat kelas yang relatif homogen sehingga siswa yang merasa luar biasa (cerdas) tidak dirugikan oleh keterlambatan belajar siswa biasa. Sering dikeluhkan banyak guru, anak-anak cerdas di kelas heterogen cenderung merasa cepat bosan belajar dan cenderung mengganggu. Karena itu, anak-anak cerdas ini perlu mendapat layanan khusus di kelas yang terpisah dari kelas anak biasa. Dengan begitu, pengelolaan kelasnya menjadi lebih mudah. c. Memberikan penghargaan (reward) dan perlindungan hak asasi untuk belajar lebih cepat sesuai dengan potensinya.[footnoteRef:11] [11: Waras Kamdi, Kelas Akselerasi dan Diskriminasi Anak, Kompas, 24 dan 26 Juli 2004 (http: www. Google.com).]

2. Tujuan Setrategi Pembelajaran AkselerasiMenurut Nasichin (dalam Hawadi) Ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program akselerasi bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.1. Tujuan Umuma. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan efektifnya.b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinyac. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan2. Tujuan Khususa. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.b. Memacu kualitas siswa dalam menigkatkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.[footnoteRef:12] [12: Ibid, 21.]

3. Kurikulum Pembelajaran AkselerasiMuatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program regular. Perbedaannya terletak pada penyusunan kembali struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih singkat. Program akselerasi ini akan menjadikan kurikulum standar yang biasanya ditempuh siswa SMA dalam tiga tahun menjadi hanya dua tahun. Pada tahun pertama, siswa akan mempelajari seluruh materi kelas 1 ditambah dengan setengah materi kelas 2. Di tahun kedua, mereka akan mempelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh materi kelas 3. Pengaturan kembali program pembelajaran pada kurikulum standar yang biasanya diberikan dengan alokasi waktu sembilan cawu menjadi enam cawu dilakukan tanpa mengurangi isi kurikulum. Kuncinya terletak pada analisis materi kurikulum dengan kalender akademis yang dibuat khusus. Seperti diketahui, untuk siswa berbakat intelektual dengan keberbakatan tinggi, tidak semua materi kurikulum standar perlu disampaikan dalam bentuk tatap muka dan atau dengan irama belajar yang sama dengan siswa regular.Oleh karena itu, setiap guru yang mengajar di kelas akselerasi perlu terlebih dahulu melakukan analisis materi pelajaran untuk menentukan sifat materi yang esensial dan kurang. Suatu materi dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi kriteria berikut ini: (1) konsep dasar; (2) konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut; (3) konsep yang berguna untuk aplikasi; (4) konsep yang sering muncul pada Ebtanas; (5) konsep yang sering muncul pada UMPTN untuk SMA. Materi pelajaran yang diidentifikasi sebagai konsep-konsep yang esensial diprioritaskan untuk diberikan secara tatap muka, sedangkan materi-materi yang non-esensial, kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri.[footnoteRef:13] [13: Ibid., 124]

Dijelaskan juga oleh Conny R Semiawan, sesuai dengan karakter anak yang berkemampuan kecerdasan di atas rata-rata ini, kurikulum atau GBPP atau materi pelajaran telah didiskusikan dan disusun oleh pusat pengembangan kurikulum sejak 1981. Sebelum uji coba pelaksanaan Program Anak Berbakat dilaksanakan tahun 1984 kurikulum berdeferensiasi dibuat. Dikaitkan dengan hal di atas kemampuan gurulah yang selalu harus ditingkatkan, misalnya kecekatan dalam hal menganalisis kurikulum sesuai perkembangan anak dan kebutuhan penanjakan kemampuan fikir atau mental anak dan membuat anak senang belajar.[footnoteRef:14] [14: Conny R Semiawan dan Djeniah Alim, Petunjuk Layanan Dan Pembinaan Kecerdasan Anak (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 69]

Kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum Nasional dan muatan lokal, yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi yang esensi dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen utuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan. Dengan demikian kurikulum program akselerasi adalah kurikulum yang diberlakukan untuk satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga lulusan program akselerasi memiliki kualitas dan standar kompetensi yang sama dengan lulusan program reguler. Perbedaannya hanya terletak pada waktu keseluruhan yang ditempuh dalam menyelesaikan pendidikannya lebih cepat bila dibanding dengan program reguler.Kurikulum akselerasi ini dikembangkan secara diferensiatif. Artinya kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Diferensiasi dalam kurikulum akselerasi menurut Cledening & Davies, 1983 (dalam Hawadi Dkk) adalah isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi intruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa. [footnoteRef:15] [15: Reni Akbar-Hawadi Dkk, Kurikulum Berdiferensiasi, ( Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia, 2001), 3.]

B. Kriteria Siswa Program AkselerasiKriteria yang ditetapkan berdasarkan persyaratan Buku Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, adalah sebagai berikut:1. Informasi Data Obyektif, yang diperoleh dari pihak sekolah berupa skor akademis dan pihak psikolog (yang berwenang) berupa skor hasil pemeriksaan psikologis.a. Akademis, yang diperoleh dari skor: Nilai Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya, dengan rata-rata 8,0 ke atas baik untuk SMP maupun SMA. Sedangkan untuk SD tidak dipersyaratkan. Tes kemampuan akademis, dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0. Rapor, nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0.b. Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikolog yang meliputi tes inteligensi umum, tes kreativitas, dan inventori keterikatan pada tugas. Peserta didik yang lulus tes psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.2. Informasi Data Subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri, teman sebaya, orang tua, dan guru sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.3. Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter.4. Kesediaan calon siswa percepatan dan persetujuan orang tua, yaitu pernyataan tertulis dari pihak penyelenggara program percepatan belajar untuk siswa dan orang tua tentang hak dan kewajiban serta hal-hal yang dianggap perlu dipatuhi untuk menjadi peserta program percepatan belajar.[footnoteRef:16] [16: Ibid.]

C. Bentuk Penyelenggaraan Pembelajaran AkselerasiMenurut Clark, 1983 (dalam Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah) ditinjau dari bentuk penyelenggaraanya, program akselerasi dapat dibedakan menjadi: 1. Kelas RegulerDimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:a. Kelas reguler dengan kelompok (Cluster), akseleran belajar dengan siswa lain di kelas reguler dalam kelompok khususb. Kelas reguler dengan Pullout, akseleran belajar bersama-sama dengan siswa lain dalam kelas reguler tetapi sewaktu-waktu ditarik fari kelas reguler ke ruangan khusus untuk belajar mandiri, belajar kelompok dan belajar dengan guru pembimbing khususc. Kelas reguler dengan Cluster dan Pullout, akseleran yang berada di kelas reguler dikelompokkan dalam kelompok khusus dan waktu tertentu dapat ditarik dari kelas reguler ke ruang khusus untuk belajar mandiri, belajar kelompok dengan guru pembimbing khusus.2. Kelas KhususDimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus.3. Sekolah KhususSatu sekolah hanya menyelenggarakan satu bentuk pelayanan pendidikan, yaitu hanya program akselerasi. Pada model ini siswa dapat masuk asrama atau tidak. Keuntungan jika ada asrama adalah waktu belajar lebih panjang, memudahkan kegiatan ekstra kurikuler, jika tidak ada asrama keuntungannya adalah mempermudah untuk berinteraksi dengan sekolah lain. Kelemahan model ini dengan adanya asrama adanya pemisahan dengan keluarga dan harus menyesuaikan diri sedang tanpa asrama kelemahannya timbulnya penilain yang berlebih dari masyarakat sehingga menimbulkan jarak antara siswa akselerasi dengan siswa reguler yang kurang baik. Hal senada juga dijelaskan Utami Munandar bahwa program pendidikan bagi siswa berbakat dapat diselenggarakan diantaranya melalui program akselerasi (percepatan belajar). Program tersebut dapat diselenggarakan berdasarkan pengelompokan anak berbakat di dalam kelas biasa, pengelompokan di dalam kelas khusus untuk waktu-waktu tertentu, atau untuk seluruh waktu pelajaran (pengelompokan di dalam sekolah khusus).[footnoteRef:17] [17: Utami Munandar, Mengembangkan bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia, 1992), 143 ]

D. Kelemahan Setrategi Pembelajaran Akselerasi[footnoteRef:18] [18: Reni Akbar-Hawadi, Perspektif Psikologis Program Akselerasi bagi Anak Berbakat Akademik dalam Reni Akbar-Hadawi (ed), Akselerasi, 8-10.]

1. Kelemahan dalam segi akademika. Bahan ajar yang terlalu tinggi bagi siswa akseleranb. Bisa jadi keemapuan siswa akseleran yang terlihat melebihi temannya hanya bersifat sementarac. Terikat pada keputusan karier lebih dini, sehingga dibutuhkan pelatihan yang mahal biayanya.d. Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialaminya.2. Kelemahan dalam segi penyesuaian sosiala. Sedikit waktu untuk beraktivitas dengan teman sebaya, karena tuntutanprestasi.b. Mengalami hambatan dalam bergaul dengan teman sebayanya.c. Siswa yang lebih tua akan sulit memberikan respek pada siswa akseleran, sehingga dia kehilangan keterampilan kepemimpinan.3. Kelemahan dalam segi emosionala. Siswa akseleran akan mudah frustasi dengan tekanan prestasi yang harus diraih.b. Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi, karena tuntutan prestasi.BAB IIIPENUTUPKesimpulanDari pemparan mengenai pembahasan seputar setrategi pembelajaran akselerasi di atas, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:1. Akselerasi merupakan program pelayanan yang diberikan kepada siswa dengan tingkat keberbakatan tinggi agar dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain (program reguler).2. Beberapa kriteria siswa program akselerasi harus memperhatikan beberapa hal, mulai dari aspek akademik rata-rata nilai harus 8.0, aspek psikologis harus memiliki IQ dalam kategori jenius atau cerdas. Serta menunjukkan surat keterangan sehat, kesediaan calon, dsb.3. Program akselerasi dapat diselenggarakan berdasarkan pengelompokan anak berbakat di dalam kelas biasa, pengelompokan di dalam kelas khusus untuk waktu-waktu tertentu, atau untuk seluruh waktu pelajaran (pengelompokan di dalam sekolah khusus).4. Program aselerasi juga memiliki beberapa kelemahan, baik dari segi akademik, penyesuaian sosial serta penyesuaian emosional, sebagaimana penjelasan di atas.

DAFTAR PUSTAKAAbdurrahman, Hafidz. 2010. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. Bogor. al-Azhar Press.

Alim, Djeniah dan Conny R Semiawan. 2002. Petunjuk Layanan dan Pembinaan Kecerdasan Anak. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hawadi, Reni Akbar. 2004. Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia.

_________. 2001. Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia.

Kamdi, Waras. Kelas Akselerasi dan Diskriminasi Anak, Kompas, 24 dan 26 Juli 2006.

Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia.

Nursisto. 2008. Membumikan Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sadik, M. Kusman, Pendidikan Islam: Bermutu dan Melahirkan Manusia Unggul, al-waie,1-30 Juni 2011.

Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Yusanto, Ismail, dkk. 2011. Menggagas Pendidikan Islami. Bogor: al-Azhar Press.