Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
-
Upload
candra-dewi -
Category
Documents
-
view
387 -
download
6
Transcript of Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
NO. REGISTER
Penting diketahui untuk mengetahui rekam medik pasien, memudahkan dalam mencari
riwayat kesehatan, kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya.
ANAMNESA
Tanggal : (mengetahui tanggal pelaksanaan pengkajian)
Jam : (mengetahui waktu pelaksanaan pengkajian)
Oleh : (mengetahui orang yang melakukan pengkajian)
Tempat : (mengetahui tempat dilakukannya pengkajian)
I. PENGKAJIAN
I.1 Data Subjektif
Adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan klien/ keluarga dan
tim kesehatan berupa keluhan-keluhan tentang masalah kesehatan. (manajemen
kebidanan, pusdiklat, 1996)
a. Identitas
Nama : (Nama klien dan pasangan ditanyakan untuk mengenal dan membedakan
antara klien satu dengan yang lain).
Umur : (perlu diketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan (Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa,
Depkes RI:10), termasuk masalah-masalah yang menyertai dalam
rentang umur tersebut).
Suku/Bangsa : (Suku: perlu diketahui untuk mengidentifkasi kebiasaan/ adat/ budaya
dan karakter masyarakat yang dapat mempengaruhi kesehatan, termasuk
ada tidaknya Herd Immunity/ kekebalan alami suatu kelompok terhadap
penyakit tertentu akibat dari sistem adaptasi tubuh yang sudah terbentuk
secara alami untuk menangkal penyakit tersebut.
Bangsa: berkaitan dengan rhesus, warna kulit dan letak geografis suatu
negara. WNI memiliki Rhesus negatif dan WNA (Eropa) memiliki
Rhesus positif. Adanya rhesus yang berbeda antara ibu dan suami akan
dapat menimbulkan masalah saat kehamilan, apalagi janin memilki
memilki tipe rhesus yang berbeda dengan Ibu, akan dapat menimbulkan
ancaman bagi bayi yang dikandungnya. Warna kulit akan dapat
mempengaruhi kemungkinan penyakit yang dapat diderita, dan letak
geografis akan mempengaruhi anatomis dan fungsional tubuh dan akan
mempengaruhi sebaran penyakit yang diderita).
Agama : (berkaitan dengan keyakinan yang dianut klien dan pasangan yang
mempengaruhi kehidupannya. Dengan mengetahui agama pasien akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan dialam melaksanakan asuhan
kebidanan).
Pekerjaan : (berkaitan dengan tingkat pendapatan dan status sosial klien, yang akan
berpengaruh pada tingkat kesehatan dan gaya hidupnya. Hal ini penting
agar nasehat yang diberikan sesuai dengan kemampuan klien).
Alamat : (mengetahui lingkungan/tempat tinggal klien yang juga berpengaruh
dengan kesehatan)
No.Telepon : (agar tetap bisa menghubungi klien sewaktu-waktu jika diperlukan)
b. Keluhan
(mengkaji keluhan yang dirasakan klien untuk mengidentifikasi adanya tanda bahaya/
masalah pada persalinan).
Keluhan utama ibu persalinan adalah:
1) Ketuban pecah spontan
2) Tekanan rectum, sensasi ingin defekasi selama kontraksi
3) Muntah
4) Bercak atau keluar cairan merah dari vagina
5) Garis ungu memanjang dari anus, mencapai bokong (Hobbs, 1998)
6) Perlambatan DJJ pada puncak kontraksi
Secara umum berikut contoh keluhan yang biasa dialami :
1) Ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering dan bertahan lama.
2) Ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan
3) Keluarnya lendir bercampur berdarah dari jalan lahir
4) Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir jika ketuban
sudah pecah (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1985).
c. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini memungkinkan bidan
untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu, memperkirakan usia
kehamilan saat itu. (Fraser,2009)
Menarche : normalnya 12-16 tahun
Menarche merupakan menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar
dari vagina) yang dialami oleh remaja putri. Ovarium memasuki masa pertumbuhan
cepat pada umur 8-9 tahun, yang menandai mulai timbulnya pubertas. Estrogen mulai
meningkat dengan cepat pada umur kurang lebih 11 tahun. Bersama-sama dengan
produksi estrogen, ciri-ciri seks sekunder mulai timbul. Pubertas berlangsung selama
kurang lebih 4-5 tahun. Daur haid pertama (menarche) terjadi pada akhir pubertas
pada umur kurang lebih 12,5 tahun (Swartz, 1995).
Usia menarche berkaitan dengan adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen terdiri dari genetik dan status gizi pada remaja putri (Maestripieri et
al, 2004). Selain itu, dari faktor eksogen meliputi status sosial ekonomi keluarga,
aktivitas fisik, keterpaparan media massa (televisi, radio, majalah, situs jejaring
sosial) (Brown et al, 2005) yang dapat mempengaruhi kecepatan usia pubertas remaja
yang secara tidak langsung menyebabkan cepatnya usia menarche remaja putri.
Seseorang dikatakan mengalami pubertas prekoks (lebih cepat dari
normal) apabila menarche terjadi dibawah usia 8 tahun da mengalami pubertas tarda
(terlambat) apabila menarche terjadi di atas usia 18 tahun. Kedua keadaan tersebut
merupakan keadaan patologis akibat gangguan kasis hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium (Uche-Nwachi, 2007).
Siklus : normalnya 28/35 hari.
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen
pada ovarium dan uterus.
Di ovarium terjadi dua fase, yaitu fase folikular dan fase luteal:
a.Fase Folikular, umpan balik hormonal menyebabkan kematangan folikel pada
pertengahan siklus dan mempersiapkan untuk ovulasi. Panjang fase folikular kurang
lebih antar 10-14 hari.
b. Fase Luteal, waktu dari ovulasi sampai awal menstruasi, dengan waktu kurang
lebih 14 hari.
Sementara di uterus terjadi dua fase, yaitu fase proliferasi yang terjadi
bersamaan dengan fase folikular di ovarium, dan fase sekretorik yang bersamaan
dengan fase luteal di ovarium. Fase proliferasi merupakan fase pertumbuhan/
penebalan endometrium sebagai persiapan untuk menerima hasil konsepsi. Fase
sekretorik merupakan pengeluaran/sekresi hormon progesterone dan estrogen untuk
mempertahankan ovum yang telah matur untuk dibuahi. Jika dalam 24 jam ovum
tidak dibuahi, maka estrogen da progesterone akan meluruh bersamaan dengan ovum
dan endometrium dalam darah haid (Jane Coad, 2006).
Anamnesa mengenai siklus haid ini untuk mengidentifikasi adanya
kemungkinan kelainan siklus haid pada seseorang. Kelainan siklus tersebut meliputi
polimenorea, oligomenorea, dan amenorea.
Polimenorea merupakan siklus haid yang memendek dari normal, yaitu
kurang dari 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap. Polimenorea dapat
disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan pada proses
ovulasi atau memendeknya fase luteal dari siklus haid. Penyebab terjadinya
polimenorea lainnya adalah adanya kongesti (bendungan) pada ovarium yang
disebabkan oleh proses peradangan (infeksi), endometritis, dan sebagainya.
Oligomenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang
siklus haid normal, yaitu lebih dari 35 hari. Volume perdarahannya umumnya lebih
sedikit dari volume perdarahan haid biasanya.
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus
haid normal (oligomenorea) atau tidak terjadinya haid minimal tiga bulan berturut-
turut. Terjadinya amenorea dan oligomenorea seringkali mempunyai penyebab yang
sama. Amenorea dibedakan menjadi dua jenis.
- Amenorea primer, yaitu tidak terjadinya haid sekalipun pada wanita yang
mengalami amenorea.
- Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid, yang diselingi dengan haid sesekali
pada wanita yang mengalami amenorea.
Lama : normalnya 5 – 7 hari.
Kelainan yang berhubungan dengan banyaknya darah dan lama
terjadinya proses perdarahan haid terdiri atas hipermenorea (menoragia) dan
hipomenorea.
Hipermenorea (menoragia) adalah terjadinya haid yang terlalu banyak
dari normalnya (lebih dari 8 hari). Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan uterus
seperti tumor uterus (mioma uteri) dengan permukaan endometrium uteri yang lebih
luas dari biasanya, gangguan kontraksi uterus, adanya polip endometrium uteri, dan
gangguan pelepasan lapisan endometrium uteri pada saat terjadinya perdarahan haid
(irregular endometrial shedding).
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya,
tetapi tidak mengganggu fertilitas. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan
hormonal endokrin dan kelainan uterus. Penanganannya adalah pemberian
konseling psikoterapi dan penenangan diri.
Teratur/tidak
Anamnesa untuk mengetahui keteraturan haid diperlukan untuk
mengetahui tingkat fertilitas (kesuburan) seseorang. Infertilitas (ketidaksuburan)
dapat disebabkan oleh kegagalan berovulasi, yang dikenal sebagai anovulasi, atau
tidak memadainya fungsi korpus luteum. Kedua keadaan ini dapat terjadi terjadi
pada wanita dengan perdarahan haid siklis. Oleh karena itu fakta bahwa seorang
wanita mendapat haid tidak menunjukkan fertilitasnya. Wanita dengan gejala
infertilitas meliputi siklus haid yang tidak teratur, pernah menderita penyakit
kelamin, sedang/pernah menjalani pemeriksaan untuk penyakit tiroid, dan pernah
meminum obat untuk meningkatkan kesuburan (Swartz, 1995).
Masa subur dapat diperhitungkan pada siklus menstruasi yang teratur,
dan siklus menstruasi yang teratur dapat menunjukkan bahwa faal ovarium cukup
baik (Manuaba, 2007).
Banyaknya : normalnya 2 – 3 pembalut/hari
Jumah darah haid biasanya sekitar 50 hingga 100 ml selama periode (3-5
hari). Jumlah darah haid yang dikeluarkan biasanya belum begitu banyak pada hari
pertama, dan baru bertambah banyak pada hari kedua, sesudah itu, banyaknya haid
tersebut berangsur-angsur berkurang.
Anamnesa mengenai banyaknya darah haid untuk mengkaji apakah ada
kelainan volume darah yang dikeluarkan atau tidak. Kelainan volume darah yang
keluar saat haid disebut sebagai menorrhagia. Gangguan tersebut ditandai dengan
haid yang tidak teratur, darah haid yang sangat banyak (lebih dari 80 ml) dan haid
lebih dari 8-10 hari, atau siklus haid yang pendek (setiap 21 hari). Penyebabnya
adalah infeksi penyakit kelamin, komplikasi dari kehamilan, penyakit kronis,
trauma, konsumsi obat-obatan tertentu, gangguan hormon atau kanker.
Sifat darah : darah haid berwarna merah, encer, tidak membeku, terkadang
membeku jika banyak. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1985)
Darah bersifat encer dan tidak membeku dikarenakan darah haid tidak
mengandung fibrin sehingga tidak membeku. Jika aliran darah haid banyak sekali,
seperti pada hari 1-2, mungkin ada bekuan darah (gumpalan darah).
Bekuan/gumpalan tersebut bukan merupakan fibrin tetapi merupakan kombinasi sel
darah merah, glikoprotein, dan zat mukoid yang dianggap terbentuk di dalam
vagina bukan di dalam rongga uterus. Warna merah disebabkan adanya sel darah
merah yang ikut keluar saat haid (Farrer, 2001).
Dismenorrhoea : normalnya sebelum/ saat/ setelah haid.
Beberapa perempuan mengalami sakit dank ram saat haid berlangsung.
Rasa sakit biasanya terjadi terjadi di perut bagian bawah. Ada dua jenis
dismenorrhea, yaitu dismenorrhea primer dan sekunder.
Apabila rasa sakit tidak disertai adanya riwayat infeksi pada panggul atau
keadaan panggul normal, gejalanya ditandai dengan ingin muntah, mual, sakit
kepala, nyeri punggung, dan pusing maka dinamakan dismenorrhea primer.
Namun jika rasa sakit juga disebabkan oleh peradangan pada panggul,
struktur panggul yang tidak normal, perlekatan jaringan dalam panggul,
endometriosis, tumor, polip, kista ovarium dan penggunaan alat kontrasepsi IUD,
maka jenis ini dinamakan dismenorrhea sekunder (Farrer, 2001).
Fluor albus : normalnya tidak berbau, tidak berwarna dan tidak gatal.
HPHT : menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan (sebagai patokan
apakah klien melahirkan at term atau tidak. Bila hari pertama haid terakhir
diketahui maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
dengan rumus Nagel (hari + 7, bulan – 3, tahun + 1)
d. Riwayat Obstetri Lalu
No
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
K
e
t
Sua
mi
ke
Anak
keUK
Pen
yul
Pen
olJenis
Peny
ul
Tm
ptSeks
PB/
BB
hid
upmati
Lama
me
neteki
pen
yul
(mengetahui berapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus, jika sudah pernah
melahirkan, usia anak terkecil ditanyakan untuk mengetahui jarak kelahiran)
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan ke…… dan UK….minggu.
Keluhan pada trimester I…., trimester II….., trimester III……, klien kontrol kehamilan
(ANC) di…… ,……kali. Pergerakan anak pertama kali pada UK… minggu, dan gerak
janin terakhir pada jam ….imunisasi TT sebanyak …. kali, status emosional ……, HE yang
sudah didapat……… , dan obat-obatan yang sudah didapat…..
f. Riwayat KB
Metode KB terakhir yang digunakan klien sebelum hamil terakhir.
g. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien
Klien pernah sakit apa saja. Apakah klien dulu pernah menderita penyakit menurun seperti
jantung, hipertensi, asma diabetes mellitus, ginjal, hepatitis, dan TBC, maupun penyakit
menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV AIDS. Apakah klien dulu pernah operasi.
(untuk mengetahui riwayat penyakit yang akan berpengaruh pada proses persalinan).
Penyakit apa saja yang diderita klien sekarang. (mengetahui penyakit yang menyertai klien
selama persalinan).
Jantung
Menurut Sarwono, 2005, tanda dan gejala adanya penyakit jantung yang berat
(Dekompensasi kordis) yaitu bising diastalik, peristaltik, bising jantung terus-
menerus, kordiomegali, aritmia berat, bising jantung nyaring terutama bisa disertai
thrill.
Hipertensi
Menurut Manuaba, 1998, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi essensial dan
hipertensi ganas. Hipertensi essensial jika tekanan darah 140/90 – 160/100. hipertensi
TD systole > 200 mmHg.
Ginjal
Menurut Rostam Mochtar, 1998, ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah
kering, plyun, hipertensi, proteinun, nokturia.
Hepatitis
Menurut Sarwono, 2005, hepatitis venis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu.
Asma
Menurut Sarwono, 2005, gejala asma biasanya penderita mengeluh nafas pendek,
berbunyi, sesak dan batuk-batuk.
Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah “3P” yaitu polydipsia,
polyphagia dan polyuria.
TBC
Menurut Sarwono, 2005, tanda dan gejala penyakit TBC adalah batuk-batuk yang
lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-
kadang batuk darah dan sakit di dada.
h. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi menurun atau
menular kepada ibu dan bayi, meliputi penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes
mellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli.
Menurut manuaba, 1998, gemelli juga dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur
dan paritas.
i. Riwayat Psikososial dan Budaya
Riwayat Perkawinan
1. Berapa kali menikah
2. Usia pertama kali menikah (suami dan istri)
3. Lama pernikahan
Bagaimana respon pasien dan keluarga terhadap kodisi kehamilan klien saat ini.
(Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan sosial klien,
serta mengetahui apakah bayi yang dilahirkan termasuk HSVB (High Social Value
Baby) atau tidak.
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan
1. Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak.
3. Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang
mengganggu kehamilan ibu.
j. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola nutrisi
Terakhir makan: (meliputi waktu terakhir makan, jumlah, dan jenis makanan yang
dimakan ibu).
Terakhir minum: (meliputi waktu terakhir minum, jumlah, dan jenis minuman yang
diminum ibu).
(Untuk memperkirakan besarnya intake ibu menjelang persalinan sebagai cadangan
energi ibu untuk meneran).
Pada saat hamil, peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari,
konsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, cukup cairan (minum), buah-
buahan, dan sayur-sayuran. Ibu sebaiknya mengurangi konsumsi lemak dan minyak
karena susah dicerna oleh tubuh sehingga dapat menyebabkan mual. Ibu lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan tinggi serat untuk mengurangi
obstipasi. Minum air putih yang cukup, ± 8 gelas perhari (±2 L/hari). Pengaturan pola
makan saat hamil selain penting untuk kesehatan ibu dan perkembangan janin, juga
penting untuk kelancaran proses persalinan (Hulme Hunter, 2005).
2. Pola Eliminasi
Meliputi waktu terakhir ibu BAB dan BAK.
3. Pola istirahat tidur
Ibu terakhir tidur pada pukul berapa dan berapa lama (untuk menentukan
status istirahat terakhir ibu yang juga merupakan cadangan energi sebelum melahirkan).
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk istirahat cukup dimalam hari 6-8 jam dan
1-2 jam disiang hari (Hulme Hunter, 2005).
4. Pola aktivitas
Pola aktivitas ibu sehari – hari menjelang persalinan, aktivitas terakhir apa dan
jam berapa, yang dilakukan ibu sebelum mendapati tanda-tanda persalinan.
Selama kehamilan, ibu boleh beraktivitas normal tetapi tidak berlebihan dan
terlalu memaksa, sebaiknya ibu berhenti jika ibu mulai merasa lelah. Lama
beraktivitas untuk ibu hamil adalah maksimal 8 jam/ hari (Hulme Hunter, 2005).
5. Pola Aktivitas Seksual
Kapan terakhir kali ibu melakukan hubungan seksual.
Pada akhir kehamilan, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan (Sarwono, 2009). Apabila ketuban pecah koitus
dilarang karena dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan janin, selain itu koitus
dapat menyebabkan kontraksi uterus karena zat prostaglandin yang terkandung dalam
sperma dapat menyebabkan kontraksi sehingga dapat terjadi partus prematur (Rustam,
Mochtar, 1998).
6. Pola personal hygiene
Kapan ibu terakhir mandi, ganti pakaian dan celana dalam.
Kebersihan diri terutama lipatan kulit, ketiak, buah dada, dan daerah genetalia
dengan cara dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan (Jane Coad, 2006).
7. Pola Kebiasaan
Merokok :
Alkohol :
Narkoba :
Obat-obatan :
Jamu-jamuan :
Binatang peliharaan :
Pantangan makanan :
Adat/ budaya masyarakat menjelang persalinan:
1.2 Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi, maupun pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum: Baik/ jelek
Tanda-Tanda Vital (Jane Coad, 2006):
Tekanan Darah
Tekanan darah normal antara 100/60, 140/90 mmHg
Nadi
Normalnya antara 80-110 x/mnt
Respiration Rate (RR)
Pernafasan normal 16-24x/menit. Bila lebih dari 24x/menit menandakan adanya
takipnea.
Suhu
Suhu normal 36,10C – 37,60C, suhu tubuh > 37,60C dikatakan demam dan perlu
dicurigai adanya infeksi.
Berat Badan
Peningkatan BB normal total selama kehamilan adalah 12,5 kg. atau kita bisa hitung
dengan menggunakan BMI (Fraser, 2009).
Tinggi Badan
Ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm, kemungkinan mempunyai panggul sempit
(Fraser, 2009).
Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang (Hulme Hunter, 2005).
b. Pemeriksaan Fisik (data fokus)
Muka/ Wajah
Wajah tidak ada oedema, tidak ikterus, conjungtiva merah muda, dan sklera
putih.
Mulut
Bibir tidak pucat, gigi tidak caries.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
dan tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara
Tidak ada pembesaran, simetris, puting susu menonjol, bersih, konsistensi
lunak, ada pengeluaran colostrum.
Abdomen/ uterus
Terdapat linea nigra, striae gravidarum, dan tidak ada luka bekas SC maupun
operasi lain.
Pemeriksaan Leopold, dilakukan dengan palpasi, meliputi palpasi Leopold I-IV
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Leopold I
Alasan : untuk mengetahui tuanya kehamilan dan bagian apa yang
terdapat di fundus. Normal : teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting,
mengetahui TFU dan TBJ.
Tabel 4. KriteriaTFU menurut usia kehamilan
TFU Umur Kehamilan (minggu)
3 jari atas simfisis 12
Pertengahan pusat - simfisis 16
3 jari bawah pusat 20
Setinggi pusat 24
3 jari atas pusat 28
Pertengahan pusat – px 32
3 jari bawah px 36
Pertengahan pusat – px 40
Mengukur TFU dengan metline pada UK > 22 minggu. Rumus
perkiraan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm (Mac Donald):
Tinggi Fundus Uteri = Tuanya kehamilan dalam bulan
3,5
Tabel 5. Perkiraan Usia Kehamilan berdasarkan TFU dalam cm
TFU dalam cm Usia Kehamilan
20 5 bulan
23 6 bulan
26 7 bulan
30 8 bulan
33 9 bulan
Rumus Johnson Tausak (untuk mengetahui TBJ)
Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk PAP / divergen, TBJ
= (TFU – 11) x 145
Bila baian terendah janin sebagian kecil sudah masuk PAP / sejajar, TBJ =
(TFU – 12) x 145
Bila bagian terendah janin belum masuk PAP / konvergen, TBJ= (TFU – 13)
x 145
Caranya : pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian janin dalam fundus, konsistensi uterus
b. Leopold II :
Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada disamping kiri
dan kanan uterus ibu.
Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba bagian
keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba bagian
kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan pada letak yang lain.
c. Leopold III :
Menentukan bagian terendah janin dan apakah bagian terendah tersebut
sudah masuk PAP atau belum (Posisi tangan petugas konvergen, divergen
atau sejajar)
d. Leopold IV :
Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas pinggul
Menurut WHO, penurunan bagian terendah/terbawah dengan metode lima
jari perlimaan (buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, 2002).
Periksa luar Periksa dalam Keterangan
Kepala di atas pintu atas
panggul, mudah
digerakkan
HI – H II
Sulit digerakkan : bagian
terbesar belum masuk
panggul
H II – H III
Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
H III +
Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
H III – H IV
Kepala berada di dasar
panggul
H IV
Kepala sudah berada di
perineum
- Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
DJJ harus diantara 110-160 x/menit. Sedangkan menurut Asuhan Persalinan
Normal, 2008, kisaran normal DJJ adalah 100-180x/ menit, namun sebaiknya
bidan harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120x/ menit atau di atas
160x/ menit.
Ekstremitas Atas/ Bawah
- Oedema : -/-
- Varices : -
Menurut Manuaba, 1998, varices merupakan pembesaran dan pelebaran
pembuluh darah yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vagina,
paha, tungkai bawah.
Menurut Pusdiknas, 2000, oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena
terganggu akibat terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul.
- Refleks patella : +/+
Menurut Depkes RI, 2000, dianggap normal jika tungkai bawah akan bergerak
sedikit ketika tendon diketuk. Menurut pusdiknakes, 1993, bila refleks patella
negatif, kemungkinan pasien kekurangan vitamin B1. Pemeriksaan ini akan
sangat berguna jika menghadapi pasien dengan preeklamsia atau eklamsi.
Karena reflek patella akan digunakan untuk syrat pemberian terapi SM.
Genetalia
a. Vulva dan Vagina
- Oedema : tidak
- varices : tidak
- bartholinitis : tidak
- pembesaran kelenjar skene : tidak
Menurut Sarwono, 1999, adanya hipervaskulonisasi mengakibatkan vagina
dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan, tanda Chadwick. Pada
wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.
Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal).
b. Perineum
Ada atau tidaknya bekas luka episiotomy/robekan/sikatrik
Anus
- Anus: tidak ada hemorrhoid
Menurut Sarwono, 2005, wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi
pelebaran vena haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal
karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Dalam (VT)
Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan pemeriksaan langsung pada
jalan lahir.
Tanggal : jam : oleh :
1. adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum
2. Pembukaan : 1-10 cm (evoluasi tiap 4 jam)
1) Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam
2) Pada multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam
3. penipisan / effacement
4. Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih
5. Presentasi : kepala
6. Denominator : UUK depan
7. adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi ganda)
8. Hodge : I – II
Pemeriksaan lain yang dibutuhkan.
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH, DAN KEBUTUHAN
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada klien
Diagnosa Aktual :
G… PAPIAH, usia kehamilan, tunggal, hidup, letak, intrauterine, kesan jalan lahir normal,
keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I atau kala II.
Masalah : masalah yang muncul berdasarkan hasil pemeriksaan
Kebutuhan : penanganan yang dibutuhkan ibu berdasarkan masalah yang muncul.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang
dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
V. RENCANA TINDAKAN
a. Kala I
1. Fase laten
1) Tujuan
Untuk mengetahui batas waktu normal pembukaan 0 sampai 4, normalnya pada
primipara, 12 jam dan pada multipara 8 jam (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
2) Kriteria Hasil
(1) Fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam kontraksi mulai teratur
tetapi lamanya masih diantara 20-40 detik atau lebih dari 40 detik.
(Asuhan Persalinan Normal, 2007)
(2) Keadaan ibu
ku : baik
kesadaran : composmentis
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
RR : 16-24 kali per menit
Suhu : 360 – 370C
Nadi : 76-88 x/menit
Pembukaan : 1-4 cm
(3) Keadaan bayi
DJJ normal : 110 x/mnt
Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.
3) Rencana Kala I fase laten
(1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.
(2) Jaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan orang tanpa
setahu ibu dan membuka bagian tubuh ibu seperlunya.
R/ Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat proses
persalinan.
(3) Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi dukungan dan mengajari
ibu untuk menarik nafas panjang saat ada kontraksi.
R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak kaku
dalam menjalani persalinan.
(4) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi-posisi nyaman
R/ Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya vena cavainferior sehingga
memperlancar sirkulasi darah ibu.
(5) Penuhi kebutuhan makan, minum dan support
R/ Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan
nyaman ibu.
(6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan sedikitnya 2 jam.
R/ Kandung kemih penuh dapat menghalai penurunan kepala janin.
(7) Sarankan ibu untuk berjalan-jalan di area
R/ Dengan mobilisasi dapat membantu mempercepat penurunan bagian
terendah janin dan mengurangi nyeri dan cemas pada ibu.
(8) Lakukan observasi fase laten di lembar observasi
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi setiap 30-60 menit,
DJJ setiap 1 jam, kontraksi setiap 1 jam, pembukaan serviks setiap 4 jam,
penurunan setiap 4 jam.
R/ Kemajuan persalinan pada fase laten ditulis dilembar observasi sehingga
diketahui perkembangan kondisi ibu dan janin.
Lembar Observasi Kala I
untuk fase laten maupun aktif perlu diobservasi dalam lembar observasi
Fase aktif bisa langsung di partograf
Tgl / jam HIS Lama DJJ TD Nadi Suhu RR Ket
a. Fase aktif
1) Tujuan
Untuk mengetahui batasan waktu normal pembukaan 4 sampai lengkap.
2) Kriteria hasil
(1) Fase aktif akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multigravida) dan terjadi
penurunan bagian terendah janin. (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
(2) Keadaan ibu
ku : baik
kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 110/70 – 120/80 mmHg
Respiration Rate : 16-24 kali per menit
Suhu : 360 – 370C
Nadi : 76-88 x/menit
Pembukaan : 4-10 cm
(3) Keadaan bayi
DJJ normal : 110 – 160 x/mnt
Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.
3) Rencana kala I Fase aktif
(1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.
(2) Jaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan orang tanpa
setahu, membuka seperlunya.
R/ Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat proses
persalinan.
(3) Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi dukungan dan
mengajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada kontraksi.
R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak kaku
dalam menjalani persalinan.
(4) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi yang nyaman
R/ Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya VCI sehingga sirkulasi darah
ibu lancar.
(5) Penuhi kebutuhan makan, minum dan support
R/ Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan
nyaman ibu.
(6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan minimal 2 jam.
R/ Blost penuh menghalagi penurunan kepala janin.
(7) Siapkan portus set dan obat-obatan yang diperlukan.
R/ Kelengkapan dan kesiapan alat-alat persalinan dapat mengurangi
keteledoran yang dapat terjadi.
(8) Observasi fase aktif di partograf
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi setiap 30-60 menit,
DJJ setiap 30 menit, kontraksi tiap 30 menit, pembukaan serviks setiap 4
jam, penurunan setiap 4 jam.
R/ Dengan menggunakan partograf, kemajuan persalinan dapat diketahui
sesegera mungkin serta menghindari adanya keterlambatan merujuk.
(9) Libatkan keluarga atau suami dalam proses persalinan
R/ Asuhan sayang ibu dalam melibatkan keluarga dapat memberikan rasa
aman dan nyaman sehingga persalinan lancar.
(10) Apabila pembukaan lengkap dan tanda gejala kala II muncul sediakan alat,
keluarga dan diri, kemudian segera pmpin persalinan.
R/ Pimpinan persalinan yang benar akan mempercepat proses persalinan dan
mengurangi komplikasi yang terjadi.
b. Kala II
1. Tujuan
Proses dimulai dari mengejan pada pembukaan lengkap sampai baik lahir tidak
boleh lebih dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi).
2.Kriteria Hasil
Lama persalinan kurang dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi). Bayi lahir spontan
belakang kepala, keadaan ibu dan bayi baik.
1) Keadaan ibu
TTV = TD : 110/60 – 140/90 mmHg RR : 16-24 x/menit
S : 360C– 370C
N : 55-90 reguler/mnt
Kontraksi : his adekuat (+ 3 x dalam 10 menit) lama 40-60 detik.
2) Keadaan janin
AS = 7-10
APGAR SCORE
No Kategori 1 menit 5 menit
1 Frekuensi jantung
2 Pernafasan
3 Warna kulit
4 Tonus otot
5 Reflek terhadap rangsangan
(1)Bunyi jantung > 100 x/menit
(2)Usaha bernafas spontan dan menangis 30 detik setelah lahir
(3)Warna seluruh badan merah muda.
(4)Tonus otot pergerakan aktif
(5)Reflek moro baik, reflek menghisap baik
3. Rencana Kala II
1) Jelaskan hasil periksaan kepada ibu.
R/ Informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan.
2) Pimpin persalinan saat ada his, maksimal selama 2 jam pembukaan
lengkap
R/ Pada primipara kala II harus berlangsung maksimal 2 jam.
3) Berikan dukungan dan dampingi ibu
R/ Dengan dukungan dan pendamping, ibu merasa lebih aman dan nyaman
sehingga mempercepat persalinan.
4) Berikan ibu minum manis/asupan diantara 2 his
R/ Menegah dehidrasi, dan memberikan tambahan energi
5) Anjurkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisien, mengikuti dorongan
alamiah
R/ Cara meneran yang baik memperlancar proses persalinan
6) Anjurkan pada ibu posisi yang nyaman untuk meneran
R/ Posisi yang nyaman dan benar dapat memperlancar proses persalinan
7) Anjurkan ibu untuk beristirahat / relaksasi sat tidak ada his
R/ Dengan teknik relaksasi yang benar dapat menghemat tenaga ibu
8) Observasi kondisi ibu dan bayi, dan dokumentasikan hasilnya dalam lembar
observasi.
R/ Dengan lembar observasi, dapat diketahui kapan pembukaan lengkap dan
bayi lahir serta tindakan yang dilakukan termasuk penilaian terhadap BBL.
Lembar Observasi Kala II
Tgl/ jam Keterangan
4. Langkah – langkah memimpin persalinan
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi, saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120-160x/ menit).
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontaksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arcus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
dan jari-jari lainnya).
25. Lakukan penilaian (selintas) pada bayi
26. Keringkan tubuh bayi
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
30. Setelah dua menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tegangan dorso kranial).
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau
tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi/ robekan pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri salep mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuscular dip aha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B
dipaha kanan anterolateral.
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50C)
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu dalam kondisi yang nyaman.
55. Dekontaminasikan alat yang terkontaminasi setelah membersihkan ibu.
56. Celupkan sarung tangan dan lepas dalam posisi terbalik.
57. Mencuci semua peralatan yang telah didekontaminasi, kemudian
mengeringkan untuk kemudian di sterilisasi.
58. Mencatat hasil observasi dan asuhan yang diberikan dalam partograf.
c. Kala III
1.Tujuan
Untuk menghasilkan kontraksi yang efektif saat placenta lahir, sehingga dapat
memperpendek waktu pada kala III dan mengurangi perdarahan dalam waktu 30
menit.
2. Kriteria hasil
1) Plasenta lahir lengkap tidak lebih dari 30 menit
2) Kontraksi uterus baik, keras (glabuler)
3) Jumlah perdarahan < 500 cc
4)TTV : N : Normal : 80-110 x/menit
S : Normal : 360-370C
RR : Normal : 16-24 x/menit
TD : Normal : 110/70 – 140/90 mmHg
3.Rencana kala III
Lakukan manajemen aktif kala III meliputi :
Berikan oksitosin 10 IU IM 2 menit setelah bayi lahir. Lakukan penegangan tali
pusat terkendali.
1) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit apda waktu kala II pada tali pusat kira-
kira 5-10 cm dan vulva.
2) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat di atas tulang pubis, ini
bertujuan untuk meraba kontraksi uterus. Menahan uterus pada saat PTT.
Setelah ada kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat lalu tangan kiri menekan
korpus uteri ke arah dorso kranial. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari
inversion uteri.
3) Bila placenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi kuat kira-kira 2-3 menit.
4) Pada saat uterus berkontraksi, uterus mulai menjadi bulat dan tali pusat
bertambah panjang, tegangkan kembali tali pusat kearah bawah dengan hati-hati
bersamaan dengan itu lakukan penekanan uterus ke arah dorsokra niat hingga
plasenta lepas dari implantasinya.
5) Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran sedikit dan tangan kanan
menarik tali pusat ke arah bawah. Kemudian ke atas hingga plasenta tampak
pada vulva kira-kira separuh, kemudian pegang dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah jarum jam sehingga selaput plasenta terpilih.
6) Tangan kanan memeriksa plasenta dan tangan kiri memasase perut ibu.
7) Setelah plasenta lahir, memeriksa kontraksi uterus
8) Lakukan penjahitan apabila terdapat robekan jalan lahir
9) Masase perut ibu dan ajarkan ibu serta keluarga teknik masase.
10) Mengukur darah yang dikeluarkan dan bersihkan ibu.
11)Buang alat-alat bekas pakai dan masukkan dalam larutan klorin 0,5 %
12) Bereskan alat-alat kedalam tempat yang disediakan
13) Dokumentasikan semua hasil yang ditemukan dalam lembar observasi. Hal ini
untuk mengetahui lamanya kala uri dan keadaan plasenta serta tindakan yang
dilakukan
Lembar Observasi Kala III
Tgl / jam Keterangan
d. Kala IV
1. Tujuan
Setelah 2 jam post partum tidak terjadi komplikasi.
2. Kriteria Hasil
1) Perdarahan < 500 cc
2) Kontraksi keras
3) TFU 1-2 jari dibawah pusat
4) TTV : N : 76-80 x/menit
T : 360-370C
RR : 16-24 x/menit
TD : 110/70 – 140/90 mmHg
3. Rencana Kala IV
1) Lanjutkan observasi kontraksi uterus dan pendarahan
(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama persalinan
(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama persalinan
(3) Setiap 30 menit pada 1 jam kedua persalinan
(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk penatalaksanaan karena atonia uteri.
R/ Dua jam pertama merupakan saat-saat yang memerlukan perhatian khusus
sehubungan dengan adanya komplikasi kala III.
2) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
R/ Vulva hygiene dan personal hygiene bagi ibu.
3) Periksa tekanan darah, suhu, nadi dan kandung kemih
R/ Untuk mengetahui perkembangan kondisi ibu dan memastikan tidak terjadi
komplikasi atau resiko potensial komplikasi.
4) Masase perut ibu dan anjurkan keluarga tentang teknik masasse
R/ Pemantauan terhadap kontraksi uterus diperlukan untuk menghindari
bahaya komplikasi dan waspada kemungkinan atonia.
5) Mengukur darah keseluruhan yang dikeluarkan
R/ Pengeluaran darah > 500-600 cc tanda terjadi HPP
6) Ajarkan ibu cara menyusui anaknya
R/ Kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah persalinan.
7) Berikan makanan dan minuman pada ibu
R/ Mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah
persalinan.
8) Ajarkan ibu untuk mobilisasi dini di tempat tidur seperti miring l ke kanan
dan ke kiri
R/ Mobilisasi penting untuk mempercepat penyembuhan luka pasca
persalinan dan mencegah trombosis vena.
9) Dokumentasikan semua hasil yang ditemukan (khususnya dalam 2 jam PP)
dalam lembar balik partograf.
R/ Hal ini untuk mengetahui hasil pemantauan keadaan ibu setelah bersalin
Lembar Observasi Kala IV
Jam
ke
Wakt
u
TD
(mmHg)
N
(x/mnt
)
Suhu
(0C)TFU
Kontraksi
Uterus
Kandung
KemihPerdarahan
I
II