KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM PERSPEKTIF...
Transcript of KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM PERSPEKTIF...
KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM
PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM
(STUDI PADA LKS BERKAH MADANI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
SYARAH SEPTIANA NIM : 104046101699
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I’A H
P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1429 H/ 2008 M
KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM
PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM
(STUDI PADA LKS BERKAH MADANI)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
SYARAH SEPTIANA
NIM : 104046101699
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Dr. JM. Muslimin, MA NIP: 150 312 427
Pembimbing II
A.M. Hasan Ali, M.A NIP: 150 370 226
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I’ A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1429 H/ 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM
PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM (STUDI PADA LKS BERKAH
MADANI) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Nopember 2008.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 8 Nopember 2008
Mengesahkan,
Dekan
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (………………) NIP. 150 210 422 Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. MH (………………) NIP. 150 318 308 Pembimbing I : Dr. JM. Muslimin MA (………………) NIP. 150 312 427 Pembimbing II : A.M. Hasan Ali M.A. (………………) NIP. 150 370 226
Penguji I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (………………) NIP. 150 165 257 Penguji II : Dr. Yayan Sofyan, MA (………………) NIP. 150 228 413
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 18 September 2008
Syarah Septiana
بسم اهللا الرحمن الر حيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Konsep dan Aplikasi Franchise Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam:
Studi Pada LKS Berkah Madani” sebagai bagian dari tugas akademis di Program
Studi Muamalat Perbankan Syari’ah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Salawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia,
kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak
terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih yang
tak terhinngga kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah mencurahkan baktinya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dr. Euis Amalia, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Ah. Azharuddin
Lathif, M. Ag, MH, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan
pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan
skripsi ini.
3. Dr. JM. Muslimin MA, dan A.M. Hasan Ali M.A. selaku pembimbing skripsi
yang telah selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan nasehat kepada penulis, sehingga penuilis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya
kepada penulis selama di bangku kuliah.
5. Pihak PT. Berkah Madani, Bapak Abdi Irawan dan LKS Berkah Madani, Bapak
Ir. H. Zainal Zayadi beserta staf yang telah banyak membantu penulis dalam
memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Rasa Ta’zim dan Terima Kasih yang tak terhingga kepada Mama, Letti
Zochrahayati dan Papa, Syaiful Muchtar tercinta yang tak kenal lelah berjuang
dan berkorban untuk memberikan yang terbaik, perhatian serta cinta dan kasih
sayang yang tak pernah habis. Setiap untaian doa yang beliau panjatkan
merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai
masa depan.
7. Keluargaku tersayang, adikku Hayya Azzachra, Aa Evan Hamzah Muchtar SE,
dan Teh Siti Muchlisoh S.Pdi, yang memotivasi untuk segera menyelesaikan
skripsi dan bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran.
8. Keluarga kedua ku, Bi Lela, Om, Dimas, Laras, Mbak Uti, terima kasih atas doa
dan pengertiannya.
9. Kakakku, Muamar S.Hi, terima kasih atas kasih sayang, kesabaran, motivasi, dan
saran-sarannya.
10. Teman-teman Mahasiswa Perbankan Syariah 2004 terutama kelas D si “bocah
rusuh” yang selalu memberikan kebersamaan, tawa canda yang akan selalu
berbekas di hatiku dan akan selalu kurindukan. Teruntuk sahabat-sahabat
terbaikku Umaira, Neng, Yana, Chammi. Terima kasih atas semuanya, atas doa
dan semangat yang diberikan kepada penulis.
Semoga amal dan jasa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima di
sisi Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang melimpah. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
umumnya.
Jakarta, 18 Ramadhan 1429 H 18 September 2008 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Metode Penelitian 8
E. Tinjauan Kajian Terdahulu 10
F. Sistematika Penulisan 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aspek Umum Mengenai Franchise 15
1. Pengertian Franchise 15
2. Elemen-elemen Pokok dalam Franchise 17
3. Jenis-jenis Franchise 18
a. Waralaba Produk dan Merk Dagang 18
b. Waralaba Format Bisnis 19
4. Aspek-aspek Pembiayaan dalam Franchise 21
B. Hukum Ekonomi Islam sebagai Pedoman Perekonomian Umat 23
1. Konsep Ekonomi Islam 23
2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam 26
3. Prinsip Usaha Bisnis Islami 32
C. Franchise dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam 36
1. Tinjauan dalam Aspek Hak Cipta 36
2. Tinjauan dalam Aspek Kemitraan Usaha 39
3. Tinjauan dalam Aspek Royalty Fee 42
BAB III PROFILE LKS BERKAH MADANI
A. Sejarah Pendirian LKS Berkah Madani 46
B. Visi, Misi dan Tujuan LKS Berkah Madani 49
C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani 51
D. Produk dan Layanan LKS Berkah Madani 52
1. Produk Penghimpunan Dana 53
2. Produk Penyaluran Dana 54
E. Ketentuan Umum Perjanjian Franchise LKS Berkah Madani 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Aplikasi Franchise pada LKS Berkah Madani 59
1. Persyaratan Kerjasama Franchise 59
2. Mekanisme Franchise pada LKS Berkah Madani 61
3. Biaya-Biaya Franchise LKS Berkah Madani 66
4. Prospek Franchise LKS Berkah Madani 69
5. Resiko Franchise LKS Berkah Madani 71
B. Analisis Aplikasi Royalty Fee pada LKS Berkah Madani 72
C. Inovasi dalam bisnis Franchise yang dilakukan oleh LKS 75
Berkah Madani
D. Keunggulan dan Kelemahan Franchise bagi Franchisee 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 78
B. Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 81
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Pembimbing
Lampiran 2 Surat Permohonan Data / Wawancara
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 Surat Perjanjian Kerjasama
Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Manajer LKS Berkah Madani Cimanggis
Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Direktur PT. Berkah Madani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Waralaba sebagai suatu bentuk pengembangan usaha telah mendapat
perhatian dari Warren J Keegen. Sebagaimana dikutip oleh Gunawan Widjaja,
bahwa para pengusaha yang bermaksud mengembangkan usahanya secara
internasional dapat melakukan beberapa macam pilihan cara, dari yang paling
sederhana hingga yang paling kompleks. Secara singkat dikatakan oleh Keegen
bahwa ada lima macam cara pengembangan usaha, yaitu melalui: perdagangan
internasional dengan cara impor-ekspor, dengan pemberian lisensi, melakukan
franchising (pemberian waralaba), membentuk perusahaan patungan (joint
venture), melakukan penanaman modal langsung (foreign direct investment)
dengan kepemilikan yang menyeluruh atau melalui merger, konsolidasi, maupun
akuisisi.
Franchise atau waralaba bukanlah suatu industri yang baru dikenal, meskipun
legalitas yuridisnya baru dikenal di Indonesia pada tahun 1997 dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No.16 Tahun 1997 Tanggal 18 Juni
1997 tentang Waralaba, dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
RI No.259/MPP/KEP/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Pendaftaran Usaha Waralaba.1
Konsep waralaba muncul sejak 200 SM. Pada masa itu sebuah rantai toko
makanan di Tiongkok menerapkan konsep distribusi dengan sistem waralaba
lisensi produk/merek. Era modern waralaba berkembang di Amerika Serikat pada
tahun 1863 yang dilakukan perusahaan jahit Singer dan kemudian diikuti Coca
Cola pada tahun 1899.
Di Indonesia waralaba mulai berkembang pada tahun 1950-an dengan
munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.2 Perkembangan
kedua dimulai pada tahun 1970-an. Adalah pengusaha Es Teler 77 yang pertama-
tama mempopulerkan lembaga waralaba di Indonesia. Bersamaan itu pula
masuklah waralaba asing di Indonesia yang dirintis oleh restoran fast food seperrti
KFC, Shakey Pizza, Pizza Hut, dan Pioner Fried Chicken. Setelah itu,
perkembangan waralaba seolah tak terbendung lagi. Jenisnya tidak lagi terbatas
hanya pada makanan, tapi juga merambah sektor hotel, pendidikan, kerajinan,
bisnis center, salon, retail, laundry, dan lain-lain.3
Lembaga keuangan mikro pun mulai menggunakan sistem franchise dalam
mengembangkan jaringannya. Hal ini adalah langkah yang fenomenal mengingat
1 Gunawan Widjaja, Waralaba, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h.1-2 2 http://www.mitrawaralaba.com, diakses pada 7 Juli 2008
3 Darmawan Budi Suseno, Waralaba; Bisnis Minim Resiko Maksim di Laba, (Yogyakarta,
Pilar Humania, 2005), h.1-2
belum ada BMT yang melakukan bisnis Franchising di Indonesia. Seperti yang
dilakukan oleh BMT Berkah Madani.
BMT yang berkantor pusat operasional di Depok ini didirikan oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat yang bernaung dibawah badan hukum dari akte
notaris atas nama Koperasi Serba Usaha (KSU) BERKAH MADANI
SEJAHTERA yang perduli terhadap masyarakat yang membutuhkan modal
usaha sebagai tambahan dan mengelola keuangan yayasan secara eksrtern
maupun intern. 4
Untuk menambah pertumbuhan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) beroperasi
ditengah-tengah masyarakat BMT Berkah Madani menawarkan sistem franchise
kepada masyarakat yang ingin mendirikan lembaga BMT. Bagi masyarakat yang
memiliki sejumlah dana dan ingin berinvestasi, membuka BMT merupakan
peluang investasi yang cukup menjanjikan.5
Kendatipun BMT yang mempunyai tujuan menjadi solusi intelektual dan
finansial kepada masyarakat berdasarkan prinsip syariah guna tercapainya
keadilan dan kesejahteraan ini baru beroperasi selama 3 tahun, namun BMT
Berkah Madani sudah memiliki enam franchisee yaitu Kantor Pelayanan Jati
4 Selayang Pandang BMT Berkah Madani, http://bmtberkahmadanisejahtera.wordpress.com,
16 Februari 2008 5 Muchtasib, BMT Berkah Madani Tawarkan Sistem Franchise,
http://www.pkesinteraktif.com, 14 Maret 2008
Asih-Bekasi, Gas Alam- Cimanggis, Medan, Priok-Jakarta Utara, Bandung, dan
Ciputat.6
Secara riil, kontribusi waralaba terhadap perekonomian nasional sangat
signifikan. Kegairahan pihak-pihak yang menawarkan dan membeli waralaba
dapat dijadikan indikasi kegairahan akan bangkitnya ekonomi bangsa Indonesia.
Sisi positif kontribusi waralaba dapat disebutkan sebagai berikut;
Pertama, masalah alih teknologi. Pemerataan penggunaan teknologi modern,
baik peralatan dari luar maupun dalam negeri dengan cepat akan dapat dinikmati
oleh pelaku bisnis waralaba, tentu dengan standar mutu terjamin yang telah
dijanjikan oleh pihak pemberi waralaba.
Kedua, memperbesar peluang usaha. Dengan adanya pola waralaba tersebut
jelas sangat memperbesar peluang usaha. Karena dalam waralaba ini seseorang
yang telah berhasil dalam sebuah sektor bisnis, telah dengan sengaja menularkan
“virus” keberhasilan tersebut kepada pihak lain. Mereka bekerja sama tanpa
saling merugikan, akan tetapi saling menguntungkan. Sekaligus juga membuka
peluang usaha lainnya. Sebuah restoran usaha waralaba misalnya, ia juga
membuka peluang bagi usaha agro bisnis, peternakan, perikanan, ataupun usaha
penunjang lainnya.
Ketiga, memperluas kesempatan kerja. Prospek daya serap ketenagakerjaan
dalam waralaba tidak diragukan lagi. Yang efeknya tentu saja meningkatkan
perekonomian nasional secara keseluruhan.7
6 http://www.bmtberkahmadani.co.id, diakses pada 7 Juli 2008
Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, layak kiranya
mengetahui lebih lanjut bagaimana pola bisnis waralaba ini? Apakah waralaba
juga mempunyai konsep yang Islami, baik dari sisi manajemen, produk yang
dijual, fee dan royalti yang harus dibayar, dan lain sebagainya.8
Aplikasi pola waralaba dari masyarakat muslim Indonesia misalnya: Markaz,
Country Donuts, dan Ayam Bakar Wong Solo. Ayam Bakar Wong Solo bahkan
secara verbal menuliskan dalam desain logonya, sebuah frase kata: “Halalan
Thoyyiban”, artinya pemilik waralaba ini telah berani menjamin bahwa produk
dan sistem yang dijalankannya 100% halal. Wong Solo bahkan menampilkan
simbol-simbol keislaman dalam pelayanannya. Contohnya, semua karyawati
menggunakan jilbab dan penyediaan tempat sholat yang memadai di setiap
restorannya.9
Anggota DSN MUI, Muhammad Hidayat dalam majalah Sharing mengatakan
bahwa biaya yang dikeluarkan oleh franchisee dapat diterima dari sisi syariah.
Ada fee atau membeli merk atau semacam hak cipta, serta biaya lainnya sejauh
semua pihak sepakat dan tidak menzhalimi maka secara syariah bisa diterima.
Permasalahannya yaitu pada nominalnya, wajarkah bila dihargakan demikian dan
bagaimana bila belum memperoleh laba. Hal ini berkaitan dengan memegang
teguh prinsip keadilan dalam Ekonomi Islam.
7 Suseno, Waralaba; Bisnis, h.3-4 8 Perhatikan Produk yang Ditawarkan, Majalah Sharing, Edisi 9, Th I, Juli 2007, h.21 9 Suseno, Waralaba; Bisnis, h.8-9
Bakmi Langgara-Bakmi Tebet menetapkan royalty fee tetap sebesar 3,5%
perbulan dari omzet. Jika omzetnya dibawah Rp.15 Juta perbulan franchisor tidak
perlu membayar royalty fee. Shafira memberi royatli fee regresif antara 1-4%
perbulan. Jika omzet makin besar, makin kecil royalty fee yang harus dibayarkan
franchisor. Ayam Bakar Wong Solo mengenakan royalty fee progresif antara 1-
6%. Senyum Muslim mengenakan royalty fee untuk franchisor nya yang tidak
untung semata untuk mengganti biaya supervisi.10
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh
lagi mengenai sistem Franchise yang diterapkan oleh BMT Berkah Madani dalam
sebuah skripsi yang berjudul “Konsep dan Aplikasi Franchise dalam
Perspektif Hukum Ekonomi Islam, (Studi pada LKS Berkah Madani).”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitian ini akan dilaksanakan di LKS Berkah Madani Cimanggis dan PT.
Berkah Madani yang bertempat di Jalan Gas Alam Pertamina No. 14, Cisalak,
Pasar Cimanggis – Depok, Kode Pos 16953, Telp. 021-70387590.
Penelitian dilakukan di tempat ini karena LKS Berkah Madani merupakan
LKS satu-satunya yang mengembangkan jaringannya dengan sistem bisnis
franchise di Indonesia.
10 Perhatikan Produk , Sharing, h. 21
Data penelitian mengenai konsep dan aplikasi franchise didapatkan
berdasarkan dokumentasi yang tersedia di LKS Berkah Madani dan penjelasan
dari pejabat penanggung jawab terkait.
Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Aplikasi Franchise LKS Berkah Madani?
2. Bagaimana kesesuaian Royalty Fee yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani
dengan hukum ekonomi Islam?
3. Inovasi apa yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani dalam bisnis
Franchise?
4. Apa keunggulan dan kelemahan menggunakan sistem bisnis Franchise bagi
Franchisee dibandingkan dengan memulai bisnis sendiri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Mengetahui Aplikasi Franchise pada LKS Berkah Madani;
2. Mengetahui kesesuaian penerapan Royalty Fee pada LKS Berkah Madani
dengan prinsip ekonomi Islam;
3. Mengetahui inovasi-inovasi yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani dalam
bisnis Franchise.
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan menggunakan sistem bisnis
Franchise bagi Franchisee dibandingkan dengan memulai bisnis sendiri.
Dengan tujuan yang disebutkan di atas, maka diharapkan dapat diambil
manfaat antara lain:
1. Bagi penulis diharapkan mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai
aplikasi Franchise pada LKS.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan media sosialisasi
kepada kalangan akademisi, khususnya Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai sistem
Franchise pada BMT yang menjadi fenomena di Indonesia, serta sebagai
bahan masukan dalam pengembangan bisnis franchising oleh LKS Berkah
Madani.
3. Menjadi pemicu bagi kalangan akademisi dan pihak lainnya yang berminat
untuk melakukan penelitian sejenis atau pada aspek lainnya.
4. Menambah wawasan masyarakat luas akan aplikasi Franchise pada LKS.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena penulis
meneliti mengenai konsep francshise secara umum, aplikasi franchise pada LKS
Berkah Madani, serta kajian hukum ekonomi Islam, sehingga sebagian besar data-
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan permasalahan yang ada sekarang berdasarkan data-data,
jadi ia menyajikan data, menganalisa dan menginterpretasi. Dengan tujuan untuk
memberi gambaran dan informasi yang akurat dari berbagai sumber serta untuk
menghasilkan kesimpulan yang mendukung pembahasan.11
2. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi,
tesis, disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.
3. Metode Pengumpulan Data
a) Penelitian Lapangan (Field Research)
Penulis mengumpulkan data secara langsung ke tempat objek penelitian,
sedangkan tehnik yang akan digunakan dalam penelitian lapangan ini
dilakukan dengan cara wawancara.
Penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh informasi berkenaan
dengan hal-hal dan data-data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Wawancara dilakukan dengan Bapak Zainal Zayadi selaku Manajer LKS
Berkah Madani Cimanggis, dan Bapak Abdi Irawan selaku Direktur PT.
Berkah Madani.
b) Studi Kepustakaan
11 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Kosda Karya,
1997), cet.ke-8, h.6
Yaitu suatu metode dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti
berbagai buku, majalah, dan literatur lain yang berhubungan dengan masalah
yang akan penulis bahas.
4. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan secara lengkap, tahap berikutnya adalah analisis
data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa
sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai
untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penenlitian. Data
informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu
penulisan yang menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang
ada kemudian penulis menjelaskan konsep-konsep ekonomi Islam yang
diterapkan pada bisnis waralaba LKS Berkah Madani, kemudian menganalisa
dan menyimpulkannya.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Pembahasan mengenai Franchise, telah dilakukan penelitian sebelumnya.
Terdapat dua penelitian yang dapat dijadikan sebagai fokus tinjauan kepustakaan
berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam penelitian ini.
Sisca Novianti, Bisnis Franchising dalam Kajian Hukum Ekonomi Islam;
Studi pada Franchise Papa Rons Pizza. Dari penelitian yang dilakukan,
didapatkan hasil: kegiatan bisnis franchise merupakan suatu bentuk muamalah
baru dalam Islam yang diperbolehkan. Pandangan Hukum Ekonomi Islam
mengenai Hak Milik Intelektual (merk dan rahasia dagang) termasuk dalam hak
Ibtikar, hak ini meskipun bersifat immaterial namun memiliki kedudukan yang
sama dengan hak material karena hak tersebut memiliki manfaat dan termasuk
harta. Dalam menjalankan bisnisnya, Papa Rons Pizza sudah sesuai dengan
hukum ekonomi Islam, hal ini dapat dilihat dari prinsip dasar usaha islami yang
diterapkan yaitu adanya bantuan yang diberikan franchisor kepada franchisee
untuk memulai bisnisnya.12
Perbedaan skripsi penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisca
Novianti yaitu pada pembahasan awal mengenai bagaimana konsep bisnis
franchise secara umum, apakah sudah berkesesuaian secara syar’i. Sehingga
pembahasan mengenai franchise dari sisi syariah lebih luas. Penulis melanjutkan
hasil penelitian awal yang didapatkan oleh Sisca Novianti untuk kemudian
menganalisanya dalam aplikasi royalty fee yang diterapkan oleh LKS Berkah
Madani. Sedangkan Sisca Novianti menganalisa aplikasi franchise pada Papa
Rons Pizza di pembahasan selanjutnya.
Siti Musrofah, Konsep Maslahah Mursalah dalam Dunia Bisnis dengan
Sistem Franchise (waralaba). Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil
bahwa sistem franchise sesuai dengan kaidah maslahah mursalah, karena
memiliki banyak kelebihan atau kemaslahatan walaupun tidak sempurna secara
12 Sisca Novianti, Bisnis Franchising dalam Kajian Hukum Ekonomi Islam (Studi pada
Franchise Papa Rons Pizza), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005)
keseluruhan namun dapat meminimalisasi segala resiko usaha, mengambil
maslahah dan menjauhkan mudharat. Waralaba menciptakan dan memberikan
pemerataan kaesempatan berusaha bagi semua golongan masyarakat serta
mengikutsertakan pihak lain untuk menikmati keuntungan dan kesuksesan
pewaralaba.13
Perbedaan skripsi penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti
Musrofah yaitu pada permasalahan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Siti
Musrofah lebih meneliti pada aspek Maslahah Mursalah kajian Ushl Fiqh dalam
konsep bisnis waralaba, sehingga teori-teori dan analisis yang dikembangkan
hanya seputar hal tersebut dan tidak mengkhususkan meneliti suatu bisnis
waralaba tertentu. Sedangkan skripsi penulis membahas konsep bisnis waralaba
dengan pedoman umum hukum ekonomi Islam yang tertuang dalam nilai-nilai
dasar ekonomi Islam serta prinsip dasar bisnis islami, sehingga analisis mengenai
aplikasi waralaba pada LKS Berkah Madani nya pun dengan berpedoman pada
konsep tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
13 Siti Musrofah, Konsep Maslahah Mursalah dalam Dunia Bisnis dengan Sistem Franchise
(Waralaba), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008)
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, tinjauan kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini akan dibahas mengenai apek umum mengenai franchise
yang meliputi pengertian franchise, elemen-elemen pokok dalam
franchise, jenis-jenis franchise, dan aspek-aspek pembiayaan pada
franchise; hukum ekonomi Islam sebagai pedoman perekonomian umat
yang meliputi konsep ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam,
dan prinsip usaha bisnis islami; serta franchise dam perspektif hukum
ekonomi Islam yang meliputi tinjauan dalam aspek hak cipta, kemitraan
usaha, dan royalty fee.
Bab III Gambaran Umum LKS Berkah Madani
Dalam bab ini dibahas mengenai kondisi internal LKS Berkah Madani
yang meliputi sejarah pendirian, visi dan misi, tujuan, produk dan
layanan LKS Berkah Madani, serta ketentuan-ketentuan umum
mengenai perjanjian franchise pada LKS Berkah Madani.
Bab IV Hasil penelitian
Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai aplikasi franchise pada
LKS yang meliputi persyaratan kerjasama Franchise, mekanisme
Franchise, biaya-biaya Franchise, prospek Franchise, resiko
mengembangkan Franchise; analisis aplikasi royalty fee pada LKS
Berkah Madani; inovasi dalam bisnis Franchise yang dilakukan oleh
LKS Berkah Madani; serta keunggulan dan kelemahan mengaplikasikan
sistem Franchise bagi Franchisee.
Bab V Penutup
Dalam bab ini penulis menyimpulkan seluruh permasalahan yang telah
dibahas, dan atas dasar hal tersebut diajukan pula beberapa saran sebagai
pertimbangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aspek Umum mengenai Franchise
1. Pengertian Franchise
Kata franchise berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti “bebas”.
Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai “hak utama” atau
kebebasan.14
Dalam Kamus Ekonomi disebutkan definisi Franchise sebagai hak untuk
memasarkan suatu produk; penyerahan hak untuk suatu perusahaan ke
perusahaan lain secara eksklusif atau pihak lain tidak secara eksklusif untuk
memasok produknya. Suatu franchise adalah suatu perjanjian kontrak dagang
dengan jangka waktu tertentu dimana yang diberi hak membayar royalti
kepada pemberi hak atas hak dagang yang diberikan.15
Hadjowidigyo mengemukakan definisi franchise sebagaimana dikutip
oleh Lindawaty Sewu sebagai suatu sistem usaha yang sudah khas atau
memiliki ciri mengenai bisnis di perdagangan atau jasa berupa jenis produk
dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan (logo, desain, merk, bahkan
14 Johanness Ibrahim, Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis;Dalam Perspektif Manusia Modern,
(Bandung, PT. Refika Aditama, 2004), h.122 15 Tumpal Rumapea, Posman Haloho, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta, Erlangga, 1994),
eds ke-2, h. 249
termasuk pakaian karyawan perusahaan), rencana pemasaran, dan bantuan
operasional.
Sedangkan pengertian lainnya, franchising adalah hubungan berdasarkan
kontrak antara Franchisor dan Franchisee. Franchisor menawarkan dan
berkewajiban menyediakan perhatian terus menerus pada bisnis dari
Franchisee melalui penyediaan pengetahuan dan pelayanan. Franchisee
beroperasi menggunakan nama dagang, format, atau prosedur yang dimiliki
serta dikendalikan oleh Franchisor. 16
Kata waralaba merupakan terjemahan bebas dari kata franchise yang
pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan
Manajaemen (LPPM) sebagai padanan kata franchise. Waralaba berasal dari
kata “wara” yang berarti lebih atau istimewa, sedangkan “laba” berarti
untung. Jadi waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih atau
istimewa. 17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi waralaba adalah kerja
sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, hak
kelola, hak pemasaran.18
16 Lindawaty Sewu, Franchise; Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi, (Bandung, CV Utomo, 2004), h.11 17 Ibid., h.12 18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
2005), h. 1268
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa waralaba
(franchising) adalah suatu bentuk kerjasama dimana Franchisor memberikan
izin kepada Franchisee untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama,
merek dagang, produk dan jasa, serta sistem operasi usahanya. Sebagai timbal
baliknya, Franchisee membayar sejumlah biaya seperti franchise fee dan
royalty fee.
2. Elemen-elemen Pokok dalam Franchise
Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa
franchise pada dasarnya mengandung elemen-elemen pokok sebagai berikut:
a. Pemberi Waralaba (Franchisor)
Yaitu badan usaha atau perorangan yang diberikan hak kepada pihak lain
(Franchisee) untuk memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala
kekayaan intelektual seperti nama, merek dagang, dan sistem usaha yang
dimilikinya.
b. Penerima Waralaba (Franchisee)
Adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan atau menerima hak
untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
ciri khas usaha yang dimiliki oleh Franchisor.
c. Adanya penyerahan hak secara eksklusif (dalam praktek meliputi berbagai
macam hak milik intelektual) dari Franchisor kepada Franchisee.
d. Adanya penetapan wilayah tertentu, Franchise Area dimana Franchisee
diberikan hak oleh Franchisor untuk beroperasi di wilayah tertentu
e. Adanya imbal prestasi dari Franchisee kepada Franchisor yang berupa
Franchise Fee, sebagai imbalan atas pemberian hak pemanfaatan dan
penggunaan hak intelektual yang dimiliki dimiliki oleh Franchisor yang
dibayarkan hanya sekali untuk hak yang dapat diperoleh Franchisee. Dan
royalty fee merupakan kontribusi fee dari operasional usaha yang
dibayarkan oleh Franchisee secara periodik kepada Franchisor, biasanya
secara bulanan dari besarnya omzet penjualan.
f. Adanya standar mutu yang ditetapkan oleh Franchisor kepada Franchisee,
biasanya tertuang dalam buku petunjuk operasional (operating manuals)
yang berisikan metode untuk menjalankan bisnis franchise, serta supervisi
berkala dalam rangka mempertahankan mutu.
g. Adanya pelatihan yang diselenggarakan oleh Franchisor kepada
Franchisee guna meningkatkan keterampilan, yaitu pada pelatihan awal,
maupun pelatihan yang berkesinambungan.19
Elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas merupakan standar yang
harus ada dalam bisnis franchise dan juga menjadi cirri khas bisnis ini.
3. Jenis-jenis Franchise
Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki 2 jenis kegiatan:
a. Waralaba Produk dan Merek Dagang (Product and Trade Franchise)
19 Pietra Sarosa, Kiat Praktis Membuka Usaha; Mewaralabakan Usaha Anda, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 2-3
Waralaba produk dan Merek Dagang adalah bentuk waralaba yang
paling sederhana. Dalam waralaba Produk dan Merek Dagang, pemberi
waralaba (Franchisor) memberikan hak kepada penerima waralaba
(Franchisee) untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi
waralaba (Franchisor) yang disertai dengan pemberian izin untuk
menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba (Franchisor).20 Atas
pemberian izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya Franchisor
mendapatkan suatu bentuk pembayaran royalty dimuka, dan selanjutnya
Franchisor memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang
diwaralabakan kepada Franchisee. Dalam bentuknya yang sangat
sederhana ini, Waralaba Produk dan Merek Dagang seringkali mengambil
bentuk keagenan, distributor, atau lisensi penjualan.21
Contoh bisnis yang dikembangkan sengan waralaba Produk dan Merek
Dagang antara lain Dealer Mobil Auto 2000 dari Toyota, stasiun pompa
bensin (Pertamina), Burger Edam, The Poci, Kebab Nasywa, Lekker
Crepes, dan lain sebagainya.
b. Waralaba Format Bisnis
Waralaba format bisnis adalah pemberian sebuan lisensi oleh
seseorang kepada pihak lain, lisensi tersebut memberikan hak kepada
20 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis;Waralaba, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,
2003), cet.ke-3, h.13 21 Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media Group,
eds I, 2005), h. 188
penerima Waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang
atau nama dagang pemberi Waralaba, dan untuk menggunakan
keseluruhan paket, yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk
membuat seseorang yang sebelumnya belum terlatih menjadi terampil
dalam bisnis dan untuk menjalankan dengan bantuan yang terus menerus
atas dasar-dasar yang telah di tentukan sebelumnya.
Format bisnis ini terdiri atas:
1) Konsep bisnis yang menyeluruh.
Konsep ini berhubungan dengan pengembangan cara untuk
menjalankan bisnis secara sukses yang seluruh aspeknya berasal dari
franchisor. Franchisor akan mengembangkan suatu “cetak biru”
sebagai dasar pengelolaan waralaba format bisnis tersebut.
2) Sebuah proses permulaan dan pelatihan mengenai seluruh aspek
pengelolaan bisnis, sesuai dengan konsep Franchisor.
Franchisee akan diberikan pelatihan mengenai metode bisnis yang
diperlukan untuk mengelola bisnis sesuai dengan cetak biru yang telah
dibuat oleh franchisor. Pelatihan ini biasanya menyangkut pelatihan
penggunaan peralatan khusus, metode pemasaran, penyiapan produk,
dan penerapan proses.
3) Proses dan bimbingan yang terus menerusdari Franchisor. 22
22 Ibid., h. 189
Franchisor akan secara terus-menerus memberikan berbagai jenis
pelayanan, yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang
diwaralabakan.
Bisnis yang dikembangakan dengan waralaba Format Bisnis antara
lain JCO Donuts, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Primagama, dan
lain sebagainya.
4. Aspek-aspek Pembiayaan dalam Franchise
Aspek-aspek keuangan yang utama dalam bisnis Franchise terdiri atas dua
biaya, yakni biaya waralaba awal (Up-Front Fee atau Initial Franchise Fee)
dan royalti (On Going Royalties).
a. Biaya waralaba awal (Up-Front Fee atau Initial Franchise Fee) atau lazim
disebut fee saja.
Biaya ini dibebankan kepada franchisee untuk semua jenis jasa yang
disediakan, termasuk biaya rekruitmen sebesar biaya pendirian yang
dikeluarkan oleh franchisor untuk kepentingan franchisee. 23
Jumlah dan jangka waktu pembayaran awal dicantumkan di dalam
perjanjian. Pembayaran yang telah diserahkan sepenuhnya menjadi milik
franchisor dan tidak dapat dikembalikan kecuali disebutkan dalam
perjanjian.
23 Darmawan Budi Suseno, Waralaba; Bisnis Minim Resiko Maksim di Laba, (Yogyakarta,
Pilar Humania, 2005), h.55
Fee awal diperlukan oleh franchisor untuk membantu franchisee, dan
terdiri dari:
1) Bantuan pra-operasi dan awal operasi bisnis franchisee.
2) Pembuatan manual operasi untuk digunakan franchisee.
3) Penyelenggaraan pelatihan awal (Initial Training) dan biaya
konsultasi, khususnya pada operasi bisnis waralaba.
4) Biaya promosi atau periklanan, khususnya untuk promosi menjelang
pembukuan perusahaan (grand opening) franchisee.
5) Survei pemilikan atau seleksi lokasi.
b. Royalti
Royalti sering juga disebut uang waralaba terus-menerus. Uang tersebut
merupakan pembayaran atas jasa terus-menerus yang diberikan
franchisor. Dalam praktiknya, uang tersebut dihitung dalam bentuk
prosentase dari pendapatan kotor franchisee. Biaya royalti yang ditarik
oleh franchisor secara rutin diperlukan untuk membiayai pemberian
bantuan teknik, menajemen, atau promosi kepada franchisee secara
berkelanjutan, selam kedua pihak terikat dalam perjanjian.24
Umumnya dalam perjanjian waralaba, diseebutkan bahwa franchisee
membayar sejumlah biaya waralaba (royalti) kepada franchisor
berdasarkan penjualan. Sedangkan besarnya fee awal royalti masing-
24 Ibid., h. 56
masing perusahaan yang menganut waralaba memang berbeda-beda.
Tidak semua jenis fee atau royalti disyaratklan franchisor. Setiap
franchisor mempunyai kebijakan tersendiri dalam menentukan jenis fee
atau royalti.
B. Hukum Ekonomi Islam sebagai Pedoman Perekonomian Umat
1. Konsep Ekonomi Islam
Kata “Ekonomi” secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu
oikos yang berarti rumah dan nemein yang berarti mengatur. Dengan
demikian, ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah
tangga.25
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi diartikan sebagai ilmu
mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan);
pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainy ayang berharga; tata
kehidupan perekonomian (suatu negara); urusan keuangan rumah tangga
(organisasi, negara).26
Secara istilah M. Abdullah al-Farabi mengemukakan definisi ekonomi
Islam sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Lubis sebagai sekumpulan dasar-
25 T. Guritno, Kamus Perbankan dan Bisnis, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press,
1996), h. 99 26 Departemen Pendidikan, Kamus Besar, h. 287
dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-Quran dan as-Sunnah, dan
merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas dasar-dasar tersebut
sesuai dengan lingkungan dan masyarakat.27
Pada definisi tersebut terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan
sumber hukum ekonomi Islam, yaitu al-Quran dan as-Sunnah, yang mana
hukum-hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara
konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapan pun dan dimana
pun), akan tetapi pada prakteknya untuk hal-hal dan situasi serta kondisi
tertentu bisa saja berlaku luwes dan ada pula yang mengalami perubahan28
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa sistem ekonomi Islam dalam
aktifitasnya sangat menitikberatkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran Islam. Oleh karena itu, setiap pelaku ekonomi, baik individu,
masyarakat, maupun pemerintah dalam aktifitas ekonomi mengharuskan
adanya kepatuhan terhadap peraturan-peraturan atau norma-norma yang diatur
oleh Islam.
Tujuan dari adanya ekonomi Islam yaitu untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang adil dan sejahtera. Menurut Umer Chapra tujuan dari
ekonomi paling tidak menyangkut empat hal yang ditetapkan dalam maqasid
syari’ah, yaitu:
27 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994), h. 245 28 Mustafa Kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi; Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta, Lembaga
Penerbit FEUI, 1997), h. 112
a. Pemenuhan kebutuhan pokok
b. Sumber-sumber pendapatan yang terhormat
c. Distribusi kekayaan yang merata
d. Pertumbuhan dan stabilitas.29
Impliksi tersebut tertuang dalam tiga aspek pokok filsafat ekonomi Islam
yang harus diyakini oleh setiap pelaku bisnis muslim dalam memenuhi
keinginannya, yang terdiri dari:
a. Dunia ini, semua harta dan kekayaan sumber-sumber adalah milik Allah
dan menurut kehendak Nya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT QS
al-Maidah (5): 120
.لله ملك السموات والأرض وما فيهن وهو على آل شيء قدير Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(al-Maidah/5:120)
Asas ini berimplikasi pada status kepemilikan menurut Islam, dimana hak
manusia atas barang dan jasa itu terbatas, ia hanya berhak mengurus dan
memanfaatkan alam semesta untuk kelangsungan hidup manusia dan
lingkungannya sesuai dengan kehendak dan ketentuan Allah sebagai
pemilik dan pencipta alam semesta, hal ini berarti manusia hanya memiliki
hak khilafat bukan absolut.
29 Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta Gema Insani Press dan Tazkia
Institut, 2000), h.212-215
b. Allah itu Esa, pencipta segala mahluk dan semua yang diciptakan tunduk
kepada Nya. Salah satunya ialah manusia yang memiliki hak dan
kewajiban. Semua manusia sama, tidak berkelas-kelas, sedangkan
perbedaannya ialah pada ketakwaan dalam perbuatan amal shalehnya.
Sedangkan ketidakmerataan karunia nikmat dan kekayaan sumber-sumber
ekonomi kepada perorangan maupun bangsa adalah kuasa Allah pula.
Implikasi dari asas ini ialah antara manusia terjalin persamaan dan
persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, saling membantu, dan kerjasama
dalam kegiatan bidang ekonomi.
c. Beriman kepada hari pengadilan (kiamat).30 Ini merupakan asas yang
penting dalam ekonomi Islam, karena dengan keyakinan itu, tingkah laku
ekonomi manusia akan terkendali, sebab ia sadar bahwa perbuatannya
akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, termasuk harta yang
diamanatkan Nya.
2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam
Ajaran Islam tentang nilai-nilai hidup yang utama meliputi semua aspek
kehidupan manusia secara utuh, tidak ada satu sisi pun dari kehidupan
manusia yang hanya berorientasi kepada pemenuhan kenikmatan duniawi
semata. Setiap bentuk muamalah dari yang paling kecil sampai yang besar,
30 Ibid., h. 127-129
termasuk masalah ekonomi sekalipun, adalah bersifat spiritual, bila
dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Islam secara utuh dan mendasar.
Karena itulah maka pemahaman yang tepat akan nilai-nilai ini adalah mutlak
perlu.31 Maka untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspektif
ekonomi Islam mengenai nilai-nilai tersebut adalah:
a. Kebebasan
Konsep kebebasan yang diajarkan Islam ialah bahwa Islam mengakui
kebebasan ekonomi. Kebebasan dalam Islam maksudnya ialah setiap
individu berhak untuk melakukan apa yang diinginkannya, namun dibatasi
oleh dua faktor, yaitu:
1) Individu bebas memperjuangkan ekonominya, selama tidak melanggar
atau merugikan hak-hak individu lainnya atau membahayakan
masyarakat.
2) Harus dikerjakan dengan cara yang halal dan meninggalkan yang
haram atau sesuatu yang tidak pantas.
Adanya pembatasan kebebasan ekonomi disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain:
1) Pemilik hakiki segala sesuatu adalah Allah SWT, Ia lah yang
mempunyai hak untuk membatasi kegiatan penggalian dana sesuai
31 Ikhwan Hamdani, Sistem Pasar; Pengawasan Ekonomi (Hisbah) dalam Perspektif Ekonomi
Islam, (Jakarta, Nur Insani, 2003), h. 17
dengan aturan yang ditetapkan Nya, karena Dialah Maha Tahu yang
maslahat bagi kondisi-kondisi terbaik dari mereka.
2) Tidak diperkenankan adanya satu keadaan yang membahayakan hak
orang lain atau kepentingan publik.
3) Adanya jaminan kepentingan kelompok lemah dari rivalitas dan
persaingan kelompok kuat.
4) Adanya kewajiban suatu kelompok untuk melaksanakan kewajiban
publik yang telah dibebankan kepada mereka, seperti pengadaan
rumah sakit, jalan umum, dan fasilitas lainnya. 32
b. Kepemilikan
Kepemilikan dalam konsep Islam yaitu adanya pengakuan terhadap
kepemilikan individu dan bersama, namun yang menjadi dasar dari konsep
Islam ialah bahwa Allah SWT pemilik seluruh semesta alam termasuk apa
yang ada dalam bumi, sedangkan manusia hanya sebagai pemegang
amanat dan mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengembangkan harta, selama dengan jalan yang halal dan menurut
kemampuannya.
Pengaturan Islam terhadap semua jenis kepemilikan bertujuan untuk
memberikan perlindungan agar tidak terjadi persoalan mendasar, yaitu:
32 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan,
(Yogyakarta, Magistra Insani Press, 2004), h. 38-39
1) Penguasaan harta oleh seseorang secara berlebihan dan menjadikannya
tak terbatas. Seperti dijelaskan dalam QS al-‘Alaq (96): 6-7
أن رآه استغنى * آلا إن الإنسان ليطغى Artinya:“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui
batas * Karena dia melihat dirinya serba cukup”. (QS. Al-‘Alaq/96: 6-7)
2) Munculnya kemiskinan dan efek-efek negatifnya, baik dalam ukuran
individu maupun sosial. 33
c. Keadilan
Konsep keadilan ekonomi Islam ialah “tidak menzhalimi dan tidak
dizhalimi”. Keadilan merupakan suatu esensi dalam sistem ekonomi
Islam. Sistem ekonomi Islam meletakkan dasar perekonomiannya pada
prinsip-prinsip keadilan yang sangat diutamakan oleh ajaran Islam, seperti
dijelaskan di dalam QS al-‘Araf (7):29
…قل أمر ربي بالقسطArtinya: “Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan…”
(QS al-‘Araf/ 7:29)
Keadilan seyogyanya terdapat dalam beberapa pengertian berikut ini:
1) Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat dan terikat oleh Akhlak,
yaitu kebebasan yang terkandung dalam rasa tanggung jawab moral
dan sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
20 Ahmad Muhammad al-Assal et.al., Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung,
CV. Pustaka Setia, 1999), h. 57
2) Keadilan harus diterapkan pada semua fase kegiatan ekonomi, yaitu
dalam produksi maupun konsumsi. Adalah suatu kezhaliamn dan
penindasan apabila seseorang dibiarkan berbuat semaunya terhadap
hartanya sendiri yang melampaui batas yang ditetapkan dan bahkan
sampai merampas hak orang lain.
3) Keadilan juga bermakna suatu kebijaksanaan dalam mengalokasikan
sejumlah hasil tertentu dari kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak
sanggup memasuki pasar, yaitu yang lazim dikenal dengan kebijakan
melalui zakat, infaq, dan shadaqah.
d. Kerjasama
Islam memandang kehidupan sebagai suatu kesatuan dan tidak dapat
dipilah-pilah, ia memandang kehidupan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat, yang mana individu-individunya
saling melengkapi. Individu tidak dapat berbuat apa-apa tanpa masyarakat,
demikian pula sebaliknya. Masing-masing sangat penting bagi yang
lainnya, pandangan ini memberikan suatu petunjuk yang dinamis bagi
seluruh bidang kegiatan manusia. 34
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk beraneka ragam dan tidak
sama dalam kemampuan fisik dan intelektual, Allah telah menjadikan
sebagian manusia unggul dalam satu hal, dan sebagian lagi unggul dalam
34 Hamdani, Sistem Pasar, h. 30-32
bidang lain sehingga semua menjadi saling membutuhkan yang perlu
diwujudkan dengan cara saling menolong sesama manusia.
e. Etika/ Akhlak
Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak menentukan
kebenaran sebagai apa adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau
kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.35
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti,
yaitu: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban
dan ilmu tentang moral (akhlak), kumpulan asa atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, nilai mengenai benar atau salah yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat.36
Etika dalam Islam dikenal dengan akhlak, yang dipahami sebagai suatu
nilai praktis yang berkaitan dengan norma baik dan buruk, pendapat ini
dikemukakan karena membahas yang sama, yaitu baik dan buruk tingkah
laku manusia. Bila dikaitkan dengan usaha maka maksudnya adalah
norma-norma yang mengarahkan para pelaku usaha dalam melaksanakan
kegiatan bisnisnya. Sedangkan perbedaan antara etika dan akhlak ada pada
sumbernya, yaitu setika sebagai cabang filsafat maka bertitik tolak dari
akal pikiran, sedangkan akhlak dalam pandangan Islam ialah suatu ilmu
35 Asmaran A.S., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1994), h. 2 36 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,
2005), h. 237
yang mengajarkan mana yang baik dan buruk berdasarkan ajaran Allah
dan Rasul Nya yang tertuang dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Islam sangat memberikan keleluasan terhadap manusia untuk
menggunakan segala potensi sumber daya yang dimiliki, termasuk
memberikan kelonggaran dalam kebebasan berkreasi, melakukan
transaksi, dan melaksanakan bisnis ataupun investasi. Namun kebebasan
tersebut terikat oleh etika/ akhlak, karena apa pun aktifitas yang dilakukan
oleh seseorang akan berdampak pada diri sendiri maupun orang lain,
disinilah peran etika untuk mengatur sistem kehidupan individu atau
lembaga, kelompok, dan masyarakat dalam berinteraksi antar sesama.37
Di dalam etika Islam ada penilaian atas perbuatan atau perilaku yang
bernilai baik dan buruk ataupun yang boleh dan dilarang oleh Allah,
misalnya etika yang berkaitan dengan jual beli ada aturan-aturan yang
harus ditaati, yaitu larangan menjual barang haram, jujur dalam takaran,
tidak menembunyikan cacat, dan memberikan hak khiyar pada pembeli.
3. Prinsip Usaha Bisnis Islami
Secara umum tujuan bisnis yang dilakukan pada saat ini biasanya
bertujuan untuk mencapai profit, yang merupakan penghasilan (revenue) atas
cost atau biaya yang harus dikorbankan oleh pelaku, dengan profit ini dapat
37 Muslich, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta, Ekonosia, 2004), h. 41
digunakan sebagai alat dan sarana antara lain untuk memajukan dan makin
membesarnya bisnis di masa datang serta dapat meningkatkan kesejahteraan
stake holder yang terlibat dalam mendukung kegiatan bisnis yang
bersangkutan.
Tujuan lainnya adalah menciptakan kesejahteraan bagi semua pihak yang
terlibat dalam memberikan dukungan terhadap kegiatan bisnis, dengan adanya
kegiatan bisnis secara logis dikonsepsikan bahwa semua pihak memperoleh
manfaat baik ekonomi, finansial, sosial, dan budaya. Sehingga masyarakat
luas akan memperoleh tingkat kesejahteraan yang tinggi.38
Namun untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dibutuhkan lebih dari
sekedar konsep maupun materi, tetapi juga etika atau moral agama yang dapat
menuntun manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan ajaran
Islam. Abdul Mannan menerjemahkannya ke dalam prinsip-prinsip dasar
muamalah, diantaranya:
a. Pelaku ekonomi harus jujur dan tidak melakukan sumpah palsu.
b. Berlaku adil dan benar dalam penakaran, sebagaimana dijelaskan dalam
QS al-Muthaffifin (83): 1-3
وإذا آالوهم أو * الذين إذا اآتالوا على الناس يستوفون* للمطففينويل وزنوهم
. يخسرون
38 Ibid., h.12
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang *yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi*. Dan apabila menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin/83:1-3)
c. Mempunyai I’tikad baik dalam bertransaksi bisnis.39
Dan juga harus berpegang pada prinsip-prinsip usaha yang harus diikuti
meliputi beberapa hal, diantaranya:
a. Tetap mengumpulkan antara kepentingan individu dan masyarakat, serta
mengharamkan perdagangan yang dapat membahayakan masyarakat.
b. Antara dua penyelenggara muamalah harus ada keadilan dan kebebasan
ijab qabul dalam melakukan akad.
c. Adanya cinta dan lemah lembut diantara dua penyelenggara muamalah.
d. Menjauhkan diri dari perselisihan.40
Selain itu dalam bermuamalah juga harus terdapat asas-asas sebagai
berikut:
a. Berusaha dengan usaha yang halal, sebagaimana dijelaskan dalam QS al-
Baqarah (2): 168
ياأيها الناس آلوا مما في الأرض حلالا طيبا ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم
عدو مبين
39 M. Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Prima
Yasa, 1997), h.288-289 40 Abu Ahmadi et.al., Sistem Ekonomi Islam: Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya,
(Surabaya, Bina Ilmu, 1990), h. 150
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah/2: 168)
b. Tidak merugikan orang lain, karena Islam dengan tegas melarang seorang
muslim merugikan orang lain.
c. Tidak mengandung unsur ribawi yang dapat merugikan dan
mengharamkan transaksi ekonomi. Sebagaimana dijelaskan dalam QS Ali-
Imran (3): 130
.م تفلحونياأيها الذين ءامنوا لا تأآلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقوا الله لعلك
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali-Imran/3: 130)
d. Saling suka dan ridho tanpa ada paksaan dari siapapun dalam melakukan
transaksi ekonomi.
e. Tidak mengandung unsur perjudaian (maysir). Sebagaimana dijelaskan
dalam QS al-Maidah (5): 90
ياأيها الذين ءامنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل . يطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون الش
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al-Maidah/5:90)
f. Tidak terdapat unsur gharar (segala transaksi yang transparan dan tidak
jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak).
g. Terdapat manfaat yang dapat diambil oleh kedua belah pihak didalam
melakukan transaksi ekonomi.
h. Penyediaan takaful (saling menolong).
i. Tidak melakukan praktek asusila yaitu praktik usaha yang melanggar
kesusilaan atau norma sosial.41
C. Franchise dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam
1. Tinjauan dalam Aspek Hak Cipta
Unsur yang terpenting dalam Franchise adalah masalah hak cipta. Hak
cipta dalam Franchise meliputi logo, merk, buku petunjuk pengoperasian
bisnis, brosur atau pamflet serta arsitektur tertentu yang berciri khas dari
usahanya. Adapun imbalan dari penggunaan hak cipta ini adalah pembayaran
fee awal dari Franchisor kepada Franchisee.42
Karya cipta merupakan kemaslahatan umum yang hakiki. Oleh sebab itu,
hak para penciptanya perlu dilindungi dengan Undang-Undang dalam rangka
menjaga hak dan kepentingannya demi menegakkan keadilan di tengah
masyarakat. Penalaran ini sesuai dengan jiwa dan tujuan syariah untuk
mengambil maslahat dan menolak madlarat43
41 Ibid. 42 Suseno, Waralaba; Bisnis, h. 84 43 Ibid., h. 88
Jika terjadi pelanggaran terhadap hak tersebut, franchisor berhak untuk
mengajukan gugatan untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua
perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut setidaknya harus
menghindari unsur di bawah ini:
1. Bertentangan dengan undang-undang, agama, kesusilaan, dan ketertiban
umum.
2. Tidak memiliki daya pembeda.
3. Tidak menjadi milik umum.
4. Merupakan sesuatu yang berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.44
Dalam kajian fiqih, merek dapat dimasukkan dalam haq ibtikar, yang
berarti awal/ permulaan, maksudnya hak cipta/ kreasi yang dihasilkan oleh
seseorang untuk pertama kali. Atau boleh berbentuk sesuatu penemuan
sebagai perpanjangan dari teori/ ilmuwan sebelumnya.45 Hak cipta memiliki
watak tersendiri, merupakan buah dari hasil karya otak manusia. Menurut
ulama fiqh, Al-Azz bin Abdussalam, apabila dilihat dari sisi materialnya,
ibtikar lebih serupa dengan manfaat hasil suatu materi, seperti buah-buahan
dari pohon, susu hewan perahan. Ia berkomentar tentang pentingnya suatu
44 Budi Agus Riswandi, et.al., Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta, PT.
Rajagrafindo Persada, 2004), h. 85 45 Harun. Fiqh, h. 38-39
manfaat, seraya berkata: “Tujuan utama dari suatu harta adalah
manfaatnya”.46
MUI mengeluarkan fatwa khusus berkaitan dengan perlindungan HKI,
yaitu fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta.47 Pendapat MUI
menggolongkan Hak Cipta sebagai barang berharga yang boleh dimanfaatkan
secara syara' (hukum Islam). Dengan landasan:
“Mayoritas ulama dari kalangan Mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hambali
berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orisinal dan manfaat tergolong
harta berharga, sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara'
(hukum Islam)”.48
Berdasarkan fatwa tersebut dapat disimpulkan bahwa Hak Cipta dapat
dimanfaatkan dan digolonglkan sebagai benda berharga, karena itu
diperbolehkan bagi pihak yang mempunyai Hak Cipta tersebut mengambil
imbalan atas Hak Cipta nya yang dimanfaatkan oleh pihak lain dengan
persetujuannya.
Hak cipta dalam kajian franchise, khususnya pada LKS Berkah Madani
yaitu pada Sistem Manajemen dan Aplikasi Sistem Informasi. Meskipun
46 Izzuddin ibn Abs as-Salam, Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, (Beirut, Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah. tth), Jld II, h. 17 47 Fatwa MUI tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), http://www.mui.or.id,
diakses pada 12 September 2008 48 Fathi al-Durani, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islam al-Muqaran, (Beirut, Mu’assasah al-
Risalah, 1984), h. 20
bersifat immateriil, namun sistem tersebut telah dibukukan dan dijadikan
pedoman dalam operasionalisasi LKS Berkah Madani. Berdasarkan dalil-dalil
yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diperbolehkan bagi LKS Berkah
Madani mendapatkan imbalan atas Hak Intelektualnya tersebut yang
dimanfaatkan oleh franchisee.
2. Tinjauan dalam Aspek Kemitraan Usaha
Dalam sistem franchise, terdapat hubungan kemitraan usaha antara
franchisor dan franchisee yang dituangkan dalam kerja sama diantara
keduanya. Kerjasama dalam konsep Islam sangat dianjurkan, dengan adanya
kerja sama maka seseorang yang memiliki kemampuan dalam berbisnis dapat
membantu saudaranya yang tidak memiliki kemampuan dalam berbisnis.
Dengan konsep kerja sama ini, maka akan tercipta insan-insan yang produktif,
dapat memberikan kesempatan kerja pada siapapun, hingga pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam perjanjian kerjasama antara franchisor dan franchisee pada LKS
Berkah Madani, salah satunya disebutkan bahwa franchisee berhak memakai
manfaat dari merek Berkah Madani dan intelektual lainnya, dan franchisor
berhak atas imbalan dengan waktu tertentu (3 tahun, atau jangka waktu
tertentu sesuai kesepakatan). Maka konsep ini termasuk dalam bentuk
kemitraan usaha yang berdasarkan akad sewa menyewa, yang dalam fiqih
muamalat disebut “Ijarah”. Atau lebih tepatnya “pemilikan manfaat sesuatu
yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”. 49
Kesamaannya dengan bisnis franchise ialah adanya pembatasan waktu
yang diberikan franchisor LKS Berkah Madani Depok dalam penggunaan hak
tersebut dalam waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Objek yang
disewakan merupakan sesuatu yang dimanfaatkan dan halal oleh para
franchisee yaitu merek, dan karena ada imbalan yang diterima franchisor atas
pemanfaatan hak tersebut yaitu franchise fee (terutama biaya konsultan) dan
royalti sebesar 25% dari pendapatan bersih yang diperoleh franchisee.
Adapun dasar hukum kebolehan mengadakan akad ini dapat disandarkan
pada sabda Nabi SAW:
اد با لماء منها، فنهانسواقي من الزرع وما سعلآن نكرى االرض بما على ا رسول اهللا
رواه ابو ( صلى اهللا عليه وآله وسلم عن ذلك وامر ان نكريها بذهب او فضة داود عن
50)سعد بن ابى وقص
Artinya: “Kami pernah mengenakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas dan perak”. (HR. Abu Daud dari Sa’d bin Abi Waqqash).
Dan untuk syarat sahnya ijarah diperlukan syarat sebagai berikut:
49 Harun, Fiqh, h. 229 50 M. Hasbi ash-Shidiqi, Koleksi Hadist-hadist Hukum, (Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra,
2001), cet. III, jil. II, h. 216
a. Kedua orang yang berakad telah baligh dan berakal.
b. Kerelaan kedua belah pihak yang melakukan akad (transaksi).
c. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang (jasa) yang diakadkan
sehingga mencegah terjadinya perselisihan.
d. Hendaknya barang yang menjadi objek akad dapat dimanfaatkan
kegunaannya menurut kriteria, realita, dan syara’.
e. Dapat diserahkan sesuatu yang disewakan berikut kegunaan atau
manfaatnya.
f. Manfaatnya bukanlah sesuatu yang diharamkan tetapi mubah.
g. Imbalannya harus berbentuk harta yang mempunyai nilai jelas yang
diketahui.51
Dari semua syarat sahnya ijarah diatas, menurut penulis tidak ada yang
bertentangan dengan praktik bisnis franchise yang diterapkan LKS Berkah
Madani, akan tetapi mengenai syarat nomor empat yaitu objek akad yang
dapat diserahkan, bahwa kekayaan intelektual tersebut meskipun bersifat
immaterial telah menjadi milik franchisor selama jangka waktu perjanjian
kerja sama yang memiliki mutu, konsep, dan keunikan tersendiri, yang telah
dibakukan secara tertulis. Sehingga franchisee mudah untuk memahami dan
mempelajajari standar operasi dengan baik dan benar sesuai yang diharapkan
franchisor.
51 Harun, Fiqh, h. 232-235
3. Tinjauan dalam Aspek Royalty Fee
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Merek (kekayaan intelektual)
merupakan suatu harta ternilai yang bermanfaat, oleh karena itu dapat dinilai
dengan uang. Maka diperbolehkan bagi franchisor untuk memberikan haknya
kepada orang lain dengan mengharapkan imbalan yaitu berupa franchise fee
dan royalti. Hal ini didukung oleh para ulama fiqh yang menyatakan bahwa
sesuatu yang dapat bermanfaat yang halal boleh diambil oleh karenanya boleh
bagi pemilik mengambil imbalan. 52
Kebolehan tersebut diberikan franchisor LKS Berkah Madani Depok dan
franchisee harus membayar franchise fee dan royalti serta menjaga amanat
tersebut agar supaya hak kekayaan intelektual yang telah diberikan tidak
membawa dampak buruk bagi pemiliknya.
Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam beraktivitas ekonomi secara
islami, diantaranya masalah kerelaan dan keadilan yang telah dijalankan
dalam franchising. Hal ini sesuai dengan dasar utama dalam ber-muamalah,
yaitu sukarela atau kerelaan. Kerelaan ini sesuai dengan firman Allah SWT:
اأيها الذين ءامنوا لا تأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض ي …منكم
52 Izzuddin, Qawaid al-Ahkam, h. 17
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu…”. (QS. Al-Maidah/5: 29)
Sedangkan dasar yang lain adalah keadilan, karena keadilan inilah yang
menjadi tujuan utama, sehingga tercapai kebahagiaan dunia akhirat.
Namun setiap individu bebas dalam membuat perjanjian yang belum ada
ketentuannya dalam syariah, termasuk didalamnya kebebasan menentukan
besarnya royalty fee, namun ada syarat yang membatasi yaitu selama tidak
bertentangan dengan syara’ dan tidak pula bertentangan dengan hakekat
perjanjian itu sendiri, sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Amr bin Auf
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ن ون اال صلحا حرم حال ال او احل حراما، والمسلمجآ ئز بين المسلمي الصلح على
ه الترمذى عن عمرو بن ارو(ما احرم حال ال او احل حر ا اال شرط شروطهم 53)عوف
Artinya: “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”. (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin Auf).
Berdasarkan dalil-dalil diatas ketentuan besarnya royalti merupakan
kesepakatan antara kedua belah pihak yang tertuang dalam perjanjian
wararalaba dan sah diberlakukan selama telah terdapat kesepakatan dan
53 Muhammad bin Ismail al-Kahlani, Subul al-Salam, (Bandung, Maktabah Dahlan, t.th.), juz
III, h. 59
kerelaan mengenai besarnya royalty fee yang harus dibayarkan pada saat akad,
serta tidak bertentangan dengan syara’ dan tidak pula bertentangan dengan
hakekat perjanjian itu sendiri.
BAB III
PROFILE LKS BERKAH MADANI
Sebelum menjabarkan profile BMT Berkah Madani, terlebih dahulu penulis
menjelaskan mengenai BMT itu sendiri.
Apa yang dewasa ini disebut sebagai Baitul Mậl wat-Tamwil (BMT) sebenarnya
adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan lembaga baitu al-mậl wa
al-tamwil, yakni merupakan lembaga usaha masyarakat yang mengembangkan aspek-
aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi dalam
skala kecil dan menengah.54
BMT atau yang biasa disebut Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mikro adalah
lembaga keuangan non bank yang dirancang berdasarkan syariah. Lembaga ini
didirikan oleh 20 sampai dengan 40 orang dengan dana urunan mencapai jumlah Rp.
10.000.000,00 atau minimal Rp. 5.000.000,00.55 Fungsi lembaga keuangan yang
didirikan atas dasar syariah ini membantu pendanaan baik sektor komersial maupun
non komersial.
54 Hedi Suhendi, dkk, BMT & Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung,
Pustaka Bani Quraisy, 2004), cet 1, h.29 55 A. Djajuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan,
(Jakarta, PT. RajaGrafindo, Persada, 2002), ed 1, cet 1, h.188
BMT merupakan gabungan dua lembaga yaitu baitul mậl (rumah harta) dan baitu
tamwil (rumah pembiayaan).56 Baitul mậl adalah lembaga keuangan yang
kegiatannya mengelola dana yang lebih bersifat nirlaba (non komersial). Adapun
sumber dana baitul mậl berasal dari zakat, infak, shadaqah, dan lain-lain.
Penyalurannya dialokasikan kepada mereka yang berhak menerima (Mustahik) yaitu
fakir, miskin, muallaf, fisabilillah, ibnu sabil, gharimin, hamba sahaya, dan musafir.
Sedangkan baitut tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun
dana dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profit. Sumber dana baitut
tamwil berasal dari simpanan (tabungan), deposito, saham, dan lain-lain.
Penyalurannya dialokasikan kepada pembiayaan-pembiayaan dan investasi.57
Jadi dari pengertian diatas BMT adalah sebuah lembaga keuangan yang bisa saja
dimiliki seseorang atau sekelompok orang-orang muslim yang memiliki semangat
untuk ikut membangun ekonomi Islam. Dengan bentuk kelembagaan dan fungsi
serupa dengan bank-bank konvensional akan tetapi tidak sama dalam bentuk
penyelenggaraan, pelayanan, dan tujuannya BMT tidak mengenal bunga atau riba.
Dalam operasionalnya berlandaskan kepada syariat Islam, bukan dengan tujuan
semata-mata keuntungan sebagaimana bank-bank yang ada, tetapi juga untuk
menjalankan ajaran Islam dalam rangka meraih keridhaan Allah SWT.
56 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta, FE UII, 2004), ed 2, cet 2, h.96 57 Mustafa Kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta, FE UI, 1997), h.212
A. Sejarah Pendirian LKS Berkah Madani
Sistem dan praktek yang berlaku di masyarakat seringkali tidak sejalan
dengan prinsip-prinsip ekonomi berkeadilan yang menarik perhatian pada
kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat kecil. Penyerapan kekayaan oleh
sekelompok kecil orang dipandang wajar dan sah. Padahal sebaliknya dalam
ajaran Islam penumpukan kekayaan secara berlebihan adalah terlarang, bahkan
diharamkan ssebab sangat jauh dari prinsip keadilan. Kenyataan seperti itu telah
lama berjalan dalam masyarakat. Selama itu pula kita umat muslim merindukan
berlakunya sistem ekonomi yang mengusung kesejahteraan dan keadilan sosial.
Berkembangnya usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan pengusaha kecil yang
jumlahnya puluhan juta unit baik di pedesaan maupun di perkotaan telah sering
kali dilakukan, baik oleh pemeintah maupun institusi swasta. Munculnya
lembaga-lembaga keuangan mikro semacam Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang
mencoba mendorong tumbuhnya kegiatan usaha produktif di masyarakat
merupakan bagian dari upaya tersebut, tak terkecuali LKS Berkah Madani.
Berangkat dari permasalahan tersebut, pada tanggal 5 Ramadhan 1425 H atau
19 Oktober 2004, berkumpul 19 orang pemuda dengan latar belakang yang
beragam dan dengan pengalaman luas, serta sudah teruji (Konsultan Manajemen,
Konsultan Microfinance-Microbanking, Banking, Konsultan IT) untuk
mewujudkan idealisme dalam pengembangan bisnis yang dapat memberikan
keberkahan bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin.58
Operasional LKS Berkah Madani dimulai pada tanggal 1 Muharram 1426 H
atau berteoatan dengan 10 Februari 2005. Modal awal pada saat itu tercatat hanya
sebesar Rp. 70.000.000 dan 2 orang karyawan. Delapan bulan berikutnya telah
mencapai aset Rp.1,5 M dan jumlah karyawan 5 orang.59 Namun sekarang jumlah
karyawan mencapai 34 orang.60 LKS berkah Madani Berbadan Hukum Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang disyahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi
dan UKM Nomor 486/BH/MENEG.I/V/2006 yang berkedudukan di kota Depok
dan beroperasi secara nasional.61
Secara simbolis, operasioal LKS Berkah Madani diresmikan oleh Bapak
Aburizal Bakrie (Menko Ekuin) dan Bapak Sugiharto, (Meneg BUMN) selaku
Anggota Luar Biasa Koperasi Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani pada acara
peletakan batu pertama pembangunan ESQ Madani Center di Jonggol, Jawa
Barat. Sedangkan kantor peresmian LKS Berkah Madani dilakukan oleh Dewan
58 Berkah Madani, “Sejarah Singkat”, artikel diakses pada 6 Agustus 2008 dari
http://berkahmadani.com/sejahtera.html 59 Ibid 60 LKS Berkah Madani, Brosur 61 Ibid
Penasehat Bapak Aries Muftie, Bapak Erwin Mardjuni, dan Bapak Wiwin
P.Sudjito.62
Hingga September 2007, penyaluran pembiayaan LKS Berkah Madani
tercatat sebesar Rp 1,99 miliar atau meningkat 12,43 persen dibandingkan periode
serupa tahun lalu Rp 1,77 miliar. “Akhir tahun ini, kita menargetkan penyaluran
pembiayaan Rp 2,3 miliar. Mudah-mudahan bisa tercapai dalam dua bulan
terakhir tahun ini,'' kata General Manajer LKS Berkah Madani, Zainal Zayadi
kepada Republika.
Hingga September 2007, DPK LKS Berkah Madani tercatat sebanyak Rp
853,4 juta. DPK tersebut terdiri dari dana tabungan sebanyak Rp 412 juta dan
dana deposito Rp 441 juta. Dari data perkembangan, aset BMT Berkah Madani
menunjukkan peningkatan. Hingga September 2007, aset LKS Berkah Madani
tercatat sebanyak Rp 2,2 miliar. Sedangkan, periode yang sama sebelumnya, aset
LKS Berkah Madani tercatat sebesar Rp 2,01 miliar.63
Menurut Manajer Operasional LKS Berkah Madani, Siti Umainah,
pembiayaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp. 1,77 miliar per Desember
2006 dibandingkan periode sama sebelumnya Rp. 1,5 miliar. “akhir tahun lalu
laba bersih kita juga meningkat dari Rp. 38 juta menjadi Rp. 58,6 juta”.
62 http://www.bmtberkahmadani.co.id, diakses pada 7 Juli 2008 63 Republika, BMT Berkah Madani Salurkan Pembiayaan Rp. 2,3 miliar, artikel ditulis pada
19 Oktober 2007 dari http://m.infoanda.com
Menurut Siti Umainah, tahun ini (2007) aset LKS Berkah Madani ditargetkan
meningkat menjadi Rp. 3 miliar, sedangkan DPK pembiayaan masing-masing
ditargetkan menjadi Rp. 1 miliar dan Rp. 2,5 miliar. “Laba bersih kita ditargetkan
meningkat menjadi Rp.100 juta.” 64
B. Visi, Misi, dan Tujuan LKS Berkah Madani65
Visi LKS Berkah Madani
“Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional
dalam memberi solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan
kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip fathonah,
amanah, shiddiq dan tabligh.”
Misi LKS berkah Madani
1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun
non-finansial.
2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas
masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.
3. Menjadi lembaga keuangan syariah yang tumbuh secara berkelanjutan seiring
dengan pertumbuhan usaha nasabahnya.
64 Republika, “Ekonomi Syariah”, artikel diakses pada 6 September 2008 dari
http://republika.co.id/koran_detail.asp 65 LKS Berkah Madani, Brosur
4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder
melalui pelayanan terbaik kepada stakeholder.
5. Menjadi organisasi pembelajar yang secara kontinyu meningkatkan
kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Insani yang beriman dan bertaqwa
dengan kesejahteraan yang maksimal.
Tujuan LKS Berkah Madani
1. Mendorong masyarakat untuk memiliki semangat dalam melakukan kegiatan
ekonomi dan bisnis, serta meningkatkan motivasi mereka untuk membangun
ekonomi negara.
2. Membentuk suatu rantai kerjasama antar pedagang dan pembantunya dengan
menyalurkan dana kemudian dimanfaatkan melalui perdagangan.
3. Memajukan ksejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur bedasarkan
Pancasila.
4. Membantu pelaku sektor usaha kecil dan mikro yang tidak memiliki akses
layanan perbankan.
5. Memberikan layanan keuangan alternatif berbasis syariah.
C. STRUKTUR ORGANISASI66
STRUKTUR ORGANISASI LKS BERKAH MADANI
66 LKS Berkah Madani, 2007
RAPAT ANGGOTA TAHUNAN
BADAN PENGAWAS
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
BADAN PENGURUS
Manajer Pendukung
General Affair
Accounting
Keuangan
Administrasi
Personalia Customer Service
Teller
Asisten AO
Koordinator AO
Koordinator Marketing
Koordinator AO
Asisten AO
Asisten AO
D. Produk dan Layanan67
Lembaga Keuangan Syariah Berkah Madani berfungsi sebagai lembaga
intermediasi antara pihak pemilik dana (modal) dengan para pelaku usaha
khususnya usaha mikro dan kecil.
LKS Berkah Madani menghimpun dana berupa simpanan anggota maupun
calon anggota serta koperasi lain. Untuk penghimpunan dana tersebut LKS
Berkah Madani menawarkan sejumlah produk simpanan yang sesuai dengan
ketentuan syariah Islam. Simpanan baik tabungan maupun investasi berjangka
dengan akad mudharabah al mutlaqah yang memberikan bagi hasil kepada
pemilik simpanan.
Produk pembiayaan mikro LKS Berkah Madani diutamakan untuk
penambahan modal usaha mikro dan kecil. Skim pembiayaan sesuai dengan
ketentuan syariah dapat berupa jual beli maupun kerjasama investasi. Jangka
waktu pembiayaan diprioritaskan untuk pembiayaan jangka pendek dengan
perputaran yang cepat (harian, mingguan dan bulanan).
Baitul mậl Berkah Madani melakukan penghimpunan dan penyaluran dana
zakat, infaq serta shadaqah dari para muhsinin dan muzakki. Penyaluran dana ZIS
kepada para mustahik diarahkan untuk digunakan untuk aktivitas produktif
sebagai modal usaha sehingga pemanfaatan dana zakat untuk pengentasan
kemiskinan akan lebih efektif.
67 LKS Berkah Madani, Produk dan Layanan, http://www.bmt.berkahmadani.com, diakses
pada 4 Agustus 2008
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Simpanan Berkah Hasil
Tabungan individu dengan berbagai kemudahan dan dapat ditarik
sewaktu-waktu bila diperlukan.
b. Simpanan Berkah Amanah
Rekening Tabungan diperuntukan bagi lembaga, organisasi sosial,
perusahaan maupun badan usaha koperasi.
c. Simpanan Berkah Siswa
Tabungan pelajar dan mahasiswa guna membiasakan hidup hemat dan
terencana sejak dini yang bebas biaya administrasi bulanan.
d. Simpanan Berkah Talbiyah
Rekening tabungan khusus untuk mewujudkan niat ibadah haji dan umrah
ke tanah suci.
e. Simpanan Berkah Kurban
Tabungan individu khusus untuk keperluan ibadah kurban. Membantu
nasabah merencanakan keuangan untuk pembelian hewan kurban. Bebas
biaya administrasi bulanan.
f. Simpanan Berkah Fitri
Tabungan individu khusus untuk persiapan menghadapi hari raya Idul
Fitri. Bebas biaya administrasi bulanan.68
68 Ibid.
g. Simpanan Berkah Walimah
Rekening tabungan khusus persiapan menghadapi hari pernikahan.
h. Berkah Invest
Sebagai lembaga amil zakat, LKS Berkah Madani telah bekerjasama
dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai mitra dalam
penyaluran dana yang dihimpun BAZNAS. Investasi Berjangka Berkah
Invest, investasi yang halal dan menguntungkan. Akad mudharabah
mutlaqah, menjamin investasi Anda akan mendapatkan bagi hasil yang
lebih besar dan sesuai syariah. Dapat diperpanjang secara otomatis
(automatic roll over) dan bagi hasil setiap bulan akan dipindahbukukan ke
rekening simpanan nasabah. Pilihan jangka waktu investasi dapat
disesuaikakan dengan kondisi nasabah, yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
atau 12 bulan.
2. Produk Penyaluran Dana (Pembiayaan)
a. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan untuk keperluan pembelian barang, baik berupa barang
modal, alat produksi, bahan baku, persediaan barang, maupun untuk
kebutuhan barang konsumtif. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai,
maupun dengan mengangsur untuk jangka waktu tertentu.69
b. Pembiayaan Mudharabah
69 Ibid.
Pembiayaan yang diberikan dimana LKS Berkah Madani sebagai pemilik
modal (shahibul mal) dan nasabah sebagai pengelola modal (mudharib).
Hasil yang diperoleh dari pengelolaan modal tersebut dibagi antara LKS
Berkah Madani dan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati ketika
akad.
c. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah pola kerjasama antara LKS Berkah
Madani dengan satu atau lebih mitra usaha dalam sebuah proyek/ aktivitas
usaha, dimana para pihak yang terlibat sama-sama berkontribusi dalam hal
permodalan maupun pengelolaan usaha. Pembagian hasil yang diperoleh
dari kegiatan usaha yang dilakukan dibagikan kepada para pihak yang
terlibat sesuai dengan kesepakatan yang dibuat pada waktu akad
dilakukan.
d. Pembiayaan Ijarah
Pola pembiayaan dimana LKS Berkah Madani menyewakan suatu barang/
jasa untuk digunakan manfaatnya oleh nasabah dengan sejumlah imbalan
yang dibayarkan nasabah kepada LKS Berkah Madani.
Pembiayaan Ijarah dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa
kendaraan, sewa tenaga kerja, pembayaran biaya sekolah, rumah sakit,
dokter serta jasa-jasa lainnya.70
70 Ibid.
e. Pembiayaan Qardh al-Hasan
Pembiayaan kebajikan yang dialokasikan BMT tanpa ditentukan atau
dikenakan bagi hasil di dalamnya. Pembiayaan Qardh al-Hasan
merupakan pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial.
Produk-produk yang tersedia pada LKS Berkah Madani merupakan produk
yang secara umum ada sama halnya seperti pada Bank Syariah.
E. Ketentuan Umum Perjanjian Franchise71
Ketentuan-ketentuan umum dalam perjanjian antara Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Berkah Madani dengan calon investor antara lain meliputi:
1. Hak dan Kewajiban
Berikut hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian dalam perjanjian kerja sama antara Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani dengan perwakilan investor yang
ingin mendirikan Lembaga Keuangan Syariah Berkah Madani:
a. Perwakilan dari investor berkewajiban menyediakan sejumlah dana dalam
rangka pembentukan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) cabang.
b. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani memberikan hak
penggunaan nama dan perijinan yang dimilikinya dalam rangka
pembentukan LKS Berkah Madani cabang.
71 Surat Perjanjian Kerjasama Pembentukan dan Operasional LKS Berkah Madani, h. 2
c. KJKS Berkah Madani memberikan asistensi dalam proses pembentukan
LKS Berkah Madani cabang.
d. KJKS Berkah Madani menyediakan Sistem Manajemen dan Aplikasi
Sistem Informasi untuk digunakan pada LKS cabang.
e. KJKS Berkah Madani dan perwakilan investor berkewajiban melakukan
supervisi terhadap operasional LKS Berkah Madani cabang.72
2. Bagi Hasil
Ketentuan bagi hasil antara KJKS Berkah Madani dengan calon investor
yaitu:
a. KJKS Berkah Madani dan perwakilan
investor bersepakat untuk berbagi hasil atas keuntungan yang diperoleh
dari pengelolaan LKS Berkah Madani cabang.
b. Bagi hasil yang diterima KJKS Berkah
Madani sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari nilai keuntungan bersih
setelah pajak (net profit after tax) yang dihitung setiap akhir tahun
pembukuan berdasarkan Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh
Auditor independen.
3. Kepemilikan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual
Sedangkan ketentuan kepemilikan terhadap hak atas Kekayaan Intelektual
adalah sebagai beriikut:
72 Ibid.
a. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yang melekat pada Sistem
Manajemen dan Aplikasi Sistem Informasi adalah milik KJKS Berkah
Madani secara keseluruhan.
b. Perwakilan investor dilarang menggandakan atau menduplikasilan
sebagian atau seluruh isi dari Sistem Manajemen dan Aplikasi Sistem
Informasi yang diberikan dan/atau diimplementasikan oleh KJKS Berkah
Madani pada LKS Berkah Madani cabang tanpa persetujuan KJKS Berkah
Madani.
4. Jangka Waktu Perjanjian
Ketentuan mengenai jangka waktu perjanjian antara KJKS Berkah Madani
dengan perwakilan investor antara lain:
a. Perjanjian berlaku sejak tanggal ditandatanganinya untuk jangka waktu
selama 3 (tiga) tahun.
b. Perjanjian dapat dievaluasi setiap tahun dan diakhiri sebelum jangka
waktunya berakhir berdasarkan kesepakatan para pihak.73
Ketentuan-ketentuan umum inilah yang terdapat dalam surat perjanjian
kerjasama pembentukan LKS Berkah Madani cabang yang untuk selanjutnya
ditandatangani sebagai tanda bahwa kedua pihak telah sepakat dengan ketentuan-
ketentuan tersebut.
73 Ibid.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Aplikasi Franchise pada LKS Berkah Madani
1. Persyaratan Kerjasama Franchise
Bagi individu maupun lembaga yang berkeinginan terjun ke dunia bisnis
dengan pola waralaba mempunyai persyaratan tertentu, baik bagi franchisor
maupun franchisee.
Persyaratan untuk Franchisor:
a. Telah cukup lama menekuni bisnisnya.
b. Tingkat keuntungan atau laba (profitability) yang cukup tinggi.
c. Sistem bisnis yang mudah diajarkan.
d. Produk dan jasa dapat dipasarkan secara luas.
e. Kuantitas dan kualitas SDM memadai.
Persyaratan untuk Franchisee:
a. Memiliki modal dan dana yang cukup.
b. Telah berpengalaman dalam berbisnis.
c. Berjiwa wiraswasta dan berani menanggung resiko berbisnis.
d. Memiliki lokasi usaha yang sesuai dengan persyaratan dari franchisor.
e. Mengikuti aturan main yang ditetapkan Franchisor.74
Persyaratan diatas tersebut adalah persyaratan secara umum bagi siapa
saja yang ingin terjun dalam bisnis Franchising. Pada LKS Berkah Madani,
persyaratan bagi investor yang ingin bermitra menjadi franchisee diantaranya
adalah:
a. Sudah memiliki pendiri, minimal terdiri dari 20 pendiri.
b. Mempunyai kecukupan modal.
c. Memiliki legalitas hukum, seperti Akte Pendirian, perizinan pendirian dari
Dinas Koperasi, serta
d. Memiliki kantor tempat beroperasi yang strategis, yaitu yang dekat dengan
pasar, perumahan, rumah ibadah, jalan utama, dan dekat dengan sarana
pendidikan. Ini adalah persyaratan kelayakan lokasi Lembaga Keuangan
mikro.75
Ditambahkan oleh Direktur PT. Berkah Madani, yaitu Bapak Abdi Irawan,
bahwa persyaratan calon franchisee yaitu sudah memiliki pengurus, namun
hal ini tidak mutlak ada, selanjutnya calon franchisee disyaratkan mempunyai
visi dan minat yang sama dalam pemberdayaan ekonomi umat, disyaratkan
pula adanya investor yang akan menyokong keseluruhan dana yang
74 Darmawan Budi Suseno, Waralaba: Bisnim Minim Resiko Maksim di Laba, (Yogyakarta,
Pilar Humania, 2005), h. 47-48 75 Wawancara pribadi dengan Bapak Zainal Zayadi, Manajer LKS Berkah Madani Cimanggis,
6 September 2008
diperlukan untuk kerja sama franchise ini, serta bersedia mengikuti peraturan
yang ditetapkan oleh LKS Berkah Madani.76
Dari persyaratan untuk menjadi franchisee seperti yang dikemukakan oleh
direktur PT. Berkah Madani dan Manajer LKS Berkah Madani Cimanggis
tersebut tidak ada yang bertentangan dari sisi syariah dan ketentuan umum
mengenai franchise. Hal yang terpenting dalam bisnis yang dikembangkan
dalam BMT ini harus tetap menjunjung misi utama pembentukan BMT itu
sendiri, yaitu pemberdayaan ekonmi umat dan sarana pembelajaran bagi
masyarakat umum mengenai sistem lembaga keuangan yang berlandaskan
syariah.
2. Mekanisme Franchise pada LKS Berkah Madani
Waralaba merupakan suatu sistem dalam pemasaran barang dan jasa yang
melibatkan dua pihak, yaitu franchisor dan franchisee. Sistem ini merupakan
suatu kiat untuk memperluas usaha dengan cara menularkan sukses. Dengan
demikian, dalam sistem ini harus terdapat pelaku bisnis yang sukses dan
kesusksesan yang diperolehnya tersebut akan disebarlusakan kepada pihak
lain.
76 Wawancara pribadi dengan Bapak Abdi Irawan, Direktur PT. Berkah Madani, 9 September
2008
Mekanisme kerja dalam Franchise berdasarkan prinsip kesetaraan dan
saling menguntungkan. Kesetaraan berarti hubungan kerja antara franchisor
dan franchisee bersifat kolegial (horisontal), tidak seperti hubungan atasan
dan bawahan. Kalaupun ada hubungan yang bersifat vertikal, semata-mata itu
kewajiban franchisee dalam mengikuti sistem dan aturan yang ditetapkan
franchisor. Saling menguntungkan, berarti masing-masing pihak (franchisor
dan franchisee) menciptakan sinergi untuk mencapai tingkat laba optimal dan
dibagi proporsional.77
Hubungan kemitraan usaha antara franchisor dengan franchisee pada LKS
Berkah Madani dapat digambarkan sebagai berikut:78
77 Suseno, Waralaba; Bisnis, h. 48-49 78 Irawan, wawancara
LKS BERKAH MADANI
(Franchisor)
PT. BERKAH MADANI
INVESTOR
LKS BERKAH MADANI
(Franchisee)
Franchisor memberikan bantuan manajemen, teknis, dan pemasaran
kepada franchisee selama keduanya terikat dalam kontrak. Bantuan yang
diberikan tidak hanya franchisee dalam kondisi bisnis yang stabil, tetapi lebih
khusus saat franchisee dalam kondisi kritis. Atas bantuan tersebut, menjadi
logis ketika franchisee diwajibkan membayar sejumlah royalti kepada
franchisor.
Franchisee membayar fee atas izin menggunakan merk dagang dan sistem
bisnis. Sedangkan pembayaran royalti dugunakan sebagai timbal jasa atas
bantuan manajemen, teknik, dan promosi yang diberikan oleh franchisor
secara continue tersebut.
Secara praktis, bentuk kerja sama dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
aspek formal dan relasional. Aspek formal landasan yang paling penting
adalah perjanjian kerja sama yang dituangkan dalam dokumen tertulis.
Sedangkan aspek relaisonal adalah kerja sama yang bersifat operasional dan
tidak menutup kemungkinan juga bersifat hubungan emosional. Dalam hal ini
franchisor maupun franchisee sudah harus sepakat untuk melakukan
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan tersebut dengan penuh
kejujuran dan saling percaya satu sama lain. Atau dengan kata lain,
franchisor mendorong keberhasilan usaha franchisee melalui bantuan teknis,
menajemen, dan pemasaran secara berkelanjutan. Bila pembinaan atas
franchisee gagal, kredibilitas dan citra akan tercoreng.79
Umumnya mekanisme franchise yang diterapkan pada LKS Berkah
Madani yaitu:80
a. Investor mengajukan kerja sama ke PT. Berkah Madani,
b. Diadakan dulu Feasibility Study oleh PT Berkah Madani yang mencakup
persyaratan-persyaratan calon franchisee seperti yang dikemukakan diatas,
c. Sosialisasi hasil Feasibility Study yang sudah dilakukan kepada Pengurus
Berkah Madani,
d. Setelah disetujui secara teori oleh pengurus Berkah Madani, yang berarti
hasil observasi memungkinkan untuk didirikan BMT, lalu disosialisaikan
kepada masyarakat sekitar lokasi yang akan didirikan LKS Berkah
Madani, biasanya dengan menggunakan kuisioner ke calon nasabah yang
tinggal di sekeliling lokasi.
e. Setelah semua pihak mendukung untuk pendirian LKM, baik investor,
pengurus Berkah Madani, maupun masyarakat sekitar, Badan Hukum pun
sudah memenuhi, maka investor harus mulai menyiapkan anggaran.
f. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama,
g. Setelah dana dibayarkan, diadakanlah rekrutmen pegawai,
79 Suseno, Waralaba; Bisnis, h. 50-55 80 Irawan, wawancara
h. Penyeleksian pegawai,
i. Pengadaan pelatihan calon pegawai pada tempat-tempat DIKLAT,
j. Pegawai diberikan pembekalan dengan dimagangkan pada BMT Berkah
Madani Depok,
k. Pengaplikasian SOP,
l. Pengaplikasian software,
m. Barulah diadakan launching BMT Berkah Madani baru.
Berikut ini alamat Franchisee LKS Berkah Madani yang mulai beroperasi
secara nasional:
a. Kantor Pusat Operasional
Jl. Akses UI no. 44, Kelapa Dua
Cimanggis - Depok 16951
Telp. 021 - 70983911
b. Kantor Pelayanan Jati Asih Bekasi
Jl. Swatantra
Jati Asih - Bekasi
Telp. 021 - 70973095
c. Kantor Pelayanan Gas Alam Cimanggis
Jl. Gas Alam Pertamina no. 14, Cisalak Pasar
Cimanggis - Depok
Telp. 021 - 70387590
d. Kantor Pelayanan Medan
Jl. Setiabudi Pasar I no. 55E
Tanjung Sari - Medan
Sumatera Utara
e. Kantor Pelayanan Jakarta Utara
Jl. Bendungan Melayu Utara no. 11
Jakarta Utara
Telp. 021 - 68535869
f. Kantor Pelayanan Ciputat
Jl. Ir H. Juanda Komp. Mega Mall Blok D no. 6
Ciputat - Tangerang
Telp. 021 – 7429810
g. Kantor Pelayanan Cihampelas Bandung
Jl. Cihampelas 103
Cihampelas - Bandung 40131
Telp. 022 - 203543281
Saat ini Kantor Pelayanan Ciputat sudah tidak menjadi franchisee LKS
Berkah Madani lagi dan sudah berganti nama menjadi LKS Bakti Muria.
Selama masih menjadi franchisee LKS Berkah Madani Depok, franchisee
berhak menggunakan nama LKS Berkah Madani. Setelah jangka waktu
perjanjian berakhir franchisee boleh tetap menggunakan nama LKS Berkah
81 http://www.bmt.berkahmadani.com, diakses pada 7 Juli 2008
Madani seperti LKS Berkah Madani Cimanggis atau mengganti nama seperti
pada Kantor Pelayanan Ciputat.
3. Biaya Franchise LKS Berkah Madani
Biaya-biaya yang perlu disediakan oleh investor yang akan menjadi
franchisee LKS Berkah Madani yaitu:
a. Biaya konsultan, kurang lebih sebesar Rp. 60 juta, dana ini yang masuk ke
dalam kas PT Berkah Madani dan digunakan untuk Feasibility Studi,
rekrutmen, seleksi karyawan, pendampingan, pelatihan, sampai dengan
penggunaan IT.
b. Subsidi operasional sebesar Rp. 12 juta perbulan, dibayarkan untuk
setahun menjadi Rp. 60 juta. Dana ini digunakan untuk biaya operasional
LKS Berkah Madani cabang, seperti untuk pembayaran gaji karyawan,
dan lain sebagainya.
c. Dana sarana, sebesar Rp. 60 juta, seperti untuk inventaris kantor, yang
mencakup meja, kursi, computer, brankas, dan lain sebagainya. Dana ini
bisa sudah termasuk biaya sewa gedung atau belum, tergantung pada
lokasi dan luas gedung.
d. Dana bergulir yang nantinya akan digunakan untuk dikelola oleh
manajemen. Dana ini dibayarkan berdasarkan asumsi besarnya
keseluruhan biaya operasional yang akan dikeluarkan dan besarnya
margin keuntungan yang ingin didapatkan dari pembiayaan. Misalnya
diasumsikan total biaya yang dikeluarkan setiap bulannya adalah Rp. 15
juta, margin yang diinginkan sebesar 3 persen. Maka dana bergulir yang
harus dipersiapkan dan dikelola setiap bulannya adalah Rp. 500 juta untuk
mencapai titik impas. Agar mendapatkan untung, dana yang harus
dipersiapkan untuk dikelola harus lebih dari itu. Semakin besar biaya dan
margin yang diinginkan akan semakin memperbesar dana yang harus
disiapkan. Bisa juga dana ini disubsidi oleh PT. Berkah Madani selama 6
bulan sampai dengan satu tahun. Keuntungan yang didapatkan dari
pengelolaan dana tersebut dipisahkan setiap bulannya, dan kemudian dana
tersebut diambil kembali oleh pihak PT. Berkah Madani setelah jangka
waktu subsidi berakhir.82
Sedangkan Royalty fee yang dibebankan oleh LKS Berkah Madani kepada
franchisee yaitu membagi Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 25 persen dari
keuntungan bersih setelah dikurangi pajak dan zakat setiap akhir tahun
pembukuan setelah diadakan Rapat Anggota Tahunan. Perhitungannya yaitu
pendapatan dikurangi beban usaha sehingga didapatkan hasil usaha operasi.
Hasil usaha operasi ditambahkan dengan pendapatan lain-lain sehingga
didaatkan SHU bersih sebelum pajak penghasilan. Setelah dikurangkan
dengan pajak penghasilan, maka didapatkanlah SHU bersih setelah pajak
penghasilan. SHU inilah yang akan dibagi hasilkan kepada franchisor.
82 Irawan, wawancara
Perhitungan yang terdapat pada Laporan Keuangan Daftar Penghitungan Sisa
Hasil Usaha ini dibuat oleh franchisee namun telah diaudit oleh Auditor
Independen. Dana dapat dibayarkan langsung atau bisa melalui rekening bank
yang ditunjuk. Untuk LKS Berkah Madani Cimanggis, bank yang digunakan
yaitu Bank Muamalat Indonesia.
4. Prospek Franchise LKS Berkah Madani
Menurut Direktur PT. Berkah Madani, Bapak Abdi Irawan, prospek
pengembangan BMT melalui sistem franchise sangat besar. Hal ini terkait
dengan kemudahan-kemudahan yang didapatkan oleh investor dalam
bergabung dengan menggunakan brand name Berkah Madani dengan sistem
franchise dibandingkan dengan mendirikan sendiri. Sebenarnya banyak
masyarakat yang ingin mendirikan BMT, namun terkendala oleh
permasalahan perizinan yang rumit, dan memakan waktu lama untuk
mengurusnya, serta kurangnya pengalaman untuk mengelola BMT secara baik
dan benar.
Selain itu, franchise yang dikembangkan oleh Berkah Madani mempunyai
sistem yang sangat demokratis. PT. Berkah Madani memberikan keleluasaan
kepada investor setelah habis jangka waktu perjanjian kerja sama untuk
memilih apakah ingin meneruskan kembali kerja sama atau ingin terpisah dari
Berkah Madani. Hal ini tentu saja amat menguntungkan franchisee, karena
dengan pengalaman yang dimiliki, karyawan yang sudah memiliki
pengalaman, SOP yang masih terus dijalankan, serta aset yang terus tumbuh
dari hasil pengelolaan selama jangka waktu kerja sama, bisa dilanjutkan oleh
pengelola yang baru. Dengan demikian keberhasilan tersebar dan misi untuk
membedayakan ekonomi umat tercapai. Selain itu dengan beroperasinya
Berkah Madani secara nasional, tentu saja akan membuka peluang
menciptakan banyak lapangan kerja. 83
Menurut penulis, mengingat kemudahan-kemudahan yang didapatkan oleh
franchisee tentu membuka prospek tumbuh dan berkembangnya LKS Berkah
Madani semakin besar. Namun dari sisi sistem yang dijalankan, seperti yang
disebutkan diatas, bahwa franchisee kelak diberikan kebebasan untuk memilih
apakah akan tetap bergabung atau melepaskan diri dan berganti nama
menyimpan masalah baru bagi franchisee yang melepaskan diri. Hal ini
terkait dengan nama LKS Berkah Madani yang sudah dikenal oleh
nasabahnya. Mengingat bahwa makna suatu brand atau merek bagi sebuah
produk barang atau jasa maupun lembaga menjadi sangat dominan dan telah
menjadi pedoman bagi masyarakat dalam memilih. Oleh sebab itu tidaklah
mudah bagi franchisee yang lepas dan menggunakan nama sendiri bisa
memasuki persaingan tanpa memiliki kelebihan atau keunikan tersendiri. Dan
hal ini secara tidak langsung bisa mengakibatkan nasabah ragu dan beralih.
Hal inilah yang menurut penulis selain bisa menjadi masalah bagi franchisee
83 Irawan, wawancara
yang melepaskan diri dan berganti nama, juga menjadi prospek besar bagi
franchisor karena nama yang sudah dikenal dan dipercaya nasabah sehingga
franchisee menjadi ragu untuk melepaskan diri bila tidak disertai dengan
keunggulan maupun keunikan tersendiri.
5. Resiko Franchise LKS Berkah Madani
Resiko pengembangan Franchise pada BMT Berkah Madani ini yaitu
berkaitan dengan pengembangan bisnis untuk jangka panjang. Dengan
prospek karena sistem yang demokratis dalam kerja sama seperti yang
disebutkan sebelumnya, juga menyimpan resiko bisnis dengan sistem yang
diterapkan tersebut. Menurut Bapak Abdi Irawan, untuk jangka panjang,
sistem yang memberikan keleluasaan untuk memilih meneruskan kerjasama
atau lepas dari Berkah Madani tersebut kurang baik dari sisi bisnis jika
dibandingkan dengan usaha lain yang dijalankan dengan sistem franchise,
seolah-olah Berkah Madani selalu mencari yang baru. Namun bagi Berkah
Madani hal tersebut bukan menjadi masalah yang besar karena visi
pengembangan franchise oleh Berkah Madani bukan profit oriented semata,
namun visi nya yaitu untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang
ingin mendirikan BMT guna memberdayakan ekonomi umat.
Selain itu, resiko yang terdapat pada pengembangan franchise ini yaitu
mengenai masalah nama Berkah Madani. Terutama ketika BMT cabang pailit,
tutup, rugi. Karena hal ini dapat merusak nama Berkah Madani. Kalau palit,
rugi, banyak tunggakan, sedikit banyak mengganggu Berkah Madani pusat,
meskipun tidak berimplikasi pada keuangan pusat, namun nama Berkah
Madani yang dipertaruhkan.
Selanjutnya yaitu resiko pada citra syariah, karena Berkah Madani
dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Jika terjadi penyelewengan atau
konflik internal yang mengakibatkan terganggunya proses transaksi, nasabah
akan terganggu, dan bisa saja nasabah menjadi tidak percaya dengan BMT
yang notabene-nya dijalankan berdasarkan syariah Islam.84
Menurut penulis, resiko besar bagi Lembaga Pemberdayaan Umat
seperti LKS Berkah Madani yang dikembangkan dengan sistem bisnis
franchise yaitu dikhawatirkan misi utama pembentukan BMT seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, yaitu untuk memberdayakan ekonomi umat dan
menjadikan BMT sebagai sarana edukasi bagi masarakat akan lembaga
keuangan yang dijalankan oleh sistem syariah menjadi hilang karena tertutup
oleh misi bisnis semata. Apabila misi utama ini tetap dipertahankan dan
dilaksanakan oleh franchisor maupun franchisee, dan dengan manajemen
yang handal dan tetap berpegang teguh pada prinsip dasar bisnis Islami, Insya
Allah resiko-resiko pengembangan LKS dengan sistem franchise ini akan
terhindarkan.
B. Analisis aplikasi Royalty Fee pada LKS Berkah Madani
84 Irawan, wawancara
Saat ini Royalty fee yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani dibayarkan
dengan prinsip bagi hasil, kedua pihak telah sepakat untuk membagi Sisa Hasil
Usaha (SHU) sebesar 25 persen dari keuntungan bersih setelah dikurangi pajak
dan zakat setiap akhir tahun pembukuan, biasanya setelah diadakan Rapat
Anggota Tahunan (RAT), umumnya di bulan Februari-Maret.
Dengan skim seperti ini memungkinkan untuk tidak dibayarkannya royalti.
Pembayaran royalti dengan skim ini dibayarkan setelah Rapat Anggota Tahunan,
bisa saja dalam RAT tersebut ada kebijakan-kebijakan yang mengakibatkan
tertahannya pembayaran royalti. Tentu ini akan merugikan franchisor, karena
franchisor sudah bekerja keras dalam kerja sama ini dari awal pendirian. Selain
itu, dengan penetapan bagi hasil dari keuntungan bersih, membuka kemungkinan
untuk adanya penggelembungan biaya-biaya sehingga mengurangi keuntungan
bersih, dan mengurangi bagi hasil yang dibayarkan kepada franchisor.
Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam beraktivitas ekonomi secara
islami, diantaranya masalah kerelaan dan keadilan. Dengan skim tersebut,
dimungkinkan ada salah satu pihak yang dirugikan, dikhawatirkan akan
menghilangkan kerelaan pihak yang dirugikan dan memungkinkan untuk tidak
terciptanya keadilan.
Sedangkan tujuan utama Islam adalah untuk menegakkan keadilan melalui
penciptaan manusia. Ketika seseorang berbuat tidak adil kepada orang lain, maka
orang tersebut akan membalasnya dengan berbuat tidak adil pula. Dengan
demikian akan tercipta kehidupan yang penuh dengan ketidakadilan dalam
masyarakat.85
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka untuk perjanjian kerja sama
berikutnya, skim pembayaran royalty akan dirubah menjadi 5% dari pendapatan
kotor setiap bulan dimulai dari bulan ke empat setelah beroperasi. Dengan
pertimbangan bahwa setiap bulannya pasti ada pendapatan dari operasional BMT.
Sedangkan biaya operasional sudah disubsidi oleh investor seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya mengenai biaya-biaya yang harus disiapkan investor yang
ingin menjadi franchisee LKS Berkah Madani.
Dengan skim ini lebih adil bagi kedua belah pihak dan memperkecil
kemungkinan adanya kecurangan-kecurangan. Karena itu dibutuhkan hubungan
yang dilandasi oleh kepercayaan kepada kedua belah pihak, baik franchisor
maupun franchisee.
Karena kepercayaan adalah elemen terpenting berkehidupan sosial dalam
Islam dan merupakan landasan dari seorang individu dengan Allah dan dengan
individu lainnya dalam masyarakat. Begitu besarnya Islam memberikan perhatian
yang besar pada hubungan yang dilandasi dengan rasa saling percaya sebagai sifat
kepribadian yang wajib untuk dimiliki setiap individu.86
85 Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, An Introduction to Islamic Finance; Theory and Practice,
(Singapura, John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, 2007), h. 10-11 86 Ibid., h. 35-36
Namun kembali lagi ke asas kebebasan melakukan perjanjian dalam Islam.
Manusia diberi kebebasan untuk melakukan perjanjian, termasuk juga ketentuan
mengenai besarnya royalty fee yang harus dibayarkan oleh franchisee LKS
Berkah Madani. Ketentuan mengenai royalty fee yang tertuang dalam perjanjian
kerja sama ini tidak bertentangan dengan syariat Islam selama objek perjanjian
tersebut tidak merupakan hal yang dilarang dalam syariat Islam dan tidak pula
bertentangan dengan hakikat perjanjian itu sendiri, serta kedua pihak baik
franchisor maupun franchisee sudah sepakat dan rela dengan ketentuan tersebut
yang ditandai dengan ditanda tanganinya surat perjanjjian kerja sama yang
memuat mengenai besaran royalty fee yang harus dibayarkan oleh franchisee
selama jangka waktu kerja sama.
C. Inovasi dalam bisnis Franchise yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani
Franchise berkembang sangat pesat. Saat ini jenisnya tidak lagi terbatas hanya
pada makanan, tapi juga merambah sektor hotel, pendidikan, kerajinan, bisnis
center, salon, retail, laundry, dan lain-lain. Lembaga Keuangan Syariah Berkah
Madani pun tak mau ketinggalan dalam bisnis yang berslogan menyebarkan
kesuksesan ini. LKS Berkah Madani melakukan inovasi dengan turut meramaikan
bisnis Franchise, sehingga menambahkan satu lagi sektor yang dimasuki bisnis
Franchise, yaitu sektor Lembaga Keuangan Syariah berbentuk BMT. Hal ini
merupakan langkah yang fenomenal mengingat belum ada sektor Lembaga
Keuangan Syariah yang mengembangkan jaringannya melalui sistem Franchise.
Inovasi lain dalam bisnis Franchise yang dikembangkan oleh LKS Berkah
Madani yaitu dari sisi ikatan kerjasama setelah habis jangka waktu perjanjian
kerja sama, LKS Berkah Madani memberikan kebebasan untuk memilih apakah
akan dilanjutkan memakai brand name LKS Berkah Madani ataukah lepas dan
mendirikan LKS sendiri dengan menggunakan brand name dan manajemen
sendiri, seperti yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani Kantor Pelayanan
Ciputat. Sedangkan bila jangka waktu perjanjian telah habis, namun Franchisee
masih menginginkan menggunakan manajemen LKS Berkah Madani, brand name
tetap hanya saja ada penambahan dibelakangnya, seperti LKS Berkah Madani
Cimanggis.
Inovasi lainnya yaitu dari aspek royalty fee, LKS Berkah Madani menetapkan
royalty fee dengan prinsip bagi hasil, yaitu sebesar 25% dari besarnya Sisa Hasil
Usaha per tahun setelah dikurangi pajak dan zakat.
D. Keunggulan dan Kelemahan franchise bagi Franchisee LKS Berkah Madani
Keunggulan mengaplikasikan franchise bagi Franchisee LKS Berkah Madani
bila dibandingkan dengan memulai usaha sendiri antara lain:
1. Memulai suatu bisnis dengan kepercayaan diri yang tinggi, karena didukung
oleh franchisor yang memiliki nama yang dikenal.
2. Menjalankan bisnis secara efisien, karena memiliki sistem bisnis yang sudah
mapan.
3. Akses pasar dan perbankan (lembaga pembiayaan) terbuka.
4. Memulai usaha dengan karyawan yang lebih kompeten dibidangnya, karena
sudah diberikan pelatihan.
5. Memulai usaha dengan waktu yang lebih cepat untuk beroperasi karena
dibantu dalam hal perizinan yang umumnya memakan waktu yang lama.
6. Lebih cepat dikenal oleh masyarakat karena dibantu dalam hal promosi dan
periklanan.
Kelemahan mengaplikasikan franchise bagi Franchisee LKS Berkah Madani
dibandingkan dengan memulai usaha sendiri antara lain:
1. Biaya atau modal yang dikeluarkan tidak sedikit, karena harus membayar fee
awal dan royalti.
2. Adanya keterikatan pada franchisor, di mana jenis produk dan skim
pembiayaan yang ditawarkan oleh franchisee terbatas dan sangat bergantung
pada franchisor.
3. Franchisee tidak terbebas lagi menjalankan usaha, ia harus mematuhi segala
peraturan yang telah ditetapkan oleh franchisor.
4. Berkurangnya kemandirian franchisee dalam menjalankan usaha karena
bergantung pada bantuan yang diberikan oleh franchisor.
5. Berkurangnya inovasi franchisee karena dibatasi oleh franchisor.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Waralaba yang dikembangkan oleh LKS Berkah Madani yaitu berupa izin
menggunakan brand Berkah Madani, Sistem Manajemen, Perizinan, serta
SOP. Setelah persyaratan untuk menjadi Franchisee terpenuhi, maka
Franchisor akan memberikan bantuan manajemen, teknis, dan pemasaran
kepada franchisee selama keduanya terikat dalam kontrak. Atas bantuan
tersebut, franchisee diwajibkan membayar sejumlah royalti kepada franchisor.
Setelah habis jangka waktu perjanjian kerja sama, LKS Berkah Madani
memberikan kebebasan kepada Franchisee untuk memilih apakah akan
dilanjutkan memakai brand LKS Berkah Madani ataukah lepas dan
mendirikan LKS sendiri dengan menggunakan brand name dan manajemen
sendiri.
2. Royalty fee yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani dibayarkan dengan
prinsip bagi hasil sebesar 25 persen dari keuntungan bersih setelah dikurangi
pajak dan zakat dan dibayarkan setiap akhir tahun pembukuan. Besarnya
ketentuan bagian royalti dari laba bersih tersebut merupakan kesepakatan dan
kerelaan antara kedua belah pihak. Selama tidak bertentangan dengan syara’
dan tidak pula bertentangan dengan hakekat perjanjian itu sendiri, maka
penetapan royalty fee pada Franchisee LKS Berkah Madani adalah sah untuk
diberlakukan.
3. Inovasi yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani dalam bisnis Franchise
antara lain yaitu menambahkan satu lagi sektor yang dimasuki bisnis
Franchise, yaitu sektor Lembaga Keuangan Syariah berbentuk BMT. Inovasi
lainnya yaitu dari sisi ikatan kerjasama setelah habis jangka waktu perjanjian
kerja sama, LKS Berkah Madani memberikan kebebasan untuk memilih
apakah akan dilanjutkan memakai brand name LKS Berkah Madani ataukah
lepas dan mendirikan LKS sendiri. Serta dari aspek royalty fee, LKS Berkah
Madani menetapkan royalty fee dengan prinsip bagi hasil, yaitu sebesar 25%
dari besarnya Sisa Hasil Usaha per tahun setelah dikurangi pajak dan zakat.
4. Keunggulan bagi franchisee LKS Berkah Madani dibandingkan dengan
memulai usaha sendiri antara lain dalam hal keunggulan nama yang sudah
dikenal, efisiensi manajemen dan waktu karena sistem manajemen yang telah
teruji dan bantuan perizinan, serta akses pasar dan perbankan yang luas.
Sedangkan kelemahan bagi franchisee LKS Berkah Madani dibandingkan
dengan memulai usaha sendiri antara lain modal yang dikeluarkan tidak
sedikit, adanya keterikatan kepada franchisor dalam hal produk yang
ditawarkan kepada nasabah, kurangnya kebebasan dalam menjalankan usaha
dan inovasi-inovasi bisnis, serta mengurangi kemandirian franchisee dalam
menjalankan usaha karena bergantung pada bantuan franchisor.
B. Saran
1. Hendaknya seluruh umat Islam tidak meragukan dengan konsep franchise
yang dikembangkan pada Lembaga Keuangan Syariah ini meskipun berasal
dari Kapitalis, karena konsepnya merupakan transaksi yang diperbolehkan
oleh Islam dengan catatan tetap menjaga nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar
ekonomi Islam dalam kegiatan praktek bisnisnya.
2. Hendaknya franchisor membuat standarisasi waralaba yang jelas dan baik,
serta menjaga hubungan yang harmonis antara franchisor dan franchisee
karena hubungan inilah yang menjadi ciri khas dalam sistem bisnis ini.
3. Alangkah baiknya bila masyarakat yang memiliki modal mendirikan BMT
dengan menjadi franchisee pada LKS Berkah Madani mengingat pengalaman
dan SOP yang dimilki oleh LKS Berkah Madani sudah baik, terbukti dengan
pesatnya perkembangan usaha yang sudah menjadi franchisee LKS Berkah
Madani selama ini. Hal ini dikarenakan BMT lebih menyentuh sektor
perekonomian masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki Usaha Kecil
Menengah. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar usaha di
Indonesia adalah di sektor UKM.
DAFTAR PUSTAKA
A.S., Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1994 Abdul Husain at-Tariqi, Abdullah, Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan,
Yogyakarta, Magistra Insani Press, 2004 Abs as-Sala, Izzuddin ibn, Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, Beirut, Dar-al
Kutub al-Ilmiyyah, jil.II, tth Agus Riswandi, Budi, et.al., Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta,
PT. RajaGrafindo Persada, 2004 Ahmadi, Abu, et.al., Sistem Ekonomi Islam: Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya,
Surabaya, Bina Ilmu, 1980 Al-Durani, Fathi, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islam al-Muqaran, Beirut, Mu’assasah
al-Risalah, 1984 Ash-Shidiqi, M Hasbi, Koleksi Hadist-hadist Hukum, Semarang, PT. Pustaka Rizki
Putra, cet. III, jil. II, 2001 Berkah Madani, “Sejarah Singkat”, artikel diakses pada 6 Agustus 2008 dari
http://berkahmadani.com/sejahtera.html Budi Suseno, Darmawan, Waralaba; Bisnis Minim Resiko Maksim di Laba,
Yogyakarta, Pilar Humania, 2005 Budi Suseno, Darmawan, Waralaba dan Ekonomi Syar’I,
http://www.pkesinteraktif.com Chapra, Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia
Institut, 2000 Departemen Agama RI, Mushaf al-Quran Terjemah, Jakarta, Pena Pundi Aksara,
2002 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 2005
Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenada Media Group, eds I, 2005
Djajuli. A, dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah
Pengenalan, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, ed 1, cet 1, 2002 DSN MUI-BI, Himpunan Fatwa DSN MUI, eds Revisi, Jakarta, 2006 Guritno, T, Kamus Perbankan dan Bisnis, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 1996 Hamdani, Ikhwan, Sistem Pasar; Pengawasan Ekonomi (Hisbah) dalam Perspektif
Ekonomi Islam, Jakarta, Nur Insani, 2003 http://www.bmtberkahmadanisejahtera.co.id, diakses pada 7 Juli 2008 http://www.hudzaifah.org, diakses pada 12 September 2008 http://www.majalahfranchise.com, diakses pada 7 Juli 2008
http://www.mui.or.id., diakses pada 12 September 2008
Ibrahim, Johanness, S.H, M.Hum, Lindawaty Sewu, S.H, M.Hum, Hukum Bisnis;Dalam Perspektif Manusia Modern, Bandung, PT. Refika Aditama, 2004
Ismail al-Kahlani, Muhammad bin, Subul as-Salam, Bandung, Maktabah Dahlan, juz.
III, tth Iqbal, Zamir, Abbas Mirakhor, An Introduction to Islamic Finance;Theory and
Practice, Singapura, John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, 2007 Kamal, Mustafa, Wawasan Islam dan Ekonomi; Sebuah Bunga Rampai, Jakarta,
Lembaga Penerbit FEUI, 1997 Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, Jakarta, Kalam Mulia, 1994 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Kosda
Karya, 1997, cet.ke-8 Mannan, M. Abdul, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997
Muchtasib, BMT Berkah Madani Tawarkan Sistem Franchise, http://www.pkesinteraktif.com, 14 Maret 2008
Muhammad al-Assal, Ahmad, et.al., Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam,
Bandung, CV. Pustaka Setia, 1999 Muslich, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta, Ekonosia, 2004 Musrofah, Siti, Konsep Maslahah Mursalah dalam Dunia Bisnis dengan Sistem
Franchise (Waralaba), Fak Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008
Novianti, Sisca, Bisnis Franchising dalam Kajian Hukum Ekonomi Islam; Studi pada
Franchise Papa Rons Pizza, Fak. Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005
Perhatikan Produk yang Ditawarkan, Majalah Sharing, Edisi 9, Th I, Juli 2007 Republika, BMT Berkah Madani Salurkan Pembiayaan Rp. 2,3 miliar, artikel ditulis
pada 19 Oktober 2007 dari http://m.infoanda.com Republika, “Ekonomi Syariah”, artikel diakses pada 6 September 2008 dari
http://republika.co.id/koran_detail.asp Rumapea, Tumpal, Posman Haloho, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta, Erlangga,
eds.ke-2, 1994 Sarosa, Pietra, Kiat Praktis Membuka Usaha;Mewaralabakan Usaha Anda, Jakarta,
PT. Elex Media Komputindo, 2004 Selayang Pandang BMT Berkah Madani,
http://bmtberkahmadanisejahtera.wordpress.com, 16 Februari 2008 Sewu, Lindawaty, Franchise; Pola Bisnis Sektakuler dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi, Bandung, CV Utomo, 2004 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi, ed 2,
cet 2,Yogyakarta, FE UII, 2004 Suhendi, Hedi, et.al, BMT & Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syariah,
Bandung, Pustaka Bani Quraisy, cet 1,2004
Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis;Waralaba, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, cet.ke-2, 2003
HASIL WAWANCARA Wawancara dilakukan dengan Bpk. Ir. H. Zainal Zayadi
Pada 6 September 2008 di LKS Berkah Madani, Gas Alam-Cimanggis
1. Sejak kapan LKS Berkah Madani menjalankan bisnis franchising? Franchising LKS Berkah Madani mulai dikembangkan 1 (satu) tahun setelah mulai berdiri, yaitu pada Januari 2006. Dimulai dengan Bandung, Bekasi Priok, Medan, Gas Alam, dan sebagainya.
2. Apa yang mendorong LKS Berkah Madani mengembangkan bisnis franchising? Franchising dikembangkan dengan semangat untuk menyebarluaskan BMT Berkah Madani di seluruh wilayah nasional dan dapat dijadikan percontohan secara nasional.
3. Apa jenis franchise yang dikembangkan BMT Berkah Madani? Yang dikembangkan adalah Franchise merek dagang. Jadi franchisee mendapatkan hak untuk memakai nama dan logo LKS Berkah Madani. Selain itu Franchisee juga mendapatkan pendampingan, penyeragaman Aplikasi Sistem Informasi, dan pelatihan bagi SDM nya hingga tercapai keseragaman.
4. Apa saja persyaratan untuk dapat menjadi Franchisee BMT Berkah Madani? Persyaratannya yaitu apabila sudah memiliki kesiapan-kesiapan antara lain: terdiri dari 20 orang pendiri, mempunyai kecukupan modal, memiliki legalitas hukum, seperti Akte pendirian, perizinan pendirian dari Dinas Koperasi, serta memiliki kantor tempat beroperasi yang strategis.
5. Apakah ada penelitian yang dilakukan untuk menerima BMT lain sebagai Franchisee BMT Berkah Madani? Penelitian tentu ada, biasanya kita mencari informasi dari masyarakat sekitar. Meskipun BMT pusat tidak mengadakan penelitian secara langsung, kelayakan dapat dilihat dari lokasi BMT itu sendiri, apakah letaknya dekat dengan pasar, perumahan, rumah ibadah, jalan utama, atau dekat dengan sarana pendidikan. Ini adalah persyaratan kelayakan lokasi lembaga keuangan mikro.
6. Bagaimana mekanisme perjanjian kerja sama nya? Pertama diadakan pertemuan antara pengurus Berkah Madani pusat dengan pendiri Berkah Madani Berkah Madani cabang, dilanjutkan dengan kesepakatan apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak. Lalu dituangkanlah kesepakatan tersebut dalam perjanjian kerjasama, lalu penandatanganan perjanjian. Setelah itu baru diadakan pendampingan.
Pendampingan terutama dari sisi pelatihan-pelatihan dari Berkah Madani pusat selama 3 bulan, SDM dimagangkan selama satu bulan di Berkah Madani pusat, sehingga memahami cara kerjanya, misalnya cara buka brangkas, membuat laporan keuangan, cara kerja customer service, teller, dan lain sebagainya.
7. Biaya-biaya apa saja yang perlu dibayar oleh Franchisee untuk menjalankan bisnis franchising ini? Untuk awal-awal, karena Berkah Madani Pusat memahami kondisi, tidak ada dana khusus. Berkah Madani Pusat memiliki niat yang baik, minimal cabang berjalan dulu, setelah 2, 3 tahun barulah royalty fee dibayarkan. Royalty fee dibayarkan dengan prinsip bagi hasil, kedua pihak telah sepakat untuk membagi Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 25 persen dari keuntungan bersih setelah dikurangi pajak dan zakat setiap akhir tahun pembukuan, biasanya setelah diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), umumnya di bulan Februari-Maret.
8. Bagaimana mekanisme pembayaran biaya-biaya tersebut? Setelah mempunyai keuntungan yang ditandai dengan sudah ada Sisa Hasil Usaha (SHU) dan telah dikurangi dengan pajak dan zakat, selanjutnya dana ditransfer ke Berkah Madani pusat atau bisa dibayarkan secara cash ke bagian keuangan Berkah Madani pusat. Kalau masih merugi belum dibebankan bagi hasilnya. Kalau sudah ada SHU dikategorikan sudah ada keuntungan.
9. Apa manfaat menjadi seorang Franchisor? Manfaatnya sangat banyak, terutama dari sisi silaturahim, jadi bisa mengetahui informasi-informasi dan pengalaman dari cabang. Sehingga dapat diketahui solusi dari masalah-masalah yang dihadapi. Kedua ketika ada undangan pelatihan yang diadakan oleh Kementrian Koperasi maupun daerah, cabang diikutsertakan baik sebagai undangan maupun peserta. Begitu juga ketika Koperasi Sekunder Berkah Madani yaitu Induk Koperasi Syariah (INKOPSYA) mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), cabang-cabang bisa mewakilkan. Sebelumnya, pada acara Temu Bisnis BMT Nasional, cabang juga diundang.
10. Apakah ada sisi buruk dari menjadi Franchisor? Tentu saja ada. Yang kita khawatirkan ketika BMT cabang pailit, tutup, rugi. Karena hal ini dapat merusak nama Berkah Madani. Kalau palit, rugi, banyak tunggakan, sedikit banyak mengganggu Berkah Madani pusat, meskipun tidak berimplikasi pada keuangan pusat. Nama Berkah Madani yang dipertaruhkan..
11. Apa manfaat menjadi seorang Franchisee? Terutama dalam hal informasi keuangan dan perbankan. Data base bisa kita follow-up. Selain itu bisa studi banding antar daerah.
12. Apakah ada sisi buruk dari menjadi Franchisee? Sepertinya tidak ada. Contohnya kalau kekurangan cetakan brosur,slip penarikan, penyetoran dan lain sebagainya, kita bisa pakai dulu karena logo dan warnanya sama, hanya alamat yang berbeda.
13. Apa saja resiko yang terdapat dalam bisnis yang dikembangkan oleh BMT ini? Ya itu tadi masalah tunggakan nasabah pembiyaan. Perputaran keuangan menjadi tersendat, pendapatan juga jadi bekurang,secara otomatis akan mengurangi nilai SHU.
14. Bagaimana prospek bisnis franchising ini di masa yang akan datang? Alhamdulillah, selama ini sejak April 2006 dari modal yang Rp.53 juta sudah berputar lebih dari Rp. 2,5 miliar per Januari 2007. Di Berkah Madani pusat perputaran sudah mencapai Rp.12,1 miliar dari modal Rp. 70 juta per Oktober 2007. Mengetahui Manajer Berkah Madani Gas Alam, Cimanggis ( Ir. H. Zainal Zayadi )
HASIL WAWANCARA Wawancara dilakukan dengan Bpk. Abdi Irawan
Pada 9 September 2008 di PT Berkah Madani, Gas Alam-Cimanggis
15. Sejak kapan BMT Berkah Madani menjalankan bisnis franchising? Sejak April 2006.
16. Mana saja yang sudah menjadi franchisee Berkah Madani? Induknya adalah Berkah Madani Kelapa Dua, Depok, Yang pertama menjadi franchisee Gas Alam, lalu berkembang ke Priok, Ciputat, Bandung, Medan, Jati Asih Bekasi, Cihampelas, Bandung, Bogor.
17. Apa yang mendorong BMT Berkah Madani mengembangkan bisnis franchising? Sama halnya ketika mendirikan cabang Bank, banyak mayarakat yang ingin mendirikan BMT, tapi perizinan rumit dan memakan waktu yang lama untuk mengurusnya, selain itu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Untuk mempermudah hal tersebut maka Berkah Madani dikembangkan dengan sistem franchise. Selain itu, Berkah Madani diharapkan bisa menyebar secara nasional.
18. Apa jenis franchise yang ditawarkan BMT Berkah Madani? Franchise yang ditawarkan yaitu izin pemakaian Brand Berkah Madani, Sistem Manajemen, Perizinan, SOP.
19. Apa saja persyaratan untuk dapat menjadi Franchisee BMT Berkah Madani? Mempunyai pengurus, namun ini tidak mesti, karena ada juga yang menjadi franchisee namun belum mempunyai pengurus, selanjutnya mempunyai minat dan visi yang sama yaitu untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, ada investor, serta bersedia untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Berkah Madani.
20. Apakah ada penelitian yang dilakukan untuk menerima BMT lain sebagai Franchisee BMT Berkah Madani? Pasti ada Feasibility Studi yang dilakukan walaupun secara sederhana. Terutama dalam hal lokasi, apakah dekat dengan pasar, sekolah, jalan raya,
sarana ibadah, ataupun perumahan. Selanjutnya dilihat apakah ada pesaing di sekitar lokasi. Juga dilihat karakter anggota nya.
21. Bagaimana mekanisme perjanjian kerja sama nya? Pertama investor mengajukan kerja sama ke PT. Berkah Madani, selanjutnya diadakan dulu Feasibility Study, lalu disosialisasikan kepada pengurus Berkah Madani, setelah disetuju secara teori, hasil observasi pun memadai untuk didirikan BMT, lalu disosialisasikan kepada masyarakat sekitar, setelah semua mendukung aplikasi, Badan Hukum sudah memenuhi, lalu investor menyiapkan anggaran, rekrutmen pegawai, seleksi pegawai, diadakan pelatihan pada tempat-tempat Diklat, magang, SOP, aplikasi software, barulah launching BMT Berkah Madani. Biasanya proses ini berjalan selama 3 bulan.
22. Biaya-biaya apa saja yang perlu dibayar oleh Franchisee untuk menjalankan bisnis franchising ini? Ada 3 jenis biaya yang harus disiapkan oleh investor. Yang pertama yaitu biaya konsultan kurang lebih sebesar Rp. 60 juta, dana ini yang masuk ke dalam kas PT Berkah Madani dan digunakan untuk Feasibility Studi, rekrutmen, seleksi karyawan, pendampingan, pelatihan, sampai dengan penggunaan IT. Kedua, yaitu subsidi operasional sebesar Rp. 12 juta perbulan, dibayarkan untuk setahun menjadi Rp. 60 juta. Ketiga, dana sarana, sebesar Rp. 60 juta, seperti untuk inventaris kantor, dan sebagainya. Dana ini bisa sudah termasuk biaya sewa gedung atau belum. Ada dana tambahan yang harus disiapkan investor, yaitu dana bergulir yang nantinya akan digunakan untuk dikelola oleh manajemen.
23. Bagaimana mekanisme pembayaran biaya-biaya tersebut? Bisa langsung bibayarkan melalui Bank.
24. Apa manfaat menjadi seorang Franchisor? Motivasi untuk menyebarluaskan BMT tercapai, dana dari pusat sendiri pun tidak terganggu karena investor menyiapkan dana sendiri.
25. Apakah ada sisi buruk dari menjadi Franchisor? Secara rohani, bagi kami bukan keburukan bila setelah perjanjian kerja sama selesai investor melepaskan diri dari Berkah Madani, toh kami bisa membina yang lain. Namun bila dibandingkan dengan bisnis franchise yang lain, dari sistem bisnis, mereka menyayangkan jika investor melepaskan diri.
26. Apa manfaat menjadi seorang Franchisee? Pengurus dapat 3 tahun pegalaman selama masa perjanjian kerja sama, mendapatkan ilmu cara mengelola BMT yang baik dan benar, karyawan sudah mempunyai pengalaman kerja, sarana memadai, asset tumbuh, dan banyak lagi.
27. Apakah ada sisi buruk dari menjadi Franchisee?
Ya kelemahannya pengurus selama masa perjanjian kerja sama tidak terlalu banyak bisa berkutat, karena ide-ide mereka pun dibatasi, tidak punya keleluasaan mengelola dana sendiri.
28. Apa saja Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman dari Franchising yang dikembangkan oleh Berkah Madani? Kekuatannya yaitu secara konsep, Berkah Madani cukup bagus, demokratis, tidak memaksakan franchisee untuk terus bergabung dengan Berkah Madani, namun diberikan keleluasaan untuk menentukan sendiri. Kelemahannya yaitu secara bisnis untuk jangka panjang kurang bagus, karena seolah-olah Berkah Madani selalu mencari yang baru setelah yang lama lepas. Peluangnya yaitu dari jumlah 43 juta UKM yang tersebar di seluruh Indonesia, 85% nya, atau sekitar 36.550.000 UKM masih belum tersentuh oleh sektor Perbankan. Hal ini merupakan peluang yang cukup besar bagi Berkah Madani. Ancamannya yaitu persaingan dengan lembaga-lembaga keuangan lain, seperti LKM maupun dengan rentenir. Masih banyak UKM yang meminjam ke rentenir, mereka berani ambil resiko besar karena menganggap jika meminjam ke lembaga keuangan prosesnya lama. Selain itu, keadaan ekonomi secara makro, keadaan sosial dan politik pun dapat menjadi ancaman. Keadaan internal Berkah Madani pun bisa menjadi ancaman, seperti terjadinya perpecahan antar pengurus sendiri, sehingga mengakibatkan servis ke nasabah yang kurang baik.
29. Bagaimana prospek bisnis franchising ini di masa yang akan datang? Besar sekali prospek bisnis ini kedepan seperti yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, tentu dengan semakin banyak Berkah Madani yang tersebar secara nasional, tentu akan membuka banyak lapangan kerja, sehingga makin banyak tenaga kerja yang terserap.
Mengetahui
Direktur PT. Berkah Madani ( Abdi Irawan )