KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama mengarah ke diagnosis (mis, fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia, jenis kelami, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahar, asupan kalsium, fosfat, dan vitamin D, latihan teratur dari besifat wieght bearing. Obat-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan,seperti korteskoroid, hormon teroid, anti-konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium fluorida, dan etidronal bifosfonat, alkohol, dan merokok merupakan faktor resiko terjadinya esteoporosis. Penyakit lain yang harus ditanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufisiensi pankreas. Riwayat haid, usia menerka dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter. b. Pengkajian psikososial. Gambaran klinis klien osteoporosis adalah wanita pascamenopause dengan

description

Konsep Asuhan Keperawatan

Transcript of KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang-kadang keluhan utama mengarah ke diagnosis (mis, fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia, jenis kelami, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahar, asupan kalsium, fosfat, dan vitamin D, latihan teratur dari besifat wieght bearing.Obat-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan,seperti korteskoroid, hormon teroid, anti-konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium fluorida, dan etidronal bifosfonat, alkohol, dan merokok merupakan faktor resiko terjadinya esteoporosis.Penyakit lain yang harus ditanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufisiensi pankreas.Riwayat haid, usia menerka dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.b. Pengkajian psikososial. Gambaran klinis klien osteoporosis adalah wanita pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya faktor multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien terutama citra diri, khususnya pada klien kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lian. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.c. Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, selama menuru, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan ,memanipulasi keterampilan merokok halus) menurun.d. Pemeriksaan fisik. B1 (Breathing). Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang. Palpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi: Suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi: Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronchi. B2 (Blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat. B3 (Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. Kepala dan wajah: Ada sianosis Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Leher: Biasanya JVP dalam batas normalNyeri punggung yang disertai pembatasanpergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan B5 (Bowel). Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi,namun perlu jugak dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. B6 (Bone). Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (d0wagers hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-lenght inequality, dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis

2. Diagnosa a. Nyeri yang berhubungan dengan dampak sekunder dai fraktur vertebrab. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsisekunder akibat perubahan skletal (kifosis), nyeri sekunder, atau fraktur baruc. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidaksembangan tubuh.d. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau ganguan gerak.e. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapif. Ketidakefekktifan koping yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peran yang aktual atau dirasakan.g. Defisiensi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan salah persepsi, kurang informasi.

3. Intervensi

DX 1 : NYERI BERHUBUNGAN DENGAN DAMAPAK SEKUNDER DARI FRAKTUR VERTEBRA

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurangKriteria hasil : Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penangananyasecara sederhana.

INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau tingkt nyeri pada punggung, nyeri terlokalisasi atau menyebar pada abdomen atau pinggang.2. Ajarkan pada klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.3. Kaji obat obatan untuk mengatasi nyeri

4. Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat dengan berbaring dalam posisi telentang selama kurang lebih 15 menit1. Tulang dalam peningkatan jumlah trabekulat, pembatasan gerak spinal

2. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri, pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.3. Keyakinan klien tidak dapat mentoleransi obat yang adekuat atau tidak adekuat untuk mengatasi nyerinya.4. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari hari.

DX 2 : HAMBATAN MOBILITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISFUNGSI SEKNDER AKIBAT PERUBAHAN SKELETAL (KIFOSIS), NYERI SEKUNDER, ATAU FRKTUR BARU

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisikKriteria hasil : Klien dapat meningkatkan mobirlitas fisik Klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari - hari secara mandiri.

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada

2. Rencanakan tentang pemberian program latiahan Bantu klien jika diperlukan latihan Ajarkan klien tentang aktivitas hidup seehari hari yang dapat dikerjakan Ajarkan pentingnya latihan3. Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan aktivitas hidup sehari hari, rencana okupasi4. Peningkatan latihan fisik secara adekuat Dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan Instruksikan klien untuk latihan selama kurang lebih 30 menit dan selingi dengan istirahat dengan berbaring selama 15 menit Hindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba tiba dan mengangat bebab berat1. Dasar untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya.2. Latihan akan meeningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah

3. Aktivitas hidup sehari hari secara mandiri

4. Dengan latihan fisik: Massa otot lebih besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis Program latihan merangsang pembentukan tulang Gerakan menimbulkan kompresi vertikal dan risiko fraktur vertebra.

DX 3 : RISIKO CEDERA YANG BERHUBUNGAN DENGAN DAMPAK SEKUNDER PERUBAHAN SKELETAL DAN KETIDAKSEMBANGAN TUBUH

Tujuan : cedera tidak terjadiKriteria hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur.

INTERVENSIRASIONAL

1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya: Tempatkan klien pada tempat tidur rendah Amati lantai yang membahayakan klien Berikan penerangan yang cukup Tempatkan kien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan2. Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan: Kaji kebutuhan untuk berjalan Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila ddiperlukan Ajaran klien waktu berjalan dan keluar ruangan3. Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari hari secara hati hati4. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak naik tangga, dan mengangkat beban berat.

5. Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis: Rujuk klien pada ahli gizi Ajarkan diet yang mengandung banyak kalsium Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi6. Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang7. Observasi efek samping obat obatan yang digunakan.1. Menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.

2. Ambulasi yang dilakukan tergesa gesa menyebabkan mudah jatuh.

3. Penarikan yang terlalu keras akan menkyebabkan terjadinya fraktur

4. Pergerakan yang cepat akan lebih memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis5. Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium serum, mencegah bertambahnya kehilangn tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kehilangan kalsium dalam urine. Alkohol akan meningkatkan asidosis.

6. Rokok dapat meningkatkan trjadinyan asidosis7. Obat obatan seperti diuretik, fenotiazin dapat menyebabkan psing, mengantuk, dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.

DX 4 : KURANG PERAWATAN DIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELETIHAN ATAU GANGGUAN GERAK

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang kebersihan diri, Klien mampu mendemonstrasikan kebersihan optimal dalam perawatan yang diberikan

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan2. Beri perlengkapan adaptif jika dibutuhkan misalnya kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki atau keset yang tidak licin, alat pencukur, semprotan pancuran dengan tangkai pemegang3. Rencanakan individu untuk belajar dan mendemonstrasikan satu bagian aktivitas sebelum beralih ke tingkatan lebih lanjut

1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri2. Peralatan adaptif ini berfungsi untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya

3. Bagi klien lansia, satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri

DX 5 : GANGGUAN CITRA DIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN DAN KETERGANTUNGAN FISIK SERTA PSIKOLOGIS YANG DISEBABKAN OLEH PENYAKIT ATAU TERAPI

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri Kriteria hasil : Klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative Mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif

INTERVENSIRASIONAL

1. Dorong klien mengekspresikan perasaannya khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinya2. Hindari kritik negative

3. Kaji derajat dukungan yang ada untuk klien

1. Ekspresi emosi membantu klien mulai menerima kenyataan

2. Kritik negative akan membuat klien merasa semakin rendah diri3. R/ dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses adaptasi

DX 6 : GANGGUAN ELEMINASI ALVI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPRESI SARAF PENCERNAAN ILEUS PARALITIK

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eleminasi klien tidak tergangguKriteria hasil : Klien mampu menyebutkan teknik eliminasi feses Klien dapat mengeluarkan feses lunak dan berbentuk setiap hari atau 3 hari.

INTERVENSIRASIONAL

1. Auskultasi bising usus

2. Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang

3. Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses

4. Lakukan latihan defekasi secara teratur5. Anjurrkan klien untuk mengkonsumsi makanan berserat dan pemasukan cairan yang lebih banyak termasuk jus/sari buahmelewati usus dengan mudah1. Hilangnya bising usus menandakan adanya paralitik ileus2. Hilangnya peristaltic(karena gangguan saraf) melumpuhkan usus, membuat distensi ileus dan usus3. Mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan4. Program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin5. Meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah

DX 7 : KURANG PENGETAHUAN MENGENAI PROSES OSTEOPOROSIS DAN PROGRAM TERAPI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KURANG INFORMASI, SALAH PERSEPSI

Tujuan : memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi Kriteria hasil : klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenangKri

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

2. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis3. Berikan penkes tentang proses penyakit, tanda dan gejala, serta komplikasi yang mungkin muncul4. Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat

5. Anjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D6. Anjurkan klien untuk berjemur setiap pagi hari dan melakukan olahraga ringan1. Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.2. Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya3. Menambah pengetahuan klien dan mencegah timbulnya kecemasan jika terjadi komplikasi lebih lanjut.4. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal5. Meminimalkan efek osteoporosis

6. Sinar matahari dapat membantu penyerapan kalsium dan vitamin D

4. ImplementasiTindakan/implementasi berdasarkan rencana atau intervensi keperawatan yang telah dibuat.

5. EvaluasiEvaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Muttaqin, Arif.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta : Salemba Medika.EGC, 2008