BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
II.1.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Klien mungkin merasa di tolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.Isolasi sosial merupakan upaya klien
untuk menghindari interaksi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan
orang lain (Kliat,1999).Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.(Darmawan dan Rusdi, 2013
hlm 34).
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial :
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampain dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadi nya menarik diri. Organisasi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
6
anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stres keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
mengurangi masalah respon menarik diri. (Dermawan dan Rusdi,
2013:38)
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial mal adaktif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan
struktur otak, seperti atropi pembesaran pentrikel penurunan berat dan
volume otak serta perubahan limbik di duga dapat menyebabkan
gangguan jiwa. ( Dermawan dan Rusdi, 2013 :38)
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Darmawan dan Rusdi,
2013 :38).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
7
2. FaktorPresipitasi
Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan
alamperasaan adalah:
a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri,
karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka
konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
di hadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah di laporkan mempengaruhi deperesi
terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai macam fisik
seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat
mencetus gangguan alam perasaan. ( Darmawan dan Rusdi, 2013 :37).
3. Penilaian Stresor
a. Kognitf
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain.
2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain respon verbal kurang
dan sangat singkat.
3) Hubungan yang tidak berarti dengan orang lain tidak mampu
berkonsentrasi dan membuat keputusan verbal kurang dan sangat
singkat.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
8
b. Afektif
1) Kurang energi
2) Aktifitas menurun
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Kurang spontan
5) Tidak mau bicara
4. Fisiologis
a. Ekspresi wajah kurang berseri
b. Kontak mata kurang
c. Ekspresi datar dan dangkal
5. Perilaku
a. Postur tubuh berubah, misalnya janin (khususnya pada posisi tidur)
b. Apatis ( acuh terhadap lingkungan)
c. Mengisolasi diri
d. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan
6. Sosial
a. Rendah diri
b. Merasa di tolak
c. Merasa tidak berguna
d. Tidak yakin dapat melangsungkan hidup (Dermawan dan Rusdi, 2013
:36-37).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
9
7. Sumber Koping
Sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang luas dalam hubungan keluarga dan teman, hubungan dengan
hewan peliharaan, menggunakan kratifitas untuk mengekspresikan stres
interpersonal seperti : kesenian musik atau tulisan. Menurut staurt and
sundeen, 1999 dalam Dermawan Rusdi, 2013).
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping di gunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Kecemasan koping yang sering di gunakan adalah regrasi, represi, dan
isolasi (Dermawan dan Rusdi, 2013:40).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
10
9. Rentang Respon
Rentang Respon Neurobiologist
Respon adaptif Respon
Maladaptif
Menyendiri(solitude) Merasa sendiri Manioulatif
Otonomi Menarik diri Infulsif
Bekerjasama Tergantung (dependen) Narcissism
Saling Tergantung
( Dermawan dan Rusdi, 2013 :35)
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelasikan
masalah yang masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang
umum berlaku.Respon ini meliputi:
1) Menyendiri /solitude : respon seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi
diri untuk merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan
sosial nya dan cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya.
2) Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
11
4) Saling tergantung : suatu hubungan saling tergantung antara
individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
b. Respon mal adaktif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya
lingkungannya. Respon yang sering di temukan :
1) Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungsn
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri
sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
2) Impulsif : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.
3) Narkisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian, sifat egosentris, pencemburu, marah bila orang lain
tidak mendukung. (Dermawan dan Rusdi, 2013 :35)
II.1.2 Pengakajian Isolasi Sosial
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
yang sistematis dalam pengumpilan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengindentifikasimstatus kesehatan klien. (Abdul Muhith, 2015:4) . Adapun
pengkajian meliputi :
1. Identitas klien meliputi biodata pasien.
2. Keluhan utama
Setelah dilakukan wawancara dan observasi, muncul data subyektif dan
obyektif dari hasil wawancara dan observasi (Ah Yusuf,dkk, 2015 :106)
(Dermawan dan Rusdi, 2013:42).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
a. Data subyektif (DS)
1) Merasa ingin sendiri
2) Merasa tidak aman di tempat umum dan lingkungan
3) Merasa berbeda dengan orang lain
4) Merasa asik dengan pikiran sendiri
5) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
b. Data Obyektif (DO)
1) Menarik diri
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Afek datar
4) Afek sesih
5) Tidak ada kontak mata dan sering nunduk. (DPP.PPNI.SDKI,2017)
c. Faktor biologis
d. Faktor genetik
Beperan dalam respon sosial maladaktif, keteterlibatan kelainan struktur otak,
sepeti atropi, pembesaran pentrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik, perubahan organ tubuh yang mempengaruhi, seperti BB
menurun, TD rendah, nadi lemah, keadaan fisik melemah,biasanya karna klien
isolasi sosial tidak memperhatikan sekitar tidak mau makan, tidak peduli dengan
penampilannya hanya mengurung diri,kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ
serta jelaskan dengan kondisi yang sesuai dengan keluhan yang ada. Pada
pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu,
respirasi, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien. (Dermawan dan
Rusdi, 2015 :38)(Rizki, 2019)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
e. Aspek Psikososial
Terjadinya gangguan hubungan sosial akibat dari norma yang tidak mendukung
pendekatan dengan orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, prilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas, harapan yang tidak realistis terhadap hubungan, yang perlu dikaji
dalam faktor psikososial yaitu :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Untuk mengkaji adanya anggota keluarga yang lain yang mengalami
gangguan jiwa ataubila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka
akan terjadipenyakit yang sama pada anggota keluarganya,ada atau
tidaknyapola komunikasi yang terganggu, pola asuh, klien tinggal dalam
satu rumah dengan siapa, genogram dilihat dari 3 generasi sebelumnya.
2) Konsep diri
Mengkaji citra tubuh berisi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai tidak disukai, biasanya klien mudah kecewa, putus asa dan
menutup diri. Identitas diri berisikan status pasien laki-laki atau
perempuan,puas terhadap posisinya.Peran diri berisikan bercirita tentang
tugas yang di jalaninya di dalam keluarga maupun masyarakat. Ideal diri
berisikan tentang harapan pasien terhadap penyakitnya, harapan pasien
terhadap tubuhnya, posisi, status dan tugas peran, biasanya gambaran diri
negatif. Harga diri berisi tentang cara pasien memamdang dirinya, orang
lain sesuai dengan kondisi penghargaanorang lain terhadap diri dan
kehidupannya, biasanya pasien mengalami harga diri rendah. Hubungan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
sosial biasanya pasien dengan isolasi sosial apatis dan tidak mempunyai
orang terdekat.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dengan kehidupan
kelompok yang diikuti di masyarakat.
Biasanya pasien isolasi apatis terhadap lingkungannya dan tidak
mempunyai orang terdekat.
4) Spiritual tentang nilai, keyakinan, dan kegiatan keagamaan.
Biasanya nilai-nilai keyakinan terhadap agama kurang sekali. Kegiatan
ibadah klien sebelumnya ibadah di rumah namun saat sakit ibadah
tergangguDermawan dan Rusdi, 2015 : 38,43)
II.1.3 Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial behubungan dengan ketidak mampuan menjalin hubungan
yang memuaskan di tandai dengan tidak berminat/ menolak berinteraksi dengan
orangan lain. Klien merasa ingin sendiri( PPNI,SDKI.2017).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
II.1.4 Tabel Perencanaan
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Isolasi sosial
berhubunhan dengan
ketidak mampuan
menjalin hubungan yang
memuaskan di tandai
dengan tidak berminat/
menolak berinterasksi
dengan orang lain klien
merasa ingin sendiri.
DO :
1. Menarik diri
2. Menolak berinteraksi
dengan orang lain
3. Afek datar
4. Tidak ada kontak
mata
DS :
1. Merasa ingin sendiri
2. Merasa tidak aman di
tempat umum atau
lungkungan
3. Merasa berbeda
dengan orang lain
4. Merasa tidak
mempunyai tujuan
yang jelas
1. Kualitas hubungan sosial
yang cukup meningkat. Setelah3x interaksi klien
menunjukan interaksi
sosial dengan kriteria hasil:
1. Perasaan nyaman
dengan situasi sosial
meningkat
2. Perasaan mudah
menerima
mengkomunikasikan
perasaan meningkat
3. Responsif pada orang
lain meningkat
4. Minat melakukan
kontak emosi
meningkat
5. Minat melakukan
kontak fisik
meningkat
6. Vervalisasi kasih
sayang meningkat
7. Kontak mata
meningkat
8. Ekspresi wajah
responsif meningkat
1. Dukungan emosional
2. Edukasi manajemen stress
3. Dukungan keluarga
4. Dukungan penampilan peran
5. Promosi dukungan social
6. Promosi komunikasi efektif
7. Modifikasi prilaku keterampilan
social
1. Agar klien mampu berinteraksi
2. Supaya klien mengetahui dan
mampu mengontrol stress
3. Agar klien tidak merasa sendiri
perlu ada dukungan keluarga
4. Agar klien tidak merasa gagal
dalam penampilan peran
5. Agar klien selalu ada teman
6. Agar klien mampu
berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar
7. Agar klien mampu
mengembangkan
keterampilannya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
2. Kemampuan
mempertahankan
keutuhan persepsi
terhadap diri membaik
Setelah 3x interaksi klien
kemampuan
mempertahankan keutuhan
terhadap diri membaik
dengan kriteria hasil :
1. Frilaku konsisten
memingkat
2. Hubungan yang efektif
meningkat
3. Strategi koping efektif
meningkat
4. Penampilan peran
efektif meningkat
5. Perasaan fluktuaktif
terhadap diri menurun
6. Perasaan terhadap diri
membaik
1. Promosi dukungan keluarga
2. Promosi harapan
3. Promosi hubungan positif
4. Modifikasi keterampilan social
5. Promosi kesadaran diri
1. Agar klien mau menyebutkan
penyebab terjadinya menarik
diri
2. Agar klien tidak merasa sendiri
3. Agar klien kembali memili
semua harapan
4. Agar klien bisa membina
hubungan saling percaya
5. Agar klien mampu
mengembangkan
keterampilannya
6. Agar klien mampu mengenal
dirinnya sendiri
3. Perasaan positif terhadap
diri sendiri atau
kemampuan terhadap
respon saat ini meningkat
Setelah 1x interaksi klien
prasaan positif terhadap
diri sendiri atau
kemampuan terhadap
respon saat ini meningkat :
1. Penilaian diri positif
meningkat
2. Minat mencoba hal
baru meningkat
3. Perasaan memiliki
kelebihan atau
kemampuan meningkat
4. Konsentrasi meningkat
5. Gairah aktifitas
meningkat
1 Beri dukungan keyakinan
1. Promosi kepercayaan diri
2. Promosi kesadaran diri
3. Manajemen prilaku
4. Manajemen stres
5. Penerapan terapi seni
1. Agar klien mampu percaya
pada dirinya sendiri
2. Agar klien lebih percaya diri
3. Agar klien mampu
membangun kepercayaan
dirinya
4. Kembali pada prilaku semula
5. Bisa mengontrol stress
6. Untuk membangun
kepercayaan diri klien dengan
pemberian terapi seni
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
4. Klien dapat menerapkan
terapi musik
Setelah 3x interaksi klien
dapat mengikuti perintah :
1. Klien dapat mengikuti
perintah
2. Klien mampu
mengungkapkan
persaan setelah
mendengar terapi
musik
3. Klien membuat
kegiatan untuk
berinteraksi dengan
orang lain
1. Instrusikan pasien untuk mengikuti
perintah
2. Tanyakan bagaimana perasaan
setelah melakukan terapi musik
3. Tuntun pasien dalam berinteraksi
dengan orang lain
4. Buat jadwal untuk terapi muasik
dan latihan cara berinteraksi
1.Untuk meningkatkan kemampuan
klien
2. Untuk mengalihkan pikiranya ke
hal yang positif
3.Untukmempercepat penyembuhan
isolasi sosial
4. Untuk melatih pasien secara rutin
(PPNI.SDKI.SLKI.SIKI,2018)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
15
II.1.5 Implementasi
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada keluarga klien yang
mengalami gangguan jiwa isolasi sosial:
1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya isolasi sosial
2. Memberikan terapi musik
3. Membina hubungan saling percaya antara perwat dan pasien
4. Melatih cara berinteraksi berkomukasi dengan lingkungan sekitar.
II.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi kemampuan pasien
a. Pasien menunjukan kemampuan dalam berinteraksi
b. Pasien menunjukan rasa percaya diri
c. Pasien mampu mengungkapkan perasaan setelah pemberian terapi.
II.2. Terapi Musik
II.2.1 Pengertian
Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang
terorganisasi,terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk dan gaya.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidak mampuan yang
dialami seseorang.Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi,musik dapat
meningkatkan pemulihan, kesehatan fisik, mental ,emosional, sosial dan spiritual
dari setiap individu.Hal ini di karna kan musik memiliki beberapa kelebihan,seperti
bersifat universal, nyamam, menyenangkan dan tersetruktur. (Setyoadi, 201:43)
Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang
dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif. Musik tidak
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
16
membutuhkan otakmuntuk berpikir maupun menginterpretasi,tidak pula di batasi
oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental.musik tidak memiliki batasan-
batasan sehingga begitu mudah di terima oleh organ pendengaran,musik di terima
melalui saraf pendengaran kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik
dapat pula beresonansi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung masuk otak
tanpa melalui jalur kognitif,lebih jauh lagi terapi musik,tidak membutuhkan
panduan fungsi intelektual tinnggi untuk berjalan epektif. (Setyoadi, 2011:43)
Terapi musik adalah suatu proses terencana, yang bersifat prefentif dalam
usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengali kelainan atau hambatan
dalam pertumbuhannya, baik fisik, motorik, sosial ekonomi maupun mental
intelegency. (Gst.Y.alfiansyah, 2016:2)
II.2.2 Jenis Terapi Musik
Jenis musik yang di guanakan dalam terapi musik dapat di disesuaikan
sesuai keinginan ,misal musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai,
orkestra, dangdut dan musik modern lainnya, srmua jenis musik dapat di gunakan
sebagai terapi seperti, lagu-lagu relaksasi, lagu populer, maupun klasik. Namun
dianjurkan agar memilih lagu dengan sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat
rileks. Jika temponya terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus akan membuat
kita mengikuti irama tersebut,sehingga tidak mencapai keadaan istirahat yang
optimal. Beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu
seperti pop, disko, rock and roll, dan musik berirama keras (anapestic beat) lainnya,
karena jenis musik dengan anapestic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan
kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung
(Setyoadi, 2011:43).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
17
Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang seperti jenis musik
dangdut yang ringan dan santai enak di dengar.Musik dangdut yang bernada lembut
dapat memberikan kaliamat-kalimat atau motivasi dapat juga mempengaruhi
suasana hati subyek pendengar dapat lebih positif dan dapat menurunkan tingkat
stres yang dialaminya. (Gst.Y.Alfiansyah, 2016 :3).
II.2.3 Teknik Prosedur Terapi Musik
1. Persiapan menurut (Setyoadi, 2011 :45)
a. Persiapan alat dan lingkungan :
1) Kursi dan meja.
2) Kaset CD, tape recorder, atau mp3 jenis musik yang di
gunakan, headset.
3) Lingkungan yang teanag, nyaman, dan bersih.
b. Persiapan klien :
1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan , serta meminta
persetujuan klien untuk mengikuti terapi musik.
2) Posisikan tubuh klien secara nyaman dan rileks.
3) Kaji interaksi klien sebelum di lakukan pemberian terapi musik
2. Prosedur
a. Memberi kesempatan klien memilih jenis musik.
b. Mengaktifkan tape recorder/ mp3 dan mengatur volume suara
sesuai dengan selera klien.
c. Pasang headset pada klien dan mempersilahkan klien
mendengarkan musik minimal 15 menit.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
18
d. Saat klien mendengarkan musik arahkan untuk fokus dan rileks
terhadap lagu yang didengar dan melepaskan semua beban yang
ada.
e. Setelah musik berhenti klien di persilahkan mengungkapkan
perasaan yang muncul saat musik tersebut di putar, serta perubahan
yang terjadi dalam dirinya.
3. Kriteria Evaluasi
a. Mengkaji proses dan hasil terapi musik menggunakan catatan
aktivitas terapi yang di gunakan.
b. Menganalisis sesi yang telah di lakukan untuk melihat keefektifan
terapi.
c. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat
mengetahui progres teknik yang dilakukan klien dalam
mengembangkan sesi.
d. Klien tidak mengalami kejenuhan, raut wajah tampak segar dan
bugar.
e. Kaji kemampuan berinteraksi klien sesudah pemberian terapi
musik (Setyoadi, 2011 :45).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--