KONSEP

13
KONSEP-KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut. Anak bersifat unik. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Anak bersifat aktif dan enerjik. Anak itu egosentris.

Transcript of KONSEP

Page 1: KONSEP

KONSEP-KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan

usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani

Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang

bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tersebut.

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh

Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai

berikut.

Anak bersifat unik.

Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.

Anak bersifat aktif dan enerjik.

Anak itu egosentris.

Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

Anak umumnya kaya dengan fantasi.

Anak masih mudah frustrasi.

Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Page 2: KONSEP

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini berbeda dengan prinsip-prinsip

perkembangan fase kanak-kanak akhir dan seterusnya. Adapun prinsip-prinsip perkembangan

anak usia dini menurut Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 1.17 – 1.23) adalah

sebagai berikut.

Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kgnitif anak saling berkaitan dan

saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan fisik/motorik, emosi, social, bahasa, dan

kgnitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan. Perkembangan

berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari

masing-masing fungsi.Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda

terhadap perkembangan anak. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks,

khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.

Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks social budaya

yang majemuk. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya

tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, social, dan pengetahuan yang

diperolehnya. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Bermain merupakan sarana penting

bagi perkembangan social, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan

anak.

Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk

mempraktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami tantangan setingkat lebih

tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya. Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual,

auditif, kinestetik, atau gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat

belajar hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.

Pendidikan Anak Usia Dini

a. Jalur Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Page 3: KONSEP

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional) Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK),

Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat.

b. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang

memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada

beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas,

yaitu:

1. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)

TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal

yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2

kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6

tahun.

2. Kelompok Bermain (Play Group)

Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program

kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 23)

Page 4: KONSEP

3. Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan

kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan

pembainaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu

tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam

mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 24).

c. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini

1. Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak

atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi”.

Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan

bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.

Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1,

Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal

28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini

diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan

Page 5: KONSEP

anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5)

Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.”

2. Landasan Filosofis Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses

pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik”

berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang

menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa

perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan

manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia

seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang

terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari

semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai

mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat

berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang

dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Bangsa Indonesia yang

menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi

orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya Sehubungan dengan

pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan,

pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan

yang berlangsung.

3. Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini

Page 6: KONSEP

Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun

dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya:

psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi

serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009:

10).

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupkan masa

peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima

anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkunga

Page 7: KONSEP

FILSAFAT PENDIDIKAN KIHAJAR DEWANTARA

Pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi

individu(peserta didik) baik potensi fisik maupun potensi cipta, rasa, maupun karsanya agar

potensi itu menjadinyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Filsafat erat kaitannya

dengan pendidikan,karena filsafat merupakan akar dari segala macam ilmu termasuk ilmu

pendidikan. Peranan filsafat sangat terlihat dari digunakannya filsafat sebagai cara pandang

dalam memecahkan permasalahan yangtidak bisa diatasi dengan teoritik.

Salah satu tokoh yang dapat direpresentatifkan dengan pendidikan di Indonesia adalah Ki

Hajar Dewantara. Tidak dipungkiri bahwa beliau memiliki andil yang besar dalam

perkembangan pendidikan diIndonesia. Hal ini dipastikan dengan diraihnya gelar sebagai Bapak

Pendidikan Nasional, dan tanggallahirnya yakni, 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan

Nasional. Sebelum menelisik jauh filsafat KiHajar Dewantara tentang pendidikan di Indonesia

kita telisik dulu makna filsafat dari nama Ki Hajar.Nama Hajar Dewantara sendiri memiliki

makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,keutamaan. Pendidik atau Sang

Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaandan keimanan, sekaligus

masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Sebagai pendidik yang merupakanperantara Tuhan

maka guru sejati seharusnya berwatak pandita, yaitu mampu menyampaikan kehendakTuhan dan

membawa keselamatan.Semboyan pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara adalah

“ Ing ngarso sung tulodho, ingmadyo mangun karso, tut wuri handayani”, yang dapat

diartikan sebagai:

- Ing ngarso sung tulodho : Seorang pemimpin apabila di depan harus bisa memberikan

contohatau menjadi panutan bagi yang dipimpin (warga atau peserta didik).

- Ing madyo mangun karso : Seorang pemimpin apabila berada di tengah-tengah

masyarakatharus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih

maju, atau lebih baik.

- Tut wuri handayani : Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa

mendorong yangdipimpin supaya senantiasa lebih maju.

Page 8: KONSEP

Dasar yang paling penting dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah adanya

persamaan persepsi antara penegak atau pemimpin pendidikan tentang arti “mendidik” itu

sendiri. Beliau menyatakan bahwa mendidik itu bersifat humanisasi, yakni mendidik adalah

proses memanusiakanmanusia dengan adanya pendidikan diharapkan derajat hidup manusia bisa

bergerak vertikal ke atas ketaraf insani yang lebih baik dari sebelumnya.

FILSAFAT PENDIDIKAN ABDUL HALIM

KH. Abdul Halim dilahirkan di Desa Cibolerang, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka 26

Juni 1887. Ia meninggal di desa Pasirayu, Majalengka 1962 M. Ia adalah ulama besar dan tokoh

pembaharuan di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan kemasyarakatan, yang memiliki

corak khas pada masanya. Ia mendapat pendidikan agama sejak kecil.

Pada usia 22 tahun, Abdul Halim berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dan

mendalami ilmu agama selama 3 tahun. Disamping menghuasai bahasa Arab, ia juga menguasai

bahasa Belanda dan bahasa Cina dari oprang Cina yang bermukim di Makkah. Dengan dalam

negeri, Abdul Halim semakin mantap dan teguh dalam prinsip. Ia tidak mau bekerja sama

dengan pihak kolonial.

Dengan berbekal semangat juang dan tekad yang kuat, sekembalinya dari Makkah ia mulai

melakukan perbaikan untuk mengangkat derajat Masyarakat. Usaha perbaikan ini ditempuhnya

melalui jalur pendidikan dan penataan ekonomi. Untuk memantapkan langkah-langkahnya, pada

tahun 1912, ia mendirikan suatu perkumpulan atau organisasi bernama Hayatul Qulub. Melalui

lembaga ini, ia mengembangkan ide pembaruan pendidikan, juga aktif dalam bidang sosial,

ekonomi, dan kemasyarakatan.

Langkah-langkah perbaikanya meliputi 8 bidang perbaikan yang disebut Islah as-

Samaniyah, yaitu :

1) Islah al-aqidah (perbaikan bidang akidah)

2) Islah al-ibadah (perbaikan bidang ibadah)

3) Islah al-tarbiyah (perbaikan bidang pendidikan)

4) Islah al-ailah (perbaikan bidang keluarga)

5) Islah al-adah (perbaikan bidang kebiasaan)

Page 9: KONSEP

6) Islah al-mujtama ( perbaikan bidang masyarakat)

7) Islah al-iqtisad (perbaikan bidang perekonomian)

8) Islah al-ummah (perbaikan bidang hubungan umat dan tolong-menolong)

Abdul halim juga memandang perlu memberikan bekal keterampilan kepada anak didik

agar kelak hidup mandiri tanpa harus bergantung kepada orang lain atau menjadi pegawai

pemerintrah.

Pada tanggal 16 Mei 1916 Abdul Halim mendirikan Jam’iyah I’anah al-Muta’alimin

sebagai upaya untuk terus mengembangkan bidang pendidikan. Sistem pendidikan berkelas

dengan lama belajar lima tahun. Sekolah ini mula-mula mendapat kritikan dari ulama setempat

namun kemudian mendapat sambutan baik. Murid-murid datang bukan hanya dari Majalengka

tetapi juga dari Indramayu, Kuningan, Cirebon, dan Tegal. Lulusannya kemudian mendirikan

madrasah di tempat asalnya. Untuk menjaga mutu pendidikan, K.H. Abdul Halim mengadakan

hubungan dengan Jamiat Khair dan Al-Irsyad di Jakarta. Untuk ini ia menjalin hubungan dengan

Jam’iyat Khair dan al-Irsyad di Jakarta. Melihat sambutan yang cukup tinggi, yang dinilai oleh

pihak kolonial dapat merongrong pemerintahan, maka pada tahun 1917 organisasi ini pun

dibubarkan. Dengan dorongan dari sahabatnya, HOS. Tjokroaminoto (Presiden Sarekat Islam

pada waktu itu), pada tahun itu juga ia mendirikan Persyarikatan Ulama. Organisasi ini diakui

oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tanggal 21 Desember 1917. Pada tahun 1924 daerah

operasi organisasi ini sampai ke seluruh Jawa dan Madura, dan pada tahun 1937 terus disebarkan

ke seluruh Indonesia.

Di samping mengembangkan bidang pendidikan, Abdul Halim juga memperluas usaha

bidang dakwah. Ia selalu menjalin hubungan dengan beberapa organisasi lainnya di Indonesia,

seperti dengan Muhammadiyah di Yogyakarta, Sarekat Islam, dan Ittihad al-Islamiyah (AII) di

Sukabumi. Inti dakwahnya adalah mengukuhkan ukhuwah Islamiah (kerukunan Islam) dengan

penuh cinta kasih, sebagai usaha menampakkan syiar Islam, guna mengusir penjajahan. Dalam

bidang aqidah dan ibadah amaliah Abdul Halim menganut paham ahlussunnah waljama’ah, yang

dalam fikihnya mengikuti paham Syafi’iyah. Pada tahun 1942 ia mengubah Persyarikatan Ulama

menjadi Perikatan Umat Islam yang (kemudian) pada tahun 1952 melakukan fusi dengan

Page 10: KONSEP

Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII), menjadi “Persatuan Umat Islam” (PUI), yang

berkedudukan di Bandung.