KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI...

105
SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN DI BALI (Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif) Oleh RAHMATUL HIDAYAT (106045103546) KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI...

Page 1: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN DI BALI

(Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif)

Oleh

RAHMATUL HIDAYAT

(106045103546)

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

“SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN DI BALI

(Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif)”

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)

Oleh:

Rahmatul Hidayat

NIM : 106045103546

Di bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Yunasril Ali, MA Dedy Nursyamsi, SH. M.Hum

NIP 150223823 NIP 196111011993031002

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H

Page 3: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN DI BALI

(PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF)” telah diujikan dalam

Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.sy) pada Program Studi Jinayah

Siyasah Konsentrasi Kepidanaan Islam.

Jakarta, 21 Maret 2011

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

Nip: 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag. (..…....…….……………)

NIP. 197210101997031008

2. Sekretaris : Afwan Faizin,MA (..…....…….……………)

NIP: 197210262003121001

3. Pembimbing I : Prof. Dr. H. Yunasril Ali, MA (..…....……….…………)

NIP. 150223823

4. Pembimbing II: Dedy Nursyamsyi, SH, M.Hum (..…....……….…………)

NIP. 196111011993031002

5. Penguji I : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag (..…........…….…………)

NIP. 150326893

6. Penguji II : Afwan Faizin, MA (..…....…….……………)

: NIP. 197210262003121001

Page 4: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “SABUNG AYAM TABUH RAH DAN

JUDI TAJEN DI BALI (Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif)” yang

merupakan kewajiban bagi Program sarjana (S-1) Program Studi Jinayah Siyasah

Konsentrasi Kepidanaan Islam pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, untuk memenuhi salah satu persyaratan dan merupakan tugas akhir

untuk memperoleh Gelar sarjana (S1).Dalam penulisan Skripsi ini, sudah tentu Penulis

banyak memperoleh bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak baik

moril maupun materil yang tentunya sangat bermanfaat dalam penulisan Skripsi ini.

Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asmawi, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Afwan Faizin, MA selaku Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. Yunasril Ali, MA, selaku dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing I.

Page 5: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

ii

5. Dedy Nursyamsi, SH, M.Hum, selaku dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing II.

6. Seluruh Dosen/ Pengajar/ Staff, pada Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Kepala dan Seluruh Staff/Karyawan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum maupun

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan

buku-buku referensi yang berkaitan dengan penulisan Skripsi ini.

8. Lebih khusus lagi adalah ucapan terima kasih kepada :

a. Kepada Ayahanda dan Ibunda (Abdurrohim dan Misenik) dan juga Alm. H.

Abdul Ghafar dan Almrh. H. Siti Nariyah, yang berkat do’a mereka ananda

mendapatkan semangat untuk menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.

b. Kepada kakak dan Istri (Holil Ashari dan Fifin Yusfiana), yang selalu

memberikan bantuan moril maupun materil sehingga kiranya ananda dapat

menyelesaikan masa studi kuliah di UIN Syarih Hidayatullah jakarta serta

menyelesaikan penulisan Skripsi ini, walaupun banyak kelakuan buruk yang

ananda buat.

c. Kepada seluruh kakak beserta istrinya, yang selalu memberikan dorongan

serta semangat kepada ananda untuk menyelesaikan studi ini.

9. Teman-teman PI angkatan 2006 seperti, Mahpudin, Fandi, Safrowi, Faris, Fitrah, Isa

Shaleh, Amir Syarifudin, Nuruzzaman, H. Buldan Fahmi, Muchsin, Husen, Eril,

Sumirat, Kholid, U’2, Ibro, P-men, Bonar, Chandra, Rangga, Cucun, Yuswandi,

Wismoyo, Nisa, Wahyuni dsb. Kebersamaan dan kesolidan kita bersama perkuliahan

dan pergaulan yang terkadang diselingi dengan aktivitas canda tawa memberikan arti

pentingnya sebuah persahabatan yang tek terlupakan dan menjadi catatan sejarah bagi

kita semua. “Aku mengenal kalian tanpa sengaja mencoba akrab dengan kalian

Page 6: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

iii

menjalani persahabatan yang tak pernah pudar saling melengkapi satu sama lain

bersatu dalam ikatan persaudaraan, kelak… suatu saat jika kita telah hidup masing-

masing semoga ikatan ini tidak akan putus dan bangga punya teman seperti kalian”.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat berguna bagi semua pihak yang sempat

membacanya, serta menambah wawasan keilmuan bagi yang berkepentingan dengan masalah

ini. Amin

Jakarta, 08 Maret 2011

penulis

Page 7: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9

D. Review Pustaka ........................................................................... 10

E. Metode Penelitian........................................................................ 12

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SABUNG AYAM TABUH

RAH DAN JUDI TAJEN

A. Gambaran Umum Masyarakat Bali ............................................. 15

1. Letak Geografis ..................................................................... 15

2. Profil Kependudukan ............................................................ 16

3. Sistem Kemasyarakatan ........................................................ 17

B. Sejarah dan Latar Belakang Tabuh Rah dan Tajen ..................... 19

C. Cara pelaksanaan ........................................................................ 30

1. Tabuh Rah ............................................................................ 30

2. Tajen ..................................................................................... 34

Page 8: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

v

D. Fungsi Pelaksanaan .................................................................... 39

E. Implikasi Sabung Ayam Tabuh Rah dan Tajen Terhadap

Masyarakat ................................................................................. 42

1. Tabuh Rah ............................................................................ 42

2. Tajen ..................................................................................... 43

BAB III SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Tradisi dan Fungsi Pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen .............. 47

B. Dasar Hukum Tentang Larangan Perjudian Sabung Ayam ........ 54

BAB IV SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN

PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

A. Tradisi dan Fungsi Pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen ............. 75

B. Dasar Hukum Tentang Larangan Perjudian Sabung Ayam ........ 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 89

B. Saran-saran .................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara kepulauan yang berarti Indonesia terdiri dari

pulau-pulau. Hal ini juga memperlihatkan bahwa bangsa Indonesia itu terdiri dari

banyak suku bangsa yang mempunyai bahasa yang berbeda-beda, kebiasaan dan

adat-istiadat yang berbeda, kepercayaan yang berbeda, kesenian, ilmu

pengetahuan, mata pencaharian dan cara berfikir yang berbeda-beda. Berkat

kekuasaan Majapahit dan penjajahan Belanda, Indonesia mulai bersatu untuk

menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Indonesia harus mempunyai wilayah,

penduduk dan pemerintahan.

Begitu juga terdapat agama yang berkembang dan diakui oleh Negara

Indonesia, salah satunya agama Hindu, yang berpusat di Bali. Agama Hindu

Dharma disebut juga agama Hindu Bali, karena mengingat lahirnya agama

tersebut di Bali dan mayoritas pemeluknya adalah masyarakat Bali. Sebelumnya

masyarakat Bali menyebut agamanya adalah agama Tirta, keyakinan ini

merupakan hasil pencampuran dari agama Hindu Jawa dengan religi Bali asli.

Pada tahun 1958 agama Hindu-Bali diakui oleh Departemen Agama RI. Sesudah

Agama Hindu-Bali mendapat tempat di Kementrian Agama dibentuklah suatu

Dewan Agama Hindu-Bali, yang sesudah kongres tahun 1959 disebut Parisada

Dharma Hindu Bali; kemudian pada tahun 1964 namanya diganti dengan Parisada

Page 10: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

2

Hindu Dharma hingga sekarang ini, pada tahun 1969 Parisada Hindu Dharma

memiliki 11 cabang, yaitu 8 di Bali dan 3 di Jawa. Sesudah G-30-S

perkembangannya sangat pesat, terlebih-lebih di Jawa. Demikianlah agama Hindu

Dharma lahir dan berkembang sampai sekarang.1

Sedangkan agama sendiri berkaitan dengan dengan usaha-usaha manusia

untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan kehadiran alam

semesta. Agama senantiasa dipakai untuk menanamkan keyakinan baru ke dalam

hati sanubari terhadap alam gaib dan surga-surga telah didirikan di alam tersebut.

Bagi orang-orang yang hidup dalam masyarakat macam apa pun konsepsi tentang

agama merupakan bagian tak terpisahkan dari pandangan hidup dan sangat

diwarnai oleh perasaan mereka yang khas terhadap apa yang dianggap sakral

(suci).2 Tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi membawa suatu akibat dalam

jiwanya, yaitu tabiat ingin mengabdi dan menyembah kepada sesuatu yang

dianggapnya Maha Kuasa. Dan pembawaan ini memang telah terwujud fitrah3

kejadian manusia, yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri mereka.

Di dalam masyarakat Bali, sabung ayam memiliki makna religius. Makna

religius tersebut adalah sebagai persembahan korban suci yang ditujukan pada

bhuta dan kala, yaitu makhluk-makhluk halus yang jahat dan makhluk-makhluk

1 Parisada Hindu Dharma, Sejarah Agama Hindu Dharna Hindu Bali,

http://faridfann.wordpress.com/2008/05/07/sejarah-agama-hindu-dharma-hindu-bali/.

2 Elizabeth K. Nothinghem, Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi Agama, Cet-

8. (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), h. 3-4.

3 Agus Salim, Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-

Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu Budha&Sikh, (Jakarta: Diponegoro 1985), h. 11.

Page 11: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

3

halus perwujudan dewa-dewa yang bersifat merusak. Upacara penyembahan

melalui korban suci ini disebut “caru” atau “mecaru”. Upacara mecaru ini

biasanya berupa tumpahnya darah yang tercecer di tanah akibat dari sebuah

pertarungan atau penyembelihan hewan korban, yang disebut dengan Tabuh Rah

atau Labuh Getih. Salah satu cara agar terjadi tumpahnya darah dengan cara

melakukan sabung ayam (Perang Satha).

Untuk memahami agama pada umumnya secara sosiologis, ibadat atau

upacara keagamaan barangkali lebih penting. Ritus (ibadat) adalah bagian dari

tingkah laku keagamaan yang aktif dan dapat diamati. Ritus ini tentu saja

mencakup semua jenis tingkah laku seperti; memakai pakaian khusus,

mengorbankan nyawa dan harta benda, mengucapkan ucapan-ucapan formal

tertentu. Dan ritus akan efektif apabila orang-orang berkumpul bersama-sama,

karena mereka saling mendorong satu sama lain. Jadi, salah satu fungsi penting

ritus adalah keyakinan masyarakat terhadap adanya dunia yang gaib dan

memberikan cara-cara pengungkapan emosi keyakinan secara simbolik.

Dalam agama Hindu terdapat banyak upacara yang senantiasa dilakukan

oleh masyarakat di sana sebagai penggambaran serta penghambaan kepada Tuhan

mereka, yakni Sang Hyang Widhi sehingga akan terjalin sebuah hubungan yang

baik antara hamba dan Tuhannya. Segala ritual atau upacara-upacara yang

dilakukan oleh masyarakat Hindu digunakan sebagai perwujudan tingkah laku

Page 12: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

4

umat yang dilandasi oleh 3 (tiga) unsur kerangka dasar yaitu; 4 Tatwa (filsafat),

Susila (etika), dan Upacara (ritual). Sehingga jika ketiga kerangka dasar yang di

atas telah terpenuhi maka akan tercapainya suatu tujuan (dharma) bagi umatnya,

yang disebutkan dalam Wedha, “Mokshartam Jagadhita Ya ca Iti dharma”.5

Acara Tajen di Bali sudah ada sejak jaman Majapahit. Konon, Tajen

sangat lekat dengan tradisi Tabuh Rah, yaitu salah satu upacara dalam masyarakat

Hindu Bali. Upacara Tabuh Rah, ini tak ubahnya sebuah upacara persembahan

dengan mengorbankan ternak seperti ayam, babi, kerbau, atau hewan peliharaan

lain. Persembahan ini dilakukan ada yang dengan cara menyembelih bagian leher

hewan tersebut, namun ada juga dengan cara (Perang Satha) yaitu pertarungan

ayam dalam rangkaian korban suci yang melambangkan penciptaan,

pemeliharaan, dan pemusnahan dunia. Masyarakat Bali percaya bahwa perang

Satha merupakan simbol perjuangan hidup. 6

Tradisi Tabuh Rah di Bali sering diselenggarakan dalam rangkaian

upacara buthayajna, yaitu upacara suci yang ditujukan untuk menyelaraskan

unsur-unsur alam dengan kehidupan manusia. Salah satu upacara buthayajna

adalah acara tawur yang diadakan sehari sebelum Nyepi. Dalam acara ini

4 Parisada Hindu Dharma,

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/udejournal/darma070102008.pdf.

5 Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, baik kebahagiaan lahir dan bathin di

dunia dan di akhirat, yang berlandaskan dharma. Di mana kebahagiaan lahir akan terwujud dengan

terpenuhinya kebutuhan artha dan kama, dan kebahagiaan bathin adalah kedamaian.

6 Matatia.com, Tales from The Road: Tajen sabung Ayam di Bali, http://

matatia.ayam_files\tajen-sabung-ayam-bali.html.

Page 13: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

5

biasanya diadakan pertarungan ayam. Selain itu dalam Prasasti Batur Abang

tahun 933 Saka dan Prasasti Batuan tahun 944 Saka juga disebutkan bahwa

sabung ayam untuk upacara Tabuh Rah diperbolehkan, namun bukan untuk

berjudi.

Dalam perkembangannya, ritual suci Tabuh Rah mengalami pergeseran

makna. Seni pertarungan ayam yang seru dan mengasyikkan kemudian sering

dijadikan ajang berjudi. Kini, banyak banjar (desa) yang menggelar Tajen yang

biasa disebut Tajen terang untuk kepentingan menggalang dana dan dilakukan

hanya dua atau tiga hari setelah diadakannya Tabuh Rah. Setiap desa di Bali

memiliki tatacara tersendiri untuk mengatur Tajen terang ini, para pecalang pun

dilibatkan untuk menjaga keamanan. Dalam tajen terang ini yang diutamakan

adalah hiburan, bukan menang atau kalah. Meski demikian, sebelum diadakan

acara Tajen terang, desa adat terlebih dahulu juga menyelenggarakan upacara

kepada Dewa Tajen agar tidak terjadi perselisihan selama acara berlangsung.

Dan yang lebih ditanyakan lagi dalam masalah sosial dimana perjudian ini

adalah tingkah laku penyimpangan (devian behaviour) yang gampang meluas dan

menjamurnya dalam masyarakat kita. Maka berlangsunglah apa yang dinamakan

devisiasi situasional komulatif yaitu suatu bentuk penyimpangan dari norma-

norma sosial atau hukum sebagai produk transportasi psikologis yang dipaksakan

oleh situasi dan kondisi lingkungan sosialnya.7

7 Kartini Kartono, Patologi sosial, (Jakarta; Rajwali, 1993) h. 90.

Page 14: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

6

Untuk meregulasi perjudian dan tidak menjadikannya sebagai perbuatan

kriminal (dekriminalisasi) di Indonesia tidak semudah membalikkan telapak

tangan. Tantangan terbesar adalah munculnya resistensi masyarakat karena

kondisi social budaya, kepercayaan/agama, dan kondisi masyarakat yang belum

sepenuhnya memahami tentang pluralisme hukum.8

Masalah perjudian umum nya dalam aspek hukum pidana KUHP telah

memberikan batasan tentang pengertian perjudian dalam pasal 303 ayat (3)

KUHP yang berbunyi;

“Tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat

untung bergantung peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih

atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan

perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka

yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan

lainnya”.

Meskipun masalah perjudian di Indonesia telah banyak diberantas, namun

masalah perjudian ini merupakan masalah sosial. Apalagi dalam masyarakat Bali

Tajen merupakan sebuah pertaruhan nama baik serta kebanggaan bagi sang

pemilik ayam aduan tersebut. Apalagi jika ayam aduan miliknya dapat dan

mampu mengalahkan ayam aduan milik orang lain atau musuhnya. Dan juga

8 Aziz Syamsuddin, Dekriminalisasi Tindak Pidana Perjudian: Menuju Pembangunan

Hukum Masyarakat Adil dan Makmur, Cet- 1. (Jakarta: 2007), h. 126.

Page 15: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

7

ayam menjadi bagian yang terpisahkan dari kaum pria dan juga sebagai simbol

kemaskulinan mereka.

Namun, jika kita lihat dan kita tinjau asal-muasal terbentuknya tradisi

budaya Bali, yakni bertujuan menyuburkan berkembangnya kehidupan beragama.

Tanpa disadari amat disayangkan kesadaran masyarakat sekarang jurusannya

melenceng dari sasaran semula mengingat dahulu seni budaya semata-mata wujud

daya hidup sembah bhakti mereka kehadapan Hyang maha kuasa.9

Untuk itu, berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik untuk menggali

masalah yang berkaitan dengan perjudian sabung ayam yang berkedok budaya.

Oleh karena itu skripsi ini penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berjudul

“SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN DI BALI (Perspektif

Hukum Islam dan Hukum Positif)”

B. Pembatasan dan Perumusan masalah

Dalam skripsi ini, penulis ingin mengemukakan suatu fenomena

masyarakat yang terjadi di Bali, yang dalam kehidupan beragama sebuah upacara,

Tabuh Rah merupakan sebuah alat untuk mendekatkan kepada tuhannya yakni

Sang Hyang Widhi. Akan tetapi, disalahgunakan oleh oknum sebagai perjudian.

Dari uraian di atas kiranya dapat ditemukan suatu permasalahan yang

cukup penting untuk dikaji lebih mendalam sehingga dapat ditemukan titik terang

9 I Nyoman Suarka, Ketuhanan Bali (kajian empiris dan Era baru empu Kuturan), (Surabaya:

Paramitha Surabaya, 2005), h. 36.

Page 16: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

8

mengenai permasalahan yang akan dikaji maka, penulis akan membatasi dalam

beberapa hal, yakni sebagai berikut;

1. Sabung ayam yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah ritual upacara dalam

agama Hindu di Bali yang dinamakan dengan Tabuh Rah yang ditujukan

untuk Sang Hyang Widhi sebagai perwujudan sembah bhakti kepadanya,

serta dalam pelaksanaannya tanpa ada unsur taruhan.

2. Tajen yang dimaksud penulis adalah menyabungkan ayam yang dilakukan di

luar dari sebuah ritual upacara agama Hindu di Bali dan disertai dengan

taruhan.

Dari pembatasan masalah di atas, kemudian penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tradisi dan fungsi sabung ayam Tabuh Rah dan judi Tajen

menurut pandangan masyarakat Bali ?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sabung ayam Tabuh Rah dan judi Tajen

pada masyarakat Bali?

3. Bagaimana perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Positif terhadap

sabung ayam Tabuh Rah dan judi Tajen?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 17: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

9

1. Untuk mengetahui bagaimana tradisi dan fungsi sabung ayam Tabuh Rah dan

judi Tajen menurut pandangan masyarakat Bali.

2. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan sabung ayam Tabuh Rah dan judi

Tajen pada masyarakat Bali.

3. Untuk mengetahui bagaimana perspektif hukum Islam dan hukum Positif

terhadap sabung ayam Tabuh Rah dan judi Tajen.

4. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang budaya Tabuh Rah dan judi

Tajen di Bali

Sedangkan untuk manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang budaya Tabuh Rah dan judi

Tajen di Bali

2. Penelitian ini setidaknya diharapkan bermanfaat menjadi sumbangan ilmiah

penulis terhadap masyarakat yang ini mengetahui budaya upacara Tabuh Rah

dan judi Tajen di Bali.

3. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sabung ayam

Tabuh Rah dan judi Tajen, baik dari segi hukum Islam dan hukum Positif,

serta kaitannya dengan legalisasi perjudian berkedok budaya. Sehingga

mampu untuk membedakan dan menempatkan mana dengan benar mana yang

Tabuh Rah dan judi Tajen.

Page 18: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

10

D. Review Pustaka

Penulis menggunakan beberapa literatur yang mempunyai keterkaitan

dengan judul ini yang diantaranya adalah:

Pertama karya mahasiswa (skripsi) di Fakultas Syari’ah dan Hukum yang

ditulis oleh Rahmat Hidayat yang berjudul “Peranan Kepolisian Resort

Purwakarta dalam Penanganan Tindak Pidana Perjudian”, Skripsi, yang

didalamnya dijabarkan beberapa tindak pidana perjudian seperti judi Sepak Bola

dan Judi sabung Ayam. dalam skripsi ini memiliki kesamaan yakni tentang

perjudian sabung ayam yang terjadi di Bali dan Purwakarta.

Kedua karya ilmiah mahasiswa (skripsi) di Fakultas Syari’ah dan Hukum

yang ditulis oleh Nasori yang berjudul “Perjudian Pandangan Hukum Islam dan

KUHP (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)”, Skripsi,

yang di dalamnya dijabarkan mulai dari pengertian, sejarah, macam-macam

perjudian serta dampaknya, bagaimana pendapat Hukum Islam dan Hukum

Positif terhadap perjudian serta menganalisis sebuah putusan pengadilan.

Ketiga Aziz Syamsuddin yang berjudul “Dekriminalisasi Tindak Pidana

Perjudian: Menuju Pembangunan Hukum Masyarakat Adil dan makmur, 2007,

Jakarta. Yang secara garis besar dalam buku ini menjelaskan tentang sejarah dan

praktik perjudian di dunia, psikologi judi, potret perjudian di Indonesia,

kriminalisasi perjudian.

Keempat Kartono Kartini yang berjudul “Patologi Sosial”, Rajawali, 1993,

Jakarta, jadi dalam buku ini masalah perjudian merupakan sebuah masalah social

Page 19: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

11

dimana perjudian adalah suatu tingkah laku penyimpangan (depian behaviour)

yang merupakan suatu bentuk penyimpangan dari norma-norma social atau

hukum sebagai produk dari transportasi psikologis yang dipaksakan oleh situasi

dan kondisi lingkungan sosialnya.

Kelima Ida Pedanda Putra Pidada Kniten dan Pinandita I Nyoman

Gunanta “Tinjauan Tabuh Rah dan Judi”, Paramitha 2005, Surabaya, yang

membahas tentang bagaimana tabuh rah serta tajen yang memiliki keterkaitan

dengan ritual Tabuh Rah pada masyarakat Hindu di Bali.

Keenam Karya Ilmiah (Tesis) Mahasiswa Universita Indonesia yang

ditulis oleh Hendrik Andriyanto “Perjudian Sabung Ayam di Bali”, Jakarta, 2003,

yang dijelaskan secara detail di dalam masyarakat Bali tentang Tabuh Rah dan

Tajen dan juga adanya pengecukan atau pengambilan duit keamanan pada setiap

acara tajen yang berlangsung baik di pura maupun tempat yang memang sengaja

disediakan oleh masyarakat yang senang berjudi.

Ketujuh Ketut Upedhana, yang berjudul “Fraksi Partai Golkar dukung judi

Sabung ayam, Analisis Surat kabar, TEMPO Interaktif, Denpasar, 2005, yang

isinya aktivitas sabung ayam (tajen) yang selalu diikuti kegiatan perjudian harus

dilihat sebagai warisan budaya, yang erat kaitannya dengan pelaksanaan

keagamaan Hindu di Bali.

Page 20: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

12

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

data-datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan,

dengan kata lain, penelitian ini memanfaatkan data kualitatif10

.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normative doktriner, yaitu

penelitian yang mengkaji asas-asas dan norma-norma hukum. Penulis

mencoba menelaah dan menjelaskan aspek-aspek yang berkenaan dengan

permasalahan ini. Dan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni

penelitian yang bertujuan menjelaskan satu variable.

Adapun sumber data yang dipergunakan penulis adalah;

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang diperoleh dari perundang-

undangan, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), serta dalil-dalil

yang terdapat pada Al-Qur’an dan al-Hadits, sarta ketentuan-ketentuan

Fiqh yang mengatur masalah perjudian.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi penjelasan

dalam mengkaji data primer, yaitu data-data yang diperoleh dari buku-

buku yang masih memiliki keterkaitan dengan pokok masalah yang akan

diteliti.

10

Lexi J. Moelang, Penelitian Kualitaif, Cet ke- 5. (Bandung: Remaja Kosda Karya, 2005),

hal. 6.

Page 21: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

13

c. Bahan Hukum Tersier, bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Seperti penduduk Bali,

pelaku sabung ayam maupun sampel yang diperlukan untuk penunjang

kelengkapan data.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Dokumentasi, alat ini dipergunakan untuk melengkapi data yang

penulis perlukan, yaitu dengan cara melihat buku-buku yang terkait

dengan pokok masalah yang akan diteliti.

3. Teknik Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis data secara kualitatif, yaitu

pendekatan isi (content analisis) yang menekankan pada pengambilan

kesimpulan dan analisis yang bersifat deduktif, yaitu penelaran berawal dari

hal yang umum untuk menentukan hal yang khusus sehingga mencapai suatu

kesimpulan.11

Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

Pedoman Penulisan skripsi, cetakan ke-1 yang diterbitkan Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari sub-sub Bab

sebagai berikut :

11

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 42-215.

Page 22: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

14

Bab I Merupakan Bab pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodelogi Penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Merupakan Tradisi Sabung ayam Tabuh rah dan judi Tajen, yang

di dalamnya membahas tentang gambaran umum masyarakat Bali yang meliputi

(letak geografis, profil kependudukan, dan sistem kemasyarakatan), sejarah dan

latar belakang tradisi Tabuh Rah dan Tajen, cara pelaksanaan, fungsi

dilaksanakan, serta implikasinya.

Bab III Merupakan pembahasan sabung ayam Tabuh Rah dan judi Tajen

dalam perspektif Hukum Islam yang meliputi bagaimana Tradisi dan fungsi

pelaksanaan Tabuh Rah dan judi Tajen, serta dasar hukum tentang larangan

perjudian Sabung Ayam.

Bab IV Merupakan pembahasan sabung ayam Tabuh Rah dan judi Tajen

dalam perspektif Hukum Positif yang meliputi tentang Tradisi dan fungsi

pelaksanaan Tabuh Rah dan judi Tajen, serta dasar hukum tentang larangan

perjudian Sabung Ayam.

Bab V Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran.

Page 23: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SABUNG AYAM TABUH RAH

DAN JUDI TAJEN

A. Gambaran Umum Masyarakat Bali

1. Letak Geografis

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang

Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau

Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke

timur. Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas

fisiknya adalah sebagai berikut. Sebelah utara dengan Laut Jawa, sebelah

selatan dengan Samudra Indonesia, sebelah barat dengan Selat Bali atau

Provinsi Jawa Timur, dan sebelah timur dengan Selat Lombok atau Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten

dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar,

Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga

merupakan ibukota provinsi. Selain itu, pulau Bali terdiri dari pulau-pulau

kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan

di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar,

dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi

Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529 km.

Page 24: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

16

Tabel Luas Wilayah Tiap Kabupaten di Provinsi Bali1

Kabupaten/Kota Ibukota

Luas

(km²)

Persentase

(%)

Jembrana Negara 841,80 14,94

Tabanan Tabanan 839,30 14,90

Badung Badung 420,09 7,43

Denpasar Denpasar 123,98 2,20

Gianyar Gianyar 368,00 6,53

Klungkung Semarapura 315,00 5,59

Bangli Bangli 520,81 9,25

Karangasem Amlapura 839,54 14,90

Buleleng Singaraja 1.365,88 24,25

Jumlah 5.634,40 100,00

Sumber: Master Plan Penunjang Investasi Provinsi Bali Tahun 2006-2010

2. Profil Kependudukan

Wilayah Bali secara umum beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin

musim. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim

pancaroba, dengan curah hujan berkisar antara 0,0 – 425,4 milimeter. Rata-rata

1 Departemen Kebudayaan Provinsi Bali, Geografis, dematografi dan sistem kemasyarakatn

Hindu Bali, http://www.baliprov.go.id/index.php?page=geo_grafi (Artikel ini diakses pada 11

Agustus 2010).

Page 25: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

17

suhu maksimum antara 29,8 – 33,4 derajat Celcius dan rata-rata suhu minimum

antara 21,9 – 32,5 derajat Celcius. Temperatur tertinggi terjadi sekitar November

dan terendah sekitar Juli dan kelembaban udara antara 73,3 hingga 82,1 %.

Penduduk Bali sebagaian besar memeluk agama Hindu. Khusus untuk Kota

Denpasar persentase pemeluk Agama Hindu 67,94 %, Islam 23,03 %, Kristen

2,24 %, Protestan dan 4,87 Budha 1,91 %. Sejalan dengan mayoritas penduduk

yang beragama Hindu, demikian halnya ketersediaan fasilitas peribadatan

didominasi oleh Pura, dengan jumlah keseluruhan mencapai 457 buah Pura. Dari

sejumlah tersebut 105 buah diantaranya merupakan Kahyangan Tiga , 3 buah

merupakan Sad Dang Kahyangan fasilitas peribadatan lainnya berupa Mesjid 28

buah, Langgar 0 buah, Musholla 77 buah serta Gereja 73 buah. Vihara dan

Kelenteng juga 9 buah.2

3. Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat Bali menganut sistem sosial yang mengikat yang terdiri atas

empat sistem sosial, yaitu sistem klan (dadia), sistem tingkatan (kasta), sistem

kemasyarakatan (banjar), dan sistem kelompok dalam minat dan pekerjaan

(seka). Sistem dadia meliputi gabungan keluarga besar dari leluhur yang sama.

Dalam hubungan ini, anggota keluarga secara berkala bertemu bersama pada

suatu tempat untuk menyembah tuhan, di tempat sembahyangan di rumah

2 Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Denpasar, Kondisi Sosial Budaya Bali,

http://www.denpasar.go.id/main.php?act=kon_sb (Artikel ini diakses pada 06 November 2010).

Page 26: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

18

(sanggah/pamarajan) untuk keluarga dekat atau di pura untuk keluarga besar

(pura dadia atau paibon/pamarajan agung).

Pembagian kasta, asalnya dari Hindu didasarkan atas fungsinya di

masayarakat, yakni Brahmana merupakan kasta tertinggi (meliputi Pedanda)

bertanggung jawab atas upacara agama. Ksatriya (meliputi raja, pejabat dan

keluraganya, termasuk pemimpin irigasi atau kepala desa). Vaisya terlibat dalam

wirausaha dan kegiatan kesejahteraan masyarakat, dan Sudra adalah para petani

dan yang melaksanakan tugas (buruh) bagi kasta lainnya.

Sistem sosial yang ketiga yang mengikat orang Bali adalah sistem banjar.

Banjar sering dibedakan menjadi dua jenis yakni banjar adat dan banjar dinas.

Banjar adat sering disebut banjar patus (mempunyai tugas dan kewajiban khusus

dalam kaitannya dengan upacara agama Hindu) atau banjar suka-duka, sedangkan

banjar dinas merupakan perpanjangan tangan dari organisasi pemerintahan negara

di bawa desa dinas. Banjar adat merupakan organisasi di bawah pemerintahan

desa adat yang kini berdasarkan Peraturan Daerah Bali (Perda) No.3 Tahun 2001

pasal 1 ayat 4, disebut dengan desa pakraman, yakni batasannya disebutkan

sebagai berikut.

“Desa pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali,

yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup

masyrakat umat Hindu secara turun-temurun, dalam ikatan kahyangan tiga,

kahyanga desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan serta

berhak mengurus rumah tangganya sendiri”.

Page 27: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

19

Tiap-tiap masyarakat terbentuk oleh banyak kelompok, setiap kelompok

terdiri atas individu-individu yang datang bersama-sama untuk kegiatan kerja

sama dengan minat khusus. Kelompok ini disebut seka. Nama seka sesuai dengan

kegiatan khususnya. Ada kelompok kerja, seperti: seka manyi untuk menanam

padi, seka semal untuk menghalau tupai yang merusak buah kelapa, seka membeg

untuk mengolah tanah, di samping ada kelompok yang berminat pada seni,

misalnya seka gong gamelan, seka drama, seka barong yang bertanggung jawab

atas pemeliharaan dan tarian barong, seka kecak (kelompok penari kecak), malah

ada kelompok peminum tuak atau seka tuak. Para pemuda, misalnya remaja yang

belum menikah, juga merupakan anggota masyarakat khusus yang disebut seka

taruna-taruni. Persamaan dan kerja sama anggota merupakan peraturan pertama

kelompok itu.

B. Sejarah dan Latar Belakang Tradisi Tabuh Rah dan Tajen

Sebelum kedatangan Agama Hindu di Nusantara3, masyarakat masih

memeluk keyakinan primitif, yaitu Animisme dan Dinamisme. Pengaruh agama

Hindu yang paling besar terdapat di pulau Jawa, khususnya diantara suku Jawa.

Agama Hindu masuk di Indonesia belum dapat diketahui secara pasti. Namun

dibeberapa daerah ditemukan adanya bukti-bukti sejarah seperti patung, candi,

prasasti dan yang lainnya.

3 Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Sejarah Perkembangan Hindu Agama Hindu,

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=506&Itemid=29&limit=1&li

mitstart=2 (Artikel di akses pada 13 Juni 2010).

Page 28: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

20

Prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-5 SM hingga abad ke-7 M,

terdapat di kutai (Kalimantan Timur) dan Jawa Barat, dari prasasti-prasasti

tersebut, kita dapat mengetahui bahwa pada waktu itu ada raja yang memiliki

nama yang berasal dari India. Seperti Mulawarman di Kutai dan Purnawarman di

Jawa Barat. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa raja-raja itu adalah orang

India. Mungkin mereka orang Indonesia asli, yang sudah memeluk agama yang

datang dari India. Sumber-sumber pengetahuan kita tentang agama Hindu agak

terbatas dibandingkan dengan sumber-sumber agama Budha.

Maka dari sini untuk memudahkan para pembaca kami bagi menjadi 3

periode tentang sejarah Hindu yang ada di Jawa Timur :

1. Zaman Mpu Sendok hingga akhir pemerintahan Erlangga (1929-1092 M).

Pada zaman ini agama yang berkembang adalah agama Siwa dan

agama Buddha, kedua agama ini sebelumnya sudah berkembang di Jawa

Tengah, yaitu pertumbuhan agama Siwa dan agama Budha menjadi satu,

kemudian menjadi nyata di Jawa Timur, dengan adanya keyakinan yang

dipadukan antara agama Siwa dengan agama Budha, serta menyebutnya Siwa-

Buddha, bukan lagi Siwa dan Budha, melainkan Siwa-Budha menjadi satu

Tuhan. Pada masa ini juga telah didapati kepustakaan terkuno yang terdiri dari

ayat-ayat dalam sansekerta, yang diikuti oleh keterangan bebas didalam

bahasa Jawa kuno. Hal ini menunjukkan bahwa ayat-ayat itu berasal dari

India.

Page 29: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

21

2. Zaman kerajaan Kediri dan Singosari (1042-1292 M)

Agama yang berkembang Pada zaman ini adalah agama Wisnu, para

raja dianggap sebagai titisan Wisnu. Pada zaman ini kepustakaan Jawa Kuno

yang tidak bersifat keagamaan secara khas sangat berkembang sekali. Ada

banyak syair kepahlawanan yaitu kepustakaan kakawin.

3. Zaman kerajaan Majapahit (1293-1528 M)

Pada zaman ini agama yang berkembang adalah sinkretisme dari tiga

agama, yaitu agama Siwa, Wisnu dan Budha Mahayana. Segala macam

upacara keagamaan dalam tiga agama tersebut bisa berjalan secara

berdampingan, hal ini menandakan bahwa proses sinkretisme yang

menjadikan agama Hindu dan Budha yang dipandang sebagai bentuk yang

bermacam-macam yang ditampakkan oleh satu kebenaran. Proses sinkretisme

ini sudah dimulai pada zaman Jawa Tengah, serta dikembangkan pada zaman

Empu Sendok, Kediri dan Singosari, kemudian mencapai puncaknya pada

zaman Majapahit. Menurut orang Bali sejarah kebudayaan dan

kemasyarakatan di Bali di mulai dengan kedatangan orang-orang Majapahit di

Bali. Menurut orang-orang Bali zaman–zaman terdahulu dianggap atau

dipandang sebagai zaman yang gelap dan dikuasai oleh roh-roh jahat, serta

makhluk-makhluk yang ghaib.

Berbagai upacara keagamaan hampir setiap hari dapat disaksikan di pulau

Bali. Umat Hindu selalu melakukan upacara pancayajna, yakni lima macam

upacara yang masing-masing disebut (1) devayajna ditujukan kepada Tuhan Yang

Page 30: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

22

Maha Esa, para dewa manifestasi Tuhan Yang Maha esa, dan roh suci para

leluhur yang dipuja melalui pura atau tempat yang dipandang suci lainnya; (2)

pitrayajna ditujukan kepada para leluhur sejak yang bersangkutan meninggal

sampai rohnya disucikan dan di-shata-kan pada pura keluarga; (3) rsiyajna

ditujukan kepada para rsi atau pandita sejak upacara inisiasi sampai yang

bersangkutan meninggal dunia; (4) manusayajna ditujukan kepada manusia sejak

bayi dalam kandungan sampai upacara penyucian diri (pawintenan); dan (5)

bhutayajna ditujukan kepada makhluk rendahan dan kekuatan-kekuatan negatif.

Bhutayajna juga disebut sebagai upacara penyucian alam semesta dari gangguan

kekuatan bhutakala, yakni roh-roh jahat yang menimbulkan masalah bagi umat

manusia, baik dalam skala besar maupun kecil.4

Kata “Tabuh Rah” adalah suatu kata majemuk yang terdiri dari kata tabuh

dan rah. Kata tabuh sama dengan kata tabur, tawur atau kata taur yang berarti

bayar. Sedangkan kata rah, berasal dari kata darah. Jadi dari uraian di atas, maka

kata tabuh rah berarti tawur darah, yaitu pembayaran dengan darah.

Tradisi adalah merupakan faktor penting dalam tata cara pergaulan hidup

di masyarakat dan lebih-lebih di dalam hubungannya dengan tata cara

pelaksanaan upacara agama Hindu di Bali. Peranan tradisi demikian kuatnya di

dalam kehidupan agama Hindu di Bali, sehingga dengan demikian setiap individu

yang taat beragama merasakan pentingnya arti ikatan terhadap tradisi-tradisi yang

4 I Made Titib, Persepsi Umat Hindu Di Bali Terhadap Svarga, Naraka, dan Moksa Dalam

Svargarohanaparva Persepektif Kajian Budaya, (Surabaya : Paramitha, 2006), h.2.

Page 31: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

23

mereka warisi dari leluhurnya. Demikian pula halnya Tabuh Rah di Bali yang

sudah menjadi tradisi berlangsung turun-temurun dimasyarakat dari sejak dahulu

hingga kini, di samping juga secara filosofis mengadung arti yang penting bagi

upacara-upacara di dalam agama Hindu.

Namun, dari beberapa istilah mengenai Tabuh Rah yang biasa dilakukan

di Bali. Sampai saat kini belum ada kesamaan pendapat atau pengertian mengenai

Tabuh Rah itu. Ketidaksamaan itu juga didapati pada beberapa prasasti dan

lontar-lontar, yang ditemukan di Bali.5

1. Di dalam prasasti Bali kuno dan terutama pada prasasti Sukawan A.I.

yangberangka tahun 804 Saka (882 A.D), ada terdapat kata : “Blindarah”, Dr.

R.Goris mengartikan kata blindarah itu sebagai “blodoffer voor velerlei godsd

verrichtingen yaitu: korban darah untuk berbagai tindakan keagamaan.

2. Di dalam prasasti Batur Abang A. Yang berangka tahun 933 Saka (1011 A.

D) disebutkan sebagai berikut:

“... mwang yan pakaryyakarya, msanga kunang wgila ya manawunga

makantang tlung parahatan, i thaniya, yan pamwita, tan pawwata ring

nayaka saksi...”

Artinya “... lagi pula bila mengadakan upacara-upacara tawur kesanga,

patutlah mengadakan sabungan ayam tiga ronde (leban) di desanya, tidaklah

minta izin, tidaklah membawa (memberitahukan) kepada pemerintah...”.

5 Tabuh Rah, keputusan seminar tafsir agama Hindu ke III tahun 1976, (Diterbitkan Oleh

Seksi Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha Kabupaten Buleleng: 1979). h. 12-14.

Page 32: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

24

3. Di dalam prasasti Batuan yang berangka tahun 944 Saka (1022 A.D.), ada

kalimat sebagi berikut:

“... kunang yan manawunga ing pangudwan makantang tlun parahatan, tan

pamwita ring nyaka saksi mwang sawung tunggur, tan knana minta pamli...”

Artinya “... adapun bila mengadu ayam ditempat suci dilakukan tiga ronde

(leban) tidak meminta izin kepada pemerintah dan juga kepada pengawas

sabungan, tidak dikenakan pajak...”.

4. Di dalam lontar Ciwatatwapurana, disebutkan sebagai berikut:

“mwah ri tileming ke sanga, hulun megawe yoga, teka wnang wang ing

madyapada megae taur kasowangan, denhana pranging satha, wnang nyepi

sadina ika labain sang kala daca bhumi, yanora samangkana rug ikang

wanging madyapada...”

Artinya “lagi pada tilem kesanga aku (dewa Siwa) mengadakan yoga,

berkewajibanlah orang bumi ini membuat persembahan masing-masing, lalu

adakan pertarungan ayam, dan Nyepi sehari, (ketika) itu beri hidangan sang

kala dacabhumi, jika tidak rusaklah manusia di bumi...”.

5. Di dalam lontar Sandharigama, disebutkan bahwa di dalam rangkaian

melakukan tawur atau bhutayajna disertai dengan “tetabuhan”.

Dari beberapa kutipan tersebut di atas, jelaslah adanya perbedaan istilah

yang dipergunakan di dalam korban darah yang berhubungan dengan upacara

keagamaan. Diantara istilah-istilah itu maka istilah blindarah ada persesuaiannya

dengan makna pembayaran dengan darah atau penebusan dengan darah.

Page 33: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

25

Sedangkan istilah perang Satha dan Manawung sudah mengandung kekaburan

mengenai makna Tabuh Rah. Kekaburannya disebabkan karena bukan dititik

beratkan kepada korban darah, melainkan ditekankan kepada pertarungan ayam,

sehingga dengan demikian sering timbul anggapan bahwa Tabuh Rah itu adalah

sabungan ayam.

Jika kita perhatikan dengan seksama seluruh kegiatan keupacaraan yang

dilakukan umat Hindu di Bali, ada sesuatu yang dipahami, yang sangat dihormati,

yang diperlakukan sebagai tamu agung, yang dipandang maha suci, yakni Sang

Hyang Widhi wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai penguasa alam semesta

beserta seluruh isinya, yang dimohon hadir untuk menganugerahkan kasih sayang,

perlindungan, keselamatan, kesejahteraan hidup lahir serta bathin. Begitu juga

pada pelaksanaan Tabuh Rah sendiri.

Tradisi adalah merupakan faktor penting dalam tata cara pergaulan hidup

di masyarakat dan lebih-lebih didalam hubungannya dengan tata cara pelaksanaan

upacara agama Hindu di Bali. Peranan tradisi demikian kuatnya di dalam

kehidupan agama Hindu di Bali, sehingga dengan demikian setiap individu yang

taat beragama merasakan pentingnya arti ikatan terhadap tradisi-tradisi yang

mereka warisi dari leluhurnya.

Pelaksanaan agama dipandang kurang mantap dan dirasakan seolah-olah

tidak akan mendatangkan suatu pahala yang baik, jika dilakukan tidak mengikuti

cara yang tradisional di masyarakat. Tetapi hal yang demikian itu tidak lah berarti

umat Hindu di Bali mempertahankan tradisinya secara konservatif melainkan

Page 34: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

26

menempuh kehidupan yang fleksibel, elastis yang demikian itulah dijumpai pada

umat Hindu di Bali yang mempunyai pandangan, bahwa apa yang diwarisi dari

leluhurnya merupakan suatu pusaka suci, baik warisan itu berupa benda atau

berupa pandangan hidup. Disebabkan oleh adanya rasa bhakti dan hormat

terhadap leluhur inilah mengapa tradisi dapat dipelihara dengan baik oleh

generasi-generasi berikutnya.

Demikian pula halnya Tabuh Rah di Bali yang sudah menjadi tradisi

berlangsung turun-temurun di masyarakat dari sejak dahulu hingga kini,

disamping juga secara filosofis mengandung arti yang penting bagi upacara-

upacara di dalam agama Hindu.

Tentang munculnya Tabuh Rah dalam hubungannya dengan upacara

bhutayajna di Bali, rupa-rupanya berpangkal pada bentuk upacara berkorban

sejak zaman purba. Kadang-kadang berkurban itu ada hubungannya dengan kaul

dan berhubungan dengan keharmonisan antar bhuanagung dan bhuanaalit dimana

hal ini terdapat adanya hubungan yang erat antara para roh leluhur dengan dunia

gaib.6

Dalam agama Hindu mitos memiliki peranan yang penting. Karena dalam

mitos tersebut diyakini, diikuti, dan bahkan menjadi pedoman serta berguna

meskipun tidak rasional bagi kita. Begitu juga dengan masalah Tabuh Rah sendiri.

Banyaknya cerita yang menggambarkan ritual tersebut yang harus dilaksanakan

6 Utarayana, Pengayam-ayaman, (Denpasar-Bali, Percetakan Offset dan Toko Buku RIA,

1993), h. 12.

Page 35: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

27

oleh umat agama Hindu berdasarkan lontar-lontar. Meskipun banyak yang belum

atau tidak dapat dijelaskan dengan akal (rasio). Dan hingga sekarang sebagian

masyarakat Bali (umat Hindunya) masih memahami serta menghayatai

mythology, yang ternyata masih besar faedahnya itu.

Tabuh Rah biasanya dilaksanakan dalam beberapa cara dan selalu

berhubungan dengan bhutayajna atau lazim di Bali disebut dengan mecaru

(membuat upacara korban). Bhutayajna itu sering dilakukan dengan mecaru

karena makna dari bhutayajna itu adalah mengharmoniskan hubungan unsur-

unsur Panca Mahabhuta di bhuanaagung dan bhuanaalit.

Berkorban atau bersaji adalah suatu usaha untuk berhubungan dengan

dunia gaib dalam artian memberi barang sesuatu kepada dunia gaib dengan

pengaharapan untuk mendapatkan penggantiannya. Hal ini sering terlihat dengan

jelas pada beberapa agama di Indonesia sekarang dan dapat dibandingkan dengan

adanya janji atau kaul pada kepercayaan sekarang, bahwa akan mengadakan

keselamatan sesudah maksud tercapai. Selain itu juga ada juga korban yang

berupa makanan-makanan yang juga oleh manusia dipandang lezat, sehingga di

dalam pikiran manusia ada anggapan bahwa apa yang dipandang oleh enak

dirinya, juga akan digemari oleh dunia gaib atau roh-roh. Makan bersama-sama

dengan para roh-roh leluhur atau dunia gaib adalah untuk mengeratkan hubungan

manusia dengan dunia gaib atau roh-roh.

Tabuh Rah pada mulanya mempergunakan darah manusia, darah manusia

yang dijadikan korban kepada dunia gaib atau kekuatan alam yang maha besar

Page 36: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

28

yang dianggap sebagai roh, selain bermaksud penebusan dosa manusia, namun

juga dianggap sebagai sarana demi eratnya hubungan manusia dengan dunia gaib

atau roh-roh itu. Di samping dijadikan korban seperti itu darah manusia juga

dimakan bersama-sama sebagai pernyataan tanda bergembira, demi eratnya

persahabatan antara sesamanya dan pula merupakan tanda turut berduka cita

sebagai pernyataan solider terhadap sesamanya yang ditimpa mala petaka.

Lalu penggunaan korban manusia diganti dengan darah binatang karena

dianggap tidak sesuai lagi dengan perikemanusiaan. Binatang korban itu yang

dipakai pengganti korban manusia adalah binatang peliharaan yang dianggap

sebagai anggota dari masyarakat, sehingga dengan demikian yang dipakai korban

adalah darah salah satu dari anggota masyarakat juga. Sehingga di dalam setiap

jenis korban di Bali dipakailah ayam sebagai binatang korban pokok, sedangkan

binatang-binatang korban lainnya adalah merupakan perubahan menurut besar

kecilnya tingkatan korban itu.

Darah pada banyak bangsa-bangsa dianggap suatu zat yang mengandung

kekuatan magis. Pada beberapa suku Dayak, tiang-tiang rumah yang baru

didirikan, dipoles dengan darah untuk memberikan kekuatan secara spiritual

kepada rumah itu. Hal itu dapat dibandingkan dengan di Bali, bilamana orang

mendirikan rumah baru, maka pada saat upacara peresmiannya (melaspas), tiang-

tiang (pilar) dari bangunan itu dipoles dengan darah ayam hitam, yang disebut

pengurip-urip, guna memberikan kekuatan spiritual dalam artian suasana baik

kepada bangunan itu. Dengan anggapan bahwa darah itu mengandung kekuatan

Page 37: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

29

magis, sakti, paralel dengan kepercayaan bangsa purba mengenai adanya

kekuatan sakti di dalam segala hal yang luar biasa yang disebut dinamisme, maka

dari itulah manusia purba menggunakan darah sebagai sarana yang paling urgen

di dalam berkorban. Selanjutnya di dalam filsafat Hindu yang berkembang lebih

demikian, maka anggapan seperti itu lalu menjadi suatu faham yang mengandung

perlu adanya sarana-sarana untuk memelihara keseimbangan antara bhuana

agung dan bhuana alit.

Acara Tajen di Bali sudah ada sejak jaman Majapahit. Konon, Tajen

sangat lekat dengan tradisi Tabuh Rah, yaitu salah satu upacara dalam masyarakat

Hindu Bali. Upacara Tabuh Rah, ini tak ubahnya sebuah upacara persembahan

dengan mengorbankan ternak seperti ayam, babi, kerbau, atau hewan peliharaan

lain. Persembahan ini dilakukan ada yang dengan cara menyembelih bagian leher

hewan tersebut, namun ada juga dengan cara (Perang Satha) yaitu pertarungan

ayam dalam rangkaian korban suci yang melambangkan penciptaan,

pemeliharaan, dan pemusnahan dunia. Masyarakat Bali percaya bahwa perang

sata merupakan simbol perjuangan hidup. 7

Kemudian setelah masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia yang

selanjutnya berkembang dan akulturasi dengan kebudayaan asli Indonesia, bentuk

dari pada korban darah itu berbeda-beda dilakukan dibeberapa daerah di

Indonesia khususnya di Bali korban darah itu telah banyak mengalami bentuk-

7 Matatia.com, Tales from The Road: Tajen sabung Ayam di Bali,

http:// matatia.ayam_files\tajen-sabung-ayam-bali.html.

Page 38: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

30

bentuk perkembangan disertai variasi-variasi, sehingga hal itu disebutlah dengan

berbagai istilah yang berlain-lainan seperti yang diuraikan dibeberapa prasasti dan

lontar-lontar.8

Kendatipun demikian, namun prinsip yang dikandungnya tidaklah jauh

menyimpang dari pada prinsipnya yang semula perubahan bentuk, dan istilah

korban darah itu adalah logis terjadi sebagai akibat adanya perkembangan

kebudayaan Indonesia dan meningkatnya kemampuan daya pikir bangsa

Indonesia di dalam menganalisa suatu persoalan.

C. Cara Pelaksanaan

1. Tabuh Rah

Tabuh Rah pada mulanya mempergunakan darah manusia lalu diganti

dengan darah binatang. Binatang yang dijadikan korban adalah jenis binatang

yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yaitu: ayam, itik, angsa,

babi dll. Oleh sebab itu maka binatang dijadikan korban, karena binatang

adalah sebagai wakil dari anggota kelompok manusia. Maka dalam setiap

jenis caru di dipilah ayam sebagai saran yang terutama di dalam caru. Dalam

lontar Kandhapat yang dihubungkan dengan mantra-mantar tentang caru,

maka terdapat kesesuaian. Karena, ayam memiliki bermacam-macam warna,

baik memiliki satu warna dan juga ada yang berwarna campuran. Begitu juga

8 Tabuh Rah, keputusan seminar tafsir agama Hindu ke III tahun 1976, (Diterbitkan Oleh

Seksi Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha Departemen Agama Kab. Buleleng, 1979), h. 12.

Page 39: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

31

dengan bhuta yang memiliki warna yang dapat disimbolkan dengan warna

ayam yang bermacam-macam yang juga dapat mencapai keharmonisan,

karena memiliki persesuaian warna dengan bhuta itu, misal: bhuta putih

diberi caru ayam putih, bhuta abang diberi caru ayam biying, bhuta hitam

diberi caru ayam brumbun.

Pelaksanaan upacara Tabuh Rah memerlukan waktu (dewasa). Yang

umumnya dilaksanakan oleh masyarakat Bali yaitu pada pukul 12 siang pada saat

hari tilem (bulan tidak kelihatan sama sekali) atau bisa juga pada saat sore hari

pada pukul 5 sore. Prosesi Tabuh Rah adalah prosesi yang sakral, prosesi yang

suci. Ada tata cara keagamaan dan larangan-larangan atau persyaratan-

persyaratan di dalamnya. Salah satu persyaratan adalah harus ada ayam yang

kalah dan menang, karena kalau dari hasil pertarungan ayam hasilnya seri maka

pertarungan tersebut akan diulang dan pendeta akan menaburkan arak dilokasi

hingga dalam pertarungan berikutnya tidak ada hasil yang seri lagi.

Dalam penaburah darah ada beberapa macam dan disertai variasi tertentu

yakni sebagai berikut:

a. Daerah Buleleng bagian barat yaitu daerah Ngenjung, pada waktu

mengadakan yajna besar (karya agung), binatang yang dijadikan caru terlebih

dahulu dikelilingkan tiga kali ditempat upacara (mapadhapa) dan pada tiap

penjuru tempat upacara (pura), binatang korban itu ditombak-tombak

sehingga darahnya berceceran ditempat upacara. Menurut istilah disana

disebut mabayang-bayang

Page 40: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

32

b. Di Pura Penatran Agung di desa Pangotan Daerah Tk. II Bangli, tiap-tiap lima

tahun sekali yaitu hari purnama kedasa, orang desa disana mengadakan karya

Ngasaba setelah bhatara-bhatara dalam wujud pratima-pratima atau arca-

arca dikelilingkan berjajar di balai panjang dijaba tengah, lalu seekor kerbau

hitam yang akan dijadikan korban atau caru diikatkan pada pohon yang ada di

depan balai panjang itu. Setelah kerbau itu terlebih dahulu diupacarai, lalu

ditikam dengan keris khusus untuk itu oleh seorang petugas tertentu (Jero

Bahu), sehingga darahnya membasahi tanah tempat upacara yang akan

diadakan lebih lanjut.

c. Di desa Cemagi Daerah Tk. II Badung dan juga desa-desa lainnya umumnya

Bali, setiap mengadakan pecaruan atau karya (upacara-upacara) dipura atau di

dalam perumahan, maka disaat mengakhiri pecaruan atau upacara, lalu

dilakukan penyembelihan yaitu: seekor ayam kecil atau babi butuhan

dipotong lehernya dengan keris lalu darahnya ditaburkan ditempat upacara

tersebut. Hal ini ada persesuaiannya dengan keadaan di jaman Majapahit

dahulu, dimana juga dilakukan pemotongan kepala ayam sebagai upacara

berkorban.

d. Hampir diseluruh Bali orang beranggapan bahwa tabuh rah itu adalah

sabungan ayam. Secara sepintas anggapan hal ini nampaknya beralasan juga

seperti di dalam prasasti Batur Agung A (933 Saka), prasasti Batuan (944

Saka) dengan istilah: “manawung” dan lontar Ciwatattwa purana menyebut

dengangan istilah: “perang Satha”.

Page 41: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

33

Jadi dapat disimpulkan dalam membuat caru atau korban binatang kepada

bhuta kala terdapat berbagai variasi menurut tradisi dan kondisi setempat, karena

masing-masing desa adat di Bali, mempunyai corak kekhususan tersendiri,

sehingga sulitlah menemukan suatu bentuk upakara dan upacara yang persis

sama. Sehingga Tabuh Rah dalam bhutayajna adalah perlu bukan merupakan

suatu saran yang prinsipil karena mengandung makna mengharmoniskan

hubungan Panca Mahabhuta di bhuana agung dengan Panca Mahabhuta di

bhuana alit.

Prosesi pelaksanaan Tabuh Rah di Pura daerah Denpasar,9 bahwa setiap

pelaksanaan upacara tersebut diwajibkan menggunakan pakaian adat, dengan

membawa banten (sesaji) dan perlengkapannya yang di dalamnya terdapat

“kelapa, telor, canang sari (dupa, beras, uang kepeng), dan kelapa tadi dililit

dengan benang warna (merah, putih dan hitam), kemudian banten tersebut

diberikan kepada pemangku atau orang yang dianggap suci, barulah binatang

tersebut dikelilingkan atau dilepaskan dalam pura tempat yang akan diadakan

Tabuh Rah yang dilaksanakan dengan perang Satha hingga binatang tersebut

mengeluarkan darah pada tempat pelaksanaan Tabuh Rah (pura) tersebut, baru

setelah itu dilanjutkan dengan adu kelapa dan telur dengan disertakan ucapan

mantra-mantra oleh pemangku tersebut sebagai akhir dari sebuah ritual upacara.

Jadi dalam hal ini yang bisa dikatakan Tabuh Rah hanya ronde pertama saja.

9 Hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada pelaksanaan ritual tabuh rah di pura Padang

Samben pada tanggal 23 September 2010 (Tilem Kesanga).

Page 42: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

34

2. Tajen

Tajen berasal dari kata taji yang artinya susuh pada kaki ayam. Kata tajen

kadang didwi purnakan menjadi tatajen. Pengertian taji itu ada hubungannya

dengan tajam dalam bahasa Indonesia yang bermakna sesuatu yang runcing.

Adanya anggapan umum di Bali yang menyebut sabungan ayam itu adalah tajen,

dikaitkan pada taji yang dipakai oleh ayam yang akan diadu. Sehingga ada ucapan

pada masyarakat Bali dengan “metajen”.

Perang satha yang sebenarnya untuk sebuah acara bhutayajna, lama

kelamaan senang digemari oleh orang karena mengandung nila-nilai hiburan bagi

para penggemarnya. Yang menurut mereka gerak-gerik ayam pada saat bertarung

mereka anggap seni. Jadi wajar jika perang Satha tersebut digemari oleh banyak

orang jadi tidak menutup kemungkinan acara tersebut dijadikan untuk berjudi.

Jadi di sini terlah terjadi pergeseran atau erosi nilai-nilai kesakralan Tabuh Rah.

Tabuh Rah yang tadinya adalah prosesi yang sakral, oleh para penjudi dijadikan

ajang untuk bertaruh, dijadikan mata pencaharian kehidupan sehari-hari dengan

mengadakan perjudian sabung ayam yaitu sesuatu yang duniawi untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

Menurut antropholog John Roberts yang melakukan penelitian terhadap

permainan-permainan atau games (tidak selalu pemainan judi) yang dimainkan

oleh bebagai suku bangsa, menunjukkan bahwa di dalam kebudayaan-kebudayaan

yang menganut permainan yang hanya mendasarkan pada untung-untungan saja

(games of chance) biasanya memiliki keperrcayaan-kepercayaan religius terhadap

Page 43: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

35

tuhan atau roh-roh yang penuh kebaikan dan dapat memaksa, atau dengan kata

lain, permainan untung-untungan tersebut dikaitkan dengan kekuasaan

supranatual.10

Identifikasi psikologi yang mendalam tentang kaum pria di Bali dengan

ayam mereka tidak dapat dipisahkan. Bateson dan Mead mengatakan jika

dikaitkan dengan konsepsi masyarakat Bali tentang tubuh sebagai satu bagian

terpisah dari kehidupan, maka ayam di gambarkan sebagai bagian terpisah alat

ambulant genital dengan kehidupan mereka sendiri. Pada kenyataannya ayam-

ayam tersebut merupakan simbol dari kemaskulinan mereka.11

Sedang pelaksanaan Tajen sendiri, tidak menggunakan ritual upacara

layaknya tabuh. Biasanya tajen dilakukan pada tempat yang telah disediakan oleh

pura, dan pasti setiap pura memiliki wantilan dan hampir dimiliki setiap desa

adat yang berukuran 50 x 50 meter. Dibuat berundak-undak menurun ke tengah.

Tetapi persis di tengah itu dibuat meninggi lagi, inilah arena pekelahian ayam.

Arena ini bentuknya bujur sangkar dengan sisi sepuluh langkah kaki orang

dewasa. Di tengah-tengah arena, ada lagi bujur sangkar kecil bersisi satu langkah,

ditandai dengan garis.

10

Hendrik Andrianto, Perjudian Sabung Ayam di Bali,Tesis Pasca Sarjana Universitas

Indonesia, (Jakarta: 2003, Perpustakaan Umum UI) h. 18.

11

Clifford Geertz, Notes On The Balinese Cookfight,

http://itha.wordpress.com/2008/01/06/Catatan-sabung-ayam-pada-masyarakat-bali/ (tulisan diakses

pada tanggal 19 Oktober 2010).

Page 44: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

36

Ayam yang siap dengan taji dibawa oleh “pakembar”.12

Bagi pakembar

yang fanatik, ia pasti ke tengah arena lebih awal, untuk kemudian memilih dari

arah mana ia akan melepas ayamnya. Kalau pakembar pertama berada di timur,

mau-mau tak mau pakembar yang kedua harus berada di barat.

Langkah awal adalah memperkenalkan kedua ayam kepada petarung yang

mengelilingi arena. Caranya, kedua pakembar membawa ayamnya ke tengah

bujur sangkar kecil, dihadap-hadapkan, diadu, tetapi tidak dilepas (bongbongan).

Akan kelihatan bagaimana kedua jago ini berdiri tegak dengan leher menjulang.

Atau ketika diadu perkenalan ketika sudah cukup perkenalan itu, dan pakembar

berdiri, penjudi di luar arena mulai bertaruh. Pakembar itu pun mengacung-

acungkan tangannya yang memegang ayam. Tak jarang, dia juga mencari lawan

taruhan lagi, mungkin tidak puas bertaruh dengan pakembar lawannya, apalagi

kalau ayamnya itu unggulan.

Pada setiap pertarungan, selalu ada ayam unggulan. Begitu pakembar

mengadakan perkenalan singkat berhadap-hadapan di bujur sangkar kecil,

seseorang berteriak: bihing... bihing...13

. Kalau sampai pakembar berdiri tidak

ada teriakan yang lain, berarti ayam bihing itulah ayam unggulan. Suara petaruh

12

Salah satu diantara yang mempunyai tugas dalam sebuah sabung ayam, sebagai pemegang

ayam sebelum ayam diadu dan juga harus memiliki keahlihan dalam membaca situasi apabila ingin

mengadu dan memenagkan setiap sabung ayam.

13

Penyebutan ayam dalam bahasa Bali, yang memiliki warna merah polos. Seperti ayam yang

berwarna merah bercampur warna lain disebut; Brumbun, buik, kedas, wangkas dll.

Page 45: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

37

selanjutnya tidak lagi bihing atau menyebut nama ayam tetapi sebutan yang

mengarah ke sistem taruhan: cok, gasal, dapang, tindo, apit, satu teng.14

Seorang petaruh cukup meneriakkan sistem taruhan, dan yang berminat

melawannya tinggal mengangkat tangan, tanpa berteriak apa-apa. Jadi, petaruh

yang berpihak ke ayam bukan unggulan saja yang berteriak-teriak, karena ia

berkepentingan mengajukan penawaran sistem taruhan. Kecuali kalau dua ayam

yang bertarung itu “padu baret”.15

Dalam situasi seperti ini, nama ayam masih

sering disebut-sebut.

Dalam tajen ini ada juga posisi yang sangat vital yakni; “Saya”16

, dia

memiliki peran sebagai penengah yang menentukan menang-kalah dalam

kegiatan tersebut dan keputusannya tidak memihak salah satu diantara mereka,

sehingga sabung ayam dapat terlaksana dengan aman dan tertib. Kejujuran serta

keadilan harus dimiliki oleh “Saya”, karena dengan modal tersebut segala

keputusannya membuat para bobotoh puas dan menerima kemenangannya, serta

yang kalah menerima dengan lapang dada.

Para penjudi bisa melakukan transaksi taruhan dari jarak jauh. Tanpa

harus berhadap-hadapan. Para penjudi itu memakai kode jari tangannya,

14

System taruhan yang digunakan pada tajen. “ngelimin 5:2, apit 2:1, telewin 5:3, teludo 3:2,

cok 4:3, gasal 5:4, dapang 10:9.

15

Padu baret dalam istilah sabung ayam menyebut antara kedua ayam yang akan diadu

seimbang atau kelihatan seimbang.

16

Saya, disini bukan dalam arti aku, melainkan juri dalam acara ritual Tabuh Rah maupun

dalam Tajen. Saya disini memiliki peranan penting dalam menentukan arah kebijakan dalam sebuah

pertarungan ayam tersebut, yang dalam pemberian keputusan tidak memihak antara pemilik ayam yang

satu dengan yang lain (adil).

Page 46: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

38

sementara uang taruhan tetap di saku atau dompet masing-masing. Kalau

pertandingan usai, justru yang kalah yang datang ketempat yang menang. Atau

kalau jarak cukup dekat, uang digulung dan dilemparkan. Dan uang yang

dilemparkan tidak akan disabet oleh orang lain yang tak berhak. Mereka masih

mengenal etika, apalagi jika kalah mereka tidak akan buru-buru kabur atau

bahkan menyelinap dan pergi. Karena mereka yakin suatu saat pasti akan bertemu

lagi ditempat lain.

Dengan melihat tabel mungkin dapat memberikan penjelasan secara

singkat perbedaan antara tabuh rah dan tajen :

NO Tabuh Rah Tajen

1 Sabungan ayam dilaksanakan

hanya 3 set (telung parahatan)

Sabungan ayam dilaksanakan lebih

dari 3 set (telung parahatan)

2 Sabungan ayam dilengkapi

dengan adu kemiri, telur,

kelapa.

Tidak dilengkapi dengan adua-aduan

kemiri, telur, kelapa.

3 Disertai upakara yajna, untuk

upacara pada suatu tempat.

Tidak disertai upakara yajna.

4 Ada toh dedamping tidak

bermotif judi sebagai

perwujudan ikhlas berkurban

untuk upacara

Ada taruhan, dengan harapa untuk

menang.

Page 47: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

39

D. Fungsi pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen

Tabuh Rah di Bali yang sudah menjadi tradisi berlangsung turun-temurun

dimasyarakat dari sejak dahulu hingga kini, di samping juga secara filosofis

mengadung arti yang penting bagi upacara-upacara di dalam agama Hindu. Tabuh

Rah erat kaitannya denga bhutayajna. Bhutayajna berarti suatu korban suci

kepada bhuta dan kala yang dalam pengertiannya adalah sesuatu kekuatan negatif

yang timbul akibat terjadi ketidak harmonisan antara macrocosmos (bhuana

agung) dengan microcosmos (bhuana alit) yang dapat dikatakan seperti makhluk

halus yang selalu menggangu ketentraman hidup manusia.

Bhuana agung dan bhuana alit yang terdiri dari lima unsur yaitu: pritiwi

(unsur zat padat), apah (unsur zat cair), teja (sinar atau panas), wayu (udara), dan

akasa (ether). Jadi antara Panca Mahabhuta di dalam bhuana agung hendaknya

senantiasa harmonis dengan Panca Mahabhuta di bhuana alit.

Selanjutnya mengenai kala, lontar Kalatattwa menyebutkan, bahwa kala

itu adalah putra Dewa Siwa yang lahir di laut. Karenanya Dewa Siwa itu disebut

Mahakala yaitu, sebutan terhadap kekuatan Dewa Siwa yang maha hebat yang

pada waktu melakukan pralina. Mahakala juga berarti energi yang maha besar. Di

dalam lontar Kalatattwa itu juga disebutkan bahwa bhuta kala apabila diaci, ia

tidak akan menggangu manusia melainkan membantunya di dalam kehidupan,

sebab bhuta kala itu bukan hanya bersifat negatif saja melainkan juga bersifat

positif.

Page 48: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

40

Jadi dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa perlulah dijaga

keharmonisan Panca Mahabhuta itu dengan salah satu cara mengadakan aci atau

yajna. Jadi makna dari pada bhutayajna itu adalah usaha untuk

mengharmoniskan perhubungan Panca Mahabhuta di bhuana agung dengan

Panca Mahabhuta di bhuana alit.

Dalam kitab Agastya Parwa menyatakan Bhutayajna itu sebagai berikut:

“Bhuta yajna ngarania tawur muang sang kapujan ring tuwuh”

“Bhutayajna itu adalah mengembalikan (Unsur-unsur alam) dan melestarikan

tumbuh-tumbuhan”.

Itulah sesungguhnya inti dari bhutayajna menurut Agastya Parwa.

Betapun besar atau kecilnya upacara bhutayajna hendaknya jangan sampai tidak

memuat nilai universal dari bhutayajna tersebut. Dalam Sataphata Brahmana

bagian dari Rgveda bhutayajna itu adalah persembahan pada bhuta. Sembah

dalam Jawa kuna artinya menyayangi, menghormati/memuji, memohon,

menyerahkan diri dan menyatukan diri. 17

Dalam agama Hindu, tubuh manusia itu dibentuk oleh zat yang sama

dengan alam semesta, karena itu dikenal dengan istilah bhuana agung dan bhuana

alit. Seseorang yang meninggal dunia, tubuhnya ditinggal pergi oleh roh (sang

atma). Maka, tubuh itu tak ubahnya sebagai benda rongsokan. Ibarat sampah, ia

17

I Ketut Wiana, M.Ag, Tri Hita karana menurut Konsep Hindu , (Surabaya: Paramitha,

2007), h. 165.

Page 49: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

41

harus segera dihanguskan, supaya berbaur dengan alam semeseta. Unsur-unsur di

dalam tubuh (bhuana alit) sama seperti yang ada di jagat raya (bhuana agung).18

Pengharmonisan antara bhuana agung dan bhuana alit sebagai pencapaian

ketentraman hidup lahir dan bathin. Menurut keterangan para “sulinggih”19

yang

mengatakan bahwa bhuana agung dan bhuana alit terdapat beberapa unsur yang

dipersamakan misalnya:

1. Panca giri (bhuana agung) di India yaitu: Gunung Maliawan (timur), Gunung

Gandhamedhana (selatan), Gunung Kailsa (barat), Gunung Udaya (Utara),

Gunung Hilmawan (tengah).

2. Panca giri (bhuana agung) di Bali yaitu: Gunung Lempuyang (timur), Gunung

Uluwatu (selatan), Gunung Watukaru (barat), Gunung Beratan (utara),

Gunung Agung (tengah).

3. Panca giri (bhuana alit) ialah: jantung (timur), hati (selatan), limpa (barat),

empedu (utara), dan kumpulan hati (tengah).

4. Surya chandra atau matahari dan bulan di bhuana agung sedangkan di bhuana

alit ialah mata kanan (surya) dan mata kiri (chandra).

Bhuta kala itu ada dimana-mana dan tidak pernah tidak ada. Bhuta kala

yang riel ialah unsur-unsur yang menjadi alam semesta ini. Bhuta kala yang tidak

riel misalnya nafsu, marah, pikiran jahat dan sebagainya termasuk pula akibat-

18

Putu setia, Menggugat Bali Menelusuri Perjalanan Budaya, Cet ke- 2. (Jakarta: 1987,

Pustaka Utama), h. 35.

19

Sulinggih atau juga biasa disebut sebagai Pedanda, yang berasal dari kata “Su”yang

artinya; Baik dan “linggih” yang artinya; tempat/posisi/ketrunan/duduk. Jadi sulinggih adalah posisi

seseorang yang sangat baik atau kedudukan manusia yang tertinggi (pemimpin agama).

Page 50: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

42

akibat yang ditimbulkan oleh bhuta kala yang riel, dan tidak riel. Karena itulah

perlu diadakan pabyakala, yakni suatu korban suci kepada bhuta kala dengan

maksud menjinakkan dan akhirnya “mempralina”20

bhuta kala itu supaya

menjadi dewa, dalam artian dari pengaruh negatif supaya berubah menjadi positif.

Itulah sebabnya setiap mengadakan yajna, didahului oleh pabyakala atau

bhutayajna diadakan lebih dahulu dengan maksud supaya tidak ada unsur-unsur

negatif yang menggangu yajna itu sehingga tidak ada rintangan untuk menuju

kesucian.

E. Implikasi sabung ayam Tabuh Rah dan Tajen terhadap masyarakat

1. Tabuh Rah

Dari segi sosiologis

Masyarakat di Bali mempunyai corak yang spesifik yang erat

pertaliannya dengan hukum adat dan juga merupakan masyarakat agraris

religius, di samping memiliki seni budaya yang bermutu tinggi. Beberapa

unsur dari adat di Bali tetap terpelihara, karena telah dirasa manfaatnya untuk

memelihara keutuhan persatuan dan kesatuan masyrakat itu sendiri yang

sangat penting artinya dan mutlak diperlukan sebagai landasan fundamentil

20

Peleburan, lenyap kembali, Dikatakan bahwa seluruh alam mengalami proses, dan jalannya

proses itu berputar-putar seperti putaran roda, atau jantra, atau cakra. Relatif dengan kehadiran kita,

maka proses itu nampaknya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kemunculan, penciptaan (Utpatti)

2. Kehadiran, menetapnya kehadiran (Sthiti)

3. Peleburan, lenyap kembali (Pralina),

Jadi tiga rangkaian proses ini merupakan sifat kehadiran ( eksistensi) alam semesta ini, bahwa

tidak ada sesuatu yang kekal dialam ini.

Page 51: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

43

guna mensukseskan pembangunan dimasyarakat, seperti; desa, banjar, subak,

seka dan sebagainya yang diwarisi sejak dahulu, dan masih terpelihara serta

dibina hingga sekarang.

Kebiasaan yang berlaku turun-temurun dimasyarakat dan kalau

dilanggar akan dapat menimbulkan akibat hukum, merupakan salah satu

faktor yang menguatkan tradisi-tradisi adat yang ada dimasyarakat. Begitu

pula halnya dengan sabung ayam di Bali, yang merupakan tradisi turun-

temurun dari sejak dahulu sehingga, masih banyak pendapat yang merasa

enggan untuk meninggalkannya, karena mungkin telah mendarah daging

dimasyarakat.

Dalam upacara Tabuh Rah penggunaan ayam sebagai persembahan

hanya menggunakan 6 ekor ayam. Namun, jika dalam pelaksanaan upacara

tersebut ayam yang diadu pada salah satunya sudah ada yang menang maka

pelaksanaan aduan ayam Tabuh Rah tersebut dihentikan karena sudah

dianggap telah menaburkan darah sebagai wujud persembahan korban bagi

sang bhuta kala.

2. Tajen

a. Dari segi sosiologis

Sedangkan sabung ayam pada Tajen tersebut dimasukkan ke dalam

peraturan (awig-awig)21

pada sebuah banjar sehingga tradisi tersebut

21

Suatu peraturan desa atau banjar yang mengatur hak dan kewajiban warga masyarkat

disertai suatu upaya pemaksa yang tegas dan nyata. Di dalam keyakinan masyarakat adat apabila awig-

awig dilanggar maka kehidupan masyarakat akan terganggu dan terusik kedamaiannya.

Page 52: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

44

enggan untuk ditinggalkan. Misal: ada banjar yang mengadakan sabungan

ayam yang biasanya memakai alasan Tabuh Rah maka anggota banjar

dikenakan satu ekor ayam aduan yang disebut “uran”. Dan bilamana jika

tidak mengeluarkan uran maka akan dikenakan denda. Sehingga dengan

demikian secara tidak langsung berarti mengharuskan anggotanya

mengadu ayam atau main sabungan ayam. Dan juga terdapat lontar yang

digunakan dalam sabungan ayam dari bagaimana memilih lawan, kapan

hari baik untuk mengadu ayam, pantangan yang tidak boleh dilakukan

sebelum mengadu ayam semuanya terdapat pada lontar “pengayam-

ayaman”, sehingga tidak menutup kemungkinan acara Tajen ikut atau

mengikuti cara yang telah dipaparkan dalam lontar tersebut.

b. Dari segi ekonomis

Dari segi ini sabungan ayam lebih banyak mengandung atau

menunjukkan ekses negatif. Menghambur-hamburkan harta benda semata-

mata untuk memuaskan hawa nafsu untuk berjudi. Jarang ada orang

terlihat akan jadi kaya karena menang main sabungan ayam apalagi

dengan Tajen, malahan sebaliknya. Dan juga dapat menyebabkan

seseorang yang baik dapat menjadi jahat, seseorang yang taat dan giat

dapat menjadi jahil, malas bekerja, seakan-akan dia hanya berangan-angan

bagaimana caranya dia menang, menjadi kaya hanya dengan berjudi. Dan

jika dia menang dalam permainan tidak mungkin dia akan berhenti, karena

merasa menang dia akan main terus hingga dia puas. Namun, jika kalah

Page 53: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

45

maka akan berimbas kepada orang lain, teman sepermainan akan jadi

musuh dan juga keluarga akan kena imbas jika dia kalah. Dalam sejarah

perjudian, tidak ada orang yang kaya karena berjudi, malah sebaliknya

yang terjadi, banyak orang yang jatuh miskin karena berjudi.22

Bahkan masalah perjudian agama Hindu juga melarang masalah tersebut.

Pemerintah berwenang mengawasi agar larangan judi ditaati sebagaimana ditulis

dalam Manawa Dharmasastra.IX.221:

“Dyutam samahwayam caiwa, raja ratranniwarayet, rajanta karana wetau

dwau, dosau prithiwiksitam”

“Perjudian dan pertaruhan supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah

Pemerintahannya karena kedua hal itu menyebabkan kehancuran kerajaan dan

putra mahkota”.

Pada tempat sabung ayam yang pernah saya kunjungi, ada tulisan yang

terpampang yang bunyinya sebagai berikut:

Tiang matur piuning ring ide dane sane seneng ngibur sane nenten saye

mangde melinggih ring kursi mangde hiburan duene memargi antar suksme.

Artinya “Saya beritahukan kepada semuanya, bagi yang senang silahkan

melihat bagi yang tidak suka saya persilahkan untuk duduk dikursi, karena

hiburan akan segera dimulai terima kasih”.

22

Zaini Dahlan, dkk, UII, Al-Quran dan Tafsinya, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,

1995), jilid I, Cet. I, h. 228.

Page 54: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

46

Awig-awig yang telah dibuat oleh banjar disalah artikan, atau juga bisa

dibengkokkan.23

Seperti Tajen, yang pada mulanya sebagai prosesi yang sakaral

serta suci mengalami pergeseran. Sabungan ayam sebagai manisfestasi judi,

ternyata jalan terus. Anehnya lagi bukan hanya jalan. Artinya ada masyarakat

justru malah mengawig-awig sabungan ayam tersebut. Jika ada upacara satu

orang membawa satu ekor ayam pada hari yang telah ditentukan untuk disabung,

jika melanggar tentu akan kena denda, padahal acara tersebut telah jelas

memenuhi unsur judi. Karena ayam yang diadu bukan hanya satu ekor. Namun,

dengan dalih untuk upacara Tabuh Rah padahal sebenarnya, tidak. Itulah

mengapa masyarakat Bali terutama orang laki-laki gemar berjudi karena menurut

mereka sabung ayam adalah hiburan.

23

Wayan Windia, Meluruskan Awig-awig Yang Bengkok, (Denpasar: BP, t.th), h. 65

Page 55: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

47

BAB III

SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Tradisi dan Fungsi Pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen

Tradisi (kebiasaan) adalah salah satu hal yang memiliki kontribusi besar

terhadap terjadinya transformasi hukum syar‟i. Di atas kebiasaan ini, banyak

terbangun hukum-hukum fiqh dan qaidah-qaidah furu. Seperti dalam Qaidah

fiqhiyah yang kelima yakni: ( kebiasaan (tradisi) itu bisa menjadi“ (العادة مهكمة

hukum”. Berdasarkan ketentuan Rasulullah yang mengintrodusir adat kebiasaan

di masyarakat pada saat itu, apabila ada hewan piaraan di siang hari merusakkan

harta milik seseorang, maka bagi pemilik hewan tidak wajib mengganti (dlaman)

pada harta yang dirusak, karena rusaknya kebun pagar di siang hari adalah akibat

kelalaian dan keteledoran pemilik kebun, yang semestinya pada saat (siang hari)

ia menjaga kebunnya. Berbeda jika hewan piaraan tersebut merusaknya di malam

hari, maka bagi pemilik hewan tersebut wajib mengganti apa saja yang dirusak

oleh hewan piaraannya, yang semestinya ia jaga pada saat (malam hari). Lepasnya

hewan di malam hari merupakan akibat kelalaian dan keteledoran pemiliknya.1

Kata urf berasal dari kata „arafa, yaitu (عرف يعرف) sering diartikan dengan

“al-ma‟ruf” (المعرف) dengan arti: “sesuatu yang dikenal”. Di antara ahli bahasa

11

Ali Ahmad al-Nadwi, Al-Qawaid al-Fiqhiyah, (Damaskus: Dar al-Qalam, 1986), h. 256

yang dikutip dari Dr. H. Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyah Dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, dengan Anglo Media, 2004), cet. Ke 1, h. 162

Page 56: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

48

Arab ada yang menyamakan kata „adat dan „urf tersebut, kedua kata itu

mutaradif (sinonim). Seandainya kedua kata tersebut dirangkaikan dalam satu

kalimat, seperti: “hukum itu didasarkan kepada „adat dan „urf tidaklah berarti

kata sambung “dan” yang biasa dipakai sebagai kata yang membedakan antara

dua kata. Karena kedua kata itu memiliki arti yang sama, maka kata „urf adalah

sebagai penguat kata „adat.

Kata „adat dari bahasa Arab: ( ) :akar katanya ,(عا دة يعود- عاد ) yang

mengadung arti: “pengulangan” (ثكرار). Karena itu, sesuatu yang baru dilakukan

satu kali, belum dinamakan „adat. Tentang berapa kali suatu perbuatan harus

dilakukan untuk sampai disebut „adat, tidak ada ukurannya dan banyak

tergantung pada bentuk perbuatan yang dilakukan tersebut.

Kata „urf pengertiannya tidak melihat dari segi berulang kalinya suatu

perbuatan dilakukan, tetapi dari hal segi bahwa perbuatan tersebut sudah sama-

sama dikenal dan diakui oleh orang banyak. Adanya kali, dan dari sudut dikenal

yang menyebabkan timbulnya dua nama tersebut. Dalam hal ini sebenarnya tidak

ada perbedaan yang prinsip karena dua kata itu pengertiannya sama, yaitu: suatu

perbuatan yang telah berulang-ulang dilakukan menjadi dikenal dan diakui orang

banyak; sebaliknya karena perbuatan itu sudah dikenal dan diakui orang banyak,

maka perbuatan itu dilakukan orang secara berulang kali. Dengan demikian

meskipun dua kata tersebut dapat dibedakan, tetapi perbedaannya tidak berarti.

Perbedaan antara kedua kata itu, juga dapat dilihat dari segi pandangan

artinya, yaitu: „adat hanya memandang dari segi berulang kalinya suatu perbuatan

Page 57: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

49

dilakukan dan tidak meliputi penilaian mengenai segi baik dan buruknya

perbuatan tersebut. Jadi kata „adat ini berkonotasi netral, sehingga ada „adat

yang baik dan ada „adat yang buruk.2

Jadi, suatu kebiasaan („adat), baik yang berlaku secara umum maupun

berlaku secara khusus bisa dijadikan perangkat untuk menetapkan hukum syar‟i,

selama tidak ada nash yang melarangnya, atau ada nash, namun tidak secara

khusus (khas) melarangnya, maka suatu adat bisa dijadikan hukum.

Jika dicermati kembali sebuah tradisi yang berlangsung di Bali hingga

sekarang yang telah dijelaskan di atas, dapat kita tarik sebuah kesimpulan yang

menurut penulis adalah sangat bertentangan dengan Islam. Karena sabung ayam

tersebut bertentangan dengan syariat Islam dari cara pelaksanaan yang

menunjukkan tidak adanya rasa kasihan terhadap sesama ciptaan Allah SWT.

Pelaksanaan Tabuh Rah yang merupakan sebuah ritual upacara pada

agama Hindu merupakan sebuah keharusan yang harus dijalankan oleh

penganutnya. Karena dengan menjalankannya berarti menjaga keseimbangan

seluruh alam atau menurut mereka menjaga keseimbangan antara bhuana agung

dan bhuana alit. Namun, pelaksanaan tersebut sangat bertentangan dengan apa

yang telah tertulis dalam Al-Qur‟an yang berbunyi :

… /

Artinya: “…Dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan

(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah. (Mengundi

nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan (Q.S. Al-Maidah,[5]:3).

2 Prof Dr. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), jil. 1, h. 362-364

Page 58: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

50

Dan juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim yang berbunyi:

Artinya: “Telah diriwayatkan oleh Zuhairy ibnu Harbin dan Syuraih ibnu Yunus.

Mereka berkata dari Marwan. Berkata Zuhairy: telah diriwayatkan

dari Marwan ibnu Muawiyah al-Farariy. Telah diriwayatkan dari Abu

Thufail Amir bin Watsilah. Dia berkata: “Pada suatu hari saya sedang

berada di dekat Ali bin Abi Thalib. Tiba-tiba, ada seorang lelaki datang

kepadanya seraya berkata: „hai Amirul mu‟minin, apa yang dulu

pernah dibisikkan oleh Rasulullah SAW kepadamu?

Mendengar hal itu, Ali bin Abi Thalib marah dan berkata, “hai

sahabat, ketahuilah olehmu bahwasannya Rasulullah SAW tidak pernah

membisikkan sesuatu pun kepadaku secara rahasia kemudian beliau

sembunyikan hal itu kepada orang lain. Hanya saja, beliau telah

memberitahukan kepadaku empat hal.”

Lelaki itu bertanya lagi, “ Apakah empat hal itu ya amirul mu‟minin?”

Ali bin Abi Thalib pun menjawab, “ Pertama , Allah mengutuk orang

yang mengutuk ibu bapaknya. Kedua, Allah mengutuk orang yang

menyembelih hewan bukan karena Allah. Ketiga, Allah mengutuk orang

yang membuat kerusakan di muka bumi. Keempat, Allah akan

mengutuk orang yang mengubah tanda-tanda batas bumi.

3 Shahih Muslim syarah an-Nawawi, Kitab Tentang Hewan Buruan, Bab Tentang Hewan

Sembelihan Yang disembelih Dengan Selain Nama Allah, (Dar‟ul Hadis, tth), Juz. 7, h. 155

Page 59: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

51

Bangsa Arab sebelum Islam merupakan masyarakat penyembah berhala.

Mereka membuat patung-patung dari kayu dan sebagainya, kemudian mereka

sembah dan mereka agung-agungkan. Dan mereka menyembelih hewan-hewan

korban untuk dipersembahkan kepada patung-patung tersebut. Sudah barang tentu

perbuatan ini adalah perbuatan yang sesat. Yang patut disembah dan diagungkan

hanyalah Allah SWT. Dan manusia dapat menyembah Allah SWT, tanpa

perantara apa pun juga. Dan jika ingin berkorban, sembelihlah korban itu,

kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada manusia yang dapat

memanfaatkannya, jangan kepada patung-patung yang tak akan dapat mengambil

manfaat apapun dari daging korban tersebut. Oleh sebab itu sangat tepatlah bila

Agama Islam melarang kaum muslimin mempersembahkan korban-korban

kepada patung-patung, kemudian Islam menetapkan bahwa korban itu adalah

untuk mengagungkan Allah, dan dagingnya dibagikan kepada sesama manusia.4

Bukan hanya sebagai sesembahan kepada Bhutakala yang telah jelas dilarang

oleh Agama Islam yang tujuan dari acara tersebut untuk berhala, prosesi Tabuh

rah telah mengalami pergeseran makna dan juga dalam pelaksanaan mengalami

penyimpangan yang semula sebagai ritual upacara yang karena melihat

pertarungan ayam bagus laiknya seni, maka dijadikan sebagai hiburan, terlebih

lagi bukan hanya hiburan melainkan telah dijadikan sebagai acara judi.

4 Departemen Agama Republik Indoneisia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya Juz 7-8-9,(Jakarta:

Universitas Islam Indonesia, 2005), jil. 3, h.17-18

Page 60: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

52

Islam yang merupakan agama rahmatan lil „alamin memberikan cara-cara

yang baik untuk menghormati sesama mahluk cipataan Allah. Islam mengajarkan

bagaimana cara kita untuk menghormati dan melestarikan kehidupannya. Allah

telah menekankan bahwa telah menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang

mencakup segala sesuatu di dunia ini, hal ini tertuang dalam surat Al-Jatsiyah 45:

13

/

Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu segala apa yang ada di langit

dan segala apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia;

sesungguhnya di dalam yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berfikir”. (Q.S. Al-Jatsiyah,[45]:13)

Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa manusia memiliki

kekuasaan mutlak (carte blance) untuk berbuat sekendak hatinya dan tidak pula

memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga merusak

keseimbangan ekologisnya. Begitu pula ayat ini tidak mendukung manusia untuk

menyalahgunakan binatang untuk tujuan olahraga maupun untuk menjadikan

binatang sebagai objek eksperimen yang sembarangan. Ayat ini mengingatkan

umat manusia bahwa sang pencipta telah menjadikan semua yang ada dialam ini

(termasuk satwa) sebagai amanah yang harus mereka jaga.

Page 61: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

53

Al-Qur‟an berkali-kali mengingatkan bahwa kelak manusia akan

mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka di dunia, seperti yang

termaktub dalam ayat berikut :

/

Artinya: “Barang siapa melakukan amal saleh, maka (keuntungannya) adalah

untuk dirinya sendiri dan barang siapa melakukan perbuatan buruk,

maka itu akan mengenai dirinya sendiri. Dan kelak kamu semua akan

kembali kepada Tuhanmu (Q.S. Al-Jatsiyah, [45]: 15)

Karena itu, umat manusia harus memanfaatkan segala sesuatu menurut

cara yang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, Muhammad Fazlur

Rahman Anshari menulis: Segala yang di muka bumi ini diciptakan untuk kita,

maka sudah menjadi kewajiban alamiah kita untuk : menjaga segala sesuatu dari

kerusakan, Memanfaatkannya dengan tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan

Tuhan, dan melestarikannya sebisa mungkin yang dengan demikian, mensyukuri

nikmat Tuhan dalam bentuk perbuatan nyata.5

Tradisi sabung ayam pada masyarakat Bali telah lama berlangsung dan

hingga sekarang pun kebiasaan tersebut masih sering dilakukan. Baik dalam

upacara Tabuh Rah maupun dengan Tajen yang marak dengan para

“Babotohnya”. Meskipun upacara Tabuh Rah bagi mereka penganut Agama

Hindu merupakan sebuah cara penghambaan kepada Tuhannya, namun cara

5 Sayyid Herlan, Hukum Mengadu Hewan Dalam Islam,

http://sayyidherlan24.wordpress.com/2010/09/08/hukum-mengadu-hewan-dalam-pandangan-islam/

(Artikel ini diakses pada 06 November 2010).

Page 62: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

54

pelaksanaan yang dengan cara menyabungkan ayam dengan diberikannya taji

dikaki ayam tersebut sehingga salah satu ayam tersebut meneteskan darah dan

dianggap kalah. Sedangkan fungsi dilaksanakannya upacara tersebut menurut

agama Islam bertentangan dengan apa yang yang ada di dalam Al-Qur‟an, yakni

manusia tidak mamiliki kekuasaan yang mutlak atas seluruh yang ada di muka

bumi ini. Harusnya manusia bisa menjaga dan memelihara sesame makhluk

ciptaan Allah bukan malah sebaliknya. Begitu juga dengan tradisi Tabuh Rah juga

bertentangan dengan Agama Islam, sebagaimana yang telah ditulis di atas

penyembelihan hewan yang disembelih bukan atas nama Allah atau pun

menggunakan cara disabung sama-sama dilarang, terlebih lagi hewan tersebut

disembelih atau disabung untuk berhala.

B. Dasar Hukum Tentang Larangan Perjudian Sabung Ayam

Al-maisir atau judi dalam bahasa Arab mempunyai beberapa pengertian di

antaranya adalah: lunak, tunduk, keharusan, mudah, gampang, kaya, membgai-

bagi. Ada yang mengatakan kata al-maisir berasala dari kata yasara ( يسر ) yang

artinya keharusan. Makna ini mengingatkan kita kepada adanya keharusan bagi

siapa saja yang kalah dalam bermain al-maisir atau judi untuk menyerahkan

sesuatu yang dipertaruhkan kepada pihak yang menang. Ada yang mengatakan

kata al-maisir berasal dari kata yasrun ( يسر ) yang artinya mudah, dengan

analisis bahasa karena al-maisir merupakan upaya dan cara untuk mendapatkan

rizki dengan mudah, tanpa susah payah. Ada lagi yang mengatakan bahwa kata

Page 63: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

55

al-maisir berasal dari kata yasarun ( يسار ) yang artinya kaya , dengan analisa

bahasa karena dengan permainan itu akan menyebabkan pemenangnya menjadi

kaya. Adapula yang berpendapat kata al-maisir berasal dari kata yusrun ( يسر )

yang artinya membagi-bagikan daging onta. Hal ini sesuai dengan sifat al-maisir

yang ada pada masa jahiliyah yang karenanya ayat al-Qur‟an itu diturunkan, di

mana mereka membagi-bagi daging onta menjadi dua puluh delapan bagian.

Dalam bahasa Arab al-maisir sering juga disebut qimar jadi, al-maisir dan qimar

artinya sama. Qimar sendiri artinya taruhan atau perlombaan.6

Menurut bahasa Indonesia judi adalah permainan dengan menggunakan

uang sebagai taruhan, seperti main dadu, kartu dan lain-lain.7

Menurut pendapat Muhammad as-Sayis adalah al-maisir dari kata taisir

yang berarti yang memudahkan, yaitu suatu cara pembagian yang didasarkan atas

kesepakatan sebagaimana yang dilakukan pembagian dalam judi.8

Perjudian adalah taruhan, suatu bentuk permainan untung-untungan dalam

masalah harta benda yang dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan pada

semua pihak.9

6 Ibrahim Hosen, Apa itu Judi?, (Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur‟an, 1986), cet, h. 25

7 Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),

cet. Ke I, h. 367

8 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, (Misra: Ali Assabais, 1953), jilid ke-2, h. 207

9 M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. 1, h.

142

Page 64: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

56

Terdapat definisi maisir menurut istilah yang telah dirumuskan oleh para

ulama. Di antaranya adalah;

1. Definisi menurut Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki dalam

tafsir al-Shawi.

Artinya: Maisir adalah qimar, yaitu alat-alat permainan yang dipermainkan

untuk mendapatkan uang.

2. Definisi menurut Yusuf al-Qardhawi

Artinya: Setiap permainan yang mengandung taruhan adalah haram. Qimar

adalah setiap permainan yang pemainnya bisa untung dan rugi.

3. Definisi menurut Imam Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim

Artinya: Setiap permainan yang padanya ditentukan yang menang

mendapatkan apa saja dari yang kalah, apakah itu berupa barang

berharga atau yang lainnya.

10

Ahmad bin Muhammad al-Shawy al-Maliki, Hasyiah al-Maliki „Ala al-jalalain,

(Semarang: Toha Putra, t.th), Jilid 1, h. 90

11

Yusuf al-qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1999), h. 409

12

Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim, Tafsir Khazin, (Mesir: Musthafa, al-Babi al-

Halabi, 1995), Jilid 1, h. 21

Page 65: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

57

4. Hasbi ash-Shiddieqi mengartikan judi dengan :

“Segala bentuk permainan yang ada wujud kalah-menangnya; pihak

yang kalah memberikan sejumlah uang atau barang yang disepakati sebagai

taruhan kepada pihak yang menang”. Lebih lanjut dikatakannya, segala

permainan yang mengandung unsur untung-untungan termasuk judi, dilarang

syara”.13

,

5. Definisi maisir menurut al-Syaukany:

Artinya: Setiap permainan dimana orang yang bermain tidak sunyi dari

menang atau kalah maka dinamakan maisir.

6. Hamka menyatakan dalam tafsir Al-Azhar, judi adalah:

“Segala permainan yang menghilangkan tempo dan melalaikan waktu dari

membawa taruhan, termasuk di dalamnya segala permainan judi, seperti koa

kim, domino, kartu, rollet, dadu atau segala macam permainan yang bisa

memakai pertaruhan”.15

7. Seorang ulama fiqh Indonesia, Ibrahim Hosen, berpendapat :

“Bahwa yang dimaksud dengan al-maysir itu adalah suatu permainan yang

mengandung unsur taruhan yang dilakukan secara berhadap-hadapan /

langsung antara dua orang atau lebih”.16

13

Kafrawi Ridwan, Ensiklopedia Islam I, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 297

14

Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukany, Nail al-Authar, (Kairo: Maktabah al-

Iman, t.th), Jilid 8, h. 102

15

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustama Panjimas, 1984), Jilid 7, h. 39

16

Ibrahim Hosen, Apakah Judi itu?,(Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiyaha IIQ, 1987), h. 30

Page 66: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

58

Namun, penulis di sini coba menyanggah tentang pendapat Ibrohim

Hosen, yang memberikan pendapat tentang pengertian judi. Yang menurut beliau

judi dilakukan secara berhadap-hadapan. Menurut penulis, judi tidak hanya dapat

dilakukan secara berhadap-hadapan, tetapi lebih baik jika esensinya dititik

beratkan adanya orang yang menang dan ada juga yang kalah. Tidak dilihat dari

cara melakukan judi tersebut.

Mengenai pengharaman meminum khamar, para ahli tafsir berpendapat

bahwa ayat ini merupakan taraf terakhir dalam menentukan hukum haramnya

meminum khamar. Menurut mereka, Al-Qur‟an mengemukakan hukum

meminum khamar dan maisir itu dalam tiga tahap.

Pertama, dengan firman Allah:

/

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:

“Pada keduanya terrdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi

manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan

mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:

“yang lebih dari keperluan.”Demikianlah Allah menerangkan ayat-

ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (QS. Al-Baqarah, [2]:219).

Ayat ini turun pada permulaan Islam, di mana iman kaum Muslimin

belumlah begitu kuat untuk dapat meninggalkan apa yang telah menjadi

kegemaran dan kebiasaan mereka, yang sebenarnya tidak diperbolehkan oleh

Page 67: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

59

agama Islam. Maka setelah turun ayat ini, sebagian dari kaum Muslimin telah

menghentikan meminum khamar Karena ayat tersebut telah menyebutkan adanya

dosa besar pada perbuatan itu.

Tapi sebagian lagi masih terus meminum khamar, karena menurut

pendapat mereka ayat itu belum melarang mereka dari perbuatan itu, apalagi

karena ia masih menyebutkan bahwa khamar itu mengandung banyak manfaat

bagi manusia.

Kedua, ialah firman Allah:

/

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu

dalam keadaan mabuk… (QS. An-Nisa, [4]: 43)

Karena ayat ini melarang mereka melakukan shalat dalam keadaan mabuk,

maka ini berarti bahwa mereka tidak dibolehkan meminum khamar sebelum

shalat, supaya mereka dapat melakukan shalat itu di dalam keadaan tidak mabuk.

Setelah turun ayat ini, mereka tidak dapat lagi meminum khamar sejak sebelum

zhuhur, sampai selesainya shalat isya‟, karena waktu zhuhur dan ashar adalah

bersambungan, dan masa yang pendek. Demikian pula antara ashar dan maghrib,

dan antara naghrib dengan isya‟. Apabila mereka meminum khamar sesudah

shalat zhuhur, atau maghrib, niscaya tak cukup waktu untuk menunggu

sembuhnya mereka dari mabuk. Sehingga dengan demikian mereka tak akan

dapat melakukan shalat dalam keadaan sadar, sedangkan Allah telah melarang

mereka melakukan shalat dalam keadaan mabuk.

Page 68: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

60

Orang-orang yang hendak meminum khamar juga hanya mendapat

kesempatan sesudah shalat isya‟ dan sesudah shalat shubuh. Karena jarak antara

isya‟ dan shubuh dan antara shubuh dan zhuhur adalah cukup panjang.

Ketiga, kemudian, setelah iman kaum Muslimin semakin kuat, dan telah

matang jiwa mereka untuk dapat meninggalkan apa yang tidak diperbolehkan

agama, maka turunlah ayat 90 91- surat Al-Maidah ini:

/

Artinya: Hai orang-orang yang beriman. Sesunggunya (meminum)khamar,

berjudi (berkoban untuk) berhala, mengundi nasib dengan memanah,

adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya

syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian

diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan

menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka

berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) (QS. Al-Maidah,

[5]:90-91).

Sedangkan dengan tahapan pertama tentang judi terdapat dalam firman

Allah, yakni surat Ar-Rum

Page 69: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

61

/

Artinya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang

terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam

beberapa tahun lagi, bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah

(mereka menang), dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu

bergembiralah orang-orang yang beriman. Karena pertolongan Allah.

Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha

perkasa lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang sebenar-benarnya

dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja)

dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat

adalah lalai (QS. Ar-Rum, [21]:1-7)

Ayat ini diturunkan di Mekkah dan ayat ini menerangkan bahwa bangsa

Rumawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota

Mekkah, yaitu negeri Syiria. Beberapa tahun kemudian setelah mereka

dikalahkan, maka bangsa Rumawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai

balasan atas kekalahan itu.

Yang dimaksud dengan bangsa Rumawi dalam ayat ini ialah kerajaan

Rumawi Timur yang berpusat di Konstantinopel. Bukan kerajaan Rumawi Barat

yang berpusat di Roma. Kerajaan Rumawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang

diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah roboh, yaitu pada tahun 476 Masehi.

Bangsa Rumawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama

Majusi (musyrik).

Page 70: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

62

Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi,

menyembah api, jadi mereka memperserikatkan tuhan. Orang-orang Mekkah juga

mempersekutukan Tuhan (musyrik) dengan menyembah berhala. Oleh karena itu

mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-

sama mempersekutukan Tuhan. Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat

dengan agama Nasrani, karena mereka sama-sama menganut agama Samawi.

Karena itu kaum musyrik Mekkah bergembira atas kemenangan itu, sebagai

kemenangan agama politheisme yang mempercayai banyak Tuhan, atas agama

Samawi yang menganut agama Tauhid. Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu

bersedih hati karena sikap menentang dari kaum musyrik Mekkah semakin

bertambah, mereka mencemooh kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa

dalam waktu dekat mereka akan hancur pula, sebagaimana hancurnya bangsa

Rumawi yang menganut agama Nasrani itu. Kemudian turunlah ayat ini yang

menerangkan bahwa bangsa Rumawi yang kalah itu, akan menglahkan bangsa

Persia yang baru saja menang itu dalam kurun waktu yang tidak lama, hanya

beberapa tahun lagi.

Diriwayatkan bahwa tatkala sampai berita kekalahan bangsa Rumawi oleh

bangsa Persia itu kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya di Mekkah, maka

merekapun merasa bersedih, karena kekalahan itu berarti kekalahan bangsa

Rumawi yang menganut agama Nasrani yang termasuk agama Samawi dan

kemenangan bangsa Persia yang beragama Majusi yang termasuk agama syirik.

Orang-orang musyrik Mekkah yang dalam keadaan bergembira itu menemui para

Page 71: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

63

sahabat nabi dan berkata: “Sesungguhnya kamu adalah ahli kitab dan orang

Nasrani juga ahli kitab, sesungguhnya saudara kami bangsa Persia yang sama-

sama menyembah berhala dengan kami telah mengalahkan saudara kamu itu.

Sesungguhnya jika kamu memerangi kami tentu kami akan mengalahkan kamu

juga. Maka turunlah ayat. Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang

musyrik, ia berkata: “bergembirakah kamu karena kemenangan saudara-saudara

kamu atas saudara-saudara kami? Janganlah kamu terlalu bergembira, demi Allah

bangsa Rumawi benar-benar akan mengalahkan bangsa Persia, sebagaimana yang

telah dikabarkan oleh Nabi kami”. Maka berdirilah Ubay bin Khalaf menghadap

Abu Bakar dan ia berkata: “Engkau berdusta”. Abu Bakar menjawab: “Engkaulah

yang paling berdusta hai musuh Allah. Maukah kamu bertaruh17

, dengan sepuluh

ekor unta muda. Jika bangsa Rumawi menang dalam waktu tiga tahun yang akan

datang, engkau berhutang kepadaku sepuluh ekor unta muda, sebaliknya jika

bangsa Rumawi kalah, maka aku berhutang kepadamu sebanyak itu pula”.

Tantangan bertaruh itu diterima Ubay. Kemudian Abu Bakar menyampaikan hal

tersebut kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab: “Tambahlah jumlah

taruhan itu dan perpanjanglah waktu menunggu”. Maka Abu Bakar pun pergi, lalu

bertemu Ubay. Maka Ubay berkata kepadanya: “Barangkali engkau menyesal

dengan taruhan itu”. Abu Bakar menjawab: “Aku tidak menyesal sedikitpun,

marilah kita tambah jumlahnya dan diperpanjang waktunya sehingga menjadi

17

Bertaruh, semacam berjudi. Waktu Abu Bakar mengajak Ubay bin Khalaf bertaruh itu, judi

belum diharamkan. Judi diharamkan setelah Rasulullah hijrah ke Madianah

Page 72: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

64

seratus ekor unta muda, dan waktunya sampai Sembilan tahun”. Ubay menerima

tantangan Abu Bakar, sesuai dengan anjuran Rasulullah kepada Abu Bakar.

Tatkal Abu Bakar akan hijrah ke Madinah, Ubay minta jaminan atas taruhan itu,

seandainya bangsa Rumawi dikalahkan nanti. Maka Abdurrahman putera Abu

Bakar menjaminnya. Tatkala Ubay akan berangkat perang Uhud, Abdurrahman

minta jaminan kepadanya, seandainya bangsa Persia dikalahkan nanti, maka

Abdullah putera Ubay menjaminnya. Tujuh tahun setelah pertaruhan itu bangsa

Rumawi mengalahkan bangsa Persia dan Abu Bakar menerima kemenangan

taruhannya dari ahli warisnya Ubay karena dia mati dalam peperangan Uhud

tersebut. Kemudian beliau pergi menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw.

Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh tahun atau

delapan tahun kekalahan bangsa Rumawi dari bangsa Persia itu, mulailah

peperangan baru antara kedua bangsa itu untuk kedua kalinya. Pada permulaan

terjadinya peperangan itu telah Nampak tanda-tanda kemenangan bangsa

Rumawi. Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekkah

berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak

Persia. Karena itu Ubay bin Khalaf ketika mengetahui hijrahnya Abu Bakar ke

Madinah, ia minta agar putera Abu Bakar, yaitu Abdurrahman menjamin taruhan

ayahnya, jika Persia menang. Hal itu diterima olah Abdurrahman.

Islam melarang bermain judi, karena permainan judi itu dapat

menimbulkan permusuhan dan pertentangan antara pemain-pemain itu sendiri.

Kendati nampak dari mulutnya bahwa mereka telah saling merelakan sebab

Page 73: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

65

bagaimanapun akan selalu ada pihak yang menang dan yang kalah, yang dirampas

dan yang merampas. Sedang yang kalah apabila diam, maka diamnya itu penuh

kebencian dan sangat kecewa. Dia marah karena angan-angannya tidak dapat

tercapai. Dia sangat kecewa karena taruhannya itu sial. Kalau dia kalah, maka dia

akan menyalahkan dirinya sendiri, karena derita yang dialami dan tangannya yang

menaruhkan taruhannya dengan membabi buta.18

Sebagaimana Hadist yang

diriwayatkan oleh Muslim:

Artinya:” Dan telah diriwayatkan oleh Zuhair ibn Harbin. Telah diriwayatkan

oleh Husyaim. Telah dikabarkan kepadaku oleh Abu Bisryi dari Said

bin Jubair, dia berkata, “Pada suatu ketika, Abdullah bin Umar bin

Khattab berjalan melewati sekelompok anak-anak muda kaum Quraisy

yang sedang memancang seekor burung untuk dijadikan sasaran panah

mereka. Lebih dari ittu, mereka pun menjadikan mainan itu sebagai

ajang taruhan. Begitu melihat Ibnu Umar datang, mereka serentak

menghentikan perbuatan mereka tersebut. Lalu Ibnu Umar berkata

kepada mereka, “siapakah yang melakukan perbuatan ini? Allah akan

mengutuk orang yang berani melakukan perbuatan ini. Sesungguhnya

Rasulullah SAW juga mengutuk orang yang menjadikan binatang hidup

sebagai sasaran anak panah.”

18

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam Alih Bahasa Mu‟amal Hamidi,

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1999), h. 418 19

Shahih Muslim syarah an-Nawawi, Kitab Tentang Hewan Buruan dan Hewan Sembelihan,

Bab Tentang Larangan Memancang Ternak, (Dar‟ul Hadis, tth), Juz. 7, h. 121.

Page 74: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

66

Dan bahaya yang ditimbulkan pada orang-orang yang suka berjudi selalu

berharap akan memperoleh kemenangan. Oleh sebab itu ia tidak pernah jera dari

perbuatan itu, selagi ia masih mempunyai uang, atau barang yang akan

dipertaruhkannya. Dan pada saat ia kehabisan uang atau barang, ia akan berusaha

untuk mengambil hak orang lain dengan jalan yang tidak sah. Betapa banyaknya

ditemui pegawai jawatan atau perusahaan yang telah mengkorup uang jutaan atau

uang perusahaan yang habis dimeja judi. Di antara para penjudi-penjudi itu

sendiri timbul rasa permusuhan, karena masing-masing ingin mengalahkan

lawannya, atau ingin membalas dendam kepada lawan yang telah

mengalahkannya. Di samping itu, seorang penjudi sudah terang tidak akan dapat

beribadah, karena mereka yang sedang asyik berjudi, tidak akan menghentikan

perjudian itu untuk melakukan ibadah, sebab hati mereka sudah tunduk kepada

setan yang senantiasa berusaha untuk menghalang-halangi manusai beribadat

kepada Allah SWT.20

Namun, ada banyak pendapat yang menerangkan tentang illat maisir atau

judi di dalam buku-buku fiqh Syafi‟i. Sebagaimana dalam Al-Iqna‟

20

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya Juz 7-8-9, (Jakarta:

Universitas Isalam Indonesia, 2005), Jil. 3, h. 19-20

21

Muhammad as-Syarbiny al-Khotib, al-Iqna‟ Fi hal al-faadha abi Syizaaiy, (Dar al-Fikri:

tth), Kitabussabqy wa al-Ramyi, hal. 598

Page 75: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

67

Artinya: “Dan apabila kedua orang yang berlomba pacuan kuda itu

mengeluarkan taruhannya secara bersam-sama (artinya, siapa yang

kalah harus memberi kepada yang menang), maka dalam kondisi

semacam itu tidak boleh. Kecuali apabila keduanya tadi memasukkan

muhallil, maka hal itu diperbolehkan apabila kuda yang dipakai oleh

muhallil itu sepadan dengan kuda kedua orang yang berpacu tersebut.

Pihak ketiga yang menjadi penengah tadi dinamakan muhallil, karena

ia berfungsi untuk menghalalkan aqad, dan mengeluarkannya dari

bentuk judi yang diharamkan”.

Dalam hal ini dapat kita contohkan sebagai berikut: ada dua orang yang

gemar naik motor dan selalu memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Pada

suatu hari dia mencoba menantang seseorang yang sama memiliki hobi memacu

kendaraan dengan kecepatan tinggi. Pada saat yang ditentukan mereka telah

berkumpul dan siap dengan motor serta taruhannya. Dalam taruhan ini mereka

mengeluarkan duit Rp. 1.000.000., jia salah menang akan mendapatkan Rp.

2.000.000,. namun, mereka memerlukan seorang wasit untuk menentukan siapa

yang menang dan siapa yang kalah, dan juga terhindar dari judi. Jadi maksud dari

kutipan tulisan yang penulis ambil buku fiqh Syafi‟I di atas ialah; dengan adanya

muhallil, judi yang awalnya haram akan menjadi boleh. Karena dengan adanya

muhallil ia berfungsi menghalalkan aqad, dang mengeluarkannya dari bentuk judi

yang diharamkan.

Sanksi pidana dalam bahasa Arab disebut “uqubah”, lafaz uqubah menurut

bahasa adalah berasal dari kata عقب yang sinonimnya artinya جزاه سواء بما فعل

membalasnya sesuai dengan apa yang dilakukannya.

Adapun pengertian hukuman sebagaimana dikemukan oleh Abdul Qodir

Audah adalah:

Page 76: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

68

Artinya: Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan

masyarakat, karena adanya pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan-

ketentuan syara.

Masalah judi Tajen yang hingga sekarang masih tetap berlangsung pada

acara tertentu seperti pada hari Nyepi untuk Agama Hindu. Acara tersebut banyak

dihadiri oleh orang-orang tidak hanya dari lingkungan wilayah sekitar tapi juga

dihadiri oleh masyarakat luar dari daerah tersebut. Masalah perjudian dapat

digolongkan dalam tindak pidana Ta‟zir. Ta‟zir dalam hukum Islam adalah

hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara‟

tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri).22

Yang

dimaksud dengan ta‟zir ialah ta‟dib, yaitu memberi pendidikan (pendisiplinan).

Hukum Islam tidak menentukan macam-macam hukuman tiap-tiap tindak pidana

ta‟zir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan

sampai yang paling berat. Tindak pidana ta‟zir meliputi tindak pidana hudud,

qishash atau diyah, atau tidak memenuhi syarat tetapi sudah merupakan maksiat.

Kemudian tindak pidana yang ditentukan oleh Al-Qur‟an dan Al-Hadits, namun

tidak ditentukan sanksinya. Selanjutnya tindak pidana yang ditentukan oleh Ulil

Amri untuk kemaslahatan umat.

Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman yang sesuai

dengan macam tindak pidana ta‟zir serta keadaan sipelaku. Singkatnya hukuman-

hukuman tindak pidana ta‟zir tidak mempunyai batasan-batasan tertentu.

22

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 249

Page 77: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

69

Meskipun demikian, hukum Islam tidak memberi wewenang kepada penguasa

atau hakim untuk menentukan tindak pidana setengah hati, tetapi harus dengan

kepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan nash-nash

(ketentuan) serta prinsip umum hukum Islam. Dari keterangan di atas, jelas bahwa

tidak ada satu kejahatan pun yang tidak dikenakan sanksi atau hukuman.23

Ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum Islam jarimah

ta‟zir bentuk dan macamnya sudah ditentukan oleh nash, tetapi hukumannya

diserahkan kepada manusia (penguasa), dan jarimah ta‟zir ini tidak berubah dan

harus dipandang sebagai jarimah untuk selama-lamanya. Oleh karena itu hukum

ta‟zir boleh dan harus ditetapkan dengan ketentuan kemaslahatan.

Adapun bentuk-bentuk hukuman ta‟zir sebagaimana dijelaskan oleh

Ahmad Hanafi yaitu 24

:

1. Hukuman Mati

Pada dasarnya menurut syari‟at Islam hukum ta‟zir adalah untuk

memberikan pengajaran (Al-Ta‟dib) dan tidak sampai membinasakan, oleh

karena itu dalam hukuman ta‟zir tidak boleh ada pemotongan anggota badan

atau penghilangan nyawa, akan tetapi kebanyakan fuqaha membuat suatu

pengecualian dari aturan umum tersebut, yaitu kebolehan dijatuhkannya

hukuman tersebut jika kepentingan umum menghendaki demikian, atau jika

23

Abdul Qodir Audah, At-Tasyri‟ al-jina‟i al-Islamy Muqaranan bil Qanunil Qad‟iy,

Terj.Ashin Sakho Muhammad, dkk., Ensikloped Hukum Islam. Jld 1, h. 100

24

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islamaa, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 299-

316

Page 78: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

70

pemberantasan kejahatan tidak bisa terlaksana kecuali dengan jalan

membunuhnya; seperti mata-mata, pembuat fitnah, dan residivis yang

berbahaya.

Oleh karena hukuman mati suatu pengecualian hukuman ta‟zir, maka

hukuman tersebut tidak boleh diperluas atau diserahkan kepada hakim seperti

halnya hukuman-hukuman ta‟zir yang lain, dan penguasa harus menentukan

macamnya jarimah yang dijatuhkan hukuman mati tersebut.

2. Hukuman Cambuk

Hukuman cambuk merupakan hukuman yang pokok dalam syari‟at

Islam, dimana untuk jarimah-jarimah hudud sudah tertentu jumlahnya

misalnya seratus kali untuk jarimah zina delapan puluh kali untuk qadzaf,

sedang untuk jarimah ta‟zir yang berbahaya hukuman cambuk lebih

diutamakan. Sebab-sebab diutamakannya hukuman tersebut dikarenakan;

Pertama, Lebih banyak berhasil dalam memberants orang-orang

penjahat yang biasa melakukan jarimah.

Kedua, Hukuman cambuk mempunyai dua batas, yaitu batas tertinggi

dan batas terendah dimana hakim bisa memilih jumlah cambukan yang

terletak antara keduanya yang lebih sesuai dengan keadaan pembuat.

Ketiga, Dari segi pembiayaan pelaksanaannya tidak merepotkan

keuangan Negara dan tidak pula menghentikan daya usaha pembuat ataupun

menyebabkan keluarganya terlantar, sebab hukuman cambuk bisa

dilaksanakan seketika dan sesudah itu pembuat bisa bebas.

Page 79: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

71

Keempat, Dengan hukuman cambuk pembuat bisa terhindar dari

akibat-akibat buruk penjara.

Adapun batasan tertingga hukuman cambuk adalah:

Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama-ulama Maliki,

batas tertinggi diserahkan kepada penguasa, karena hukuman ta‟zir didasarkan

atas kemaslahatan masyarakat dan atas berat ringan jariamh. Berdasarkan

pikiran ini, maka Imam Malik memperbolehkan penjatuhan hukuman lebih

dari seratus kali cambukan.

Ulama-ulama Hanafiah, yaitu Imam Abu Hanifah dan Muhammad

mengatakan bahwa batas tertinggi hukuman cambuk dalam jarimah ta‟zir

adalah tiga puluh sembilan kali, sedang menurut Abu Yusuf adalah tujuh

puluh lima kali. Perbedaan pendapat tersebut berpangkal pada hadits

Rasulullah SAW:

“Barang siapa mencapai had (batas tertinggi) bukan pada jarimah

hudud, maka ia termasuk orang yang salah”.

Menurut Imam Abu Hanifah dan Muhammad, kata-kata “had”(batas

tertinggi) pada hadits tersebut ialah setiap “batas tertinggi” apa saja,

sedangkan empat puluh cambukan merupakan batas tertinggi bagi seorang

hamba yang melakukan jarimah qhazaf (memfitnah). Kalau jarimah tersebut

dikurangi satu maka akan menjadi batas tertinggi hukuman ta‟zir, yaitu tiga

pulu sembilan kali.

Bagi Abu Yusuf kata-kata “had” ialah batas tertinggi bagi orang-

orang merdeka, dan sedikit-sedikitnya adalah delapan puluh kali cambuk.

Page 80: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

72

Seharusnya batas tertinggi jarimah ta‟zir adalah tujuh puluh sembilan kali

cambuk, dan mengurangi satu kali. Akan tetapi, abu Yusuf memegangi

tindakan Ali bin Abi Thalib r.a yang menjadikan batas tertinggi hukuman

ta‟zir adalah tujuh puluh lima kali, dengan dikurangi lima kali cambukan dari

batas terendah orang merdeka.

Dikalangan madzhab Syafi‟iyah ada tiga pendapat. Pendapat pertama

dengan pendapat Imam Abu Hanifah dan Muhammad, dan pendapat yang

kedua sama dengan pendapat Abu Yusuf. Pendapat ketiga mengatakan

hukuman cambuk dalam ta‟zir boleh lebih dari tujuh puluh lima kali, tetapi

tidak sampai seratus kali. Dengan syarat bahwa ta‟zir yang hampir sejenis

dengan jarimah hudud yang dijatuhi hukuman hudud. Jadi misalnya jarimah

bermain-main dengan orang-orang perempuan tidak dijatuhi hukuman seperti

perbuatan zina, yaitu; seratus kali, melainkan harus kurang.

3. Hukuman Penjara Terbatas (Kawalan Terbatas)

Ada dua macam hukuman kawalan dalam Islam yaitu:

a. Hukuman kawalan terbatas, batas terendah bagi hukuman ini adalah satu

hari, sedang batas setinggi-tingginya tidak menjadi kesepakatan. Ulama

Syafi‟iyah menetapkan batas tertinggi satu tahun, karena mereka

mempersamakannya dengan persaingan dalam jarimah zina. Kalau

jarimah had, fuqaha-fuqaha lainnya menyerahkan batas tertinggi tersebut

kepada kepala Negara.

b. Hukuman kawalan tak terbatas, sudah disepakati bahwa hukuman

kawalan ini tidak ditentukan masanya terlebih dahulu, melainkan dapat

Page 81: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

73

berlangsung terus sampai terhukum mati atau bertaubat dan baik

pribadinya. Orang yang dikenakan hukuman tersebut ialah orang yang

berbahaya atau orang-orang yang berulang kali melakukan jarimah-

jarimah yang berbahaya, atau orang-orang yang tidak jera dijatuhi

hukuman-hukuman biasa, yang biasa melakukan jarimah pembunuhan,

penganiayaan, dan pencurian.

4. Hukuman Ancaman, Teguran, dan Peringatan

a. Hukuman ancaman (tahdid) juga salah satu hukuman ta‟zir, dengan syarat

akan membawa hasil dan bukan ancaman kosong. Antara lain dengan

ancaman akan dicambuk atau dipenjarakan atau dijatuhi hukuman yang

lebih berat, jika pembuat mengulangi perbuatannya.

b. Teguran (tanbih), hukuman terebut pernah dijatuhkan oleh Rasulullah

SAW tehadap sahabat Abu Zarr yang memaki-maki orang lain, kemudian

dihinakan dengan menyebut-nyebut ibunya, maka bersabdalah Rasulullah

SAW;

“Wahai Abu Zarr, adalah engkau menghina dengan ibunya. Engkau

adalah orang yang masih dihinggapi sifat-sifat masa jahiliyah”

c. Hukuman Peringatan (Al-wa‟zu) juga diterapkan dalam syari‟at Islam

dengan jalan memberi nasihat. Hukuman ini tercantum dalam al-Qur‟an,

sebagai hukuman atas istri, yaitu; “Istri-istri yang kamu khawatirkan akan

membangkang, maka berilah dia peringatan “ (Q.S. Al-Nisa: 34).

d. Hukuman Denda (Al-gharamah) ditetapkan juga oleh syari‟at Islam antara

lain mengenai pencurian buah yang masih tegantung dipohonnya dan

Page 82: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

74

didenda dengan dua kali lipat harga buah tersebut, di samping dengan

hukuman yang lain sesuai dengan perbuatan pencurian tersebut.

Jadi telah jelas dalam sebuah tradisi sabung ayam yang dilakukan oleh

masyarakat di Bali merupakan sebuah tradisi yang tidak bisa dijadikan hukum

dan bahkan telah menyimpang dari ajaran Islam. Menurut Al-Zarqa „suatu

kebiasaan, baik yang berlaku secara umum (adat al‟am) atau berlaku secara

khusus (adat al-khash) bisa dijadikan penentu dalam menetapkan hukum syar‟i,

yaitu hukum syar‟i yang tidak bertentangan dengan ketentuan nash secara khusus.

Apabila dalil-dalil nash tidak berseberangan sama sekali dengan suatu kebiasaan

maupun tradisi, atau berseberangan, maka kebiasaan tersebut bisa diterima

sebagai hukum syar‟i‟.

Dan juga tradisi berhala yang telah dilakukan oleh masyarakat di Bali

merupakan perbuatan yang telah lama dilakukan oleh bangsa Arab sebelum Islam.

Msekipun sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat Hindu bertentangan dengan

apa yang telah dijelaskan oleh agama Islam, namun apa yang mereka lakukan

adalah sebagai bentuk penghambaan terhadap Tuhan mereka Sang Hyang Widhi.

Begitu juga dengan kita agama Islam yang yang selalu dituntut untuk

mengagungkan Allah, sebagaimana yang mereka lakukan.

Page 83: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

75

BAB IV

SABUNG AYAM TABUH RAH DAN JUDI TAJEN

PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

A. Tradisi dan Fungsi Pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen

Sabungan ayam sudah merupakan tradisi yang mendarah daging

dikalangan masyarakat Bali dan diwarisi secara turun-temurun. Kegiatan sabung

ayam tersebut belakangan meningkat, bahkan sudah menjadi kegiatan sehari-hari,

tanpa adanya upaya-upaya penanggulangan yang memadai, padahal dampak

social yang ditimbulkan sangatlah serius, yaitu bukan saja melanggar norma-

norma hukum, tetapi juga melanggar norma Agama dan norma-norma sosial

lainnya.

Hal-hal tersebut di atas, terkait erat dengan tradisi sosial masyarakat yang

menjadi faktor-faktor penyebab semakin maraknya sabung ayam di Bali, baik

yang menyangkut aspek sosial budaya, sosial, ekonomi, sikap mental maupun

tingkat kesadaran hukum masyarakat.

Sebuah tradisi akan tetap berlangsung selama masyarakat pada suatu

wilayah tersebut jika tetap memegang teguh tradisi tersebut. Tradisi yang berasal

dari bahasa Latin, yakni: Traditio,”diteruskan” (kebiasaan), dalam pengertian

yang paling sederhana ialah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi

bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Atau dalam pengertian lain

Page 84: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

76

ialah: “adat-istiadat atau kebiasaan yang turun-temurun yang masih dijalankan

oleh masyarakat.

Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak

mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi hubungan

antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem

kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu

kebudayaan akan berakhir disaat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya

telah teruji tingkat efektifitas dan tingkat efesiensinya. Efektifitas dan

efesiensinya selalu ter- up date mengikuti perjalanan perkembangan unsur

kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan

kalau tingkat efektifitasnya dan efesiensinya rendah akan segera ditinggalkan

pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja

sebuah tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat

pewarisnya.

Di dalam soal-soal agama, mitos yang lebih memegang peranan (terutama

Agama Hindu). Mitos, walaupun barangkali tidak rasional, namun ia tetap

berguna, ia tetap dipakai pedoman, dipakai pegangan dan diikuti oleh umatnya.

Tiada sedikit terdapat pribadi-pribadi yang luhur, jujur, baik budi, bersifat kesatria

dan lain-lain sifat yang baik sebagai hasil dari pada dongeng-dongeng suci itu,

meskipun banyak yang tidak atau belum dapat dijelaskan dengan akal (rasio).

Tabuh Rah yang merupakan sebuah ritual upacara dalam Agama Hindu

tidak dapat dihilangkan karena telah mengakar dalam diri setiap orang Hindu.

Page 85: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

77

Mereka menganggap dengan melaksanakan ritual tersebut telah meneruskan apa

yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Tabuh Rah yang telah ada

hanya mengalami perubahan dalam pelaksanaannya, yang semula dengan

mengorbankan darah seorang manusia untuk mereka persembahkan kepada

bhutakala agar dengan pengorbanan tersebut membawa dampak yang positif bagi

mereka dan seluruh kehidupan lainnya. Dengan perubahan serta perkembangan

zaman pelaksanaan Tabuh Rah menjadi berubah pula, korban yang

dipersembahkan diganti dengan binatang, tetapi tetap saja yang dikorbankan

adalah darahnya sebagai pengganti dari darah manusia. Dan kebiasaan tersebut

berhubungan dengan ritual upacara keagamaan, yakni “bhutayajna”.

Tradisi adalah merupakan faktor penting dalam tata cara pergaulan hidup

di masyarakat dan lebih-lebih di dalam hubungannya dengan tata cara

pelaksanaan upacara agama Hindu di Bali. Peranan tradisi demikian kuatnya di

dalam kehidupan agama Hindu di Bali, sehingga dengan demikian setiap individu

yang taat beragama merasakan pentingnya arti ikatan terhadap tradisi-tradisi yang

mereka warisi dari leluhurnya. Demikian pula halnya Tabuh Rah di Bali yang

sudah menjadi tradisi berlangsung turun-temurun dimasyarakat dari sejak dahulu

hingga kini, di samping juga secara filosofis mengandung arti yang penting bagi

upacara-upacara di dalam agama Hindu.

Tradisi Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan

dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ),

hubungan sesama manusia ( pawongan ), dan hubungan manusia dengan

Page 86: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

78

lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga

penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang

seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan

terwujud. Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jelas yaitu budaya

ekspresif yang termanifestasi secara konfiguratif yang mencakup nilai-nilai dasar

yang dominan sepert: nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni,

dan nilai keseimbangan.1 Kelima nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan

dan berlanjut menghadapi berbagai tantangan.

Dalam aspek keseimbangan dan harmonisasi dengan Tuhan, sesama

manusia, dan hubungannya dengan lingkungan fisik orang Bali mengenal konsep

Tri Hita Karana . Tri Hita Karana secara harfiah artinya adalah tiga faktor yang

menyebabkan kesejahteraan yaitu hubungan yang harmonis dan seimbang dengan

Tuhan ( parhyangan ), hubungan yang harmonis dan seimbang dengan sesama

manusia ( pawongan ), dan hubungan yang harmonis dan seimbang dengan

lingkungan alam sekitar ( palemahan ).

Tabuh Rah yang merupakan sebuah ritual sakral serta suci yang

dilaksanakan oleh masyarakat Hindu di Bali yang seyogyanya harus dilestarikan,

serta dilaksanakan yang nantinya akan tercipta sebuah kehidupan yang harmonis,

dan juga menyelaraskan antara bhuana agung dan bhuana alit dimana hal ini

terdapat adanya hubungan yang erat antara para roh leluhur dengan dunia gaib.

1 Jauhari, Sejarah Kebudayaan Bali, http://juahaieffendy.blogspot.com/2008/08/sejarah -

kebudayaan-bali.html (Artikel ini diakses pada 11 Oktober 2010).

Page 87: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

79

Namun, tidak selamanya kebudayaan akan tetap bertahan apalagi terhadap

gelombang globalisasi. Tapi, hukum adat yang ada di Bali tidak akan pernah bisa

tersungkur sepanjang Bali masih dihuni masyarakat Hindu, dan juga pelaksanaan

ritual tersebut selalu dijalankan dengan baik serta kontinyu. Begitu pula dengan

Tajen, akan tetap terjaga dan eksis karena masyarakat tetap melestarikannya dan

juga ada dukungan dari oknum aparat yang selalu menaunginya untuk tetap

berjalan tanpa hambatan.

Tabuh Rah di Bali yang sudah menjadi tradisi berlangsung turun-temurun

dimasyarakat dari sejak dahulu hingga kini, di samping juga secara filosofis

mengandung arti yang penting bagi upacara-upacara di dalam agama Hindu.

Tabuh Rah erat kaitannya denga bhutayajna. Bhutayajna berarti suatu korban suci

kepada bhuta dan kala yang dalam pengertiannya adalah sesuatu kekuatan negatif

yang timbul akibat terjadi ketidak harmonisan antara macrocosmos (bhuana

agung) dengan microcosmos (bhuana alit) yang dapat dikatakan seperti makhluk

halus yang selalu menggangu ketentraman hidup manusia.

Bhuana agung dan bhuana alit yang terdiri dari lima unsur yaitu: pritiwi

(unsur zat padat), apah (unsur zat cair), teja (sinar atau panas), wayu (udara), dan

akasa (ether). Jadi antara Panca Mahabhuta di dalam bhuana agung hendaknya

senantiasa harmonis dengan Panca Mahabhuta di bhuana alit.

Dalam kitab Agastya Parwa menyatakan Bhutayajna itu sebagai berikut:

“Bhuta yajna ngarania tawur muang sang kapujan ring tuwuh”

Page 88: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

80

“Bhutayajna itu adalah mengembalikan (Unsur-unsur alam) dan melestarikan

tumbuh-tumbuhan”.

Itulah sesungguhnya inti dari bhutayajna menurut Agastya Parwa.

Betapun besar atau kecilnya upacara bhutayajna hendaknya jangan sampai tidak

memuat nilai universal dari bhutayajna tersebut. Dalam Sataphata Brahmana

bagian dari Rgveda bhutayajna itu adalah persembahan pada bhuta. Sembah

dalam Jawa kuna artinya menyayangi, menghormati/memuji, memohon,

menyerahkan diri dan menyatukan diri. 2

Dalam agama Hindu, tubuh manusia itu dibentuk oleh zat yang sama

dengan alam semesta, karena itu dikenal dengan istilah bhuana agung dan bhuana

alit. Seseorang yang meninggal dunia, tubuhnya ditinggal pergi oleh roh (sang

atma). Maka, tubuh itu tak ubahnya sebagai benda rongsokan. Ibarat sampah, ia

harus segera dihanguskan, supaya berbaur dengan alam semeseta. Unsur-unsur di

dalam tubuh (bhuana alit) sama seperti yang ada dijagat raya (bhuana agung).3

Pengharmonisan antara bhuana agung dan bhuana alit sebagai pencapaian

ketentraman hidup lahir dan bathin. Menurut keterangan para “sulinggih”4 yang

mengatakan bahwa bhuana agung dan bhuana alit terdapat beberapa unsur yang

dipersamakan misalnya:

2

I Ketut Wiana, M.Ag, Tri Hita karana menurut Konsep Hindu , (Surabaya: Paramitha,

2007), h. 165.

3 Putu setia, Menggugat Bali Menelusuri Perjalanan Budaya, Cet ke- 2. (Jakarta: 1987,

Pustaka Utama), h. 35.

4 Sulinggih atau juga biasa disebut sebagai Pedanda, yang berasal dari kata “Su”yang artinya;

Baik dan “linggih” yang artinya; tempat/posisi/ketrunan/duduk. Jadi sulinggih adalah posisi seseorang

yang sangat baik atau kedudukan manusia yang tertinggi (pemimpin agama).

Page 89: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

81

1. Panca giri (bhuana agung) di India yaitu: Gunung Maliawan (timur), Gunung

Gandhamedhana (selatan), Gunung Kailsa (barat), Gunung Udaya (Utara),

Gunung Hilmawan (tengah).

2. Panca giri (bhuana agung) di Bali yaitu: Gunung Lempuyang (timur), Gunung

Uluwatu (selatan), Gunung Watukaru (barat), Gunung Beratan (utara),

Gunung Agung (tengah).

3. Panca giri (bhuana alit) ialah: jantung (timur), hati (selatan), limpa (barat),

empedu (utara), dan kumpulan hati (tengah).

4. Surya chandra atau matahari dan bulan di bhuana agung sedangkan di bhuana

alit ialah mata kanan (surya) dan mata kiri (chandra).

Bhuta kala itu ada dimana-mana dan tidak pernah tidak ada. Bhuta kala

yang riel ialah unsur-unsur yang menjadi alam semesta ini. Bhuta kala yang tidak

riel misalnya nafsu, marah, pikiran jahat dan sebagainya termasuk pula akibat-

akibat yang ditimbulkan oleh bhuta kala yang riel, dan tidak riel. Karena itulah

perlu diadakan pabyakala, yakni suatu korban suci kepada bhuta kala dengan

maksud menjinakkan dan akhirnya “mempralina”5 bhuta kala itu supaya

menjadi dewa, dalam artian dari pengaruh negatif supaya berubah menjadi positif.

Itulah sebabnya setiap mengadakan yajna, didahului oleh pabyakala atau

5 Peleburan, lenyap kembali, Dikatakan bahwa seluruh alam mengalami proses, dan jalannya

proses itu berputar-putar seperti putaran roda, atau jantra, atau cakra. Relatif dengan kehadiran kita,

maka proses itu nampaknya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kemunculan, penciptaan (Utpatti)

2. Kehadiran, menetapnya kehadiran (Sthiti)

3. Peleburan, lenyap kembali (Pralina),

Jadi tiga rangkaian proses ini merupakan sifat kehadiran ( eksistensi) alam semesta

ini, bahwa tidak ada sesuatu yang kekal dialam ini.

Page 90: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

82

bhutayajna diadakan lebih dahulu dengan maksud supaya tidak ada unsur-unsur

negatif yang menggangu yajna itu sehingga tidak ada rintangan untuk menuju

kesucian.

Namun, bebeda dengan Tajen yang seiring berjalannya waktu makna serta

pelaksanaan ritual tersebut berubah menjadi sebuah hiburan yang sangat

mengasyikkan bagi kebanyakan kaum pria di Bali. Sehingga tidak hanya sebagai

hiburan bahkan telah dijadikan sebagai sarana untuk berjudi. Dan juga dengan

Awig-awig yang telah dibuat haruslah ditaati oleh setiap orang, yang apabila

dalam setiap ada riual upacara yang berkenaan dengan bhutayajna diharuskan

membawa satu ekor ayam, tapi yang kemudian oleh mereka disalahgunakan

sebagai acara Tajen namun yang berkedok sebagai sebuah upacara Tabuh Rah.

Meskipun di dalam Undang-undang Dasar 1945 pada pasal 18B ayat 2

yang merupakan amandemen ke-2 berbunyi:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara kesatuan

Republik Indonesia”.6

Serta dalam penjelasan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi:

“Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya

dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis,

sedangkan di sampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum

6 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Ke-2, Yang Disahkan Pada 18 Agustus 2000

Page 91: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

83

dasar yang tak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan

terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis.

B. Dasar Hukum Tentang Larangan Perjudian Sabung Ayam

Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan

dengan norma agama, moral, kesusilaan mupun hukum, serta membahayakan bagi

penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Meskipun demikian,

berbagai macam dan bentuk perjudian dewasa ini sudah demikian merebak dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun

secara sembunyi-sembunyi. Bahkan sebagian masyarakat sudah cenderung

permissif dan seolah-olah memandang perjudian sebagai sesuatu hal wajar,

sehingga tidak perlu lagi dipermasalahkan. Sementara itu di sisi lain, memang ada

kesan aparat penegak hukum kurang begitu serius dalam menangani masalah

perjudian ini. Bahkan yang lebih memprihatinkan, beberapa tempat perjudian

disinyalir mempunyai becking dari oknum aparat keamanan.

Perjudian merupakan salah satu penyakit masyarakat yang menunggal

dengan kejahatan, yang dalam proses sejarah dari generasi kegenerasi ternyata

tidak mudah diberantas. Oleh karena itu perlu diupayakan agar masyarakat

menjauhi melakukan perjudian, perjudian terbatas pada lingkungan sekecil-

kecilnya dan terhindarnya ekses-ekses negatif yang lebih parah untuk akhirnya

dapat berhenti melakukan perjudian. Beberapa ketentuan hukum positif yang

Page 92: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

84

melarang perjudian di antaranya, pasal 303 KUHP, Undang-undang Nomor 7

Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

Dalam pasal 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban

perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian adalah kejahatan

Dalam perspektif hukum positif, perjudian merupakan salah satu tindak

pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian ini dimasukkan

dalam tindak pidana kesopanan7, dan diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal

303 bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban

perjudian.

Sedang ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum positif

tercantum di dalam KUHP pasal 303 yang selengkapnya adalah sebagai berikut:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda

paling banyak enam ribu rupiah. (berdasarkan UU No. 7 Tahun 1974 jumlah

pidana telah diubah menjadi sepuluh tahun atau denda menjadi dua puluh lima

juta rupiah), barangsiapa tanpa mendapat izin:

1. Orang yang dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan berjudi,

sebagai mata pencaharian, tanpa mendapat izin.

Kejahatan ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: unsur-unsur

objektif perbuatannya : (a) menawarkan kesempatan, dan memberikan

7 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), h. 157

Page 93: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

85

kesempatan, (b) objeknya: untuk bermain judi tanpa izin, dan dijadikannya

sebagai mata pencaharian. Adapun unsur subjektifnya adalah dengan sengaja.

Dalam kejahatan ini, si pembuat tidak melakukan bermain judi. Di sini

tidak ada larangan judi, tetapi perbuatan yang dilarang adalah (a) menawarkan

kesempatan bermain judi, dan (b) memberi kesempatan main judi.

Arti “menawarkan kesempatan” bermain judi ialah si pembuat

melakukan perbuatan dengan cara apapun untuk mengundang atau mengajak

orang-orang untuk bermain judi dengan menyediakan tempat dan waktu

tertentu.

Perbuatan “memberi kesempatan” bermain judi, ialah si pembuat

menyediakan peluang sebaik-baiknya dengan cara menyediakan tempat

tertentu untuk bermain judi, misalnya menyediakan atau menyewakan rumah

atau kamar untuk orang-orang yang bermain judi.

Perbuatan menawarkan kesempatan bermain judi dan atau memberi

kesempatan bermain judi haruslah dijadikan nya sebagai pencaharian. Artinya

perbuatan itu dilakukan tidak seketika, melainkan berlangsung lama dan dari

perbuatan si pembuat demikian dia mendapatkan uang yang dijadikannya

sebagai pendapatan untuk kehidupannya. Pula perbuatan itu baru bersifat

melawan hukum apabila tidak mendapatkan izin terlebih dahulu dari instansi

atau pejabat yang berwenang.

Arti “dengan sengaja” si pembuat memang menghendaki untuk

melakukan perbuatan menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan

Page 94: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

86

untuk bermain judi. Si pembuat sadar bahwa yang ditawarkan atau yang diberi

kesempatan itu adalah orang-orang yang akan bermain judi, dan disadarinya

bahwa perbuatannya itu dijadikannya sebagai pencaharian, artinya dia sadar

bahwa dari perbuatannya itu dia mendapatkan uang untuk biaya hidupnya.

2. Orang yang dengan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan berjudi

kepada khalayak umum atau dengan sengaja turut serta dalam menjalankan

kegiatan usaha perjudian dengan atau tanpa izin, atau cara dalam hal memakai

kesempatan tanpa izin.

“Khalayak umum” artinya kepada siapa pun, tidak ditujukan kepada

orang-orang perseorangan atau orang tertentu. Siapa pun juga dapat

menggunakan kesempatan bermain judi.

“kegiatan usaha perjudian” adalah kegiatan dalam melakukan

perbuatan, menawarkan kesempatan bermain judi kepad khalayak umum.8

3. Orang yang menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi

dan sebagai mata pencaharian, seperti diterangkan di atas diancam menurut

pasal ini yaitu ancaman pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau denda

paling banyak dua puluh lima juta rupiah, sedag yang turut main judi diancam

menurut pasal 303 bis, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau

pidana denda sepuluh juta rupiah.9

8 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2005),

ed. 1, h.159-161

9 R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: Grafindo Persada, 2006), ed. 5, h.

184

Page 95: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

87

Kemudian mengenai larangan pemberian izin perjudian, diatur dalam PP

No.9 Tahun 1981, menentukan sebagai berikut:

1. Pemberian izin penyelenggaraan segala bentuk dan jenis perjudian dilarang,

baik perjudian yang diselenggarakan di kasino, di tempat-tempat keramaian,

maupun yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain.

2. Izin penyelenggaraan perjudian yang sudah diberikan dinyatakan dicabut dan

tidak berlaku lagi sejak 31 Maret 1981. Kemudian dikeluarkan pula Instruksi

Presiden (Soeharto), yang melarang segala bentuk perjudian sejak 1 April

1981, kecuali kebiasaan bersangkutan berkaitan dengan upacara keagamaan

dan sepanjang hal itu tidak merupakan perjudian.

Permainan judi selain dilarang berdasarkan undang-undang dan peraturan

pemerintah seperti di atas, juga dilarang berdasarkan Instruksi Mendagri No.5

Tahun 1981. Khusus untuk daerah Bali, pada 20 Februari 1981, telah dikeluarkan

pula Surat Keputusan Bersama (SKB) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali

dengan Kepala Kepolisian Nusa Tenggara, Nomor. 20/KESRA. I/A/20/1981,

Nomor POL. SKEP/08/II/1981, tentang pencabutan dan menyatakan tidak berlaku

lagi Instruksi Bersama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali dan Pangdak XV

Bali Nomor. Pem. 348/I/C/69, Nomor POL. 13/I/1242/971/Res/69, tanggal 4

Oktober 1969, tentang pemberian izin bagi penyelenggaraan sabungan ayam

dalam rangka pembangunan.

Jadi telah jelas jika dalam acara tajen yang dilakukan pada masyarakat

Bali merupakan sebuah perjudian. Karena mereka dengan sengaja membuat acara

Page 96: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

88

perjudian untuk khalayak ramai, juga menjadikan acara tersebut sebagai mata

pencaharian mereka serta dalam pelaksanaannya tidak ada izin dari penguasa.

Namun, tidak sedikit dari aparat keamanan ikut andil dalam menjaga acara

tersebut bahkan juga mereka ikut berpartisipasi dalam acara judi tajen tersebut,

sungguh ironis.

Page 97: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permaslahan

yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa

kesimpulan dalam bab ini:

1. Tradisi Tabuh Rah menurut pandangan masyarakat Bali haruslah dijaga

konsistensi dalam melaksankannya. Tradisi tersebut telah mengakar pada

masyarakat Hindu di Bali, karena dengan melaksanakannya berarti telah

meneruskan apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Begitu pela

dengan Tajen yang merupakan bagian dari Tabuh Rah dan juga dimaknai

sebagai warisan budaya masyarakat Bali, yang merupakan sebuah akulturasi

budaya dari kerajaan Majapahit yang mengalami perubahan dalam

pelaksanaan serta juga berbeda pada fungsinya pelaksanaannya yakni, sebagai

hiburan atau seni sehingga disalah gunakan untuk berjudi, sedangkan Tabuh

Rah yang mempunyai fungsi untuk mengharmoniskan seluruh alam, yakni

dengan cara melakukan bhutayajna untuk keharmonisan di bhuana agung dan

bhuana alit yang ditujukan kepada bhuta kala sehingga tidak akan

mengganggu setiap aktivitas dan juga akan memperoleh ketentraman hidup.

2. Mekanisme pelaksanaan Tabuh Rah yang dilakukan, bahwa setiap

pelaksanaan upacara tersebut diwajibkan menggunakan pakaian adat, dengan

Page 98: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

90

membawa banten (sesaji) dan perlengkapannya yang di dalamnya terdapat

“kelapa, telor, canang sari (dupa, beras, uang kepeng), dan kelapa tadi dililit

dengan benang warna (merah, putih dan hitam), kemudian banten tersebut

diberikan kepada pemangku atau orang yang dianggap suci, barulah binatang

tersebut dikelilingkan atau dilepaskan dalam pura tempat yang akan diadakan

Tabuh Rah yang dilaksanakan dengan perang Satha hingga binatang tersebut

mengeluarkan darah pada tempat pelaksanaan Tabuh Rah (pura) tersebut, baru

setelah itu dilanjutkan dengan adu kelapa dan telur dengan disertakan ucapan

mantra-mantra oleh pemangku tersebut sebagai akhir dari sebuah ritual

upacara.

Sedangkan Tajen, tidak menggunakan ritual upacara layaknya Tabuh Rah.

Biasanya tajen dilakukan pada tempat yang telah disediakan oleh pura, dan

pasti setiap pura memiliki wantilan dan hampir dimiliki setiap desa adat yang

berukuran 50 x 50 meter. Dibuat berundak-undak menurun ke tengah. Tetapi

persis di tengah itu dibuat meninggi lagi, inilah arena pekelahian ayam.

3. Menurut hukum Islam bahwa tindak pidana perjudian dikenakan hukuman

ta’zir. Tindak pidana ta’zir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak

pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya

diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri). Yang dimaksud dengan

ta’zir ialah ta’dib, yaitu memberi pendidikan (pendisiplinan).

Tajen termasuk dalam kategori perjudian yang merupakan salah satu tindak

pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian dimasukkan

Page 99: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

91

dalam tindak pidana kesopanan, dan diatur dalam pasal 303 KUHP dan pasal

303 bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahhun 1974 yang pada hakekatnya

perjudian bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral pancasila, serta

membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan

Negara. Namun, setelah itu keluar sebuah PP. No. 9 Tahun 1981 yang

mencabut pemberian izin pada setiap penyelenggaraan perjudian, yang

kemudian disusul dengan Instruksi Presiden sejak 1 April 1981 yang melarang

semua bentuk perjudian, kecuali yang berhubungan dengan upacara

keagamaan sepanjang hal itu tidak merupakan perjudian.

B. Saran-saran

Beranjak dari kesimpulan di atas kiranya penulis memberikan saran-saran

dengan poin-poin di bawah ini:

1. Perlunya pembinaan kesadaran hukum dikalangan masyarakat dan

pemerintah, agar dapat terciptanya ketertiban, ketentraman dan masyarakat

yang taat hukum.

2. Masalah sabung ayam yang dilakukan oleh masyarakat Bali merupakan

tradisi yang disalah gunakan. Namun, pada saat I Made Mangku Pastika

menjadi Kapolda Bali judi sabung ayam bisa ditekan sehingga sulit didapati

keberadaannya. Namun berbeda dengan sekarang yang malah mulai muncul

keberadaannya dan juga seringnya judi sabung ayam tersebut dilakukan.

Untuk itu Kepada pihak-pihak yang berwenang, khususnya aparat kepolisian

Page 100: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

92

untuk lebih tegas dalam menjalankan setiap aktivitas dilapangan, tidak malah

menjadi pelindung bagi penyelenggara perjudian, tidak hanya di Bali

khususnya melainkan diseluruh wilayah Nusantara.

3. Fakta dasarnya masalah tindak pidana perjudian merupakan suatu

permasalahan yang rumit untuk diambil solusinya. Kita tidak bisa

menganggap suatu persoalan tersebut biasa-biasa saja, karena pada

prakteknya membutuhkan suatu penanganan yang sangat serius terutama

yang dilakukan oleh aparat dan praktisi hukum dalam memberikan

penyuluhan-penyuluhan tentang hukum kepada masyarakat luas.

4. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu bahan atau wawasan keilmuan

bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti suatu bahasan masalah yang

sama.

Page 101: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

93

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-karim.

Abbas, Sudirman, Qawaid fiqhiyah dalam perspektif fiqh, Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya dengan Anglo Media, 2004, cet. 1.

Al-Audah, Abdul Qodir , At-Tasyri’Al-Jina’iy Al-Islamiy, Juz 1 Bairut: Dar Al-Kitab,

t.th.

Ali as-Sayis, Muhammad, Tafsir Ayat Ahkam, Misra: Ali Assabais, 1953, jilid ke-2.

Andrianto, Hendrik, Perjudian Sabung Ayam di Bali, Tesis Pasca Sarja Universitas

Indonesia, Jakarta: 2003, Perpustakaan Umum UI.

Bambang sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2003, cet. Ke-6.

Chazawi, Adami, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2005, ed. 1.

Dahlan, Zaini, dkk, UII, Al-Quran dan Tafsinya, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1995, jilid I, Cet. I.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid III Juz 7-8-9, Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Prima Yasa, 1990.

Departemen Kebudayaan Provinsi Bali, Geografis, Dematogarfi, dan Sistem

Kemasyarkatan Hindu Bali. Artikel ini diakses pada 11 agustus 2010 dari

http://www.baliprov.go.id/index.php?page=geo_grafi

Geertz, Clifford, Notes On The Balinese Cookfight. Artikel ini diakses pada 19

Oktober 2010 dari

http://itha.wordpress.com/2008/01/06/Catatan-sabung-ayam-pada-masyarakat-bali/

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta; Andi Offset, 1990.

Halim, Ridwan A, Hukum adat dalam tanya jawab, Jakarta: Ghalia Indonesia, cet.

ke-2.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1984, jilid 7.

Page 102: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

94

Hamzah, Andi, KUHP dan KUHAP edisi Revisi 2008, Jakarta: Rineka Cipta, 2007,

Cet. Ke- 15.

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islamaa, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.

Hosen, Ibrahim, Apakah Judi Itu?, Jakarta: Lembaga Kajian IIQ, 1987.

Ibnu Hajar Al Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Fathul Baari 29:Penjelasan Kitab

Shahih Bukhari edisi Indonesia, Jakarta: Pustaka Azzam Anggota IKAPI

DKI, 2000, Cet. Ke- 1.

Jauhari, Sejarah Kebudayaan Bali, 2008. Artikel ini diakses pada 11 Oktober 2010

dari

http:// juahaieffendy.blogspot.com/2008/08/sejarah -kebudayaan-bali.html.

kartono, Kartini, Patologi sosial, Jakarta; Rajwali, 1993.

K. Nothinghem, Elizabeth, Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi

Agama, Jakarta: Raja Grafindo, 2002, cet. Ke-8.

M. Moeliono, Anton ,dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1988, cet. Ke I.

Mujib, Abdul, Al-Qawaid al-Fiqhiyah, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1980.

Muslich, Ahmad Wardi , Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Lukito, Ratna,“Pergumulan antara Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia,

Jakarta, INIS, 1998.

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Proyek Pembinaan Kepada Lembaga

Pendidikan Agama Hindu dan Parisada Hindu Dharma Tahun 1988-1989

tentang Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-

aspek Agama Hindu I-XIV.

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Sejarah Hindu Bali Di Indonesia. Artikel

ini diakses pada 13 Juni 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu_Dharma

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Sejarah Perkembangan Hindu Agama

Hindu. Artikel ini diakses pada 13 Juni 2010 dari

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=50

6&Itemid=29&limit=1&limitstart=2

Page 103: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

95

Putra Pidada Kniten, Ida Pedanda, dan Pinandita I Nyoman Gunanta, Tinjauan Tabuh

Rah dan Judi, Surabaya: Paramitha 2005.

Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam Alih Bahasa Mu’amal Hamidi,

Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1999.

Ridwan, Kafrawi, Ensiklopedia Islam I, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.

Salim, Agus, Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan

Majusi-Shabiah-Yahudi-Kristen-hindhu Budha&Sikh, Jakarta: CV.

Diponegoro 1985.

Setia, Putu, Menggugat Bali Menelusuri Perjalanan Budaya, Cet ke- 2. Jakarta: 1987,

Pustaka Utama.

Shabuni, Muhammad Ali, Rawa-i’ul Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an,

Makkah, Kulliyat al-Syariah wa al-Dirasah al-Islamiyyah, Jilid ke- 2.

Sharbiny, al-Khatib Muhammad as-Syafi’I, al-Iqna’: Kitabu as-Sabaqa wa al-

Ramyiy, Dar al-Fikriy: tth, hal. 598.

Sharma, Khinsalal Pt, Mengapa? Tradisi dan Upacara Hindu, Surabya: Paramitha,

2007.

Shawy, Ahmad bin Muhammad al-Maliki, Hasyiah al-Shawy ‘Ala al-jalalain,

Semarang: Toha Putra, t.th, Jilid 1.

Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Denpasar, Kondisi Sosial Budaya Bali. Artikel ini

diakses pada 06 November 2010 dari

http://www.denpasar.go.id/main.php?act=kon_sb

Soerodibroto, R. Soenarto, KUHP dan KUHAP, Jakarta: Grafindo Persada, 2006, ed.

5.

Suada, I Nyoman, Bali Dalam Perspektif Sejarah dan Tradisi dalam Relevansinya

Dengan Era Global Menuju Keajegan Bali Yang Harmonis, Denpasar: 2007.

Suarka, I Nyoman, Ketuhanan Bali (kajian empiris dan Era baru empu Kuturan),

Surabaya; Paramitha Surabaya, 2005.

Syamsuddin Aziz, Dekriminalisasi Tindak Pidana Perjudian: Menuju Pembangunan

Masyarakat Adil dan Beradab, Jakarta: 2007, cet.1.

Page 104: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

96

Tabuh Rah, Keputusan Seminar Tafsir Agama Hindu Ke III Tahun 1976, Diterbitkan

Oleh Seksi Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha Kabupaten Buleleng:

1979.

Tijok’s, Definisi Kebudayaan Menurut Parsudi Suparlan. artikel ini diakses pada 06

November 2010 dari http://prasetijo.wordpress.com/2008/09/11/definisi-

kebudayaan-menurut-parsudi-suparlan-alm/

Titib, I Made, Persepsi Umat Hindu di Bali Terhadap Svarga, Naraka, dan Moksa

Dalam Svargarohanaparva: Perspektif Kajian Budaya, Surabaya:

Paramitha, 2006.

Utarayana, Pengayam-ayaman, Denpasar: Percetakan Offset & Toko Buku Ria, 1993.

Wiana, I Ketut, Tri Hita karana menurut Konsep Hindu , Surabaya: Paramitha, 2007.

Winda, Wayan, Meluruskan Awig-Awig Yang Bengkok, Denpasar: BP,t.th .

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas Tentang Kebudayaan. Artikel ini

diakses pada 11 Oktober 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.

Sumber dari Undang-undang dan Peraturan-peraturan Lainnya

- Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen ke-2 yang disahkan pada 18

Agustus 2000

- Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian

- KUHP Pasal 303 dan Pasal 303 bis jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974

- Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981

- Instruksi Presiden 1 April 1981

- Instruski Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1981

- Surat Keputusan Bersama (SKB) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali

dengan Kepala Kepolisian Nusa Tenggara, Nomor. 20/KESRA. I/A/20/1981,

Page 105: KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · . 5. Suatu cita-cita manusia dalam kehidupan manusia, ...

97

Nomor POL. SKEP/08/II/1981 tentang pencabutan Izin penyelenggaraan

sabungan ayam dalam rangka pembangunan.

Sumber dari Internet (situs web)

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu_Dharma

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.

http:// juahaieffendy.blogspot.com/2008/08/sejarah -kebudayaan-bali.html.

http://itha.wordpress.com/2008/01/06/Catatan-sabung-ayam-pada-masyarakat-bali/

http://www.baliprov.go.id/index.php?page=geo_grafi

http://faridfann.wordpress.com/2008/05/07/sejarah-agama-hindu-dharma-hindu-bali/

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/udejournal/darma070102008

.pdf

http:// matatia.ayam_files\tajen-sabung-ayam-bali.html

http://www.denpasar.go.id/main.php?act=kon_sb

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=506&Itemi

d=29&limit=1&limitstart=2

http://sayyidherlan24.wordpress.com/2010/09/08/hukum-mengadu-hewan-dalam-

pandangan-islam/

http://prasetijo.wordpress.com/2008/09/11/definisi-kebudayaan-menurut-parsudi-

suparlan-alm/