Konselor Penjaga Rahasia

3
Hak individu untuk memperoleh kerahasiaan selalu muncul dalam kontes/hubungan nilai-nilai dan hak orang lain. Pope, dkk (Corey 2005:), mengemukakan beberapa contoh berkenaan dengan isu kerahasiaan ini, yaitu tanpa sengaja membuka data rahasia dan membahas keadaan klien (dengan menyebutkan nama) kepada teman. Berikutnya ialah member terapi pada saat mabuk juga masuk dalam poit penting isu kerahasiaan ini. Para professional selalu meyakini fakta bahwa kesucin (sancitity) lebih bearti daripada suatu janji. Sebagai contoh bahwa seorang konselor yang diharapkan untuk memegang rahasia dalam hal mana seorang klien baru saja meletakkan sebuah bom waktu disebuah auditorium yang penuh orang. Dalam hal ini Paul (Bigg & Blocher, 1986:136) mengatakan behwa ‘Dalam keadaan tertentu, seorang konselor atau terapis mempunyai suatu kewajiban untuk memperingatkan orang lain dari suatu ancaman yang dibuat klien.’ Sehubungan dengan pengelolaan kerahasiaan ini Bigg & Blocher (1986:137-144) mengemukakan tiga level kerahasiaan yang bisa diterapakan dalam situasi klinis, yakni : 1. Tingkat pertama. Pada level ini dasar yang penting sekali adalah bahwa semua informasi mengenai individu, organisasi, yang menyangkut harga diri, rahasia pribadi dan lain-lain, di handle/ ditangani secara professional, jenis rahasia ini bukan hanya diterapkan pada klien yang ditandai, tapi juga para individu lain atau organisasi lain seperti teman, keluarga, sekolah, agen-agen keamanan dan lain-lain yang mungkin memberikan informasi, dijaga

description

Konselor Penjaga Rahasia

Transcript of Konselor Penjaga Rahasia

Page 1: Konselor Penjaga Rahasia

Hak individu untuk memperoleh kerahasiaan selalu muncul dalam kontes/hubungan

nilai-nilai dan hak orang lain. Pope, dkk (Corey 2005:), mengemukakan beberapa

contoh berkenaan dengan isu kerahasiaan ini, yaitu tanpa sengaja membuka data

rahasia dan membahas keadaan klien (dengan menyebutkan nama) kepada teman.

Berikutnya ialah member terapi pada saat mabuk juga masuk dalam poit penting isu

kerahasiaan ini.

Para professional selalu meyakini fakta bahwa kesucin (sancitity) lebih bearti

daripada suatu janji. Sebagai contoh bahwa seorang konselor yang diharapkan untuk

memegang rahasia dalam hal mana seorang klien baru saja meletakkan sebuah bom

waktu disebuah auditorium yang penuh orang. Dalam hal ini Paul (Bigg & Blocher,

1986:136) mengatakan behwa ‘Dalam keadaan tertentu, seorang konselor atau terapis

mempunyai suatu kewajiban untuk memperingatkan orang lain dari suatu ancaman

yang dibuat klien.’

Sehubungan dengan pengelolaan kerahasiaan ini Bigg & Blocher (1986:137-144)

mengemukakan tiga level kerahasiaan yang bisa diterapakan dalam situasi klinis,

yakni :

1.      Tingkat pertama. Pada level ini dasar yang penting sekali adalah bahwa semua

informasi mengenai individu, organisasi, yang menyangkut harga diri, rahasia pribadi

dan lain-lain, di handle/ ditangani secara professional, jenis rahasia ini bukan hanya

diterapkan pada klien yang ditandai, tapi juga para individu lain atau organisasi lain

seperti teman, keluarga, sekolah, agen-agen keamanan dan lain-lain yang mungkin

memberikan informasi, dijaga kerahasiannya sebagai bagian dari proses klinis. Para

professional menyimpan informasi tersebut yang tidak akan pernah dibocorkan secara

sembrono kepada siapapun.

Jenis kerahasiaan ini meliputi semua informasi tentang hubungan konseling, bahkan

sekalipun klien sudah dialihtangankan (referral). Data interview klinis dipelihara,

pembicaraan telephon, janji-janji dan sebagainya harus dijaga kerahasiaannya. Dan

file-file  yang mudah diakses hanya bagi/oleh professional atau pegawai-pegawai yang

dipercaya mampu menjaga kerahasiaan, dimana mereka dipilih dsn dilatih untuk itu dan

secara rutin diawasi.

Page 2: Konselor Penjaga Rahasia

Tentu saja jenis kerahasiaan ini diterapkan oleh semua professional dalam setiap

situasi. Hal ini merupakan suatu bentuk perhatian yang mendasar dan merupakan

dasar dari semua hubungan professional.

2.      Tingkat kedua. Cirri yang menonjol dari tingkat kerahasiaan ini adalah bahwa

informasi-informasi hanya akan dibocorkan untuk kebaikan klien. Dalam banyak situasi

informasi tentang klien dipertukaran (shared) di antara para professional. Dibanyak

waktu, pertukaran informaasi jug aterjadi dengan pasangan suami/istri, orang tua, guru

dan orang lain yang bermakna bagi klien.

Konseling dengan anak-anak sering menghasilkan situasi-situasi dalam hal

manapertukaran informasi dengan orang tua merupakan bagian informasi dengan

orang tua merupakan bagian yang penting dari treatmen. Treatmen bagi orang dewasa

untuk berbagai masalah seperti alkoholik, pengguna obat terlarang melibatkan anggota

keluarga, yang jelas pertukaran informasi ini akan selalu dilakukan hanya demi

kebaikan klien dan secara penuh diketahui oleh klien, dengan kata lain seizin klien.

Namun dalam hal tertentu, konselor tetwp memegang teguh data klien walaupun klien

sendiri yang memintannya, seperti data tentang hasil tes kepribadian, konselor tidak

memberikannya kepada praktisi lain yang dianggap konselor tidak kualified untuk

meginterprestasikannya. Dipihak lain, kadang-kadang kesulitan muncul dalam suatu

insitusi atau perwakilan ketika kepala atau yang lainnya mencari informasi tentang klien

yang mungkin terlibat dalam perlanggaran disiplin, akademik, atau kesulitan-kesulitan

legal. Konselor secara etik dibatasi untuk melayani keinginan yang paling baik  dari

klien dalam menghandal informasi. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan kebijakan-

kebijakan etis dibatsi untuk menghandal informasi. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan

kebijakan-kebijakan etis harus secara jelas difahami oleh seorang perwakilan, sekolah

dan organisasi lain dalam situasi sulit.

3.      Tingkat ketiga. Dala tingkat ini kerahasiaan akan dibocorakn hanya dalam situasi yang

erkstriam seperti membahayakan orang lain.