Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

22
Konseling dan Evaluasi Klinis Dalam Program Rumatan Metadon Pendahuluan Penyalahgunaan Napza seperti yang telah diketahui merupakan suatu penyakm multi dimensi, tidak saja menyangkut aspek biologis dan psikologis penderita melainkan juga bersinggungan dengan masalah-masalah sosial dan hukum seorang penyalahguna, terutama mereka yang telah masuk dalam fase ketergantungan(atau disebut sebagai pecandu) memiliki risiko kesehatan dan psiko- sosial yang cukup tinggi Risiko kesehatan mencakup kemungkinan overdosis, komplikasi medis dan tertularnya virus yang menular melalui darah seperti HIV dan Hepatitis B& c terutama pada suntikan atau penasun). Risiko psiko-sosial antara lain kemungkina kemunduran fungsi berpikir, perubahan perlaku dan perasaan ke arah yang negati terganggunya interpersonal, ketidakmampuan mengikuti tuntutan akademi hubungan an hingga keterlibatan pada berbagai tindak kriminalitas. Melihat komplekst masalah yang ditimbulkan dari perilaku penyalahgunaan Napza, maka menang masalah ini dirasakan sebagai hal yang

description

konseling bagi peserta PTRM

Transcript of Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Page 1: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Konseling dan Evaluasi Klinis Dalam Program Rumatan Metadon

Pendahuluan

Penyalahgunaan Napza seperti yang telah diketahui merupakan suatu penyakm multi

dimensi, tidak saja menyangkut aspek biologis dan psikologis penderita melainkan juga

bersinggungan dengan masalah-masalah sosial dan hukum seorang penyalahguna, terutama

mereka yang telah masuk dalam fase ketergantungan(atau disebut sebagai pecandu) memiliki

risiko kesehatan dan psiko-sosial yang cukup tinggi Risiko kesehatan mencakup kemungkinan

overdosis, komplikasi medis dan tertularnya virus yang menular melalui darah seperti HIV dan

Hepatitis B& c terutama pada suntikan atau penasun). Risiko psiko-sosial antara lain

kemungkina kemunduran fungsi berpikir, perubahan perlaku dan perasaan ke arah yang negati

terganggunya interpersonal, ketidakmampuan mengikuti tuntutan akademi hubungan an hingga

keterlibatan pada berbagai tindak kriminalitas. Melihat komplekst masalah yang ditimbulkan

dari perilaku penyalahgunaan Napza, maka menang masalah ini dirasakan sebagai hal yang

bersifat mutlak, sehingga dampak neg sebagaimana yang disebutkan di atas dapat

diminimalisasi.

Berbagai studi di Amerika menunjukkan bahwa untuk setiap dolar keluarkan pecandu

yang menjalani berbagai modalitas perawatan seperti pro ebas zat rawat jalan, halfway house,

rehabilitasi rawat inap, maupun rur dapat menghemat sekitar 7 biaya yang terkait dengan krimin

esehatan, hilangnya produktivitas dan lain-lain apabila yang bersangkutan enjalani program

perawatan(Maryland ADAA, 2003). Intinya, perawatan nyalahguna Napza termasuk program

rumatan metadon, merupakan hal yan lam program penanganan penyalahgunaan Napza.

Page 2: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Penelitian di Amerika(us National Evaluation Study) menunjukkan ba eatment',

termasuk rumatan metadon, adalah prediktor yang penting dala erilaku pasien jika pasien

bertahan pada program tersebut dalam kurun Waktu yang signifikan (Ward et al. 1999. Broome

et al, 1999, Zhang et al, 2003). Reporting Program (DARP), suatu penelitian juga di Amerika,

menyimpu jangka waktu tiga bulan adalah waktu minimal untuk memperoleh peru signifikan

dari berbagai macam program. Mengutip berbagai penelitian, (2001) mengemukakan bahwa

mereka yang dapat bertahan pada prog metadon(PRM) dalam kurun waktu yang signifikan

terbukti sukses mengu mampu menurunkan aktivitas kriminal dan angka berisiko terkait HIV

293) Gossop dkk(2000) juga menemukan bahwa setelah satu tahun m penggunaan Napza illegal

pada pasien-pasien metadon menurun secara Substansial.

Permasalahan utama adalah sebagian besar pasien berhenti mengikuti sua program

sebelum mereka merasakan efek terapeutik dari program tersebut seca khusus penelitian yang

dilakukan oleh Ward, Mattick& Hall 1992) atas beberapa PF di Amerika menunjukkan data

bahwa 7% hingga 64% akan meninggalkan PRM seca premature dalam enam bulan pertama

Hal ini berarti efek terapeutik program meta hanya dapat dialami oleh beberapa pasien yang

mampu bertahan pada progr tersebut dalam jangka panjang. Data sementara dari program

rumatan metadon(PR di RSKo Jakarta juga menunjukkan bahwa 43% pasien hingga Agustus 2

mengalami drop-out, 75% drop-out sebelum 5 bulan menjalani program. Hal ini be sejalan

dengan hasil yang diperoleh pada negara-negara maju.

Ada berbagai macam faktor yang berpengaruh dalam mempertahankan pasien pada suatu

program perawatan. Faktor ini ada yang berasal dari diri pasien itu sendiri dan ada yang berasal

dari program perawatan. Faktor karakteristik pasien antara lain adalah motivasi, tingkat

kepercayaan terhadap program, dukungan keluarga dan lain ain Sementara faktor karakteristik

Page 3: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

program mencakup kualitas staf klinik(termasuk hubungan yang dibangun antara staf klinik

dengan pasien), kebijakan dosis dar kebijakan biaya perawatan(Strain dkk, 1999). Makalah ini

hanya akan membicaraka entingnya konseling dalam meningkatkan karakteristik pasien dan

pembinaan hubungan pasien dengan staf klinik.

Evaluasi klinis

Evaluasi klinis dalam program perawatan terkait penyalahgunaan Napza termasuk

program rumatan metadon (PRM) sesungguhnya merupakan proses yang bersifat kontinyu,

tidak saja dilakukan pada awal program, melainkan terus berkesinambungan bahkan hingga

pasien telah berhenti menjalani suatu program. Hal ini terjadi karena tujuan evaluasi klinis

adalah untuk mengetahui dan menilai beberapa hal dari diri pasien, diantaranya:

Derajat keparahan penyalahgunaan Napza

Menegakkan diagnosis diferensial dan/atau diagnosis ganda (dual diagnosis)

Membuat rencana perawatan.

Keberhasilan suatu program dan perubahan perilaku yang signifikan juga dapat dipantau

melalui proses evaluasi klinis. oleh karena sifatnya yang krusial, evaluasi klinis mutlak

dijalankan oleh program rumatan metadon.

Agar evaluasi klinis dapat beralan secara efektif, diperlukan pengetahuan dan teknik

ketrampilan yang perlu dipelajari oleh para staf klinik. Hal ini didasari oleh fakta bahwa

evaluasi mencakup berbagai macam pertanyaan yang seringkali menimbulkan perasaan tidak

nyaman, bukan saja pada diri pasien tetapi juga pada diri staf klinik/terapis.

Pengetahuan yang perlu dikuasai antara lain adalah pengetahuan dasar-dasar farmakologi

fisiologis dan gejala klinis dan Napza yang disalahgunakan. Hal ini diperlukan agar staf klinik

Page 4: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

setidaknya mengetahui kondisi fisik pasien ketika pertama kali ditangani, apakah dalam kondisi

intoksikas, mengalami putus zat atau dalam kondisi mental emosional normal. Dengan

demikian staf klinik dapat mengukur validitas evaluasi klinis berlangsung, atau keterangan yang

diberikan oleh pasien pada saat justru menunda proses evaluasi yang bersifat in-depth, hingga

kondisi fisik pasien lebh siap Pengetahuan lain yang juga perlu diketahui adalah sumber-sumber

rujukan baik lokal, daerah hingga nasional. Dalam kasus penerapan program rumatan metadon

staf klinik hendaknya mengetahui dimana saja PRM dijalankan, sehingga apabila pasien hendak

bepergian, atau pindah tempat tinggal program ini dapat terus dikut oleh yang bersangkutan.

Pengetahuan tentang keberadaan rumah sakit rumah sak atau lembaga swadaya masyarakat

rujukan juga penting diketahui, sehingga apabil diperlukan proses detoksifikasi, penanganan

komplikasi medis hingga kebutuha dampingan dukungan, staf klinik dapat segera merujuk

pasien kepada institusi yan bersangkutan.

Ketrampilan yang perlu dikuasai pertama adalah teknik bertanya tentang riway gunaan&

penyalahgunaan Napza. Pengetahuan tentang riwayat penyalahgunaan Napza ini adalah alat

yang paling penting dalam proses evaluasi klinis, tidak saja u kepentingan diagnosis, melainkan

juga untuk perkiraan keberhasilan terapi dan renc perawatan seorang pecandu umumnya peka

dengan ketrampilan staf klinik Me dapat merasakan bagaimana sesungguhnya sikap staf klinik

terhadap perilaku riwayat penyalahgunaan Napza mereka oleh karenanya staf klinik perlu

membeba diri dari sikap yang bersifat judgmental atau mengambil penilaian. Ketidakberha

membebaskan diri dari kecenderungan menghakimi pasien dapat berujung kegagalan

mendapatkan riwayat penyalahgunaan Napza yang sesunggu Akibatnya, akan banyak informasi

penting gagal diperoleh bahkan mungkin sese yang sesungguhnya membutuhkan program

Page 5: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

metadon luput dari saran ini, sem yang belum membutuhkan justru disarankan untuk mengikuti

PRM.

Ketrampilan berikutnya yang perlu dikuasai adalah ketrampilan untuk be mengenai

perilaku yang berisiko. Pertanyaan-pertanyaan terkait perilaku b sangat membutuhkan hubungan

saling percaya yang mendalam antara sta dengan pasien. Sekali lagi sikap nonjudgmental sangat

penting dalam mengu hubungan baik dengan pasien. Dari pengalaman di lapangan, umumnya p

terbuka atas pertanyaan tentang perilaku berisikonya terkait dengan peng Napza pola

penggunaan, kecenderungan bertukar jarum, frekuen sebagainya Namun demikian tidak semua

pecandu mudah mengutarakan terkait dengan tindak seksual mereka. Banyak diantara merek

menutupi kondisi sebenarnya, atau menunda memberi jawaban yang sesun hingga benar-benar

merasa percaya pada staf klinik.

Berikutnya adalah ketrampilan bertanya dengan menggunakan metode o ended dan

mendengar aktif Bertanya dengan teknik open-ended artinya ad bertanya dengan menggunakan

kata-kata Mengapa. Bagaimana, Dimana, Ka Siapa serta Apa Dengan kata-kata ini diharapkan

pasien tidak merasa jawaba dibatasi dan diharapkan staf klinik juga tidak menjebak' pasien pada

pola piki klinik Sebagai contoh, ketika staf klinik merasakan ada yang ganjil tentang hub pasien

dengan ayahnya, maka pertanyaan seperti"dapatkah anda menerangka jelas bagaimana pola

hubungan anda dengan ayah anda akan memberi kelelu lebih bagi pasien untuk menjelaskan

hubungannya daripada pertanyaan sep hubungan anda dengan ayah tidak dekat ya?"

Berikut adalah komponen-komponen evaluasi klinis yang perlu dilakukan laksanaan

program rumatan metadon:

Riwayat Penggunaan Napza

Page 6: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Riwayat Perawatan terkait Napza

Riwayat Kesehatan

Perilaku Berisiko

Riwayat Pendidikan/Pekerjaan

Kondisi keluarga

Riwayat legal

Konseling Awal dalam Program Rumatan Metadon

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada satupun jenis perawatan yang cocok untuk semua

orang yang terlibat dalam penyalahgunaan Napza(NIDA notes, 1999), Artinya, satu program

mungkin sesuai buat seorang pecandu, tetapi menjadi tidak sesuai buat pecandu lainnya.

Demikian pula yang terjadi dalam program rumatan metadon Tidak semua pecandu, khususnya

pecandu heroin, harus mengikuti program rumatan metadon. Untuk itulah staf klinik perlu

melakukan konseling awal-sebagai salah satu teknik melakukan evaluasi klinis- sebelum

seorang penderita ketergantungan heroin memulai program metadon-nya.

Konseling adalah percakapan dua arah yang didasari oleh hubungan saling percaya dan

ditujukan untuk membahas suatu masalah. Melihat definisi ini maka suatu konseling bukan

hanya untuk kepentingan penggalian data bagi staf klinik semata- mata, tetapi juga media untuk

penyampaian informasi yang dibutuhkan bagi pasien, serta media untuk mengurangi segala

perasaan negatif yang mungkin dihadapi oleh pasien Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dan diterapkan untuk tercapainya proses konseling yang optimal, antara lain adalah tahapan

konseling dan sikap yang membantu.

Page 7: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Tahapan konseling yang pertama adalah menjalin terlebih dahulu hubungan baik(rappor)

dari staf klinik kepada pasien. Mengapa hubungan baik harus merupakan inisiatif staf klinik

daripada pasien? Sebab pasien datang kepada staf klinik dengan segala masalahnya, tidak

jarang disertai dengan sikap-sikap bermusuhan. Itu sebabnya, inisiatif akan hubungan baik yang

dicerminkan oleh staf klinik dapat meredakan permasalahan yang ada, atau setidaknya

mencairkan segala ketegangan yang ditunjukkan pasien. Hubungan baik dapat dimulai dari cara

terapis berjabatan tangan, menyapa, kontak mata yang bersahabat dan tidak terganggu dengan

sikap penolakan pasien, sikap tubuh yang cenderung ke arah pasien, serta intonasi suara yang

tenaga. Pertanyaan pembuka seperti apa kabar, bagaimana situasi perialanan tadi..." dan

sebagainya sangat menolong mencairkan kebekuan antara staf klinik dengan pasien.

Tahapan konseling yang kedua adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk

suatu program rumatan metadon, sekaligus juga memberi kesempatan pasien untuk bertanya

tentang segala hal yang berkaitan dengan PRM itu sendiri yang berkaitan dengan masalah

ketergantungannya sebagai suatu teknik dalam melakukan evaluasi klinis, maka konseling awal

hendaknya dapat menggali hal-hal berikut ini:

Riwayat penyalahgunaan Napza: perlu dipastikan bahwa pasien sungguh- sungguh

mengalami ketergantungan atas opioida(dalam hal ini heroin). Hal ini menjadi sangat

mendasar, mengingat rumatan metadon dari hasil penelitian jangka panjang adalah salah

satu program perawatan yang efektif untuk pecandu heroin, bukan untuk pecandu jenis

zat lainnya.

Riwayat protokol perawatan terkait Napza: sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

nasional dalam implementasi metadon, maka program ini hendaknya diprioritaskan bagi

mereka yang pernah menjalani program-program perawatan lainnya. Artinya,

Page 8: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

diharapkan bahwa PRM merupakan pilihan akhir bagi pecandu heroin, setelah jenis

perawatan lain tidak dapat bekena efektif bagi mereka. Hal ini dapat dipahami mengingat

tujuan PRM bukan untuk membebaskan pecandu dari perilaku ketergantungan Napza,

melainkan lebih untuk menjamin' mereka akan pola hidup yang lebih sehat dan produktif

Penggalian data atas mwayat perawatan juga sangat penting untuk dapat mengetahui apa

harapan pasien dan keluarganya akan PRM. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

sebagian besar orangtua masih memiliki harapan bahwa anaknya yang pecandu dapat

berhenti menggunakan Napza, demikian pula si pecandu itu sendiri. Pertanyaan seperti

kapan sebaiknya saya berhenti menggunakan metadon atau pernyataan seperti kalo begitu

sama aja dong saya ini kecanduan terus adalah cermin bahwa proses konseling awal

sebelum pelaksanaan metadon tidak benalan secara optimal.

Data pribadi pasien seperti tempat tinggal, kondisi ekonomi, aktivitas harian dan

dukungan sosial adalah ha-hal yang juga perlu digali pada fase konseling awa Analisis

data atas implementasi metadon di RSKO Jakarta menunjukkan bahwa aksesibilitas

pasien atas keberadaan klinik sangat mempengaruhi daya tahannya dalam mengikuti

program ini Aksesibilitas terkait transportasi yang mereka harus jalani dan jarak rumah

klinik. Beberapa pasien yang tinggal di Jakarta Utara dapat bertahan hingga lebih dari

satu tahun, tetapi umumnya mereka memiliki kendaraan pribadi seperti motor.

Sementara kondisi ekonomi bukan saja berpengaruh pada kemampuan pasien"membeli

metadon, melainkan juga pada kemampuannya menjalani transportasi dari rumah klinik

Aktivitas harian perlu diketahui oleh staf klinik, karena mereka yang mempunyai jadwal

pekerjaan atau akademik reguler, dapat terganggu aktivitasnya karena mengikuti

program metadon ini. Alternatif program substitusi lain seperti Buprenorphine dapat

Page 9: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

dipertimbangkan karena lebih sesuai bagi mereka dengan jadwal harian yang padat

Terakhir adalah faktor dukungan sosial Fakta menunjukkan bahwa ikatan keluarga di

Asia, khususnya Indonesia, sangat mempengaruhi proses pemulihan seseorang dari

suatu penyakitnya'. Isu ini akan dibahas pada uraian yang berikutnya, dalam topik

mengenai konseling keluarga.

Tahapan terakhir dari konseling awal ini adalah mengambil kesimpulan sta klinik

hendaknya membuat kesimpulan atas segala hal yang telah diutarakan pasien untuk

menunjukkan bahwa pasien sungguh-sungguh didengarkan dan bahwa pendapat pasien adalah

penting Apabila PRM ditetapkan menjadi program pilihan, maka hal ini hendaknya harus

merupakan keputusan pasien, bukan keputusan staf klinik Pada tahap terakhir ini hendaknya staf

klinik kembali mengingatkan pasien akan hal-hal yang menjadi kewajiban dan haknya selama

menjadi peserta PRM, seperti pasien dapat merencanakan kapan program akan mulai dan kapan

akan berhenti.

Konseling lanjutan dalam program rumatan metadon

Dole dan Nyswander mendisain PRM pada 1963 di Rockefeller University, New York,

sebagai program yang bersifat komprehensif. drmana pelayanan tidak saja menyasar pada aspek

farmakologis(penyediaan metadon) tetapi juga aspek non- armakologis, seperti konseling

individual, terapi kelompok, konseling pasngan, test urine, kontrak program, rehabilitasi

vokasional, program edukasi, pertemuan keluarga, tes dan konseling HIV, layanan perawatan

medis dasar, asesmen psikiatris dan penanganan atas gangguan komorbiditas(Strain& Stroller,

1999).

Page 10: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Lebih lanjut Dole dan Nyswander menunjukkan bahwa layanan hanya menekankan pada

aspek farmakologis semata-mata tidak akan berhasil dengan baik Nyswander sendiri

menekankan tentang pentingnya sensitivitas staf klinik akan problem individual pasien(Strain s

stroller, 1999) itulah sebabnya mengapa konseling lanjutan perlu disediakan bagi para peserta

program metadon studi yang dilaksanakan oleh McLellan sendiri pada tahun 1992 menunjukkan

bahwa konseling menghasilkan perbedaan yang signifikan pada outcome(keluaran) suatu

program layanan terkait penyalahgunaan Napza(Kidorf, dkk, 1999).

Konseling lanjutan secara umum menyasar pada isu-isu mendasar yang dihadapi oleh

para peserta PRM. Beberapa pasien mengeluhkan tentang ketidakmampuannya mengontrol

emosi, terutama pada orang-orang yang signifikan dengan dirinya, seperti ibunya, sekalipun

telah mengikuti PRM selama lebih dari 3 bulan Pasien lain menghadapi persoalan mendasar

penolakan dari lingkungan sosialnya, sehingga amat mempengaruhi ketegarannya dalam

mencoba bertahan pada PRM Sebagian pasien perempuan menghadapi masalah krusial tentang

ketidakmampuannya bersikap asertif dalam hubungan seksualnya, serta masalah- masalah lain

yang sangat bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya Disinilah konseling memegang peranan

amat besar dalam membantu pasien untuk mendapatkan manfaat program metadon secara

optimal.

Penyediaan layanan konseling sebagaimana yang telah digagas oleh pendiri PRM. Dole

dan Nyswander pada kenyataannya di banyak tempat seringkali tidak banyak dimanfaatkan oleh

pasien(underutilized) Mengemas konseling sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari

pemberian dosis metadon nampaknya dapat meningkatkan pemanfaatan layanan ini secara

signifikan( Kidorf dkk. 1999).

Page 11: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Pelaksanaan konseling dalam program implementasi dapat berlangsung seminggu sekali

dengan rentang waktu sekitar 20 hingga 60 menit pertemuan ldealnya, proporsi staf klinik

dengan pasien untuk tercapainya suatu layanan yang terintegrasi antara program farmakologis

dengan non-farmakologis adalah 1 staf konselor untuk 25 orang pasien.Semakin banyak pasien

yang ditangani oleh seorang staf/konselor, semakin mengarahkan layanan hanya kepada aspek

farmakologis semata-mata.

Staf klinik pada konseling lanjutan ini hendaknya bekerja bersama pasien untuk

mengidentifikasi masalah-masalah pasien dan menetapkan prioritas atas masalah tersebut dalam

rencana perawatan. Penempatan prioritas masalah amat penting agar pasien dapat memecahkan

masalahnya secara rasional Prioritas pertama umumnya adalah untuk menekankan pentingnya

berhenti dan penggunaan zat-zat ilegal lain selain metadon atau fa lain yang diberikan oleh

dokter. Problem-problem yang dirasakan mengganggu pasien dalam upayanya berhenti

menggunakan zat iega(seperti banyaknya waktu luan yang mendorong pasien untuk iseng'

tergoda menggunakan benzodiazepine atau juga heroin) perlu dibahas pada waktu yang

bersamaan Prioritas berikutnya adalah problem-problem kehidupan pasien lainny seperti

pekenaan, keluarga dan hubungan sosial, dimana dalam hal ini adalah sanga berguna apabila

staf klinik konselor juga mengetahui sumber-sumber rujukan yan dapat membantu pasien

mengatasi masalahnya.

Konseling keluarga

Keluarga, terutama pada negara-negara di Asia, memegang peranan sangat penting

dalam proses pemulihan seorang pecandu. Data dari RSKO sendiri menunjukkan bahwa 68%

pasien datang karena dibawa oleh keluarganya. Keluarga bahkan berperan penting dalam

rencana program perawatan para pecandu, terutama didasari oleh fakta bahwa umumnya

Page 12: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

pecandu yang datang ke RSKO masih hidup tergantung secara finansial dengan keluarganya.

Fakta juga menunjukkan bagaimana keputusan pasien untuk ikut suatu program dapat berubah

dalam sekejap hanya karena ketidaksetujuan keluarga. Untuk itulah keberhasilan program

rumatan metadon tidak dapat terlepas dari faktor keluarga para pasien.

Pada tahap awal, konseling keluarga dalam PRM umumnya lebih diarahkan pada

pemberian informasi yang mendalam akan program rumatan metadon. Dengan demikian

diharapkan bahwa keluarga memahami dengan benar apa yang menjadi tujuan pemberian

metadon, sehingga dapat bekerjasama dengan staf klinik dalam mengoptimalkan efektivitas

program tersebut bagi penderita ketergantungan heroin. Perlu diingat bahwa pendidikan tentang

metadon kepada keluarga ini bukanlah tujuan dari konseling keluarga. Pendidikan tentang

metadon diletakkan pada tahap awal konseling keluarga agar tercapai persamaan persepsi atas

program, yang menjadi landasan utama tercapainya perubahan perilaku pecandu yang

signifikan.

Tujuan dari konseling keluarga adalah untuk memperbaiki fungsi psikologis dari sistem

keluarga sehingga diharapkan perbaikan ini dapat mendukung proses pemulihan pecandu.

Fungsi psikologis dari sistem keluarga mencakup berjalann kembali peran anggota keluarga,

misalnya ayah menjadi kepala keluarga dan dapat berkonsentrasi penuh dalam mencari nafkah,

sementara ibu dapat menjalankan peran manajerial domestik tanpa harus khawatir terus-menerus

akan perilaku penyalahgunaan Napza yang dilakukan oleh anaknya, anak yang pecandupun

dapat kembali berfungsi secara produktif dan berinteraksi dengan lebih sehat dengan anggota

keluarga secara umum.

Page 13: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Seorang konselor yang biasa bekerja melakukan konseling individual tidak otomatis

mampu menjadi konselor keluarga. Ada beberapa isu penting dalam menangani keluarga

sebagai satu kesatuan. Isu-isu tersebut adalah:

Peran masing-masing anggota keluarga: dalam keluarga dengan penyalahguna zat di

dalamnya, seringkali anggota keluarga tidak dapat menjalankan peran yang seharusnya

karena perhatian dan waktu tersita hanya untuk mengurusi anggota keluarga yang

bermasalah tersebut. Peran ayah sebagai pengambil keputusan, misalnya, dapat saja

terganggu karena pada kenyataannya anak yang penyalahgunalah yang lebih sering

mengambil keputusan karena sikapnya yang agresif dan menakutkan anggota keluarga

lainnya.

Subsistem dalam keluarga: apakah orangtua bersatu/kompak dalam mendidik anak,

apakah anak-anak memiliki hubungan yang erat satu sama lain, atau justru mengalami

konflik yang berkepanjangan, dan lain-lain.

Batasan dalam keluarga: siapa boleh berbicara kepada siapa serta apa saja yang

diperbolehkan untuk dibicarakan, adalah beberapa contoh yang dimaksud dengan

batasan dalam keluarga

Pola komunikasi dalam keluarga: apakah bersifat terbuka atau tertutup, apakah

pembicaraan jelas dan konsisten, atau justru bermakna ganda, apakah satu atau dua arah.

Penerapan pola asuh: bagaimanakah garis besar pola asuh yang diterapkan dalam

keluarga pasien: apakah bersifat otoriter, permisif, otoritatif atau justru tak acuh?

Isu-isu diatas merupakan hal-hal yang mendasar perlu untuk dibahas bersama-sama dalam sesi

konseling keluarga.

Page 14: Konseling Program Terapi Rumatan Metadon

Pada keluarga dengan penyalahguna Napza, seringkali kehadiran penyalahguna menjadi

indikator atas gejala disfungsi keluarga Penyalahguna umumnya adalah pasien yang

teridentifikasi dengan jelas pada sesi awal konseling keluarga Seinng dengan berjalannya waktu

akan semakin terlihat bahwa bukan hanya penyalahguna yang menjadi pasien, tetapi juga

anggota keluarga lainnya Tidak jarang gejala penyalahgunaan zat tanpa disadari digunakan oleh

keluarga yang bersangkutan untuk menjaga keseimbangan(homeostatis) fungsi keluarga Sebagai

contoh, pada saat anak aktif menyalahgunakan zat, konflik permanen diantara ayah ibu menjadi

mereda, karena perhatian mereka tercurah sepenuhnya pada kasus anak tersebut Ketika anak

menjalani proses pemulihan dimana perilakunya menjadi terkendali. seringkali permasalahan

mendasar antara ayah bu tersebut mencuat kembali ke permukaan dan memberikan rasa tidak

nyaman pada anggota keluarga.

Adalah penting untuk menggarisbawahi bahwa konseling keluarga mengajak keluarga

untuk dapat melihat realitas dari sudut pandang setiap anggota keluarga. Hal ini dimaksudkan

untuk memperbaiki interaksi yang terjadi diantara anggota keluarga Sebagai contoh, ibu

diharapkan memahami kesulitan yang dihadapi anaknya yang pecandu dalam upayanya untuk

mencoba berhenti menggunakan Napza, sementara pecandu diharapkan dapat memahami

mengapa ibunya bersikap tidak percaya kepadanya interaksi anggota keluarga yang konstruktif

diharapkan dapat membantu keluarga tersebut menghadapi situasi-situasi sulit terkait dengan

proses pemulihan pecandu.