Konseling analisis transaksional

44
KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT) ERIC BERNE A. TOKOH PENGEMBANG Eric Berne (1910-1970) kelahiran Montreal, Canada, adalah pelopor Analisis Transaksional (AT). Dia mulai mengembangkan AT ini sebagai terapi, bermula ketika dia bertugas dalam Dinas Militer Amerika Serikat diminta membuka program terapi kelompok bagi para serdadu yang mendapat gangguan emosional sebagai akibat Perang Dunia ke-2. Berne, pada mulanya seorang pengikut Freud dan melakukan praktik Psikoanalisis dalam terapi. Sebab, saat itu psikoanalisis tengah mendapat perhatian yang luar biasa. Bahkan Berne sendiri pernah mendapat kuliah psikoanlisis di Yale Psychiatric Clinic (1936-1938) dan New York Psichoanalitical Institute (1941-1943). Setelah Berne berhenti bekerja pada Dinas Militer itu, dia mulai melakukan eksperimen yang sungguh-sungguh. Akhirnya pada pertengahan tahun 50-an baru dia

description

 

Transcript of Konseling analisis transaksional

Page 1: Konseling analisis transaksional

KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT)

ERIC BERNE

A. TOKOH PENGEMBANG 

Eric Berne (1910-1970) kelahiran Montreal, Canada, adalah pelopor Analisis

Transaksional (AT). Dia mulai mengembangkan AT ini sebagai terapi, bermula

ketika dia bertugas dalam Dinas Militer Amerika Serikat diminta membuka program

terapi kelompok bagi para serdadu yang mendapat gangguan emosional sebagai

akibat Perang Dunia ke-2.

Berne, pada mulanya seorang pengikut Freud dan melakukan praktik

Psikoanalisis dalam terapi. Sebab, saat itu psikoanalisis tengah mendapat perhatian

yang luar biasa. Bahkan Berne sendiri pernah mendapat kuliah psikoanlisis di Yale

Psychiatric Clinic (1936-1938) dan New York Psichoanalitical Institute (1941-

1943).

Setelah Berne berhenti bekerja pada Dinas Militer itu, dia mulai melakukan

eksperimen yang sungguh-sungguh. Akhirnya pada pertengahan tahun 50-an baru

dia memperkenalkan teorinya, Analisis Transaksional. Diluar dugaan, teori ini

mendapat sambutan baik dari kalangan ahli terapi kelompok, dalam pertemuan

Regional Perhimpunan Terapi Kelompok Amerika di Los Angeles tahun 1957 teori

ini diangkat sebagai salah satu tema yang dibahas. Tentu saja AT mulai mengundang

ingin tahu banyak orang, dan setelah menerapkannya banyak orang berdecak-

Page 2: Konseling analisis transaksional

kagum atas hasilnya, sehinga dalam waktu singkat AT dapat diterima sebagai salah

satu model dalam kasanah konseling.

Oleh Jhon Dusay & K. Dusay dalam Current Psychotherapies (Corsini. Ed.

1984) membagi fase perkembangan AT; Pertama, adalah awal dari perkembangan

AT (1956-1962), ditandai masa dimana Berne menjajaki dan menemukan Ego State

sebagai suatu sistem berfikir, berperasaan, dan bertingkah laku. Fase kedua (1962-

1966) adalah masa perhatian Berne tertuju kepada Transaksi, dimana Ego State

orang menjadi stimulus bagi Ego State orang lain dalam berkomunikasi. Dia mulai

mengembangkan teorinya dalam rangka transakasi antar ego state sebagai suatu

bentuk terapi.

Sejak kematian Berne, 1970, pengikutnya selalu berupaya mengembangkan

AT ini. AT yang pada mulanya dipergunakan Berne untuk terapi kelompok, sekarang

telah meluas pula untuk terapi Individual. Pengikut Berne juga berhasil mendirikan

perhimpunan Analisis Transaksional Internasional yang bernama ITAA

(International Transaktional Analysis Association), anggotanya tersebar luas baik di

Amerika Serikat maupun di Amerika Selatan, Eropa, India atau Jepang. Melalui

jurnal AT, yang diterbitkan sejak tahun 1971, telah memberikan hadiah atau

penghargaan kepada orang-orang yang berjasa mengembangkan AT ini. Diantara

orang yang mendapat penghargaan atas jasanya dalam mengembangkan AT adalah

Claude Stainer yang mengembangakan Skript Matrix, Stephen Karpman dalam

Drama Triangle, Jhon Dusay dalam Egogram, serta Taibi Kahler dalam Miniscript.

B. KONDISI YANG MELATAR BELAKANGI LAHIRNYA ANALISIS TRANSAKSIONAL

(AT) 

Sebelum Berne menggelar AT sebagai model terapi, telah terkondisi

beberapa hal yang mendorong kelahiran AT Kondisi tersebut berbentuk penemuan-

penemuan tentang apa yang akhirnya menjadi landaasan teori Berne. seperti ego

state, games dan transaksi serta skript (script).

Page 3: Konseling analisis transaksional

Orang yang pertama yang mempercayai, bahwa adanya perbedaaan ego

manusia adalah Wilder Penfield. dan menyatakan bahwa status ego secara utuh

menyimpan reaksi yang permanen. Games dan Transaksional dikembangkan oleh

Berne bersamaan dengan gencarnya usaha penerapan teori komunikasi terhadap

isu psikologi yang dipelopori oleh George Bateson & Jurgen Kuesch. Teori Berne

tentang Skript banyak diilhami oleh Joseph Campbell, seorang ahli mitologi yang

mengatakan bahwa manusia mengikuti bentuk-bentuk mitologi yang diperolehnya.

Sedangkan sebelumnya Jung juga pernah mengunakan istilah persona. Skript yang

digunakan oleh Berne ini mirip dengnan persona dari Jung ini.

Semua kondisi ini bukanlah berarti mengecilkan penemuan Berne, tapi

merupakan cikal bakal saja yang wujudnya lahir di tangan Berne. Penemuan yang

terpisah kemudian dapat dirangkai Berne dalam suatu teori adalah jauh lebih besar

dan lebih berarti dari segalanya. Di tangan Bernelah, praktik AT ini pertama lahir

dan membuahkan hasil yang menarik perhatian banyak orang, sehingga mengakui

AT ini sebagai suatu model konseling.

C. PANDANGAN ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT) TERHADAP MANUSIA 

Manusia menurut AT selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya.

Persoalan: Kenapa manusia berubah ? Menurut Thomas A. Harris, MD ada tiga

perkara. Pertama, bahwa manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama

menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan

perubahan.

Faktor kedua, adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa.. Manusia tidak

tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan

berkecukupan. Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan,

karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan. 

Faktor ketiga, manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Ini

merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tak-mau

atau tak-tahu dengan perubahan, tapi dengan adanya informasi, cerita, atau

Page 4: Konseling analisis transaksional

pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, timbullah semangatnya

untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan. 

AT punya pandangan yang optimis atas manusia. Manusia dapat berubah asal dia

mau. Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now).

Berbeda dengan Psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang

terjadi pada manusia sekarang di mengerti dari masa lalunya. Bagi AT, manusia

sekarang punya kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan

sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan

seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa lalunya. 

Harris berkata, bahwa kita harus menjawab masalah ini bukan dengan menolak

hubungan sebab akibat antara alam yak sadar dengan perilaku manusia, melainkan

dengan mencari sebab itu, Sebab seseuatu perbuatan, justru berada pada masa

sekarang bukan di masa lalu seseorang.

D. TEORI ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT) TENTANG KEPRIBADIAN MANUSIA 

Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam

istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games,

Stroke, Egogram, dan Skript .

1. Ego State (Keadaan Ego)

Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya

kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak,

tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa.

Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan

bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya

dengan ego state. Status ego manusia itu ada tiga macam : Orang tua

(Parent), Dewasa (Adult) dan Anak-anak (Child).

-Orang tua (Parent = Exteropsyche)

-Dewasa (Adult = Neopsyche)

Page 5: Konseling analisis transaksional

-Anak-anak (Child = Archaeopsyche)

Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya disebut oleh Berne dengan

Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti

layaknya bokap atau nyokap Yakni penampilan yang terikat kepada

sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya

berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan,

menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik,

mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb. Kata-kata yang

sering digunakan oleh status ego O ini adalah, Jangan…………

seharusnya…………. tidak baik…………. bagus…………..…. semestinya

…………..….hendaknya.

Keadaan ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan

logis. Status ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan

mengambil keputusan berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari

data dan fakta lapangan. Karena itu, Berne menyebut status ego ini

dengan Neopsyche. Kata-kata yang sering dipergunakan adalah benar,

salah, praktis, dsb.

Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan

keadaaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif,

dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas

dari pengaruh orang lain.. Kata-kata yang ssering digunakan dapat

berupa “Wah !”, Tidak mau…………..Tidak bisa……..dsb.

Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyatadengan

konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne

mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati

secara nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak.

Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara

terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang

berbeda orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang

Page 6: Konseling analisis transaksional

normal (sehat) adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang

sesuai dengan keadaan lingkungannya.

Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri

seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal

adalah bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego

tercampur seperti tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan

eksklusi yaitu salah satu ego yang menguasai seseorang dalam waktu

yang lama sehingga menyingkirkan dua ego lainnya.

Struktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion )

(Fixation)

2.Transaksi

Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi

sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan

komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan

stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila

seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B),

B memberi respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus

bagi A dan begitu seterusnya.

Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang

beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari

sudut Ego state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu

transaksi yang bersifat Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior

(tersamar atau semu). 

Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang

sama, seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O

lihatlah orang yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar.

Contoh A-A orang lagi pacaran. 

Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang

berbeda. Ada tiga bentuk dengan contohnya: O–D (ujian skripsi), O–A

Page 7: Konseling analisis transaksional

(guru di kelas) D–A (dokter-pasien) . 

Transaksi tersamar atau semu adalah transaksi antar dua ego namun

diikuti terjadinya transaksi dua ego lain yang tidak kelihatan atau

tertutup, namun dirasakan oleh orang yang melakukannya. Transaksi

yang tak kelihatan itu mengandung kesan psikologis. Tapi transaksi itu 

Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah :

Komplementer Silang Tersamar

Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik

adalah Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih

bersifat realitis dan logis.

3.Permainan(Games) 

Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat

permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang

(penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau

yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi

penindas dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya.. 

Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas diinndikasikan

bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila lawannya

berhasil mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O

Page 8: Konseling analisis transaksional

terhadapnya ia akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut

Orang yang menang disebut pendulang kopon emas, dan yang kalah

disebut pengumpul kopon cokelat. 

Oleh karena itu perilaku seseorang dapat berubah dalam setiap

transaksi dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas, dan

kadang-kadang sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat

digambarkan dalam drama segi tiga (threangle) di bawah.

4.Stroke(Dorongan atau Perhatian )

Interaksi antar manusia membutuhkan atroke atau berupa dorongan

atau perhatian agar tercipta perubahan. Stroke ini dapat dibedakan atas

stroke negatif dan positif, stroke bersyarat dan tanpa syarat.

Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang merasa

dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat

baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang

mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau penyesalan. "Saya tidak

jadi berimu hadiah, karena kamu telat" Stroke bersyarat adalah dorongan

atau perhatian yang diberikan bila dia berhasil melakukan suatu

prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya sayangi bila kamu patuh”.

Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu menyayangimu nak“

5.Skript(Script)

Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola

kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini,

sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript

boleh menjadi batas atau standar sukses yang ditanamkan orang tuanya.

Skript ini bisa mempengaruhi interksi seseorang dengan orang lain.

Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa mempengaruhi sehat

tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri dan

lingkungannya.

Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami kembali atau

mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang dengan terapist.

Page 9: Konseling analisis transaksional

6. Egogram ( Takaran Energi Ego )

Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk

menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada

masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek

emosional. Kendatipun Berne membagi ego state atas O, D dan A,

Dusay membagi Egogram manusia atas 5 macam yang dikembangkan

dari Ego state tersebut. 

Status Ego Egogram

Parent : Orang tua (O) Critical Parent : Kritikan O (KO)

Nurturing Parent : Pemeliharaan O (PO)

Adult : Dewasa (D) Adult : (D)

Child : Anak-anak (A) Free Child : Kebebasan Anak (KA)

Adapted Child : Adaptasi Anak (AA)

Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda untuk

setiap orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan

perbedaan kepribadian seseorang.

Orang yang rendah energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO

kesepian atau depresi, rendah D kesulitan konsentrasi atau

memecahkan masalah, rendah KA kehilangan kreativitas, intuitif dan

semangat hidup, sedangkan rendah AA bersikap tidak kompromi atau

konfrontasi. 

Page 10: Konseling analisis transaksional

Seseorang yang baik jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO

lebih tinggi dari KO, AA lebih rendah dari KA serta sangat rendah KA. 

Gambar "STATUS EGO"

Kepribadian Konselor

6.SikapDasarManusia

Sejak kecil manusia selalu berhubungan dengan dirinya dan

orang lain. Bagaimana seseorang menerima diri dan orang lain itu

akan membentuk sikap dasarnya. Sikap dasar ini menenmtukan

keberhasilannya dalam hidup ini, termasuk menentukan bermasalah

tidaknya seseorang. 

Sehubungan dengan penilain seseorang terhadap dirinya (I)

dan orang lain (you), Thomas Harris (1985 : 50) mengklasifikasikan

adanya 4 macam sikap dasar sesuai dengan perkembangan manusia.

Saya tidak Oke - Kamu Oke

Saya tidak Oke - Kamu tidak Oke

Saya Oke - Kamu tidak Oke

Saya Oke - Kamu Oke

Sikap dasar pertama, saya tidak Oke – Kamu Oke, adalah sikap

yang paling awal diperoleh manusia, yakni sikap seorang bayi. Dia

menganggap dirinya jelek atau tidak mampu dan menganggap orang

Page 11: Konseling analisis transaksional

lain baik dan penuh perhatian padanya. Karena itu ia sering kali

mengunakan ego state anak-anak

Sikap dasar kedua, saya tidak Oke – Kamu tidak Oke, adalah

sikap dasar yang memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada

orang lain. Kondisi seperti ini menandakan seseorang bermasalah

atau depresi. Namun dalam kadar yang kecil terlihat pada perilaku di

masa remaja yang tidak peduli dengan diri dan berontak terhadap

aturan bahkan orang tua sendiri.. 

Sikap dasar ketiga, Saya Oke – Kamu tidak Oke, adalah sikap

yang memandang jelek terhadap orang lain. Mereka suka mengkritik,

atau menyalahkan orang lain. Ego state yang sering digunakannya

dalam bertransaksi adalah O.

Sedangkan sikap dasar keempat, Saya dan Kamu Oke, adalah

sikap hidup yang baik, atau posisi kepribadian yang sehat, dia bisa

memandang realistis sebagai mana adanya dirinya dan orang lain. Ini

terlihat bagi orang yang suka menggunakan ego state D.

E. PROSES KONSELING

AT bertujuan membantu Klien mengembangkan status egonya sehingga

dapat berfungsi lebih baik dengan cara menganalisa transaksi yang dilakukannya.

Proses Konseling dalam AT ini dilakukan bahwa setiap transaksi dianalisis, Klien

yang nampaknya mengelakkan tanggung jawab diarahkan untuk mau menerima

tanggung jawab pada dirinya. Sehingga Klien dapat menyeimbangkan Egogramnya,

mendefinisikan kembali skiptnya, serta melakukan instrospeksi terhadap games

yang dijalaninya..

Menurut Harris, proses konseling AT pada bagian pendahuluan digunakan

untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung

jawab kedua pihak. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya

dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209). 

Page 12: Konseling analisis transaksional

Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien

– terapis untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk

saling bertangung jawab, karena terapist bukanlah pula orang yang menanti

mukjizat terapist. Kontrak dalam AT menurut Dusay mencakup 4 (empat)

Komponen: 

1. Saling menyetujui, yakni terjadinya persetujuan dalam keadaaan ego state

dewasa antara Klien – terapist untuk melakukan perubahan yang spesifik. 

2. Kompetensi, yakni kesediaan terapist untuk memberikan layanan yang

menggunakan kompetensi yang dimilikinya, yakni merobah dan mengatasi

persepsi klien yang salah atas diri dan lingkungannya. Kontrak untuk hidup

sehat dan panjang umur berada diluar jangkauan kompetisi therapist

3. Tujuan yang legal, adalah menyangkut materi dan tujuan dari kontrak yang

bersifat legal. 

4. Konpensasi, yakni menyangkut imbalan bagi terapist yang telah

mengorbankan waktu dan kemampuannya. 

Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian terapist bersama klien menggali

ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.

F. TEKNIK KONSELING

Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan

lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, terapist memfokuskan

perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang

dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam

AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript, dan

analisis mainan.

1. Analisis Struktur

Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang

menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya bisa

mengenal 1) apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2) apakah ego

state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan 3) bagaimanakah

Page 13: Konseling analisis transaksional

energi egogram klien tersebut. 

Dengan mengetahui struktur ego state klien, akan diketahui masalah yang

dihadapi klien. Bila klien dominan menggunakan ego state A masalah

yang dihadapinya kurngnya rasa pecaya diri atau dipandang rendah o

rang lain. Bila O yang domninan maka klien tengah ditakuti, dijauhi,

disishkan atau diasingkan orang lain. 

2. Analisis transaksional

Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi

antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat

dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik dari kata-kata

yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau

informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan

analisis atau problem yang dihadapi klien..

3. Analisis Mainan

Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung

antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien

dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon

Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games

sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi

amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak..

4. Analisis Skript

Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan

diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien.

Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang

sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.

Disamping keempat macam teknik yang digunakan di atas, treatment

dari AT sering pula menggunakan teknik khusus, seperti: Interogasi,

Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Ilustrasi, Konformasi, Interpretasi,

Kristalisasi

Page 14: Konseling analisis transaksional

G. SIKAP DAN PERANAN KONSELOR 

Inti pokok dari AT terletak pada usaha konselor (terapist) menganalisis

transaksi klien dengan teknik-teknik yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian

telihat sikap dan peranan konselor di sini :

1. Berusaha meletakkan tanggung jawab pada klien

Karena pada hakekatnya setiap hendaknya bertanggung jawab atas

kehidupannya, maka bagi AT juga mengarahkan agar pada diri klien

tumbuh rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk mengambil

tanggung jawab atas kehidupannya.

2. Menyediakan lingkungan yang menunjang

Untuk mencapai perubahan klien atau keseimbangan ego state klien,

konselor berusaha sebagai penyedia fasilitas yang mendorong terjadinya

perubahan ego state klien.

3. Memisahkan mite dengan realitas

Karena pengaruh skript, banyak klien dipengaruhi oleh mitologi yang

telah diadapsinya sejak lama. Dalam rangka memperbaiki kembali

(memahami kembali) skript kehidupan klien itu, konselor AT mempunyai

peranan untuk memisahkan mite yang berpengaruh dalam skript klien

dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.

4. Melakukan Konfrontasi atas keanehan yang tampak

Keanehan atau keadaan ego state klien yang tidak seimbang dapat

diperbaiki terapist dengan melakukan konfrontasi.Terapist hendaknya

bisa membentuk dan merekonstruksi menjadi seimbang. 

Jadi, dengan melihat peranan dan sikap konselor di atas,

memperlihatkan bahwa konselor dalam AT bersifat aktif. Dia lebih

banyak menentukan jalanya konseling.

Page 15: Konseling analisis transaksional

H. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

Dari uraian di atas, kiranya telah dapat dipahami sosok tubuh AT. Walaupun

uraian teori ini lebih mengarah pada analisis transaksinya dari pada kaitannya

dengan peran, proses, treatment. Namun dapat dibandingkan dengan pendekatan

lain. AT merupakan salah satu pendekatan yang berbeda dengan beberapa

pendekatan yang telah berkembang sebelumnya.

Bila kita lihat, bandingkan, atau nilai dari berbagai pendekatan lain, ternyata

AT juga punya kelemahan disamping kebaikanya, seperti layaknya pendekatan lain.

Adanya keunggulan hendaknya bisa kita manfaatkan, dan adanya kelemahan justru

membuka peluang dan menantang, mencari dan menemukan pendekatan lain.

Paling kurang terbukanya kesempatan untuk memperbaiki kelemahannya.Diantara

keunggulan dan kelemahan AT itu antara lain:

1. Keunggulan AT

Dengan melihat Konsepsi, penekanan, pelaksanaan serta penerimaan

pada klien, maka ada beberapa kebaikan dari AT:

a. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia

Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu, AT memandang

manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak

dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia

berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun

dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh. Karena

itu AT lebih Optimis dan realistis memandang manusia.

Bila kita bandingkan dengan Psikoanalisa, Freud, AT nampak

selangkah lebih maju. Psikoanalisis memandang manusia

deterministik. Perilaku manusia bagaikan suatu rotasi dari

pengalaman masa kecil, kendatipun pengalaman masa kecil itu tak

diingatnya lagi (Unconscious). AT tidak menolak adanya pengaruh

masa kecil ini. Konsepnya tentang skript kehidupan mengakui

adanya kontribusi pengalaman masa kecil atas kehidupan

sekarang. Tapi karena manusia punya kehendak dan kemauan

Page 16: Konseling analisis transaksional

untuk bebas, “pengalaman itu dapat dirubah “ (Shertzer & Stone,

1982, 237). 

Skript kehidupan manusia diakui AT bersisi dua, ada yang

negatif dan ada yang positif. Sesuai dengan nilai-nilai yang

diterimanya dari orang tuanya atau interaksinya dengan

lingkungan. Karena skrip itu mempengaruhi seseorang untuk

mengambil kesimpulan, maka keputusan orang itu dapat Oke atau

Tidak Oke terhadap diri dan lingkungannya. 

Hal ini juga lebih realitis dari konsep Rogers yang memandang

manusia baik, rasional dapat dipercaya, dapat mengubah dirinya

lebih baik atau dapat merealisasikan dirinya menjadi makhluk

Insanul Kamil.

b. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini

Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar

dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk

menentukan pilihannya. Untuk mengatasi masalah klien itu, AT

berusaha membangkitkan kemauan dan kemampuan orang

dengan melakukan analisis interaksinya dengan orang lain. Hal ini

dimulai dengan mennganalisis interaksinya dengan terapist.

Analisis seperti di atas, analisis interaksi klien dengan terapist

atau orang lain, adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di

sini (here and now). 

Metoda analisis struktur, status ego dengan egogram, analisis

permainan semuanya merupakan analisis terhadap perilaku yang

di tampilkan klien pada saat ini, di sini di hadapan konselor. Kalau

analisis itu (struktur, ego state, dan mainan) tidak mencapai hasil

baru AT menggunakan analisis skrip, yang orientasinya pada masa

lalu. Alternatif ini dipergunakan AT sebagai cara terakhir, bila

analisis sebelumnya gagal merenggut hasil.

Page 17: Konseling analisis transaksional

c. Mudah Diobservasi

Banyak teori yang lahir dibelakang labor ilmiah, tak terkecuali

untuk teori-teori Psikologi. Pada umumnya teori yang muncul dari

laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga

kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk

pikiran manusia penemunya.

Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A)

adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap

interaksi atau komunikasi manusia.Status ego Berne jauh lebih

observable dari teori Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego, yang

hanya dapat dijadikan konstruk pikiran kita atas perilaku

seseorang. Lain dengan Ego Orang tua, Dewasa dan Anak, dia

dapat diamati secara jelas tanpa menggunakan laboratorium.

Begitu juga dengan sikap dasar manusia yang memilah

manusia atas 4 posisi (saya tidak oke-kamu yang oke, saya dan

kamu tidak oke, saya oke-kamu tidak oke, dan saya dan kamu oke)

yang dikembangkan Harris, jauh lebih maju dari konsep karen

Horney yang hanya mengemukakan 3 disposisi manusia. Helpless

(minta pertolongan), hostility (menyerang) dan issolation

(mengasingkan diri) (Bischof, 1970, 212).

Horney membagi 3 disposisi ini dari sudut orang lain. Helpless,

punya arah gerak kepada orang lain (Moving toward people).

Menyerang merupakan arah menentang orang lain (moving

againts people), sedangkan isolasi punya arah melarikan diri dari

orang lain (moving away from people).

Sedangkan Harris membagi sikap dasar manusia itu atas dasar

pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain. Karena itu,

konsep ini lebih maju dari Horney yang hanya melihat dari orang

lain saja, pandangan terhadap diri sendiri juga mempengaruhi

hubungan dengan orang lain.

Page 18: Konseling analisis transaksional

d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi

Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi,

maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-

kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Analisis

terhadap interaksi klien pada ruangan konseling, memberi

kesempatan kepada klien untuk memperbaiki cara interaksinya

dan komunikasinya baik di dalam ruangan Konseling. Karena itu,

AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau

pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai

sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan

orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan

lainnya.

2. Kelemahan AT 

Disamping decak kagum orang atas ajaran Berne ini, yang telah

berhasil merekrut teori-teori komunikasi kelapangan psikologi, bukanlah

berarti teori ini tidak punya kelemahan, banyak kritik dilontarkan pada

AT, diantaranya :

a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment

AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien

harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya

menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis,

sebagai orang yang membutuhkan pertolongan. 

Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak

klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak

realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak

dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya.

Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini

dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.

Page 19: Konseling analisis transaksional

b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego

Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua,

Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif.

Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam

menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam

status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara

orang yang satu dengan yang lainnya. Kesalahan atau perbedaan

dalam menafsirkan status ego ini telah dibuktikan oleh Thomson

dalam Dusay (Corsini, 1984) yang telah merekam suatu

wawancara konseling, kemudian kepada konselor dan calon

konselor AT disuruh menganalisis wawancara itu dari 3 macam

status ego. Hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan

penafsiran diantara konselor dan calon konselor tadi.

Di pihak lain error dari pihak klien mungkin pula muncul

kepermukaan. Secepat ia memasuki ruangan konseling secepat itu

pula terjad perubahan pola komunikasinya. Interaksinya diluar

ruangan konseling tidak sama dengan didalam ruangan konseling.

Bisa diluar lebih baik dengan menampilkan status ego dewasa,

tapi di dalam ruangan konseling lebih banyak menampilakn status

ego Anak-anak. 

Latar belakang kebudayaan serta bahasa sangat

mempengaruhi pemahaman mengenai status ego ini. Karena itu

analisis terhadap status ego ini bila antara konselor dengan klien

punya latar belakang kebudayaan dan bahasa yang sama. Dan

adalah sangat sulit terciptanya penafsiran yang sama pada

masyarakat yang punya strata sosial berbeda, paternalis dsb.

Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya

kesamaan dalam menakar egogram klien. 

Page 20: Konseling analisis transaksional

c. Kurang Petunjuk Mengenai Tingkah laku Konselor

Bagi orang yang ingin mempraktikkan AT ini perlu petunjuk

bagaimana menganalisis transaksi itu secara tepat dan hemat.

Termasuk persoalan bentuk-bentuk responsnya, dan konten dari

ungkapan klien. Mungkin di atas telah disebutkan adanya analisis

struktur, permainan, Skrip dengan penggunaan beberapa teknik,

namun teknik mana yang dipakai dalam menganalisis itu tidak /

belum dikembangkan secara khusus dalam teori AT ini. Karena

belum adanya petunjuk khusus ini, orang menganggap AT kurang

terinci, karena tidak ada petunjukanya

I. KEMUNGKINAN PENERAPANNYA PADA SEKOLAH

Banyak laporan, terutama dari praktioner (penganut) AT, bahwa AT berhasil

dengan memuaskan. Banyak klien yang telah disembuhkan dengan cara ini, serta

“decak kagum “ pun dialamatkan pada temuan Berne ini. Terbentuknya

perhimpunan AT, ITAA, dan terbitnya jurnal AT membuktikan bahwa AT sebagai

suatu pendekatan yang sudah besar dan berkembang luas dikalangan ahli terapi.

Persoalan sekarang, apakah keberhasilan AT ini dapat pula diterapkan

disekolah, terutama di sekolah kita Indonesia yang berlandaskan filsafat Pancasila?

Persoalan ini tidaklah sederhana. Keterampilan AT pada klinik Psikologi boleh jadi

cocok atau boleh jadi tidak. Penerapan yang tepat meminta uji coba yang cukup

matang. 

Secara rasional, keberhasilan AT di klinik-klinik Psikoterapi mungkin sekali

kita rekrut ke sekolah. Malah kita lebih optimis lagi, karena dapat mengamati

langsung perubahan klien di luar ruangan konseling. Betapa tidak, titik sentral dari

analisisnya terletak pada transaksi. Selama klien masih berada di sekolah, selama

itu pula kita dapat menganalisis transaksinya baik dengan temannya atau gurunya. 

Lebih optimis lagi, bahwa AT dapat berhasil bila digunakan sebagai penyuluh

kelompok. Karena orang yang sehat kreteria AT adalah yang punya perasaan bebas

untuk menentukan pilihannya. Transaksi yang digunakan adalah terciptanya

Page 21: Konseling analisis transaksional

transaksi antar status ego Dewasa. Kemungkinan tumbuh dan berkembang

transaksi antar ego Dewasa ini lebih besar dengan teman sebaya. Jadi kondisi ini

memungkinkan konselor menerapkan AT sebagai penyuluh kelompok di sekolah. 

Kondisi sekolah yang menunjang penerapan AT sebagai pendekatan

penyuluhan kelompok ini, justru sebaliknya bagi penyuluh individual. Harapan agar

komunikasi atau transaksi antara konselor – klien dapat terbentuk transaksi antara

ego state dewasa-dewasa, justru sulit terbina. Karena adanya jarak antara Konselor

dengan Klien. Jarak itu adalah faktor usia. Konselor lebih cenderung jauh lebih tua

dari klien yang siswa ( 12 – 15 untuk SMTP, 15 – 19 tahun untuk SMTA). Karena itu

transaksi yang mungkin sering muncul adalah antara ego state Dewasa (Konselor) –

Anak-anak (Pada siswa).

Kondisi ini ditopang oleh faktor budaya kita. Indonesia sebagai bangsa yang

berlandaskan pada Pancasila bukanlah negara yang berfaham Liberal. Adat dan

sopan santun ketimuran selalu melengket pada masyarakat Indonesia. Cara

berbicara dengan orang yang sama besar atau lebih kecil tidak sama dengan cara

berbicara dengan orang yang dihormati dan atau lebih besar. Pada beberapa daerah,

bahasa yang digunakanpun juga berbeda, lebih halus dan lembut. Karena itu,

keberhasilan AT pada masyarakat Amerika yang egaliter belim tentu bisa sama

dengan masyarakat kita.

Page 22: Konseling analisis transaksional

J. STRUKTUR KEPRIBADIAN

Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsure-unsur 

kepribadian yang terstruktur dan itu  meruakan satu kesatuan yang disebut dengan

“ego state”. Adapun unsur kepribadian itu terdiri dari:

1. Ego state child

Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja,

riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah: 

a) Adapted child (kekanak-kanakan)

Unsure ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak

orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam

sentuhan.

b) Natural child (anak yang alamiah)

Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya

yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan

kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.

c) Little professor

Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang

gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah

menunjukkan kebenaran.

2. Ego state parent

Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah

dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu:

a) Critical parent

Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti

menujukkan sifat judes, cerewet, dll.

b) Nurturing parent

Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain

sebagianya.

Page 23: Konseling analisis transaksional

3. Ego state adult

Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan

bagaimana.

  Dengan demikian untuk kita ketahui bahwasanya dalam tiap individu ego state

yang tiga diatas selalu ada yang berbeda Cuma kadarnya saja. Berapa banyak

ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah lakuorang

tersebut.

Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri

individu adalah:

1. Ego state normal

Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego

state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.

2.  Ego state kaku

Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.

3.  Ego state cair

Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain.

K. MOTIVASI HIDUP

Hansen (dalam Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia

menjadi tiga bagian menurut analisis transaksional yaitu:

1. Kebutuhan akan memperoleh rangsangan

Sentuhan yang diberika bisa bersifat jasmaniah(salaman, tepukan,belaian),

rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian, sanjungan)maupun

negative(ejekan, cemoohan, hinaan).

Sentuhan akan memberikan warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu

bersifat sistematis maka anak-akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang

Page 24: Konseling analisis transaksional

biasa mendengar kata-kata kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar

kata-kata tersebut maka ia akan merasakan keanehan.

2. Kebutuhan untuk menstruktur waktu

Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari sentuhan;

a)    With drawl

Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu

mencari sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi.

b)   Ritual

Individu melaukan hubungan social untuk memperoleh sentuhan

dengan sedikit modal energy  atau juga melihat sedikit resiko.

c)    Pas time

Individu mencari sentuhan dengn melalukan waktu\membiarkan

waktu berlalu tanpa sesuatu yang jelas.

d)   Activity

Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu diperoleh

sentuhan.

e)    Games

Individu yang berupaya memperoleh sentuhan dengan cara

melakukan permainan dengan orang lain.

f)    Intimacy

Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan intim

baik dengan individu lain ataupun dengan benda.

Page 25: Konseling analisis transaksional

3. Kebutuhan untuk memperoleh posisi hidup

Analisis transaksional menurut A.Harris dalam Taufik (2009) membagi

empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu;

a) Saya OK kamu OK

Posisi ini ialah posisi yang dipilih oleh seseorang apabila ia merasa

beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi bersifat

evolusioner  yaitu berubah secara lambat.

b) Saya OK kamu tidak OK

Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa posisinya beres dan

posisi orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk merubah

pihak kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat.  

c) Saya tidak OK kamu OK

Orang yang berada dalam posisi ini ialah orang yang merasa dirinya

tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat hubungannya ini

devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang memilih

posisi ini mempunyai sifat rendah diri.

d) Saya tidak OK kamu tidak OK

Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak beres dan

orang lain pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu siapa

yang mengubah siapa yang bersifat obvolusioner.

L.  JENIS-JENIS TRANSAKSI

Gerald Corey (dalam Taufik, 2009:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga

bagian yaitu:

1.         Transaksi sejajar

Individu yang berkomunikasi dengan menggunakan ego state tertentu

sehingganya respon yang ditampilakan oleh orang lain sesuai dengan yang

diharapkan

Page 26: Konseling analisis transaksional

2.    Transaksi silang

Penampilan ego state seseorang sehingganya respon yang diberikan

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3.    Transaksi terselubung

Penampilan ego state seseorang yang dalam komunikasi yang

memiliki tujuan terselubung dari maksud pembicaraannya.

M. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT

Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111)

adalah:

1. Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat

ia berada

2. Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta

memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.

3.    Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok

4.    Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair.

N. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL

Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:

1.  Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok

2.    Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal

3.    Ego state yang ditampilkannya terlalu cair

4.    Ego statenya tercemar.

Page 27: Konseling analisis transaksional

O. TUJUAN DAN PROSES KONSELING

Adapun tujuan dari konseling ini ialah:

1.    Mendekontaminasikan ego state yang terganggu

2.    Membantu mengunakan ketiga ego state yang terganggu

3.    Membantu menggunakan ego state adult secara optimal

4.    Mendorong berkembangnya life position SOKO dan lifi script baru dan produktif.

Berikut ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan konselor dalam melakukan

konseling dengan menggunakan analisis transaksional.

1.    Analisis struktur

Menjelaskan kepada klien bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga

ego state dan menjelaskan tentang ego state itu satu persatu, sehingganya

individu itu sadar ego state yang mana yang lebih dominan dalam dirinya.

2.    Analisis transaksional

Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor

dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego

state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau  belum.

3.    Analisis permainan

Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk

mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah kline mampu menanggung resiko

atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.

4.    Analisis naskah hidup

Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya

terjangkiti posisi hidup yang tidak sehat.

Page 28: Konseling analisis transaksional

P. TEKNIK-TEKNIK KONSELING

Teknik konseling yang digunakan adalah:

1. Permission

Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh

orang tuanya

2. Protection

Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap

peraturan orang tuanya.

3. Potency

Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan

orang tuanya.

4. Operation

a). Interrogation

Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri

klien sehingganya berkembang  respon adult dalam dirinya.

b). Specification

Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham

tentang ego statenya.

c). Confrontation

Menunjukkan  kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien

d). Explanation

Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk

menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)

Page 29: Konseling analisis transaksional

e). Illustration

Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya

digunakan  secara tepat.  

f).  Confirmation

Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.

g). Interpretation

Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya

h). Crystallization

Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti

games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.

KEPUSTAKAAN

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan BK FIP UNP

Taufik. 2009. Model-model konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP

Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy

Page 30: Konseling analisis transaksional

TUGAS

MODEL-MODEL KONSELING

Dosen Pembina :

Dra.Zikra,M.Pd.,Kons

“KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL”

(KONSTRAN)

OLEH :

RIJALUL FIKRIKHAIR

15629/2010

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013