Konjungtivitis Virus

17
Konjungtivitis Akut et causa Virus Pendahuluan Mata adalah organ penglihatan yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Konjungtiva merupakan membran mukus yang tipis dan transparan yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar- kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut juga sebagai mata merah. Menurut sumber lainnya, konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Konjungtivitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya. 1 |

description

mata

Transcript of Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis Akut et causa VirusPendahuluanMata adalah organ penglihatan yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Konjungtiva merupakan membran mukus yang tipis dan transparan yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut juga sebagai mata merah. Menurut sumber lainnya, konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Konjungtivitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.AnamnesisAnamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau dengan keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.1Pada anamnesis, ditanyakan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat sosial, riwayat keluarga, dan riwayat obat.1,21. Keluhan Utama dan Sejak Kapan Keluhan Tersebut 2. Riwayat Penyakit Sekaranga. Menanyakan karakter keluhan utama Apakah terdapat mata merah? Apakah bagian putih mata tertutup oleh darah? Apakah terdapat rasa nyeri pada mata tersebut? Apakah terdapat penurunan ketajaman penglihatan? (penglihatan menjadi buram).b. Menanyakan perkembangan atau perburukan keluhan utama Apakah selama mulai sakit sampai pergi ke dokter makin membaik atau memburuk?c. Menanyakan kemungkinan adanya faktor pencetus keluhan utama Apakah terkena debu, asap, atau panas matahari? Apakah mengalami trauma seperti terjatuh atau terpukul? Apakah mengalami kecelakaan sebelumnya?d. Menanyakan keluhan-keluhan penyerta Apakah terdapat sesuatu yang mengganjal pada bagian mata? Apakah ada demam saat mengalami kejadian tersebut? Apakah ada gejala pusing dan sakit kepala saat kejadian tersebut?3. Riwayat Penyakit DahuluPada riwayat penyakit dahulu, perlu ditanyakan oleh karena terdapat beragam faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya keluhan, yaitu riwayat gangguan pembuluh darah seperti hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis haemoragik, anemia, batuk rejan maupun riwayat trauma benda tajam atau tumpul pada mata. Apabila riwayat trauma pada bagian orbita positif, perlu ditanyakan mengenai proses terjadi, bentuk, besar dan bahan benda yang mengenai mata, arah benda serta kecepatan benda saat mengenai mata, dapat ditanyakan hal berupa.1,2 Dahulu apakah pernah mengalami sakit yang serupa seperti ini? Apakah ada alergi terhadap obat, makanan, debu, matahari, dan lain-lain? Menanyakan adanya riwayat sakit mata sebelumnya? Menanyakan adanya penyakit sistemik di dalam diri seperti diabetes melitus, hipertensi, anemia, dan lainnya?4. Riwayat Keluarga Apakah dalam anggota keluarga juga ada yang mengalami kejadian yang serupa? Menanyakan riwayat penggunaan kacamata pada keluarga?5. Riwayat Pribadi Menanyakan riwayat kebersihan dan higenitas pada diri sendiri? Menanyakan apakah ada penggunaan kacamata atau soft lense? Bagaimana aktivitas sehari-harinya? Apakah sering berpergian menggunakan sepeda motor?6. Riwayat Sosial Menanyakan lingkungan tempat tinggal, padat penduduk atau tidak? Menanyakan tentang wabah-wabah penyakit mata lainnya yang sering menyerang lingkungan sekitar tempat tinggal?Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik dilakukan dua pemeriksaan yang mendasar yaitu pemeriksaan secara umum atau pemeriksaan generalisata dan pemeriksaan secara lokal. Pada pemeriksaan secara umum, dokter dapat melihat kondisi kesadaran umum dari pasien dan mencari adanya kelainan tubuh yang lain secara menyeluruh dimulai dari ekstremitas atas hingga bawah terutama pada bagian yang pasien keluhkan. Pada pemeriksaan umum beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperiksa pada pasien konjungtivitis adalah : 31. Kesadaran pasien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, delirium , dan koma.2. Rasa sakit dan keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, dan berat. 3. Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh.4. Inspeksi : 2-4a. Pola warna merah : menggunakan bantuan loupe dan senter. Pemeriksaan dimulai dari inspeksi dan palpasi kulit regio periorbita, kemudian bagian kelopak mata dan konjungtiva tarsal. Dari pemeriksaan tersebut, dapat dideteksi keberadaan proptosis, malfungsi kelopak mata, atau suatu keterbatasan gerakan bola mata.b. Ketajaman penglihatan : tidak terpengaruhc. Sekret okular : karakteristik air mata yang perlu diketahui adalah bentuk dan sifat sekresi, serta membaginya menjadi kategori sesuai jumlahnya (banyak atau sedikit), dan karakter (purulen, mukopurulen, atau mukous).d. Pupil : tidak terkenae. Kornea : bertujuan untuk menilai kejernihan dan regularitas permukaan kornea. Pada pasien konjungtivitis, kornea pasien adalah jernih.f. Kelopak mata : Perhatikan posisi palpebra terhadap bola mata. Inspeksi dilakukan untuk mengamati lebar fisura, edema palebra, warna palpebra, lesi, keadaan dan arah bulu mata, kemampuan kelopak mata untuk mengatup secara sempurna dengan berbagai kemungkinan seperti penonjolan abnormal dan pasien dalam keadaan koma. g. Konjungtiva dan sklera : Inspeksi sklera dan konjuntiva palpebralis untuk menilai warnanya dan perhatikan pola vaskularisasi terhadap latar belakang sklera yang berwarna putih serta membedakan injeksi konjungtiva dan injeksi silier. Pada mata merah tanpa visus menurun umumnya ditemukan injeksi konjungtiva dan/ atau perdarahan subkonjungtiva, serta gambaran khas konjungtivitis berdasarkan etiologinya. Bila mata merah dan visus menurun selalu disertai dengan injeksi episklera dan injeksi konjungtiva.h. Camera oculi anterior (COA): menilai bilik mata depan termasuk dalam kategori dangkal atau dalam. Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi keberadaan lapisan darah atau pus di bilik mata depan.i. Kornea dan lensa : Cahaya dipancarkan dari samping untuk menemukan kekeruhan atau opasitas kornea dan lensa melalui pupil.j. Iris : pada saat yang sama, lakukan juga pengamatan pada iris dengan menggunakan senter yang berhubungan dengan kejelasan corak garis iris, diarahkan dari sisi temporal untuk mencari bayangan berbentuk bulan sabitpada sisi medial iris. Karena pada keadaan normal permukaan iris cukup datar dan membentuk sudut yang relatif terbuka terhadap kornea, penyinaran seharusnya tidak menghasilkan bayangan. Bayangan bulan sabit akan terbentuk apabila bentuk iris abnormal di mana terbentuk sudut sempit antara iris dan kornea.5. Palpasi : 3,4 kemerahan pada mata tidak hilang ketika diberi tekanan Nyeri : tidak ditemukan pada pasien konjungtivitis.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk konjungtivitis viral adalah kultur dengan pemeriksaan sitologi konjungtiva yang dilakukan pada infeksi yang menahun dan sering mengalami kekambuhan, pada reaksi konjungtiva yang atipikal, serta terjadi kegagalan respon terhadap pengobatan yang diberikan sebelumnya. Pewarnaan giemsa juga dapat dilakukan. Pada konjungtivitis virus ditemukan sel mononuklear dan limfosit. Inokulasi merupakan teknik pemeriksaan dengan memaparkan organism penyebab kepada tubuh manusia untuk memproduksi kekebalan terhadap penyakit itu. Deteksi terhadap antigen virus dan klamidia dapat dipertimbangkan. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengisolasi virus dan dilakukan pada fase akut.4PenyakitHasil Pemeriksaan Penunjang

Demam faringokonjungtiva1. Virus ini dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan di identifikasi dengan uji netralisasi. 2. Uji serologis didapatkan peningkatan titer antibodi penetral virus3. Kerokan konjungtiva didapatkan sel mononuklear.

Keratokonjuntivitis epidemika1. Virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan dapat diidentifikasi dengan uji netralisasi. 2. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuklear primer. Bila terbentuk pseudomembran, bisa didapatkan neutrofil yang banyak.

Konjungtivitis herpetik1. Virus herpes simplek - ditemukan inklusi intranuklear dalam sel-sel konjungtiva dan kornea dengan fiksasi Bouin dan pulasan papanicolaou2. Virus Varisella-Zooster - ditemukan sel raksasa pada pewarnaan giemsa, kultur virus dan sel inklusi intranuklear.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Penunjang untuk Konjungtivitis Viral.3,4Differential DiagnosisSementara itu konjungtivitis virus harus dibedakan dengan konjungtivitis yang lain. Differential diagnosis untuk konjungtivitis virus adalah:1. Konjungtivitis AlergiMerupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti reaksi pada obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan riwayat atopi.Semua gejala pada konjungtiva akibat kongjungtiva bersifat rentan terhadap benda asing. Gejala utama penyakit ini adalah radang (merah,sakit,bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristiknya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva , datang bermusin yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit konjungtivitis alergika sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan.Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil. Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dengan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan edema. Pada kasus berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.4,52. Konjungtivitis BakteriTerdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri yaitu akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, danHaemophilus.4 Konjungtivitis bakterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme sepertiHaemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulkankomplikasi berat bilatidak diobati secara diniTanda dan gejala konjungtivitis bakteri adalah iritasi mata, mata merah, sekret mata, palpebra terasa lengket saat bangun tidur dan kadang-kadang edema palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan dapat menular ke mata sebelah atau ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain dan sebagainya.Pada kebanyakan kasus, bakteri penyebab dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa; pada pemeriksaan ini didapatkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran.5

Secara klinis bedasarkan keluhan subjektif dan objektif perbedaan konjungtivitis virus dengan konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Gejala Konjungtivitis BakteriKonjungtivitis VirusKonjungtivitis Alergi

PenurunanVisus---

Nyeri-+/--

Fotofobia---

Eksudat++++++

Gatal--++

Demam--/++-

Injeksi siliar---

Injeksi konjungtiva++++++

Kekeruhan kornea--/+-

Kelainan pupilNNN

Kedalaman COANNN

Tekanan intraokularNNN

Sekretpurulenseroussereous

Kelenjar preaurikular-+-

Tabel 2. Diagnosis Banding Penyakit Mata Merah Berdasarkan Keluhan.5Working DiagnosisKonjungtivitis VirusKonjungtivitis virus adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri.EpidemiologiKonjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang tidak dibawa ke perhatian medis, statistik yang akurat pada frekuensi penyakit tidak tersedia. Pada penelitian di Philadelphia, 62% dari kasus konjungtivitis penyebabnya adalah virus. Sedangkan di Asia Timur, adenovirus dapat diisolasi dari 91,2% kasus yang didiagnosa epidemic keratoconjunctivitis. Infeksi virus sering terjadi pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi militer.4,5EtiologiBerbagai jenis virus diketahui dapat menjadi agen penyebab konjungtivitis virus. Adenoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis virus. Beberapa subtipe dari konjungtivitis adenovirus antara lain demam faringokonjungtiva serta keratokonjungtivitis epidemika. Infeksi mata primer oleh karena herpes simplex sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan konjungtivitis folikuler. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh HSV tipe I walaupun HSV tipe II dapat pula menyebabkan konjungtivitis terutama pada neonatus.Penyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus varicella-zoster (VZV), pikornavirus (enterovirus 70, coxsakie A24), poxvirus (molluskum kontagiosum, vaccinia). Infeksi oleh pikornavirus menyebabkan konjungtivitis hemoragika akut yang secara klinis mirip dengan infeksi oleh adenovirus namun lebih parah dan hemoragik.5 Molluscum kontagiosum dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang terjadi akibat shedding partikel virus dari lesi ke dalam sakus konjungtiva. Infeksi oleh virus Vaccinia saat ini sudah jarang ditemukan seiring dengan menurunnya insiden infeksi smallpox. Infeksi HIV pada pasien AIDS pada umumnya menyebabkan abnormalitas pada segmen posterior, namun infeksi pada segmen anterior juga pernah dilaporkan. Konjungtivitis yang terjadi pada pasien AIDS cenderung lebih berat dan lama daripada individu lain yang immunokompeten. Konjungtivitis juga kadang dapat ditemukan pada periode terinfeksi virus sistemik seperti virus influenza, Epstein-Barr virus, paramyxovirus (measles, mumps, Newcastle) atau Rubella.6PatofisiologiKonjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi permukaan mata (konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk bagian dalam palpebra (konjungtiva palpebra).5,6 Konjungtiva melekat erat dengan sklera pada bagian limbus, dimana konjungtiva berhubungan dengan kornea. Glandula lakrima aksesori (Kraus dan Wolfring) serta sel Goblet yang terdapat pada konjungtiva bertanggung jawab untuk mempertahankan lubrikasi mata. Seperti halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta fotofobia. Pada umumnya konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya, namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya tahan tubuh dan virulensi virus tersebut.6Manifestasi KlinisKonjungtivitis folikuler virus akut dapat muncul sebagai gejala yang ringan dan sembuh sendiri hingga gejala berat yang menimbulkan kecacatan.1. Demam faringokonjungtivalDemam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 - 400C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering terjadi.5 Limfadenopati preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan. Sindrom yang ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis).5,62. Keratokonjungtivitis epidemikaKonjungtivitis yang timbul umumnya bilateral. Awitan sering pada satu mata kemudian menyebar ke mata yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah. Gejala awal berupa nyeri sedang dan berair mata, diikuti dalam 5-14 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Fase akut ditandai dengan edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva. Dalam 24 jam sering muncul folikel dan perdarahan konjungtiva. Kadang-kadang dapat terbentuk pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat meninggalkan parut datar ataupun symblepharon. Konjungtivitis berlangsung selama 3-4 minggu.5,6 3. Konjungtivitis virus herpes simpleks (HSV)Konjungtivitis HSV umumnya ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, disertai sekret mukoid, dan fotofobia. Konjungtivitis dapat muncul sebagai infeksi primer HSV atau pada episode kambuh herpes mata.5 Sering disertai keratitis herpes simpleks, dengan kornea menampakkan lesi-lesi epitelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang bercabang banyak. Konjungtivitis yang terjadi umumnya folikuler namun dapat juga pseudomembranosa. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat pada palpebra. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk konjungtivitis HSV.6PenatalaksaanKonjungtivitis virus umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Penatalaksanaan konjungtivitis viral pada dasarnya hanya berupa terapi simptomatik, seperti kompres dingin dan pelumas, seperti air mata artifisial, untuk kenyamanan pasien. Vasokonstriktor topikal dan antihistamin dapat digunakan untuk mengatasi gatal yang tidak dapat ditahan oleh pasien, walaupun secara umum hanya sedikit membantu dan dapat menyebabkan gejala muncul kembali setelah pengobatan dihentikan, toksisitas lokal, dan hipersensitivitas. Pada pasien yang rentan dengan superinfeksi bakteri, dapat diberikan antibiotic, misalnya sulfasetamid untuk mencegah infeksi sekunder.5,7 Selain itu, terdapat terapi khusus pada agen virus seperti:

Agen VirusTerapi Khusus

AdenovirusPovidon iodin 0,8% efektif untuk mengatasi adenovirus bebas dan tidak sitotoksik pada sel yang sehat.

Herpes Simpleks Virus (HSV)1. Antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Misalnya, trifluridin diberikan 7-10 hari setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabin 5 kali sehari atau idoxuridin 0,1% 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam.2. Asiklovir oral 400 mg dapat diberikan 5 kali sehari selama 7 hari.

Tabel 4. Terapi Khusus pada Agen Virus.6,7KomplikasiPenyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:5-71. glaucoma2. katarak3. ablasi retina4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin dan trikiasis5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatanPrognosisPrognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.7KesimpulanKonjungtivitis virus adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai virus. Konjungtivitis virus dibagi menjadi konjungtivitis folikular virus akut dan kronik, gejala dan tanda klinis yang ditemukan sesuai dengan virus yang menyebabkan terjadinya konjungtivitis virus tersebut. Gejala dan tanda klinis yang khas pada konjungtivitis virus adalah adanya injeksi konjungtiva, mata berair, pseudoptosis, sekret yang mukoid, kemosis, terdapat konjungtivitis folikular dan adanya nodus preaurikular. Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesis dari riwayat penyakit sekarang dan dahulu, pemeriksaan oftalmology dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksaan dari konjungtivitis virus banyak simptomatik karena penyakit ini merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya.

Daftar Pustaka1. G Jonathan. Medicine at a glance. Jakarta: Erlangga; 2007. p. 87.2. John BW, Mcglynn TJ. Adams diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2003.h.114-34.3. Bickley, Lynn S. Buku saku pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi XI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.p.324-9.4. Scott, IU. Viral Conjunctivitis. 2011. diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview. 22 March 20155. Sidarta I, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.h.1-51, 110,133-6, 140.6. Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP (editors). Vaughan & Asburrys General Opthalmology. 18th edition. McGraw-Hill Companies. USA: 2011. p108-1127. Centers for Disease Control and Prevention. Treatment for conjunctivitis. 9 Jan 2014. diunduh dari: http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html. 22 March 2015.

1 |