konjungtivitis case report

20
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan. Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis 1

description

case report

Transcript of konjungtivitis case report

Page 1: konjungtivitis case report

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva

atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih

pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat

ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya

menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri,

tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi

baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika

melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya

perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh

bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa

mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang

terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata.

Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.

Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan.

Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes

mata yang mengandung antibiotik.  

1.2 Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari

kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata,

kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak

pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga

bagian:

- Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).

- Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).

- Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian

posterior palpebra dan bola mata).

1

Page 2: konjungtivitis case report

Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar

juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh

darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat

sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea

yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

Histologi Konjungtiva:

Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder

bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas

karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari

sel-sel epitel skuamosa.

Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi

mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan

air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat

daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan

fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa

tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum.

Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini

menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan

folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari

jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran

reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola

mata.13

Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya

mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada

di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas

tarsus atas. (Gambar )

2

Page 3: konjungtivitis case report

1.3 Epidemiologi

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan

penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang

atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak

higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.

Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang

penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten.

Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di

Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya

dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas.

1.4 Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :

a. infeksi oleh virus atau bakteri.

b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet

dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.

d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan

konjungtivitis.

3

Page 4: konjungtivitis case report

Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:

a. entropion atau ektropion.

b. kelainan saluran air mata.

c. kepekaan terhadap bahan kimia.

d. pemaparan oleh iritan.

e. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).

Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi

lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga,

hewan dan debu.

Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis

yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan

fumigasi).

1.5 Patogenesis

Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas.

Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit

PMN ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi

hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus,

Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan

fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik.

Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali

biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak,

membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut.

Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau

kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat

nodul inflamasi dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva

tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus

cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten

4

Page 5: konjungtivitis case report

sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi sentripetal lesi

inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi menimbulkan

penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi.

1.6 Manifestasi Klinis

1.6.1 Tanda

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

a. konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

b. produksi air mata berlebihan (epifora).

c. kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan

menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva

bagian atas.

d. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi

nonspesifik peradangan.

e. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.

f. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).

g. dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

1.6.2 Gejala

Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.

Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.

Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata

bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.

Gejala lainnya adalah:

a. mata berair

b. mata terasa nyeri

c. mata terasa gatal

d. pandangan kabur

e. peka terhadap cahaya

f. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

5

Page 6: konjungtivitis case report

1.7 Komplikasi

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan

pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari

konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari

blefaritis seperti ekstropin, trikiasis

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila

sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat

mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat

mengganggu penglihatan

1.8 Diagnosa

a. Gejala Subyektif

Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan

mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut

terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa

rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan

konjungtivitis bakterial akut.

b. Gejala Obyektif

Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning

atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran

pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.

c. Histopatologi

Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh sel

limfosit, sel makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Pembuluh darah

yang memperdarahi flikten mengalami proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya

mengalami degenerasi.

6

Page 7: konjungtivitis case report

d. Laboratorium

Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya tuberkulosa paru

dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada

sekret untuk mengidentifikasi organisme penyebab maupun adanya infeksi sekunder.

1.9 Penatalaksanaan

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara

menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Diberikan intruksi pada

pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang

sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan

kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang

sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari

penyebaran konjungtivitis antar pasien.

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri

dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine

0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan

konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya

infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine

0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak

mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat

menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.

Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid.

Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus

Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya

kontraindikasi.

Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan

Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan

pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur.

Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena

tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di

7

Page 8: konjungtivitis case report

bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau

erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang

dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.

8

Page 9: konjungtivitis case report

Daftar Pustaka

Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009

Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2000.

Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.

Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H.

Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. &

Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000

9

Page 10: konjungtivitis case report

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Wusna/Wanita/35 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga/SMA

c. Alamat : Ikur Koto, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah Saudara/anak : 2 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu, penghasilan suami Rp. 2.000.000,-/bulan

d. KB : suntik tiap 3 bulan

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 220m2

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 2 buah, di dalam rumah

- Sampah di buang ke TPA

Kesan : hygiene dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Jumlah penghuni rumah 4 orang; pasien, suami pasien, 2 orang anak pasien.

Suami pasien bekerja di sebuah perusahaan swasta usia 36 tahun, anak pasien

kelas 1 SMP, dan 3 SD.

- Tinggal di daerah pinggiran kota.

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga (-)

10

Page 11: konjungtivitis case report

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya, dibawa berobat ke

Puskesmas Air dingin dan sembuh.

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan

pasien.

5. Keluhan Utama

Mata kanan merah dan berair sejak 2 hari yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Mata kanan merah dan berair sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien

menggosokkan mata berulang kali kemudian mata menjadi semakin merah

dan berair.

Disertai dengan rasa gatal pada mata merah

Ketajaman penglihatan tidak terganggu

Mata merah yang kanan mengeluarkan sekret cair berwarna bening terutama

terkena debu atau digosok.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 78x/ menit

Nafas : 19x/menit

TD : 110/80 mmHg

Suhu : 36,7 0C

BB : 50 kg

TB : 162 cm

BMI : 19 (normoweight)

Status Internus

11

Page 12: konjungtivitis case report

Mata : Status ophtalmikus

Kulit : Turgor kulit normal

Dada :

- Paru :

Inspeksi : simetris kiri = kanan

Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

- Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Status Ophtalmikus

Status Ophtalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 5/5 5/5

Visus dengan koreksi - -

Reflek fundus

Silia/ Supersilia Madarosis (-), Trikiasis (-) Madarosis (-), Trikiasis (-)

Palpebra superior Udem (-) Udem (-)

Palpebra inferior Udem (-) Udem (-)

Margo palpebra Hordeolum (-)Khalazion (-)

Hordeolum (-)Khalazion (-)

12

Page 13: konjungtivitis case report

Aparat lakrimalis Hiperlakrimasi Lakrimasi normal

Konjungtiva tarsalis Hiperemis (+), Papil (-), Folikel (-)

Hiperemis (-), Papil (-), Folikel (-)

Konjungtiva forniks Khemosis (-) Khemosis (-)

Konjungtiva bulbi Hiperemis (+), Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi Siliaris (-), Sekret (+) serosa

Hiperemis (-), Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi Siliaris (-), Sekret (-)

Sclera Putih Putih

Kornea Bening Bening

Kamera okuli anterior Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Iris Rugae (+), coklat Rugae (+), Coklat

Pupil Bulat, diameter 3 mm, reflex (+)

Bulat, diameter 3 mm, reflek (+)

Lensa Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Korpus vitreum Tidak diperiksa Tidak diperiksa

FundusPapil optikusRetinaMaculaAa/Vv retina

Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

8. Laboratorium Anjuran : -

9. Diagnosis Kerja

Konjungtivitis Virus Oculi Dextra

10. Diagnosis Banding : Konjungtivitis Bakterialis

11. Manajemen

13

Page 14: konjungtivitis case report

a. Preventif :

- Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang sakit

jika terasa gatal

- Hindari menyentuh mata yang sehat selama masa pengobatan

- Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan

b. Promotif :

- Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularannya

- Edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan

c. Kuratif :

- Sulfasetamid ed 15 % (3-4 kali/hari, 1-2 tetes/hari selama 4 hari)

- CTM tablet 4mg (3 x 1 tablet/hari)

- Vit C 1 tablet sehari

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke Puskesmas, jika terjadi gangguan ketajaman penglihatan

atau sekret kental, maka segera konsulkan ke puskemsmas atau RS

terdekat.

14

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Air Dingin

Dokter: Martha vera

Tanggal : 30 November 2012

R/ Sulfasetamid eye drop 15% fls No. I

S 3 gtt II £

R/ CTM tab 4 mg No. X

S 3 dd tab I £

R/ Vit C tab No. V

S 1dd tab I

Pro : Wusna

Umur : 35 tahun