Konjungtivitis bakteri
-
Upload
adi-suryadarma-moo -
Category
Documents
-
view
118 -
download
1
description
Transcript of Konjungtivitis bakteri
PENDAHULUAN
Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak mata. Penyakit ini merupakan penyakit mata palingumum di dunia,
gejalanya bervariasi dari hiperemi ringan dengan air mata sampaikonjungtivitis berat dengan
banyak sekret purulen dan kental
Penyebab konjungtivitis umumnya eksogen, namun dapat pula endogen.Berdasarkan agen
infeksinya konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus,klamidia, alergi, toksik dan
molluscum contangiosum
.Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis bervariasi tergantung dariagen
penyebabnya, dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva),lakrimasi,
eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibatkelopak
membengkak, kemosis, hopertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran,granulasi,
flikten, mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaulikular
Berikut ini akan dijelaskan salah satu bentuk konjungtivitis yaitu konjungtivitis bakteri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konjungtiva
2.1.1. Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior
kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera
menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di
forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2010).
Gambar 1. Anatomi konjungtiva
2.1.2. Histologi
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel
silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007). Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk
dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial
dan dapat mengandung pigmen Vaughan, 2010).
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan
fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang
sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan
penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata (Vaughan,
2010)
2.1.3. Perdarahan dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua
arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva
membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak (Vaughan, 2010). Konjungtiva
juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang
relatif sedikit (Tortora, 2009).
2.2. Konjungtivitis bakteri
2.2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata
yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010).
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis
berat dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009).
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin banyak,
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical dan agen imunosupresif
sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani
transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif (Therese, 2002). Konjungtivitis
bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.
2.2.2 Etiologi
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan
kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria
kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk
konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk
kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi
duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang
sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada
orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi
(Marlin, 2009).
Penyebabnya banyak diantaranya
1.Hiperakut (purulen)
Neisseria gonorrhoeae Neisseria meningitidis Neisseria gonorrhea subsp Kochii
2.Akut (mukopurulen)
Pneumococcus (Streptococcus pneumoniae) (iklim sedang), Haemophilus aegyptius
(Koch-Weeks bacillus) (iklim tropik)
3.Subakut
Haemophilus influenza (iklim sedang)
4.Menahun, termasuk blefarokonjungtivitis Staphylococcus aureusMoraxella lacunata
(diplobacillus dari Morax-Axenfeld)
5.Jenis jarang (akut, subakut, menahun)
Streptococcus Moraxella catarrhalis Coliform ProteusCorynebacterium diptheriae
Mycobacterium tuberculosis
2.2.3 Patofisiologi Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran
dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano, 2008).
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan
flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Visscher, 2009).
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal
dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada
mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009).
2.2.4 Gejala Klinik Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva
baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya
lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai
edema pada kelopak mata (AOA, 2010). Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami
gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas
adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).
Bakteri-bakteri penyebab dapat menimbulkan iritasi dan kemerahan bilateral,eksudat purulen
dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, dan kadang-kadang edem palpebra.
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelaholeh tangan. Infeksi dapat
menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapatmenyebarkan kuman seperti sprei, kain dll.
Konjungtivitis bakterial hiperakut (dan subakut)Konjungtivitis purulen Disebabkan oleh
N.gonorroeae, N. kochii dan N. meningitidis. Ditandai banyak eksudat purulen.
Konjungtivitis meingococcus kadang-kadang terjadi padaanak-anak. Setiap konjungtivitis
berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksasecara laboratoris dan segera diobati. Jika
ditunda, mungkin terjadi kerusakan kornea atau gangguan penglihatan, atau konjungtiva
dapat menjadi gerbang masuk N. gonorroeae atau N. meningitides yang menimbulkan
sepsis atau meningitis.
Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut Sering terdapat dalam bentuk epidemik dan
disebut “mata merah” oleh orangawam. Penyakit ini ditandai dengan hiperemi konjungtiva
secara akut, dan jumlaheksudat mukopurulen sedang. Penyebab paling umum adalah
Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim
panas.Konjungtivitis oleh kedua kuman ini mungkin disertai perdarahan subkonjungtiva.
Konjungtivitis bakterial menahun sering terjadi pada pasien dengan obstruksi nasolakrimalis
dan dakriosistitismenahun, yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai
blefaritis bakterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pasien dengan sindrom
palpebralemas dan ektropion dapat menimbulkan konjungtivitis bakterial sekunder.
2.2.3Pemeriksaan laboratorium
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien
yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat
penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat
penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-
obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit,
riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak (Marlin,
2009).
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial, organisme dapat diketahuidengan
pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengangram atau
giemsa. Pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan
konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakandisarankan untuk semua kasus dan
diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembranatau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotik empirik. Bila hasil tes
sensitivitas antibiotika telah ada,terapi antibiotika spesifik dapat diteruskan
2.2.4Komplikasi dan sekuela
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang
sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi dan
dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal.
Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis
dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat
mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu
mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea
(Vaughan, 2010).
Blefaritis marginalis menahun sering menyertai konjungtivitis stafilokokuskecuali pada
pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtivadapat terjadi pada
konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasustertentu yang diikuti
ulserasi kornea dan perforasi.Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi
N.gonorroeae, N. kochii N. meningitidis, H. aegyptius, S. aureus dan M.catarralis. Jika
produk toksik dari N. gonorroeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat
timbul iritistoksik
2.2.5.Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agenmikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai denganterapi topikal antimikroba.
Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotik yang cocok untuk mengobati
infeksi N.gonorroeae dan N. meningitidis.
Terapitopikal dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi untuk
pemeriksaanlaboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut,
saccus konjungtiva harusdibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikansecara khusus higiene perorangan.
2.2.6 Perjalanan dan prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,infeksi dapat
berlangsung 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecualikonjungtivitis
stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis danmemasuki tahap
menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobatidapat berakibat perforasi
kornea dan endoftalmitia). Karena konjungtiva dapatmenjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meningen, hasilakhir konjungtivitis meningokokus adalah
septikemia dan meningitis. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh
sendiri danmenjadi masalah pengobatan yang menyulitkan
BAB III
PENUTUP
Konjungtivitis bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkanoleh bakteri.
Penyebabnya banyak dan dapat diketahui dengan pemeriksaanmikroskopik yang dipulas
dengan gram atau giemsa. Setiap bakteri mempunyaikarakteristik tersendiri baik dari onset
maupun gejala klinisnya dan secara umumgejala klinisnya berupa kemerahan bilateral,
eksudat purulen dengan palpebra salingmelengket saat bangun tidur dan kadang-kadang edem
palpebra.Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Dimana tanpadiobati
infeksi dapat berlangsung 10-14 hari, tetapi jika diobati dengan memadaidapat berlangsung 1-
3 hari. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapatsembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan. Bagaimanapun,karena konjungtiva dapat menjadi
gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darahdan meningen dengan hasil akhir berupa
sepsis dan meningitis maka dianjurkan untuk mengobati konjungtivitis