Konflik Suriah berdasarkan Perspektif HAM

5
Pelanggaran HAM Pada Konflik Suriah 1 NAMA : M. KAMIL ARDIANSYAH NIM : E0012239 MATKUL : HUKUM DAN HAM ARTIKEL TENTANG KONFLIK SURIAH Bentrokan dan gejolak di Timur Tengah sana tampaknya semakin panas dan meluas saja. kejadian tersebut berlangsung secara berurutan yang di mulai dari Tunisia, selanjutnya satu demi satu negara-negara Timur Tengah mengalami pergolakan antara lain Mesir, Maroko, Alzazair, Yaman, Bahrain, Libya dan yang belum juga usai sampai saat ini adalah Suriah. Kita tahu bersama Timur Tengah memang sangat akrab dengan style diktator pemimpinnya. Yang paling hangat terjadi di Suriah. Yaitu sebuah konflik kekerasan internal antara Pemerintah yang berkuasa dengan oposisi dan warga sipil. Alasannya hampir sama dengan konflik-konflik sebelumnya yang terjadi di negara- negara Timur Tengah lainnya, yaitu warga sipil dan oposisi yang menentang dan hendak menggulingkan pemerintah yang berkuasa. Konflik ini terjadi karena rezim penguasa yakni Bashar al-Assad telah kehilangan legitimasi politiknya, hal tersebut ditengarai karena rezim pemerintahan Bassar al- Assad menggunakan kekuasaan yang dimilikinya secara otoriter, kekuasaan politik tersebut malah dipergunakan untuk menindas rakyatnya. Implikasi dari penggunaan kekuasaan yang cenderung menindas mengarah pada suatu kondisi dimana masyarakat mulai merasa tidak senang atas tindakan represif dari penguasa tersebut yang akhirnya menimbulkan pergerakan pada level masyarakat yang menuntut agar Bashar al-Assad turun dari tampuk kekuasaan. Kondisi pergerakan dan perlawanan yang mulai tumbuh dari masyarakat yang menuntut agar Assad turun dari kekuasaannya akhirnya

description

Artikel ini merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Hukum dan HAM

Transcript of Konflik Suriah berdasarkan Perspektif HAM

Page 1: Konflik Suriah berdasarkan Perspektif HAM

1

NAMA : M. KAMIL ARDIANSYAH

NIM : E0012239

MATKUL : HUKUM DAN HAM

ARTIKEL TENTANG KONFLIK SURIAH

Bentrokan dan gejolak di Timur Tengah sana tampaknya semakin panas dan meluas saja. kejadian tersebut berlangsung secara berurutan yang di mulai dari Tunisia, selanjutnya satu demi satu negara-negara Timur Tengah mengalami pergolakan antara lain Mesir, Maroko, Alzazair, Yaman, Bahrain, Libya dan yang belum juga usai sampai saat ini adalah Suriah. Kita tahu bersama Timur Tengah memang sangat akrab dengan style diktator pemimpinnya.

Yang paling hangat terjadi di Suriah. Yaitu sebuah konflik kekerasan internal antara Pemerintah yang berkuasa dengan oposisi dan warga sipil. Alasannya hampir sama dengan konflik-konflik sebelumnya yang terjadi di negara-negara Timur Tengah lainnya, yaitu warga sipil dan oposisi yang menentang dan hendak menggulingkan pemerintah yang berkuasa. Konflik ini terjadi karena rezim penguasa yakni Bashar al-Assad telah kehilangan legitimasi politiknya, hal tersebut ditengarai karena rezim pemerintahan Bassar al-Assad menggunakan kekuasaan yang dimilikinya secara otoriter, kekuasaan politik tersebut malah dipergunakan untuk menindas rakyatnya. Implikasi dari penggunaan kekuasaan yang cenderung menindas mengarah pada suatu kondisi dimana masyarakat mulai merasa tidak senang atas tindakan represif dari penguasa tersebut yang akhirnya menimbulkan pergerakan pada level masyarakat yang menuntut agar Bashar al-Assad turun dari tampuk kekuasaan. Kondisi pergerakan dan perlawanan yang mulai tumbuh dari masyarakat yang menuntut agar Assad turun dari kekuasaannya akhirnya semakin meluas, disisi lain pergerakan rakyat ini menemukan momentumnya bersamaan dengan “Arab Spring”1.

Pada tulisan ini saya akan membahas mengenai pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang terjadi pada konflik Suriah tersebut.

Di dalam bukunnya Hamid Awaludin, yang adalah mantan Menteri Hukum dan HAM periode 2004-2007 yang sekarang mengajar di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, menulis bahwa HAM berkaitan dengan konsep dasar tentang manusia dan hak. Konsep tentang manusia, dalam Bahasa Inggris disebut human being. Pada umunnya ketika kita mendengar kata manusia, maka secara otomatis kita berpikir tentang sosok makhluk yang memiliki cita rasa, akal budi, naluri, emosi, dan seterusnya. Wujud konkret ini adalah orang2.

1 http://politik.kompasiana.com/2013/04/26/konflik-suriah-dalam-tinjauan-keamanan-internasional-suatu-kajian-wacana-posmodernisme-554693.html di unduh pada tanggal 14 November 2013 Pukul 00.49 WIB.2 Hamid Awaludin, HAM , Politik, Hukum, & Kemunafikan Internasional, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2012, hlm 60

Page 2: Konflik Suriah berdasarkan Perspektif HAM

2

HAM adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan. HAM dapat dirumuskan sebagai hak yang ada dan melekat pada diri manusia yang apabila hak tersebut tidak ada, maka mustahillah seseorang itu hidup sebagai manusia. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang ingin bebas. Satu-satunya hak ini dimiliki manusia semata-mata karena dia adalah manusia yang memiliki akal budi, bukan karena pemberian masyaratkat atau negara. Manusia yang boleh memiliki HAM adalah manusia yang hidup, apabila manusia itu mati maka tidak dapatlah dia menjalakan hak-haknya sebagai manusia3.

Laporan baru yang dilansir hari Rabu 13 November 2013 oleh Komisi Penyidikan Suriah PBB membeberkan pengepungan dan serangan senjata berat tanpa henti, penyiksaan, eksekusi, dan pemerkosaan meluas. Dikatakan, serangan senjata berat tanpa pandang bulu menimbulkan sebagian besar korban jiwa warga sipil, dan merupakan penyebab utama penduduk lari ke wilayah-wilayah lain di Suriah atau ke negara tetangga.

Badan PBB Urusan Pengungsi melaporkan pekan lalu bahwa lebih dari dua juta orang telah mengungsi dari Suriah sejak konflik berkobar tahun 2011, sementara 4,25 juta warga lari ke tempat-tempat lain di Suriah. Badan pengungsi PBB mengatakan, penyiksaan terus dilakukan kedua pihak4. Gerakan perlawanan yang meletus di Suriah, sejak Maret 2011, gerakan perlawanan tersebut dijawab oleh pemerintah dengan kekuatan militer. Korban jiwa, korban luka, begitu juga dengan penggungsi.21 Korban yang paling banyak adalah anak-anak dan perempuan. Berikut adalah kronologi pelanggaran HAM mulai dari tingkat yang ringan sampai pada tingkat yang paling berat.

Pada tanggal 16 Maret 2011, pergolakan mulai pecah setelah 35 orang ditahan karena menggelar protes yang diberi nama “Day of Dignity” di Damaskus. Para demonstran menuntut pembebasan para tahanan politik. Di Deraa, sebuah kota di dekat perbatasan Yordania, pasukan keamanan menembak dan membunuh sejumlah demonstran yang tergabung dalam demonstrasi yang diberi nama “Day of Dignty”5. Pada tanggal 27 Maret 2011 Pasukan Suriah secara membabi buta menembaki ratusan demonstran yang meyerukan pencabutan undang-undang darurat. 16 orang tewas pada hari itu.

Menurut data resmi PBB mengatakan bahwa kedua belah pihak telah melakukan kejahatan perang selama konflik keji yang telah berlangsung 2,5 tahun dan telah menewaskan lebih dari 100.000 orang lebih6. Inilah bentuk kebrutalan tentara Suriah yang menggempur Houla dengan menggunakan tank dan tembakan artileri. Dewan Kemanan PBB mengecam keras penggunaan senjata berat di Houla. Menurut Whitson, tidak cukup jika PBB mengecam tanpa aksi nyata. Menurutnya Dewan

3 H Jesaya Brahmana, Skripsi, Pelanggaran HAM Berat Pada Konflik Bersenjata di Suriah Ditinjau Dari Hukum Internasional, hlm 2.4 http://www.voaindonesia.com/content/pelanggaran-ham-terus-terjadi-di-suriah/1747780.html5 Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, PT Kompas Nusantara, Jakarta, 2012, hlm 247.6http://internasional.kompas.com/read/2013/09/12/1122183/PBB.8.Pembantaian.Dilakukan.Rezim.Suriah.Satu.oleh.Pemberontak.

Page 3: Konflik Suriah berdasarkan Perspektif HAM

3

keamanan (DK) PBB harus mengusut kasus ini dan menindaktegas pelakunya. Insiden tersebut membuat dunia mengecam Suriah. Pembantaian lebih dari 90 warga sipil di kota Houla, Suriah memicu kecaman dari berbagai kalangan di dunia. Negara-negara Barat dan Arab bersatu menuntut pertanggungjawaban rezim presiden Bashar al- Assad atas tragedi itu. Kuwait yang menjabat sebagai Presiden Liga Arab, menyerukan sidang darurat organisasi negara-negara Arab tersebut untuk menyikapi insiden di Houla. Ketua umum PBB pengamat di Suriah, Mayor Jenderal Robert Mood, menyatakan, pihaknya menemukan bukti- bukti penggunaan senjata ringan, senapan mesin, artileri, dan tank dalam pembantaian di Houla.

Berdasarkan tulisan tersebut bahwa terdapat kaiatan antara pelanggaran HAM di dalam konflik bersenjata atau peperangan. Perang merupakan peristiwa yang sudah berlangsung secara berulang-ulang. Pada kenyataanya perang dilakukan secara luas tanpa ada aturan yang banyak menimbulkan kerugian serta penderitaan bagi umat manusia. Karena perang selalu membawa dampak yang merugikan bagi para pihak yang berperang maka dibuatlah hukum humaniter untuk mengatur tata cara berperang. Tujuannya adalah guna meminimalisir kerugian yang tidak perlu. Ada tiga aliran yang berkaitan dengan hukum humaniter dengan HAM yaitu: aliran integrasionis, aliran separatis, dan aliran komplementaris.