Konflik, Motivasi dan Frustasi

10
PSIKOLOGI KOMUNIKASI MOTIVASI, KONFLIK dan FRUSTASI Kelompok C & D : Kelas B 1. Rebecca Sere Rouly (2011- 11-108) 2. Retno Kinasih Nugraheni (2011-11-109) 3. Riesta Eka Putri (2011-11-110) 4. Rizky Chandra (2011-11-111) 5. Rizfira Ananda (2011-11-112)

description

Psikologi Komunikasi

Transcript of Konflik, Motivasi dan Frustasi

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

MOTIVASI, KONFLIK dan FRUSTASI

Kelompok C & D :Kelas B1. Rebecca Sere Rouly

(2011-11-108)

2. Retno Kinasih Nugraheni (2011-11-109)

3. Riesta Eka Putri (2011-11-110)

4. Rizky Chandra (2011-11-111)

5. Rizfira Ananda (2011-11-112)

6. Santi Yolandari (2011-11-114)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)2011-2012KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca tentang motivasi, konflik, dan frustasi dalam bidang psikologi komunikasi.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini dan kepada ibu Veronica Kristiyani, Psi selaku dosen yang mengajar di bidang mata kuliah psikologi komunikasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca. Demikianlah yang bisa penulis sampaikan. Jika ada kesalahan mohon di bukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 15 November 2012

Penulis

C. MOTIVASI dan KONFLIK

Dalam kenyataanya dorongan-dorongan atau kebutuhan-kebutuhan tidak selalu muncul satu persatu. Sebenarnya, seringkali muncul dua kebutuhan atau lebih pada saat yang sama. Keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih pada saat yang bersamaaan ini disebut konflik. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan, Kurt Lewin (1890-1947), seorang psikolog sosial terkenal membedakan tiga macam konflik, yaitu :

1. Konflik approach-approach, yaitu apabila dua kebutuhan (atau lebih) yang muncul bersamaan, keduanya mempunyai nilai positif bagi individu.

Contoh konflik : Dimana seseorang mengalami konflik karena diperhadapkan pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar

2. Konflik approach-avoidance, yaitu apabila satu kebutuhan (atau lebih) yang muncul mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus bagi individu.Contoh konflik : Pada kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi dimana waktu ia memilih, ia harus menghadapi konsekwensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak disukai.

3. Konflik avoidance-avoidance, yaitu apabila kedua kebutuhan (atau lebih) yang muncul bersamaan semuanya mempunyai nilai-nilai negatif bagi individu.

Contoh konflik : Di sini, seseorang menghadapi situasi yang mengharuskan ia terpaksa memilih di antara dua alternatif yang sama-sama tidak disukai atau sama-sama dianggap buruk. Contoh kongkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke daerah lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang disuruh tapi gajinya diturunkan.

4. Konflik multiple approach-avoidance, yaitu apabila muncul lebih dari dua kebutuhan yang mempunyai nilai-nilai positif dan negatif sekaligus bagi individu. Konflik ini bersifat sangat subjektif dan tidak selalu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya di luar individu.Contoh konflik : Apakah saya akan belajar atau menonton film, tetapi jika saya nonton film hari ini, nilai saya besok dalam kuis mungkin jelek, sedangkan kalau saya tidak nonton film hari ini mungkin saja nilai kuis saya besok bagus, tetapi pelajaran ini sangat membosankan.D. MOTIVASI dan FRUSTASI

Bila muncul suatu kebutuhan atau dorongan untuk bertindak, tetapi karena sesuatu hal maka kebutuhan tidak dapat terpenuhi atau dorongan untuk bertindak terhambat, maka timbul situasi yang disebut frustasi. Frustasi dapat berarti suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi atau pemenuhan suatu kebutuhan itu tertunda. Biasanya secara teknis keadaan yang pertama, disebut frustasi, dan keadaan kedua disebut privasi.Faktor-faktor yang menyebabkan frustasi adalah :

1. Hambatan fisik individu. Ini bisa berarti karena untuk memenuhi kebutuhan itu fisik individu terlalu lemah, atau karena hal hal lain ( misalnya cacad) keadaan fisik tidak mendukung prilaku individu.

2. Hambatan fisik diluar fisik individu. Misalnya ada larangan tertentu atau hal hal sederhana seperti terkunci dalam ruangan,dsb3. Hilangnya rangsang memperkuat timbulnya kebutuhan.

4. Dilakukan tindakan yang kurang tepat sehingga kebutuhan tidak terpenuhi. Bila menghadapi sesuatu individu biasanya melakukan sesuatu atau menghadapinya dengan berbagai berbagai cara sebagai berikut:

a. Hipotesis frustasi-agresi

Frustasi erat kaitannya dengan hambatan untuk bertindak. Bila individu ingin melakukan sesuatu (misalnya untuk memenuhi kebutuhan tertentu) tetapi entah karena dirinya sendiri atau karna lingkungannya iya tidak dapat bertindak (sesuai dengan yang ia inginkan ), maka energi yang sudah disiapkan akan cenderung dimanifestasikan dalam bentuk tindakan afresif.

Contoh konflik : Orang yang agresif kronis akan menganggap apa yang orang lain lakukan padanya adalah menantang. Bila ada orang yang melihatnya agak lama, ia akan marah dan bilang Apa kamu liat-liat!)

b. Frustasi dan mekanisme pertahanan diriPara psikoanalisis berpendapat bahwa frustasi merupakan suatu kondisi yang bisa mengancam eksistensi ego seseorang. Oleh karena itu, dalam menghadapi frustasi tidak mengherankan kalau seseorang memperlihatkan pola pola prilaku untuk mempertahankan egonya. Contoh konflik : Penyangkalan atau pertahanan melawan kecemasan menutup mata (pura-pura tidak melihat) terhadap sebuah kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataa yang membangkitkan kecemasan. Kecemasan atas kematian orang yang dicintai misalnya, dimanifestasikan oleh penyangkalan terhadap fakta kematian. Dalam peristiwa-peristiwa trags seperti perang atau bencana-bencana lainnya, orang-orang sering melakukan penyangkalan terhadap kenyataan-kenyataan yang menyakitkan untuk diterima.

Ada beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri yaitu

Represi : individu berusaha menekan pengalaman pengalaman yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadarnya. Ia berusaha melupakan (motivated forgeting) hal-hal yang telah menyebabkan ia telah frustasi. Dengan demikian, ia dapat berfungsi normal kembali.

Regresi : individu bertingkah laku seperti anak kecil, minta perhatian dengan merajuk atau marah-marah. Karena tingkah lakunya, diharapkan orang lain akan meghiburnya (seperti menghibur anak kecil) atau lebih memperhatikannya.

Rasionalisme : individu berusaha menalar situasi frustasinya sel logis mungkin, misalnya : buat apa ijazah sarjana ? keberhasilan kita tidak hanya ditentukan oleh selembar kertas !

Proyeksi : individu berusaha melemparkan penyebaba frustasinya pada orang lain. Misalnya : ibu guru dari dulu memang tidak suka padaku, nilai matematika ku buruk terus. Reaksi-Formasi : bila individu mengalami frustasi dan frustasi itu menimbulkan rasa benci terhadap sesuatu, rasa benci ini sulit untuk ditolerir oleh nilai-nilai moral yang ada sehingga menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, reaksi yang diperlihatkan adalah kebalikan dari rasa benci itu. Misalnya : amat ramah, atau menunjukan cinta kasih dan biasanya agak berlebih-lebihan.

Sublimasi atau displacement : suatu motif yang tidak terpenuhi kemudian diarahkan pada saluran lain. Seseorang yang frustasi karena tidak tercapai cita-citanya menjadi dokter, banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, atau mengambil pendidikan sebagai ahli kesehatan masyarakat.

Mekanisme pertahanan diri bukanlah pola perilaku yang negatif, bahkan amat diperlukan oleh individu agar dapat mengembangkan kepribadian yang sehat. Anda bisa membayangkan, bagaimana jadinya kalau manusia tidak memiliki mekanisme ini dalam menghadapi frustasi. Hanya apabila perilaku tersebut terus menerus dilakukan, maka situasinya menjadi sangat lain. Bila demikian, individu yang bersangkutan membutuhkan pertolongan ahli (psikolog). c. Frustasi dan Apati

Tidak semua orang bereaksi dengan cara yang sama pada frustasi. Untuk sementara orang, keadaan frustasi yang cukup mendalam bisa mengakibatkan orang terus merasa tak berdaya. Ketakberdayaan ini membawa individu tersebut merenungi dirinya sendiri, dan akhirnya mengucilkan diri. Keadaan seperti ini disebut apat dan menarik diri (withdrawal).

Contoh konflik : Orang yang tidak peduli urusan orang lain, tidak peduli lingkungan dan apa yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, sikap cuek mahasiswa dalam memelihara kebersihan kampus sendiri. msih banyak diantara kita yang membuang sampah bekas makan atau minumnya di sembarang tempat (yang jelas bukan tempat sampah). padahal kan kalau kampus kita bersih kita juga yang nyaman. penyakit-penyakit ga bakalan bermunculan deh, khususnya penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk seperti Demam Berdarah.