KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

15
KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT DI ASRAMA PONDOK PESANTREN “A’” KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014 Ani Widiastuti, Dewi Susanna Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia [email protected] ABSTRAK Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan satu diantaranya sering terjadi di Pondok Pesantren karena merupakan tempat yang rentan dalam penyebaran penyakit kulit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dan personal higiene dengan kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren Putra “A” Kabupaten Bekasi Tahun 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 106 orang. Populasi penelitian adalah siswa Madrasah Tsanawiyah yang tinggal di Asrama Pondok Pesantren “A”. Data primer didapat dengan melakukan wawancara langsung mengenai penyakit kulit dan perilaku personal higiene santri dari sampel terpilih dan dengan melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan pondok pesantren. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara personal higiene dengan kejadian penyakit kulit dengan nilai p<0,05 OR : 2,9 (1,180-7,571) dan dari personal higiene tersebut diketahui bahwa frekuensi mandi pakai sabun dengan nilai p<0,05 OR : 2,8 (1,121-7,185) dan penggunaan tempat tidur dengan nilai p<0,05 OR : 3,0 (1,252-7,336) merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian penyakit kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A”. Kesimpulannya adalah kondisi lingkungan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren “A” Kata Kunci: Mandi Pakai Sabun, Penyakit Kulit, Penggunaan Tempat Tidur ABSTRACT Skin diseases is one of disease that still become a public health problem in Indonesia and one of them happened at boarding school as a place where can be susceptible spread of skin diseases. The main purpose of this research was to know correlation between environmental condition and personal hygiene with the incidence of skin diseases at “A” Man Boarding School, Bekasi 2014. Study desain which make use of the research was cross sectional study with a sample of 106 people. The population of study were Junior Secondary School Student where living in the “A” Man boarding school dormitory. Primary data were obtained by direct interview about skin diseases and personal hygiene behavior of student from selected sample and observed to environmental conditon of boarding school. The result of bivariate analysis showed that there was correlation between personal hygiene and incindence of skin diseases p<0,05 OR : 2,9 (1,180-7,571) and based on personal higiene can be seen that frequency of bathing with soap p<0,05 OR : 2,8 (1,121-7,185) and using a bed p<0,05 OR : 3,0 (1,252-7,336) were variable which have significant correlation with incidence of skin diseases at “A” Man Boarding School. The conclusion was environmental condition did not have a significant correlation to incidence of skin disease at “A” Man Boarding School Bekasi 2014. Keywords : Bathing with Soap, Skin Diseases, Using Bed Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Transcript of KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Page 1: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT DI ASRAMA PONDOK PESANTREN “A’” KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014

Ani Widiastuti, Dewi Susanna

Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan satu diantaranya sering terjadi di Pondok Pesantren karena merupakan tempat yang rentan dalam penyebaran penyakit kulit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dan personal higiene dengan kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren Putra “A” Kabupaten Bekasi Tahun 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 106 orang. Populasi penelitian adalah siswa Madrasah Tsanawiyah yang tinggal di Asrama Pondok Pesantren “A”. Data primer didapat dengan melakukan wawancara langsung mengenai penyakit kulit dan perilaku personal higiene santri dari sampel terpilih dan dengan melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan pondok pesantren. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara personal higiene dengan kejadian penyakit kulit dengan nilai p<0,05 OR : 2,9 (1,180-7,571) dan dari personal higiene tersebut diketahui bahwa frekuensi mandi pakai sabun dengan nilai p<0,05 OR : 2,8 (1,121-7,185) dan penggunaan tempat tidur dengan nilai p<0,05 OR : 3,0 (1,252-7,336) merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian penyakit kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A”. Kesimpulannya adalah kondisi lingkungan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren “A”

Kata Kunci: Mandi Pakai Sabun, Penyakit Kulit, Penggunaan Tempat Tidur

ABSTRACT

Skin diseases is one of disease that still become a public health problem in Indonesia and one of them happened at boarding school as a place where can be susceptible spread of skin diseases. The main purpose of this research was to know correlation between environmental condition and personal hygiene with the incidence of skin diseases at “A” Man Boarding School, Bekasi 2014. Study desain which make use of the research was cross sectional study with a sample of 106 people. The population of study were Junior Secondary School Student where living in the “A” Man boarding school dormitory. Primary data were obtained by direct interview about skin diseases and personal hygiene behavior of student from selected sample and observed to environmental conditon of boarding school. The result of bivariate analysis showed that there was correlation between personal hygiene and incindence of skin diseases p<0,05 OR : 2,9 (1,180-7,571) and based on personal higiene can be seen that frequency of bathing with soap p<0,05 OR : 2,8 (1,121-7,185) and using a bed p<0,05 OR : 3,0 (1,252-7,336) were variable which have significant correlation with incidence of skin diseases at “A” Man Boarding School. The conclusion was environmental condition did not have a significant correlation to incidence of skin disease at “A” Man Boarding School Bekasi 2014. Keywords : Bathing with Soap, Skin Diseases, Using Bed

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 2: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Pendahuluan Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan lingkungan dan

perilaku manusia. Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia. Hampir seluruh infeksi penyakit pada kulit ditularkan

melalui kontak langsung atau tidak langsung ke kulit, penyebabnya dapat berupa kuman,

virus, jamur dan parasit (Kabulrahman, 1992). Contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh

bakteri atau kuman adalah furunkel dan karbunkel atau bisul, yang disebabkan oleh jamur

ialah kandidiosis, yang disebabkan oleh virus ialah herpes dan yang disebabkan oleh parasit

yaitu pedikulosis dan skabies.

Menurut Kabulrahman (1992), penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang

berhubungan dengan lingkungan dan perilaku manusia. Faktor lingkungan yang erat

kaitannya dengan penyakit kulit antara lain penyediaan air bersih yang digunakan sebagai

sumber air mandi dan cuci dari segi kualitas dan kuantitas. Air bersih yang digunakan harus

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Penyakit kulit yang timbul akibat kurangnya penyediaan

air (water washed disease) adalah scabies, ulkus pada kulit dan yaws (frambusia/patek).

Faktor yang juga berperan dalam penularan penyakit kulit adalah sosial ekonomi yang rendah,

higiene perseorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter dan perilaku yang tidak

mendukung kesehatan. Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan perilaku higiene

perseorangan yang jelek (Ma’rufi, 2005). Perilaku higiene perseorangan adalah kegiatan dan

tindakan kesehatan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan diri sendiri (Wirawan, 2011).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011, penyakit kulit masih berada di peringkat

ketiga dengan jumlah 247.179 kasus dan Provinsi Jawa Barat merupakan urutan kedua

dengan jumlah kasus penyakit kulit (kusta) sebanyak 2.316 kasus (Profil PP & PL, 2012).

Menurut Julia (2013) dan Akmal (2013) menemukan bahwa Asrama Pondok Pesantren juga

merupakan tempat yang rentan dalam penyebaran penyakit kulit.

Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa wilayah dengan banyak Pondok Pesantren, salah

satunya Bekasi. Penyakit kulit di Kabupaten Bekasi merupakan 10 penyakit terbesar dari tiap-

tiap puskesmas yaitu sebanyak 4,98% (BPS Kabupaten Bekasi, 2012).

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 3: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Berdasarkan Data Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat (2012) Kabupaten Bekasi

memiliki 3 pondok pesantren terbesar yang memiliki jumlah santri terbanyak yaitu Pondok

Pesantren Putra “A”, Pondok Pesantren Putri “P” dan Pondok Pesantren Ibnu Azhari. Setelah

melakukan perhitungan besar sampel maka Pondok Pesantren Putra “A” menjadi tempat

penelitian dikarenakan jumlah santrinya paling banyak dan dapat mencakup jumlah sampel

yang diambil..

Dari survey awal pada Bulan Januari 2014 terhadap 2 pondok pesantren terbesar yaitu Pondok

Pesantren Putra “A” dan Pondok Pesantren Putri “P” di Kabupaten Bekasi bahwa penyakit

kulit masih sangat tinggi, menurut Laporan Data Penyakit Pos Kesehatan Pesantren Putra “A”

bahwa terjadi 157 kasus penyakit kulit selama tahun 2013 dan menurut Buku Rekapan Data

Penyakit Pos Kesehatan Putri “P” bahwa terjadi 122 kasus penyakit kulit selama tahun 2013.

Kasus penyakit kulit lebih banyak diderita oleh laki-laki sebesar 55,1% dibanding perempuan

dan personal higiene memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit kulit

(skabies) pada santri di Pondok Pendidikan Islam (Akmal, 2013). Hasil penelitian Ma’rufi

(2005) dan Wirawan (2011) menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan serta berperan

dalam penularan penyakit kulit adalah personal higiene.

Personal higiene meliputi frekuensi mandi pakai sabun, frekuensi mengganti pakaian,

frekuensi mencuci pakaian pakai sabun, frekuensi mengganti sprei, frekuensi mencuci sprei

pakai sabun, pemakaian handuk, penggunaan tempat tidur dan sanitasi lingkungan meliputi

sarana air bersih, jamban, kepadatan hunian ruang tidur dan ventilasi ruang tidur (Sajida,

2012)

Oleh karena itu untuk memastikannya diperlukan suatu penelitian, dengan melihat data

tersebut serta mencegah terjadinya kejadian kasus penyakit kulit yang lebih besar diperlukan

gambaran dan data mengenai faktor sanitasi lingkungan apa saja dan personal higiene yang

berhubungan dengan kejadian penyakit kulit dan hal inilah yang mendorong penulis

melakukan penelitian mengenai kondisi lingkungan dan personal higiene dengan kejadian

penyakit kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A” Kabupaten Bekasi Tahun 2014 dan

setelah melakukan penelitian ini diharapkan mendapatkan peran langsung dari pengelola

pondok pesantren yang meliputi Kyai, ustad ataupun ulama-ulama pondok pesantren agar

dapat merubah perilaku pada santri. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 4: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

kondisi lingkungan dan personal higiene dengan kejadian penyakit kulit di Asrama Pondok

Pesantren Putra “A” Kabupaten Bekasi Tahun 2014.

Tinjauan Teoritis

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan

(Wasitaatmadja, 2000). Kulit secara umum mempunyai beberapa fungsi/peran antara lain

fungsi proteksi terhadap pengaruh luar (trauma/rangsangan), kemampuan memproduksi dan

mengekskresikan bahan sisa metabolisme tubuh atau keterlibatan pada proses atau pengaturan

sistem (Boediardja, 2009). Kulit terdiri dari tiga lapisan yang masing-masing terdiri dari sel

dan fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut menurut Wasitaatmadja adalah

Lapisan epidermis atau kutikel, Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin), Lapisan

subkutis (hipodermis).

Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum dan terjadi pada orang-orang dari

segala usia. Pengobatan penyakit kulit sebagian besar juga membutuhkan waktu yang lama

(Yusri, 2011). Penyakit kulit dapat ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung dan

dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan penyakit kulit karena alergi. Penyakit kulit yang

disebabkan oleh mikroorganisme dapat disebabkan oleh bakteri misalnya furunkel dan

karbunkel atau bisul, impetigo, ektima; disebabkan oleh jamur misalnya histoplasmosis,

trikofiton, candida; disebabkan oleh parasit misalnya pedikulosis, skabies; disebabkan oleh

virus misalnya herpes simplex, herpes zoster. Penyakit kulit karena alegi timbul akibat reaksi

sesitisasi yang berlebihan dan pengaruhnya tidaklah kecil (Kabulrachman, 2001). Penyakit

kulit karena alergi diantaranya dermatitis atopik, derrmatitis kontak alergi, reaksi kulit karena

obat (RKKO) dan urtikaria atau bidur.

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang terdapat di sekeliling manusia baik benda hidup

maupun benda mati. Lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu lingkungan fisik,

lingkungan sosial dan lingkungan biologik (Kabulrachman, 1992). Persyaratan lingkungan

fisik kesehatan pondok pesantren telah diatur dalam Keputusan Bersama Kementerian

Kesehatan RI dan Kementerian Agama RI No. 728/BM/DJ/BPSM/VI dan E/51 yaitu

lingkungan dan bangunan pesantren harus selalu dalam keadaan bersih, tersedia sarana

sanitasi yang memadai, tidak menjadi tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga dan

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 5: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

binatang pengganggu lainnya, bangunan harus utuh, kuat, terpelihara dan dapat mencegah

penularan penyakit serta kecelakaan. Persyaratan konstruksi bangunan khususnya lubang

penghawaan menurut Kepmenkes No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan yaitu memiliki lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas

lantai sedangkan untuk luas kamar tidur minimal 8m2 dan tidak dianjutkan untuk lebih dari 2

orang tidur.

Kesehatan fasilitas sanitasi pondok pesantren juga sangat diperlukan agar tidak menimbulkan

suatu kejadian penyakit, menurut Keputusan Bersama Kementerian Kesehatan RI dan

Kementerian Agama RI No. 728/BM/DJ/BPSM/VI dan E/51 penyediaan air bersih harus

diperhatikan dari segi kualitas persyaratan air bersih, kuantitas yaitu minimal 60

liter/orang/hari dan kontinuitas yang harus tersedia setiap saat. Kesehatan Jamban atau kamar

mandi pun juga merupakan suatu hal yang harus diperhatikan agar sesuai antara jumlah santri

dengan jumlah jamban dan jumlah kamar mandi.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup). Bentuk kegiatan

yang dilaksanakan yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat

bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan baik fisik, mental,

spiritual maupun sosial (Kemenkes RI, 2000). Penyakit kulit erat kaitannya dengan kondisi

kebersihan perorangan dan lingkungan. Pencegahan penyakit kulit (skabies) dapat dilakukan

dengan cara mandi menggunakan sabun, penggunaan alat pribadi (handuk, pakaian, tempat

tidur) secara bersama-sama dengan penderita penyakit kulit, kebiasaan mencuci pakaian,

handuk dan sprei secara rutin, menjemur kasur dan bantal dibawah sinar matahari secara

berkala (Widiasih, 2012). Personal higiene memiliki hubungan yang bermakna dari kejadian

penyakit kulit (skabies) karena personal higiene yang tidak baik merupakan salah satu faktor

yang bisa meningkatkan kejadian penyakit kulit (Akmal, 2013).

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data sekunder didapat dari

Kantor Tata Usaha Pondok Pesantren Putra “A” berupa data profil yayasan pondok pesantren

sedangkan data primer yaitu menggunakan wawancara (kuesioner) mengenai data umum

responden dan perilaku santri, melakukan observasi langsung terhadap sarana air bersih,

jamban, kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur serta melakukan pengukuran

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 6: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

menggunakan alat ukur meteran terhadap luas kamar santri, luas ventilasi kamar santri dan

ketinggian ventilasi kamar santri. Populasi studi yang digunakan adalah seluruh santri yang

tinggal di Asrama Pondok Pesantren Putra “A” dengan jenjang pendidikan Madrasah

Tsanawiyah dan antara usia 12-15 tahun. Penarikan sampel minimal sebanyak 106 sampel

baik yang menunjukkan adanya keluhan atau tidak terhadap penyakit kulit. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan program komputer dan dianalisis secara univariat yaitu untuk

mengetahui frekuensi serta distribusi kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren Putra “A”,

karakteristik responden, sarana air bersih dan jamban dan secara bivariat dengan melihat

hubungan antara kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur dan personal higiene

dengan kejadian penyakit kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A”.

Hasil Penelitian Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, dalam

penelitian ini ada 4 variabel yaitu kejadian penyakit kulit, umur responden, kelas responden,

sarana air bersih dan jamban atau kamar mandi.

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dari angka kesakitan sebanyak 106 responden

terdapat 77 (72,6%) santri menderita penyakit penyakit kulit dengan umur paling banyak

yaitu 3 tahun dan berada di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah sedangkan dari hasil observasi

sarana fasilitas sanitasi pondok pesantren didapatkan bahwa dari 10 sarana air bersih yang ada

di lingkungan asrama pondok pesantren masih terdapat 6 buah sarana air bersih yang tidak

memenuhi syarat dan dari total 40 jamban atau kamar mandi yang ada di lingkungan asrama

pondok pesantren masih terdapat 25 buah jamban atau kamar mandi yang tidak memenuhi

syarat.

Tabel 1. Kejadian Penyakit Kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A” Tahun 2014 Kejadian

Penyakit Kulit Frekuensi

Persentase

(%))

Sakit 77 72,6

Tidak Sakit 29 27,4

Jumlah 106 100

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 7: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan variabel yang diamati

Variabel Jumlah (orang) Persentase (%) Umur 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun

9 47 33 17

8,5 44,3 31,1 16,0

Kelas 1 2 3

56 27 23

52,8 25,5 21,7

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sarana Sanitasi

Pondok Pesantren Putra “A”

Asrama Fasilitas Sanitasi

Sarana Air Bersih

Jamban/Kamar Mandi

Al Amin TMS MS

4 -

7 7

Roja’i TMS MS

1 3

8 9

Abdul Majid TMS MS

1 1

10 2

Total 10 40 Keterangan : TMS : Tidak Memenuhi Syarat

MS : Memenuhi Syarat

Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dengan melihat besarnya nilai p dan

Odds Ration antara variabel independen (kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur,

personal higine) dengan variabel dependen (kejadian penyakit kulit) .

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dengan menggunakan ui chi-square menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan antara kepadatan hunian ruang tidur dan ventilasi ruang tidur

dengan kejadian penyakit kulit (nilai p>0,05), jika dilihat dari sub variabel kepadatan hunian

ruang tidur yang meliputi luas kamar dan tempat tidur dan ventilasi ruang tidur yang meliputi

luas ventilasi dan lubang ventilasi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian

penyakit kulit (nilai p>0,05). Ada hubungan yang signifikan antara personal higiene dengan

kejadian penyakit kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A” (nilai p<0,05), jika dilihat

dari sub variabel personal higiene menunjukkan bahwa variabel mandi pakai sabun dan

penggunaan tempat tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit kulit

(nilai p<0,05) dan dapat dilihat dari Tabel 4 sebagai berikut :

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 8: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Kulit di

Asrama Pondok Pesantren Putra “A”

Variabel Penyakit Kulit Nilai p OR Sakit % Tidak Sakit %

Kepadatan Hunian Ruang Tidur TMS MS

46 31

59,7 40,3

21 8

72,4 27,6

0,265

0,565

Luas Kamar <8 m2 ≥8 m2

39 38

50,6 49,4

19 10

65,5 34,5

0,195

0,540

Tempat Tidur >1 orang 1 orang

30 47

39,0 61,0

9 20

31,0 69,0

0,505

1,418

Ventilasi Ruang Tidur TMS MS

39 38

50,6 49,4

15 14

51,7 48,3

1,000

0,958

Luas Ventilasi <10% luas lantai ≥10% luas lantai

50 27

65,9 35,1

16 13

55,2 44,8

0,377

1,505

Lubang Ventilasi <2,10 m dari lantai ≥2,10 m dari lantai

44 33

57,1 42,9

16 13

55,2 44,8

1,000

1,083

Personal Higiene Buruk Baik

41 36

53,2 46,8

8 21

27,6 72,4

0,028*

2,990

Frekuensi Mandi Pakai Sabun <2 kali sehari ≥2 kali sehari

40 37

51,9 48,1

8 21

27,6 72,4

0,03*

2,838

Penggunaan Handuk Bergantian Ya Tidak

40 37

51,9 48,1

15 14

51,7 48,3

1,000

1,009

Frekuensi Ganti Pakaian <1 kali sehari 1 kali sehari

18 59

23,4 48,1

4 25

13,8 86,2

0,421

1,907

Mencuci Pakaian dengan Sabum <1 kali sehari 1 kali sehari

37 40

48,1 51,9

13 16

44,8 55,2

0,829

1,138

Penggunaan Tempat Tidur Tidak Tidur Sendiri Tidur Sendiri

50 27

64,9 35,1

11 18

37,9 62,1

0,016*

3,030

Pemakaian Sprei Tidak Pakai Pakai

43 34

55,8 44,2

11 18

37,9 62,1

1,28

2,070

Frekuensi Ganti Sprei (n=52) >2 minggu sekali ≤2 minggu sekali

18 16

52,9 47,1

9 9

50,0 50,0

1,000

1,125

Frekuensi Cuci Sprei dengan Sabun (n=52) >2 minggu sekali ≤2 minggu sekali

18 16

52,9 47,1

11 7

61,1 38,9

0,770

0,716

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 9: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Pembahasan Dalam Penelitian ini hubungan karakteristik responden yaitu umur dan kelas dengan kejadian

penyakit kulit tidak dianalisis karena untuk umur dan kelas responden yang terlalu rendah

yaitu untuk umur antara 12-15 tahun dan untuk kelas antara kelas 1-3 Madrasah Tsanawiyah

sehingga karakteristik responden ini hanya sebagai gambaran dan data penunjang penelitian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa santri yang mengalami penyakit

kulit terbanyak adalah yang berumur 13 tahun yaitu sebanyak 44,3%. Hal ini sesuai dengan

penelitian Akmal (2013) yang menunjukkan bahwa insiden penyakit kulit (skabies) adalah

responden dengan umur 13 tahun dan dari penelitian Andayani (2005) juga menunjukkan

bahwa rentang umur yang menderita penyakit kulit adalah antara umur 12-15 tahun. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa santri yang menderita penyakit kulit adalah santri siswa

Madrasah Tsanawiyah kelas 1 sebanyak 52,8%. Keadaan ini sejalan dengan penelitian Akmal

(2013) yang menjelaskan bahwa sebagian besar yang menderita penyakit kulit adalah yang

berpendidikan kelas 1 wustha namun pada penelitian Nugraheni (2012) menjelaskan bahwa

gambaran responden yang menderita penyakit kulit (skabies) di Pondok Pesantren Al

Muayyad Surakarta adalah santri kelas 3 Madrasah Tsanawiyah.

Dalam penelitian ini dari 10 buah sarana air bersih masih terdapat 6 buah sarana air bersih

yang tidak memenuhi syarat dan sarana air bersih dengan kejadian penyakit kulit tidak

dianalisis karena data sarana air bersih yang ada di asrama pondok pesantren merupakan data

komposit sehingga jika dilakukan analisis maka hasilnya tidak terlalu signifikan. Menurut

hasil penelitian Setyawati (2006) kualitas air bersih yang tidak memenuhi syarat lebih

berisiko untuk terjadinya penyakit kulit dibanding yang memenuhi syarat. Terdapat beberapa

hal yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit kulit diantaranya sumber air karena penyakit

kulit (skabies) merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih dan sarana air

bersih yang tidak memenuhi syarat karena letaknya yang sangat berdekatan dengan septic

tank, selokan, sungai dan sumber pencemar lainnya sehingga dimungkinkan sumber pencemar

tersebut membawa kotoran manusia ataupun kotoran lain yang dapat mencemari kualitas air

bersih secara kimia dan biologi (Audhah, 2012). Tersedianya air yang sedikit atau sumber air

yang terlalu jauh sehingga kebersihan perorangan tidak mungkin dilakukan sebagaimana

mestinya. Air yang tersedia tidak cukup untuk membersihkan diri atau alat-alat makan serta

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 10: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

pakaian maka infeksi kulit dapat berkembang dan lebih mudah tersebar dari orang ke orang

(Kusnoputranto, 2000).

Hasil observasi terhadap jamban diperoleh dari total 40 buah jamban atau kamar mandi hanya

15 buah jamban atau kamar mandi yang memenuhi syarat. Dalam penelitian ini keadaan

jamban tidak dilakukan analisis karena jumlah jamban yang berada di Asrama Abdul Majid

bersifat umum dan berada di luar kamar sehingga dapat kemungkinan besar santri yang

berada di wilayah Asrama Abdul Majid bergonta ganti kamar mandi setiap kalinya.

Penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi atau jamban yang

berperan terhadap penularan penyakit kulit (skabies) para santri pondok pesantren (Ma’rufi,

2005). Dalam penelitian ini tidak menganalisis hubungan jamban dengan kejadian penyakit

kulit namun untuk mencegah penularan penyakit kulit lewat jamban maka seluruh santri harus

menjaga kebersihan jamban atau kamar mandinya masing-masing.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepadatan hunian ruang tidur tidak memiliki

hubungan dengan kejadian penyakit kulit dan jika dilihat dari sub variabel kepadatan hunian

ruang tidur juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit kulit di

Asrama Pondok Pesantren Putra “A”. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ma’rufi (2005)

yang menjelaskan bahwa santri yang tinggal di pemondokan dengan kepadatan hunian tinggi

mempunyai prevalensi menderita penyakit kulit (skabies) sebesar 71,40% dan menurut

Audhah (2012) menjelaskan bahwa santri yang berada pada kepadatan hunian kamar padat

berisiko menderita penyakit kulit sebanyak 48,7 kali dibandingkan dengan santri yang berada

pada kepadatan hunian kamar tidak padat.

Ventilasi ruang tidur yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit kulit dan jika dilihat dari sub variabel

ventilasi ruang tidur yaitu luas ventilasi dan lubang ventilasi tidak memiliki hubungan yang

signifikan antara kejadian penyakit kulit. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Wirawan

(2011) yang menyebutkan bahwa ventilasi sangat erat hubungannya dengan angka kesakitan

penyakit menular terutama penyakit kulit karena ventilasi merupakan salah satu kondisi

santiasi yang apabila kondisi sanitasi tersebut tidak sehat akan menjadi penyebab dari

rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani serta memudahkan terjangkitnya penyakit serta

mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang.

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 11: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa personal higiene memiliki hubungan yang signifikan

dengan kejadian penyakit kulit. Hal ini sejalan dengan penelitian Ma’rufi (2005) yang

menyatakan bahwa sebagian besar santri yang mempunyai personal higiene yang jelek

menderita penyakit kulit sebanyak 73,70% sedangkan jika dilihat dari sub variabel personal

higiene maka terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian penyakit kulit yaitu

frekuensi mandi pakai sabun dan penggunaan tempat tidur. Hal ini sejalan dengan penelitian

Rianti (2010) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mandi pakai

sabun dengan kejadian penyakit kulit di Kecamatan Asemrowo Surabaya dan penelitian

Audhah (2012) menjelaskan bahwa kontak dengan santri yang menderita penyakit kulit

berisiko tertular penyakit kulit 48 kali dibandingkan mereka yang tidak pernah kontak dengan

orang yang menderita penyakit kulit.

Kesehatan pribadi merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dan untuk memiliki

kondisi sehat, hanya pribadi masing-masing yang mampu mengkondisikannya. Kondisi sehat

bisa diperoleh apabila setiap pribadi berperilaku atau memiliki perilaku hidup bersih dan

sehat. Sebagai contoh, apabila seseorang tidak bersih dalam merawat tubuhnya, maka

kesehatannya akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit. Peran serta dari

pengelola pesantren maupun institusi terkait (puskesmas) juga sangat dibutuhkan untuk

menumbuhkan perilaku personal higiene yang baik bagi para santri, hal yang dapat dilakukan

adalah melakukan pemberdayaan, promosi kesehatan, penyelenggaraan seminar/talkshow,

pemeriksaan kualitas air. Kepedulian pimpinan, kyai dan ustad pondok pesantren tentang

personal higiene santri yang belum ada sehingga diperlukan adanya advokasi dan pergerakan

masyarakat, pergerakan masyarakat disini adalah memberdayakan kyai atau ustad karena

mengingat kyai ataupun ustad sangat dihormati dan disegani dikalangan para santri asrama

pondok pesantren sehingga apabila kyai atau ustad tersebut sudah memerintahkan suatu hal

kepada santri maka santri pun akan menurut dan patuh terhadap anjuran dan perintah kyai

atau ustad tersebut. Karena semua kegiatan dan aktivitas manusia di dunia ini sangat

bergantung pada kebersihan dan kesehatan maka membentuk pribadi yang sehat itu harus

diusahakan dan tidak datang dengan sendirinya.

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 12: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Kesimpulan Asrama pondok pesantren merupakan salah satu tempat yang rentan dalam penyebaran

penyakit kulit. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit kulit adalah sanitasi

lingkungan atau kondisi lingkungan dan personal higiene.

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap santri di Asrama Pondok Pesantren Putra “A”

Kabupaten Bekasi Tahun 2014 berfokus pada faktor kondisi lingkungan yang meliputi sarana

air bersih, jamban atau kamar mandi, kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur dan

personal higiene yang meliputi frekuensi mandi pakai sabun, penggunaan handuk secara

bergantian, frekuensi mengganti pakaian, mencuci pakaian dengan sabun, penggunaan tempat

tidur, pemakaian sprei, frekuensi mengganti sprei dan frekuensi mencuci sprei dengan sabun.

Berdasarkan analisis data penelitian disimpulkan bahwa personal higiene memiliki hubungan

yang signifikan terhadap kejadian penyakit kulit (p=0,028) dan dari personal higiene tersebut

yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit kulit adalah frekuensi mandi pakai sabun dan

penggunaan tempat tidur. Dimana kebiasaan santri yang terbiasa mandi pakai sabun kurang

dari dua kali sehari mempunyai risiko menderita penyakit kulit 2,8 kali dibanding santri yang

terbiasa mandi pakai sabun dua kali sehari atau lebih dan santri yang terbiasa tidak tidur

sendiri dalam 1 tempat tidur mempunyai risiko menderita penyakit kulit 3 kali dibanding

santri yang terbiasa tidur sendiri dalam 1 tempat tidur.

Meskipun kondisi lingkungan dalam penelitian ini tidak terlalu mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kejadian penyakit kulit di Asrama Pondok Pesantren Putra “A” namun

apabila tidak dikelola dengan baik berdasarkan teori-teori yang ada maka kondisi lingkungan

juga dapat menyebabkan sumber penularan penyakit kulit.

Saran 1. Bagi puskesmas setempat diharapkan meningkatkan pengetahuan santri dengan melalui

penyuluhan, pemberian pamflet dan mengadakan acara talk show serta memberikan

pelatihan dan melakukan advokasi kepada kyai, ustad atau ulama pondok pesantren

mengenai personal higiene dan penyakit kulit

2. Bagi Pondok Pesantren untuk membuat kebijakan yang mengatur pengelolaan kesehatan

lingkungan dan perilaku santri untuk selalu melakukan personal higiene dan para ustad,

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 13: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

kyai atau ulama-ulama pondok pesantren melakukan pengawasan dan turun langsung

mengintervensi dalam proses perubahan perilaku personal higiene santri karena para santri

cenderung lebih patuh pada peraturan atau anjuran dari kyai, ustad atau ulama pondok

pesantren

3. Bagi santri asrama pondok pesantren untuk berperilaku hidup bersih dan sehat disegala

bidang, membiasakan mandi pakai sabun 2 kali sehari dan tidak tidur berdua atau lebih

dalam 1 tempat tidur (tidur berhimpitan)

4. Bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis dengan lokasi beberapa pondok

pesantren dan penelitian yang lebih spesifik ke kondisi lingkungan terutama kualitas dan

kuantitas air bersih

Daftar Pustaka Akmal, S. C. (2013). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di Pondok

Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah Kecamatan Koto Tangah Padang.

Jurnal Kesehatan Andalas , Vol. 2, No. 3, 164-167 akses di

http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol2/no3/164-167.pdf. pada tanggal 18

Desember 2013.

Andayani, L. S. (2005). Perilaku Santri dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di

Pondok Pesantren Ulumu Qur'an Stabat [Hasil Penelitian]. Medan: Akses di

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15327 tanggal 10 Januari 2014

Audhah, N. A. (2012). Faktor Resiko Skabies pada Siswa Pondok Pesantren (Kajian di

Pondok Pesantren Darul Hijrah, Keluarahan Cindai Alus, Kecamatan Martapura,

Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan). Jurnal Buski , Vol 4 (1), 14-22, Akses

di http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/buski/article/viewFile/3037/3006

tanggal 27 Mei 2014 Pukul 19.01.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. (2012). Kabupaten Bekasi Dalam Angka. Bekasi:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi akses di

http://bekasikab.bps.go.id/publikasi/kabupaten-bekasi-dalam-angka-2012 tanggal 2

Februari 2014

Boediardja, S. A. (2009). Perbedaan Fisiologis Kulit Bayi/Anak, Dewasa dan Lansia. Dalam

S. A. Boediardja, Serba Serbi Penyakit Kulit dan Kelamin Sejak Neonatal Sampai

Geriatri (hal. 1). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 14: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Julia, R. (2013). Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Kejadian Skabies di

Pondok Pesantren Al Furqon Kecamatan SIdayu, Kabupaten Gresik Jawa Timur

[Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Kabulrachman. (1992). Pengaruh Lingkungan dan Pencemarannya terhadap Kesehatan Kulit.

Majalah Kedokteran Indonesia , Vol. 42, No. 5, 273-277.

Kabulrachman. (2001). Penyakit Kulit Alergik, beberapa masalah dan usaha

penanggulangannya. Pidato Pengukuhan Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar

Madya FK Undip (hal. 1-54). Semarang: Universitas Diponegoro.

Kementerian Agama RI. (2008). Data Pesantren di Jawa Barat. Jakarta: Kementerian Agama

RI akses di

http://www.pondokpesantren.net/ponpren/images/stories/datapesantren/12.%20Jawa%2

0Barat.xls tanggal 21 Januari 2014 pukul 22.30.

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Agama Republik Indonesia.

(1993). Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat dan

Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam No. 738/BM/DJ/BPSM/VI/93

dan No. E/51/1993 tentang Peningkatan Peran Pondok Pesantren dalam Bidang

Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan No.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di

Tatanan Rumah Tangga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kusnoputranto, H. (2000). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ma'rufi, I. S. (2005). Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan terhadap Prevalensi Penyakit

Scabies (Studi pada Santri Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan). Jurnal Kesehatan

Lingkungan , Vol. 2, No. 1, 11-18.

Nugraheni, D. N. (2012). Pengaruh Sikap tentang Kebersihan Diri terhadap Timbulnya

Skabies (Gudik) pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta

[Publikasi Ilmiah]. Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta Akses di

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3683/DWI%20NURLIAN

A%20-%20ARINA%20MALIYAFix%20bgt.pdf?sequence=1 pada tanggal 9 Februari

2014 Pukul 21.50 .

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014

Page 15: KONDISI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HIGIENE DENGAN …

Rianti, E. D. (2010, Desember). Analisis tentang Higiene dan Sanitasi lingkungan dengan

Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit di Kecamatan Asemrowo Surabaya. hal. 1-10.

Sajida, A. D. (2012). Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan

Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan medan Denai Kota Medan. Medan:

Universitas Sumatera Utara Akses di

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/1216. tanggal 17 Februari 2014 Pukul

23.05 WIB .

Setyawati, E. (2006). Hubungan Kualitas Air Bersih dengan Kejadian Diare dan Penyakit

Kulit (Studi terhadap Penduduk sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Rawa

Kuning Kota Tangerang Propinsi Banten) [Skripsi] . Depok: Universitas Indonesia.

Wasiaatmadja, S. M. (2000). Anatomi Kulit. Dalam A. Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin (hal. 3). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Widiasih, D. (2012). Epidemiologi Zoonosis di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Wirawan, A., & Ulfa Nurullita, R. A. (2011). Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi

Lapas terhadap Kejadian Penyakit Herpes di Lapas Wanita Kelas II A Semarang. Jurnal

Kesehatan Lingkungan , Vol. 7 No. 1, 59-70 diakses di

http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JKL/article/view/690 tanggal 21 Januari 2014

pukul 20.00.

Yusri. (2011, May 1). Penyakit Kulit - Infeksi Kulit. Media Informasi Kesehatan Indonesia ,

hal. 1 diakses di http://www.kesehatan123.com/1034/penyakit-kulit/ tanggal 1 Januari

2014 Pukul 19.15 WIB.

Kondisi Lingkungan..., Ani Widiastuti, FKM UI, 2014