Kondensasi pada sistm pendingin
-
Upload
syaiful-fuad -
Category
Documents
-
view
50 -
download
1
description
Transcript of Kondensasi pada sistm pendingin
Kondensasi
Pada pembahasan sebelumnya sudah dibuktikan bahwa uap saturasi yang mengalami
pendinginan akan mengalami proses kondensasi dan berubah fasanya menjadi liquid. Ini dapat
terjadi karena uap tidak dapat mempertahankan fasa vapornya pada suhu di bawah suhu
saturasi. Bila uap tersebut didinginkan, molekul uap tidak dapat mempertahankan energi dan
kecepatannya untuk mengatasi gaya tarik antar molekul sebagai molekul uap, dan berubah
menjadi molekul liquid. Bila kondensasi berlangsung, dan volume tetap, maka tekanan dan berat
jenis uap turun, sehingga suhu saturasinay juga turun.
3.15 Proses Transfer Panas
Dilihat dari prosesnya maka tata udara merupakan proses tranfer
panas. Proses transfer panas ini berlangsung melalui suatu medium
yaitu udara. Misalnya untuk menurunkan suhu udara suatu ruang
maka udara yang bersuhu lebih dingin disalurkan ke dalam ruang
tersebut. Udara dingin diperoleh dengan menyalurkan udara yang
bersuhu lebih panas melaui koil pendingin.
Dalam hal ini energi panas yang ada di udara yang bersuhu lebih
tinggi tersebut dipindahkan ke fluida pendingin melalui kontak
langsung dengan permukaan koil pendingin yang dingin. Akibatnya
udara yang telah melewati coil pendingin menjadi dingin, sebaliknya
fluida yang ada di dalam coil pendingin menjadi lebih hangat.
Karena proses tata udara berkaitan erat dengan proses pemindahan
panas, maka marilah kita ulangi lagi fenomena-fenomena fisik dan
thermis berikut ini :
(a) Panas adalah suatu bentuk energi yang aktif, seperti energi
listrik.
(b) Panas dapat dipindahkan melalui 3 cara, yaitu : Konduksi,
konveksi dan radiasi.
(c) Konduksi adalah pemindahan panas melalui benda padat, di
mana enegi panasnya dipindahkan dari satu molukul ke
77
molukul lain dari benda tersebut. Contoh, pemindahan panas
melalui sepotong besi.
(d) Konveksi adalah pemindahan panas melalui benda cair dan
gas. Di mana molukul-molukul benda membawa energi panas
dari satu titik ke titik lainnya. Contoh, pemindahan panas di
dalam air.
(e) Radiasi adalah pemindahan panas melalui gerakan gelombang
cahaya dan gelombang elektromagnetik melalui medium
transparan tanpa berpengaruh terhadap pemanasan
mediumnya. Contoh Sinar matahari.
(f) Panas Sensibel, adalah jumlah energi panas (dalam satuan
BTU) yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu
benda. Jadi untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu
benda dibutuhkan sejumlah energi panas.
(g) Panas Spesifik, yaitu energi panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda sebesar satu derajad fahrenheit untuk
setiap pound berat benda. Tabel 3.4 memperlihatkan tabel
panas spesifik beberapa benda berikut panas latennya.
(h) Panas laten, yaitu jumlah energi panas yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan wujud benda. Misalnya,
bila air diubah wujudnya menjadi gas atau uap, maka
diperlukan sejumlah panas yang disebut sebagai panas laten.
Dalam hal ini dibedakan panas laten penguapan dan panas
laten pengembunan. Selama proses perubahan wujud
tersebut maka suhu benda tidak berubah.
Untuk lebih mendalami permasalahan tersebut, kembali kita bahas
kurva T-H
PENJELASAN :
Garis A-B memperlihatkan proses pemanasan es hingga
mencapai titik cair es pada tekanan atmosfir. Dalam proses ini
panas yang diambil hanya untuk merubah suhu sehingga disebut :
panas sensibel. (A-B)
Garis B-C memperlihatkan proses pencairan es untuk
merubah wujud es menjadi air. Oleh karena itu energi panas yang
diambil disebut : panas laten. (BC). Selama proses perubahan
wujud energi panas yang diserap semata-mata hanya untuk
perubahan wujud, sehingga suhu air tidak berubah. Pada titik C
disebut liquid saturasi.
Garis C-D memperlihatkan proses pemanasan air, untuk
menaikkan suhu air hingga mencapai suhu titik didih 100oC. Energi
panas yang hanya digunakan untuk merubah suhu air. Energi panas
yang diserap merupakan panas sensibel.
Garis D-E memperlihatkan proses penguapan air untuk
merubah wujud air menjadi uap. Oleh karena itu energi panas yang
79
diambil disebut : panas laten. Selama proses perubahan wujud
energi panas yang diserap semata-mata hanya untuk perubahan
wujud, sehingga suhu air tidak berubah. Pada titik E ini disebut uap
saturasi.
Garis E-F memperlihatkan proses pemanasan uap lanjut,
untuk menaikkan suhu uap hingga mencapai suhu di atas suhu
saturasi. Energi panas yang hanya digunakan untuk merubah suhu
uap. Energi panas yang diserap merupakan panas sensibel.
(i) Superheat, adalah istilah yang lazim digunakan pada
pengaturan katub ekspansi thermostatik. Secara fisik
superheat adalah panas sensibel yang diserap oleh liquid
refrigeran untuk menaikkan suhunya tanpa perubahan
tekanan yang berarti pada saat ia berubah wujud menjadi
gas. Bila suhu evaporasi sebesar 10 derajad dibawah nol dan
suhu gas refrigeraran hasil evaporasi sebesar 2 derajad di
atas nol berarti refrigerannya mempunyai superheat sebesar
12 derajad.
ke Kompresor
2oC
-10OC Evaporator
(j) Hubungan Tekanan dan Suhu Gas, merupakan fenomena
yang sangat menarik seperti yang dinyatakan dalam Hukum
Charles. Bahwa Tekanan dan suhu gas mempunyai hubungan
positip artinya bila suhu gas naik maka tekanannya juga naik
demikian pula sebaliknya.
Tetapi pada suhu 455 derajad fahrenheit di bawah nol,
hubungan itu tidak berlaku lagi. Oleh karena itu suhu sebesar
-455oF, disebut sebagai titik nol absolut untuk skala
Fahrenheit. Hal ini dilakukan agar tidak bertentangan dengan
hukum konservasi energi yang menyatakan bahwa suatu
materi tidak dapat dibuat atau dilenyapkan. Bila ditransfer ke
skala Celcius maka titik nol absolut menjadi –
PENTING
Efek refrigerasi dan kerja kompresor sangat dipengaruhi oleh jenis refrigeran yang digunakan,
hal ini disebabkan oleh karena sifat termofisik yang dimiliki oleh refrigeran (media pendingin) itu
sendiri.
Coefisien Of Performance merupakan salah satu indikator pada suatu sistem refrigerasi yang sangat
menentukan kerja dari sistem itu sendiri. Dengan melihat nilai dari COP pada satu sistem refrigerasi kita
dapat mengetahui kerja dari sistem tersebut, apakah sistem bekerja sebagaimana mestinya atau tidak.
Karena kerja kompresor dalam sistem refrigerasi sangat tergantung dari nilai COP tersebut, sedang
kompresor dalam sistem refrigerasi merupakan jantung dari sistem tersebut, jika nilai COP dari suatu
sistem refrigerasi sangat tinggi maka sistem tersebut tidak bekerja dengan baik atau tidak sesuai dengan
kerja ideal, namun apa bila nilai COP yang kecil berarti kompresor bekerja pada kondisi yang ideal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga kerja kompresor tidak dapat bekerja pada
kondisi ideal yaitu antara lain :
1. Umur kompresor yang sudah lama.
2. Minyak pelumas sudah tidak mampu melumasi kompresor.
3. Adanya tekanan pada sisi suction dan discharge yang tidak seimbang.
4. Ada kandungan udara yang bercampur dengan refrigeran dalam sistem.
5. Kemungkinan jumlah refrigeran yang kurang, dll.
1) Semakin lama suatu sistem refrigerasi bekerja maka temperatur hasil pendinginan
semakin turun. Hal ini disebabkan cyclus refrigeran yang terus mengalir melalui pipa-pipa dalam
sistem mengalami perubahan temperatur akibat perputaran udara dalam ruangan.
Selain itu, katup ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang berfungsi :
1. Mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dari pipa cair menuju evaporator sesuai dengan
laju penguapan pada evaporator.
2. Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator agar penguapan
pada evaporator berlangsung pada tekanan kerjanya.
Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini mempunyai dua
kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dan untuk mengatur aliran
refrigeran ke evaporator.
Jadi semakin tinggi suhu kondensasi semakin kecil efek refrijerasinya.
Sudah dapat dipastikan, bahwa COP dan juga efisiensi siklus akan ikut
naik bila suhu evaporasinya juga naik. Disini, kenaikan suhu evaporasi
dari -10oC ke 5oC, menyebabkan kenaikan efisiensi sebesar: