Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

24
349 Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ... Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni Gamelan Sunda: Kasus di Kalangan Mahasiswa Anne Maryani ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan unit analisisnya para mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda pada tiga perguruan tinggi: Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pasundan (Unpas), dan Universitas Langlangbuana (Unla). Variabel bebas yang diteliti adalah (1) komunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sunda (X 1 : kredibilitas, X 2 : daya tarik pesan, X 3 : kepribadian anggota); (2) kohesivitas kelompok (X 4 : ketertarikan anggota pada satu sama lain, X 5 : ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok); dan (3) Variabel terikat (Y): apresiasi mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda terhadap gamelan Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya hubungan variable X 2 , X 3 , dan X 4 , masing-masing secara terpisah, tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variable Y. Sedangkan variabel bebas lainnya, baik secara terpisah maupun sebagai satu kesatuan, memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel Y. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya televisi swasta yang lebih banyak menyajikan aspek hiburan, mengakibatkan televisi swasta lebih banyak diminati oleh masyarakat In- donesia yang lebih menyukai kegiatan menonton daripada membaca. Unsur-unsur tayangan hiburan yang disajikan melalui televisi sebagian besar masih berupa produk budaya luar yang disajikan melalui film, musik, tarian, pakaian, dsb. Sajian-sajian tersebut telah mampu menarik penonton, terutama kalangan muda. Menurut Effendy (1986:184), “Kehadiran siaran radio, acara-acara televisi, bioskop, dan tontonan kesenian modern lainnya telah menarik perhatian mereka dan menghilangkan gairah mereka untuk menyaksikan kesenian tradisional.” Frekuensi penyajian produk budaya Barat yang lebih sering dibandingkan budaya tradisional, membuat kaum muda lebih mengenal budaya negara lain daripada budaya negara sendiri, sehingga terkadang mereka tidak memahami budaya negaranya, bahkan budaya lokal di mana mereka tinggal. Beberapa penelitian menunjukkan betapa kurangnya pemahaman kaum muda terhadap kesenian sebagai bagian dari budaya daerahnya. Penelitian yang dilakukan Depdikbud Yogyakarta memperlihatkan data bahwa, “Sebagian besar generasi muda (69,44%) tidak mengetahui kebudayaan lama dan tidak mengerti makna dan maksud kebudayaan tersebut. Sementara generasi muda yang masih memperhatikan, menunjukkan kepedulian terhadap kebudayaan lama sebesar (30,56%).” (Depdikbud, 1996\1997: 36) Di Jawa Barat, hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unisba menunjukkan bahwa, “Tingkat pengetahuan para remaja tentang kesenian rendah sekali. Hal ini selain diakibatkan oleh frekuensi penyebaran informasi kesenian tradisional yang

Transcript of Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

Page 1: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

349Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok,dan Apresiasi Seni Gamelan Sunda:

Kasus di Kalangan Mahasiswa

Anne Maryani

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan unit analisisnya paramahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda pada tiga perguruan tinggi: Universitas Padjadjaran

(Unpad), Universitas Pasundan (Unpas), dan Universitas Langlangbuana (Unla). Variabelbebas yang diteliti adalah (1) komunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sunda (X1: kredibilitas,

X2: daya tarik pesan, X3: kepribadian anggota); (2) kohesivitas kelompok (X4: ketertarikananggota pada satu sama lain, X5: ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok);

dan (3) Variabel terikat (Y): apresiasi mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda terhadapgamelan Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya hubungan variable X2, X3, dan X4,

masing-masing secara terpisah, tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variable Y.Sedangkan variabel bebas lainnya, baik secara terpisah maupun sebagai satu kesatuan,

memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel Y.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang MasalahBanyaknya televisi swasta yang lebih banyak

menyajikan aspek hiburan, mengakibatkan televisiswasta lebih banyak diminati oleh masyarakat In-donesia yang lebih menyukai kegiatan menontondaripada membaca. Unsur-unsur tayangan hiburanyang disajikan melalui televisi sebagian besar masihberupa produk budaya luar yang disajikan melaluifilm, musik, tarian, pakaian, dsb. Sajian-sajiantersebut telah mampu menarik penonton, terutamakalangan muda. Menurut Effendy (1986:184),“Kehadiran siaran radio, acara-acara televisi,bioskop, dan tontonan kesenian modern lainnyatelah menarik perhatian mereka dan menghilangkangairah mereka untuk menyaksikan keseniantradisional.”

Frekuensi penyajian produk budaya Baratyang lebih sering dibandingkan budaya tradisional,

membuat kaum muda lebih mengenal budayanegara lain daripada budaya negara sendiri,sehingga terkadang mereka tidak memahamibudaya negaranya, bahkan budaya lokal di manamereka tinggal. Beberapa penelitian menunjukkanbetapa kurangnya pemahaman kaum mudaterhadap kesenian sebagai bagian dari budayadaerahnya. Penelitian yang dilakukan DepdikbudYogyakarta memperlihatkan data bahwa, “Sebagianbesar generasi muda (69,44%) tidak mengetahuikebudayaan lama dan tidak mengerti makna danmaksud kebudayaan tersebut. Sementara generasimuda yang masih memperhatikan, menunjukkankepedulian terhadap kebudayaan lama sebesar(30,56%).” (Depdikbud, 1996\1997: 36)

Di Jawa Barat, hasil penelitian yang dilakukanLembaga Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat Unisba menunjukkan bahwa, “Tingkatpengetahuan para remaja tentang kesenian rendahsekali. Hal ini selain diakibatkan oleh frekuensipenyebaran informasi kesenian tradisional yang

Page 2: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002350

sangat minim, juga kurangnya minat remaja untukmelihat pertunjukkan kesenian tradisional.”2

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran, karenapemeliharaan dan pengembangan kebudayaansuatu bangsa tidak lepas dari kesinambunganpemeliharaan dari setiap generasi ke generasiberikutnya.

Menurut Hartoko (1993) “Pendidikan estetiksangat berguna bagi pendidikan religius, karenadengan mengembangkan kepekaan estetik,dikembangkan pula kepekaan terhadap gejala-gejala yang mengisyaratkan kehadiran Tuhan.”Kesenian Sunda, khususnya seni gamelan Sunda,sebagai salah satu warisan budaya bangsamerupakan juga penunjang pembangunan. Senigamelan Sunda dapat menjadi penunjangpembangunan bangsa karena di dalamnya terdapatnilai-nilai filosofi, pendidikan, dan hiburan. Untukitu keberadaan kesenian gamelan Sunda, harusdilestarikan dan lebih dikenalkan kepada kaummuda. Namun, kenyataan menunjukkan lain.Sebagaimana iisyaratkan oleh salah seorangpeserta Kongres Kebudayaan di Jakarta yangmengatakan, “Sebenarnya gamelan sebagai salahsatu aspek budaya sudah mendunia dan dikenaldi Amerika dan Jepang, bahkan di Paris masuk kedalam kelompok musik klasik Eropa. Kalau di luarnegeri menghadirkan 500 orang untukmendengarkan gamelan gampang. Tapi di sini, sayamencari 100 mahasiswa saja untuk mempelajarigamelan tidak ada” (Depdikbud, 1992/1993: 42).

Memperkenalkan kesenian Sunda kepadamahasiswa dapat dilakukan dengan berbagaiupaya, antara lain dengan dibentuknya LingkungSeni Sunda di perguruan tinggi. Beberapa univer-sitas di Jawa Barat seperti Universitas Padjadjaran,Universitas Pasundan, dan Universitas LanglangBuana telah memiliki lembaga (kelompok) tersebut.Kelompok ini melibatkan mahasiswa sebagaipelaku-pelaku utama seni. Lingkung Seni Sundamahasiswa memperkenalkan banyak ragamkesenian Sunda kepada anggotanya, seperti senimusik gamelan, seni tari, dan seni suara.

Tujuan didirikannya lingkung seni Sunda iniantara lain, menciptakan suatu wahana, khususnyabagi kaum muda agar mencintai, memiliki, dan

membangun rasa tanggung jawab terhadap senidan budaya Sunda yang agung dan luhur dalammenghadapi perkembangan zaman yang semakinmendunia. Keberadaan lingkung seni tersebuttentunya merupakan salah satu upaya untukmenetralisir dan meredam desakan-desakanbudaya Barat yang dikhawatirkan dapatmenjauhkan kalangan muda dari keseniantradisional.

Namun, pencapaian tujuan Lingkung SeniSunda ini terkadang menghadapi banyak kendalaberkenaan dengan keberadaan para anggotanyasebagai mahasiswa yang memiliki tanggungjawabakademik.

Melihat kenyataan itu, Lingkung Seni Sundamenggelar berbagai kegiatan dengan harapanmampu menumbuhkan apresiasi para anggotanya,atau mahasiswa umumnya, terhadap seni gamelanSunda sebagai salah satu bentuk kesenian Sunda.Kegiatan tersebut akan berhasil apabila didukungfaktor-faktor yang membuat anggota merasasenang berada di dalam Lingkung Seni Sundatersebut.

Lingkung Seni Sunda, sebagai sebuahkelompok yang mewadahi berbagai aktivitas senianggotanya, memiliki faktor-faktor yang dapatmempengaruhi dinamika kelompoknya.Komunikasi persuasif dan kohesi kelompok adalahsebagian dari berbagai faktor tersebut.

Komunikasi persuasif dalam Lingkung SeniSunda merupakan instrumen yang efektif untukmengubah sikap dan perilaku anggota dalamkelompok. Menurut Larson (1986:4), “Dalam bidangpendidikan, ditemukan bahwa persuasi sangatpenting dalam memotivasi pelajar untukberprestasi, mendengarkan, dan berpartisipasi.”Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Kurniati(1996:114) menyimpulkan bahwa “Secarakeseluruhan variabel komunikasi persuasifberpengaruh terhadap perubahan sikap generasimuda.” Demikian pula kondisi anggota kelompokyang kohesif akan mempermudah anggota menujukesepakatan, sehingga menumbuhkan apresiasiseni di kalangan anggota sebagai salah satu tujuanLingkung Seni Sunda dapat dicapai.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik

Page 3: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

351Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

untuk meneliti “Sejauhmana hubungan antarakomunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sundadan kohesi kelompok dengan apresiasi mahasiswaterhadap seni gamelan Sunda.”

1.2 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah:

(1) Untuk mengetahui hubungan antarakredibilitas pelatih seni gamelan Sundadengan apresiasi mahasiswa anggotaLingkung Seni Sunda terhadap gamelanSunda.

(2) Untuk mengetahui hubungan antara daya tarikpesan mengenai seni gamelan Sunda yangdisampaikan pelatih dengan apresiasimahasiswa anggota Lingkung Seni Sundaterhadap seni gamelan Sunda.

(3) Untuk mengetahui hubungan antarakepribadian (tingkat kepercayaan diri)mahasiswa anggota Lingkung Seni Sundadengan apresiasinya terhadap seni gamelanSunda.

(4) Untuk mengetahui hubungan antaraketertarikan interpersonal mahasiswa anggotaLingkung Seni Sunda kepada anggota laindengan apresiasinya terhadap seni gamelanSunda.

(5) Untuk mengetahui hubungan antaraketertarikan mahasiwa anggota Lingkung SeniSunda pada kegiatan dan fungsi kelompokdengan apresiasinya terhadap seni gamelanSunda.

2. Kerangka Teori dan Hipotesis2.1 Perspektif Psikologi Kognitif: Perilaku Individu dalam Kelompok

Salah satu perspektif yang mengkaji aspekyang mempengaruhi individu dalam kelompokadalah perspektif Psikologi Kognitif yangmenganggap “Perilaku individu dalam kelompokmerupakan perilaku-perilaku individu yang tidakmudah dipengaruhi karena memiliki persepsi dankognisi yang sifatnya individual dalam meresponslingkungannya” (Rakhmat, 1989:30 ). Individu

menfasirkan pengalaman inderawinya secara aktif,mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, danmencari makna.

Situasi komunikasi yang terjadi pada kondisitersebut memerlukan upaya dari pihak sumber atauorang yang mengirim pesan agar dapatmempengaruhi secara psikologis kondisi penerimapesan yang demikian sehingga dapat tercapaipersamaan persepsi. Hal ini karena individumemiliki seleksi dalam menentukan sikapnyasehingga mengakibatkan stimulus (sumberkomunikasi) memiliki konsekuensi untukmenyampaikan komunikasi secara menyakinkanmaupun teknik penyampaian pesan yang tepatsehingga dapat dipercaya. Severin (1979:194)menyatakan “Rancangan persuasi juga banyakdilandasi oleh pemikiran Psikologi Kognitif ini,yang didasarkan kepada argumentasi rasional.Rancangan ini mengasumsikan bahwa manusiaadalah ciptaan yang rasional yang mencoba untukmembangun gambaran pengertian tentang dirinyadan lingkungannya.

1.2.1 Teori Medan

Perspektif Psikologi Kognitif mengilhamilahirnya Teori Medan (Field Theory) dari Lewinyang mengkaji perbedaan individu dalamkelompok. Teori Medan disusun dalam sebuahrumus B = f (P,E), artinya Behavior (perilaku)adalah hasil interaksi antara person (diri orangitu) dengan Environment (lingkunganpsikologisnya) (Rakhmat, 1989:31).

Unsur diri orang itu atau anggota dalamkelompok dan lingkungan psikologisnyamerupakan unsur-unsur yang mempengaruhiperilaku anggota kelompok dalam berinteraksidengan anggota lainnya. Kondisi tersebutmenyebabkan seseorang bereaksi secara individualdalam merespons stimuli. Kondisi individu-individuyang berbeda dalam kelompok tersebut, pada teoriMedan dimaksimalkan keberadaannya untukpencapaian tujuan kelompok. Mabry (1980:10)menegaskan “Komunikasi dalam perspektif inimerupakan medium atau saluran bagi pertukaraninformasi anggota dalam kelompok dan untukmencapai kepuasan pada setiap anggota

Page 4: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002352

kelompok.”Lebih dari tiga dekade penelitian tentang teori

medan yang dilakukan melalui berbagai prosesdalam kelompok telah menghasilkan beberapapenelitian antara lain:(1) Penelitian tentang bagaimana kepribadian

menghasilkan produktivitas kelompok dankepuasan pada anggota kelompok

(2) Bagaimana gaya kepemimpinan dalamkelompok kecil mempengaruhi perilakuanggota dan hasil kelompok.

(3) Pengaruh saluran komunikasi padaproduktivitas kelompok.

(4) Efek kerjasama dan kompetisi individu dalammencapai tujuan kelompok.Perilaku anggota dalam kelompok dan aspek-

aspek yang mempengaruhinya merupakan sebuahdinamika dalam kelompok yang akan tampak lebihjelas pada model dinamika kelompok Stogdill.

1.2.2 Model Dinamika KelompokKelompok merupakan bentuk interaksi antar

anggota untuk mencapai suatu tujuan. Tujuanyang ingin dicapai kelompok dapat berupa

Sumber: Mabry (1980:246).

perubahan sikap, perilaku, kemampuan,produktivitas, dsb. Berkaitan dengan tujuan yangingin dicapai tersebut, terdapat beberapapertanyaan menyangkut berbagai dinamikakelompok dalam mencapai tujuan. Beberapapertanyaan tadi adalah: apakah yang dilakukanseseorang dalam interaksinya, berapa banyakyang dapat dilakukan seseorang melaluiperilakunya dalam kelompok, dan jenis perilakukomunikatif apa yang dapat membantu kelompokmencapai tujuannya.

Stogdill mengajukan suatu konsep tentangsistem kelompok. Ia berkeyakinan bahwa tujuankelompok dapat dicapai dengan bentuk-bentuk lin-ear secara berurutan yaitu masukan (input),penengah-media (troughput), dan hasil (output).(1) Komponen masukan terdiri dari individu

sebagai anggota kelompok yaitu kepribadian,sikap, kemampuan, dsb. Lingkungan tugasadalah konteks fisik dan sosial di manakelompok tersebut berada.

(2) Proses Integratif (integrative processes),termasuk ke dalam komponen ini, antara lain,komunikasi para anggota kelompok, pengaruh

Gambar 1Model Stogdill dan Unsur-Unsurnya

Personalities attitudes Competencies Abilities and skils Personal attributes

Individual Member Caracteristic

Cohessiveness Conflict and Conflict management Cooperation Interpersonal - relationship

Changes in Group members

Integrative processes

Task characteristics Work organization Group Constrain Environmental Constraints Member-Group- Environment Goals

Task Environment

Developmental phases Movement toward task Acoomplishment Determinants of Productivity Achievement through Communication

Achievement and development

Verbal & non verbal Message exchanges Social structure; role, Norms and behaviour Pattern. Interaction network Leadership and influence

Page 5: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

353Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

perilaku kepemimpinan.(3) Komponen hasil (output components), ialah

achievement and development yaitu antaralain pencapaian tujuan melalui komunikasi. Danperubahan-perubahan di dalam keanggotaankelompok yaitu, kohesif, kerjasama, hubunganinterpersonal.

Pendekatan studi komunikasi dalam kelompokLingkung Seni Sunda dapat dilakukan melaluipendekatan Dinamika Kelompok Stogdill karenadalam dinamika kelompok tersebut aspekkomunikasi dan kohesi kelompok memiliki peranpenting dalam membentuk dan mengubah sikapdan perilaku manusia dalam kelompok sebagaiupaya mencapai tujuan kelompok. Mabry (1980:23)menyatakan “Konsep dinamika kelompok Stogdilldigunakan sebagai cara untuk memahami danmembicarakan tentang psikologi sosial dan proseskomunikasi dalam sistem kelompok kecil.”

Variabel komunikasi persuasif di dalam konsepdinamika kelompok Stogdill berada pada komponenintegrative process yang dapat mempengaruhikomponen “hasil” yang merupakan tujuankelompok. Variabel kohesi kelompok dalam konsepdinamika stogdill berada pada komponen“perubahan anggota kelompok” yang salingmempengaruhi dengan komponen “pencapaiantujuan kelompok” dan dalam konteks penelitianini adalah apresiasi terhadap seni gamelan Sundadikalangan mahasiswa.

Seluruh variabel yang diteliti merupakanunsur-unsur yang ada pada dinamika kelompokStogdill. Unsur-unsur yang diteliti tersebut tidakdapat dilepaskan dari konsep input, integrativeprocess, dan output yang mewarnai suatu dinamikakelompok.

2.2 Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif sebagai sebuah teknikkomunikasi telah dipercaya efektif dalammengubah sikap dan perilaku. Menurut Borman(1976:13), “Beberapa penelitian umumnyamenemukan nilai-nilai persuasif yang dilakukanorang dalam berdiskusi dapat mengubah perilakudalam kelompok dibandingkan dengan teknik

mendengarkan ceramah atau membaca.”Komunikasi persuasif dalam lingkup komunikasikelompok merupakan teknik komunikasi yangstrategis dalam mendukung tujuan kelompokkarena komunikasi yang dilakukan di dalamkelompok kecil bersifat langsung dan tatap mukasehingga memudahkan upaya pengubahan sikapdan perilaku melalui pesan-pesan yang bersifatverbal dan nonverbal. Hal ini sejalan dengan yangdinyatakan Ilardo (1984:4) bahwa “Komunikasipersuasif adalah proses komunikasi yangmengubah keyakinan, sikap, keinginan, atauperilaku yang disadari atau tidak disadari denganmenggunakan pesan verbal dan pesan nonverbal.”

Telah banyak penelitian yang dilakukan dalambidang komunikasi persuasi, antara lain dilakukanoleh Hovland dkk. Hasil penelitian tersebut, antaralain:(1) Para ahli (orang yang kompeten) akan lebih

persuasif dibandingkan dengan orang yangbukan ahli.

(2) Komunikator yang populer dan menarik akanlebih efektif daripada komunikator yang tidakpopuler dan tidak menarik.

(3) Millman (dalam Tan,1981:184) melakukanpenelitian tentang kepribadian dankomunikasi persuasif dan menghasilkan bahwaorang yang tingkat kegelisahannya sedanglebih mudah dipersuasi dari orang yang tingkatkegelisahannya rendah atau tinggi.

(4) Orang yang berbicara cepat umumnya lebihpersuasif daripada orang yang berbicaralambat. Temuan ini bertentangan denganpendapat umum bahwa orang yang berbicaracepat kurang dapat dipercaya.

(5) Persuasi dapat diperkaya oleh pesan-pesanyang membangkitkan emosi yang kuat(khususnya emosi takut) dalam diri orang,terutama ketika pesannya berisi rekomendasimengenai bagaimana perubahan sikap dapatmencegah konsekuensi negatif dari sikap yanghendak diubah.

(6) Pesan yang ditujukan untuk mengubah sikaptanpa kentara biasanya lebih berhasil daripadapesan yang tampak jelas berusahamemanipulasi kita.

Page 6: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002354

(7) Kadang-kadang manusia lebih mudahterpengaruh oleh persuasi sewaktu perhatianmereka terpecah oleh kejadian lain daripadasewaktu mereka menaruh perhatian penuhpada pesan yang disampaikan.

(8) Bila individu yang menjadi sasaran memilikisikap bertentangan dengan sikap para calonpelaku persuasi maka akan lebih efektif bagikomunikator untuk melakukan pendekatan duasisi (two side approach) yang menyajikanpandangan kedua belah pihak daripadapendekatan satu sisi.

2.2.1 Kredibilitas Komunikator sebagaiAspek Komunikasi Persuasif

Kondisi komunikasi yang persuasif tidakdapat dilepaskan dari kemampuan sumber(penyampai pesan) dalam menyampaikanpesannya pada penerima komunikasi. Hal ini,seperti dinyatakan Aristoteles (dalam Rakhmat,1989:289), “Persuasi tercapai karena karakteristikpersonal pembicara, yang ketika ia menyampaikanpembicaraannya kita menganggapnya dapatdipercaya.” Ini berlaku umumnya pada masalah apasaja dan secara mutlak berlaku ketika kita tidakmemiliki kepastian dan pendapat bahwa kebaikanpersonal yang diungkapkan pembicara tidakberpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya,sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagaialat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya.

Karakteristik personal yang dimiliki olehsumber adalah unsur kredibilitas yang merupakanfaktor penting dalam komunikasi persuasif. Infante(1990: 174) menyatakan “Kredibilitas sumberpenting dalam menjelaskan persuasi. Beberapapenelitian menemukan sumber yang kredibel dapatmempersuasi orang.” Kredibilitas, menurutRakhmat (1984:292), adalah seperangkat persepsikomunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalamdefinisi ini terkandung dua hal:(1) Kredibilitas adalah persepsi komunikan, jadi

tidak inheren dalam diri komunikator.(2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat

komunikator, yang selanjutnya kita sebutsebagai komponen-komponen kredibilitas.

Kredibilitas sebagai sesuatu yang dipersepsipenerima tentang seseorang tentunya dapatberbeda antara satu dengan lainnya. Namundemikian, De Vito (1997:461) memberikan tigakarakter penting yang cukup relevan yangmerupakan identifikasi kualitas utama kredibilitas,yaitu:(1) Kompetensi, mengacu pada pengetahuan dan

kepakaran yang menurut khalayak dimilikioleh pembicara. Unsur-unsur dalamkompetensi yang dapat dinilai adalah memilikipengetahuan (knowledgeable), pengalaman(experience), kepercayaan diri (confident),cukup informatif (informed);

(2) Karakter, mengacu pada itikad dan perhatianpembicara kepada khalayak. Unsur-unsurdalam karakter yang dapat dinilai adalahmemiliki rasa keadilan (fair), perhatian (con-cerned), konsisten (consistent), memiliki rasakesamaan (similar).

(3) Karisma, mengacu pada kepribadian dankedinamisan pembicara. Unsur-unsur dalamkarakter yang dapat dinilai adalah memilikisikap positif, asertif, enthusiastic(bersemangat), aktif.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, yangmempengaruhi kredibilitas seseorang adalah isipesan yang disampaikan.

2.2.2 Daya Tarik Pesan dalam KomunikasiPersuasif

Menurut Raymon S. Ross (dalam Tankard,1992:176), “Pesan persuasif adalah upayamempengaruhi bagaimana penerima memilih ataumemutuskan yang mana informasi untuk diproses.”Hal ini menunjukkan bahwa penerima memilikipilihan-pilihan tertentu untuk menerima informasiyang diterimanya yang sesuai dengan kebutuhandan kondisi penerima. Lebih lanjut, Mary John(dalam Tankard, 1992) menyatakan, “Prosespersuasi terjadi ketika orang menginternalisasi arti/makna yang diberikan pesan dalam pilihan suasanayang dirasakan.”

Menurut Goldberg (1985:61) “Variabel-variabel pesan dalam komunikasi kelompok selain

Page 7: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

355Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

terdiri dari kata-kata juga terdiri dari isyarat-isyaratnonvokal serta ekspresi raut muka yang digunakanoleh anggota kelompok dalam berinteraksi satusama lain”. Pesan verbal dan nonverbal merupakanpesan yang secara totalitas dapat memberikan efektertentu pada penerima pesan. Pesan verbal lebihkepada sistematika ucapan, kejelasan kata-kata,kemudahdimengertian kata-kata. Pesan nonverbaladalah pesan yang dihasilkan melalui gerakantubuh, mata, suara, dsb. yang mendukung pesanverbal.

Miller (dalam Fisher, 1990: 367)mempergunakan bentuk struktural suatu pesanuntuk membedakan komposisinya ke dalam “tigabuah faktor yang prinsipal”, yaitu:(1) Stimuli verbal, yang mencakup kata-kata atau

lambang-lambang linguistik,(2) Stimuli fisik, yang mencakup isyarat atau

gerakan, ekspresi muka, dsb dalam suatuinteraksi tatap muka,

(3) Stimuli vokal, yang mencakup petunjukparalinguistik berupa kecepatan berbicara,kerasnya suara, infleksi, penekanan, aksenberbicara, dsb dalam interaksi tatap muka.

Berbeda dengan Miller, Infante (1990:172)melakukan penelitian tentang persuasi dan iamembagi pesan dalam beberapa kategori, yaitustruktur pesan, daya tarik pesan, dan bahasa.(1) Struktur pesan diteliti dari beberapa variabel

seperti ; argumentasi yang kuat harusditempatkan pertama (susunan anti klimaks),terakhir (klimaks) atau pada pertengahanpesan.- Apakah dua sisi pesan lebih persuasif

daripada satu sisi pesan;- Apakah argumentasi yang berlawanan

harus diberikan sebelum atau setelahpenyajian;

- Apakah pembicara penerima harusmenyimpulkan argumen.

(2) Daya tarik pesan, meliputi ketakutan,kegelisahan, pembuktian, hadiah, humor, emosidan rasa harga diri.

(3) Variabel bahasa termasuk intensitas bahasadengan menggunakan kualifikasi argumen,pertanyaan retorika, bahasa pernyataan.

Pesan persuasif merupakan pesan yangstrategis untuk mengubah sikap seseorang denganmelibatkan kesadaran penerima komunikasi dalammenerima informasi dari komunikator.

2.2.3 Faktor Kepribadian Anggota Kelompok dalam Proses Komunikasi Persuasif

Kondisi psikologis yang ada pada diripenerima secara individual dapat menyebabkansikap dan perilaku mereka berbeda dalammerespons pesan. Namun, apabila melihat usiamahasiswa sebagai responden yang berusia antara18 tahun-25 tahun, kondisi psikologis mereka masihtidak stabil sehingga mudah dipersuasi. Hal inidibuktikan dengan hasil studi di Amerika (Azwar,1995:81) yang menyatakan bahwa “Masa muda(usia 18 s.d. 25 tahun) merupakan masa stabilitassikap sangat rendah sehingga lebih mudah dikenaipersuasi dibandingkan kelompok usia lainnya.”

Salah satu aspek dari diri penerima komunikasiyang dikaji dalam stiudi persuasif Hovland dkk.adalah faktor kepribadian. Menurut Allport (dalamSuryadibrata, 1995:2), kepribadian adalah samadengan watak, yakni: “Keseluruhan (totalitas)kemungkinan-kemungkinan bereaksi secaraemosional dan vaksional seseorang yangterbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur daridalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen)dan unsur-unsur dari luar (pendidikan danpengalaman, faktor-faktor eksogen).”

Apabila Allport menyatakan kepribadian atauwatak seseorang dipengaruhi oleh faktor luardan faktor dalam dari diri seseorang, Purwanto(1996:156) menekankan bahwa kepribadian sifatnyalebih khas pada setiap individu. Purwantomenjelaskan kepribadian sebagai berikut: “Sesuatuyang dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpaperubahan. Ia menunjukkan tingkah laku yangterintegrasi dan merupakan interaksi antarakesanggupan-kesanggupan bawaan yang adapada individu dengan lingkungannya. Ia bersifatpsikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniahmaupun rohaniah individu itu bersama-samamemegang peranan dalam kepribadian. Ia jugabersifat unik, artinya kepribadian seseorangsifatnya khas, mempunyai ciri-ciri tertentu yang

Page 8: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002356

membedakannya dari individu yang lain.”Kepribadian tidak berkembang begitu saja

tetapi perkembangannya dipengaruh olehbeberapa faktor yaitu faktor biologis, faktor sosial,dan faktor kebudayaan.(1) Faktor biologis, yaitu yang berhubungan

dengan keadaan jasmani atau seringkali puladisebut faktor fisiologis seperti pencernaan,pernapasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjarurat syaraf dll. Keadaan fisik yang berasal dariketurunan maupun yang merupakanpembawaan sejak lahir itu memainkan peranyang penting pada kepribadian seseorang.

(2) Faktor sosial, yaitu masyarakat, atau manusia-manusia lain disekitar individu yangmempengaruhi individu yang bersangkutan.Termasuk kedalam faktor sosial ini adalah,tradisi-tradisi, adat-istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dsb. yang berlaku dalammasyarakat itu.

(3) Faktor kebudayaan. Beberapa aspekkebudayaan yang sangat mempengaruhiperkembangan dan pembentukan kepribadianantara lain ialah:- Nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan

terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjungtinggi oleh manusia-manusia yang hidupdalam kebudayaan itu. Untuk dapatditerima sebagai anggota suatumasyarakat, kita harus memiliki kepribadianyang selaras dengan kebudayaan yangberlaku di masyarakat itu.

- Adat dan tradisi, di setiap daerah terdapatadat dan tradisi yang berlainan sehinggasetiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Adat dan tradisi menentukancara-cara bertindak dan bertingkah lakumanusia-manusianya.

- Pengetahuan dan keterampilan yangdimiliki seseorang sangat mempengaruhisikap dan tindakannnya. Tinggirendahnya pengetahuan dan keterampilanseseorang atau suatu masyarakatmencerminkan pula tinggi rendahnyakebudayaan masyarakat itu.

- Bahasa, bahasa merupakan salah satu

faktor yang turut menentukan ciri khassuatu kebudayaaan. Bahasa merupakanalat komunikasi antara individu yangsangat penting, juga merupakan alatberpikir bagi manusia.

- Milik kebendaan (material possesions),yang berupa benda-benda yang dipunyaiserta dipergunakan seperti alat-alattransportasi, alat-alat komunikasi, hasilkerajinan tangan sampai pada hasil pabrikdengan mesin modern dsb termasuk jugake dalam kebudayaan. Hal itu semuasangat mempengaruhi kepribadianmanusia.

Kondisi kepribadian penerima pesan memilikimakna dalam komunikasi persuasif, karena efek darikomunikasi persuasif dapat berbeda sesuai dengankondisi kepribadian penerima komunikasi yangberbeda-beda. Sehingga beberapa ahli memberikanhasil yang berbeda-beda mengenai hubunganantara komunikasi persuasif dengan kepribadian.

Janis (dalam Tan, 1981: 59) menemukanhubungan negatif antara self esteem dan persuasif,sementara Mc.Guire dan Ryan menemukanhubungan positif. Bauer (dalam Tan, 1981)melaporkan bahwa keberhasilan yang tinggi daripersuasi terjadi pada level menengah dari selfesteem. Selanjutnya Mc.Guires (dalam Tan,1981:58)memberikan hubungan persuasif dan kepribadiansebagai berikut:

(1) The mediational principle : Persuasidijembatani oleh dua tahap pesan yaitupenerimaan pesan yang meliputi perhatian danpemahaman pesan. Sedangkan pengirimanpesan dapat diukur dari perubahan pendapatpenerima pesan.

(2) The combinatory principle : Faktorkepribadian dalam persuasi terkadangmemberikan hasil yang bertentangan dalam halpenerimaan dan pengiriman pesan. Sepertihalnya kegelisahan yang sangat tinggimerintangi penerimaan pesan , namunmemudahkan pengiriman pesan.

(3) The situational weighting principle: Dalambeberapa situasi penerimaan pesan lebih

Page 9: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

357Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

berarti dibandingkan dengan pengirimanpesan demikian sebaliknya. Hubungan antarakepribadian dengan persuasif akan beragamdari situasi ke situasi yang lain tergantungkepada pentingnya penerimaan danpengiriman pesan.

(4) The confounded-variable principle: Sebagianbesar dari kepribadian kita saling berhubungan,misalnya harga diri berhubungan dengankegelisahan, intelegensia dan depresi. Ketikakita mempelajari kepribadian hanya dari satuvariabel saja dan tidak mengindahkan variabelkepribadian yang lain maka hasilnya akan tidakmemuaskan.

(5) The interaction principle: Kepribadian tidakhanya ditentukan oleh persuasif. Dalam situasikomunikasi persuasif tertentu hasilnya jugadipengaruhi oleh variabel-variabel lain sepertifaktor sumber, saluran komunikasi, pesan.Dalam situasi tertentu pengaruh kepribadiandalam persuasi mungkin ditentukan olehinteraksi antara variabel-variabel tersebut.

(6) The compensation principle : Untukmenyesuaikan diri dengan lingkungan kitaharus terbuka, tetapi jangan terlalu terbukaterhadap pengaruh luar. Apabila kita terlalutertutup maka akan menyulitkan kita. Dengankata lain apabila kita terbuka kita akanmenemukan kesulitan untuk memeliharastabilitas pikiran dan perilaku kita.

2.3 Kohesivitas dalam Kelompok

“Kohesi/kepaduan kelompok didefinisikansebagai kekuatan yang mendorong anggotakelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok danmencegahnya meninggalkan kelompok”(Rakhmat,1989:185). Kekuatan yang mendoronganggota kelompok untuk tetap tinggal tersebutdapat diakibatkan oleh beberapa hal, sepertidikemukakan Mc.David dan Harari (1968), yaitu(1) ketertarikan anggota secara interpersonal padasatu sama lain, (2) Ketertarikan anggota padakegiatan dan fungsi kelompok, (3) sejauhmanaanggota tertarik pada kelompok sebagai alat untukmemuaskan kebutuhan personalnya.

Unsur-unsur dalam kepaduan kelompok

tersebut merupakan pendorong kekuatan kelompokyang saling terkait satu dengan yang lain dalamkelompok tersebut. Kepaduan yang menyatukananggota dalam kelompok tersebut adalah katakunci dari kelompok sehingga dinyatakan bahwa“Kepaduan kelompok didefinisikan sebagaimembawa kelompok kepada tujuan bersama”(Bormann, 1976: 48).

Begitu kuatnya kohesi ini dalam mendukungefektivitas komunikasi sehingga Likert (dalamRakhmat,1989:186)menyatakan bahwa “... kohesikelompok berkaitan erat dengan produktivitas, danefisiensi komunikasi.” Semakin erat hubungan diantara anggota kelompok, maka semakin efektiftujuan kelompok. Hal ini karena bertambah kuatnyakeeratan hubungan akan mendorong meningkatkanfrekuensi interaksi antara anggota kelompok.Makin bertambah keeratan itu, makin besar pulaperubahan perilaku individu yang dapatditimbulkan para anggota kelompok.

Kepaduan tidak dapat tumbuh dengansendirinya, ia harus dibangun dan dipeliharasehingga dapat terbentuk. Untuk itu, menurutBormann (1976: 58), terdapat beberapa upaya untukmembangun kohesi kelompok, yaitu:(1) Kohesi atau kepaduan kelompok adalah

proses yang dinamis. Untuk membangunkelompok harus diketahui bahwa kelompokadalah proses yang dinamis. Anggota didalamkelompok tersebut suatu waktu akan tertarikatau mundur dari kelompok tersebut.Kepaduan dalam kelompok akan selaluberfluktuasi dari hari ke hari.

(2) Berikan penghargaan pada kelompok. Apabilaingin agar anggota kelompok tertarik kepadakelompok adalah dengan memberipenghargaan berupa hadiah atau imbalan bagianggota kelompok.

(3) Memahami motivasi individu dalam kelompok.Agar penghargaan yang diberikan sesuaidengan kebutuhan atau keinginan anggotadalam kelompok, lebih dahulu perlu upayauntuk memahami kebutuhan dan keinginanmanusia secara umum

Bettinghaus (dalam Rakhmat, 1989:186)memberikan beberapa implikasi komunikasi dalam

Page 10: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002358

kelompok yang kohesif:(1) Pada kelompok kohesif, devian akan ditentang

dengan keras, komunikator akan denganmudah berhasil memperoleh dukungankelompok jika gagasannya sesuai denganmayoritas anggota kelompok. Sebaliknya, iaakan gagal jika ia menjadi satu-satunya deviandalam kelompok.

(2) Pada umumnya, kelompok yang lebih kohesiflebih mungkin dipersuasi. Ada tekanan ke arahuniformitas dalam pendapat, keyakinan dantindakan.

(3) Komunikasi dengan kelompok yang kohesifharus memperhitungkan distribusi komunikasidiantara anggota-anggota kelompok. Anggotabiasanya bersedia berdiskusi dengan bebassehingga saling pengertian akan mudahdiperoleh. Saling pengertian membawatercapainya perubahan sikap.

(4) Dalam situasi pesan tampak merupakanancaman kepada kelompok, kelompok yanglebih kohesif akan lebih cenderung menolakpesan dibandingkan dengan kelompok yangtingkat kohesinya rendah.

(5) Dalam hubungannya dengan pernyataan diatas, komunikasi dapat meningkatkan kohesikelompok agar kelompok mampu menolakpesan yang bertentangan.

Melalui komunikasi persuasif yang dilakukansumber komunikasi dapat terbentuk sikap yangdiharapkan dikalangan anggota kelompok.

2.4 Perubahan Sikap: ApresiasiMahasiswa terhadap Seni Gamelan Sunda

2.4.1 Perubahan Sikap

Setiap kelompok biasanya memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan ini mengarahkan anggotauntuk bersikap dan berperilaku yang sesuai dengantujuan kelompok. Penelitian-penelitian tentangkomunikasi kelompok menunjukkan bahwa:Bertemunya sikap dapat diharapkan lebih teguhberpegang pada posisi mereka setelah berdiskusi,bahwa sebagian besar pengaruh datang darimayoritas, tapi minoritas dapat juga diharapkanuntuk memberi dampak yang cukup berpengaruh

terhadap sikap-sikap mayoritas, bahwa seringkaliposisi akhir yang dicapai setelah berdiskusi samasekali berbeda dengan posisi baik dari mayoritasmaupun minoritas sebelum diskusi, dan bahwa parapeserta diskusi dapat diharapkan lebih kritisterhadap masalah-masalah yang akan menjadidasar bagi mereka dalam bertingkah laku sesudahmasalah itu dibahas (Goldberg , 1985: 41).

Perubahan sikap dan tingkah laku anggotakelompok dapat dibentuk karena interaksi diantaramereka yang membawa kepada satu keputusanyang dapat diterima oleh setiap anggota didalamkelompok tersebut.

Terdapat beberapa aspek yang menunjukkanperubahan sikap dan perilaku dalam kelompok(Ross,1974:93):(1) Sikap dan perilaku dapat berubah dengan

pertemuan kelompok;(2) Rata-rata pendapat kelompok kecil cenderung

lebih baik daripada individual;(3) Kelompok kecil lebih mudah mencapai

konsensus, membangkitkan perasaan personaldiantara anggota dan lebih bertanggungjawabdalam memecahkan masalah;

(4) Kesimpulan dan sikap kelompok cenderunglebih menetap daripada kesimpulan sama yangdilakukan individual;

(5) Efektivitas dan partisipasi kelompok kecildapat ditingkatkan melalui latihan.

Sikap dan tingkah laku dapat didefinisikansebagai sistem tiga komponen yang kekal (terus ada)yang berpusat pada satu objek tunggal: “Keyakinanmengenai obyek yakni komponen kognitif; efekyang berkaitan dengan objek, yakni komponenperasaan; dan kecenderungan untuk bertindakdalam kaitannya dengan objek, yakni komponenkecenderungan tindakan.” (Krech, 1962: 19).

Ketiga komponen sikap dan perilaku tersebutmerupakan sistem yang ada pada diri manusianamun, keberadaannya dapat mengalamiinkonsistensi.

2.4.2 Kebudayaan Sunda

Kebudayaann Sunda, sebagai salah satukekayaan budaya yang ada di Indonesia, memilikiaspek-aspek yang dapat dikembangkan sebagai

Page 11: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

359Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

pendukung pembangunan mentalitas bangsa,khususnya masyarakat Jawa Barat. KebudayaanSunda adalah kebudayaan yang dihasilkan olehmasyarakat pendukungnya yaitu orang Sunda.Suku bangsa Sunda, menurut Harsoyo (dalamKoentjaraningrat, 1987:307), adalah “Orang-orangyang secara turun temurun menggunakan bahasaibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupansehari-hari dan berasal serta bertempat tinggal didaerah Jawa Barat.”

Bentuk-bentuk budaya Sunda sangatberagam, seperti bahasa dan kesusasteraan, musik,sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dsb.Kebudayaan Sunda, beserta segala aspeknya,merupakan kekayaan yang dapat menjadi sumberpotensial dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di era globalisasi saat ini. Falsafahhidup orang Sunda dapat menjadi landasan bagiterciptanya kehidupan yang lebih baiksebagaimana tercermin dalam motto peganganhidup orang Sunda: “Silih asih, silih asah, silihasuh”. Motto tersebut menunjukkan, sebagaimanusia harus senantiasa membina jalinankomunikasi yang adekuat (Adiwidjaja, 1995:28).Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Sundatersebut kemudian terefleksikan dan berwujud padaperilaku masyarakat Sunda dan produk-produkbudaya lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sehingga dengan demikian kebudayaantersebut memiliki fungsi bagi masyarakatpendukungnya. Menurut Atmadibrata, mengutipungkapan Bachtiar (1993), kebudayaan daerahmemiliki fungsi yaitu, “(1) melambangkan identitas(ciri mandiri), (2) membangun kepribadian, (3) alatkomunikasi” (Atmadibrata, 1993: 101). Fungsikebudayaan daerah tersebut lambat laun dapatterancam dengan derasnya arus globalisasi melaluiteknologi komunikasi massa, seperti halnya televisiyang setiap saat hadir di tengah keluarga Indone-sia. Untuk itu, kebudayaan daerah, khususnyakebudayaan Sunda, perlu senantiasa diperkenalkanmelalui institusi-institusi yang dapatmempengaruhi setiap elemen-elemen dimasyarakat.

2.4.3 Seni Gamelan Sunda sebagai Bagian dariKebudayaan Sunda

Seni gamelan Sunda merupakan salah satubentuk seni musik tradisional Sunda. Istilah gamelanberasal dari kata “gamel” yang berarti “pukul”(Upandi, 1982:5). Gamelan merupakan seperangkatalat musik tradisional yang sebagian besarinstrumennya dipukul. Santosa (1995:1)menyatakan: “Gamelan merupakan seperangkat alatmusik khas Indonesia yang kelengkapaninstrumennya dapat disejajarkan dengan simfoniorkestra di dunia Barat, sebagaimana alat musik padaumumnya, gamelan merupakan hasil olah budimanusia untuk mengungkapkan rasa estetika ataurasa mencurahkan keindahan.”

Selain merupakan ungkapan rasa keindahan,di Jawa Barat musik memegang peran pentingdalam kehidupan sehari-hari seperti menemanibekerja, beristirahat, sebagai hiburan dan jugadigunakan dalam acara-acara pernikahan,kelahiran, syukuran, memperingati kelahiranNabi Muhammad dsb. (Bradley,1993:21). GamelanSunda dikenal juga dengan sebutan “degung”.Pada jaman dahulu gamelan degung hanyadipergunakan dalam lingkungan bangsawantinggi. Karena digemari, maka timbul anggapansementara orang bahwa kata degung berasal darikata “Ratu Agung”, dari asal kata “Tumenggung”,yaitu salah satu gelaran bupati jaman dahulu.

Gamelan Sunda (degung) adalah gamelan khasPasundan yang terdiri dari saron, gambang,bonang, gong, ketuk, kempul, kenong, kendang,dan ditambah dengan alat gesek (rebab). Seiringdengan perkembangan zaman, instrumen degungtidak hanya dibunyikan dengan dipukul saja tetapiditambah dengan instrumen lain yang ditiup,seperti suling. Degung memiliki karakteristiktersendiri yang sesuai dengan karakteristik orangSunda yaitu lebih “berbicara” dan “sederhana”.

2.4.4 Apresiasi Seni Gamelan Sunda di Kalangan Mahasiswa

Kegiatan apresiasi itu bukan suatu kegiatantunggal melainkan sejumlah kegiatan yang saling

Page 12: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002360

berhubungan seperti kegiatan bermain, perhatian,minat, sikap, kebiasaan, dan ketrampilan. Kegiatan-kegiatan itu menimbulkan pengalaman danpengalaman itu penting kedudukannya dalamproses belajar.

Kegiatan yang dijalani diikuti atau direaksi olehseseorang membentuk suatu pengalaman. Prosestersebut disebut mengalami. Mengalami itu dapatterjadi secara langsung, yaitu menjalani seluruhkegiatan dalam kenyataan, dapat pula melaluipengalaman orang lain (Ronme dalamRusyana,1984:323). Aspek dalam apresiasi tidakdapat dilepaskan dari domain sikap yang meliputibidang kognitif, bidang afektif, dan bidang konatif/psikomotor. Ketiga bidang tersebut menyatusehingga membentuk sebuah apresiasi. Melaluiaktivitas-aktivitas seni gamelan Sunda yangmelibatkan ketiga aspek tersebut lambat laun dapatterbentuk apresiasi seni Gamelan Sunda.

Lingkung Seni Sunda di perguruan tinggi,sebagai salah satu kelompok yang memilikikepedulian akan keberadaan seni Sunda, memilikitujuan, antara lain, membentuk apresiasi seni Sundapada anggotanya. Apresiasi dapat dijelaskansebagai pengenalan dan pemahaman yang tepatterhadap nilai seni dan kegairahan kepadanya sertakenikmatan yang timbul sebagai akibat semuaitu (Rusyana 1984:323). Apresiasi, selainmerupakan pemahaman yang mendalam tentangsesuatu, dapat juga diwujudkan dalam suatukegiatan yaitu kegiatan apresiasi. Sedangkankegiatan apresiasi adalah Perbuatan yangdilakukan dengan sadar dan bertujuan untukmengenal dan memahami dengan tepat nilai seniuntuk menumbuhkan kegairahan kepadanya, danmemperoleh kenikmatan daripadanya. Apresiasi,apabila dikaji dari pengertiannya, tidak dapatdilepaskan dari domain sikap sebagaimana telahdiuraikan di atas.

Cakupan apresiasi sangat luas meliputiberbagai aspek kehidupan, antara lain, kesenian.Seni menurut Sedyawati (1981:58) dapatdikategorikan dalam pengertian seniman danpengertian orang awam yang memiliki maknaberbeda. Seni bagi seniman yang penting adalahmenyatakan suatu pengalaman unik, sedang bagi

orang awam kepentingannya hanya sekedar untukmengetahui agar tidak ketinggalan dari keseluruhanarus kehidupan masyarakat. Diantara dua kelompoktersebut adalah suatu lapisan tengah, satu bagiandari lapisan tengah ini ada di sayap seniman yangberperan sebagai penafsir, sedang bagian lain adadisayap awam yaitu mereka yang berperan sebagaiapresiator.”

Mahasiswa yang aktif di lingkungan seniSunda dapat berperan sebagai apresiator senigamelan Sunda apabila ia mengenal dan memahamisecara mendalam seni gamelan Sunda.

Seni gamelan Sunda selain berfungsi hiburanjuga memiliki nilai pendidikan yang tinggi dan nilaipendidikan tersebut penting dalam membentuksikap mental kaum muda. Becker (1980) dalambukunya Gamelan Stories menyatakan bahwa“Seni karawitan tidak hanya berfungsi sebagaihiburan tetapi juga penting bagi pendidikan secarafisik dan spiritual bagi yang mempelajarinya secaramendalam.” Nilai-nilai yang terkandung dalamgamelan Sunda, menurut Becker, adalah“Kesatuan, kepaduan, dan kebersamaan yangsangat tinggi. Individualisme tidak memiliki tempatpada seni musik gamelan ini.”

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam senigamelan Sunda tersebut adalah merupakan refleksidari nilai-nilai yang ada dalam masyarakatpendukungnya sehingga menjadi ciri darimasyarakat tersebut. Hal ini seperti dinyatakanZanten (1984:3), “Kita tidak dapat mengetahuitentang masyarakat tanpa musik. Musik adalahkebutuhan sosial dan merupakan sumber informasiyang berharga mengenai suatu masyarakat.”

Selanjutnya Sudoyono (1984:2) dalambukunya Gamelan Jawa menyatakan: “Degungsebagai salah satu kekayaan budaya Sunda perludilestarikan keberadaannya. … dengan menguasailagu-lagu serta terampil menabuh dan menyanyidalam gamelan tradisi akan dapat memenuhituntutan akademi yaitu memelihara sekaligusmelestarikannya yang dewasa ini sangatdibutuhkan dalam negara yang sedangmembangun ini.”

Melalui pengenalan dan pemahaman yangmendalam tentang seni gamelan Sunda diharapkan

Page 13: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

361Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

dapat tumbuh apresiasi seni gamelan Sundadikalangan mahasiswa sehingga keberadaan senitersebut secara tidak langsung terjaga. Melaluikelompok Lingkung Seni Sunda, apresiasi padaseni gamelan Sunda dapat ditumbuhkan melaluikegiatan-kegiatan komunikasi kelompok yangkomunikatif.

2.5 Kaitan Komunikasi Persuasif danKohesivitas Kelompok dengan ApresiasiSeni Gamelan Sunda

Untuk mempertahankan anggota dalamkelompok sebagai upaya mencapai tujuankelompok, faktor-faktor dalam komunikasikelompok dapat mendukung situasi agar anggotakelompok tetap tinggal dalam kelompok. Banyakfaktor yang dapat mempengaruhi efektivitaskomunikasi kelompok dalamkelompok Lingkung Seni Sunda,hal itu menurut Mabry (1980:245)karena tindakan komunikasimempengaruhi dan dipengaruhioleh, antara lain, kepribadiananggota, sumber, karakteristikpimpinan, dan hubungan (kohesi)anggota. Unsur-unsur tersebutmerupakan unsur yangmemerlukan perhatian, karenamerupakan unsur yangmendukung efektivitaskomunikasi.

Optimalisasi dari keberadaanunsur-unsur tersebut dalamkelompok dapat membawakelompok kepada tujuan yangdiharapkan karena komunikasikelompok telah digunakan untuksaling bertukar informasi,menambah pengetahuan,memperteguh, atau mengubahsikap dan perilaku,mengembangkan kesehatan jiwadan meningkatkan kesadaran(Rakhmat, 1989:158). Melaluipemahaman unsur-unsur yang

dapat mempengaruhi komunikasi kelompok yangefektif dalam kelompok lingkung seni Sundadiharapkan tujuan Lingkung Seni Sunda dalammembentuk apresiasi gamelan Sunda dikalangananggotanya dapat dicapai.

Komunikasi persuasif sebagai satu teknikkomunikasi telah dipercaya efektif dalammengubah sikap dan perilaku. Komunikasipersuasif yang dilakukan pelatih seni gamelanSunda dalam lingkup komunikasi kelompokLingkung Seni Sunda mahasiswa merupakan teknikkomunikasi yang strategis dalam mendukungtujuan kelompok.

Penelitian mengenai persuasi kemudiandikembangkan oleh Hovland, Janis, dan Kelly’s(dalam Tan, 1981: 95) dengan mengemukakan modelpersuasi yang mengandung sejumlah variabelsebagai berikut:

Sumber: (Tan, 1981:95)

Faktor-faktor Sumber - Keahlian - Dapat dipercaya - Disukai - Status - Ras - Agama

Faktor-faktor Pesan - Urutan

argumentasi - Satu sisi atau dua

sisi - Tipe daya tarik - Kesimpulan implisit

atau Eksplisit.

Faktor-faktor Subjek Penerima - Kemudahan

dibujuk - Sikap semula - Intelegensi - Harga diri - Kepribadian

Perubahan Sikap

Perubahan tindakan

Perhatian

Penerimaan

Pemahaman

Perubahan pendapat

Perubahan persepsi

Perubahan afeksi

Gambar 2 Model Komunikasi Persuasi

Variabel yang mem pengaruhi

Proses perantara internal

Efek komunikasi yang tampak

Page 14: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002362

Berdasarkan model sebelumnya, dalampenelitian ini, penulis hanya meneliti beberapaaspek sebagai variabel penyebab seperti tampakdalam gambar berikut ini:

Penelitian persuasi yang pernah dilakukan

Hovland dkk. melihat setiap unsur komunikasipersuasi sebagai suatu hal yang memiliki perandan saling berkaitan satu dengan lainnya. Larson(1986:80) menyatakan: Keterkaitan antara satuunsur dengan unsur lainnya dalam komunikasimerupakan fokus dari persuasi. Tidak saja padasumber, pesan, atau penerima, masing-masing darikomponen tersebut seimbang dan perlu bekerjasama dalam proses persuasi. Persuasi adalah upayakombinasi usaha dari sumber dan penerima.

Kondisi psikologis anggota dalam kelompokjuga mempengaruhi efektivitas komunikasi.Kondisi psikologis yang ada pada diri penerimasecara individual dapat menyebabkan sikap danperilaku mereka berbeda dalam merespons pesanyang diterimanya. Kondisi psikologis mahasiswa,

Gambar 3

Faktor-faktor Sumber - Keahlian - Dapat dipercaya - Disukai

Faktor-faktor Pesan - Tipe daya tarik

Faktor-faktor Subjek Penerima

- Kepribadian

Perhatian

Pemahaman

Penerimaan

Perubahan

persepsi

Perubahan tindakan

Perubahan afeksi

Variabel Yang Mempengaruhi

Proses Perantara Internal Efek Yang Nampak

sebagai subjek penelitian, masih berada dalam usialabil, mudah dipengaruhi.

Kohesi/keeratan hubungan di antara anggotakelompok Lingkung Seni Sunda juga merupakanfaktor penting bagi terbentuknya sikap apresiatif

di kalangana n g g o t a n y a .Suasana di dalamkelompok lingkungseni Sunda yangkohesif akanmembuat anggotakelompok merasasenang berada didalam kelompoktersebut sehinggatujuan kelompokdapat lebih mudahdicapai. RensisLikert (dalamRakhmat, 1989:186)menemukan bahwakohesi kelompokberkaitan eratd e n g a nproduktivitas, danefisiensi komunikasi.

Berkaitan dengan hubungan antara keeratanhubungan di antara anggota dengan apresiasi senigamelan Sunda di kalangan anggotanya, Festinger(dalam Indrawijaya, 1986:121) mengemukakan pulabahwa “Bertambah kuatnya keeratan hubunganakan mendorong meningkatkan frekuensi interaksiantara anggota kelompok.” Makin bertambahkeeratan itu, makin besar pula perubahan perilakuindividu yang dapat ditimbulkan para anggotakelompok. Menurut Bettinghaus (dalam Rakhmat,1989:186), kelompok yang kohesif lebih mungkindipersuasi, ada tekanan ke arah kesamaan dalampendapat, keyakinan dan tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, garis besar teoriyang menjadi landasan berpikir dalam penelitianini dilukiskan dalam gambar berikut:

Page 15: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

363Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

Psiko Kognitif/Aliran Gestalt Wolfgang Kohler (1910)

Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif, mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna

Field Theory/Teori Medan Kurt Lewin (1940)

Memaksimalkan kondisi yang berbeda dari individu dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok melalui komunikasi, dengan rumus B =F (P,E)

Dinamika Kelompok Stogdill (1959) Konsep tentang sistem kelompok yang

berkeyakinan bahwa tujuan kelompok dapat dicapai melalui urutan input-proses-output

Person (diri seseorang) - Kepribadian

Behaviour/Perilaku

Environment (Lingkungan) - Komunikasi - Kohesivitas

Gambar 4 Kerangka Pikiran Penelitian

Personalities

Individual Member Caracteristic

Cohessiveness

Changes in Group members

Verbal & non verbal, Message

exchange,

Integrative processes

Environmental Constraints

Task Environement

Achievement through

Communication

Achievement and development

Variabel Komunikasi persuasif: - Kredibilitas sumber (pelatih gamelan) -Daya tarik pesan mengenai gamelan -Kepribadian anggota

Variabel Apresiasi seni gamelan sunda- dikalangan mahasiswa:

- Pengetahuan tentang seni

gamelan sunda Menyukai seni gamelan sunda

- Keterlibatan memainkan dan menikmati gamelan sunda

Variabel Kohesivitas Kelompok: - Ketertarikan anggota secara interpersonal

pada satu sama lain - Ketertarikan anggota pada kegiatan dan

fungsi kelompok

Page 16: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002364

Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secaraaktif, mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan,

Berdasarkan kerangka pikiran yang telahdiuraikan, dibuat skema penelitian yangmemperlihatkan hubungan antara variabel bebas(komunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sundadan kohesi kelompok) dengan variabel terikat(apresiasi seni gamelan Sunda di kalanganmahasiswa) sebagai berikut:

2.6 HipotesisBerdasarkan kerangka pikiran yang telah

dikemukakan, peneliti merumuskan hipotesissebagai berikut:

Hipotesis Utama: Terdapat hubungan yang berarti antara

komunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sundadan kohesi kelompok Lingkung Seni Sundamahasiswa di perguruan tinggi Bandung denganapresiasi seni gamelan Sunda dikalanganmahasiswa.

Subhipotesis:(1) Terdapat hubungan yang berarti antara

kredibilitas pelatih seni gamelan Sunda denganapresiasi mahasiswa anggota Lingkung Seni

Sunda terhadap seni gamelan Sunda.(2) Terdapat hubungan yang berarti antara daya

tarik pesan mengenai seni gamelan Sundadengan apresiasi mahasiswa anggotaLingkung Seni Sunda terhadap seni gamelanSunda.

(3) Terdapat hubungan yang berarti antarakepribadian (tingkat kepercayaan diri)mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda

dengan apresiasinyaterhadap seni gamelanSunda.(4)Terdapat hubunganyang berarti antaraketertarikan anggotasecara interpersonal padasatu sama lain denganapresiasi mahasiswaanggota Lingkung SeniSunda terhadap senigamelan Sunda.(5)Terdapat hubunganyang berarti antaraketertarikan mahasiswaanggota Lingkung SeniSunda pada kegiatan danfungsi kelompok dengan

apresiasinya mahasiswa anggota LingkungSeni Sunda terhadap seni gamelan Sunda.

3 Metodologi Penelitian3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survai,yang berarti mengumpulkan informasi dari sekianbanyak sampel untuk mewakili seluruh populasiyang ada. Menurut Masri Singarimbun, ciri khaspenelitian ini adalah data dikumpulkan dariresponden yang banyak jumlahnya denganmenggunakan kuesioner (Singarimbun, 1989:25).

3.2 Operasionalisasi VariabelDengan mengacu pada pendapat Tan (1981),

DeVito (1993:381), Ilardo (1984:4), Lauster (1994:9), dan Mc.David dan Harari (1968), variabel bebas(X) yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Variabel Komunikasi persuasif pelatih: - Kredibilitas pelatih seni gamelan Sunda - Daya tarik pesan mengenai gamelan Sunda - Kepribadian anggota

Variabel Kohesi Kelompok: - Ketertarikan anggota secara

interpersonal pada satu sama lain - Ketertarikan anggota pada kegiatan dan

fungsi kelompok

VariabelApresiasi seni Gamelan Sunda dikalangan mahasiswa:

- Pengetahuan tentang seni

gamelan Sunda - Menyukai seni gamelan Sunda - Keterlibatan memainkan dan menikmati seni gamelan Sunda

Gambar 5 Hubungan Antara variabel bebas (X) dengan variabel takbebas (Y)

Variabel X: Variabel Y:

Page 17: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

365Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

(1) Komunikasi persuasif terdiri dari beberapasubvariabel, yaitu:

a. Kredibilitas pelatih gamelan Sunda denganindikator sebagai berikut:- Kompetensi: mengacu pada pengetahuan

dan kepahaman pelatih menurutmahasiswa.

- Karakter: mengacu pada itikad danperhatian pelatih menurut persepsimahasiswa.

- Karisma: mengacu pada kepribadian dankedinamisan pelatih menurut persepsimahasiswa

b. Daya tarik pesan mengenai gamelan Sunda,dengan indikator sebagai berikut:- Pesan Verbal- Pesan Non Verbal

c. Kepribadian (tingkat kepercayaan diri)anggota kelompok.

(2) Kohesivitas kelompok, terdiri dari beberapasubvariabel sebagai berikut:

a. Ketertarikan anggota secara interpersonalpada satu sama lain.

b. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsikelompok.

Selanjutnya, variabel terikat (Y) yang akanditeliti didasarkan pada pendapat Rusyana(1984:323): Apresiasi seni gamelan Sunda,indikatornya adalah sebagai berikut:- Pengetahuan tentang seni gamelan Sunda- Menyukai seni gamelan Sunda- Keterlibatan anggota dalam memainkan dan

menikmati seni gamelan Sunda.

3.3 Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah para

mahasiswa anggota lingkung seni Sunda diPerguruan Tinggi yang berlokasi di Bandung.Berdasarkan hasil penelitian awal diketahui dari 39Perguruan tinggi di Bandung yang memiliki Pro-gram S1, 10 di antaranya memiliki kelompoklingkung seni Sunda.

Kesepuluh Perguruan tinggi yang memilikikelompok lingkung seni Sunda dapat dilihat padatabel berikut.

No. Unit Perguruan Tinggi

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

Unpad ITB IKIP

Unpas UKM Itenas Unla

Unisba STIE Pasundan

STIEPAR

Sumber : Survey Pendahuluan

Oleh karena tidak terdapat kerangka samplinglengkap dari ke seluruhan unit pengamatan, makadigunakan sampling klaster satu tahap denganmenganggap Perguruan tinggi sebagai klaster.

Selanjutnya, nomor unit 04, 01, dan 07 terpilihsebagai unit sampling. Selengkapnya perguruantinggi yang terpilih ke dalam sampel dapat dilihatpada tabel berikut.

3.4 Teknik Pengumpulan DataData diperoleh dengan jalan mengamati,

mewawancarai secara langsung, dan pengisiandaftar pertanyaan oleh responden. Pertanyaandisusun dengan menggunakan skala Likert.Pernyataan yang disusun dibuat dalam bentukpernyataan positif dan pernyataan negatif.

Selain itu, data diperoleh dari berbagaireferensi seperti buku, tesis, laporan penelitian,dokumen-dokumen, surat kabar, majalah, danpenerbitan lainnya yang ada relevansinya denganmasalah penelitian, serta hasil wawancara yangdilakukan dengan pihak-pihak terkait.

3.5 Rancangan Uji Hipotesis

Untuk melakukan pengujian hipotesisdilakukan melalui tiga tahapan pengerjaan. Pertamaanalisis awal yang menyangkut pengujian validitas

Tabel 1Perguruan Tinggi yang Memiliki Kelompok

Lingkung Seni Sunda

Page 18: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002366

dan reliabilitas kuesioner. Tahap keduatransformasi data dari skala pengukuran ordinalke interval. Tahap ketiga pengujian hipotesismelalui analisis regresi linier berganda.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan4.1 Identitas Responden

Jenis Kelamin. Jenis kelamin anggotaLingkung Seni Sunda mahasiswa di perguruantinggi pada tabel memperlihatkan mayoritas adalahperempuan (58,33%) sedangkan laki-laki (41,67%).

Tabel 2Jenis Kelamin Anggota

Jenis kelamin Frekuensi Persentasi

Perempuan 42 58,33Laki-laki 30 41,67Jumlah 72 100,00

Daerah Asal Orang Tua. Data mengenaidaerah atau tempat asal kedua orang tuaresponden menunjukkan sebagian besar (84,72%)dari Jawa barat atau daerah Sunda. Sebanyak(12,50%) daerah atau tempat asal orang tuaresponden berasal dari Jawa Barat dan luar JawaBarat seperti Makasar, Padang, Sumatera, dsb.Sedangkan responden yang kedua orang tuanyaberasal dari luar Jawa Barat hanya sebanyak(2,78%) yaitu dari Riau dan Padang.

Tabel 3Daerah/Tempat Asal Orang Tua Responden

Asal orang tua Frekuensi Persentasi

Jawa Barat 61 84,72Campuran 9 12,50Luar Jawa Barat 2 2,78

Jumlah 72 100,00

Lama Bergabung dalam Kelompok. Lamabergabung responden dalam kelompok LingkungSeni Sunda adalah responden yang bergabungkurang dari 1 (satu) tahun lamanya (44,44%),responden yang bergabung selama 1-2 tahunsebanyak (23,61%). Sedangkan yang telahbergabung lebih dari 2 (dua) tahun sebanyak(31,95%).

Tabel 4Lama Bergabung dalam Kelompok Lingkung

Seni Sunda Mahasiswa

Lama bergabung Frekuensi Persentase

Kurang dari 1 tahun 26 44,441 – 2 tahun 21 23,61lebih dari 2 tahun 25 31,95

Jumlah 72 100,00

4.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

(1) Hubungan Komunikasi PersuasiPelatih Seni Gamelan Sunda denganApresiasi Seni Gamelan Sunda diKalangan MahasiswaPengujian statistik hipotesis menunjukkan

hasil yang signifikan. Artinya, terdapat hubunganyang berarti antara variabel bebas dan variabel takbebas di atas. Hasil uji hipotesis tersebutmendukung ungkapan Ilardo (1984:4) bahwa“Komunikasi persuasif adalah proses yangmengubah keyakinan, sikap keinginan atauperilaku yang disadari atau tidak disadari denganmenggunakan pesan verbal dan non verbal.”Beberapa penelitian tentang komunikasi persuasifdalam kelompok menghasilkan efektivitas darikomunikasi persuasif ini. Seperti halnya yangdikemukakan Borman (1976:13) bahwa “Beberapapenelitian menemukan nilai-nilai persuasif yangdilakukan orang dalam berdiskusi dapat mengubahperilaku dalam kelompok dibandingkan denganteknik mendengarkan ceramah atau membaca.” Hal

Page 19: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

367Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

itu terjadi dalam kelompok Lingkung Seni Sundamahasiswa karena dimungkinkan, selain sifatkomunikasi yang dilakukannya langsung (tatapmuka), juga karena interaksi yang dilakukan olehsetiap anggota dalam kelompok tersebut sifatnyainformal, tidak kaku walaupun dalam strukturkelompoknya terdapat pimpinan dan strukturtertentu yang mengatur jalannya kelompok.

Situasi demikian mempengaruhi pula interaksiyang dilakukan antara pelatih seni gamelan Sundadengan anggota yang terlibat dalam seni gamelanSunda. Interaksi yang dilakukan antara pelatih dananggota interaksi yang sifatnya sangat informal,seperti halnya hubungan yang dilakukan denganseorang teman walaupun salah satunya memilikikemampuan yang lebih baik dari pada yang lainnya.Melalui komunikasi persuasif anggota akan merasatidak dipaksa untuk melakukan sesuatu. Anggotakelompok Lingkung Seni Sunda dengankesadarannya bersedia untuk terlibat melakukankegiatan-kegiatan latihan yang diselenggarakankelompok tanpa merasa dipaksa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakomunikasi persuasif dari pelatih seni gamelanSunda di dalam kelompok tersebut memiliki maknayang cukup penting.

(2) Hubungan Kredibilitas Pelatih SeniGamelan Sunda dengan ApresiasiSeni Gamelan Sunda di KalanganMahasiswaDalam penelitian ini variabel kredibilitas

pelatih gamelan Sunda memiliki hubungan yangberarti dengan variabel apresiasi seni gamelanSunda di kalangan mahasiswa anggota LisesUnpad, Unpas, dan Unla.

Faktor kredibilitas sumber tidak dapatdilepaskan dalam sebuah proses komunikasipersuasi. Beberapa penelitian menemukan bahwakredibilitas sumber dapat mempersuasi orang(Infante, 1990: 174). Berdasarkan pengamatanpeneliti, faktor kredibilitas pelatih gamelan Sundasebagai nara sumber yang memiliki pengetahuanserta keterampilan dalam berkesenian gamelanSunda; ia juga memegang peran penting dalamupaya memperkenalkan seni gamelan Sunda agar

mahasiswa mengenal dan mencintai seni gamelanini lebih dalam. Banyak faktor pendukung dalamkredibilitas komunikator yang menjadikan penerimapesan menjadi ter tarik pada apa yangdiucapkannya. Faktor tersebut adalah, antara lain,pengetahuan dan keterampilan penyampai pesan.Namun, hal itu saja belum memadai karenapenyampai pesan harus memiliki kemampuan dalammenyampaikannya dengan cara yang dapatdimengerti dan diterima oleh penerima pesan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pelatihgamelan Sunda pada kelompok Lingkung SeniSunda ini umumnya memiliki latar belakangpengetahuan kesenian Sunda yang memadai yangdidapatnya dari pendidikan secara akademisataupun secara informal dari orang tua danlingkungan terdekatnya. Selain itu, usia dari parapelatih ini umumnya relatif masih muda sehinggaia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diridengan keinginan dari mahasiswa sebagai anggotayang menjadi sasarannya. Bahkan, salah satu dariketiga kelompok lingkung seni mahasiswa tersebut,pelatihnya adalah dari kalangan mereka sendiriyang masih mahasiswa, namun memiliki keahliandalam bidang seni gamelan Sunda. Melaluipendekatan intim seperti layaknya seorang teman,pelatih seni gamelan Sunda lebih dapat memahamikeinginan-keinginan dari anggotanya sehinggapelatih dapat dengan mudah menyampaikankeinginannya pada sasarannya.

Hal itu selaras dengan Model Fungsionalyang dikemukakan Infante (1990:175) yangmemandang kredibilitas sumber sebagai tingkatandi mana sumber dapat memuaskan kebutuhanpenerima. Menurut model ini, pada situasipersuasif terdapat tiga proses yang secara simultanterjadi yaitu: Pertama, penerima menyadari akankarakteristik sumber seperti kualitas suara,pendidikan, status sosial. Kedua, penerimamenentukan krieteria untuk menilai sumber dalamsuatu situasi, seperti penerima menyadari bahwafungsi dari sumber adalah harus dapat melayanipenerima, memberikan informasi , dan menghibur.Ketiga, penerima membandingkan karakteristikyang dimiliki sumber dengan kriteria fungsionaldari sumber. Selanjutnya penerima akan menilai

Page 20: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002368

sumber yang telah memberikan informasi danmenghibur mereka dengan karakteristik yangdimiliki sumber dan selanjutnya mereka dapatmenilai apakah mereka lebih menikmatipembicaraannya, atau memperhatikanpembicaranya.

(3) Hubungan Daya Tarik Pesan PelatihSeni Gamelan Sunda dengan ApresiasiSeni Gamelan Sunda di KalanganMahasiswaHasil uji hipotesis menunjukkan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pesan yangdisampaikan oleh pelatih seni gamelan Sundadengan apresiasi seni gamelan Sunda dikalanganmahasiswa anggota Lises Unpad, Unpas dan Unla.Walaupun faktor pesan memiliki pengaruh yangsangat besar dalam proses komunikasi persuasif,menurut infante (1990: 208), “Hampir dua dekadedari penelitian komunikasi menghasilkan bahwatidak nampak dukungan langsung hubungan yangpositif antara fakta atau isi dalam pesan denganpersuasi.” Kenyataan ini, dalam konteks penelitianyang dilakukan, dimungkinkan karena kredibilitaspelatih seni gamelan Sunda sudah cukup baiksehingga anggota kelompok tidak lagi mengamatipesan yang disampaikan oleh pelatih, namunmereka lebih memperhatikan pelatih atau sikap danperilaku pelatih. Anggota menganggap perilakuyang ditunjukkan oleh pelatih sudah merupakandaya tarik bagi mereka untuk mengenal seni gamelanSunda tersebut.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwaketika sumber menyampaikan pesan pada penerima,dalam suatu proses komunikasi, dapat terjadiproses yang meliputi penilaian terhadapkarakteristik kemudian fungsi dari sumber sebagaipemberi informasi atau sebagai penghibur,kemudian pada akhirnya penerima pesan dapatmemberikan penilaian pada sumber dengan memilihkepada informasinya atau pada pembicaranya.

Tampaknya, pesan dalam konteks penelitianini merupakan pesan yang tidak asing bagi anggotakelompok. Dalam kaitan ini, McCroskey (1969)menyatakan bahwa, “Fakta yang lama

mempengaruhi sedikit pada pendengarnya, untukmempengaruhi sikap dan persepsi pendengar,pesan yang disampaikan haruslah pesan yang baruuntuk pendengar.” Chan (1994:169) dalampenelitiannya mengungkapkan, “Dalam hal-haltertentu, pesan yang disampaikan tidak mampumengubah sikap audiens karena adanya faktor-faktor lain sekalipun komunikator memilikikemampuan, terpercaya, dan mempunyai karakteryang menyenangkan.” Senada dengan itu, dalampenelitiannya Marwan (1994 (123) menyatakanbahwa “… Seseorang kadangkala mendengarkansuatu pesan bukan karena isinya, tetapi karenakredibilitas komunikatornya.”

Proses komunikasi yang terjadi antara pelatihgamelan Sunda dengan anggota kelompok yangterlibat dalam seni gamelan Sunda adalah suatuproses yang lebih mengutamakan makna hubungandaripada makna pesan yang disampaikan. Pelatihseni gamelan Sunda menganggap apabila anggotaterlalu diberikan pesan-pean yang sifatnyainstruksional dan teoritis mereka agak sulit untukmenyerap isi pesannya. Oleh karena itu, pelatihmencari cara lain untuk mengajak mahasiswaanggota lingkung seni Sunda dengan cara yanglebih luwes dengan pendekatan seperti halnyapendekatan seorang teman dan pesan disampaikansambil mereka melakukan latihan menabuh (learn-ing by doing).

(4) Hubungan Kepribadian Anggotadengan Apresiasi Seni Gamelan Sundadi Kalangan MahasiswaFaktor kepribadian dalam dimensi komunikasi

persuasif dari Hovland merupakan dimensi yangperlu diamati dalam proses komunikasi persuasi.Dalam penelitian ini variabel kepribadian anggotatidak berhubungan secara signifikan denganapresiasi seni gamelan Sunda di kalanganmahasiswa anggota Lises Unpad, Unpas dan Unla.Beberapa penelitian menemukanketidakseragaman dalam melihat efek kepribadiandengan persuasi ini. Menurut Tan (1981:183),kepribadian tidak hanya menentukan komunikasipersuasif, dalam situasi komunikasi persuasif

Page 21: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

369Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

pengaruhnya dapat saja disebabkan oleh faktorsumber, saluran, dan pesan. Beberapa aspek dalamdimensi kepribadian juga dapat mengakibatkanrespon dari setiap individu terhadap sesuatu halberbeda satu sama lainnya, hal itu dapatdipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, intelegensia,pengetahuan, pandangan individu tentang dirinya,dsb.

Janis (dalam Tan,1981: 183) menemukanhubungan yang negatif antara harga diri denganpersuasi. Berkaitan dengan harga diri seseorang,Ross (1974:39) mengemukakan bahwa “Orangyang memiliki harga diri tinggi lebih sulit dipersuasidibandingkan dengan orang yang rendah hargadirinya.” Berkaitan dengan hal tersebut, penelitiberanggapan tidak adanya hubungan yang berartiantara variabel kepribadian dalam kontekskomunikasi persuasif dengan apresiasi senigamelan Sunda dimungkinkan karena anggotakelompok Lingkung Seni Sunda mahasiswaumumnya cukup memiliki harga diri ataukepercayaan diri yang cukup baik mengenai senigamelan Sunda ini. Sehingga bagi mereka haltersebut sudah bukan masalah lagi. Individu yangmemiliki harga diri tinggi umumnya lebih sulit untukmenerima persuasi dikarenakan keteguhanpendirian mereka (Cook dalam Brigham, 1991:80).

(5) Hubungan Kohesi Kelompok AnggotaLingkung Seni Sunda dengan ApresiasiSeni Gamelan Sunda di KalanganMahasiswaVariabel kohesi kelompok memiliki hubungan

yang berarti dengan apresiasi seni gamelan Sundadi alangan mahasiswa anggota Lises Unpad,Unpas, dan Unla. Hal ini mendukung pendapatShaw (1968: 91) bahwa “Anggota yang memilikikohesi kelompok yang tinggi lebih memilikiperhatian pada kelompoknya dan memiliki motivasiyang kuat untuk mendukung kesejahteraankelompoknya, meningkatkan tujuan, danberpartisipasi dalam kegiatan kelompok.” Sepertidinyatakan sebelumnya, sifat komunikasi di antaraanggota yang terlibat dalam Lingkung Seni Sundaadalah informal. Sifat komunikasi seperti iniseringkali ditemukan dalam kelompok yang

kepaduan kelompoknya tinggi. Hal ini jugadimungkinkan oleh karena pada umumnya anggotamasuk ke dalam kelompok ini adalah dengankesadarannya sendiri. Kehadiran mereka dalamkelompok untuk terlibat dalam kelompokmerupakan kerinduan mereka akan pola hubunganyang dekat di antara mereka sehingga kegiatankelompok tidak merupakan beban bagi anggota.Kondisi ini membuat potensi konflik dalamkelompok sangatlah kecil dan situasi seperti inisekaligus sangat mendukung dalam upayapencapaian tujuan kelompok.

Lingkung Seni Sunda yang kohesif akanmemberikan suasana pada setiap anggota untukdapat lebih mudah mengekspresikan dirinya karenakelompok saling mendukung anggota untukmencapai tujuan kelompok. Keterbukaan yangterjadi di antara anggota hingga mengenai masalahyang sifatnya personal membuat hubungan diantara mereka, sekaligus merupakan upayapenyegaran dari kejenuhan aktivitas mereka yanglain. Kondisi kelompok yang demikian membuatupaya komunikasi persuasif sangat mudahdilakukan.

(6) Hubungan Ketertarikan Anggota padaSatu Sama Lain dengan Apresiasi SeniGamelan Sunda di KalanganMahasiswaKohesi kelompok dalam penelitian ini dilihat

dari aspek ketertarikan anggota pada satu samalain. Hasil penelitian menunjukkan variabelketertarikan anggota pada satu sama lain dalamkelompok tidak memiliki hubungan yang signifikandengan apresiasi seni gamelan Sunda. Lott andlott (dalam shaw, 1968: 98) menyatakan, “Sejak dayatarik interpersonal tidak selalu memiliki korelasisecara signifikan dengan indikator lain dari dayatarik kelompok, kami lebih menyukai memilikipandangan bahwa daya tarik kelompok hanyalahsalah satu dari beberapa penyebab yang mungkinmenjadi daya tarik seseorang bergabung kedalamsebuah kelompok.”

Pada konteks penelitian ini variabelketertarikan anggota secara personal tidak memilikihubungan yang berarti dengan apresiasi seni

Page 22: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002370

gamelan Sunda dapat dimungkinkan anggotakelompok lebih tertarik pada kelompoknya karenakelompok itu dipandang sebagai sarana untukmengekspresikan minat dan kebutuhannya dalamberkesenian, sehingga hubungan antarpersonatidak begitu penting. Shaw (1968) memberikancontoh seseorang yang bergabung kedalamkelompok golf, ia masuk ke dalam klub itu karena iasenang bermain golf sedangkan perasaannyanetral atau bahkan negatif pada anggota di dalamklub tsb.

(7) Hubungan antara Ketertarikan Anggotapada Kegiatan dan Fungsi Kelompokdengan Apresiasi Seni Gamelan Sundadi Kalangan mahasiswaAspek lain yang dilihat dari kohesi kelompok

dalam penelitian ini adalah ketertarikan anggotapada kegiatan dan fungsi kelompok. Hasil ujihipotesis menunjukkan variabel ketertarikananggota pada kegiatan dan fungsi kelompokberhubungan secara signifikan dengan apresiasiseni gamelan Sunda di kalangan mahasiswaanggota Lises Unpad, Unpas dan Unla. Banyakhasil penelitian menunjukkan bahwa terdapathubungan positif antara kohesi secara umumdengan aspek tujuan kelompok, seperti misalnyaproduktifitas kerja, kepuasan kelompok, dsb. Dalamkonteks penelitian ini, beberapa penelitianmenghasilkan bahwa aspek ketertarikan padakelompok memiliki hubungan paling positif dengantujuan kelompok dibanding aspek kohesi lainnya.Misalnya, seorang anggota sebelum ia memasukisebuah kelompok lebih dulu melihat apakahkelompok tersebut dapat memenuhi keinginannya,minatnya, kebutuhannya. Apabila kelompoktersebut dapat memenuhi semua keinginannya iaakan masuk. Adapun faktor lainnya, misalnyahubungan dengan anggota lain merupakan faktorpendukung bagi tujuannya bergabung dengankelompok tersebut.

Menurut pengamatan peneliti, anggotatertarik pada kelompok Lingkung Seni Sunda inikarena mereka ingin memiliki wawasan yang lebihbaik lagi tentang seni Sunda. Kenyataan ini

dimungkinkan karena kelompok lingkung seniSunda dapat memenuhi keinginan anggotamengekpresikan jiwa berkesenianya melalui latihandan pagelaran-pagelaran kesenian yang banyakmelibatkan anggotanya. Pendapat mereka yangmenyatakan bahwa keberadaan kelompok lingkungseni Sunda yang merupakan wadah yang dapatmemberikan pengetahuan lebih dalam lagimengenai kesenian Sunda menunjukkan bahwamereka mengakui keberadaan kelompok tersebutsebagai kelompok yang dapat membentukapresiasi seni gamelan Sunda di kalangananggotanya.

Seperti dikatakan Shaw (1968: 96) bahwa dayatarik terhadap kelompok tergantung kepada nilaiharapan yang dapat dipenuhi oleh kelompoktersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, Hagstromdan Selvin (dalam Shaw, 1968:97) menemukanbahwa “Mahasiswi yang tertarik bergabungkedalam kelompok sosial tertentu disebabkankarena keanggotaannya tersebut memudahkanmereka untuk mendapatkan teman dekat dankemudian bertunangan.”

Mahasiswa anggota lingkung seni tersebutmenganggap sudah merupakan keharusan bagimereka sebagai kaum muda penerus bangsa untukjuga turut serta menjaga kesenian gamelan Sundamelalui penghayatan dan perilaku mereka terhadapkesenian tersebut serta mendukungkeberadaannya.

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalahbahwa anggota kelompok tersebut memiliki rasakebanggaan dengan bergabung dalam kelompoktersebut. Hal itu semakin kuat dengan seringnyakelompok Lises Unpad mengadakan perjalananke luar negeri untuk menampilkan kemampuanseninya. Demikian pula kelompok Lisma Unpas danLises Unla yang senantiasa berkompetisi dantampil untuk menghibur masyarakat denganketerampilan kesenian Sundanya. Penghargaanyang diberikan oleh pihak lembaga, dalam hal iniuniversitas dan masyarakat terhadap mereka,merupakan hal lain yang dapat menyebabkanmereka tertarik berkiprah dalam kelompok senitersebut.

Page 23: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

371Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...

5. Kesimpulan(1) Komunikasi persuasif pelatih seni gamelan

Sunda dan kohesi kelompok dalam aspekketertarikan antaranggota satu sama lain dalamkelompok dan ketertarikan anggota padakegiatan dan fungsi kelompok secara bersama-sama memiliki hubungan yang berarti padaapresiasi seni gamelan Sunda di kalanganmahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda.

(2) Aspek kredibilitas memiliki kontribusi yangcukup berarti pada apresiasi seni gamelanSunda dikalangan mahasiswa.

(3) Variabel daya tarik pesan tidak memberikankontribusi yang berarti bagi apresiasi senigamelan Sunda dikalangan mahasiswa.

(4) Kepribadian angota tidak memberikankontribusi pada apresiasi seni gamelan Sunda.

(5) Ketertarikan anggota pada satu sama lainmemberikan kontribusi yang sangat kecil padaapresiasi seni gamelan Sunda.

(6) Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsikelompok memberikan kontribusi yang sangatberarti. Hal ini karena Lingkung Seni Sundamahasiswa merupakan daya tarik tersendiribagi mahasiswa.

Sumber Bacaan

Adiwidjaja, Sulaeman. 1995. “Niley Budaya Sunda DinaNgaronjatkeun Kualitas SDM,” Simpay, No.46,Oktober 1995.

Atmadibrata, Enoch. 1993. “Butuh Manusia AnuMibanda Kualitas Keur Ngamumule & MekarkeunBudaya Sunda,” Simpay, No. 23, November 1993,hal.101

Azwar, Saefuddin. 1995. Sikap Manusia. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Borman, Ernest G dan Nancy C. Bormann. 1976. Effec-tive Small Group Communication. USA: BurgessPublishing Company.

Bradley, Margareth. 1993. Kacapi Siter And KacapiPerahu. Thesis pada University of New SouthWales.

Becker, Judith. 1980. Gamelan in a Changing Society.USA: University of Hawaii Foundation.

Cartwright, Darwin dan Alvin Zander. 1968. GroupDynamics, Research and Theory. New York,Evanston, and London: Harper & Row Publisher.

Depdikbud (1992:1993 ). “Laporan KongresKebudayaan.” Jakarta. Depdikbud.

Depdikbud. 1996/1997. Wujud, Arti dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagiMasyarakat Pendukungnya. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Depdikbud.

DeVito, Joseph A. 1994. Human Communication. USA:Sixth Edition, Harper Collins, College, Publisher.

Dillon, R. Williams and Goldstein. 1984. MultivariateAnalysis (Methods and Applications. New York:John Wiley & Sons.

Effendy, Onong Uchjana. 1984. Dinamika Komunikasi.Bandung: Remaja Karya.

Gujarati,Damodar. 1991. Ekonometrika Dasar. Terj.:Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga.

Ilardo, Joseph A. 1981. Speaking Persuasively.Macmillan Publishing Co.Inc, USA.Hays, Will-iams, L. 1976. New Delhi: Quantification in Psy-chology, Prentice Hall.

Indrawijaya, Adam I. 1986. Perilaku Organisasi.Bandung: Sinar Baru.

Kunst, J. 1973. Music In Java. The Hague MartinusNyhoff.

LPPM Unisba dan BPPD Jawa Barat. 1995. PerananKesenian Tradisional Dalam PenanggulanganKenakalan Remaja (Pengetahuan remaja terhadapkesenian tradisional Jawa-Barat. BadanPerencanaan Pembangunan Daerah Propinsi DaerahTingkat I Jawa-Barat dengan Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat. Bandung.Unisba.

Lauster, Peter. 1994. Tes Kepribadian. Terj.: D.H. Gula.Jakarta: Bumi Aksara.

LPPM Unisba dan BPPD Jawa Barat (1995), PerananKesenian Tradisional Dalam PenanggulanganKenakalan Remaja. Bappeda Tkt I Jawa Barat danLPPM Unisba.

Malik, Dedy Djamaluddin dan Yosal Iriantara. 1994.Komunikasi Persuasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

M

Page 24: Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni ...

MEDIATOR, Vol. 3 No.2 2002372

Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan SertaPengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mabry, Edward A. dan Richard E. Barnes. 1980. TheDynamics of Small Group Communication. NJ,USA: Prentice Hall, Inc.

Mueller, Daniel J. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Jakarta:Bumi Aksara.

Rawita. 1984. Penuntun Menabuh Gending Dasar.Bandung: Pustaka Buana.

Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remadja Karya.

_____. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:Remadja Karya.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam GamitanPendidikan. BandungL CV Diponegoro.

Santosa, Hadi. 1995. Gamelan, Tuntunan MemukulGamelan. Semarang: Dahana Prise.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. MetodePenelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan.Jakarta: Sinar Harapan.

Shaw, Marvin S. 1979. Group Dynamics, The Psychologiof Small Group Behaviour. New Delhi: Tata Mc.Graw Hill Publishing Company Ltd.

Soepandi, Atik. Perkembangan Degung di Jawa Barat.Surakarta: Akademi Seni Karawitan Indonesia.

Sudoyono, Bambang. 1984. Gamelan Jawa. Jakarta: P.T.Karya Uni Press.

Sudjana. 1996. Teknis Analisis Regresi dan Korelasi.Bandung: Tarsito.

Tjarmedi, Sabar Riswara dan Rachmat Ruchiat. 1974.Degung. Bandung: Pelita Masa.

Tan, Alexis S. 1981. Mass Communication Theoriesand Research. Colombus, Ohio, USA: Gred Pub-lishing Inc.

Upandi, Pandi. 1982. Gamelan Tradisi. Bandung: ProyekPengembangan Institut Kesenian Indonesia.

Zanten, Wim Van. 1989. Sundanese Music In TheCianjuran Style. USA: Foris Publication.