Komunikasi Non Verbal

36
PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN BANGSA PADA KOMUNIKASI NON VERBAL ANTARPRIBADI MAKALAH Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan dalam Mengikuti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Disusun Oleh : Nama : Muhammad Muniruzzaman (No. Absen : 5) NIM : 080569201020 1

Transcript of Komunikasi Non Verbal

Page 1: Komunikasi Non Verbal

PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN BANGSA PADA KOMUNIKASI NON VERBAL ANTARPRIBADI

MAKALAH

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan dalam Mengikuti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Muniruzzaman(No. Absen : 5)

NIM : 080569201020

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

KEPULAUAN RIAU2010

1

Page 2: Komunikasi Non Verbal

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Bermainlah dengan kesalahan Walau sudah tahu itu salah Hingga mengetahui seberapa besar kesalahannya itu

Bermainlah dengan kebenaran Walau sudah tahu itu benar Hingga mengetahui seberapa besar kebenarannya

Jangan pernah bermain dengan keduanyaKarena jika bermain dengan yang benar dan yang salahItu adalah khianatHingga sudah tidak bisa membedakan lagi,Mana yang benar dan mana yang salah.

Persembahan makalah sederhana ini untuk :- Kedua Orangtua tercinta- Rekan Seperjuangan Prodi Sosiologi- Semua sahabat sahabat Terbaik

2

Page 3: Komunikasi Non Verbal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penyusun memiliki kemudahan untuk menyelesaikan tugas

makalah dengan judul: “PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN

BANGSA PADA KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR PRIBADI”, dalam rangka

melengkapi syarat untuk mengikuti Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah Sosiologi

Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang Kepulauan Riau.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak menerima masukan dan ilmu

yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari semua yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Penyusunan makalah ini ditugaskan selama tujuh minggu oleh dosen pengajar mata kuliah

untuk diserahkan seminggu sebelum Ujian Tengah Semester.

Penyusun semula merasa perlu untuk memilih judul yang tepat sehingga

pembahasan yang disajikan makalah tiap Mahasiswa dapat berbeda dan bervariasi.

Pembahasan pada makalah ini menurut penulis adalah sebagai tinjauan di dalam

kesalahan – kesalahan berkomunikasi yang memiliki akibat yang bisa saja fatal apabila

kesalahan berkomunikasi tersebut melibatkan banyak orang. Khususnya pada komunikasi

non – verbal, tipe komunikasi ini selalu menimbulkan kesalahan – kesalahan penafsiran

makna dalam berkomunikasi. Semoga nantinya pada pembahasan lebih lanjut kita dapat

memahami bagaimana menafsirkan makna berkomunikasi.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan

makalah ini, penyusun mendoakan semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat

limpahan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Tanjungpinang, 26 April 2010

Penyusun

3

Page 4: Komunikasi Non Verbal

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... 2

KATA PENGANTAR........................................................................................ 3

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 5

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Makalah ....................................................................... 9

BAB II

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI NONVERBAL

A. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) ...................... 10

B. Komunikasi Non – Verbal ...................................................................... 14

BAB III

KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR BANGSA DAN BUDAYA

A. Efektifitas Komunikasi Pada Kemiripan Latar Belakang Budaya-Bangsa... 18

B. Perbedaan Budaya Bangsa Pada Komunikasi Non Verbal.......................... 19

BAB IV

KESIMPULAN

A. Pemaknaan dalam Komunikasi Non Verbal............................................... 22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23

4

Page 5: Komunikasi Non Verbal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi non-verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang

sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan

dengan sistem nilai, gaya dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Komunikasi non verbal

dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk

menyampaikan pesan. Misalnya, di beberapa desa terpencil masih ditemukan kelompok

yang masih sulit berbahasa Indonesia dan buta huruf. Keterampilan komunikasi non-

verbal tidak hanya digunakan untuk kepentingan itu saja tetapi, dalam pendekatan

modern komunikasi non-verbal dikaji dan dikembangkan sebagai bagian dari

profesionalisme, gaya hidup dan model komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk

pengembangan diri (self empowering) menghadapi pelanggan, memahami perilaku

konsumen (consumen behaviour), penjualan dan menganalisis perilaku yang ditunjukkan

sebagai respon emosi dan perasaan personal.

Berbagai teori dan hasil penelitian banyak disandarkan pada model dan praktek

komunikasi nonverbal yang kemudian diterapkan untuk kepentingan yang lebih luas

untuk kepentingan healing, resolusi konflik dan manajemen perubahan. Keterampilan

komunikasi non-verbal menjadi bagian penting dari kemampuan pendamping untuk

mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh

yang terkadang sulit untuk dipahami.

Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu kepada fokus

sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus

kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004:16) mengatakan bahwa, kajian tentang

interaksi sosial diisyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti

adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata

tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan

tersebut, sedang aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan

tafsiran pada sesuatu atau pada perilakuan orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan

makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi

5

Page 6: Komunikasi Non Verbal

(pemberitaan) karena makna yang dikirimkan oleh komunikator (receiver) dan penerima

informasi (audience) menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika

informasi itu disebarkan dan diterima. (Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi : Teori,

Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, hal 20-21).

Interaksi sosial harus memiliki makna antara pengirim dan penerima pesan.

Artinya, didalam penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima harus terjadi

kesamaan makna. Ketidaksamaan makna dapat dikatakan sebagai miskomunikasi.

Kesalahan berkomunikasi apabila terganggunya proses penyampaian pesan antara

pengirim dan penerima pesan, dapat didalami lagi sebagai penafsiran yang berbeda.

Sehingga antara pengirim pesan dan penerima pesan tidak mendapat kesamaan makna

secara implisit. Secara eksplisit antara pengirim pesan dan penerima pesan merasa bahwa

telah tercipta kesamaan penafsiran makna, namun pada akhirnya kesalahan

berkomunikasi ini dapat menimbulkan bentuk-bentuk prilaku dan pengambilan tindakan

yang keliru.

Prilaku individu dimulai dari proses komunikasi yang dilakukannya, hasil respon

dari rangsangan di dalam teori komunikasi dapat menentukan prilaku seseorang. Keadaan

berkenan didalam proses internalisasi melalui sosialisasi seseorang akan mudah

menerima ataupun menolak penafsiran – penafsiran yang berbeda antara orang yang

sedang berkomunikasi. Diantara orang yang berkomunikasi, proses komunikasi verbal

dengan menggunakan bahasa bisa saja berjalan sesuai dengan makna diantara keduanya.

Namun prilaku yang akan ditimbulkan dan nantinya akan diteruskan, akan memberikan

penafsiran tentang respon yang akan diambil oleh individu yang kemudian akan

menentukan prilaku individual sehingga dibawa kepada prilaku kolektif.

Proses penafsiran antara dua individu walau bersifat komunikasi antar pribadi.

Komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting apabila hubungan antarpribadi dapat

memainkan peran dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan

antarpribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan

dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi

yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu untuk memahami harapan-harapan

orang lain.

Komunikasi antarpribadi selalu dianggap sebagai tinjauan subjektif antara proses

pengaruh-mempengaruhi seseorang kepada orang lain. Namun, komunikasi antarpribadi

sesungguhnya dapat memberikan makna serius kepada kelompok maupun masyarakat

apabila antara pribadi yang berkomunikasi membawa pengaruh terhadap citra suatu

6

Page 7: Komunikasi Non Verbal

kelompok/masyarakat. Komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting apabila antara

orang yang berkomunikasi adalah orang – orang yang mewakili suatu

kelompok/masyarakat. Lebih kepada hal yang mendasar, komunikasi antarpribadi yang

mempengaruhi kelompok/masyarakat terjadi apabila penyampaian pesan akan diteruskan

kepada orang lain dan terus menyebar. Pemaknaan dari komunikasi non verbal pada

komunikasi antarpribadi pula dapat memberikan pemaknaan pada proses sosialisasi suatu

kelompok/masyarakat jika menentukan sesuatu yang dianggap baik atau kurang baik dan

mana yang dianggap wajar.

Ketidakefektifan dalam komunikasi dapat menyebabkan kesalahan dalam

mengambil tindakan. Tindakan yang dilakukan secara kolektif dari pengaruh individu –

individu akan berdampak besar terhadap suatu kelompok/masyarakat. Kesalahan pada

komunikasi non-verbal sesungguhnya adalah keadaan berkenan atau

ketidakberkenaannya seseorang terhadap orang lain didalam menerima pesan yang

disampaikan. Komunikasi non verbal yang dibawa oleh komunikasi verbal melalui

ucapan akan lebih mudah diterima dan ditentukan oleh bagaimana mengkomunikasikan

juga pesan – pesan non verbal.

Banyak dari komunikasi antarpribadi didalam komunikasi non verbal yang sering

salah dalam menafsirkan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan orang lain. Hal ini

dapat disebut dengan miskomunikasi. Pada proses komunikasi yang melibatkan

komunikasi non verbal sering tidak mengerti maksud pembicaraan atau perilaku orang

sama sekali. Semua masalah miskomunikasi menjadi mudah ketika yang bersangkutan

mau menjelaskan maksudnya dengan jelas, namun jarang sekali hal ini dilakukan apabila

komunikasi efektif tidak dapat terjadi antara orang – orang sekunder (diluar kelompok

pribadi). Proses komunikasi akan menjadi semakin sulit apabila pada proses komunikasi

yang tercipta antarpribadi harus menafsirkan sendiri pemaknaan dari komunikasi non

verbal yang dimaksudkan.

Tidak selamanya diantara orang yang berkomunikasi dapat mengerti dan bisa

mengartikan bahasa non-verbal dengan baik. Butuh keahlian yang lebih pada diri

seseorang individu untuk memahami komunikasi non verbal dari luar kelompok

primernya. Didalam komunikasi verbal baik yang diucapkan maupun tertulis, orang lebih

mudah untuk menafsirkan tiap makna yang ada pada proses komunikasi tersebut.

Sehingga didalam komunikasi non verbal, orang jadi semakin sulit apabila komunikasi

itu terjadi secara langsung.

7

Page 8: Komunikasi Non Verbal

Penyusun berpendapat bahwa, kita akan lebih mudah menerima semua yang

dimaksud apabila telah diucapkan/disampaikan melalui komunikasi verbal. Komunikasi

verbal dapat langsung tertuju kepada hal-hal yang dimaksud. Bicara dengan kejujuran

mengenai apa yang dimaksud dan dirasakan antara orang yang berkomunikasi atau sering

dikatakan dengan to the point. Komunikasi non verbal sering sekali menyampaikan pesan

– pesan implisit mengenai maksud – maksud tertentu yang apabila tidak dapat dipahami

dengan baik akan memperngaruhi komunikasi bahkan prilaku selanjutnya. Inilah yang

menjadi permasalahan sesungguhnya mengenai pentingnya pemahaman tentang

komunikasi yang baik dalam penyampaian non – verbal. Diantara orang yang

berkomunikasi sesungguhnya terlebih dahulu harus mengerti bahwa keduanya tidak

memahami makna yang sama dalam penyampaian pesan melalui komunikasi non verbal.

B. Rumusan Masalah

Komunikasi yang seiring membawa serta komunikasi non verbal di dalam

komunikasi verbal membawa pengertian – pengertian penafsiran makna yang berbeda –

beda. Sebelum melakukan komunikasi, antara orang yang berkomunikasi dapat

mempersiapkan anggapan – anggapan terhadap lawan bicaranya secara masing – masing.

Anggapan yang benar dan tepat dapat membawa komunikasi ke arah yang efektif.

Kesalahan didalam anggapan awal terhadap lawan bicara dapat menyebabkan

miskomunikasi di dalam komunikasi.

Proses penyampaian pesan antara individu – individu membawa pengaruh

terhadap kelompoknya. Kesulitan berkomunikasi dengan kelompok diluar kelompoknya

yaitu kelompok sekunder, dapat membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Kesulitan

didalam penafsiran makna secara tersembunyi selalu tidak dikatakan didalam komunikasi

verbal secara eksplisit. Hal ini yang menimbulkan masalah antara orang yang

berkomunikasi.

8

Page 9: Komunikasi Non Verbal

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penyusun dapat merumuskan maslah yang

akan menjadi batasan dalam pembahasan dan sebagai masalah utama yang akan dibahas

pada makalah ini, adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi dan komunikasi non

verbal ?

2. Bagaimanakah komunikasi non verbal yang efektif ?

3. Bagaimanakah komunikasi dalam komunikasi non verbal antarbudaya dan

bangsa ?

C. Tujuan dan Kegunaan Makalah

1. Tujuan Makalah

a. Untuk melengkapi syarat mata kuliah sosiologi komunikasi agar dapat

mengikuti Ujian Tengah Semester di Fisip Umrah.

b. Untuk Mengetahui dan mengkaji mengenai komunikassi non verbal di dalam

komunikasi antarpribadi yang terjadi diantara kelompok sekunder.

c. Untuk mengetahui mengapa komunikasi non verbal menjadi tidak efektif .

d. Untuk mengetahui komunikasi perbedaan – perbedaan penafsiran pada

komunikasi non verbal.

2. Kegunaan Penelitian

a. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi rekan – rekan sesama

mahasiswa/akademisi untuk mengetahui komunikasi non verbal

b. Kegunaan penyusunan makalah ini sebagai bahan dan bacaan bagi

memperkaya materi di dalam pembahasan komunikasi non verbal.

9

Page 10: Komunikasi Non Verbal

BAB II

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI NONVERBAL

A. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication)

1. Pengertian

Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 1992: 471), sosiologi komunikasi

merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu

hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh – mempengaruhi

antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok.(Burhan Bugin :

Sosiologi Komunikasi, hal. 31). Interaksi sosial yang dipelajari di dalam sosiologi

mempelajari akibat yang ditimbulkan dari interaksi tersebut. Komunikasi digunakan

sebagai faktor pendorong perubahan – perubahan sosial di masyarakat. Komunikasi di

dalam masyarakat terbagi atas lima jenis. Komunikasi individu dengan individu,

komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi sosial dan komunikasi massa.

Pada pembahasan makalah ini kita akan membahas komunikasi yang paling dasar antara

individu dengan individu yang selanjutnya akan berkembang kepada jenis komunikasi

yang lebih kompleks.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar-perorangan dan bersifat pribadi

baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) atau tidak langsung (melalui medium).

Contohnya kegiatan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat – menyurat pribadi.

Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship),

percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator.( Burhan Bugin :

Sosiologi Komunikasi, hal. 32). Komunikasi antarpribadi dengan kegiatan tatap muka

menyampaikan pesan dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal secara

langsung maupun tidak langsung. Lebih menarik pada pembahasan bab ke II, mengenai

hal-hal yang mempengaruhi interaksi yang menunjukkan karakteristik komunikator.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi

antara individu-individu (Littlejohn, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi

ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik

10

Page 11: Komunikasi Non Verbal

secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat,

seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan

ciri-ciri komunikasi diadik adalah:

1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;

2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan

spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental

sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat

menggunakan kelim alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita

komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan

paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama

manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat

manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media

massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi

oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan

interpersonal.

1. Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau

menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna

terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa

pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan

berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang

salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

11

Page 12: Komunikasi Non Verbal

2. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep

diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;

b. Merasa stara dengan orang lain;

c. Menerima pujian tanpa rasa malu;

d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh

masyarakat;

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan

aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan

dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:

a) Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang

bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep

dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya

sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri

kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,

mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,

sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

b) Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan

meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,

berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan

pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,

konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep

diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih

terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan

gagasan baru.

c) Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi

dikenal sebagai communication apprehension. Orang

yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh

kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan

12

Page 13: Komunikasi Non Verbal

percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat

menjadi perlu.

d) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku

komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi

kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan

selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi

selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif).

Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam

penyandian pesan (penyandian selektif).

3. Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya

tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang

lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk

emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung

melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika

membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila

pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan

kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-

orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita

akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

3. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang

dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad

keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang

orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di

antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal

Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal

menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan

pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat

komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”

13

Page 14: Komunikasi Non Verbal

B. Komunikasi Non – Verbal

1. Pengertian

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan

nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa

komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal

dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis

komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita

lakukan sehari-hari.

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup

semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang

dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai

nilai pesan potensial bagi pengirim maupun penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku

yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara

keseluruhan; kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-

pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

2. Klasifikasi pesan nonverbal.

Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai cara.

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi tiga bagian. Pertama, tanda

bahasa (sign language)-acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa

isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language)-semua gerakan tubuh yang

tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya, berjalan; dan

ketiga, bahasa objek (object language)- pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non

verbal bersifat publik lainnya seperti ukurang ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik

(misalnya marching band), dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.

Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan

non verbal menjadi dua kategori besar, yakni : pertama, perilaku yang terdiri dari

penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata,

sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua, ruang, waktu, dan diam. Klasifikasi

14

Page 15: Komunikasi Non Verbal

Samovar dan Porter ini sejajar dengan klasifikasi John R. Wenburg dan William W.

Wilmot, yakni isyarat-isyarat non verbal perilaku (behavorial) dan isyarat-isyarat non

verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan dan faktor situasional lainnya.

a. Bahasa Tubuh

Bidang penelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesich) suatu istilah yang

diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L.Bridwhistell. Setiap anggota

tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan

bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita

hidup, semua anggora badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari dua abad yang lalu

Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; isyarat sempurna adalah

kematian.

Banyak komunikasi non berbal yang menggunakan bahasa tubuh, pada bab

selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai perbedaan – perbedaan komunikasi non

verbal yang dipengaruhi oleh perbedaan budaya dan bangsa. Beberapa bahasa tubuh yang

akan dibahas diantaranya :

a) Isyarat Tangan

Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Meskipun isyarat tangan

yang digunakan sama, maknanya bisa saja berbeda atau bisa saja isyaratnya

berbeda namun maknanya sama. Sebagaian orang menggunakan isyarat tangan

dengan leluasa, sebagaian lagi dengan kurang leluasa, dan sebagian lagi sangat

hemat menggunakan isyarat tangan.

Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya yang satu

dengan budaya yang lain. Meskipun dibeberapa daerah dan negara ada isyarat

tangan yang hampir sama atau sama, maknanya sama atau maknanya berbeda.

b) Gerakan Kepala

Bahasa tubuh dengan menggunakan gerakan kepala termasuk penyampaian pesan

pada komunikasi yang non verbal. Ketertarikan orang berkomunikasi, mendekat

kepada pembicara ataupun menjauhkan kepala, anggukan dan gelengan kepala

memiliki makna yang berbeda di dalam komunikasi non verbal. Gerakan kepala

dilakukan diantaranya untuk mempertegas dari pembicaraan verbal dalam men-

tidak-kan dan men-iya-kan. Menegakkan kepada dan menghadap kepada lawan

15

Page 16: Komunikasi Non Verbal

bicara misalnya dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda tentang

menghormati lawan bicara atau perlakuan yang tidak sopan.

c) Postur tubuh dan posisi kaki

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu

diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu. Postur tubuh

mempengaruhi citra diri. Cara berdiri dan cara duduk juga termasuk kedalam

pembahasan pada bahasa tubuh. Cara bagaimana seserorang berjalan dapat

menampakkan keadaan fisik seseorang.

d) Ekspresi wajah dan tatapan mata

Ekspersi wajah khususnya tatapan mata paling ekspresif didalam berkomunikasi.

Kontak mata memiliki dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama fungsi

mengatur, untuk memberitahu apakah anda ingin lebih lanjut berkomunikasi

dengan orang tersebut atau tidak. Kedua, fungsi ekspresif, yaitu memberitahu

perasaan anda terhadap orang lain.

b. Sentuhan

Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan adalah

perilaku non verbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata seperti selembar

foto. Kenyataan sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan,

tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut

sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan sentuhan.

Konon, menurut orang muda, seseorang dapat merasakan sentuhan lebih ketika

bersentuhan dengan lawan jenisnya. Sentuhan mungkin jauh lebih bermakna dari pada

kata-kata.

Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang

dari yang sangan impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut

adalah sebagai berikut.

Fungsional-profesional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis,

misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.

Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membantu dan memperteguh

pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.

16

Page 17: Komunikasi Non Verbal

Persahabatan-kehangatan. Kategori meliputi setiap sentuhan yang menandakan

afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul

setelah lama berpisah.

Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan

keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan

lembut dan orang yang sepenuhnya memeluk orang lain.

Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,

hanya motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermaksa

cinta atau keintiman.

c. Parabahasa

Parabahasa atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek – aspek suara selain

ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau

rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara,

dialek, suara serak, suara sengau, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman,

desahan, siulan, suitan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini

mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.

d. Penampilan Fisik

Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang.

Penampilan fisik tersebut, baik itu busana dan ornamen lainnya. Seringkali orang

memberikan makna tertentu pada karakteristik fisk orang lain, diantaranya seperti

bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya

e. Bau – bauan

Bau – bauan, terutama yang menyenangkan seperti minyak wangi dari dulu

telah digunakan orang untuk menyampaikan pesan. Menurut para ahli, tubuh

manusia secara normal dapat mengeluarkan bau yang khas, bukan bau yang

ditimbulkan akibat keadaan yang kotor tapi bau badan yang benar – benar alamai.

Bau ini ditebarkan senyawa kimia (feronom) yang dihasilkan kelenjar tertentu

dalam tubuh. Kita dengan kepekaan yang lebih dan intensitas yang rutin kepada

seseorang dapat mengenal bau orang yang dikenalnya.

17

Page 18: Komunikasi Non Verbal

BAB III

KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR BANGSA DAN BUDAYA

A. Efektifitas Komunikasi Pada Kemiripan Latar Belakang Sosial-Budaya

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan

harapan bagi yang melakukan komunikasi. Misalnya seorang penjual yang datang ke

rumah untuk mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi yang efektif

bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia tawarkan, sesuai dengan yang

diharapkan penjual dan tuan rumah merasa puas dengan barang yang dibelinya.

Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun

mereka dilahirkan kembar dan memiliki latar belakang asuh, asupan makanan dan

mendapat proses pendidikan yang sama. Namun kesetaraan dalam hal-hal tertentu,

misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan

mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan

tersebut komunikasi mereka jadi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan

membuat orang – orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama

dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa sama sekali.

Komunikasi non verbal pula dilaksanakan secara efektif apabila terdapat kesamaan

didalam penafsiran makna. Kesamaan penafsiran makna akan membawa efektifitas

didalam proses komunikasi.

Makna suatu pesan baik verbal ataupun non verbal pada dasarnya terikat sosial

dan budaya. Apa yang digunakan orang untuk berkomunikasi membawa pesan dengan

cara verbal dan nonverbal dapat membawa serta keadaan sosial dan budayanya. Beberapa

kasus ada hal – hal yang seakan dipaksakan. Namun, hal tersebut tidak mudah untuk

tidak sama sekali menghilangkan keterikatan sosial dan budaya seseorang yang nampak.

Keadaan sosial seseorang akan selalu terikat seiring bila makna yang dibawa

melalui pesan verbal maupun nonverbal. Komunikasi menjadi lebih efektif apabila

berkomunikasi dengan orang – orang yang memiliki tingkat strata sosial yang sama

dengan keadaan pengalaman dan pendidikan yang juga sama. Beberapa kasus banyak

orang yang selalu berusaha untuk menjadi menyenangkan bagi orang lain. Hal ini didapat

dari proses belajar seseorang di dalam komunikasi. Ketertarikan untuk melakukan

komunikasi juga akan menjadi semakin berbeda apabila berkomunikasi dengan lawan

bicara yang memiliki rentang dan jurang sosial yang begitu jauh sekali. Terkadang ada

18

Page 19: Komunikasi Non Verbal

beberapa hal yang lebih sulit dipahami, ada beberapa hal yang tidak dapat diterima ketika

melakukan komunikasi dan menafsirkan makna makna yang ikut tersampaikan.

B. Perbedaan Budaya Bangsa Pada Komunikasi Non Verbal

Budaya merupakan landasan komunikasi. budaya mempengaruhi dalam semua bentuk

komunikasi, seperti halnya dalam kegiatan komunikasi antarpribadi budaya merupakan bagian

yang tidak bisa dipisahkan pada kegiatan tersebut. Budaya merupakan kumpulan peraturan,

norma, kepercayaan serta gaya hidup yang dipelajari dan dimiliki bersama dalam sebuah

kelompok masyarakat tertentu sebagaimana dikatakan Lee (Wood, 2004:83). Untuk mempelajari

dan memiliki bersama kode atau kumpulan peraturan, norma, kepercayaan serta gaya hidup maka

diperlukan komunikasi.

Tingkat sosial seseorang akan menentukan bagaimana keterampilan orang untuk

melakukan komunikasi. Kegiatan komunikasi antarpribadi selalu mempertimbangkan aspek –

aspek sosial seseorang untuk melakukan komunikasi. Hubungan sosial yang terjadi pada

kelompok/masyarakat tidak dapat dipisahkan dari bagaimana cara – cara berkomunikasi yang

ditampilkan. Keteraturan sosial di transformasikan dan disampaikan melalui komunikasi. Proses

berkenan dan ketidakberkenaan terhadap suatu hal disampaikan melalui komunikasi baik verbal

maupun non verbal.

Penggunaan komunikasi verbal yang membawa pesan non verbal dapat mempertegas

komunikasi yang sedang berlangsung. Untuk mempertegas pesan verbal mereka, orang-orang

Prancis, Italia, Spanyol, Meksiko, dan Arab termasuk orang – orang yang sangat efektif

menggunakan isyarat tangan mereka, lebih aktif dari pada orang Amerika atau orang Inggris,

seakan – akan mereka tidak mau diam. Sebuah ungkapan mengatakan bahwa bila kedua lengan

orang Italia diamputasi, ia tidak dapat berkata-kata. Bangsa-bangsa yang menggunakan tangan

mereka dengan hemat ketika berbicara adalah beberapa suku Indian di Bolivia. Karena iklim

mereka sejuk, mereka meletakkan tangan mereka dibawah syal atau selimut dan karena itu

mereka lebih mengandalkan ekspresi wajah dan mata.

Di Amerika, isyarat untuk mengatakan “beres,” “oke,” atau “bagus” adalah suatu

lingkaran yang dibentuk oleh ibu jari dan telunjuk dengan tiga jari lainnya berdiri. Hal ini juga

terjadi di Jerman. Di Prancis Utara isyarat itu sama seperti di Amerika, sedangkan di Prancis

selatan berarti “tidak ada” atau “nol”. Di Paris isyarat “oke” ala Amerika itu berarti “kamu tidak

berharga” dan di Yunani itu berarti ajakan seksual yang tidak sopan, kutukan dibeberapa negara

Arab, sedangkan di Jepang, Korea, dan Filiphina isyarat itu sama berarti “uang”. Di Brazil,

isyarat itu kurang ajar dan menghina. Di Kolombia dan Amerika Latin, sebagaimana di Meksiko,

isyarat itu juga akan direspon secara tidak ramah terhadap orang Rusia yang mengaplus dirinya

19

Page 20: Komunikasi Non Verbal

sendiri dengan bertepuk tangan atau memukul – mukul meja dengan sepatunya. Tetapi bagi orang

Tunisia isyarat itu berarti “aku akan membunuh kamu”. Di Rusia isyarat bermakna OK adalah

mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan saling dipertemukan.

Kebingungan atau kesalahpahaman terjadi apabila kita tidak menyadari makna kultural

yang melekat pada isyarat-isyarat tangan tersebut. Banyak kesalahan dalam berkomunikasi atau

miskomunikasi terjadi bila ada kesalahan dalam menafsirkan makna tersebut. Hal ini terkadang

bersifat subjektif tergantung penilaian individu. Ada dua anggapan yang akan ditimbulkan dari

penilaian tersebut diantaranya mengganggap wajar karena seseorang yang tidak mengerti makna

dan mengganggap tidak wajar bila tidak diajarkan terlebih dahulu untuk melakukan komunikasi

antar budaya. Beberapa kasus lain muncul bila komunikasi tersebut bertujuan untuk memperolok

atau melecehkan orang lain, maka makna yang akan tercipta adalah ketidaksenangan yang

menentukan prilaku selanjutnya didalam komunikasi.

Di beberapa negara, anggukan kepala bisa memiliki dua makna. Makna dari anggukan

kepada dapat berarti “iya” dan “tidak”. Orang Inggris dan Orang Indonesia menafsirkan

anggukan kepada adalah penegasan untuk mengatakan iya atau setuju. Di beberapa wilayah India

dan Ceylon, “ya” dapat dikomunikasikan dengan melemparkan kepala kebelakang dan memutar

leher sedikit, dengan menyentakkan kepada ke bawah-kanan, atau memutar kepala yang berarti

“tidak” di Indonesia malah berarti “iya” di India Selatan.

Cara berjalan pun dapat memberikan pesan pada orang lain apakah orang itu merasa

lelah, sehat, bahagia, riang, sedih atau angkuh. Orang yang berjalan lamban memberikan kesan

loyo dan lemah. Pria yang berjalan tegap dan tenang ketika memasuki ruangan untuk

diwawancarai memberi kesan percaya-diri. Di Inggris dan beberapa wilayah Amerika Selatan

seorang pria lazim berjalan sambil mengunci kedua tangannya di belakang punggung-nya, namun

orang Amerika menganggap perilaku ini congkak dan aristokratik. Peragawan tentu paling tahu

mengenai makna cara berjalan. Mereka biasanya mengikuti latihan berjalan anggun sebelum

menjalani karier mereka.

Kontak mata juga pada penjelasan diawal juga merupakan komunikasi non verbal. Di

banyak negara, seperti Amerika Latin dan Kepulauan karibia, tidaklah sopan menatap orang

asing. Malah dalam budaya Indian Navajo, anak-anak diajari bahwa suatu tatapan secara harfiah

adalah tatapan mata iblis dan mengisyaratkan serangan seksual dan agresif. Di Indonesia dan di

Spanyol wanita terhormat tidak akan membalas tatapan kaum pria, apalagi di negeri muslim

seperti Arab Saudi, Iran, dan Pakistan yang menghindari tatapan pria dengan menggunakan cadar

atau penutup khusus pada bagian mata.

Dalam keadaan normal, kita menatap orang lain sekilas hanya satu sampai dua detik. Bila

pandangan tersebut lebih lama, maka akan mengubah kesan dan menimbulkan reaksi dari orang

yang terkena kontak mata yang lebih emosional. Boleh jadi pandangan tersebut akan mengubah

kesan kita mengenai status hubungan kita, misalnya dari hubungan biasa menjadi lebih khusus.

20

Page 21: Komunikasi Non Verbal

Tampaknya orang – orang yang punya hubungan dekat, seperti suami istri atau orang tua dan

anak, atau dua sahabat dekat sedikit menatap lebih lama dari pada orang orang yang tidak dikenal

secara dekat. Semakin dekat hubungan antara dua orang, semakin lamalah mereka berpandangan,

meskipun ada batasan maksimalnya. Tidaklah mengherankan seseorang yang dianggap intim

mampu menyampaikan banyak makna hanya dengan pandangan mata saja meskipun hanya

sedikit berbicara.

Sentuhan yang terjadi pada komunikasi non verbal dapat menunjukkan reaksi seseorang

dari pembicaraan pesan komunikasi. Pada umumnya orang Amerika Utara, eropa Utara, dan

Australia adalah antisentuhan (terhadap sesama jenis), kecuali tentu saja dalam situasi khusus dan

bersifat konvensional, misalnya saat berjabat tangan saling berkenalan atau saling merangkul

sebagai luapan emosional yang muncul. Menyentuh sesama jenis dalam budaya barat dapat

dimaknai sebagai seorang yang homoseksual atau lesbian. Begitu juga ketika kita berjalan kaki di

daerah daerah Amerika, orang – orang disekitar akan menganggap sinis dan mencibir perilaku

yang dilakukan tersebut. Sebaliknya di Indonesia tidak jarang seorang teman lelaki merangkul

teman lelakinya tanpa merasa khawatir dianggap menunjukkan sifat homoseksual, sementara

orang yang berlawanan jenis berangkulan di depan umum di Indonesia akan dianggap kurang

sopan dan menimbulkan rasa malu.

Perbedaan komunikasi secara Parabahasa, membawa orang yang terlibat pada

komunikasi untuk membedakan suara yang keras sebagai “marah” dengan suara yang keras

sebagai “ciri budaya”.salah satu stereotip terhadap orang batak adalah bahwa mereka itu “kasar”

karena suara mereka yang keras. Sebenarnya orang Batak tidak bermaksud kasar. Kerasnya suara

mereka lebih banyak dipengaruhi oleh warisan nenek moyang dan keadaan geografis yang

mempengaruhi mereka.

Pakaian dapat mengkomunikasikan sesuatu. Banyak hal yang dianggap sopan dan tidak

sopan berbeda anggapan pada tiap negara, budaya dan bangsa. Ketersinggungan akan berujung

konflik apabila tidak disertai dengan pengertian antara orang yang terkena dampak komunikasi.

Secara penampilan baik diluar tubuh ataupun bawaan tubuh mempengaruhi anggapan orang yang

berkomunikasi. Seperti contoh kecil kumis yang mengganggap seseorang dianggap dewasa.

Terakhir adalah bau – bauan, sebagai pembawa pesan non verbal. Seorang suami dapat

kehilangan nyawa akibat pulang kerumahnya dengan membawa bau seorang wanita selain

istrinya, padahal bisa saja terjadi akibat salah paham. Kita dapat melihat selera seseorang dari

baunya, apakah itu pada diri seseorang, bau yang ada dirumah (seperti bau makanan dan pewangi

ruangan), sampai bau kemenyan pada waktu tertentu di suatu tempat.

21

Page 22: Komunikasi Non Verbal

BAB IV

KESIMPULAN

A. Pemaknaan dalam Komunikasi Non Verbal

Kesamaan makna didalam komunikasi non verbal menjadi sangat penting apabila lawan

bicara kita tidak dapat dengan baik menangkap pesan komunikasi non verbal yang kita

sampaikan. Secara langsung maupun tidak langsung dan pesan yang tersampaikan kita ketahui

maupun tidak kita ketahui dapat tersampaikan kepada lawan bicara kita. Konsep self yang

dikemukakan George Herbert Mead dalam konsep diri kita, sesungguhnya kita dapat

berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Maksudnya, sebelum kita melakukan komunikasi kepada

lawan bicara, kita dapat dengan sendirinya menganggap apa – apa saja yang nantinya akan

mampu ditangkap oleh lawan bicara. Sesungguhnya lawan bicara kita juga melakukan hal yang

demikian. Hal ini dapat penyusun namakan sebagai konsep sadar diri tentang anggapan pribadi

mengenai diri sendiri.

Lawan bicara dapat menangkap pesan non verbal lebih banyak dan dapat diumpamakan

sebagai selembar gambar/foto yang dapat lebih banyak berbicara dari pada ucapan verbal.

Diantara orang yang terlibat komunikasi haruslah mempunyai anggapan dasar tentang siapa

lawan bicara. Apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana berperilaku agar sesuai.

Tanpa memperhatikan dengan sungguh – sungguh bagaimana budaya mempengaruhi

komunikasi, termasuk komunikasi non verbal dan pemaknaan terhadap pesan non verbal tersebut,

kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita cenderung menganggap budaya kita dan

bahasa non verbal kita sebagai standar dalam menilai bahasa non verbal orang dari budaya lain.

Bila perilaku non verbal orang lain berbeda dengan perilaku non verbal kita, sebenarnya tidak

berarti orang itu salah, bodoh atau sinting; alih-alih, secara kultural orang tersebut sedikit berbeda

dengan kita. Bila kita langsung berkesimpulan tentang orang lain berdasarkan perilaku non

verbalnya yang berbeda itu, maka kita terjebak dalam etnosentrisme(menganggap budaya sendiri

sebagai standar mengukur budaya orang lain).(Deddy Mulyana : Ilmu Komunikasi Suatu

pengantar, hal.436).

Diakhir penyusunan makalah ini, semoga apa yang telah menjadi pembahasan diatas

dapat membuka wawasan dan pemikiran bagi para pembaca. Apabila apa yang disusun oleh

penyusun tidak mencapai kesamaan makna, sesungguhnya itu adalah proses kreatif manusia

untuk menghasilkan hal-hal yang baru. Pemaknaan – pemaknaan yang berbeda akan memperkaya

pemikiran manusia. Namun penting untuk disampaikan secara menyeluruh tentang pembahasan

makalah ini adalah sikap pengertian, sadar, toleransi dan tidak egois akan lebih mewujudkan

penerimaan kekayaan budaya dan bangsa di dunia mengenai makna-makna yang berbeda.

22

Page 23: Komunikasi Non Verbal

DAFTAR PUSTAKA

- Arikunto Suharsimi,2006, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik (Edisi

Revisi VI), Rineka Cipta, Jakarta.

- Bungin Burhan, 2009, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta.

- Mulyana Deddy, 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya,

Bandung

- Narwoko J. Dwi & Suyanto bagong,2010, Sosiologi: teks pengantar & terapan,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

- Ritzer George & Goodman Douglas J.,2008, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke 6,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

***

23