Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan (Ltm2)
-
Upload
hanifiya-padmadia -
Category
Documents
-
view
912 -
download
110
description
Transcript of Komunikasi Massa Pada Pelayanan Kesehatan (Ltm2)
Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan
Oleh: Wahyu Setiyowati, FIK, 1406544444
Komunikasi massa adalah proses untuk memproduksi dan mensosialisasi atau
institusionalisasi (difusi, membagi) pesan/ informasi dari sebuah sumber kepada sasaran
penerima, (Liliweri). Ada dua ciri khas utama dari komunikasi massa yaitu karakteristik
MEDIA dan MASSA. Istilah media meliputi perangkat keras/industri pembagi informasi, dan
istilah massa digunakan untuk menerangkan sifat dari sasaran komunikasi massa yaitu luas,
kelompok yang “tidak teridentifikasi” dengan mudah, dan berada pada area geografis yang
berbeda. Unsur-unsur komunikasi massa meliputi pengirim pesan, media, penerima, dampak,
gangguan, dan konteks.
Teori-teori dasar komunikasi massa terdiri dari formula Lasswell, pendekatan
transmisional, dari Shannon dan Weaver, dan pendekatan Psikologi-sosial, (Sendjaja).
Formula Lasswell merupakan cara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa
dengan menjawab pertanyaan (siapa, berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan
dengan efek apa). Pendekatan transmisional menjelaskan suatu proses komunikasi dengan
melihat komponen-komponen yang terkandung di dalamnya dan rangkaian aktivitas yang
terjadi antara satu komponen dengan komponen lainnya (terutama mengalirnya
pesan/informasi). Pendekatan psikologi-sosial berfokus pada komunikasi antarkelompok
dalam masyarakat yang berlangsung secara intensif dan dua arah.
Komunikasi massa dalam Sendjaja, memiliki pengaruh terhadap individu, masyarakat
dan budaya. Terdapat tiga saluran efektif untuk mempengaruhi individu yaitu stimulus
respons, merupakan prinsip belajar yang sederhana yang mana efek merupakan reaksi
terhadap stimuli tertentu dan memiliki tiga elemen, pesan (stimulus), penerima, dan efek.
Kedua, two step flow yaitu media massa tidak bekerja dalam suatu situasi kevakuman sosial,
tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks, dan
bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan lainnya. Ketiga difusi
inovasi adalah komunikasi dua tahap, di dalamnya di kenal pula adanya pemula pendapat
atau agen perubahan dan sangat menekankan pada sumber non-media (sumber personal,
tetangga, ahli, dan teman). Sedangkan pendekatan teori untuk mempengaruhi masyarakat
yaitu teori agenda-setting yang mengungkapkan bahwa audiens tidak hanya mempelajari
berita-berita dan hal-hal lainnya dari media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar
arti penting diberikan pada suatu isu cara media massa memberikan penekanan terhadap topik
tersebut. Teori kedua yaitu dependensi mengenai efek komunikasi massa, merupakan
pendekatan struktur sosial yang mana media massa dianggap sebagai sistem informasi yang
berperan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran
masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas kelompok. Teori ketiga adalah spiral of
silence, menjelaskan bahwa individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi,
dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Teori keempat yaitu
information gaps, menjelaskan meningkatnya informasi akan menghasilkan melebarnya
celah/jurang pengetahuan daripada mempersempitnya.
Karakteristik sebuah media massa yaitu tersusun dalam suatu organisasi yang formal
dan kompleks, berhubungan langsung dengan audiens luas, mengarah kepada kepentingan
publik karena isinya terbuka untuk umum dan oleh karena itu pesan media dibagi kepada
publik yang relatif tidak terstruktur dan informal. Karakteristik selanjutnya yaitu audiens,
audiens disini bersifat majemuk, ada banyak kondisi di kalangan audiens yang berbeda,
mereka ada dalam suatu area yang luas dan terpisah satu sama lain. Berikutnya yaitu media
massa yang dapat mengembangkan kontak yang serentak dengan jumlah orang banyak dalam
jarak yang jauh dari sumber berita meskipun mereka terpisah satu sama lain. Karakteristik
terakhir adalah hubungan antara komunikator bersifat unik dan kolektif.
Dari keenam karakteristik di atas, tujuan media dalam komunikasi massa kesehatan
yaitu menciptakan iklim bagi penerimaan dan perubahan nilai, sikap, dan perilaku kesehatan.
Kemudian mengajarkan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, untuk pengganda sumber daya pengetahuan, kenikmatan dan
anjuran tindakan kesehatan, dapat membentuk pengalaman baru terhadap perilaku hidup
sehat dari statis ke dinamis. Tujuan berikutnya, meningkatkan aspirasi di bidang kesehatan,
mengajarkan masyarakat menemukan norma dan etika penyebarluasan informasi di bidang
kesehatan atau layanan komunikasi kesehatan. Berpartisipasi dalam keputusan atas hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, mengubah struktur kekuasaan antara produsen dan
konsumen di bidang kesehatan, dan menciptakan rasa kebanggaan/kesetiaan terhadap produk,
dan lain-lain.
Menurut Smolensky dan Harr (1972) dalam (Ferry dan Makhfudli, 2009) efektivitas
media massa dipengaruhi oleh tujuh faktor. Pertama, kredibilitas yang artinya sumber
komunikasi harus kompeten dan dapat dipercaya. Kedua, konteks yaitu pesan pendidikan
kesehatan relevan dengan sasaran dan memberikan kesempatan bagi sasaran untuk
berpartisipasi. Ketiga, yaitu isi, pesan benar-benar harus memiliki isi. Keempat yaitu
kejelasan, sasaran mengerti pesan kesehatan yang disampaikan. Kelima yaitu
kesinambungan, artinya meskipun diulang dengan berbagai variasi, pesan dasar cukup
konsisten sehingga sasaran tidak bingung. Keenam yaitu media, pesan disampaikan melalui
media massa yang sering digunakan oleh sasaran. Terakhir yaitu kemampuan, jadi sasaran
mampu melakukan yang diminta sesuai dengan isi pesan dengan usaha seminimal mungkin.
Media yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan antara lain media elektronik,
media cetak, dan media lain. Media elektronik meliputi radio, televisi, internet, telepon,
telepon genggam, dan teleconference. Media selanjutnya yaitu media cetak seperti, majalah,
koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster,
flannelgraph, bulletin board. Media lain dapat menggunakan surat. Setelah dipilih metode
yang sesuai, kemudian tentukan media yang akan digunakan untuk dalam pendidikan
kesehatan tersebut. Media yang dapat digunakan antara lain media elektronik meliputi radio,
televisi, internet, telepon, telepon genggam, dan teleconference. Media selanjutnya yaitu
media cetak seperti, majalah, koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan besar
(billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board. Media lain dapat menggunakan
surat. Beberapa media promosi kesehatan juga digunakan sebagai alat peraga jika pendidik
kesehatan bertemu langsung dengan partisipan dalam proses promosi kesehatan. Misalnya
media poster dapat dianggap sebagai alat peraga sebagai gambar. (Ferry dan Makhfudli,
2009)
Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, dibutuhkan strategi dalam pelaksanaanya.
Menurut (Depkes RI, 2006) dalam (Ferry dan Makhfudli, 2009), ada tiga strategi yang dapat
ditempuh. Pertama, advokasi yaitu pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk
mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan ke kesehatan. Tindakan konkretnya
melalui lobi, dialog, negosiasi, debat, petisi, mobilisasi, mobilisasi, dan seminar. Kedua bina
suasana yaitu penciptaan situasi kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup bersih dan
sehat. Ketiga yaitu gerakan pemberdayaan masyarakat, gerakan dari, oleh, dan untuk
masyarakat mengenali dan memelihara masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya, (Ferry dan Makhfudli, 2009).
Referensi:
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Staka Pelajar
Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka