Komunikasi massa dan pemerintah
-
Upload
uin-surabaya -
Category
Documents
-
view
327 -
download
8
Transcript of Komunikasi massa dan pemerintah
“Media Massa dan Pemerintah”
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Komunikasi Massa”
Oleh :
Lu’lu’ul Mardhiyatul Lailah (B06210013)
Ahmad Misbahun N (B06210052)
Julia Damayanti (B06210067)
Kelas: 4/ F3.1
Dosen Pengampu: Drs. A.M. Moefad, SH, M.Si
FAKULTAS DAKWAH
PRODI ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Komunikasi massa da pemerintah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan
ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah –
mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.
Surabaya, April 2012
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar belakang
Sistem adalah seperangkat atau kesatuan objek dalam mana objek satu dengan lainnya saling
berkaitan, bahkan saling bergantung. Kita ambil contoh sistem pencernaan makanan pada
manusia yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, hati dan
pangkreas, usus besar dan anus. Untuk kelancaran sistem pencernaan, semua organ (objek)
tersebut berkaitan, saling mempengaruhi, dan sudah barang tentu tidak bisa berdiri sendiri.
Karena jika salah satu organ mengalami gangguan, maka sistem pencernaan akan terganggu.
Sistem sosial Indonesia terdiri beberapa subsistem seperti subsistem ideologi, politik,
ekonomi, budaya, komunikasi, pertahanan keamanan. Subsistem satu dengan yang lainnya sling
mempengaruhi, namun subsistem ideologi dan politik meerupakan subsistem yang paling
mempengaruhi subsistem lainnya. Subsistem ideologi dan politik pemerintah menjadi dasar
subsistem lainnya, termasuk subsistem media massa. Dengan demikian, sistem media massa
mencerminkan falsafah dan sistem politik negara dimana dia berfungsi.
B. Rumusan masalah
1. Peran media dalam pemerintah
2. Efek media terhadap pemerintah
3. Manipulasi pemerintah terhadap media
4. Status sebagai pengawas
5. Isu media dan pemerintah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran media dalam pemerintahan
Masyarakat inggris dan prancis abad pertengahan dibagi dalam kelas-kelas yang di sebut
estate (status golongan atau kedudukan sosial).
1. pendeta (clergy).
2. Bangsawan.
3. orang biasa.
4. Pers (fourth estate).
Setelah mesin cetak gutenberg muncul, buku dan jenis tulisan massa lainnya memainkan
peran penting dalam struktur kekuasaan, tetapi tidak bisa dikategorikan dalam golongan pertama
sampai ketiga tersebut.
Asal usul istilah pers ini tidak jelas, tetapi Edmund Burke, seorang anggota parlemen
inggris, menggunakannya pada pertengahan 1700-an. Sambil menunjuk kepada kelompok
wartawan, Burke mengatakan: “Disana duduk golongan ke-empat yang perananya amat
penting”. Istilah ini telah dipakai untuk aktivitas jurnalistik dewasa ini. Media berita
memberitakan ketiga golongan lainnya, idealnya tanpa berpihak dan hanya berkomitmen pada
kebenaran.
Konsep fourth estate ini mengalami adaptasi ketika Amerika Serikat terbentuk. Konstitusi
Negara baru ini yang disusun pada tahun 1787, menetapkan keseimbangan dari tiga cabang
kekuasaan: legislatif, eksekutif dan yudisial. Pendiri republik ini menempatkan peran pers dalam
struktur pemerintahan ketika mereka mendeklarasikan First Amandement yang menyatakan
bahwa pemerintah tidak boleh mencampuri pers. Akan tetapi, pers itu sendiri bukan bagian dari
struktur pemerintah. Ini menyebabkan pers disebut sebagai cabang keempat (Fourth branch) dari
kekuasaan pemerintah. Tugasnya adalah memantau cabang kekuasaan lain untuk mewakili
rakyat. Ini adalah peranan pengawas (watchdog role) yang dijalankan pers. Seperti dikatakan
4
seorang pelawak, para pendiri negara memandang pers bertugas untuk mengawasi berandalan
yang berkuasa agar tetap jujur.
Walaupun First amandement mengatakan bahwa pemerintah tak boleh membatasi pers,
kenyataannya adalah lain.
1. Regulasi penyiaran.
Pada masa awal radio komersial, banyak stasiun radio yang timbul tenggelam. Karena tak
mampu bersepakat untuk merealisasikan medium baru ini, para pemilik stasiun radio akhirnya
minta bantuan pemerintah. Kongres membentuk Federal Radio Commission pada 1927. Tugas
komisi ini adalah membatasi jumlah stasiun radio dan daya transmisinya guna menghindari
tabrakan sinyal. Untuk itu, komisi mensyaratkan agar stasiun radio punya izin pemerintah yang
menspesifikasikan pembatasan teknis. Karena lebih banyak stasiun yang siaran ketimbang yang
dapat diberi izin, komisi ini mengeluarkan dan menolak izin berdasarkan potensi pelamar untuk
beroprasi demi kepentingan publik. Kriteria ini melahirkan banyak persyaratan bagi pihak
penyiaran, baik radio maupun televisi, yang mewajibkan mereka meliput isu publik
2. Regulasi Internet
internet dan semua perkembangannya, termasuk chatroom dan web site, hampir
sepenuhnya tak teregulasi dalam isi politiknya, materi yang masif dan terus mengalir dan fakta
bahwa internet adalah jaringan internasional, telah membuat pemerintah sulit atau mustahil
meregulasi internet. Bahkan usaha kongres untuk melarang kecabulan di internet pada 1996 dan
1999 gagal melewati judicial review. Satu-satunya perintah isi internet bukan melalui restriksi
pemerintah, tetapi melalui gugatan antara individu pada isu-isu seperti pencemaran nama baik
(fitnah) dan invasi privasi.
B. Efek media terhadap pemerintah
Study Preview
Liputan media mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan cara kita memikirkannya. Ini
berarti media adalah penghubung antara pemerintah dan cara orang memandang pemerintah.
Aspek negatifnya adalah tren media menjadi bahan dari perhatian public sementara untuk subjek
yang kurang substantif, seperti skandal, kesalahan, dan kejadian negatif.
5
Agenda-Setting
Banyak orang menganggap media berita adalah amat kuat, memempegaruhi jalannya
peristiwa. Sejak era Paul Lazarsfeld pada 1940-an dan bahkan sejak Robert Park pada 1920-an,
telah menyimpulkan bahwa pengaruh media tidak langsung dan tegas. Sarjana media Maxwell
Combs dan Don Shaw meringkaskan efek media dengan mengatakan bahwa media tidak
memberi tahu orang tentang what to think, tetapi lebih pada what to think about. Ini dinamakan
agenda-setting (penentuan agenda).1
Hak Sipil
Hak-hak sipil warga kulit hitam Amerika dilecehkan selama se-abad setelah Perang
Sipil. Kemudian muncul liputan gerakan reformasi yang makin kuat pada 1960-an. Pemberitaan
seperti pawai dan demonstrasi yang dipimpin Martin Luther King Jr dan berita lain, termasuk
rekaman cara polisi memperlakukan demonstran kulit hitam, membuat orang mulai berpikir
tentang ketidakadilan rasial. Pada 1964, Kongres mengesahkan Civil Rights Act, yang secara
tegas melarang diskriminasi di hotel dan rumah makan, bantuan pemerintah, dan praktik
ketenagakerjaan. Tanpa liputan media hak sipil tidak akan masuk ke agenda publik dan
membesar hingga awal 1964.
Watergate. Seandainya Washington Post tidak gigih menyelidiki situasi di kantor pusat
Partai Demokratik pada 1972, publik tidak akan pernah tahu bahwa orang-orang di sekitar
Presiden Nixon terlibat dalam sebuah skandal. Post menentukan agenda nasional.
Skandal Seks Gedung Putih. Tak ada orang yang akan memikirkan apakah Presiden Bill
Clinton terlibat skandal seks jika David Brock, yang menulis dalam American Spectator pada
1993, tidak melaporkan tuduhan oleh Paula Jones. Isu ini juga tidak akan memanas tanpa laporan
Matt Drudge tahun 1997 di situs online-nya, Drudge Report, tentang Monica Lewinsky.
Pada umumnya liputan berita tidak mengajak orang untuk mengambil sikap, tetapi
berdasarkan laporan itulah orang akan menentukan sikap. Ini adalah efek catalytic. Liputan tidak
menyebabkan perubahan secara langsung tetapi sebagai katalisator.
1 Elvinaro, Ardianto dkk. Komunikasi massa suatu pengantar. (Bandung: Simbiosa Rekatama media. 2oo4). Ha l. 76
6
Efek CNN
Televisi sangat kuat sebagai agenda-setter. Selama bertahun-tahun tak ada orang di luar
Ethiopia yang memerhatikan bencana kelaparan. Bahkan walau sudah disinggung dalam empat
artikel di New York Times, bencana itu masih belum banyak diperhatikan. Washington Post
menurunkan tiga artikel dan Associated Press mendistribusikan 228 berita tetapi respons belum
besar. Tetapi setahun kemudian, rekaman video yang menyedihkan yang disiarkan BBC menarik
perhatian publik dan memicu usaha penggalangan dana besar- besaran. Dalam tahun-tahun
belakangan ini banyak ilmuwan yang mempelajari efek agenda-setting dari televisi vis-a-vis
media lain mulai mengarahkaru perhatiannya kepada CNN. Akibatnya, kekuatan televisi untuk
menempatkani isu di tempat jauh ke benak orang dalam negeri disebut sebagai efek CNN.
Framing
Yang terkait dengan agenda-setting dan efek CNN adalah proses yang disebut framing,
di mana liputan media membentuk cara orang memandang isu. Karena Pentagon mengizinkan
wartawan ikut bersama unit tempur di perang Irak 2003, maka ada kekhawatiran kalau liputan itu
menjadi terdekontekstualisasikan. Kritikus memperkirakan akan muncul liputan yang fokus pada
pertempuran taktis dari unit-unit tempur, serta berita-berita tentang strategi perang. Dengan kata
lain, berita dramatis dan fotogenik dari unit tempur mungkin membentuk kerangka pemberitaan
perang dari segi detail konflik. Para perancang perang di Pentagon juga menyadari bahwa
reporter yang bersama unit tempur akan melihat berita dari perspektif tentara. Pentagon
sebenarnya sudah secara cermat mempelajari perang 1982 antara Inggris dengan Argentina, di
mana wartawan Inggris yang ikut tentara dalam perang sepenuhnya mengandalkan pada militer
bukan hanya untuk akses ke zona perang, tetapi juga untuk makanan. Akibatnya adalah liputan
yang cenderung tidak netral dan tidak alami. Para sarjana yang menganalisis liputan perang Irak
menyimpulkan baan dari wartawan yang ikut dalam zona perang itu juga dimuati penjelasan dari
perspektif yang lebih luas, yang juga memasukkan materi dari peneh-tang perang, terutama dari
Eropa, dan diplomat.
7
Iklan kampanye presiden 2004 yang mendukung Presiden Bush menunjukkan
ketidakkonsistenan dalam catatan voting Senat dari John Kerry dari Partai Demokrat Tujuannya
adalah menjadikan Kerry tampak di mata publik sebagai orang yang plin-plan dan tidak dapat
diandalkan. Kampanye Bush juga menekankan konsistensi kebijakan pertahanan nasional. Kerry,
di lain pihak, berusaha menciptakan kesan bahwa Bush itu picik dalam soal-soal militer dan
mudah disesatkan, bahkan ditipu, oleh para ideolog di kalangan penasihatnya.
Framing partisan ini mudah dilihat. Tetapi berita, yang biasanya disampaikan secara
lebih netral, juga rawan terhadap tindakan framing. Framing tidak bisa dihindari. Tidak semua
tentang kejadian atau isu dapat dipadatkan dalam berita 30 detik atau artikel 3000 kata dalam
majalah. Reporter harus memilih apa-apa yang harus dimasukkan dalam berita dan apa-apa yang
tidak. Apa pun pilihan reporter, hasilnya akan membentuk (framing) cara audien memandang
realitas.
Priming
Liputan media bukan hanya menciptakan kesadaran publik tetapi juga dapat memicu
pergeseran opini secara dramatis. Contohnya adalah nasib George Bush senior. Pada 1991 dia
mendapat dukungan tinggi untuk kebijakannya. Pada 1992 orang tak lagi memilihnya jadi
presiden. Apa yang terjadi? Selama Perang Teluk 1991, media hampir mengerahkan semua
sumber dayanya untuk meliput perang. Peran presiden dalam pemberitaan itu adalah sebagai
panglima tertinggi. Karena menjadi perhatian utama berita, publik memberi dukungan luas.
Ketika perang usai, liputan media beralih ke persoalan ekonomi, yang sedang memburuk, dan
presiden tidak bisa digambarkan sebagai pahlawan. Rating-nya turun, dan pada 1992 dia kalah
dalam pemilihan.
Liputan media 1991 menciptakan situasi yang membuat publik memandang presiden
secara positif, dan situasi 1992 berubah. Ini adalah contoh klasik dari priming, sebuah proses di
mana media memengaruhi standar yang dipakai orang untuk mengevaluasi tokoh politik dan isu-
isu. Ini bukan berarti media memanipulasi situasi di mana orang memandang tokoh dan isu
politik. Misalnya, tidak ada yang mengatakan bahwa Perang Teluk tidak boleh diliput. Namun,
faktanya adalah melalui media itulah orang mengetahui perang dan menyimpulkan pekerjaan
sedang melaksanakan tugas yang besar.
8
Obsesi Media
Walaupun para kritikus mengatakan bahwa media itu bias secara politik, studi-studi tidak
mendukung klaim ini. Para reporter memandang diri mere-ka sebagai kelompok tengah dalam
politik dan pada umumnya mereka ber-usaha menekan bias personal. Meski demikian, reporter
cenderung ke jenis berita tertentu dan melupakan berita jenis lain.
Liputan Kepresidenan
Reporter berita dan editor telah lama mengetahui bahwa orang suka berita tentang orang.
Jadi, setiap kali isu dapat dipersonifikasikan, itu akan lebih baik. Dalam liputan Washington ini
berarti fokus pada presiden untuk membahas suatu isu. Studi terhadap CBS Evening News
menemukan bahwa 60 persen berita pembuka menampilkan presiden. Bahkan dalam masa
nonpemilu, media lebih suka meliput Gedung Putih ini membuat liputan terhadap institusi
pemerintah lain yang penting, seperti Kongres, MA, dan pemerintah lokal dan negara bagian
menjadi terabaikan.
Konflik.
Wartawan belajar hal tentang konflik sejak awal karier mereka. Pertama, audien mereka
menyukai konflik. Kedua, konflik sering mengilustrasikan isu besar yang dengannya masyarakat
akan mendefinisikan dan mendefinisikan ulang nilai-nilai mereka. Misalnya, hukuman mati,
aborsi, atau wajib militer. Orang suka pada isu-isu ini karena ada nilai-mlai fundamental di
dalamnya.
Jurnalis menyukai konflik sebagian karena konflik melibatkan perubahan yakni apakah
sesuatu akan melakukan sesuatu secara berbeda atau tidak. Semua berita melibatkan perubahan,
dan konflik hampir selalu menjadi isyarat adanya perubahan yang layak diberitakan. Konflik
umumnya adalah indikator yang berguna tentang kelayakan berita dari suatu kejadian.
Skandal.
9
Jurnalis juga tahu bahwa audien mereka suka berita skandal, salah satu fakta dalam
liputan politik. Ketika membicarakan Bill Clinton pada masa awal kepresidenannya, ilmuwan
politik Morris Fiorina dan Paul Peterson mengatakan: "Publik dibombardir dengan berita tentang
Whitewater, bunuh dirinya Vince Foster, potong rambut berbiaya $200, pesta bersama Sharon
Stone, perjalanan pesiar orang-orang Gedung Putih, investasi Hillary Clinton, dan banyak
persoalan lain yang tidak akan diingat pembaca. Alasan kenapa Anda tidak ingat ini adalah,
betapa pun pentingnya persoalan ini bagi individu yang terlibat di dalamnya, persoalan itu tidak
penting bagi seluruh operasi pemerintah. Karena itu mereka akan segera dilupakan.
Walau nilai beritanya hanya sementara, berita skandal dan kejanggalan akan menarik
audien, dan karenanya berita jenis ini makin banyak. Robert Lichter dan Daniel Amundson,
analis yang memonitor liputan tentang Washington, menemukan berita kebijakan lebih banyak
ketimbang berita skandal dalam perbandingan 13:1 pada tahun 1972, tetapi pada tahun 1992
perbandingannya menjadi 3:1. Pada periode yang sama media berita makin cerdas menarik
perhatian audien tetapi makin kurang tertarik untuk meliput isu-isu penting. Ini juga melahirkan
lebih banyak berita negatif. Lichter dan Amundson menemukan bahwa berita negatif dari
Kongres lebih banyak ketimbang berita positif dengan perbandingan 3:1, tetapi pada tahun 1992
menjadi 9:1
.
Pacuan Kuda.
Dalam memberitakan kampanye politik, media berita terobsesi untuk melaporkan jajak
pendapat. Para pengkritik mengatakan pemberitaan kampanye sebagai semacam pacuan kuda
(horse races) ini menyebabkan isu-isu yang lebih substantif kurang diperhatikan. Bahkan, jika
isu itu menjadi fokus, seperti saat kandidat mengumumkan pandangannya, reporter akan
menghubungkan isu dengan dampaknya pada jajak pendapat.
Keringkasan.
Orang yang mendesain paket media, seperti koran atau siaran berita, lebih menyukai
format yang lebih cocok untuk berita ringkas. Tren ini sebagian disebabkan adanya keterbatasan
waktu dalam penyiaran berita. Penyiar berita di televisi bertahun-tahun telah mengeluh bahwa
mereka harus memadatkan berita dunia dalam waktu 23 menit dalam berita malam. Hasilnya:
10
sajian berita yang pendek dan kerap dangkal. Format pendek mulai diterapkan di koran dan
majalah, dimulai dengan peluncuran USA Today pada 1982. USA Today memuat banyak berita,
meliput banyak peristiwa besar hanya dengan berita pendek banyak yang hanya dalam enam
kalimat saja. Ini amat memengaruhi liputan politik.
Sound bite dalam berita kampanye, yakni suara dari kandidat dalam siaran berita, turun
dari 47 detik pada 1968 menjadi 10 detik pada 1988 dan tetap singkat hingga kini. Isu yang
membutuhkan eksplorasi panjang, kata kritikus, diabaikan. Kandidat, yang menyadari ketatnya
waktu siaran telah belajar cara mengemas kata-kata yang menarik dan cerdik yang mudah di
serap orang ketimbang mengartikulasikan pernyataan persuasif yang mendalam. Dinamika yang
sama juga tampak dalam gaya ringkas USA Today.
Beberapa pihak membela gaya ringkas ini dengan mengatakan itu adalah satu-satunya
cara untuk menjangkau orang yang makin sibuk dan tidak banyak waktu untuk memikirkan
politik dan pemerintahan. Memang banyak organisasi berita memilih gaya yang lebih singkat
dan menarik untuk liputan pemerintah dan politik, tetapi tidak semuanya berbuat demikian. New
York Times, Washington Post, dan Los Angeles Time tidak meringkas liputan, dan bahkan USA
Today mulai memuat artikel yang lebih panjang tentang pemerintah dan politik. Jaringan televisi,
yang biasanya menurunkan sound bite yang ringkas, juga mulai menawarkan liputan lebih
mendalam di luar siaran berita seperti acara minggu pagi.
C. Manipulasi pemerintah terhadap media
Banyak tokoh politik disibukkan oleh liputan media karena mereka tahu kekuatan media.
Selama bertahun-tahun mereka mengembangkan mekanisme untuk memengaruhi liputan media
demi keuntungan mereka sendiri.
1. Memengaruhi liputan
Banyak pimpinan politik begadang sampai larut malam untuk mencari tahu cara
mempengaruhi liputan berita. Permainan mensiasati media bukan hal baru. Misalnya, seorang
pemimpin memilih hari untuk mengeluarkan banyak pengumuman agar di terbitkan atau di
siarkan di hari yang dikehendaki.
11
2. Trial ballons dan leaks
Trial ballons adalah pembocoran rancangan kebijakan secara sengaja, biasanya dari sumber
berbeda, untuk mengetes respon publik. Trial ballons bukan satu-satunya cara dimana media
massa dapat dipakai.
Leak adalah pengungkapan informasi rahasia secara sengaja oleh seseorang yang ingin
membantu kepentingan publik, mempermalukan seteru birokrat atau atasan, atau mengungkap
skandal. Partisan dan pembangkang menggunakan leaks (pembocoran rahasia) agar publik
memerhatikan lawan atau orang yang menjadi seterunya. Seseorang akan memberikan informasi
kepada reporter dengan syarat bahwa dirinya tidak akan disebut sebagai sumber. Meski banyak
reporter menaruh curiga pada banyak pembocor rahasia, beberapa bocoran informasi itu sangat
penting dan karenanya sulit untuk diabaikan begitu saja.
Penting bagi reporter memehami bagaimana tujuan sumber-sumber mereka dalam
menggunakan informasi itu. Juga penting bagi sumber untuk punya control atas apa-apa yang
dilaporkan reporter. Meski demikian, hubungan reporter-sumber informasi ini bias dimanipulasi
oleh pemerintah. Yang lebih buruk, struktur hubungan ini membuat pejabat pemerintah biasa
menghambat atau mengendalikan apa-apa yang akan dikatakan kepada public. Misalnya, seorang
pejabat memberikan informasi yang melecehkan pihak lain kepada wartawan dengan syarat
identitas pemberi informasi dirahasiakan. Manipulasi ini adalah bagian gelap dari proses
pengumpulan berita, tetapi tidak biasa di hindari.
3. Stonewalling
Para ahi public relations yang bergerak dalam komunikasi politik biasanya menasehati orang
untuk menghindari taktik stonewalling (gerakan tutup mulut) karena orang akan menyimpulkan
bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Walau demikian, ini dalah salah satu cara untuk
menghadapi pertanyaan media yang sulit.
4. Banjir informasi
Reporter menghabiskan banyak waktu untuk memilah-milah materi, yang semula layak
diberitakan, sehingga mereka tidak sempat menyusun pertanyaan sulit atau mencari sudut
pandang baru.
12
D. Status sebagai pengawas
Kualitas liputan berita politik dan pemerintah amat bervariasi. Lembaga kepresidenan,
misalnya, di liput secara lebih baik ketimbang agen-agen federal. Reporter juga terkadang
terlambat dalam meliput perubahan fundamental, seperti seorang kandidat yang langsung bicara
ke rakyat di acara talk show- tanpa perantara reporter.
Liputan kampanye
isu.
Reporter perlu mencari detail suatu pandangan dan mengajukan pertanyan yang bagus
tentang isu-isu besar, dan tidak hanua menerima hal-hal umum. Mereka perlu membandingkan
pandangan satu kandidat dengan kandiat yang lain, yang bias memberi dasar bagi pemilih untuk
menentukan pilihan.
Agenda
Reporter perlu melakukan beberapa peran dalam menentukan agenda kampanye. Ketika
reporter membiarkan kandidat mengontrol agenda liputan, maka wartawan hanya akan memjadi
alat untuk news release dan mendukung citra bagi kandidat tertentu.
interpretasi.
Kampanye politik itu kompleks dan melelahkan, dan reporter perlu meringkasnya dengan
baik untuk kepentingan audiens. Perlu ada penjelasan, interpretasi, dan abnalisis agar para
pemilih tetap bisa melihat gambaran yang lebih besar.
liputan dari dalam.
Reporter perlu meliput mesin-mesin kampanye, seperti, siapa yang menjalankan kampanye,
dan bagaimana caranya. Ini terutama penting karena makin meningkatkan peran konsultan
kampaye. Siapa orang-orang ini? Sejarah apa yang mereka bawa dalam kampanye?
Polling
Hasil jajak pendapat mudah dilaporkan namun sering tidak konsisten dan menipu sebab ada
variasi dalam metodologi dan bahkan pertanyaan polling-nya. Media berita harus melaporkan
berbagai jajak pendapat yang saling bersaing, bukan satu jajak pendapat saja.
Tanggapan langsung.
13
Berita televise biasanya melengkapi liputan dan ulasan dengan ulasan tanggapan e-mail
langsung dari pemirsa. Pesan terpilih ditayangkan di layer selama beberapa menit. Dalam
beberapa program, seorang reporter ditugaskan untuk menganalisis pesan yang masuk.
kedalaman.
Banyaknya kandidat yang langsung berhubungan dengan pemilih melalui debat dan talk
show, reporter perlu menawarkan sesuatu yang lebih bagi pemirsa. Analisis dan pemberitaan
mendalam bisa menambah apa-apa yang sudah diketahui pemirsa.
E. Isu media - pemerintah
Persoalan serius tntang kepercayaan dipertaruhkan saat pemilik media menjadi makin
berorientasi bisnis. Isu lain: dapatkah berita dipercaya jika si wartawan mengambil pendapat
tambahan dari kepentingan khusus? Apakah iklan politik ditujukan pada emosional?
a. Dukungan politik
Kepercayan public turun setiap kali muncul keraguan tentang apakah media benar-
benar berperan sebagai pengawas (watcdog) pemerintah. Keraguan ini makin bertambah
setelah ,edia makin terkonsentrasi pada segelintir konglomerat dan makin banyaknya
pimpinan media yang berasal dari orang bisnis.
Mustahil untuk mengetahui berapa banyak keputusan media yang lebih didasarkan
pada kepentingan bisnis keimbang kepentingan public. Keputusan semacam itu akan
diketahui melalui jalur lain, dan ketika pembuat keputusan dipermalukan, hal itu
tampaknya tidak membuat mereka kapok dan mengubah caranya.
b. Iklan kampanye
Media massa telah menjadi alat esensial bagi pemimpin politik nasional. Bahkan
kandidat untuk level lokal dan negara bagian punya penasehat media. Para kritikus
mencatat bahwa techno-politics ini mengandung kerugian serius.
Dalam kampanye presiden juga tidak ada korelasi antara kemenangan dan
pengeluaran untuk media. Herbert Alexander, ilmuan politik dari university of southern
California, yang meneliti pengeluaran kampanye, mencatat bahwa pengeluaran Goerge
Bush lebih besar ketimbang Bill Clinton, yakni $43 juta melawan $32 juta tahun 1992,
14
tetapi dia kalah. Data ini menunjukkan bahwa iklan kampanye hanya salah satu dari
banyak variable dalam pemilu.
Tetapi, bagaimana juga kampanye politik membutuhkan biaya. Kandidat butuh
media untuk menampilkan diri, dan kampanye tanpa iklan jelas akan gagal. Iklan politik
dapat amat menentukan.
c. Waktu siaran gratis
Iklan televisi menjadi beban bagi banyak anggaran kampanye, yang menyebabkan
tekanan bagi kandidat untuk mengumpulkan dana untuk membeli waktu. Tekanan ini
menyebabkan ketidak teraturan pembiayaan kampanye yang bisa menghantui kandidat
nanti. Lembaga penyiaran juga menunjukkan unsure paksaan dalam persyaratan untuk
memberikan waktu gratis kepada kandidat politik, sebab stasiun televisi tergantung
kepada pemerintah federal untuk mendapat izin bisnisnya.2
2 John, vivi. Teori komunikasi massa (jakarta: kencana. 2008). Hal. 585
15
BAB III
KESIMPULAN
Peran media dalam pemerintahan
Masyarakat inggris dan prancis abad pertengahan dibagi dalam kelas-kelas yang di sebut
estate (status golongan atau kedudukan sosial) yaitu pendeta (clergy), bangsawan, orang biasa,
pers (fourth estate).
Efek media terhadap pemerintahan
Liputan media mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan cara kita memikirkannya. Ini
berarti media adalah penghubung antara pemerintah dan cara orang memandang pemerintah.
Aspek negatifnya adalah tren media menjadi bahan dari perhatian public sementara untuk subjek
yang kurang substantif, seperti skandal, kesalahan, dan kejadian negatif.
Manipulasi pemerintah terhadap media
Banyak tokoh politik disibukkan oleh liputan media karena mereka tahu kekuatan media.
Selama bertahun-tahun mereka mengembangkan mekanisme untuk mempengaruhi liputan media
demi keuntungan mereka sendiri. Memengaruhi liputan, trial ballons dan leaks, stonewalling,
banjir informasi.
Status sebagai pengawas
16
Kualitas liputan berita politik dan pemerintah amat bervariasi. Lembaga kepresidenan,
misalnya, diliput secara lebih baik ketimbang agen-agen federal. Reporter juga terkadang
trlambat dalam meliput perubahan fundamental, seperti seorang kandidat yang langsung bicara
ke rakyat di acara talk show- tanpa perantara reporter. Liputan kampanye meliputi: isu, agenda,
interpretasi,liputan dari dalam, Pollin,tanggapan langsung, kedalaman.
Isu media – pemerintah di antaranya dukungan politik, iklan kampanye, waktu siaran gratis
Daftar pustaka
Vivian, john. 2008. Teori komunikasi massa edisi kedelapan. Jakarta: kencana
Ardianto, Elvinaro dkk. 2004. Komunikasi massa suatu pengantar. Bandung : Simbioasa
rekatama media.
17