Komunikasi massa dan pemerintah

25
Media Massa dan Pemerintah” Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Massa Oleh : Lu’lu’ul Mardhiyatul Lailah (B06210013) Ahmad Misbahun N (B06210052) Julia Damayanti (B06210067) Kelas: 4/ F3.1 Dosen Pengampu: Drs. A.M. Moefad, SH, M.Si FAKULTAS DAKWAH PRODI ILMU KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Transcript of Komunikasi massa dan pemerintah

Page 1: Komunikasi massa dan pemerintah

“Media Massa dan Pemerintah”

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Komunikasi Massa”

Oleh :

Lu’lu’ul Mardhiyatul Lailah (B06210013)

Ahmad Misbahun N (B06210052)

Julia Damayanti (B06210067)

Kelas: 4/ F3.1

Dosen Pengampu: Drs. A.M. Moefad, SH, M.Si

FAKULTAS DAKWAH

PRODI ILMU KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2012

Page 2: Komunikasi massa dan pemerintah

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah ini membahas tentang Komunikasi massa da pemerintah.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan

sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan

ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah –

mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.

Surabaya, April 2012

2

Page 3: Komunikasi massa dan pemerintah

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar belakang

Sistem adalah seperangkat atau kesatuan objek dalam mana objek satu dengan lainnya saling

berkaitan, bahkan saling bergantung. Kita ambil contoh sistem pencernaan makanan pada

manusia yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, hati dan

pangkreas, usus besar dan anus. Untuk kelancaran sistem pencernaan, semua organ (objek)

tersebut berkaitan, saling mempengaruhi, dan sudah barang tentu tidak bisa berdiri sendiri.

Karena jika salah satu organ mengalami gangguan, maka sistem pencernaan akan terganggu.

Sistem sosial Indonesia terdiri beberapa subsistem seperti subsistem ideologi, politik,

ekonomi, budaya, komunikasi, pertahanan keamanan. Subsistem satu dengan yang lainnya sling

mempengaruhi, namun subsistem ideologi dan politik meerupakan subsistem yang paling

mempengaruhi subsistem lainnya. Subsistem ideologi dan politik pemerintah menjadi dasar

subsistem lainnya, termasuk subsistem media massa. Dengan demikian, sistem media massa

mencerminkan falsafah dan sistem politik negara dimana dia berfungsi.

B. Rumusan masalah

1. Peran media dalam pemerintah

2. Efek media terhadap pemerintah

3. Manipulasi pemerintah terhadap media

4. Status sebagai pengawas

5. Isu media dan pemerintah

3

Page 4: Komunikasi massa dan pemerintah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran media dalam pemerintahan

Masyarakat inggris dan prancis abad pertengahan dibagi dalam kelas-kelas yang di sebut

estate (status golongan atau kedudukan sosial).

1. pendeta (clergy).

2. Bangsawan.

3. orang biasa.

4. Pers (fourth estate).

Setelah mesin cetak gutenberg muncul, buku dan jenis tulisan massa lainnya memainkan

peran penting dalam struktur kekuasaan, tetapi tidak bisa dikategorikan dalam golongan pertama

sampai ketiga tersebut.

Asal usul istilah pers ini tidak jelas, tetapi Edmund Burke, seorang anggota parlemen

inggris, menggunakannya pada pertengahan 1700-an. Sambil menunjuk kepada kelompok

wartawan, Burke mengatakan: “Disana duduk golongan ke-empat yang perananya amat

penting”. Istilah ini telah dipakai untuk aktivitas jurnalistik dewasa ini. Media berita

memberitakan ketiga golongan lainnya, idealnya tanpa berpihak dan hanya berkomitmen pada

kebenaran.

Konsep fourth estate ini mengalami adaptasi ketika Amerika Serikat terbentuk. Konstitusi

Negara baru ini yang disusun pada tahun 1787, menetapkan keseimbangan dari tiga cabang

kekuasaan: legislatif, eksekutif dan yudisial. Pendiri republik ini menempatkan peran pers dalam

struktur pemerintahan ketika mereka mendeklarasikan First Amandement yang menyatakan

bahwa pemerintah tidak boleh mencampuri pers. Akan tetapi, pers itu sendiri bukan bagian dari

struktur pemerintah. Ini menyebabkan pers disebut sebagai cabang keempat (Fourth branch) dari

kekuasaan pemerintah. Tugasnya adalah memantau cabang kekuasaan lain untuk mewakili

rakyat. Ini adalah peranan pengawas (watchdog role) yang dijalankan pers. Seperti dikatakan

4

Page 5: Komunikasi massa dan pemerintah

seorang pelawak, para pendiri negara memandang pers bertugas untuk mengawasi berandalan

yang berkuasa agar tetap jujur.

Walaupun First amandement mengatakan bahwa pemerintah tak boleh membatasi pers,

kenyataannya adalah lain.

1. Regulasi penyiaran.

Pada masa awal radio komersial, banyak stasiun radio yang timbul tenggelam. Karena tak

mampu bersepakat untuk merealisasikan medium baru ini, para pemilik stasiun radio akhirnya

minta bantuan pemerintah. Kongres membentuk Federal Radio Commission pada 1927. Tugas

komisi ini adalah membatasi jumlah stasiun radio dan daya transmisinya guna menghindari

tabrakan sinyal. Untuk itu, komisi mensyaratkan agar stasiun radio punya izin pemerintah yang

menspesifikasikan pembatasan teknis. Karena lebih banyak stasiun yang siaran ketimbang yang

dapat diberi izin, komisi ini mengeluarkan dan menolak izin berdasarkan potensi pelamar untuk

beroprasi demi kepentingan publik. Kriteria ini melahirkan banyak persyaratan bagi pihak

penyiaran, baik radio maupun televisi, yang mewajibkan mereka meliput isu publik

2. Regulasi Internet

internet dan semua perkembangannya, termasuk chatroom dan web site, hampir

sepenuhnya tak teregulasi dalam isi politiknya, materi yang masif dan terus mengalir dan fakta

bahwa internet adalah jaringan internasional, telah membuat pemerintah sulit atau mustahil

meregulasi internet. Bahkan usaha kongres untuk melarang kecabulan di internet pada 1996 dan

1999 gagal melewati judicial review. Satu-satunya perintah isi internet bukan melalui restriksi

pemerintah, tetapi melalui gugatan antara individu pada isu-isu seperti pencemaran nama baik

(fitnah) dan invasi privasi.

B. Efek media terhadap pemerintah

Study Preview

Liputan media mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan cara kita memikirkannya. Ini

berarti media adalah penghubung antara pemerintah dan cara orang memandang pemerintah.

Aspek negatifnya adalah tren media menjadi bahan dari perhatian public sementara untuk subjek

yang kurang substantif, seperti skandal, kesalahan, dan kejadian negatif.

5

Page 6: Komunikasi massa dan pemerintah

Agenda-Setting

Banyak orang menganggap media berita adalah amat kuat, memempegaruhi jalannya

peristiwa. Sejak era Paul Lazarsfeld pada 1940-an dan bahkan sejak Robert Park pada 1920-an,

telah menyimpulkan bahwa pengaruh media tidak langsung dan tegas. Sarjana media Maxwell

Combs dan Don Shaw meringkaskan efek media dengan mengatakan bahwa media tidak

memberi tahu orang tentang what to think, tetapi lebih pada what to think about. Ini dinamakan

agenda-setting (penentuan agenda).1

Hak Sipil

Hak-hak sipil warga kulit hitam Amerika dilecehkan selama se-abad setelah Perang

Sipil. Kemudian muncul liputan gerakan reformasi yang makin kuat pada 1960-an. Pemberitaan

seperti pawai dan demonstrasi yang dipimpin Martin Luther King Jr dan berita lain, termasuk

rekaman cara polisi memperlakukan demonstran kulit hitam, membuat orang mulai berpikir

tentang ketidakadilan rasial. Pada 1964, Kongres mengesahkan Civil Rights Act, yang secara

tegas melarang diskriminasi di hotel dan rumah makan, bantuan pemerintah, dan praktik

ketenagakerjaan. Tanpa liputan media hak sipil tidak akan masuk ke agenda publik dan

membesar hingga awal 1964.

Watergate. Seandainya Washington Post tidak gigih menyelidiki situasi di kantor pusat

Partai Demokratik pada 1972, publik tidak akan pernah tahu bahwa orang-orang di sekitar

Presiden Nixon terlibat dalam sebuah skandal. Post menentukan agenda nasional.

Skandal Seks Gedung Putih. Tak ada orang yang akan memikirkan apakah Presiden Bill

Clinton terlibat skandal seks jika David Brock, yang menulis dalam American Spectator pada

1993, tidak melaporkan tuduhan oleh Paula Jones. Isu ini juga tidak akan memanas tanpa laporan

Matt Drudge tahun 1997 di situs online-nya, Drudge Report, tentang Monica Lewinsky.

Pada umumnya liputan berita tidak mengajak orang untuk mengambil sikap, tetapi

berdasarkan laporan itulah orang akan menentukan sikap. Ini adalah efek catalytic. Liputan tidak

menyebabkan perubahan secara langsung tetapi sebagai katalisator.

1 Elvinaro, Ardianto dkk. Komunikasi massa suatu pengantar. (Bandung: Simbiosa Rekatama media. 2oo4). Ha l. 76

6

Page 7: Komunikasi massa dan pemerintah

Efek CNN

Televisi sangat kuat sebagai agenda-setter. Selama bertahun-tahun tak ada orang di luar

Ethiopia yang memerhatikan bencana kelaparan. Bahkan walau sudah disinggung dalam empat

artikel di New York Times, bencana itu masih belum banyak diperhatikan. Washington Post

menurunkan tiga artikel dan Associated Press mendistribusikan 228 berita tetapi respons belum

besar. Tetapi setahun kemudian, rekaman video yang menyedihkan yang disiarkan BBC menarik

perhatian publik dan memicu usaha penggalangan dana besar- besaran. Dalam tahun-tahun

belakangan ini banyak ilmuwan yang mempelajari efek agenda-setting dari televisi vis-a-vis

media lain mulai mengarahkaru perhatiannya kepada CNN. Akibatnya, kekuatan televisi untuk

menempatkani isu di tempat jauh ke benak orang dalam negeri disebut sebagai efek CNN.

Framing

Yang terkait dengan agenda-setting dan efek CNN adalah proses yang disebut framing,

di mana liputan media membentuk cara orang memandang isu. Karena Pentagon mengizinkan

wartawan ikut bersama unit tempur di perang Irak 2003, maka ada kekhawatiran kalau liputan itu

menjadi terdekontekstualisasikan. Kritikus memperkirakan akan muncul liputan yang fokus pada

pertempuran taktis dari unit-unit tempur, serta berita-berita tentang strategi perang. Dengan kata

lain, berita dramatis dan fotogenik dari unit tempur mungkin membentuk kerangka pemberitaan

perang dari segi detail konflik. Para perancang perang di Pentagon juga menyadari bahwa

reporter yang bersama unit tempur akan melihat berita dari perspektif tentara. Pentagon

sebenarnya sudah secara cermat mempelajari perang 1982 antara Inggris dengan Argentina, di

mana wartawan Inggris yang ikut tentara dalam perang sepenuhnya mengandalkan pada militer

bukan hanya untuk akses ke zona perang, tetapi juga untuk makanan. Akibatnya adalah liputan

yang cenderung tidak netral dan tidak alami. Para sarjana yang menganalisis liputan perang Irak

menyimpulkan baan dari wartawan yang ikut dalam zona perang itu juga dimuati penjelasan dari

perspektif yang lebih luas, yang juga memasukkan materi dari peneh-tang perang, terutama dari

Eropa, dan diplomat.

7

Page 8: Komunikasi massa dan pemerintah

Iklan kampanye presiden 2004 yang mendukung Presiden Bush menunjukkan

ketidakkonsistenan dalam catatan voting Senat dari John Kerry dari Partai Demokrat Tujuannya

adalah menjadikan Kerry tampak di mata publik sebagai orang yang plin-plan dan tidak dapat

diandalkan. Kampanye Bush juga menekankan konsistensi kebijakan pertahanan nasional. Kerry,

di lain pihak, berusaha menciptakan kesan bahwa Bush itu picik dalam soal-soal militer dan

mudah disesatkan, bahkan ditipu, oleh para ideolog di kalangan penasihatnya.

Framing partisan ini mudah dilihat. Tetapi berita, yang biasanya disampaikan secara

lebih netral, juga rawan terhadap tindakan framing. Framing tidak bisa dihindari. Tidak semua

tentang kejadian atau isu dapat dipadatkan dalam berita 30 detik atau artikel 3000 kata dalam

majalah. Reporter harus memilih apa-apa yang harus dimasukkan dalam berita dan apa-apa yang

tidak. Apa pun pilihan reporter, hasilnya akan membentuk (framing) cara audien memandang

realitas.

Priming

Liputan media bukan hanya menciptakan kesadaran publik tetapi juga dapat memicu

pergeseran opini secara dramatis. Contohnya adalah nasib George Bush senior. Pada 1991 dia

mendapat dukungan tinggi untuk kebijakannya. Pada 1992 orang tak lagi memilihnya jadi

presiden. Apa yang terjadi? Selama Perang Teluk 1991, media hampir mengerahkan semua

sumber dayanya untuk meliput perang. Peran presiden dalam pemberitaan itu adalah sebagai

panglima tertinggi. Karena menjadi perhatian utama berita, publik memberi dukungan luas.

Ketika perang usai, liputan media beralih ke persoalan ekonomi, yang sedang memburuk, dan

presiden tidak bisa digambarkan sebagai pahlawan. Rating-nya turun, dan pada 1992 dia kalah

dalam pemilihan.

Liputan media 1991 menciptakan situasi yang membuat publik memandang presiden

secara positif, dan situasi 1992 berubah. Ini adalah contoh klasik dari priming, sebuah proses di

mana media memengaruhi standar yang dipakai orang untuk mengevaluasi tokoh politik dan isu-

isu. Ini bukan berarti media memanipulasi situasi di mana orang memandang tokoh dan isu

politik. Misalnya, tidak ada yang mengatakan bahwa Perang Teluk tidak boleh diliput. Namun,

faktanya adalah melalui media itulah orang mengetahui perang dan menyimpulkan pekerjaan

sedang melaksanakan tugas yang besar.

8

Page 9: Komunikasi massa dan pemerintah

Obsesi Media

Walaupun para kritikus mengatakan bahwa media itu bias secara politik, studi-studi tidak

mendukung klaim ini. Para reporter memandang diri mere-ka sebagai kelompok tengah dalam

politik dan pada umumnya mereka ber-usaha menekan bias personal. Meski demikian, reporter

cenderung ke jenis berita tertentu dan melupakan berita jenis lain.

Liputan Kepresidenan

Reporter berita dan editor telah lama mengetahui bahwa orang suka berita tentang orang.

Jadi, setiap kali isu dapat dipersonifikasikan, itu akan lebih baik. Dalam liputan Washington ini

berarti fokus pada presiden untuk membahas suatu isu. Studi terhadap CBS Evening News

menemukan bahwa 60 persen berita pembuka menampilkan presiden. Bahkan dalam masa

nonpemilu, media lebih suka meliput Gedung Putih ini membuat liputan terhadap institusi

pemerintah lain yang penting, seperti Kongres, MA, dan pemerintah lokal dan negara bagian

menjadi terabaikan.

Konflik.

Wartawan belajar hal tentang konflik sejak awal karier mereka. Pertama, audien mereka

menyukai konflik. Kedua, konflik sering mengilustrasikan isu besar yang dengannya masyarakat

akan mendefinisikan dan mendefinisikan ulang nilai-nilai mereka. Misalnya, hukuman mati,

aborsi, atau wajib militer. Orang suka pada isu-isu ini karena ada nilai-mlai fundamental di

dalamnya.

Jurnalis menyukai konflik sebagian karena konflik melibatkan perubahan yakni apakah

sesuatu akan melakukan sesuatu secara berbeda atau tidak. Semua berita melibatkan perubahan,

dan konflik hampir selalu menjadi isyarat adanya perubahan yang layak diberitakan. Konflik

umumnya adalah indikator yang berguna tentang kelayakan berita dari suatu kejadian.

Skandal.

9

Page 10: Komunikasi massa dan pemerintah

Jurnalis juga tahu bahwa audien mereka suka berita skandal, salah satu fakta dalam

liputan politik. Ketika membicarakan Bill Clinton pada masa awal kepresidenannya, ilmuwan

politik Morris Fiorina dan Paul Peterson mengatakan: "Publik dibombardir dengan berita tentang

Whitewater, bunuh dirinya Vince Foster, potong rambut berbiaya $200, pesta bersama Sharon

Stone, perjalanan pesiar orang-orang Gedung Putih, investasi Hillary Clinton, dan banyak

persoalan lain yang tidak akan diingat pembaca. Alasan kenapa Anda tidak ingat ini adalah,

betapa pun pentingnya persoalan ini bagi individu yang terlibat di dalamnya, persoalan itu tidak

penting bagi seluruh operasi pemerintah. Karena itu mereka akan segera dilupakan.

Walau nilai beritanya hanya sementara, berita skandal dan kejanggalan akan menarik

audien, dan karenanya berita jenis ini makin banyak. Robert Lichter dan Daniel Amundson,

analis yang memonitor liputan tentang Washington, menemukan berita kebijakan lebih banyak

ketimbang berita skandal dalam perbandingan 13:1 pada tahun 1972, tetapi pada tahun 1992

perbandingannya menjadi 3:1. Pada periode yang sama media berita makin cerdas menarik

perhatian audien tetapi makin kurang tertarik untuk meliput isu-isu penting. Ini juga melahirkan

lebih banyak berita negatif. Lichter dan Amundson menemukan bahwa berita negatif dari

Kongres lebih banyak ketimbang berita positif dengan perbandingan 3:1, tetapi pada tahun 1992

menjadi 9:1

.

Pacuan Kuda.

Dalam memberitakan kampanye politik, media berita terobsesi untuk melaporkan jajak

pendapat. Para pengkritik mengatakan pemberitaan kampanye sebagai semacam pacuan kuda

(horse races) ini menyebabkan isu-isu yang lebih substantif kurang diperhatikan. Bahkan, jika

isu itu menjadi fokus, seperti saat kandidat mengumumkan pandangannya, reporter akan

menghubungkan isu dengan dampaknya pada jajak pendapat.

Keringkasan.

Orang yang mendesain paket media, seperti koran atau siaran berita, lebih menyukai

format yang lebih cocok untuk berita ringkas. Tren ini sebagian disebabkan adanya keterbatasan

waktu dalam penyiaran berita. Penyiar berita di televisi bertahun-tahun telah mengeluh bahwa

mereka harus memadatkan berita dunia dalam waktu 23 menit dalam berita malam. Hasilnya:

10

Page 11: Komunikasi massa dan pemerintah

sajian berita yang pendek dan kerap dangkal. Format pendek mulai diterapkan di koran dan

majalah, dimulai dengan peluncuran USA Today pada 1982. USA Today memuat banyak berita,

meliput banyak peristiwa besar hanya dengan berita pendek banyak yang hanya dalam enam

kalimat saja. Ini amat memengaruhi liputan politik.

Sound bite dalam berita kampanye, yakni suara dari kandidat dalam siaran berita, turun

dari 47 detik pada 1968 menjadi 10 detik pada 1988 dan tetap singkat hingga kini. Isu yang

membutuhkan eksplorasi panjang, kata kritikus, diabaikan. Kandidat, yang menyadari ketatnya

waktu siaran telah belajar cara mengemas kata-kata yang menarik dan cerdik yang mudah di

serap orang ketimbang mengartikulasikan pernyataan persuasif yang mendalam. Dinamika yang

sama juga tampak dalam gaya ringkas USA Today.

Beberapa pihak membela gaya ringkas ini dengan mengatakan itu adalah satu-satunya

cara untuk menjangkau orang yang makin sibuk dan tidak banyak waktu untuk memikirkan

politik dan pemerintahan. Memang banyak organisasi berita memilih gaya yang lebih singkat

dan menarik untuk liputan pemerintah dan politik, tetapi tidak semuanya berbuat demikian. New

York Times, Washington Post, dan Los Angeles Time tidak meringkas liputan, dan bahkan USA

Today mulai memuat artikel yang lebih panjang tentang pemerintah dan politik. Jaringan televisi,

yang biasanya menurunkan sound bite yang ringkas, juga mulai menawarkan liputan lebih

mendalam di luar siaran berita seperti acara minggu pagi.

C. Manipulasi pemerintah terhadap media

Banyak tokoh politik disibukkan oleh liputan media karena mereka tahu kekuatan media.

Selama bertahun-tahun mereka mengembangkan mekanisme untuk memengaruhi liputan media

demi keuntungan mereka sendiri.

 

1. Memengaruhi liputan 

Banyak pimpinan politik begadang sampai larut malam untuk mencari tahu cara

mempengaruhi liputan berita. Permainan mensiasati media bukan hal baru. Misalnya, seorang

pemimpin memilih hari untuk mengeluarkan banyak pengumuman agar di terbitkan atau di

siarkan di hari yang dikehendaki.

 

11

Page 12: Komunikasi massa dan pemerintah

2. Trial ballons dan leaks 

Trial ballons adalah pembocoran rancangan kebijakan secara sengaja, biasanya dari sumber

berbeda, untuk mengetes respon publik. Trial ballons bukan satu-satunya cara dimana media

massa dapat dipakai.

Leak adalah pengungkapan informasi rahasia secara sengaja oleh seseorang yang ingin

membantu kepentingan publik, mempermalukan seteru birokrat atau atasan, atau mengungkap

skandal. Partisan dan pembangkang menggunakan leaks (pembocoran rahasia) agar publik

memerhatikan lawan atau orang yang menjadi seterunya. Seseorang akan memberikan informasi

kepada reporter dengan syarat bahwa dirinya tidak akan disebut sebagai sumber. Meski banyak

reporter menaruh curiga pada banyak pembocor rahasia, beberapa bocoran informasi itu sangat

penting dan karenanya sulit untuk diabaikan begitu saja.

Penting bagi reporter memehami bagaimana tujuan sumber-sumber mereka dalam

menggunakan informasi itu. Juga penting bagi sumber untuk punya control atas apa-apa yang

dilaporkan reporter. Meski demikian, hubungan reporter-sumber informasi ini bias dimanipulasi

oleh pemerintah. Yang lebih buruk, struktur hubungan ini membuat pejabat pemerintah biasa

menghambat atau mengendalikan apa-apa yang akan dikatakan kepada public. Misalnya, seorang

pejabat memberikan informasi yang melecehkan pihak lain kepada wartawan dengan syarat

identitas pemberi informasi dirahasiakan. Manipulasi ini adalah bagian gelap dari proses

pengumpulan berita, tetapi tidak biasa di hindari.

 

3. Stonewalling

Para ahi public relations yang bergerak dalam komunikasi politik biasanya menasehati orang

untuk menghindari taktik stonewalling (gerakan tutup mulut) karena orang akan menyimpulkan

bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Walau demikian, ini dalah salah satu cara untuk

menghadapi pertanyaan media yang sulit.

 

4. Banjir informasi

Reporter menghabiskan banyak waktu untuk memilah-milah materi, yang semula layak

diberitakan, sehingga  mereka tidak sempat menyusun pertanyaan  sulit atau mencari sudut

pandang baru.

 

12

Page 13: Komunikasi massa dan pemerintah

D. Status sebagai pengawas

Kualitas liputan berita politik dan pemerintah amat bervariasi. Lembaga kepresidenan,

misalnya, di liput secara lebih baik ketimbang agen-agen federal. Reporter juga terkadang

terlambat dalam meliput perubahan fundamental, seperti seorang kandidat yang langsung bicara

ke rakyat di acara talk show- tanpa perantara reporter.

 

Liputan kampanye

isu.

Reporter perlu mencari detail suatu pandangan dan mengajukan pertanyan yang bagus

tentang isu-isu besar, dan tidak hanua menerima hal-hal umum. Mereka perlu membandingkan

pandangan satu kandidat dengan kandiat yang lain, yang bias memberi dasar bagi pemilih untuk

menentukan pilihan.

Agenda

Reporter perlu melakukan beberapa peran dalam menentukan agenda kampanye. Ketika

reporter membiarkan kandidat mengontrol agenda liputan, maka wartawan hanya akan memjadi

alat untuk news release dan mendukung citra bagi kandidat tertentu.

interpretasi.

Kampanye politik itu kompleks dan melelahkan, dan reporter perlu meringkasnya dengan

baik untuk kepentingan audiens. Perlu ada penjelasan, interpretasi, dan abnalisis agar para

pemilih tetap bisa melihat gambaran yang lebih besar.

liputan dari dalam.

Reporter perlu meliput mesin-mesin kampanye, seperti, siapa yang menjalankan kampanye,

dan bagaimana caranya. Ini terutama penting karena makin meningkatkan peran konsultan

kampaye. Siapa orang-orang ini? Sejarah apa yang mereka bawa dalam kampanye?

Polling

Hasil jajak pendapat mudah dilaporkan namun sering tidak konsisten dan menipu sebab ada

variasi dalam metodologi dan bahkan pertanyaan polling-nya. Media berita harus melaporkan

berbagai jajak pendapat yang saling bersaing, bukan satu jajak pendapat saja.

Tanggapan langsung.

13

Page 14: Komunikasi massa dan pemerintah

Berita televise biasanya melengkapi liputan dan ulasan dengan ulasan tanggapan e-mail

langsung dari pemirsa. Pesan terpilih ditayangkan di layer selama beberapa menit. Dalam

beberapa program, seorang reporter ditugaskan untuk menganalisis pesan yang masuk.

kedalaman. 

Banyaknya kandidat yang langsung berhubungan dengan pemilih melalui debat dan talk

show, reporter perlu menawarkan sesuatu yang lebih bagi pemirsa. Analisis dan pemberitaan

mendalam bisa menambah apa-apa yang sudah diketahui pemirsa.

 

E. Isu media - pemerintah

Persoalan serius tntang kepercayaan dipertaruhkan saat pemilik media menjadi makin

berorientasi bisnis. Isu lain: dapatkah berita dipercaya jika si wartawan mengambil pendapat

tambahan dari kepentingan khusus? Apakah iklan politik ditujukan pada emosional?

 

a. Dukungan politik

Kepercayan public turun setiap kali muncul keraguan tentang apakah media benar-

benar berperan sebagai pengawas (watcdog) pemerintah. Keraguan ini makin bertambah

setelah ,edia makin terkonsentrasi pada segelintir konglomerat dan makin banyaknya

pimpinan media yang berasal dari orang bisnis.

Mustahil untuk mengetahui berapa banyak keputusan media yang lebih didasarkan

pada kepentingan bisnis keimbang kepentingan public. Keputusan semacam itu akan

diketahui melalui jalur lain, dan ketika pembuat keputusan dipermalukan, hal itu

tampaknya tidak membuat mereka kapok dan mengubah caranya.

 

b. Iklan kampanye

Media massa telah menjadi alat esensial bagi pemimpin politik nasional. Bahkan

kandidat untuk level lokal dan negara bagian punya penasehat media. Para kritikus

mencatat bahwa techno-politics ini mengandung kerugian serius.

Dalam kampanye presiden juga tidak ada korelasi antara kemenangan dan

pengeluaran untuk media. Herbert Alexander, ilmuan politik dari university of southern

California, yang meneliti pengeluaran kampanye, mencatat bahwa pengeluaran Goerge

Bush  lebih besar ketimbang Bill Clinton, yakni $43 juta melawan $32 juta tahun 1992,

14

Page 15: Komunikasi massa dan pemerintah

tetapi dia kalah. Data ini menunjukkan bahwa iklan kampanye hanya salah satu dari

banyak variable dalam pemilu.

Tetapi, bagaimana juga kampanye politik membutuhkan biaya. Kandidat butuh

media untuk menampilkan diri, dan kampanye tanpa iklan jelas akan gagal. Iklan politik

dapat amat menentukan.

 

c. Waktu siaran gratis

Iklan televisi menjadi beban bagi banyak anggaran kampanye, yang menyebabkan

tekanan bagi kandidat untuk mengumpulkan dana untuk membeli waktu. Tekanan ini

menyebabkan ketidak teraturan pembiayaan kampanye yang bisa menghantui kandidat

nanti. Lembaga penyiaran juga menunjukkan unsure paksaan dalam persyaratan untuk

memberikan waktu gratis kepada kandidat politik, sebab stasiun televisi tergantung

kepada pemerintah federal untuk mendapat izin bisnisnya.2

2 John, vivi. Teori komunikasi massa (jakarta: kencana. 2008). Hal. 585

15

Page 16: Komunikasi massa dan pemerintah

BAB III

KESIMPULAN

Peran media dalam pemerintahan

Masyarakat inggris dan prancis abad pertengahan dibagi dalam kelas-kelas yang di sebut

estate (status golongan atau kedudukan sosial) yaitu pendeta (clergy), bangsawan, orang biasa,

pers (fourth estate).

Efek media terhadap pemerintahan

Liputan media mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan cara kita memikirkannya. Ini

berarti media adalah penghubung antara pemerintah dan cara orang memandang pemerintah.

Aspek negatifnya adalah tren media menjadi bahan dari perhatian public sementara untuk subjek

yang kurang substantif, seperti skandal, kesalahan, dan kejadian negatif.

Manipulasi pemerintah terhadap media

  Banyak tokoh politik disibukkan oleh liputan media karena mereka tahu kekuatan media.

Selama bertahun-tahun mereka mengembangkan mekanisme untuk mempengaruhi liputan media

demi keuntungan mereka sendiri. Memengaruhi liputan, trial ballons dan leaks, stonewalling,

banjir informasi.

Status sebagai pengawas

16

Page 17: Komunikasi massa dan pemerintah

Kualitas liputan berita politik dan pemerintah amat bervariasi. Lembaga kepresidenan,

misalnya, diliput secara lebih baik ketimbang agen-agen federal. Reporter juga terkadang

trlambat dalam meliput perubahan fundamental, seperti seorang kandidat yang langsung bicara

ke rakyat di acara talk show- tanpa perantara reporter. Liputan kampanye meliputi: isu, agenda,

interpretasi,liputan dari dalam, Pollin,tanggapan langsung, kedalaman. 

Isu media – pemerintah di antaranya dukungan politik, iklan kampanye, waktu siaran gratis

Daftar pustaka

Vivian, john. 2008. Teori komunikasi massa edisi kedelapan. Jakarta: kencana

Ardianto, Elvinaro dkk. 2004. Komunikasi massa suatu pengantar. Bandung : Simbioasa

rekatama media.

17