KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA …

196
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) (Studi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi (S.Sos) Oleh: NOVIA HASAN FRATIWI NIM 11150510000074 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Transcript of KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA …

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA

ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH)

(Studi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi (S.Sos)

Oleh:

NOVIA HASAN FRATIWI

NIM 11150510000074

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

i

ABSTRAK

Nama : Novia Hasan Fratiwi

NIM : 11150510000074

Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam Meningkatkan

Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum (ABH) (Studi di Balai

Rehabilitasi Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)

Handayani Jakarta)

Saat ini banyak anak di bawah umur yang terjerat kasus kriminal salah

satunya pencurian, narkoba, bahkan sampai pembunuhan. Rendahnya kesadaran

beragama pada anak merupakan salah satu faktor anak dapat terjerumus ke

dalam kasus tersebut. BRSAMPK Handayani Jakarta merupakan salah satu balai

rehabilitasi yang memberikan bimbingan agama sebagai salah satu metode

rehabilitasi untuk anak-anak yang terlibat kasus kriminal. Maka sangat penting

peran Pembimbing Agama disini untuk memilih perilaku komunikasi yang

cocok untuk meningkatkan kesadaran beragama anak agar anak tidak

mengulangi perbuatannya kembali.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui

komunikasi interpersonal Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani

Jakarta, bentuk kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum di BRSAMPK

Handayani Jakarta, serta bagaimana komunikasi interpersonal Pembimbing

Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum.

Metodologi penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan

pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan

data dengan melakukan observasi langsung, wawancara, serta studi dokumen.

Teori yang digunakan adalah teori competence communication oleh Brian H.

Spitzberg dan William R. Cupach yaitu suatu kemampuan untuk memilih

perilaku komunikasi yang cocok dan efektif bagi situasi tertentu. Teori ini

mempunyai tiga model komponen yaitu, pengetahuan, keahlian, dan motivasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam membangun komunikasi

interpersonal, Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta

menggunakan lima cara yaitu dengan memahami karakter anak, menumbuhkan

kepercayaan anak, memberikan bimbingan dengan rasa humor, menggunakan

bahasa yang mudah dipahami serta menerapkan sikap tegas dalam bimbingan.

Bentuk kesadaran beragama ABH setelah mengikuti bimbingan agama di

BRSAMPK Handayani Jakarta yaitu takut berbuat dosa, disiplin melaksanakan

ibadah, mendapat ketenangan jiwa, meningkatnya pengetahuan keagamaan dan

berperilaku sesuai ajaran Islam. Dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH

tersebut, cara yang dilakukan Pembimbing Agama yaitu dengan memberikan

motivasi, komunikasi secara persuasif, serta dilakukannya dialog tanya jawab.

Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Kesadaran Beragama, Anak

Berhadapan Hukum (ABH), Pembimbing Agama, Competence Communication.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji serta syukur saya

panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

nikmat dan karunia yang tidak terhingga kepada saya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tidak lupa

senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir

zaman.

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Interpersonal

Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Kesadaran

Beragama Anak Berhadapan Hukum (ABH) (Studi di Balai

Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan

Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta)” merupakan tugas

akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat meraih gelar Sarjana

Sosial Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saya menyadari

bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima kritik dan

juga saran. Selain itu, saya ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini. Pihak tersebut diantaranya yaitu kepada

yang terhormat:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag sebagai Wakil

Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Nour M.Ag

sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan

iii

Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan.

2. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam dan Dr. H. Edy Amin sebagai Sekretaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Kedua orang tua saya, Ayah Murdalih dan Mamah Nahanti.

Terima kasih banyak telah membantu saya sampai pada

tahap ini. Saya tidak akan sampai pada tahap ini jika bukan

karena keduanya.

4. Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.i, M.Si sebagai Dosen Pembimbing.

Terima kasih telah memberikan pikiran, tenaga, dan juga

waktunya untuk membimbing saya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki

kepada saya. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Staff Perpustakaan Utama

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Terima kasih banyak telah membantu saya

selama perkuliahaan dan melakukan studi untuk penulisan

skripsi.

6. Seluruh petugas dan Anak Berhadapan Hukum di Balai

Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan

Khusus Handayani Jakarta yang telah menerima saya dengan

baik. Khususnya kepada Bapak Bambang Wibowo sebagai

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Bapak Basuki, Bapak

iv

Candra, Bapak Zainal, sebagai Pekerja Sosial dan Bapak

Jubaedi sebagai Pembimbing Agama..

7. Kepada Mba Dede terima kasih ibu, kakak, teman. Terima

kasih atas segala bantuannya.

8. Kepada Hodijah, Andi Dewi, Tiyni, Nurbaeti, Ergita, Nia,

Serly sebagai teman seperkuliahan saya. Terima kasih

banyak kalian telah menjadi bumbu-bumbu asam dan

manisnya dunia perkuliahan saya.

9. Kepada Siti Nurmala, Farhan, Ridwan, Silviana, Adjeng,

Amaliyah sebagai teman seperaliyahan saya. Terima kasih

atas segala dukungannya. Semoga kita sukses di jalan kita

masing-masing.

10. Terakhir, kepada seluruh teman-teman KPI 2015, teman-

teman kelas Public Speaking, teman-teman IMIKI, teman-

teman KKN LOKATARA.

Demikian ucapan terima kasih yang bisa saya sampaikan,

mohon maaf jika terdapat pihak yang terlupa sehingga tidak

tertulis dalam kata pengantar ini. Namun dari lubuk hati yang

paling dalam saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua

pihak yang tertulis maupun tidak yang telah memberikan

dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT membalas

kebaikan kalian semua.

Tangerang, 13 November 2019

Novia Hasan Fratiwi

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................ v

DAFTAR TABEL .................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Batasan Masalah ................................................................ 7

C. Rumusan Masalah ............................................................. 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 9

F. Metode Penelitian ............................................................ 12

G. Sistematika Penulisan ...................................................... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 18

A. Tinjauan Komunikasi Interpersonal ................................ 18

1. Definisi Komunikasi Interpersonal .......................... 18

2. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal .................. 20

3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal ......... 22

4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal .................. 25

5. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi

Interpersonal ............................................................. 29

B. Tinjauan Pembimbing Agama ......................................... 34

1. Definisi Pembimbing Agama ................................... 34

vi

2. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama .................. 35

C. Tinjauan Anak Berhadapan Hukum (ABH) .................... 37

D. Tinjauan Kesadaran Beragama ........................................ 39

1. Definisi Kesadaran Beragama .................................. 39

2. Dimensi Kesadaran Beragama ................................. 43

3. Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum

(ABH) ....................................................................... 45

E. Teori Competence Communication ................................ 46

BAB III GAMBARAN UMUM BALAI REHABILITASI

SOSIAL ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN

KHUSUS (BRSAMPK) HANDAYANI JAKARTA .............. 50

A. Sejarah BRSAMPK Handayani Jakarta .......................... 50

B. Visi dan Misi ................................................................... 52

C. Maksud dan Tujuan ......................................................... 53

D. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 54

E. Struktur Organisasi .......................................................... 56

F. Program Pelayanan di BRSAMPK Handayani Jakarta ... 58

G. Proses Rehabilitasi Sosial ................................................ 60

H. Kriteria Penerima Manfaat .............................................. 64

I. Sarana dan Prasarana ....................................................... 66

J. Profil Narasumber ........................................................... 67

BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN ............................. 74

A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama

BRSAMPK Handayani Jakarta ....................................... 75

B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum

BRSAMPK Handayani Jakarta ....................................... 85

C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan

Hukum ............................................................................. 97

vii

A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama

BRSAMPK Handayani Jakarta ..................................... 104

B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum

BRSAMPK Handayani Jakarta ..................................... 112

C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan

Hukum ........................................................................... 123

BAB VI PENUTUP ................................................................. 128

A. Simpulan ........................................................................ 128

B. Saran .............................................................................. 129

BAB V PEMBAHASAN ......................................................... 104

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Tinjauan Kajian Terdahulu.................................. 9

Tabel 3. 1 Sarana dan Prasarana BRSAMPK

Handayani………..66

Tabel 5.1 Bentuk dan Perubahan Kesadaran Beragama ABH di

BRSAMPK Handayani Jakarta ................................ 119

Tabel 5.2 Bentuk Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama

dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama ABH di

BRSMAPK Handayani Jakarta ................................ 128

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi BRSAMPK Handayani .......... 56

Gambar 3. 2 Proses Rehabilitasi Sosial ...................................... 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan sebuah karunia yang diberikan oleh Allah

SWT kepada para orang tua. Anak merupakan potensi nasib

manusia dihari mendatang. Seorang anak ikut berperan penting

untuk menentukan sejarah bangsa dan merupakan cerminan sikap

hidup bangsa pada masa yang akan datang. Hal tersebut sejalan

dengan al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi:

ت خير لح ت ٱلص قي ويا وٱلب ٱلمال وٱلبىىن زيىت ٱلحيىة ٱلد

عىد ربك ثىابا وخير أمل

Artinya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi

amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik

pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi

harapan.”

Dalam surah al-Kahfi ayat 46 tersebut telah dijelaskan

bahwasannya seorang anak merupakan perhiasan bagi kedua

orang tuanya. Orang tua akan sangat bangga terhadap anaknya

jika anak tersebut memperoleh prestasi, sehingga prestasi yang

diperolehnya diharapkan dapat membawa nama baik dirinya

sendiri maupun kedua orang tuanya di depan masyarakat. Namun,

akhir-akhir ini kenakalan remaja dan tindak kejahatan yang

2

dilakukan oleh anak-anak semakin meningkat. Sehingga

menyebabkan anak tersebut harus berhadapan dengan hukum.

Anak yang Berhadapan Hukum atau selanjutnya disingkat

menjadi ABH merupakan anak yang disangka atau dituduh

melanggar hukum pidana. Pidana merupakan hukuman yang

dijatuhkan seseorang yang sudah terbukti secara sah melakukan

tindak pidana. Tindakan pidana ABH bisa berupa pencurian,

minum-minuman maupun permasalahan sexual. Di Indonesia,

Sindonews.com telah melaporkan bahwa selama kurun waktu

Januari sampai dengan pertengahan Februari 2019 Polres Metro

Jakarta Barat telah mencatat bahwa terdapat 25 anak remaja yang

menjadi tersangka dalam kasus tawuran, perampokan hingga

pembunuhan.1

Namun, pada dasarnya seorang anak atau remaja masih

memiliki kondisi psikologis yang masih labil, sehingga mereka

belum bisa memikirkan dengan baik dampak yang akan terjadi

atas perilaku buruk yang telah mereka lakukan. ABH ada baiknya

bukanlah untuk dihukum melainkan harus diberikan bimbingan

atau pembinaan. Salah satu lembaga rehabilitasi ABH di Jakarta

adalah Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani yang terletak di

Jalan PPA Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Lembaga ini

berfungsi untuk memberikan rehabilitasi berbentuk perlindungan

1 Yusuf, “Disdik Pastikan Keluarkan Pelajar Pelaku Kejahatan dan

Mencabut KJP”, diakses dari https//metro.sindonews.com/disdik-pastikan-

keluarkan-pelajar-pelaku-kejahatan-dan-mencabut-KJP/, pada tanggal 23

Februari 2019 pukul 20.30 WIB.

3

sementara dan upaya reintegrasi ABH, khususnya untuk pelaku

dan korban.

Terdapat berbagai macam bimbingan di BRSAMPK

Handayani Jakarta salah satunya yaitu bimbingan agama.

Bimbingan agama sangat penting dilakukan karena selain terjerat

permasalahan kriminal, ABH juga memiliki permasalah

mengenai keagamaan dalam dirinya. Kurangnya kesadaran

beragama dalam diri anak dan remaja merupakan salah satu

faktor anak dapat terjerat hukum. Faktor penyebab lainnya yaitu

karena faktor orang tua dan faktor lingkungan sekitarnya. Agama

atau religi merupakan salah satu unsur yang cukup penting dalam

jiwa manusia. Agama dapat meluruskan kembali jiwa-jiwa anak

yang sedang mengalami kebimbangan. Dengan sadarnya akan

agama, tingkah laku anak yang beranjak dewasa bisa

dikendalikan sehingga ia mengetahui batas-batas yang

bertentangan dengan kehendak dan pandangan masyarakat.

Kontrol sosial merupakan salah satu fungsi agama di dalam

masyarakat, ajaran agama yang dianut oleh penganutnya

dianggap sebagai norma, sehingga dapat mengawasi perbuatan

manusia agar tetap berada dijalan yang lurus. Hal ini sesuai

dengan surah al-Araf ayat 7 yang berbunyi:

4

ه عليهم بعلم وما كى ا غائبيه فلىقص

Artinya:

“Maka sesungguhnya akan kami kabarkan kepada mereka (apa-

apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui

(keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari

mereka).”

Ayat ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya Allah SWT

tidak pernah lengah untuk mengawasi kita. Allah SWT selalu

mengawasi segala perbuatan yang kita lakukan dimanapun.

Untuk itu agama berfungsi sebagai pengawas, agar kita

menghindari perbuatan tercela.

Individu yang beragama, seyogyanya berperilaku layaknya

seorang hamba Tuhan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan

pelanggaran untuk kemudian menunaikan kewajiban-kewajiban

yang mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya dan

lingkungannya. Karena agama sesungguhnya adalah seperangkat

aturan yang membantu umat menjalani kehidupan yang baik,

sesuai kodrat kemanusiaannya yang menolak kenistaan dan

menemukan kehidupan sejati lahir dan batin.2

Oleh sebab itu, Pembimbing Agama di BRSAMPK

Handayani Jakarta sangat berperan penting untuk meningkatkan

kesadaran beragama para ABH. Pembimbing Agama sejatinya

dapat membantu seseorang untuk menjadikan dirinya sebagai

2 Rajab, Psikologi Agama (Yogyakarta: Aswaja Pressindo), h. 37.

5

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

Pembimbing Agama juga diharuskan mempunyai

kecakapan dalam berkomunikasi agar pesan-pesan agama yang

disampaikan dapat mempengaruhi perilaku beragama para ABH.

Pada dasarnya dalam proses komunikasi, setiap pesan yang

disampaikan oleh komunikator bertujuan untuk memengaruhi

komunikan ke arah pemikiran yang diinginkan komunikator.

Sebagaimana tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu

menciptakan saling pengertian sehingga terdapat perubahan

terhadap pendapat yang berbeda dan memantapkan pendapat

yang sama.

Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan Pembimbing

Agama dengan ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta adalah

komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal atau

komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun non verbal.3

Komunikasi interpersonal mempunyai

peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena

komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara

bersama. Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman

yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai

makna informasi tersebut.4

3 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),

h. 3. 4 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h.

37.

6

Selain itu, dalam komunikasi interpersonal terdapat usaha

yang bersifat persuasif. Dimana komunikator (Pembimbing

Agama) memiliki tujuan untuk memberi pemahaman pada

komunikan (ABH) mengenai kasus dan kondisi yang tengah

dihadapinya dari sisi keagamaan. Melalui usaha mempersuasi

ABH pula, Pembimbing Agama dapat menjelaskan kepada ABH

perbuatan mana yang diizinkan dan dilarang untuk dilakukan

dalam ketentuan agama maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Hubungan interpersonal antara Pembimbing Agama dan

ABH yang baik juga sangat dibutuhkan dalam proses

komunikasi. Agar terwujudnya komunikasi yang baik harus ada

hubungan yang baik antara komunikator dan komunikan,

sehingga akan terbentuk feedback sesuai yang diinginkan.

Melalui komunikasi interpersonal juga, Pembimbing Agama

dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengajak dan mendekati

ABH untuk sharing sehingga upaya untuk memberikan

pembinaan mengenai kesadaran beragama dapat berjalan.

Konsentrasi pembinaan dan pembicaraan mengenai kasus ABH

pula yang kemudian turut membedakan dengan praktek-praktek

komunikasi interpersonal yang ada di lembaga lain.

Atas dasar tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama

dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak

Berhadapan Hukum (ABH) (Studi di Balai Rehabilitasi

Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

(BRSAMPK) Handayani Jakarta)”

7

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka batasan masalah penelitian ini adalah:

1. Pada bentuk komunikasi interpersonal Pembimbing Agama

dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH.

2. Pembimbing Agama yang diteliti yaitu Pembimbing Agama

Islam yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta.

3. ABH yang diteliti yaitu ABH pelaku dan ABH yang sudah

menetap paling lama 6 bulan di BRSAMPK Handayani

Jakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimana komunikasi interpersonal Pembimbing Agama

di BRSAMPK Handayani Jakarta?

b. Bagaimana bentuk kesadaran beragama Anak Berhadapan

Hukum di BRSAMPK Handayani Jakarta?

c. Bagaimana komunikasi interpersonal Pembimbing Agama

dalam meningkatkan kesadaran beragama Anak

Berhadapan Hukum?

8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan

sebelumnya, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal Pembimbing

Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta.

b. Untuk mengetahui bentuk kesadaran beragama Anak

Berhadapan Hukum di BRSAMPK Handayani Jakarta.

c. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal Pembimbing

Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama Anak

Berhadapan Hukum.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu

komunikasi dan dapat dijadikan rujukan atau referensi dalam

kajian komunikasi interpersonal untuk mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi yang positif dalam perkembangan studi komunikasi

interpersonal. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan gambaran bagi masyarakat khususnya

tentang pentingnya komunikasi interpersonal Pembimbing

Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH.

9

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dari tinjauan yang penulis lakukan, penulis mendapatkan

bahwa komunikasi interpersonal telah diteliti sebelumnya oleh

beberapa orang. Beberapa di antaranya adalah:

Tabel 1. 1 Tabel Tinjauan Kajian Terdahulu

Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Wildan

Zulqarnaen

Komunikasi

Antarpibadi

Ustadz dan

Santri dalam

Pembentukan

Karakter

Santri (Studi

Pada Pondok

Pesantren

Qotrun Nada

Cipayung

Depok)

Pendekatan

komunikasi

yang

dilakukan

seorang ustadz

kepada santri

agar pesan

yang

disampaikan

dapat

dipahami

yaitu dengan

cara

mengetahui

karakter dan

memahami

psikologis dari

setiap murid

yang sedang

diajarkan

Objeknya

membahas

mengenai

komunikasi

antarpribadi

Terletak pada

segi subjek

dan fokus

pada masalah

penelitiannya5

Muh.

Riskar

Peran

Pekerja

Peran Pekerja

Sosial

Sama-sama

membahas

Perbedaanya

terlihat dari

5 Zulqarnaen, Skripsi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri

dalam Pembentukan Karakter Santri (Studi Pada Pondok Pesantren Qotrun

Nada Cipayung Depok), (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016).

10

Sosial

Perlindungan

Anak

Terhadap

Anak

Berhadapan

Hukum di

Kabupaten

Gowa

Perlindungan

Anak terhadap

Anak

Berhadapan

Hukum di

Kabupaten

Gowa yaitu

sebagai

sumber

informasi,

sebagai

pemberi

motivasi dan

sebagai

jejaring kerja

dimana dalam

melaksanakan

perannya

terdapat

upaya-upaya

yang

dilakukan

pada ranah

Anak

Berhadapan

Hukum

subjeknya,

jika Muh.

Riskar

meneliti

tentang peran

pekerja sosial,

penulis

meneliti

tentang

komunikasi

interpersonal

Pembimbing

Agama.6

Mukti

Sitompul

Pengaruh

Efektifitas

Komunikasi

Antarpribadi

Pengurus

Panti Asuhan

Terhadap

Pembentukan

Konsep Diri

Anak-Anak

Terdapat

pengaruh

komunikasi

antarpribadi

pengurus panti

asuhan

terhadap

pembentukan

konsep diri

anak-anak

Persamaan

penelitian

yang

dilakukan

oleh Mukti

Sitompul

dengan

penulis yaitu

sama-sama

untuk

Lebih

memfokuskan

kepada

pembentukan

konsep diri,

sedangkan

penulis

memfokuskan

penelitiannya

pada

6 Riskar, Skripsi Peran Pekerja Sosial Perlindungan Anak Terhadap

Anak Berhadapan Hukum di Kabupaten Gowa, (Makasar: Universitas Islam

Negeri Alaudin Makasar, 2017).

11

Panti Asuhan

Aljamyatul

Washliyah

Medan

panti asuhan

sedangkan

faktor

penghambat

dalam proses

komunikasi

antarpribadi

adalah faktor

frekuensi

bimbingan

dan

kemampuan

menggunakan

bahasa oleh

pengurus panti

asuhan

Aljamyatul

Washliyah

Medan

mengetahui

komunikasi

interpersonal.

meningkatkan

kesadaran

beragama7

Erni

Suyani

Hubungan

Komunikasi

Interpesonal

dan

Keaktifan

Ibadah

dengan

Kesembuhan

Pecandu

Narkoba di

Panti

Rehabilitas

Komunikasi

interpersonal

pembimbing

dan petugas

panti dengan

para pecandu

cukup tinggi.

Bimbingan

motivasi yang

diberikan,

memberikan

banyak

Persamaan

dari sisi

penelitian ini

yaitu sama-

sama

mencari tahu

bagaimana

komunikasi

interpersonal

bisa

mengubah

seseorang

Terletak pada

teori yang

digunakan,

jika penulis

terdahulu

mengkaji

dengan

menggunakan

tiga teori yaitu

teori model

pertukaran

sosial, teori

7

Sitompul, Jurnal Simbolika, Vol. 1, No2 Pengaruh Efektifitas

Komunikasi Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan

Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Aljamyatul Washliyah Medan, (2015).

12

Narkoba Al-

Kamal

Kecamatan

Sibolangit

Kabupaten

Deli Serdang

perubahan.

Selain itu,

keaktifan

beribadah para

pecandu

narkoba di

Panti

Rehabilitas

cenderung

pada kategori

cukup tinggi.

Keaktifan

beribadah

memiliki

pengaruh yang

cukup besar

bagi

kesembuhan

para pecandu

narkoba

model Johari

Window, dan

teori penetrasi

sosial, maka

teori yang

digunakan

penulis hanya

sampai kepada

teori

kompentensi

komunikasi

yang

dilakukan oleh

Pembimbing

Agama di

BRSAMPK

Handayani

Jakarta.8

F. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma

konstruktivis. Paradigma konstruktivis menempatkan ilmu

komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap social

meaningful action atau pengamatan langsung yang dilakukan

secara alamiah, yakni menempatkan penulis pada posisi subjek

8 Suyani, Tesis Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keaktifan

Ibadah dengan Kesembuhan Pecandu Narkoba di Panti Rehabilitas Narkoba

al-Kamal Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. (2010)

13

yang ditelitinya atau dengan kata lain penulis berusaha

memahami cara befikir subjek yang ditelitinya.9

Oleh sebab itu, penulis melakukan ini dengan terlebih

dahulu mengeksplorasi dan mengidentifikasi fakta-fakta yang

terjadi di lapangan kemudian membentuk konstruksi yang

dibangun atas pengetahuan berdasarkan pemikiran penulis.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah

mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan

mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya.10

Pada penelitian ini penulis akan

mengamati dan mengungkapkan komunikasi yang terjadi

antara Pembimbing Agama dalam meningkatkan kesadaran

beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh penulis dari sumber pertamanya yaitu Pembimbing

Agama dan ABH, sedangkan data sekunder diperoleh penulis

dari studi-studi dokumen.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu Pembimbing Agama

dan Anak Berhadapan Hukum di Balai Rehabilitasi Sosial

9

Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik

Klasik (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia,

2003), h. 3. 10

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung:

Tarsito, 2000), h.66.

14

Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)

Handayani Jakarta. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu

kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum melalui

komunikasi interpersonal.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yaitu di Balai Rehabilitasi Sosial Anak

yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)

Handayani Jakarta yang beralamat di Jalan PPA Bambu Apus

Cipayung Jakarta Timur.

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama

dua bulan, terhitung dari tanggal 23 Juli sampai dengan 23

September 2019.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian penting yang

memiliki beberapa teknik. Berikut beberapa teknik dan alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang paling

umum dilakukan oleh penulis, utamanya yang meneliti

tentang perilaku manusia. Dengan dilakukannya observasi,

dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.

Alasan penulis menggunakan observasi yaitu karena

dalam penelitian kualitatif ini, penulis harus mengetahui

secara langsung keadaan atau kenyataan lapangan sehingga

data dapat diperoleh lebih baik dan jelas, sedangkan alat

15

yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu dengan

menggunakan alat sederhana yaitu alat tulis.

b. Wawancara

Teknik wawancara dipilih agar penulis dapat

memperoleh fakta dan data yang jelas dan diperlukan dalam

penelitian. Alat yang digunakan dalam teknik pengumpulan

data melalui wawancara yaitu pedoman wawancara.

Pedoman wawancara dipilih agar penelitian ini terarah

sehingga pembahasannya tidak melebar.

c. Studi Dokumen

Alasan penulis memilih teknik studi dokumen karena

merupakan sumber data yang stabil, menunjukkan suatu

fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan. Data

dari studi dokumen memiliki tingkat kepercayaan yang

tinggi akan kebenaran atau keabsahan dan dokumentasi

sebagai sumber data yang kaya untuk memperjelas keadaan

atau identitas penelitian, sehingga dapat mempercepat

proses penelitian.

6. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul senjutnya dianisis dengan

menggunakn teknik triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga

hasil data sementara dari observasi, wawancara dan studi

dokumen kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan.

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah kembali

menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis penelitian

ini didasarkan pada melukiskan secara sistematis fakta,

karakteristik, dan penggambaran secara faktual terhadap tema

16

penelitian dengan pendekatan kualitatif.11

Penulis terlebih

dahulu menganalisa data dengan menyusun kata-kata menjadi

tulisan yang lebih luas. Fakta-fakta yang terungkap kemudian

dihubungkan sesuai dengan topik yang dipertanyakan sesuai

dengan pokok masalah dalam penelitian ini.

7. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan dalam penelitian ini menggunakan

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi)” Surat Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 yang diterbitkan oleh UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

G. Sistematika Penulisan

Penulis membagi sistematika penulisan ke dalam enam bab

agar mempermudah dalam pembahasannya. Pada setiap bab

terdapat beberapa sub bab di dalamnya. Sistematika penulisannya

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

11 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h. 37.

17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menjabarkan landasan teori terkait

dengan judul yang ada, terdiri dari Komunikasi

Interpesonal, Pembimbing Agama, Anak Berhadapan

Hukum (ABH), Kesadaran Beragama, dan Teori

Competence Communication.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Berisi tentang gambaran umum dari Balai Rehabilitasi

Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

(BRSAMPK) Handayani Jakarta dan gambaran umum dari

subjek yang diteliti.

BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang deskripsi hasil data penelitian yang

telah dilakukan.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang uraian yang mengaitkan antara

latar belakang, teori yang digunakan, dan hasil analisa dari

hasil temuan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran-saran yang menjadi

penutup dari pembahasan yang ada dalam skripsi.

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Komunikasi Interpersonal

1. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi di dalam berkehidupan merupakan aktivitas

dasar yang dilakukan oleh manusia. Tidak ada seorangpun

manusia yang tidak berkomunikasi. Manusia sangat

membutuhkan komunikasi dan akan selalu terlibat dengan

komunikasi. Dengan berkomunikasi, manusia bisa saling

berhubungan langsung dengan manusia lainnya kapan saja dan

dimana saja, baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat,

maupun di lingkungan pekerjaan.

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut

communication berasal dari kata latin communication dan

bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini

maksudnya adalah sama makna.1

Sebuah definisi singkat

mengenai komunikasi dibuat oleh Harold D. Laswell bahwa

untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi secara tepat

ialah dengan menjawab pertanyaan “Siapa yang

menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa,

kepada siapa dan apa pengaruhnya”.2

Komunikasi sejatinya memiliki berbagai macam bentuk,

bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menurut jumlah

1

Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya 2007), h. 9. 2 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT Raja

Grafindo Persada, 2018), h. 25.

19

orang yang terlibat dan tujuan dalam komunikasi tersebut.

Bentuk-bentuk komunikasi meliputi komunikasi interpersonal,

komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi

organisasi dan komunikasi massa.

Secara umum komunikasi interpersonal atau komunikasi

antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran

makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.

Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan

(action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi

antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan

menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam

proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-

orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang

digunakan dalam proses komunikasi.3

Menurut Deddy Mulyana bahwa komunikasi

interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,

baik secara verbal maupun non verbal.4

R. Wayne Pace berpendapat bahwa “interpersonal

communication is involving two or more people in a face to

face setting”. Komunikasi interpersonal merupakan suatu

3 Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h.

41. 4 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),

h. 3.

20

proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau

lebih secara tatap muka. 5

Komunikasi interpersonal pada hakikatnya merupakan

komunikasi yang paling efektif untuk merubah sikap dan

tingkah laku komunikan karena bentuknya dialog dan

langsung mendapatkan umpan balik.6

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal

merupakan komunikasi yang berjalan dua arah yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih dan di dalamnya terdapat

umpan balik (feedback). Komunikasi interpersonal juga dapat

merubah perasaan, pemikiran dan perilaku seseorang karena

interaksi yang dilakukan secara lebih personal dan lebih

mendalam.

2. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi tidak akan berjalan dengan

sendirinya, terdapat beberapa unsur atau persyaratan tertentu

agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Lima

komponen atau elemen dalam komunikasi yang menjadi

persyaratan terjadinya komunikasi yaitu komunikator atau

pengirim (source), pesan (message), saluran atau media

5 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT Raja

Grafindo Persada, 2018), h. 66. 6 Hardjana, Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2007), h. 84.

21

(channel), komunikan atau penerima (receiver), dan efek atau

pengaruh.7

Pertama, komunikator atau pengirim yaitu orang yang

berperan menyampaikan pesan kepada komunikan.

Komunikator atau pengirim yang dimaksud dalam penelitian

ini yaitu Pembimbing Agama yang membina para ABH.

Kedua, pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh

komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan oleh

Pembimbing Agama biasanya bercirikan pesan-pesan

mengenai keagamaan.

Ketiga, saluran atau media yaitu alat yang digunakan

untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada

komunikan. Dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan

antara Pembimbing Agama dengan ABH ini, saluran atau

media yang digunakan berupa media langsung atau

menggunakan bahasa lisan, karena ABH mendapat pengarahan

langsung dari Pembimbing Agama, sehingga jika terdapat

sesuatu yang belum dipahami dapat langsung ditanyakan

kepada Pembimbing Agama.

Keempat, komunikan atau penerima yaitu orang yang

berperan menerima pesan yang disampaikan oleh

komunikator. Komunikan dalam penelitian ini adalah ABH

yang mengikuti bimbingan rohani di BRSAMPK Handayani

Jakarta.

7 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT

Raja Grafindo Persada, 2018), h. 29.

22

Kelima, efek atau pengaruh yaitu perbedaan antara apa

yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh komunikan

sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek yang diinginkan

oleh Pembimbing Agama yaitu ABH diharapkan sadar akan

pentingnya nilai-nilai agama sehingga untuk ke depannya

ABH dapat mengaplikasikan nilai-nilai agama di dalam

kehidupannya sehari-hari.

3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal

Dalam pelaksanaan proses komunikasi interpersonal,

komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan yaitu: 8

a. Mengenal diri sendiri

Dengan membicarakan diri kita sendiri pada orang

lain, maka kita akan mendapat perspektif baru tentang

diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang

sikap dan perilaku kita.

b. Mengetahui dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal, memungkinkan

kita untuk memahami lingkungan secara baik.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi

bermakna

Sebagai makhluk sosial, manusia ingin menceritakan

dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

d. Mengubah sikap dan perilaku

8 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.

117.

23

Dalam komunikasi interpersonal sering kita berupaya

mengubah sikap dan perilaku orang lain.

e. Bermain dan mencari hiburan

Kadang hal bermain dan mendapat hiburan ini

dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi

yang demikian perlu dilakukan, karena dapat memberi

suasana baru yang terlepas dari keseriusan, ketegangan

dan lain-lain.

Adapun tujuan lain dari komunikasi interpersonal atau

komunikasi antarpribadi yaitu:9

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah

untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain.

Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara

menyapa, tersenyum, melambaikan tangan,

membungkukkan badan, menanyakan kabar partner

komunikasinya, dan lain sebagainya.

b. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan

secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang

rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.

c. Memberikan bantuan (konseling)

Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi

menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan

professional mereka untuk mengarahkan kliennya.

9 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),

h. 19-21.

24

Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan masyarakat

pun juga dapat dengan mudah diperoleh contoh yang

menunjukan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat

dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi

orang lain yang memerlukan.

Dapat disimpulkan dari tujuan yang telah disebutkan di

atas bahwa pada dasarnya tujuan komunikasi interpersonal

untuk mencapai kedekatan dalam berkomunikasi sehingga

pesan yang disampaikan dapat diterima oleh orang-orang di

lingkungan sekitar kita.

Sedangkan fungsi komunikasi interpersonal menurut

Miller & Steinberg yang dikutip oleh Muhammad Budyatna

dan Leila Mona Ganiem bahwa fungsi utama komunikasi

adalah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-

imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komunikasi insani

atau human communication baik yang non-antarpribadi

maupun antarpribadi semuanya mengenai pengendalian

lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk

fisik, ekonomi dan sosial.10

Fungsi komunikasi lainnya

menurut Dasrun Hidayat yaitu: 11

1. Pembentukan konsep diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa

diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi

10

Budyatna dan Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta:

Kencana, 2011), h. 27. 11

Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:

Graha Ilmu, 2012), h. 24-28.

25

yang diberikan orang lain kepada kita. Konsep diri kita

yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga

dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita, temasuk

kerabat.

2. Pernyataan eksistensi diri

Eksistensi bertujuan agar orang lain mengetahui dan

mengakui keberadaannya.

3. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan

memperoleh kebahagiaan.

Sejatinya, dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi

interpersonal tidak hanya sebatas mengenai proses pertukaran

pesan saja, tetapi juga untuk mendapatkan respon. Adanya

respon merupakan syarat efektifnya suatu proses komunikasi.

Dengan respon tersebut diharapkan dapat tecapai tujuan

komunikasi sesuai yang diharapkan.

4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Dalam melakukan komunikasi interpersonal, terdapat

beberapa karakteristik, yaitu:12

1. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis

Komunikasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti

arus balik antara komunikator dan komunikan terjadi

langsung (face to face) atau tatap muka sehingga pada

saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara

langsung tanggapan dari komunikan dan secara pasti

12

Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:

Graha Ilmu, 2012), h. 44-49.

26

akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif,

dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil maka

komunikator dapat memberi kesempatan kepada

komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

2. Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang

terbatas

Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang

terbatas. Artinya bahwa komunikasi interpersonal hanya

melibatkan dua orang atau tiga orang lebih dalam

berkomunikasi. Jumlah yang terbatas ini mendorong

terjadinya ikatan secara intim dan dekat dengan lawan

komunikasi.

3. Komunikasi interpersonal terjadi secara spontan

Terjadinya komunikasi interpersonal seiring tanpa

ada perencanaan atau direncanakan. Sebaliknya,

komunikasi sering terjadi secara tiba-tiba sambil lalu,

dan mengalir secara dinamis.

4. Komunikasi interpersonal menggunakan media dan

nirmedia

Secara sadar atau tidak, sering kita beranggapan

bahwa komunikasi interpersonal berlangsung secara

tatap muka dan langsung, itu harus selalu berhadapan

secara fisik, padahal dalam pelaksanaannya yang

dimaksud langsung atau tatap muka tersebut bisa saja

melalui atau menggunakan saluran media. Media yang

sering digunakan seperti telepon, internet, teleconference,

dan lainnya.

27

5. Komunikasi interpersonal bersifat keterbukaan (openess)

Yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati

informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan

interpersonal. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat

berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi

interpersonal yang efektif. Keterbukaan adalah

pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap

situasi yang sedang dihadapi serta memberikan

informasi tentang masa lalu yang relevan untuk

memberikan tanggapan kita dimasa kini tersebut.

6. Komunikasi interpersonal bersifat empati (empathy)

Yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif

apabila komunikator menunjukan rasa empati pada

komunikan. Apabila empati tersebut tumbuh dalam

proses komunikasi interpersonal maka suasana

hubunngan komunikasi akan dapat berkembang dan

tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.

7. Komunikasi interpersonal bersifat dukungan

(supportiveness)

Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung

komunikasi berlangsung efektif. Dalam komunikasi

interpersonal diperlukan sikap memberi dukungan dari

pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi

dalam komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh

Sugiyo bahwa dalam komunikasi interpersonal perlu

adanya suasana yang mendukung atau memotivasi,

28

lebih-lebih dari komunikator. Dukungan merupakan

pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada

orang lain dalam suasana hubungan komunikasi. Karena

itu, dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut,

komunikasi interpersonal akan bertahan lama karena

tercipta suasana yang mendukung.

8. Komunikasi interpersonal bersifat positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap

dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi,

dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk

interaksi yang efektif. Rasa positif merupakan

kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak

berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah

yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang

penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan

atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka

terhadap kebutuhan orang lain pada kebiasaan sosial yag

telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian

tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan

tanpa merasa bersalah.

Rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak

pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang

positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi

interpersonal, hendaknya komunikator dan komunikan

saling menunjukkan sikap positif karena dalam

hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana

29

menyenangkan sehingga pemutusan hubungan

komunikasi tidak dapat terjadi.

9. Komunikasi interpersonal bersifat kesetaraan atau

kesamaan (equality)

Yaitu pengakuan secara diam-daiam bahwa

keduabelah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai

sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan

merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai

manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat

perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang

atau sikap orang lain terhadapnya. Dalam persamaan

tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak menggurui,

tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu

mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada

perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya

proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.

5. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi

Interpersonal

Setiap pelaksanaan bentuk komunikasi pastinya

memiliki berbagai hambatannya masing-masing, tidak

terkecuali komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal

memiliki hambatan-hambatan yang dapat membuat proses

komunikasi tidak berjalan lancar, antara lain yaitu: 13

1. Labelling, yaitu jika seseorang memberikan atribut

mengenai sifat tertentu pada orang lain dengan

13

Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.

121.

30

berpendapat bahwa orang tersebut bertanggung jawab

atas atribut itu.

2. Blame placing, yaitu menimpakan kesalahan pada orang

lain.

3. Punctuating, yaitu menimpakan kesalahan pada orang

lain dengan tidak berkesudahan.

4. Dichotomiying, yaitu menduakan alternatif dalam

menilai diri sendiri atau menilai orang lain.

5. Assuming inflexibility, menganggap seseorang tidak

fleksibel atau kaku.

Sedangkan menurut Suranto AW terdapat 9 faktor yang

menjadi penghambat efektifitas komunikasi interpersonal

yaitu:14

1. Kredibilitas komunikator rendah

Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan

komunikan, menyebabkan kurangnya perhatian

komunikan terhadap komunikator.

2. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya

Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu

komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan,

sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan

dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial

budaya yang berlaku. Sebaliknya, pihak-pihak yang

berkomunikasi perlu menyesuaikan diri dengan

kebiasaan yang berlaku.

14

Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011), h. 86-87.

31

3. Kurang memahami karakteristik komunikan

Karakteristik komunikan meliputi tingkat pendidikan,

usia, jenis kelamin, dan sebagainya perlu dipahami oleh

komunikator. Apabila komunikator kurang memahami,

cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak sesuai

dengan karakteristik komunikan dan hal ini dapat

menghambat komunikasi karena dapat menimbulkan

kesalahpahaman.

4. Prasangka buruk

Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat

komunikasi harus dihindari, karena dapat mendorong ke

arah sikap apatis dan penolakan.

5. Verbalistis

Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal

berupa kata-kata saja akan membosankan dan

mengaburkan komunikan dalam memahami makna

pesan.

6. Komunikasi satu arah

Komunikasi berjalan satu arah, dari komunikator

kepada komunikan terus-menerus dari awal sampai akhir

menyebabkan hilangnya kesempatan komunikan untuk

meminta penjelasan terhadap hal-hal yang belum

dimengerti.

7. Tidak digunakan media yang tepat

Pilihan penggunaan media yang tidak tepat

menyebabkan pesan yang disampaikan sukar dipahami

oleh komunikan.

32

8. Perbedaan bahasa

Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya perbedaan

penafsiran terhadap simbol-simbol tertentu. Bahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi dapat menjadi

penghambat bila dua orang mendefinisikan kata, frasa,

atau kalimat tertentu secara berbeda.

9. Perbedaan persepsi

Apabila pesan yang dikirim oleh komunikator

dipersepsi sama oleh komunikan, maka keberhasilan

komunikasi menjadi lebih baik. Namun perbedaan latar

belakang sosial budaya, seringkali mengakibatkan

perbedaan persepsi, karena semakin besar perbedaan

latar belakang budaya semakin besar pula pengalaman

bersama.

Berdasarkan hambatan-hambatan yang telah disebutkan

di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal

tidak selalu berjalan mulus, terdapat berbagai hambatan-

hambatan yang menyebabkan komunikasi tersebut tidak

berjalan lancar. Seperti halnya selalu menyalahkan orang lain

tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu, hal tersebut

dapat mengakibatkan hambatan dalam proses berkomunikasi.

Dalam penyampaian suatu pesan juga terdapat faktor

pendukung yang dapat mempengaruhi suatu hubungan

komunikasi interpersonal menjadi semakin erat, misalnya dari

33

kualitas komunikasi itu sendiri. Faktor pendukung tersebut

yaitu: 15

1. Percaya (trust)

Percaya nerupakan faktor yang paling penting agar

komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan efektif.

Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan

lainnya berlaku jujur. Terdapat 3 faktor utama yang

dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima,

empati dan kejujuran.

2. Sikap suportif

Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi

sikap defensive dalam komunikasi. Komunikasi

defensive dapat terjadi karena faktor-faktor personal

seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,

pengalaman defensive dan sebagainya atau faktor-faktor

situasional.

3. Sikap terbuka

Sikap terbuka juga sangat berpengaruh dalam

komunikasi interpersonal. Untuk memahami sikap

terbuka, terlebih dahulu harus mengidentifikasi orang

dogmatis. Karena lawan dari sikap terbuka adalah sikap

dogmatisme.

Ketiga faktor tersebut sangat penting diterapkan dalam

proses komunikasi khususnya komunikasi interpersonal. Jika

kita menerapkan faktor-faktor tersebut dalam berkomunikasi

15

Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), cet-27 h. 127-136.

34

maka akan timbul rasa saling menghargai dan rasa saling

pengertian sehingga terjalin komunikasi interpersonal yang

efektif.

B. Tinjauan Pembimbing Agama

1. Definisi Pembimbing Agama

Menurut bahasa kata bimbingan merupakan terjemahan

dari kata guidance yang di dalamnya terkandung beberapa

makna. Menurut Sertzer dan Stone seperti yang dikutip oleh

Hamdani mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata

guide, yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer

(menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).16

Djumhur dan Moh. Surya berpendapat bahwa bimbingan

adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus

dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami

dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima

dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan

dirinya (self direction), dan kemampuan untuk merealisasikan

dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau

kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan

lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.17

16

Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia), h.

79. 17

Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia), h.

78.

35

Bimbingan agama merupakan bantuan yang diberikan

kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu

mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami

lingkungan, mengatasi hambatan, guna menentukan rencana

masa depan yang lebih baik. Bimbingan agama secara umum

adalah sebagai suatu bantuan dengan nilai-nilai keagamaan.

Bimbingan agama adalah suatu proses individu melalui usaha

sendiri untuk mengembangkan kemampuan agar memperoleh

kebahagiaan pribadi dan manfaat sosial.18

Orang yang memberikan bimbingan disebut juga

pembimbing. Pembimbing merupakan orang yang menuntun,

memberikan pengarahan dan petunjuk ke jalan yang

bermanfaat bagi orang lain baik di masa kini maupun di masa

yang akan datang, sedangkan definisi Pembimbing Agama

merupakan orang yang memberikan bantuan di bidang mental

spiritual dengan maksud agar orang yang dibimbing mampu

mengatasi kesulitannya dengan dorongan dari keimanan dan

ketakwaannya kepada Allah SWT.

2. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama

Hamdan Bakry adz-Dzaky menjelaskan tujuan dari

bimbingan yang dilakukan dalam Islam adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa

menjadi tenang, lapang, dan mendapat pencerahan dari

Allah SWT.

18

Santono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia,

1998), h. 9.

36

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan

kesopanan tingkah laku yang memberikan manfaat bagi

dirinya, lingkungan keluarga maupun sosial.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu

dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong

menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu,

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk

berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi

segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-

Nya.

5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah sehingga fungsi

diri sebagai khalifah di muka bumi dapat terlaksana

dengan baik dan benar.19

Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari dilakukannya

bimbingan agama adalah untuk membantu terbimbing

mengatasi masalah yang sedang dihadapinya sesuai dengan

ajaran nilai-nilai ajaran Islam. Selanjutnya mengenai fungsi

dilakukannya bimbingan Islam yaitu: 20

1. Fungsi preventif, membantu individu dalam menjaga

atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi kuratif, membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

19

Adz-Dazky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar

Pustaka Baru, 2002), h. 221. 20

Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII

Press, 2001), h. 37.

37

3. Fungsi preservative, membantu individu menjaga agar

situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung

masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu

bertahan lama (in state of good).

4. Fungsi developmental, membantu individu memelihara

mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak

memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah

baginya.

Pada dasarnya dilakukannya bimbingan agama sebagai

usaha untuk melakukan perubahan secara mendasar, dalam

artian untuk mengurangi stimuli yang tidak diinginkan yang

dapat mengganggu perkembangan anak-anak untuk

berhubungan dengan diluar dirinya.

C. Tinjauan Anak Berhadapan Hukum (ABH)

Ditinjau dari aspek yuridis pengertian “Anak” dimata

hukum positif Indonesia (ius constitutum/ius operatum) lazim

diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjarig/person

under age), orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah

umur (minderjarigheid/inferiority) atau kerap juga disebut

sebagai anak yang di bawah pengawasan wali (minderjarig

ondervoordij).21

Sementara dalam ketentuan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 (LNRI Tahun 2012 Nomor 153,

21

Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia

(Bandung: P.T. Alumni, 2004), h. 1-2.

38

TLNRI Nomor 5332) Tentang Sistem Peradilan Anak Pasal 1

angka 2, 3, 4 dan Pasal 5 bahwa anak yang berhubungan hukum

adalah Anak yang bekonflik dengan hukum, Anak yang menjadi

korban tindak pidana, dan Anak yang menjadi saksi tindak

pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum atau dalam UU

SPPA dipergunakan terminologi Anak adalah anak yang telah

berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga

melakukan tindak pidana. Anak yang menjadi korban tindak

pidana (Anak Korban) adalah anak yang belum berumur 18 tahun

yang mengalami penderitaan fisik mental dan/atau kerugian

ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Anak yang menjadi

saksi tindak pidana (Anak Saksi) adalah anak yang belum

berumur 18 tahun yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat,

dan atau dialaminya sendiri.22

Menurut Harry E. Allend dan Clifford E. Simmonsen

seperti yang dikutip oleh M. Nasir Djamil bahwa terdapat 2

kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan

dengan hukum, yaitu:23

1. Status offence merupakan perilaku kenakalan anak yang

apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap

22

Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia

(Bandung: P.T. Alumni, 2004), h. 4. 23

Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum: Catatan Pembahasan

Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),

h. 33.

39

sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah

atau kabur dari rumah.

2. Juvenile delinquency merupakan perilaku kenakalan anak

yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap

kejahatan atau pelanggaran hukum.

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di atas anak

yang berhubungan dengan hukum atau anak yang berkonflik

dengan hukum merupakan anak yang berhubungan langsung

dengan tindak pidana, baik sebagai pelaku, saksi, maupun sebagai

korban. Terdapat pula perbedaan perbuatan berhadapan dengan

hukum antara anak dengan orang dewasa. Perbuatan yang

dilakukan seorang anak bisa saja disebut melawan hukum, tetapi

untuk orang dewasa tidak berlaku sebagai melawan hukum dan

sebaliknya.

D. Tinjauan Kesadaran Beragama

1. Definisi Kesadaran Beragama

Kesadaran beragama terdiri dari dua suku kata yaitu

kesadaran dan beragama. Kesadaran berasal dari kata “sadar”

sadar di sini maksudnya ingat atau insyaf untuk melakukan hal

yang lebih baik yang timbul karena dorongan dari dalam

jiwanya. Sedangkan beragama menurut Nasution yang dikutip

oleh Bustanuddin Agus berasal dari kata “agama”, kata agama

terdiri dari “a” dan “gama”, a memiliki arti tidak dan gama

memiliki arti pergi sehingga jika digabungkan keduanya

agama mengandung pengertian tidak pergi atau tetap di

40

tempat. Maksud dari tidak pergi di sini karena agama diajarkan

secara turun menurun.

Dalam bahasa Inggris dan Prancis, agama diterjemahkan

dengan religion. Kata sifatnya adalah religious sehingga

berarti yang bersifat keagamaan. Kata religion berasal dari

bahasa Latin religare yang mempunyai beberapa arti yaitu

membaca, mengumpulkan, dan mengikat. Arti membaca

dipahami karena ajaran agama yang terkandung dalam kitab

suci memang sering dibaca. Arti mengumpulkan dapat

dipahami karena ajaran agama dipercayai sebagai kumpulan

cara mengabdi kepada Tuhan. Arti mengikat dapat dipahami

karena ajaran agama memang mengikat penganutnya untuk

melakukan suruhan atau menghentikan larangan.24

Pengertian Kesadaran beragama menurut Prof. Zakiah

Darajat merupakan aspek mental dari aktivitas agama. Aspek

ini merupakan bagian atau segi agama yang hadir (terasa)

dalam pikiran dan dapat diuji melalui intropeksi.25

Sejak lahir, manusia selaku makhluk Tuhan mempunyai

fitrah atau potensi kecenderungan terhadap agama. Agama

mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola

perilaku manusia dan mendorong atau menahan perubahan

sosial. Pemahaman mengenai peran agama juga tidak dapat

dilepaskan dari tantangan-tantangan yang dihadapi manusia

24

Agus, Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama

(Jakarta: UI Press, 2010), h. 28-29. 25

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:

Radar Jaya Offset, 1993), Cet. II, h. 7.

41

dan masyarakatnya. Dalam praktek di masyarakat agama

mempunyai peran tersendiri, antara lain sebagai berikut:

1. Edukatif

Manusia mempercayakan peran edukatif kepada agama

yang mencakup tugas mengajar dan tugas bimbingan.

Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan

petugas-petugasnya baik di dalam upacara keagamaan,

khutbah, meditasi, pendalaman rohani dan lainnya. Untuk

melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris

seperti: syaman, dukun, kyai, pedanda, imam dan lainnya.

2. Penyelamatan

Setiap manusia pasti menginginkan keselamatannya baik

dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Agama

mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara

yang khas untuk mencapai kebahagiaan yang “terakhir”,

yang pencapaiannya mengatasi kemampuan manusia secara

mutlak, karena kebahagiaan itu berada di luar batas

kekuatan manusia. Orang berpendapat bahwa manusia

agama dapat mencapai titik itu, entah itu manusia yang

hidup dalam masyarakat primitif, entah dalam masyarakat

modern.

3. Pengawasan Sosial (social control)

Agama merasa ikut bertanggung jawab atas adanya

norma-norma susila yang baik yang diberlakukan atas

masyarakat manusia umumnya. Agama menyeleksi kaidah-

kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai

kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk

42

ditinggalkan sebagai larangan. Agama juga memberi

sangsi-sangsi yang harus dijatuhkan kepada orang yang

melanggarnya dan mengadakan pengawasan yang ketat atas

pelaksanaannya.

4. Pemupuk Persaudaraan

Jika menyoroti keadaan persaudaraan dalam satu jenis

golongan beragama saja misalnya umat Kristen tersendiri,

umat Islam tersendiri, maka menjadi teranglah bahwa

agama masing-masing sungguh berhasil dalam menjalankan

tugas “memupuk persaudaraan”, karena baik agama Kristen

maupun Islam masing-masing berhasil mempersatukan

sekian banyak bangsa yang berbeda ras dan kebudayaannya

dalam satu keluarga besar dimana mereka menemukan

ketentraman dan kedamaian.

5. Transformatif

Peran transformatif disini maksudnya mengubah bentuk

kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan

masyarakat baru. Kehidupan masyarakat lama dibentuk

oleh nilai-nilai adat yang diwariskan dari angkatan

sebelumnya yang berupa pola-pola berfikir, serta pola-pola

kelakuan yang harus ditaati. Maka transformasi berarti

mengubah kesetiaan manusia adat kepada nilai-nilai adat

yang kurang manusiawi dan membentuk kepribadian

manusia yang ideal. Bersamaan dengan itu transformasi

berarti pula membina dan mengembangkan nilai-nilai sosial

43

adat yang pada intinya baik dan dimanfaatkan untuk

kepentingan yang lebih luas.26

Dapat disimpulkan bahwa kesadaran beragama yang

dimaksud adalah segala perilaku yang dikerjakan oleh

seseorang dalam bentuk mengingat, merasa dan melaksanakan

ajaran agama untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan

disertai perasaan ikhlas dan tulus. Dengan demikian,

kesadaran beragama sangat penting untuk tetap dikembangkan

karena kesadaran beragama merupakan perwujudan dari nilai-

nilai Islami.

2. Dimensi Kesadaran Beragama

Dimensi kesadaran beragama yang dimaksud dalam

penelitian ini mencakup lima hal, yaitu: 27

1. Dimensi Keyakinan (ideologis)

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat

keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran-

ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang

bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam Islam

dimensi ini menyangkut keyakinan tentang Allah,

Malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka

dan lain-lain.

2. Dimensi Peribadatan/Praktek Agama (ritualistik)

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat

kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan

26

Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

1983), h. 38-57. 27

Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam

akan Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h. 77.

44

ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh

agamanya. Dalam Islam, dimensi peribadatan menyangkut

pelaksanaan shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa dan

lain-lain.

3. Dimensi Penghayatan (eksperiensial)

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang

muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-

perasaan dan pengalaman religius. Dalam Islam dimensi

ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan

Allah dan lain-lain.

4. Dimensi Pengetahuan

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat

pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap

ajaran-ajarannya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok

dari agamanya. Dalam Islam dimensi ini menyangkut

pengetahuan tentang isi al-Qur’an, pokok-pokok ajaran

yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan

rukun Islam), hukum-hukum Islam dan sebagainya.

5. Dimensi Pengamalan (konsekuensial)

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat

pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh

ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia

berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam,

dimensi ini meliputi suka menolong, berkerjasama,

menegakkan keadilan dan lain-lain.

45

3. Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum

(ABH)

Kadar kesadaran beragama pada tiap individu berbeda-

beda. Ada yang mempunyai kesadaran beragama tinggi dan

ada pula yang mempunyai kesadaran beragama rendah.

Individu yang mempunyai tingkat kesadaran rendah salah

satunya yaitu remaja yang terlibat kenakalan remaja.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Evi

Aviyah dan Muhammad Farid tentang hubungan antara

religiusitas, kontrol diri dan kenakalan remaja usia 13-17

tahun di SMA Negeri 1 Bancar dan SMA Negeri 1 Jatirongo.

Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat

hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan yang

dilakukan remaja. Artinya semakin tinggi tingkat religiusitas

remaja maka semakin rendah kenakalan remaja, sebaliknya

semakin rendah tingkat religiusitas remaja maka semakin

tinggi kenakalan remaja.28

Sebagian orang juga berpendapat bahwa moral dan religi

atau agama dianggap bisa mengendalikan tingkah laku remaja

sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau

bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di

sisi lain tiadanya moral dan agama ini sering kali dituding

sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.29

28

Evi Aviyah dan Muhammad Farid, “Religiusitas, Kontrol Diri dan

Kenakalan Remaja”, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No 2 (2014) h. 129. 29

Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 109.

46

Lain halnya dengan remaja yang memiliki tingkat

kesadaran beragama yang tinggi, menunjukkan bahwa remaja

tersebut mengikuti norma-norma agama dengan patuh,

mempunyai keyakinan yang kuat, serta menjalankan perintah

agama dengan sebaik-baiknya. Kesadaran beragama tersebut

membuat remaja dapat mengontrol diri dari perilaku yang

membawa dirinya ke arah negatif terlebih yang dapat

menyebabkan dirinya harus berhadapan dengan hukum.

Muncul dan berkembangnya kesadaran beragama

tentunya tidak dapat terjadi sekaligus tetapi melalui sebuah

proses. Faktor dari luar sangat berpengaruh dalam

menumbuhkembangkan kesadaran beragama. Salah satunya

pembinaan mengenai pendidikan keagamaan. Pendidikan

agama bagaimanapun dapat memengaruhi pembentukan jiwa

keagamaan pada remaja. Namun besar kecilnya pengaruh

tersebut tergantung dengan bagaimana faktor yang memotivasi

para remaja tersebut untuk memahami nilai-nilai agama.

E. Teori Competence Communication

Menurut Devito kompetensi komunikasi mengacu pada

kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.

Kemampuan ini mencakup hal-hal seperti pengtahuan tentang

peran lingkungan (konteks) dalam memengaruhi kandungan

(content) dan bentuk pesan komunikasi. Misalnya, pengetahuan

bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada

47

pendengar tertentu di lingkungan tertentu tetapi mungkin tidak

layak bagi pendengar dan lingkungan lain.30

Kompetensi komunikasi pertama kali dikemukakan oleh

Brian H. Spitzberg dan William R. Cupach pada tahun 1984.

Kompetensi komunikasi adalah suatu kemampuan untuk memilih

perilaku komunikasi yang cocok dan efektif bagi situasi tertentu.

Sedangkan, kompetensi komunikasi interpersonal memungkinkan

dan membolehkan seseorang mencapai tujuan-tujuan

komunikasinya tanpa menyebabkan orang lain kehilangan

“muka”.

Brian Spitzberg dan William Cupach menyatakan bahwa

terdapat tiga komponen kompetensi komunikasi, komponen

tersebut yaitu knowledge, skills, dan motivation.

1. Pengetahuan (knowledge)

Untuk mencapai tujuan dari komunikasi, individu harus

memiliki pengetahuan yang dibutuhkan dalam

berkomunikasi secara efektif dan tepat. Spitzberg dan

Cupach mengemukakan bahwa pengetahuan dalam hal ini

lebih ditekankan pada “bagaimana” sebenarnya komunikasi

daripada “apa” itu komunikasi. Pengetahuan-pengetahuan

tersebut diantaranya seperti mengetahui apa yang harus

diucapkan, tingkah laku seperti apa yang harus diambil

dalam situasi yang berbeda, bagaimana orang lain akan

menanggapi dan berperilaku, siapa yang diajak

berkomunikasi, serta memahami isi pesan yang disampaikan.

30

Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang: Karisma

Publishing Group, 2011), h. 89.

48

Pengetahuan ini dibutuhkan agar komunikasi dapat berjalan

secara efektif dan tepat. Pengetahuan ini akan bertambah

seiring tingginya pendidikan dan pengalaman. Oleh karena

itu, semakin seseorang mengetahui bagaimana harus

berkomunikasi dalam situasi yang berbeda maka kompetensi

atau kemampun berkomunikasinya akan semakin baik.

2. Keahlian (skill)

Skill meliputi tindakan nyata dari perilaku, yang merupakan

kemampuan seseorang dalam mengolah perilaku yang

diperlukan dalam berkomunikasi secara tepat dan efektif.

Kemampuan ini meliputi beberapa hal seperti other

orientation, social anxiety, expressiveness dan interaction

management. Other orientation meliputi tingkah laku yang

menunjukkan bahwa individu tertarik dan memperhatikan

orang lain. Dalam hal ini individu mampu mendengar,

melihat dan merasakan apa yang disampaikan orang lain baik

secara verbal maupun nonverbal. Other orientation akan

berlawanan dengan self centeredness dimana individu hanya

memperhatikan dirinya sendiri dan kurang tertarik dengan

orang lain dalam berkomunikasi. Social anxiety meliputi

bagaimana kemampuan individu mengatasi kecemasan

dalam berbicara dengan orang lain dan menunjukkan

ketenangan dan percaya diri dalam berkomunikasi.

Expressiveness mengarah pada kemampuan dalam

berkomunikasi yang menunjukkan kegembiraan, semangat,

serta intensitas dan variabilitas dalam perilaku komunikasi.

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan vocal yang beragam,

49

wajah yang ekspresif, penggunaan vocabulary yang luas,

serta gerak tubuh. Sedangkan interaction management

merupakan kemampuan untuk mengelola interaksi dalam

berkomunikasi, seperti pergantian dalam berbicara serta

pemberian feedback atau respon.

3. Motivasi (motivation)

Motivasi dalam hal ini merupakan hasrat atau keinginan

seseorang untuk melakukan komunikasi atau menghindari

komunikasi dengan orang lain. Motivasi biasanya

berhubungan dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk

menjalin hubungan baru, mendapatkan informasi yang

diinginkan, terlibat dalam pengambilan keputusan bersama,

dan lain sebagainya. Semakin individu memiliki keinginan

untuk berkomunikasi secara efektif dan meninggalkan kesan

yang baik terhadap orang lain, maka akan semakin tinggi

motivasi individu untuk berkomunikasi. Dalam hal ini

tanggapan yang diberikan orang lain akan memengaruhi

keinginan individu dalam berkomunikasi. Jika individu

terlau takut untuk mendapat tanggapan yang tidak

dinginkan, maka keinginannya untuk berkomunikasi akan

rendah.31

Secara sederhana, pengetahuan diartikan sebagai pemilihan

perilaku apa yang digunakan untuk situasi tertentu. Keahlian

maksudnya adalah kemampuan mengaplikasikan perilaku tadi

pada situasi yang sama, sedangkan motivasi maksudnya adalah

31

Greene dan Burleson, Handbook of Communication amd Social

Interaction Skills (Taylor & Francis, 2003), h. 7-11.

50

memiliki hasrat untuk berkomunikasi dengan membawa sifat-

sifat seseorang yang ahli pada bidangnya. Model komponen

dalam teori kompetensi komunikasi ini menyaratkan bahwa

komunikator harus:

a. Memahami kemampuan komunikasi praktis yang sesuai

dengan situasi.

b. Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan komunikasi

secara aplikatif.

c. Berkeinginan untuk berkomunikasi dengan efektif sesuai

karakter. 32

32

Yusuf, Komunikasi Instruksional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010),

h. 97.

50

BAB III

GAMBARAN UMUM BALAI REHABILITASI SOSIAL

ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS

(BRSAMPK) HANDAYANI JAKARTA

A. Sejarah BRSAMPK Handayani Jakarta

Departemen Sosial mendirikan suatu Camp bernama Pilot

Proyek Karang Taruna Marga Guna melalui Surat Keputusan

Kepala Jawatan Pekerja Sosial No. 3/BUL-DJPS-A/62 yang

diresmikan pada 21 Desember 1959. Pada tanggal 30 Oktober

1965 Camp tersebut berubah nama menjadi Pilot Proyek Taruna

Loka Marga Guna melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No.

HUK 3-2-49/4479. Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna terdiri

dari Taman Rekreasi Sehat Anak-anak Dwikora, Observation

Home untuk anak-anak Tuna Sosial, Camp pendidikan dan

latihan kerja untuk anak-anak mogol (drop out), serta usaha

kesejahteraan wanita/gadis-gadis desa.1

Pada periode berikutnya yaitu tanggal 7 Oktober 1968,

Departemen Sosial mengeluarkan Surat Keputusan Menteri

Sosial No. HUK 3-1-48/144, yang menetapkan proyek tersebut

menjadi Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani,

Camp pendidikan dan Latihan kerja anak-anak mogol, Sanggar

Rekreasi Sehat Ade Irma Suryani, Pusat perkemahan remaja

(termasuk Pramuka) dari Jakarta sekitarnya, serta pusat

pendidikan, kursus-kursus dan upgrading petugas Direktorat

Jenderal Kesejahteraan Anak, keluarga dan masyarakat

1 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

51

Kementerian Sosial. Hasil rapat dinas staf Direktorat

Kesejahteraan Anak dan Taruna dengan staf Pilot Proyek Taruna

Loka Marga Guna pada tanggal 18 dan 30 Oktober, dan 5

November 1971, adalah keputusan bahwa mulai tanggal 1

Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi Panti

Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai

kegiatan pokok dan pelayanan umum (community service) yaitu

sebagai kegiatan suplementer.2

Kemudian nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial

Wisma Handayani diganti menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Anak

Nakal (PRAN) Wisma Handayani melalui Surat Keputusan

Menteri Sosial Nomor 10 tahun 1975, yang diresmikan pada

tahun 1983 serta dialihkan statusnya dari pengolahan Direktorat

Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit Pelaksana

Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.3

Selanjutnya terjadi pembekuan nama Panti/Sasana, dari

Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani menjadi Panti

Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani melalui Surat

Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial

Departemen Sosial RI No: 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April

1994 dan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No. 14/HUK/1994

tanggal 23 April 1994. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2016,

PSMP Handayani telah menangani lebih dari 1800 anak yang

mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan

2 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

3 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

52

terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk dalam

kategori anak nakal dan yang berhadapan dengan hukum.4

Selanjutnya pada tahun 2018 Panti Sosial Marsudi Putra

Handayani berubah nama menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Anak

yang Membutuhkan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)

Handayani melalui Peraturan Menteri Sosial (PERMENSOS)

Republik Indonesia (RI) Nomor 17 tahun 2018. Perubahan

tersebut diresmikan oleh Menteri Sosial RI Agus Gumiwang

Kartasasmita. Aktivasi BRSAMPK dilakukan dalam rangka

menuju Indonesia bebas ABH dari lapas dewasa 2018.

B. Visi dan Misi

Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus Handayani Jakarta memiliki visi dan misi

agar tercapainya tujuan didirikannya balai ini. Visi dari Balai ini

adalah “Mitra terbaik dalam rehabilitasi sosial Anak yang

Membutuhkan Perlindungan Khusus (AMPK)”. Sedangkan

misinya adalah “Memberikan pelayanan sosial secara

professional, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

professional, menjadi pusat kajian dan model percontohan

penanganan AMPK, mengembangkan jejaring sosial (social

networking), memberdayakan AMPK, keluarga, masyarakat, dan

organisasi sosial atau Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)”.5

4 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

5 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

53

C. Maksud dan Tujuan

Dalam mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945

untuk memajukan kesejahteraan umum, Kementerian Sosial

berdiri sebagai leading sector dalam mengembangkan usaha

kesejahteraan sosial. Pengembangan tersebut diimplementasikan

pada berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial yang

ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat. Maksud

didirikannya BRSAMPK Handayani Jakarta yaitu:

1. Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta

fungsi sosial anak sehingga mereka dapat hidup, tumbuh

dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi

sumber daya manusia yang berguna, produktif dan

berkualitas, serta berakhlak mulia.

2. Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat

terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka

untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.

3. Menemukan lingkungan dan situasi kehidupan yang

mendukung keberfungsian sosial dan mencegah

terulangnya kembali permasalahan yang dihadapi anak.6

Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan

dan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta

suatu pelayanan yang komprehensif dan berorientasi pada

kepentingan penerima manfaat pelayanan. Tujuan pelayanan dan

rehabilitasi sosial anak yang berhadapan hukum di BRSAMPK

Handayani Jakarta secara umum adalah pulihnya kepribadian,

6 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

54

sikap mental dan kemampuan anak berhadapan hukum sehingga

mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan

dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.7

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan bimbingan,

pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif,

rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental,

sosial dan pelatihan ketrampilan, resosialisasi dan bimbingan

lanjut bagi ABH agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam

kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar

pelayanan dan rujukan. Kementerian Sosial RI menjabarkan

peran, fungsi dan tugas sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi dan

tugasnya adalah:

a. Menggugah, meningkatkan dan mengembangkan

kesadaran sosial, tanggung jawab sosial, prakarsa dan

peran serta perorangan, kelompok dan masyarakat.

b. Penyembuhan dan pemulihan sosial.

c. Penyantunan dan penyediaan bantuan sosial.

d. Mengadakan bimbingan lanjut.

2. Sebagai pusat informasi masalah kesejahteraan sosial.

Fungsi dan tugasnya adalah:

a. Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang

masalah kesejahteraan sosial.

b. Menyelenggarakan konsultasi sosial bagi masyarakat.

7 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

55

3. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial. Fungsi

dan tugasnya adalah:

a. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan sosial.

b. Mengembangkan metode pelayanan kesosialan.

4. Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan. Fungsi dan

tugasnya adalah:

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada

klien dan pegawai.

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada

tenaga di luar balai.8

8 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

56

E. Struktur Organisasi

Di bawah ini merupakan gambar struktur kepengurusan

organisasi yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi BRSAMPK Handayani

Dra. Neneng Heryani, M. Pd

Kepala BRSAMPK

Sulistya Ariadhi, A. KS

Kepala Bagian Tata

Usaha

Dra. Dwismari Novie

Reviani

Bambang Wibowo, SH

Maria Josefin Barus, S.

Sos

Tuti Nurhayati, S. ST

Kepala Seksi

Program dan

Advokasi Sosial

Kepala Seksi

Rehabilitasi Sosial

Koordinator Pekerja

Sosial

Koordinator Instalasi

Produksi

57

BRSAMPK Handayani Jakarta memiliki struktur

kepengurusan organisasi yang dipimpin oleh kepala balai, di

bawahnya terdapat kepala bagian tata usaha, kemudian di

bawahnya lagi terdapat kepala seksi program dan advokasi sosial

yang sejajar dengan kepala seksi rehabilitasi sosial, kordinator

pekerja sosial dan koordinator instalasi produksi. Di bawah ini

akan dijabarkan deskripsi tugas dari masing-masing jabatan.

1. Kepala BRASMPK

Bertugas menjalankan manajerial dan teknis

operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Bertugas melakukan persiapan sarana dan prasarana

pelayanan seperti penyiapan asrama, kebutuhan fisik

(makan) klien, sarana dan prasarana keterampilan dan SDM.

3. Seksi Program dan Advokasi Sosial

Bertugas melakukan persiapan perencanaan program

dan advokasi baik program yang berkaitan dengan

operasional perkantoran maupun program rehabilitasi sosial

secara keseluruhan.

4. Seksi Rehabilitasi Sosial

Bertugas melakukan bimbingan rehabilitasi sosial

langsung kepada klien. Bimbingan yang dilaksanakan

meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan

yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.

58

5. Koordinator Pekerja Sosial

Bertugas mendistribusikan tugas, wewenang, peran dan

fungsi sistem pelaksana intervensi pekerja sosial.

6. Instalasi Produksi

Bertugas mengkoordinir para instruktur untuk

melaksanakan kegiatan keterampilan.9

F. Program Pelayanan di BRSAMPK Handayani Jakarta

Berbagai macam pelayanan disediakan oleh BRSAMPK

Handayani Jakarta untuk memenuhi kebutuhan dan melaksanakan

berbagai kegiatan di dalam balai sebagai proses pelayanan

rehabilitasi sosial terhadap ABH. Pelayanan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan kegiatan yang dilaksanakan

untuk pemenuhan kebutuhan pokok para ABH, seperti:

a. Makan

b. Pakaian

c. Tempat tinggal

d. Kesehatan

e. Olahraga

2. Terapi Psikososial

Terapi psikososial merupakan kegiatan yang

dilaksanakan oleh ABH baik secara individual maupun

dalam kelompok, seperti:

9 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

59

a. Dinamika kehidupan sosial

b. Penyuluhan

c. Bimbingan Sosial

d. Dinamika kelompok

e. Therapetic community

f. Morning Meeting

g. Sharing feeling

3. Terapi Penghidupan

Terapi penghidupan merupakan terapi yang bertujuan

untuk menyiapkan ABH agar mampu hidup mandiri

nantinya setelah selesai menjalani rehabilitasi. Terapi ini

merupakan penyaluran minat, bakat, dan penyiapan

kemandirian ABH dalam bentuk keterampilan dan magang

kerja. Bentuk bimbingan keterampilan terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Keterampilan Vokasional

Keterampilan vokasional terdiri dari otomotif

motor, AC/pendingin, las, handycraft, dan sablon.

b. Keterampilan Ekstrakulikuler

Keterampilan ekstrakulikuler terdiri dari mix

farming, band/musik, volley, futsal, badminton,

komputer, seni lukis, seni tari dan dance.

4. Terapi Mental Spiritual

Kegiatan pemahaman pengetahuan dasar keagamaan

dan kedisiplinan yang ditunjukkan untuk memperkuat

sikap/karakter dan nilai spiritual yang dianut ABH.

Kegiatan mental spiritual terdiri dari:

60

a. MFD (Mental Fisik Disiplin)

b. PBB (Peraturan Baris Berbaris)

c. Bimbingan Agama

Selain program pelayanan utama yang dilaksanakan di dalam

balai, BRAMPK Handayani Jakarta juga mempunyai program

pelayanan yang dilakukan di luar balai. Pelayanan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Layanan Jarak Jauh

Layanan jarak jauh merupakan program yang

diperuntukkan bagi anak-anak dan orang tua di suatu

wilayah yang dianggap rentan terhadap anak yang

berhadapan dengan hukum. Program ini telah dilaksanakan

di Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Bangka Belitung.

2. Peduli Sekolah

BRSAMPK Handayani Jakarta bekerja sama dengan

beberapa sekolah di DKI Jakarta dengan mengadakan

sosialisasi mengenai ABH kepada pelajar, baik SD, SMP,

SMA. Kegiatan ini merupakan kegiatan preventif agar

anak-anak yang rentan tidak terjerumus menjadi ABH.10

G. Proses Rehabilitasi Sosial

Tahapan proses rehabilitasi sosial di BRSAMPK

Handayani Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Awal. Merupakan kegiatan penjangkauan (out

reach) klien. Pendekatan awal dilakukan dengan langsung

10

Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018

61

mendatangi lokasi dimana terdapat permasalahan

anak/remaja nakal yang berhadapan dengan hukum.

BRSAMPK Handayani bekerja sama dengan Pekerja

Sosial Masyarakat (PSM) dalam melakukan seleksi.

2. Penerimaan. Calon klien yang dinyatakan dapat mengikuti

seleksi datang ke BRSAMPK Handayani. Calon klien

diharuskan mengikuti tes berupa tes wawancara, tes

sosiometri, tes fisik, tes buta warna, dan sebagainya.

Setelah dinyatakan lulus tes maka dilakukan pemeriksaan

berkas kelengkapan administrasi.

3. Pengasramaan. Calon klien yang telah lulus seleksi

maupun sudah memenuhi kelengkapan persyaratan

ditempatkan diasrama. Pengasramaan di BRSAMPK

Handayanai menganut sistem kepengasuhan dimana klien

tinggal bersama-sama keluarga asuh sebagai keluarga

pengganti.

4. Orientasi. Pada awal proses pelayanan, klien diwajibkan

mengikuti orientasi selama kurang lebih dua minggu.

Materi pada saat orientasi bertujuan untuk memberikan

gemblengan disiplin kepada klien sehingga mereka dapat

menyesuaikan dengan pola pelayanan yang teratur dan

sistematis. Pemberi materi terdiri dari Pihak Koramil,

Kepolisian Sektor Cipayung dan Pegawai yang ditunjuk.

5. Assesment. Langkah awal dalam proses pelayanan adalah

kegiatan assesmen dengan tujuan untuk mengungkap dan

memahami latar belakang permasalahan klien. Tujuan

assesmen adalah untuk dapat menentukan fokus masalah

62

sehingga dapat menentukan jenis pelayanan yang tepat

dan sesuai dengan kebutuhan klien.

6. Perumusan Rencana Intervensi. Berdasarkan hasil

assesmen pekerja sosial, maka dirumuskan rencana

intervensi pelayanan rehabilitasi untuk masing-masing

klien. Rencana intervensi diberikan sesuai dengan

karakteristik masing-masing klien dan berdasarkan tingkat

kedalaman masalah.

7. Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan Keterampilan.

8. Resosialisasi. Pada tahap resosialisasi, BRSAMPK

Handayani melakukan sosialisasi terhadap keluarga,

masyarakat dan pihak dunia usaha yang dapat

memberikan dukungan bagi perkembangan maksimal

klien. BRSAMPK Handayani telah menjalin kerjasama

dengan berbagai bengkel kecil dan menengah di wilayah

DKI Jakarta untuk dapat menerima klien magang (praktek

belajar kerja). Selanjutnya diharapkan mereka dapat

memberikan lapangan kerja bagi eks klien.

9. Penyaluran. Klien yang telah selesai mengikuti program

magang maka akan disalurkan. Bentuk penyaluran

disesuaikan dengan jenis bimbingan yang diikuti. Bagi

klien yang mengikuti program bimbingan pendidikan

SLB-E maka disalurkan kepada Sekolah Menengah Atas

atau yang sederajat. Sedangkan untuk klien yang

mengikuti bimbingan keterampilan disalurkan pada

bengkel-bengkel yang menerima mereka bekerja.

63

10. Bimbingan Lanjut. Tahap ini merupakan tahap untuk

mengadakan evaluasi dan monitoring terhadap eks klien.

Pihak BRSAMPK Handayani melakukan bimbingan

lanjut secara berkala dalam waktu satu tahun setelah klien

disalurkan. Tujuannya adalah memantau perkembangan

klien baik di lingkungan rumah maupun lingkungan

tempat kerja. BRSAMPK Handayani harus mampu

memaksimalkan kondisi lingkungan yang dapat menjaga

konsistensi perubahan perilaku.

11. Terminasi. Setelah melalui masa bimbingan lanjut selama

satu tahun dan dinilai bahwa eks klien sudah memiliki

kemampuan untuk mandiri maka dilakukan terminasi.

12. Pengarsipan data klien. Pengarsipan data klien dilakukan

mulai tahap penerimaan. Untuk persyaratan awal masuk

panti file klien dihimpun oleh Seksi Program dan

Advokasi Sosial (PAS) dan selanjutnya diserahkan kepada

pekerja sosial yang menangani klien. Untuk

perkembangan selanjutnya sepenuhnya menjadi tugas dan

tanggung jawab pekerja sosial. Meskipun file klien

lengkap ada pada pekerja sosial, tetapi masing-masing

bagian seperti Seksi Rehabilitasi Sosial, Tata Usaha dan

PAS juga melakukan pengarsipan.11

11

Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

64

H. Kriteria Penerima Manfaat

Dampak era globalisasi semakin menambah beban

Departemen Sosial dalam mengentaskan berbagai permasalahan

yang terjadi, salah satunya adalah permasalahan anak/remaja

nakal. Dari hari ke hari permasalahan ini semakin pelik dan

kompleks. Ini diakibatkan oleh pergeseran nilai dan fungsi yang

seharusnya dilaksanakan oleh keluarga. Permasalahan tersebut

berkembang menjadi tindak kriminal anak/remaja. Menyikapi

perubahan tersebut Kementerian Sosial dan Kementerian Hukum

dan HAM mengambil inisiatif untuk membuat Memorandum of

Understanding (MOU) dalam penanganan anak/remaja nakal

yang berkonflik dengan hukum. Ini dimaksudkan agar

BRSAMPK Handayani sebagai salah satu show window

Kementerian Sosial dapat mengambil peran sebagai panti

pelayanan profesional yang berorientasi pada konsep pelayanan

prima (service excellence), dan pada akhirnya memiliki daya jual

Gambar 3. 2 Proses Rehabilitasi Sosial

65

yang tinggi. Berdasarkan kondisi permasalahan di atas maka

anak/remaja nakal yang dapat diberikan pelayanan memiliki dua

klasifikasi rujukan:

1. Rujukan dari keluarga, tokoh masyarakat, Pekerja Sosial

Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi

Sosial atau organisasi masyarakat lainnya.

2. Rujukan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dan

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.

Bagi calon penerima manfaat diharapkan dapat memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Laki-laki atau perempuan.

2. Berusia 10-18 tahun.

3. Sehat fisik dan mental.

4. Surat penitipan/rujukan dari kepolisian atau kejaksaan.

5. Petikan putusan pengadilan.

6. Surat pernyataan bermaterai tentang jaminan pengamanan

untuk ABH.

7. Surat keterangan/rujukan dari sekolah/non aparat penegak

hukum.

8. Surat pernyataan bersedia mengikuti kegiatan rehabilitasi

sosial.

9. Surat persetujuan dari keluarga atau perujuk.12

12

Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

66

I. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di BRSAMPK Handayani

Jakarta cukup memadai dan mendukung proses pelayanan sosial.

Sarana dan prasarana yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.13

Tabel 3. 1 Sarana dan Prasarana BRSAMPK Handayani

No Sarana dan Prasarana Jumlah Unit

1. Gedung Kantor 2

2. Ruang Data 1

3. Asrama 11

4. Guest House 1

5. Poliklinik 1

6. Gedung Minat Bakat 1

7. Galeri 1

8. Aula 1

9. Rumah Antara 1

10. Ruang Makan 1

11. Sekolah SLB-E 1

12. Masjid 1

13. Ruang Handycraft 1

14. Ruang Sablon 1

15. Rumah Dinas 13

16. Lapangan Volley 1

17. Kendaraan dinas mini bus 1

13

Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

67

18. Kendaraan dinas UPSK 1

19. Kendaraan dinas motor 6

20. Kendaraan dinas mobil 2

21. Rumah Perlindungan Sosial Anak

(RSPA)

1

22. Ruang Keterampilan Las 1

23. Ruang Keterampilan Pendingin/AC 1

24. Ruang Keterampilan Otomotif Motor 1

J. Profil Narasumber

Dalam penelitian ini, Pembimbing Agama dan Anak

Berhadapan Hukum (ABH) sangat berperan penting sebagai

subjek penelitian. Berikut ini adalah profil Pembimbing Agama

dan ABH yang ada di BRSAMPK Handayani yang dijadikan

sebagai narasumber dalam penelitian.

a. Pembimbing Agama

Ustadz Jubaedi Hambali merupakan seorang

Pembimbing Agama atau Pembimbing Rohani Islam satu-

satunya yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta. Ustadz

kelahiran tahun 1987 ini sudah 12 tahun menjadi

Pembimbing Agama di balai ini. Selain menjadi

Pembimbing Agama, beliau juga menjadi orang tua asuh

ABH di Asrama Imam Bonjol dan menjadi guru

keterampilan las. Latar belakang pendidikan beliau sebagai

santri selama 5 tahun membuat Ustadz Jubaedi menjadi

Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta.

68

Pembawaan materi bimbingan yang santai tapi tegas

membuat Ustadz Jubaedi banyak disenangi oleh ABH yang

mengikuti bimbingan agama bersama beliau.14

b. Anak Berhadapan Hukum (ABH)

1. ABH PP

PP merupakan laki-laki berusia 17 tahun yang

memiliki tubuh besar dan mempunyai brewok disekitar

mukanya. PP sudah berada di BRSAMPK Handayani

Jakarta selama 11 bulan. PP terjerat kasus narkoba

sehingga membuat dirinya harus masuk ke BRSAMPK

Handayani. PP merupakan ABH yang paling lama dan

yang paling tua menempati BRSAMPK Handayani.

Penulis memilih PP sebagai narasumber penelitian

dikarenakan PP merupakan ABH yang rajin mengikuti

bimbingan agama dan selalu datang lebih awal saat

bimbingan.15

2. ABH RS

RS merupakan remaja laki-laki berusia 17 tahun asal

Cawang Jakarta Timur. Tawuran pelajar membuat RS

masuk ke BRSAMPK Handayani Jakarta. Sama seperi

PP, RS sudah hampir 11 bulan berada di BRSAMPK

Handayani Jakarta. RS dikenal sebagai anak yang baik

dikalangan ABH lainnya selama berada di asrama dan

14

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 15

Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di

Masjid Istiqomah.

69

tidak pernah membuat kegaduhan selama mengikuti

kegiatan di BRSAMPK Handayani.16

3. ABH N

N merupakan remaja laki-laki yang baru berusia 14

tahun. Walaupun masih berusia 14 tahun tetapi

pemikiran yang dimiliki N sangat dewasa. Sebelum

masuk BRSAMPK Handayani, N bekerja sebagai

penjaga kantin di salah satu universitas swasta di daerah

Jakarta Selatan. N memiliki badan yang sangat tinggi

dibandingkan teman-teman seusianya. Ibu dari N

merupakan orang asli Arab Saudi dan ibunya tinggal di

Arab sampai sekarang. N terjerat kasus pencurian motor,

N mengaku sudah 10 motor yang ia curi diusianya yang

baru memasuki umur 14 tahun. Meskipun begitu, N

sangat rajin membantu membersihkan masjid di

BRSAMPK Handayani Jakarta.17

4. ABH A

ABH A asal Jakarta Timur merupakan remaja laki-

laki berumur 16 tahun yang masuk BRSAMPK

Handayani Jakarta karena terjerat kasus pembunuhan. A

mengaku membunuh seseorang asal Bekasi karena ia

diserang oleh orang tersebut saat ia ingin pulang dari

warnet menuju rumahnya pada pukul dua pagi. A

merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Saat

16

Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di

Masjid Istiqomah. 17

Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.59 WIB, di Masjid

Istiqomah.

70

berada di BRSAMPK Handayani Jakarta A sangat rajin

mengikuti bimbingan agama. Sudah sekitar 6 bulan A

berada di balai ini dan selalu mengikuti bimbingan

agama. Selama observasi berlangsung, penulis

mengamati bahwa setelah mengikuti bimbingan agama

pada malam hari, ABH A tidak langsung pulang menuju

asrama, tetapi ia ikut melaksanakan zikir bersama

beberapa ABH lainnya.18

5. ABH MF

Remaja laki-laki berumur 15 tahun berinisial MF asal

Bendungan Hilir Jakarta Pusat, merupakan ABH yang

sudah menempati BRSAMPK Handayani Jakarta selama

9 bulan. MF memiliki postur badan yang cukup tinggi

dan mempunyai warna kulit hitam manis. MF dan N

merupakan ABH yang paling rajin membantu

membersihkan Masjid Istiqomah di BRSAMPK

Handayani Jakarta. Selama mengikuti bimbingan agama,

MF merupakan ABH yang tidak mudah putus asa. Ia

selalu berusaha untuk bertanya kepada Ustadz Jubaedi

tentang materi yang belum bisa ia pahami.19

6. ABH MZA

MZA merupakan ABH asal Jakarta Timur yang

berusia 18 tahun. MZA terjerat kasus narkotika,

sehingga ia bisa masuk ke BRSAMPK Handayani

18

Wawancara dengan ABH A, 23 September 2019, 19.54 WIB, di

Masjid Istiqomah. 19

Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di

Masjid Istiqomah.

71

Jakarta. Kepada penulis, MZA mengaku sudah

menggunakan barang haram tersebut semenjak umur 13

tahun. Barang haram tersebut ia dapatkan dari kakaknya.

Saat ditangkap oleh kepolisian, kakak dari MZA

dimasukkan ke penjara di Cipinang sedangkan MZA

dimasukkan ke dalam BRSAMPK Handayani Jakarta.

MZA juga merupakan salah satu ABH yang rajin

mengikuti zikir setelah selesai bimbingan agama pada

malam hari. Selama mengikuti bimbingan agama, MZA

juga sangat antusias mendengarkan materi-materi yang

disampaikan oleh Ustadz Jubaedi.20

7. ABH AZ

Remaja laki-laki berumur 18 tahun asal Cakung

Jakarta Timur berinisial AZ ini merupakan ABH yang

sudah mendiami BRSAMPK Handayani Jakarta selama

9 bulan. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini merupakan

seorang yatim piatu. Ibu dari AZ meninggal sejak AZ

masih kecil, sedangkan ayahnya meninggal dua tahun

silam. Saat ini AZ tinggal bersama kakek dan kedua

kakaknya. AZ masuk BRSAMPK Handayani Jakarta

karena terjerat kasus 363 yaitu pencurian. Kepada penulis

AZ mengaku mencuri barang-barang elektronik milik

tetangganya. Penulis memilih AZ sebagai narasumber

penelitian dikarenakan AZ merupakan salah satu ABH

yang lumayan aktif dalam mengikuti bimbingan agama,

20

Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di

Masjid Istiqomah.

72

selain itu AZ juga selalu tanggap dalam menerima

materi yang diberikan oleh Ustadz Jubaedi.21

8. ABH AS

AS merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang

berasal dari Kampung Tengah Jakarta Timur. AS

merupakan remaja 17 tahun yang terjerat kasus 365 yaitu

kasus pencurian dengan kekerasan. Terhitung sudah

enam bulan AS berada di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Penulis memilih AS sebagai narasumber penelitian

dikarenakan AS juga termasuk ke dalam salah satu ABH

yang tidak langsung pulang menuju asrama saat selesai

bimbingan agama pada malam hari, tetapi terlebih

dahulu mengikuti zikir sebelum pulang menuju asrama

bersama beberapa ABH lainnya.22

9. ABH MZ

Remaja laki-laki asal Kramat Jati Jakarta Timur yang

berusia 16 tahun berinisial MZ ini telah menempati

BRSAMPK Handayani Jakarta selama enam bulan. MZ

terjerat tiga kasus sekaligus, yaitu 111, 114, dan 132.

111 merupakan kasus jenis ganja, 114 merupakan kasus

bandar dan 132 merupakan kasus jaringan. MZ

merupakan remaja yang memiliki rasa percaya diri yang

tinggi, ia tidak pernah merasa malu saat ditunjuk

21

Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di

Masjid Istiqomah 22

Wawancara dengan ABH AS, 23 September 2019, 20.37 WIB, di

Masjid Istiqomah

73

kedepan oleh Ustadz Jubaedi saat bimbingan agama

sedang berlangsung.23

23

Wawancara dengan ABH MZ, 23 September 2019, 20.49 WIB, di

Masjid Istiqomah.

74

BAB IV

HASIL TEMUAN PENELITIAN

Pada Bab IV ini berisi tentang deskripsi hasil temuan

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama lebih dari

satu bulan lamanya. Hasil temuan penelitian ini berkaitan dengan

Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum

(ABH) di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta Timur.

Penulis mendapatkan hasil temuan penelitian melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

sejak Juli sampai dengan September 2019, dapat diketahui bahwa

bimbingan agama di BRSAMPK Handayani dilakukan setiap hari

Senin sampai Jum’at. Bimbingan dilakukan pada waktu malam

hari setelah shalat isya berjamaah di Masjid Istiqomah, terkecuali

hari Rabu dilakukan pada pagi hari di Gedung Minat Bakat.

Penulis mengikuti kegiatan bimbingan agama bersama para

ABH yang beragama Islam yang berjumlah kurang lebih 30

orang. Dari penelitian yang dilakukan, penulis memilih sepuluh

orang narasumber yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Sepuluh narasumber yang dipilih sudah sangat sesuai dengan

kriteria kebutuhan pada penelitian ini yaitu satu orang ustadz dan

sembilan orang ABH. Diantaranya yaitu Ustadz Jubaedi

(narasumber 1), PP (narasumber 2), RS (narasumber 3), N

(narasumber 4), A (narasumber 5), MF (narasumber 6), MZA

75

(narasumber 7), AZ (narasumber 8), AS (narasumber 9), dan MZ

(narasumber 10).

Komunikasi interpersonal selalu dilakukan oleh Ustadz

Jubaedi selama memberikan bimbingan agama kepada para ABH.

Komunikasi interpersonal dilakukan Ustadz Jubaedi dalam

berbagai bentuk baik secara verbal maupun non verbal agar ABH

dapat dengan memahami apa saja yang telah disampaikan.

Berikut ini merupakan hasil temuan penelitian yang telah

dilakukan penulis terkait dengan komunikasi interpersonal

Pembimbing Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama

ABH.

A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama

BRSAMPK Handayani Jakarta

Setiap hari Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani

Jakarta berkomunikasi dan berhadapan langsung dengan ABH.

Interaksi yang biasa dilakukan oleh Pembimbing Agama biasanya

merupakan bentuk interaksi komunikasi interpersonal, karena

komunikasi yang dilakukan bersifat dialogis yang memberikan

kemungkinan adanya feed back dan pertukaran informasi yang

terjadi antara Pembimbing Agama dengan ABH. Dalam

membangun komunikasi interpersonal dengan ABH, Pembimbing

Agama memiliki berbagai cara. Di bawah ini merupakan cara-

cara yang dilakukan oleh Pembimbing Agama sesuai dengan

observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis.

1. Memahami Karakter Anak

76

Dalam membangun komunikasi yang efektif diperlukan

usaha untuk mengenali lawan bicara atau komunikan yang akan

diajak berkomunikasi. Hal tersebut merupakan salah satu cara

yang dilakukan oleh Ustadz Jubaedi dalam mendekati ABH yang

akan diajak berkomunikasi. Seperti hasil wawancara yang penulis

temukan dari Ustadz Jubaedi pada tanggal 30 Juli 2019 di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta

“Sebenernya mah gini, kenali anak dulu, sifat anak dan kasus

anak, tiga modal itu. Jadi kita memberikan bimbingan gak asal

duduk ceramah, jangan sampai salah kaprah. Apa yang

dibutuhkan itu yang diceramahkan…”1 Ustadz Jubaedi selalu

memperhatikan terlebih dahulu kasus yang dialami oleh ABH,

dikarenakan permasalahan yang dihadapi oleh ABH berbeda

dengan remaja diluar lainnya, maka pendekatan yang diberikan

Ustad Jubaedi pun juga berbeda. Dengan memahami karakter

setiap anak, seorang ustadz juga lebih mudah membuat hubungan

dengan anak supaya menjadi lebih akrab dan mengetahui apa

yang sedang dibutuhkan oleh anak tersebut.

“….Artinya dipahami dulu karakter anak disini dan apa

yang kebutuhan utamanya, terutama gini kan anak itu

pengen berubah, pengen bener ya gitu, maka saya bilang

waktu kapan ya jangan hanya sampai di otak ceramahnya,

oh ke mahasiswa praktikum yang banyak itu kali ya. Jadi

kalo ceramah jangan sampai di otak harus sampai ke hati,

di otak mah lewat. Pernah ada mahasiswa yang mau

ngajar, saya suruh cari materi yang nyampe di hati jangan

1 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

77

cuma di otak, kamu bakal pundung nanti soalnya anak

pada rame pulang.”2

Saat penulis sedang mengamati bimbingan yang dilakukan

pada malam hari pada bulan Agustus 2019 terdapat beberapa

anak yang baru masuk ke BRSAMPK Handayani Jakarta dan

baru pertama kali mengikuti bimbingan agama bersama Ustadz

Jubaedi. Sebelum memulai bimbingan, Ustadz Jubaedi terlebih

dahulu bertanya kepada anak tersebut kasus yang membuat ia

bisa masuk ke BRSAMPK Handayani kemudian sedikit

memberikan wejangan kepada anak tersebut mengenai

permasalahannya, baru setelah itu bimbingan agama dimulai.3

Saat penulis melakukan observasi juga terlihat bahwa saat

Ustadz Jubaedi dalam menyampaikan bimbingan agama, ABH

fokus dan antusias mendengarkan. Ustadz Jubaedi sudah terlebih

dahulu mengenal karakter dan kasus anak-anak tersebut sehingga

beliau tau bagaimana cara menyampaikan pesan dakwahnya agar

ABH tenang mendengarkan.

2. Menumbuhkan Kepercayaan Anak

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, menumbuhkan

kepercayaan anak menjadi salah satu cara membangun

komunikasi interpersonal antara Ustadz Jubaedi dengan para

ABH. Berikut ini hasil wawancara yang penulis temukan dari

Ustadz Jubaedi pada tanggal 30 Juli 2019:

“Sebenarnya mah gini, yakinkan anak percaya dulu kepada

kita, anak suruh mengenali kita dulu. Apa yang kita

2 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 3 Hasil Observasi, Agustus 2019, di Masjid Istiqomah.

78

omongkan apapun pasti didengar jika yang ngomongnya

itu dipercaya sama anak atau diyakini sama anak.

Terkadang kita suka lupa, apa yang kita sampaikan

berbobot memang penting, gak ada yang penting kan?

Cuma orangnya tidak dihormati, orangnya tidak diketahui,

jadi modal utama mah adalah siapa dulu yang ngajar…..”4

Ustadz Jubaedi yang berperan sebagai komunikator disini

mempunyai latar belakang pendidikan agama yang cukup lama.

Hal ini ia yakinkan kepada ABH bahwa ia merupakan seorang

alumni dari pondok pesantren, sehingga ia mempunyai keahlian

atau kemampuan dan pengalaman yang luas dalam hal

penyampaian materi keagamaan. Dengan meyakinkan anak

bahwa beliau lulusan dari pondok pesantren merupakan salah satu

faktor pendukung dalam proses komunikasi interpersonal agar

anak percaya bahwa apa yang disampaikan oleh ustadz bukan

sekedar bualan belaka.

“Utama yang saya iniin kenali dulu saya, 5 tahun

pesantren gak mesti lama yang penting apa yang saya

punya dasar belajar ilmu agama. Dalam artian anak

ngenalin siapa yang ngajar ngajinya dulu, udah dikenalin

nanti anak “oh iya”. Contoh misalkan ada dua ucapan,

satu dari orang berilmu yang satu gak, itu anak akan

percaya sama yang berilmu. Jadi intinya yakini itu dulu.

Sebaik-baiknya pengajar, kecil, tinggi, itu gak masalah,

ketika orang melihat ilmunya ada, itu dihormati. Rupa mah

sepintas untuk menilai, tetapi ketika ia sudah yakin berilmu

nanti anak akan nurut sendiri.”5

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa latar

belakang pendidikan seorang Guru Agama atau Pembimbing

4 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 5 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

79

Agama sangat penting. Menurut Ustadz Jubaedi jika pengajar

memiliki dasar belajar Ilmu Agama maka anak didik akan

percaya bahwa apa yang disampaikan bukan hanya sekedar

omong kosong karena anak akan percaya bahwa guru tersebut

memiliki ilmu yang didapatkan dari pendidikannya sehingga anak

akan patuh apa yang disampaikan oleh guru tersebut. “….Apapun

yang Pak Jubaedi bilang saya selalu tangkep, saya iniin dengan

baik, maksudnya kaya gimana ya. Maksudnya saya denger,

bener-bener saya dengan apa yang disuruh Pak Jubaed. Kalau

buat agama, mungkin InshaAllah saya bisa jalanin semua dengan

semampu saya.”6 Hal tersebut senada dengan pernyataan yang

disampaikan oleh ABH MF, ia berusaha untuk menuruti apa yang

diperintahkan oleh Ustadz Jubaedi. Dengan begitu Ustadz

Jubaedi telah mampu menumbuhkan kepercayaan anak karena

anak bisa patuh terhadap apa yang ia sampaikan.

Dalam setiap bimbingan yang diberikan, penulis juga

mengamati bahwa Ustadz Jubaedi selalu membawa kitab yang ia

gunakan untuk memberikan materi kepada ABH.7 Dibawanya

kitab tersebut merupakan salah satu faktor penunjang yang lain

agar ABH percaya bahwa apa yang diucapkan oleh Ustadz

Jubaedi langsung bersumber dari kitab dan Ustadz Jubaedi

berkompeten dalam mengajar dibidang agama.

3. Memberikan Bimbingan dengan Rasa Humor

6 Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di

Masjid Istiqomah. 7 Hasil Observasi, Agustus-September 2019, di Masjid Istiqomah.

80

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, memberikan

bimbingan dengan rasa humor menjadi salah satu cara

membangun komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh

Ustadz Jubaedi. Penulis menemukan ini saat observasi yang

dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2019.

Saat memberikan bimbingan, seringkali Ustadz Jubaedi

menyelipkan candaannya. Pagi itu materi bimbingan yang

diberikan tentang kebersihan menurut perspektif Islam. Ditengah

bimbingan Ustadz Jubaedi berkata “Kayak si X dong kalau lagi

nyapu di asrama bersih banget, nanti pasti suaminya gak

kumisan” lalu para ABH tertawa dan ada yang

menjawab“Hahaha suami, istri kali ustadz”. Beberapa ABH lalu

menggoda ABH X, dan keadaan ruangan yang awalnya diam

serius memperhatikan berubah menjadi sedikit gaduh.8 Hal ini

senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ustadz Jubaedi saat

wawancara berlangsung:

“Iya bahasanya selingan, jadi kemampuan manusia dalam

khusyu itu kan berbeda-bedaa. Jadi kan gini, ada yang

butuh ilmu agama ada yang kaya orang gak butuh. Jadi

kita menghadapi orang-orang yang merasa tidak butuh

ilmu agama kita gak bisa ngajar khusyu kaya aki-aki. Aki-

aki suka khusyu (diajarin) ngajinya karena dia sudah mau

mati. Kalau ngajar anak muda khusyu yang ada malah

tidur, jadi bedanya itu.”9

Awal mula menjadi Pembimbing Agama di BRSAMPK

Handayani Jakarta Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan

8

Hasil Observasi, 7 Agustus 2019, di Gedung Minat Bakat

BRSAMPK Handayani Jakarta. 9 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

81

sangat serius, tidak menyelipkan candaan dalam bimbingannya.

Ustadz Jubaedi lalu mengintropeksi diri dan menyadari bahwa

penyampaian yang ia lakukan saat itu kurang tepat. Untuk itu

Ustadz Jubaedi mengubah cara penyampaian dakwahnya agar

berjalan sesuai dengan tujuan kehendak yang ingin dicapai oleh

beliau.“Itu dua tahun itu saya ngajar berbeda, sampe awal tahun

2010 kita rubah sampe sekarang, sehingga mereka sewaktu-

waktu bisa serius, ada sewaktu-waktu bisa bercanda atau tertawa

dan sebagainya tetapi dengan porsi yang seimbang. Intiya

diselingi itu supaya anak tertarik.”10

Dalam menjalin komunikasi interpersonal yang baik tentu

juga harus diimbangi dengan hubungan interpersonal yang baik

pula. Memberikan bimbingan dengan rasa humor merupakan

salah satu cara baru yang dilakukan oleh Ustadz Jubaedi. Cara

tersebut membuat ABH merasa akrab dan terbuka dengannya.

Dengan cara tersebut mengakibatkan tidak terjadinya

kesenjangan antara ustadz dan ABH, karena jika terjadinya

kesenjangan nantinya akan berpengaruh bagi kegiatan bimbingan

agama tersebut. Karena biasanya anak cenderung acuh dengan

ustadz yang kurang pendekatannya sehingga membuat kegiatan

bimbingan agama tidak kondusif. Hal tersebut senada dengan

pernyataan yang diberikan oleh ABH N dan ABH MZA:

“Ustadz Jubaid orangnya enak ka, suaranya kalau

sholawatan bagus banget bikin hati tenang. Tegas tapi suka

10

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

82

ngelawak kadang pas ceramah jadinya gak tegang-tegang

banget.”11

“Mudah nerima apa yang dikatakan Pak Jubaedi, Pak

Jubaedi nyampeinnya juga sambil bercanda jadinya

seru.”12

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Ustadz

Jubaedi dalam memberikan bimbingan seringkali menyelipkan

humor atau candaan kepada ABH. Cara tersebut ia gunakan agar

ABH dapat merasakan kedekatan dengan beliau dan dengan

harapan apa yang disampaikan oleh Ustadz Jubaedi dapat diserap

dan diterima oleh ABH.

4. Menggunakan Bahasa yang Mudah dipahami

Pengunaan bahasa sangat berpengaruh terhadap

pemahaman pesan yang akan disampaikan. Bahasa yang mudah

dipahami akan memudahkan ABH dalam menyerap ilmu-ilmu

yang diberikan oleh ustadz. Untuk itu Ustadz Jubaedi yang

berperan sebagai komunikator yang memberikan pesan

berhubungan dengan agama selalu menggunakan bahasa yang

mudah dipahami. Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan

wawancara seperti berikut.

“…… jangan suka ceramah pakai istilah-istilah seperti

“realisasi, optimisasi” ceramah yang orang bisa mengerti,

karena ada orang-orang ceramah yang pake bahasa-

bahasa asing seperti itu. Harusnya cari omongan atau

contoh yang paling gampang dimasuki atau diserap oleh

orang bodoh itu pasti berasa, kecuali ceramah sama orang

pinter. Gak usah dibilang ustadznya hebat, bahasanya

11

Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.59 WIB, di Masjid

Istiqomah. 12

Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di

Masjid Istiqomah.

83

asing tapi kebawahnya gak ngerti, contohkan yang dapat

diserap logika.”13

Ustadz Jubaedi berasal dari daerah Jawa Barat, terkadang

saat memberikan bimbingan ia seringkali menggunakan beberapa

kata dari Bahasa Sunda. Namun, ia juga langsung

menerjemahkan dan mencari kata yang umum agar ABH dapat

memahami apa yang ia sampaikan, karena ABH yang ada di

BRSAMPK Handayani merupakan anak yang berasal dari

berbagai suku. Dalam menyampaikan pesan saat bimbingan

agama berlangsung, Ustadz Jubaedi juga lebih sering

memberikan beberapa contoh kasus agar para ABH dapat lebih

jelas mengetahui apa yang beliau maksud. Hal tersebut senada

dengan pernyataan yang diberikan oleh ABH AZ “Ya bagus,

mudah dimengerti omong-omongannya, gampang dipahami lah

intinya.”14

Dengan digunakan bahasa yang mudah dipahami,

diharapkan ABH mampu menyerap apa yang telah disampaikan

oleh Ustadz Jubaedi. Dengan begitu pesan yang disampaikan

dapat diterima sehingga menimbulkan adanya feedback yang

positif pada ABH.

5. Tegas

Pada saat penulis melakukan observasi, yaitu tepatnya pada

tanggal 23 Juli 2019 saat berlangsungnya kegiatan bimbingan

agama pada pagi hari terdapat salah satu ABH yang melanggar

peraturan. ABH tersebut menggunakan jaket pada saat

13

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 14

Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di

Masjid Istiqomah.

84

berlangsungnya kegiatan bimbingan. Penggunaan jaket pada saat

bimbingan tidak diperkenankan kecuali dalam keadaan mendesak.

ABH tersebut tidak sedang dalam keadaan sakit atau mendesak,

sehingga Ustadz Jubaedi pada saat sebelum memulai bimbingan,

memanggil anak tersebut ke depan lalu memberikan hukuman

dengan cara menjewer telinga ABH tersebut.15

Pemberian hukuman kepada ABH tersebut merupakan

salah satu tanda kedisiplinan yang diterapkan oleh Ustadz Jubaedi.

Hal ini senada dengan pernyataan salah satu ABH saat sedang

diwawancara pada tanggal 1 Agustus 2019 “Ustadz Jubaid

orangnya tegas tapi baik juga. Dia tegas kalau ada anak-anak

yang bermasalah. Kalau kita jujur juga sama ustadz juga enak,

tapi kalo kita udah salah tapi masih nutup-nutupin biar bener

baru dah tuh…..”16

Saat bimbingan agama yang berlangsung pada pagi hari,

penulis juga mendapati beberapa ABH ada yang masih nongkrong

atau mengobrol di selasar Gedung Minat Bakat, padahal Ustadz

Jubaedi sudah datang dan bersiap-siap untuk memulai

bimbingannya. Lalu, Ustadz Jubaedi melihat anak tersebut dan

menghampiri anak itu “jang, ayo masuk ngapain masih diluar,

emang gak lihat saya sudah datang?” Intonasi pengucapan

Ustadz Jubaedi pada saat itu terdengar tinggi, namun anak

tersebut merespon dengan tersenyum dan langsung masuk ke

dalam ruangan. Kepribadian tegas yang dimiliki oleh Ustadz

15

Hasil Observasi, 23 Juli 2019, di Gedung Minat Bakat BRSAMPK

Handayani Jakarta. 16

Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di

Masjid Istiqomah.

85

Jubaedi juga dibenarkan oleh salah satu ABH lainnya yaitu RS.

“Ustadz orangnya tegas, ceramahnya masuk kehati langsung.

Kalau ada yang gak ngerti bisa langsung ditanyain.”17

Hasil kesimpulan dari pernyataan di atas bahwasannya

dalam memberikan bimbingan Ustadz Jubaedi berkomunikasi

dengan cara tegas dengan para ABH. Ketegasan yang ia punya

hanya digunakan saat situasi tertentu saja pada saat

berlangsungnya bimbingan agama. Ustadz Jubaedi menerapkan

sikap tegas jika terdapat ABH yang sulit untuk diatur sehingga ia

menggunakan cara tersebut sebagai pendekatan kepada ABH agar

ABH menuruti perintah yang berikan.

B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan

Hukum BRSAMPK Handayani Jakarta

ABH yang berada di BRSAMPK Handayani sebagian besar

terjerat kasus narkoba, tawuran pelajar, pencurian dan lain

sebagainya. ABH bisa terjerat kasus kriminal karena dipengaruhi

oleh kemerosotan moral yang tejadi dimasyarakat sekitar mereka

sehingga ABH bertindak melawan aturan. ABH yang berperilaku

tidak sesuai dengan aturan membuktikan kurangnya pemahaman

tentang nilai-nilai moral dan nilai keagamaan yang berlaku. Lain

halnya dengan remaja yang memiliki kesadaran beragamanya

tinggi dalam kehidupan sehari-hari tidak terpengaruh oleh arus

kemerosotan moral.

17

Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di

Masjid Istiqomah.

86

Kesadaran beragama ABH perlu ditingkatkan salah satunya

melalui bimbingan agama di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Bimbingan agama digunakan sebagai upaya penanganan perilaku

ABH yang terjerat kemerosotan moral yang menyebabkan

perilaku menyimpang dan melanggar aturan. Pentingnya

diberikan bimbingan agama kepada ABH ini senada dengan

pernyataan yang disampaikan oleh Ustadz Jubaedi “Jadi kalau

ada orang mengajarkan tentang rehab tanpa agama, seperti

orang pengen tidur minum obat tidur. Jika ada orang

mengatakan mengubah perilaku dengan selain agama, seperti

orang pengen tidur pakai obat tidur, entar efek obat tidurnya

habis, kambuh lagi.”18

Berdasarkan ungkapan di atas agama sangat berperan

penting khususnya untuk merehabilitasi ABH agar kembali ke

jalan yang lurus dan benar. ABH yang sebelumnya mempunyai

tingkat kesadaran beragama yang rendah, setelah mengikuti

bimbingan agama menunjukkan beberapa peningkatan kesadaran

beragama. Berikut ini merupakan bentuk kesadaran beragama

ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta setelah mengikuti

bimbingan agama.

1. Takut Berbuat Dosa

Peningkatan kesadaran beragama yang terjadi pada ABH di

BRSAMPK Handayani Jakarta yang pertama yaitu takut berbuat

dosa. Ketakutan dalam melakukan dosa terjadi karena ABH

merasa menyesal atas apa yang telah mereka perbuat sebelumnya

18

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

87

sehingga mereka bisa masuk ke dalam BRSAMPK Handayni ini.

Mereka mulai menyadari bahwa setiap perbuatan yang dilakukan

pasti ada timbal baliknya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

yang disampaikan oleh ABH MF:

“Sebelum masuk balai ini, Alhamdulillah saya tau saya

beragama Islam, tapi saya gak pernah mau ngaji, shalat,

sukanya nongkrong aja main sama temen-temen.

Sedangkan disini setelah ketemu sama Pak Jubaed ngobrol,

saya jadi kepikiran yang telah saya lakuin dulu gitu “wah

dulu jarang shalat, gak pernah ngaji” udah dosa banget

dah pokoknya sama Allah. Saya mempunyai keinginan

untuk berubah, InshaAllah bisa.”19

Sama halnya dengan pernyataan yang disampaikan oleh

ABH N, ia juga merasa menyesal atas apa yang sudah ia perbuat

sebelumnya dan berkeinginan untuk bertaubat serta tidak ingin

melakukan dosa kembali. “……Terus juga jadi menyesali

perbuatan yang udah dilakuin. Gak mau lagi ngelakuin

pencurian lagi ka udah taubat.”20

Penyesalan atas kesalahan

terdahulu juga tidak terlepas dari pemahaman yang diberikan oleh

Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing Agama, Ustadz Jubaedi

memberikan pemahaman agar ABH selalu menjaga perilaku dan

tidak berbuat dosa kembali karena Allah akan selalu mengawasi

apa yang kita perbuat dan apa yang kita katakan, sehingga

pemahaman yang diberikan oleh Ustadz Jubaedi membuat ABH

merasa takut untuk melakukan dosa dan menyesali perbuatan

yang telah mereka perbuat dahulu.

19

Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di

Masjid Istiqomah. 20

Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di Masjid

Istiqomah.

88

“Jadi kita kasih pemahaman, takutlah kepada Allah kenapa?

Allah Maha Sami’ Allah Maha Basyir, Maha Melihat Maha

Mendengar. Ucapan yang kita ucapkan tidak ada satu kata

pun yang tidak dicatat oleh malaikat yang ada di kanan

dan di kiri. Nanti lama-lama anak juga bakal mikir. Terus

kalau perilaku, mau ada orang atau gak ada orang kan

Allah Maha Melihat, jadi gak jadi ngelakuin dosanya.”21

Hal serupa juga terjadi pada ABH PP, setelah mengikuti

bimbingan agama ia mulai merasa dekat dengan Allah dan

mencoba untuk melaksanakan segala perintah yang Allah suruh

dan menjauhi segala apa yang Allah larang.“Sekarang juga

makin kenal sama Allah, makin malas ngelakuin maksiat,

mencoba untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi apa

yang Allah larang. Dan mengikuti sunnah-sunnah nabi sebisa

mungkin.”22

Dari seluruh hasil wawancara di atas dapat

disimpulkan bahwa perasaan takut untuk melakukan perbuatan

dosa kembali diharapkan ABH dapat tersadar dan berubah

menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Disiplin Melaksanakan Ibadah

Salah satu perubahan yang terjadi pada ABH selanjutnya

yaitu semakin disiplin melaksanakan ibadah. Ibadah yang

dilaksanakan bukan hanya sekedar ibadah wajib seperti shalat 5

waktu, tetapi juga ibadah sunnah lainnya. Perubahan tersebut

senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh ABH N “Ada

ka, shalatnya jadi tepat waktu, kemarin puasanya full, jadi rajin

21

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 22

Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di

Masjid Istiqomah.

89

baca al-Qur’an…”23

ABH MF juga merasakan perubahan

kedisiplinannya dalam melaksanakan ibadah. Sebelum masuk

BRSAMPK Handayani MF mengakui bahwa ia sadar dirinya

beragama Islam namun, ia tidak melaksanakan perintah agama

salah satunya tidak mau beribadah “Setelah kenal Pak Jubaed,

diajak ngobrol sama belajar sama Pak Jubaed, saya jadi

shalatnya inshaAllah 5 waktu, ngaji juga. Sebelum masuk balai

ini, Alhamdulillah saya tau saya beragama Islam, tapi saya gak

pernah mau ngaji, shalat, sukanya nongkrong aja main sama

temen-temen…”24

Hal serupa juga dialami oleh ABH MZA, ia

mengaku telah terjadi perubahan dalam melaksanakan ibadah

dalam dirinya sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan agama.

Pernyataan tersebut ia sampaikan pada saat berlangsungnya

wawancara di Masjid Istiqomah:

“Berubah total, kaya dirumah gak pernah shalat, disini

Alhamdulillah shalatnya jadi tepat waktu. Dirumah jarang

ngaji, kalau disini jadi ngaji. Disini kalau ngikut bimbingan

agama malam hari itu kan gak wajib ya tapi saya ikut terus

dan itu dari kemauan saya sendiri tanpa adanya paksaan

dari siapa-siapa.”25

Saat melakukan observasi bimbingan agama pada tanggal 5

Agustus 2019 yang dilakukan pada malam hari, sebelum

memasuki waktu shalat isya penulis sudah bersiap mengamati

ABH di Masjid Istiqomah. 15 menit sebelum masuk waktu isya,

23

Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di Masjid

Istiqomah. 24

Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di

Masjid Istiqomah. 25

Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di

Masjid Istiqomah.

90

ternyata ada beberapa ABH yang sudah datang ke masjid dan

mereka langsung melakukan shalat sunnah tahiyatul masjid.26

Hal

ini berbeda saat sebelum mengikuti bimbingan agama di

BRSAMPK Handayani Jakarta, kebanyakan ABH tidak disiplin

dalam melaksanakan ibadah, misalnya tidak membaca al-Qur’an,

tidak melakukan shalat baik yang sunnah maupun yang wajib.

Hal tersebut diungkapkan oleh ABH RS. “Dulu kalau dirumah

shalatnya suka jarang-jarang, pas masuk sini alhamdulillah sih

shalatnya jadi tepat waktu.”27

Selain itu ABH A juga mengaku

dirinya saat sebelum masuk BRSAMPK Handayani Jakarta masih

sering meninggalkan shalat wajibnya, namun setelah mengikuti

bimbingan agama perlahan-lahan mulai terjadi perubahan

kedisiplinan shalat pada dirinya.

“Ada ka, sebelumnya jarang shalat terus pas semenjak

dikasih tau sama Pak Jubaed “udah disini mah gak usah

dipikirin apa-apa jang, shalat aja yang bener banyak-

banyakin do’a, Pak Jubaed yang ngajarin sampai kamu

bisa kalau kamu ngaji tiap hari”. Kalau dirumah saya

shalat tapi masih jarang-jarang, kalau disini udah ada

perubahan lebih rajin. Dirumah saya juga udah gak pernah

ngaji lagi, waktu masih kecil doang saya ka ngajinya, tapi

disini saya ikut pengajian tiap hari.28

Sama halnya dengan pernyataan yang diberikan oleh ABH

AZ “Banyak, kalo di rumah gak pernah shalat kalo disini jadi

pengen shalat terus, ngaji terus. Shalatnya juga bukan karena

26

Hasil Observasi, 5 Agustus 2019, di Masjid Istiqomah. 27

Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di

Masjid Istiqomah. 28

Wawancara dengan ABH A, 23 September 2019, 19.54 WIB, di

Masjid Istiqomah.

91

terpaksa disini mah, keinginan sendiri.”29

AZ mengakui dirinya

saat sedang di rumah tidak melaksanakan shalat wajib, namun

setelah mengikuti bimbingan ia mulai tergerak untuk

melaksanakan shalat tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Keesokan paginya saat sedang berbincang dengan Ustadz

Jubaedi setelah selesai bimbingan agama di pagi hari, penulis

menanyakan tentang shalat sunnah tahiyatul masjid yang

dilakukan oleh beberapa ABH. Ternyata shalat sunnah tahiyatul

masjid yang beberapa ABH lakukan merupakan kesadaran atau

inisiatif mereka sendiri, tanpa adanya suruhan atau paksaan dari

Ustadz Jubaedi. “iya biasanya mereka waktu baru sampai masjid

ada anak yang shalat sunnah dulu, terus ada yang shalawatan

juga” ucap Ustadz Jubaedi.30

Kedisiplinan dalam melaksanakan

ibadah tentunya juga tidak terlepas dari peran Pembimbing

Agama yaitu Ustadz Jubaedi. Ia tidak pernah bosan

mengingatkan ABH untuk selalu mengerjakan sholat dan juga

membaca al-Qur’an. Walaupun begitu, semua kembali lagi

kepada masing-masing anak, pembimbing hanya bertugas

mengingatkan dan mengarahkan.

3. Mendapat Ketenangan Jiwa

Setiap orang pasti menginginkan ketenangan, ketentraman,

dan kedamaian jiwa dalam dirinya. Ketenangan yang dirasakan

seseorang disebabkan karena perbuatan yang dilakukannya tidak

menyalahi aturan, tetap dijalan yang benar, dan tidak berbuat

29

Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di

Masjid Istiqomah. 30

Hasil Observasi, 6 Agustus 2019, di Masjid Istiqomah.

92

kemungkaran. Akan sulit bila seseorang berbuat sesuatu dengan

tenang sementara apa yang dilakukannya berlabel maksiat dan

dosa.

Hal tersebut terjadi pada hampir setiap ABH, sebelumnya

mereka melakukan perbuatan maksiat dan dosa sehingga mereka

merasakan ada sesuatu yang salah dalam dirinya sehingga selalu

tidak merasa aman. Namun, setelah masuk BRSAMPK

Handayani Jakarta dan mengikuti bimbingan agama, ABH pun

mulai merasakan ketenangan di dalam dirinya. Hal ini senada

dengan pernyataan yang diberikan oleh sebagian besar ABH. PP

merupakan salah satu ABH yang merasakan perubahan

ketenangan jiwa di dalam dirinya “Alhamdulillah enakan, jadi

agak tenang hati, batin juga ikut nyesel, keinget sama nasihat-

nasihatnya dan ceramah-ceramahnya.”31

Hal yang sama juga

dirasakan ABH RS “Alhamdulillah berubah jadi tenang.”32

Begitu juga yang dirasakan oleh ABH N “Adem ka, batinnya jadi

tenang.”33

ABH MZA merasakan hal yang sama ketika diwawancara

oleh penulis, ia merasakan ketenangan dalam dirinya sehingga

membuat ia menjadi takut kepada Allah dan enggan untuk

melakukan perbuatan dosa lagi “Merasa tenang aja, perasaannya

jadi merasa takut sama Allah dan gak mau ngelakuin dosa

31

Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di

Masjid Istiqomah.

32

Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di

Masjid Istiqomah. 33

Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di Masjid

Istiqomah.

93

lagi.”34

ABH AS salah satu ABH yang tidak langsung pulang

menuju asrama saat selesai bimbingan agama pada malam hari,

tetapi terlebih dahulu mengikuti zikir sebelum pulang menuju

asrama juga merasakan ketenangan dalam dirinya “Hati saya

tenang, adem.”35

ABH AZ memberikan pernyataan bahwa selama ia berada

di BRSAMPK Handayani perubahan yang paling dominan dalam

dirinya yaitu dari segi keagamaan. Ia merasakan ketenangan di

dalam dirinya yang ia dapatkan dari mengikuti bimbingan agama.

Ia juga merasakan kedekatan spiritual dengan kedua orang tuanya

yang sudah terlebih dahulu meninggalkan dia di dunia

“Perasaannya jadi tenang. Bisa deket juga sama orang tua, kan

orang tua saya dua-duanya udah gak ada, ya mau ngapain lagi.

Kalau diluar gak pernah doain orang tua, perubahannya banyak

disini. Agama doang paling yang paling banyak perubahannya

disini.”36

Hasil kesimpulan dari pernyataan yang telah dijabarkan di

atas bahwa para ABH merasakan ketenangan jiwa yang

didapatkan dari mengikuti kegiatan bimbingan agama.

Ketenangan jiwa juga didapat seiring karena kita merasakan

kedekatan dengan Allah.

4. Meningkatnya Pengetahuan Keagamaan

34

Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di

Masjid Istiqomah. 35

Wawancara dengan ABH AS, 23 September 2019, 20.37 WIB, di

Masjid Istiqomah. 36

Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di

Masjid Istiqomah.

94

Perubahan kesadaran beragama yang terjadi pada ABH di

BRSAMPK Handayani Jakarta selanjutnya yaitu meningkatnya

pengetahuan agama. Sebelum mengikuti bimbingan agama, ABH

rata-rata mengalami kurangnya pemahaman tentang pengetahuan

dalam menjalankan ibadah. Hal tersebut senada dengan

pernyataan yang diberikan oleh Ustadz Jubaedi“Mereka yang

masuk ke balai ini bukan orang bodoh tapi SMP, SMA, SMK,

orang pintar semua. Bedanya apa? Gak ngaji doang, gak bisa

baca Qur’an doang.”37

Pada dasarnya anak-anak yang masuk

BRSAMPK Handayani termasuk ke dalam orang-orang yang

berpendidikan namun tidak diimbangi dengan pemahaman

tentang pengetahuan keagamaan. Seperti yang terjadi pada ABH

A, dalam menjalankan ibadah ia hanya sekedar menjalankan,

tanpa memahami maksudnya.

“Disini saya jadi tau ka ternyata kalau setelah shalat terus

doa gak boleh menghadap kemana-mana, harus

menghadap kiblat jangan tengok kanan-kiri. Terus kalau

wudhu juga jangan langsung kabur, do’a dulu menghadap

kiblat juga. Omongan Pak Jubaedi selalu keingetan jadi

saya langsung terapin.”38

ABH A mengikuti bimbingan agama untuk menambah

pemahamannya dalam hal keagamaan. Setelah mengikuti

bimbingan agama, ABH A merasa bahwa ibadah yang selama ini

ia kerjakan belum sempurna. Seperti pernyataan yang ia

sampaikan di atas bahwa sebelum mengikuti bimbingan agama

37

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 38

Wawancara dengan ABH A, 23 September 2019, 19.54 WIB, di

Masjid Istiqomah.

95

saat mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat ia langsung

kabur tanpa berdoa terlebih dahulu, namun setelah rutin

mengikuti bimbingan agama ia mulai membiasakan diri setelah

berwudhu berdoa terlebih dahulu. Sama halnya seperti yang

dialami oleh ABH MF, setelah rajin mengikuti bimbingan agama

ia baru paham apa saja yang seharusnya dilakukan oleh seorang

muslim. “Setelah Pak Jubaed beri ceramah, memang saya baru

merasa “Oh harusnya saya sebagai Muslim harus berbuat ini-

ini”. Sebelum Pak Jubaed beri ceramah, saya gak melakukan apa

yang seharusnya seorang muslim lakukan.”39

Hasil kesimpulan dari wawancara dan observasi di atas

bahwa beberapa ABH mengalami peningkatan dari segi

diterimanya pengetahuan mengenai keagamaan yang didapatkan

dari bimbingan agama yang dilakukan setiap malam maupun

pada pagi hari. Sebelumnya mereka hanya sekedar menjalankan

kewajiban agama tanpa mengetahui makna dari dilakukannya

ibadah tersebut.

5. Berperilaku Sesuai Ajaran Islam

ABH diidentikkan dengan anak yang mempunyai perilaku

dan perkataan kasar. Biasanya perilaku tersebut dipengaruhi oleh

teman atau lingkungannya disekitarnya. Hal tersebut dibenarkan

oleh Ustadz Jubaedi, bahwa saat pertama masuk BRSAMPK

Handayani Jakarta kebanyakan anak-anak tidak berperilaku

sesuai dengan ajaran Islam. Banyak dari mereka yang masih

belum bisa meninggalkan kebiasaan lamanya.“Anak disini kan

39

Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di

Masjid Istiqomah.

96

sebelum masuk asrama ditaro di Rumah Antara dulu kan, nah

disitu tuh biasanya masih menunjukan perilaku tidak disiplin

beribadah, ngomongnya masih suka pakai kata-kata kasar…..”40

Namun perlahan-lahan kebiasaan buruk berkata kasar

ABH mulai berkurang seiring rutinnya mengikuti bimbingan

agama. Perubahan yang terjadi pada ABH tidaklah terjadi secara

instan, namun berlangsung secara perlahan. ABH MZ dan ABH

PP membenarkan bahwa dahulu mereka nakal dan sering berkata

kasar, tetapi perlahan-lahan ia mencoba merubah perkataannya

walaupun hal tersebut masih sedikit sulit ia lakukan.

“Sebelumnya mah bandel, setelah mengikuti bimbingan

agama mulai agak-agak sadar.”41

“Alhamdulillah, dulu

mah sering ngomong kata-kata jorok ka karena emang

lingkungan temen-temen saya keseringan ngomong begitu.

Tapi lama-lama disini udah bisa ngefilter walau kadang

masih sering keceplosan.”42

Seseorang yang mempelajari dan juga menjalankan ajaran

Islam dengan sungguh-sungguh akan merasakan kebaikan dan

keindahan ajaran Islam, salah satunya dapat terlihat dari akhlak

perilaku kesehariannya. Dengan demikian dari data-data di atas

dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran beragama ABH di

BRSAMPK Handayani Jakarta pada dasarnya tidak dapat diukur,

namun jika ABH tersebut menunjukkan perubahan dari sebelum

40

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 41

Wawancara dengan ABH MZ, 23 September 2019, 20.49 WIB, di

Masjid Istiqomah. 42

Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di

Masjid Istiqomah.

97

dan sesudah mengikuti bimbingan agama maka dapat dikatakan

kesadaran beragama ABH tersebut meningkat.

C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan

Hukum

Ketika memberikan bimbingan agama, pesan yang

disampaikan diharapkan dapat dipahami oleh para ABH,

sehingga seiring meningkatnya pemahaman tentang keagamaan

dapat meningkatkan kesadaran beragama ABH pula. ABH

diharapkan dapat mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah

disampaikan oleh ustadz, lalu menunjukkannya dalam bentuk

peningkatan kesadaraan beragama yang terlihat dari keyakinan,

praktek agama, penghayatan, pengetahuan dan pengamalan

kesehariannya.

Berbagai usaha juga telah dilakukan Ustadz Jubaedi dalam

membangun komunikasi interpersonal dengan para ABH. Seiring

terciptanya komunikasi interpersonal antara ustadz dan ABH

maka timbul keakraban dan menciptakan kepercayaan yang

terjadi diantara keduanya sehingga akan dapat menentukan tahap

hubungan selanjutnya. Dalam meningkatkan kesadaran beragama

para ABH Ustadz Jubaedi juga menggunakan berbagai

pendekatan komunikasi interpersonal.

Berikut ini merupakan hasil temuan penelitian berkaitan

dengan cara komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh

Ustadz Jubaedi dalam meningkatkan kesadaran beragama para

ABH.

98

1. Pemberian Motivasi

Komunikasi akan sempurna bila pesan atau informasi yang

disampaikan dapat diterima bahkan sampai terjadi perubahan

sikap sehingga pesan yang diterima terdapat umpan baliknya.

Seperti yang terjadi pada subjek penelitian, bagaimana Ustadz

Jubaedi dalam meningkat kesadaran beragama ABH yaitu dengan

jalan memotivasi para ABH agar selalu semangat dalam

mengikuti kegiatan bimbingan.

“Ketika bimbingan agama intinya gini, saya selalu

menerapkan gini, flashback kebelakang atau lihat

kebelakang kenapa kita bisa masuk sini? Padahal dosa

mencuri, pelecehan dan sebagainya, kita ajak bicara dia

seperti itu. Kan supaya dia motivasinya mau bangkitlah,

mau bangkit tapi posisinya benar gitu, berubah. Dia akan

melihat “Oh iya kemarin saya kebanyakan nongkrong,

ngaji gak pernah, shalat gak pernah, gak nurut orang tua”

nah dirubahlah jika tidak mau terulang sama seperti ini,

yang kemarin dilawan, yang kemarin tidak benar dibenarin,

ambil semua penyesalan tapi menyesali penyesalan.”43

Pemberian motivasi kepada ABH biasanya dilakukan

Ustadz Jubaedi dalam situasi formal maupun informal. Formal

dilakukan saat kegiatan ceramah atau acara-acara keagamaan,

sedangkan informal diberikan dalam bentuk berbicara santai.

Pemberian motivasi ini diharapkan dapat memberikan dorongan

kepada ABH agar berubah menjadi manusia yang lebih baik dan

berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Pada saat observasi,

selain memberikan motivasi Ustadz Jubaedi juga selalu menutup

bimbingan yang diberikan setiap hari dengan doa bersama agar

43

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

99

para ABH diberikan ketenangan batin maupun kemudahan dalam

menjalani kehidupan kedepannya. ABH kemudian meng-

Aminkan dengan sungguh-sungguh doa yang dipanjatkan oleh

Ustadz Jubaedi.44

Hal tersebut serupa dengan pernyataan yang

diberikan oleh ABH PP. “Alhamdulillah enakan, jadi agak

tenang hati, batin juga ikut nyesel, keinget sama nasihat-

nasihatnya dan ceramah-ceramahnya.”45

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya,

saat berlangsungnya bimbingan Ustadz Jubaedi dalam

memotivasi ABH selalu terus mengingatkan kepada ABH bahwa

kejadian buruk yang telah mereka perbuat dahulu cukup disesali

jangan sampai terulang kembali bahkan saat setelah nanti keluar

dari BRSAMPK Handayani Jakarta ini. ABH pun saat diberikan

motivasi sangat tenang dan mendengarkan. Dari wajah mereka

juga terlihat penyesalan atas apa yang telah mereka perbuat

sebelumnya.46

2. Komunikasi Persuasif

Pendekatan dengan menggunakan komunikasi persuasif

merupakan salah satu cara yang digunakan Ustadz Jubaedi dalam

membangun komunikasi interpersonal dalam meningkatkan

kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Persuasif yang dimaksud disini bukan membujuk dengan kasar,

namun membujuk dengan sabar dan perlahan-lahan. Pendekatan

persuasif diperlukan dengan tujuan agar bimbingan yang

44

Hasil Observasi, Agustus 2019, di Masjid Istiqomah. 45

Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di

Masjid Istiqomah. 46

Hasil Observasi, Agustus 2019, di Masjid Istiqomah.

100

diberikan dapat diterima oleh ABH yang rata-rata memiliki sifat

mudah memberontak, keras, dan mudah tersinggung. Hal ini

senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ustadz Jubaedi:

“Alhamdulillah kalau kita bujuk terus menerus, sabar,

ikhlas ngajarnya anak ya lama-lama akan luluh sendiri.

Anak kita bimbing pelan-pelan kita kasih pemahaman ilmu-

ilmu agama lama-lama dia akan berubah. Walaupun tidak

sekaligus langsung gitu ya perubahannya, tapi bisa kita liat

sendiri nih “oh ini anak awalnya abis solat jarang baca

Qur’an, tapi lama kelamaan dia baca sendiri di masjid”.

Semakin lama anak ikut kegiatan bimbingan agama disini

semakin keliatan juga perubahannya. Saya juga tiap

ceramah suka bilangin kalau setelah bimbingan jangan

langsung pada nongkrong malem-malem mending dibaca

itu al-Qur’an, karena setan tuh biasanya keluyurannya

malem-malem dan bikin pikiran kalian pengen kabur

dari sini.”47

Apa yang disampaikan oleh ustadz di atas ternyata berhasil

membuat sebagian ABH melakukan saran yang diberikan oleh

Ustadz Jubaedi, ini dibuktikan oleh penulis saat melakukan

observasi pada saat bimbingan di malam hari. Setelah selesai

memberikan bimbingan sekitar pukul 20.00 WIB, Ustadz Jubaedi

dan beberapa ABH langsung pulang menuju asramanya masing-

masing. Namun, penulis masih mengamati ada beberapa ABH

yang masih berdiam di masjid untuk melakukan dzikir bersama.

Saat ingin pulang menuju rumah, penulis juga melewati beberapa

asrama tempat ABH tinggal dan ternyata ada juga sebagian ABH

yang masih membaca al-Quran di depan teras asrama.48

47

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 48

Hasil Observasi, 30 Agustus 2019, di BRSAMPK Handayani

Jakarta.

101

Berdasarkan hasil wawancara di atas juga, saat

melaksanakan bimbingan agama Ustadz Jubaedi melakukannya

dengan ikhlas dan sabar. Ustadz Jubaedi melaksanakan

bimbingan dengan perlahan-lahan membujuk ABH ke jalan yang

benar tapi tanpa adanya paksaan, agar ABH dapat menyesuaikan

dengan keadaan dan dapat menerima bimbingan dengan baik.

Walaupun dengan begitu, perubahan yang terjadi pada ABH tidak

terjadi secara langsung, namun secara bertahap.

Pada tanggal 30 Juli 2019 saat penulis dan Ustadz Jubaedi

sedang melaksanakan wawancara pada sore hari di Asrama Imam

Bonjol banyak ABH yang berlalu lalang di dalam asrama

tersebut, kemudian di tengah wawancara saat Ustadz Jubaedi

sedang bercerita kepada penulis, terdapat beberapa ABH yang

lewat di depan kami kemudian Ustadz Jubaedi langsung bertanya

kepada anak tersebut “Jang udah pada shalat asar belum? Bolak

balik mulu dari tadi bukannya shalat, dosa ditanggung masing-

masing loh saya cuma ngingetin”. Shalat Asar memang tidak

wajib dilakukan berjamaah di Masjid Istiqomah dikarenakan

selain masjid yang letaknya lumayan jauh dari beberapa asrama

salah satunya Asrama Imam Bonjol, faktor lainnya dikarenakan

setelah mengikuti bimbingan keterampilan yang dimulai pada

pukul satu siang dan berakhir sekitar pukul setengah tiga ABH

langsung menuju asrama masing-masing untuk membersihkan

badan dan juga membersihkan asrama yang mereka tempati.

Ustadz Jubaedi selaku Kepala Asrama Imam Bonjol selalu

mengingatkan anak-anaknya untuk tidak meninggalkan shalat, ia

102

selalu menegur dengan perlahan ABH yang belum melaksanakan

shalat agar segera melaksanakannya.

3. Dialog Tanya Jawab

Dialog tanya jawab merupakan cara komunikasi

interpersonal yang dilakukan Ustadz Jubaedi dalam

meningkatkan kesadaran beragama ABH. Metode ini merupakan

tindak lanjut dari ceramah yang telah diberikan. Dialog tanya

jawab ini dilaksanakan setiap ustadz memberikan penjelasan

materi yang telah disampaikan, kemudian ABH diberikan

kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum jelas atau

yang kurang mereka pahami. Sebaliknya, terkadang ustadz yang

memberikan pertanyaan kepada ABH berkaitan dengan materi

yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan ada beberapa dari mereka

dapat menjawab tanpa rasa malu atau takut salah menjawab dari

kata-kata yang telah mereka lontarkan. Dengan cara tersebut

dialog yang terjadi diantara keduanya bisa menimbulkan

keakraban dan meningkatnya pemahaman keagamaan ABH.

Hal tersebut penulis temukan saat sedang mengamati

Ustadz Jubaedi yang sedang memberikan bimbingan pada malam

hari mengenai materi tentang fiqih ibadah, setelah memberikan

materi Ustadz Jubaedi langsung mempersilahkan ABH untuk

bertanya. Namun, saat itu tidak ada satu pun ABH yang bertanya

kemudian Ustadz Jubaedi membalikkan pernyataan jika tidak ada

yang bertanya maka ia yang akan bertanya kepada ABH

103

mengenai materi yang baru saja ia berikan. Setelah itu baru

beberapa ABH mulai bertanya salah satunya yaitu ABH PP.49

Senada dengan pernyataan yang dilontarkan Ustadz Jubaedi

dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2019.

“Kalau yang paling efektif salah satunya yaitu tanya jawab,

jadi kalau ceramah itu hanya memancing sebetulnya.

Karena tujuan kita sebetulnya satu, anak diisi dengan ilmu-

ilmu. Kedua, anak diberikan kesadaran. Kalau diberikan

kesadaran harus tau kekurangannya, dengan kita

memancing dia supaya bertanya, supaya ada komunikasi

kita sentuh tuh masalah utamanya, dia akan ngomong pasti.

Kalau kita ngomong terus menerus, gak disentuh satu

persatu mereka pasti akan diam saja tapi ketika disentuh

mereka akan terbuka. Jadi bagi saya sendiri, tanya jawab

itu tadi. Atau saya yang bertanya, mereka yang menjawab.

Intinya kita cari tema yang kira-kira menarik yang akan

kita bahas, menarik buat saya dan menarik buat anak, nanti

inilah yang akan memicu mereka aktif. Apa yang kita

ucapkan minimal nyampe dulu ke hati anak, nanti

kelihatannya baru ibadah mereka akan jauh meningkat

dibandingkan sebelumnya.”50

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan tidak hanya

berkomunikasi satu arah melainkan juga memancing ABH untuk

bertanya atau sebaliknya agar ia tahu apakah pesan-pesan

mengenai materi yang telah ia yang sampaikan dapat dimengerti

atau tidak oleh anak. Dialog tanya jawab ini selalu dilakukan

Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan, hal ini terlihat

saat penulis sedang melakukan observasi. Setiap sesi bimbingan

selesai Ustadz Jubaedi selalu memberikan kesempatan kepada

49

Hasil Observasi, 6 September 2019, di Masjid Istiqomah. 50

Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di

Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.

104

ABH untuk bertanya tentang materi pada hari itu. Jika tidak ada

yang bertanya, terkadang Ustadz Jubaedi yang melontarkan

pertanyaan kepada ABH. Ada beberapa anak yang terlihat tidak

bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh ustadz dan anak

tersebut hanya meresponnya dengan memberikan senyuman.

104

BAB V

PEMBAHASAN

Pada Bab V ini berisi tentang pembahasan yang mengaitkan

antara latar belakang, teori yang digunakan, dan hasil temuan

penelitian yang telah dilakukan penulis melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi. Pembahasan dalam penelitian ini

terbagi ke dalam tiga rumusan masalah. Berikut ini merupakan

hasil pembahasan penelitian tentang Komunikasi Interpesonal

Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama

Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Balai Rehabilitasi Sosial

Anak yang Memerlukan Perlindungan (BRSAMPK) Handayani

Jakarta.

A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama

BRSAMPK Handayani Jakarta

Dalam membangun komunikasi interpersonal dengan ABH

di BRSAMPK Handayani Jakarta, Pembimbing Agama dalam hal

ini Ustadz Jubaedi memiliki berbagai cara. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi yang telah penulis lakukan, cara yang

dilakukan Ustadz Jubaedi dalam membangun komunikasi

interpersonal yaitu dengan memahami karakter anak,

menumbuhkan kepercayaan anak, memberikan bimbingan

dengan rasa humor, menggunakan bahasa yang mudah dipahami

serta menerapkan sikap tegas dalam bimbingan.

Langkah awal yang harus dilakukan komunikator agar

dapat membangun komunikasi yang efektif adalah dengan

105

mengenal siapa yang akan diajak berbicara. Karena di dalam

proses komunikasi, antara komunikator dan komunikan bukan

hanya sekedar saling berinteraksi melainkan saling memengaruhi

satu dengan yang lainnya.

Senada dengan pernyataan Suranto bahwa karakteristik

komunikan yang meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin,

dan sebagainya perlu dipahami oleh komunikator. Apabila

komunikator kurang memahami, cara komunikasi yang dipilih

mungkin tidak sesuai dengan karakteristik komunikan dan hal ini

dapat menghambat komunikasi karena dapat menimbulkan

kesalah pahaman.1

Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing Agama selalu

memperhatikan karakter komunikan yang akan ia bimbing dalam

hal ini ia terlebih dahulu mencari tau kasus yang dialami oleh

ABH. Hal tersebut ia lakukan dikarenakan permasalahan yang

dihadapi oleh ABH berbeda dengan remaja diluar lainnya, maka

pendekatan yang diberikan Ustad Jubaedi pun juga berbeda.

Dengan memahami karakter setiap anak, seorang ustadz juga

lebih mudah membuat hubungan dengan anak supaya menjadi

lebih akrab dan mengetahui apa yang sedang dibutuhkan oleh

anak tersebut.

Metode komunikasi interpersonal yang digunakan juga

lebih menekankan pada pendekatan secara psikologis, dimana

selain pembimbing mengetahui kasus yang dialami ABH ia juga

mengetahui tekanan yang sedang dialami ABH. Dengan

1 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),

h. 86.

106

pembimbing memahami konflik yang sedang ABH rasakan, maka

pembimbing dapat memberikan saran dan pencerahan kepada

ABH sesuai yang sedang mereka butuhkan.

Jika dianalisis dengan menggunakan teori kompetensi

komunikasi yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cupach,

memahami karakter anak masuk ke dalam komponen knowledge,

dikarenakan Ustadz Jubaedi sebelum memulai bimbingan terlebih

dahulu melihat situasi komunikator yang akan ia sampaikan

dalam hal ini dengan mengetahui kasus dari anak yang akan ia

bimbing. Dengan begitu kompetensi atau kemampuan dalam

berkomunikasi diharapkan mendapat feedback yang positif dari

ABH.

Selain itu cara yang digunakan untuk membangun

komunikasi interpersonal antara Pembimbing Agama dengan

ABH yaitu Pembimbing Agama menumbuhkan kepercayaan

kepada anak. Untuk mengelola suatu hubungan yang baik maka

diawali dengan kepercayaan. Menurut Silfia Hanani, dalam

komunikasi interpersonal, membangun kepercayaan adalah salah

satu tujuan yang hendak dicapai karena dengan kepercayaan juga

individu-individu dapat membangun hubungan sosial dan

berkomunikasi dengan baik. Kepercayaan pula yang menjadi

salah satu faktor membangun keakraban antara seseorang dengan

orang lain.2

Kepercayaan yang ditunjukkan oleh Ustadz Jubaaedi

sebagai pembimbing yaitu dengan meyakinkan kepada ABH

2 Hanani, Komunikasi Antarpribadi Teori&praktik (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2017), h. 48

107

bahwa ia merupakan seseorang yang kompeten untuk

mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan karena ia merupakan seorang

alumni dari pondok pesantren. Dengan meyakinkan ABH bahwa

ia merupakan lulusan dari pondok pesantren, maka diharapkan

ABH menjadi tidak ragu untuk menerima materi yang

disampaikan oleh pembimbing, karena pembimbing mempunyai

latar pendidikan yang jelas.

Kepercayaan merupakan sumber seseorang bisa membuka

diri, bisa menanggapi orang lain, dan bertindak untuk orang yang

dipercayainya. Dalam komunikasi interpersonal, kepercayaan

juga sangat memengaruhi cara seseorang menanggapi orang lain.

Untuk itu Ustadz Jubaedi percaya bahwa jika ia memiliki dasar

ilmu agama maka ia berkompeten untuk membimbing ABH dan

ia yakin bahwa respon dari ABH akan positif sehingga ABH akan

menuruti apa yang dikatakan oleh Ustadz Jubaedi. Menurut

Onong Uchjana Effendi, bagaimanapun juga orang yang

menyampaikan pesan atau komunikator memiliki peranan sebagai

source attractiveness (daya tarik sumber) dan source credibility

(kredibilitas sumber). Sebagai daya tarik, komunikator harus

mampu memengaruhi komunikan sehingga pesan yang

disampaikan mendapatkan tanggapan atau umpan balik. Begitu

pula dengan kredibilitas sumber, yang mana komunikator dapat

dipercaya sehingga komunikan lebih bersifat simpatik

menghadapinya.3

3 Effendi, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosda Karya,

2012), h. 38.

108

Menumbuhkan kepercayaan anak yang dilakukan Ustadz

Jubaedi dalam teori kompetensi komunikasi masuk ke dalam

komponen motivation. Dikarenakan Ustadz Jubaedi sebagai

Pembimbing Agama memiliki hasrat untuk berkomunikasi

dengan menunjukkan bahwa ia merupakan seorang pembimbing

yang berkompeten dalam membimbing para ABH . Ustadz

Jubaedi juga ingin meninggalkan kesan yang baik kepada ABH

Selanjutnya cara yang digunakan untuk membangun

komunikasi interpersonal Ustadz Jubaedi dengan ABH yaitu

dengan memberikan bimbingan dengan rasa humor. Awal mula

menjadi Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta

Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan sangat serius, tidak

menyelipkan candaan dalam bimbingannya. Ustadz Jubaedi lalu

mengintropeksi diri dan menyadari bahwa penyampaian yang ia

lakukan pada saat itu kurang tepat. Untuk itu Ustadz Jubaedi

mengubah cara penyampaian dakwahnya agar berjalan sesuai

dengan tujuan kehendak yang ingin dicapai oleh beliau.

Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan bentuk

komunikasi yang lain, dianggap paling efektif untuk mengubah

perilaku, sikap maupun opini komunikan. Dikarenakan

komunikasi ini berlangsung secara tatap muka dan umpan

baliknya terjadi secara langsung karena tanggapan dari

komunikan terhadap pesan yang disampaikan bisa terlihat dari

ekspresi wajah serta gaya bicaranya. Apabila umpan balik yang

diberikan positif maka gaya komunikasinya harus dipertahankan,

namun apabila umpan baliknya negatif, maka gaya

komunikasinya harus diubah sampai berhasil.

109

Dengan mengubah gaya komunikasinya kemudian Ustadz

Jubaedi mendapat respon positif dari ABH. ABH kemudian

menjadi akrab dan terbuka dengannya. Untuk menghadapi ABH

memang diperlukan cara-cara tertentu, salah satunya

menyelipkan candaan agar remaja tersebut merasa lebih dekat

dan mau mendengarkan apa yang akan kita bicarakan. Jika

Ustadz Jubaedi dahulu tidak mengubah gaya komunikasinya

maka dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan

antara ustadz dan ABH, karena jika terjadinya kesenjangan

nantinya akan berpengaruh juga bagi kegiatan bimbingan agama

tersebut.

Menurut Dasrun Hidayat, salah satu karakteristik

komunikasi interpersonal yaitu bersifat positif dimana hendaknya

komunikator dan komunikan saling menunjukkan sikap positif

karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul

suasana menyenangkan sehingga pemutusan hubungan

komunikasi tidak dapat terjadi.4

Memberikan bimbingan dengan rasa humor jika dianalisis

dengan menggunakan teori kompetensi komunikasi, maka masuk

ke dalam komponen skill. Ustadz Jubaedi mengolah perilaku

dalam penyampaian materi yang diperlukan dalam berkomunikasi

secara tepat dan efektif kepada ABH. Dalam hal ini

expressiveness tepat digunakan dalam komponen skill

dikarenakan Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan

4

Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:

Graha Ilmu, 2012), h. 48.

110

dengan menunjukkan vocal yang ekspresif diselingi dengan

candaan

Menggunakan bahasa yang mudah dipahami selanjutnya

merupakan cara yang digunakan Ustadz Jubaedi dalam

membangun komunikasi interpersonal dengan ABH. Bahasa

merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa

yang digunakan seseorang saat berkomunikasi biasanya

mengisyaratkan makna atau arti tertentu yang terkadang hanya

dimengerti oleh komunitas tempat individu berada. Dalam

memberikan bimbingan, Ustadz Jubaedi kerapkali berkomunikasi

menggunakan bahasa dari daerahnya yaitu Bahasa Sunda.

Namun, saat itu juga ia langsung menerjemahkan dan mencari

kata yang umum agar ABH dapat memahami apa yang ia

sampaikan.

Ustadz Jubaedi juga sebisa mungkin menghindari

menggunakan kata-kata yang sulit dicerna oleh para ABH.

Seperti penggunaan kata dari istilah-istilah asing, karena para

ABH rata-rata merupakan anak remaja yang masih duduk di

bangku SMP atau SMA yang masih belum memahami kata istilah

asing. Untuk itu, Ustadz Jubaedi menggunakan bahasa atau istilah

yang mudah dipahami oleh para ABH, agar pesan yang

disampaikan efektif dan dapat langsung dipahami oleh ABH.

Supratiknya memberikan isyarat bahwa komunikasi dapat

dikatakan efektif apabila komunikan memaknai pesan yang

111

diterima sebagaimana pesan tersebut dimaksudkan oleh

komunikator.5

Penggunaan bahasa yang mudah dipahami masuk ke dalam

komponen knowledge. Dikarenakan Ustadz Jubaedi disini

mengetahui apa yang harus diucapkan dan siapa yang akan diajak

untuk berkomunikasi sehingga ia menggunakan bahasa yang

mudah dipahami agar pesannya dapat tersampaikan kepada ABH

Selanjutnya cara membangun komunikasi interpersonal

Pembimbing Agama dengan ABH yaitu memberikan bimbingan

dengan perlakuan tegas. Ketegasan diperlukan untuk

membimbing ABH, karena rata-rata ABH merupakan anak yang

memiliki sikap susah untuk diatur dan keras kepala. Untuk itu,

sesekali diberlakukan sikap tegas kepada ABH agar mereka patuh

terhadap perintah pembimbing.

Diberlakukannya sikap tegas dalam bimbingan masuk ke

dalam komponen skills dengan pendekatan interaction

management. Dikarenakan Ustadz Jubaedi disini berusaha untuk

mengelola interaksi yang ia gunakan dalam berkomunikasi, watak

ABH yang terkadang susah diatur menyebabkan Ustadz Jubaedi

harus menerapkan sikap tegas tersebut.

Tidak jarang juga Ustadz Jubaedi memberikan hukuman

kepada ABH yang melanggar aturan. Salah satu contoh pada saat

bimbingan agama pagi hari terdapat salah satu ABH

menggunakan jaket saat di kelas. Penggunaan jaket pada saat

bimbingan tidak diperkenankan kecuali dalam keadaan

5

Supratiknya, Tinjauan Psikologis: Komunikasi Antarpribadi

(Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 34.

112

mendesak. ABH tersebut tidak sedang dalam keadaan sakit atau

mendesak, sehingga Ustadz Jubaedi pada saat sebelum memulai

bimbingan, memanggil anak tersebut kedepan lalu memberikan

hukuman dengan cara menjewer telinga ABH tersebut.

B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan

Hukum BRSAMPK Handayani Jakarta

Rata-rata usia ABH merupakan anak yang berumur 8

sampai 18 tahun. ABH terbagi menjadi tiga yaitu ABH tersangka,

saksi dan korban. Namun dalam penelitian ini lebih mengarah

kepada ABH tersangka, dikarenakan penulis lebih berfokus pada

kesadaran beragama remaja pelaku tindak kriminal. Berbicara

mengenai kesadaran beragama, tiap individu mempunyai

kesadaran beragama yang berbeda-beda. Ada yang kesadaran

beragamanya tinggi dan ada pula yang mempunyai kesadaran

beragama rendah.

Remaja yang memiliki kesadaran beragama tinggi,

menunjukkan bahwa remaja tersebut mengikuti norma-norma

agama dengan patuh, mempunyai keyakinan yang kuat, serta

menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya. Lain halnya

dengan remaja yang mempunyai kesadaran beragama rendah,

mengakibatkan dirinya tidak dapat mengontrol diri dari perilaku

yang dapat membawanya ke arah negatif dan menyebabkan

dirinya harus berhadapan dengan hukum. Menurut Zakiyah

Daradjat, agama yang ditanamkan sejak kecil kepada remaja

merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, yang

113

bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala

keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul.6

Salah satu tempat rehabilitasi ABH di Jakarta yaitu

BRSAMPK Handayani. BRSAMPK Handayani Jakarta memiliki

kegiatan terapi mental spiritual. Walaupun bergerak dibidang

sosial, namun balai ini mempunyai suatu kegiatan yang dapat

memberikan pemahaman pengetahuan dasar keagamaan dan

kedisiplinan yang ditunjukkan untuk memperkuat sikap dan nilai

spiritual yang dianut ABH melalui bimbingan agama.

Berdasarkan hasil temuan pada bab sebelumnya yang

didapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap

Pembimbing Agama Ustadz Jubaedi dan sembilan ABH yaitu PP,

RS, N, A, MF, MZA, AZ, AS, MZ. Setelah mengikuti bimbingan

agama, ABH menunjukkan beberapa peningkatan kesadaran

beragama. Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK

setelah mengikuti bimbingan agama meliputi takut berbuat dosa,

disiplin melaksanakan ibadah, mendapat ketenangan jiwa,

meningkatnya pengetahuan keagamaan, serta berperilaku sesuai

ajaran Islam.

Hasil temuan bentuk kesadaran beragama pada ABH di

BRSAMPK Handayani Jakarta tersebut kemudian akan penulis

analisis menggunakan dimensi kesadaran beragama yang ditulis

oleh Glock dan Stark dalam Ancok Suroso menyangkut lima

dimensi kesadaran beragama yaitu dimensi keyakinan (ideologis),

dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi

6 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),

h. 99.

114

penghayatan (eksperiensial), dimensi pengetahuan, dan dimensi

pengamalan (konsekuensial).7

Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK

Handayani yang pertama yaitu takut berbuat dosa. Dari hasil

temuan sebelumnya telah ditemukan bahwa ABH PP, ABH N

dan ABH MF sebelum mengikuti bimbingan agama, mereka

merasa bebas untuk melakukan perbuatan apa saja, tidak

mengikuti perintah agama dan mendekati maksiat tanpa takut

merasa berdosa. Namun, setelah mengikuti bimbingan agama

bersama Ustadz Jubaedi, mereka mulai merasakan penyesalan

atas apa yang telah mereka lakukan sebelumnya dan berkeinginan

untuk bertaubat serta tidak ingin melakukan dosa kembali.

Bentuk kesadaran beragama takut berbuat dosa sejalan

dengan dimensi keyakinan/ideologis. Dimensi keyakinan

(ideologis) berbicara mengenai tingkat keyakinan seorang muslim

terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap

ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Dimensi

ini menyangkut keyakinan tentang Allah, Malaikat, Nabi/Rasul,

kitab-kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain.

Menurut pandangan penulis, ABH mulai merasakan takut

untuk berbuat dosa karena setelah mengikuti bimbingan agama

dalam kurun waktu tertentu mereka mulai tersadar akan ajaran-

ajaran yang telah diberikan Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing

Agama. Mereka mulai menyadari bahwa apa yang mereka

lakukan tidak sesuai dengan ajaran agama. Mereka mulai percaya

7 Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam akan

Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h. 77

115

bahwa apa yang mereka lakukan akan mendapat konsekuensinya

yaitu surga atau neraka, sehingga mereka takut untuk berbuat

dosa kembali.

Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK

Handayani selanjutnya yaitu disiplin dalam melaksanakan ibadah.

Bentuk kesadaran beragama disiplin dalam melaksanakan ibadah

ditemukan pada ABH RS, N, A, MF, MZA, dan AZ. Dari temuan

penelitian pada bab sebelumnya, ABH mulai merasakan

perubahan dari segi ibadah. Sebelum masuk BRSAMPK

Handayani rata-rata ABH tidak melaksanakan shalat wajib

maupun sunnah. Mereka saat sedang di rumah juga sangat jarang

membaca al-Qur’an namun setelah mengikuti bimbingan agama

mulai terlihat sedikit demi sedikit peningkatan kesadaran dalam

melaksanakan ibadah, salah satunya yaitu melakukan shalat

sunnah tahiyatul masjid.

Bentuk kesadaran beragama disiplin dalam melaksanakan

ibadah ini sejalan dengan dimensi peribadatan/praktek agama

(ritualistik). Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat

kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan ritual

sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya.

Dalam Islam, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan

shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa dan lain-lain.

Penulis berpendapat bahwa kesadaran dalam melaksanakan

ibadah baik yang sunnah maupun yang wajib memang sangat

diperlukan. Karena sesungguhnya shalat dapat mencegah

seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan munkar.

Harapannya setelah ABH tersadar dan selalu disiplin dalam

116

melaksanakan shalat maupun membaca al-Qur’an, ABH dapat

terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak

melakukan perbuatan yang dapat membuat mereka masuk

BRSAMPK Handayani lagi.

Mendapat ketenangan jiwa selanjutnya menjadi bentuk

kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.

ABH yang merasakan ketenangan jiwa setelah mengikuti

bimbingan agama yaitu ABH PP, RS, N, MZA, AZ, dan AS.

Sebelum mengikuti bimbingan agama, ABH melakukan

perbuatan yang dilarang oleh hukum maupun agama sehingga

dalam dirinya selalu tidak merasa aman dan merasa gelisah.

Namun, setelah masuk BRSAMPK Handayani Jakarta dan

mengikuti bimbingan agama, mereka mulai belajar memaknai

ajaran Islam sehingga didapatkan ketenangan jiwa di dalam

dirinya.

Ketenangan jiwa yang didapat oleh ABH ini sejalan

dengan dimensi penghayatan (eksperiensial). Dimensi

penghayatan merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim

dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan

pengalaman religius. Dalam Islam dimensi ini terwujud dalam

perasaan dekat atau akrab dengan Allah dan lain-lain.

Penulis mempunyai pandangan bahwa ketenangan jiwa

yang didapat oleh ABH salah satunya disebabkan karena saat

bimbingan agama, Ustadz Jubaedi selalu mengajak ABH untuk

berdoa bersama-sama. Berdoa merupakan salah satu cara untuk

mendekatkan diri kepada Allah, sehingga dengan kita dekat

117

kepada Allah pada akhirnya kita akan mendapat ketenangan

maupun kebahagiaan.

Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK

Handayani Jakarta selanjutnya yaitu meningkatnya pengetahuan

keagamaan. ABH A dan MF yang merasakan efek perubahan

meningkatnya pengetahuan keagamaan di dalam dirinya setelah

mengikuti kegiatan bimbingan agama. Dari hasil temuan

penelitian, ABH rata-rata kurang memahami ajaran-ajaran yang

terkandung dalam nilai-nilai Islam. Mereka hanya sekedar

menjalankan tanpa memahami makna yang terkandung di

dalamnya. Seperti pada saat mengambil wudhu untuk

melaksanakan sholat rata-rata mereka langsung pergi tanpa

berdoa terlebih dahulu, namun setelah rutin mengikuti bimbingan

agama mereka mulai membiasakan diri setelah berwudhu berdoa

terlebih dahulu.

Dimensi Pengetahuan sejalan dengan bentuk kesadaran

beragama meningkatnya pengetahuan keagamaan ABH. Dimensi

ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengetahuan dan

pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajarannya, terutama

mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya. Dalam Islam

dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur’an,

pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun

Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam dan sebagainya.

Penulis menganggap bahwa pengetahuan tentang keagamaan

sangat perlu untuk dipelajari, sehingga kita dapat memahami

ajaran-ajaran Islam yang telah terkandung baik di al-Qur’an

maupun hadis.

118

Selanjutnya hasil temuan bentuk kesadaran beragama

ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta yang terakhir yaitu

berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Dari hasil temuan

penelitian, kebanyakan anak-anak tidak berperilaku sesuai

dengan ajaran Islam sebelum mengikuti bimbingan agama.

Banyak dari mereka yang masih belum bisa meninggalkan

kebiasaan lamanya seperti berkata-kata kasar terhadap satu sama

lainnya. Namun kebiasan tersebut lambat laun mulai berubah,

seiring berjalannya waktu dan terus selalu mengikuti bimbingan

agama, ABH mulai membiasakan diri untuk selalu menjaga

ucapannya dan berkata dengan sopan.

Berperilaku sesuai ajaran Islam sejalan dengan dimensi

pengamalan (konsekuensial). Dimensi ini merujuk pada seberapa

jauh tingkat pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi

oleh ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia

berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam, dimensi

ini meliputi suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan

dan lain-lain. Menurut penulis, meningkatnya pengetahuan

kegamaan ABH dikarenakan ABH merasa termotivasi oleh

ajaran-ajaran agama yang diberikan Ustadz Jubaedi. Apa yang

disampaikan oleh Ustadz Jubaedi benar-benar diingat oleh ABH

sehingga ABH mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh

Ustadz Jubaedi.

Berikut ini merupakan hasil rangkuman tabel temuan dan

analisis dari bentuk kesadaran beragama di BRSAMPK

Handayani Jakarta serta perubahan kesadaran beragama ABH

setelah mengikuti bimbingan agama.

119

Tabel 5. 1 Bentuk dan Perubahan Kesadaran Beragama ABH

di BRSAMPK Handayani Jakarta

No

Bentuk

Kesadaran

Beragama ABH

Dimensi

Kesadaran

Beragama

Perubahan

Kesadaran

Beragama ABH

1. Takut berbuat

dosa

Keyakinan

(ideologis)

Meningkat,

ditandai dengan

sebelumnya ABH

merasa bebas

melakukan

perbuatan apa saja

tanpa takut merasa

dosa. Setelah

mengikuti

bimbingan agama,

keyakinan ABH

bertambah ditandai

dengan perasaan

menyesal atas

perbuatannya dan

tidak ingin

melakukan dosa

kembali karena

takut akan ganjaran

diakhirat kelak.

Perubahan ini

terjadi pada ABH

120

PP, N, dan MF.

2. Disiplin

melaksanakan

ibadah

Peribadatan/

Praktek Agama

(ritualistik)

Meningkat,

ditandai dengan

jarang mengerjakan

ibadah menjadi

sering melakukan

ibadah baik yang

sunnah maupun

yang wajib setelah

mengikuti

bimbingan agama.

Perubahan ini

terjadi pada ABH

RS, N, A, MF,

MZA, dan AZ.

3. Mendapat

ketenangan jiwa

Penghayatan

(eksperensial)

Meningkat,

ditandai dengan

merasa gelisah

sebelum mengikuti

bimbingan agama.

Setelah mengikuti

bimbingan agama

mengalami

peningkatan dalam

121

pengahayatan atau

memaknai ajaran

Islam dengan baik

sehingga

mendapatkan

ketenangan jiwa.

Perubahan ini

terjadi pada ABH

PP, RS, N, MZA,

AZ, dan AS.

4. Meningkatnya

Pengetahuan

Keagamaan

Pengetahuan Meningkat,

sebelum mengikuti

bimbingan agama,

ABH kurang

memahami ajaran-

ajaran yang

terkandung dalam

nilai-nilai Islam.

Setelah mengikuti

bimbingan agama

dapat memahami

dan meningkatnya

pengetahuan agama

Islam. Perubahan

ini terjadi pada

ABH A, dan MF.

122

5. Berperilaku

sesuai ajaran

Islam

Pengamalan

(konsekuensial)

Meningkat,

sebelum mengikuti

agama ABH sering

berkata kasar.

Namun setelah

mengikuti

bimbingan agama

mulai membiasakan

diri untuk

mengontrol

ucapannya.

Perubahan ini

terjadi pada ABH

PP dan MZ.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

tingkat kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani

Jakarta tidak dapat diukur, namun jika ABH tersebut

menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelum

dan sesudah mengikuti bimbingan agama maka dapat dikatakan

kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta

meningkat.

123

C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan

Hukum

Terkait dengan kesadaran beragama ABH, kesadaran

beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta dapat

meningkat dikarenakan semua itu tidak terlepas dari adanya peran

penting seorang Pembimbing Agama dalam hal ini Ustadz

Jubaedi yang mengajarkan materi-materi mengenai keagamaan

yang mampu diserap oleh para ABH. Tak dapat dipungkiri

bahwasannya komunikasi interpersonal Pembimbing Agama

disini juga sangat berperan penting untuk meningkatkan

kesadaran beragama ABH dikarenakan komunikasi merupakan

hal yang sangat penting.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang

efektif untuk memberikan bimbingan kepada para ABH, karena

pada hakikatnya komunikasi interpersonal merupakan

komunikasi yang paling efektif untuk merubah sikap dan tingkah

laku komunikan karena bentuknya dialog dan langsung

mendapatkan umpan balik.8

Seperti yang diketahui bahwa

komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan

secara tatap muka antara komunikator dan komunikan baik

komunikasi satu arah maupun komunikasi dua arah. Mengenai

komunikasi interpersonal yang dibahas penulis disini merupakan

komunikasi dua arah, karena komunikator dalam menyampaikan

8 Hardjana, Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2007), h. 84.

124

informasi tetap memberikan kesempatan kepada komunikan

untuk memberikan tanggapannya.

Ustadz Jubaedi dalam melakukan komunikasi interpersonal

untuk meningkatkan kesadaran beragama ABH senada dengan

teori Laswell dalam buku Cangara, tentang lima komponen dalam

komunikasi yang menjadi persayaratan terjadinya komunikasi

yaitu komuikator (source), pesan (message), saluran atau media

(channel), komunikan (receiver), dan pengaruh (effect).9

Komunikatornya yaitu Pembimbing Agama dalam hal ini Ustadz

Jubaedi sendiri, komunikan para ABH, pesannya yaitu bagaimana

materi-materi yang disampaikan dapat dipahami dan

diaplikasikan, medianya yaitu lewat kitab, serta pengaruhnya

dapat mampu memberikan efek meningkatkan kesadaran

beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan

pada bab 4 mengenai komunikasi interpersonal Pembimbing

Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH di

BRSAMPK Handayani Jakarta, Ustadz Jubaedi melakukan

beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran beragama yang

dimiliki ABH. Cara tersebut yaitu dengan pemberian motivasi,

komunikasi persuasif dan dialog tanya jawab, kemudian dari hasil

tersebut akan penulis analisis dengan menggunakan teori

kompetensi komunikasi yang mempunyai tiga model komponen.

Pada teori kompetensi komunikasi yang ditemukan oleh

Brian H. Spitzberg dan William R. Cupach bahwa kompetensi

9 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT Raja

Grafindo Persada, 2018), h. 29.

125

komunikasi merupakan suatu kemampuan untuk memilih

perilaku komunikasi yang cocok dan efektif bagi situasi tertentu.

Sedangkan, kompetensi komunikasi interpersonal memungkinkan

dan membolehkan seseorang mencapai tujuan-tujuan

komunikasinya tanpa menyebabkan orang lain kehilangan

“muka”.10

Model komponen pertama yang digunakan dalam teori

kompetensi komunikasi adalah pengetahuan (knowledge), yaitu

pemilihan perilaku yang digunakan untuk situasi tertentu.

Pembimbing Agama dalam hal ini Ustadz Jubaedi dalam

komponen pengetahuan menerapkan metode dialog tanya jawab

bersama para ABH untuk meningkatkan kesadaran beragama

ABH. Dari hasil temuan pada bab sebelumnya telah dipaparkan

bahwa Ustadz Jubaedi untuk membangkitkan kesadaran ABH

harus memancing permasalahan yang dialami agar mereka aktif

terbuka dan bertanya.

Tujuan dari komunikasi, yaitu supaya pesan yang

disampaikan komunikator dapat tersalurkan kepada komunikan.

Menurut penulis dengan diadakannya dialog tanya jawab dapat

terjadinya pengenalan khalayak yang berhadapan langsung

dengan komunikan (face to face). Dari pendekatan tersebut

ustadz dapat mengetahui cara berfikir ABH dan keadaan

pemahaman mengenai keagamaan yang telah diajarkan. Tujuan

paling mendasar dari kegiatan komunikasi ini timbulnya

pemahaman keagamaan. Sehingga pada akhirnya, akan tercapai

10

Yusuf, Komunikasi Instruksional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010),

h. 97.

126

munculnya pemahaman suatu pengetahuan keagamaan yang

timbul dari efek umpan balik dari komunikan.

Model komponen kedua yang digunakan dalam teori

kompetensi komunikasi adalah keahlian (skill). Keahlian

maksudnya adalah kemampuan mengaplikasikan perilaku tadi

pada situasi yang sama. Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing

Agama menggunakan komunikasi persuasif kepada ABH sebagai

upaya untuk meningkatkan kesadaran beragama ABH.

Berdasarkan hasil temuan pada bab sebelumnya, komunikasi

persuasif dilakukan Ustadz Jubaedi saat sedang memberikan

bimbingan. ABH dibujuk untuk selalu membaca al-Qur’an dari

pada mengobrol setelah kegiatan bimbingan selesai. Dengan

dilakukannya metode ini bertujuan, agar ABH dapat merubah

pikiran dan meningkatkan kesadaran beragamanya.

Dengan menggunakan komunikasi persuasif ini, ABH

terpengaruh berusaha untuk merubah keyakinan pikiran maupun

sikap. Dalam metode ini, ustadz harus memiliki kemampuan

untuk menghadapi ABH, karena dalam komunikasi persuasif

tidak hanya membujuk atau merayu saja, tetapi merupakan teknik

memengaruhi sesuai dengan fakta dan data psikologis ABH

(komunikan).

Menurut penulis pendekatan dengan komunikasi persuasif

sangat cocok diterapkan kepada ABH untuk meningkatkan

kesadaran beragamanya. Tujuannya agar bimbingan yang

diberikan Ustadz Jubaedi dapat diterima oleh ABH yang rata-rata

memiliki watak mudah tersinggung, keras kepala dan suka

memberontak. Tentunya komunikasi persuasif yang dilakukan

127

harus penuh kasih sayang dan secara halus, dengan begitu

diharapkan bisa memengaruhi ABH untuk terus aktif mengikuti

kegiatan bimbingan agama.

Selanjutnya model komponen ketiga yang digunakan dalam

teori kompetensi komunikasi adalah motivasi (motivation).

Motivasi maksudnya memiliki hasrat untuk berkomunikasi

dengan membawa sifat-sifat seseorang yang ahli pada bidangnya.

Ustadz Jubaedi merupakan Pembimbing Agama yang berlatar

belakang pendidikan dari pesantren. Untuk itu sebagai

pembimbing, bertugas untuk menangani, mengawasi, membantu

dan memotivasi ABH. Pembimbing memberi motivasi dan

menjawab semua permasalahan yang ABH rasakan di dalam

hidupnya. Pemberian bimbingan agama Islam ini diarahkan untuk

menanamkan dan juga meningkatkan pemahaman pada

pengetahuan ABH mengenai agama Islam.

Menurut penulis pemberian motivasi kepada ABH sangat

diperlukan untuk meningkatkan kesadaran beragamanya. Dengan

begitu ABH terdorong untuk berperilaku baik atau berakhlak

mulia sesuai yang diajarkan oleh Islam. Sehingga ABH bisa

termotivasi untuk merubah dirinya menjadi lebih baik lagi.

Di bawah ini merupakan tabel yang menjelaskan bagaimana

bentuk komunikasi interpersonal pembimbing agama dalam

meningkatkan kesadaran beragama ABH yang disandingkan

dengan teori kompetensi komunikasi yang memiliki tiga

komponen. Tabel ini dibuat untuk mempermudah dalam melihat

hubungan antara temuan penelitian dengan teori.

128

Tabel 5. 2 Bentuk Komunikasi Interpersonal Pembimbing

Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama ABH di

BRSMAPK Handayani Jakarta

No

Bentuk komunikasi

interpersonal Pembimbing

Agama dalam

meningkatkan kesadaran

beragama ABH

Teori Kompetensi Komunikasi

Komponen

Pengetahuan

Komponen

Keahlian

Komponen

Motivasi

1. Pemberian Motivasi √

2. Komunikasi Persuasif √

3. Dialog Tanya Jawab √

128

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Komunikasi interpersonal Pembimbing Agama di Balai

Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan

Khusus Handayani Jakarta yaitu:

a. Memahami karakter anak

b. Menumbuhkan kepercayaan anak

c. Memberikan bimbingan dengan rasa humor

d. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

e. Menerapkan sikap tegas dalam bimbingan

2. Bentuk kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum (ABH)

di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus Handayani Jakarta yaitu:

a. Takut berbuat dosa

b. Disiplin melaksanakan ibadah

c. Mendapat ketenangan jiwa

d. Meningkatnya pengetahuan keagamaan

e. Berperilaku sesuai ajaran Islam

3. Komunikasi interpersonal Pembimbing Agama dalam

meningkatkan kesadaran beragama Anak Berhadapan

Hukum diantaranya:

a. Pemberian Motivasi

b. Komunikasi persuasif

c. Dialog tanya jawab

129

B. Saran

1. Saran Akademis

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini diharapkan

mampu memberikan kontribusi yang positif dalam

perkembangan studi komunikasi interpersonal khususnya

tentang pentingnya komunikasi interpersonal Pembimbing

Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH.

2. Saran Praktis

Sebagai lembaga pemerintahan yang bernaung di bawah

Kementerian Sosial yang memberikan pelayanan rehabilitasi

terhadap Anak Berhadapan Hukum (ABH), Balai Rehabilitasi

Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

(BRSAMPK) Handayani Jakarta sudah cukup baik dengan

memberikan ABH pelayanan bimbingan agama. Namun secara

khusus perlu adanya peningkatan atau pengembangan yang

lebih baik lagi terhadap metode yang digunakan Pembimbing

Agama dalam memberikan bimbingannya kepada ABH agar

anak lebih dapat mematuhi apa yang dikatakan oleh

pembimbing.

130

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Adz-Dazky, Hamdani. (2002). Konseling dan Psikoterapi Islam.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Agus, Bustanuddin. (2010). Agama dan Fenomena Sosial: Buku

Ajar Sosiologi Agama. Jakarta: UI Press.

Budyatna, Muhammad dan Laila Mona Ganiem. (2011). Teori

Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied. (2018). Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi

Ketiga. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Daradjat, Zakiyah. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan

Bintang.

Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso. (2005). Psikologi

Islam: Solusi Islam akan Problem Psikologi. Cet. I.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djamil, M. Nasir. (2013). Anak Bukan Untuk Dihukum: Catatan

Pembahasan Undang-undang Sistem Peradilan Pidana

Anak. Jakarta: Sinar Grafika.

Effendy, Onong Uchjana. (2007). Ilmu Komunikasi Teori Dan

Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Faqih, Ainur Rahim. (2001). Bimbingan dan Konseling dalam

Islam. Yogyakarta: UII Press.

Hanani. (2017). Komunikasi Antarpribadi Teori&praktik

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hardjana, Andre. (2007). Audit Komunikasi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

131

Hendropuspito.(1983). Sosiologi Agama.Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan

Medianya. Yoyakarta: Graha Ilmu.

Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian

Sosial Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

Jalaluddin dan Ramayulis. (1993). Pengantar Ilmu Jiwa Agama.

Cet. II. Jakarta: Radar Jaya Offset.

Jumroni. (2006). Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press.

Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.

Mulyadi, Lilik. (2004). Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak

Indonesia. Bandung: P.T. Alumni.

Nasution, (2000). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.

Bandung: Tarsito.

Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Cet.27.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Roudhonah. (2007). Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta

Press.

Santono. (1998). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka

Setia.

Sarwono, Sarlito W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali

Press.

Sendjaja, S. Djuarsa. (1994) Teori Komunikasi. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Supratiknya. (1995). Tinjauan Psikologis: Komunikasi

Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

132

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:

Grasindo.

Yusuf, Pawit M. (2010). Komunikasi Instruksional. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Sumber Skripsi dan Tesis:

Erni Suyani. (2010). Hubungan Komunikasi Interpersonal dan

Keaktifan Ibadah dengan Kesembuhan Pecandu

Narkoba di Panti Rehabilitas Narkoba Al-Kamal

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Tesis.

Muh. Riskar. (2017). Peran Pekerja Sosial Perlindungan Anak

Terhadap Anak Berhadapan Hukum di Kabupaten

Gowa. UIN Alaudin Makasar. Makasar.

Wildan Zulqarnaen. (2016). Komunikasi Antarpibadi Ustadz dan

Santri dalam Pembentukan Karakter Santri (Studi Pada

Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok). UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Sumber Jurnal:

Evi Aviyah dan Muhammad Farid. (2014). Religiusitas, Kontrol

Diri dan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia,

Vol. 3, No 2.

Mukti Sitompul. (2015). Pengaruh Efektifitas Komunikasi

Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap

Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan

Aljamyatul Washliyah Medan. Jurnal Simbolika, Vol. 1,

No2.

Sumber Internet:

https//metro.sindonews.com/disdik-pastikan-keluarkan-pelajar-

pelaku-kejahatan-dan-mencabut-KJP/ diakses pada

tanggal 23 Februari 2019 pukul 20.30 WIB.

LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

Nama : Jubaedi Hambali (Pembimbing Agama)

Usia : 32 tahun

Alamat : Jln. PPA Bambu Apus RT 06/RW 01 NO. 28

Komplek Departemen Sosial.

1. Sudah berapa lama menjadi Pembimbing Agama?

Sekitar 12 tahunan.

2. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan ABH agar

mereka bersedia menceritakan semua masalah dan

kesalahannya?

Sebenernya mah gini, kenali anak dulu, sifat anak dan kasus

anak, tiga modal itu. Jadi kita memberikan bimbingan gak

asal duduk ceramah, jangan sampai salah kaprah. Apa yang

dibutuhkan itu yang diceramahkan. Bahwa agama ada yang

umum ada yang khusus, umum itu seperti sholat, itumah

wajib semuanya, tetapi ada yang khusus, khusus disini

seperti kenapa dia bisa terjadi atau katakanlah terjerumus

pada ranah itu atau kasus itu. Saya cuma hanya kasusnya apa

terus kan rata-rata mohon maaf, semua orang yang

berkecimplung didosa pasti itu agamanya tidak ada, ada

cuma ada diteori tidak ada diperilaku. Contoh ada ustadz

yang gak bener, dia mohon maaf tidak salah ilmunya

sebenernya yang salah dia tidak mengerjakan. Jadi

mangkannya kalau kata Syekh Abdul Qodir mah saya lebih

menghormati yang beradab dari pada yang berilmu. Banyak

setanpun ilmunya tinggi loh, mangkannya dapet gelar

laknatullah. Artinya dipahami dulu karakter anak disini dan

apa yang kebutuhan utamanya, terutama gini kan anak itu

pengen berubah, pengen bener ya gitu, maka saya bilang

waktu kapan ya jangan hanya sampai di otak ceramahnya, oh

ke mahasiswa praktikum yang banyak itu kali ya. Jadi kalo

ceramah jangan sampai di otak harus sampe ke hati, diotak

mah lewat. Pernah ada mahasiswa yang mau ngajar saya

suruh cari materi yang nyampe di hati jangan cuma di otak,

kamu bakal pundung nanti soalnya anak pada rame pulang.

Mangkannya saya bilangin cari materi yang gampang diserap

anak, cari contoh yang menarik, cari selingan yang menarik.

3. Apakah perlu mengetahui kehidupan ABH yang akan

anda bimbing? Bagaimana cara anda mengetahui kondisi

anak tersebut?

Oh itu perlu, tetapi kita gak mesti meraba keseluruhan

kehidupannya. Sebenarnya bisa dilihat dari kasus yang

dialami, perilaku dan ucapan yang dia ucapkan dan yang dia

kerjakan setiap hari. Gak mesti ngeraba keseluruh

keluarganya gak usah. Jadi kita hanya melihat perilaku

ucapan, itu udah menggambarkan semuanya. Bahkan saya

bilang tadi, maksudnya bukan meramal ya, saya bisa

menebak lebih jauh dibandingkan kerumah orang tuanya,

sampai-sampai anak ada yang tidak mau ketemu saya, takut

diramal katanya. Anak Rumah Antara gak mau ke kandang

las, takut diramal. Saya bilang “kamu punya dosa ya dengan

keluargamu?” terus dia jawab “iya” “kamu punya masalah ya

dengan saudaramu?” terus dia jawab lagi “iya”, padalah

keluarganya gak tau cuma saya bisa menebak dari ucapan, ya

ngomong dari perilaku ngomong, perilaku dia

menyampaikan apa yang kita tanya, bisa ditebak kok asal

kitanya aja jeli.

4. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan ABH yang

tidak bisa meninggalkan kebiasaan buruk seperti pada

saat sebelum masuk BRSAMPK ini?

Sebenarnya mah gini, yakinkan anak percaya dulu kepada

kita, anak suruh mengenali kita dulu. Apa yang kita

omongkan apapun pasti didengar jika yang ngomongnya itu

dipercaya sama anak atau diyakini sama anak. Terkadang

kita suka lupa, apa yang kita sampaikan berbobot memang

penting, gak ada yang penting kan? Cuma orangnya tidak

dihormati, orangnya tidak diketahui, jadi modal utama mah

adalah siapa dulu yang ngajar. Maksudnya bukan mesti

terlatih, tidak. Dia yang ngajar kenali dulu bahwa saya ini

belajar, saya ini kuliah, saya ini pesantren, saya ini gelarnya

anu, paling gak saya ini sudah belajar ngaji. Kalau ada orang

ngajar tapi dia tidak punya latar belakang agama diketawain,

gitu. Memang itupun berlaku dalam agama “lima taquluna

mala taf’alun” apa yang kau bicarakan jangan sampai tidak

kau lakukan dan pertanyaan itu juga dianak bisa spontan

berebeda-beda, kalau yang ngajar agama tidak belajar bener-

bener, udah mentok atulah kalo ada pertanyaan PR paling

nanti. Utama yang saya iniin kenali dulu saya, 5 tahun

pesantren gak mesti lama yang penting apa yang saya punya

dasar belajar ilmu agama. Dalam artian anak ngenalin siapa

yang ngajar ngajinya dulu, udah dikenalain nanti anak “oh

iya”. Contoh misalkan ada dua ucapan, satu dari orang

berilmu yang satu gak, itu anak akan percaya sama yang

berilmu. Jadi intinya yakini itu dulu. Sebaik-baiknya

pengajar, kecil, tinggi, itu gak masalah, ketika orang melihat

ilmunya ada, itu dihormati. Rupa mah sepintas untuk menilai,

tetapi ketika ia sudah yakin berilmu nanti anak akan nurut

sendiri. Mangkannya saya mah tinggal batuk anak udah lari

ke masjid, saya baru buka pintu anak sudah beres-beres.

Seperti itu intinya, siapa dulu. Dan memang berlaku lagi

kaya gitu, kalau bahasa santri mah “dilalatul hal khoiru min

dilalatil maqool”. “Dilalatul hal” menunjukan dengan

perilaku, “khoiru min dilalatil maqool” lebih baik dari pada

dengan ucapan. Jangan ngucap mulu, kitanya gak ngerjain,

gak dipercaya jadinya. Kalau setiap ada ustad atau pengajar

ngomong pinter tapi perilaku tidak sesuai yaudah.

5. Apakah ketika memberi bimbingan kepada ABH anda

memberi rasa humor?

Iya bahasanya selingan, jadi kemampuan manusia dalam

khusyu itu kan berbeda-bedaa. Jadi kan gini, ada yang butuh

ilmu agama ada yang kaya orang gak butuh. Jadi kita

menghadapi orang-orang yang merasa tidak butuh ilmu

agama kita gak bisa ngajar khusyu kaya aki-aki. Aki-aki suka

khusyu (diajarin) ngajinya karena dia sudah mau mati. Kalau

ngajar anak muda khusyu yang ada malah tidur, jadi bedanya

itu. Saya ngajar 2008-2009, dua tahun itu saya galak dalam

ceramah, teriak-teriak, terus saya evaluasi ke diri saya

pribadi, karena tidak ada yang negor saya kan bahasanya.

“ustad gausah galak-galak” gitu. Cuma apa yang saya

sampaikan ini emang tersampaikan, tapi maknanya diterima

gak? Ternyata sebagian besar bukan karena salah omongan

dan penyampaian mungkin karena ketakutan. Itu dua tahun

itu saya ngajar berbeda, sampe awal tahun 2010 kita rubah

sampe sekarang, sehingga mereka sewaktu-waktu bisa serius,

ada sewaktu-waktu bisa bercanda atau tertawa dan

sebagainya tetapi dengan porsi yang seimbang. Intiya

diselingi itu supaya anak tertarik. Sehingga ternyata

responnya berbeda. Jadi mangkannya kita tuh jangan tidak

mau terbuka dengan sesama ustad misalnya. Kalo saya

sendiri sih tidak pernah mengikuti orang cuma saya

memperhatikan cara ceramahnya “ini masuk gak ya” “ini

masuk gak ya” atau contoh apa yang menurut saya bisa

diterapkan. Karena orang bodoh akan paham dengan contoh,

jangan suka ceramah pakai istilah-istilah seperti “realisasi,

optimisasi” ceramah yang orang bisa mengerti. Karena ada

orang-orang ceramah yang pake bahasa-bahasa asing seperti

itu. Harusnya cari omongan atau contoh yang paling

gampang dimasuki atau diserap oleh orang bodoh itu pasti

berasa, kecuali ceramah sama orang pinter. Gak usah

dibilang ustadnya hebat, bahasanya asing tapi kebawahnya

gak ngerti, contohkan yang dapat diserap logika..

6. Apa tanggapan anda tentang diadakannya bimbingan

agama?

Pokoknya orang hidup semua yang mau berhadapan hukum

atau tidak butuh ilmu agama, itu berlaku untuk semua sektor.

Jadi jangan mengatakan perubahan perilaku salah satunya

bimbingan agama. Perubahan perilaku dasarnya baru bimsos,

PBB. Jangan bilang agama merupakan salah satu, salah satu

berarti hanya bagian kecil. Mereka yang masuk ke balai ini

bukan orang bodoh tapi SMP, SMA, SMK, orang pintar

semua. Bedanya apa? Gak ngaji doang, gak bisa baca Qur’an

doang. Tapi intinya kita sebagai pengajar, punya pemikiran

tanpa dasar agama semua akan gagal dibidang apapun. Orang

terpintar di dunia aja kan bunuh diri kok, jatuh di lantai

berapa gitu. Orang terkaya yang ada di German aja nabrak

kereta, butuh apa lagi dia kaya kok ngapain? karena gak ada

agamanya aja. Nah sekarang kalo ada orang yang

mengatakan kalau agama itu sebagian sebagian itu salah

karena semua ilmu itu ada di agama. Sok, ilmu apa yang gak

ada di agama? Astronot di agama, geografi di agama. Nah

terus tadi yang saya bilang, dasar kehidupan, norma agama

itu nomer berapa si? Pasti nomer pertama dibanding norma-

norma yang lain. Bahkan non muslimpun berkata bahwa

norma agama adalah norma yang mengikat beda dengan

norma yang lain. Karena norma agama adalah satu jika

diterapkan dia tidak butuh orang lain untuk menerapkan.

Kalau kita sebagai negarawan katakanlah atau sebagai orang,

kita gak apa maling, tapi syaratnya cuma satu asal jangan ada

saksi. Kata pengacara kalau kamu melakukan jangan ngaku

kalau tidak ada bukti, itu yang diajarkan di dunia kan? Sok

emang ada pengacara yang bilang udah ngaku aja? Jangan

pernah ngaku, itu pasti yang diajarkan di dunia. Tapi norma

agama dan agama yang mengajarkan ada orang atau gak

orang, ada saksi atau gak ada saksi tapi Allah maha melihat

dan mengetahui, jadi mereka segan. Jadi intinya gitu, mereka

tidak takut kepada Allah, sama emaknya aja gak takut

bahasanya gitu. Jadi kita kasih pemahaman, takutlah kepada

Allah kenapa? Allah Maha Sami’ Allah Maha Basyir, Maha

Melihat Maha Mendengar. Ucapan yang kita ucapkan tidak

ada satu kata pun yang tidak dicatat oleh malaikat yang ada

di kanan dan di kiri. Nanti lama-lama anak juga bakal mikir.

Terus kalau perilaku, mau ada orang atau gak ada orang kan

Allah Maha Melihat, jadi gak jadi ngelakuin dosanya.

Makanya seperti tadi yang saya bilang, anak masuk sini

bukan anak-anak yang bodoh-bodoh, ada yang dari SMP,

SMA, SMK pintar-pintar semua. Makannya pintar jadinya

seperti itu, kebablasan tanpa agama.

7. Bagaimana sikap religusitas ABH saat pertama kali

masuk BRSAMPK ini?

Kalau pertama kan anak biasanya trauma dulu ya ketemu

polisi, trauma abis itu menyesal, sebenernya itukan awal

yang bagus. Anak disini kan sebelum masuk asrama ditaro di

Rumah Antara dulu kan, nah disitu tuh biasanya masih

menunjukan perilaku tidak disiplin beribadah, ngomongnya

masih suka pakai kata-kata kasar. Setelah dari Rumah Antara

dan masuk asrama kita arahin mereka, kalau ada yang

kedengeran berbicara kasar saya langsung tegur. Kan kita

mah mohon maaf, kita tidak bisa membelokan hati manusia,

cuma bisa mengarahkan, mencoba, tapi nanti kembali lagi ke

anak. Jika Allah kasih hidayah ke dia jadi bener, jika Allah

tidak kasih hidayah ya gitu lagi sampai usianya habis. Dan

mohon maaf nih, sebagian besar anak yang masuk sini punya

latar belakang keluarga yang kurang baik, contohnya kurang

perhatian sama anak, kurangnya kasih sayang, sibuk sama

pekerjaannya. Karna keluarga yang kurang baik inilah bisa

menyebabkan anak melampiaskaan keadaan dirumah dengan

berperilaku tanpa aturan dilingkungan sekitarnya. Pendidikan

agama yang tidak tertanam dalam keluarga dengan baik

menjadi salah satu faktor juga anak jadi berbicara kasar,

tidak serius melakukan ibadah dan lain sebagainya.

8. Bagaimana perkembangan sikap religiusitas ABH setelah

mendapat bimbingan agama Islam?

Alhamdulillah kalau kita bujuk terus menerus, sabar, ikhlas

ngajarnya anak ya lama-lama akan luluh sendiri. Anak kita

bimbing pelan-pelan kita kasih pemahaman ilmu-ilmu agama

lama-lama dia akan berubah. Walaupun tidak sekaligus

langsung gitu ya perubahannya, tapi bisa kita liat sendiri nih

“oh ini anak awalnya abis solat jarang baca Qur’an, tapi lama

kelamaan dia baca sendiri di masjid”. Semakin lama anak

ikut kegiatan bimbingan agama disini semakin keliatan juga

perubahannya. Saya juga tiap ceramah suka bilangin kalau

setelah bimbingan jangan langsung pada nongkrong malem-

malem mending dibaca itu al-Qur’an, karena setan tuh

biasanya keluyurannya malem-malem dan bikin pikiran

kalian pengen kabur dari sini. Ternyata saran saya dipakai

sama sebagian anak, walaupun ada beberapa anak yang abis

bimbingan langsung balik ke asramanya masing-masing.

9. Apakah sebelum mengajar anda menyiapkan materi

terlebih dahulu?

Materi disiapkan wajib, sebagai kesungguhan saya dalam

mengajar. Ciri ustad yang benar-benar mau mengajar

disiapin materinya. Saya itu minimal saya bawa buku atau

bawa kitabnya. Kitab saya pake kalau fiqih, kalau tauhid ijaz,

fikihnya ada lima kitab, terus ada muamalahnya, terus ada

buat perempuannya juga. Intinya saya ngaji selalu bawa

kitabnya. Dan memang kalau saya bawa buku, lebih banyak

ilmu yang saya bawa, jika suatu waktu ada kasus yang sama

jadi bisa langsung dikaji.

10. Apakah selama ini bimbingan agama yang dilakukan

efektif dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH?

Diatas efektif malah, itu malah jadi kebutuhan utama. Kalau

bahasanya bukan efektif, karena efektif masih ada lawan kata

yaitu tidak efektif. Kalau ini mah melebihi efektif sekali

dalam masa di balai atau panti atau dimanapun untuk kasus

rehab, karena yang direhab itu bukan raganya tapi jiwanya.

Kalau raga mah gampang, banyak dokter. Kita merehab

bukan badannya tapi jiwanya, sedangkan bahasa jiwa tidak

bisa menggunakan bimbingan lain kecuali bimbingan rohani

atau mental untuk anak, yang muslim sama pembimbing

muslim, yang non muslim sama pembimbing non muslim.

Mangkannya disebutnya bimbingan rohani atau bimbingan

mental, karena anak kita yang sakit bukan secara fisik tapi

rohani atau mentalnya yang terguncang, sehingga mereka

bisa terjarat dalam berbagai kasus. Jadi kalau ada orang

mengajarkan tentang rehab tanpa agama, seperti orang

pengen tidur minum obat tidur. Jika ada orang mengatakan

mengubah perilaku dengan selain agama, seperti orang

pengen tidur pakai obat tidur, entar efek obat tidurnya habis,

kambuh lagi. Seperti yang saya bilang tadi jika orang

bertobat karena rasa takut, kan takut ada akhir, ketika

takutnya kelar maka kambuh lagi.

11. Menurut anda, bimbingan agama dalam bentuk apa yang

efektif dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH??

Ketika bimbingan agama intinya gini, saya selalu

menerapkan gini, flashback kebelakang atau lihat kebelakang

kenapa kita bisa masuk sini? Padahal dosa mencuri,

pelecehan dan sebagainya, kita ajak bicara dia seperti itu.

Kan supaya dia motivasinya mau bangkitlah, mau bangkit

tapi posisinya benar gitu, berubah. Dia akan melihat “Oh iya

kemarin saya kebanyakan nongkrong, ngaji gak pernah,

sholat gak pernah, gak nurut orang tua” nah dirubahlah jika

tidak mau terulang sama seperti ini, yang kemarin dilawan,

yang kemarin tidak benar dibenarin, ambil semua penyesalan

tapi menyesali penyesalan. Jadi kita kasih motivasi keanak

untuk berubah, jika anak sudah benar-benar ingin berubah.

Kalau yang paling efektif salah satunya yaitu tanya jawab,

jadi kalau ceramah itu hanya memancing sebetulnya. Karena

tujuan kita sebetulnya satu, anak diisi dengan ilmu-ilmu.

Kedua, anak diberikan kesadaran. Kalau diberikan kesadaran

harus tau kekurangannya, dengan kita memancing dia supaya

bertanya, supaya ada komunikasi kita sentuh tuh masalah

utamanya, dia akan ngomong pasti. Kalau kita ngomong

terus menerus, gak disentuh satu persatu mereka pasti akan

diam saja tapi ketika disentuh mereka akan terbuka. Jadi bagi

saya sendiri, tanya jawab itu tadi. Atau saya yang bertanya,

mereka yang menjawab. Intinya kita cari tema yang kira-kira

menarik yang akan kita bahas, menarik buat saya dan

menarik buat anak, nanti inilah yang akan memicu mereka

aktif. Apa yang kita ucapkan minimal nyampe dulu ke hati

anak, nanti kelihatannya baru ibadah mereka akan jauh

meningkat dibandingkan sebelumnya.

12. Apakah yang menjadi hambatan/kendala anda ketika

berkomunikasi dengan ABH?

Sebenarnya kendala utamanya ada di saya diketerbatasan

waktu, saya selain mengajar disini juga mengajar diluar.

Kalau kendala dianak, kan seperti tadi yang saya bilang

mohon maaf, jika si anak sudah mengenal ustadznya,

memahami profil ustadnya itu sudah cukup. Apa yang saya

ucapkan pasti sudah manut.

13. Apa yang menjadi kemudahan anda ketika

berkomunikasi dengan ABH?

Pertama itu tadi yang saya bilang ketika akan dimudahkan

dalam berkomunikasi yaitu ketika anak udah kenal sama kita.

Kalau anak udah kenal sama kita, dia ngelakuin apa apa pasti

langsung jujur, karena mereka tau nanti kalau tidak jujur ke

saya akibatnya apa. Kedua, untuk terbuka kita membutuhkan

pemancing, gak mungkin anak langsung terbuka. saya bilang

tadi pegang apa yang sakitnya, begitu ngaji saya tanya

“Kamu sekolah untuk apa?” “Kamu ngaji untuk siapa?”

“Untuk diri sendiri dan orang tua kan? Kalau orang tua

kalian meninggal emang nanti yang ngajiin siapa kalau

bukan anaknya sendiri?”. Terus saya tanya mereka “kira-kira

orang tua kalian seneng gak kalian disini” “enggak pak

sedih”. Itulah modal kita.

Narasumber

Jubaedi Hambali

Nama : PP (ABH)

Usia : 17 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

11 Bulan

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Kasus narkoba ka. Jadi ya gitu main narkoba, dulu ada temen

ketangkep duluan, jadi saya kasih ke orang ngedropin, nah

sama temen saya disebar lagi yang dari saya. Jadi yang

paling bawah dulu yang ketangkep, terus dia ngerembet gak

kuat dipukulin polisi dia ngerembet keatas. Terus temen saya

gak kuat lagi, dia ngerembet keatasnya. Nah orang ketiga gak

kuat lagi jadi ngerembet ke saya ka.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Iya ka, setiap hari.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Alhamdulillah ka lumayan.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Ceramah dikasih masukan, biasa. Biar tobat, biar jadi orang

yang bener. Biar yang berlalu udah biar berlalu, cukup

disesalin aja gausah diulang kembali. Sama ngasih ilmu-ilmu

yang bermanfaat buat masa depan. Materi mah banyak,

biasanya tentang ibadah-ibadah.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Bagus banget, sehati. Ustadz Jubaid orangnya tegas tapi baik

juga. Dia tegas kalau ada anak-anak yang bermasalah. Kalau

kita jujur sama Ustadz juga enak, tapi kalo kita udah salah

tapi masih nutup-nutupin biar bener baru dah tuh. Kalau

materi lengkap ka, apa aja disampein sama Ustadz Jubaid.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Bermanfaat banget.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Alhamdulillah, dulu mah sering ngomong kata-kata jorok ka

karena emang lingkungan temen-temen saya keseringan

ngomong begitu. Tapi lama-lama disini udah bisa ngefilter

walau kadang masih sering keceplosan. Sekarang juga makin

kenal sama Allah, makin malas ngelakuin maksiat, mencoba

untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi apa yang

Allah larang. Dan mengikuti sunnah-sunnah nabi sebisa

mungkin.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Alhamdulillah enakan, jadi agak tenang hati, batin juga ikut

nyesel, keinget sama nasihat-nasihatnya dan ceramah-

ceramahnya.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Tidak ada kendala, ikhlas menjalani. Karena bimbingan yang

diberikan merupakan ilmu, apalagi yang kita pegang di dunia

ini kalau bukan ilmu agama.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Seperti ini, ilmu-ilmu ceramah tentang agama biar kita lebih

tau kalau kehidupan ini hanya sementara, supaya kita malas

untuk berbuat jahat.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Semoga ilmunya gak cuma sampai sini bermanfaatnya,

hingga sampai nanti tetap bermanfaat. Diamalinnya bukan

disini doang. Biar ridho, ilmunya berkah.

Narasumber

ABH PP

Nama : RS (ABH)

Usia : 17 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

Sudah hampir 11 bulan.

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Ikut tawuran sekolah, iseng aja ikut tawuran karena hobi gitu.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Setiap hari.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Iya karena Ustadz Jubaid juga ngajar keterampilan las.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Maulidan, zikir dan ceramah. Kalau mau belajar baca Qur’an

sama Ustadz Jubaid bisa langsung datang kerumahnya.

Materinya macem-macem, yang paling berkesan sih kalau

bahas tentang tentang kematian jadi termotivasi buat berubah

jadi lebih baik lagi sebelum mati.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Ustadz orangnya tegas, ceramahnya masuk kehati langsung.

Kalau ada yang gak ngerti bisa langsung ditanyain..

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Bermanfaat buat disini dan diluar, biar diluar gak ini banget.

Biar bisa ngebimbing nanti pas punya keluarga.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Dulu kalau dirumah sholatnya suka jarang-jarang, pas masuk

sini alhamdulillah sih sholatnya jadi tepat waktu.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Alhamdulillah berubah jadi tenang.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Gak ada kendala apa-apa.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Kalau bisa sih setiap pagi ditambahin kultum lagi biar tenang.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Biar bisa jadi lebih baik lagi.

Narasumber

ABH RS

Nama : N (ABH)

Usia : 14 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

Saya tanggal 14 udah hampir 7 bulan ka disini.

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Saya mencuri motor ka, saya biasanya mencuri motor di

alfamart dekat rumah sama temen saya. Temen saya tapi

masuk lapas ka gak masuk sini, soalnya umurnya dia udah

gak keterima disini. Sebenernya bukan saya ka yang

ketangkep nyuri, tapi waktu itu ketangkepnya pas temen saya

yang ada dilapas lagi bawa motor curian lama, nah terus pas

dijalan ternyata yag punya motor aslinya ngeliat motor dia

yang dibawa sama temen saya. Yang punya motor aslinya

kenal sama motornya sendiri karena emang dimotornya itu

ada bekas stiker ka, yaudah deh langsung ditabrak tuh ka

temen saya sama yang punya motor. Akhirnya dibawa ke

kantor polisi nah disuruh ngaku tuh ka dia, akhirnya dia

ngaku kalo dia gak ngelakuin sendirian. Yaudah deh

akhirnya saya ikut ketangkep juga ka, gara-gara temen saya

ketauan.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Sering ka, saya setiap hari.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Ustadz Jubaid? Biasa aja sih ka, gak deket-deket banget.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Biasanya sih ceramah ka, abis ceramah kalau ada yang gak

ngerti bocah-bocah pada suka nanya. Terus kalau malem

jum’at suka dzikir bareng, doa-doa. Biasanya ceramahnya

tentang kehidupan sehari-hari gitu ka sama tentang dosa-dosa

gitu jadi takut.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Ustadz Jubaid orangnya enak ka, suaranya kalau sholawatan

bagus banget bikin hati tenang. Tegas tapi suka ngelawak

kadang pas ceramah jadinya gak tegang-tegang banget.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Bermanfaat banget.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Ada ka, solatnya jadi tepat waktu, kemarin puasanya full, jadi

rajin baca al-Qur’an sama bocah-bocah disini sama nurut apa

yang diomongin Ustadz dan peksos-peksos.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Adem ka, batinnya jadi tenang. Terus juga jadi menyesali

perbuatan yang udah dilakuin. Gak mau lagi ngelakuin

pencurian lagi ka udah taubat.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Hambatannya gak ada sih ka, paling kalau malem kadang

suka ngantuk karena udah seharian beraktifitas.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Paling sih ka jam bimbingan paginya ditambahin lagi

beberapa menit gitu, soalnya kan kalau pagi masih seger tuh

jadinya yang diomongin sama Ustadz Jubaid lebih masuk.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Harapannya sih supaya ilmu yang udah diajarin sama Ustadz

Jubaid selalu diinget ka walaupun udah keluar dari sini.

Narasumber

ABH N

Nama : A (ABH)

Usia : 16 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

6 bulan.

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Biasa ka, kasus. (kasus apa?) kasus pembunuhan (boleh

cerita sedikit?) bisa, saya lagi pulang dari warnet terus saya

diserang, jadinya saya bela diri. Saya tiba-tiba udah diserang

pas balik dari warnet jam 2, korbannya yang saya bunuh kata

polisi orang Bekasi.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Ya sering, kalau ada kegiatan bimbingan agama pasti ngikut.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Sama Pak Jubaedi si gak terlalu deket.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Biasanya tentang kitab-kitab, tentang tata cara sholat, tata

cara wudhu gimana, sama yang membatalkan wudhu,

pokoknya tentang ibadah.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Ya masuk ka, itumah tergantung orangnya juga si ka ada

yang masuk ada yang enggak. Pak Jubaedi kalau

menyampaikan materi langsung bisa dimengerti jadi bisa

langsung masuk.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Iya Alhamdulillah bermanfaat ka. Disini saya jadi tau ka

ternyata kalau setelah shalat terus doa gak boleh menghadap

kemana-mana, harus menghadap kiblat jangan tengok kanan-

kiri. Terus kalau wudhu juga jangan langsung kabur, do’a

dulu menghadap kiblat juga. Omongan Pak Jubaedi selalu

keingetan jadi saya langsung terapin.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

ada ka, sebelumnya jarang sholat terus pas semenjak dikasih

tau sama Pak Jubaed “udah disini mah gak usah dipikirin

apa-apa jang, sholat aja yang bener banyak-banyakin do’a,

Pak Jubaed yang ngajarin sampai kamu bisa kalau kamu

ngaji tiap hari”. Kalau dirumah saya sholat tapi masih jarang-

jarang, kalau disini udah ada perubahan lebih rajin. Dirumah

saya juga udah gak pernah ngaji lagi, waktu masih kecil

doang saya ka ngajinya, tapi disini saya ikut pengajian tiap

hari.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Ya seneng, lumayan buat bekel nanti diluar. Bisa diajarkan

ke adek. Kadang kalau lagi sih tenang ka.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Gak ada ka.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Kalau bisa diadakan lomba sih ka, kaya adzan, ngaji gitu-gitu

jadi entar ketauan mana yang belum bisa dikasih tau.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Biar bisa berubah aja ka, biar bisa tambah ilmunya, biar gak

buntu lagi dijalan.

Narasumber

ABH A

Nama : MF (ABH)

Usia : 15 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

9 bulan

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Masalah keluarga ka.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Sering.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Lumayan deket.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Dikasih masukan, kami sering ngaji aja gitu sama sholawatan.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Cukup baik ko, apapun yang Pak Jubaedi bilang saya selalu

tangkep, saya iniin dengan baik, maksudnya kaya gimana ya.

Maksudnya saya denger, bener-bener saya dengan apa yang

disuruh Pak Jubaed. Kalau buat agama, mungkin InshaAllah

saya bisa jalanin semua dengan semampu saya.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Setelah Pak Jubaed beri ceramah, memang saya baru merasa

“Oh harusnya saya sebagai Muslim harus berbuat ini-ini”.

Sebelum Pak Jubaed beri ceramah, saya gak melakukan apa

yang seharusnya seorang muslim lakukan.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Setelah kenal Pak Jubaed, diajak ngobrol sama belajar sama

Pak Jubaed, saya jadi sholatnya inshaAllah 5 waktu, ngaji

juga. Sebelum masuk balai ini, Alhamdulillah saya tau saya

beragama Islam, tapi saya gak pernah mau ngaji, sholat,

sukanya nongkrong aja main sama temen-temen. Sedangkan

disini setelah ketemu sama Pak Jubaed ngobrol, saya jadi

kepikiran yang telah saya lakuin dulu gitu “wah dulu jarang

sholat, gak pernah ngaji” udah dosa banget dah pokoknya

sama Allah. Saya mempunyai keinginan untuk berubah,

InshaAllah bisa.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Jadi kaya berubah aja, jadi takut dosa.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Kalau bimbingan agama Alhamdulillah gak ada si ka. Gak

pernah ngerasa “Aduh bimbingan agama lagi sekarang” gak

pernah si ka, selalu ngikutin aja.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Kalau bisa sih diadain games tentang keagamaan gitu.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Setelah mengikuti kegiatan ini si harapannya InshaAllah apa

yang saya pelajari disini bisa bemanfaat diluar. Terus saya

ingin belajar lebih banyak apa yang saya pelajari disini, itu

aja si.

Narasumber

ABH MF

Nama : MZA (ABH)

Usia : 18 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

7 bulan lebih.

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Melanggar hukum, kasus narkotika. Saya dapet barang itu

dari deket rumah saya, rumah saya deket Cipinang. Saya

pakai narkotika dari umur 13 tahun.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Seriing, hampir tiap hari ikut terus.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Iya.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Agama, dikasih ceramah. Materinya tentang fiqih, praktek

sholat sama hadis-hadis.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Mudah nerima apa yang dikatakan Pak Jubaedi, Pak Jubaedi

nyampeinnya juga sambil bercanda jadinya seru.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Iya bermanfaat, jadi kaya yang sebelumnya gak ngerti apa-

apa jadi ngerti.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Berubah total, kaya dirumah gak pernah sholat, disini

Alhamdulillah sholatnya jadi tepat waktu. Dirumah jarang

ngaji, kalau disini jadi ngaji. Disini kalau ngikut bimbingan

agama malam hari itu kan gak wajib ya tapi saya ikut terus

dan itu dari kemauan saya sendiri tanpa adanya paksaan dari

siapa-siapa.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Merasa tenang aja, perasaannya jadi merasa takut sama Allah

dan gak mau ngelakuin dosa lagi.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Gak ada. Paling juga masalah waktu sih, kalau bimbingan

pagi suka mikir dirumah jam segini masih tidur sedangkan

disini udah mulai ngaji.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Cermah kaya gini aja sih, udang ngebantu saya banget untuk

berubah lebih baik lagi.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Harapan saya supaya inget terus sama Allah, ilmu yang

didapet bisa disalurkan.

Narasumber

ABH MZA

Nama : AZ (ABH)

Usia : 18 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

Udah 9 bulan disini.

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Kasus si 363 pencurian.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Sering ikut.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Ohh deket banget, soalnya asrama saya pembimbingnya dia,

keterampilannya juga dia yang ngajarain.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Banyak si, kaya ilmu-ilmu fiqih gitu, tetang sholat, tentang

kehidupan. Tanya jawab juga kadang-kadang dilakuin sama

Ustadz Jubaed.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Ya bagus, mudah dimengerti omong-omongannya, gampang

dipahami lah intinya.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Bermanfaat banget, sampai bangun tidur pengen buru-buru

ngaji sama dia. Soalnya diluar saya gak pernah ngaji, disini

doang saya ngaji sama dia. Kalau dirumah saya gak pernah

ngaji, waktu kecil doang ngajinya.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah d alam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Banyak, kalo dirumah gak pernah sholat kalo disini jadi

pengen sholat terus, ngaji terus. Sholatnya juga bukan karena

terpaksa disini mah, keinginan sendiri. (Kenapa pas

dirumah gak sholat?) Ya gimana dirumah mah kan nakal

udah, tinggal ibadahnya doang.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Baik, perasaannya jadi tenang. Bisa deket juga sama orang

tua, kan orang tua saya dua-duanya udah gak ada, ya mau

ngapain lagi. Kalau diluar gak pernah doain orang tua,

perubahannya banyak disini. Agama doang paling yang

paling banyak perubahannya disini.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Enggak ada, gak ada hambatan gak ada males-malesan.

Emang udah bandel, udah nakal mau ngapain lagi tinggal

nebus dosanya aja udah.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Ngaji hukum-hukum tadjwid gitu, pas di Salemba soalnya

ada. Ya pengennya itu aja sih pengen tau hukum-hukumnya.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Sama kaya Pak Jubaed, pengen seperti Pak Jubaed, pengen

jadi Ustadz. Harapannya pengen lebih tekun lagi ibadahnya.

Narasumber

ABH AZ

Nama : AS (ABH)

Usia : 17 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

6 bulan.

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Kasus 365, pencurian dengan kekerasan. Saya berempat

sama temen saya, saya diajak bukan perencana, tapi temen

saya pada masuk penjara bukan masuk sini.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Iya, sering.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Kurang deket.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Itu kayak ngejelas-jelasin tentang agama, tentang tata cara

sholat, dibilangin tentang mana yang harus dilakuin dan

harus ditinggalin.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Ya cukup jelas gampang dimengerti.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Bermanfaat sekali, karena dikasih tau kalau yang telah kita

lakuin itu gak benar.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda sebelum dan setelah mengikuti bimbingan

agama?

Bisa jadi deket lagi sama Allah, bisa belajar ngaji.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Hati saya tenang, adem.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Ya di waktu, saya kan kalau jam 9 malam udah disuruh

masuk asrama. Pengennya sih bimbingannya di siang hari.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Ngaji bareng.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Bisa lebih baik dari sebelumnya

Narasumber

ABH AS

Nama : MZ (ABH)

Usia : 16 tahun

1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?

6 Bulan

2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?

Kena kasus 111, 114, 132. 111 jenis ganja, 114 bandar, 132

jaringan. Sebelumnya saya main sabu, diajak temen jadi

temen saya punya jaringan. Sebelumnya saya gak pernah

ketauan sama polisi, jadi rumah saya ada 2, satu jadi rumah

pribadi nah satu lagi jadi kantor. Jadi saya nempatin rumah

buat kantor itu sendiri, jadi buat tempat saya sama temen-

temen saya buat nongkrong.

3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?

Sering, pasti wajib.

4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?

Biasa aja sih, gak ngerasa jauh gak ngerasa deket juga.

5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan

materi seperti apa yang biasanya diberikan?

Biasanya ilmu-ilmu fiqih, kadang dia juga cerita tentang

kitab karena tiap ngaji selalu bawa kitab.

6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang

diberikan oleh pembimbing agama?

Jelas, buat saya sih mudah dimengerti.

7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama

bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?

Kalau bermanfaat sih pasti, kan itu buat ngerubah perilaku

kita. Kayak kata Pak Jubaed, percuma pinter kalau gak tau

agama.

8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam

diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?

Sebelumnya mah bandel, setelah mengikuti bimbingan

agama mulai agak-agak sadar.

9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan

dari pembimbing agama disini?

Jadi tenang pasti, kalau menurut saya mah enak aja.

10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti

bimbingan agama?

Sejauh ini gak ada sih.

11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan

dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu

memberikan kesadaran beragama anda?

Kalau bisa sih diadain papan tulis biar enak ngajinya.

12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama

di BRSAMPK Handayani ini?

Bisa merubah diri menjadi yang lebih baik lagi.

Narasumber

ABH MZ

DOKUMENTASI

Foto saat setelah wawancara dengan Ustadz Jubaedi

,

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH PP

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH RS

,

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH N

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH A

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH MF

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH MZA

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH AZ

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH AS

Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH MZ