Persentase Atraksi dlm komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA …
Transcript of KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA …
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMBIMBING AGAMA
DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA
ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH)
(Studi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi (S.Sos)
Oleh:
NOVIA HASAN FRATIWI
NIM 11150510000074
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ABSTRAK
Nama : Novia Hasan Fratiwi
NIM : 11150510000074
Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam Meningkatkan
Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum (ABH) (Studi di Balai
Rehabilitasi Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)
Handayani Jakarta)
Saat ini banyak anak di bawah umur yang terjerat kasus kriminal salah
satunya pencurian, narkoba, bahkan sampai pembunuhan. Rendahnya kesadaran
beragama pada anak merupakan salah satu faktor anak dapat terjerumus ke
dalam kasus tersebut. BRSAMPK Handayani Jakarta merupakan salah satu balai
rehabilitasi yang memberikan bimbingan agama sebagai salah satu metode
rehabilitasi untuk anak-anak yang terlibat kasus kriminal. Maka sangat penting
peran Pembimbing Agama disini untuk memilih perilaku komunikasi yang
cocok untuk meningkatkan kesadaran beragama anak agar anak tidak
mengulangi perbuatannya kembali.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
komunikasi interpersonal Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani
Jakarta, bentuk kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum di BRSAMPK
Handayani Jakarta, serta bagaimana komunikasi interpersonal Pembimbing
Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum.
Metodologi penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan
pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan
data dengan melakukan observasi langsung, wawancara, serta studi dokumen.
Teori yang digunakan adalah teori competence communication oleh Brian H.
Spitzberg dan William R. Cupach yaitu suatu kemampuan untuk memilih
perilaku komunikasi yang cocok dan efektif bagi situasi tertentu. Teori ini
mempunyai tiga model komponen yaitu, pengetahuan, keahlian, dan motivasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam membangun komunikasi
interpersonal, Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta
menggunakan lima cara yaitu dengan memahami karakter anak, menumbuhkan
kepercayaan anak, memberikan bimbingan dengan rasa humor, menggunakan
bahasa yang mudah dipahami serta menerapkan sikap tegas dalam bimbingan.
Bentuk kesadaran beragama ABH setelah mengikuti bimbingan agama di
BRSAMPK Handayani Jakarta yaitu takut berbuat dosa, disiplin melaksanakan
ibadah, mendapat ketenangan jiwa, meningkatnya pengetahuan keagamaan dan
berperilaku sesuai ajaran Islam. Dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH
tersebut, cara yang dilakukan Pembimbing Agama yaitu dengan memberikan
motivasi, komunikasi secara persuasif, serta dilakukannya dialog tanya jawab.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Kesadaran Beragama, Anak
Berhadapan Hukum (ABH), Pembimbing Agama, Competence Communication.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji serta syukur saya
panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia yang tidak terhingga kepada saya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tidak lupa
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Skripsi yang berjudul “Komunikasi Interpersonal
Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama Anak Berhadapan Hukum (ABH) (Studi di Balai
Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan
Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta)” merupakan tugas
akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat meraih gelar Sarjana
Sosial Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saya menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima kritik dan
juga saran. Selain itu, saya ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Pihak tersebut diantaranya yaitu kepada
yang terhormat:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag sebagai Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Nour M.Ag
sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan
iii
Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam dan Dr. H. Edy Amin sebagai Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Kedua orang tua saya, Ayah Murdalih dan Mamah Nahanti.
Terima kasih banyak telah membantu saya sampai pada
tahap ini. Saya tidak akan sampai pada tahap ini jika bukan
karena keduanya.
4. Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.i, M.Si sebagai Dosen Pembimbing.
Terima kasih telah memberikan pikiran, tenaga, dan juga
waktunya untuk membimbing saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki
kepada saya. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Staff Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Terima kasih banyak telah membantu saya
selama perkuliahaan dan melakukan studi untuk penulisan
skripsi.
6. Seluruh petugas dan Anak Berhadapan Hukum di Balai
Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan
Khusus Handayani Jakarta yang telah menerima saya dengan
baik. Khususnya kepada Bapak Bambang Wibowo sebagai
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Bapak Basuki, Bapak
iv
Candra, Bapak Zainal, sebagai Pekerja Sosial dan Bapak
Jubaedi sebagai Pembimbing Agama..
7. Kepada Mba Dede terima kasih ibu, kakak, teman. Terima
kasih atas segala bantuannya.
8. Kepada Hodijah, Andi Dewi, Tiyni, Nurbaeti, Ergita, Nia,
Serly sebagai teman seperkuliahan saya. Terima kasih
banyak kalian telah menjadi bumbu-bumbu asam dan
manisnya dunia perkuliahan saya.
9. Kepada Siti Nurmala, Farhan, Ridwan, Silviana, Adjeng,
Amaliyah sebagai teman seperaliyahan saya. Terima kasih
atas segala dukungannya. Semoga kita sukses di jalan kita
masing-masing.
10. Terakhir, kepada seluruh teman-teman KPI 2015, teman-
teman kelas Public Speaking, teman-teman IMIKI, teman-
teman KKN LOKATARA.
Demikian ucapan terima kasih yang bisa saya sampaikan,
mohon maaf jika terdapat pihak yang terlupa sehingga tidak
tertulis dalam kata pengantar ini. Namun dari lubuk hati yang
paling dalam saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang tertulis maupun tidak yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan kalian semua.
Tangerang, 13 November 2019
Novia Hasan Fratiwi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Batasan Masalah ................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ............................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 9
F. Metode Penelitian ............................................................ 12
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 18
A. Tinjauan Komunikasi Interpersonal ................................ 18
1. Definisi Komunikasi Interpersonal .......................... 18
2. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal .................. 20
3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal ......... 22
4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal .................. 25
5. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi
Interpersonal ............................................................. 29
B. Tinjauan Pembimbing Agama ......................................... 34
1. Definisi Pembimbing Agama ................................... 34
vi
2. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama .................. 35
C. Tinjauan Anak Berhadapan Hukum (ABH) .................... 37
D. Tinjauan Kesadaran Beragama ........................................ 39
1. Definisi Kesadaran Beragama .................................. 39
2. Dimensi Kesadaran Beragama ................................. 43
3. Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum
(ABH) ....................................................................... 45
E. Teori Competence Communication ................................ 46
BAB III GAMBARAN UMUM BALAI REHABILITASI
SOSIAL ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN
KHUSUS (BRSAMPK) HANDAYANI JAKARTA .............. 50
A. Sejarah BRSAMPK Handayani Jakarta .......................... 50
B. Visi dan Misi ................................................................... 52
C. Maksud dan Tujuan ......................................................... 53
D. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 54
E. Struktur Organisasi .......................................................... 56
F. Program Pelayanan di BRSAMPK Handayani Jakarta ... 58
G. Proses Rehabilitasi Sosial ................................................ 60
H. Kriteria Penerima Manfaat .............................................. 64
I. Sarana dan Prasarana ....................................................... 66
J. Profil Narasumber ........................................................... 67
BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN ............................. 74
A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama
BRSAMPK Handayani Jakarta ....................................... 75
B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum
BRSAMPK Handayani Jakarta ....................................... 85
C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan
Hukum ............................................................................. 97
vii
A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama
BRSAMPK Handayani Jakarta ..................................... 104
B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum
BRSAMPK Handayani Jakarta ..................................... 112
C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan
Hukum ........................................................................... 123
BAB VI PENUTUP ................................................................. 128
A. Simpulan ........................................................................ 128
B. Saran .............................................................................. 129
BAB V PEMBAHASAN ......................................................... 104
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Tabel Tinjauan Kajian Terdahulu.................................. 9
Tabel 3. 1 Sarana dan Prasarana BRSAMPK
Handayani………..66
Tabel 5.1 Bentuk dan Perubahan Kesadaran Beragama ABH di
BRSAMPK Handayani Jakarta ................................ 119
Tabel 5.2 Bentuk Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama
dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama ABH di
BRSMAPK Handayani Jakarta ................................ 128
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi BRSAMPK Handayani .......... 56
Gambar 3. 2 Proses Rehabilitasi Sosial ...................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan sebuah karunia yang diberikan oleh Allah
SWT kepada para orang tua. Anak merupakan potensi nasib
manusia dihari mendatang. Seorang anak ikut berperan penting
untuk menentukan sejarah bangsa dan merupakan cerminan sikap
hidup bangsa pada masa yang akan datang. Hal tersebut sejalan
dengan al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi:
ت خير لح ت ٱلص قي ويا وٱلب ٱلمال وٱلبىىن زيىت ٱلحيىة ٱلد
عىد ربك ثىابا وخير أمل
Artinya:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.”
Dalam surah al-Kahfi ayat 46 tersebut telah dijelaskan
bahwasannya seorang anak merupakan perhiasan bagi kedua
orang tuanya. Orang tua akan sangat bangga terhadap anaknya
jika anak tersebut memperoleh prestasi, sehingga prestasi yang
diperolehnya diharapkan dapat membawa nama baik dirinya
sendiri maupun kedua orang tuanya di depan masyarakat. Namun,
akhir-akhir ini kenakalan remaja dan tindak kejahatan yang
2
dilakukan oleh anak-anak semakin meningkat. Sehingga
menyebabkan anak tersebut harus berhadapan dengan hukum.
Anak yang Berhadapan Hukum atau selanjutnya disingkat
menjadi ABH merupakan anak yang disangka atau dituduh
melanggar hukum pidana. Pidana merupakan hukuman yang
dijatuhkan seseorang yang sudah terbukti secara sah melakukan
tindak pidana. Tindakan pidana ABH bisa berupa pencurian,
minum-minuman maupun permasalahan sexual. Di Indonesia,
Sindonews.com telah melaporkan bahwa selama kurun waktu
Januari sampai dengan pertengahan Februari 2019 Polres Metro
Jakarta Barat telah mencatat bahwa terdapat 25 anak remaja yang
menjadi tersangka dalam kasus tawuran, perampokan hingga
pembunuhan.1
Namun, pada dasarnya seorang anak atau remaja masih
memiliki kondisi psikologis yang masih labil, sehingga mereka
belum bisa memikirkan dengan baik dampak yang akan terjadi
atas perilaku buruk yang telah mereka lakukan. ABH ada baiknya
bukanlah untuk dihukum melainkan harus diberikan bimbingan
atau pembinaan. Salah satu lembaga rehabilitasi ABH di Jakarta
adalah Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani yang terletak di
Jalan PPA Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Lembaga ini
berfungsi untuk memberikan rehabilitasi berbentuk perlindungan
1 Yusuf, “Disdik Pastikan Keluarkan Pelajar Pelaku Kejahatan dan
Mencabut KJP”, diakses dari https//metro.sindonews.com/disdik-pastikan-
keluarkan-pelajar-pelaku-kejahatan-dan-mencabut-KJP/, pada tanggal 23
Februari 2019 pukul 20.30 WIB.
3
sementara dan upaya reintegrasi ABH, khususnya untuk pelaku
dan korban.
Terdapat berbagai macam bimbingan di BRSAMPK
Handayani Jakarta salah satunya yaitu bimbingan agama.
Bimbingan agama sangat penting dilakukan karena selain terjerat
permasalahan kriminal, ABH juga memiliki permasalah
mengenai keagamaan dalam dirinya. Kurangnya kesadaran
beragama dalam diri anak dan remaja merupakan salah satu
faktor anak dapat terjerat hukum. Faktor penyebab lainnya yaitu
karena faktor orang tua dan faktor lingkungan sekitarnya. Agama
atau religi merupakan salah satu unsur yang cukup penting dalam
jiwa manusia. Agama dapat meluruskan kembali jiwa-jiwa anak
yang sedang mengalami kebimbangan. Dengan sadarnya akan
agama, tingkah laku anak yang beranjak dewasa bisa
dikendalikan sehingga ia mengetahui batas-batas yang
bertentangan dengan kehendak dan pandangan masyarakat.
Kontrol sosial merupakan salah satu fungsi agama di dalam
masyarakat, ajaran agama yang dianut oleh penganutnya
dianggap sebagai norma, sehingga dapat mengawasi perbuatan
manusia agar tetap berada dijalan yang lurus. Hal ini sesuai
dengan surah al-Araf ayat 7 yang berbunyi:
4
ه عليهم بعلم وما كى ا غائبيه فلىقص
Artinya:
“Maka sesungguhnya akan kami kabarkan kepada mereka (apa-
apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui
(keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari
mereka).”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya Allah SWT
tidak pernah lengah untuk mengawasi kita. Allah SWT selalu
mengawasi segala perbuatan yang kita lakukan dimanapun.
Untuk itu agama berfungsi sebagai pengawas, agar kita
menghindari perbuatan tercela.
Individu yang beragama, seyogyanya berperilaku layaknya
seorang hamba Tuhan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan
pelanggaran untuk kemudian menunaikan kewajiban-kewajiban
yang mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya dan
lingkungannya. Karena agama sesungguhnya adalah seperangkat
aturan yang membantu umat menjalani kehidupan yang baik,
sesuai kodrat kemanusiaannya yang menolak kenistaan dan
menemukan kehidupan sejati lahir dan batin.2
Oleh sebab itu, Pembimbing Agama di BRSAMPK
Handayani Jakarta sangat berperan penting untuk meningkatkan
kesadaran beragama para ABH. Pembimbing Agama sejatinya
dapat membantu seseorang untuk menjadikan dirinya sebagai
2 Rajab, Psikologi Agama (Yogyakarta: Aswaja Pressindo), h. 37.
5
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
Pembimbing Agama juga diharuskan mempunyai
kecakapan dalam berkomunikasi agar pesan-pesan agama yang
disampaikan dapat mempengaruhi perilaku beragama para ABH.
Pada dasarnya dalam proses komunikasi, setiap pesan yang
disampaikan oleh komunikator bertujuan untuk memengaruhi
komunikan ke arah pemikiran yang diinginkan komunikator.
Sebagaimana tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu
menciptakan saling pengertian sehingga terdapat perubahan
terhadap pendapat yang berbeda dan memantapkan pendapat
yang sama.
Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan Pembimbing
Agama dengan ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta adalah
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun non verbal.3
Komunikasi interpersonal mempunyai
peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena
komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara
bersama. Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman
yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai
makna informasi tersebut.4
3 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
h. 3. 4 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h.
37.
6
Selain itu, dalam komunikasi interpersonal terdapat usaha
yang bersifat persuasif. Dimana komunikator (Pembimbing
Agama) memiliki tujuan untuk memberi pemahaman pada
komunikan (ABH) mengenai kasus dan kondisi yang tengah
dihadapinya dari sisi keagamaan. Melalui usaha mempersuasi
ABH pula, Pembimbing Agama dapat menjelaskan kepada ABH
perbuatan mana yang diizinkan dan dilarang untuk dilakukan
dalam ketentuan agama maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan interpersonal antara Pembimbing Agama dan
ABH yang baik juga sangat dibutuhkan dalam proses
komunikasi. Agar terwujudnya komunikasi yang baik harus ada
hubungan yang baik antara komunikator dan komunikan,
sehingga akan terbentuk feedback sesuai yang diinginkan.
Melalui komunikasi interpersonal juga, Pembimbing Agama
dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengajak dan mendekati
ABH untuk sharing sehingga upaya untuk memberikan
pembinaan mengenai kesadaran beragama dapat berjalan.
Konsentrasi pembinaan dan pembicaraan mengenai kasus ABH
pula yang kemudian turut membedakan dengan praktek-praktek
komunikasi interpersonal yang ada di lembaga lain.
Atas dasar tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama
dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak
Berhadapan Hukum (ABH) (Studi di Balai Rehabilitasi
Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
(BRSAMPK) Handayani Jakarta)”
7
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka batasan masalah penelitian ini adalah:
1. Pada bentuk komunikasi interpersonal Pembimbing Agama
dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH.
2. Pembimbing Agama yang diteliti yaitu Pembimbing Agama
Islam yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta.
3. ABH yang diteliti yaitu ABH pelaku dan ABH yang sudah
menetap paling lama 6 bulan di BRSAMPK Handayani
Jakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimana komunikasi interpersonal Pembimbing Agama
di BRSAMPK Handayani Jakarta?
b. Bagaimana bentuk kesadaran beragama Anak Berhadapan
Hukum di BRSAMPK Handayani Jakarta?
c. Bagaimana komunikasi interpersonal Pembimbing Agama
dalam meningkatkan kesadaran beragama Anak
Berhadapan Hukum?
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan
sebelumnya, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal Pembimbing
Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta.
b. Untuk mengetahui bentuk kesadaran beragama Anak
Berhadapan Hukum di BRSAMPK Handayani Jakarta.
c. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal Pembimbing
Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama Anak
Berhadapan Hukum.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu
komunikasi dan dapat dijadikan rujukan atau referensi dalam
kajian komunikasi interpersonal untuk mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang positif dalam perkembangan studi komunikasi
interpersonal. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan gambaran bagi masyarakat khususnya
tentang pentingnya komunikasi interpersonal Pembimbing
Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH.
9
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dari tinjauan yang penulis lakukan, penulis mendapatkan
bahwa komunikasi interpersonal telah diteliti sebelumnya oleh
beberapa orang. Beberapa di antaranya adalah:
Tabel 1. 1 Tabel Tinjauan Kajian Terdahulu
Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Wildan
Zulqarnaen
Komunikasi
Antarpibadi
Ustadz dan
Santri dalam
Pembentukan
Karakter
Santri (Studi
Pada Pondok
Pesantren
Qotrun Nada
Cipayung
Depok)
Pendekatan
komunikasi
yang
dilakukan
seorang ustadz
kepada santri
agar pesan
yang
disampaikan
dapat
dipahami
yaitu dengan
cara
mengetahui
karakter dan
memahami
psikologis dari
setiap murid
yang sedang
diajarkan
Objeknya
membahas
mengenai
komunikasi
antarpribadi
Terletak pada
segi subjek
dan fokus
pada masalah
penelitiannya5
Muh.
Riskar
Peran
Pekerja
Peran Pekerja
Sosial
Sama-sama
membahas
Perbedaanya
terlihat dari
5 Zulqarnaen, Skripsi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri
dalam Pembentukan Karakter Santri (Studi Pada Pondok Pesantren Qotrun
Nada Cipayung Depok), (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016).
10
Sosial
Perlindungan
Anak
Terhadap
Anak
Berhadapan
Hukum di
Kabupaten
Gowa
Perlindungan
Anak terhadap
Anak
Berhadapan
Hukum di
Kabupaten
Gowa yaitu
sebagai
sumber
informasi,
sebagai
pemberi
motivasi dan
sebagai
jejaring kerja
dimana dalam
melaksanakan
perannya
terdapat
upaya-upaya
yang
dilakukan
pada ranah
Anak
Berhadapan
Hukum
subjeknya,
jika Muh.
Riskar
meneliti
tentang peran
pekerja sosial,
penulis
meneliti
tentang
komunikasi
interpersonal
Pembimbing
Agama.6
Mukti
Sitompul
Pengaruh
Efektifitas
Komunikasi
Antarpribadi
Pengurus
Panti Asuhan
Terhadap
Pembentukan
Konsep Diri
Anak-Anak
Terdapat
pengaruh
komunikasi
antarpribadi
pengurus panti
asuhan
terhadap
pembentukan
konsep diri
anak-anak
Persamaan
penelitian
yang
dilakukan
oleh Mukti
Sitompul
dengan
penulis yaitu
sama-sama
untuk
Lebih
memfokuskan
kepada
pembentukan
konsep diri,
sedangkan
penulis
memfokuskan
penelitiannya
pada
6 Riskar, Skripsi Peran Pekerja Sosial Perlindungan Anak Terhadap
Anak Berhadapan Hukum di Kabupaten Gowa, (Makasar: Universitas Islam
Negeri Alaudin Makasar, 2017).
11
Panti Asuhan
Aljamyatul
Washliyah
Medan
panti asuhan
sedangkan
faktor
penghambat
dalam proses
komunikasi
antarpribadi
adalah faktor
frekuensi
bimbingan
dan
kemampuan
menggunakan
bahasa oleh
pengurus panti
asuhan
Aljamyatul
Washliyah
Medan
mengetahui
komunikasi
interpersonal.
meningkatkan
kesadaran
beragama7
Erni
Suyani
Hubungan
Komunikasi
Interpesonal
dan
Keaktifan
Ibadah
dengan
Kesembuhan
Pecandu
Narkoba di
Panti
Rehabilitas
Komunikasi
interpersonal
pembimbing
dan petugas
panti dengan
para pecandu
cukup tinggi.
Bimbingan
motivasi yang
diberikan,
memberikan
banyak
Persamaan
dari sisi
penelitian ini
yaitu sama-
sama
mencari tahu
bagaimana
komunikasi
interpersonal
bisa
mengubah
seseorang
Terletak pada
teori yang
digunakan,
jika penulis
terdahulu
mengkaji
dengan
menggunakan
tiga teori yaitu
teori model
pertukaran
sosial, teori
7
Sitompul, Jurnal Simbolika, Vol. 1, No2 Pengaruh Efektifitas
Komunikasi Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan
Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Aljamyatul Washliyah Medan, (2015).
12
Narkoba Al-
Kamal
Kecamatan
Sibolangit
Kabupaten
Deli Serdang
perubahan.
Selain itu,
keaktifan
beribadah para
pecandu
narkoba di
Panti
Rehabilitas
cenderung
pada kategori
cukup tinggi.
Keaktifan
beribadah
memiliki
pengaruh yang
cukup besar
bagi
kesembuhan
para pecandu
narkoba
model Johari
Window, dan
teori penetrasi
sosial, maka
teori yang
digunakan
penulis hanya
sampai kepada
teori
kompentensi
komunikasi
yang
dilakukan oleh
Pembimbing
Agama di
BRSAMPK
Handayani
Jakarta.8
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis menempatkan ilmu
komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap social
meaningful action atau pengamatan langsung yang dilakukan
secara alamiah, yakni menempatkan penulis pada posisi subjek
8 Suyani, Tesis Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keaktifan
Ibadah dengan Kesembuhan Pecandu Narkoba di Panti Rehabilitas Narkoba
al-Kamal Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. (2010)
13
yang ditelitinya atau dengan kata lain penulis berusaha
memahami cara befikir subjek yang ditelitinya.9
Oleh sebab itu, penulis melakukan ini dengan terlebih
dahulu mengeksplorasi dan mengidentifikasi fakta-fakta yang
terjadi di lapangan kemudian membentuk konstruksi yang
dibangun atas pengetahuan berdasarkan pemikiran penulis.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah
mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya.10
Pada penelitian ini penulis akan
mengamati dan mengungkapkan komunikasi yang terjadi
antara Pembimbing Agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh penulis dari sumber pertamanya yaitu Pembimbing
Agama dan ABH, sedangkan data sekunder diperoleh penulis
dari studi-studi dokumen.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu Pembimbing Agama
dan Anak Berhadapan Hukum di Balai Rehabilitasi Sosial
9
Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik
Klasik (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia,
2003), h. 3. 10
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung:
Tarsito, 2000), h.66.
14
Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)
Handayani Jakarta. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu
kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum melalui
komunikasi interpersonal.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yaitu di Balai Rehabilitasi Sosial Anak
yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)
Handayani Jakarta yang beralamat di Jalan PPA Bambu Apus
Cipayung Jakarta Timur.
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama
dua bulan, terhitung dari tanggal 23 Juli sampai dengan 23
September 2019.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting yang
memiliki beberapa teknik. Berikut beberapa teknik dan alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang paling
umum dilakukan oleh penulis, utamanya yang meneliti
tentang perilaku manusia. Dengan dilakukannya observasi,
dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.
Alasan penulis menggunakan observasi yaitu karena
dalam penelitian kualitatif ini, penulis harus mengetahui
secara langsung keadaan atau kenyataan lapangan sehingga
data dapat diperoleh lebih baik dan jelas, sedangkan alat
15
yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu dengan
menggunakan alat sederhana yaitu alat tulis.
b. Wawancara
Teknik wawancara dipilih agar penulis dapat
memperoleh fakta dan data yang jelas dan diperlukan dalam
penelitian. Alat yang digunakan dalam teknik pengumpulan
data melalui wawancara yaitu pedoman wawancara.
Pedoman wawancara dipilih agar penelitian ini terarah
sehingga pembahasannya tidak melebar.
c. Studi Dokumen
Alasan penulis memilih teknik studi dokumen karena
merupakan sumber data yang stabil, menunjukkan suatu
fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan. Data
dari studi dokumen memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi akan kebenaran atau keabsahan dan dokumentasi
sebagai sumber data yang kaya untuk memperjelas keadaan
atau identitas penelitian, sehingga dapat mempercepat
proses penelitian.
6. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul senjutnya dianisis dengan
menggunakn teknik triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga
hasil data sementara dari observasi, wawancara dan studi
dokumen kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan.
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah kembali
menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis penelitian
ini didasarkan pada melukiskan secara sistematis fakta,
karakteristik, dan penggambaran secara faktual terhadap tema
16
penelitian dengan pendekatan kualitatif.11
Penulis terlebih
dahulu menganalisa data dengan menyusun kata-kata menjadi
tulisan yang lebih luas. Fakta-fakta yang terungkap kemudian
dihubungkan sesuai dengan topik yang dipertanyakan sesuai
dengan pokok masalah dalam penelitian ini.
7. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan dalam penelitian ini menggunakan
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi)” Surat Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 yang diterbitkan oleh UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
G. Sistematika Penulisan
Penulis membagi sistematika penulisan ke dalam enam bab
agar mempermudah dalam pembahasannya. Pada setiap bab
terdapat beberapa sub bab di dalamnya. Sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
11 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h. 37.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan menjabarkan landasan teori terkait
dengan judul yang ada, terdiri dari Komunikasi
Interpesonal, Pembimbing Agama, Anak Berhadapan
Hukum (ABH), Kesadaran Beragama, dan Teori
Competence Communication.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum dari Balai Rehabilitasi
Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
(BRSAMPK) Handayani Jakarta dan gambaran umum dari
subjek yang diteliti.
BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang deskripsi hasil data penelitian yang
telah dilakukan.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang uraian yang mengaitkan antara
latar belakang, teori yang digunakan, dan hasil analisa dari
hasil temuan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran-saran yang menjadi
penutup dari pembahasan yang ada dalam skripsi.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Komunikasi Interpersonal
1. Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi di dalam berkehidupan merupakan aktivitas
dasar yang dilakukan oleh manusia. Tidak ada seorangpun
manusia yang tidak berkomunikasi. Manusia sangat
membutuhkan komunikasi dan akan selalu terlibat dengan
komunikasi. Dengan berkomunikasi, manusia bisa saling
berhubungan langsung dengan manusia lainnya kapan saja dan
dimana saja, baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun di lingkungan pekerjaan.
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut
communication berasal dari kata latin communication dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna.1
Sebuah definisi singkat
mengenai komunikasi dibuat oleh Harold D. Laswell bahwa
untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi secara tepat
ialah dengan menjawab pertanyaan “Siapa yang
menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa,
kepada siapa dan apa pengaruhnya”.2
Komunikasi sejatinya memiliki berbagai macam bentuk,
bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menurut jumlah
1
Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya 2007), h. 9. 2 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2018), h. 25.
19
orang yang terlibat dan tujuan dalam komunikasi tersebut.
Bentuk-bentuk komunikasi meliputi komunikasi interpersonal,
komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi dan komunikasi massa.
Secara umum komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran
makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.
Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan
(action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi
antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.
Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam
proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-
orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang
digunakan dalam proses komunikasi.3
Menurut Deddy Mulyana bahwa komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun non verbal.4
R. Wayne Pace berpendapat bahwa “interpersonal
communication is involving two or more people in a face to
face setting”. Komunikasi interpersonal merupakan suatu
3 Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h.
41. 4 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
h. 3.
20
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka. 5
Komunikasi interpersonal pada hakikatnya merupakan
komunikasi yang paling efektif untuk merubah sikap dan
tingkah laku komunikan karena bentuknya dialog dan
langsung mendapatkan umpan balik.6
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang berjalan dua arah yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dan di dalamnya terdapat
umpan balik (feedback). Komunikasi interpersonal juga dapat
merubah perasaan, pemikiran dan perilaku seseorang karena
interaksi yang dilakukan secara lebih personal dan lebih
mendalam.
2. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi tidak akan berjalan dengan
sendirinya, terdapat beberapa unsur atau persyaratan tertentu
agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Lima
komponen atau elemen dalam komunikasi yang menjadi
persyaratan terjadinya komunikasi yaitu komunikator atau
pengirim (source), pesan (message), saluran atau media
5 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2018), h. 66. 6 Hardjana, Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 84.
21
(channel), komunikan atau penerima (receiver), dan efek atau
pengaruh.7
Pertama, komunikator atau pengirim yaitu orang yang
berperan menyampaikan pesan kepada komunikan.
Komunikator atau pengirim yang dimaksud dalam penelitian
ini yaitu Pembimbing Agama yang membina para ABH.
Kedua, pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan oleh
Pembimbing Agama biasanya bercirikan pesan-pesan
mengenai keagamaan.
Ketiga, saluran atau media yaitu alat yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan. Dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan
antara Pembimbing Agama dengan ABH ini, saluran atau
media yang digunakan berupa media langsung atau
menggunakan bahasa lisan, karena ABH mendapat pengarahan
langsung dari Pembimbing Agama, sehingga jika terdapat
sesuatu yang belum dipahami dapat langsung ditanyakan
kepada Pembimbing Agama.
Keempat, komunikan atau penerima yaitu orang yang
berperan menerima pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Komunikan dalam penelitian ini adalah ABH
yang mengikuti bimbingan rohani di BRSAMPK Handayani
Jakarta.
7 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h. 29.
22
Kelima, efek atau pengaruh yaitu perbedaan antara apa
yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh komunikan
sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek yang diinginkan
oleh Pembimbing Agama yaitu ABH diharapkan sadar akan
pentingnya nilai-nilai agama sehingga untuk ke depannya
ABH dapat mengaplikasikan nilai-nilai agama di dalam
kehidupannya sehari-hari.
3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal
Dalam pelaksanaan proses komunikasi interpersonal,
komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan yaitu: 8
a. Mengenal diri sendiri
Dengan membicarakan diri kita sendiri pada orang
lain, maka kita akan mendapat perspektif baru tentang
diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang
sikap dan perilaku kita.
b. Mengetahui dunia luar
Dengan komunikasi interpersonal, memungkinkan
kita untuk memahami lingkungan secara baik.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi
bermakna
Sebagai makhluk sosial, manusia ingin menceritakan
dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.
d. Mengubah sikap dan perilaku
8 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.
117.
23
Dalam komunikasi interpersonal sering kita berupaya
mengubah sikap dan perilaku orang lain.
e. Bermain dan mencari hiburan
Kadang hal bermain dan mendapat hiburan ini
dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi
yang demikian perlu dilakukan, karena dapat memberi
suasana baru yang terlepas dari keseriusan, ketegangan
dan lain-lain.
Adapun tujuan lain dari komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi yaitu:9
a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah
untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain.
Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara
menyapa, tersenyum, melambaikan tangan,
membungkukkan badan, menanyakan kabar partner
komunikasinya, dan lain sebagainya.
b. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan
secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang
rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.
c. Memberikan bantuan (konseling)
Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi
menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan
professional mereka untuk mengarahkan kliennya.
9 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
h. 19-21.
24
Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan masyarakat
pun juga dapat dengan mudah diperoleh contoh yang
menunjukan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat
dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi
orang lain yang memerlukan.
Dapat disimpulkan dari tujuan yang telah disebutkan di
atas bahwa pada dasarnya tujuan komunikasi interpersonal
untuk mencapai kedekatan dalam berkomunikasi sehingga
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh orang-orang di
lingkungan sekitar kita.
Sedangkan fungsi komunikasi interpersonal menurut
Miller & Steinberg yang dikutip oleh Muhammad Budyatna
dan Leila Mona Ganiem bahwa fungsi utama komunikasi
adalah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-
imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komunikasi insani
atau human communication baik yang non-antarpribadi
maupun antarpribadi semuanya mengenai pengendalian
lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk
fisik, ekonomi dan sosial.10
Fungsi komunikasi lainnya
menurut Dasrun Hidayat yaitu: 11
1. Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa
diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi
10
Budyatna dan Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 27. 11
Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 24-28.
25
yang diberikan orang lain kepada kita. Konsep diri kita
yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga
dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita, temasuk
kerabat.
2. Pernyataan eksistensi diri
Eksistensi bertujuan agar orang lain mengetahui dan
mengakui keberadaannya.
3. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan
memperoleh kebahagiaan.
Sejatinya, dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi
interpersonal tidak hanya sebatas mengenai proses pertukaran
pesan saja, tetapi juga untuk mendapatkan respon. Adanya
respon merupakan syarat efektifnya suatu proses komunikasi.
Dengan respon tersebut diharapkan dapat tecapai tujuan
komunikasi sesuai yang diharapkan.
4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Dalam melakukan komunikasi interpersonal, terdapat
beberapa karakteristik, yaitu:12
1. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis
Komunikasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti
arus balik antara komunikator dan komunikan terjadi
langsung (face to face) atau tatap muka sehingga pada
saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara
langsung tanggapan dari komunikan dan secara pasti
12
Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 44-49.
26
akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif,
dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil maka
komunikator dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
2. Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang
terbatas
Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang
terbatas. Artinya bahwa komunikasi interpersonal hanya
melibatkan dua orang atau tiga orang lebih dalam
berkomunikasi. Jumlah yang terbatas ini mendorong
terjadinya ikatan secara intim dan dekat dengan lawan
komunikasi.
3. Komunikasi interpersonal terjadi secara spontan
Terjadinya komunikasi interpersonal seiring tanpa
ada perencanaan atau direncanakan. Sebaliknya,
komunikasi sering terjadi secara tiba-tiba sambil lalu,
dan mengalir secara dinamis.
4. Komunikasi interpersonal menggunakan media dan
nirmedia
Secara sadar atau tidak, sering kita beranggapan
bahwa komunikasi interpersonal berlangsung secara
tatap muka dan langsung, itu harus selalu berhadapan
secara fisik, padahal dalam pelaksanaannya yang
dimaksud langsung atau tatap muka tersebut bisa saja
melalui atau menggunakan saluran media. Media yang
sering digunakan seperti telepon, internet, teleconference,
dan lainnya.
27
5. Komunikasi interpersonal bersifat keterbukaan (openess)
Yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan
interpersonal. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat
berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif. Keterbukaan adalah
pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap
situasi yang sedang dihadapi serta memberikan
informasi tentang masa lalu yang relevan untuk
memberikan tanggapan kita dimasa kini tersebut.
6. Komunikasi interpersonal bersifat empati (empathy)
Yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif
apabila komunikator menunjukan rasa empati pada
komunikan. Apabila empati tersebut tumbuh dalam
proses komunikasi interpersonal maka suasana
hubunngan komunikasi akan dapat berkembang dan
tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.
7. Komunikasi interpersonal bersifat dukungan
(supportiveness)
Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif. Dalam komunikasi
interpersonal diperlukan sikap memberi dukungan dari
pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi
dalam komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh
Sugiyo bahwa dalam komunikasi interpersonal perlu
adanya suasana yang mendukung atau memotivasi,
28
lebih-lebih dari komunikator. Dukungan merupakan
pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada
orang lain dalam suasana hubungan komunikasi. Karena
itu, dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut,
komunikasi interpersonal akan bertahan lama karena
tercipta suasana yang mendukung.
8. Komunikasi interpersonal bersifat positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap
dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi,
dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang efektif. Rasa positif merupakan
kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak
berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang
penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan
atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka
terhadap kebutuhan orang lain pada kebiasaan sosial yag
telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian
tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan
tanpa merasa bersalah.
Rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak
pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang
positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi
interpersonal, hendaknya komunikator dan komunikan
saling menunjukkan sikap positif karena dalam
hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana
29
menyenangkan sehingga pemutusan hubungan
komunikasi tidak dapat terjadi.
9. Komunikasi interpersonal bersifat kesetaraan atau
kesamaan (equality)
Yaitu pengakuan secara diam-daiam bahwa
keduabelah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan
merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai
manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat
perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang
atau sikap orang lain terhadapnya. Dalam persamaan
tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak menggurui,
tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu
mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada
perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya
proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.
5. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi
Interpersonal
Setiap pelaksanaan bentuk komunikasi pastinya
memiliki berbagai hambatannya masing-masing, tidak
terkecuali komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal
memiliki hambatan-hambatan yang dapat membuat proses
komunikasi tidak berjalan lancar, antara lain yaitu: 13
1. Labelling, yaitu jika seseorang memberikan atribut
mengenai sifat tertentu pada orang lain dengan
13
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.
121.
30
berpendapat bahwa orang tersebut bertanggung jawab
atas atribut itu.
2. Blame placing, yaitu menimpakan kesalahan pada orang
lain.
3. Punctuating, yaitu menimpakan kesalahan pada orang
lain dengan tidak berkesudahan.
4. Dichotomiying, yaitu menduakan alternatif dalam
menilai diri sendiri atau menilai orang lain.
5. Assuming inflexibility, menganggap seseorang tidak
fleksibel atau kaku.
Sedangkan menurut Suranto AW terdapat 9 faktor yang
menjadi penghambat efektifitas komunikasi interpersonal
yaitu:14
1. Kredibilitas komunikator rendah
Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan
komunikan, menyebabkan kurangnya perhatian
komunikan terhadap komunikator.
2. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya
Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu
komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan,
sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan
dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial
budaya yang berlaku. Sebaliknya, pihak-pihak yang
berkomunikasi perlu menyesuaikan diri dengan
kebiasaan yang berlaku.
14
Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 86-87.
31
3. Kurang memahami karakteristik komunikan
Karakteristik komunikan meliputi tingkat pendidikan,
usia, jenis kelamin, dan sebagainya perlu dipahami oleh
komunikator. Apabila komunikator kurang memahami,
cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak sesuai
dengan karakteristik komunikan dan hal ini dapat
menghambat komunikasi karena dapat menimbulkan
kesalahpahaman.
4. Prasangka buruk
Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat
komunikasi harus dihindari, karena dapat mendorong ke
arah sikap apatis dan penolakan.
5. Verbalistis
Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal
berupa kata-kata saja akan membosankan dan
mengaburkan komunikan dalam memahami makna
pesan.
6. Komunikasi satu arah
Komunikasi berjalan satu arah, dari komunikator
kepada komunikan terus-menerus dari awal sampai akhir
menyebabkan hilangnya kesempatan komunikan untuk
meminta penjelasan terhadap hal-hal yang belum
dimengerti.
7. Tidak digunakan media yang tepat
Pilihan penggunaan media yang tidak tepat
menyebabkan pesan yang disampaikan sukar dipahami
oleh komunikan.
32
8. Perbedaan bahasa
Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya perbedaan
penafsiran terhadap simbol-simbol tertentu. Bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi dapat menjadi
penghambat bila dua orang mendefinisikan kata, frasa,
atau kalimat tertentu secara berbeda.
9. Perbedaan persepsi
Apabila pesan yang dikirim oleh komunikator
dipersepsi sama oleh komunikan, maka keberhasilan
komunikasi menjadi lebih baik. Namun perbedaan latar
belakang sosial budaya, seringkali mengakibatkan
perbedaan persepsi, karena semakin besar perbedaan
latar belakang budaya semakin besar pula pengalaman
bersama.
Berdasarkan hambatan-hambatan yang telah disebutkan
di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal
tidak selalu berjalan mulus, terdapat berbagai hambatan-
hambatan yang menyebabkan komunikasi tersebut tidak
berjalan lancar. Seperti halnya selalu menyalahkan orang lain
tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu, hal tersebut
dapat mengakibatkan hambatan dalam proses berkomunikasi.
Dalam penyampaian suatu pesan juga terdapat faktor
pendukung yang dapat mempengaruhi suatu hubungan
komunikasi interpersonal menjadi semakin erat, misalnya dari
33
kualitas komunikasi itu sendiri. Faktor pendukung tersebut
yaitu: 15
1. Percaya (trust)
Percaya nerupakan faktor yang paling penting agar
komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan efektif.
Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan
lainnya berlaku jujur. Terdapat 3 faktor utama yang
dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima,
empati dan kejujuran.
2. Sikap suportif
Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi
sikap defensive dalam komunikasi. Komunikasi
defensive dapat terjadi karena faktor-faktor personal
seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensive dan sebagainya atau faktor-faktor
situasional.
3. Sikap terbuka
Sikap terbuka juga sangat berpengaruh dalam
komunikasi interpersonal. Untuk memahami sikap
terbuka, terlebih dahulu harus mengidentifikasi orang
dogmatis. Karena lawan dari sikap terbuka adalah sikap
dogmatisme.
Ketiga faktor tersebut sangat penting diterapkan dalam
proses komunikasi khususnya komunikasi interpersonal. Jika
kita menerapkan faktor-faktor tersebut dalam berkomunikasi
15
Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), cet-27 h. 127-136.
34
maka akan timbul rasa saling menghargai dan rasa saling
pengertian sehingga terjalin komunikasi interpersonal yang
efektif.
B. Tinjauan Pembimbing Agama
1. Definisi Pembimbing Agama
Menurut bahasa kata bimbingan merupakan terjemahan
dari kata guidance yang di dalamnya terkandung beberapa
makna. Menurut Sertzer dan Stone seperti yang dikutip oleh
Hamdani mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata
guide, yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer
(menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).16
Djumhur dan Moh. Surya berpendapat bahwa bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus
dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami
dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima
dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan
dirinya (self direction), dan kemampuan untuk merealisasikan
dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.17
16
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia), h.
79. 17
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia), h.
78.
35
Bimbingan agama merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami
lingkungan, mengatasi hambatan, guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik. Bimbingan agama secara umum
adalah sebagai suatu bantuan dengan nilai-nilai keagamaan.
Bimbingan agama adalah suatu proses individu melalui usaha
sendiri untuk mengembangkan kemampuan agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan manfaat sosial.18
Orang yang memberikan bimbingan disebut juga
pembimbing. Pembimbing merupakan orang yang menuntun,
memberikan pengarahan dan petunjuk ke jalan yang
bermanfaat bagi orang lain baik di masa kini maupun di masa
yang akan datang, sedangkan definisi Pembimbing Agama
merupakan orang yang memberikan bantuan di bidang mental
spiritual dengan maksud agar orang yang dibimbing mampu
mengatasi kesulitannya dengan dorongan dari keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
2. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama
Hamdan Bakry adz-Dzaky menjelaskan tujuan dari
bimbingan yang dilakukan dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa
menjadi tenang, lapang, dan mendapat pencerahan dari
Allah SWT.
18
Santono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia,
1998), h. 9.
36
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan
kesopanan tingkah laku yang memberikan manfaat bagi
dirinya, lingkungan keluarga maupun sosial.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu
dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu,
sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi
segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-
Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah sehingga fungsi
diri sebagai khalifah di muka bumi dapat terlaksana
dengan baik dan benar.19
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari dilakukannya
bimbingan agama adalah untuk membantu terbimbing
mengatasi masalah yang sedang dihadapinya sesuai dengan
ajaran nilai-nilai ajaran Islam. Selanjutnya mengenai fungsi
dilakukannya bimbingan Islam yaitu: 20
1. Fungsi preventif, membantu individu dalam menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif, membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
19
Adz-Dazky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), h. 221. 20
Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII
Press, 2001), h. 37.
37
3. Fungsi preservative, membantu individu menjaga agar
situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung
masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu
bertahan lama (in state of good).
4. Fungsi developmental, membantu individu memelihara
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah
baginya.
Pada dasarnya dilakukannya bimbingan agama sebagai
usaha untuk melakukan perubahan secara mendasar, dalam
artian untuk mengurangi stimuli yang tidak diinginkan yang
dapat mengganggu perkembangan anak-anak untuk
berhubungan dengan diluar dirinya.
C. Tinjauan Anak Berhadapan Hukum (ABH)
Ditinjau dari aspek yuridis pengertian “Anak” dimata
hukum positif Indonesia (ius constitutum/ius operatum) lazim
diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjarig/person
under age), orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah
umur (minderjarigheid/inferiority) atau kerap juga disebut
sebagai anak yang di bawah pengawasan wali (minderjarig
ondervoordij).21
Sementara dalam ketentuan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 (LNRI Tahun 2012 Nomor 153,
21
Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia
(Bandung: P.T. Alumni, 2004), h. 1-2.
38
TLNRI Nomor 5332) Tentang Sistem Peradilan Anak Pasal 1
angka 2, 3, 4 dan Pasal 5 bahwa anak yang berhubungan hukum
adalah Anak yang bekonflik dengan hukum, Anak yang menjadi
korban tindak pidana, dan Anak yang menjadi saksi tindak
pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum atau dalam UU
SPPA dipergunakan terminologi Anak adalah anak yang telah
berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga
melakukan tindak pidana. Anak yang menjadi korban tindak
pidana (Anak Korban) adalah anak yang belum berumur 18 tahun
yang mengalami penderitaan fisik mental dan/atau kerugian
ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Anak yang menjadi
saksi tindak pidana (Anak Saksi) adalah anak yang belum
berumur 18 tahun yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat,
dan atau dialaminya sendiri.22
Menurut Harry E. Allend dan Clifford E. Simmonsen
seperti yang dikutip oleh M. Nasir Djamil bahwa terdapat 2
kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan
dengan hukum, yaitu:23
1. Status offence merupakan perilaku kenakalan anak yang
apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap
22
Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia
(Bandung: P.T. Alumni, 2004), h. 4. 23
Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum: Catatan Pembahasan
Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
h. 33.
39
sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah
atau kabur dari rumah.
2. Juvenile delinquency merupakan perilaku kenakalan anak
yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap
kejahatan atau pelanggaran hukum.
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di atas anak
yang berhubungan dengan hukum atau anak yang berkonflik
dengan hukum merupakan anak yang berhubungan langsung
dengan tindak pidana, baik sebagai pelaku, saksi, maupun sebagai
korban. Terdapat pula perbedaan perbuatan berhadapan dengan
hukum antara anak dengan orang dewasa. Perbuatan yang
dilakukan seorang anak bisa saja disebut melawan hukum, tetapi
untuk orang dewasa tidak berlaku sebagai melawan hukum dan
sebaliknya.
D. Tinjauan Kesadaran Beragama
1. Definisi Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama terdiri dari dua suku kata yaitu
kesadaran dan beragama. Kesadaran berasal dari kata “sadar”
sadar di sini maksudnya ingat atau insyaf untuk melakukan hal
yang lebih baik yang timbul karena dorongan dari dalam
jiwanya. Sedangkan beragama menurut Nasution yang dikutip
oleh Bustanuddin Agus berasal dari kata “agama”, kata agama
terdiri dari “a” dan “gama”, a memiliki arti tidak dan gama
memiliki arti pergi sehingga jika digabungkan keduanya
agama mengandung pengertian tidak pergi atau tetap di
40
tempat. Maksud dari tidak pergi di sini karena agama diajarkan
secara turun menurun.
Dalam bahasa Inggris dan Prancis, agama diterjemahkan
dengan religion. Kata sifatnya adalah religious sehingga
berarti yang bersifat keagamaan. Kata religion berasal dari
bahasa Latin religare yang mempunyai beberapa arti yaitu
membaca, mengumpulkan, dan mengikat. Arti membaca
dipahami karena ajaran agama yang terkandung dalam kitab
suci memang sering dibaca. Arti mengumpulkan dapat
dipahami karena ajaran agama dipercayai sebagai kumpulan
cara mengabdi kepada Tuhan. Arti mengikat dapat dipahami
karena ajaran agama memang mengikat penganutnya untuk
melakukan suruhan atau menghentikan larangan.24
Pengertian Kesadaran beragama menurut Prof. Zakiah
Darajat merupakan aspek mental dari aktivitas agama. Aspek
ini merupakan bagian atau segi agama yang hadir (terasa)
dalam pikiran dan dapat diuji melalui intropeksi.25
Sejak lahir, manusia selaku makhluk Tuhan mempunyai
fitrah atau potensi kecenderungan terhadap agama. Agama
mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola
perilaku manusia dan mendorong atau menahan perubahan
sosial. Pemahaman mengenai peran agama juga tidak dapat
dilepaskan dari tantangan-tantangan yang dihadapi manusia
24
Agus, Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama
(Jakarta: UI Press, 2010), h. 28-29. 25
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:
Radar Jaya Offset, 1993), Cet. II, h. 7.
41
dan masyarakatnya. Dalam praktek di masyarakat agama
mempunyai peran tersendiri, antara lain sebagai berikut:
1. Edukatif
Manusia mempercayakan peran edukatif kepada agama
yang mencakup tugas mengajar dan tugas bimbingan.
Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan
petugas-petugasnya baik di dalam upacara keagamaan,
khutbah, meditasi, pendalaman rohani dan lainnya. Untuk
melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris
seperti: syaman, dukun, kyai, pedanda, imam dan lainnya.
2. Penyelamatan
Setiap manusia pasti menginginkan keselamatannya baik
dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Agama
mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara
yang khas untuk mencapai kebahagiaan yang “terakhir”,
yang pencapaiannya mengatasi kemampuan manusia secara
mutlak, karena kebahagiaan itu berada di luar batas
kekuatan manusia. Orang berpendapat bahwa manusia
agama dapat mencapai titik itu, entah itu manusia yang
hidup dalam masyarakat primitif, entah dalam masyarakat
modern.
3. Pengawasan Sosial (social control)
Agama merasa ikut bertanggung jawab atas adanya
norma-norma susila yang baik yang diberlakukan atas
masyarakat manusia umumnya. Agama menyeleksi kaidah-
kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai
kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk
42
ditinggalkan sebagai larangan. Agama juga memberi
sangsi-sangsi yang harus dijatuhkan kepada orang yang
melanggarnya dan mengadakan pengawasan yang ketat atas
pelaksanaannya.
4. Pemupuk Persaudaraan
Jika menyoroti keadaan persaudaraan dalam satu jenis
golongan beragama saja misalnya umat Kristen tersendiri,
umat Islam tersendiri, maka menjadi teranglah bahwa
agama masing-masing sungguh berhasil dalam menjalankan
tugas “memupuk persaudaraan”, karena baik agama Kristen
maupun Islam masing-masing berhasil mempersatukan
sekian banyak bangsa yang berbeda ras dan kebudayaannya
dalam satu keluarga besar dimana mereka menemukan
ketentraman dan kedamaian.
5. Transformatif
Peran transformatif disini maksudnya mengubah bentuk
kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan
masyarakat baru. Kehidupan masyarakat lama dibentuk
oleh nilai-nilai adat yang diwariskan dari angkatan
sebelumnya yang berupa pola-pola berfikir, serta pola-pola
kelakuan yang harus ditaati. Maka transformasi berarti
mengubah kesetiaan manusia adat kepada nilai-nilai adat
yang kurang manusiawi dan membentuk kepribadian
manusia yang ideal. Bersamaan dengan itu transformasi
berarti pula membina dan mengembangkan nilai-nilai sosial
43
adat yang pada intinya baik dan dimanfaatkan untuk
kepentingan yang lebih luas.26
Dapat disimpulkan bahwa kesadaran beragama yang
dimaksud adalah segala perilaku yang dikerjakan oleh
seseorang dalam bentuk mengingat, merasa dan melaksanakan
ajaran agama untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan
disertai perasaan ikhlas dan tulus. Dengan demikian,
kesadaran beragama sangat penting untuk tetap dikembangkan
karena kesadaran beragama merupakan perwujudan dari nilai-
nilai Islami.
2. Dimensi Kesadaran Beragama
Dimensi kesadaran beragama yang dimaksud dalam
penelitian ini mencakup lima hal, yaitu: 27
1. Dimensi Keyakinan (ideologis)
Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat
keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran-
ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang
bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam Islam
dimensi ini menyangkut keyakinan tentang Allah,
Malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka
dan lain-lain.
2. Dimensi Peribadatan/Praktek Agama (ritualistik)
Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat
kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan
26
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1983), h. 38-57. 27
Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam
akan Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h. 77.
44
ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh
agamanya. Dalam Islam, dimensi peribadatan menyangkut
pelaksanaan shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa dan
lain-lain.
3. Dimensi Penghayatan (eksperiensial)
Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang
muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-
perasaan dan pengalaman religius. Dalam Islam dimensi
ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan
Allah dan lain-lain.
4. Dimensi Pengetahuan
Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat
pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap
ajaran-ajarannya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok
dari agamanya. Dalam Islam dimensi ini menyangkut
pengetahuan tentang isi al-Qur’an, pokok-pokok ajaran
yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan
rukun Islam), hukum-hukum Islam dan sebagainya.
5. Dimensi Pengamalan (konsekuensial)
Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat
pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh
ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia
berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam,
dimensi ini meliputi suka menolong, berkerjasama,
menegakkan keadilan dan lain-lain.
45
3. Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum
(ABH)
Kadar kesadaran beragama pada tiap individu berbeda-
beda. Ada yang mempunyai kesadaran beragama tinggi dan
ada pula yang mempunyai kesadaran beragama rendah.
Individu yang mempunyai tingkat kesadaran rendah salah
satunya yaitu remaja yang terlibat kenakalan remaja.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Evi
Aviyah dan Muhammad Farid tentang hubungan antara
religiusitas, kontrol diri dan kenakalan remaja usia 13-17
tahun di SMA Negeri 1 Bancar dan SMA Negeri 1 Jatirongo.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat
hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan yang
dilakukan remaja. Artinya semakin tinggi tingkat religiusitas
remaja maka semakin rendah kenakalan remaja, sebaliknya
semakin rendah tingkat religiusitas remaja maka semakin
tinggi kenakalan remaja.28
Sebagian orang juga berpendapat bahwa moral dan religi
atau agama dianggap bisa mengendalikan tingkah laku remaja
sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau
bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di
sisi lain tiadanya moral dan agama ini sering kali dituding
sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.29
28
Evi Aviyah dan Muhammad Farid, “Religiusitas, Kontrol Diri dan
Kenakalan Remaja”, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No 2 (2014) h. 129. 29
Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 109.
46
Lain halnya dengan remaja yang memiliki tingkat
kesadaran beragama yang tinggi, menunjukkan bahwa remaja
tersebut mengikuti norma-norma agama dengan patuh,
mempunyai keyakinan yang kuat, serta menjalankan perintah
agama dengan sebaik-baiknya. Kesadaran beragama tersebut
membuat remaja dapat mengontrol diri dari perilaku yang
membawa dirinya ke arah negatif terlebih yang dapat
menyebabkan dirinya harus berhadapan dengan hukum.
Muncul dan berkembangnya kesadaran beragama
tentunya tidak dapat terjadi sekaligus tetapi melalui sebuah
proses. Faktor dari luar sangat berpengaruh dalam
menumbuhkembangkan kesadaran beragama. Salah satunya
pembinaan mengenai pendidikan keagamaan. Pendidikan
agama bagaimanapun dapat memengaruhi pembentukan jiwa
keagamaan pada remaja. Namun besar kecilnya pengaruh
tersebut tergantung dengan bagaimana faktor yang memotivasi
para remaja tersebut untuk memahami nilai-nilai agama.
E. Teori Competence Communication
Menurut Devito kompetensi komunikasi mengacu pada
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
Kemampuan ini mencakup hal-hal seperti pengtahuan tentang
peran lingkungan (konteks) dalam memengaruhi kandungan
(content) dan bentuk pesan komunikasi. Misalnya, pengetahuan
bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada
47
pendengar tertentu di lingkungan tertentu tetapi mungkin tidak
layak bagi pendengar dan lingkungan lain.30
Kompetensi komunikasi pertama kali dikemukakan oleh
Brian H. Spitzberg dan William R. Cupach pada tahun 1984.
Kompetensi komunikasi adalah suatu kemampuan untuk memilih
perilaku komunikasi yang cocok dan efektif bagi situasi tertentu.
Sedangkan, kompetensi komunikasi interpersonal memungkinkan
dan membolehkan seseorang mencapai tujuan-tujuan
komunikasinya tanpa menyebabkan orang lain kehilangan
“muka”.
Brian Spitzberg dan William Cupach menyatakan bahwa
terdapat tiga komponen kompetensi komunikasi, komponen
tersebut yaitu knowledge, skills, dan motivation.
1. Pengetahuan (knowledge)
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi, individu harus
memiliki pengetahuan yang dibutuhkan dalam
berkomunikasi secara efektif dan tepat. Spitzberg dan
Cupach mengemukakan bahwa pengetahuan dalam hal ini
lebih ditekankan pada “bagaimana” sebenarnya komunikasi
daripada “apa” itu komunikasi. Pengetahuan-pengetahuan
tersebut diantaranya seperti mengetahui apa yang harus
diucapkan, tingkah laku seperti apa yang harus diambil
dalam situasi yang berbeda, bagaimana orang lain akan
menanggapi dan berperilaku, siapa yang diajak
berkomunikasi, serta memahami isi pesan yang disampaikan.
30
Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang: Karisma
Publishing Group, 2011), h. 89.
48
Pengetahuan ini dibutuhkan agar komunikasi dapat berjalan
secara efektif dan tepat. Pengetahuan ini akan bertambah
seiring tingginya pendidikan dan pengalaman. Oleh karena
itu, semakin seseorang mengetahui bagaimana harus
berkomunikasi dalam situasi yang berbeda maka kompetensi
atau kemampun berkomunikasinya akan semakin baik.
2. Keahlian (skill)
Skill meliputi tindakan nyata dari perilaku, yang merupakan
kemampuan seseorang dalam mengolah perilaku yang
diperlukan dalam berkomunikasi secara tepat dan efektif.
Kemampuan ini meliputi beberapa hal seperti other
orientation, social anxiety, expressiveness dan interaction
management. Other orientation meliputi tingkah laku yang
menunjukkan bahwa individu tertarik dan memperhatikan
orang lain. Dalam hal ini individu mampu mendengar,
melihat dan merasakan apa yang disampaikan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal. Other orientation akan
berlawanan dengan self centeredness dimana individu hanya
memperhatikan dirinya sendiri dan kurang tertarik dengan
orang lain dalam berkomunikasi. Social anxiety meliputi
bagaimana kemampuan individu mengatasi kecemasan
dalam berbicara dengan orang lain dan menunjukkan
ketenangan dan percaya diri dalam berkomunikasi.
Expressiveness mengarah pada kemampuan dalam
berkomunikasi yang menunjukkan kegembiraan, semangat,
serta intensitas dan variabilitas dalam perilaku komunikasi.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan vocal yang beragam,
49
wajah yang ekspresif, penggunaan vocabulary yang luas,
serta gerak tubuh. Sedangkan interaction management
merupakan kemampuan untuk mengelola interaksi dalam
berkomunikasi, seperti pergantian dalam berbicara serta
pemberian feedback atau respon.
3. Motivasi (motivation)
Motivasi dalam hal ini merupakan hasrat atau keinginan
seseorang untuk melakukan komunikasi atau menghindari
komunikasi dengan orang lain. Motivasi biasanya
berhubungan dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk
menjalin hubungan baru, mendapatkan informasi yang
diinginkan, terlibat dalam pengambilan keputusan bersama,
dan lain sebagainya. Semakin individu memiliki keinginan
untuk berkomunikasi secara efektif dan meninggalkan kesan
yang baik terhadap orang lain, maka akan semakin tinggi
motivasi individu untuk berkomunikasi. Dalam hal ini
tanggapan yang diberikan orang lain akan memengaruhi
keinginan individu dalam berkomunikasi. Jika individu
terlau takut untuk mendapat tanggapan yang tidak
dinginkan, maka keinginannya untuk berkomunikasi akan
rendah.31
Secara sederhana, pengetahuan diartikan sebagai pemilihan
perilaku apa yang digunakan untuk situasi tertentu. Keahlian
maksudnya adalah kemampuan mengaplikasikan perilaku tadi
pada situasi yang sama, sedangkan motivasi maksudnya adalah
31
Greene dan Burleson, Handbook of Communication amd Social
Interaction Skills (Taylor & Francis, 2003), h. 7-11.
50
memiliki hasrat untuk berkomunikasi dengan membawa sifat-
sifat seseorang yang ahli pada bidangnya. Model komponen
dalam teori kompetensi komunikasi ini menyaratkan bahwa
komunikator harus:
a. Memahami kemampuan komunikasi praktis yang sesuai
dengan situasi.
b. Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan komunikasi
secara aplikatif.
c. Berkeinginan untuk berkomunikasi dengan efektif sesuai
karakter. 32
32
Yusuf, Komunikasi Instruksional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010),
h. 97.
50
BAB III
GAMBARAN UMUM BALAI REHABILITASI SOSIAL
ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS
(BRSAMPK) HANDAYANI JAKARTA
A. Sejarah BRSAMPK Handayani Jakarta
Departemen Sosial mendirikan suatu Camp bernama Pilot
Proyek Karang Taruna Marga Guna melalui Surat Keputusan
Kepala Jawatan Pekerja Sosial No. 3/BUL-DJPS-A/62 yang
diresmikan pada 21 Desember 1959. Pada tanggal 30 Oktober
1965 Camp tersebut berubah nama menjadi Pilot Proyek Taruna
Loka Marga Guna melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No.
HUK 3-2-49/4479. Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna terdiri
dari Taman Rekreasi Sehat Anak-anak Dwikora, Observation
Home untuk anak-anak Tuna Sosial, Camp pendidikan dan
latihan kerja untuk anak-anak mogol (drop out), serta usaha
kesejahteraan wanita/gadis-gadis desa.1
Pada periode berikutnya yaitu tanggal 7 Oktober 1968,
Departemen Sosial mengeluarkan Surat Keputusan Menteri
Sosial No. HUK 3-1-48/144, yang menetapkan proyek tersebut
menjadi Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani,
Camp pendidikan dan Latihan kerja anak-anak mogol, Sanggar
Rekreasi Sehat Ade Irma Suryani, Pusat perkemahan remaja
(termasuk Pramuka) dari Jakarta sekitarnya, serta pusat
pendidikan, kursus-kursus dan upgrading petugas Direktorat
Jenderal Kesejahteraan Anak, keluarga dan masyarakat
1 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
51
Kementerian Sosial. Hasil rapat dinas staf Direktorat
Kesejahteraan Anak dan Taruna dengan staf Pilot Proyek Taruna
Loka Marga Guna pada tanggal 18 dan 30 Oktober, dan 5
November 1971, adalah keputusan bahwa mulai tanggal 1
Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi Panti
Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai
kegiatan pokok dan pelayanan umum (community service) yaitu
sebagai kegiatan suplementer.2
Kemudian nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial
Wisma Handayani diganti menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Anak
Nakal (PRAN) Wisma Handayani melalui Surat Keputusan
Menteri Sosial Nomor 10 tahun 1975, yang diresmikan pada
tahun 1983 serta dialihkan statusnya dari pengolahan Direktorat
Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit Pelaksana
Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.3
Selanjutnya terjadi pembekuan nama Panti/Sasana, dari
Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani menjadi Panti
Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani melalui Surat
Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial RI No: 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April
1994 dan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No. 14/HUK/1994
tanggal 23 April 1994. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2016,
PSMP Handayani telah menangani lebih dari 1800 anak yang
mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan
2 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
3 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
52
terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk dalam
kategori anak nakal dan yang berhadapan dengan hukum.4
Selanjutnya pada tahun 2018 Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani berubah nama menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Anak
yang Membutuhkan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)
Handayani melalui Peraturan Menteri Sosial (PERMENSOS)
Republik Indonesia (RI) Nomor 17 tahun 2018. Perubahan
tersebut diresmikan oleh Menteri Sosial RI Agus Gumiwang
Kartasasmita. Aktivasi BRSAMPK dilakukan dalam rangka
menuju Indonesia bebas ABH dari lapas dewasa 2018.
B. Visi dan Misi
Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus Handayani Jakarta memiliki visi dan misi
agar tercapainya tujuan didirikannya balai ini. Visi dari Balai ini
adalah “Mitra terbaik dalam rehabilitasi sosial Anak yang
Membutuhkan Perlindungan Khusus (AMPK)”. Sedangkan
misinya adalah “Memberikan pelayanan sosial secara
professional, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
professional, menjadi pusat kajian dan model percontohan
penanganan AMPK, mengembangkan jejaring sosial (social
networking), memberdayakan AMPK, keluarga, masyarakat, dan
organisasi sosial atau Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)”.5
4 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
5 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
53
C. Maksud dan Tujuan
Dalam mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945
untuk memajukan kesejahteraan umum, Kementerian Sosial
berdiri sebagai leading sector dalam mengembangkan usaha
kesejahteraan sosial. Pengembangan tersebut diimplementasikan
pada berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial yang
ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat. Maksud
didirikannya BRSAMPK Handayani Jakarta yaitu:
1. Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta
fungsi sosial anak sehingga mereka dapat hidup, tumbuh
dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi
sumber daya manusia yang berguna, produktif dan
berkualitas, serta berakhlak mulia.
2. Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat
terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka
untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.
3. Menemukan lingkungan dan situasi kehidupan yang
mendukung keberfungsian sosial dan mencegah
terulangnya kembali permasalahan yang dihadapi anak.6
Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta
suatu pelayanan yang komprehensif dan berorientasi pada
kepentingan penerima manfaat pelayanan. Tujuan pelayanan dan
rehabilitasi sosial anak yang berhadapan hukum di BRSAMPK
Handayani Jakarta secara umum adalah pulihnya kepribadian,
6 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
54
sikap mental dan kemampuan anak berhadapan hukum sehingga
mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan
dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.7
D. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif,
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental,
sosial dan pelatihan ketrampilan, resosialisasi dan bimbingan
lanjut bagi ABH agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam
kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar
pelayanan dan rujukan. Kementerian Sosial RI menjabarkan
peran, fungsi dan tugas sebagai berikut:
1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi dan
tugasnya adalah:
a. Menggugah, meningkatkan dan mengembangkan
kesadaran sosial, tanggung jawab sosial, prakarsa dan
peran serta perorangan, kelompok dan masyarakat.
b. Penyembuhan dan pemulihan sosial.
c. Penyantunan dan penyediaan bantuan sosial.
d. Mengadakan bimbingan lanjut.
2. Sebagai pusat informasi masalah kesejahteraan sosial.
Fungsi dan tugasnya adalah:
a. Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang
masalah kesejahteraan sosial.
b. Menyelenggarakan konsultasi sosial bagi masyarakat.
7 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
55
3. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial. Fungsi
dan tugasnya adalah:
a. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan sosial.
b. Mengembangkan metode pelayanan kesosialan.
4. Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan. Fungsi dan
tugasnya adalah:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada
klien dan pegawai.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada
tenaga di luar balai.8
8 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
56
E. Struktur Organisasi
Di bawah ini merupakan gambar struktur kepengurusan
organisasi yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi BRSAMPK Handayani
Dra. Neneng Heryani, M. Pd
Kepala BRSAMPK
Sulistya Ariadhi, A. KS
Kepala Bagian Tata
Usaha
Dra. Dwismari Novie
Reviani
Bambang Wibowo, SH
Maria Josefin Barus, S.
Sos
Tuti Nurhayati, S. ST
Kepala Seksi
Program dan
Advokasi Sosial
Kepala Seksi
Rehabilitasi Sosial
Koordinator Pekerja
Sosial
Koordinator Instalasi
Produksi
57
BRSAMPK Handayani Jakarta memiliki struktur
kepengurusan organisasi yang dipimpin oleh kepala balai, di
bawahnya terdapat kepala bagian tata usaha, kemudian di
bawahnya lagi terdapat kepala seksi program dan advokasi sosial
yang sejajar dengan kepala seksi rehabilitasi sosial, kordinator
pekerja sosial dan koordinator instalasi produksi. Di bawah ini
akan dijabarkan deskripsi tugas dari masing-masing jabatan.
1. Kepala BRASMPK
Bertugas menjalankan manajerial dan teknis
operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Bertugas melakukan persiapan sarana dan prasarana
pelayanan seperti penyiapan asrama, kebutuhan fisik
(makan) klien, sarana dan prasarana keterampilan dan SDM.
3. Seksi Program dan Advokasi Sosial
Bertugas melakukan persiapan perencanaan program
dan advokasi baik program yang berkaitan dengan
operasional perkantoran maupun program rehabilitasi sosial
secara keseluruhan.
4. Seksi Rehabilitasi Sosial
Bertugas melakukan bimbingan rehabilitasi sosial
langsung kepada klien. Bimbingan yang dilaksanakan
meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan
yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
58
5. Koordinator Pekerja Sosial
Bertugas mendistribusikan tugas, wewenang, peran dan
fungsi sistem pelaksana intervensi pekerja sosial.
6. Instalasi Produksi
Bertugas mengkoordinir para instruktur untuk
melaksanakan kegiatan keterampilan.9
F. Program Pelayanan di BRSAMPK Handayani Jakarta
Berbagai macam pelayanan disediakan oleh BRSAMPK
Handayani Jakarta untuk memenuhi kebutuhan dan melaksanakan
berbagai kegiatan di dalam balai sebagai proses pelayanan
rehabilitasi sosial terhadap ABH. Pelayanan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Terapi Fisik
Terapi fisik merupakan kegiatan yang dilaksanakan
untuk pemenuhan kebutuhan pokok para ABH, seperti:
a. Makan
b. Pakaian
c. Tempat tinggal
d. Kesehatan
e. Olahraga
2. Terapi Psikososial
Terapi psikososial merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh ABH baik secara individual maupun
dalam kelompok, seperti:
9 Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
59
a. Dinamika kehidupan sosial
b. Penyuluhan
c. Bimbingan Sosial
d. Dinamika kelompok
e. Therapetic community
f. Morning Meeting
g. Sharing feeling
3. Terapi Penghidupan
Terapi penghidupan merupakan terapi yang bertujuan
untuk menyiapkan ABH agar mampu hidup mandiri
nantinya setelah selesai menjalani rehabilitasi. Terapi ini
merupakan penyaluran minat, bakat, dan penyiapan
kemandirian ABH dalam bentuk keterampilan dan magang
kerja. Bentuk bimbingan keterampilan terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Keterampilan Vokasional
Keterampilan vokasional terdiri dari otomotif
motor, AC/pendingin, las, handycraft, dan sablon.
b. Keterampilan Ekstrakulikuler
Keterampilan ekstrakulikuler terdiri dari mix
farming, band/musik, volley, futsal, badminton,
komputer, seni lukis, seni tari dan dance.
4. Terapi Mental Spiritual
Kegiatan pemahaman pengetahuan dasar keagamaan
dan kedisiplinan yang ditunjukkan untuk memperkuat
sikap/karakter dan nilai spiritual yang dianut ABH.
Kegiatan mental spiritual terdiri dari:
60
a. MFD (Mental Fisik Disiplin)
b. PBB (Peraturan Baris Berbaris)
c. Bimbingan Agama
Selain program pelayanan utama yang dilaksanakan di dalam
balai, BRAMPK Handayani Jakarta juga mempunyai program
pelayanan yang dilakukan di luar balai. Pelayanan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Layanan Jarak Jauh
Layanan jarak jauh merupakan program yang
diperuntukkan bagi anak-anak dan orang tua di suatu
wilayah yang dianggap rentan terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum. Program ini telah dilaksanakan
di Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Bangka Belitung.
2. Peduli Sekolah
BRSAMPK Handayani Jakarta bekerja sama dengan
beberapa sekolah di DKI Jakarta dengan mengadakan
sosialisasi mengenai ABH kepada pelajar, baik SD, SMP,
SMA. Kegiatan ini merupakan kegiatan preventif agar
anak-anak yang rentan tidak terjerumus menjadi ABH.10
G. Proses Rehabilitasi Sosial
Tahapan proses rehabilitasi sosial di BRSAMPK
Handayani Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Awal. Merupakan kegiatan penjangkauan (out
reach) klien. Pendekatan awal dilakukan dengan langsung
10
Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018
61
mendatangi lokasi dimana terdapat permasalahan
anak/remaja nakal yang berhadapan dengan hukum.
BRSAMPK Handayani bekerja sama dengan Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM) dalam melakukan seleksi.
2. Penerimaan. Calon klien yang dinyatakan dapat mengikuti
seleksi datang ke BRSAMPK Handayani. Calon klien
diharuskan mengikuti tes berupa tes wawancara, tes
sosiometri, tes fisik, tes buta warna, dan sebagainya.
Setelah dinyatakan lulus tes maka dilakukan pemeriksaan
berkas kelengkapan administrasi.
3. Pengasramaan. Calon klien yang telah lulus seleksi
maupun sudah memenuhi kelengkapan persyaratan
ditempatkan diasrama. Pengasramaan di BRSAMPK
Handayanai menganut sistem kepengasuhan dimana klien
tinggal bersama-sama keluarga asuh sebagai keluarga
pengganti.
4. Orientasi. Pada awal proses pelayanan, klien diwajibkan
mengikuti orientasi selama kurang lebih dua minggu.
Materi pada saat orientasi bertujuan untuk memberikan
gemblengan disiplin kepada klien sehingga mereka dapat
menyesuaikan dengan pola pelayanan yang teratur dan
sistematis. Pemberi materi terdiri dari Pihak Koramil,
Kepolisian Sektor Cipayung dan Pegawai yang ditunjuk.
5. Assesment. Langkah awal dalam proses pelayanan adalah
kegiatan assesmen dengan tujuan untuk mengungkap dan
memahami latar belakang permasalahan klien. Tujuan
assesmen adalah untuk dapat menentukan fokus masalah
62
sehingga dapat menentukan jenis pelayanan yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan klien.
6. Perumusan Rencana Intervensi. Berdasarkan hasil
assesmen pekerja sosial, maka dirumuskan rencana
intervensi pelayanan rehabilitasi untuk masing-masing
klien. Rencana intervensi diberikan sesuai dengan
karakteristik masing-masing klien dan berdasarkan tingkat
kedalaman masalah.
7. Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan Keterampilan.
8. Resosialisasi. Pada tahap resosialisasi, BRSAMPK
Handayani melakukan sosialisasi terhadap keluarga,
masyarakat dan pihak dunia usaha yang dapat
memberikan dukungan bagi perkembangan maksimal
klien. BRSAMPK Handayani telah menjalin kerjasama
dengan berbagai bengkel kecil dan menengah di wilayah
DKI Jakarta untuk dapat menerima klien magang (praktek
belajar kerja). Selanjutnya diharapkan mereka dapat
memberikan lapangan kerja bagi eks klien.
9. Penyaluran. Klien yang telah selesai mengikuti program
magang maka akan disalurkan. Bentuk penyaluran
disesuaikan dengan jenis bimbingan yang diikuti. Bagi
klien yang mengikuti program bimbingan pendidikan
SLB-E maka disalurkan kepada Sekolah Menengah Atas
atau yang sederajat. Sedangkan untuk klien yang
mengikuti bimbingan keterampilan disalurkan pada
bengkel-bengkel yang menerima mereka bekerja.
63
10. Bimbingan Lanjut. Tahap ini merupakan tahap untuk
mengadakan evaluasi dan monitoring terhadap eks klien.
Pihak BRSAMPK Handayani melakukan bimbingan
lanjut secara berkala dalam waktu satu tahun setelah klien
disalurkan. Tujuannya adalah memantau perkembangan
klien baik di lingkungan rumah maupun lingkungan
tempat kerja. BRSAMPK Handayani harus mampu
memaksimalkan kondisi lingkungan yang dapat menjaga
konsistensi perubahan perilaku.
11. Terminasi. Setelah melalui masa bimbingan lanjut selama
satu tahun dan dinilai bahwa eks klien sudah memiliki
kemampuan untuk mandiri maka dilakukan terminasi.
12. Pengarsipan data klien. Pengarsipan data klien dilakukan
mulai tahap penerimaan. Untuk persyaratan awal masuk
panti file klien dihimpun oleh Seksi Program dan
Advokasi Sosial (PAS) dan selanjutnya diserahkan kepada
pekerja sosial yang menangani klien. Untuk
perkembangan selanjutnya sepenuhnya menjadi tugas dan
tanggung jawab pekerja sosial. Meskipun file klien
lengkap ada pada pekerja sosial, tetapi masing-masing
bagian seperti Seksi Rehabilitasi Sosial, Tata Usaha dan
PAS juga melakukan pengarsipan.11
11
Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
64
H. Kriteria Penerima Manfaat
Dampak era globalisasi semakin menambah beban
Departemen Sosial dalam mengentaskan berbagai permasalahan
yang terjadi, salah satunya adalah permasalahan anak/remaja
nakal. Dari hari ke hari permasalahan ini semakin pelik dan
kompleks. Ini diakibatkan oleh pergeseran nilai dan fungsi yang
seharusnya dilaksanakan oleh keluarga. Permasalahan tersebut
berkembang menjadi tindak kriminal anak/remaja. Menyikapi
perubahan tersebut Kementerian Sosial dan Kementerian Hukum
dan HAM mengambil inisiatif untuk membuat Memorandum of
Understanding (MOU) dalam penanganan anak/remaja nakal
yang berkonflik dengan hukum. Ini dimaksudkan agar
BRSAMPK Handayani sebagai salah satu show window
Kementerian Sosial dapat mengambil peran sebagai panti
pelayanan profesional yang berorientasi pada konsep pelayanan
prima (service excellence), dan pada akhirnya memiliki daya jual
Gambar 3. 2 Proses Rehabilitasi Sosial
65
yang tinggi. Berdasarkan kondisi permasalahan di atas maka
anak/remaja nakal yang dapat diberikan pelayanan memiliki dua
klasifikasi rujukan:
1. Rujukan dari keluarga, tokoh masyarakat, Pekerja Sosial
Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi
Sosial atau organisasi masyarakat lainnya.
2. Rujukan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dan
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Bagi calon penerima manfaat diharapkan dapat memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Laki-laki atau perempuan.
2. Berusia 10-18 tahun.
3. Sehat fisik dan mental.
4. Surat penitipan/rujukan dari kepolisian atau kejaksaan.
5. Petikan putusan pengadilan.
6. Surat pernyataan bermaterai tentang jaminan pengamanan
untuk ABH.
7. Surat keterangan/rujukan dari sekolah/non aparat penegak
hukum.
8. Surat pernyataan bersedia mengikuti kegiatan rehabilitasi
sosial.
9. Surat persetujuan dari keluarga atau perujuk.12
12
Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
66
I. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di BRSAMPK Handayani
Jakarta cukup memadai dan mendukung proses pelayanan sosial.
Sarana dan prasarana yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.13
Tabel 3. 1 Sarana dan Prasarana BRSAMPK Handayani
No Sarana dan Prasarana Jumlah Unit
1. Gedung Kantor 2
2. Ruang Data 1
3. Asrama 11
4. Guest House 1
5. Poliklinik 1
6. Gedung Minat Bakat 1
7. Galeri 1
8. Aula 1
9. Rumah Antara 1
10. Ruang Makan 1
11. Sekolah SLB-E 1
12. Masjid 1
13. Ruang Handycraft 1
14. Ruang Sablon 1
15. Rumah Dinas 13
16. Lapangan Volley 1
17. Kendaraan dinas mini bus 1
13
Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
67
18. Kendaraan dinas UPSK 1
19. Kendaraan dinas motor 6
20. Kendaraan dinas mobil 2
21. Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RSPA)
1
22. Ruang Keterampilan Las 1
23. Ruang Keterampilan Pendingin/AC 1
24. Ruang Keterampilan Otomotif Motor 1
J. Profil Narasumber
Dalam penelitian ini, Pembimbing Agama dan Anak
Berhadapan Hukum (ABH) sangat berperan penting sebagai
subjek penelitian. Berikut ini adalah profil Pembimbing Agama
dan ABH yang ada di BRSAMPK Handayani yang dijadikan
sebagai narasumber dalam penelitian.
a. Pembimbing Agama
Ustadz Jubaedi Hambali merupakan seorang
Pembimbing Agama atau Pembimbing Rohani Islam satu-
satunya yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta. Ustadz
kelahiran tahun 1987 ini sudah 12 tahun menjadi
Pembimbing Agama di balai ini. Selain menjadi
Pembimbing Agama, beliau juga menjadi orang tua asuh
ABH di Asrama Imam Bonjol dan menjadi guru
keterampilan las. Latar belakang pendidikan beliau sebagai
santri selama 5 tahun membuat Ustadz Jubaedi menjadi
Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta.
68
Pembawaan materi bimbingan yang santai tapi tegas
membuat Ustadz Jubaedi banyak disenangi oleh ABH yang
mengikuti bimbingan agama bersama beliau.14
b. Anak Berhadapan Hukum (ABH)
1. ABH PP
PP merupakan laki-laki berusia 17 tahun yang
memiliki tubuh besar dan mempunyai brewok disekitar
mukanya. PP sudah berada di BRSAMPK Handayani
Jakarta selama 11 bulan. PP terjerat kasus narkoba
sehingga membuat dirinya harus masuk ke BRSAMPK
Handayani. PP merupakan ABH yang paling lama dan
yang paling tua menempati BRSAMPK Handayani.
Penulis memilih PP sebagai narasumber penelitian
dikarenakan PP merupakan ABH yang rajin mengikuti
bimbingan agama dan selalu datang lebih awal saat
bimbingan.15
2. ABH RS
RS merupakan remaja laki-laki berusia 17 tahun asal
Cawang Jakarta Timur. Tawuran pelajar membuat RS
masuk ke BRSAMPK Handayani Jakarta. Sama seperi
PP, RS sudah hampir 11 bulan berada di BRSAMPK
Handayani Jakarta. RS dikenal sebagai anak yang baik
dikalangan ABH lainnya selama berada di asrama dan
14
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 15
Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di
Masjid Istiqomah.
69
tidak pernah membuat kegaduhan selama mengikuti
kegiatan di BRSAMPK Handayani.16
3. ABH N
N merupakan remaja laki-laki yang baru berusia 14
tahun. Walaupun masih berusia 14 tahun tetapi
pemikiran yang dimiliki N sangat dewasa. Sebelum
masuk BRSAMPK Handayani, N bekerja sebagai
penjaga kantin di salah satu universitas swasta di daerah
Jakarta Selatan. N memiliki badan yang sangat tinggi
dibandingkan teman-teman seusianya. Ibu dari N
merupakan orang asli Arab Saudi dan ibunya tinggal di
Arab sampai sekarang. N terjerat kasus pencurian motor,
N mengaku sudah 10 motor yang ia curi diusianya yang
baru memasuki umur 14 tahun. Meskipun begitu, N
sangat rajin membantu membersihkan masjid di
BRSAMPK Handayani Jakarta.17
4. ABH A
ABH A asal Jakarta Timur merupakan remaja laki-
laki berumur 16 tahun yang masuk BRSAMPK
Handayani Jakarta karena terjerat kasus pembunuhan. A
mengaku membunuh seseorang asal Bekasi karena ia
diserang oleh orang tersebut saat ia ingin pulang dari
warnet menuju rumahnya pada pukul dua pagi. A
merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Saat
16
Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di
Masjid Istiqomah. 17
Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.59 WIB, di Masjid
Istiqomah.
70
berada di BRSAMPK Handayani Jakarta A sangat rajin
mengikuti bimbingan agama. Sudah sekitar 6 bulan A
berada di balai ini dan selalu mengikuti bimbingan
agama. Selama observasi berlangsung, penulis
mengamati bahwa setelah mengikuti bimbingan agama
pada malam hari, ABH A tidak langsung pulang menuju
asrama, tetapi ia ikut melaksanakan zikir bersama
beberapa ABH lainnya.18
5. ABH MF
Remaja laki-laki berumur 15 tahun berinisial MF asal
Bendungan Hilir Jakarta Pusat, merupakan ABH yang
sudah menempati BRSAMPK Handayani Jakarta selama
9 bulan. MF memiliki postur badan yang cukup tinggi
dan mempunyai warna kulit hitam manis. MF dan N
merupakan ABH yang paling rajin membantu
membersihkan Masjid Istiqomah di BRSAMPK
Handayani Jakarta. Selama mengikuti bimbingan agama,
MF merupakan ABH yang tidak mudah putus asa. Ia
selalu berusaha untuk bertanya kepada Ustadz Jubaedi
tentang materi yang belum bisa ia pahami.19
6. ABH MZA
MZA merupakan ABH asal Jakarta Timur yang
berusia 18 tahun. MZA terjerat kasus narkotika,
sehingga ia bisa masuk ke BRSAMPK Handayani
18
Wawancara dengan ABH A, 23 September 2019, 19.54 WIB, di
Masjid Istiqomah. 19
Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di
Masjid Istiqomah.
71
Jakarta. Kepada penulis, MZA mengaku sudah
menggunakan barang haram tersebut semenjak umur 13
tahun. Barang haram tersebut ia dapatkan dari kakaknya.
Saat ditangkap oleh kepolisian, kakak dari MZA
dimasukkan ke penjara di Cipinang sedangkan MZA
dimasukkan ke dalam BRSAMPK Handayani Jakarta.
MZA juga merupakan salah satu ABH yang rajin
mengikuti zikir setelah selesai bimbingan agama pada
malam hari. Selama mengikuti bimbingan agama, MZA
juga sangat antusias mendengarkan materi-materi yang
disampaikan oleh Ustadz Jubaedi.20
7. ABH AZ
Remaja laki-laki berumur 18 tahun asal Cakung
Jakarta Timur berinisial AZ ini merupakan ABH yang
sudah mendiami BRSAMPK Handayani Jakarta selama
9 bulan. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini merupakan
seorang yatim piatu. Ibu dari AZ meninggal sejak AZ
masih kecil, sedangkan ayahnya meninggal dua tahun
silam. Saat ini AZ tinggal bersama kakek dan kedua
kakaknya. AZ masuk BRSAMPK Handayani Jakarta
karena terjerat kasus 363 yaitu pencurian. Kepada penulis
AZ mengaku mencuri barang-barang elektronik milik
tetangganya. Penulis memilih AZ sebagai narasumber
penelitian dikarenakan AZ merupakan salah satu ABH
yang lumayan aktif dalam mengikuti bimbingan agama,
20
Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di
Masjid Istiqomah.
72
selain itu AZ juga selalu tanggap dalam menerima
materi yang diberikan oleh Ustadz Jubaedi.21
8. ABH AS
AS merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang
berasal dari Kampung Tengah Jakarta Timur. AS
merupakan remaja 17 tahun yang terjerat kasus 365 yaitu
kasus pencurian dengan kekerasan. Terhitung sudah
enam bulan AS berada di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Penulis memilih AS sebagai narasumber penelitian
dikarenakan AS juga termasuk ke dalam salah satu ABH
yang tidak langsung pulang menuju asrama saat selesai
bimbingan agama pada malam hari, tetapi terlebih
dahulu mengikuti zikir sebelum pulang menuju asrama
bersama beberapa ABH lainnya.22
9. ABH MZ
Remaja laki-laki asal Kramat Jati Jakarta Timur yang
berusia 16 tahun berinisial MZ ini telah menempati
BRSAMPK Handayani Jakarta selama enam bulan. MZ
terjerat tiga kasus sekaligus, yaitu 111, 114, dan 132.
111 merupakan kasus jenis ganja, 114 merupakan kasus
bandar dan 132 merupakan kasus jaringan. MZ
merupakan remaja yang memiliki rasa percaya diri yang
tinggi, ia tidak pernah merasa malu saat ditunjuk
21
Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di
Masjid Istiqomah 22
Wawancara dengan ABH AS, 23 September 2019, 20.37 WIB, di
Masjid Istiqomah
73
kedepan oleh Ustadz Jubaedi saat bimbingan agama
sedang berlangsung.23
23
Wawancara dengan ABH MZ, 23 September 2019, 20.49 WIB, di
Masjid Istiqomah.
74
BAB IV
HASIL TEMUAN PENELITIAN
Pada Bab IV ini berisi tentang deskripsi hasil temuan
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama lebih dari
satu bulan lamanya. Hasil temuan penelitian ini berkaitan dengan
Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum
(ABH) di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani Jakarta Timur.
Penulis mendapatkan hasil temuan penelitian melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
sejak Juli sampai dengan September 2019, dapat diketahui bahwa
bimbingan agama di BRSAMPK Handayani dilakukan setiap hari
Senin sampai Jum’at. Bimbingan dilakukan pada waktu malam
hari setelah shalat isya berjamaah di Masjid Istiqomah, terkecuali
hari Rabu dilakukan pada pagi hari di Gedung Minat Bakat.
Penulis mengikuti kegiatan bimbingan agama bersama para
ABH yang beragama Islam yang berjumlah kurang lebih 30
orang. Dari penelitian yang dilakukan, penulis memilih sepuluh
orang narasumber yang ada di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Sepuluh narasumber yang dipilih sudah sangat sesuai dengan
kriteria kebutuhan pada penelitian ini yaitu satu orang ustadz dan
sembilan orang ABH. Diantaranya yaitu Ustadz Jubaedi
(narasumber 1), PP (narasumber 2), RS (narasumber 3), N
(narasumber 4), A (narasumber 5), MF (narasumber 6), MZA
75
(narasumber 7), AZ (narasumber 8), AS (narasumber 9), dan MZ
(narasumber 10).
Komunikasi interpersonal selalu dilakukan oleh Ustadz
Jubaedi selama memberikan bimbingan agama kepada para ABH.
Komunikasi interpersonal dilakukan Ustadz Jubaedi dalam
berbagai bentuk baik secara verbal maupun non verbal agar ABH
dapat dengan memahami apa saja yang telah disampaikan.
Berikut ini merupakan hasil temuan penelitian yang telah
dilakukan penulis terkait dengan komunikasi interpersonal
Pembimbing Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama
ABH.
A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama
BRSAMPK Handayani Jakarta
Setiap hari Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani
Jakarta berkomunikasi dan berhadapan langsung dengan ABH.
Interaksi yang biasa dilakukan oleh Pembimbing Agama biasanya
merupakan bentuk interaksi komunikasi interpersonal, karena
komunikasi yang dilakukan bersifat dialogis yang memberikan
kemungkinan adanya feed back dan pertukaran informasi yang
terjadi antara Pembimbing Agama dengan ABH. Dalam
membangun komunikasi interpersonal dengan ABH, Pembimbing
Agama memiliki berbagai cara. Di bawah ini merupakan cara-
cara yang dilakukan oleh Pembimbing Agama sesuai dengan
observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis.
1. Memahami Karakter Anak
76
Dalam membangun komunikasi yang efektif diperlukan
usaha untuk mengenali lawan bicara atau komunikan yang akan
diajak berkomunikasi. Hal tersebut merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh Ustadz Jubaedi dalam mendekati ABH yang
akan diajak berkomunikasi. Seperti hasil wawancara yang penulis
temukan dari Ustadz Jubaedi pada tanggal 30 Juli 2019 di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta
“Sebenernya mah gini, kenali anak dulu, sifat anak dan kasus
anak, tiga modal itu. Jadi kita memberikan bimbingan gak asal
duduk ceramah, jangan sampai salah kaprah. Apa yang
dibutuhkan itu yang diceramahkan…”1 Ustadz Jubaedi selalu
memperhatikan terlebih dahulu kasus yang dialami oleh ABH,
dikarenakan permasalahan yang dihadapi oleh ABH berbeda
dengan remaja diluar lainnya, maka pendekatan yang diberikan
Ustad Jubaedi pun juga berbeda. Dengan memahami karakter
setiap anak, seorang ustadz juga lebih mudah membuat hubungan
dengan anak supaya menjadi lebih akrab dan mengetahui apa
yang sedang dibutuhkan oleh anak tersebut.
“….Artinya dipahami dulu karakter anak disini dan apa
yang kebutuhan utamanya, terutama gini kan anak itu
pengen berubah, pengen bener ya gitu, maka saya bilang
waktu kapan ya jangan hanya sampai di otak ceramahnya,
oh ke mahasiswa praktikum yang banyak itu kali ya. Jadi
kalo ceramah jangan sampai di otak harus sampai ke hati,
di otak mah lewat. Pernah ada mahasiswa yang mau
ngajar, saya suruh cari materi yang nyampe di hati jangan
1 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
77
cuma di otak, kamu bakal pundung nanti soalnya anak
pada rame pulang.”2
Saat penulis sedang mengamati bimbingan yang dilakukan
pada malam hari pada bulan Agustus 2019 terdapat beberapa
anak yang baru masuk ke BRSAMPK Handayani Jakarta dan
baru pertama kali mengikuti bimbingan agama bersama Ustadz
Jubaedi. Sebelum memulai bimbingan, Ustadz Jubaedi terlebih
dahulu bertanya kepada anak tersebut kasus yang membuat ia
bisa masuk ke BRSAMPK Handayani kemudian sedikit
memberikan wejangan kepada anak tersebut mengenai
permasalahannya, baru setelah itu bimbingan agama dimulai.3
Saat penulis melakukan observasi juga terlihat bahwa saat
Ustadz Jubaedi dalam menyampaikan bimbingan agama, ABH
fokus dan antusias mendengarkan. Ustadz Jubaedi sudah terlebih
dahulu mengenal karakter dan kasus anak-anak tersebut sehingga
beliau tau bagaimana cara menyampaikan pesan dakwahnya agar
ABH tenang mendengarkan.
2. Menumbuhkan Kepercayaan Anak
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, menumbuhkan
kepercayaan anak menjadi salah satu cara membangun
komunikasi interpersonal antara Ustadz Jubaedi dengan para
ABH. Berikut ini hasil wawancara yang penulis temukan dari
Ustadz Jubaedi pada tanggal 30 Juli 2019:
“Sebenarnya mah gini, yakinkan anak percaya dulu kepada
kita, anak suruh mengenali kita dulu. Apa yang kita
2 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 3 Hasil Observasi, Agustus 2019, di Masjid Istiqomah.
78
omongkan apapun pasti didengar jika yang ngomongnya
itu dipercaya sama anak atau diyakini sama anak.
Terkadang kita suka lupa, apa yang kita sampaikan
berbobot memang penting, gak ada yang penting kan?
Cuma orangnya tidak dihormati, orangnya tidak diketahui,
jadi modal utama mah adalah siapa dulu yang ngajar…..”4
Ustadz Jubaedi yang berperan sebagai komunikator disini
mempunyai latar belakang pendidikan agama yang cukup lama.
Hal ini ia yakinkan kepada ABH bahwa ia merupakan seorang
alumni dari pondok pesantren, sehingga ia mempunyai keahlian
atau kemampuan dan pengalaman yang luas dalam hal
penyampaian materi keagamaan. Dengan meyakinkan anak
bahwa beliau lulusan dari pondok pesantren merupakan salah satu
faktor pendukung dalam proses komunikasi interpersonal agar
anak percaya bahwa apa yang disampaikan oleh ustadz bukan
sekedar bualan belaka.
“Utama yang saya iniin kenali dulu saya, 5 tahun
pesantren gak mesti lama yang penting apa yang saya
punya dasar belajar ilmu agama. Dalam artian anak
ngenalin siapa yang ngajar ngajinya dulu, udah dikenalin
nanti anak “oh iya”. Contoh misalkan ada dua ucapan,
satu dari orang berilmu yang satu gak, itu anak akan
percaya sama yang berilmu. Jadi intinya yakini itu dulu.
Sebaik-baiknya pengajar, kecil, tinggi, itu gak masalah,
ketika orang melihat ilmunya ada, itu dihormati. Rupa mah
sepintas untuk menilai, tetapi ketika ia sudah yakin berilmu
nanti anak akan nurut sendiri.”5
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa latar
belakang pendidikan seorang Guru Agama atau Pembimbing
4 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 5 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
79
Agama sangat penting. Menurut Ustadz Jubaedi jika pengajar
memiliki dasar belajar Ilmu Agama maka anak didik akan
percaya bahwa apa yang disampaikan bukan hanya sekedar
omong kosong karena anak akan percaya bahwa guru tersebut
memiliki ilmu yang didapatkan dari pendidikannya sehingga anak
akan patuh apa yang disampaikan oleh guru tersebut. “….Apapun
yang Pak Jubaedi bilang saya selalu tangkep, saya iniin dengan
baik, maksudnya kaya gimana ya. Maksudnya saya denger,
bener-bener saya dengan apa yang disuruh Pak Jubaed. Kalau
buat agama, mungkin InshaAllah saya bisa jalanin semua dengan
semampu saya.”6 Hal tersebut senada dengan pernyataan yang
disampaikan oleh ABH MF, ia berusaha untuk menuruti apa yang
diperintahkan oleh Ustadz Jubaedi. Dengan begitu Ustadz
Jubaedi telah mampu menumbuhkan kepercayaan anak karena
anak bisa patuh terhadap apa yang ia sampaikan.
Dalam setiap bimbingan yang diberikan, penulis juga
mengamati bahwa Ustadz Jubaedi selalu membawa kitab yang ia
gunakan untuk memberikan materi kepada ABH.7 Dibawanya
kitab tersebut merupakan salah satu faktor penunjang yang lain
agar ABH percaya bahwa apa yang diucapkan oleh Ustadz
Jubaedi langsung bersumber dari kitab dan Ustadz Jubaedi
berkompeten dalam mengajar dibidang agama.
3. Memberikan Bimbingan dengan Rasa Humor
6 Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di
Masjid Istiqomah. 7 Hasil Observasi, Agustus-September 2019, di Masjid Istiqomah.
80
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, memberikan
bimbingan dengan rasa humor menjadi salah satu cara
membangun komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh
Ustadz Jubaedi. Penulis menemukan ini saat observasi yang
dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2019.
Saat memberikan bimbingan, seringkali Ustadz Jubaedi
menyelipkan candaannya. Pagi itu materi bimbingan yang
diberikan tentang kebersihan menurut perspektif Islam. Ditengah
bimbingan Ustadz Jubaedi berkata “Kayak si X dong kalau lagi
nyapu di asrama bersih banget, nanti pasti suaminya gak
kumisan” lalu para ABH tertawa dan ada yang
menjawab“Hahaha suami, istri kali ustadz”. Beberapa ABH lalu
menggoda ABH X, dan keadaan ruangan yang awalnya diam
serius memperhatikan berubah menjadi sedikit gaduh.8 Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ustadz Jubaedi saat
wawancara berlangsung:
“Iya bahasanya selingan, jadi kemampuan manusia dalam
khusyu itu kan berbeda-bedaa. Jadi kan gini, ada yang
butuh ilmu agama ada yang kaya orang gak butuh. Jadi
kita menghadapi orang-orang yang merasa tidak butuh
ilmu agama kita gak bisa ngajar khusyu kaya aki-aki. Aki-
aki suka khusyu (diajarin) ngajinya karena dia sudah mau
mati. Kalau ngajar anak muda khusyu yang ada malah
tidur, jadi bedanya itu.”9
Awal mula menjadi Pembimbing Agama di BRSAMPK
Handayani Jakarta Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan
8
Hasil Observasi, 7 Agustus 2019, di Gedung Minat Bakat
BRSAMPK Handayani Jakarta. 9 Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
81
sangat serius, tidak menyelipkan candaan dalam bimbingannya.
Ustadz Jubaedi lalu mengintropeksi diri dan menyadari bahwa
penyampaian yang ia lakukan saat itu kurang tepat. Untuk itu
Ustadz Jubaedi mengubah cara penyampaian dakwahnya agar
berjalan sesuai dengan tujuan kehendak yang ingin dicapai oleh
beliau.“Itu dua tahun itu saya ngajar berbeda, sampe awal tahun
2010 kita rubah sampe sekarang, sehingga mereka sewaktu-
waktu bisa serius, ada sewaktu-waktu bisa bercanda atau tertawa
dan sebagainya tetapi dengan porsi yang seimbang. Intiya
diselingi itu supaya anak tertarik.”10
Dalam menjalin komunikasi interpersonal yang baik tentu
juga harus diimbangi dengan hubungan interpersonal yang baik
pula. Memberikan bimbingan dengan rasa humor merupakan
salah satu cara baru yang dilakukan oleh Ustadz Jubaedi. Cara
tersebut membuat ABH merasa akrab dan terbuka dengannya.
Dengan cara tersebut mengakibatkan tidak terjadinya
kesenjangan antara ustadz dan ABH, karena jika terjadinya
kesenjangan nantinya akan berpengaruh bagi kegiatan bimbingan
agama tersebut. Karena biasanya anak cenderung acuh dengan
ustadz yang kurang pendekatannya sehingga membuat kegiatan
bimbingan agama tidak kondusif. Hal tersebut senada dengan
pernyataan yang diberikan oleh ABH N dan ABH MZA:
“Ustadz Jubaid orangnya enak ka, suaranya kalau
sholawatan bagus banget bikin hati tenang. Tegas tapi suka
10
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
82
ngelawak kadang pas ceramah jadinya gak tegang-tegang
banget.”11
“Mudah nerima apa yang dikatakan Pak Jubaedi, Pak
Jubaedi nyampeinnya juga sambil bercanda jadinya
seru.”12
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Ustadz
Jubaedi dalam memberikan bimbingan seringkali menyelipkan
humor atau candaan kepada ABH. Cara tersebut ia gunakan agar
ABH dapat merasakan kedekatan dengan beliau dan dengan
harapan apa yang disampaikan oleh Ustadz Jubaedi dapat diserap
dan diterima oleh ABH.
4. Menggunakan Bahasa yang Mudah dipahami
Pengunaan bahasa sangat berpengaruh terhadap
pemahaman pesan yang akan disampaikan. Bahasa yang mudah
dipahami akan memudahkan ABH dalam menyerap ilmu-ilmu
yang diberikan oleh ustadz. Untuk itu Ustadz Jubaedi yang
berperan sebagai komunikator yang memberikan pesan
berhubungan dengan agama selalu menggunakan bahasa yang
mudah dipahami. Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan
wawancara seperti berikut.
“…… jangan suka ceramah pakai istilah-istilah seperti
“realisasi, optimisasi” ceramah yang orang bisa mengerti,
karena ada orang-orang ceramah yang pake bahasa-
bahasa asing seperti itu. Harusnya cari omongan atau
contoh yang paling gampang dimasuki atau diserap oleh
orang bodoh itu pasti berasa, kecuali ceramah sama orang
pinter. Gak usah dibilang ustadznya hebat, bahasanya
11
Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.59 WIB, di Masjid
Istiqomah. 12
Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di
Masjid Istiqomah.
83
asing tapi kebawahnya gak ngerti, contohkan yang dapat
diserap logika.”13
Ustadz Jubaedi berasal dari daerah Jawa Barat, terkadang
saat memberikan bimbingan ia seringkali menggunakan beberapa
kata dari Bahasa Sunda. Namun, ia juga langsung
menerjemahkan dan mencari kata yang umum agar ABH dapat
memahami apa yang ia sampaikan, karena ABH yang ada di
BRSAMPK Handayani merupakan anak yang berasal dari
berbagai suku. Dalam menyampaikan pesan saat bimbingan
agama berlangsung, Ustadz Jubaedi juga lebih sering
memberikan beberapa contoh kasus agar para ABH dapat lebih
jelas mengetahui apa yang beliau maksud. Hal tersebut senada
dengan pernyataan yang diberikan oleh ABH AZ “Ya bagus,
mudah dimengerti omong-omongannya, gampang dipahami lah
intinya.”14
Dengan digunakan bahasa yang mudah dipahami,
diharapkan ABH mampu menyerap apa yang telah disampaikan
oleh Ustadz Jubaedi. Dengan begitu pesan yang disampaikan
dapat diterima sehingga menimbulkan adanya feedback yang
positif pada ABH.
5. Tegas
Pada saat penulis melakukan observasi, yaitu tepatnya pada
tanggal 23 Juli 2019 saat berlangsungnya kegiatan bimbingan
agama pada pagi hari terdapat salah satu ABH yang melanggar
peraturan. ABH tersebut menggunakan jaket pada saat
13
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 14
Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di
Masjid Istiqomah.
84
berlangsungnya kegiatan bimbingan. Penggunaan jaket pada saat
bimbingan tidak diperkenankan kecuali dalam keadaan mendesak.
ABH tersebut tidak sedang dalam keadaan sakit atau mendesak,
sehingga Ustadz Jubaedi pada saat sebelum memulai bimbingan,
memanggil anak tersebut ke depan lalu memberikan hukuman
dengan cara menjewer telinga ABH tersebut.15
Pemberian hukuman kepada ABH tersebut merupakan
salah satu tanda kedisiplinan yang diterapkan oleh Ustadz Jubaedi.
Hal ini senada dengan pernyataan salah satu ABH saat sedang
diwawancara pada tanggal 1 Agustus 2019 “Ustadz Jubaid
orangnya tegas tapi baik juga. Dia tegas kalau ada anak-anak
yang bermasalah. Kalau kita jujur juga sama ustadz juga enak,
tapi kalo kita udah salah tapi masih nutup-nutupin biar bener
baru dah tuh…..”16
Saat bimbingan agama yang berlangsung pada pagi hari,
penulis juga mendapati beberapa ABH ada yang masih nongkrong
atau mengobrol di selasar Gedung Minat Bakat, padahal Ustadz
Jubaedi sudah datang dan bersiap-siap untuk memulai
bimbingannya. Lalu, Ustadz Jubaedi melihat anak tersebut dan
menghampiri anak itu “jang, ayo masuk ngapain masih diluar,
emang gak lihat saya sudah datang?” Intonasi pengucapan
Ustadz Jubaedi pada saat itu terdengar tinggi, namun anak
tersebut merespon dengan tersenyum dan langsung masuk ke
dalam ruangan. Kepribadian tegas yang dimiliki oleh Ustadz
15
Hasil Observasi, 23 Juli 2019, di Gedung Minat Bakat BRSAMPK
Handayani Jakarta. 16
Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di
Masjid Istiqomah.
85
Jubaedi juga dibenarkan oleh salah satu ABH lainnya yaitu RS.
“Ustadz orangnya tegas, ceramahnya masuk kehati langsung.
Kalau ada yang gak ngerti bisa langsung ditanyain.”17
Hasil kesimpulan dari pernyataan di atas bahwasannya
dalam memberikan bimbingan Ustadz Jubaedi berkomunikasi
dengan cara tegas dengan para ABH. Ketegasan yang ia punya
hanya digunakan saat situasi tertentu saja pada saat
berlangsungnya bimbingan agama. Ustadz Jubaedi menerapkan
sikap tegas jika terdapat ABH yang sulit untuk diatur sehingga ia
menggunakan cara tersebut sebagai pendekatan kepada ABH agar
ABH menuruti perintah yang berikan.
B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan
Hukum BRSAMPK Handayani Jakarta
ABH yang berada di BRSAMPK Handayani sebagian besar
terjerat kasus narkoba, tawuran pelajar, pencurian dan lain
sebagainya. ABH bisa terjerat kasus kriminal karena dipengaruhi
oleh kemerosotan moral yang tejadi dimasyarakat sekitar mereka
sehingga ABH bertindak melawan aturan. ABH yang berperilaku
tidak sesuai dengan aturan membuktikan kurangnya pemahaman
tentang nilai-nilai moral dan nilai keagamaan yang berlaku. Lain
halnya dengan remaja yang memiliki kesadaran beragamanya
tinggi dalam kehidupan sehari-hari tidak terpengaruh oleh arus
kemerosotan moral.
17
Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di
Masjid Istiqomah.
86
Kesadaran beragama ABH perlu ditingkatkan salah satunya
melalui bimbingan agama di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Bimbingan agama digunakan sebagai upaya penanganan perilaku
ABH yang terjerat kemerosotan moral yang menyebabkan
perilaku menyimpang dan melanggar aturan. Pentingnya
diberikan bimbingan agama kepada ABH ini senada dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Ustadz Jubaedi “Jadi kalau
ada orang mengajarkan tentang rehab tanpa agama, seperti
orang pengen tidur minum obat tidur. Jika ada orang
mengatakan mengubah perilaku dengan selain agama, seperti
orang pengen tidur pakai obat tidur, entar efek obat tidurnya
habis, kambuh lagi.”18
Berdasarkan ungkapan di atas agama sangat berperan
penting khususnya untuk merehabilitasi ABH agar kembali ke
jalan yang lurus dan benar. ABH yang sebelumnya mempunyai
tingkat kesadaran beragama yang rendah, setelah mengikuti
bimbingan agama menunjukkan beberapa peningkatan kesadaran
beragama. Berikut ini merupakan bentuk kesadaran beragama
ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta setelah mengikuti
bimbingan agama.
1. Takut Berbuat Dosa
Peningkatan kesadaran beragama yang terjadi pada ABH di
BRSAMPK Handayani Jakarta yang pertama yaitu takut berbuat
dosa. Ketakutan dalam melakukan dosa terjadi karena ABH
merasa menyesal atas apa yang telah mereka perbuat sebelumnya
18
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
87
sehingga mereka bisa masuk ke dalam BRSAMPK Handayni ini.
Mereka mulai menyadari bahwa setiap perbuatan yang dilakukan
pasti ada timbal baliknya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
yang disampaikan oleh ABH MF:
“Sebelum masuk balai ini, Alhamdulillah saya tau saya
beragama Islam, tapi saya gak pernah mau ngaji, shalat,
sukanya nongkrong aja main sama temen-temen.
Sedangkan disini setelah ketemu sama Pak Jubaed ngobrol,
saya jadi kepikiran yang telah saya lakuin dulu gitu “wah
dulu jarang shalat, gak pernah ngaji” udah dosa banget
dah pokoknya sama Allah. Saya mempunyai keinginan
untuk berubah, InshaAllah bisa.”19
Sama halnya dengan pernyataan yang disampaikan oleh
ABH N, ia juga merasa menyesal atas apa yang sudah ia perbuat
sebelumnya dan berkeinginan untuk bertaubat serta tidak ingin
melakukan dosa kembali. “……Terus juga jadi menyesali
perbuatan yang udah dilakuin. Gak mau lagi ngelakuin
pencurian lagi ka udah taubat.”20
Penyesalan atas kesalahan
terdahulu juga tidak terlepas dari pemahaman yang diberikan oleh
Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing Agama, Ustadz Jubaedi
memberikan pemahaman agar ABH selalu menjaga perilaku dan
tidak berbuat dosa kembali karena Allah akan selalu mengawasi
apa yang kita perbuat dan apa yang kita katakan, sehingga
pemahaman yang diberikan oleh Ustadz Jubaedi membuat ABH
merasa takut untuk melakukan dosa dan menyesali perbuatan
yang telah mereka perbuat dahulu.
19
Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di
Masjid Istiqomah. 20
Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di Masjid
Istiqomah.
88
“Jadi kita kasih pemahaman, takutlah kepada Allah kenapa?
Allah Maha Sami’ Allah Maha Basyir, Maha Melihat Maha
Mendengar. Ucapan yang kita ucapkan tidak ada satu kata
pun yang tidak dicatat oleh malaikat yang ada di kanan
dan di kiri. Nanti lama-lama anak juga bakal mikir. Terus
kalau perilaku, mau ada orang atau gak ada orang kan
Allah Maha Melihat, jadi gak jadi ngelakuin dosanya.”21
Hal serupa juga terjadi pada ABH PP, setelah mengikuti
bimbingan agama ia mulai merasa dekat dengan Allah dan
mencoba untuk melaksanakan segala perintah yang Allah suruh
dan menjauhi segala apa yang Allah larang.“Sekarang juga
makin kenal sama Allah, makin malas ngelakuin maksiat,
mencoba untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi apa
yang Allah larang. Dan mengikuti sunnah-sunnah nabi sebisa
mungkin.”22
Dari seluruh hasil wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa perasaan takut untuk melakukan perbuatan
dosa kembali diharapkan ABH dapat tersadar dan berubah
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Disiplin Melaksanakan Ibadah
Salah satu perubahan yang terjadi pada ABH selanjutnya
yaitu semakin disiplin melaksanakan ibadah. Ibadah yang
dilaksanakan bukan hanya sekedar ibadah wajib seperti shalat 5
waktu, tetapi juga ibadah sunnah lainnya. Perubahan tersebut
senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh ABH N “Ada
ka, shalatnya jadi tepat waktu, kemarin puasanya full, jadi rajin
21
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 22
Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di
Masjid Istiqomah.
89
baca al-Qur’an…”23
ABH MF juga merasakan perubahan
kedisiplinannya dalam melaksanakan ibadah. Sebelum masuk
BRSAMPK Handayani MF mengakui bahwa ia sadar dirinya
beragama Islam namun, ia tidak melaksanakan perintah agama
salah satunya tidak mau beribadah “Setelah kenal Pak Jubaed,
diajak ngobrol sama belajar sama Pak Jubaed, saya jadi
shalatnya inshaAllah 5 waktu, ngaji juga. Sebelum masuk balai
ini, Alhamdulillah saya tau saya beragama Islam, tapi saya gak
pernah mau ngaji, shalat, sukanya nongkrong aja main sama
temen-temen…”24
Hal serupa juga dialami oleh ABH MZA, ia
mengaku telah terjadi perubahan dalam melaksanakan ibadah
dalam dirinya sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan agama.
Pernyataan tersebut ia sampaikan pada saat berlangsungnya
wawancara di Masjid Istiqomah:
“Berubah total, kaya dirumah gak pernah shalat, disini
Alhamdulillah shalatnya jadi tepat waktu. Dirumah jarang
ngaji, kalau disini jadi ngaji. Disini kalau ngikut bimbingan
agama malam hari itu kan gak wajib ya tapi saya ikut terus
dan itu dari kemauan saya sendiri tanpa adanya paksaan
dari siapa-siapa.”25
Saat melakukan observasi bimbingan agama pada tanggal 5
Agustus 2019 yang dilakukan pada malam hari, sebelum
memasuki waktu shalat isya penulis sudah bersiap mengamati
ABH di Masjid Istiqomah. 15 menit sebelum masuk waktu isya,
23
Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di Masjid
Istiqomah. 24
Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di
Masjid Istiqomah. 25
Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di
Masjid Istiqomah.
90
ternyata ada beberapa ABH yang sudah datang ke masjid dan
mereka langsung melakukan shalat sunnah tahiyatul masjid.26
Hal
ini berbeda saat sebelum mengikuti bimbingan agama di
BRSAMPK Handayani Jakarta, kebanyakan ABH tidak disiplin
dalam melaksanakan ibadah, misalnya tidak membaca al-Qur’an,
tidak melakukan shalat baik yang sunnah maupun yang wajib.
Hal tersebut diungkapkan oleh ABH RS. “Dulu kalau dirumah
shalatnya suka jarang-jarang, pas masuk sini alhamdulillah sih
shalatnya jadi tepat waktu.”27
Selain itu ABH A juga mengaku
dirinya saat sebelum masuk BRSAMPK Handayani Jakarta masih
sering meninggalkan shalat wajibnya, namun setelah mengikuti
bimbingan agama perlahan-lahan mulai terjadi perubahan
kedisiplinan shalat pada dirinya.
“Ada ka, sebelumnya jarang shalat terus pas semenjak
dikasih tau sama Pak Jubaed “udah disini mah gak usah
dipikirin apa-apa jang, shalat aja yang bener banyak-
banyakin do’a, Pak Jubaed yang ngajarin sampai kamu
bisa kalau kamu ngaji tiap hari”. Kalau dirumah saya
shalat tapi masih jarang-jarang, kalau disini udah ada
perubahan lebih rajin. Dirumah saya juga udah gak pernah
ngaji lagi, waktu masih kecil doang saya ka ngajinya, tapi
disini saya ikut pengajian tiap hari.28
Sama halnya dengan pernyataan yang diberikan oleh ABH
AZ “Banyak, kalo di rumah gak pernah shalat kalo disini jadi
pengen shalat terus, ngaji terus. Shalatnya juga bukan karena
26
Hasil Observasi, 5 Agustus 2019, di Masjid Istiqomah. 27
Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di
Masjid Istiqomah. 28
Wawancara dengan ABH A, 23 September 2019, 19.54 WIB, di
Masjid Istiqomah.
91
terpaksa disini mah, keinginan sendiri.”29
AZ mengakui dirinya
saat sedang di rumah tidak melaksanakan shalat wajib, namun
setelah mengikuti bimbingan ia mulai tergerak untuk
melaksanakan shalat tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Keesokan paginya saat sedang berbincang dengan Ustadz
Jubaedi setelah selesai bimbingan agama di pagi hari, penulis
menanyakan tentang shalat sunnah tahiyatul masjid yang
dilakukan oleh beberapa ABH. Ternyata shalat sunnah tahiyatul
masjid yang beberapa ABH lakukan merupakan kesadaran atau
inisiatif mereka sendiri, tanpa adanya suruhan atau paksaan dari
Ustadz Jubaedi. “iya biasanya mereka waktu baru sampai masjid
ada anak yang shalat sunnah dulu, terus ada yang shalawatan
juga” ucap Ustadz Jubaedi.30
Kedisiplinan dalam melaksanakan
ibadah tentunya juga tidak terlepas dari peran Pembimbing
Agama yaitu Ustadz Jubaedi. Ia tidak pernah bosan
mengingatkan ABH untuk selalu mengerjakan sholat dan juga
membaca al-Qur’an. Walaupun begitu, semua kembali lagi
kepada masing-masing anak, pembimbing hanya bertugas
mengingatkan dan mengarahkan.
3. Mendapat Ketenangan Jiwa
Setiap orang pasti menginginkan ketenangan, ketentraman,
dan kedamaian jiwa dalam dirinya. Ketenangan yang dirasakan
seseorang disebabkan karena perbuatan yang dilakukannya tidak
menyalahi aturan, tetap dijalan yang benar, dan tidak berbuat
29
Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di
Masjid Istiqomah. 30
Hasil Observasi, 6 Agustus 2019, di Masjid Istiqomah.
92
kemungkaran. Akan sulit bila seseorang berbuat sesuatu dengan
tenang sementara apa yang dilakukannya berlabel maksiat dan
dosa.
Hal tersebut terjadi pada hampir setiap ABH, sebelumnya
mereka melakukan perbuatan maksiat dan dosa sehingga mereka
merasakan ada sesuatu yang salah dalam dirinya sehingga selalu
tidak merasa aman. Namun, setelah masuk BRSAMPK
Handayani Jakarta dan mengikuti bimbingan agama, ABH pun
mulai merasakan ketenangan di dalam dirinya. Hal ini senada
dengan pernyataan yang diberikan oleh sebagian besar ABH. PP
merupakan salah satu ABH yang merasakan perubahan
ketenangan jiwa di dalam dirinya “Alhamdulillah enakan, jadi
agak tenang hati, batin juga ikut nyesel, keinget sama nasihat-
nasihatnya dan ceramah-ceramahnya.”31
Hal yang sama juga
dirasakan ABH RS “Alhamdulillah berubah jadi tenang.”32
Begitu juga yang dirasakan oleh ABH N “Adem ka, batinnya jadi
tenang.”33
ABH MZA merasakan hal yang sama ketika diwawancara
oleh penulis, ia merasakan ketenangan dalam dirinya sehingga
membuat ia menjadi takut kepada Allah dan enggan untuk
melakukan perbuatan dosa lagi “Merasa tenang aja, perasaannya
jadi merasa takut sama Allah dan gak mau ngelakuin dosa
31
Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di
Masjid Istiqomah.
32
Wawancara dengan ABH RS, 1 Agustus 2019, 20.12 WIB, di
Masjid Istiqomah. 33
Wawancara dengan ABH N, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di Masjid
Istiqomah.
93
lagi.”34
ABH AS salah satu ABH yang tidak langsung pulang
menuju asrama saat selesai bimbingan agama pada malam hari,
tetapi terlebih dahulu mengikuti zikir sebelum pulang menuju
asrama juga merasakan ketenangan dalam dirinya “Hati saya
tenang, adem.”35
ABH AZ memberikan pernyataan bahwa selama ia berada
di BRSAMPK Handayani perubahan yang paling dominan dalam
dirinya yaitu dari segi keagamaan. Ia merasakan ketenangan di
dalam dirinya yang ia dapatkan dari mengikuti bimbingan agama.
Ia juga merasakan kedekatan spiritual dengan kedua orang tuanya
yang sudah terlebih dahulu meninggalkan dia di dunia
“Perasaannya jadi tenang. Bisa deket juga sama orang tua, kan
orang tua saya dua-duanya udah gak ada, ya mau ngapain lagi.
Kalau diluar gak pernah doain orang tua, perubahannya banyak
disini. Agama doang paling yang paling banyak perubahannya
disini.”36
Hasil kesimpulan dari pernyataan yang telah dijabarkan di
atas bahwa para ABH merasakan ketenangan jiwa yang
didapatkan dari mengikuti kegiatan bimbingan agama.
Ketenangan jiwa juga didapat seiring karena kita merasakan
kedekatan dengan Allah.
4. Meningkatnya Pengetahuan Keagamaan
34
Wawancara dengan ABH MZA, 23 September 2019, 20.15 WIB, di
Masjid Istiqomah. 35
Wawancara dengan ABH AS, 23 September 2019, 20.37 WIB, di
Masjid Istiqomah. 36
Wawancara dengan ABH AZ, 23 September 2019, 20.26 WIB, di
Masjid Istiqomah.
94
Perubahan kesadaran beragama yang terjadi pada ABH di
BRSAMPK Handayani Jakarta selanjutnya yaitu meningkatnya
pengetahuan agama. Sebelum mengikuti bimbingan agama, ABH
rata-rata mengalami kurangnya pemahaman tentang pengetahuan
dalam menjalankan ibadah. Hal tersebut senada dengan
pernyataan yang diberikan oleh Ustadz Jubaedi“Mereka yang
masuk ke balai ini bukan orang bodoh tapi SMP, SMA, SMK,
orang pintar semua. Bedanya apa? Gak ngaji doang, gak bisa
baca Qur’an doang.”37
Pada dasarnya anak-anak yang masuk
BRSAMPK Handayani termasuk ke dalam orang-orang yang
berpendidikan namun tidak diimbangi dengan pemahaman
tentang pengetahuan keagamaan. Seperti yang terjadi pada ABH
A, dalam menjalankan ibadah ia hanya sekedar menjalankan,
tanpa memahami maksudnya.
“Disini saya jadi tau ka ternyata kalau setelah shalat terus
doa gak boleh menghadap kemana-mana, harus
menghadap kiblat jangan tengok kanan-kiri. Terus kalau
wudhu juga jangan langsung kabur, do’a dulu menghadap
kiblat juga. Omongan Pak Jubaedi selalu keingetan jadi
saya langsung terapin.”38
ABH A mengikuti bimbingan agama untuk menambah
pemahamannya dalam hal keagamaan. Setelah mengikuti
bimbingan agama, ABH A merasa bahwa ibadah yang selama ini
ia kerjakan belum sempurna. Seperti pernyataan yang ia
sampaikan di atas bahwa sebelum mengikuti bimbingan agama
37
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 38
Wawancara dengan ABH A, 23 September 2019, 19.54 WIB, di
Masjid Istiqomah.
95
saat mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat ia langsung
kabur tanpa berdoa terlebih dahulu, namun setelah rutin
mengikuti bimbingan agama ia mulai membiasakan diri setelah
berwudhu berdoa terlebih dahulu. Sama halnya seperti yang
dialami oleh ABH MF, setelah rajin mengikuti bimbingan agama
ia baru paham apa saja yang seharusnya dilakukan oleh seorang
muslim. “Setelah Pak Jubaed beri ceramah, memang saya baru
merasa “Oh harusnya saya sebagai Muslim harus berbuat ini-
ini”. Sebelum Pak Jubaed beri ceramah, saya gak melakukan apa
yang seharusnya seorang muslim lakukan.”39
Hasil kesimpulan dari wawancara dan observasi di atas
bahwa beberapa ABH mengalami peningkatan dari segi
diterimanya pengetahuan mengenai keagamaan yang didapatkan
dari bimbingan agama yang dilakukan setiap malam maupun
pada pagi hari. Sebelumnya mereka hanya sekedar menjalankan
kewajiban agama tanpa mengetahui makna dari dilakukannya
ibadah tersebut.
5. Berperilaku Sesuai Ajaran Islam
ABH diidentikkan dengan anak yang mempunyai perilaku
dan perkataan kasar. Biasanya perilaku tersebut dipengaruhi oleh
teman atau lingkungannya disekitarnya. Hal tersebut dibenarkan
oleh Ustadz Jubaedi, bahwa saat pertama masuk BRSAMPK
Handayani Jakarta kebanyakan anak-anak tidak berperilaku
sesuai dengan ajaran Islam. Banyak dari mereka yang masih
belum bisa meninggalkan kebiasaan lamanya.“Anak disini kan
39
Wawancara dengan ABH MF, 23 September 2019, 20.01 WIB, di
Masjid Istiqomah.
96
sebelum masuk asrama ditaro di Rumah Antara dulu kan, nah
disitu tuh biasanya masih menunjukan perilaku tidak disiplin
beribadah, ngomongnya masih suka pakai kata-kata kasar…..”40
Namun perlahan-lahan kebiasaan buruk berkata kasar
ABH mulai berkurang seiring rutinnya mengikuti bimbingan
agama. Perubahan yang terjadi pada ABH tidaklah terjadi secara
instan, namun berlangsung secara perlahan. ABH MZ dan ABH
PP membenarkan bahwa dahulu mereka nakal dan sering berkata
kasar, tetapi perlahan-lahan ia mencoba merubah perkataannya
walaupun hal tersebut masih sedikit sulit ia lakukan.
“Sebelumnya mah bandel, setelah mengikuti bimbingan
agama mulai agak-agak sadar.”41
“Alhamdulillah, dulu
mah sering ngomong kata-kata jorok ka karena emang
lingkungan temen-temen saya keseringan ngomong begitu.
Tapi lama-lama disini udah bisa ngefilter walau kadang
masih sering keceplosan.”42
Seseorang yang mempelajari dan juga menjalankan ajaran
Islam dengan sungguh-sungguh akan merasakan kebaikan dan
keindahan ajaran Islam, salah satunya dapat terlihat dari akhlak
perilaku kesehariannya. Dengan demikian dari data-data di atas
dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran beragama ABH di
BRSAMPK Handayani Jakarta pada dasarnya tidak dapat diukur,
namun jika ABH tersebut menunjukkan perubahan dari sebelum
40
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 41
Wawancara dengan ABH MZ, 23 September 2019, 20.49 WIB, di
Masjid Istiqomah. 42
Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di
Masjid Istiqomah.
97
dan sesudah mengikuti bimbingan agama maka dapat dikatakan
kesadaran beragama ABH tersebut meningkat.
C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan
Hukum
Ketika memberikan bimbingan agama, pesan yang
disampaikan diharapkan dapat dipahami oleh para ABH,
sehingga seiring meningkatnya pemahaman tentang keagamaan
dapat meningkatkan kesadaran beragama ABH pula. ABH
diharapkan dapat mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah
disampaikan oleh ustadz, lalu menunjukkannya dalam bentuk
peningkatan kesadaraan beragama yang terlihat dari keyakinan,
praktek agama, penghayatan, pengetahuan dan pengamalan
kesehariannya.
Berbagai usaha juga telah dilakukan Ustadz Jubaedi dalam
membangun komunikasi interpersonal dengan para ABH. Seiring
terciptanya komunikasi interpersonal antara ustadz dan ABH
maka timbul keakraban dan menciptakan kepercayaan yang
terjadi diantara keduanya sehingga akan dapat menentukan tahap
hubungan selanjutnya. Dalam meningkatkan kesadaran beragama
para ABH Ustadz Jubaedi juga menggunakan berbagai
pendekatan komunikasi interpersonal.
Berikut ini merupakan hasil temuan penelitian berkaitan
dengan cara komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh
Ustadz Jubaedi dalam meningkatkan kesadaran beragama para
ABH.
98
1. Pemberian Motivasi
Komunikasi akan sempurna bila pesan atau informasi yang
disampaikan dapat diterima bahkan sampai terjadi perubahan
sikap sehingga pesan yang diterima terdapat umpan baliknya.
Seperti yang terjadi pada subjek penelitian, bagaimana Ustadz
Jubaedi dalam meningkat kesadaran beragama ABH yaitu dengan
jalan memotivasi para ABH agar selalu semangat dalam
mengikuti kegiatan bimbingan.
“Ketika bimbingan agama intinya gini, saya selalu
menerapkan gini, flashback kebelakang atau lihat
kebelakang kenapa kita bisa masuk sini? Padahal dosa
mencuri, pelecehan dan sebagainya, kita ajak bicara dia
seperti itu. Kan supaya dia motivasinya mau bangkitlah,
mau bangkit tapi posisinya benar gitu, berubah. Dia akan
melihat “Oh iya kemarin saya kebanyakan nongkrong,
ngaji gak pernah, shalat gak pernah, gak nurut orang tua”
nah dirubahlah jika tidak mau terulang sama seperti ini,
yang kemarin dilawan, yang kemarin tidak benar dibenarin,
ambil semua penyesalan tapi menyesali penyesalan.”43
Pemberian motivasi kepada ABH biasanya dilakukan
Ustadz Jubaedi dalam situasi formal maupun informal. Formal
dilakukan saat kegiatan ceramah atau acara-acara keagamaan,
sedangkan informal diberikan dalam bentuk berbicara santai.
Pemberian motivasi ini diharapkan dapat memberikan dorongan
kepada ABH agar berubah menjadi manusia yang lebih baik dan
berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Pada saat observasi,
selain memberikan motivasi Ustadz Jubaedi juga selalu menutup
bimbingan yang diberikan setiap hari dengan doa bersama agar
43
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
99
para ABH diberikan ketenangan batin maupun kemudahan dalam
menjalani kehidupan kedepannya. ABH kemudian meng-
Aminkan dengan sungguh-sungguh doa yang dipanjatkan oleh
Ustadz Jubaedi.44
Hal tersebut serupa dengan pernyataan yang
diberikan oleh ABH PP. “Alhamdulillah enakan, jadi agak
tenang hati, batin juga ikut nyesel, keinget sama nasihat-
nasihatnya dan ceramah-ceramahnya.”45
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya,
saat berlangsungnya bimbingan Ustadz Jubaedi dalam
memotivasi ABH selalu terus mengingatkan kepada ABH bahwa
kejadian buruk yang telah mereka perbuat dahulu cukup disesali
jangan sampai terulang kembali bahkan saat setelah nanti keluar
dari BRSAMPK Handayani Jakarta ini. ABH pun saat diberikan
motivasi sangat tenang dan mendengarkan. Dari wajah mereka
juga terlihat penyesalan atas apa yang telah mereka perbuat
sebelumnya.46
2. Komunikasi Persuasif
Pendekatan dengan menggunakan komunikasi persuasif
merupakan salah satu cara yang digunakan Ustadz Jubaedi dalam
membangun komunikasi interpersonal dalam meningkatkan
kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Persuasif yang dimaksud disini bukan membujuk dengan kasar,
namun membujuk dengan sabar dan perlahan-lahan. Pendekatan
persuasif diperlukan dengan tujuan agar bimbingan yang
44
Hasil Observasi, Agustus 2019, di Masjid Istiqomah. 45
Wawancara dengan ABH PP, 1 Agustus 2019, 20.06 WIB, di
Masjid Istiqomah. 46
Hasil Observasi, Agustus 2019, di Masjid Istiqomah.
100
diberikan dapat diterima oleh ABH yang rata-rata memiliki sifat
mudah memberontak, keras, dan mudah tersinggung. Hal ini
senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ustadz Jubaedi:
“Alhamdulillah kalau kita bujuk terus menerus, sabar,
ikhlas ngajarnya anak ya lama-lama akan luluh sendiri.
Anak kita bimbing pelan-pelan kita kasih pemahaman ilmu-
ilmu agama lama-lama dia akan berubah. Walaupun tidak
sekaligus langsung gitu ya perubahannya, tapi bisa kita liat
sendiri nih “oh ini anak awalnya abis solat jarang baca
Qur’an, tapi lama kelamaan dia baca sendiri di masjid”.
Semakin lama anak ikut kegiatan bimbingan agama disini
semakin keliatan juga perubahannya. Saya juga tiap
ceramah suka bilangin kalau setelah bimbingan jangan
langsung pada nongkrong malem-malem mending dibaca
itu al-Qur’an, karena setan tuh biasanya keluyurannya
malem-malem dan bikin pikiran kalian pengen kabur
dari sini.”47
Apa yang disampaikan oleh ustadz di atas ternyata berhasil
membuat sebagian ABH melakukan saran yang diberikan oleh
Ustadz Jubaedi, ini dibuktikan oleh penulis saat melakukan
observasi pada saat bimbingan di malam hari. Setelah selesai
memberikan bimbingan sekitar pukul 20.00 WIB, Ustadz Jubaedi
dan beberapa ABH langsung pulang menuju asramanya masing-
masing. Namun, penulis masih mengamati ada beberapa ABH
yang masih berdiam di masjid untuk melakukan dzikir bersama.
Saat ingin pulang menuju rumah, penulis juga melewati beberapa
asrama tempat ABH tinggal dan ternyata ada juga sebagian ABH
yang masih membaca al-Quran di depan teras asrama.48
47
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta. 48
Hasil Observasi, 30 Agustus 2019, di BRSAMPK Handayani
Jakarta.
101
Berdasarkan hasil wawancara di atas juga, saat
melaksanakan bimbingan agama Ustadz Jubaedi melakukannya
dengan ikhlas dan sabar. Ustadz Jubaedi melaksanakan
bimbingan dengan perlahan-lahan membujuk ABH ke jalan yang
benar tapi tanpa adanya paksaan, agar ABH dapat menyesuaikan
dengan keadaan dan dapat menerima bimbingan dengan baik.
Walaupun dengan begitu, perubahan yang terjadi pada ABH tidak
terjadi secara langsung, namun secara bertahap.
Pada tanggal 30 Juli 2019 saat penulis dan Ustadz Jubaedi
sedang melaksanakan wawancara pada sore hari di Asrama Imam
Bonjol banyak ABH yang berlalu lalang di dalam asrama
tersebut, kemudian di tengah wawancara saat Ustadz Jubaedi
sedang bercerita kepada penulis, terdapat beberapa ABH yang
lewat di depan kami kemudian Ustadz Jubaedi langsung bertanya
kepada anak tersebut “Jang udah pada shalat asar belum? Bolak
balik mulu dari tadi bukannya shalat, dosa ditanggung masing-
masing loh saya cuma ngingetin”. Shalat Asar memang tidak
wajib dilakukan berjamaah di Masjid Istiqomah dikarenakan
selain masjid yang letaknya lumayan jauh dari beberapa asrama
salah satunya Asrama Imam Bonjol, faktor lainnya dikarenakan
setelah mengikuti bimbingan keterampilan yang dimulai pada
pukul satu siang dan berakhir sekitar pukul setengah tiga ABH
langsung menuju asrama masing-masing untuk membersihkan
badan dan juga membersihkan asrama yang mereka tempati.
Ustadz Jubaedi selaku Kepala Asrama Imam Bonjol selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk tidak meninggalkan shalat, ia
102
selalu menegur dengan perlahan ABH yang belum melaksanakan
shalat agar segera melaksanakannya.
3. Dialog Tanya Jawab
Dialog tanya jawab merupakan cara komunikasi
interpersonal yang dilakukan Ustadz Jubaedi dalam
meningkatkan kesadaran beragama ABH. Metode ini merupakan
tindak lanjut dari ceramah yang telah diberikan. Dialog tanya
jawab ini dilaksanakan setiap ustadz memberikan penjelasan
materi yang telah disampaikan, kemudian ABH diberikan
kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum jelas atau
yang kurang mereka pahami. Sebaliknya, terkadang ustadz yang
memberikan pertanyaan kepada ABH berkaitan dengan materi
yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan ada beberapa dari mereka
dapat menjawab tanpa rasa malu atau takut salah menjawab dari
kata-kata yang telah mereka lontarkan. Dengan cara tersebut
dialog yang terjadi diantara keduanya bisa menimbulkan
keakraban dan meningkatnya pemahaman keagamaan ABH.
Hal tersebut penulis temukan saat sedang mengamati
Ustadz Jubaedi yang sedang memberikan bimbingan pada malam
hari mengenai materi tentang fiqih ibadah, setelah memberikan
materi Ustadz Jubaedi langsung mempersilahkan ABH untuk
bertanya. Namun, saat itu tidak ada satu pun ABH yang bertanya
kemudian Ustadz Jubaedi membalikkan pernyataan jika tidak ada
yang bertanya maka ia yang akan bertanya kepada ABH
103
mengenai materi yang baru saja ia berikan. Setelah itu baru
beberapa ABH mulai bertanya salah satunya yaitu ABH PP.49
Senada dengan pernyataan yang dilontarkan Ustadz Jubaedi
dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2019.
“Kalau yang paling efektif salah satunya yaitu tanya jawab,
jadi kalau ceramah itu hanya memancing sebetulnya.
Karena tujuan kita sebetulnya satu, anak diisi dengan ilmu-
ilmu. Kedua, anak diberikan kesadaran. Kalau diberikan
kesadaran harus tau kekurangannya, dengan kita
memancing dia supaya bertanya, supaya ada komunikasi
kita sentuh tuh masalah utamanya, dia akan ngomong pasti.
Kalau kita ngomong terus menerus, gak disentuh satu
persatu mereka pasti akan diam saja tapi ketika disentuh
mereka akan terbuka. Jadi bagi saya sendiri, tanya jawab
itu tadi. Atau saya yang bertanya, mereka yang menjawab.
Intinya kita cari tema yang kira-kira menarik yang akan
kita bahas, menarik buat saya dan menarik buat anak, nanti
inilah yang akan memicu mereka aktif. Apa yang kita
ucapkan minimal nyampe dulu ke hati anak, nanti
kelihatannya baru ibadah mereka akan jauh meningkat
dibandingkan sebelumnya.”50
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan tidak hanya
berkomunikasi satu arah melainkan juga memancing ABH untuk
bertanya atau sebaliknya agar ia tahu apakah pesan-pesan
mengenai materi yang telah ia yang sampaikan dapat dimengerti
atau tidak oleh anak. Dialog tanya jawab ini selalu dilakukan
Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan, hal ini terlihat
saat penulis sedang melakukan observasi. Setiap sesi bimbingan
selesai Ustadz Jubaedi selalu memberikan kesempatan kepada
49
Hasil Observasi, 6 September 2019, di Masjid Istiqomah. 50
Wawancara dengan Ustadz Jubaedi, 30 Juli 2019, 15.30 WIB, di
Asrama Imam Bonjol BRSAMPK Handayani Jakarta.
104
ABH untuk bertanya tentang materi pada hari itu. Jika tidak ada
yang bertanya, terkadang Ustadz Jubaedi yang melontarkan
pertanyaan kepada ABH. Ada beberapa anak yang terlihat tidak
bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh ustadz dan anak
tersebut hanya meresponnya dengan memberikan senyuman.
104
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Bab V ini berisi tentang pembahasan yang mengaitkan
antara latar belakang, teori yang digunakan, dan hasil temuan
penelitian yang telah dilakukan penulis melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Pembahasan dalam penelitian ini
terbagi ke dalam tiga rumusan masalah. Berikut ini merupakan
hasil pembahasan penelitian tentang Komunikasi Interpesonal
Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama
Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Balai Rehabilitasi Sosial
Anak yang Memerlukan Perlindungan (BRSAMPK) Handayani
Jakarta.
A. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama
BRSAMPK Handayani Jakarta
Dalam membangun komunikasi interpersonal dengan ABH
di BRSAMPK Handayani Jakarta, Pembimbing Agama dalam hal
ini Ustadz Jubaedi memiliki berbagai cara. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi yang telah penulis lakukan, cara yang
dilakukan Ustadz Jubaedi dalam membangun komunikasi
interpersonal yaitu dengan memahami karakter anak,
menumbuhkan kepercayaan anak, memberikan bimbingan
dengan rasa humor, menggunakan bahasa yang mudah dipahami
serta menerapkan sikap tegas dalam bimbingan.
Langkah awal yang harus dilakukan komunikator agar
dapat membangun komunikasi yang efektif adalah dengan
105
mengenal siapa yang akan diajak berbicara. Karena di dalam
proses komunikasi, antara komunikator dan komunikan bukan
hanya sekedar saling berinteraksi melainkan saling memengaruhi
satu dengan yang lainnya.
Senada dengan pernyataan Suranto bahwa karakteristik
komunikan yang meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin,
dan sebagainya perlu dipahami oleh komunikator. Apabila
komunikator kurang memahami, cara komunikasi yang dipilih
mungkin tidak sesuai dengan karakteristik komunikan dan hal ini
dapat menghambat komunikasi karena dapat menimbulkan
kesalah pahaman.1
Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing Agama selalu
memperhatikan karakter komunikan yang akan ia bimbing dalam
hal ini ia terlebih dahulu mencari tau kasus yang dialami oleh
ABH. Hal tersebut ia lakukan dikarenakan permasalahan yang
dihadapi oleh ABH berbeda dengan remaja diluar lainnya, maka
pendekatan yang diberikan Ustad Jubaedi pun juga berbeda.
Dengan memahami karakter setiap anak, seorang ustadz juga
lebih mudah membuat hubungan dengan anak supaya menjadi
lebih akrab dan mengetahui apa yang sedang dibutuhkan oleh
anak tersebut.
Metode komunikasi interpersonal yang digunakan juga
lebih menekankan pada pendekatan secara psikologis, dimana
selain pembimbing mengetahui kasus yang dialami ABH ia juga
mengetahui tekanan yang sedang dialami ABH. Dengan
1 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
h. 86.
106
pembimbing memahami konflik yang sedang ABH rasakan, maka
pembimbing dapat memberikan saran dan pencerahan kepada
ABH sesuai yang sedang mereka butuhkan.
Jika dianalisis dengan menggunakan teori kompetensi
komunikasi yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cupach,
memahami karakter anak masuk ke dalam komponen knowledge,
dikarenakan Ustadz Jubaedi sebelum memulai bimbingan terlebih
dahulu melihat situasi komunikator yang akan ia sampaikan
dalam hal ini dengan mengetahui kasus dari anak yang akan ia
bimbing. Dengan begitu kompetensi atau kemampuan dalam
berkomunikasi diharapkan mendapat feedback yang positif dari
ABH.
Selain itu cara yang digunakan untuk membangun
komunikasi interpersonal antara Pembimbing Agama dengan
ABH yaitu Pembimbing Agama menumbuhkan kepercayaan
kepada anak. Untuk mengelola suatu hubungan yang baik maka
diawali dengan kepercayaan. Menurut Silfia Hanani, dalam
komunikasi interpersonal, membangun kepercayaan adalah salah
satu tujuan yang hendak dicapai karena dengan kepercayaan juga
individu-individu dapat membangun hubungan sosial dan
berkomunikasi dengan baik. Kepercayaan pula yang menjadi
salah satu faktor membangun keakraban antara seseorang dengan
orang lain.2
Kepercayaan yang ditunjukkan oleh Ustadz Jubaaedi
sebagai pembimbing yaitu dengan meyakinkan kepada ABH
2 Hanani, Komunikasi Antarpribadi Teori&praktik (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2017), h. 48
107
bahwa ia merupakan seseorang yang kompeten untuk
mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan karena ia merupakan seorang
alumni dari pondok pesantren. Dengan meyakinkan ABH bahwa
ia merupakan lulusan dari pondok pesantren, maka diharapkan
ABH menjadi tidak ragu untuk menerima materi yang
disampaikan oleh pembimbing, karena pembimbing mempunyai
latar pendidikan yang jelas.
Kepercayaan merupakan sumber seseorang bisa membuka
diri, bisa menanggapi orang lain, dan bertindak untuk orang yang
dipercayainya. Dalam komunikasi interpersonal, kepercayaan
juga sangat memengaruhi cara seseorang menanggapi orang lain.
Untuk itu Ustadz Jubaedi percaya bahwa jika ia memiliki dasar
ilmu agama maka ia berkompeten untuk membimbing ABH dan
ia yakin bahwa respon dari ABH akan positif sehingga ABH akan
menuruti apa yang dikatakan oleh Ustadz Jubaedi. Menurut
Onong Uchjana Effendi, bagaimanapun juga orang yang
menyampaikan pesan atau komunikator memiliki peranan sebagai
source attractiveness (daya tarik sumber) dan source credibility
(kredibilitas sumber). Sebagai daya tarik, komunikator harus
mampu memengaruhi komunikan sehingga pesan yang
disampaikan mendapatkan tanggapan atau umpan balik. Begitu
pula dengan kredibilitas sumber, yang mana komunikator dapat
dipercaya sehingga komunikan lebih bersifat simpatik
menghadapinya.3
3 Effendi, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosda Karya,
2012), h. 38.
108
Menumbuhkan kepercayaan anak yang dilakukan Ustadz
Jubaedi dalam teori kompetensi komunikasi masuk ke dalam
komponen motivation. Dikarenakan Ustadz Jubaedi sebagai
Pembimbing Agama memiliki hasrat untuk berkomunikasi
dengan menunjukkan bahwa ia merupakan seorang pembimbing
yang berkompeten dalam membimbing para ABH . Ustadz
Jubaedi juga ingin meninggalkan kesan yang baik kepada ABH
Selanjutnya cara yang digunakan untuk membangun
komunikasi interpersonal Ustadz Jubaedi dengan ABH yaitu
dengan memberikan bimbingan dengan rasa humor. Awal mula
menjadi Pembimbing Agama di BRSAMPK Handayani Jakarta
Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan sangat serius, tidak
menyelipkan candaan dalam bimbingannya. Ustadz Jubaedi lalu
mengintropeksi diri dan menyadari bahwa penyampaian yang ia
lakukan pada saat itu kurang tepat. Untuk itu Ustadz Jubaedi
mengubah cara penyampaian dakwahnya agar berjalan sesuai
dengan tujuan kehendak yang ingin dicapai oleh beliau.
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan bentuk
komunikasi yang lain, dianggap paling efektif untuk mengubah
perilaku, sikap maupun opini komunikan. Dikarenakan
komunikasi ini berlangsung secara tatap muka dan umpan
baliknya terjadi secara langsung karena tanggapan dari
komunikan terhadap pesan yang disampaikan bisa terlihat dari
ekspresi wajah serta gaya bicaranya. Apabila umpan balik yang
diberikan positif maka gaya komunikasinya harus dipertahankan,
namun apabila umpan baliknya negatif, maka gaya
komunikasinya harus diubah sampai berhasil.
109
Dengan mengubah gaya komunikasinya kemudian Ustadz
Jubaedi mendapat respon positif dari ABH. ABH kemudian
menjadi akrab dan terbuka dengannya. Untuk menghadapi ABH
memang diperlukan cara-cara tertentu, salah satunya
menyelipkan candaan agar remaja tersebut merasa lebih dekat
dan mau mendengarkan apa yang akan kita bicarakan. Jika
Ustadz Jubaedi dahulu tidak mengubah gaya komunikasinya
maka dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan
antara ustadz dan ABH, karena jika terjadinya kesenjangan
nantinya akan berpengaruh juga bagi kegiatan bimbingan agama
tersebut.
Menurut Dasrun Hidayat, salah satu karakteristik
komunikasi interpersonal yaitu bersifat positif dimana hendaknya
komunikator dan komunikan saling menunjukkan sikap positif
karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul
suasana menyenangkan sehingga pemutusan hubungan
komunikasi tidak dapat terjadi.4
Memberikan bimbingan dengan rasa humor jika dianalisis
dengan menggunakan teori kompetensi komunikasi, maka masuk
ke dalam komponen skill. Ustadz Jubaedi mengolah perilaku
dalam penyampaian materi yang diperlukan dalam berkomunikasi
secara tepat dan efektif kepada ABH. Dalam hal ini
expressiveness tepat digunakan dalam komponen skill
dikarenakan Ustadz Jubaedi dalam memberikan bimbingan
4
Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 48.
110
dengan menunjukkan vocal yang ekspresif diselingi dengan
candaan
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami selanjutnya
merupakan cara yang digunakan Ustadz Jubaedi dalam
membangun komunikasi interpersonal dengan ABH. Bahasa
merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa
yang digunakan seseorang saat berkomunikasi biasanya
mengisyaratkan makna atau arti tertentu yang terkadang hanya
dimengerti oleh komunitas tempat individu berada. Dalam
memberikan bimbingan, Ustadz Jubaedi kerapkali berkomunikasi
menggunakan bahasa dari daerahnya yaitu Bahasa Sunda.
Namun, saat itu juga ia langsung menerjemahkan dan mencari
kata yang umum agar ABH dapat memahami apa yang ia
sampaikan.
Ustadz Jubaedi juga sebisa mungkin menghindari
menggunakan kata-kata yang sulit dicerna oleh para ABH.
Seperti penggunaan kata dari istilah-istilah asing, karena para
ABH rata-rata merupakan anak remaja yang masih duduk di
bangku SMP atau SMA yang masih belum memahami kata istilah
asing. Untuk itu, Ustadz Jubaedi menggunakan bahasa atau istilah
yang mudah dipahami oleh para ABH, agar pesan yang
disampaikan efektif dan dapat langsung dipahami oleh ABH.
Supratiknya memberikan isyarat bahwa komunikasi dapat
dikatakan efektif apabila komunikan memaknai pesan yang
111
diterima sebagaimana pesan tersebut dimaksudkan oleh
komunikator.5
Penggunaan bahasa yang mudah dipahami masuk ke dalam
komponen knowledge. Dikarenakan Ustadz Jubaedi disini
mengetahui apa yang harus diucapkan dan siapa yang akan diajak
untuk berkomunikasi sehingga ia menggunakan bahasa yang
mudah dipahami agar pesannya dapat tersampaikan kepada ABH
Selanjutnya cara membangun komunikasi interpersonal
Pembimbing Agama dengan ABH yaitu memberikan bimbingan
dengan perlakuan tegas. Ketegasan diperlukan untuk
membimbing ABH, karena rata-rata ABH merupakan anak yang
memiliki sikap susah untuk diatur dan keras kepala. Untuk itu,
sesekali diberlakukan sikap tegas kepada ABH agar mereka patuh
terhadap perintah pembimbing.
Diberlakukannya sikap tegas dalam bimbingan masuk ke
dalam komponen skills dengan pendekatan interaction
management. Dikarenakan Ustadz Jubaedi disini berusaha untuk
mengelola interaksi yang ia gunakan dalam berkomunikasi, watak
ABH yang terkadang susah diatur menyebabkan Ustadz Jubaedi
harus menerapkan sikap tegas tersebut.
Tidak jarang juga Ustadz Jubaedi memberikan hukuman
kepada ABH yang melanggar aturan. Salah satu contoh pada saat
bimbingan agama pagi hari terdapat salah satu ABH
menggunakan jaket saat di kelas. Penggunaan jaket pada saat
bimbingan tidak diperkenankan kecuali dalam keadaan
5
Supratiknya, Tinjauan Psikologis: Komunikasi Antarpribadi
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 34.
112
mendesak. ABH tersebut tidak sedang dalam keadaan sakit atau
mendesak, sehingga Ustadz Jubaedi pada saat sebelum memulai
bimbingan, memanggil anak tersebut kedepan lalu memberikan
hukuman dengan cara menjewer telinga ABH tersebut.
B. Bentuk Kesadaran Beragama Anak Berhadapan
Hukum BRSAMPK Handayani Jakarta
Rata-rata usia ABH merupakan anak yang berumur 8
sampai 18 tahun. ABH terbagi menjadi tiga yaitu ABH tersangka,
saksi dan korban. Namun dalam penelitian ini lebih mengarah
kepada ABH tersangka, dikarenakan penulis lebih berfokus pada
kesadaran beragama remaja pelaku tindak kriminal. Berbicara
mengenai kesadaran beragama, tiap individu mempunyai
kesadaran beragama yang berbeda-beda. Ada yang kesadaran
beragamanya tinggi dan ada pula yang mempunyai kesadaran
beragama rendah.
Remaja yang memiliki kesadaran beragama tinggi,
menunjukkan bahwa remaja tersebut mengikuti norma-norma
agama dengan patuh, mempunyai keyakinan yang kuat, serta
menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya. Lain halnya
dengan remaja yang mempunyai kesadaran beragama rendah,
mengakibatkan dirinya tidak dapat mengontrol diri dari perilaku
yang dapat membawanya ke arah negatif dan menyebabkan
dirinya harus berhadapan dengan hukum. Menurut Zakiyah
Daradjat, agama yang ditanamkan sejak kecil kepada remaja
merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, yang
113
bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala
keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul.6
Salah satu tempat rehabilitasi ABH di Jakarta yaitu
BRSAMPK Handayani. BRSAMPK Handayani Jakarta memiliki
kegiatan terapi mental spiritual. Walaupun bergerak dibidang
sosial, namun balai ini mempunyai suatu kegiatan yang dapat
memberikan pemahaman pengetahuan dasar keagamaan dan
kedisiplinan yang ditunjukkan untuk memperkuat sikap dan nilai
spiritual yang dianut ABH melalui bimbingan agama.
Berdasarkan hasil temuan pada bab sebelumnya yang
didapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap
Pembimbing Agama Ustadz Jubaedi dan sembilan ABH yaitu PP,
RS, N, A, MF, MZA, AZ, AS, MZ. Setelah mengikuti bimbingan
agama, ABH menunjukkan beberapa peningkatan kesadaran
beragama. Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK
setelah mengikuti bimbingan agama meliputi takut berbuat dosa,
disiplin melaksanakan ibadah, mendapat ketenangan jiwa,
meningkatnya pengetahuan keagamaan, serta berperilaku sesuai
ajaran Islam.
Hasil temuan bentuk kesadaran beragama pada ABH di
BRSAMPK Handayani Jakarta tersebut kemudian akan penulis
analisis menggunakan dimensi kesadaran beragama yang ditulis
oleh Glock dan Stark dalam Ancok Suroso menyangkut lima
dimensi kesadaran beragama yaitu dimensi keyakinan (ideologis),
dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi
6 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),
h. 99.
114
penghayatan (eksperiensial), dimensi pengetahuan, dan dimensi
pengamalan (konsekuensial).7
Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK
Handayani yang pertama yaitu takut berbuat dosa. Dari hasil
temuan sebelumnya telah ditemukan bahwa ABH PP, ABH N
dan ABH MF sebelum mengikuti bimbingan agama, mereka
merasa bebas untuk melakukan perbuatan apa saja, tidak
mengikuti perintah agama dan mendekati maksiat tanpa takut
merasa berdosa. Namun, setelah mengikuti bimbingan agama
bersama Ustadz Jubaedi, mereka mulai merasakan penyesalan
atas apa yang telah mereka lakukan sebelumnya dan berkeinginan
untuk bertaubat serta tidak ingin melakukan dosa kembali.
Bentuk kesadaran beragama takut berbuat dosa sejalan
dengan dimensi keyakinan/ideologis. Dimensi keyakinan
(ideologis) berbicara mengenai tingkat keyakinan seorang muslim
terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap
ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Dimensi
ini menyangkut keyakinan tentang Allah, Malaikat, Nabi/Rasul,
kitab-kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain.
Menurut pandangan penulis, ABH mulai merasakan takut
untuk berbuat dosa karena setelah mengikuti bimbingan agama
dalam kurun waktu tertentu mereka mulai tersadar akan ajaran-
ajaran yang telah diberikan Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing
Agama. Mereka mulai menyadari bahwa apa yang mereka
lakukan tidak sesuai dengan ajaran agama. Mereka mulai percaya
7 Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam akan
Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h. 77
115
bahwa apa yang mereka lakukan akan mendapat konsekuensinya
yaitu surga atau neraka, sehingga mereka takut untuk berbuat
dosa kembali.
Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK
Handayani selanjutnya yaitu disiplin dalam melaksanakan ibadah.
Bentuk kesadaran beragama disiplin dalam melaksanakan ibadah
ditemukan pada ABH RS, N, A, MF, MZA, dan AZ. Dari temuan
penelitian pada bab sebelumnya, ABH mulai merasakan
perubahan dari segi ibadah. Sebelum masuk BRSAMPK
Handayani rata-rata ABH tidak melaksanakan shalat wajib
maupun sunnah. Mereka saat sedang di rumah juga sangat jarang
membaca al-Qur’an namun setelah mengikuti bimbingan agama
mulai terlihat sedikit demi sedikit peningkatan kesadaran dalam
melaksanakan ibadah, salah satunya yaitu melakukan shalat
sunnah tahiyatul masjid.
Bentuk kesadaran beragama disiplin dalam melaksanakan
ibadah ini sejalan dengan dimensi peribadatan/praktek agama
(ritualistik). Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat
kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan ritual
sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya.
Dalam Islam, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan
shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa dan lain-lain.
Penulis berpendapat bahwa kesadaran dalam melaksanakan
ibadah baik yang sunnah maupun yang wajib memang sangat
diperlukan. Karena sesungguhnya shalat dapat mencegah
seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan munkar.
Harapannya setelah ABH tersadar dan selalu disiplin dalam
116
melaksanakan shalat maupun membaca al-Qur’an, ABH dapat
terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak
melakukan perbuatan yang dapat membuat mereka masuk
BRSAMPK Handayani lagi.
Mendapat ketenangan jiwa selanjutnya menjadi bentuk
kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.
ABH yang merasakan ketenangan jiwa setelah mengikuti
bimbingan agama yaitu ABH PP, RS, N, MZA, AZ, dan AS.
Sebelum mengikuti bimbingan agama, ABH melakukan
perbuatan yang dilarang oleh hukum maupun agama sehingga
dalam dirinya selalu tidak merasa aman dan merasa gelisah.
Namun, setelah masuk BRSAMPK Handayani Jakarta dan
mengikuti bimbingan agama, mereka mulai belajar memaknai
ajaran Islam sehingga didapatkan ketenangan jiwa di dalam
dirinya.
Ketenangan jiwa yang didapat oleh ABH ini sejalan
dengan dimensi penghayatan (eksperiensial). Dimensi
penghayatan merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim
dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan
pengalaman religius. Dalam Islam dimensi ini terwujud dalam
perasaan dekat atau akrab dengan Allah dan lain-lain.
Penulis mempunyai pandangan bahwa ketenangan jiwa
yang didapat oleh ABH salah satunya disebabkan karena saat
bimbingan agama, Ustadz Jubaedi selalu mengajak ABH untuk
berdoa bersama-sama. Berdoa merupakan salah satu cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah, sehingga dengan kita dekat
117
kepada Allah pada akhirnya kita akan mendapat ketenangan
maupun kebahagiaan.
Bentuk kesadaran beragama ABH di BRSAMPK
Handayani Jakarta selanjutnya yaitu meningkatnya pengetahuan
keagamaan. ABH A dan MF yang merasakan efek perubahan
meningkatnya pengetahuan keagamaan di dalam dirinya setelah
mengikuti kegiatan bimbingan agama. Dari hasil temuan
penelitian, ABH rata-rata kurang memahami ajaran-ajaran yang
terkandung dalam nilai-nilai Islam. Mereka hanya sekedar
menjalankan tanpa memahami makna yang terkandung di
dalamnya. Seperti pada saat mengambil wudhu untuk
melaksanakan sholat rata-rata mereka langsung pergi tanpa
berdoa terlebih dahulu, namun setelah rutin mengikuti bimbingan
agama mereka mulai membiasakan diri setelah berwudhu berdoa
terlebih dahulu.
Dimensi Pengetahuan sejalan dengan bentuk kesadaran
beragama meningkatnya pengetahuan keagamaan ABH. Dimensi
ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengetahuan dan
pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajarannya, terutama
mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya. Dalam Islam
dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur’an,
pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun
Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam dan sebagainya.
Penulis menganggap bahwa pengetahuan tentang keagamaan
sangat perlu untuk dipelajari, sehingga kita dapat memahami
ajaran-ajaran Islam yang telah terkandung baik di al-Qur’an
maupun hadis.
118
Selanjutnya hasil temuan bentuk kesadaran beragama
ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta yang terakhir yaitu
berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Dari hasil temuan
penelitian, kebanyakan anak-anak tidak berperilaku sesuai
dengan ajaran Islam sebelum mengikuti bimbingan agama.
Banyak dari mereka yang masih belum bisa meninggalkan
kebiasaan lamanya seperti berkata-kata kasar terhadap satu sama
lainnya. Namun kebiasan tersebut lambat laun mulai berubah,
seiring berjalannya waktu dan terus selalu mengikuti bimbingan
agama, ABH mulai membiasakan diri untuk selalu menjaga
ucapannya dan berkata dengan sopan.
Berperilaku sesuai ajaran Islam sejalan dengan dimensi
pengamalan (konsekuensial). Dimensi ini merujuk pada seberapa
jauh tingkat pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi
oleh ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia
berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam, dimensi
ini meliputi suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan
dan lain-lain. Menurut penulis, meningkatnya pengetahuan
kegamaan ABH dikarenakan ABH merasa termotivasi oleh
ajaran-ajaran agama yang diberikan Ustadz Jubaedi. Apa yang
disampaikan oleh Ustadz Jubaedi benar-benar diingat oleh ABH
sehingga ABH mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh
Ustadz Jubaedi.
Berikut ini merupakan hasil rangkuman tabel temuan dan
analisis dari bentuk kesadaran beragama di BRSAMPK
Handayani Jakarta serta perubahan kesadaran beragama ABH
setelah mengikuti bimbingan agama.
119
Tabel 5. 1 Bentuk dan Perubahan Kesadaran Beragama ABH
di BRSAMPK Handayani Jakarta
No
Bentuk
Kesadaran
Beragama ABH
Dimensi
Kesadaran
Beragama
Perubahan
Kesadaran
Beragama ABH
1. Takut berbuat
dosa
Keyakinan
(ideologis)
Meningkat,
ditandai dengan
sebelumnya ABH
merasa bebas
melakukan
perbuatan apa saja
tanpa takut merasa
dosa. Setelah
mengikuti
bimbingan agama,
keyakinan ABH
bertambah ditandai
dengan perasaan
menyesal atas
perbuatannya dan
tidak ingin
melakukan dosa
kembali karena
takut akan ganjaran
diakhirat kelak.
Perubahan ini
terjadi pada ABH
120
PP, N, dan MF.
2. Disiplin
melaksanakan
ibadah
Peribadatan/
Praktek Agama
(ritualistik)
Meningkat,
ditandai dengan
jarang mengerjakan
ibadah menjadi
sering melakukan
ibadah baik yang
sunnah maupun
yang wajib setelah
mengikuti
bimbingan agama.
Perubahan ini
terjadi pada ABH
RS, N, A, MF,
MZA, dan AZ.
3. Mendapat
ketenangan jiwa
Penghayatan
(eksperensial)
Meningkat,
ditandai dengan
merasa gelisah
sebelum mengikuti
bimbingan agama.
Setelah mengikuti
bimbingan agama
mengalami
peningkatan dalam
121
pengahayatan atau
memaknai ajaran
Islam dengan baik
sehingga
mendapatkan
ketenangan jiwa.
Perubahan ini
terjadi pada ABH
PP, RS, N, MZA,
AZ, dan AS.
4. Meningkatnya
Pengetahuan
Keagamaan
Pengetahuan Meningkat,
sebelum mengikuti
bimbingan agama,
ABH kurang
memahami ajaran-
ajaran yang
terkandung dalam
nilai-nilai Islam.
Setelah mengikuti
bimbingan agama
dapat memahami
dan meningkatnya
pengetahuan agama
Islam. Perubahan
ini terjadi pada
ABH A, dan MF.
122
5. Berperilaku
sesuai ajaran
Islam
Pengamalan
(konsekuensial)
Meningkat,
sebelum mengikuti
agama ABH sering
berkata kasar.
Namun setelah
mengikuti
bimbingan agama
mulai membiasakan
diri untuk
mengontrol
ucapannya.
Perubahan ini
terjadi pada ABH
PP dan MZ.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
tingkat kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani
Jakarta tidak dapat diukur, namun jika ABH tersebut
menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelum
dan sesudah mengikuti bimbingan agama maka dapat dikatakan
kesadaran beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta
meningkat.
123
C. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak Berhadapan
Hukum
Terkait dengan kesadaran beragama ABH, kesadaran
beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta dapat
meningkat dikarenakan semua itu tidak terlepas dari adanya peran
penting seorang Pembimbing Agama dalam hal ini Ustadz
Jubaedi yang mengajarkan materi-materi mengenai keagamaan
yang mampu diserap oleh para ABH. Tak dapat dipungkiri
bahwasannya komunikasi interpersonal Pembimbing Agama
disini juga sangat berperan penting untuk meningkatkan
kesadaran beragama ABH dikarenakan komunikasi merupakan
hal yang sangat penting.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
efektif untuk memberikan bimbingan kepada para ABH, karena
pada hakikatnya komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang paling efektif untuk merubah sikap dan tingkah
laku komunikan karena bentuknya dialog dan langsung
mendapatkan umpan balik.8
Seperti yang diketahui bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan
secara tatap muka antara komunikator dan komunikan baik
komunikasi satu arah maupun komunikasi dua arah. Mengenai
komunikasi interpersonal yang dibahas penulis disini merupakan
komunikasi dua arah, karena komunikator dalam menyampaikan
8 Hardjana, Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 84.
124
informasi tetap memberikan kesempatan kepada komunikan
untuk memberikan tanggapannya.
Ustadz Jubaedi dalam melakukan komunikasi interpersonal
untuk meningkatkan kesadaran beragama ABH senada dengan
teori Laswell dalam buku Cangara, tentang lima komponen dalam
komunikasi yang menjadi persayaratan terjadinya komunikasi
yaitu komuikator (source), pesan (message), saluran atau media
(channel), komunikan (receiver), dan pengaruh (effect).9
Komunikatornya yaitu Pembimbing Agama dalam hal ini Ustadz
Jubaedi sendiri, komunikan para ABH, pesannya yaitu bagaimana
materi-materi yang disampaikan dapat dipahami dan
diaplikasikan, medianya yaitu lewat kitab, serta pengaruhnya
dapat mampu memberikan efek meningkatkan kesadaran
beragama ABH di BRSAMPK Handayani Jakarta.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan
pada bab 4 mengenai komunikasi interpersonal Pembimbing
Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH di
BRSAMPK Handayani Jakarta, Ustadz Jubaedi melakukan
beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran beragama yang
dimiliki ABH. Cara tersebut yaitu dengan pemberian motivasi,
komunikasi persuasif dan dialog tanya jawab, kemudian dari hasil
tersebut akan penulis analisis dengan menggunakan teori
kompetensi komunikasi yang mempunyai tiga model komponen.
Pada teori kompetensi komunikasi yang ditemukan oleh
Brian H. Spitzberg dan William R. Cupach bahwa kompetensi
9 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2018), h. 29.
125
komunikasi merupakan suatu kemampuan untuk memilih
perilaku komunikasi yang cocok dan efektif bagi situasi tertentu.
Sedangkan, kompetensi komunikasi interpersonal memungkinkan
dan membolehkan seseorang mencapai tujuan-tujuan
komunikasinya tanpa menyebabkan orang lain kehilangan
“muka”.10
Model komponen pertama yang digunakan dalam teori
kompetensi komunikasi adalah pengetahuan (knowledge), yaitu
pemilihan perilaku yang digunakan untuk situasi tertentu.
Pembimbing Agama dalam hal ini Ustadz Jubaedi dalam
komponen pengetahuan menerapkan metode dialog tanya jawab
bersama para ABH untuk meningkatkan kesadaran beragama
ABH. Dari hasil temuan pada bab sebelumnya telah dipaparkan
bahwa Ustadz Jubaedi untuk membangkitkan kesadaran ABH
harus memancing permasalahan yang dialami agar mereka aktif
terbuka dan bertanya.
Tujuan dari komunikasi, yaitu supaya pesan yang
disampaikan komunikator dapat tersalurkan kepada komunikan.
Menurut penulis dengan diadakannya dialog tanya jawab dapat
terjadinya pengenalan khalayak yang berhadapan langsung
dengan komunikan (face to face). Dari pendekatan tersebut
ustadz dapat mengetahui cara berfikir ABH dan keadaan
pemahaman mengenai keagamaan yang telah diajarkan. Tujuan
paling mendasar dari kegiatan komunikasi ini timbulnya
pemahaman keagamaan. Sehingga pada akhirnya, akan tercapai
10
Yusuf, Komunikasi Instruksional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010),
h. 97.
126
munculnya pemahaman suatu pengetahuan keagamaan yang
timbul dari efek umpan balik dari komunikan.
Model komponen kedua yang digunakan dalam teori
kompetensi komunikasi adalah keahlian (skill). Keahlian
maksudnya adalah kemampuan mengaplikasikan perilaku tadi
pada situasi yang sama. Ustadz Jubaedi selaku Pembimbing
Agama menggunakan komunikasi persuasif kepada ABH sebagai
upaya untuk meningkatkan kesadaran beragama ABH.
Berdasarkan hasil temuan pada bab sebelumnya, komunikasi
persuasif dilakukan Ustadz Jubaedi saat sedang memberikan
bimbingan. ABH dibujuk untuk selalu membaca al-Qur’an dari
pada mengobrol setelah kegiatan bimbingan selesai. Dengan
dilakukannya metode ini bertujuan, agar ABH dapat merubah
pikiran dan meningkatkan kesadaran beragamanya.
Dengan menggunakan komunikasi persuasif ini, ABH
terpengaruh berusaha untuk merubah keyakinan pikiran maupun
sikap. Dalam metode ini, ustadz harus memiliki kemampuan
untuk menghadapi ABH, karena dalam komunikasi persuasif
tidak hanya membujuk atau merayu saja, tetapi merupakan teknik
memengaruhi sesuai dengan fakta dan data psikologis ABH
(komunikan).
Menurut penulis pendekatan dengan komunikasi persuasif
sangat cocok diterapkan kepada ABH untuk meningkatkan
kesadaran beragamanya. Tujuannya agar bimbingan yang
diberikan Ustadz Jubaedi dapat diterima oleh ABH yang rata-rata
memiliki watak mudah tersinggung, keras kepala dan suka
memberontak. Tentunya komunikasi persuasif yang dilakukan
127
harus penuh kasih sayang dan secara halus, dengan begitu
diharapkan bisa memengaruhi ABH untuk terus aktif mengikuti
kegiatan bimbingan agama.
Selanjutnya model komponen ketiga yang digunakan dalam
teori kompetensi komunikasi adalah motivasi (motivation).
Motivasi maksudnya memiliki hasrat untuk berkomunikasi
dengan membawa sifat-sifat seseorang yang ahli pada bidangnya.
Ustadz Jubaedi merupakan Pembimbing Agama yang berlatar
belakang pendidikan dari pesantren. Untuk itu sebagai
pembimbing, bertugas untuk menangani, mengawasi, membantu
dan memotivasi ABH. Pembimbing memberi motivasi dan
menjawab semua permasalahan yang ABH rasakan di dalam
hidupnya. Pemberian bimbingan agama Islam ini diarahkan untuk
menanamkan dan juga meningkatkan pemahaman pada
pengetahuan ABH mengenai agama Islam.
Menurut penulis pemberian motivasi kepada ABH sangat
diperlukan untuk meningkatkan kesadaran beragamanya. Dengan
begitu ABH terdorong untuk berperilaku baik atau berakhlak
mulia sesuai yang diajarkan oleh Islam. Sehingga ABH bisa
termotivasi untuk merubah dirinya menjadi lebih baik lagi.
Di bawah ini merupakan tabel yang menjelaskan bagaimana
bentuk komunikasi interpersonal pembimbing agama dalam
meningkatkan kesadaran beragama ABH yang disandingkan
dengan teori kompetensi komunikasi yang memiliki tiga
komponen. Tabel ini dibuat untuk mempermudah dalam melihat
hubungan antara temuan penelitian dengan teori.
128
Tabel 5. 2 Bentuk Komunikasi Interpersonal Pembimbing
Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama ABH di
BRSMAPK Handayani Jakarta
No
Bentuk komunikasi
interpersonal Pembimbing
Agama dalam
meningkatkan kesadaran
beragama ABH
Teori Kompetensi Komunikasi
Komponen
Pengetahuan
Komponen
Keahlian
Komponen
Motivasi
1. Pemberian Motivasi √
2. Komunikasi Persuasif √
3. Dialog Tanya Jawab √
128
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Komunikasi interpersonal Pembimbing Agama di Balai
Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan
Khusus Handayani Jakarta yaitu:
a. Memahami karakter anak
b. Menumbuhkan kepercayaan anak
c. Memberikan bimbingan dengan rasa humor
d. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
e. Menerapkan sikap tegas dalam bimbingan
2. Bentuk kesadaran beragama Anak Berhadapan Hukum (ABH)
di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus Handayani Jakarta yaitu:
a. Takut berbuat dosa
b. Disiplin melaksanakan ibadah
c. Mendapat ketenangan jiwa
d. Meningkatnya pengetahuan keagamaan
e. Berperilaku sesuai ajaran Islam
3. Komunikasi interpersonal Pembimbing Agama dalam
meningkatkan kesadaran beragama Anak Berhadapan
Hukum diantaranya:
a. Pemberian Motivasi
b. Komunikasi persuasif
c. Dialog tanya jawab
129
B. Saran
1. Saran Akademis
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini diharapkan
mampu memberikan kontribusi yang positif dalam
perkembangan studi komunikasi interpersonal khususnya
tentang pentingnya komunikasi interpersonal Pembimbing
Agama dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH.
2. Saran Praktis
Sebagai lembaga pemerintahan yang bernaung di bawah
Kementerian Sosial yang memberikan pelayanan rehabilitasi
terhadap Anak Berhadapan Hukum (ABH), Balai Rehabilitasi
Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
(BRSAMPK) Handayani Jakarta sudah cukup baik dengan
memberikan ABH pelayanan bimbingan agama. Namun secara
khusus perlu adanya peningkatan atau pengembangan yang
lebih baik lagi terhadap metode yang digunakan Pembimbing
Agama dalam memberikan bimbingannya kepada ABH agar
anak lebih dapat mematuhi apa yang dikatakan oleh
pembimbing.
130
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Adz-Dazky, Hamdani. (2002). Konseling dan Psikoterapi Islam.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Agus, Bustanuddin. (2010). Agama dan Fenomena Sosial: Buku
Ajar Sosiologi Agama. Jakarta: UI Press.
Budyatna, Muhammad dan Laila Mona Ganiem. (2011). Teori
Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. (2018). Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi
Ketiga. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Daradjat, Zakiyah. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso. (2005). Psikologi
Islam: Solusi Islam akan Problem Psikologi. Cet. I.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamil, M. Nasir. (2013). Anak Bukan Untuk Dihukum: Catatan
Pembahasan Undang-undang Sistem Peradilan Pidana
Anak. Jakarta: Sinar Grafika.
Effendy, Onong Uchjana. (2007). Ilmu Komunikasi Teori Dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Faqih, Ainur Rahim. (2001). Bimbingan dan Konseling dalam
Islam. Yogyakarta: UII Press.
Hanani. (2017). Komunikasi Antarpribadi Teori&praktik
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hardjana, Andre. (2007). Audit Komunikasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
131
Hendropuspito.(1983). Sosiologi Agama.Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan
Medianya. Yoyakarta: Graha Ilmu.
Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian
Sosial Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Jalaluddin dan Ramayulis. (1993). Pengantar Ilmu Jiwa Agama.
Cet. II. Jakarta: Radar Jaya Offset.
Jumroni. (2006). Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press.
Kementerian Sosial RI. Profil BRSAMPK Handayani. 2018.
Mulyadi, Lilik. (2004). Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak
Indonesia. Bandung: P.T. Alumni.
Nasution, (2000). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.
Bandung: Tarsito.
Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Cet.27.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Roudhonah. (2007). Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta
Press.
Santono. (1998). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka
Setia.
Sarwono, Sarlito W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali
Press.
Sendjaja, S. Djuarsa. (1994) Teori Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Supratiknya. (1995). Tinjauan Psikologis: Komunikasi
Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
132
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Grasindo.
Yusuf, Pawit M. (2010). Komunikasi Instruksional. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Sumber Skripsi dan Tesis:
Erni Suyani. (2010). Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Keaktifan Ibadah dengan Kesembuhan Pecandu
Narkoba di Panti Rehabilitas Narkoba Al-Kamal
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Tesis.
Muh. Riskar. (2017). Peran Pekerja Sosial Perlindungan Anak
Terhadap Anak Berhadapan Hukum di Kabupaten
Gowa. UIN Alaudin Makasar. Makasar.
Wildan Zulqarnaen. (2016). Komunikasi Antarpibadi Ustadz dan
Santri dalam Pembentukan Karakter Santri (Studi Pada
Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok). UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Sumber Jurnal:
Evi Aviyah dan Muhammad Farid. (2014). Religiusitas, Kontrol
Diri dan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia,
Vol. 3, No 2.
Mukti Sitompul. (2015). Pengaruh Efektifitas Komunikasi
Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap
Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan
Aljamyatul Washliyah Medan. Jurnal Simbolika, Vol. 1,
No2.
Sumber Internet:
https//metro.sindonews.com/disdik-pastikan-keluarkan-pelajar-
pelaku-kejahatan-dan-mencabut-KJP/ diakses pada
tanggal 23 Februari 2019 pukul 20.30 WIB.
HASIL WAWANCARA
Nama : Jubaedi Hambali (Pembimbing Agama)
Usia : 32 tahun
Alamat : Jln. PPA Bambu Apus RT 06/RW 01 NO. 28
Komplek Departemen Sosial.
1. Sudah berapa lama menjadi Pembimbing Agama?
Sekitar 12 tahunan.
2. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan ABH agar
mereka bersedia menceritakan semua masalah dan
kesalahannya?
Sebenernya mah gini, kenali anak dulu, sifat anak dan kasus
anak, tiga modal itu. Jadi kita memberikan bimbingan gak
asal duduk ceramah, jangan sampai salah kaprah. Apa yang
dibutuhkan itu yang diceramahkan. Bahwa agama ada yang
umum ada yang khusus, umum itu seperti sholat, itumah
wajib semuanya, tetapi ada yang khusus, khusus disini
seperti kenapa dia bisa terjadi atau katakanlah terjerumus
pada ranah itu atau kasus itu. Saya cuma hanya kasusnya apa
terus kan rata-rata mohon maaf, semua orang yang
berkecimplung didosa pasti itu agamanya tidak ada, ada
cuma ada diteori tidak ada diperilaku. Contoh ada ustadz
yang gak bener, dia mohon maaf tidak salah ilmunya
sebenernya yang salah dia tidak mengerjakan. Jadi
mangkannya kalau kata Syekh Abdul Qodir mah saya lebih
menghormati yang beradab dari pada yang berilmu. Banyak
setanpun ilmunya tinggi loh, mangkannya dapet gelar
laknatullah. Artinya dipahami dulu karakter anak disini dan
apa yang kebutuhan utamanya, terutama gini kan anak itu
pengen berubah, pengen bener ya gitu, maka saya bilang
waktu kapan ya jangan hanya sampai di otak ceramahnya, oh
ke mahasiswa praktikum yang banyak itu kali ya. Jadi kalo
ceramah jangan sampai di otak harus sampe ke hati, diotak
mah lewat. Pernah ada mahasiswa yang mau ngajar saya
suruh cari materi yang nyampe di hati jangan cuma di otak,
kamu bakal pundung nanti soalnya anak pada rame pulang.
Mangkannya saya bilangin cari materi yang gampang diserap
anak, cari contoh yang menarik, cari selingan yang menarik.
3. Apakah perlu mengetahui kehidupan ABH yang akan
anda bimbing? Bagaimana cara anda mengetahui kondisi
anak tersebut?
Oh itu perlu, tetapi kita gak mesti meraba keseluruhan
kehidupannya. Sebenarnya bisa dilihat dari kasus yang
dialami, perilaku dan ucapan yang dia ucapkan dan yang dia
kerjakan setiap hari. Gak mesti ngeraba keseluruh
keluarganya gak usah. Jadi kita hanya melihat perilaku
ucapan, itu udah menggambarkan semuanya. Bahkan saya
bilang tadi, maksudnya bukan meramal ya, saya bisa
menebak lebih jauh dibandingkan kerumah orang tuanya,
sampai-sampai anak ada yang tidak mau ketemu saya, takut
diramal katanya. Anak Rumah Antara gak mau ke kandang
las, takut diramal. Saya bilang “kamu punya dosa ya dengan
keluargamu?” terus dia jawab “iya” “kamu punya masalah ya
dengan saudaramu?” terus dia jawab lagi “iya”, padalah
keluarganya gak tau cuma saya bisa menebak dari ucapan, ya
ngomong dari perilaku ngomong, perilaku dia
menyampaikan apa yang kita tanya, bisa ditebak kok asal
kitanya aja jeli.
4. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan ABH yang
tidak bisa meninggalkan kebiasaan buruk seperti pada
saat sebelum masuk BRSAMPK ini?
Sebenarnya mah gini, yakinkan anak percaya dulu kepada
kita, anak suruh mengenali kita dulu. Apa yang kita
omongkan apapun pasti didengar jika yang ngomongnya itu
dipercaya sama anak atau diyakini sama anak. Terkadang
kita suka lupa, apa yang kita sampaikan berbobot memang
penting, gak ada yang penting kan? Cuma orangnya tidak
dihormati, orangnya tidak diketahui, jadi modal utama mah
adalah siapa dulu yang ngajar. Maksudnya bukan mesti
terlatih, tidak. Dia yang ngajar kenali dulu bahwa saya ini
belajar, saya ini kuliah, saya ini pesantren, saya ini gelarnya
anu, paling gak saya ini sudah belajar ngaji. Kalau ada orang
ngajar tapi dia tidak punya latar belakang agama diketawain,
gitu. Memang itupun berlaku dalam agama “lima taquluna
mala taf’alun” apa yang kau bicarakan jangan sampai tidak
kau lakukan dan pertanyaan itu juga dianak bisa spontan
berebeda-beda, kalau yang ngajar agama tidak belajar bener-
bener, udah mentok atulah kalo ada pertanyaan PR paling
nanti. Utama yang saya iniin kenali dulu saya, 5 tahun
pesantren gak mesti lama yang penting apa yang saya punya
dasar belajar ilmu agama. Dalam artian anak ngenalin siapa
yang ngajar ngajinya dulu, udah dikenalain nanti anak “oh
iya”. Contoh misalkan ada dua ucapan, satu dari orang
berilmu yang satu gak, itu anak akan percaya sama yang
berilmu. Jadi intinya yakini itu dulu. Sebaik-baiknya
pengajar, kecil, tinggi, itu gak masalah, ketika orang melihat
ilmunya ada, itu dihormati. Rupa mah sepintas untuk menilai,
tetapi ketika ia sudah yakin berilmu nanti anak akan nurut
sendiri. Mangkannya saya mah tinggal batuk anak udah lari
ke masjid, saya baru buka pintu anak sudah beres-beres.
Seperti itu intinya, siapa dulu. Dan memang berlaku lagi
kaya gitu, kalau bahasa santri mah “dilalatul hal khoiru min
dilalatil maqool”. “Dilalatul hal” menunjukan dengan
perilaku, “khoiru min dilalatil maqool” lebih baik dari pada
dengan ucapan. Jangan ngucap mulu, kitanya gak ngerjain,
gak dipercaya jadinya. Kalau setiap ada ustad atau pengajar
ngomong pinter tapi perilaku tidak sesuai yaudah.
5. Apakah ketika memberi bimbingan kepada ABH anda
memberi rasa humor?
Iya bahasanya selingan, jadi kemampuan manusia dalam
khusyu itu kan berbeda-bedaa. Jadi kan gini, ada yang butuh
ilmu agama ada yang kaya orang gak butuh. Jadi kita
menghadapi orang-orang yang merasa tidak butuh ilmu
agama kita gak bisa ngajar khusyu kaya aki-aki. Aki-aki suka
khusyu (diajarin) ngajinya karena dia sudah mau mati. Kalau
ngajar anak muda khusyu yang ada malah tidur, jadi bedanya
itu. Saya ngajar 2008-2009, dua tahun itu saya galak dalam
ceramah, teriak-teriak, terus saya evaluasi ke diri saya
pribadi, karena tidak ada yang negor saya kan bahasanya.
“ustad gausah galak-galak” gitu. Cuma apa yang saya
sampaikan ini emang tersampaikan, tapi maknanya diterima
gak? Ternyata sebagian besar bukan karena salah omongan
dan penyampaian mungkin karena ketakutan. Itu dua tahun
itu saya ngajar berbeda, sampe awal tahun 2010 kita rubah
sampe sekarang, sehingga mereka sewaktu-waktu bisa serius,
ada sewaktu-waktu bisa bercanda atau tertawa dan
sebagainya tetapi dengan porsi yang seimbang. Intiya
diselingi itu supaya anak tertarik. Sehingga ternyata
responnya berbeda. Jadi mangkannya kita tuh jangan tidak
mau terbuka dengan sesama ustad misalnya. Kalo saya
sendiri sih tidak pernah mengikuti orang cuma saya
memperhatikan cara ceramahnya “ini masuk gak ya” “ini
masuk gak ya” atau contoh apa yang menurut saya bisa
diterapkan. Karena orang bodoh akan paham dengan contoh,
jangan suka ceramah pakai istilah-istilah seperti “realisasi,
optimisasi” ceramah yang orang bisa mengerti. Karena ada
orang-orang ceramah yang pake bahasa-bahasa asing seperti
itu. Harusnya cari omongan atau contoh yang paling
gampang dimasuki atau diserap oleh orang bodoh itu pasti
berasa, kecuali ceramah sama orang pinter. Gak usah
dibilang ustadnya hebat, bahasanya asing tapi kebawahnya
gak ngerti, contohkan yang dapat diserap logika..
6. Apa tanggapan anda tentang diadakannya bimbingan
agama?
Pokoknya orang hidup semua yang mau berhadapan hukum
atau tidak butuh ilmu agama, itu berlaku untuk semua sektor.
Jadi jangan mengatakan perubahan perilaku salah satunya
bimbingan agama. Perubahan perilaku dasarnya baru bimsos,
PBB. Jangan bilang agama merupakan salah satu, salah satu
berarti hanya bagian kecil. Mereka yang masuk ke balai ini
bukan orang bodoh tapi SMP, SMA, SMK, orang pintar
semua. Bedanya apa? Gak ngaji doang, gak bisa baca Qur’an
doang. Tapi intinya kita sebagai pengajar, punya pemikiran
tanpa dasar agama semua akan gagal dibidang apapun. Orang
terpintar di dunia aja kan bunuh diri kok, jatuh di lantai
berapa gitu. Orang terkaya yang ada di German aja nabrak
kereta, butuh apa lagi dia kaya kok ngapain? karena gak ada
agamanya aja. Nah sekarang kalo ada orang yang
mengatakan kalau agama itu sebagian sebagian itu salah
karena semua ilmu itu ada di agama. Sok, ilmu apa yang gak
ada di agama? Astronot di agama, geografi di agama. Nah
terus tadi yang saya bilang, dasar kehidupan, norma agama
itu nomer berapa si? Pasti nomer pertama dibanding norma-
norma yang lain. Bahkan non muslimpun berkata bahwa
norma agama adalah norma yang mengikat beda dengan
norma yang lain. Karena norma agama adalah satu jika
diterapkan dia tidak butuh orang lain untuk menerapkan.
Kalau kita sebagai negarawan katakanlah atau sebagai orang,
kita gak apa maling, tapi syaratnya cuma satu asal jangan ada
saksi. Kata pengacara kalau kamu melakukan jangan ngaku
kalau tidak ada bukti, itu yang diajarkan di dunia kan? Sok
emang ada pengacara yang bilang udah ngaku aja? Jangan
pernah ngaku, itu pasti yang diajarkan di dunia. Tapi norma
agama dan agama yang mengajarkan ada orang atau gak
orang, ada saksi atau gak ada saksi tapi Allah maha melihat
dan mengetahui, jadi mereka segan. Jadi intinya gitu, mereka
tidak takut kepada Allah, sama emaknya aja gak takut
bahasanya gitu. Jadi kita kasih pemahaman, takutlah kepada
Allah kenapa? Allah Maha Sami’ Allah Maha Basyir, Maha
Melihat Maha Mendengar. Ucapan yang kita ucapkan tidak
ada satu kata pun yang tidak dicatat oleh malaikat yang ada
di kanan dan di kiri. Nanti lama-lama anak juga bakal mikir.
Terus kalau perilaku, mau ada orang atau gak ada orang kan
Allah Maha Melihat, jadi gak jadi ngelakuin dosanya.
Makanya seperti tadi yang saya bilang, anak masuk sini
bukan anak-anak yang bodoh-bodoh, ada yang dari SMP,
SMA, SMK pintar-pintar semua. Makannya pintar jadinya
seperti itu, kebablasan tanpa agama.
7. Bagaimana sikap religusitas ABH saat pertama kali
masuk BRSAMPK ini?
Kalau pertama kan anak biasanya trauma dulu ya ketemu
polisi, trauma abis itu menyesal, sebenernya itukan awal
yang bagus. Anak disini kan sebelum masuk asrama ditaro di
Rumah Antara dulu kan, nah disitu tuh biasanya masih
menunjukan perilaku tidak disiplin beribadah, ngomongnya
masih suka pakai kata-kata kasar. Setelah dari Rumah Antara
dan masuk asrama kita arahin mereka, kalau ada yang
kedengeran berbicara kasar saya langsung tegur. Kan kita
mah mohon maaf, kita tidak bisa membelokan hati manusia,
cuma bisa mengarahkan, mencoba, tapi nanti kembali lagi ke
anak. Jika Allah kasih hidayah ke dia jadi bener, jika Allah
tidak kasih hidayah ya gitu lagi sampai usianya habis. Dan
mohon maaf nih, sebagian besar anak yang masuk sini punya
latar belakang keluarga yang kurang baik, contohnya kurang
perhatian sama anak, kurangnya kasih sayang, sibuk sama
pekerjaannya. Karna keluarga yang kurang baik inilah bisa
menyebabkan anak melampiaskaan keadaan dirumah dengan
berperilaku tanpa aturan dilingkungan sekitarnya. Pendidikan
agama yang tidak tertanam dalam keluarga dengan baik
menjadi salah satu faktor juga anak jadi berbicara kasar,
tidak serius melakukan ibadah dan lain sebagainya.
8. Bagaimana perkembangan sikap religiusitas ABH setelah
mendapat bimbingan agama Islam?
Alhamdulillah kalau kita bujuk terus menerus, sabar, ikhlas
ngajarnya anak ya lama-lama akan luluh sendiri. Anak kita
bimbing pelan-pelan kita kasih pemahaman ilmu-ilmu agama
lama-lama dia akan berubah. Walaupun tidak sekaligus
langsung gitu ya perubahannya, tapi bisa kita liat sendiri nih
“oh ini anak awalnya abis solat jarang baca Qur’an, tapi lama
kelamaan dia baca sendiri di masjid”. Semakin lama anak
ikut kegiatan bimbingan agama disini semakin keliatan juga
perubahannya. Saya juga tiap ceramah suka bilangin kalau
setelah bimbingan jangan langsung pada nongkrong malem-
malem mending dibaca itu al-Qur’an, karena setan tuh
biasanya keluyurannya malem-malem dan bikin pikiran
kalian pengen kabur dari sini. Ternyata saran saya dipakai
sama sebagian anak, walaupun ada beberapa anak yang abis
bimbingan langsung balik ke asramanya masing-masing.
9. Apakah sebelum mengajar anda menyiapkan materi
terlebih dahulu?
Materi disiapkan wajib, sebagai kesungguhan saya dalam
mengajar. Ciri ustad yang benar-benar mau mengajar
disiapin materinya. Saya itu minimal saya bawa buku atau
bawa kitabnya. Kitab saya pake kalau fiqih, kalau tauhid ijaz,
fikihnya ada lima kitab, terus ada muamalahnya, terus ada
buat perempuannya juga. Intinya saya ngaji selalu bawa
kitabnya. Dan memang kalau saya bawa buku, lebih banyak
ilmu yang saya bawa, jika suatu waktu ada kasus yang sama
jadi bisa langsung dikaji.
10. Apakah selama ini bimbingan agama yang dilakukan
efektif dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH?
Diatas efektif malah, itu malah jadi kebutuhan utama. Kalau
bahasanya bukan efektif, karena efektif masih ada lawan kata
yaitu tidak efektif. Kalau ini mah melebihi efektif sekali
dalam masa di balai atau panti atau dimanapun untuk kasus
rehab, karena yang direhab itu bukan raganya tapi jiwanya.
Kalau raga mah gampang, banyak dokter. Kita merehab
bukan badannya tapi jiwanya, sedangkan bahasa jiwa tidak
bisa menggunakan bimbingan lain kecuali bimbingan rohani
atau mental untuk anak, yang muslim sama pembimbing
muslim, yang non muslim sama pembimbing non muslim.
Mangkannya disebutnya bimbingan rohani atau bimbingan
mental, karena anak kita yang sakit bukan secara fisik tapi
rohani atau mentalnya yang terguncang, sehingga mereka
bisa terjarat dalam berbagai kasus. Jadi kalau ada orang
mengajarkan tentang rehab tanpa agama, seperti orang
pengen tidur minum obat tidur. Jika ada orang mengatakan
mengubah perilaku dengan selain agama, seperti orang
pengen tidur pakai obat tidur, entar efek obat tidurnya habis,
kambuh lagi. Seperti yang saya bilang tadi jika orang
bertobat karena rasa takut, kan takut ada akhir, ketika
takutnya kelar maka kambuh lagi.
11. Menurut anda, bimbingan agama dalam bentuk apa yang
efektif dalam meningkatkan kesadaran beragama ABH??
Ketika bimbingan agama intinya gini, saya selalu
menerapkan gini, flashback kebelakang atau lihat kebelakang
kenapa kita bisa masuk sini? Padahal dosa mencuri,
pelecehan dan sebagainya, kita ajak bicara dia seperti itu.
Kan supaya dia motivasinya mau bangkitlah, mau bangkit
tapi posisinya benar gitu, berubah. Dia akan melihat “Oh iya
kemarin saya kebanyakan nongkrong, ngaji gak pernah,
sholat gak pernah, gak nurut orang tua” nah dirubahlah jika
tidak mau terulang sama seperti ini, yang kemarin dilawan,
yang kemarin tidak benar dibenarin, ambil semua penyesalan
tapi menyesali penyesalan. Jadi kita kasih motivasi keanak
untuk berubah, jika anak sudah benar-benar ingin berubah.
Kalau yang paling efektif salah satunya yaitu tanya jawab,
jadi kalau ceramah itu hanya memancing sebetulnya. Karena
tujuan kita sebetulnya satu, anak diisi dengan ilmu-ilmu.
Kedua, anak diberikan kesadaran. Kalau diberikan kesadaran
harus tau kekurangannya, dengan kita memancing dia supaya
bertanya, supaya ada komunikasi kita sentuh tuh masalah
utamanya, dia akan ngomong pasti. Kalau kita ngomong
terus menerus, gak disentuh satu persatu mereka pasti akan
diam saja tapi ketika disentuh mereka akan terbuka. Jadi bagi
saya sendiri, tanya jawab itu tadi. Atau saya yang bertanya,
mereka yang menjawab. Intinya kita cari tema yang kira-kira
menarik yang akan kita bahas, menarik buat saya dan
menarik buat anak, nanti inilah yang akan memicu mereka
aktif. Apa yang kita ucapkan minimal nyampe dulu ke hati
anak, nanti kelihatannya baru ibadah mereka akan jauh
meningkat dibandingkan sebelumnya.
12. Apakah yang menjadi hambatan/kendala anda ketika
berkomunikasi dengan ABH?
Sebenarnya kendala utamanya ada di saya diketerbatasan
waktu, saya selain mengajar disini juga mengajar diluar.
Kalau kendala dianak, kan seperti tadi yang saya bilang
mohon maaf, jika si anak sudah mengenal ustadznya,
memahami profil ustadnya itu sudah cukup. Apa yang saya
ucapkan pasti sudah manut.
13. Apa yang menjadi kemudahan anda ketika
berkomunikasi dengan ABH?
Pertama itu tadi yang saya bilang ketika akan dimudahkan
dalam berkomunikasi yaitu ketika anak udah kenal sama kita.
Kalau anak udah kenal sama kita, dia ngelakuin apa apa pasti
langsung jujur, karena mereka tau nanti kalau tidak jujur ke
saya akibatnya apa. Kedua, untuk terbuka kita membutuhkan
pemancing, gak mungkin anak langsung terbuka. saya bilang
tadi pegang apa yang sakitnya, begitu ngaji saya tanya
“Kamu sekolah untuk apa?” “Kamu ngaji untuk siapa?”
“Untuk diri sendiri dan orang tua kan? Kalau orang tua
kalian meninggal emang nanti yang ngajiin siapa kalau
bukan anaknya sendiri?”. Terus saya tanya mereka “kira-kira
orang tua kalian seneng gak kalian disini” “enggak pak
sedih”. Itulah modal kita.
Narasumber
Jubaedi Hambali
Nama : PP (ABH)
Usia : 17 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
11 Bulan
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Kasus narkoba ka. Jadi ya gitu main narkoba, dulu ada temen
ketangkep duluan, jadi saya kasih ke orang ngedropin, nah
sama temen saya disebar lagi yang dari saya. Jadi yang
paling bawah dulu yang ketangkep, terus dia ngerembet gak
kuat dipukulin polisi dia ngerembet keatas. Terus temen saya
gak kuat lagi, dia ngerembet keatasnya. Nah orang ketiga gak
kuat lagi jadi ngerembet ke saya ka.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Iya ka, setiap hari.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Alhamdulillah ka lumayan.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Ceramah dikasih masukan, biasa. Biar tobat, biar jadi orang
yang bener. Biar yang berlalu udah biar berlalu, cukup
disesalin aja gausah diulang kembali. Sama ngasih ilmu-ilmu
yang bermanfaat buat masa depan. Materi mah banyak,
biasanya tentang ibadah-ibadah.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Bagus banget, sehati. Ustadz Jubaid orangnya tegas tapi baik
juga. Dia tegas kalau ada anak-anak yang bermasalah. Kalau
kita jujur sama Ustadz juga enak, tapi kalo kita udah salah
tapi masih nutup-nutupin biar bener baru dah tuh. Kalau
materi lengkap ka, apa aja disampein sama Ustadz Jubaid.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Bermanfaat banget.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Alhamdulillah, dulu mah sering ngomong kata-kata jorok ka
karena emang lingkungan temen-temen saya keseringan
ngomong begitu. Tapi lama-lama disini udah bisa ngefilter
walau kadang masih sering keceplosan. Sekarang juga makin
kenal sama Allah, makin malas ngelakuin maksiat, mencoba
untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi apa yang
Allah larang. Dan mengikuti sunnah-sunnah nabi sebisa
mungkin.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Alhamdulillah enakan, jadi agak tenang hati, batin juga ikut
nyesel, keinget sama nasihat-nasihatnya dan ceramah-
ceramahnya.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Tidak ada kendala, ikhlas menjalani. Karena bimbingan yang
diberikan merupakan ilmu, apalagi yang kita pegang di dunia
ini kalau bukan ilmu agama.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Seperti ini, ilmu-ilmu ceramah tentang agama biar kita lebih
tau kalau kehidupan ini hanya sementara, supaya kita malas
untuk berbuat jahat.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Semoga ilmunya gak cuma sampai sini bermanfaatnya,
hingga sampai nanti tetap bermanfaat. Diamalinnya bukan
disini doang. Biar ridho, ilmunya berkah.
Narasumber
ABH PP
Nama : RS (ABH)
Usia : 17 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
Sudah hampir 11 bulan.
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Ikut tawuran sekolah, iseng aja ikut tawuran karena hobi gitu.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Setiap hari.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Iya karena Ustadz Jubaid juga ngajar keterampilan las.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Maulidan, zikir dan ceramah. Kalau mau belajar baca Qur’an
sama Ustadz Jubaid bisa langsung datang kerumahnya.
Materinya macem-macem, yang paling berkesan sih kalau
bahas tentang tentang kematian jadi termotivasi buat berubah
jadi lebih baik lagi sebelum mati.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Ustadz orangnya tegas, ceramahnya masuk kehati langsung.
Kalau ada yang gak ngerti bisa langsung ditanyain..
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Bermanfaat buat disini dan diluar, biar diluar gak ini banget.
Biar bisa ngebimbing nanti pas punya keluarga.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Dulu kalau dirumah sholatnya suka jarang-jarang, pas masuk
sini alhamdulillah sih sholatnya jadi tepat waktu.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Alhamdulillah berubah jadi tenang.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Gak ada kendala apa-apa.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Kalau bisa sih setiap pagi ditambahin kultum lagi biar tenang.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Biar bisa jadi lebih baik lagi.
Narasumber
ABH RS
Nama : N (ABH)
Usia : 14 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
Saya tanggal 14 udah hampir 7 bulan ka disini.
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Saya mencuri motor ka, saya biasanya mencuri motor di
alfamart dekat rumah sama temen saya. Temen saya tapi
masuk lapas ka gak masuk sini, soalnya umurnya dia udah
gak keterima disini. Sebenernya bukan saya ka yang
ketangkep nyuri, tapi waktu itu ketangkepnya pas temen saya
yang ada dilapas lagi bawa motor curian lama, nah terus pas
dijalan ternyata yag punya motor aslinya ngeliat motor dia
yang dibawa sama temen saya. Yang punya motor aslinya
kenal sama motornya sendiri karena emang dimotornya itu
ada bekas stiker ka, yaudah deh langsung ditabrak tuh ka
temen saya sama yang punya motor. Akhirnya dibawa ke
kantor polisi nah disuruh ngaku tuh ka dia, akhirnya dia
ngaku kalo dia gak ngelakuin sendirian. Yaudah deh
akhirnya saya ikut ketangkep juga ka, gara-gara temen saya
ketauan.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Sering ka, saya setiap hari.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Ustadz Jubaid? Biasa aja sih ka, gak deket-deket banget.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Biasanya sih ceramah ka, abis ceramah kalau ada yang gak
ngerti bocah-bocah pada suka nanya. Terus kalau malem
jum’at suka dzikir bareng, doa-doa. Biasanya ceramahnya
tentang kehidupan sehari-hari gitu ka sama tentang dosa-dosa
gitu jadi takut.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Ustadz Jubaid orangnya enak ka, suaranya kalau sholawatan
bagus banget bikin hati tenang. Tegas tapi suka ngelawak
kadang pas ceramah jadinya gak tegang-tegang banget.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Bermanfaat banget.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Ada ka, solatnya jadi tepat waktu, kemarin puasanya full, jadi
rajin baca al-Qur’an sama bocah-bocah disini sama nurut apa
yang diomongin Ustadz dan peksos-peksos.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Adem ka, batinnya jadi tenang. Terus juga jadi menyesali
perbuatan yang udah dilakuin. Gak mau lagi ngelakuin
pencurian lagi ka udah taubat.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Hambatannya gak ada sih ka, paling kalau malem kadang
suka ngantuk karena udah seharian beraktifitas.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Paling sih ka jam bimbingan paginya ditambahin lagi
beberapa menit gitu, soalnya kan kalau pagi masih seger tuh
jadinya yang diomongin sama Ustadz Jubaid lebih masuk.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Harapannya sih supaya ilmu yang udah diajarin sama Ustadz
Jubaid selalu diinget ka walaupun udah keluar dari sini.
Narasumber
ABH N
Nama : A (ABH)
Usia : 16 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
6 bulan.
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Biasa ka, kasus. (kasus apa?) kasus pembunuhan (boleh
cerita sedikit?) bisa, saya lagi pulang dari warnet terus saya
diserang, jadinya saya bela diri. Saya tiba-tiba udah diserang
pas balik dari warnet jam 2, korbannya yang saya bunuh kata
polisi orang Bekasi.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Ya sering, kalau ada kegiatan bimbingan agama pasti ngikut.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Sama Pak Jubaedi si gak terlalu deket.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Biasanya tentang kitab-kitab, tentang tata cara sholat, tata
cara wudhu gimana, sama yang membatalkan wudhu,
pokoknya tentang ibadah.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Ya masuk ka, itumah tergantung orangnya juga si ka ada
yang masuk ada yang enggak. Pak Jubaedi kalau
menyampaikan materi langsung bisa dimengerti jadi bisa
langsung masuk.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Iya Alhamdulillah bermanfaat ka. Disini saya jadi tau ka
ternyata kalau setelah shalat terus doa gak boleh menghadap
kemana-mana, harus menghadap kiblat jangan tengok kanan-
kiri. Terus kalau wudhu juga jangan langsung kabur, do’a
dulu menghadap kiblat juga. Omongan Pak Jubaedi selalu
keingetan jadi saya langsung terapin.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
ada ka, sebelumnya jarang sholat terus pas semenjak dikasih
tau sama Pak Jubaed “udah disini mah gak usah dipikirin
apa-apa jang, sholat aja yang bener banyak-banyakin do’a,
Pak Jubaed yang ngajarin sampai kamu bisa kalau kamu
ngaji tiap hari”. Kalau dirumah saya sholat tapi masih jarang-
jarang, kalau disini udah ada perubahan lebih rajin. Dirumah
saya juga udah gak pernah ngaji lagi, waktu masih kecil
doang saya ka ngajinya, tapi disini saya ikut pengajian tiap
hari.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Ya seneng, lumayan buat bekel nanti diluar. Bisa diajarkan
ke adek. Kadang kalau lagi sih tenang ka.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Gak ada ka.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Kalau bisa diadakan lomba sih ka, kaya adzan, ngaji gitu-gitu
jadi entar ketauan mana yang belum bisa dikasih tau.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Biar bisa berubah aja ka, biar bisa tambah ilmunya, biar gak
buntu lagi dijalan.
Narasumber
ABH A
Nama : MF (ABH)
Usia : 15 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
9 bulan
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Masalah keluarga ka.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Sering.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Lumayan deket.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Dikasih masukan, kami sering ngaji aja gitu sama sholawatan.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Cukup baik ko, apapun yang Pak Jubaedi bilang saya selalu
tangkep, saya iniin dengan baik, maksudnya kaya gimana ya.
Maksudnya saya denger, bener-bener saya dengan apa yang
disuruh Pak Jubaed. Kalau buat agama, mungkin InshaAllah
saya bisa jalanin semua dengan semampu saya.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Setelah Pak Jubaed beri ceramah, memang saya baru merasa
“Oh harusnya saya sebagai Muslim harus berbuat ini-ini”.
Sebelum Pak Jubaed beri ceramah, saya gak melakukan apa
yang seharusnya seorang muslim lakukan.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Setelah kenal Pak Jubaed, diajak ngobrol sama belajar sama
Pak Jubaed, saya jadi sholatnya inshaAllah 5 waktu, ngaji
juga. Sebelum masuk balai ini, Alhamdulillah saya tau saya
beragama Islam, tapi saya gak pernah mau ngaji, sholat,
sukanya nongkrong aja main sama temen-temen. Sedangkan
disini setelah ketemu sama Pak Jubaed ngobrol, saya jadi
kepikiran yang telah saya lakuin dulu gitu “wah dulu jarang
sholat, gak pernah ngaji” udah dosa banget dah pokoknya
sama Allah. Saya mempunyai keinginan untuk berubah,
InshaAllah bisa.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Jadi kaya berubah aja, jadi takut dosa.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Kalau bimbingan agama Alhamdulillah gak ada si ka. Gak
pernah ngerasa “Aduh bimbingan agama lagi sekarang” gak
pernah si ka, selalu ngikutin aja.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Kalau bisa sih diadain games tentang keagamaan gitu.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Setelah mengikuti kegiatan ini si harapannya InshaAllah apa
yang saya pelajari disini bisa bemanfaat diluar. Terus saya
ingin belajar lebih banyak apa yang saya pelajari disini, itu
aja si.
Narasumber
ABH MF
Nama : MZA (ABH)
Usia : 18 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
7 bulan lebih.
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Melanggar hukum, kasus narkotika. Saya dapet barang itu
dari deket rumah saya, rumah saya deket Cipinang. Saya
pakai narkotika dari umur 13 tahun.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Seriing, hampir tiap hari ikut terus.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Iya.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Agama, dikasih ceramah. Materinya tentang fiqih, praktek
sholat sama hadis-hadis.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Mudah nerima apa yang dikatakan Pak Jubaedi, Pak Jubaedi
nyampeinnya juga sambil bercanda jadinya seru.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Iya bermanfaat, jadi kaya yang sebelumnya gak ngerti apa-
apa jadi ngerti.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Berubah total, kaya dirumah gak pernah sholat, disini
Alhamdulillah sholatnya jadi tepat waktu. Dirumah jarang
ngaji, kalau disini jadi ngaji. Disini kalau ngikut bimbingan
agama malam hari itu kan gak wajib ya tapi saya ikut terus
dan itu dari kemauan saya sendiri tanpa adanya paksaan dari
siapa-siapa.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Merasa tenang aja, perasaannya jadi merasa takut sama Allah
dan gak mau ngelakuin dosa lagi.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Gak ada. Paling juga masalah waktu sih, kalau bimbingan
pagi suka mikir dirumah jam segini masih tidur sedangkan
disini udah mulai ngaji.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Cermah kaya gini aja sih, udang ngebantu saya banget untuk
berubah lebih baik lagi.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Harapan saya supaya inget terus sama Allah, ilmu yang
didapet bisa disalurkan.
Narasumber
ABH MZA
Nama : AZ (ABH)
Usia : 18 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
Udah 9 bulan disini.
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Kasus si 363 pencurian.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Sering ikut.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Ohh deket banget, soalnya asrama saya pembimbingnya dia,
keterampilannya juga dia yang ngajarain.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Banyak si, kaya ilmu-ilmu fiqih gitu, tetang sholat, tentang
kehidupan. Tanya jawab juga kadang-kadang dilakuin sama
Ustadz Jubaed.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Ya bagus, mudah dimengerti omong-omongannya, gampang
dipahami lah intinya.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Bermanfaat banget, sampai bangun tidur pengen buru-buru
ngaji sama dia. Soalnya diluar saya gak pernah ngaji, disini
doang saya ngaji sama dia. Kalau dirumah saya gak pernah
ngaji, waktu kecil doang ngajinya.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah d alam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Banyak, kalo dirumah gak pernah sholat kalo disini jadi
pengen sholat terus, ngaji terus. Sholatnya juga bukan karena
terpaksa disini mah, keinginan sendiri. (Kenapa pas
dirumah gak sholat?) Ya gimana dirumah mah kan nakal
udah, tinggal ibadahnya doang.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Baik, perasaannya jadi tenang. Bisa deket juga sama orang
tua, kan orang tua saya dua-duanya udah gak ada, ya mau
ngapain lagi. Kalau diluar gak pernah doain orang tua,
perubahannya banyak disini. Agama doang paling yang
paling banyak perubahannya disini.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Enggak ada, gak ada hambatan gak ada males-malesan.
Emang udah bandel, udah nakal mau ngapain lagi tinggal
nebus dosanya aja udah.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Ngaji hukum-hukum tadjwid gitu, pas di Salemba soalnya
ada. Ya pengennya itu aja sih pengen tau hukum-hukumnya.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Sama kaya Pak Jubaed, pengen seperti Pak Jubaed, pengen
jadi Ustadz. Harapannya pengen lebih tekun lagi ibadahnya.
Narasumber
ABH AZ
Nama : AS (ABH)
Usia : 17 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
6 bulan.
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Kasus 365, pencurian dengan kekerasan. Saya berempat
sama temen saya, saya diajak bukan perencana, tapi temen
saya pada masuk penjara bukan masuk sini.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Iya, sering.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Kurang deket.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Itu kayak ngejelas-jelasin tentang agama, tentang tata cara
sholat, dibilangin tentang mana yang harus dilakuin dan
harus ditinggalin.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Ya cukup jelas gampang dimengerti.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Bermanfaat sekali, karena dikasih tau kalau yang telah kita
lakuin itu gak benar.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda sebelum dan setelah mengikuti bimbingan
agama?
Bisa jadi deket lagi sama Allah, bisa belajar ngaji.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Hati saya tenang, adem.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Ya di waktu, saya kan kalau jam 9 malam udah disuruh
masuk asrama. Pengennya sih bimbingannya di siang hari.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Ngaji bareng.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Bisa lebih baik dari sebelumnya
Narasumber
ABH AS
Nama : MZ (ABH)
Usia : 16 tahun
1. Sudah berapa lama anda di BRSAMPK Handayani?
6 Bulan
2. Apa yang membuat anda masuk BRSAMPK Handayani?
Kena kasus 111, 114, 132. 111 jenis ganja, 114 bandar, 132
jaringan. Sebelumnya saya main sabu, diajak temen jadi
temen saya punya jaringan. Sebelumnya saya gak pernah
ketauan sama polisi, jadi rumah saya ada 2, satu jadi rumah
pribadi nah satu lagi jadi kantor. Jadi saya nempatin rumah
buat kantor itu sendiri, jadi buat tempat saya sama temen-
temen saya buat nongkrong.
3. Apakah anda sering mengikuti bimbingan agama?
Sering, pasti wajib.
4. Apakah anda dekat dengan pembimbing agama?
Biasa aja sih, gak ngerasa jauh gak ngerasa deket juga.
5. Apa saja yang dilakukan saat bimbingan agama dan
materi seperti apa yang biasanya diberikan?
Biasanya ilmu-ilmu fiqih, kadang dia juga cerita tentang
kitab karena tiap ngaji selalu bawa kitab.
6. Bagaimana penilaian komunikasi atau materi yang
diberikan oleh pembimbing agama?
Jelas, buat saya sih mudah dimengerti.
7. Apakah ceramah yang diberikan pembimbing agama
bermanfaat bagi kehidupan beragama anda?
Kalau bermanfaat sih pasti, kan itu buat ngerubah perilaku
kita. Kayak kata Pak Jubaed, percuma pinter kalau gak tau
agama.
8. Adakah perilaku atau kebiasaan yang berubah dalam
diri anda setelah mengikuti bimbingan agama?
Sebelumnya mah bandel, setelah mengikuti bimbingan
agama mulai agak-agak sadar.
9. Bagaimana perasaan anda setelah mendapat bimbingan
dari pembimbing agama disini?
Jadi tenang pasti, kalau menurut saya mah enak aja.
10. Apa hambatan yang anda alami selama mengikuti
bimbingan agama?
Sejauh ini gak ada sih.
11. Program pembinaan seperti apa yang anda harapkan
dari pembimbing yang menurut anda dapat membantu
memberikan kesadaran beragama anda?
Kalau bisa sih diadain papan tulis biar enak ngajinya.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti bimbingan agama
di BRSAMPK Handayani ini?
Bisa merubah diri menjadi yang lebih baik lagi.
Narasumber
ABH MZ
DOKUMENTASI
Foto saat setelah wawancara dengan Ustadz Jubaedi
,
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH PP
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH RS
,
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH N
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH A
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH MF
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH MZA
Foto saat sedang melakukan wawancara dengan ABH AZ