Komunikasi

32
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Manusia selalu terlibat dalam aktivitas kegiatan “komunikasi”. Terjadinya komunikasi merupakan konsekuensi dari akibat adanya interaksi di antara sesama manusia (human interactions), atau hubungan yang bersifat sosial (social relations), karena kenyataannya yang paling banyak terlibat dalam proses komunikasi adalah manusia. Umumnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi sedang berlangsung. Dengan kata lain, hubungan antara komunikator dan komunikan sudah komunikatif. Sebaliknya, jika tidak ada kesamaan pemahaman atau komunikan tidak mengerti apa yang disampaikan komunikator, maka kornunikasi tidak terjadi. Komunikasi dalam pengertian umum mencakup dua segi, yaitu : 1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis Secara etimologis (menurut asal-usul kata), istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “communication”, berasal dari bahasa Latin “communicatio”, dan perkataan ini bersumber pada kata “communis”. Kata communis mengandung arti sama, maksudnya sama makna. Sedangkan bentuk dari kata kerja “comunicatio” adalah “Communicare” yang artinya bermusyawarah, berunding atau berdialog. 11 Universitas Sumatera Utara

Transcript of Komunikasi

Page 1: Komunikasi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi

Manusia selalu terlibat dalam aktivitas kegiatan “komunikasi”. Terjadinya

komunikasi merupakan konsekuensi dari akibat adanya interaksi di antara sesama

manusia (human interactions), atau hubungan yang bersifat sosial (social relations),

karena kenyataannya yang paling banyak terlibat dalam proses komunikasi adalah

manusia.

Umumnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang

lain kepadanya, maka komunikasi sedang berlangsung. Dengan kata lain, hubungan

antara komunikator dan komunikan sudah komunikatif. Sebaliknya, jika tidak ada

kesamaan pemahaman atau komunikan tidak mengerti apa yang disampaikan

komunikator, maka kornunikasi tidak terjadi. Komunikasi dalam pengertian umum

mencakup dua segi, yaitu :

1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis

Secara etimologis (menurut asal-usul kata), istilah komunikasi dalam bahasa

Inggris “communication”, berasal dari bahasa Latin “communicatio”, dan perkataan

ini bersumber pada kata “communis”. Kata communis mengandung arti sama,

maksudnya sama makna. Sedangkan bentuk dari kata kerja “comunicatio” adalah

“Communicare” yang artinya bermusyawarah, berunding atau berdialog.

11 Universitas Sumatera Utara

Page 2: Komunikasi

12

Komunikasi menyarankan adanya suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut

secara sama. (Mulyana, 2005 : 41).

Komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat

terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Komunikasi

dalam pengertian ini sering terlihat pada perjumpaan dua orang. Mereka saling

memberikan salam, bertanya tentang sesuatu atau tentang kesehatan, mengenai

keluarga, dan lain sebagainya.

2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis

Secara terminologis, komunikasi berarti suatu proses penyampaian pernyataan

oleh seseorang kepada orang lain (Effendy, 1993:4). Dalam pengertian tersebut, jelas

bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan

sesuatu kepada orang lain. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang atau lebih

yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat menimbulkan interaksi sosial

(social interaction), di mana komunikasi sebagai penjalinnya. Jadi komunikasi

mengandung makna adalah sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh

seseorang kepada orang lain.

3. Pengertian Komunikasi Secara Paradigmatis

Pengertian komunikasi secara paradigmatis, banyak dikemukakan oleh para

ahli secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu “komunikasi

adalah proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan melalui

lambang tertentu yang mengandung arti yang dilakukan oleh penyampai pesan

ditujukan kepada penerima pesan” . (Depari, Edward dalam Purba, Amir 2006:33)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Komunikasi

13

Onong Uchjana Effendy (1989:60) mengatakan dalam bukunya “Kamus

Komunikasi” bahwa komunikasi (communication) adalah proses penyampaian pesan

dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,

informasi, kepercayaan, harapan, himbauan dan sebagainya, yang dilakukan

seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung

melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Sedangkan

menurut Richard West dan Lynn H. Turner (2008:5) bahwa komunikasi

(communication) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan

simbol-simbol untuk menciptakan dan mengintepretasikan makna dalam lingkungan

mereka.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan, dengan efek yang diharapkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri komunikan. Di mana di dalamnya tersimpul adanya tujuan yang

mengandung makna tertentu, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude),

pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). Komunikasi yang efektif lebih banyak

bergantung pada sikap pengirim (sander’s attitude) untuk mendekati penerima pesan

(receiver).

Ada beberapa definisi secara paradigmatis yang diberikan oleh para sarjana

pemerhati masalah komunikasi, sebagaimana diuraikan Amir Purba, dkk. (2006 : 29-

30) dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” dijelaskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Komunikasi

14

1. Carl I Hovland

Komunikasi adalah proses dimana seseorang (communicator) menyampaikan

perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata)

untuk merubah tingkah laku orang lain (communicatee).

2. Wilbur Schramm

Menurut Wilbur Schrarmm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak

maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh kesamaan (commenes)

dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu.

3. Sir Gerald Barry

Mengatakan komunikasi adalah “to talk together, confer, discouse and to consult

with another” (bicara bersama-sama, merundingkan, berbicara dan berunding

dengan pihak lain).

4. Harold Laswell

Mengatakan bahwa cara yang terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi

adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan “Who – Say what – In which

channel – To whom – And with what effect ?” (Siapa – berkata apa – melalui

saluran apa – kepada siapa – dan dengan efek apa ?).

Berdasarkan sejumlah definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

berlangsung antara seseorang dengan orang lain, di mana seorang individu dapat

mengungkapkan perasaan yang dialami dan menerima informasi yang diberikan oleh

orang lain sehingga menimbulkan pengertian yang sama terhadap pesan atau

informasi, sehingga pesan atau informasi tersebut menjadi milik bersama.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Komunikasi

15

2.1.1. Proses Komunikasi

Pengertian proses menurut David K. Berlo (1960 : 23) “Process, as any

phenomenon which shows a continuous change in time” (Proses adalah suatu

penomena yang ditunjukkan adanya suatu perubahan berkelanjutan dalam kurun

waktu tertentu). Proses berarti suatu rangkaian kegiatan atau peristiwa yang sedang

berlangsung dalam mencapai hasil tertentu. Proses komunikasi adalah keseluruhan

rangkaian atau peristiwa dari mulai pesan disampaikan sampai terjadi tindakan

sebagai akibat dari pesan pada diri objek, sasaran, atau komunikan.

Proses komunikasi bagaimana terjadi dapat dilihat dari dua perspektif yaitu

perspektif proses komunikasi secara psikologis dan secara mekanistis. Proses

komunikasi dalam perspektif psikhologis terjadi pada komunikator dan komunikan.

Ketika seseorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada

komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses (Effendy, 2003 : 31). Proses

komunikasi secara psikhologis mencakup isi dan lambang pesan. Isi pesan berupa

pikiran, atau apa yang terlintas dalam otaknya (picture in our head), sedangkan

lambang pesan berupa: bahasa, baik bahasa verbal (dapat berupa oral/ terucap

ataupun berupa tulisan (write) maupun dalam bahasa yang non verbal.

Pada proses perspektif komunikasi psikologis, komunikator dalam pikirannya

berusaha melakukan persepsi atau memahami dan memberikan makna dari isi pesan

komunikasi tersebut. Proses bagaimana mengemas atau membungkus pikiran dengan

bahasa yang dilakukan komunikator itu disebut “encoding”. Kemudian pesan tadi

ditransmisikan, dioperkan, atau dikirimkan kepada komunikan. Maka dalam pikiran

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Komunikasi

16

komunikan juga terjadi proses, berupa upaya untuk melakukan persepsi untuk

memahami dan memaknai isi pesan komunikasi tadi, seolah-olah seperti membuka

kemasan yang telah diterima dari komunikator disebut “decoding”.

Sebelum komunikator mengirimkan pesan-pesan kepada komunikan ia

memberi makna pada pesan-pesan itu (encode). Pesan ditangkap oleh komunikan dan

diberi makna sesuai dengan konsep-konsep yang ia miliki pesan “didecode”. Melalui

proses interpretasi, yaitu menafsirkan makna-makna tersebut dari berbagai sudut

pandang (perspektif), akan dihasilkan makna tertentu sesuai dengan kerangka

pengalaman (field of reference) dan kerangka acuan (frame of reference) yang

dimiliki oleh komunikan.

Komunikasi dengan orang lain, merupakan “kesamaan”. Komunikasi pada

hakekatnya adalah membuat komunikator dan komunikan sama-sama sesuai untuk

suatu pesan. Apa yang terjadi kalau komunikator berusaha membentuk kesamaan

dengan komunikan? Pertama - tama komunikator melakukan apa yang disebut

“encode”, ia meng-encode pesannya, berarti ia memformulasikan sedemikian rupa,

sehingga dengan menggunakan suatu simbol tertentu ia dapat operkan pesannya

kepada komunikan. Gambaran dalam otak kita tidak mungkin dapat dioperkan kepada

orang lain, kalau tidak “dicode” terebih dahulu dengan lambang yang dapat

dimengerti oleh komunikan. Komunikan kini menginterpretasikan lambang yang

membawakan pesan tadi ke dalam konteks pengertiannya sendiri. Komunikan

”mengdecode“ pesan yang diterimanya itu. Oleh karena itu, komunikator dinamai

“encoder“, sedangkan komunikan disebut “decoder”.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Komunikasi

17

Untuk kesamaan dan ketidaksamaan dalam derajat pasangan komunikator

dengan komunikan dalam proses komunikasi, Everett M. Roger dalam Effendy

(1983:51) menyebutkannya dengan istilah :

1. Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan

perorangan yang berinteraksi, yang memiliki kesamaan dalam sifat, seperti

kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial dan sebagainya.

2. Heterophily adalah derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang

berbeda dengan sifat-sifat tertentu.

Keberhasilan komunikasi (komunikasi efektif) sangat ditentukan oleh

seberapa besar kesamaan pengertian yang berhasil dibangun bersama (sharing).

Semakin luas daerah overlap (saling pengertian) tercipta, semakin berhasil suatu

proses komunikasi mencapai sasarannya. Tetapi komunikator utama adalah si

pembawa pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab

dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan. Sedangkan efek

komunikasi dapat terlihat langsung, baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan

atau menjawab) maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh, kinesik, kial,

isyarat dan lain sebagainya).

Berdasarkan penjelasan di atas, pada proses komunikasi secara psikhologis

dapat dikatakan bahwa seorang komunikator akan mampu melakukan perubahan

sikap, apabila ia berusaha mengadakan persamaan dengan komunikan, atau

melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan melalui

mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Komunikasi

18

dengannya, maka dengan demikian pihak komunikan merasa ada kesamaan di

antaranya (kesamaan antara komunikator dan komunikan). Sikap komunikator yang

harus menyamakan dirinya dengan komunikan akan menimbulkan sikap komunikan

kepada komunikator.

Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat berlangsung, ketika

komunikator mengoperkan atau melemparkan dengan bibir (bentuk lisan), atau

tangan (bentuk tulisan) sampai pesannya dapat ditangkap oleh komunikan melalui

telinga, mata atau indera-indera lainnya.

Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis menurut Onong Uchjana

Effendy (2003:33-40), dalam bukunya “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”

diklasifikasikan ke dalam empat proses, yaitu proses komunikasi secara primer,

sekunder, linear dan sirkular.

1. Proses komunikasi secara primer.

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian

pikiran oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan suatu lambang

(simbol) sebagai media atau saluran. Jadi komunikasinya terjadi secara langsung

di antara kedua belah pihak (face to face communicatioan).

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara tidak langsung, dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua, setelah memakai lambang

sebagai media pertama.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Komunikasi

19

3. Proses komunikasi secara linear

Proses komunikasi secara linear yaitu proses perjalanan komunikasi berupa

penyampaian pesan secara lurus. Kata linear berasal dari kata line (Bahasa

Inggris) berarti garis. Dalam hal ini penyampaian pesan hanya bersifat sepihak

saja dari komunikator ke komunikan, tanpa ada feedback (umpan balik).

Komunikasi seperti ini tidak belangsung secara dilogis (tidak secara timbal balik).

4. Proses komunikasi secara sirkular

Proses komunikasi secara sirkular, adalah proses komunikasi yang terjadi dengan

disertai adanya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan

ke komunikator. Feedback dapat berupa respon atau tanggapan bersifat mengalir

oleh komunikan terhadap pesan yang diterima dari komunikator. Respon bisa

positif (diterima dengan baik), ataupun negatif (ditolak), bisa juga seketika

(langsung atau immediate feedback) maupun tertunda (tidak mendapat tanggapan

langsung).

Husein Umar (2002:5-6) menjelaskan bahwa proses komunikasi mekanistis

hanya mencakup dua cara saja, yaitu proses komunikasi secara primer dan proses

secara skunder. Selanjutnya proses komunikasi secara primer ini dapat dibagi menjadi

dua bagian lagi, yaitu :

a. Verbal communication yaitu penggunaan bahasa sebagai media. Hal ini

mencakup bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

b. Non verbal communication yaitu pemakaian gejala yang menyangkut gerak-

gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi muka (facial expressional),

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Komunikasi

20

pakaian yang bersifat simbolik (symbolic clothing) dan gejala-gejala lainnya

yang memiliki arti tertentu.

Dalam tataran teoritis, dalam proses komunikasi paling tidak orang mengenal

komunikasi dari dua perspektif, yaitu perspektif kognitif dan perspektif perilaku

(Senjaya, 2007:46). Pada sumber yang sama, tentang perspektif kognitif menurut

Colin Cherry mengatakan bahwa penggunaan lambang-lambang (simbol) untuk

mencapai kesamaan makna atau berbagai informasi tentang suatu objek atau kejadian.

Jika pesan yang disampaikan dan diterima secara akurat, penerima (receiver) akan

menerima informasi yang sama seperti yang dimiliki pengirim (sender), oleh karena

itu tindakan komunikasi telah terjadi. Sedangkan dalam perspektif perilaku, B.F.

Skinner memandang bahwa komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik dimana

pengirim (sender)berusaha mendapatkan suatu efek yang dikehendaki pada penerima

(receiver).

Berdasarkan pandangan beberapa pakar di atas, mengenai proses komunikasi

secara mekanistis dapat disimpulkan bahwa Proses komunikasi adalah proses

pengoperan lambang-lambang yang mempunyai arti, dengan mempergunakan ruang

dan waktu dalam usaha untuk membentuk opini publik dan sikap publik dalam

kehidupan masyarakat.

Seseorang melakukan proses komunikasi, diperlukan minimal adanya

sejumlah komponen atau unsur komunikasi yang merupakan persyaratan terjadinya

proses komunikasi. Adapun unsur-unsur komunikasi (Senjaya, 2007:54) adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Komunikasi

21

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan, mengatakan atau menyiarkan

pesan (message).

2. Pesan (message) yaitu ide, informasi, opini atau pernyataan yang didukung

oleh lambang.

3. Saluran atau media, ialah alat yang digunakan oleh komunikator untuk

menyampaikan atau mendukung pesan.

4. Komunikan yakni orang yang menerima pesan.

5. Efek yakni dampak sebagai pengaruh dari kegiatan komunikasi yang

dilakukan komunikator kepada komunikan.

Menurut K. Berlo (1960:32) dalam bukunya “The Process of

Communication” menjadi enam unsur proses komunikasi antara lain :

1. The communication source (sumber komunikasi)

2. The encoder (penyampai atau komunikator)

3. The message (pesan)

4. The channel (saluran atau media)

5. The decoder (penerima atau komunikan)

6. The communication receiver (penerima pesan komunikasi)

Untuk lebih jelasnya, proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Who Says what In which channel

With what effect.

To whom

Source Message Effect Receiver Channel

Sumber: Formula Lasswell dalam Lubis (2005: 37)

Gambar. 2.1. Proses Komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Komunikasi

22

Penyampaian pesan oleh komunikator melalui media kepada komunikan, di

mana pihak komunikator mengharapkan adanya efek pada diri komunikan, baik efek

kognitif (pengetahuan), efek psikomotor (perubahan tingkah laku), dan efek afektif

(perubahan sikap) sebagai mana yang diharapkan komunikator. Pada prinsipnya yang

terpenting dalam proses komunikasi adalah adanya kecocokan antara pengalaman dan

pengertian. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman

komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman

komunikan berlainan akan terdapat kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

2.1.2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi menurut Husein Umar (2002:7) adalah untuk

menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to

entertain), mempengaruhi (to influence).

Fungsi memberikan informasi dan menyampaikan informasi, sangat

diperlukan karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah. Dengan

menerima informasi yang benar, maka akan tercipta rasa aman dan tenteram.

Informasi akurat diperlukan untuk bahan dalam pembuatan keputusan bagi pihak

sekolah. Fungsi mendidik dilaksanakan agar perkembangan sekolah menjadi lebih

baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik dalam arti

luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan.

Sedangkan kegiatan mendidik dalam arti sempit adalah pelaksanaan proses belajar

mengajar di kelas sehingga dapat menumbuhkan kedewasaan siswa. Komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Komunikasi

23

dapat berfungsi menghibur, banyak dilakukan dengan penyajian informasi melalui

sarana seni hiburan. Hiburan yang menarik sebagai selingan merupakan sarana yang

paling praktis dan efektif dalam proses komunikasi. Karena dengan hiburan pesan

akan sangat mudah dapat diterima. Sedangkan fungsi mempengaruhi, adalah adanya

perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan pada diri komunikan. Mempengaruhi

dapat dilakukan melalui bentuk kampanye, propaganda, selebaran-selebaran,

spanduk, buletin sekolah, majalah dinding dan lain sebagainya.

Menurut Sasa Djuarsa Senjaya, dkk. (2007:4.8) dalam bukunya “Teori

Komunikasi” menyebutkan adanya empat fungsi komunikasi, yaitu fungsi informatif,

regulatif, persuasif dan integratif.

Fungsi informatif yaitu bagaimana siswa memperoleh informasi yang lebih

banyak, lebih baik dan tepat waktu. Semua komponen diharapkan mendapat

informasi sesuai kebutuhannya masing-masing. Fungsi regulatif adalah fungsi yang

berkaitan dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan di sekolah. Dimana pihak

sekolah memiliki kewenangan untuk mengendalikan informasi atau memberi

instruksi atau perintah. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada

aktivitas siswa. Maksudnya, siswa membutuhkan kepastian peraturan tentang hal-hal

yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. Fungsi persuasif adalah fungsi

mempengaruhi yaitu bagaimana guru bimbingan dan konseling dapat mempengaruhi

siswa dengan memberikan perintah. Sedangkan fungsi integratif adalah fungsi

mempersatukan rasa persaudaraan di antara siswa, sehingga dapat menumbuhkan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Komunikasi

24

keinginan unuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri siswa terhadap keberadaan

sekolah.

2.2. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam

organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi

internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan

kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari orang-

orang yang sama atau komunikasi horizontal dalam organisasi, keterampilan

berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi

program. (Redding dan Sanborn dalam Muhammad 2005 : 65)

Komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan

penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu

organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam

hubungan-hubungan hierarki antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu

lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak-tidaknya satu orang

yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan.

Karena fokus penelitian ini adalah komunikasi di antara anggota-anggota suatu

organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaah banyak transaksi

yang terjadi secara simultan. (Wayne, 2005 : 32)

Sistem tersebut menyangkut pertunjukan dan penafsiran di antara lusinan atau

bahkan ratusan individu. Pada saat yang sama memiliki jenis-jenis hubungan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Komunikasi

25

berlainan yang menghubungkan mereka dengan pikiran, keputusan, dan perilakunya

diatur oleh kebijakan-kebijakan, regulasi, aturan-aturan yang mempunyai gaya

berlainan dalam berkomunikasi, mengelola dan memimpin yang dimotivasi oleh

kemungkinan-kemungkinan yang berbeda yang berada pada tahap perkembangan

berlainan dalam berbagai kelompok; yang mempersepsi iklim komunikasi berbeda;

yang mempunyai tingkat kepuasan berbeda dan tingkat kecukupan informasi yang

berbeda pula; yang lebih menyukai dan menggunakan jenis, bentuk dan metode

komunikasi yang berbeda dalam jaringan yang berbeda; yang mempunyai tingkat

ketelitian pesan yang berlainan; dan yang membutuhkan penggunaan tingkat materi

dan energi yang berbeda untuk berkomunikasi efektif. Interaksi di antara semua

faktor tersebut, dan mungkin lebih banyak lagi disebut sistem komunikasi organisasi.

Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal

yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur

organisasi (Muhammad, 2004 :107) yaitu:

1. Downward communication atau komunikasi kepada bawahan.

2. Upward communication atau komunikasi kepada atasan.

3. Horizontal communication atau komunikasi horizontal.

2.2.1. Bentuk Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal adalah arus komunikasi dua arah timbal balik yang

dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen memegang peranan yang sangat

vital, yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Komunikasi

26

bawahan kepada atasan (upward communication). Dalam arus komunikasi secara

vertikal (downward communication), atasan memberikan instruksi, petunjuk,

informasi, penjelasan dan penugasan dan lain sebagainya kepada ketua unit

kelompok dan bawahan. Kemudian arus komunikasi diterima dalam bentuk

horizontal (upward communication), bawahan memberikan laporan pelaksanaan

tugas, sumbang saran, dan hingga pengaduan kepada pimpinannya masing-masing.

(Effendi, dalam Ruslan, 2002:86)

2.2.2. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para

atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. (Muhammad, 2004 :108)

Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada jabatan yang berotoritas lebih

rendah. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada

bawahan (Katz & Kahn dalam Pace dan Faules, 2000 : 185) yaitu:

1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan.

2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.

3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi.

4. Informasi mengenai kinerja pegawai.

5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).

Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan

pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Komunikasi

27

biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan atau disiplin, perintah, pertanyaan

dan kebijaksanaan umum. Lewis menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah adalah

untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat,

mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah

kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi

untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. (Muhammad, 2004 :108)

Pimpinan menyampaikan informasi kepada bawahan dapat dilakukan dengan

berbagai metode. Empat klasifikasi metode yaitu: metode lisan, tulisan, gambar

dan campuran dari lisan-tulisan dan gambar. Berdasarkan beberapa penelitian para

ahli ditemukan bahwa metode lisan saja paling efektif digunakan untuk situasi

memberikan teguran atau menyelesaikan perselisihan di antara anggota organisasi.

Metode tulisan saja paling efektif digunakan untuk memberikan informasi yang

memerlukan tindakan di masa yang akan datang, memberikan informasi yang

bersifat umum, dan tidak memerlukan kontak personal. Sementara itu hasil

penelitian setiap level menyatakan metode yang paling efektif adalah metode lisan

diikuti tulisan. Mereka juga mengatakan bahwa pemakaian papan pengumuman

dan metode tulisan saja kurang efektif digunakan. (Muhammad, 2004 :115)

2.2.3. Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi

(penyelia). Semua tenaga kesehatan dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Komunikasi

28

menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas yaitu, setiap bawahan

dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi

informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi. Suatu permohonan atau

komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih

tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas. (Pace dan Faules,

2000 :189)

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada

atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran

dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada

penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan

pembaruan. (Muhammad, 2004 :116)

Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan, yaitu:

1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan

keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan

orang-orang lainnya.

2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka

siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima

apa yang dikatakan kepada mereka.

3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh

kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu

mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Komunikasi

29

4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas ke pada organisasi

dengan memberi kesempatan kepada tenaga kesehatan untuk mengajukan

pertanyaan

dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi.

5. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah

bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.

6. Komunikasi ke atas membantu tenaga kesehatan mengatasi masalah pekerjaan

mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan

dengan organisasi tersebut. (Pace dan Faules, 2000 :190)

Selanjutnya, Smith menjelaskan bahwa komunikasi ke atas berfungsi sebagai

balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang

disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan

untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi

departemennya atau organisasinya. (Muhammad, 2004:117)

Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke atas menyatakan

bahwa penyelia dan manajer harus menerima informasi dari bawahan mereka

yang (Pace dan Faules, 2000 : 190) :

1. Memberitahukan yang dilakukan bawahan tentang pekerjaan,

prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang.

2. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang

mungkin memerlukan beberapa macam bantuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Komunikasi

30

3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau

dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan.

4. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan

rekan kerja, dan organisasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa jika terdapat

keseimbangan komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah maka diharapkan

informasi yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan akan dapat diterima

dengan baik oleh bawahan. Apabila bawahan menginginkan informasi tambahan

maka bawahan akan dapat menanyakan informasi tambahan tersebut kepada atasan.

Dengan demikian maka akan terjadi arus informasi sehingga antara pimpinan dan

bawahan diharapkan dapat tercipta suasana yang menggairahkan yang pada akhirnya

akan menimbulkan semangat kerja yang produktif di dalam usaha mencapai tujuan.

2.2.4. Komunikasi Horizontal

Merupakan arus pesan sesama antara ketua bidang ke ketua bidang dan

anggota ke anggota. Pesan semacam ini bergerak di bagian bidang yang sama di

dalam organisasi atau mengalir antar bagian.

Masalah yang timbul dalam komunikasi horizontal adalah:

1. Bahasa yang khusus dikembangkan oleh divisi tertentu di dalam organisasi

2. Merasa bidangnya adalah yang paling penting dalam organisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Komunikasi

31

2.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

2.3.1. Tujuan Komunikasi Organisasi

Ada tiga tujuan utama dari komunikasi organisasi yaitu (a) Sebagai tindakan

koordinasi, (b) Membagi informasi (information sharing), (c) Menyatakan perasaan

dan emosi. (Liliweri,2004:64)

2.3.2. Fungsi Komunikasi Organisasi

1. Fungsi Informatif

Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya,

seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi

yang lebih banyak, lebih baik dan lebih tepat.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif

Pertama, atasan atau orang yang berada dalam tataran managemen, yaitu

mereka memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang

disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message, pesan-pesan

regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan

selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,

maka banyak pimpinan lebih suka memersuasi bawahanya dari pada memberi

perintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Komunikasi

32

d. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik. (Alo

Liliweri, 2004)

2.4. Komunikasi Internal dan Eksternal

Komunikasi dalam organisasi atau disebut juga komunikasi manajemen

meliputi dua bagian berdasarkan tempat di mana khalayak sasaran berada, yaitu

Komunikasi Internal (Internal Communication) untuk khalayak anggota organisasi

dan Komunikasi Eksternal (External Communication) untuk khalayak di luar anggota

organisasi.

2.4.1. Komunikasi Internal

Adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan para tenaga kesehatan

secara timbal balik. Komunikasi internal terbagi dalam tiga kegiatan :

1. Komunikasi Vertikal adalah komunikasi secara timbal balik (two way traffic

communication) dari atas (pimpinan atau manajer) ke bawah (karyawan atau

tenaga kesehatan) disebut Upper Communication atau Downward

Communication, dan komunikasi dari bawah (karyawan atau tenaga kesehatan) ke

atas (pimpinan atau manajer) disebut Down Up Communication atau Upward

Communication. Dalam proses komunikasi vertikal secara Upper Communication

atau Downward Communication tersebut pimpinan memberikan instruksi,

petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan, teguran, dan lain-lain pada bawahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Komunikasi

33

Dalam proses komunikasi vertikal secara Down Up Communication atau Upward

Communication tersebut bawahan memberikan laporan, gagasan, usul atau saran

kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik dalam organisasi

sangat penting sekali. Pimpinan harus mengetahui laporan, tenggapan, gagasan,

saran dari bawahan sebagai petunjuk efektif tidaknya atau effisien tidaknya

kebijakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu jika komunikasi hanya satu arah

saja dari pimpinan ke bawahan maka proses manajemen dalam organisasi besar

kemungkinan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Komunikasi vertikal

dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh tenaga

kesehatan, atau juga dapat dilakukan secara berjenjang melalui kepala biro,

bagian, sub bagian, seksi, dan sub seksi. Komunikasi vertikal yang timbal balik

dua arah merupakan pencerminan dari kepemimpinan demokratis (democratic

leadership) suatu jenis kepemimpinan yang sementera ini dianggap yang paling

baik diantara kepemimpinan lainnya.

2. Komunikasi Horizontal adalah komunikasi secara mendatar diantara tenaga

kesehatan dalam suatu unit atau antara anggota staf dengan anggota staf lainnya.

Kalau dalam komunikasi vertikal lebih bersifat formal, maka dalam komunikasi

horizontal seringkali berlangsung dalam suasana tidak formal. Sering tampak

dilakukan dalam waktu istirahat, sedang dalam perjalanan pulang, atau waktu

rekreasi. Yang dibicarakan lebih banyak hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau

tindakan pimpinan. Gravevenis mengenai kebijakan pimpinan sering muncul

dalam komunikasi horizontal, kadang tidak mempunyai dasar sama sekali.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Komunikasi

34

3. Komunikasi Diagonal atau disebut juga dengan komunikasi silang (cross

communication) adalah komunikasi dalam organisasi antara seseorang dengan

lainnya yang satu sama lain berbeda dalam kedudukan dan unitnya. Komunikasi

diagonal tidak menunjukkan kekakuan sebagaimana dalam komunikasi vertikal,

tetapi tidak juga menunjukkan keakraban sebagaimana dalam komunikasi

horizontal. Dilain hal komunikasi diagonal dapat terjadi penyimpangan dari jalur

prosedur birokrasi, misalnya, seorang tenaga kesehatan suatu unit mengeluhkan

masalah pekerjaan kepada kepala unit lain. Hal ini termasuk dalam

miscommunication dan jika diketahui oleh pimpinan unitnya maka mungkin akan

terjadi benturan psikologis.

2.4.2. Komunikasi Eksternal

Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat lain

yang mewakilinya dengan khalayak atau publik di luar organisasi. Yang termasuk

khalayak di luar organisasi meliputi : khalayak sekitar (community), instansi

pemerintah (government), pers, dan pelanggan (customer). Komunikasi eksternal

terdiri dari dua jalur yang berlangsung secara timbal balik, yaitu Komunikasi dari

organisasi ke khalayak, pada umumnya bersifat informatif yang dilakukan

sedemikian rupa sehingga khalayak atau publik merasa terlibat atau sedikitnya terjadi

hubungan batin. Bagi suatu perusahaan komunikasi booking bersifat informatif

semata tetapi juga bersifat persuasif dalam bentuk penyiaran iklan komersial

(commercial advertisement) Komunikasi dari khalayak ke organisasi, yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Komunikasi

35

merupakan proses umpan balik (feedback) yang disebut sebagai public opinion

(Effendi, dalam Ruslan, 2002:52).

2.5. Kinerja

Ada beberapa pendapat tentang kinerja yaitu:

1. Mangkunegara (2004:67) memberikan pengertian tentang kinerja yaitu hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

2. Teori Robbins menyebutkan mengenai beberapa faktor yang saling berkaitan

diantaranya kepemimpinan (leadership), motivasi (motivation), kemampuan

(ability), dimana faktor-faktor tersebut akan berinteraksi menjadi satu fungsi

kinerja pada tenaga kesehatan (Robbins, 1996:95).

3. Kinerja menurut As’ad (2001:48) keberhasilan seseorang pekerja terkait

dengan keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut dapat dilihat

dari sisi kualitas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu yang dicapai,

prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (Depdiknas 2002:570).

5. Sedangkan Keith Davis yang dikutip oleh Mangkunegara (2004:67)

menyatakan kinerja merupakan gabungan antara kemampuan dan motivasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Komunikasi

36

Kinerja (performance) sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap

kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak

terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja

klinis perawat dan bidan, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya

secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan yang

berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya

bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan

masyarakat.

Mengukur kinerja perawat dan bidan pada tatanan klinis, peneliti

menggunakan indikator kinerja klinis sebagai langkah untuk mewujudkan

komitmennya guna dapat menilai tingkat kemampuan individu dalam tim kerja.

Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan tumbuh, mau, dan mampu

mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor, diperbaiki serta

ditingkatkan secara terus menerus. Sistem pengembangan dan manajemen kinerja

klinis (SPMKK) bagi perawat dan bidan, dimulai dari elemen terkecil dalam

organisasi yaitu pada tingkat First Line Manager, karena produktifitas (jasa) berada

langsung ditangan individu-individu dalam kerja tim.

Komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap

menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen tersebut

dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk meningkatkan

kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat prestasi melalui indikator kinerja

klinis akan menyentuh langsung faktor-faktor yang menunjukkan indikasi-indikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Komunikasi

37

obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat atau bidan, sejauh mana

fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.

2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2001:308) banyak faktor yang mempengaruhi

kenerja diantaranya (1) Jumlah kerja, (2) Kualitas kerja, (3) Kecocokan dengan rekan

kerja, (4) Kehadiran, (5) Masa bakti, (6) Fleksibilitas.

Sedangkan menurut Bernardin dalam Robbins (1996:260), ada enam kriteria

dalam kinerja diantaranya :

1. Kualitas Kerja

Pengertian kualitas kerja adalah hasil aktivitas yang dilakukan mendekati

sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara yang ideal dari penampilan

aktivitas ataupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan di suatu aktivitas kualitas

kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta

kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

2. Kuantitas Kerja

Merupakan jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam istilah seperti jumlah

unit, jumlah siklus aktifitas yang diselesaikan karyawan, dan jumlah aktivitas yang

dihasilkan.

3. Ketepatan Waktu

Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang diinginkan dilihat

dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Komunikasi

38

untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu

aktivitas yang diselesaikan diawal waktu sampai menjadi output.

4. Efektivitas

Tingkat penggunaan Sumber Daya Organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan

baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntungan dari setiap unit dalam

penggunaan sumber daya, efektifitas kerja, persepsi karyawan dalam menjalankan

tugas, efektivitas penyelesaian tugas yang ditentukan perusahaan.

5. Kemandirian

Adalah tingkat seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa

meminta bantuan, bimbingan dari pengawas, atau keterlibatan pengawas mencampuri

kerja karyawan untuk menghindari hasil yang merugikan. Kemandiriaan akan diukur

dari persepsi karyawan terhadap tugas dalam melakukan fungsi kerjanya masing-

masing karyawan sesuai dengan tanggung jawab karyawan itu sendiri.

6. Komitmen Kerja

Merupakan tingkat karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan

dan tanggung jawab karyawan terhadap perusahaan. Pengukuran dengan

menggunakan persepsi karyawan dalam membina hubungan dengan perusahaan dan

tanggung jawab, loyalitas terhadap perusahaan.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan

2. Motivasi

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Komunikasi

39

3. Dukungan

4. Keberadaan pekerjaan yang dilakukan

7. Hubungan Dengan Organisasi

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun

kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau

kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

Penilaian kinerja (performance appracial) sering disebut penilaian prestasi

kerja, penilaian tampilan kerja, penilaian unjuk kerja, penilaian pelaksanaan

pekerjaan merupakan proses mengevaluasi pelaksanaan jabatan karyawan yang

dilakukan secara periodik, dilakukan dengan membandingkan kinerja yang dicapai

karyawan dengan kinerja yang diharapkan berdasarkan standar (Silalahi 2002:292).

2.6. Landasan Teori

Teori S-O-R (S-O-R theory) adalah singkatan dari Stimulus (S), Organism

(O), dan Response (R). Sebenarnya teori ini awalnya diadopsi dari Model Stimulus –

Respons dalam pendekatan psikologi. Kemudian oleh DeFleur dimodifikasi dengan

memasukkan unsur organism. Alasan penambahan unsur organism tersebut, karena

dalam komunikasi maupun psikologi, menjadikan manusia sebagai objek yang diberi

stimulus sehingga menimbulkan respon.

Menurut teori S-O-R, bahwa dalam mempelajari sikap yang baru, ada tiga

variabel penting yang menunjang proses belajar, yaitu perhatian, pengertian dan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Komunikasi

40

penerimaan. Proses belajar terjadi, apabila ada respon terhadap rangsangan pada

organism. Dengan demikian rangsangan sangat penting, sehingga dapat

menumbuhkan perhatian, pengertian dan penerimaan.

Adapun proses teori S-O-R dapat terlihat pada gambar berikut ini :

S O R ORGANISM : - PERHATIAN - PENGERTIAN - PENERIMAAN

STIMULUS (RANGSANGAN)

RESPON (PERUBAHAN

SIKAP)

Sumber: Lubis dalam Teori-teori Komunikasi

Gambar 2.2. Alur Proses Teori S-O-R.

Stimulus adalah rangsangan atau dorongan, sehingga unsur stimulus dalam

teori ini merupakan perangsang berupa message (pesan atau isi pernyataan).

Organism adalah badan yang hidup, maksudnya manusia sebagai komunikan.

Sehingga unsur manusia dalam teori ini adalah receiver (penerima pesan). Sedangkan

respon yang dimaksud adalah sebagai reaksi, tanggapan, jawaban, pengaruh, efek

atau akibat. Jadi yang dimaksud sebagai respon dalam hal ini adalah efek (pengaruh)

yang ditimbulkannya.

Stimulus pada penelitian ini adalah pesan komunikasi internal organisasi,

perhatian, pengertian dan penerimaan tenaga kesehatan rumah sakit dan respon

adalah efek kognitif berupa meningkatnya kinerja tenaga kesehatan. Gambar 2.2.

menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada

individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Komunikasi

41

diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti maka kemampuan komunikan

inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan

menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2003 : 54).

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

untuk memahami fenomena komunikasi internal pada organisasi Rumah Sakit Umum

Herna Medan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, komunikasi internal

mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kinerja tenaga kesehatan.

Menurut defenisi Carl I. Hovland, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan

seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang

verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Salah satu jenis

komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi internal yang memungkinkan

respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. Dalam

operasionalnya, komunikasi internal berlangsung antar sesama tenaga kesehatan baik

yang bersifat vertikal dan horizontal dan diagonal.

kinerja tenaga kesehatan secara perorangan akan mendorong kinerja sumber

daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feedback yang tepat terhadap

perubahan perilaku, yang direfleksikan dalam kenaikan produktifitas dan pelayanan.

Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat didukung dari

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Komunikasi

42

tingkat kinerja tenaga kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi

yang terjadi antar tenaga kesehatan.

Komunikasi Internal Kinerja Tenaga Kesehatan (X) (Y)

- Komitmen Kerja.

- Kemandirian.

- Efektivitas

- Ketepatan waktu

- Kuantitas kerja

- Kualitas kerja

X3 Komunikasi Diagonal

X2 Komunikasi Horizontal

X1 Komunikasi Vertikal

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

Keterangan :

X = Komunikasi Internal

X1 = Komunikasi Vertikal

X2 = Komunikasi Horizontal

X3 = Komunikasi Diagonal

Y = Kinerja Tenaga Kesehatan

Universitas Sumatera Utara