Komplikasi bedah katarak

13
Katarak Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggeris cataracy, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Buku ui Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Adapun indikasi operasi: 1. Indikasi optik Jika penurunan dari tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak dilakukan. 2. Indikasi medis Pada beberapa keadaan dibawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik: - Katarak hipermatur - Glaukoma sekunder - Uveitis sekunder - Dislokasi/subluksasio lensa - Benda asing-intra- lentikular - Retinopati diabetika

description

bhbb

Transcript of Komplikasi bedah katarak

Katarak Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggeris cataracy, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Buku uiPengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Adapun indikasi operasi:1. Indikasi optik Jika penurunan dari tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak dilakukan. 2. Indikasi medis Pada beberapa keadaan dibawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik: Katarak hipermatur Glaukoma sekunder Uveitis sekunder Dislokasi/subluksasio lensa Benda asing-intra- lentikular Retinopati diabetika Ablasio retina 3. Indikasi kosmetik Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun penglihatan tidak akan kembali. jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/INSP/.../1898

Operasi katarak ekstrakapsular (EKEK)Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder. Operasi katarak intrakapsular (EKIK)Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada katarak ekstrasi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan. Buku ui

Small incision cataract surgery (SICS) SICS adalah salah satu teknik operasi katarak yang pada umumnya digunakan di negara berkembang. Tekhnik ini biasanya menghasilkan hasil visus yang bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak dengan volume yang tinggi. Tekhnik ini dilakukan dengan cara insisi 6 mm pada sclera (jarak 2 mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik mata depan. Dilakukan CCC, hidroseksi, hidrideliniasi dan disini nucleus dikeluarkan dengan manual, korteks dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi kemudian dipasang IOL in the bag. Phacoemulsifikation Phacoemulsifikasi adalah tekhnik yang paling mutakhir. Hanya diperlukan irisan yang sangat kecil saja. Dengan menggunakan getaran ultrasonic yang dapat menghancurkan nukleus lensa. Sebelum itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan dan menghisap massa lensa keluar. Car aini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan tekhnik ini maka luka sayatan dapat dibuat sekecil mungkins ehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan aktivitas normal dengan segera. Tekhnik ini kurang efektif pada katarak yang padat. Mutiarasari D dan Handayani F. Katarak juvenil. INSPIRASI, No.XIV Edisi Oktober 2011. Diunduh di jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/INSP/.../1898

Komplikasi bedah katarak Komplikasi operasi katarak dapat terjadi selama operasi maupun setelah operasi. Komplikasi yang bisa mempengaruhi visus pasca operasi diantaranya adalah : selama operasi yaitu, prolaps koprus vitreum, iridodialisis, hifema, dan perdarahan eksplusif, sedangkan komplikasi setelah operasi yaitu edema kornea, decemet fold, kekeruhan kapsul posterior, residual lens material, prolaps iris, dekompresi kornea, hifema, galukoma sekunder, iridosiklitis, endoftalmitis, epithelial ingrowth, ablasi retina, edema makular kristaloid. Komplikasi setelah operasi yang terjadi pada kornea dimana bisa mempengaruhi stabilitas visus adalah edema kornea, descemet fold dan dekompensasi kornea. 1. Komplikasi selama operasi Hifema Pendarahan bisa terjadi dari insisi kornea-skleral, korpus siliaris atau vaskulatisasi iris abnormal. Bila pendarahan berasal dari luka, harus dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa. Pendarahan irirs yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterokromik dan iridosiklitis. Iridodialisis Clayman mengemukakan bahwa iridodialisis yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa berfungsi sebagai iridektomi perifer tetapi iridodialisis yang parah dapat menimbulkan gangguan pada visus. Keadaan ini bisa terjadi pada waktu memperlebar luka operasi, iridektomi atau ekstraksi lensa. Perbaikan harus dilakukan segera dengan menjahit iris perifer pada luka. Prolaps korpus vitreumProlaps korpus vitreum merupakan komplikasi yang serius pada operasi katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal downgrowtg, prolaps irirs, uveitis, galukoma, ablasi retina, edema makular kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optik. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dari korpus vitreum. Pendarahan ekspulsif Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan problem serius yang dapat menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganannya segera dilakukan tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat. Bila pendarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-6 mm posterior dari limbus) untuk drainase. 2. Komplikasi setelah operasi Edema kornea Edema kornea merupakan komplikasi operasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, inflamasi dan peningkatan TIO, insidennya naik pada disfungsi endotel. Biasanya akan tereabsorbsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap bila disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea. Decemet foldKeadaan ini paling sering disebabkan oleh trauma operasi pada endotel kornea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk melindungi kornea. Pada umumnya akan menghilang spontan beberapa hari setelah operasi. Kekeruhan kapsul posterior Komplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah EKEK. Penyebabnya adalah plak subskapsular posterior, juga disebabkan fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek pada kapsul posterior atau dapat diakibatkan proliferasi epitel lensa pada kapsul posterior di tempat aposisi kapsul anterior dengan kapsul posterior. Residual lens material Pada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila material yang tertinggal sedikit akan diresobsi secara spontan, sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior kronik dan galukoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nukleus yang besar dan keras dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus. Prolaps iris Komplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolaps viterus selama operasi. Keadaan ini memerlukan penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema makular kistoid dan kadang-kadang optalmia simpatika. Dekompensasi kornea Penyebab tersering edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan vitreus atau hialoid yang intak pada endotel kornea. Pemberian agen hiperosmotik sistemik akan menimbulkan dehidrasi vitreus sehingga dapat melepaskan perlekatanHifema Dapat terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hialng spontan dalam waktu 7-10 hari. Pendarahan berasal dari pembuluh darah kecil dari luka. Bila pendarahan cukup banyak dapat menimbulkan galukoma sekunder dan corneal staining dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetozolamid 250 mg 4 kali sehari ,serta parasentesis dengan aspirasi irigasi.Glaukoma sekunder Peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24-48 jam setelah operasi. Mungkin berkaitan dengan peningkatan zonulyzis dan tidak memerlukan terapi spesifik. Peningkatan TIO yang berlangsung lama dapat disebabkan oleh hifema, blok pupil sinekia posterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial ingrowth. Glaukoma maligna atau blok siliar adalah komplikasi pasca operasi yang jarang terjadi, disebabkan oleh humor akuos mengalir ke posterior dan mendorong vitreus anterior ke depan. Penanganannya secara medikamentosa dengan pemberian agent hiperosmotik sistemik, dilatasi pupil maksimum dengan atropin 4% dan fenilferin 10% atau dengan melakukan aspirasi akuos humor/vitreus posterior. Endoftalmitis Endoftalmitis bisa dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik disebabkan rendahnya patogenitas organisme penyebabnya. Secara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa bulan sampai 1 tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi kronis atau uveitia (granulomatous) dan penurunan visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah staphylococcus epidermidis (gram positif) dan staphylococcus coagulase negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram negatif, kumam penyebab yang terbanyak adalah pseudomonas aeruginosa. Umumnya inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obatan imunosupresan, penyakit, trauma atau bedah dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering adalah propionilbacterium acnes organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.Epithelial ingrowthKomplikasi ini jarang te rjadi, tetapi sangat mengganggu disebabkan masuknnya epitel konjungtiva melalui defek luka. Sel-sel epitel masuk segmen anterior dan trabekular meshwork sehingga menimbulkan galukoma. Faktor predisposisi adalah flap konjungtiva fornix-base, penyembuhan luka yang tidak baik dan prolaps iris. Tanda-tand ayang menyertai meliputi uveitis anterior pasca operasi menetap, fistula (50% kasus), membran transparan dengan tepi berlipat pada bagian superior endotel kornea, pupil distorsi dan membran pupilar. Penanganannya adalah cryodestruction sel epitel dan eksisi epitel yang terlihat pada iris dan vitreus anterior. Ablasi retinaMekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor predisposisinya meliputi prolaps vitreus, miopia tinggi, perlekatan vitreal retinal dan degenerasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai adanya tear kecil berbentuk U yang pertama kali mengenai makula. Apabila ablasi retina terjadi pada masa afakia resiko terjadinya ablasio retina pada mata satunya bila belum dioperasi adalah 7% sedangkan insiden satunya yang sudah afakia adalah 25%.Edema makular kistoid Keadaan ini sering merupakan penyebab penurunan visus setelah operasi katarak yang tidak terjadi komplikasi. Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas perifoveal yang meningkat. Pada pemeriksaan fluorecent angiography, tampak gambaran flower petal. Mata bisa tampak normal atau mudah iritasi dan fotofobia. Pada kasus-kasus yang kronis (berlangsung lebih dari 9 bulan), penurunan visus permanen karena pembentukan lamelar macular hole. Sebagian besar kasus akan menghilang spontan dalam waktu 6 bulan dan tidak memerlukan terapi spesifik. Diunduh di :Stabilitas visus koreksi pasca operasi katarak senilis secara masal. Sulistyowati anny. 2001. FK UNDIP. http://eprints.undip.ac.id/14454/1/2001FK474.pdfAstigmatisme pascaoperasi Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukans ebelum melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di klinik dengan anestesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun mungkin diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan lokal insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil menghindari komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah ada sebelumnya. Opasifikasi kapsul posteriorPada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser (neodymium yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditunjukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior. Terlepasnya jahitan Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat terlepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan jahitan. James B, Chew C dan Bron A. Lecture notes oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: PT gelora aksara,;2003. H. 79-83