REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

24
REFERAT KOMPLIKASI KATARAK Disusun Oleh : Wulan Dita Pratiwi Sam 1102009304 Pembimbing: Dr. M. Ilham Zein, Sp.M

description

hh

Transcript of REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Page 1: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

REFERAT

KOMPLIKASI KATARAK

Disusun Oleh :

Wulan Dita Pratiwi Sam1102009304

Pembimbing:

Dr. M. Ilham Zein, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2014

Page 2: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan referat mata dengan judul ”KOMPLIKASI KATARAK”.

Tugas ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di

RSUD Kabupaten Bekasi. Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis haturkan ucapan terima

kasih kepada pembimbing dr M. Ilham Zein Sp.M.

Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan tugas ini dan sebagai bekal penulis untuk menyusun tugas lainnya di

kemudian hari. Semoga referat ini banyak memberi manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Bekasi, Agustus 2014

Penulis

1

Page 3: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

BAB I

PENDAHULUAN

WHO mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60. 48% kebutaan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh katarak. Untuk Indonesia, menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis. Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan trauma mata, komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.

Penanggulangan kebutaan akibat katarak dengan operasi katarak. Keberhasilan operasi katarak sangat dipengaruhi oleh persiapan operasi yang baik, anastesi, teknik operasi yang halus dan tepat, tidak banyak manipulasi serta pengawasan pasca operasinyang cermat.

Pada operasi katarak dapat terjadi berbagai komplikasi, yang dapat terjadi selama operasi maupun setelah operasi. Komplikasi yang terjadi selama operasi antara lain prolap korpus vitreum, iridodialisis, hifema dan perdarahan ekspulsif, sedangkan omplikasi setelah operasi antara lain edema kornea, prolap iris, kekeruhan kapsul posterior, residual lens material, hifema, iridosiklitis, endoftalmitis, dekompensasi kornea.

2

Page 4: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 MATA NORMAL

A. Anatomi dan Fisiologi Mata1,2

Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina. Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.

KonjungtivaMerupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi). Perdarahan konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.

SkleraMerupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang disebut sebagai episklera.

3

Page 5: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

KorneaMerupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan 0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 .

UveaUvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.

IrisMerupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior mata. Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil. Iris juga merupakan bagian yang memberi warna pada mata. Dalam axis penglihatan, iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.

PupilPupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)

Corpus siliarisMembentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus.

LensaMerupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina.

RetinaMerupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.

4

Page 6: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Nervus OptikusSaraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual untuk dikenali bayangannya

B. Anatomi dan Histologi LensaLensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di

antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.Struktur lensa dapat diurai menjadi :

Kapsul lensaKapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).

Epitel anteriorEpitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.

5

Page 7: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Serat lensaSerat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.

Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

C. Fisiologi LensaTransparansi lensaLensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.

Akomodasi lensaAkomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

6

Page 8: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

II.2 KATARAK

Definisi1,2

Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.

Epidimiologi2

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.

Etiologi dan Faktor Risiko1

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.

Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.

PatofisiologiPerubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

7

Page 9: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Penatalaksanaan1,2

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang empat prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu EKIK, EKEK, phakoemulsifikasi dan small incision cataract surgery (SICS).

1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada EKIK tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. EKIK tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

Prosedur ini memiliki tingkat komplikasi yang sangat tinggi sebab membutuhkan insisi yang luas dan tekanan pada vitreous. Tindakan ini sudah jarang digunakan terutama pada negara-negara yang telah memiliki peralatan operasi mikroskop dan alat dengan teknologi tinggi lainnya.

8

Page 10: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12 mm),

bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul posterior. Insisi harus dijahit. Metode ini diindikasikan pada pasien dengan katarak yang sangat keras atau pada keadaan dimana ada masalah dengan fakoemulsifikasi. Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang dapat menyebabkan katarak sekunder.

9

Page 11: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

3. PhakoemulsifikasiPhakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan

memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Metode ini merupakan metode pilihan di Negara barat.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.

Namun tetap dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi

Lensa Intraokular (IOL)    Setelah pengangkatan katarak, lensa intraokular biasanya diimplantasikan

ke dalam mata. Kekuatan implan IOL yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan dengan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontrolateral dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi.

10

Page 12: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Pasca OperasiPasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka

pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasien pasca operasi katarak 

1. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok, mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan sholat disarankan dilakukan dengan cara tidur

2. Mata pasien yang pasca operasi bedah mata katarak tidak boleh sampai terkena air, di kucek-.kucek dan ketika tidur disarankan untuk menggunakan pembungkus rambut ketika hendak tidur agar rambut anda tidak mengganggu mata. Adapun untuk pelindung mata setelah 2-3 hari pasca operasi dapat mengenakan kacamata hitam untuk sehari-hari.

3. Pasien disarankan untuk menggunakan obat tetes mata dengan 2 jenis seperti yang telah disebutkan diatas, yakni Cendo Xitrol ( antibiotik dan steroid ) dan Floxa ( antibiotik steril) gunakan pada jam-jam berikut : 15.00, 18.00, 21.00. Hari-hari selanjutnya diteteskan 6 kali sehari yaitu pada jam : 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, dan terakhir pada jam 21.00

II.3 KOMPLIKASI KATARAK

A. Komplikasi Pre Operasi KatarakKomplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma. Dhawan (2005) dalam

tulisanya mengemukakan timbulnya glaukoma sekunder akibat katarak dapat melalui tiga cara, yaitu:

1. Glaukoma fakomorfikLensa dapat membengkak (intumesen) dengan menyerap cukup banyak

cairan dari kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan sudut sehingga jalan trabekular terblok serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup.

2. Glaukoma fakolitikPada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein lensa dan

masuk ke dalam kamera anterior terutama pada bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya protein lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga terjadi

11

Page 13: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

penyumbatan trabecular yang memicu terjadi peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka.

3. Glaukoma fakotopik Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi, iris terdorong ke depan

sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.

B. Komplikasi Intra Operasi Katarak

1. HifemaPerdarahan dapat terjadi dari insisi korneo-skeral, korpus siliaris, atau

vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari insisi, harus dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterokromik dan iridosiklitis.3,4,5

2. IridodialisisKomplikasi ini dapat disebabkan oleh instrumen. Biasanya pada bagian

proksimal dari insisi. Clayman mengemukakan bahwa iridodialisis yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa berfungsi sebagai iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat menimbulkan gangguan pada visus. Keadaan ini dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operasi, iridektomi atau ekstraksi lensa. Perbaikan harus dilakukan segera dengan menjahit iris perifer pada luka. 3,4

3. Prolaps korpus vitreumProlaps korpus vitreus merupakan komplikasi yang serius pada operasi

katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal downgrowth, prolaps iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edema macular kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optik. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dan korpus vitreum. 4

4. Perdarahan ekspulsifKomplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang dapat

menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Keadaan ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang mendadak diikuti dengan refleks fundus merah tua, luka insisi terbuka, prolaps iris serta diikuti keluarnya lensa , vitreus dan darah.Penanganannya segera dilakukan temponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-6mm posterior dari limbus) untuk drainase.3,4

12

Page 14: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

C. Komplikasi Post Operasi Katarak Awal

1. HifemaBisa terjadi 1 – 3 hari setelah operasi, biasanya berasal dari luka insisi atau

iris, pada umumnya hilang spontan dalam waktu 7- 10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila perdarahan cukup banyak dapat menyebabkan glaukoma sekunder dan corneal staining, dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4 kali sehari, serta parasintesis hifema dengan aspirasi-irigasi. 3,4

2. Prolaps irisKomplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah operasi dan

penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolapse vitreus selama operasi. Keadaan ini merupakan penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macular kistoid dan kadang – kadang ophtalmia simpatika. 3

3. Endoftalmitis AkutSecara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan visus,

injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeroginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus..2,3,4

4. Descemet FoldKeadaan ini paling sering disebabkan oleh operasi pada endotel kornea.

Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk melindungi kornea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari setelah operasi.

D. Komplikasi Post Operasi Katarak Lanjut

1. Edema korneaEdema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada

epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekananik, inflamasi dan peningkatan TIO, insidennya meningkat pada disfungsi endotel. Biasanya akan teresobsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap bila disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea. 3,4

2. Kekeruhan kapsul posterior

13

Page 15: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Komplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah EKEK, dimana kapsul posterior masih utuh, berasal dari sel-sel epitel lensa yang masih hidup yang tertinggal pada kapsul anterior dan posterior setelah pengeluaran nukleus dan korteks. Penyebabnya adalah plak subkapsular posterior residual dimana insidennya bisa diturunkan dengan polishing kapsul posterior, juga disebabkan fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek pada kapusl posterior, atau dapat diakibatkan proliferasi epitel lensa pada kapsul posterior di tempat aposisi kapsul anterior dengan kapsul posterior. Faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi antara lain umur pasien, riwayat inflamasi intraokuler, model LIO, bahan optik LIO, capsular fixation dari implan 3,4

Kekeruhan pada kapsul posterior setelah EKEK dapat diatasi dengan disisio atau kapsulotomi posterior. Kapsulotomi dapat menggunakan pisau Zingler, jarum kecil dan dapat menggunakan Nd: YAG laser.3. Residual Lens Material

Pada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat, dimana terjadi kegagalan pengeluaran seluruh material lensa bagian perifer yang berada di bawah iris. Bila material yang tertinggal sedikit akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior kronik dan glaukoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nuklear yang besar dan keras, dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus. 3,4

4. Dekompensasi korneaEdema kornea yang disebabkan karena gangguan fungsi pompa endotel

merupakan salah satu komplikasi katarak yang paling sering dijumpai. Penyebab terjadinya gangguan fungsi pompa endotel ini dapat disebabkan oleh trauma mekanis yang terjadi selama operasi, antara lain manipulasi berlebihan dalam bilik mata depan, instrument yang menyentuh endotel, penekanan pada kornea atau perlekatan implant pada endotel. Penyebab lain edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan vitreus atau hialoid yang intak pada endotel kornea. Pemberian agent hiperosmotik sistemik akan menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga dapat melepaskan perlekatan.

5. Glaukoma sekunderPeningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24 – 48 jam setelah operasi,

mungkin berkaitan dengan penggunaan zonulolyzis dan tidak memerlukan terapi spesifik. Peningkatan TIO yang berlangsung lama, dapat disebabkan oleh hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial ingrowth. Glaukoma maligna atau blok siliar adalah komplikasi pasca operasi yang jarang terjadi, disebabkan humor akuos mengalir ke posterior dan mendorong vitreus anterior ke depan. Penanganannya secara medikamentosa dengan pemberian agent hiperosmotik sistemik, dilatasi pupil maksimum dengan atropin 4% dan fenilefrin 10% atau dengan melakukan aspirasi akuos humor/vitreus posterior. 3,4,5

6. Endoftalmitis Kronik

14

Page 16: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

Endoftalmitis kronis dapat timbul dalam beberapa bulan sampai 1 tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi kronik atau uveitis (granulomatosus) dan penurunan visus. Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab endoftalmitis kronik mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering adalah Propionibacterium acnes organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.2,3,4

7. Epithelial IngrowthKomplikasi ini jarang terjadi, tetapi sangat mengganggu, disebabkan

masuknya epitel konjungtiva melalui defek luka. Sel – sel epitel masuk segmen anterior dan trabekular meshwork sehingga menimbulkan glaukoma. Faktor predisposisi adalah tiap konjungtiva fornix-base, penyembuhan luka yang tidak baik dan prolaps iris. Tanda – tanda yang menyertai meliputi uveitis anterior pasca operasi menetap, fistula (50% dari kasus), membran transparan dengan tepi berlipat pada bagian superior endotel kornea, pupil distorsi dan membran pupilar. Penanganannya adalah cryodestruction sel epitel dan eksisi epitel yang terlihat pada iris dan vitreus anterior. 3,4

8. Ablasi retinaMekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor

predisposisinya meliputi prolaps vitreus, myopia tinggi perlekatan vitreo-retinal dan degenarasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai adanya tear kecil berbentuk “U” yang pertama kali mengenai makula. Apabila ablasi retina terjadi pada mata afakia, resiko terjadinya ablasi retina pada satunya bila belum dioperasi adalah 7%, sedangkan insiden pada mata satunya yang sudah afakia adalah 25%. 3,4

9. Edema makula kistoidKeadaan ini sering merupakan penyebab penurunan visus setelah operasi

katarak, baik yang terjadi komplikasi maupun yang tanpa komplikasi. Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas perifoveal yang meningkat, inflamasi, vitreomacular traction, dan hipotoni yang lama atau yang sementara waktu.

Pada pemeriksaan fluorescein angiography, tampak gambaran flower petal. Mata bisa tetap tampak normal atau mudah iritasi dan fotofobia, tampak ciliary flush dengan iritis ringan, ruptur hyaloid anterior dengan adhesi vitreus pada bagian dalam luka. Penurunan visus biasanya terjadi 2-6 bulan setelah operasi dan bertahan beberapa minggu sampai beberapa bulan. Sebagian besar kasus pulih spontan dalam 6 bulan dan tidak memerlukan terapi spesifik. Pada kasus – kasus yang kronis (berlangsung lebih dari 9 bulan), penurunan visus permanen karena pembentukan lamelar mucular hole. Kortikosteroid dan anti inflamasi non steroid topical dapat bermanfaat pada beberapa kasus. Ada beberapa laporan mengenai keberhasilan pengobatan dengan anti inflamasi non steroid dan carbonic anhydrase inhibitor oral.3,4

BAB IIIDAFTAR PUSTAKA

15

Page 17: REFERAT KOMPLIKASI KATARAK

1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 20092. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 20133. American Academy of Opthalmology, Basic and aclinical Science Course. Lens

and Cataract. Section 11. San Fransisco : American Academy of Opthalmology : 17-22, 81-97, 103-10

4. kBoyd FB. Highlight of opthalmology. World atlas series of ophthalmic surgery. Vol 1. Eldorado : Highlight Opthalmology Intl : 123-4. 172-75

5. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill; 2007

6. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment : 2010. BR J Ophthalmol. 2011.

16