KOMPILASI TEORI BELAJAR

90

Click here to load reader

Transcript of KOMPILASI TEORI BELAJAR

Page 1: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

TEORI-TEORI BELAJAR

A. TEORI BELAJAR KLASIK

Teori belajar klasik didasarkan pada pemikiran para filosifis yang

bersifat subyektif:

1. Teori disiplin mental / psikologi fakultas / psikologi unsur

Belajar melalui instropeksi otak mns terdiri atas bagian-bagian yang

memiliki tugas berbeda (Berpikir, meraba, fantasi, perasaan, kehendak) jiwa

mns terdiri dari unsur-unsur tertentu dan unsur-unsur tersebut  disebut

dengan daya-daya jiwa. Orang akan dapat belajar jika mentalnya dilatih

dengan keras terutama daya nalarnya dan selanjutnya belajar identik dengan

mengasah otak.

Pandangan klasik : Orang pintar adalah orang yang menguasai ilmu

pasti (logis matematik dan logis bahasa).

2. Teori Humanisme klasik (Maslow)/ Naturalisme (J.J. Rosseou dan

Pestalzzi.)

Maslow

Ia mengumpulkan biografi orang-orang terkenal dari berbagai bidang.

Semua orang yang normal berpotensi untuk menjadi orang hebat.

Manusia sebagai satu kepribadian yang utuh jiwa manusia ada tiga

aspek, antara lain : Afeksi, Kognitif, Psikomotor.

J.J. Rosseou dan Pestalzzi

Anak pada waktu dilahirkan adalah baik, jika anak itu menjadi rusak itu

karena pengaruh dari lingkungan disekitar anak tersebut. Karena pada masa

itu moral manusia pada level yang terpuruk.

Belajar : Biarlah anak tumbuh kembang secara alamiah, jangan diapa-

apakan, freedom to learn : biarlah anak belajar dengan bebas karena orang

dapat mengaktualisasi dirinya jika orang tersebut tidak diganggu.

3. Teori Apersepsi dan teori Tabularasa / Impirisme

–        Otak manusia seperti wadah yang siap mengkopi (Diisi) dengan

apa saja dan pengetahuan yang telah masuk tersebut disebut

Apersepsi

–        Teori tabularasa / Empirisme oleh Jhon Lock “ Anak bagaikan

kertas kosong yang siap ditulis oleh pendidik dan lingkungan yang

mempunyai pengaruh terhadap anak itu nantinya”.

M. David Merril (Kognitif)

             Pelajaran diklasifikasikan menjadi 4, antara lain :

1.      Fakta

1

Page 2: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

2.      Konsep

3.      Prosedur

4.      Prinsip

Tingkatan yang paling tinggi adalah menemukan prinsip.

Tingkatan yang paling rendah adalah mengingat fakta.

Menemukan konsep : Memberikan nama baru untuk barang yang

ditemukan.

Mengingat prosedur : Langkah-lamgkah melakukan sesuatu,

misal : cara merebus mie instant.

Menggunakan prosedur : Melaksanakan perintah dalam

mengingat prosedur.

Mengingat prinsip : Menulis lagi apa yang telah diperoleh,

missal : menulis hokum Gosen, teori Konvergensi.

Menggunakan prinsip : Menggunakan hokum, rumus, dalil untuk

menyelesaikan masalah.

Penemu prinsip : Ilmuwan yang berhasil menemukan dalil yang

sampai pada hasil yang generalisasi untuk umum.

           Belajar pemahaman konsep dengan menggunakan dua cara,

antara lain :

Pendekatan Deduktif (khusus-umum)

Pendekatan Induktif (umum-khusus)

Joseph M. Scandura (Teori Belajar Prosedural)

Pengalaman tersusun secara hierarkis.

Jika mengumpul keatas disebut vertical (vertical dan piramida).

Jika sejajar maka horizontal

Pengetahuan Deklaratif : Bercerita, harus menggunakan urutan

sebab akibat, kronologis.

Setiap isi pelajaran sebelum diajarkan harus diketahui apakah

termasuk fakta, prinsip, konsep.

Algoritmik : segala sesuatu ada prosedurnya.

Pengetahuan Prosedural : Jika dipraktekkan oleh siswa dan berhasil

tanpamengalami kegagalan.

Keterangan intelektual menurut Gagne

          Diskriminasi, konsep, kongkrit, konsep terdefinisi, kaidah atau

aturan, aturan tingkat lebih lanjut. Jika mencapai level tertinggi maka

dikatakan sebagai kesiapan untuk memecahkan suatu masalah.

Lev N. LandaTeori Belajar Pembelajaran

2

Page 3: KOMPILASI TEORI BELAJAR

US                              UR

makanan                                  anjing berliur

stimulus netral                          tidak ada respon

Bel                                            anjing tidak berliur

c-puspa’s document

           Teori belajar hampir selalu bersifat deskriptif karena selalu

berbicara apa yang terjadi jika sesuatu dilakukan. Apabila akan belajar

disuatu kelas yang begini maka lakukan hal ini jika ingin hasilnya baik

(Prespektif)

Heuristik : Siswa menemukan sendiri cara penyelesaian belajar atau

masalah.

Algoheuristik : Menemukan sendiri cara penyelesaian dalam suatu

masalah dengan procedural srtinya diarahkan oleh guru dalam

pemecahan suatu masalah.

Charles M. Reigeluth dan Faith S. Stein

Tiga aliran utama dalam teori belajar, antara lain :

1.      Behaviorisme

2.      Kognitiv

3.      Naturalisme

B. TEORI BELAJAR BEHAVIOURISTIK

 Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984: 252). Belajar merupakan

akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah

input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

1. Teori Belajar Classical Conditioning

Teori belajar Classical Conditioning (pengkondisian klasik) di

kemukakan oleh seorang psikolog Rusia bernama Ivan Pavlov (1849-1936).

Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme

belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam hal ini stimuli

netral diasosiasian dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan

kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Tedapat dua tipe stimuli

dan dua tipe respon, yaitu: unconditioned stimulus (US), unconditioned

response (UR), conditioned stimulus (CS), dan conditioned response (CR).

Pavlov melakukan penelitian mengenai pengkondisian klasikal dengan

menggunakan anjingnya dan diasosiasikan dengan bel.

Saat sebelum pengkondisian:

3

Page 4: KOMPILASI TEORI BELAJAR

Stimulus   + US                                         UR

Bel + makanan                                      anjing berliurCS                                                   CR

Bel                                               anjing berliur

c-puspa’s document

Pengkondisian:

Setelah pengkondisian:

Dari ketiga tahapan eksperimen tersebut dapat dijelaskan bahwa :

1. Apabila stimulus alamiah(daging) disajikan di hadapan anjing, maka

anjing akan membentuk respon alamiah (mengeluarkan air liur).

2. Apabila stimulus berkondisi (bel) diberikan setelah diberikan stimulus

alamiah, maka respons berkondisi tidak akan terbentuk, dan

3. Respons berkondisi akan terbentuk apabila stimulus berkondisi

diberikan sebelum atau bebarengan dengan stimulus alamiah.

Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan yang kemudian

dijadikan sebagai prinsip belajar, yaitu bahwa dalam diri anjing akan terjadi

pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Dalam arti, anjing

dapat membedakan stimulus yang disertai sengan penguatan dan stimulus

yang tidak disertai dengan penguatan.

Penjelasan:

Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara

otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu.

Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US. Unconditioned response (UR)

adalah respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.

Dalam eksperimen Pavlov, air liur anjing yang merespon makanan adalah UR.

Sebuah conditioned stimulus (CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral

yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan

sengan US. Diantara stimuli yang terkondisikan dalam eksperimen Pavlov

adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing

menyantap makanan, seperti suara pintu tertutup sebelum makanan

ditmpatkan di piring anjing. Conditioned response (CR) adalah respons yang

dipelajari, yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul

setelah terjadi pasangan US-CS.

2. Teori Belajar Koneksionisme

4

Page 5: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Edward Thorndike mengembangkan teori Koneksionisme di Amerika

Serikat (1874-1949). Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa

terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut

stimulus (S) dengan respon (R).Stimulus adalah suatu perubahan dari

lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme

untuk bereaksi atau berbuat atau respon adalah sembarang tingkah laku yang

dimunculkan karena adanya perangsang.

Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box)

diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons,

perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui

usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan

(error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error

learning atau selecting and connecting lerning” dan berlangsung menurut

hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh

Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori

asosiasi. Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar

sebagai berikut :

1. Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu

organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan

tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga

asosiasi cenderung diperkuat.

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan

membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan

kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik

pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya.

Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan

menghasilkan prestasi memuaskan.

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan

bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya,

ia tak akan melakukan tindakan lain.

Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak

melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan

melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasannya.

Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal

ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan

melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasannya.

5

Page 6: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/

dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan

perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-

latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak

dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama

dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan

semakin dikuasai.

3. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika

akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau

makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang

disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan

diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak

menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.

Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak

dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang

pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka

manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan

mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada

dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan

antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartian.

Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan

terjadi secara mekanis(Suryobroto, 1984).

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai

berikut:

a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial

dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum

memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude).

Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya

ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga

ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial ,

maupun psikomotornya.

c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element).

6

Page 7: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar

memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya

terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif).

d. Hukum Respon by Analogy.

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada

situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat

menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang

pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang

telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer

akan makin mudah.

e. Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang

dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara

menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi

sedikit unsur lama.

Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan

penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar

antara lain :

1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak

cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa

pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.

2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat

positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman

tidak berakibat apa-apa.

3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan,

tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.

4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada

individu lain.

Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training,

yaitu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang lain. Perkembangan teorinya berdasarkan pada

percobaan terhadap kucing dengan problem box-nya.

3. Teori Belajar Operant Conditioning

Teori operant conditioning dikembangkan oleh Burr Federic Skinner

(1904-1990). Operant Conditioning (prngkondisian operant) adalah sebentuk

pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan

perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.

Pada awalnya penelitian mengenai operant conditioning dilakukan oleh

7

Page 8: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

E.I. Thorndike. Namun penelitian yang dilakukan oleh Skinner lebih sederhana

dan lebih dapat diterima secara luas. Skinner mengadakan eksperimen

dikenal dengan Skinner box dengan menggunakan kotak yang di dalamnya

terdapat : (1) pengungkit, (2) penampung makanan, (3) lampu yang dapat

dinyalakan dan dimatikan sesuai kehendak peneliti, dan (4) lantai dengan gril

yang dialiri listrik.

Dalam waktu eksperimen Skinner menggunakan tikus lapar sebagai

hewan percobaan. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha

keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk

keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara

terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku

yang ditunjukkan si tikus, proses ini

disebut shaping.

Hukum efek (law effect) yang dikumukakan Thorndike menyatakan

bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa

perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.

Skinner mengungkapkan bahwa konsekuensi perilaku akan

menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi.

Konsekuensi imbalan atau hukuman bersifat sementara (kontingen) pada

perilaku organisme. Suatu tindakan dapat dinyatakan sebagi penguatan atau

tidak adalah tergantung pada efek yang ditimbulkan.

Tekanan utama dalam teori operant conditioning adalah pada respons

atau perilaku dan konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seorang harus

membuat respons sedemikian rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah

yang menjadi stimulus yang memperkuat (reinforcement stimuli).

4. Teori Belajar Conditioning

Guthrie adalah seorang behaviourisme yang hidup pada tahun 1886-

1959. Ia menyatakan bahwa semua belajar dapat diterangkan dengan satu

prinsip, yaitu prinsip asosiasi. Belajar merupakan suatu upaya untuk

menentukan hokum-hukum, bagaimana stimulus dan respon itu berasosiasi.

Menurut Guthrie, perilaku manusia merupakan deretan perilaku yang terdiri

atas unit-unit reaksi atau respons dari stimulus berikutnya. Dengan kata lain,

stimulus memperoleh respons, kemudian respons tersebut menjadi stimulus

baru dan memperoleh respons baru, begitu seterusnya.

Pengubahan perilaku buruk yang terjadi pada diri seseorang dapat

dilakukan dengan beberapa cara. Guthrie menyatakan ada tiga cara sebagai

berikut :

a) Metode reaksi berlawanan (incompatible respone method)

8

Page 9: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Apabila suatu respon terhadapstimulus telah menjadi kebiasaan, maka cara

untuk mengubahnya adalah dengan jalan menghubungkan stimulus

dengan respons yang berlawanan, atau respons buruk yang hendak

dihilangkan.

b) Metode membosankan (exchaustion method)

Dalam metode ini, perilaku yang buruk dibiarkan terus sampai orang yang

bersangkutan menjadi bosan dengan sendirinya.

c) Metode pengubahan lingkungan (change of environment method)

Metode ini dilakukan dengan cara memutuskan atau memisahkan

hubungan antara stimulus dan respon yang akan dihilangkan. Aspek yang

diubah yaitustimulus yang menyebabkan kebiasaan buruk.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi

stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang

harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas

yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

5. Teori Belajar Modeling dan Observational Learning

Albert Bandura (1925 – masih hidup sampai sekarang) menyatakan

bahwa belajar dari individu tidak dibentuk oleh konsekuensi atas perilaku

yang ditampilkan, tetapi belajar langsung dari model. Ada empat (4) fase

belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi

(retention phase), fase produksi (production phase) dan fase motivasi

(motivation phase).

1. Fase perhatian adalah tahap memberikan perhatian pada suatu

model. Seseorang akan memberikan perhatian yang lebih apabila model

yang tampil itu menarik, popular atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran

bisa saja seorang guru berperan sebagai model bagi siswanya. Jika seorang

guru menjadi model bagi siswanya maka ia harus tampil dapat dipercaya,

memiliki daya tarik, berwibawa, cocok dan dapat ditiru atau diteladani.

Sebagaimana pernyataan (Depdiknas:2004) bahwa model harus kelihatan

dapat dipercaya, kelihatan cocok dengan kelompok, memberikan standar

yang dapat dipercaya debagai pedoman bagi cita-cita si pengamat. Si

pengamat yang dimaksudkan adalah siswanya.

2. Fase retensi adalah fase yang berperan untuk memberikan pertanda

bahwa tingkah laku model tersimpan dalam memori si pengamat. Proses

retensi yang penting adalah pengulangan, yaitu pengamat mengulang atau

mengingat kembali tampilan modelnya. Selanjutnya guru dapat

memberikan pelatihan bagi siswa untuk mengulangi tingkah laku dirinya

sebagai model bagi siswa. Hal ini dilakukan untuk memastikan terjadinya

9

Page 10: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

retensi jangka panjang

3. Fase produksi, fase si model mengamati komponen-komponen urutan

tingkah laku si pengamat telah sesuai dengan dirinya. Fase di mana guru

mengamati tingkah laku siswanya telah sesuai atau belum dengan tingkah

laku yang dicontohkannya. Pada fase ini guru akan memberikan umpan

balik kepada siswa pada aspek-aspek yang sudah benar dan melakukan

perbaikan pada aspek-aspek yang masih salah.

4. Fase motivasi adalah fase penguatan yang diberikan kepada siswa

oleh guru. Di dalam kelas fase ini dilakukan dengan memberikan pujian

atau angka kepada siswa atas perilaku-perilaku yang sesuai dengan

permodelan yang diperlihatkan guru.

Seseorang dalam melakukan aktivitas belajar dapat dilakukan dengan

cara memperhatikan pengalaman dari orang lain (vicarious learning). Dalam

kegiatan belajar ini, individu belajar dengan cara memperhatikan orang lain

yang memperileh penguatan atau hukuman. Konsep penting lainnya dari teori

belajar melalui pengamatan dan modeling adalah pengaturan diri (self-

regulation). Dalam kegiatan belajar ini, individu mengamati perilakunya

sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan

memperkuat atau menghukum diri sendiri apabila berhasil ataupun gagal

dalam berperilaku.

6. Teori Belajar Modifikasi Perilaku Kognitif

Mheicenbaum menyatakan bahwa individu dapat diajarkan untuk

memantau perilakunya sendiri. Cara yang digunakan yaitu melatih individu

yang terganggu emosionalnya untuk membuat dan menjawab pertanyaannya

sendiri.

Ada lima tahap dalam kegiatan belajar mandiri yang dikembangkan

oleh Mheicenbaum, yaitu:

1. Modeling kognitif, yaitu model orang dewasa melakukan tugas tertentu

sambil berbicara dengan keras

2. Bimbingan eksternal, yaitu anak melakukan tugas yang sama dibawah

pembelajaran dari model.

3. Bimbingan yang dilakukan oleh diri sendiri, yaitu anak melakukan tugas

sambil membelajarkan diri sendiri.

4. Bimbingan dilakukan diri sendiri, yaitu anak membelajarkan dirinya

sendiridengan cara berbicara pelan-pelan pada saat melanjutkan tugas.

5. Pembelajarn diri sendiri, yaitu anak melakukan tugas untuk mencapai

kinerja tertentu dengan melakukan percakapan diri sendiri.

10

Page 11: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi

stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih

menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum

dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai

dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut

disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,

1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para

pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling

besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.

Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran

berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak

pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor

penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang

menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu

menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-

hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah

menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu

menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan

stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi

tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan

yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang

mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,

ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih

tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya

mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak

memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang

mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk

berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini

bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa

pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan

peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor

yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar

11

Page 12: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang

tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran.

Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative

reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan

berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses

belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat

dengan Guthrie, yaitu:

Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat

sementara;

Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian

dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;

Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain

(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata

lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang

kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat

negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya

terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon

yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat

negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi

semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan

kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka

hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan

pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah

ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki

kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari

penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement).

Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah

penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi

agar memperkuat respons.

Kelebihan Teori Belajar Behavioristik

1. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang

diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.

2. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai

pada yang kompleks.

3. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai

12

Page 13: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.

4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan

jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.

5. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan

dapat menjadi kebiasaan.

6. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan

yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-

unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, rafleks, daya tahan

dan sebagainya contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,

menggunakan komputer, berenang, olahragam dan sebagainya. Teori ini

juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih

membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan

harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk

penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered

learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang

dapat diamati dan diukur.

2. Mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak

menyenangkan bagi siswa sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi

berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus

dipelajari murid.

3. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi

oleh penguatan yang diberikan guru.

4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan

menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar

yang efektif.

5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh

begavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk

menertibkan siswa.

Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah

pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini

adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku

yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model

hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai

individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan

13

Page 14: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat

bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung

dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,

karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik

memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.

Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan

pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan

(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind

atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada

melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna

yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik

struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki

pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa

yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh

murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai

objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.

Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur

dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran

yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi

belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati

sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses

evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan

kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,

bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena

sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam

menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin

atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai

dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah

terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus

dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara

ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar,

sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.

Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan

14

Page 15: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar

atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi

hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu

keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang

berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang

oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada

penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”,

yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang

sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau

materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi

fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti

urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak

didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan

mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan

evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah,

dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar

menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara

“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar

telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi

bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan

setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada

kemampuan pebelajar secara individual.

C. PIAGET DAN TEORINYA

I. PENDAHULUAN

Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan

diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-

kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-

aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget

menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan

organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi

diantara keduanya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu

1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman,

yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi

social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan

15

Page 16: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system

mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan

keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema

dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur

yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah

laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah

fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan

akomodasi.

Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual

anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :

Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )

Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )

Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )

Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )

Piaget memperoleh gelar Ph.D dalam biologi pada umur 21, ia

kemudian tertarik pada psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di

salah satu rumah sakit di Paris. Pada periode hidupnya, Piaget semakin

tertarik pada logika anak dan metode berpikir yang berbeda-beda yang

digunakan anak dalam menjawab peertanyaan pada usia yang berbeda pula.

Selanutnya Piaget bekerja melakukan penelitian selama kurang lebih 40

tahun. Studinya dipusatkan pada persepsi anak dalam pemahamannya

mengenai alam/benda, jumlah, waktu, perpindahan, ruang, dan geometri. Ia

menganalisis operasi-operasi mental yang digunakan oleh anak, cara berpikir

simbolis dan logika mereka.

II. PEMBAHASAN

1. Pokok-pokok pikiran Piaget mengenai teori kognitif dan

perkembangannya

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses

perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak

yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir

menggunakan hipotesis-hipotesis.

Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah

agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan

peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan

adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara

organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah

kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan

16

Page 17: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang

dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam

bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada

suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua

kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :

1. beradaptasi

2. organisasi ( tindakan penataan )

Untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat

empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :

1. Skema

Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat

menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu

stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan

ingatan.

Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk

mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara

intelektual.

Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan

akomodasi

2. Asimilasi

Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang

mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema

yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat.

Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan

memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan

perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan

skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif,

denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap

lingkungan dan menata lingkungan itu.

3. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau

pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama

saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann

kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut

oleh Piaget adalah keseimbangan.

Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif

/perkembangan intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4

17

Page 18: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

periode yaitu :

o Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)

Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak

menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu

mengenal obyek.

o Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)

Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau

mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan

simbolisasi.

o Periode konkret (7,0-11,0 tahun)

Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran

anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu

memecahkan masalah secara logis.

o Periode operasi formal (11,0-dewasa)

Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur

kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah

hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah

dan dapat menerima pandangan orang lain.

Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada

hubungnnya dengan perkembangan kognitif :

a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan

syaraf.

b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-

benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap

benda-benda itu.

c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu

d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja

untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi

social.

2. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan

Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan

intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan

intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.

Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi

akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai

terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi,

akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai

tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif

18

Page 19: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.

Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan

menggunakan diagram berikut :

Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang

sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki

sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia

berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada

pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak

terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :

Ø Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah

ada dalam pikiran anak

Ø Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema

yang ada dalam pikiran anak.

Kedua hal itu merupakan kejadian assimilasi.

Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan

penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang)

tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini

terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti

keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan

tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :

Ø Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau

menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)

Ø Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa

tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah

pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang

dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.

III. KESIMPULAN

Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendenisikan kembali

intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.

Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan,

pengalaman, interaksi social, dan ekuilibrasi

Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan

adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi

rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan

ekuilibrasi

Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk

mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu

secara intelektual.

19

Page 20: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Asimilasi adalh proses yang digunakan seseorang untuk

mengintegrasikan bahan persepsi baru atau stimuklus baru ke dalam

skemata atai pola perilaku yang sudah ada.

D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus

berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-

baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk

mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu

dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli

humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru,

2. Personalia informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain

adalah:

a. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan

banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)

adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila

mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang

tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak

bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka

enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting

mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain

hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang

tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan

mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin

merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau

pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari

yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan

dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya

disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah

20

Page 21: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah

bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya

dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan

kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang

seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.

Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan

besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari

persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi,

hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal

itu terlupakan.

b. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu

ada dua hal :

(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang

(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya

untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan

takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk

mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki

dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan

untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya

semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan

pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia

menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan

pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan

kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras

aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini

mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru

pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan

motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa

belum terpenuhi.

c. Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago,

sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni

bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari

21

Page 22: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada

tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society

untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia

menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara

bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)

2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam

pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk

memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan

kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning

mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh

siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran

adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan

pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.

Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan

dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan

dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar

tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-

prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai

dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan

dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin

kecil.

22

Page 23: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat

diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah

proses belajar.

f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan

ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik

perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan

hasil yang mendalam dan lestari.

i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih

mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan

mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara

kedua yang penting.

j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini

adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus

menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri

mengenai proses perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru

yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck

pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan

kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa

2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah

dirancang

3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

4. Menghargai siswa

5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk

mementapkan kebutuhan segera dari siswa)

7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka

bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya

untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika

yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan

disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa

menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

23

Page 24: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator

yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan

berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari

beberapa guidenes(petunjuk):

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan

suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas

tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok

yang bersifat umum.

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing

siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya,

sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang

bermakna tadi.

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber

untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk

membantu mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber

yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam

kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan

sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang

sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator

berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut

berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan

pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,

perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak

memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja

digunakan atau ditolak oleh siswa

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan

yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan

harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-

keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

24

Page 25: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama

proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran

guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para

siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna

belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar

kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan

pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai

proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi

diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan

potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil

belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat

jelas , jujur dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk

belajar atas inisiatif sendiri

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses

pembelajaran secara mandiri

5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih

pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung

resiko dariperilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran

siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk

bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan

pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian,

hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator

dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,

berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap

atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,

tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara

bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar

aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

25

Page 26: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

E. TEORI BELAJAR ORANG DEWASA

Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :

a.conditioning

b.modelling

c.kognitif

Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;

a. teori stimulus-respon

b. teori medan

Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :

a. teori asosiasi atau behaviorisme

b. teori organismik, gestalt dan teori medan

Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang

dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan

mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau

intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau

menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan

eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan

pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.

Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis

pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa

belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam

penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang

sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey. Menurutnya sumber

yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman

peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa

asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar

orang dewasa yaitu sebagai berikut :

26

Page 27: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan

dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan.

2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan,

sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan)

bukan subject matter.

3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa,

sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential

learning).

4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk

mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai

instruktur.

5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan

bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi

pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan

belajar.

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “

Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :

1. Kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi

belajarnya.

2. Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang

dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya.

3. Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan

4. Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila

tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan

persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :

1) mereka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang

melaksanakan peran sebagai orang dewasa

2) mereka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa

Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have

pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar

“Science of Andragogy”. Model andragogi mempunyai konsep bahwa :

kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the

learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s

experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar

(orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri

si pembelajar itu sendiri.

27

Page 28: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus

menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika

pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang

disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-

awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan

yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai

penguatan dan pengembangan.

F. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Pengertian Teori Konstruktivisme Adalah: “Satu faham bahwa murid

membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan

pengetahuan dan pengalaaman sedia ada. Dalam hal ini murid akan

menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan sedia ada

untuk membina pengetahuan baru”

1. Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstrutivisme

a.Kelebihan

Berfikir :Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk

menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.

Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina

pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya

dalam semua situasi.

Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan

ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina

sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan

menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan

rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat,

yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok

belajar dalam membina pengetahuan baru.

b.Kelemahan

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam

proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang

begitu mendukung.

2. Proses Belajar Menurut Konstrukvistik

Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan

dari aspek-aspek belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.

1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika

28

Page 29: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi

yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada

pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara

pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang

dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-

fakta yang terlepas-lepas.

2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si

belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun

konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru

memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan

yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang

akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah

niat belajar siswa itu sendiri.

3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan

membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan

lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya,

melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.

4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam

kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi

pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,

lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu

pembentukan tersebut.

5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat

mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap

realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang

didasarkan pada pengalaman.

3. Hubungan Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Lain

Selama 20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak

mempengaruhi pendidikan Sains dan Matematika di banyak negara Amerika,

Eropa, dan Australia. Inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar

seperti teori Perubahan Konsep, Teori Belajar Bermakna dan Ausuble, dan Teori

Skema.

Pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang belajar dan

pembelajaran.

Konstruktivistik Behavioristik

Pengtahuan adalah non-objective,

bersifat temporer, selalu berubah dan

Pengetahuan adalah objektif, pasti,

dan tetap , tidak berubah.

29

Page 30: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

tidak menentu. Pengetahuan telah terstruktur

dengan rapi.

Belajar adalah penyusunan

pengetahuan dari pengalaman konkrit,

aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta

interpretasi. Mengajar adalah menata

lingkungan agar si belajar termotivasi

dalam menggali makna seta

menghargai ketidakmenentuan.

Belajar adalah perolehan

pengetahuan, sedangkan mengajar

adalah memindahkan pengetahuan

ke orang yang belajar.

Si belajar akan memiliki pemahaman

yang berbeda terhadap pengetahuan

tergantung pada pengalamannya, dan

perspektif yang dipakai dalam

menginterpretasikannya.

Si belajar akan memiliki pemahaman

yang sama terhadap pengetahuan

yang diajarkan. Artinya, apa yang

dipahami oleh pengajar itulah yang

harus dipahami oleh si belajar.

Mind berfungsi sebagai alat untuk

menginterpretasi peristiwa, objek,

atau perspektif yang ada dalam dunia

nyata sehingga makna yang dihasilkan

bersifat unik dan individualistic.

Fungsi mind adalah menjiplak

struktur pengetahuan melalui proses

berpikir yang dapat dianalisis dan

dipilah sehingga makna yang

dihasilkan dari proses berpikir seperti

ini ditentukan oleh karakteristik

struktur pengetahuan.

Table 3 Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang Penataan

Lingkungan Belajar

Konstruktivistik Behavioristik

Ketidakteraturan, ketidakpastian,

kesemrawutan,

Keteraturan, kepastian, ketertiban

Si belajar harus bebas. Kebebasan

menjadi unsure yang esensial dalam

lingkungna belajar.

Si belajar harus dihadapkan pada

aturan-aturan yang jelas dan

ditetapkan lebih dahulu secara ketat.

Pembiasaan dan disiplin menjadi

sangat esensial. Pembelajaran lebih

banyak dikaitkan dengan penegakan

disiplin.

Kegagalan atau keberhasilan,

kemampuan atau ketidakmampuan

dilihat sebagai interpretasi yang

berbeda yang perlu dihargai.

Kegagalan atau ketidakmampuan

dalam penambahan pengetahuan

dikategorikan sebagai kesalahan

yang perlu dihukum, dan

30

Page 31: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

keberhasilan atau kemampuan

dikategorikan sebagai bentuk perilaku

yang pantas diberi hadiah.

Kebebasan dipandang sebagai

penentu keberhasilan belajar. Si

belajar adalah subjek yang harus

memapu menggunakan kebebasan

untuk melakukan pengaturan diri

dalam belajar.

Ketaatan pada aturan dipandang

sebagai penentu keberhasilan belajar.

Si belajar adalah objek yang harus

berperilaku sesuai dengan aturan.

Control belajar dipegang oleh si

belajar.

Control belajar dipegang oleh system

yang berada di luar diri si belajar.

Table 4 Pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang Tujuan

Pembelajaran

Konstruktivistik Behavioristik

Tujuan pembelajaran ditekankan pada

belajar bagaimana belajar (learn how to

learn)

Tujuan belajar ditekankan pada

penambahan pengetahuan.

Tabe 5 pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang strategi

pembelajaran

Konstruktivistik Behavioristik

Penyejian isi menekankan pada

penggunaan pengetahuan secara

bermakna mengikuti urutan dari

keseluruhan-ke-bagian.

Pembelajaran lebih banyak diarahkan

untuk meladeni pertanyaan atau

pandangan si belajar.

Aktivitas belajar lebih banyak

didasarkan pada data primer dan

bahan manipulatif dengan penekanan

pada keterampilan berpikir kritis.

Pembelajaran menekankan pada

Penyajian isi menekankan pada

keterampilan yang terisolasi dan

akumulasi fakta mengikuti urutan dari

bagian-ke-keseluruhan.

Pembelajaran mengikuti urutan

kurikulum secara ketat.

Aktivitas belajar lebih banyak

didasarkan pada buku teks dengan

penekanan pada keterampilan

mengungkapkan kembali isi buku

teks.

31

Page 32: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

proses. Pembelajaran menekankan pada hasil

Tabel 6 Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang evaluasi

Konstruktivistik Behavioristik

Evaluasi menekankan pada

penyusunan makna secara aktif yang

melibatkan keterampilan terintegrasi,

dengan menggunakan masalah dalam

konsteks nyata.

Evaluasi yang menggali munculnya

berpikir divergent, pemecahan ganda,

bukan hanya satu jawaban benar

Evaluasi merupakan bagian utuh dari

belajar dengan cara memberikan

tugas-tugas yang menuntut aktivitas

belajar yang bermkana serta

menerapkan apa yang dipelajari

dalam konteks nyata. evaluasi

menekankan pad aketerampilan

proses dalam kelompok.

Evaluasi menekankan pada respon

pasif, keterampilan secara terpisah,

dan biasanya menggunakan ‘paper

and pencil test’

Evaluasi yang menuntu satu jawaban

benar. Jawaban benar menunjukkan

bahwa si-belajar telah menyelesaikan

tugas belajar.

Evaluasi belajar dipandang sebagai

bagian terpisah dari kegiatan

pembelajaran, dan biasnaya

dilakukan setelah kegiatan belajar

dengan penekanan pada evaluasi

individual.

4. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran

a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas

dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum

mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal

ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi

kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak

belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak

harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya

dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul

memahami suatu materi yang diajarkan.

b. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan

materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan

ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif

mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam

32

Page 33: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

kerangka kognitifnya.

c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental

yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran

yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-

model itu.

d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk

masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya

“menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk

memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi

siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-

konstruksi mental yang diperlukan.

e. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang

memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh

peserta didik.

f. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar

kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

g. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar

yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan

teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi

pengetahuan pada diri peserta didik.

G. HASIL KOMPILASI DARI BERBAGAI TEORI BELAJAR

33

Page 34: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Dari berbagai teori belajar yang ada mulai dari teori belajar klasik

sampai yang terkini/mutakhir, teori-teori tersebut kemudian saya

kompilasikan menjadi sebuah bahasan mengenai teori belajar dan

implikasinya dalam pembelajaran sebagai berikut.

TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1, bahwa proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang, dilaksanakan

guru sebagai pendidik dapat memenuhi amanat peraturan pemerintah

tersebut.

Guru sebagai pendidik yang profesional harus mampu berperan

sebagai komunikator dan fasilitator bagi peserta didik di dalam kelasnya.

Sebagai komunikator seorang guru harus mampu menyampaikan pesan-pesan

pembelajaran kepada siswa sebagaimana yang dinyatakan oleh Martinis

Yamin (2007) bahwa mereka berperan sebagai komunikator,

mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non verbal.

Guru sebagai fasilitator dimaksudkan seorang guru harus mampu

menjadi orang yang memfasilitasi atau melayani keperluan peserta didik di

dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Martinis Yamin (2007), bahwa guru sebagai fasilitator

memiliki peran menfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal

dengan menggunakan berbagai strategi, metode, media, dan sumber belajar.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka seorang guru yang

profesional harus memliki kompetensi-kompetensi atau kemampuan yang

terkait dengan tugasnya. Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi

kemampuan kepribadian, paedagogis, sosial, dan keprofesionalan.

Kompetensi-kompetensi akan tercapai apabila guru dapat mengetahui,

menghayati, dan menerapkan dalam pembelajarannya teori-teori yang

melandasi pembelajaran. Teori-teori ini penting dipahami guru agar

pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dilaksanakn dengan sistematis,

terarah dan tersruktur dengan baik.

34

Page 35: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Banyak teori-teori dan implikasinya dalam pembelajaran yang dikenali

orang. Untuk itu maka pembahasan teori belajar dan implikasinya dalam

pembelajaran dibatasi hanya membahas 3 hal, yaitu :

1. Teori Belajar yang melandasi proses pembelajaran

2. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran

3. Teori Belajar yang melandasi Media Pembelajaran

Tiga hal tersebut dilakukan pembahasannya dikarenakan ketiganya

merupakan kesatuan yang penting diperhatikan oleh seorang guru dalam

membelajarkan siswa atau peserta didik di dalam kelas. Pembahasan

dilakukan dengan menyampaikan ringkasan teori, implikasi dan alternatif

contoh yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Satu atau lebih teori

dapat saja melandasi salah satu bahasan atau juga dapat melandasi seluruh

bahasan.

II. PEMBAHASAN

A. Teori Belajar yang melandasi Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam

mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang,

dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta

didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-

tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru

harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan

pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa

tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi

harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar

(facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan

proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses

pembelajarannya.

Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru

hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang

melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.

Berikut ini kita akan membahas teori-teori belajar dan implikasinya dalam

proses pembelajaran. Teori-teori belajar yang dibahas adalah teori yang

dijelaskan oleh bebrapa orang ahli seperti Gagne, Piaget, Bruner, Ausubel dan

lain-lain.

1. Teori Gagne

Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar itu ada, sehingga penting

35

Page 36: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

bagi guru untuk menentukan urutan materi belajar yang harus diberikan.

Materi-materi yang berfungsi prasyarat harus diberikan terlebih dahulu.

Keberhasilan siswa belajar kemampuan yang lebih tinggi, ditentukan oleh

apakah siswa itu memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah atau tidak.

Menurut Gagne ada 8 tipe belajar, yaitu:

1. belajar isyarat;

2. belajar stimulus respon

3. belajar merangkaikan

4. belajar aosisasi verbal

5. belajar diskriminasi

6. belajar konsep

7. belajar prinsip/hukum

8. belajar pemecahan masalah

Kemampuan manusia sebagai tujuan belajar menurut Gagne

dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu : (a) keterampilan intelektual; (b)

informasi verbal; (c) strategi kognitif; (d) keterampilan motorik; dan (e) sikap

Implikasi teori Gagne di dalam proses pembelajaran

Untuk mencapai hasil belajar yang demikian maka proses belajar

mengajar harus memperhatikan kejadian instruksional yang meliputi (1)

menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan, (3) mengingat kembali apa yang

telah dipelajari, (4) memberikan materi pelajaran, (5) memberi bimbingan

belajar, (6) memberi kesempatan, (7) memberi umpan balik tentang benar

tidaknya tindakan yang dilakukan, (8) menilai hasil belajar, dan (9)

mempertinggi retensi dan transfer.

2. Teori Piaget

Prinsip teori Piaget, (a) manusia tumbuh beradaptasi, dan berubah

melalui perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan

bahasa; (b) pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif

sebagian besar tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan

berinteraksi dengan lingkungan.

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar

sebagai berikut: (a) priode sensori motor (0-2 tahun); (b) priode

praoperasional (2-7 tahun); (c) priode operasional konkrit (7-11 tahun); (d)

priode operasi formal (11-15 tahun).

Konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual

menurut Piaget, yaitu :

a) skemata, dipandang sebagai sekumpulan konsep;

b) asimilasi, peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama

36

Page 37: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

yang sudah dimiliki oleh seseorang;

c) akomodasi, terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula

tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi

lama; dan

d) equilibrium (keseimbangan), bila keseimbangan tercapai maka siswa

mengenal informasi baru

Implikasi teori Piaget dalam Proses Pembelajaran, yaitu :

a. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar kepada hasilnya tetapi juga prosesnya

b. mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif

dalam pembelajaran, penyajian pengetahuan jadi tidak mendapat

tekanan

c. memaklumi adanya perbedaan individual, maka kegiatan pembelajaran

diatur dalam bentuk kelompok kecil

d. peran guru sebagai seorang yang mempersiapkan lingkungan yang

memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman yang luas

3. Teori Bruner

Teori Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Di dalam teorinya

Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti 3

tahap representasi yang berurutan, yaitu: (a)enactive representation, segala

pengertian anak tergantung kepada responnya; (b) iconic representation, pola

berfikir anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang konkrit)

dan organisasi sensorisnya; dan (c) simbolic reprentation, anak telah memiliki

pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada priode ini anak telah mampu

mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.

Berbeda dengan Piaget, Bruner memiliki pandangan yang lain tentang

peranan bahasa dalam perkembangan intelektual anak. Bruner berpendapat

meskipun bahasa dan pikiran berhubungan, tetapi merupakan dua sistem

yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir dalam yang berbentuk pikiran.

Dengan kata lain proses berfikir adalah akibat bahasa dalam yang

berlangsung dalam benak siswa.

Bruner juga berpendapat bahwa kesiapan adalah penguasaan

keterampilan sederhana yang memungkinkan seseorang menguasai

keterampilan lebih tinggi. Menurut Bruner kita tidak boleh menunggu

datangnya kesiapan, tetapi harus membantu tercapainya kesiapan itu. Tugas

orang dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada anak.

Berhubungan dengan proses belajar Bruner dikenal dengan belajar

penemuannya (discovery learning).

37

Page 38: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Implikasi Teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah :

a) menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu

masalah;

b) anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model

mental yang telah dimilikinya; dan

c) dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau

mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk

mencapai keseimbangan di dadalam benaknya. Untuk itu siswa akan

mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan

menyingkirkan informasi yang tak perlu.

d)

4. Teori Ausubel

Ausubel berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting, tetapi

dalam beberapa situasi tidak efisien, ia lebih menekankan guru sentral,

sehingga Ausubel kurang menekankan belajar aktif. Penekanannya pada

ekpositorik .Ausubel menekankan pengajaran verbal yang bermakna

(meaningful verbal instruction).

Menurut Ausubel, setiap ilmu mempunyai struktur konsep-konsep yang

membentuk dasar sistem informasi ilmu tersebut. Semua konsep

berhubungan satu sama lain (organiser). Struktur konsep dari setiap bidang

dapat diidentifikasi dan diajarkan kepada semua siswa dan menjadi sitem

proses informasi mereka yang disebut dengan peta intelektual. Peta

intelektual ini dapat digunakan untuk menganalisa domain tertentu dan untuk

memecahkan masalah-masalah yang berhubungan erat dengan aktivitas

domain tersebut. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu pokok

bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi milikinya

dan berguna baginya.

5. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-

anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari

namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya, atau

tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development. Zone of proximal

development maksudnya adalah perkembangan kemampuan siswa sedikit di

atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Selanjunta Vygorsky lebih

menekankan scaffolding, ytiu memberikan bantuan penuh kepada anak dalam

tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur dikurangi

dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung

38

Page 39: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

jawab semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

6. Teori Konstruktivis

Ide-ide Piaget, Vygotsky, Bruner dan lain-lain membentuk suatu teori

pembelajaran yang dikenal dengan teori konstruktivis. Ide utama teori ini

adalah: (a) siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri; (b) agar

benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa

harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya sendiri; (c) belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan

penyerapan atau absorbsi; dan (d) belajar adalah proses membangun

pengetahuan yang selalu diubah secara berkelanjutan melalui asimilasi dan

akomodasi informasi baru.

Menurut Suradijono dalam Herawati Susilo (2000), pembelajaran

adalah kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif.

Guru berperanan memberi dukungan, tantangan berfikir,melayani sebagai

pelatih namun siswa tetap kunci pembelajaran

Implikasi teori konstruktivis dalam proses pembelajaran adalah :

a. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar hasilnya saja.

b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif

dalam kegiatan pembelajaran

c. Menekankan pembelajaran top-down mulai dari yang komplek ke

sederhana, dari pada bottom-up dari yang sederhana bertahap

berkembang ke komplek

d. Menerapkan pembelajaran koperatif

B. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran

1. Teori Belajar sosial (Albert Bandura)

Ada empat (4) fase belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional

phase), fase retensi (retention phase), fase produksi (production phase) dan

fase motivasi (motivation phase).

1. Fase perhatian adalah tahap memberikan perhatian pada suatu model.

Seseorang akan memberikan perhatian yang lebih apabila model yang

tampil itu menarik, popular atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran bisa

saja seorang guru berperan sebagai model bagi siswanya. Jika seorang

guru menjadi model bagi siswanya maka ia harus tampil dapat dipercaya,

memiliki daya tarik, berwibawa, cocok dan dapat ditiru atau diteladani.

Sebagaimana pernyataan (Depdiknas:2004) bahwa model harus kelihatan

dapat dipercaya, kelihatan cocok dengan kelompok, memberikan standar

yang dapat dipercaya debagai pedoman bagi cita-cita si pengamat. Si

39

Page 40: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

pengamat yang dimaksudkan adalah siswanya.

2. Fase retensi adalah fase yang berperan untuk memberikan pertanda

bahwa tingkah laku model tersimpan dalam memori si pengamat. Proses

retensi yang penting adalah pengulangan, yaitu pengamat mengulang

atau mengingat kembali tampilan modelnya. Selanjutnya guru dapat

memberikan pelatihan bagi siswa untuk mengulangi tingkah laku dirinya

sebagai model bagi siswa. Hal ini dilakukan untuk memastikan terjadinya

retensi jangka panjang

3. Fase produksi, fase si model mengamati komponen-komponen urutan

tingkah laku si pengamat telah sesuai dengan dirinya. Fase di mana guru

mengamati tingkah laku siswanya telah sesuai atau belum dengan

tingkah laku yang dicontohkannya. Pada fase ini guru akan memberikan

umpan balik kepada siswa pada aspek-aspek yang sudah benar dan

melakukan perbaikan pada aspek-aspek yang masih salah.

4. Fase motivasi adalah fase penguatan yang diberikan kepada siswa oleh

guru. Di dalam kelas fase ini dilakukan dengan memberikan pujian atau

angka kepada siswa atas perilaku-perilaku yang sesuai dengan

permodelan yang diperlihatkan guru.

Implikasi teori ini ada pada model pembelajaran langsung (direct

instruction). Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang

bersifat techer center (berpusat kepada guru). Tugas guru membantu siswa

menemukan pengetahuan prosedural dan memahami pengetahuan deklaratif.

Model pembelajaran ini memiliki sintaks (tingkah laku mengajar) yang terdiri

dari:

Fase 1, guru menyampaiakn tujuan, informasi latar belakang

pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. (Fase

menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa).

Fase2, guru mendemostrasikan keterampilan yang benar, atau

menyajikan informasi tahap demi tahap (fase mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan).

Fase 3, guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

(memberi pelatihan awal)

Fase 4, guru memeriksa keberhasilan siswa melakukan tugas seperti

demonstrasi yang telah dilakukan guru (fase mencek pemahaman dan

memberikan umpan balik)

Fase 5, guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan

lanjutan dan penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan

senari-hari (fase lanjutan dan penerapan).

40

Page 41: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

2. Teori Konstruktivisme

Menurut teori ini guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

dirinya. Peran guru adalah memberi kemudahan dalam proses belajar,

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

ide-ide mereka sendiri, mengajar siswa menjadi sadar dengan kemampuan

dirinya dan menerapkan strategi belajar mereka sendiri.

Implikasi Teori konstruktivisme dapat terlihat dalam model

pembelajaran kooperatif (kooperative learning) dan model

pembelajaran berdasarkan masalah (problem based

instruction).Pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang tidak hanya

mempelajari materi saja, tetapi juga ketrampilan-keterampilan khusus yang

disebut keterampilan kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial (Muslimin Ibrahim, dkk:2000).

Model pembelajaran koperatif ini memiliki sintaks, terdiri dari :

Fase1: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar (menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa)

Fase 2: guru menyajikan informasi kepada siswa dengan dengan jalan

demontrasi atau lewat bahan bacaan (menyajikan informasi)

Fase 3: guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan secara transisi secara efisien (mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Fase 4: guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka ( membimbing kelompok kelompok

bekerja dan belajar)

Fase 5: guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari tentang atau masing-masing kelompok mempresentasikan kerjanya

(evaluasi)

Fase 6: guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan kelompok (memberikan penghargaan)

Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) adalah

pembelajaran pembelajaran yang mengharapkan siswa mampu memecahkan

masalah dan menerapkan hasil pembelajaran sebelumnya pada situasi yang

baru. Sebagaimana pernyataan (Herawati Susilo:2000)pemecahan masalah

41

Page 42: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dianggap sebagai hasil belajar yang paling tinggi karena bila seseorang telah

berhasil memecahkan masalahitu, mampu menerapkan cara itu untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya dan mengetahui jawaban

masalahnya.

Model pembelajaran ini dikenal juga dengan model penelitian. Siswa

diharapkan mampu melakukan penelitian yang beranjak dari permasalahan

yang mereka temukan atau diajukan oleh guru untuk dipecahkan dan

diterapkan ke dalam suasana baru. Sehingga pada akhirnya siswa memiliki

keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagaimana penjelasan (Herawati

susilo: 2000) dalam menerapkan model ini seseorang dapat memulai dari

sederhana ke kompleks namun bisa dimulai dari masalah yang kompleks

untuk selanjutnya diharapkan siswa memiliki keterampilan-keterampilan

sederhana.

Sintaks model pembelajaran ini terdiri dari :

Fase1: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik

yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih (orientasi siswa kepada masalah)

Fase 2: guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

(mengorganisasikan siswa untuk belajar)

Fase 3 : guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan pemecahan masalah

(membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Fase 4: guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai dengan laporan, video, model dan membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan teman (mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

Fase 5: guru membantu siswa untuk merefleksi atau mengevaluasi

penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan (menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah)

C. Teori Belajar yang melandasi Media Pembelajaran

Pada bagian berikut ini akan dibahas beberapa teori yang melandasi

penyusunan media pembelajaran.

1. Kontinum Kongkrit-Abstrak

Ahli psikologi Jerome Bruner, dalam pengembangan teori belajarnya

mengemukakan bahwa pengajaran seharusnya dimulai dari pengalaman

langsung (enactive) menuju representasi ikonik (seperti penggunaan gambar

dan flim) dan baru kemudian menuju representasi simbolik (seperti

penggunaan kata-kata atau persamaan-persamaan matematis).

42

Page 43: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Bruner lebih jauh menyatakan bahwa urutan bagaimana siswa

menerima materi ajar memiliki pengaruh langsung pada pencapaian

ketuntasan belajar tersbut. Bruner menyatakan bahwa urutan bagaimana

siswa menerima materi ajar memiliki pengaruh langsung pada pencapaian

ketuntasan belajar tersebut. Bruner menyatakan bahwa hal ini berlaku untuk

seluruh pebelajar, bukan hanya anak-anak. Pada saat suatu tugas belajar

disajikan pada orang dewasa yang tidak memiliki pengalaman yang relevan

dengan tugas itu, pembelajaran akan dipermudah bila pengajaran mengikuti

suatu urutan dari pengalaman kongkrit menuju representasi ikonik kemudian

menuju representasi abstrak.

Hoban,Hoban, dan Zisman, (dalam Nur 2000), menyatakan bahwa nilai

ajar merupakan fungsi dari tingkat kekonkriannya. Edgar Dale dalam (Nur

2000), mengembangkan kerucut pengalaman sebagai berikut:

Simbol

Verbal abstract

Simbol visual

Tape recorder/radio

Film statis

Film gerak iconik

Televisi

Pertunjukan

Karya wisata

Demonstrasi enactive

Pengalaman Dramatik

Pengalaman buatan

Pengalaman langsung

Dari kerucut pengalaman belajar terlihat pengalaman pebelajar akan

beranjak dari fase konkrit naik ke fase abstrak. Siswa akan mencapai

keberhasilan jika telah membangun sejumlah pengalaman yang lebih konkrit

untuk memaknai penyajian realitas yang lebih abstrak. Contohnya dalam

mata pelajaran genetika, rambut keriting terlihat nyata begitu juga dengan

rambut lurus, gen rambut kriting dan rambut lurus tidak bisa terlihat dengan

nyata sehingga hanya dapat dilambangkan dengan simbol-simbol.

Implikasinya dalam mediabelajar adalah media belajar lebih efektif

dimulai dari pengalaman langsung sebagai media sebenarnya bertahap

menjadi media yang bersifat lebih abstrak.

2. Pandangan Behavioristik

Pandangan ini dipelopori oleh Skinner, dengan teori yang bernama

43

Page 44: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

reinforcement theory, sehingga dihasilkannya pembelajaran terprogram.

Pembelajaran terprogram adalah teknik yang memandu pembelajaran melalui

rangkaian langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tingkat kinerja yang

dikehendaki. Setelah tujuan perilaku dirumuskan, dilakukan pembelajaran

dengan menyisihkan materi yang tidak langsung berhubungan dengan tujuan.

Implikasinya adalah dengan menyiapkan rancangan pembelajaran

haruslah menggunakan media yang benar-benar terstruktur atau terprogram

dan sesuai dengan materi pembelajaran.

3. Pandangan kognitivis

Pandangan kognitivis menciptakan model mental pada diri pebelajar

tentang memori jangka pendek dan panjang. Informasi baru tersimpan dalam

memori jangka pendek sebagi tempat informasi dicerna dengan cara latihan

yang diulang-ulang sampai siap disimpan di memori jangka panjang. Pebelajar

kemudian menggabungkan informasi dan keterampilan dalam memori jangka

panjang untuk mengembangkan strategi kognitif atau keterampilan untuk

menangani tugas yang lebih kompleks.

Kognitivis mempunyai pandangan lebih luas tentang pebelajar mandiri

dari pada pandangan behavior. Sebenarnya siswa kurang tergantung kepada

arahan perancang program tetapi lebih bersandar kepada strategi kognitif

mereka sendiri dalam menggunakan media pembelajaran. Contohnya siswa

membuat peta konsep sebagai kesimpulan dari pembelajaran dan

menayangkannya untuk seluruh kelas.

4. Pandangan Sosial-Psikologikal

Robert Slavin dengan pembelajaran kelompoknya menemukan bahwa

pembelajaran kooperatif lebih efektif dan secara sosial lebih bermakna dari

pada pembelajaran secara individual. Media pembelajaran akan membantu

kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa untuk bersama menemukan

kesimpulan pembelajaran.

Implikasi pandangan ini dapat dicontohkan dengan pemberian gambar

sistem pencernaan ke dalam sebuah kelompok. Kelompok ditugasi guru untuk

menentukan organ-organ penyusun sistem pencernaan dari gambar. Anggota

kelompok bersama mengupayakan membuat kesimpulan organ-organ yang

menyusun sistem pencernaan.

5. Teori Pembelajaran Sosial

Bandura menyatakan melalui teori pembelajaran sosial seseorang

dapat belajar melalui pengamatan terhadap suatu model. Implikasi teori ini

pada pembuatan media adalah ketika guru memberikan contoh kepada siswa

bagaimana memahami suatu konsep dalam pelajaran IPA melalaui observasi.

44

Page 45: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Hal ini dapat dicontohkan oleh guru dengan memperlihatkan sebatang

tumbuhan tomat, siswa disuruh mengamatinya, lalu guru menjelaskan setiap

bagian-bagian tumbuhan mulai dari akar, batang dan daun serta bentuk

setiap bagian itu. Siswa mengulang kembali penjelasan guru tersebut dengan

bahasa mereka sendiri.

6. Teori Pembelajaran kognitif

penekanan teori ini adalah siswa harus sebagai prosesor yang aktif,

bukan hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Informasi berupa

pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan dan dalam

pembentukannya siswa harus aktif mengaitkan skema-skema yang dimilikinya

sehingga pengetahuan dipandang sebagai hasil ciptaan bukan perolehan

pengkopian, namun sebagai proses pencaharian makna.

Implikasi teori ini ada dalam penyusunan media oleh guru, sperti

menyiapkan media transparansi, bagan/skema, maupun membuat charta

dengan karton. Penggunaan media serta cara mengajar yang baik akan

membuat siswa aktif terlibat menyusun pengetahuan barunya.

7. Teori Pemrosesan Informasi

Teori Pemrosesan Informasi menyatakan proses belajar yang dialami

oleh siswa dapat disamakan dengan proses pemrosesan informasi pada

komputer. Informasi yang diterima lewat indera selanjutnya disimpan di dalam

memori jangka pendek dan selanjutnya ditransformasikan lagi dan disimpan di

memori jangka panjang. Informasi yang telah disimpan di dalam kedua

memori itu dapat dipanggil kembali dan dikeluarkan.

Teori Pemrosesan adalah teori kognitif belajar yang menjelaskan

pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kemabali informasi dari otak.

Menurut Slavin dalam (Nur, 2000), ada tiga struktur memori manusia, yaitu

register penginderaan, memori jangka pendek dan memori jangka panjang.

Informasi yang akan diingat pertama-tama harus sampai pada indera

seseorang kemudian di transfer dari register penginderaan, ke memori jangka

pendek, selanjutnya diproses lagi untuk ditransfer ke memori jangka panjang.

Menurut Slavin dalam (Nur 2000), persepsi stimuli tidak langsung

seperti penerimaan stimuli melainkan juga dipengaruhi oleh status mental,

pengalaman masa lalu, pengetahuan dan motivasi seseorang. Memusatkan

perhatian siswa pada stimulus yang relevan dengan informasi baru yang

menjadi perhatian guru.

Implikasi kedua pendapat di atas terhadap pemilihan media

pembelajaran harus memperhatikan sejauh mana media yang disampaikan

menarik perhatian siswa sehingga dapat tersimpan dalam memori jangka

45

Page 46: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

panjangnya. Jika media yang digunakan lebih menarik akan mempengaruhi

mental siswa sehingga tertarik untuk mempelajarinya.

8. Pandangan CTL

CTL atau contextual teching and learning adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran sesuai

dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga, warganegara, tenaga kerja (Blanchard, 2001)

CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyususn

pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang

cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan

muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.(Elaine B.

Jhonson,2007)

Berdasarkan pandangan CTL, benda sebenarnya atau benda nyata

adalah media yang fundamental. Sedangkan untuk keperluan memahami

detil-detil serta untuk keperluan penyusunan bahan laporan siswa dalam

pembelajaran kontekstual serta untuk keperluan penilaian otentik, media

visual yang lain seperti poster, transparansi, dan papan tempel dapat

digunakan.

III. PENUTUP

A. Simpulan

Teori belajar yang melandasi proses pembelajaran meliputi teori-teori

yang memperhatikan hal-hal yang penting terkait dalam pelaksanaan

pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik dan bimbingan guru. Banyak ahli

pendidikan mengeluarkan pendapat sehubungan dengan proses

pembelajaran, seperti Gagne, Piaget, Bruner, dan lain-lainnya. Pendapat-

pendapat para ahli ini secara keseluruhan dapat dipakai sebagai landasan

filosofis oleh seorang guru dalam membelajarkan peserta didiknya. Pendapat-

pendapat para ahli ini ada yang terlihat seperti bertentanga satu sama

lainnya, tetapi secara totalitas tetap mendukung dan dapat diimplikasikan

dalam proses pembelajaran.

Teori-teori belajar dan implikasinya ini dapat juga hanya melandasi

proses pembelajaran saja, tetapi juga dapat melandasi model-model

pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajarannya. Selain itu media

pembelajaran juga penting diperhatikan landasan teori rancangan dan

penggunaannya di dalam kelas agar secara keseluruhan pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif dan efisien, serta tujuan pembelajaran dapat

46

Page 47: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

tercapai dengan sebaik-baiknya.

B. Saran-Saran

Guru yang profesional hendaknya benar-benar dapat menghayati teori-

teori belajar ini dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan

mengimplikasikan teori-teori tersebut. Banyak teori-teori tentang

pembelajaran yang telah dikenali hendaknya seorang guru mampu memilih

yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kemampuan diri, sarana dan

prasarana yang tersedia di sekolah dan memperhatikan kebutuhan daerah

serta berwawasan nasional dan internasional.

Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa tidak ada teori yang

lebih baik satu atau lainnya, tetap ada yang memiliki kekurangan dan

kelebihan. Tugas guru adalah menentukan teori pembelajaran dan implikasi

yang paling sesuai yang digunakan. Dampak-dampak yang timbul selama

proses pembelajaran juga harus diperhatikan guru agar dapat melakukan

perbaikan secepatnya.

47

Page 48: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

DAFTAR PUSTAKA

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali.

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Dahar, Ranta Willis.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dewin. 2009. Teori-Teori Belajar. Online.

http://dewin221106.blogspot.com/2009/11/teori-teori-belajar.html.

Diunduh 15 Desember 2009.

Hamzah. 2009. Teori Belajar Konstruktivisme. Online.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-

konstruktivisme/. Diunduh 28 Desember 2009.

Perpustakaan- online. 2008. Online at http://www.perpustakaan-

online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-behavioristik.html. Diunduh

20 Desember 2009.

Rifa’I, Ahmad dan Chatarina Tri Ani. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang :

UPT Universitas Negeri Semarang.

Rusliana, Ade. 2009. Teori Belajar. Online.

http://blogs.unpad.ac.id/aderusliana/?p=4. Diunduh 15 Desember

2009.

Santrock. J. W.(2000). Educational psychlogy. In Tri S.B.W (Eds), Psikologi

Pendidikan. (2007). Jakarta: Interpratama Offse.

Sutisna. 2009. Teori Belajar Konstruktivisme. Online.

http://sutisna.com/psikologi/psikologi-pendidikan/teori-belajar-

konstruktivisme/. Diunduh 28 Desember 2009.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Wahid, Nanang. 2009. Teori Belajar Konstruktivisme. Online.

www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/Konstruktivisme. Diunduh

tanggal 29 Desember 2009.

Wikipedia. 2008. Teori Perkembangan Kognitif. Online.

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif. Diunduh 29

Desember 2009.

48

Page 49: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

I. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

A. Pengertian dan Tujuan Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan

hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir

(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia

harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat

belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan

pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori Konstruktivisme adalah

sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin

belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan

keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas dari orang

lain.

Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini

memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri

kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hallain yang diperlukan guna

mengembangkan dirinya sendiri.

Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa

itu sendiri.

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

konsep secara lengkap.

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

49

Page 50: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

B. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui

penglibatan dalam dunia sebenarnya.

2. Menggalakkan soalan/idea yang dimunculkan oleh murid dan

menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

3. Menyokong pembelajaran secara koperatif

4. Mengambil sikap dan pembawaan murid

5. Mengambil kajian bagaimana murid belajar sesuatu idea

6. Menggalakkan dan menerima daya usaha dan autonomi murid

7. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog baik dengan sesama

murid maupun dengan guru.

8. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting

dengan hasil pembelajaran

9. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

C. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan

dalam belajar mengajar adalah :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

kontruksi berjalan lancar

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan

7. Mencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru

tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa .

siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri.

Seorangguru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang

membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa,

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

50

Page 51: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswaagar menyadari dan

menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat

memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya

dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang

lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang

memanjatnya.

D. Model Pengajaran Konstruktivisme

1. Model Pengajaran Interaktif (Biddulph & Osborne)

Guru lebih sensitif kepada ide dan persoalan pelajar.

Guru menyediakan pengalaman penerokaan yang membolehkan pelajar

menimbul persoalan dan mencadangkan penerangan yang munasabah.

Guru menydiakan aktiviti yang memfokuskan kapada ide dan persoalan

oleh guru.

Guru menyediakan aktiviti yang menggalakkan pelajar membuat

penyiasatan.

Guru berinteraksi dengan pelajar untuk mencabar dan melanjutkan idea

mereka.

2. Model Pengajaran Berpusatkan Masalah (Wheatley)

Guru memilih tugasan yang berkemungkinan menjadi masalah besar

kepada pelajar.

Pelajar membuat tugasan dalam kelompok kecil.

Pelajar akan berkumpul semula untuk membentangkan kepada kelas dan

guru.guru hanya berperan sebagai fasilisator.

Cara-cara Pelajar Membina Konsep Matematik

Pelajar membuat penyelesaian matematik dengan manipulatif.

Pelajar berbincang keputusan penyiasatan mereka.

Pelajar menulis hasil pengalaman mereka.

Pelajar belajar cara penemuan mereka.

Pelajar berfikir secara mencapah.

Pelajar menyelesaikan masalah yang terbuka.

Keberkesanan Strategi Pengajaran Matematik Melalui Pendekatan

Kontruktivisme

Pelajar berpeluang mengemukakan pandangan mereka terhadap suatu

konsep.

Pelajar dapat berkongsi persepsi/ pandangan/ ide antara satu dengan

yang lain.

Pelajar dapat menerima serta menghormati semua pandangan dari pada

51

Page 52: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

rekan-rekan mereka.

Semua pandangan bisa diterima dan tidak dipandang rendah.

Pelajar dapat mengaplikasi ide baru dalam konteks yang berbeda untuk

mengukuhkan kepahaman tersebut.

Pelajar dapat merenung dan mengimbas kembali proses pembelajaran

yang telah dilalui.

Pelajar dapat menghubung kaitkan ide yang asal dengan ide yang baru

dibinanya.

Pelajar dapat mengemukakan hpotesis dari pada taktifi yang dilaluinya

tetapi bukan guru yang menerangkan teori.

Pelajar dapat berinteraksi dengan pelajar lain dan guru

Memupuk kerja sama antar individu dan kumpulan melalaui aktifiti

koperatif

Pengajaran berpusatkan pada pelajaran

Guru akan dapat meningkatkan kemahiran berfikir di kalangan

pelajarnya

Guru menjadi lebih prihatin terhadap keperluan , kebolehan serta minat

pelajar.

E. Kesimpulan

Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang

berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk

memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat

menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep

atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan

menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat

ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagi pengajar akan berkurangan di

mana guru lebih bertindak sebagai pemudahcara atau fasilitator.

Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa

pandangan baru tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi

ilmu tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahir daripada gabungan

pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan murid

menciptakan penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan

hippotesis-hipotesis dan ide-ide baru. Pandangan ini bertolak daripada teori

pembelajaran daripada Behaviorisme kepada Kognitivisme dan seterusnya

Konstruktivisme.

II. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

52

Page 53: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

A. Latar belakang

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa

anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan

lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan

memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal

dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

panjang

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari

guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas

(siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa

kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan

kontekstual.

B. Pemikiran tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan

pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar

4. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi

pengetahuan di benak mereka.

5. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna

dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

6. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu

terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang

sesuatu persoalan.

7. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau

proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat

53

Page 54: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

diterapkan.

8. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi

baru.

9. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

10. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak

itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan

dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar

9. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

10. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang

terbatas (sedikit demi sedikit)

11. Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

1. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang

tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar

dengan cepat hal-hal baru.

2. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu

yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat

penting.

3. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang

baru dan yang sudah diketahui.

4. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi

kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide

mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi

mereka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

4. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting

bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

5. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan

pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan

dibandingkan hasilnya.

6. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses

penilaian yang benar.

7. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu

penting.

54

Page 55: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat

belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian

sebenarnya (Authentic Assessment).

D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

5. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan

memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang

dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)

sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara

fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks

ke permasalahan/ konteks lainnya.

6. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong

pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan

Tradisional

Kontekstual

1. Menyandarkan pada pemahaman makna.

2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.

3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang

disimulasikan.

5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa.

6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali,

55

Page 56: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan

masalah (melalui kerja kelompok).

8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat

subyektif.

11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal

tersebut merugikan.

12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.

14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Tradisional

1. Menyandarkan pada hapalan

2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.

3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada

realitas kehidupan.

5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya

diperlukan.

6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk

mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan

(kerja individual).

8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.

9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.

11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan

hukuman.

12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.

13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

14. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk

tes/ujian/ulangan.

F. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,

bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,

langkahnya sebagai berikut ini.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

56

Page 57: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya:

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik

kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

Ciptakan masyarakat belajar.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

Lakukan refleksi di akhir pertemuan

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru

berdasar pada pengetahuan awal.

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan

menerima pengetahuan

2. Inquiry

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.

Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. Questioning (Bertanya)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai

kemampuan berpikir siswa.

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang

berbasis inquiry

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.

Tukar pengalaman.

Berbagi ide

5. Modeling (Pemodelan)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan

belajar.

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Reflection ( Refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.

Mencatat apa yang telah dipelajari.

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

Penilaian produk (kinerja).

57

Page 58: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Kerjasama

Saling menunjang

Menyenangkan, tidak membosankan

Belajar dengan bergairah

Pembelajaran terintegrasi

Menggunakan berbagai sumber

Siswa aktif

Sharing dengan teman

Siswa kritis guru kreatif

Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,

gambar, artikel, humor dan lain-lain

Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

III. PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUN LEARNING)

A. Latar Belakang Pembelajaran Kuantum

Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi De Porter.

Pada tahap awal perkembangannya, pebelajaran kuantum dimaksudkan untuk

membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di

rumah. Tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk

mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah. Bahwa sebenarnya

pembelajaran kuantum merupakan falsafah dan metodelogi pembelajaran

yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di

sekolah.

B. Dasar Teori Pembelajaran Kuantum

Pandangan-pandangan teori sugestologi atau pembelajaran akseleratif

lazanov, teori kecerdasan garda Gardna, teori pemrograman neurolinguistik

(NLP), (NLP) Grinder dan Bandler dan pembelajaran eksperensial (berdasarkan

pengalaman)

C. Karakterisktik Umum

Pembelajaran kuantum memiliki karakteristik umum yang dapat

memantapkan dan menguatkan sosialnya. Beberapa karakteristik umum yang

tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum sebagai berikut :

1. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan pasivistis-empiris,

“hewan-istis” dan atau natives

58

Page 59: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

2. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisik

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

3. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna

4. Pembelajaran kuantum lebih bersifat kontruktivis(tis)m bukan positivisme

empiris, behavioristis.

5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi

6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran

proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat

7. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dari isi

pembelajaran

8. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran

9. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting proses pembelajaran

10. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup dan prestasi fisikal

atau material

11. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,

bukan keseragaman dan ketertiban

12. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran

dalam proses pembelajaran

D. Prinsip Utama Proses Pembelajaran Quantum

Ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran

kuantum

a. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi :

Bawalah dunia mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia kita (Pengajar) dan

Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ked lam Dunia Mereka (Pembelajar)

b. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran

merupakan permainan orkestra simfoni.

Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :

☼ Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara

☼ Ketahuilah bahwa Segalanya Bertujuan

☼ Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan

☼ Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran

☼ Sadarilah bahwa sesuatu yang layak Dipelajari layak pula Dirayakan

59

Page 60: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

c. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran

harus berdampak bagi terbentuknya keungulan. Delapan kunci

keunggulan sebagai berikut:

☼ Berbicaralah dengan baik

☼ Terapkanlah hidup dalam integritas

☼ Tegaskanlah komitmen

☼ Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan

☼ Tetaplah lentur

☼ Jadilah pemilik

☼ Pertahankanlah kesimbangan

E. TANDUR Sebagai Kerangka Perencanaan Pembelajaran Model

Kuantum

TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan

Kerangka Perancangan Pembelajaran Kuantum TANDUR adalah sebagai

berikut :

1) Tumbuhkan : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan

keingintahuan mereka. Buatkanlah mereka tertarik atau penasaran

tentang materi yang akan kita ajarkan

2) Alami : berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan

“kebutuhan untuk mengetahui”

3) Namai : berikan “data” tepat saat minat memuncak

mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran

4) Demonstrasikan : berikan kesempatan bagi mereka

untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka

menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi

5) Ulangi : rekatkan gambaran kesuluruhan

6) Rayakan : ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

F. Beberapa Contoh Teknik Model Pembelajaran Kuantum

a. Peta Konsep Sebagai Teknik Belajar Efektif

Langkah-langkah teknis penggunaan peta konsep menurut Rose dan

Nicholl (2003), De Porter dan Hernacki (2002) adalah sebagai berikut :

1. Mulai dengan topik di tengah halaman

2. Buatlah cabang-cabangnya

3. Gunakan kata-kata kunci

4. Tambahkanlah simbol-simbol dari ilustrasi-iustrasi untuk mendapatkan

ingatan yang lebih baik

5. Gunakanlah huruf-huruf KAPITAL

60

Page 61: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

6. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang besar

7. Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik bagi anda

8. Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal / miring

9. Bersikap kreatif dan berani

10. Buatlah peta konsep secara horisontal, agar dapat memperbesar ruang

bagi gagasan anda

b. Cara Membelajarkan Peta Konsep Secara Klaasikal

1. Guru melakukan apersepsi dengna pertanyaan pada materi

Hidrosfer

2. Sajikan gambar / CD

3. Gunakan pertanyaan tentang dimensi-dimensi atau cakupan

materi dari sumber daya air

4. Sambil bertanya guru mencoba mentransfer jawaban siswa dalam

bentuk peta konsep

5. Perbaiki peta konsep yang belum terstruktur menjadi terstruktur

6. Setelah gambar peta konsep jadi di papan tulis, guru meminta

siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok

7. Guru membagio siswa menjadi beberapa kelompok dan seterusnya

c. Teknik Memori

Teknik memori adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak

yang sesuai dengan cara kerja otak

1. Melatih imajinasi

2. Teknik rantaian kata

3. Teknik pkesetan kata

d. Sistem Pasak Lokasi

e. Teknik Akrostik (Jembatan Keledai)

Teknik akrostikk adalah teknik menghafal dengan cara mengambil

huruf depan dari materi yang ingin diingat kemudian digabungkan

sehingga menjadi singkatan atau kata atau kalimat yang lucu. Contoh

: Mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu)

IV. PEMBELAJARAN CURAH PENDAPAT (BRAIN STORMING LEARNING)

A. Metode Brainstorming (curah Pendapat)

Metode Brainstorming, atau curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung dilengkapi, dikurangi atau tidak disepakati) oleh peserta lain pada penggunaan metode curah pendapat, pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.

Tujuan Curah pendapat (Brainstorming) adalah untuk membuat kompilasi

61

Page 62: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

(Kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda hasilnya.

B. Aturan dalam brainstorming :

11. Jangan mengkritik atau menghakimi ide orang lain 12. Biarkan ide / pendapat dilontarkan secara bebas, ide-ide yang

seolah-olah liar atau gila harus ditampung atau disambut dengan baik 13. Semakin banyak ide, semakin baik 14. Gabungkan dan kembangkan ide-ide dari orang lain

Peran Guru dalam Pembelajaran Curah Pendapat

12. Memberikan pernyataan kepada siswa untuk menghimpun informasi  pengalamannya kepada siswa-siswa lain

13. Membimbing peserta untuk dapat mengidentifikasi seluruh pendapatnya dengan baik.

14. Mendukung belajar siswa

Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar, diantaranya adalah :

5. Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang disebut dengan factor individual. Yang termaksuk factor ini diantaranya adalah : Kematangan atau pertumbuhan . Faktor kecerdasan, factor latihan dan factor pribadi.

6. Faktor yang ada diluar individu adalah factor social. Yang termasuk factor ini adalah : factor keluarga, keadaan rumah tangga, factor guru dan cara mengajarnya, factor alat-alat yang digunakan sebagai media pembelajaran dalam mengajar, factor lingkungan dan kesempatan yang tersedia

Proses pendidikan yang berkualitas akan membuahkan hasil yang baik dan bermutu, sehingga kualitas pendidikan perlu diusahakan secara maksimal dengan berbagai metode pengajaran yang sebaik mungkin. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa bila seseorang dapat memahami materi pembelajaran lebih cepat maka akan dapat meningkatkan proses belajarnya, begitu pula sebaliknya, jika pemahaman terhadap materi pembelajaran rendah, maka hasil belajarpun akan menjadi rendah. Dengan demikian pemahaman terhadap materi pembelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

C. Hasil Belajar

Ahmadi (1988) berpendapat bahwa prestasi atau hasil belajar adalah hasil usaha yang dicapai  dalam suatu usaha, dalam hal ini adalah usaha belajar, dan perwujudan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada nilai yang diperoleh siswa setiap selese mengikuti test.

Winkel (1984) menyebutkan bahwa berdasarkan jawaban-jawaban murid terhadap pertanyaan atau persoalan yang diajukan dalam test hasil belajar itu, guru biasanya memberikan nilai, nilai itu menyatakan taraf prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Dalam proses belajar pada umumnya agar siswa memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu memperhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar tersebut. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi prestasi adalah (Ahmadi, 1988):

8. Faktor internal yaitu factor yang timbul dari dalam anak itu sendiri yang sifatnya :

9. Psikologis seperti intelegensia, kemauan, minat, sikap dan perhatian 10. Faktor eksternal yaitu keadaan lelah (aktivitas kurang), cacat

badan kurang pendengaran, mengalami gangguan penglihatan dan

62

Page 63: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

lain-lain. a. Faktor eksternal yaitu factor yang timbul dari luar diri anak,

seperti yang berasal dari : b. Lingkungan sekolah yang meliputi interaksi guru dan murid,

cara penyajian bahan pelajaran, kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, pelaksanaan disiplin metode mengajar dan tugas pokok.

c. Lingkungan keluarga meliputi cara mendidik anak, suasana keluarga, pegertian orang tua, keadaan social ekonomi, latar belakang kebudayaan.

d. Lingkungan masyarakat meliputi mas media, teman bergaul, kegiatan lain, cara hidup di lingkungan.

V. ACCELERATED LEARNING

A. Pengertian Accelerated Learning

Accelerated artinya dipercepat dan learning artinya pembelajaran. Jadi,

the accelerated learning artinya pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar

dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara

cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier,

menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan

pendekatan somatic, auditory, visual dan intellectual (SAVI). Somatic

dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak

dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and bearing (belajar dengan

berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and

picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual

maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan

pemecahan masalah dan melakukan refleksi).

a. Metode Pendekatan SAVI

1. Somatic ( Somatis )

Somatis berarti bangkit dari tempat duduk anda dan bertindak aktif

secara fisik selama proses belajar. Terlalu lama duduk di depan

computer sama akibatnya dengan terlalu lama duduk di depan guru /

dosen – ysitu menumpulkan otak. Berdiri dan bergerak kasana –

kemari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan, oleh karena itu,

mendatangkan energi segar ke dalam otak.

Contoh gagasan – gagasan belajar somatis :

1. Mendapatkan kembali printout (hasil informasi computer)

2. Perburuan

3. Menciptakan pictogram

4. Menciptakan bantuan kerja

5. Kartu pertanyaan

6. Manipulatif

63

Page 64: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

7. Papan permainan

8. Memerankan

9. Pemberi kekuatan Fisik

10. Tinjauan walkman

11. Wawancara pribadi

12. Pengamatan pribadi

2. Auditory ( Auditori )

Pembelajar auditori adalah belajar paling baik jika mereka mendengar

dan mengucapkan kata – kata. Program pelatihan berdasarkan

computer yang paling mahal tidak akan ada manfaatnya jika tidak

dapat mengajak pembelajar mendengarkan dan berbicara serta

berfikir selam proses belajar.

Contoh – contoh auditori : 1. Pengenalan audio, 2. Dialog pembelajar,

3. Parafrase auditori, 4. membaca keras – keras, 5. Kaset Tanya /

jawab, 6. Wawancara, 7. Pengingat auditori, 8. berpikir dengan

lantang.

3. Visual

Ketajaman penglihatan setiap orng kuat, ini disebabkan oleh pikiran

manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata.

Citra, karena konkret, mudah untuk diingat. Kata, karena abstrak,

jauh lebih sulit untuk disimpan. Dengan membuat yang visual paling

tidk sejajar dengan yang verbal, anda dapat membantu pembelajar

untuk belajar lebih cepat dan lebih baik. Contoh gagasan – gagasan

visual : 1. Bahas gambar, 2. Grafik, 3. Cerita, 4. Video, 5. Pengamatan

dunia nyata, 6. Kreasi pictogram, 7. Kreasi model.

4. Intellectual ( Intelektual )

Belajar bukanlah menyimpan informasi, melainkan menciptakan

makna, pengetahuan, dan nilai yang dapat dipraktekkan oleh pikiran

pembelajar. Menciptakan pengetahuan, dan bukan menyimpan

informasi, seharusnya merupakan salah satu tujuan utama semua

program belajar. Contoh gagasan – gagasan pengembangan

intelektual : 1. Perolehan informasi, 2. Pemecahan masalah, 3.

Pembuatan model, 4. Penyusuanan tes, 5. Citraan mental, 6.

Penyusunan pertanyaan.

64

Page 65: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

Beberapa asumsi pokok yang dibutuhkan orang untuk mengoptimalkan

pembelajaran mereka adalah pertama, lingkungan belajar yang positif. Orang

dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi, dan sosial yang

positif, yaitu lingkungan yang tenang sekaligus menggugah semangat.

Adanya rasa keutuhan, keamanan, minat, dan kegembiraan sangat penting

untuk mengoptimalkan pembelajaran manusia. Kedua, keterlibatan pebelajar.

Orang dapat belajar paling baik jika dia terlibat secara penuh dan aktif serta

mengambil tanggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri. Belajar

bukanlah sejenis olahraga untuk ditonton, melainkan menuntut peran serta

semua pihak. Ketiga, kerjasama diantara pebelajar.

Orang biasanya belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama.

Semua cara belajar cenderung bersifat social sementara cara belajar

tradisional menekankan persaingan di antara individu-individu yang terpisah,

Accelerated Learning menekankan kerja sama di antara pebelajar dalam suatu

komunitas belajar. Keempat, untuk semua gaya belajar. Orang dapat belajar

paling baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang

memungkinkannya untuk memanfaaatkan seluruh inderanya dan menerapkan

gaya belajar yang disukainya.

Accelerated Learning menganggapnya sebagai jamuan prasmanan

yang dipusatkan pada pebelajar dan ditujukan untuk mencapai hasil. Kelima,

belajar kontekstual. Orang dapat belajar paling baik dalam konteks. Fakta dan

keterampilan yang dipelajari secara terpisah itu sulit disertap dan cenderung

cepat menguap. Belajar yang paling baik bisa dilakukan dengan mengerjakan

pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman ke “dunia-nyata” terus

menerus, umpan balik, perenungan, evaluasi dan penyelaman kembali.

Untuk mendapatkan manfaat optimal dari penggunaan Accelerated

Learning, sangat penting untuk memahami dengan benar prinsip-prinsip yang

melandasinya. Karena Accelerated Learning tidak akan memberikan manfaat

kepada mereka yang memisahkan metode-metodenya dari fondasi

ideologisnya, yang menganggap Accelerated Learning semata-mata sebagai

“teknik” kreatif dengan mengabaikan prinsip-prinsip yang mendasari teknik

tersebut.

B. Prinsip-Prinsip Dasar Accelerated Learning

Adapun prinsip-prinsip dasar dari Accelerated Learning adalah sebagai

berikut:

1) belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.. Belajar tidak hanya

menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri”, dan verbal),

65

Page 66: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra,

dan sarafnya.

2) belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah

sesuatu yang diserap oleh pebelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan

pebelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pebelajar memadukan

pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri

yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru,

jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam system

otak/tubuh secara menyeluruh.

3) kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik

mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan

berinteraksi dengan kawan-lawan daripada yang kita pelajari dengan cara

lain mana pun. Persaingan di antara pebelajar memperlambat

pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempecepatnya. Suatu

komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa indivisu

yang belajar sendiri-sendiri.

4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.

Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu semata

linear, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang

baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan

bawah sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor,

indera, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun

juga, otak bukanlah professor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan

otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak

hal sekaligus.

5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan

balik). Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang

dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita

belajar berenang dengan berenang, cara mengelola sesuatu dengan

mengelolanya, cara bernyanyi, cara menjual dengan menjual, dan cara

memperhatikan kebutuhan konsumen dengan memperhatikan

kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru

yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak -

asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total,

mendapatkan umpan balik, merenung dan menerjunkan diri kembali.

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan

kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif

menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang

66

Page 67: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana murah tidak dapat

mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.

7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf

manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar

konkret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi

verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar

konkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan

lebih mudah diingat (Dave Meier, 2002).

Bobby DePorter menganggap accelerated learning dapat

memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan,

dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan

unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan misalnya

hiburan, permaianan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan

kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk

menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

Pembelajaran ala Accelerated adalah teknik belajar cepat ingat/bisa

banyak. Accelerated Learning yang adalah revolusi training, merupakan cara

belajar dengan cara berkreasi bukan mengkonsumsi. Metode ini

menggunakan pendekatan whole-brain learning, belajar dengan

keseimbangan dua belah otak.

Accelerated Learning sebagai salah satu teknik yang digunakan di

dalam Quantum Learning bertujuan untuk menggugah sepenuhnya

kemampuan belajar para pebelajar, membuat belajar menjadi menyenangkan

dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan sumbangan sepenuhnya pada

kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka sebagai

manusia. (Dave Meier, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Dabutan, Jelarwin. 2008 .Srategi Pembelajaran Quantum Teaching dan

Quantum Learning. Online. http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?

id=75 . Diunduh 28 Desember 2009.

Depdiknas. 2007. Pembelajaran Kontekstual. Online.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-

kontekstual/. Diunduh 28 Desember 2009.

Gasong, Dina. 2009. Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternative

Mengatasi Masalah Pembelajaran. Online.

http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/. Diunduh 28 Desember 2009.

Herdian. 2007. Model Pembelajaran Quantum. Online.

67

Page 68: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-

quantum/. Diunduh 28 Desember 2009.

Nurhasni. 2008. Accelerated Learning. Online. http://nurhasni-

blogkuyess.blogspot.com/2008/10/accelerated-learning.html. Diunduh

29 Desember 2009.

Pembelajaran-guru. 2008. Enam Keunggulan Penggunaan Pandangan

Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Online. Available at

http://pembelajaranguru.wordpers.com/2008/05/31/konstruktivisme-

6-keunggulan-penggunaan-pandangan-konstruktivisme-dalam -

pembelajaran/. Diunduh 28 Desember 2009.

Rahayu, Listiyani. 2009. Lomba Inovasi Pembelajaran. Online. Available at.

http://Listianirhy.Wordpress.Com/2009/11/30/Lomba-Inovasi-

Pembelajaran/. Diunduh 29 Desember 2009.

Saryono, Djoko. 2007 . Pembelajaran Kuantum Sebagai Model Pembelajaran

yang Menyenangkan. Online.

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/11/pembelajaran-

kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/.

Diunduh 29 Desember 2009.

Suciptoardi. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran. Online.

http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/. Diunduh 29

Desember 2009.

Sugiyanto. 2008. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Model-

model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Panitia Sertifikasi Guru (PSG)

Rayon B.

Sunaryo. 2008. Ketrampilan Dasar Mengajar. online. Available at

http://www.docstoc.com/docs/8116106/Keterampilan-Dasar-Mengajar.

Diunduh 28 Desember 2009.

MENCARI CELAH KEBIJAKAN DIANTARA PRO KONTRA UJIAN NASONAL

Persoalan pendidikan merupakan problem komplek yang tidak dapat

dikurangi dengan sebuah wahana yang sifatnya erratic atau tambal sulam.

Dalam hal ini adalah mencermati dan memperhatikan kebijakan pemerintah

tentang sistem penilaian pendidikan dengan standar kelulusan menggunakan

Ujian Nasional. Ujian nasional sebagai wahana evaluasi dalam perjalanannya

masih direspon oleh semua pihak, sebagai landasan yang kurang mendasar.

Ujian nasional oleh berbagai pihak ditengarai sebagai keputusan yang sarat

dengan keputusan politik birokratik, dibanding edukatif yang prospektif. Pihak

68

Page 69: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

yang lainnya menyatakan bahwa ujian sebagai sarana yang kuat untuk

mencermati kualitas pendidikan di tanah air.

Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan peraturan No. 74 dan 75

tentang panduan ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2009-2010 SD dan

SMP/SMA/SMK, ditandatangani oleh Mendiknas Bambang Sudibyo pada

tanggal 13 Oktober 2009. Salah satu isinya menyebutkan bahwa hasil UN

digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk penentuan kelulusan

peserta didik dari program dan/ atau satuan pendidikan. Hal ini secara tegas

menimbulkan pro dan kontra terhadap pelaksanaannya melihat banyaknya

hal yang mengiringi di setiap pelaksanaannya.

UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XVI

pasal 57 ayat 2, “evaluasi dilakukan kepada peserta didik, lembaga, dan

program pendidikan pada jalur formal dan informal untuk semua jenjang,

satuan, dan jenis pendidikan”, dan pada pasal 58 ayat 1, “ evaluasi hasil

belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses

kemampuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan”, sedangkan pada pasal 1 ayat 17 dinyatakan “standar

nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di

seluruh wilayah NKRI”.

Disinilah permasalahan pendidikan di Indonesia yang memunculkan

kontra berbagai pihak terhadap pelaksanaan ujian nasional. Permasalahan

tersebut antara lain :

1. Kelulusan hanya ditentukan oleh lima materi ujian nasional, sedangkan

materi lain dan keaktifan serta intelektual lainnya tidak dinilai. Hal ini

memunculkan anggapan seolah materi lain tidak perlu padahal materi lain

tersebut merupakan faktor penting dalam menumbuhkembangkan

intelektualitas yang bermoral dalam mencapai tujuan pendidikan nasional

sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945.

2. Sesuai pasal 57 ayat 1 dan pasal 1 ayat 17 sudahkah dilakukan

pemantauan terhadap kelayakan proses pendidikan untuk mengacu

standar nasional pendidikan, hasil akhir bermuara kepada peserta didik

terutama menyangkut standar kebutuhan minimal secara komprehensif

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lembaga pendidikan

tersebut, diantaranya adalah sarana prasarana pendidikan, pendidik,

penerimaan arus informasi dan buku, lingkungan pendidikan, peran serta

masyarakat, dll.

3. Sesuai pasal 58 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 yang mengevaluasi dan

memantau peserta didik adalah pendidik, jelas kontribusi dan peran guru

69

Page 70: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dalam penentuan kelulusan sangat penting dan besar, sehingga melihat

tugas dan peran guru dalam mendidik, membina mental dan intelektual

anak didik terkesan kurang diperhatikan.

Berbagai macam bentuk pro dan kontra terhadap pelaksanaan Ujian

Nasional tentunya tidak akan selesai jika kondisi sistem pendidikan tidak

segera diperbaiki. Untuk itu, Pemerintah dapat melakukan langkah-langkah

untuk merumuskan ulang kebijakan nasional yang utuh tentang sistem

penilaian pendidikan. Diantara langkah-langkah yang dapat dilakukan

pemerintah adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan

bahwa salah satu hak guru dan dosen memiliki kebebasan dalam

memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, jelas dalam UU ini

yang memberikan penilaian objektif terhadap penilaian anak didik adalah

guru, sedangkan dengan adanya UN peran guru seakan tidak ada. Jika

Ujian Nasional tetap dilaksanakan maka harus diletakkan pada peran

istimewanya, yaitu meletakkan UN sebagai ujian pertama yang ditujukan

sebagai mapping (pemetaan). Setelah itu hasil pemetaan digunakan

sebagai salah satu pertimbangan guru dalam menentukan kelulusan siswa

serta untuk perbaikan dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

2. Memperbaiki infrastruktur pendidikan, seperti perbaikan proses

pembelajaran, meningkatkan kualitas pendidik dengan memberikan

pelatihan-pelatihan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan secara

komprehensif di setiap satuan pendidikan. Karena danya ketimpangan

fasilitas pendidikan menjadikan pendidikan di Indonesia tidak pantas

distandarisasi secara nasional.

3. Melakukan perubahan pada kerangka pendidikan nasional yang bermutu

secara menyeluruh dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu

peserta didik.

4. Menganalisa kembali bentuk-bentuk laporan pendidikan seperti rapor,

sistem peringkat, sistem pemberian skor atau nilai(ranking). Sebagai

contoh, di Malaysia menggunakan nilai 1-9 untuk menunjukkan tingkat

pencapaian kompetensi siswa. Nilai 1-3 adalah nilai yang tertinggi, sedang

nilai 9 adalah gagal untuk mata pelajaran yang bersangkutan. Juga apakah

masih perlu menggunakan sistem pemberian skor kuantitatif ataukah

kualitatif. Rapor yang bagaimana yang sebaiknya agar guru juga tidak

mengalami kesulitan dalam membuat laporan pendidikan kepada orng tua

siswa.

70

Page 71: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

5. Pemerintah membentuk Tim Perumusan Kebijakan Nasional tentang

Penilaian Pendidikan. Tim ini dibentuk oleh Depdiknas dan BSNP menjadi

leading sector-nya. Anggotanya berasal dari elemen masyarakat

pendidikan, termasuk juga DPR Komisi Pendidikan, para pakar pendidikan,

organisasi profesi independen seperti dari PGRI, ISPI, LSM pendidikan, dsb.

Sesuai jangka waktu yang ditentukan, tim tersebut akan melakukan

evaluasi dan kajian terhadap semua kebijakan yang terkait penilaian di

negeri ini, melakukan studi banding ke negara lain untuk mencari model

yang sesuai di Indonesia, kemudian merumuskannya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta melaporkan hasil

kerjanya pada pemerintah. Hasil dari kegiatan kajian tersebut akan

menghasilkan butir-butir rekomendasi yang harus dilaksanakan

pemerintah.

Masih banyak hal lain yang dapat dilakukan pemerintah untuk dapat

memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Namun setidaknya dengan

melaksanakan hal-hal diatas sudah cukup untuk menjawab permasalahan-

permasalahan tentang Ujian Nasional. Hingga saat ini tidak nampak tindak

lanjut dari Ujian Nasional yang dilakukan, misalnya ketika didaerah tertentu

nilai ujiannya jelek/hancur tidak selalu diikuti analisis yang komprehensif,

yang kemudian dilakukan tindakan nyata seperti perbaikan proses

pembelajarn, pelatihan guru atau perbaikan sarana prasarana. Munculnya

ketidakberesan dalam UN, seperti pencurian naskah, pembocoran,

pengawasan yang lunak, bahkan guru yang memberikan jawaban kepada

siswa tidak boleh ditangarai sebagai bentuk pelanggaran, namun juga harus

diapresiasi sebagai bentuk pambangkangan. Oleh karena itu, Un harus

dikembalikan ke jati dirinya, bukan semata merupakan terobosan untuk

kepentingan pragmatis birokrasi, namun kearah yang lebih strategis dan

prediktif.

Kebijakan seharusnya dipandang sebagai kesepakatan publik yang

diformulasikan dari hasil pemikiran dan kerja bersama dengan para pemangku

kepentingan. Sebuah kebijakan seharusnya bukan hanya lahir dari pendapat

seseorang , juga bukan dari pendapat seorang pemimpin yang berkuasa.

Pemimpin kuasa adalah pemegang amanat rakyat yang dipimpinnya.

Pendapat pemimpin yang cerdas boleh jadi akan mewarnai kebijakan yang

akan diambilnya, tetapi harus berjalan dengan kepentingan rakyat. Itulah

sebabnya peraturan pemerintah perlu disosialisasikan kepada masyarakat

dalam kegiatan uji publik. Kebijakan lahir dari, oleh, dan untuk rakyat. Sama

71

Page 72: KOMPILASI TEORI BELAJAR

c-puspa’s document

dengan kekuasaan lahir dari, oleh, dan untuk rakyat. Itulah makna dan hakikat

demokrasi yang sebenarnya.

SUMBER ACUAN

Abduzen, Mohammad.2006. Ujian Nasional dan Politik Pendidikan. Online. http://perpustakaan.bappenas.go.id

Sudrajad, Akhmad. 2009. Aneka Berita Seputar Pro Kontra Ujian Nasional. Available at http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11. [accessed 12/28/09].

http://www.teoripembelajaran.blogspot.com/2008/pro-kontra-ujian-nasional/

72