Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

21

Transcript of Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Page 1: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Page 2: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{25

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nurainiah

Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah

ABSTRAK

Guru Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu tenaga pendidikan di sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan profesional, karena mendidik adalah tugas utama yang diemban kepadanya. Posisi guru di sekolah sebagai tenaga pendidik dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembankan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, dan penelitian serta melakukan pengabdian masyarakat. Apabila guru memiliki kompetensi profesional, maka dengan mudah guru tersebut dapat menjadikan atau melahir anak didik yang bermutu dan berdaya guna, karena melalui kompetensi ini para anak didik akan memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru yang memiliki kompetensi ini. Salah satu ciri-ciri yang profesional adalah guru tersebut dapat menguasai bahan atau materi yang akan diajarkan kepada anak didik. Key Word: Kompetensi, profesional, guru, pendidikan agama Islam

A. Pendahuluan

Misi pendidikan yang mempunyai kaitan dengan kompetensi guru

adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

kualitas manusia. Pengembangan kompetensi dan kualitas guru merupakan

suatu keharusan agar guru mampu mempersiapkan generasi muda dalam

menghadapi masa depannya.

Page 3: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

26}

Proses peningkatan kompetensi sebagai hasil belajar berlangsung

dalam berbagai tingkatan pendidikan. Kemampuan profesional adalah

suatu bagian dari kompetensi guru, di mana guru dituntut agar mempunyai

wawasan yang luas dalam bidangnya agar ia mampu berinovasi untuk

memperbaiki pembelajaran. Kompetensi profesional ini dicapai melalui

penelaahan yang relevan dan studi-studi yang luas serta mendalam dalam

bidang ilmu keahlian guru.1 Oleh karena itu, salah satu upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan adanya tenaga-tenaga pengajar

yang mempunyai kompetensi profesional. Karena kompetensi guru

berpengaruh langsung terhadap hasil belajar subjek didik. Begitu juga

dengan pendidikan agama yang diberikan oleh guru yang memiliki

kompetensi profesional baik akan memberi pengaruh besar terhadap

pemahaman ajaran agama subjek didik.

B. Pembahasan

1. Pengertian Kompetensi Profesional

Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau

kecakapan.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti

kewenangan/kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).3

Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang

lebih relevan dengan pembahasan ini adalah proficiency and ability yang

memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Kompetensi merupakan

perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

____________

1Jamal Ma`mur Asmani, 7 Kompetisi Guru Menyenangkan dan Profesional, (Yogyakarta:

Power Books, 2009), hal. 7.

2Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), hal. 229. 3Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002), hal. 584.

Page 4: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{27

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.4 Menurut Gordon

sebagaimana yang dikutip E. Mulyasa menjelaskan beberapa aspek atau

ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

a. Pengetahuan (Knowledge); kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.

b. Pemahaman (Understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

c. Kemampuan (Skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memiliki dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

d. Nilai (Value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan lain-lain).

e. Sikap (Attitude); yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah.

f. Minat (Interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.5

Sedangkan tujuan kompetensi guru menurut Sardiman, di antaranya

yaitu:

a. Guru memiliki kemampuan pribadi, maksudnya guru diharapkan mempunyai pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola PBM dengan baik.

b. Agar guru menjadi inovator, yaitu tenaga kependidikan yang mampu komitmen terhadap upaya perubahan dan informasi ke arah yang lebih baik.

____________

4E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 37. 5Ibid, hal. 39.

Page 5: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

28}

c. Guru mampu menjadi developer, yaitu guru mempunyai visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.6

Untuk mengerti hakikat profesional, ada beberapa kata kunci yang

disimak yaitu profesi, profesionalisme dan profesional. Profesi adalah suatu

jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya.

Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang

yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk

melakukan pekerjaan itu.7

Menurut Ahmad Tafsir profesionalisme adalah paham yang

mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang

profesional. Orang yang profesional adalah orang memiliki profesi.8

Profesional menunjuk pada dua hal, pertama orang yang menyandang suatu

profesi, kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang

sesuai dengan profesinya.9 Kompetensi profesional merupakan kompetensi

yang berkaitan langsung dengan keterampilan mengajar, penguasaan

terhadap materi pelajaran dan penguasaan penggunaan metodologi

pengajaran serta termasuk di dalam kemampuan menyelenggarakan

____________

6Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru,

(Jakarta: Rajawali Pers, 1988), hal. 133. Kompetensi profesional juga diartikan sebagai penguasaan

materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Lihat juga dalam Jamal

Ma`mur Asmani, 7 Kompetensi guru..., hal. 158-159.

7Mungin Eddy Wibowo, Paradigma Bimbingan dan Konseling, (Semarang: DEPDIKNAS,

2001), hal. 2. Profesi guru diartikan sebagai soft profession, yaitu suatu profesi yang memerlukan kadar

seni dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Profesionalisme adalah jabatan atau pekerjaan yang

dilandasi kompetensi di bidangnya, berupa pengetahuan, keterampilan dan keahlian khusus, sebagai

kualitas tindak tanduk yang mencerminkan tenaga profesional. Lihat juga dalam, Zamroni, Paradigma

Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf, 2001), hal. 61. 8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1992), hal. 107. 9Mungin Eddy Wibowo, Paradigma..., hal. 2.

Page 6: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{29

administrasi sekolah, inilah keahlian khusus yang harus dimiliki oleh guru

yang profesional yang telah menempuh pendidikan khusus keguruan.

Menurut Jarvis seperti yang dikutip oleh Syaiful Sagala profesional

dapat diartikan bahwa seseorang yang melakukan suatu tugas profesi juga

sebagai ahli (exspert) apabila dia secara spesifik dari belajar.10 Guru yang

mempunyai kompetensi profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam

tentang apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkan secara efektif

serta efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap. Pada

umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional.

Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki

seseorang. Misalnya seorang guru dikatakan profesional bila guru itu

memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung

makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.

Profesional mempunyai makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung jawab

moral dan memiliki rasa kesejawatan. Sebagai pendidik profesional, guru

bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tapi juga

harus memiliki pengetahuan profesional.

Kompetensi seorang guru sangat menentukan kelangsungan proses

belajar mengajar, karena dengan mempunyai kompetensi profesional guru

dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan pendidikan secara material,

dan kompetensi ini dapat dijadikan sebagai hal utama dan pertama bagi

individu khususnya guru dalam melaksanakan pendidikan. Wahjosumidjo

mengemukakan bahwa:

“Keberhasilan seseorang dalam mendidik merupakan prestasi atau sumbangan yang amat berharga, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Mutu pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan Islam ditentukan oleh faktor profesionalitas, sifat dan keterampilan,

____________

10Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Al Fabeta, t.t.), hal. 198.

Page 7: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

30}

perilaku guru dalam mengajar serta mendidik anak muridnya. Menurutnya, agar fungsi guru sekolah berhasil dalam memberdayakan segala sumber daya lembaga pendidikan Islam untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi diperlukan seorang guru yang memiliki kemampuan profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan”.11 Guru yang tidak mempunyai kompetensi profesional akan memberi

pengaruh besar terhadap produk pendidikan. Karena itu, dapat dikatakan

bahwa kualitas alumni suatu institusi akan menunjukkan kompetensi

pendidikan guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah tersebut.

Dedi Supriadi mengutip dari jurnal manajemen pendidikan,

Educational Leadership menyatakan bahwa:

“Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki lima hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari cara pengamatan dalam prilaku siswa sampai tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. Kelima, guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi lainnya.”12

Strategisnya peran guru dalam usaha meningkatkan mutu

pendidikan dapat dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan

sebagai asumsi programatik pendidikan guru. Programatik pendidikan guru

____________

11Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 6.

12Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,

2002), hal. 98.

Page 8: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{31

merupakan asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai pedoman dalam

mengembangkan program pendidikan guru. Menurut Imron asumsi tentang

guru adalah:

(1) Agen perubahan, (2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar, (3) bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik, (4) dituntut menjadi contoh subjek didik, (5) bertanggung jawab secara profesional meningkatkan kemampuannya, dan (6) menjunjung tinggi kode etik profesionalnya.13 Berdasarkan uraian di atas, baik secara teoritis maupun empiris

diperoleh gambaran permasalahan yang berkaitan dengan profesionalisme

guru. Berbagai masalah yang diutarakan memang belum menggambarkan

secara keseluruhan berkenaan dengan profesionalisme guru. Hal ini

disebabkan karena kompleksnya persoalan guru di luar administrasi dan

manajemen pengembangan profesionalismenya. Padahal persoalan guru

bukan hanya dalam konteks administrasi dan manajemen saja, tetapi berada

dalam spektrum yang luas yang melibatkan berbagai macam aspek-aspek

lainnya.

Realitas yang penulis utarakan di atas secara umum terjadi di

Indonesia. Adapun yang menjadi hambatan bagi guru dalam melaksanakan

tugas pokoknya, yaitu dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas, jika ingin membangun pendidikan

menjadi pendidikan yang berkualitas, hal penting yang harus diperhatikan

adalah peningkatan kompetensi profesional guru. Pendidikan yang bermutu

merupakan wahana untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

dibutuhkan dalam pembangunan pendidikan.

Profesional guru di era globalisasi ini adalah sebuah keniscayaan

sejarah yang tidak bisa dihindari. Siapa yang tidak profesional, dia akan

tersisih di era kompetisi terbuka sehingga yang tampil sebagai pemenang

____________

13Ali Imron, Pembinaan Guru Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal. 4.

Page 9: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

32}

adalah kalangan profesional. Oleh sebab itu guru harus menjadi sosok

profesional karena dengan profesionalisme, cita-cita besar membangun

pendidikan yang modern, religius, dan kosmopolit akan tercapai. Wacana

tentang profesional guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang

publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia.

Kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya. Kemudian istilah profesional yang

berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda

berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru, dokter, hakim, dan

sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah

pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan untuk bidang tertentu dan bukan pekerjaan yang dilakukan

oleh banyak orang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

Dari pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa suatu sifat

yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan

umum. Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena

suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam

melaksanakan profesinya.

Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, kompetensi guru

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Orang yang terdidik

dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di

bidangnya adalah orang yang memahami tugas dan fungsinya. Terdidik

dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus

menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan belajar mengajar

serta menguasai landasan-landasan kependidikan.

Page 10: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{33

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama mempunyai peran penting untuk mengantarkan

generasi penerus agar ia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pendidikan agama dianggap penting karena melalui pendidikan agama,

seorang anak didik bukan hanya dibelajarkan persoalan-persoalan ibadah,

tetapi juga dibelajarkan nilai-nilai dan moral kebenaran yang berdasarkan

ketuhanan.

Pendidikan agama anak merupakan kewajiban bersama baik orang

tua, guru, serta masyarakat di mana pun berada. Pelaksanaan pendidikan di

rumah tangga, sekolah, serta lingkungan sosial tidak hanya secara teoritis,

tetapi juga dalam aspek praktis perlu mendapatkan perhatian yang serius.

Hal ini dianggap perlu karena secara umum pendidikan agama di sekolah

lebih menekankan pada aspek-aspek teori semata tanpa diimbangi dengan

bimbingan dan pengarahan yang mencukupi dan mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Realitas menunjukkan jam pelajaran pendidikan agama di sekolah

sangat sedikit dan pembelajarannya lebih ditekankan pada aspek teori.

Sedangkan moral dan akhlak anak harus dibina melalui pendidikan agama.

Oleh karena itu guru pendidikan agama di sekolah harus memiliki

kompetensi profesional dan pedagogis yang baik sehingga dapat berperan

ganda yang tidak hanya sebagai pihak yang mentransfer pengetahuan

agama kepada anak didik, akan tetapi dituntut lebih membina dalam

mempersiapkan generasi muda untuk menjadi manusia yang berakhlak

mulia dan taat pada ajaran agama.

Dari kenyataan yang ada, tidak semua guru agama memiliki

kompetensi profesional yang baik yang membuat mereka tidak mampu

membina murid secara baik. Guru menganggap bahwa mereka hanya

bertugas menyampaikan materi pelajaran secara teoritis semata, padahal

Page 11: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

34}

setiap guru agama juga bertanggung jawab untuk membina anak didik

dalam memahami nilai-nilai dan moral agama. Dengan kata lain, guru

pendidikan agama mempunyai tanggung jawab sebagai pengajar,

pembimbing, pendidik sekaligus sebagai pendakwah untuk kebenaran.

Guru merupakan salah satu unsur kekuatan penentu dalam bidang

operasional pendidikan ketersediaan guru tidak hanya dinilai dari aspek

kuantitatif, namun juga guru harus bermutu dan mempunyai kompetensi

sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Untuk ini, dalam usaha

peningkatan kualitas pendidik perlu adanya peningkatan kompetensi

setiap pendidik. Karena guru yang memiliki kompetensi yang cukup adalah

guru yang ideal.

Hal tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Roestiyah: “Mengetahui bagaimana guru yang baik dapat dilihat dengan

kemampuannya dalam memberikan mata pelajaran yang diasuhnya.

Apabila pelajaran tersebut dapat diterima oleh anak didik dengan hasil yang

baik, maka guru tersebut dapat mengajar dengan baik”.14

Dengan demikian, untuk menghasilkan anak didik yang kompeten

diharapkan kepada para guru terlebih dahulu meningkatkan

kompetensinya, khususnya kompetensi profesional. Karena dengan

kompetensi ini guru benar-benar dapat menjadikan anak didik memahami

dan mengerti akan isi materi yang disajikan. Apabila hal ini dimiliki guru,

maka bukan hanya anak didik yang dapat berhasil guna tetapi mutu

pendidikan pun akan berdaya guna.

3. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

____________

14Ny. Roestiyah NK, Kompetensi Mengajar Guru, (Jakarta: Gramedia, 1979), hal. 7.

Page 12: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{35

Seorang yang profesional adalah orang yang pakar dengan

kemampuan yang tinggi dalam batasan bidangnya. Demikian juga dengan

guru bidang studi agama, mereka merupakan salah satu pekerja profesional.

Pekerjaan profesional sebagai pendidik pada dasarnya bertitik tolak dari

adanya panggilan jiwa, tanggung jawab moral, tanggung jawab sosial, dan

tanggung jawab keilmuan. Seorang pendidik, terkadang lebih

mengutamakan panggilan dan tanggung jawab ini daripada gaji/ upah

yang ia terima. Akan tetapi, sebenarnya ia berhak untuk mendapatkan

penghidupan dan penghargaan yang layak dan tinggi sesuai dengan

profesionalitas yang ditunjukkannya dalam bekerja sebagai pendidik.

Kinerja seorang pendidik atau guru bidang studi agama Islam

merupakan suatu prilaku atau respons yang memberikan hasil serta

mengacu pada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas.

Kinerja guru agama menyangkut semua aktivitas atau tingkah laku yang

dikerjakan oleh seorang pendidik agama Islam dalam mencapai suatu

tujuan atau hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Berkaitan dengan kinerja seorang guru pendidikan agama Islam,

pada dasarnya itu lebih terarah pada prilaku seorang pendidik dalam

pekerjaannya dan efektivitas pendidik dalam menjelaskan kinerja yang

dapat memberikan pengaruh kepada para siswa yang lebih Islami. Hal ini

tampak dari prilaku pendidik dalam proses pembelajaran serta interaksi

antara pendidik dengan yang lainnya.

Seorang pendidik atau guru agama Islam yang profesional adalah

pendidik yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

kependidikan keagamaan, sehingga ia mampu untuk melakukan tugas,

Page 13: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

36}

peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan yang

maksimal.15

Guru agama harus peka dan tanggap terhadap perubahan-

perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus

berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman.

Guru agama yang profesional hendaknya harus mampu mengantisipasi hal-

hal tersebut sehingga apa yang disampaikan kepada siswa selalu berkenan

di hati siswa.

Proses pembelajaran di sekolah yang efektif harus dilakukan melalui

profesionalisasi pendidik. Harus diakui bahwa kondisi sekolah masih

memiliki sejumlah persoalan dalam menempatkan pendidik-pendidik

secara profesional sesuai dengan disiplin keilmuannya.

Keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan

agama Islam tergantung pada penguasaan terhadap kompetensi-kompetensi

tersebut. Jika guru dapat mengelola kelas dengan baik peserta didik akan

belajar dengan baik, akhlak yang mulia, akan menambah motivasi belajar

peserta didik. Dengan demikian seterusnya keberhasilan proses pengajaran

pendidikan agama Islam tergantung pada kemampuan penguasaan

kompetensi guru pendidikan agama Islam dan sebaliknya. Dalam

____________

15Guru agama sebagai pendidik profesional memiliki tugas yang banyak. Tugas tersebut ada

yang terikat oleh dinas dan ada pula yang tidak terikat oleh kedinasan. Apabila dikelompokkan, ada

empat tugas pokok pendidik agama Islam, yaitu tugas dalam profesi kependidikan Islam, tugas

kemanusiaan, tugas menegakkan etika moral dan tugas dalam bidang kemasyarakatan/ sosial.

Kemudian, peran guru agama sangat rumit. Ada di antara guru yang mengajar bukan karena pilihannya.

Mereka mungkin terpaksa menjadi pendidik karena pekerjaan yang lain sulit. Ada juga yang menjadi

pendidik karena koneksi, bukan karena tertarik untuk menjadi pendidik. Orang-orang seperti ini

sebenarnya tidak terpanggil untuk menjadi pendidik. Sehingga dalam melaksanakan tugas mengajar

pendidikan agama Islam, mereka melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan metode, strategi, dan

tuntutan agama itu sendiri. Mereka cenderung mendidik dengan kehendaknya sendiri. Lihat Mukhtar,

Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galizaa, 2003), hal. 86.

Page 14: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{37

menjalankan kewenangan profesionalnya, guru juga dituntut memiliki

keanekaragaman kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis.

Menurut beberapa ulama bahwa ada beberapa kemampuan dan

perilaku yang perlu dimiliki oleh guru yang sekaligus merupakan profil

guru bidang studi agama Islam yang diharapkan agar dapat menjalankan

tugas-tugas kependidikan dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut

pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesional dari guru.

Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang selalu

ditempatkan pada sisi utama. Aspek personal ini diharapkan dapat

memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta

didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena tugas

mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Dan aspek profesional

menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi

profesional sebagai seorang guru bidang studi agama Islam.16

Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ulama

tentang kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru pendidikan

agama Islam, yaitu:

a. Menurut Al Ghazali; mencakup a). Menyajikan pelajaran dengan taraf kemampuan peserta didik, b). Terhadap peserta didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak detail.

b. Menurut Abdurrahman al-Nahlawy; meliputi a). Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan mengkaji serta mengembangkannya, b). Mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan situasi belajar mengajar, c). Mampu mengelola peserta didik dengan baik, d). Memahami kondisi psikis dari peserta didik, e). Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan baru.

____________

16Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 97.

Page 15: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

38}

c. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi; mencangkup, a). Pemahaman tabiat, minat, kebiasaan, perasan dan kemampuan peserta didik, b). Penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia mengembangkannya.

d. Menurut Ibnu Taimiyah; Mencakup a). Bekerja keras dalam menyebarkan ilmu, b). Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmunya.

e. Menurut Brikan Barky Al Qurasyi; meliputi a). Penguasaan dan pendalaman atas bidang ilmunya, b). Mempunyai kemampuan mengajar, c). Pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.17

Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar

untuk melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai profesional, di

samping merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap

anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai suara dan semangat

kode etik itu. Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.

Menurut Westby Gibson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statemen

formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah

laku guru.18

Guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode

etik agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi

pedoman baginya untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntutan dan

persyaratan profesi). Setiap guru memegang keprofesionalannya sehingga

pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru, sebab kode etik guru

ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.19

____________

17Ibid, hal. 98.

18Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2000), hal. 49.

19Sardiman, Interaksi…, hal. 149.

Page 16: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{39

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi

adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri. Secara

umum tujuan mengadakan kode etik guru adalah untuk menjunjung tinggi

martabat profesi, untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para

anggotanya, untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi, untuk

meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.20 Menurut Imam

Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin bahwa kode etik dan

tugas guru sebagai berikut:

1). Kasih sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri, 2). Meneladani Rasulullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun penghargaan, 3). Hendaknya tidak memberi predikat/martabat kepada peserta didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang samar (al-ilm al-khafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas (al-ilm al-jali) 4). Hendaknya mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek, 5). Guru yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak meremehkan bidang studi lain, 6). Menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan peserta didik, 7). Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak perlu menyajikan detailnya, 8) Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan perbuatannya.21

Selanjutnya untuk melihat apakah seorang guru dikatakan

profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari

tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang

sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi

bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, dan mengelola siswa.22

____________

20Sortjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 30.

21 Muhaimin, Paradigma..., hal. 95.

22Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga

Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 30.

Page 17: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

40}

Ada 10 kemampuan dasar bagi guru profesional menurut P3G

(Proyek Pembinaan Pendidikan Guru), yaitu:

a. Menguasai bahan b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas d. Menggunakan media atau sumber e. Menguasai landasan-landasan Kependidikan f. Mengelola interaksi belajar mengajar g. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan

guna keperluan pengajaran.23 Menurut Uzer Usman, kemampuan profesional guru meliputi:

menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran,

menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan

menilai hasil dan PBM yang telah dilaksanakan.24 Jabatan guru adalah suatu

jabatan profesi. Dalam pengertian tersebut telah terkandung suatu konsep

bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan

sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru

mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Maka guru yang

dinilai kompeten secara profesional, apabila:

a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

b. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.

c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah.

d. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam PBM dan belajar dalam kelas.25

____________

23W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 37. 24Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 17. 25Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2002), hal. 38.

Page 18: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{41

Dengan berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

guru yang profesional dituntut untuk menguasai semua aspek guna

menciptakan anak didik yang bermutu dan berdaya guna. Kemudian guru

yang profesional dituntut pula untuk memiliki kepribadian yang sesuai

dengan nilai-nilai Islam, dan ini merupakan hal yang sangat penting dalam

pembinaan akhlak anak didik. Kepada seorang guru, khususnya guru

bidang studi agama Islam disyaratkan memiliki budi pekerti dan akhlak

yang baik serta mempunyai moral yang luhur, sehingga dalam gerak

tingkah lakunya selalu menjadi suri teladan bagi anak didik.

Dengan guru memiliki kepribadian tersebut, diharapkan akan lahir

generasi baru yang lebih siap untuk mengemban tugas-tugas khusus

keguruan dalam rambu-rambu pendidikan yang lebih luas. Menyadari

bahwa dalam keadaan apapun, dan di dalam saat yang bagaimanapun,

tugas utama guru selalu berada di dalam kaitan aspirasi mencerdaskan

kehidupan bangsa. Maka manusia yang guru semua sebagai guru bangsa,

berkewajiban melaksanakan tugas khusus masing-masing dalam konteks

yang jauh lebih luas dan jauh lebih fundamental.

C. Penutup

Guru adalah profesi utama karena ia adalah agen perubahan masa

depan bangsa dan dunia. Ilmu yang diajarkan, sikap yang ditunjukkan, dan

teladan yang diberikan akan menjadi sinar terang yang menembus hati

generasi muda bangsa ini. Kompetensi adalah suatu keniscayaan bagi guru.

Hal ini dimaksud kemampuan yang dimiliki guru untuk menunaikan tugas

kependidikan, meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan

profesional. Kompetensi profesional dibutuhkan guru untuk meningkatkan

kemampuan, kapasitas dan potensi keilmuan guru di tengah kompetensi

pengetahuan yang sangat dinamis masa sekarang ini. Kompetensi

profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

Page 19: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

42}

mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di

sekolah dan substansi keilmuannya secara filosofis. Kompetensi profesional

juga dinamai dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut

dengan bidang keahlian. Untuk menjadi profesional guru dituntut memiliki

lima hal, yaitu: pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses

belajarnya. kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran

yang akan diajarkan. ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar

siswa dengan berbagai bentuk evaluasi. keempat, guru mampu berpikir

sistematis tentang apa yang dilakukannya. kelima, guru seyogianya

merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.***

Page 20: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

{43

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma`mur. 2009. 7 Kompetensi guru Menyenangkan dan Profesional, Yogjakarta: Power Books (IHDINA).

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000 Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara.

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya.

Muhaimin. 2003. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galizaa.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murziqin, R., Tabrani ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy of Power and Justice. Journal of Islamic Law and Culture, 10(2), 123–144.

Roestiyah NK. Ny. 1979. Kompetensi Mengajar Guru, Jakarta: Gramedia.

Sagala, Syaiful. tt. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Al Fabeta.

Sardiman. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta: Rajawali Pers.

Sortjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.

Supriyadi, Dedi. 2002. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 21: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

44}

Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.

Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.

Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.

Tabrani ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent.

Tabrani ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.

Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru

Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wibowo, Mungin Eddy. 2001. Paradigma Bimbingan dan Konseling, Semarang: DEPDIKNAS.

Zamroni. 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf.