KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BIOLOGI YANG...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BIOLOGI YANG...
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BIOLOGI YANG TELAH LULUS
SERTIFIKASI DI SMA NEGERI KOTA BANDA ACEH
Oleh
Hasanuddin1)
dan Cut Nurmaliah2)
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Email: letfan93 @yahoo.co.id
Hp. 08126909910
ABSTRAK
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan mengelola pembelajaran,
mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan mengajar. Kompetensi ini harus dimiliki setiap guru
agar tercapai keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar. Penelitian bertujuan
mengetahui kompetensi pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA
Negeri Kota Banda Aceh telah dilakukan bulan Maret 2010. Subyek penelitian
adalah guru biologi yang telah lulus sertifikasi. Pengumpulan data menggunakan
teknik angket. Pengamatan di kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen
penilaian RPP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru biologi yang telah lulus
sertifikasi di SMA Negeri kota Banda Aceh memiliki: kompetensi pedagogik sudah
baik, terutama pada aspek-aspek: pemahaman terhadap peserta didik (88,3%),
rencana pelaksanaan pembelajaran (89,2%), evaluasi hasil belajar (83,3%), dan
pengembangan peserta didik (76,7%). Khusus pada aspek pemanfaatan teknologi
pembelajaran masih kurang baik (45%). Hasil pengamatan di kelas terhadap aspek-
aspek yang diamati secara umum sudah baik. Namun, yang masih kurang adalah
pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Hal lain yang juga perlu
ditingkatkan adalah penggunaan strategi mengajar yang berlandaskan pada
pembelajaran konstruktivisme.
Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, sertifikasi, Guru Biologi
______________ 1,2
). Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Univ. Syiah Kuala, Banda
Aceh
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber
daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas
tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu oleh pendidik
profesional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Oleh karena
itu, guru sebagai pendidik profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan
yang sangat strategis.
Sebagai tenaga profesional, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi
akademik S-I (strata satu) atau D-4 (diploma empat) dalam bidang yang terkait
dengan mata pelajaran yang ditekuninya dan menguasai kompetensi-kompetensi
sebagai agen pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-I/D-4
dibuktikan dengan ijazah yang diperoleh di lembaga pendidikan tinggi. Persyaratan
relevansi dibuktikan dengan kesesuaian antara bidang pendidikan dengan mata
pelajaran yang ditekuni. Sementara itu, persyaratan penguasaan kompetensi sebagai
agen pembelajaran dibuktikan dengan sertifikat pendidik (Mulyasa, 2007: 39).
Guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya
penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk
memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan
yang bermutu. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mewujudkan fungsi, peran,
dan kedudukan tersebut, guru perlu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan
sertifikat pendidik yang sesuai dengan standar pendidik.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru,
yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat
mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat
pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang
diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.Tujuan utama Sertifikasi adalah
untuk: 1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 2). Meningkatkan proses
dan mutu hasil pendidikan; 3) Meningkatkan martabat guru; dan 4). Meningkatkan
profesionalitas guru
Program sertifikasi guru dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (UUGD) pada Pasal 8 dinyatakan: guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian
pada Pasal 11, ayat (1) disebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam
pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi.. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Kompetensi
Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensiprofesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi
Guru sebagaimana dimaksud tesebut bersifat holistik. Bagian kesatu, pasal 3 ayat (4)
bahwa kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang
kurangnya meliputi: a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b).
pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum atau silabus; d).
perancangan pembelajaran; e). pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis; f) pemanfaatan teknologi pembelajaran; g). evaluasi hasil belajar; dan h).
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Dirjen PMPTK/Dinas
Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelola guru dan Ditjen
Dikti/Perguruan tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi. Sebagai pengelola guru,
Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) sebagai jajaran PMPTK bertugas menyiapkan guru agar siap
mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan, jika pesertanya melebihi kapasitas
yang ditetapkan. Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menyusun urutan
daftar calon peserta sertifikasi guru antara lain: (1) Penguasaan terhadap kompetensi.
(2) Prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, dan guru berprestasi, (3) Daftar urut
kepangkatan. (4) Masa kerja. (5) Usia. Bagi guru yang lulus dalam sertifikasi akan
diberikan sertifikat pendidik dan berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu
kali gaji pokok, sedangkan bagi guru yang tidak lulus, disarankan mengikuti
pelatihan atau pembinaan melalui LPMP, MGMP/KKG atau lembaga lainnya, agar
lebih siap untuk mengikuti tes ulang berikutnya (Muslich, 2007: 5).
Selain aspek kompetensi pedagogik, untuk dapat menjadi seorang guru yang
profesional, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek
kompetensi yang ada pada dirinya, seperti kompetensi pribadi, kompetensi
profesional, serta kompetensi sosial. Apabila guru mampu mengembangkan aspek-
aspek kompetensi tersebut dengan baik, maka guru tersebut tidak hanya memperoleh
keberhasilan, tetapi juga memperoleh kepuasan atas profesi yang dipilihnya. Tetapi
apakah aspek-aspek kompetensi tersebut terutama pedagogik telah dimiliki oleh tiap-
tiap guru yang telah lulus sertifikasi. Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang kompetensi pedagogik guru yang
telah lulus sertifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi
pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri Kota Banda Aceh.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada guru Biologi SMA Negeri di Kota Banda Aceh yang
berjumlah 13 SMA. Pengambilan data dilakukan bulan Maret 2010. Jenis penelitian
kualitatif dengan metode survei.
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Biologi yang telah lulus sertifikasi
sampai bulan Maret 2010 di SMA Negeri Banda Aceh yang berjumlah 30 orang.
Tabel 1. Nama Sekolah dan Jumlah Guru Biologi yang Belum dan Telah Lulus
Sertifikasi Di SMA Negeri Banda Aceh
No Nama Sekolah
Jumlah Guru Biologi
yang belum Lulus
sertifikasi
Jumlah Guru
Biologi yang telah
Lulus Sertifikasi
1. SMA Negeri 1 Banda Aceh 4 orang -
2. SMA Negeri 2 Banda Aceh 2 orang 4 orang
3. SMA Negeri 3 Banda Aceh 3 orang 6 orang
4. SMA Negeri 4 Banda Aceh 5 orang 7 orang
5. SMA Negeri 5 Banda Aceh 4 orang 3 orang
6. SMA Negeri 6 Banda Aceh 4 orang 1 orang
7. SMA Negeri 7 Banda Aceh 4 orang 2 orang
8. SMA Negeri 8 Banda Aceh 3 orang 3 orang
9. SMA Negeri 9 Banda Aceh 3 orang 2 orang
10. SMA Negeri 10 Banda Aceh 4 orang -
11. SMA Negeri 11 Banda Aceh 4 orang 1 orang
12. SMA Negeri 12 Banda Aceh 3 orang 1 orang
13. SMA Negeri 13 Banda Aceh 4 orang -
Jumlah 47 orang 30 orang
Sumber: SMA Negeri Banda Aceh. Maret 2010.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah: angket dan instumen penilaian RPP.
a. Angket
Angket berjumlah 12 pertanyaan dengan tiga alternatif jawaban. Isi angket
disusun untuk mengungkapkan kompetensi pedagogik guru yang meliputi:
pemahaman terhadap peserta didik, rencana pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan
teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik.
b. Instrumen Penilaian RPP
Instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran berjumlah 23 butir
pengamatan dengan empat alternatif jawaban, berguna untuk mengetahui
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berupa langkah-langkah guru
dalam kegiatan pembelajaran.
3. Teknik Pengumpulan Data
Angket dibagikan pada guru Biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri
Banda Aceh. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru selama mengajar
mata pelajaran biologi di kelas. Pengamatan dilakukan di kelas dengan menggunakan
instrumen penilaian RPP. Instrumen pengamatan terdiri dari langkah-langkah guru
dalam pembelajaran seperti pemilihan materi, perumusan indikator, penentuan
alokasi waktu, pengembangan materi pembelajaran, pendekatan dan metode
pembelajaran, serta langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
4. Parameter penelitian
Parameter pada penelitian ini yaitu:
1. Pemahaman terhadap peserta didik
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran
3. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
4. Evaluasi hasil belajar
5. Pengembangan peserta didik.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari angket dan hasil observasi kelas selanjutnya dihitung
persentase untuk setiap parameter dan kategori jawaban.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh dengan angket dan observasi kelas, dapat
diketahui persentase jawaban yang diberikan guru biologi yang telah lulus sertifikasi.
Untuk nilai rata-rata persentase aspek-aspek kompetensi pedagogik disajikan pada
tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentase Nilai Rata-rata Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik Guru
Biologi yang Telah Lulus Sertifikasi di SMA Negeri Banda Aceh
No Parameter Alternatif Jawaban
Total A B C
1. Pemahaman terhadap peserta didik 88,35 % 11,65 % - 100 %
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran 89,2 % 10,8 % - 100 %
3. Pemanfaatan teknologi pembelajaran 45 % 55 % - 100 %
4. Evaluasi hasil belajar 83,3 % 16,7 % - 100 %
5. Pengembangan peserta didik 76,7 % 23,3 % - 100 %
Sumber: SMA Negeri Banda Aceh (Data diolah) 2010.
Keterangan: A = Sering/Baik
B = Kadang-kadang/kurang baik
C = Tidak pernah/tidak baik
Berdasarkan tabel tersebut, as[ek-aspek kompetensi pedagogik guru biologi
yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri Banda Aceh, telah mencapai kategori
baik (> 75 %). Hanya satu aspek yang masih kurang, yaitu pemanfaatan teknologi
pembelajaran (45%).
Pengamatan (observasi) pelaksanaan di kelas, dilakukan terhadap 23 guru
SMA Negeri Banda Aceh yang telah lulus sertifikasi dari jumlah 30 guru. Jadi ada 7
guru yang tidak sempat dioservasi. Hal ini disebabkan karena sudah mendekati ujian
akhir nasional, sehingga guru lebih fokus mengadakan kegiatan tambahan, seperti
membahas soal dan mengulang materi pelajaran yang masih kurang dipahami peserta
didik. Hasil Pengamatan Kelas Terhadap Guru disajikan pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Persentase Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMA
Negeri Banda Aceh.
No Indikator dan Alternatif
Jawaban
Jumlah (%)
A B C D
1 2 3 4 5
1. Pemilihan materi sesuai KD 23 (100) - - -
2. Perumusan indikator sesuai
dengan KD 17 (73,8) 6 (26,2) - -
3. Penentuan alokasi waktu 19 (82,5) 4 (17,5) - -
4. Pengembangan materi
pembelajaran 18 (78,7) 5 (21,3) - -
5. Pendekatan dan metode
pembelajaran - 20 (86,4) 3 (13,6) -
6. Kegiatan pendahuluan
Menarik perhatian siswa 16 (69,9) 7 (30,1) - -
7. Membangkitkan motivasi - 23 (100) - -
8. Kegiatan inti
Teknik penyajian materi
pembelajaran
19 (82,5) 4 (17,5) - -
9. Keterampilan menjelaskan 14(60,2) 9 (39,8) - -
10. Penggunaan bahasa 23 (100) - - -
11. Keterampilan mengelola kelas 17 (73,8) 6 (26,2) - -
12. Membuat kaitan - 23 (100) - -
13. Pemberian ilustrasi - 23 (100) - -
14. Penggunaan media
pembelajaran - 6 (26,2) - 17 (73,8)
15. Keterampilan bertanya - 23 (100) - -
16. Keterampilan menjawab
pertanyaan - 19 (82,5) 4 (17,5) -
17. Kegiatan penutup
Simpulan hasil belajar - 18 (78,7) 5 (21,3) -
18. Keterampilan memberikan
penguatan - 23 (100) - -
19. Penentuan sumber belajar 19 (82,5) 4 (17,5) - -
20. Pelaksanaan evaluasi - 23 (100) - -
21. Penentuan teknik penilaian - 20 (86,4) 3 (13,6) -
22. Penentuan bentuk instrumen
sesuai dengan teknik penilaian - 23 (100) - -
23.
Contoh instrumen sesuai
dengan bentuk instrumen dan
indikator
- 23 (100) - -
Sumber: SMA Negeri Banda Aceh (Data diolah) 2010.
Keterangan: A = Baik sekali
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang baik
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa, semua proses sesuai dengan RPP
secara umum telah dilaksanakan oleh guru secata baik.Beberapa hal yang masih
perlu perbaikan adalah: penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi
(multistrategi), ketrampilan menjawab pertanyaan, dan penentuan teknik penilaian
(evaluasi).
PEMBAHASAN
Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu tujuan,
bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak
bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas. Kesadaran dan pemahaman
ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah
untuk mencapai kualitas. Demikian pula kalau guru mengikuti sertifikasi, tujuan
utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk dapat
menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana
disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi
logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan menyadari hal ini
maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali
mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu
meningkatnya kualitas guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan
yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak. .berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil angket dari 30 guru biologi yang telah lulus sertifikasi di
SMA Negeri kota Banda Aceh, diperoleh bahwa sebanyak 86,7% guru menyatakan
sangat memahami peserta didik melalui karakteristik peserta didik yang berkaitan
dengan aspek intelektual, emosional, moral dan latar belakang peserta didik, hal ini
bertujuan agar proses interaksi antara peserta didik dengan guru terjadi, sehingga
tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru juga mengidentifikasi pengetahuan awal peserta didik, kegiatan
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik,
baik mengenai materi yang telah diajarkan maupun yang akan diajarkan, hal ini
dilakukan dengan memberikan kegiatan pendahuluan seperti apersepsi dan motivasi.
sebanyak 90% guru menyatakan sering mengidentifikasi pengetahuan awal peserta
didik seperti apersepsi dan motivasi. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang
telah dilakukan, bahwa guru biologi yang telah lulus sertifikasi di Banda Aceh, sudah
melakukan apersepsi dan motivasi dengan berbagai upaya dalam membangkitkan
motivasi belajar biologi di dalam kelas. Usaha tersebut antara lain: memperjelas
tujuan yang ingin dicapai sebelum proses pembelajaran, membangkitkan minat
peserta didik, menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar biologi, memberi
penilaian secepatnya secara objektif, menciptakan persaingan dan kerja sama serta
selalu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam belajar biologi. Menurut Azzet
(2011) Guru yang mampu membangun semangat peserta didiknya adalah yang bisa
menjelaskan tujuan belajar dari materi yang akan dan sedang dipelajari. Dengan
mengetahui tujuan belajarnya, peserta didik akan terbangun kesadarannya untuk
bersemangat dalam belajar. Selain itu, setiap usaha yang dilakukan peserta didik
harus diapresiasi oleh guru.
Guru dalam meningkatkan proses pembelajaran juga menerapkan berbagai
pendekatan, seperti memilih dan menggunakan strategi dan metode pembelajaran
yang kreatif, hal ini bertujuan untuk memungkinkan peserta didik dapat memahami
dan mempraktikan apa yang dipelajarinya, karena di dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), guru dituntut untuk menggunakan banyak metode. Sebanyak
76,7% guru menyatakan sering menerapkan berbagai metode, dan teknik
pembelajaran yang kreatif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan
antara lain: ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan terbimbing, observasi, diskusi
informasi, studi lapangan, serta studi membaca. Namun, jika dilihat dari jenisnya,
maka metode yang digunakan belum mengarah kepada pembelajaran kooperatif.
Sudah saatnya guru mengarahkan pembelajarannya ke paradigma baru yaitu menjadi
student centered. Pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk pendekatan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar. Pembelajaran kolaboratif memiliki
ciri berikut: 1) menggunakan kelompok; 2) memberikan tugas yang spesifik; 3)
saling berbagi di antara kelompok; dan 4) membandingkan prosedur dan kesimpulan
dalam kelompok pleno (seluruh kelas).
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru hendaknya terus belajar untuk memahami berbagai model
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran.
Dengan demikian, guru diharapkan dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi
nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-
model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga berpedoman pada
kurikulum yang berlaku, yaitu KTSP. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah. Tidak hanya kurikulum, guru juga membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebelum proses mengajar dimulai, persiapan dapat
diartikan sebagai persiapan tertulis maupun persiapan mental seperti, situasi
emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, serta meyakinkan
peserta didik untuk terlibat secara keseluruhan, dan 93,3% guru menyatakan sering
menyusun RPP untuk kegiatan di dalam kelas, selain itu guru juga mengembangkan
komponen-komponen rancangan pembelajaran tersebut dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari pengembangan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang terdapat
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran seperti pemilihan materi sesuai dengan
kompetensi dasar, perumusan indikator sesuai dengan kompetensi dasar dan
pengembangan materi pokok pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan penunjang di dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian para guru biologi yang telah lulus sertifikasi di Banda Aceh banyak
yang tidak menggunakan media, khususnya media Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi seperti komputer, LCD proyektor, kaset, dan video..
Sebanyak 43,3% guru menyatakan sering menggunakan media untuk mendukung
kelancaran pembelajaran, dan sebanyak 73,8% guru dari hasil observasi tidak
menggunakan media dalam mendukung kelancaran pembelajaran. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa banyak guru biologi di SMA Negeri Banda Aceh yang
tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Hal tersebut disebabkan
karena media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di dalam
menunjang pembelajaran di kelas belum lengkap. Guru belum terampil dalam
menggunakan media-media pembelajaran tersebut, sehingga pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi belum dapat digunakan secara maksimal.
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk
menyalurkan pesan (materi pembelajaran), meragsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran (Ibrahim,
2007: 78). Kemampuan menggunakan teknologi pada media pembelajaran sangat
diharapkan dalam KTSP, tetapi dalam kenyataan di lapangan banyak guru yang tidak
menggunakan media pembelajaran, khususnya media Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). Untuk mewujudkan sekolah dengan
berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Tanpa sarana
dan prasarana yang baik maka pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan
sempurna. Sarana prasarana sekolah berbasis ICT adalah seperti Laboratorium
bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan koneksi internet.
Pemerintah secara bertahap telah membantu sekolah-sekolah dengan
memberikan perangkat hardware komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang
dengan diberikannya BOM (Bantuan Operasional Manajemen). Dana BOM ini
salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk
menunjang pembelajaran Teknologi Informasi (TI) dan penguasaan materi pelajaran
umum dengan bantuan TI. Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan
pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan
materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan
meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya
kualitas pembelajaran yang diharapkan. Selain sebagai sarana untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan
diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru
sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT,
tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-
itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.
Jika sekolah telah memiliki perangkat pembelajaran berbasis ICT, maka yang
harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana membiasakan guru berkreasi tidak
hanya sebagai pemakai jasa Media berbasis ICT tetapi juga sebagai kreator yang
membuat dan mengembangkan media-media tersebut sesuai dengan keadaan sekolah
masing-masing. Namun jika belum, maka ini menjadi tugas penting jajaran
pendidikan untuk memikirkan bagaimana caranya agar sekolah bisa merasakan nilai
positif dari perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini.
Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta didik,
mengetahui tingkat pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan guru dalam
proses pembelajaran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kemampuan guru
dalam menutup pembelajaran sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru
dalam meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum dan
menyimpulkan hasil pembelajaran serta melakukan evaluasi. Menurut Alma, B. dkk.
(2009) menutup pelajaran juga menuntut keterampilan tersendiri. Hal ini agar
pertemuan tatap muka dalam kegiatan belajar mengajar menhasilkan kesan sosial
psikologis yang positif bagi siswa. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain:
memberikan penekanan kembali pentingnya bahan yang diberikan, secara ringkas;
penguatan untuk tetap mempertahankan kondisi belajar, dan ekspektasi.
Keterampilan bertanya dan menjawab guru-guru biologi yang telah lulus
sertifikasi sudah baik. Namun keterampilan tersebut harus ditingkatkan.
Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai guru untuk memancing jawaban,
komentar, dan pemahaman dari peserta didik. menjawab pertanyaan masih perlu
ditingkatkan. Ada tiga hal penting dalam keterampilan bertanya, yaitu: pausing
(memberi jeda), prompting (mendorong), dan probing (menyelidik/menuntun).
Pausing bertujuan untuk: memberikan kesempatan berfikir mencari jawaban.
Prompting dilakukan guru jika pertanyaan yang diajukan dirasakan “sulit” oleh
siswa. Jadi guru perlu melakukan prompting dengan cara memberikan informasi
tambahan agar siswa dapat menjawab atau mengubah pertanyaan dalam bentuk lain.
Probing dilakukan karena belum memperoleh jawaban yang memuaskan. Selain itu,
menurutAlma B. dkk. (2009) ada tiga aspek di dalam ketrampilan bertanya, yaitu: 1)
clear and brief, clarity and brevity (jelas dan singkat); 2) directing or distributing
questions (pertanyaan harus diarahkan ke seluruh kelas); 3) redirecting the question
(menjawab satu per satu).
Ketrampilan pemberian penguatan yang dilakukan guru biologi yang telah
lulus sertifikasi di SMA Banda Aceh sudah baik (100 %). Namun perlu peningkatan.
Pemberian penguatan (reinforcement) terhadap karya yang dilakukan siswa sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
perhatian siswa, membangkitkan dan mempertahankan motivasi, dan mengarahkan
kepada cara berpikir yang baik dan inisiatif pribadi. Komponen ketrampilan
reinforcement dapat berupa: verbal reinforcement (pujian dalam bentuk kata-kata),
gestural reinforcement (pujian melalui senyum, tepuk tangan, atau anggukan),
proximity reinforcement (misal berjalan mendekati), contact reinforcement (missal
tepuk bahu, jabat tangan), activity reinforcement (memimpin permainan, membagi
bahan), dan token reinforcemet (pemberian hadiah).
Pada pelaksanaan evaluasi, sebanyak 83,3% guru menyatakan sering
melaksanakan evaluasi dengan berbagai cara (teknik). bentuk evaluasi yang
dilakukan guru antara lain mendemonstrasikan keterampilan, mengeksplorasi
pendapat peserta didik sendiri, serta memberikan soal-soal, baik dalam bentuk lisan
maupun dalam bentuk tulisan. Selain itu guru juga menganalisis hasil evaluasi
tersebut. Hal ini bertujuan agar guru bisa menentukan tingkat ketuntasan belajar yang
telah dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga
melakukan penilaian kelas pada peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk
memperbaiki kekurangan peserta didik dalam pembelajaran.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan,
pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian
kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar
siswa dan pelaporan. Bila selama dekade terakhir ini keberhasilan belajar siswa
hanya ditentukan oleh nilai ujian akhir, maka dengan diberlakukannya PBK hal itu
tidak terjadi lagi. Naik atau tidak naik dan lulus atau tidak lulus siswa sepenuhnya
menjadi tanggung jawab guru (sekolah) berdasarkan kemajuan proses dan hasil
belajar siswa di sekolah bersangkutan. Dalam hal ini kewenangan guru menjadi
sangat luas dan menentukan. Karenanya, peningkatan kemampuan profesional dan
integritas moral guru dalam PBK merupakan suatu keniscayaan, agar terhindar dari
upaya manipulasi nilai siswa. PBK menggunakan arti penilaian sebagai
“assessment”, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan
informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan
pembelajaran. Data atau informasi dari penilaian di kelas ini merupakan salah satu
bukti yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. PBK
merupakan bagian dari evaluasi pendidikan karena lingkup evaluasi pendidikan
secara umum jauh lebih luas dibandingkan PBK.. Sebanyak 86,7% guru menyatakan
sering mengadakan penilaian kelas pada peserta didik, penilaian dilaksanakan
melalui berbagai cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil kerja melalui kumpulan
lembar kerja siswa (LKS), karya peserta didik (makalah/paper) serta penilaian unjuk
kerja (tampilan) peserta didik. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,
bahwa pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan guru biologi yang telah
lulus sertifikasi di SMA Negeri Banda Aceh sudah baik, baik sebelum memulai
proses pembelajaran maupun pada akhir pembelajaran. Perlu diketahui, jika guru
melakukan PBK dapat dilakukan dalam keadaan resmi maupun tidak resmi, di dalam
atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus atau tidak. Misalnya untuk penilaian
aspek sikap/nilai dengan tes atau non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan
pembelajaran (di awal, tengah, dan akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes
untuk kegiatan PBK dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat
praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang
telah ditentukan, terutama aspek kognitif. Dengan dilaksanakannya PBK diharapkan
dapat: a).Memberikan umpan balik bagi siswa mengenai kemampuan dan
kekurangannya, sehingga menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki prestasi
belajar pada waktu berikutnya; b).Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan
belajar siswa, sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk
memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan, kemajuan dan
kemampuannya; c).Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya di kelas apabila terjadi hambatan dalam proses pembelajaran;
d).Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan, walaupun
dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda antara masing-masing individu; e)
Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang
efektivitas pendanaan, sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang
pendidikan secara serius dan konsekwen.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga selalu membimbing
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, seperti, les, dan pratikum. Hal ini dapat
dilihat dari persentase guru sebanyak 76,7% menyatakan sering membimbing
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mendorong
peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Dalam membimbing dan
memberikan bantuan terhadap masalah pelajaran, seorang guru tidak harus
menunggu anak didik untuk bertanya.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kompetensi pedagogik guru biologi yang
telah lulus sertifikasi di SMA Negeri di Banda Aceh pada umumnya sudah baik. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa aspek pedagogik yang telah dilakukan seperti
pemahaman terhadap peserta didik 88.3%, rencana pelaksanaan pembelajaran 89,2%,
evaluasi hasil belajar 83,3%, dan pengembangan peserta didik 76,7%. Namun,
diantara aspek-aspek kompetensi pedagogik tersebut, terdapat satu aspek yang dinilai
masih relatif kurang baik dalam pelaksanaannya yaitu pemanfaatan teknologi
pembelajaran 45%, yakni penggunaan media, khususnya media pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi, hal tersebut disebabkan karena media
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi di dalam menunjang
pembelajaran di kelas belum lengkap, guru belum terampil dalam menggunakan
media-media pembelajaran tersebut, sehingga pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi belum dapat digunakan secara optimal.…MMMMMm………
Terkait dengan rendahnya aspek pemanfatan teknologi pembelajaran yang
baru mencapai 45 %, maka, pemerintah harus terus memperbaiki, terutama
melengkapi laboratorium ICT sekolah, sehingga proses belajar mengajar menjadi
lebih baik. Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM), sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk
menyelenggarakan pendidikan dengan serba lengkap dan cukup seperti, luas lahan,
perabot lengkap, peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, sarana olahraga, dan
buku rasio 1:2. Kehadiran Kepmendiknas itu dirasakan sangat tepat karena dengan
keputusan ini diharapkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak “kebablasan
cepat” atau “keterlaluan tertinggal” di bawah persyaratan minimal sehingga kualitas
pendidikan menjadi semakin terpuruk. Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal
45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan
peserta didik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kompetensi pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri
Banda Aceh pada umumnya sudah baik, terutama pada aspek-aspek pedagogik
seperti pemahaman terhadap peserta didik (88,3%), rencana pelaksanaan
pembelajaran (89,2%), evaluasi hasil belajar (83,3%), dan pengembangan peserta
didik (76,7%).
2. Pada aspek pemanfaatan teknologi pembelajaran (45%) dinilai masih kurang baik,
hal ini disebabkan karena sebagian besar guru tidak mampu menggunakan dan
mengoprasikan media khususnya media berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang ingin disampaikan
yaitu:
1. Guru hendaknya dilatih tentang pemanfaatan teknologi pembelajaran (ICT)
2. Guru diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dan
kompetensi mengajar, sehingga kemampuan guru dalam proses pembelajaran
dapat terus ditingkatkan.
3. Guru harus selalu bekerja dengan tekun dan selalu berusaha meningkatkan
pengetahuan, wawasan, ketrampilannya untuk mendukung latar belakang
pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, R. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Alma, B.. Hari M., Girang R., dan Lena N.S., 2009. Guru Profesional (Menguasai
Metode dan Terampil Mengajar). Alfabeta, Bandung.
Anonymous. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen.
___________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional
___________ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
Tentang Guru
. 2009. Teknik Penilaian Di Dalam Proses Pembelajaran, (Online)
http://id.wikipedia.org/wiki/TaksonomiBloom/2008/12/Evaluasi-Belajar.jpg,
diakses 11 April 2010.
. 2010. Pengembangan Potensi Peserta Didik Di Sekolah. (Online)
http://deean126.Blogspot.com/2010/1/7.archive.html, diakses 11 april 2010.
Azzet, A.M. 2011. Menjadi Guru Favorit. Ae-Ruzz Media, Yogyakarta.
BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, M. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Nasir, U. 2007. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung: Mutiara Ilmu.
Sagala, Sy. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.
Soyomukti, N 2010. Perdidikan Berperspektit Globalisasi. Ar-Ruzz Media,
Yokyakarta.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sukmadinata, S. N. 2005. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yoggyakarta: Adicita
Karya Nusantara.
Tilaar, H.A.R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional (edisi 2). Rineka Cipta,
Jakarta.
Usman, M.U. 2010. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya, Bandung.