KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

157
i KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERANANNYA PADA PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR SUPERIOR COMMODITIES OF THE AGRICULTURAL SECTOR AND ITS ROLE ON ECONOMIC DEVELOPMENT IN EAST JAVA PROVINCE IRFAN BUDI KUNCAHYO HALAMAN JUDUL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

Page 1: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

i

KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERANANNYA PADA PEMBANGUNAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TIMUR

SUPERIOR COMMODITIES OF THE AGRICULTURAL SECTOR AND ITS ROLE ON ECONOMIC DEVELOPMENT

IN EAST JAVA PROVINCE

IRFAN BUDI KUNCAHYO

HALAMAN JUDUL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

Page 2: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

ii

KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERANANNYA PADA PEMBANGUNAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TIMUR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Disusun dan diajukan oleh HALAMAN PENGAJUAN

IRFAN BUDI KUNCAHYO

kepada

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

Page 3: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …
Page 4: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Irfan Budi Kuncahyo

Nomor Mahasiswa : P0204215314

Program Studi : Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila pada kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, Januari 2018

Yang Menyatakan,

IRFAN BUDI KUNCAHYO

Page 5: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

v

PRAKATA

Segala puji dan rasa syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul “Komoditas Unggulan Sektor Pertanian dan

Peranannya pada Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Timur”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat kelulusan studi

magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada: Bapak

Prof. Dr. Ir. Hazairin Zubair, M.S. dan Bapak Dr. Ir. Mahyuddin, M.Si.

selaku Komisi Penasehat, atas bimbingan dan arahannya kepada

penulis; Bapak Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S., Bapak Dr. Muhammad

Hatta Jamil, S.P., M.Si., dan Ibu Dr. A. Nixia Tenriawaru, S.P., M.Si.,

selaku dosen penguji, atas saran-sarannya demi perbaikan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Sekolah Pascasarjana

Universitas Hasanuddin, Ketua Program Studi Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah (PPW), dan Ketua Konsentrasi Manajemen

Perencanaan;

2. Bupati Gunungkidul, Kepala Bappeda Kabupaten Gunungkidul, dan

Kepala BKD Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk menempuh studi magister;

Page 6: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

vi

3. Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta staf yang telah memberikan

kesempatan beasiswa pendidikan jenjang magister kepada penulis;

4. Segenap keluarga dan saudara tercinta atas segenap dukungan dan

doanya demi kelancaran studi penulis;

5. Rekan-rekan mahasiswa Magister Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah Konsentrasi Manajemen Perencanaan Angkatan XIII atas

kerjasama dan bantuannya kepada penulis selama menjalani studi;

6. Segenap pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Tesis ini penulis persembahkan kepada yang terkasih, yaitu kedua

orang tua, kedua mertua, adik dan kakak, istri tersayang Tiar Novita

Sariningsih, dan ananda tersayang, Khansa Khairana Putri Neirfan dan

Faeyza Abdurrahman Imanutama, yang dengan penuh kesabaran dan

kasih sayang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan iringan

doa tiada henti kepada penulis agar dapat menyelesaikan studi dengan

baik.

Dengan keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa tesis ini

masih banyak kekurangan. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang

membangun. Akhirnya, semoga tesis ini bermanfaat dan Allah SWT

senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Makassar, Januari 2018

Penulis,

IRFAN BUDI KUNCAHYO

Page 7: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

vii

ABSTRAK

IRFAN BUDI KUNCAHYO. Komoditas Unggulan Sektor Pertanian dan Peranannya pada Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Timur (dibimbing oleh Hazairin Zubair dan Mahyuddin).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komoditas unggulan sektor pertanian dan mengetahui peranan komoditas tersebut pada pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis input-output, analisis location quotient, dan analytical hierarchy process (AHP). Komoditas unggulan ditentukan dengan menggunakan kriteria, yaitu: 1) keterkaitan ke belakang, 2) keterkaitan ke depan, 3) kontribusi terhadap PDRB, 4) daya saing, 5) penyerapan tenaga kerja, dan 6) kelestarian lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas unggulan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur ialah padi, tebu, jagung, kelapa, sapi, tembakau, susu segar, dan ayam. Komoditas unggulan dengan angka pengganda output paling tinggi ialah ayam. Komoditas ayam juga mempunyai angka pengganda pendapatan paling tinggi. Tebu, kelapa, dan tembakau mempunyai nilai tertinggi keterkaitan ke depan dengan sektor industri pengolahan, sedangkan sapi dan susu segar mempunyai nilai tertinggi keterkaitan ke depan dengan sektor akomodasi, makan dan minum. Jagung, kelapa, tembakau, susu segar, dan ayam mempunyai nilai tertinggi keterkaitan ke belakang dengan sektor industri pengolahan, sedangkan padi dan tebu mempunyai nilai tertinggi keterkaitan ke belakang dengan sektor perdagangan.

Kata kunci : komoditas unggulan, sektor pertanian, AHP, keterkaitan

Page 8: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

viii

ABSTRACT

IRFAN BUDI KUNCAHYO. Superior Commodities of Agricultural Sector and Its Role on Economic Development in East Java Province (supervised by Hazairin Zubair and Mahyuddin).

The aims of this research were to determine superior commodities of the agricultural sector and to observe the roles of the commodities on economic development in East Java Province.

The research method was descriptive quantitative. Data were processed and analyzed with input-output analysis, location quotient analysis, and Analytical Hierarchy Process (AHP). Superior commodities were determined with criteria: 1) backward linkages, 2) forward linkages, 3) contribution to GDRP, 4) competitiveness, 5) labor absorption, and 6) environmental sustainability.

The results indicated that the superior commodities of the agricultural sector in East Java Province are paddy, sugar cane, corn, coconut, cow, tobacco, fresh milk, and chicken. The superior commodity with the highest output multiplier is chicken. Chickens also have the highest income multiplier. Sugar cane, coconut, and tobacco have the highest value of forward linkages with the manufacturing industry sector, whereas cow and fresh milk have the highest value of forward linkages with the accommodation and consumption sector. Corn, coconut, tobacco, fresh milk, and chicken have the highest value of backward linkages with the manufacturing industry sector, whereas paddy and sugar cane have the highest value of backward linkages with the trade sector.

Keywords : superior commodities, agricultural sector, AHP, linkages

Page 9: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................iv

PRAKATA ................................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

D. Sasaran Penelitian ...................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12

A. Pembangunan Ekonomi ............................................................ 12

B. Pembangunan Wilayah ............................................................. 14

C. Perencanaan Pembangunan .................................................... 21

Page 10: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

x

D. Sektor Pertanian ....................................................................... 24

E. Komoditas Unggulan ................................................................. 25

F. Analytical Hierarchy Process (AHP) .......................................... 27

G. Location Quotient ..................................................................... 29

H. Model Input- Output .................................................................. 31

I. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 35

J. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 38

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 41

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 41

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 42

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 43

1. Data Primer ................................................................ 43

2. Data Sekunder ........................................................... 43

D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 44

1. Data Primer ................................................................ 44

2. Data Sekunder ........................................................... 44

E. Teknik Analisis Data.................................................................. 45

1. Penentuan Komoditas Unggulan ................................ 45

a. Penyusunan Hierarki. ................................................. 45

b. Penyusunan Matriks Perbandingan Berpasangan ..... 47

c. Penilaian Prioritas ...................................................... 55

Page 11: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

xi

2. Peranan Komoditas Unggulan .................................... 57

a. Peranan dalam Keterkaitan Sektor Perekonomian ..... 57

b. Peranan pada Peningkatan Output ............................ 59

c. Peranan pada Peningkatan Pendapatan .................... 60

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 61

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................... 61

1. Deskripsi Wilayah Provinsi Jawa Timur ...................... 61

2. Potensi Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Timur ....... 64

B. Kinerja Sektor Pertanian dalam Perekonomian Jawa Timur ..... 67

1. PDRB Provinsi Jawa Timur ........................................ 67

2. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB .............. 68

3. Struktur Input Sektor Pertanian .................................. 70

C. Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian ................... 73

1. Aspek Keterkaitan Antarsektor ................................... 73

a. Aspek Keterkaitan ke Belakang .................................. 73

b. Aspek Keterkaitan ke Depan ...................................... 75

2. Aspek Kontribusi terhadap PDRB .............................. 76

3. Aspek Daya Saing ...................................................... 78

4. Aspek Penyerapan Tenaga Kerja ............................... 80

5. Aspek Kelestarian Lingkungan ................................... 81

6. Penilaian Prioritas ...................................................... 82

a. Prioritas Lokal ............................................................. 82

b. Prioritas Global ........................................................... 88

Page 12: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

xii

D. Peranan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian ...................... 95

1. Peranan pada Sektor-Sektor Perkonomian ................ 96

2. Peranan pada Peningkatan Output ............................ 98

3. Peranan pada Peningkatan Pendapatan .................. 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 105

A. Kesimpulan ............................................................................. 105

Saran ........................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 108

LAMPIRAN .......................................................................................... 111

Page 13: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Jawa Timur

Tahun 2015 ................................................................................ 4

Tabel 2. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output ........................... 32

Tabel 3. Hierarki III ( Alternatif Jenis Komoditas) ................................... 47

Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria-Kriteria ............... 49

Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria-

Subkriteria ................................................................................ 49

Tabel 6. Pembagian Wilayah Secara Administratif di Provinsi

Jawa Timur .............................................................................. 62

Tabel 7. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Jatim .............. 65

Tabel 8. Produksi Tanaman Perkebunan di Provinsi Jatim ................... 66

Tabel 9. Produksi Komoditas Pertanian Provinsi Jatim Tahun

2015 ......................................................................................... 67

Tabel 10. PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pendapatan

Tahun 2015 ............................................................................. 68

Tabel 11. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Provinsi

Jatim Tahun Tahun 2015 ...................................................... 69

Tabel 12. Struktur Input Perekonomian Provinsi Jawa Timur ................ 70

Tabel 13. Rasio Impor terhadap Input Antara pada Komoditas

Sektor Pertanian .................................................................... 72

Page 14: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

xiv

Tabel 14. Nilai Keterkaitan ke Belakang Komoditas Pertanian .............. 74

Tabel 15. Nilai Keterkaitan ke Depan Komoditas Pertanian ................ 75

Tabel 16. PDRB Komoditas Pertanian ................................................. 77

Tabel 17. Nilai LQ Komoditas Pertanian .............................................. 79

Tabel 18. Indeks Keunggulan Komoditas Pertanian ............................. 90

Tabel 19. Keterkaitan ke Belakang Komoditas Unggulan

dengan Sektor Perekonomian ............................................... 96

Tabel 20. Keterkaitan ke Depan Komoditas Unggulan dengan

Sektor Perekonomian ........................................................... 97

Tabel 21. Angka Pengganda Output Komoditas Unggulan .................... 99

Tabel 22. Angka Pengganda Pendapatan Komoditas Unggulan ......... 102

Page 15: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................. 40

Gambar 2. Lokasi Penelitian ............................................................... 42

Gambar 3. Susunan Hierarki AHP ..................................................... 46

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Jawa Timur ................. 63

Gambar 5. Peta Peruntukan Pertanian Lahan Basah dan

Kering ............................................................................. 64

Gambar 6 Peta Peruntukan Perkebunan ........................................... 66

Gambar 7. Penilaian Prioritas terhadap Kriteria-Kriteria ..................... 82

Gambar 8. Penilaian Prioritas terhadap Subkriteria-Subkriteria .......... 83

Gambar 9. Penilaian Prioritas Aspek Keterkaitan ke Belakang ........... 84

Gambar 10. Penilaian Prioritas Aspek Keterkaitan ke Depan ............... 85

Gambar 11. Penilaian Prioritas Aspek Kontribusi terhadap

PDRB ................................................................................ 86

Gambar 12. Penilaian Prioritas Aspek Daya Saing .............................. 87

Gambar 13. Penilaian Prioritas Aspek Penyerapan Tenaga

Kerja ................................................................................. 87

Gambar 14. Penilaian Prioritas Aspek Kelestarian Lingkungan ............ 88

Gambar 15. Penilaian Prioritas Komoditas Unggulan ......................... 89

Page 16: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Kode dan Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output

Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Transaksi

Domestik Atas Dasar Harga Produsen ........................... 111

Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun

2015 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga

Produsen Agregasi 37 Sektor ......................................... 115

Lampiran 3. Matriks Invers Leontief Agregasi 37 Sektor .................... 123

Lampiran 4. Matriks Perbandingan Berpasangan ............................... 128

Lampiran 5. Hasil Analisis Software Expert Choice 11 ....................... 134

Page 17: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

1

BAB I

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah dan mengupayakan pemerataan

pendapatan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat daerah. Hal

utama dan mendasar yang harus disiapkan sebelum melaksanakan

pembangunan ialah menyusun perencanaan pembangunan. Perencanaan

pembangunan disusun dengan memperhitungkan segenap potensi

sumber daya pembangunan. Dengan memahami kondisi daerah,

kebutuhan masyarakat, beserta segenap potensi dan juga permasalahan

yang ada maka dapat dirumuskan kebijakan dan strategi terbaik untuk

melaksanakan pembangunan secara efektif dan efisien sehingga tujuan

pembangunan daerah lebih mudah diwujudkan.

Pada era otonomi daerah, setiap provinsi dan kabupaten/kota

memiliki hak yang lebih luas dalam merencanakan pembangunan daerah.

Hal ini merupakan amanat konstitusi yang tercantum pada pasal 18 UUD

1945 yang memberikan peranan kepada daerah untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahannya berdasarkan atas asas

otonomi dan tugas pembantuan. Hak otonomi ini dapat dijalankan dengan

seluas-luasnya, kecuali terhadap urusan pemerintahan absolut yaitu

urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah

Page 18: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

2

Pusat yang meliputi: a) politik luar negeri, b) pertahanan, c) keamanan,

d) yustisi, e) moneter dan fiskal nasional, dan f) agama.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa yang menjadi

dasar pelaksanaan otonomi daerah adalah urusan pemerintahan

konkuren. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan

daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib, yang wajib

diselenggarakan oleh semua daerah, dan urusan pemerintahan pilihan

yang wajib diselenggarakan oleh daerah sesuai dengan potensi yang

dimiliki daerah. Dengan demikian, potensi daerah merupakan modal

utama pembangunan daerah dan berperan besar dalam menentukan

arah perencanaan pembangunan daerah.

Pemetaan potensi ekonomi daerah menjadi sebuah keniscayaan.

Namun, tidak semua potensi dapat dikembangkan dalam waktu yang

bersamaan. Setiap potensi mempunyai nilai strategis yang berbeda,

sehingga tingkat urgensinya untuk dikembangkan berbeda pula. Dengan

demikian, dalam pemetaan potensi daerah diperlukan kajian untuk

menentukan skala prioritas. Penentuan prioritas bertujuan agar usaha

pengembangan potensi daerah dapat lebih terarah dan memberikan

manfaat yang optimal.

Kesadaran atas keterbatasan kepemilikan sumber daya, termasuk

keterbatasan anggaran pembangunan, menjadi dasar berlakunya prinsip

prioritas. Prinsip prioritas menuntut dilaksanakannya pembangunan

Page 19: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

3

daerah secara selektif agar dapat menghemat sumber daya

pembangunan. Langkah ini merupakan upaya optimalisasi sumber daya

pembangunan sekaligus sebagai upaya untuk menghindari dan

meminimalkan pemborosan anggaran.

Provinsi Jawa Timur terletak di bagian timur Pulau Jawa,

berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah di

sebelah barat, Samudra Indonesia di sebelah selatan, dan Selat Bali di

sebelah timur. Di Provinsi Jawa Timur terdapat 29 kabupaten dan 9 kota.

Provinsi Jawa Timur mempunyai luas wilayah 47.799,7 km2 dengan jumlah

penduduk pada tahun 2015 sebesar 38.847.561 jiwa (Badan Pusat

Statistik, 2016). Rata-rata kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Timur

adalah 812 orang/km2.

Pada tahun 2015, PDRB atas dasar harga berlaku yang dicapai oleh

Provinsi Jawa Timur sebesar 1.689.882,40 milyar rupiah. Peranan sektoral

terhadap pembentukan PDRB menurut lapangan usaha pada tahun 2015,

yang terbesar adalah sektor industri pengolahan dengan kontribusi 29,27

persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran berkontribusi

17,64 persen, diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

berkontribusi 13,75 persen. Sedangkan sektor-sektor yang berperan kecil

pada pembentukan PDRB (di bawah 1 persen) yaitu sektor pengadaan

listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan

daur ulang, sektor jasa perusahaan, dan sektor jasa kesehatan dan

kegiatan sosial. Daftar selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Page 20: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

4

Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Jawa Timur Tahun

2015

Sektor/ Lapangan Usaha 2015

Nilai (Rp, milyar) %

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 232.349,34 13,75 Pertambangan dan Penggalian 64.096,05 3,79 Industri Pengolahan 494.687,37 29,27 Pengadaan Listrik dan Gas 5.787,49 0,34 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.573,39 0,09

Konstruksi 160.496,35 9,50 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan sepeda Motor 298.172,72 17,64

Transportasi dan Pergudangan 56.724,43 3,36 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 91.476,26 5,41 Informasi dan Komunikasi 77.087,45 4,56 Jasa Keuangan dan Asuransi 46.447,11 2,75 Real Estate 27.560,77 1,63 Jasa Perusahaan 13.538,46 0,80 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 39.082,07 2,31

Jasa Pendidikan 46.022,77 2,72 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.640,21 0,63 Jasa Lainnya 24.140,19 1,43

TOTAL 1.689.882,40 100,00

Sumber : (Badan Pusat Statistik, 2016)

Visi pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Timur dimuat

pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa

Timur tahun 2005 – 2025. Visi tersebut adalah terwujudnya Jawa Timur

sebagai pusat agrobisnis terkemuka, berdaya saing global dan

berkelanjutan menuju Jawa Timur yang makmur dan berakhlak. Visi

tersebut mengandung pengertian bahwa Provinsi Jawa Timur diharapkan

mampu berkembang menjadi provinsi yang aktivitas utama

perekonomiannya berbasis pada sektor agrobisnis yang didukung

Page 21: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

5

permodalan, infrastruktur agrobisnis, kelembagaan petani, dan BUMN,

sehingga mampu tumbuh menjadi tulang punggung perekonomian dalam

rangka mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan

antarwilayah (RPJP Jawa Timur, 2005).

Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka panjang Jawa Timur

maka diperlukan dukungan dari berbagai sektor. Salah satu sektor yang

memegang peranan penting ialah sektor pertanian. Pembangunan sektor

pertanian memiliki nilai strategis dalam rangka pembangunan pusat

agrobisnis. Untuk itu diperlukan pemetaan potensi komoditas-komoditas

sektor pertanian di Jawa Timur. Salah satu langkah penting dalam

pemetaan tersebut adalah menentukan komoditas yang dapat diandalkan

untuk menjadi komoditas unggulan daerah.

Komoditas unggulan adalah komoditas yang mempunyai peranan

besar dalam menggerakkan perekonomian dan berperan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Komoditas yang lebih besar outputnya

mempunyai peluang lebih besar untuk unggul, karena semakin besar

output semakin besar pula kemampuannya untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, ukuran keunggulan perlu dinilai

menurut perspektif yang lebih luas.

Komoditas ungggulan juga mesti berperan dalam mendorong

pertumbuhan sektor-sektor perekonomian secara keseluruhan. Hal ini

berarti, salah satu sifat komoditas unggulan ialah mempunyai keterkaitan

yang kuat dengan sektor-sektor perekonomian. Terdapat sifat saling

Page 22: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

6

keterkaitan antara satu komoditas dengan komoditas yang lain, ataupun

antara satu sektor dengan sektor yang lain. Keterkaitan ini bersifat spesifik

dan dinamis, yang akan berbeda apabila dilakukan perbandingan

antarsektor ataupun antar kurun waktu yang berbeda. Jika dua sektor atau

beberapa sektor mempuyai keterkaitan kuat di antara mereka, maka

kemajuan atau kemunduran salah satu sektor akan berdampak bagi

kemajuan atau kemunduran sektor perekonomian lainnya.

Keterkaitan antarsektor dapat bersifat sebagai keterkaitan ke

belakang dan keterkaitan ke depan. Keterkaitan ke belakang terkait

dengan kemampuan suatu sektor dalam menggerakkan sektor-sektor

perekonomian untuk memenuhi kebutuhan input proses produksinya.

Keterkaitan ke depan berkaitan dengan tingkat kemampuan suatu sektor

dalam menyediakan outputnya untuk aktivitas produksi sektor-sektor

perekonomian.

Persyaratan lain yang mesti dimiliki oleh komoditas unggulan ialah

keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan bersaing di dalam pasar dengan

komoditas sejenis dari wilayah lain. Pasar yang dimaksud bukan hanya

pasar domestik atau lokal tetapi juga pasar yang lebih luas, baik regional,

nasional bahkan internasional. Komoditas yang mempunyai daya saing

tinggi, akan memenangkan persaingan dan mendorong terjadinya capital

inflow guna meningkatkan pendapatan daerah. Pendapatan daerah yang

semakin besar merupakan modal penting untuk mempercepat

pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat.

Page 23: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

7

Pembangunan ekonomi daerah juga bertujuan untuk menurunkan

tingkat kemiskinan. Salah satu caranya ialah menurunkan tingkat

pengangguran dengan memperluas kesempatan kerja. Terbukanya

lapangan kerja yang luas bagi masyarakat akan memperluas distribusi

pendapatan yang berarti terjadi pemerataan kesejahteraan. Oleh karena

itu, kemampuan dalam menyerap tenaga kerja menjadi salah satu

persyaratan sebuah komoditas untuk menjadi komoditas unggulan.

Aspek kelestarian lingkungan juga menjadi kriteria bagi sebuah

komoditas unggulan. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan,

dikemukakan pandangan bahwa pembangunan harus mengutamakan

kelestarian lingkungan hidup. Sumber daya lingkungan harus dapat

dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia dalam jangka panjang.

Eksploitasi sumber daya alam yang berorientasi jangka pendek dan

merusak lingkungan harus dihindari. Dengan demikian, penggunaan

kriteria kelestarian lingkungan dalam menentukan komoditas unggulan

selaras dengan semangat untuk mewujudkan pembangunan yang

berkelanjutan.

Peranan komoditas unggulan sektor pertanian pada pembangunan

ekonomi juga perlu diuraikan lebih lanjut. Peranannya meliputi peranan

komoditas unggulan dalam hubungan keterkaitan dengan keseluruhan

sektor-sektor perekonomian, peranan komoditas unggulan pada

peningkatan output, dan peranan komoditas unggulan pada peningkatan

pendapatan masyarakat.

Page 24: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

8

Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud untuk melakukan

penelitian terhadap komoditas-komoditas sektor pertanian di Provinsi

Jawa Timur agar dapat ditentukan komoditas pertanian yang unggul.

Untuk itu, penulis terlebih dahulu melakukan analisis keterkaitan

komoditas sektor pertanian terhadap sektor-sektor perekonomian secara

keseluruhan. Keterkaitan tersebut meliputi keterkaitan ke belakang dan

keterkaitan ke depan. Penulis juga memperhatikan nilai kontribusi

komoditas pertanian terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur dan faktor daya

saing. Selanjutnya, penulis melakukan penilaian terhadap tingkat

penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengaruh pengembangan komoditas

sektor pertanian terhadap kelestarian lingkungan. Akhirnya, dilakukan

penilaian terhadap peranan komoditas unggulan sektor pertanian pada

pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Peranan tersebut meliputi

peranan komoditas unggulan dalam keterkaitannya dengan sektor-sektor

perekonomian, peranan pada peningkatan output, dan peranan pada

peningkatan pendapatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dalam

penelitian ini dirumuskan permasalahan, yaitu:

1. Apa saja komoditas unggulan sektor pertanian di Provinsi Jawa

Timur?

2. Bagaimana peranan komoditas unggulan tersebut pada

pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur?

Page 25: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian

maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui komoditas unggulan sektor pertanian di Provinsi

Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui peranan komoditas unggulan tersebut pada

pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.

D. Sasaran Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian seperti yang telah diuraikan maka

perlu ditetapkan sasaran-sasaran penelitian yang meliputi:

1. Melakukan analisis penentuan komoditas unggulan sektor

pertanian menggunakan metode Analytical Hierarchy Process

(AHP) dengan mempertimbangkan aspek-aspek, meliputi:

a. aspek keterkaitan ke belakang (backward linkages);

b. aspek keterkaitan ke depan (forward linkages);

c. aspek kontribusi terhadap PDRB;

d. aspek daya saing

e. aspek penyerapan tenaga kerja;

f. aspek kelestarian lingkungan.

Aspek keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan dianalisis

dengan menggunakan metode input-output. Data yang digunakan

dalam analisis input-output adalah tabel Input-Output (tabel I-O)

Page 26: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

10

transaksi domestik atas dasar harga produsen Provinsi Jawa Timur

tahun 2015. Jenis komoditas yang menjadi objek dalam penelitian

ini disesuaikan dengan ketersediaan data pada tabel I-O. Tabel I-O

Jawa Timur tahun 2015 memuat 110 sektor. Untuk keperluan

analisis dilakukan agregasi sektor yaitu dengan menyatukan sektor-

sektor yang mempunyai kesamaan karakteristik sehingga jumlah

sektor yang semula 110 sektor menjadi 37 sektor. Agregasi sektor

disesuaikan dengan tujuan penelitian dan juga mengikuti

nomenklatur jenis sektor atau lapangan usaha yang ditetapkan oleh

Badan Pusat Statistik.

2. Melakukan analisis peranan komoditas unggulan sektor pertanian

pada pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Timur. Peranan yang

dimaksud terkait dengan kontribusi komoditas unggulan bagi

peningkatan output perekonomian, kontribusi komoditas unggulan

bagi peningkatan pendapatan masyarakat, dan peranan komoditas

unggulan dalam hubungan keterkaitan antar sektor-sektor

perekonomian. Analisis yang digunakan adalah analisis Input-

Output, meliputi:

a. analisis keterkaitan ke belakang;

b. analisis keterkaitan ke depan;

c. analisis angka pengganda output;

d. analisis angka pengganda pendapatan (upah/gaji).

Page 27: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

11

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

lain:

1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan dalam studi perencanaan pembangunan wilayah

terutama yang berkaitan dengan pengembangan komoditas

unggulan daerah.

2. Manfaat bagi pemerintah daerah dan dunia usaha

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan

pertimbangan dalam perumusan atau evaluasi kebijakan, strategi,

dan program perencanaan pembangunan daerah, khususnya

dalam perencanaan program dan kegiatan pengembangan

komoditas unggulan. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi dunia usaha dalam usaha-usaha

pengembangan komoditas pertanian, yang seiring dan selaras

dengan program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah.

Page 28: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

12

BAB II

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada dasarnya mempunyai dua tujuan

pokok yaitu pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil

pembangunan. Pada sisi pertumbuhan, pembangunan ekonomi

berorientasi pada peningkatan output. Lebih jauh, peningkatan output

yang terjadi harus lebih besar daripada peningkatan jumlah penduduk,

sehingga penilaian terhadap pertumbuhan ekonomi tidak hanya melihat

peningkatan besaran output total, tetapi juga melihat output perkapita.

Pada sisi pemerataan, peran pemerintah termasuk pemerintah daerah

sangat dibutuhkan agar kebijakan pemerintah dapat mendorong

terbangunnya sistem ekonomi dan sosial yang berkeadilan, yaitu suatu

sistem yang dapat membantu pihak-pihak yang lemah secara sosial dan

ekonomi agar dapat lebih menikmati hasil-hasil pembangunan.

Menurut Arsyad (2010), pembangunan ekonomi daerah merupakan

suatu proses pengelolaan sumber daya ekonomi oleh pemerintah daerah

dan masyarakatnya, dan membentuk kemitraan antara pemerintah daerah

dengan sektor swasta yang bertujuan menciptakan lapangan kerja baru

dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi wilayah. Kebijakan

pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi, permasalahan, serta

potensi yang dimiliki daerah yang bersangkutan.

Page 29: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

13

Beberapa persyaratan dasar yang diperlukan dalam pembangunan

ekonomi, yaitu (Jhingan, 1983) :

1. Atas dasar kekuatan sendiri

Syarat utama pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya

harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri.

Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan

kemajuan material harus muncul dari warga negara itu sendiri.

2. Pembentukan modal

Pembentukan modal merupakan faktor paling penting dan strategis

dalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukan modal bahkan

dapat disebut “kunci utama menuju pembangunan ekonomi”.

3. Kriteria investasi yang tepat

Pola optimum investasi sebagian besar tergantung pada iklim

investasi yang tersedia pada suatu negara, dan pada produktivitas

marginal sosial dari berbagai jenis investasi.

4. Persyaratan sosial budaya

Apabila terdapat hambatan sosial budaya yang menghalangi

kemajuan ekonomi maka hambatan tersebut harus diminimalkan.

5. Administrasi

Kehadiran administrasi yang kuat, berwibawa, dan tidak korupsi,

merupakan sine qua non pembangunan ekonomi. Pemerintah harus

kuat, mampu mengakkan hukum dan ketertiban, dan

mempertahankan negara melawan agresi dari luar.

Page 30: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

14

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara atau

daerah. Indikator keberhasilan tersebut dapat dinilai dan ditunjukkan oleh

tiga nilai pokok (Todaro & Smith, 2006), yaitu:

1. berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya;

2. meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia;

3. meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih yang

merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

B. Pembangunan Wilayah

Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

pada pasal 1 ayat 17 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan wilayah

adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsional. Wilayah merupakan unsur ruang

atau wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, dan

termasuk ruang di dalam bumi.

Pembangunan ekonomi daerah tidak pernah terlepas dari konteks

kewilayahan. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah

menjadi satu hal penting untuk menjembatani pengembangan yang

bersifat sektoral. Melalui pengembangan wilayah yang terintegrasi

diharapkan bisa mengurangi kesenjangan di masyarakat. Bagaimanapun,

pengembangan wilayah akan mengintegrasikan berbagai sumber daya

Page 31: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

15

yang ada, yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,

infrastruktur, pendanaan untuk pengembangan, entrepreneur,

kelembagaan, hingga lingkungan yang mendukung pembangunan yang

luas (Susantono, 2012).

Rustiadi (2009) dalam Saragih (2015) menyatakan bahwa dalam

membangun suatu wilayah diperlukan penguasaan terhadap ilmu wilayah.

Ilmu wilayah muncul sebagai kritik terhadap ilmu ekonomi neoklasik yang

mengabaikan aspek ruang dalam menyikapi suatu permasalahan. Ilmu

wilayah bukan hanya menjawab pertanyaan “mengapa kondisi wilayah

seperti saat ini”, tetapi juga menjawab pertanyaan “bagaimana wilayah

dibangun”, yang memasuki aspek kebijakan (policy).

1. Teori Pembangunan Wilayah

Beberapa teori pembangunan wilayah diuraikan sebagai berikut

(Susantono, 2012) :

a. Teori Kepemilikan Sumber Daya

Teori kepemilikan sumber daya (regional resources endowment)

berargumen bahwa kemajuan ekonomi suatu wilayah bergantung pada

sumber daya alam yang dimiliki wilayah tersebut dan juga pada

permintaan (demand) terhadap komoditas yang dihasilkan. Kepemilikan

sumber daya suatu wilayah, paling tidak dalam jangka pendek,

merupakan penyimpanan sumber daya alam untuk memproduksi barang

dan jasa yang diperlukan. Namun demikian, teori ini memiliki kelemahan

yaitu terjadinya penurunan secara relatif akan penggunaan bahan mentah

Page 32: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

16

dalam produk akhir suatu barang yang melemahkan hubungan antara

sumber daya suatu wilayah dengan pengembangan ekonominya.

b. Teori Export Base

Teori export base pertama kali dikemukakan oleh Douglass C.

North pada tahun 1955. Menurut North, pertumbuhan suatu wilayah,

dalam jangka panjang, bergantung pada industri ekspornya. Pendorong

paling kuat dalam perkembangan wilayah adalah demand eksternal untuk

barang dan jasa yang diproduksi dan diekspor oleh wilayah tersebut.

Demand ini mempengaruhi penggunaan modal, tenaga kerja, dan

teknologi dari wilayah tersebut dalam memproduksi komoditas ekspornya.

Permintaan akan komoditas ekspor akan memperkuat perekonomian

suatu wilayah baik dengan keterkaitan (linkage) ke depan (sektor jasa),

maupun ke belakang (aktivitas produksi).

Suatu wilayah memiliki sektor ekspor jika wilayah tersebut

mempunyai kriteria, antara lain:

(1) wilayah tersebut memiliki keunggulan biaya dalam memproduksi

suatu barang atau jasa;

(2) wilayah tersebut memiliki sumber daya yang unik untuk

memproduksi barang atau jasa tersebut;

(3) wilayah tersebut memiliki keunggulan transportasi.

c. Teori Neo Klasik

Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi regional sangat erat

kaitannya dengan tiga faktor, yaitu: (1) lapangan kerja, (2) modal, dan (3)

Page 33: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

17

perkembangan teknologi. Pertumbuhan serta tingkat faktor-faktor ini akan

menetukan tingkat pendapatan wilayah dan juga perekonomian wilayah.

Teori ini menekankan pada perpindahan faktor-faktor tersebut (terutama

modal dan tenaga kerja) antarwilayah. Tenaga kerja dan modal lebih

bebas bergerak dalam suatu negara daripada antarnegara, sehingga

pengaruhnya cukup substansial dalam pertumbuhan perekonomian

wilayah. Model neoklasik berasumsi bahwa faktor harga memiliki

fleksibilitas yang sempurna sehingga akan meniadakan perbedaan harga

antarwilayah dan akan terjadi konvergensi pendapatan wilayah per kapita.

d. Teori Lokasi

Teori lokasi sudah dipelajari sejak abad ke-19, tetapi baru pada

permulaan abad ke-20 perhatian terhadap analisis ekonomi lokasi dan

ekonomi regional memperlihatkan perkembangan yang pesat. Masalah

lokasi pada setiap kegiatan pembangunan harus dipertimbangkan dan

diperhitungkan secara cermat dan dipilih secara tepat supaya kegiatan

tersebut dapat berlangsung secara produktif dan efisien. Pemilihan lokasi

yang tepat atau yang terbaik berarti harus melakukan pemilihan di antara

beberapa kemungkinan (the best alternative). (Adisasmita, 2004).

Beberapa teori lokasi dapat diuraikan sebagai berikut (Adisasmita,

2004) :

(1) Teori sewa lahan (Von Thunen)

Johann Heinrich von Thunen (1826) menyampaikan teori lokasi dan

spesialisasi pertanian dengan berdasarkan asumsi-asumsi, yaitu:

Page 34: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

18

(a) wilayah model yang terisolasikan (isolated state) adalah bebas dari

pengaruh pasar kota-kota lain;

(b) wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan dengan

kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang

terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah;

(c) wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam;

(d) wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif

seragam;

(e) faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan

adalah konstan, maka dapat dianalisis bahwa sewa lahan

merupakan hasil persaingan berbagai jenis penggunaan lahan.

Menurut von Thunen, produsen-produsen tersebar di daerah luas,

sedangkan pembeli-pembeli terkonsentrasi pada titik sentral. Titik sentral

pada umumnya merupakan kota, dan terdapat perbedaan lokasi di antara

para pembeli di dalam kota. Semua pembeli membayar suatu harga

tertentu, tetapi unit penghasilan bersih di antara para produsen berbeda-

beda, tergantung pada jaraknya dari pusat konsumsi. Model von Thunen

ini termasuk dalam kategori satu unit pasar dan banyak unit produksi.

(2) Teori lokasi optimum (Alfred Weber)

Alfred Weber menekankan pentingnya biaya transpor sebagai

faktor pertimbangan lokasi dan ia mengupasnya secara sistematis. Dalam

mengembangkan teorinya, Weber menyampaikan beberapa konsep

Page 35: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

19

pokok, yakni indeks material (material index), berat lokasional (locational

weight), dan isodapan kritis (critical isodapanes).

Indeks material adalah perbandingan berat bahan baku dan berat

hasil akhir. Berat lokasional adalah berat total dari semua barang (meliputi

hasil akhir, bahan baku, bahan bakar, dan sebagainya) yang harus

diangkut ke dan dari tempat produksi untuk setiap satuan keluaran.

Dalam pengertian umum, industri-industri dengan indeks material

kurang dari 1, yaitu yang mengalami penambahan berat (misalnya pabrik

minuman), dan barang-barang yang mengalami penambahan volume

(misalnya industri perabot rumah tangga) maka lokasi industrinya akan

tertarik mendekati pasar. Sebaliknya, bila indeks material lebih besar dari

1, yaitu yang mengalami penyusutan berat (misalnya industri barang-

barang tambang), dan barang-barang yang mengalami penyusutan

volume (misalnya pabrik gula), maka lokasi industrinya cenderung

mendekati sumber bahan baku. Jika unsur berat dan volume tidak

memegang peranan yang berarti (misalnya industri tekstil), maka lokasi

industrinya dapat diletakkan di antara sumber bahan baku dan pasar.

Terdapat kemungkinan terjadinya deviasi atau penyimpangan

lokasi industri dari titik biaya transpor minimum, misalnya lokasi industri

mendekati lokasi tenaga kerja yang murah. Hal ini masih dapat

dipertanggungjawabkan jika penghematan dalam faktor per unit (upah

buruh) lebih besar atau paling sedikit sama dengan tambahan biaya

transport.

Page 36: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

20

(3) Teori kutub pertumbuhan (Francois Perroux)

Menurut Perroux, pertumbuhan ataupun pembangunan tidak

dilakukan di seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada beberapa tempat

atau lokasi tertentu. Tata ruang diidentifikasikannnya sebagai arena atau

medan kekuatan yang didalamnya terdapat kutub-kutub atau pusat-pusat.

Setiap kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan keluar dan

kekuatan tarikan ke dalam. Pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan

mempunyai pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.

Konsep kutub pertumbuhan dapat digunakan sebagai alat untuk

mengamati gejala-gejala pembangunan, proses kegiatan ekonomi , timbul

dan berkembangnya industri-industri pendorong serta peranan

keuntungan-keuntungan aglomerasi. Secara esensial, teori kutub

pertumbuhan dikategorisasikan sebagai teori dinamis. Proses

pertumbuhan digambarkan sebagian keadaan yang tidak seimbang

karena adanya keberhasilan kutub-kutub dinamis. Inti pokok dari

pertumbuhan wilayah terletak pada inovasi-inovasi yang dilakukan

perusahaan-perusahaan atau industri-industri berskala besar dan

terdapatnya ketergantungan antar perusahaan atau industri.

Di sekitar kutub geografis, pertumbuhan industri-industri yang

menonjol dan kegiatan-kegiatan yang mempunyai keterkaitan dengan

industri-industri tersebut lebih pesat dari pada di lokasi-lokasi lainnya, dan

selanjutnya dari kutub tersebut manfaatnya akan menyebar ke seluruh

pelosok wilayah.

Page 37: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

21

C. Perencanaan Pembangunan

Kunci keberhasilan suatu pembangunan adalah perencanaan yang

tepat. Perencanaan pada hakekatnya harus didasarkan pada masalah,

kebutuhan dan potensi wilayah agar pembangunan yang dilakukan tepat

guna dan tepat sasaran sehingga mampu meningkatkan perekonomian

daerah (Permatasari, 2016).

Berdasarkan pendekatan koordinasi, perencanaan pembangunan

terdiri dari: 1) perencanaan makro, 2) perencanaan sektoral, 3)

perencanaan regional, dan 4) perencanaan mikro (Nursini, 2010).

1. Perencanaan Makro

Perencanaan pembangunan makro adalah perencanaan

pembangunan dalam skala makro atau menyeluruh. Dalam perencanaan

makro ini dikaji tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dan akan

direncanakan, seberapa besar tabungan masyarakat dan pemerintah

akan tumbuh, bagaimana proyeksinya, dan hal-hal lainnya secara makro

dan menyeluruh. Kajian ini dilakukan untuk menentukan tujuan dan

sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu rencana, dengan

memperhitungkan berbagai variabel ekonomi mikro. Perencanaan makro

ini dilakukan dengan melihat dan memperhitungkan secara cermat

keterkaitannya dengan perencanaan sektoral dan regional.

2. Perencanaan Sektoral

Perencanaan sektoral adalah perencanaan yang dilakukan dengan

pendekatan berdasarkan sektor. Yang dimaksud dengan sektor adalah

Page 38: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

22

kumpulan dari kegiatan-kegiatan atau program yang mempunyai

persamaan ciri-ciri serta tujuannya. Pembagian menurut klasifikasi

fungsional seperti sektor, maksudnya untuk mempermudah perhitungan-

perhitungan dalam mencapai sasaran makro. Sektor-sektor ini kecuali

mempunyai ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, juga mempunyai daya

dorong yang berbeda dalam mengantisipasi investasi yang dilakukan

pada masing-masing sektor. Meskipun pendekatan ini menentukan

kegiatan tertentu, oleh instansi tertentu, di lokasi tertentu, faktor lokasi

pada dasarnya dipandang sebagai tempat atau lokasi kegiatan saja.

Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan perencanaan lainnya yang

terutama bertumpu pada lokasi kegiatan.

3. Perencanaan Regional

Perencanaan dengan dimensi pendekatan regional menitikberatkan

pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan. Pemerintah daerah

mempunyai kepentingan yang berbeda dengan instansi-instansi di pusat

dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Departemen/lembaga pusat

dengan visi atau kepentingan yang bertitik berat sektoral melihat "lokasi

untuk kegiatan", sedangkan pemerintah daerah dengan titik berat

pendekatan pembangunan regional (wilayah/daerah) melihat "kegiatan

untuk lokasi".

Kedua pola pikir itu bisa saja menghasilkan hal yang sama,

namun sangat mungkin menghasilkan usulan yang berbeda. Pemerintah

daerah dalam merencanakan pembangunan daerah mengupayakan

Page 39: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

23

pendayagunaan ruang di daerahnya, mengisinya dengan berbagai

kegiatan sedemikian rupa sehingga menghasilkan alternatif

pembangunan yang terbaik bagi daerah tersebut. Pilihan daerah

terhadap alternatif yang tersedia dapat menghasilkan pertumbuhan yang

tidak optimal dari sudut pandang sektor yang melihat kepentingan

nasional secara sektoral. Pendekatan regional perlu dipadukan dalam

perencanaan pembangunan dalam lingkup nasional.

4. Perencanaan Mikro

Perencanaan mikro adalah perencanaan skala rinci dalam

perencanaan tahunan, yang merupakan penjabaran rencana-rencana

baik makro, sektoral, maupun regional ke dalam susunan program-

program dan kegiatan-kegiatan dalam berbagai dokumen perencanaan

dan penganggarannya.

Suatu negara atau daerah melakukan perencanaan pembangunan

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

penggunaan sumberdaya ekonomi yang lebih efisien dan efektif. Hal ini

berarti peran dan fungsi pemerintah menjadi sangat penting dalam

pengelolaan ekonomi. Dengan melihat perkembangan pembangunan

hingga saat ini, terdapat fakta yang menunjukkan bahwa tidak ada Negara

di dunia ini tidak mementingkan peranan pemerintah. Di negara-negara

maju dan penganut mekanisme pasar sekalipun, peranan dan intervensi

pemerintah masih tetap ada dan dibutuhkan untuk kepentingan publik

(Nursini, 2010).

Page 40: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

24

D. Sektor Pertanian

Ilmu pertanian adalah kelompok ilmu pengetahuan terapan yang

mempelajari segala aspek biologis, sosiobudaya dan bisnis yang

berkaitan dengan kegiatan usaha manusia dalam rangka meningkatkan

pemanfaatan kekayaan alam hayati melalui proses produksi atau usaha

ekstraksi selektif, untuk memenuhi perkembangan kebutuhan manusia

dengan memperhatikan keseimbangan ekologi dan kelestarian

produktivitas alam (Nurmala dkk, 2012).

Pembangunan pertanian merupakan suatu proses perubahan yang

direncanakan menuju keadaan yang lebih baik dari sebelumnya, pada

bidang pertanian, yang termasuk di dalamnya ialah pembangunan sistem

dan usaha agrobisnis yang diarahkan untuk mendayagunakan keunggulan

komparatif (comparative advantage) menjadi keunggulan bersaing

(competitive advantage) (Ekowati, 2011).

Tujuan dari pembangunan pertanian adalah sebagai berikut :

1. meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani melalui

pengembangan sistem agrobisnis dan usaha-usaha agrobisnis;

2. mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada

keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya

pangan lokal di setiap daerah;

3. meningkatkan daya saing komoditas/produk pertanian dan ekspor

hasil pertanian;

Page 41: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

25

4. mengembangkan aktivitas ekonomi melalui pengembangan sistem

agrobisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan;

5. meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha secara adil melalui

pengembangan sistem agrobisnis (Ekowati, 2011).

E. Komoditas Unggulan

Menurut Ambardi & Prihawantoro (2002), komoditas unggulan

mempunyai kriteria, yaitu:

1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama

(prime mover) pembangunan perekonomian. Artinya komoditas

unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada

peningkatan pendapatan, pengeluaran, maupun produksi/output;

2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke

belakang (forward and backward lingkages) yang kuat, baik

sesama komoditas unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya;

3. Komoditas unggulan mampu bersaing (competitiveness) dengan

produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar

internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas

pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya;

4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah

lain (complementarity), baik dalam hal pasar (konsumen) maupun

pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak

mencukupi atau tidak tersedia sama sekali);

Page 42: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

26

5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi (state of the art) yang

terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi;

6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas

secara optimal sesuai dengan skala produksinya;

7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu,

mulai dari fase kelahiran (increasing), pertumbuhan (growth),

puncak (maturity) hingga penurunan (decreasing). Begitu

komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka

komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya;

8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan

internal;

9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai

bentuk dukungan, misalkan dukungan keamanan, sosial, budaya,

informasi dan peluan pasar, kelembagaan, fasilitas

insentif/disinsentif, dan lain-lain;

10. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian

sumberdaya dan lingkungan.

Menurut Sambodo dalam (Soebagiyo, 2015), ciri-ciri suatu sektor

yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut:

1. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi;

2. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar;

3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antarsektor yang tinggi;

4. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Page 43: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

27

F. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode

analisis yang dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.

Metode AHP diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada periode 1971-

1975 ketika di Wharton School. Metode AHP adalah metode analisis

matematis yang dilengkapi dengan prosedur sistematis dengan susunan

langkah-langkah yang terorganisir untuk menentukan prioritas sesuai

tujuan yang ditetapkan. Hal paling utama dalam metode AHP adalah

penyusunan matriks perbandingan berpasangan (Saaty, 1987).

Prosedur atau langkah-langkah untuk menentukan prioritas

diuraikan sebagai berikut (Saaty, 2008):

1. Menentukan masalah dan jenis informasi atau keputusan yang

akan diambil;

2. Menyusun hierarki keputusan, dimulai dari tingkat paling atas yaitu

tujuan, dan dilanjutkan pada tingkat menengah yang berisi kriteria-

kriteria. Hierarki dapat dilanjutkan dengan menentukan subkriteria

yang dibutuhkan. Penyusunan hierarki dilakukan sampai tingkat

paling rendah (biasanya merupakan alternatif-alternatif);

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan; setiap elemen di

tingkat atas digunakan untuk membandingkan unsur-unsur di

tingkat yang tepat di bawahnya;

4. Menggunakan penilaian prioritas yang diperoleh untuk menimbang

penilaian prioritas di tingkat lebih bawah untuk setiap elemen,

Page 44: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

28

proses penimbangan dilanjutkan sampai hierarki paling bawah yaitu

alternatif-alternatif.

Menurut Mulyono (1996), dalam menyelesaikan persoalan

menggunakan AHP, ada beberapa prinsip yang perlu dipahami, yaitu:

1. Decomposition

Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan

decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-

unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga

dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan

pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tindakan dari

persoalan tadi.

2. Comparative Judgment

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang tingkat kepentingan

relatif dua elemen pada suatu hierarki tertentu berkaitan dengan hierarki

atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan

berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini

akan tampak lebih jelas jika disajikan dalam bentuk matriks yang

dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison

matrix).

3. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks perbandingan berpasangan kemudian

didapatkan local priority. Karena matriks perbandingan berpasangan

terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority

Page 45: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

29

harus dilakukan sintesa di antara local priority. Prosedur melakukan

sintesa berbeda menurut bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen

menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority

setting.

4. Logical Consistency

Konsistensi yang logis memiliki dua makna. Pertama adalah objek-

objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman

dan relevansinya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan

antarobjek dan penilaiannya yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Proses ini harus dilakukan hingga didapatkan penilaian yang tepat.

G. Location Quotient

Location Quotient (LQ) merupakan metode yang digunakan untuk

mengetahui tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian suatu daerah.

Menurut Arsyad (2010) dalam Widianingsih (2015), metode LQ

merupakan suatu pendekatan untuk mengukur kinerja basis ekonomi

suatu daerah yang dapat digunakan untuk pengujian sektor-sektor

ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan. Nilai LQ dihitung

untuk mengukur konsentrasi kegiatan sektor ekonomi suatu daerah,

dengan membandingkan peranan sektor ekonomi daerah dengan peranan

sektor ekonomi sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

Lincolin (1999) dalam Suryani (2015) menyatakan bahwa faktor

utama penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan

langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah.

Page 46: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

30

Richardson (1997) dalam Suryani (2015) menyatakan bahwa metode LQ

merupakan metode yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis

empirik. Asumsinya adalah jika suatu wilayah lebih berspesialisasi dalam

memproduksi suatu barang maka wilayah tersebut mengekspor barang

sesuai dengan tingkat spesialisasinya.

Menurut Adisasmita (2005), aktivitas basis memiliki peranan

sebagai penggerak utama (prime mover) dalam pertumbuhan ekonomi

suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain maka

akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian

sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan

menimbulkan efek ganda (multiplier effect) pada perekonomian regional.

Dalam metode LQ diasumsikan bahwa penduduk suatu wilayah

(lokal) mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan

wilayah acuan (regional/nasional). Asumsi yang lain ialah produktivitas

pekerja lokal di daerah diasumsikan sama dengan produktivitas pekerja di

wilayah acuan (regional/nasional). Jika wilayah analisis setingkat

kabupaten atau kota maka wilayah acuan yang digunakan setingkat

provinsi. Jika wilayah analisis setingkat provinsi maka wilayah yang

digunakan sebagai acuan ialah setingkat negara.

Hasil analisis LQ berupa nilai atau angka tanpa satuan. Jika nilai

LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan lebih berspesialisasi atau lebih

dominan dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah acuan. Sektor

ini dalam perekonomian wilayah memiliki keunggulan komparatif dan

Page 47: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

31

dikategorikan sebagai sektor basis. Jika LQ < 1, maka sektor yang

bersangkutan kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan

sektor yang sama di wilayah acuan. Sektor ini dalam perekonomian

wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai

sektor non basis.

H. Model Input- Output

Salah satu model perencanaan pembangunan yang popular

dipraktekkan oleh para perencana untuk memahami keterkaitan

antarsektor dan memberikan gambaran perekonomian secara

komprehensif adalah model input-output yang sering dikenal pula dengan

istilah tabel input-output (Tabel I-O) (Nursini, 2010).

Model input-output pertama kali diperkenalkan oleh W. Leontief

pada tahun 1930-an. Dalam model input-output dikenal sebuah tabel yaitu

tabel input-output (tabel I-O). Tabel I-O adalah suatu tabel yang berbentuk

matriks yang menyajikan informasi transaksi barang dan jasa, serta

hubungan saling keterkaitan antar satu sektor dengan sektor lainnya

dalam kegiatan perekonomian wilayah pada periode tertentu.

Menurut Nazara (1997), analisis input-output merupakan suatu

peralatan analisis keseimbangan umum. Keseimbangan dalam Analisis

input-output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian.

Penekanan utama dalam analisis input-output ini adalah pada sisi

produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian tersebut

memegang peranan penting dalam analisis ini. Lebih spesifik lagi,

Page 48: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

32

teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam

kaitannya dengan penggunaan input antara.

Menurut Nazara (1997), output yang diproduksi oleh suatu sektor,

katakan sektor i, didistribusikan ke dua pemakai. Pertama, pemakai yang

menggunakan output tersebut untuk proses produksi lebih lanjut, dan

kedua, pemakai yang menggunakan output tersebut untuk pemakaian

akhir. Pemakai pertama adalah sektor produksi, sedangkan pemakai

kedua, tentunya adalah pemakai akhir. Bagi pemakai pertama, output

sektor i tersebut merupakanbahan baku atau input antara (intermediate

inputs), sedangkan bagi pemakai kedua, input sektor i merupakan

permintaan akhir (final demand).

Bentuk umum tabel transaksi input-output ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output

Sektor Produksi

Permintaan Akhir Total

Output 1 2 C I G E X

Sektor Produksi

1 Z11 Z12 C1 I1 G1 E1 X1 2 Z21 Z22 C2 I2 G2 E2 X2

Nilai

Tambah L L1 L2 LC LI LG LE L N N1 N2 NC NI NG NE N

Impor M M1 M2 MC MI MG ME M

Total Input X X1 X2

C I G E X

Sumber: (Nazara, 1997).

Page 49: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

33

Menurut Nazara (1997), seperti dapat dilihat pada tabel 2, total

input harus sama dengan total output. Kemudian, sesuai sifatnya yang

linier, maka dapat dituliskan bahwa

X1 + X2 + L + N + M = X1 + X2 + C + I + G + E ................................(1)

atau

L + N + M = C + I + G + E ..............................................................(2)

Persamaan (2) adalah persamaan pendapatan nasional. Pada tabel 2

terdapat tiga daerah yang diberi arsir abu-abu. Masing-masing kelompok

dapat dijadikan satu matriks tersendiri.

Pada dasarnya pengukuran input dan output dapat dilakukan

dengan menggunakan ukuran fisik dan ukuran nilai uang. Dalam praktek,

oleh karena keterbatasan dalam penggunaan ukuran fisik, maka secara

umum digunakan nilai uang untuk pengukurannya. Setiap transaksi

dengan menggunakan ukuran uang dapat dinilai atas dasar: (1) harga

pembeli atau harga yang dibayar oleh konsumen, (2) harga produsen atau

harga yang diterima oleh produsen. Perbedaan antara harga produsen

dan harga pembeli adalah nilai margin pemasaran dan biaya transpor

(Saleh, Hamzah, & Rumampuk, 2000).

Berbagai asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

model I-O yaitu :

1. Homogenitas; asumsi ini menyatakan bahwa suatu sektor hanya

menghasilkan barang melalui satu cara dengan satu susunan input.

Page 50: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

34

2. Proporsional; asumsi ini menyatakan bahwa perubahan tingkat

output selalu didahului oleh perubahan input yang seimbang.

3. Additivitas; asumsi ini menyatakan bahwa akibat total dari

pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-

masing sektor secara terpisah.

Menurut Hafied (2009), keuntungan yang diperoleh dengan

menggunakan model I-O dalam perencanaan wilayah, yaitu:

1. model I-O memberikan deskripsi detail mengenai perekonomian

dengan mengkuantifikasikan ketergantungan antarsektor;

2. untuk satu satuan permintaan akhir dapat ditentukan besarnya

output dari setiap sektor, dan kebutuhannya terhadap faktor

produksi dan sumber daya;

3. dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang

disebabkan oleh swasta maupun pemerintah dapat ditelusuri dan

diramalkan secara terperinci;

4. perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat

diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik.

Hambatan yang dihadapi lembaga-lembaga perencanaan terutama

di daerah, terkait analisis I-O antara lain (Hafied, 2009):

1. biaya yang relatif besar dalam pengumpulan data;

2. data pokok yang belum memadai;

3. keterbatasan kemampuan teknis.

Page 51: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

35

Model input-output dapat dikelompokkan menjadi beberapa model

(Nazara, 1997), yaitu:

1. Model input-output terbuka dan model input-output tertutup;

2. Model input-output region tunggal dan model input-output antar-

region;

3. Model input-output sisi permintaan dan model input-output sisi

penawaran.

I. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ataupun kajian tentang penentuan komoditas unggulan,

dan peranan/kontribusinya pada pembangunan telah banyak dilakukan.

Terdapat beberapa variasi penggunaan metode analisis dalam

menentukan komoditas unggulan.

Terkait dengan penentuan komoditas unggulan, Suryani dkk (2015)

dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Komoditas Perkebunan

Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kabupaten Bungo, Provinsi

Jambi”, menentukan komoditas perkebunan unggulan dengan metode

location quotient (LQ) dan metode shift share (SS). Dari hasil

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis komoditas

perkebunan unggulan yang dijadikan prioritas utama untuk dikembangkan

di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bungo, yaitu karet, kelapa

sawit, dan kelapa dalam. Di antara 17 kecamatan, 9 kecamatan memiliki

komoditas unggulan karet, 7 kecamatan memiliki komoditas unggulan

Page 52: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

36

kelapa sawit, sedangkan komoditas unggulan kelapa dalam hanya

terdapat di satu kecamatan yaitu Kecamatan Pasar Bungo.

Widianingsih dkk (2015) meneliti kontribusi sektor pertanian pada

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Analisis dilakukan

menggunakan metode Trend, Location Quotient (LQ), Dynamic

Location Quotient (DLQ), Shift-Share, dan Klassen Typology. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa PDRB sektor pertanian di Provinsi Jawa

Barat memiliki kecenderungan meningkat dan kontribusi PDRB sektor

pertanian di Provinsi Jawa Barat memiliki kecenderungan menurun yang

siginifikan selama periode tahun 2003-2012. Hasil analisis LQ, DLQ dan

Klassen Typology menunjukkan konsistensi hasil yaitu subsektor

kehutanan sebagai subsektor yang dapat diandalkan di masa mendatang,

subsektor tanaman pangan dan hortikultura sebagai subsektor yang

hanya dapat diandalkan saat ini, dan subsektor perkebunan dan

perikanan sebagai subsektor tertinggal.

Oktavia dkk (2016) meneliti peran sektor pertanian dalam

pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan

Metode Input-Output dengan menggunakan data tabel input-output

Provinsi Jawa Timur tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan: 1)

Kontribusi sektor pertanian dilihat dari: a). Struktur output yang dihasilkan

sebesar 183.558.716,28 juta; b). Struktur nilai tambah bruto adalah

169.426.431,70 juta; c). Struktur pendapatan adalah 50.078.445,51 juta;

d). Struktur tenaga kerja adalah 36.071.090 juta orang; e). Angka

Page 53: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

37

pengganda output dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak

lainnya (2,35); f) Angka pengganda pendapatan dengan nilai terbesar

berada pada komoditas telur (3,51); g) Angka pengganda nilai tambah

bruto dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya (2,54);

h). Angka pengganda tenaga kerja dengan nilai terbesar berada pada

komoditas padi (2,12); i). Keterkaitan ke belakang dengan nilai terbesar

berada pada komoditas ternak lainnya (1,46); j). Keterkaitan ke depan

dengan nilai terbesar berada pada komoditas padi (1,48). 2). Komoditas

unggulan sektor pertanian, yaitu: komoditas ikan laut dan hasil perikanan

lainnya, komoditas ikan darat dan hasil perikanan lainnya, komoditas padi,

komoditas jagung, komoditas sayur-sayuran, komoditas buah-buahan,

komoditas kedelai, komoditas telur, komoditas sapi, komoditas ayam,

komoditas susu segar, komoditas ternak lainnya, komoditas domba dan

kambing, komoditas tebu, komoditas tembakau.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian sebelumnya

meliputi metode yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan

dan kebaharuan data tabel input-output yang digunakan. Pada penelitian

ini, komoditas unggulan ditentukan dengan menggunakan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan mempertimbangkan lima

kriteria dan dua subkriteria. Peranan komoditas unggulan dianalisis

dengan analisis input-output dengan menggunakan data tabel input-output

Provinsi Jawa Timur tahun 2015 yang merupakan data terbaru.

Page 54: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

38

J. Kerangka Pikir Penelitian

Proses pembangunan daerah diawali dengan perencanaan

pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan yang baik ialah

perencanaan yang selaras dengan kondisi daerah, kebutuhan

masyarakat, permasalahan yang dihadapi, dan potensi daerah. Dalam

pembangunan ekonomi, pemetaan potensi ekonomi daerah menjadi

sebuah keniscayaan. Pemetaan bertujuan untuk mengetahui berbagai

sumber daya ekonomi yang dapat digunakan sebagai modal

pembangunan daerah.

Titik berat penelitian ini adalah pada sektor pertanian. Penelitian ini

berlokasi di Provinsi Jawa Timur. Sektor pertanian dipilih untuk ditelti

karena sektor pertanian berhubungan erat dengan dengan visi

pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Timur yaitu terwujudnya

Jawa Timur sebagai pusat agrobisnis terkemuka, berdaya saing global

dan berkelanjutan.

Karena adanya keterbatasan sumber daya pembangunan maka

diperlukan penentuan prioritas pembangunan. Salah satu penerapannya

ialah pada penentuan komoditas unggulan sektor pertanian.

Pembangunan berbasis komoditas unggulan dapat mempercepat

pertumbuhan ekonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Dalam penelitian ini, untuk menentukan komoditas unggulan

digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan

Page 55: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

39

mempertimbangkan aspek-aspek, yaitu: (1) aspek keterkaitan ke

belakang, (2) aspek keterkaitan ke depan, (3) aspek kontribusi terhadap

PDRB, (4) aspek daya saing, (5) aspek penyerapan tenaga kerja, dan (6)

aspek kelestarian lingkungan.

Selain itu, diperlukan informasi mengenai peranan komoditas

unggulan bagi pembangunan ekonomi. Untuk mengetahui peranan

tersebut digunakan analisis input-output. Analisisnya meliputi analisis

keterkaitan ke belakang dan ke depan, analisis angka pengganda output,

dan analisis angka pengganda pendapatan (upah/gaji). Nilai yang

diperoleh digunakan sebagai dasar intrepretasi peranan komoditas

unggulan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi.

Page 56: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

40

PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

PEMETAAN POTENSI EKONOMI DAERAH

ANALISIS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

KOMODITAS SEKTOR PERTANIAN

ANALISIS ANGKA

PENGGANDA OUTPUT

ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN

ANTAR SEKTOR

ASPEK KELESTARIAN LINGKUNGAN

KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

ANALISIS ANGKA PENGGANDA PENDAPATAN (UPAH/GAJI)

PERANAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN

ASPEK DAYA SAING

ASPEK KONTRIBUSI TERHADAP

PDRB

ASPEK KETERKAITAN

ANTAR SEKTOR

ANALISIS LOCATION QUOTIENT

ASPEK PENYERAPAN

TENAGA KERJA

Page 57: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

BAB III

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian

deskriptif. Menurut Furchan (2004), penelitian deskriptif cenderung

menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah

secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas, dan dilakukan secara

cermat. Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan

atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis. Penelitian deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat

untuk mengetahui secara mendalam dan rinci terhadap objek penelitian.

Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Metode

pendekatan kuantitatif adalah suatu proses untuk menemukan

pengetahuan dengan menggunakan data berupa angka sebagai media

untuk menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Noor,

2015). Metode pendekatan ini lebih menekankan pada penggunaan

angka-angka yang dilengkapi dengan penggunaan tabel, diagram dan

grafik agar angka-angka lebih mudah dipahami dan diintrepretasi.

Penelitian kuantitatif mengembangkan dan menggunakan model-model

matematis. Penelitian kuantitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur

yang telah direncanakan sebelumnya.

Page 58: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

42

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Provinsi Jawa Timur yang merupakan

salah satu dari enam provinsi di Pulau Jawa (Gambar 2). Wilayah

Provinsi Jawa Timur terdiri dari daratan yang menyatu dengan Pulau Jawa

dan pulau-pulau di sekitarnya termasuk Pulau Madura sebagai yang

terbesar. Secara astronomis Provinsi Jawa Timur terletak pada koordinat

111°0' - 114°4' Bujur Timur dan 7°12' - 8°48' Lintang selatan.

Sumber : RTRW Prov. Jawa Timur (2011-2031) dan Wikipedia, gambar diolah

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Page 59: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

43

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan

data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

sumbernya, dalam hal ini peneliti ialah pihak yang pertama kali

memperoleh data tersebut. Data primer dalam penelitian ini ialah data

penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur,

dan data pengaruh pengembangan komoditas sektor pertanian terhadap

kelestarian lingkungan. Data ini diperoleh dari sumber data atau informan

yaitu pakar/ahli yang berpengalaman dan berkompeten pada bidang

pertanian dan lingkungan hidup.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi literatur

berupa laporan tertulis, hasil survei, hasil penelitian, dokumen

perencanaan, pustaka, peraturan perundangan, dan dokumen-dokumen

lainnya. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data

tabel input-output Provinsi Jawa Timur tahun 2015 menurut transaksi

domestik atas dasar harga produsen, data PDRB komoditas pertanian,

data produksi sektor pertanian di tingkat nasional dan di tingkat Provinsi

Jawa Timur, data harga komoditas pertanian, dan data pendukung lainnya

yang terkait dengan penelitian.

Page 60: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

44

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan

sebuah proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan

data sesuai dengan lingkup penelitian.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan metode

wawancara. Wawancara dilakukan kepada informan atau narasumber

untuk memperoleh data penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian

dan data pengaruh pengembangan komoditas pertanian terhadap

kelestarian lingkungan.

2. Data Sekunder

Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

dikumpulkan melalui metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah

suatu metode pengumpulan data dengan menghimpun data yang berasal

dari sumber yang sudah tersedia. Sumber tersebut dapat berupa buku,

tulisan, gambar, catatan penting, baik dari perorangan, lembaga, atau

organisasi. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara

mendatangi kantor atau instansi terkait sebagai penyedia data. Peneliti

datang ke Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan

tabel input-output Provinsi Jawa Timur tahun 2015. Pengumpulan data

Page 61: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

45

juga dilakukan dengan menghubungi penyedia data melalui telepon dan e-

mail. Data sekunder juga diperoleh melalui internet.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan terdiri dari dua

tahap, yaitu:

1. tahap pertama adalah analisis untuk menentukan komoditas

unggulan sektor pertanian dengan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP) yang dikombinasikan dengan analisis Input-Output

(I-O) dan analisis Location Quotient (LQ)..

2. tahap kedua adalah analisis untuk menentukan peranan komoditas

unggulan tersebut pada pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa

Timur dengan menggunakan analisis Input-Output.

1. Penentuan Komoditas Unggulan

Penentuan komoditas unggulan sektor pertanian dianalisis dengan

metode AHP. Metode AHP adalah metode analisis matematis yang

dalam proses perhitungannya dapat menggunakan software excel

atau expert choice. Dalam penelitian ini digunakan expert choice 11.

Tahapan-tahapan analisis AHP sebagai berikut:

a. Penyusunan Hierarki.

Tahap pertama ialah menyusun hierarki. Hierarki yang lebih tinggi

menjadi penentu sifat atau karakteristik hierarki yang berada tepat di

Page 62: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

46

bawahnya. Pada penelitian ini, hierarki yang disusun terdiri dari tiga

tingkatan. Susunan hierarki AHP disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Susunan Hierarki AHP

Susunan hierarki AHP terdiri dari:

1) Hierarki I adalah hierarki tingkat paling atas. Hierarki I memuat tujuan

yang ditetapkan yaitu “Komoditas Unggulan Sektor Pertanian”.

2) Hierarki II adalah hierarki tingkat menengah. Hierarki II memuat

kriteria/subkriteria dalam rangka mencapai tujuan.

Pada hierarki II terdapat lima kriteria, yaitu:

a) aspek keterkaitan antarsektor;

b) aspek kontribusi terhadap PDRB;

c) aspek daya saing;

d) aspek penyerapan tenaga kerja;

e) aspek kelestarian lingkungan;

Page 63: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

47

Kriteria keterkaitan antarsektor terdiri dari dua subkriteria, yaitu: a)

aspek keterkaitan ke belakang, b) aspek keterkaitan ke depan.

3) Hierarki III merupakan hierarki paling bawah. Hierarki III berisi

alternatif-alternatif, yaitu komoditas sektor pertanian. Terdapat 16

komoditas yang menjadi alternatif, disesuaikan dengan jenis

komoditas yang ada pada tabel I-O Provinsi Jawa Timur tahun 2015.

Jenis-jenis komoditas sektor pertanian yang menjadi alternatif

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Hierarki III (Alternatif Jenis Komoditas)

Hierarki III (Alternatif Jenis Komoditas)

1 Padi 7 Kopi 13 Kambing dan Domba 2 Jagung 8 Teh 14 Ayam 3 Kedelai 9 Kakao 15 Susu segar 4 Tebu 10 Karet 16 Telur 5 Tembakau 11 Sapi 6 Kelapa 12 Kerbau

b. Penyusunan Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan berisi angka-angka yang

merupakan nilai hasil pembandingan antarelemen matriks. Elemen matriks

pada hierarki lebih atas digunakan sebagai dasar pembandingan elemen

matriks tepat di bawahnya. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai

1 sampai dengan 9.

Nilai 1 diberikan jika dua elemen dinilai setara. Jika hasil

perbandingan dua elemen memiliki tingkat kesetaraan yang berbeda

maka diberikan nilai 3 jika perbedaannya moderat, nilai 5 jika

Page 64: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

48

perbedaannya kuat, nilai 7 jika perbedaanya sangat kuat, dan nilai 9 jika

perbedaannya ekstrem. Penilaian dengan angka 2,4,6,dan 8 juga dapat

diberikan untuk mengakomodasi penilaian yang berada pada pertengahan

kondisi tersebut.

Angka 1 sampai dengan 9 digunakan jika elemen yang

dibandingkan lebih tinggi penilaiannya daripada elemen pembanding.

Kebalikannya, jika elemen yang dibandingkan lebih rendah penilaiannya

daripada elemen pembanding maka nilai yang digunakan adalah angka

1/2 sampai dengan 1/9. Dalam matriks perbandingan berpasangan,

elemen yang dibandingkan adalah elemen yang disusun menurut baris,

sedangkan elemen pembanding adalah elemen yang disusun menurut

kolom.

Matriks perbandingan berpasangan yang disusun merupakan

matriks bujursangkar. Ordo matriks bujursangkar ditentukan berdasarkan

jumlah elemen yang berada pada tingkat yang lebih bawah. Pada

penelitian ini disusun satu buah matriks berordo 5x5, satu buah matriks

berordo 2x2, dan enam buah matriks berordo 16x16. Jumlah seluruh

matriks yang disusun ialah delapan buah.

Delapan buah matriks perbandingan berpasangan yang disusun

terdiri dari:

1) sebuah matriks berordo 5x5 untuk mejelaskan kriteria komoditas

unggulan. Matriks ini berisi elemen-elemen hasil pembandingan

antarkriteria.

Page 65: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

49

2) sebuah matriks berordo 2x2 untuk mejelaskan subkriteria yang terkait

dengan kriteria keterkaitan antarsektor. Matriks ini berisi elemen-

elemen hasil pembandingan antara subkriteria keterkaitan ke

belakang dan keterkaitan ke depan;

3) enam buah matriks berordo 16x16 untuk mejelaskan alternatif pilihan

yang terkait dengan kriteria dan subkriteria. Matriks ini berisi elemen-

elemen hasil pembandingan antar 16 alternatif.

Susunan matriks perbandingan berpasangan yang mejelaskan

kriteria komoditas unggulan disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria-Kriteria

KOMODITAS UNGGULAN Keterkaitan Antarsektor

Kontribusi terhadap

PDRB

Daya Saing

Penyerapan Tenaga Kerja

Kelestarian Lingkungan

Keterkaitan Antarsektor 1 1 1 1

Kontribusi terhadap PDRB 1 1 1

Daya Saing 1 1

Penyerapan Tenaga Kerja 1

Kelestarian Lingkungan

Susunan matriks perbandingan berpasangan yang mejelaskan

subkriteria yang terkait dengan kriteria keterkaitan antarsektor disajikan

pada tabel 5.

Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria-Subkriteria

Keterkaitan Antarsektor Keterkaitan ke

Belakang Keterkaitan ke Depan

Keterkaitan ke Belakang 1

Keterkaitan ke Depan

Page 66: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

50

Matriks berikutnya yang disusun ialah matriks perbandingan

berpasangan yang mejelaskan alternatif pilihan. Penyusunan matriks

perbandingan berpasangan ini menggunakan data-data yang disesuaikan

dengan kriteria atau subkriteria pada hierarki tepat di atasnya.

Pada kriteria keterkaitan antar sektor, penyusunan matriks

perbandingan berpasangan memerlukan nilai-nilai hasil analisis input-

output. Tahap pertama analisis input-output adalah melakukan agregasi

sektor. Tabel input-output memuat 110 sektor. Sektor-sektor yang

mempunyai karakteristik yang sama atau hampir sama digabungkan. Hasil

dari proses agregasi ialah pengererucutan jumlah sektor dari 110 sektor

menjadi 37 sektor.

Tahap berikutnya ialah menyusun matriks koefesien teknologi.

Pada analisis I-O, yang menggunakan model input-output sisi permintaan,

matriks koefesien teknologi yang disusun berisi elemen-elemen hasil

pembandingan tiap-tiap elemen terhadap nilai total input tiap-tiap sektor.

Matriks yang dihasilkan biasa juga dinamakan matriks koefesien input

atau matriks A. Matriks koefesien input yang dihasilkan berordo 37x37.

Kemudian disusun matriks (I-A) yang dikenal dengan sebutan matriks

Leontief. Matriks Leontief yang dihasilkan berordo 37x37. Matriks Leontief

merupakan matriks hasil pengurangan matriks identitas (matriks I) yang

berordo 37x37 dengan matriks A. Langkah berikutnya ialah melakukan

operasi inverse matriks terhadap matriks Leontief. Matriks yang dihasilkan

Page 67: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

51

biasa dikenal dengan nama matriks kebalikan Leontief (Leontief inverse

matrix) atau matriks (I-A)-1. Matriks (I-A)-1 mempunyai ordo 37x37.

Matriks (I-A)-1 digunakan sebagai dasar untuk melakukan

perhitungan nilai keterkaitan ke belakang (total) dan keterkaitan ke depan

(total). Nilai ketekaitan ke belakang (total) didapatkan dari penjumlahan

elemen-elemen matriks (I-A)-1 pada 37 baris dalam kolom yang sama.

Nilai ketekaitan ke depan (total) didapatkan dari penjumlahan elemen-

elemen matriks (I-A)-1 pada 37 kolom dalam baris yang sama.

Nilai keterkaitan ke belakang langsung merupakan penjumlahan

elemen-elemen matriks koefesien teknologi (Matriks A) pada 37 baris

dalam kolom yang sama. Nilai keterkaitan ke depan langsung merupakan

penjumlahan elemen-elemen matriks koefesien teknologi (Matriks A) pada

37 kolom dalam baris yang sama. Nilai keterkaitan ke belakang tidak

langsung merupakan nilai keterkaitan ke belakang total dikurangi nilai

keterkaitan ke belakang langsung. Nilai keterkaitan ke depan tidak

langsung merupakan nilai keterkaitan ke depan total dikurangi nilai

keterkaitan ke depan langsung.

Penyusunan matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria

keterkaitan antar sektor dan kriteria yang lain dijelaskan sebagai berikut:

1) Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan aspek keterkaitan ke

belakang

Penyusunan matriks perbandingan berpasangan berdasarkan

aspek keterkaitan ke belakang memerlukan data angka keterkaitan ke

Page 68: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

52

belakang enam belas komoditas pertanian. Angka keterkaitan ke belakang

yang digunakan ialah angka keterkaitan ke belakang total yaitu

penjumlahan angka keterkaitan ke belakang langsung dan angka

keterkaitan ke belakang tidak langsung.

Keterkaitan ke belakang adalah kemampuan suatu komoditas

dalam memacu pertumbuhan output keseluruhan sektor perekonomian

untuk memenuhi kebutuhan input komoditas tersebut. Untuk mendapatkan

nilai keterkaitan ke belakang dilakukan analisis input-output berdasarkan

data tabel input-output Provinsi Jawa Timur tahun 2015 menurut transaksi

domestik atas dasar harga produsen.

Penilaian dalam proses analisis AHP dilakukan dengan

membandingkan angka keterkaitan ke belakang total antar komoditas.

Pembandingan dilakukan terhadap keseluruhan komoditas yang

kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam matriks perbandingan

berpasangan ordo 16x16.

2) Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan aspek keterkaitan ke

depan

Pada dasarnya penyusunan matriks perbandingan berpasangan

aspek keterkaitan ke depan sama seperti pada penyusunan matriks

perbandingan berpasangan aspek keterkaitan ke belakang. Penyusunan

matriks ini memerlukan data keterkaitan ke depan seluruh komoditas

pertanian. Keterkaitan ke depan adalah kontribusi suatu komoditas dalam

memberikan outputnya untuk proses produksi keseluruhan sektor

Page 69: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

53

perekonomian. Untuk mendapatkan nilai keterkaitan ke depan dilakukan

analisis input-output berdasarkan tabel input-output Provinsi Jawa Timur

tahun 2015 agregasi 37 sektor menurut transaksi domestik atas dasar

harga produsen.

Nilai keterkaitan ke depan yang digunakan ialah nilai keterkaitan ke

depan total. Angka ini merupakan penjumlahan angka keterkaitan ke

depan langsung dan angka keterkaitan ke depan tidak langsung. Penilaian

dalam proses analisis AHP dilakukan dengan membandingkan angka

keterkaitan ke depan antara komoditas satu dengan lainnya, kemudian

memasukkan hasilnya ke dalam matriks perbandingan berpasangan.

3) Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan aspek kontribusi

terhadap PDRB

Matriks ini disusun berdasarkan data kontribusi masing-masing

komoditas pertanian terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2015.

Data PDRB komoditas pertanian diperoleh dari tabel input-output Provinsi

Jawa Timur tahun 2015. Kontribusi masing-masing komoditas terhadap

PDRB dibandingkan antara satu komoditas dengan komoditas lainnya

secara keseluruhan. Hasil perbandingan dimasukkan ke dalam matriks

perbandingan berpasangan.

4) Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan aspek daya saing

Matriks ini disusun berdasarkan nilai yang didapatkan dari hasil

analisis Location Quotient. Data yang diperlukan adalah data produksi

Page 70: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

54

sektor pertanian di tingkat nasional dan di tingkat Provinsi Jawa Timur,

data harga komoditas pertanian.

Data produksi biasanya mempunyai satuan berat (ton, kg, dll).

Untuk keperluan analisis LQ, nilai produksi dalam satuan berat belum

dapat digunakan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan harga komoditas.

Komoditas yang jumlah produksinya besar dalam satuan berat belum

tentu mempunyai nilai uang yang besar. Begitu pula sebaliknya,

komoditas yang jumlah produksinya kecil dalam satuan berat belum tentu

mempunyai nilai uang yang kecil. Harga komoditas menentukan besarnya

nilai produksi. Untuk itu, perlu dilakukan konversi data produksi dari

satuan berat menjadi satuan nilai uang, dengan mengalikan nilai produksi

dalam satuan berat dengan harga komoditas per satuan berat.

Selanjutnya, data nilai produksi komoditas pertanian (dalam satuan nilai

uang) digunakan sebagai input dalam analisis LQ.

Formula analisis Location Quotient (LQ) yang digunakan adalah :

.................................................................(3)

Keterangan:

LQ = Location Quotient

Vij = Nilai output sektor i di wilayah studi j

Vj = Output total semua sektor di wilayah studi j

Vin = Nilai output sektor i di wilayah acuan n

Vn = Output total semua sektor di wilayah acuan n

Page 71: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

55

Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi

lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan dengan

perekonomian di wilayah acuan. Sektor ini dalam perekonomian di wilayah

studi memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor

basis. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi

kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan dengan

perekonomian di wilayah acuan. Sektor ini dalam perekonomian di wilayah

studi tidak memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai

sektor non basis.

5) Matriks perbandingan berpasangan aspek penyerapan tenaga kerja

Matriks ini disusun berdasarkan penilaian ahli yang berkompeten dan

berpengalaman di bidang pertanian dan tenaga kerja

6) Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan aspek kelestarian

lingkungan

Matriks ini disusun berdasarkan penilaian ahli yang berkompeten dan

berpengalaman di bidang lingkungan hidup.

c. Penilaian Prioritas

Matriks perbandingan berpasangan yang telah disusun kemudian

dianalisis menggunakan software expert choice 11. Analisis dilakukan

untuk menentukan skala prioritas. Penilaian prioritas terdiri dari dua jenis,

yaitu penilaian prioritas lokal (local priority) dan penilaian prioritas global

(global priority).

Page 72: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

56

Hasil penilaian prioritas lokal ialah urutan prioritas komoditas

pertanian berdasarkan masing-masing kriteria atau subkriteria. Terdapat

enam prioritas lokal berdasarkan kriteria dan dua prioritas lokal

berdasarkan subkriteria. Hasil penilaian prioritas global ialah urutan

prioritas komoditas pertanian berdasarkan keseluruhan kriteria dan

subkriteria.. Hasil penilaian prioritas global merupakan tujuan analisis AHP

yaitu komoditas yang merupakan komoditas unggulan sektor pertanian di

Provinsi Jawa Timur.

Dalam analisis AHP, nilai inkonsistensi data perlu diperhatikan. Jika

nilai inkonsistensi data lebih kecil dari 0,1 berarti nilai konsistensi data

lebih besar dari 90 persen, maka hasil analisis dapat diterima. Nilai

inkonsistensi data diperoleh dari perhitungan software expert choice 11.

Hasil analisis AHP yang telah diperoleh digunakan untuk

menentukan indeks keunggulan. Penggunaan nilai indeks untuk

menentukan kriteria unggulan mengacu pada metode

Rasmussen/Hirschman. Dalam metode Rasmussen/Hirschman, untuk

menentukan kriteria unggulan digunakan nilai indeks yaitu indeks daya

penyebaran dan indeks derajad kepekaan. Rasmussen/Hirschman

menyatakan bahwa komoditas/sektor unggulan jika mempunyai indeks

daya penyebaran dan indeks derajad kepekaan lebih besar dari satu.

Metode Rasmussen/Hirschman mengukur keterkaitan total suatu

sektor dalam perekonomian dengan menggunakan koefisien matriks

invers Leontief (I-A)-1. Indeks daya penyebaran merupakan keterkaitan

Page 73: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

57

belakang langsung dan tidak langsung yang dinyatakan dengan koefisien

matriks invers Leontief (Nazara, 2007).

2. Peranan Komoditas Unggulan

Analisis yang digunakan untuk mengetahui peranan komoditas

unggulan pada pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Timur adalah

analisis input-output. Data yang digunakan ialah tabel input-output

Provinsi Jawa Timur tahun 2015 transaksi domestik atas dasar harga

produsen. Peranan komoditas unggulan tersebut, meliputi:

a. Peranan dalam Keterkaitan Sektor Perekonomian

Untuk mengetahui peranan komoditas unggulan pada

pembangunan sektor-sektor perekonomian dilakukan analisis keterkaitan

ke belakang dan keterkaitan ke depan. Angka keterkaitan ke belakang

dan ke depan dapat menunjukkan besarnya kontribusi suatu komoditas

terhadap produktivitas sektor-sektor ekonomi.

Menurut Nazara (1997), formula analisis keterkaitan ke belakang

dinyatakan sebagai berikut:

1). Formula keterkaitan ke belakang langsung

B (d)j = aij … … … … . … … … … … … … … … … … … … . . (4)

Keterangan:

B = Backward Linkage (keterkaitan ke belakang)

d = direct (langsung)

i = baris ke-i

Page 74: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

58

j = kolom ke-j

aij = elemen pada baris i kolom j pada matriks A

2). Formula keterkaitan ke belakang total

B (d + i)j = αij … … … … … … … … … . … … … … … … . . (5)

Keterangan:

B = Backward Linkage (keterkaitan ke belakang)

(d + i) = direct (langsung) + indirect (tidak langsung)

i = baris ke-i

j = kolom ke-j

αij = elemen pada baris i kolom j dari matriks (I-A)-1

Menurut Nazara (1997), formula analisis keterkaitan ke depan

dinyatakan sebagai berikut:

1). Formula keterkaitan ke depan langsung

F (d)i = aij … … … … . … … … … … … … … … … … … … . . (6)

Keterangan:

F = Forward Linkage (keterkaitan ke depan)

d = direct (langsung)

i = baris ke-i

j = kolom ke-j

aij = elemen pada baris i kolom j pada matriks A

Page 75: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

59

2). Formula keterkaitan ke depan total

F (d + i)i = αij … … … … … … … … … … … . … … … … . . (7)

Keterangan:

F = Forward Linkage (keterkaitan ke depan)

(d + i) = direct (langsung) + indirect (tidak langsung)

i = baris ke-i

j = kolom ke-j

αij = elemen pada baris i kolom j dari matriks (I-A)-1

b. Peranan pada Peningkatan Output

Untuk mengetahui peranan komoditas unggulan pada output

perekonomian dilakukan analisis angka pengganda output. Angka

pengganda output dapat menunjukkan besarnya kontribusi suatu

komoditas dalam kaitannya dengan penggandaan output secara agregat.

Menurut Nazara (1997), formula angka pengganda output

dinyatakan sebagai berikut:

Oj = αij … … … … . … … … … … … … … … … … … … … . . (8)

Keterangan:

O = Angka pengganda output

i = baris ke-i ; j = kolom ke-j

αij = elemen pada baris i kolom j dari matriks (I-A)-1

Page 76: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

60

c. Peranan pada Peningkatan Pendapatan

Untuk mengetahui peranan komoditas unggulan pada pendapatan

rumah tangga dilakukan analisis angka pengganda pendapatan rumah

tangga. Angka ini dapat menunjukkan besarnya kontribusi suatu

komoditas dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Menurut Nazara (1997), formula angka pengganda pendapatan

(upah/gaji) dinyatakan sebagai berikut:

Hj = a(n + 1)j x αij … … … … . … … … … … … … … … . . (9)

Keterangan:

H = Angka pengganda pendapatan (upah/gaji/household income)

i = baris ke-i

j = kolom ke-j

a(n+1)j = elemen baris ke n+1 pada kolom j (elemen upah/gaji pada

matriks A)

αij = elemen pada baris i kolom j dari matriks (I-A)-1

Page 77: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur terletak di bagian timur Pulau Jawa. Secara

astronomis Provinsi Jawa Timur terletak pada koordinat 111°0' - 114°4'

Bujur Timur dan 7°12' - 8°48' Lintang selatan. Luas wilayah Provinsi

Jawa Timur adalah 47.799,7 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun

2015 sebesar 38.847.561 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2016).

Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur yaitu di sebelah utara

berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah barat berbatasan dengan

Provinsi Jawa Tengah, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra

Indonesia, dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali.

Wilayah Provinsi Jawa Timur sebagian besar yakni sekitar 90%

merupakan daratan yang menyatu dengan Pulau Jawa dan sisanya yakni

sekitar 10% merupakan wilayah kepulauan termasuk Pulau Madura.

Panjang bentangan barat-timur Provinsi Jawa Timur sekitar 400 kilometer

dan lebar bentangan utara-selatan sekitar 200 kilometer. Wilayah

kepulauan di Jawa Timur terdiri dari pulau yang telah diberi nama

sebanyak 232, dan pulau tanpa nama sebanyak 55 sehingga total

keseluruhan pulau yang dimiliki Provinsi Jawa Timur sebanyak 287 pulau

(RPJMD Jawa Timur, 2014).

Page 78: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

62

Secara administratif Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi 29

kabupaten dan 9 kota, yang dibagi lagi menjadi 664 kecamatan dengan

783 kelurahan dan 7.722 desa, seperti ditampilkan pada tabel 6.

Tabel 6. Pembagian Wilayah Secara Administratif Provinsi Jawa Timur

No. Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa

Kelurahan Desa Jumlah 1 Pacitan 12 5 166 171 2 Ponorogo 21 26 281 307 3 Trenggalek 14 5 152 157 4 Tulungagung 19 14 257 271 5 Blitar 22 28 220 248 6 Kediri 26 1 343 344 7 Malang 33 12 378 390 8 Lumajang 21 7 198 205 9 Jember 31 22 226 248

10 Banyuwangi 24 28 189 217 11 Bondowoso 23 10 209 219 12 Situbondo 17 4 132 136 13 Probolinggo 24 5 325 330 14 Pasuruan 24 24 341 365 15 Sidoarjo 18 31 322 353 16 Mojokerto 18 5 299 304 17 Jombang 21 4 302 306 18 Nganjuk 20 20 264 284 19 Madiun 15 8 198 206 20 Magetan 18 28 207 235 21 Ngawi 19 4 213 217 22 Bojonegoro 28 11 419 430 23 Tuban 20 17 311 328 24 Lamongan 27 12 462 474 25 Gresik 18 26 330 356 26 Bangkalan 18 8 273 281 27 Sampang 14 6 180 186 28 Pamekasan 13 11 178 189 29 Sumenep 27 4 328 332 30 Kota Kediri 3 46 0 46 31 Kota Blitar 3 21 0 21 32 Kota Malang 5 57 0 57 33 Kota Probolinggo 5 29 0 29 34 Kota Pasuruan 4 34 0 34 35 Kota Mojokerto 2 18 0 18 36 Kota Madiun 3 27 0 27 37 Kota Surabaya 31 160 0 160 38 Kota Batu 3 5 19 24

Jawa Timur 664 783 7.722 8.505

Sumber : Permendagri Nomor 18 Tahun 2013 dalam RPJMD Jawa Timur 2014-2019

Page 79: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

63

Menurut pola ruang, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dibagi

menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung

memiliki luas kurang lebih 578.374 ha atau sekitar 12,10% dari luas

wilayah Provinsi Jawa Timur. Adapun kawasan budidaya seluas kurang

lebih 4.201.403 ha atau 87,90% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur.

Gambaran perubahan proporsi penggunaan lahan di Jawa Timur

menunjukkan kecenderungan menurunnya luas wilayah pertanian.

Pertanian lahan basah memiliki luas kurang lebih 911.863 ha atau 19,08%

dari luas wilayah provinsi Jawa Timur. Penggunaan lahan kawasan

terbangun perlu dikendalikan agar tidak mengkonversi luas pertanian

lahan basah, terutama sawah irigasi teknis (RPJMD Jawa Timur).

Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Jawa Timur

Page 80: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

64

2. Potensi Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Timur

Potensi sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur seperti yang

tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun

2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun

2011—2031, luas eksisting kawasan pertanian sebesar 2.020.491 ha

dengan rincian pertanian lahan basah sebesar 911.863 ha dan pertanian

lahan kering/tegalan/kebun sebesar 1.108.628 ha. Peta penggunaan

lahan untuk peruntukan pertanian disajikan pada gambar 5.

Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031

Gambar 5. Peta Peruntukan Pertanian Lahan Basah dan Kering

Dalam rangka meningkatkan produksi hasil pertanian tanaman

pangan, pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan rencana

penggunaan lahan untuk pertanian lahan basah dengan mencanangkan

sawah beririgasi teknis dengan luas sekurang-kurangnya 957.239 ha atau

20,03% dari luas Provinsi Jawa Timur. Untuk itu perlu dilakukan

peningkatan jaringan irigasi semi teknis dan sederhana menjadi irigasi

Page 81: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

65

teknis yang tersebar di berbagai daerah menurut Daerah Aliran Sungai

yang ada.

Rencana pengembangan pertanian lahan kering di wilayah

Provinsi Jawa Timur ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 849.033

ha atau 17,76% dari luas Provinsi Jawa Timur. Pengembangannya

diarahkan pada daerah-daerah yang belum dilayani oleh jaringan irigasi.

Untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional dan kebutuhan

pangan di Provinsi Jawa Timur, perlu dilakukan perlindungan terhadap

lahan pertanian pangan sehingga dapat menjamin ketersediaan pangan.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah provinsi Jawa Timur menetapkan

lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Jawa Timur seluas

kurang lebih 1.017.549 ha dengan rincian pertanian lahan basah seluas

802.357 ha dan pertanian lahan kering seluas 215.192 ha.

Hasil utama produksi tanaman pangan di Provinsi Jawa Timur

adalah padi, jagung, dan kedelai. Pada kurun waktu 2009-2013, hasil

produksi tanaman padi, jagung dan kedelai di Provinsi Jawa Timur dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Jawa Timur

Tahun Produksi (Ton)

Padi Jagung Kedelai

2009 11.259.085 5.266.720 5.266.720

2010 11.643.773 5.587.318 5.587.318

2011 10.576.543 5.443.705 5.443.705

2012 12.198.707 6.295.301 6.295.301

2013 12.144.973 5.741.833 5.741.833

Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019

Page 82: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

66

Pada sektor pekebunan, di Provinsi Jawa Timur terdapat empat

komoditas yang banyak dikembangkan yaitu tebu, tembakau, kopi dan

kakao. Komoditas dengan produksi terbesar adalah tebu dengan hasil

produksi 1.276.582 ton. Pada kurun waktu 2009-2013, hasil produksi

tanaman perkebunan di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Timur

Tahun Produksi (Ton)

Tebu Tembakau Kopi Kakao

2009 1.079.287 80.661 54.020 22.677 2010 1.014.272 53.695 56.200 24.200 2011 1.087.958 101.777 37.411 27.522 2012 1.287.871 135.412 54.236 32.912 2013 1.276.582 74.113 56.525 39.200

Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, Jawa Timur Dalam Angka

Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031

Gambar 6. Peta Peruntukan Perkebunan

Selain komoditas tersebut, Provinsi Jawa Timur juga menghasilkan

komoditas-komoditas lain di sektor perkebunan dan peternakan. Di sektor

perkebunan, Provinsi Jawa Timur menghasilkan komoditas kelapa, teh

Page 83: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

67

dan karet, sedangkan di sektor peternakan yaitu sapi, kerbau, kambing,

domba, ayam, telur dan susu segar.

Hasil produksi komoditas sektor pertanian Provinsi Jawa Timur

tahun 2015, disajikan pada tabel 6.

Tabel 9. Produksi Komoditas Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

No. Komoditas Produksi (ton)

1 Padi 13.154.967 2 Jagung 6.131.163 3 Kedelai 344.998

4 Tebu 1.310.700 5 Tembakau 109.500

6 Kelapa 241.300 7 Kopi 59.400 8 Teh 6.900 9 Kakao 24.000

10 Karet 25.500

11 Sapi 100.172

12 Kerbau 149 13 Domba dan Kambing 22.965 14 Ayam 271.911 15 Susu Segar 426.557

16 Telur 351.976

Sumber: Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2016

B. Kinerja Sektor Pertanian dalam Perekonomian Jawa Timur

1. PDRB Provinsi Jawa Timur

Dilihat dari sisi pendapatan, struktur PDRB Provinsi Jawa Timur

tahun 2015 berdasarkan tabel input-output Provinsi Jawa Timur tahun

2015 disajikan pada tabel 10.

Page 84: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

68

Tabel 10. PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pendapatan Tahun 2015

Kode I-O Uraian Nilai (Rp juta) Distribusi

terhadap PDRB (%)

201 Upah dan Gaji 522.139.065,56 30,90 202 Surplus Usaha 957.179.088,94 56,64 203 Penyusutan 94.363.352,79 5,58

204 Pajak Tidak Langsung 117.309.648,91 6,94

205 Subsidi -1.108.755,53 -0,07

209 Nilai Tambah Bruto (PDRB) 1.689.882.400,67 100,00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

PDRB Provinsi JawaTimur tahun 2015 sebesar 1.689,88 trilyun

rupiah dengan proporsi terbesar adalah surplus usaha sebesar 56,64

persen. Komponen upah dan gaji memperoleh porsi sebesar 30,90

persen. Komponen lainnya yaitu penyusutan, pajak tidak langsung, dan

subsidi mempunyai proporsi kecil yaitu di bawah 10 persen.

2. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB

Struktur perekonomian di Indonesia menurut Badan Pusat Statisik

dikelompokkan ke dalam 17 sektor atau lapangan usaha. Sektor

pertanian dikelompokkan menjadi satu dengan sektor kehutanan dan

perikanan. Dalam penelitian ini, khusus sektor pertanian diuraikan lebih

detail untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian secara lebih

mendalam. Enam belas sektor yang lain tetap mengikuti klasifikasi yang

ditetapkan oleh BPS.

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Provinsi Jawa Timur

tahun 2015 disajikan pada tabel 11.

Page 85: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

69

Tabel 11. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Jawa Timur Tahun

2015

No. Sektor/Lapangan Usaha Nilai (Rp......Juta) %

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 232.349.336,62 13,75 a. Pertanian 181.147.549,80 10,72 - Padi 50.557.692,68 2,992 - Jagung 14.518.412,67 0,859 - Kedelai 1.797.147,96 0,106 - Tebu 8.297.823,48 0,491 - Tembakau 666.640,08 0,039 - Kelapa 14.206.749,60 0,841 - Kopi 3.820.932,90 0,226 - Teh 271.049,36 0,016 - Kakao 1.718.498,75 0,102 - Karet 1.702.526,29 0,101 - Sapi 20.281.294,82 1,200 - Kerbau 43.974,31 0,003 - Domba dan Kambing 6.334.208,42 0,375 - Ayam 7.257.172,68 0,429 - Susu Segar 6.451.549,44 0,382 - Telur 5.682.438,64 0,336 - Pertanian/perkebunan Lainnya 34.607.939,05 2,048 - Peternakan Lainnya 191.594,12 0,011 - Jasa Pertanian dan Perburuan 2.739.904,55 0,162 b. Kehutanan 9.301.947,13 0,55 c. Perikanan 41.899.839,69 2,48 2 Pertambangan dan Penggalian 64.096.049,04 3,79 3 Industri Pengolahan 494.687.374,26 29,27 4 Pengadaan Listrik dan Gas 5.787.491,55 0,34 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Limbah 1.573.388,21 0,09 6 Konstruksi 160.496.345,70 9,50 7 Perdagangan Besar dan Eceran 298.172.716,62 17,64 8 Transportasi dan Pergudangan 56.724.425,45 3,36 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 91.476.258,14 5,41

10 Informasi dan Komunikasi 77.087.448,75 4,56 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 46.447.110,18 2,75 12 Real Estate 27.560.767,16 1,63 13 Jasa Perusahaan 13.538.456,26 0,80

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 39.082.066,24 2,31

15 Jasa Pendidikan 46.022.766,77 2,72 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.640.210,11 0,63 17 Jasa Lainnya 24.140.189,61 1,43

TOTAL 1.689.882.400,67 100,00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Jawa Timur tahun 2015

sebesar 1.689,88 trilyun rupiah. Sektor pertanian memberikan kontribusi

pada pembentukan PDRB sebesar 10,72 persen. Komoditas pertanian

Page 86: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

70

yang memberikan andil terbesar adalah padi dengan 2,99 persen, diikuti

oleh komoditas sapi dengan kontribusi sebesar 1,20 persen, dan jagung

dengan kontribusi 0,86 persen.

Kontribusi padi terhadap PDRB lebih besar dari kontribusi sektor

jasa keuangan dan asuransi (2,75 persen), sektor jasa pendidikan (2,72

persen), sektor administrasi pemerintahan (2,31), sektor real estate (1,63

persen), jasa lainnya (1,43 persen), jasa perusahaan (0,80 persen), jasa

kesehatan (0,63 persen), pengadaan listrik dan gas (0,34 persen), dan

pengadaan air, pengelolaan sampah/limbah (0,09 persen).

3. Struktur Input Sektor Pertanian

Terdapat dua komponen besar dalam struktur input perekonomian, yaitu

input primer dan input antara. Komponen input antara dibagi dua macam

yaitu input antara domestik dan impor.

Pada tabel 12 disajikan struktur input perekonomian di Jawa Timur

dengan penekanan pada sektor pertanian.

Tabel 12. Struktur Input Perekonomian Provinsi Jawa Timur

No. Sektor/Lapangan Usaha Input Antara (Rp...Milyar) Input Primer

(Rp...Milyar) Total Input

(Rp...Milyar) Domestik Impor

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 58.599,44 9.142,34 232.349,34 300.091,12

a. Pertanian 45.884,37 6.874,78 181.147,55 233.906,70 - Padi 14.887,16 1.655,32 50.557,69 67.100,17 - Jagung 3.954,66 833,73 14.518,41 19.306,81 - Kedelai 516,79 105,07 1.797,15 2.419,00 - Tebu 2.882,06 42,38 8.297,82 11.222,27 - Tembakau 221,44 51,71 666,64 939,79 - Kelapa 1.030,80 269,87 14.206,75 15.507,42 - Kopi 301,99 123,73 3.820,93 4.246,66 - Teh 28,19 7,55 271,05 306,78 - Kakao 122,37 43,12 1.718,50 1.883,99

Page 87: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

71

Tabel 12. Lanjutan.....

No. Sektor/Lapangan Usaha Input Antara (Rp...Milyar) Input Primer

(Rp...Milyar) Total Input

(Rp...Milyar) Domestik Impor

- Tebu 2.882,06 42,38 8.297,82 11.222,27 - Tembakau 221,44 51,71 666,64 939,79 - Kelapa 1.030,80 269,87 14.206,75 15.507,42 - Kopi 301,99 123,73 3.820,93 4.246,66 - Teh 28,19 7,55 271,05 306,78 - Kakao 122,37 43,12 1.718,50 1.883,99 - Karet 133,95 39,63 1.702,53 1.876,11 - Sapi 6.495,65 1.054,02 20.281,29 27.830,96 - Kerbau 9,90 2,46 43,97 56,34 - Domba dan Kambing 1.572,23 91,79 6.334,21 7.998,22 - Ayam 3.724,26 94,10 7.257,17 11.075,53 - Susu Segar 2.393,33 680,26 6.451,55 9.525,13 - Telur 2.780,34 99,75 5.682,44 8.562,52 - Pertanian/perkebunan Lainnya 3.469,47 1.660,67 34.607,94 39.738,08 - Peternakan Lainnya 62,51 13,21 191,59 267,32 - Jasa Pertanian dan Perburuan 1.297,28 6,41 2.739,90 4.043,59 b. Kehutanan 1.646,86 83,21 9.301,95 11.032,01 c. Perikanan 11.068,21 2.184,36 41.899,84 55.152,41

2 Pertambangan dan Penggalian 13.108,88 4.563,79 64.096,05 81.768,71 3 Industri Pengolahan 647.328,94 143.276,74 494.687,37 1.285.293,05 4 Pengadaan Listrik dan Gas 44.467,81 16.346,38 5.787,49 66.601,68

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Limbah 672,16 186,50 1.573,39 2.432,05

6 Konstruksi 147.893,61 23.962,37 160.496,35 332.352,32 7 Perdagangan Besar dan Eceran 58.499,14 13.721,38 298.172,72 370.393,23 8 Transportasi dan Pergudangan 60.738,19 6.780,60 56.724,43 124.243,21 9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 68.752,60 10.320,02 91.476,26 170.548,88

10 Informasi dan Komunikasi 28.330,47 2.255,23 77.087,45 107.673,15 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 14.209,14 2.681,37 46.447,11 63.337,61 12 Real Estate 6.918,61 141,81 27.560,77 34.621,19 13 Jasa Perusahaan 10.673,18 816,89 13.538,46 25.028,53

14 Adm. Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib 32.833,14 4.918,65 39.082,07 76.833,86

15 Jasa Pendidikan 20.653,26 3.629,19 46.022,77 70.305,21 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 19.648,28 3.847,71 10.640,21 34.136,19

17 Jasa Lainnya 9.954,21 2.803,74 24.140,19 36.898,15 Jumlah 1.243.281,06 249.394,70 1.689.882,40 3.182.558,16

Persentase 39,06 7,84 53,10 100,00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Total input pada sektor pertanian sebesar 233,9 trilyun rupiah.

Nilai tersebut terbagi atas input primer sebesar 181,1 trilyun rupiah atau

77,4 persen dan input antara sebesar 52,8 trilyun rupiah atau 22,6 persen.

Input antara dibedakan atas dua jenis yaitu komponen domestik dan

Page 88: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

72

komponen impor. Pada sektor pertanian, input antara domestik mengambil

proporsi rata-rata 87,0 persen dari input antara, sedangkan impor

mengambil proporsi rata-rata 13,0 persen input antara. Lebih jauh, rasio

impor terhadap input antara komoditas sektor pertanian disajikan pada

tabel 13.

Tabel 13. Rasio Impor terhadap Input Antara Komoditas Sektor Pertanian

No. Sektor Input Antara (Rp...Milyar)

Persentase Impor

terhadap Input Antara) (%) Domestik Impor

1 Padi 14.887,16 1.655,32 10,01 2 Jagung 3.954,66 833,73 17,41 3 Kedelai 516,79 105,07 16,90 4 Tebu 2.882,06 42,38 1,45 5 Tembakau 221,44 51,71 18,93 6 Kelapa 1.030,80 269,87 20,75 7 Kopi 301,99 123,73 29,06 8 Teh 28,19 7,55 21,12 9 Kakao 122,37 43,12 26,06

10 Karet 133,95 39,63 22,83 11 Sapi 6.495,65 1.054,02 13,96 12 Kerbau 9,90 2,46 19,89 13 Domba dan Kambing 1.572,23 91,79 5,52 14 Ayam 3.724,26 94,10 2,46 15 Susu Segar 2.393,33 680,26 22,13 16 Telur 2.780,34 99,75 3,46

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Komponen impor input antara yang lebih besar dari 20% terdapat

pada 6 komoditas yaitu kopi dengan 29,06 persen, kemudian kakao

sebesar 26,06 persen, karet sebesar 22,83 persen, susu segar sebesar

22,13 persen, teh sebesar 21,12 persen, dan kelapa sebesar 20,75

persen. Semakin tinggi komponen impor berarti semakin besar modal

daerah yang keluar atau semakin besar kebocoran wilayah.

Page 89: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

73

C. Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian

Penentuan komoditas unggulan sektor pertanian dilakukan dengan

metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Analisis dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek keterkaitan ke belakang, aspek keterkaitan ke

depan, aspek kontribusi terhadap PDRB, aspek daya saing, aspek

penyerapan tenaga kerja dan aspek kelestarian lingkungan.

1. Aspek Keterkaitan Antarsektor

a. Aspek Keterkaitan ke Belakang

Penilaian aspek keterkaitan ke belakang digunakan untuk

mengetahui besarnya keterkaitan sebuah komoditas dengan sektor-sektor

perekonomian yang menyuplai kebutuhan input produksi komoditas

tersebut. Nilai keterkaitan ke belakang diperoleh dengan analisis input-

output menggunakan data dasar tabel input-output transaksi domestik

atas dasar harga produsen Provinsi Jawa Timur tahun 2015.

Sektor-sektor yang menjadi objek penelitian disesuaikan dengan

ketersediaan data pada tabel I-O ini. Dalam tabel I-O 2015 tersedia data

dalam 110 sektor. Untuk keperluan efisiensi sesuai tujuan penelitian maka

dilakukan agregasi menjadi 37 sektor. Penentuan sektor-sektor

disesuaikan dengan tujuan penelitian yang lebih menitik beratkan pada

sektor pertanian. Penentuan sektor-sektor juga mengikuti nomenklatur

jenis lapangan usaha yang digunakan Badan Pusat Statistik. Penomoran

atau kode sektor antara sebelum agregasi dan sesudah agregasi disajikan

pada lampiran 1.

Page 90: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

74

Dengan menggunakan persamaan (4) dan (5), hasil analisis

keterkaitan ke belakang komoditas pertanian disajikan pada tabel 14.

Tabel 14. Nilai Keterkaitan Ke Belakang Komoditas Pertanian

No. Komoditas Keterkaitan ke Belakang

Langsung Tidak Langsung Total

1 Padi 0,2219 1,0877 1,3096 2 Jagung 0,2048 1,1095 1,3143 3 Kedelai 0,2136 1,1250 1,3386 4 Tebu 0,2568 1,0932 1,3501 5 Tembakau 0,2356 1,1306 1,3662 6 Kelapa 0,0665 1,0313 1,0978 7 Kopi 0,0711 1,0343 1,1054 8 Teh 0,0919 1,0623 1,1542 9 Kakao 0,0650 1,0355 1,1005

10 Karet 0,0714 1,0419 1,1133 11 Sapi 0,2334 1,0904 1,3238 12 Kerbau 0,1758 1,1180 1,2938 13 Domba dan Kambing 0,1966 1,0643 1,2609 14 Ayam 0,3363 1,2111 1,5474 15 Susu Segar 0,2513 1,1823 1,4336 16 Telur 0,3247 1,2207 1,5454

Nilai keterkaitan ke belakang total setiap komoditas digunakan

sebagai dasar untuk penilaian. Penilaian dilakukan dengan

membandingkan angka keterkaitan ke belakang antara komoditas satu

dengan lainnya, kemudian memasukkan hasilnya ke dalam matriks

perbandingan berpasangan.

Komoditas yang mempunyai nilai keterkaitan ke belakang

tertinggi adalah ayam dengan nilai 1,5484 dan yang terendah adalah

kelapa dengan nilai 1,0978. Selisih nilai antara ayam dengan kelapa

adalah 0,4506. Perbedaan nilai ini dinilai besar sehingga pada matriks

perbandingan berpasangan antara ayam dan kelapa diberi nilai 7.

Page 91: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

75

Penilaian dilanjutkan untuk seluruh komoditas pertanian. Jika

selisihnya lebih besar dari 0,4 maka diberikan nilai 7. Jika selisihnya 0,2

sampai dengan 0,4 diberikan nilai 5. Jika selisihnya lebih kecil dari 0,2

diberikan nilai 3. Seluruh penilaian dimasukkan ke dalam matriks

perbandingan berpasangan aspek keterkaitan ke belakang (lampiran 4a).

b. Aspek Keterkaitan ke Depan

Untuk memperoleh nilai keterkaitan ke depan digunakan analisis

input-output. Data yang digunakan adalah tabel input-output Provinsi Jawa

Timur tahun 2015 menurut transaksi domestik atas dasar harga produsen

agregasi 37 sektor. Dengan menggunakan persamaan (6) dan (7), hasil

analisis keterkaitan ke depan disajikan pada tabel 15.

Tabel 15. Nilai Keterkaitan Ke Depan Komoditas Pertanian

No. Komoditas Keterkaitan ke Depan

Langsung Tidak Langsung Total

1 Padi 0,3235 1,3608 1,6843 2 Jagung 0,0478 1,0377 1,0855 3 Kedelai 0,0121 1,0010 1,0131 4 Tebu 0,2264 1,1137 1,3401 5 Tembakau 0,0082 1,0014 1,0096 6 Kelapa 0,0338 1,0683 1,1021 7 Kopi 0,0215 1,0120 1,0335 8 Teh 0,0016 1,0014 1,0030 9 Kakao 0,0114 1,0083 1,0197

10 Karet 0,0030 1,0067 1,0097 11 Sapi 0,0664 1,0285 1,0949 12 Kerbau 0,0011 1,0002 1,0013 13 Domba dan Kambing 0,1424 1,0412 1,1836 14 Ayam 0,0886 1,0483 1,1369 15 Susu Segar 0,0260 1,0387 1,0647 16 Telur 0,0280 1,0127 1,0407

Page 92: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

76

Nilai keterkaitan ke depan total setiap komoditas digunakan

sebagai dasar untuk penilaian. Penilaian dilakukan dengan

membandingkan angka keterkaitan ke depan antara komoditas satu

dengan lainnya.

Komoditas yang mempunyai nilai keterkaitan ke depan tertinggi

adalah padi dengan nilai 1,6843 dan yang terendah adalah kerbau

dengan nilai 1,0013. Selisih nilai antara padi dengan kerbau adalah

0,6830. Perbedaan nilai ini dinilai besar sehingga diberikan nilai 7 pada

matriks perbandingan berpasangan.

Penilaian dilanjutkan kepada seluruh komoditas pertanian. Jika

selisihnya lebih besar dari 0,6 maka diberikan nilai 7. Jika selisihnya 0,3

sampai dengan 0,6 diberikan nilai 5. Jika selisihnya lebih kecil dari 0,3

diberikan nilai 3. Seluruh penilaian dimasukkan ke dalam matriks

perbandingan berpasangan aspek keterkaitan ke depan (lampiran 4b).

2. Aspek Kontribusi terhadap PDRB

Salah satu kriteria komoditas unggulan ialah mampu memberikan

kontribusi yang signifikan pada peningkatan pendapatan, pengeluaran,

maupun produksi/output (Ambardi, 2002). Kontribusi tersebut salah

satunya dapat diketahui dari nilai PDRB. Semakin besar PDRB sebuah

komoditas berarti semakin besar pula kontribusinya dalam meningkatkan

pendapatan daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) enam belas komoditas

pertanian Provinsi Jawa Timur tahun 2015 disajikan pada tabel 16.

Page 93: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

77

Tabel 16. PDRB Komoditas Pertanian

Kontribusi masing-masing komoditas terhadap PDRB

dibandingkan antara satu komoditas dengan komoditas lainnya secara

keseluruhan. Komoditas yang memberikan kontribusi terhadap PDRB

tertinggi adalah padi dengan nilai 50,557 trilyun rupiah, sedangkan yang

terendah adalah kerbau dengan nilai 43,974 milyar rupiah. Selisih nilai

kontribusi terhadap PDRB antara padi dan kerbau adalah 50,513 trilyun

rupiah. Perbedaan nilai kontribusi antara padi dan kerbau dinilai ekstrim,

sehingga diberikan nilai 9 pada matriks perbandingan berpasangan

antara padi dan kerbau.

Komoditas padi berkontribusi sangat besar terhadap PDRB bila

dibandingkan komoditas lainnya. Bahkan, jika dibandingkan dengan

penyumbang kontribusi tertinggi ke-2 yaitu sapi, masih terjadi selisih

30,276 trilyun. Keadaan ini menuntut penggunaan parameter khusus

No. Komoditas PDRB (Rp...juta)

1 Padi 50.557.692,68 2 Jagung 14.518.412,67 3 Kedelai 1.797.147,96 4 Tebu 8.297.823,48 5 Tembakau 666.640,08 6 Kelapa 14.206.749,60 7 Kopi 3.820.932,90 8 Teh 271.049,36 9 Kakao 1.718.498,75

10 Karet 1.702.526,29 11 Sapi 20.281.294,82 12 Kerbau 43.974,31 13 Domba dan Kambing 6.334.208,42 14 Ayam 7.257.172,68 15 Susu Segar 6.451.549,44 16 Telur 5.682.438,64

Page 94: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

78

untuk padi pada penilaian matriks perbandingan berpasangan. Parameter

yang digunakan ialah: jika selisih kontribusi terhadap PDRB lebih besar

dari 50 trilyun maka diberikan nilai 9; jika selisihnya 40 trilyun sampai

dengan 50 trilyun diberikan nilai 7; jika selisihnya 30 trilyun sampai

dengan 40 trilyun diberikan nilai 5. Selisih lebih kecil dari 30 trilyun tidak

ada karena selisih paling kecil adalah 30,276 trilyun rupiah yaitu selisih

nilai antara kontribusi padi dengan sapi.

Komoditas yang memberikan kontribusi terhadap PDRB tertinggi

ke-2 adalah sapi dengan nilai 20,281 trilyun rupiah. Jika dibandingkan

dengan yang terendah yaitu kerbau maka selisihnya adalah 20,237 trilyun

rupiah. Tingkat perbedaannya dinilai sangat kuat, sehingga diberikan nilai

7 pada matriks perbandingan berpasangan.

Penilaian selanjutnya dilakukan terhadap komoditas pertanian

lainnya. Jika selisihnya lebih besar dari 20 trilyun maka diberikan nilai 7;

jika selisihnya 10 trilyun sampai dengan 20 trilyun diberikan nilai 5; dan

jika selisih nilai kontribusinya terhadap PDRB lebih kecil dari 10 trilyun

rupiah diberikan nilai 3. Selanjutnya, nilai yang telah dihasilkan

dimasukkan ke dalam matriks perbandingan berpasangan (lampiran 4c).

3. Aspek Daya Saing

Salah satu kriteria komoditas unggulan ialah mampu bersaing

dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar

internasional. Kriteria daya saing sebuah komoditas dapat dinilai

menggunakan analisis location quotient (LQ). Dengan analisis LQ, dapat

Page 95: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

79

diketahui sebuah komoditas bersifat basis atau tidak. Komoditas basis

ialah komoditas yang mempunyai nilai LQ > 1.

Analisis LQ memerlukan data produksi komoditas pertanian secara

nasional dan provinsi, serta data harga komoditas pertanian. Dengan

menggunakan persamaan (3), hasil analisis LQ) disajikan pada tabel 17.

Tabel 17. Nilai LQ Komoditas Pertanian

No. Komoditas Produksi (ton) Harga rata-rata

produsen ( Rp...ribu/kg )

Nilai LQ Jawa Timur Indonesia

1 Padi 13.154.967 75.361.248 5.178 0,942 2 Jagung 6.131.163 19.611.704 3.796 1,687 3 Kedelai 344.998 963.099 8.372 1,933 4 Tebu 1.310.700 2.623.900 2.234 2,696 5 Tembakau 109.500 202.300 19.764 2,921 6 Kelapa 241.300 2.960.900 2.338 0,440 7 Kopi 59.400 664.500 19.135 0,482 8 Teh 6.900 154.600 7.781 0,241 9 Kakao 24.000 661.200 26.571 0,196

10 Karet 25.500 3.108.300 6.746 0,044 11 Sapi 100.172 523.926 42.637 1,032 12 Kerbau 149 31.669 47.711 0,025 13 Domba dan Kambing 22.965 106.803 68.518 1,160 14 Ayam 271.911 2.036.745 37.780 0,721 15 Susu Segar 426.557 805.363 7.135 2,859 16 Telur 351.976 1.795.711 21.411 1,058

Sumber : (Badan Pusat Statistik, 2016, data diolah)

Nilai LQ masing-masing komoditas dibandingkan antara satu

komoditas dengan komoditas lainnya secara keseluruhan. Komoditas

dengan nilai LQ terbesar adalah tembakau yaitu 2,921, sedangkan yang

terendah adalah kerbau dengan nilai LQ 0,025. Perbedaan nilai LQ antara

tembakau dan kerbau dinilai sangat kuat, sehingga diberikan nilai 7 pada

matriks perbandingan berpasangan.

Page 96: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

80

Penilaian selanjutnya dilakukan terhadap seluruh komoditas

pertanian lainnya. Jika selisih nilai LQ lebih besar 1,5 maka diberikan nilai

7, jika selisihnya lebih besar 0,75 sampai dengan 1,5 diberikan nilai 5, dan

jika selisih nilai LQ ialah 0,75 atau lebih kecil diberikan nilai 3. Selanjutnya,

nilai yang telah dihasilkan dimasukkan ke dalam matriks perbandingan

berpasangan (lampiran 4d).

4. Aspek Penyerapan Tenaga Kerja

Salah satu aspek yang menentukan keunggulan suatu komoditas

adalah aspek penyerapan tenaga kerja. Aspek ini penting karena

berhubungan dengan pemerataan pendapatan. Semakin besar tingkat

penyerapan tenaga kerja memperbesar peluang distribusi pendapatan.

Data tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

terbatas pada sektor-sektor besar. Data tenaga kerja secara detail sampai

tingkat komoditas belum ada. Untuk mendapatkan gambaran tingkat

penyerapan tenaga kerja pada enam belas komoditas pertanian ini, maka

dilakukan wawancara kepada informan yang mempunyai kompetensi dan

pengalaman di bidang pertanian. Informan yang dimintai pendapat yaitu

Bapak Ir. Boby Slamet Karnanto yang bertugas pada Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Timur.

Menurut Bapak Ir. Boby, komoditas sektor pertanian yang

menyerap banyak tenaga kerja yaitu komoditas padi, sapi, jagung, ayam,

dan kambing. Komoditas kedelai, kelapa, tebu, tembakau, kopi, kakao,

susu segar, dan telur mempunyai tingkat penyerapan tenaga kerja

Page 97: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

81

kategori cukup, sedangkan yang mempunyai tingkat penyerapan tenaga

kerja relatif kecil adalah komoditas teh, karet, dan kerbau.

Penilaian secara global di atas dilanjutkan dengan penilaian lebih

detail dengan membandingkan satu komoditas dengan komoditas lainnya.

Hasil penilaian informan terhadap perbandingan antar komoditas pada

enam belas komoditas dimasukkan ke dalam matriks perbandingan

berpasangan aspek penyerapan tenaga kerja (lampiran 4e).

5. Aspek Kelestarian Lingkungan

Paradigma pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan

kelestarian lingkungan, dewasa ini semakin mendapatkan perhatian dari

banyak pihak. Kesadaran bahwa degradasi lingkungan telah banyak

mengikis kualitas hidup manusia, mendorong berbagai pihak untuk lebih

peduli terhadap lingkungan hidup. Untuk itu, dalam usaha membangun

sektor pertanian dan juga pengembangan komoditas unggulan juga perlu

memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

Pada metode AHP, penilaian tingkat keramahan lingkungan

dituangkan dalam susunan matriks perbandingan berpasangan.

Penyusunan matriks ini didasarkan pada pendapat informan/narasumber

yang berkompeten dan berpengalaman di bidang lingkungan hidup.

Informan yang diminta pendapatnya yaitu Bapak Dr. Ir. Pramono Hadi

yang bertugas sebagai sekretaris Pusat Studi Lingkungan Hidup

Universitas Gadjah Mada.

Page 98: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

82

Penilaian informan terhadap seluruh komoditas dimasukkan ke

dalam matriks perbandingan berpasangan aspek kelestarian lingkungan

(lampiran 4f).

6. Penilaian Prioritas

Penentuan prioritas pada analisis AHP dibagi menjadi dua

kategori. Kategori pertama adalah prioritas lokal (local priority) yaitu

prioritas yang dihasilkan dari masing-masing matriks perbandingan

berpasangan. Kategori kedua adalah prioritas global (global priority) yaitu

prioritas yang menjadi tujuan analisis.

a. Prioritas Lokal

Hasil analisis prioritas lokal untuk setiap matriks perbandingan

berpasangan sebagai berikut:

1) Prioritas berdasarkan kriteria

Gambar 7. Penilaian Prioritas Kriteria-Kriteria

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

Keterkaitan Antarsektor

Kontribusi Terhadap

PDRB

Daya Saing Penyerapan Tenaga Kerja

Kelestarian Lingkungan

Prioritas Berdasarkan Kriteria

Page 99: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

83

Setiap kriteria memperoleh nilai 0,20 atau 20% yang berarti setiap

kriteria mempunyai tingkatan prioritas yang setara. Dalam penentuan

prioritas komoditas unggulan, tidak bisa dipilih kriteria mana yang lebih

penting. Setiap kriteria, masing-masing mempunyai keunggulannya.

Kriteria keterkaitan antarsektor tidaklah lebih penting dari kriteria daya

saing. Kriteria kontribusi terhadap PDRB, juga tidak boleh mengalahkan

kriteria kelestarian lingkungan. Begitu pula kriteria penyerapan tenaga

kerja merupakan kriteria yang tidak kalah pentingnya. Untuk itu, semua

kriteria diperlakukan secara seimbang dalam upaya menentukan prioritas

komoditas pertanian.

2) Prioritas berdasarkan subkriteria

Gambar 8. Penilaian Prioritas Subkriteria-Subkriteria

Setiap subkriteria memperoleh nilai 0,5 atau 50% yang berarti

mempunyai tingkatan prioritas yang setara. Keterkaitan ke belakang

memiliki peran yang sama pentingnya dengan keterkaitan ke depan dalam

mempengaruhi gerak perekonomian, sehingga kedua aspek ini memiliki

0,00

0,25

0,50

0,75

1,00

Keterkaitan ke Belakang

Keterkaitan ke Depan

Prioritas Antar Subkriteria

Page 100: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

84

peran seimbang dan tidak bisa dipilh salah satu lebih baik atau penting

dari yang lain.

3) Prioritas berdasarkan apek keterkaitan ke belakang

Prioritas tertinggi untuk aspek keterkaitan ke belakang adalah

ayam dengan nilai 0,187 atau 18,7%, sedangkan yang terendah adalah

kelapa dengan nilai 0,011 atau 1,1%. Ayam mempunyai keterkaitan ke

belakang tertinggi dimungkinkan karena ayam membutuhkan banyak input

dari berbagai sektor, misalnya pakan ayam membutuhkan hasil produksi

industri pakan, begitu pula obat-obatan, fasilitas peternakan ayam dll.

Kelapa mempunyai keterkaitan ke belakang terendah karena kelapa untuk

berproduksi relatif memerlukan sedikit perawatan dan cenderung tumbuh

dan berkembang secara alami.

Gambar 9. Penilaian Prioritas Aspek Keterkaitan ke Belakang

0,187

0,158

0,1080,096

0,0820,070

0,0590,051

0,0430,033 0,029 0,027

0,018 0,015 0,013 0,011

0,00

0,02

0,04

0,06

0,08

0,10

0,12

0,14

0,16

0,18

0,20

Prioritas Berdasarkan Aspek Keterkaitan ke Belakang

Page 101: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

85

4) Prioritas berdasarkan apek keterkaitan ke depan

Prioritas tertinggi untuk aspek keterkaitan ke depan adalah padi

dengan nilai 0,251 atau 25,1%, sedangkan yang terendah adalah kerbau

dengan nilai 0,015 atau 1,5%. Padi mempunyai keterkaitan ke depan

tertinggi dimungkinkan karena padi merupakan bahan kebutuhan pokok

masyarakat, sedangkan kerbau mempunyai keterkaitan ke depan

terendah karena kebutuhan masyarakat terhadap daging kerbau relatif

sedikit.

Gambar 10. Penilaian Prioritas Aspek Keterkaitan ke Depan

5) Prioritas berdasarkan apek kontribusi terhadap PDRB

Prioritas tertinggi untuk aspek kontribusi terhadap PDRB adalah

padi dengan nilai 0,260 atau 26%, sedangkan yang terendah adalah

kerbau dengan nilai 0,012 atau 1,2%.

0,251

0,128

0,0950,083

0,0710,063 0,055

0,047 0,041 0,035 0,030 0,026 0,023 0,020 0,017 0,015

0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,200,220,240,26

Prioritas Berdasarkan Aspek Keterkaitan ke Depan

Page 102: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

86

Gambar 11. Penilaian Prioritas Kontribusi Terhadap PDRB

6) Prioritas berdasarkan apek daya saing

Prioritas tertinggi untuk aspek daya saing adalah tembakau

dengan nilai 0,215 atau 21,5%, sedangkan yang terendah adalah kerbau

dengan proporsi 1,0%. Hal ini berarti bahwa daya saing tembakau sangat

kuat terhadap tembakau dari luar wilayah dalam perdagangan nasional.

Tembakau adalah komoditas basis yang berpotensi besar menghasilkan

pendapatan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Selain tembakau, yang mempunyai daya saing kuat adalah

komoditas susu segar dan tebu. Dua komoditas ini juga terlihat kuat daya

saingnya dengan nilai LQ yang jauh di atas rata-rata komoditas lainnya.

0,260

0,152

0,1070,093

0,064 0,056 0,048 0,042 0,036 0,030 0,026 0,023 0,020 0,017 0,014 0,012

0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,200,220,240,26

Prioritas Berdasarkan Aspek Kontribusi terhadap PDRB

Page 103: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

87

Gambar 12. Penilaian Prioritas Aspek Daya Saing

7) Prioritas berdasarkan apek penyerapan tenaga kerja

Prioritas tertinggi untuk aspek penyerapan tenaga kerja adalah padi

dengan nilai 0,187 atau 18,7%, sedangkan yang terendah adalah kerbau

dengan nilai 0,009 atau 0,9%.

Gambar 13. Penilaian Prioritas Aspek Penyerapan Tenaga Kerja

0,215

0,1780,164

0,093

0,071

0,052 0,045 0,0390,030 0,025 0,021 0,019 0,015 0,013 0,011 0,010

0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,200,22

Prioritas Berdasarkan Aspek Daya Saing

0,261

0,1480,135

0,099

0,0680,056

0,039 0,036 0,034 0,028 0,023 0,020 0,016 0,015 0,013 0,009

0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,200,220,240,260,28

Prioritas Berdasarkan Aspek Penyerapan Tenaga Kerja

Page 104: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

88

8) Prioritas berdasarkan apek kelestarian lingkungan

Prioritas tertinggi untuk aspek kelestarian lingkungan adalah kelapa

dengan nilai 0,206 atau 20,6%, sedangkan yang terendah adalah telur

dengan nilai 0,010 atau 1%. Kelapa mempunyai nilai tertinggi karena

dalam pertumbuhannya relatif tidak terkontaminasi obat-obatan dan juga

tidak menghasilkan limbah pencemar lingkungan. Komoditas telur paling

kuat daya pencemarannya karena dalam pertumbuhannya ayam petelur

senantiasa rutin memerlukan obat-obatan dan juga limbah peternakan

ayam petelur yang dapat mencemari udara dan air.

Gambar 14. Penilaian Prioritas Aspek Kelestarian Lingkungan

b. Prioritas Global

Prioritas global adalah prioritas yang menjadi tujuan analisis yaitu

komoditas unggulan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan

0,206

0,148

0,1230,106

0,077

0,059 0,055 0,0490,040

0,031 0,027 0,023 0,020 0,015 0,011 0,010

0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,200,22

Prioritas Berdasarkan Aspek Kelestarian Lingkungan

Page 105: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

89

penilaian secara berhierarki dan memperhitungkan nilai prioritas lokal,

maka dapat ditentukan prioritas global.

Komoditas unggulan sektor pertanian hasil analisis dengan

software expert choice 11 disajikan pada gambar 14.

Gambar 15. Penilaian Prioritas Komoditas Unggulan

Hasil penilaian prioritas terhadap komoditas unggulan berdasarkan

keseluruhan aspek, prioritas tertinggi adalah padi dengan nilai 0,143 atau

14,3%, dan yang terendah yaitu kerbau dengan nilai 0,016 atau 1,6%.

Komoditas padi unggul dalam aspek kontribusi terhadap PDRB, aspek

penyerapan tenaga kerja, dan aspek keterkaitan ke depan.

Hasil perhitungan nilai inkonsistensi dengan software expert choice

11 menunjukkan nilai sebesar 0,00 untuk semua matriks perbandingan

berpasangan. Hal ini berarti bahwa data yang dimasukkan telah

menunjukkan konsistensi yang kuat sehingga hasil analisis dapat diterima.

0,143

0,086 0,085 0,083 0,0820,073 0,069 0,065

0,052 0,051 0,0500,041 0,041

0,034 0,0290,016

0,000,020,040,060,080,100,120,140,16

Prioritas Komoditas Pertanian Berdasarkan atas Keseluruhan Aspek

Page 106: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

90

Selanjutnya dilakukan penilaian indeks keunggulannya untuk

menentukan komoditas unggulan. Penilaian indeks keunggulan masing-

masing komoditas disajikan pada tabel 18.

Tabel 18. Indeks Keunggulan Komoditas Pertanian

Peringkat Komoditas Nilai AHP Indeks Keunggulan

1 Padi 0,143 2,29

2 Tebu 0,086 1,38

3 Jagung 0,085 1,36

4 Kelapa 0,083 1,33

5 Sapi 0,082 1,31

6 Tembakau 0,073 1,17

7 Susu Segar 0,069 1,10

8 Ayam 0,065 1,04

9 Kedelai 0,052 0,83

10 Kambing dan Domba 0,051 0,82

11 Kopi 0,050 0,80

12 Kakao 0,041 0,66

13 Telur 0,041 0,66

14 Karet 0,034 0,54

15 Teh 0,029 0,46

16 Kerbau 0,016 0,26

Penggunaan nilai indeks ini mengacu pada metode

Rasmussen/Hirschman. Penentuan keunggulan komoditas didasarkan

pada nilai indeks derajad kepekaan dan indeks daya penyebaran. Menurut

Rasmussen/Hirschman, komoditas unggulan adalah komoditas yang

mempunyai indeks derajad kepekaan dan indeks daya penyebaran lebih

besar satu.

Page 107: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

91

Berdasarkan hasil analisis AHP dan indeks keunggulan, terdapat

delapan komoditas yang merupakan unggulan. Komoditas tersebut

mempunyai indeks keunggulan lebih besar satu.

Dengan demikian, komoditas unggulan sektor peranian di Provinsi

Jawa Timur, yaitu:

1) Padi dengan nilai indeks keunggulan 2,29;

2) Tebu dengan nilai indeks keunggulan 1,38;

3) Jagung dengan nilai indeks keunggulan 1,36;

4) Kelapa dengan nilai indeks keunggulan 1,33;

5) Sapi dengan nilai indeks keunggulan 1,31;

6) Tembakau dengan nilai indeks keunggulan 1,17;

7) Susu Segar dengan nilai indeks keunggulan 1,10; dan

8) Ayam dengan nilai nilai indeks keunggulan 1,04.

Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas unggulan sektor

pertanian di Provinsi Jawa Timur ialah padi, tebu, jagung, kelapa, sapi,

tembakau, susu segar, dan ayam. Dilihat dari nilai indeks keunggulannya,

padi unggul jauh dibanding komoditas lainnya. Komoditas unggulan lain

yaitu tebu, jagung, kelapa, dan sapi mempunyai indeks keunggulan yang

hampir berimbang.

Keunggulan padi didukung oleh realitas bahwa padi merupakan

penyumbang kontribusi terbesar pada PDRB Provinsi Jawa Timur tahun

2015. Padi berkontribusi sebesar 50,56 trilyun rupiah atau 2,99 persen

dari total PDRB sebesar 1.689,88 trilyun rupiah (Badan Pusat Statistik,

Page 108: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

92

2016). Nilai ini bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi

yang disumbangkan oleh sektor jasa keuangan dan asuransi (2,75 persen),

sektor jasa pendidikan (2,72 persen), sektor administrasi pemerintahan

(2,31), sektor real estate (1,63 persen), sektor jasa lainnya (1,43 persen),

sektor jasa perusahaan (0,80 persen), sektor jasa kesehatan (0,63 persen),

sektor pengadaan listrik dan gas (0,34 persen), dan sektor pengadaan air,

pengelolaan sampah/limbah (0,09 persen). Kontribusi yang besar pada

PDRB menjadikan padi sebagai penggerak utama (prime mover)

pembangunan ekonomi.

Pada aspek penyerapan tenaga kerja, padi unggul jauh

dibandingkan komoditas pertanian yang lain. Menurut data sensus

pertanian tahun 2013, di Jawa Timur terdapat 2.654.472 rumah tangga

usaha tanaman padi sawah dan 309.557 rumah tangga usaha tanaman

padi ladang. Tingkat penyerapan tenaga kerja berpengaruh pada

pemerataan pendapatan masyarakat. Dengan hampir tiga juta rumah

tangga usaha tanaman padi di Jawa Timur, komoditas padi semakin

menunjukkan peranan pentingnya dalam usaha pemerataan pendapatan

masyarakat. Tetapi pemerataan pendapatan tidak cukup hanya

berdasarkan kuantitas penyerapan tenaga kerja, tetapi yang lebih penting

adalah nilai atau jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap tenaga

kerja. Pada tataran ini, keberpihakan kebijakan pemerintah diperlukan

agar petani memperoleh nilai tambah yang lebih besar.

Page 109: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

93

Komoditas tebu merupakan komoditas unggulan kedua setelah

padi. Provinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi tebu di Indonesia.

Badan Pusat Statistik mencatat nilai rata-rata luas panen tebu di

Indonesia, antara tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, seluas 45,06

persen berada di Provinsi Jawa Timur, kemudian 25,30 persen di Provinsi

Lampung, 13,99 persen di Provinsi Jawa Tengah, dan 4,59 persen di

Provinsi Jawa Barat. Sebagai produsen terbesar komoditas tebu, Provinsi

Jawa Timur mempunyai daya saing yang tinggi dibanding provinsi lain.

Aspek daya saing ini dapat dinilai dari hasil analisis LQ yang

memperlihatkan bahwa komoditas tebu merupakan komoditas yang

bersifat basis dengan nilai LQ 2,70. Sebagai komoditas yang bersifat

basis, tebu memberikan andil besar bagi masuknya kapital bagi

peningkatan pendapatan daerah.

Komoditas tebu juga unggul pada aspek kontribusi terhadap PDRB

dengan andil 8,3 trilyun rupiah. Nilai tersebut relatif besar dan bermanfaat

dalam mendorong pergerakan perekonomian daerah. Komoditas tebu

juga unggul pada aspek keterkaitan antar sektor dengan menempati

urutan ketiga setelah padi dan ayam. Hal ini menunjukkan bahwa tebu

mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sektor perekonomian lain dan

pengembangan komoditas tebu akan memacu pertumbuhan

perekonomian secara agregat.

Komoditas jagung merupakan komoditas unggulan peringkat

ketiga. Komoditas jagung merupakan komoditas yang bersifat basis

Page 110: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

94

dengan nilai LQ 1,69. Hal ini sesuai realitas bahwa Provinsi Jawa Timur

merupakan sentra produksi jagung di Indonesia dengan luas panen

terbesar yaitu 31,1 persen dari luas panen secara nasional, diikuti

Provinsi Jawa Tengah (13,9%), Provinsi Lampung (9,1%), dan Provinsi

Sulawesi Selatan (7,6%). Komoditas jagung juga unggul pada aspek

kontribusi terhadap PDRB. Kontribusi jagung sebesar 14,5 trilyun rupiah

dapat mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. Pada aspek

penyerapan tenaga kerja, terdapat 1.922.318 rumah tangga usaha

tanaman jagung. Jumlah ini tentu sangat besar, dan memberikan andil

bagi pemerataan pendapatan masyarakat.

Komoditas kelapa merupakan komoditas unggulan peringkat

keempat. Selain unggul karena kontribusinya terhadap PDRB yaitu

sebesar 14,2 trilyun rupiah, keunggulan komoditas kelapa terletak pada

aspek kelestarian lingkungan. Kelapa mempunyai tingkat keramahan

lingkungan paling tinggi karena relatif tidak terkontaminasi obat-obatan

dan juga tidak menghasilkan limbah pencemar lingkungan. Pada era

sekarang, saat isu lingkungan menjadi perhatian serius, sudah

seharusnya seluruh komponen bangsa semakin peduli pada

pembangunan yang berwawasan lingkungan guna keharmonisan

kehidupan generasi sekarang dan keberlanjutan kehidupan generasi

mendatang. Untuk itu, perlu terus dikembangkan penelitian agar muncul

penemuan-penemuan baru dalam rangka mewujudkan pembangunan

yang ramah lingkungan.

Page 111: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

95

Komoditas unggulan berikutnya adalah sapi, tembakau, susu

segar, dan ayam. Sapi unggul pada aspek kontribusi terhadap PDRB

dengan kontribusi sebesar 20,28 trilyun rupiah. Di samping itu terdapat

lebih dari satu juta rumah tangga di Provinsi Jawa Timur yang menggeluti

usaha ternak sapi sehingga beternak sapi menjadi sumber pendapatan

bagi banyak warga masyarakat Provinsi Jawa Timur. Komoditas tembakau

dan susu segar mempunyai keunggulan pada aspek daya saing.

Tembakau mempunyai nilai LQ terbesar yaitu 2,92 dan susu segar

dengan nilai LQ sebesar 2,86. Komoditas ayam unggul pada aspek

keterkaitan ke belakang. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha

pengembangan komoditas ayam dapat mendorong peningkatan produksi

sektor-sektor perekonomian lain yang akan diserap outputnya untuk input

produksi usaha komoditas ayam.

D. Peranan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian

Setelah diperoleh komoditas yang menjadi unggulan sektor

pertanian dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process, selanjutnya

dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana peranan komoditas

tersebut pada pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Timur.

Peranan komoditas unggulan sektor pertanian pada

pembangunan ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan model

input-output, yaitu analisis keterkaitan antarsektor (keterkaitan ke

belakang dan ke depan) dan analisis angka pengganda (angka

pengganda output dan angka pengganda pendapatan (upah/gaji).

Page 112: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

96

1. Peranan pada Sektor-Sektor Perkonomian

Peranan komoditas unggulan bagi sektor perekonomian dapat

dianalisis dengan model input-output untuk mengetahui angka keterkaitan

ke belakang dan keterkaitan ke depan. Angka keterkaitan ke belakang

menunjukkan kemampuan untuk mendorong pertumbuhan output

keseluruhan sektor perekonomian dalam rangka memenuhi kebutuhan

input komoditas tersebut. Angka keterkaitan ke depan menunjukkan

kemampuan suatu komoditas dalam memberikan outputnya untuk proses

produksi sektor-sektor perekonomian.

Pada tabel 19 disajikan keterkaitan ke belakang komoditas

unggulan dengan beberapa sektor yang mempunyai keterkaitan erat.

Tabel 19. Keterkaitan ke Belakang komoditas Unggulan dengan Sektor

Perekonomian

Komoditas Unggulan

Peringkat Keunggulan

Keterkaitan Tertinggi ke Belakang

Sektor Nilai

Padi 1 Perdagangan Besar dan Eceran 0,0764

Tebu 2 Perdagangan Besar dan Eceran 0,0316

Jagung 3 Industri Pengolahan 0,1359

Kelapa 4 Industri Pengolahan 0,0346

Sapi 5 Padi 0,1021

Tembakau 6 Industri Pengolahan 0,1759

Susu Segar 7 Industri Pengolahan 0,3076

Ayam 8 Industri Pengolahan 0,2979

Berdasarkan tabel 19, komoditas unggulan mempunyai keterkaitan

ke belakang yang paling erat dengan sektor industri pengolahan. Sektor

Page 113: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

97

industri pengolahan mempunyai keterkaitan paling tinggi bagi komoditas

jagung, kelapa, tembakau, susu segar, dan ayam. Sektor perekonomian

lainnya adalah sektor perdagangan besar dan eceran yang mempunyai

keterkaitan paling tinggi bagi komoditas padi dan tebu.

Pada tabel 20 disajikan keterkaitan ke depan komoditas unggulan

dengan beberapa sektor yang mempunyai keterkaitan erat.

Tabel 20. Keterkaitan ke Depan Komoditas Unggulan dengan Sektor

Perekonomian

Komoditas Unggulan

Peringkat Keunggulan

Keterkaitan Tertinggi ke Depan

Sektor Nilai

Padi 1 Sapi 0,1020

Tebu 2 Industri Pengolahan 0,0107

Jagung 3 Ayam 0,0100

Kelapa 4 Industri Pengolahan 0,0143

Sapi 5 Akomodasi & Makan Minum 0,0054

Tembakau 6 Industri Pengolahan 0,0060

Susu Segar 7 Akomodasi & Makan Minum 0,0124

Ayam 8 Telur 0,0177

Berdasarkan tabel 20, komoditas unggulan mempunyai keterkaitan

ke depan yang paling erat dengan sektor industri pengolahan. Sektor

industri pengolahan mempunyai keterkaitan paling tinggi bagi komoditas

tebu, kelapa, dan tembakau. Sektor perekonomian lainnya yang adalah

sektor penyediaan akomodasi makan dan minum. Sektor ini mempunyai

keterkaitan paling tinggi bagi komoditas sapi susu segar.

Page 114: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

98

Komoditas unggulan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur

mempunyai peranan besar bagi pertumbuhan sektor akomodasi, makan

dan minum, sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor industri

pengolahan. Komoditas susu segar dan sapi mempunyai keterkaitan ke

depan yang tertinggi dengan sektor akomodasi, makan dan minum yang

menunjukkan bahwa komoditas susu segar dan sapi banyak diserap oleh

sektor akomodasi, makan dan minum. Kedua komoditas ini memberikan

outputnya sebagai input yang penting bagi aktivitas produksi sektor

akomodasi, makan, dan minum. Komoditas padi dan tebu mempunyai

keterkaitan ke belakang tertinggi dengan sektor perdagangan besar dan

eceran. Komoditas padi dan tebu mempunyai peran penting bagi

peningkatan produksi sektor perdagangan besar dan eceran. Komoditas

susu segar, ayam, tembakau, jagung, dan kelapa mempunyai angka

keterkaitan ke belakang tertinggi dengan sektor industri pengolahan. Hal

ini menunjukkan bahwa komoditas susu segar, ayam, tembakau, jagung,

dan kelapa dalam proses produksinya sangat membutuhkan output dari

sektor industri pengolahan, sehingga secara otomatis akan memacu

peningkatan output sektor industri pengolahan.

2. Peranan pada Peningkatan Output

Untuk mengetahui peranan komoditas unggulan, yaitu padi, tebu,

sapi, tembakau, kelapa, susu segar, jagung, dan ayam pada peningkatan

output perekonomian, dapat digunakan analisis angka pengganda output.

Angka pengganda output adalah nilai yang menunjukkan besarnya

Page 115: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

99

penggandaan output keseluruhan perekonomian yang dapat dihasilkan

jika pada suatu sektor ditingkatkan produktivitasnya misalnya dengan

memperbesar permintaan akhir pada sektor tersebut. Perhitungan angka

pengganda output bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar dampak

pembangunan suatu sektor bagi sektor-sektor secara keseluruhan.

Komoditas yang mempunyai angka pengganda output yang semakin

tinggi, menunjukkan bahwa komoditas tersebut semakin besar

peranannya dalam mempercepat pertumbuhan sektor-sektor

perekonomian secara agregat.

Angka pengganda output tiap-tiap sektor diperoleh dengan

analisis input-output . Dengan menggunakan persamaan (8), hasil analisis

angka pengganda output disajikan pada tabel 21.

Tabel 21. Angka Pengganda Output Komoditas Unggulan

Komoditas Unggulan Peringkat Keunggulan Angka Pengganda Output

Padi 1 1,310

Tebu 2 1,350

Jagung 3 1,314

Kelapa 4 1,098

Sapi 5 1,324

Tembakau 6 1,366

Susu Segar 7 1,434

Ayam 8 1,547

Komoditas ayam mempunyai angka pengganda output yang paling

tinggi yaitu 1,547. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan pada

permintaan akhir komoditas ayam (misal belanja pemerintah) sebesar satu

Page 116: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

100

satuan uang misalnya sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan

tambahan output sebesar 1,547 milyar rupiah pada keseluruhan sektor

perekonomian.

Komoditas susu segar mempunyai angka pengganda output

sebesar 1,434. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan pada

permintaan akhir komoditas susu segar sebesar satu satuan uang

misalnya sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan tambahan output

sebesar 1,434 milyar rupiah pada keseluruhan sektor perekonomian.

Komoditas tembakau mempunyai angka pengganda output sebesar

1,366. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan pada permintaan akhir

komoditas tembakau sebesar satu satuan uang misalnya sebesar 1 milyar

rupiah akan menghasilkan tambahan output sebesar 1,366 milyar rupiah

pada keseluruhan sektor perekonomian.

Komoditas tebu mempunyai angka pengganda output sebesar

1,350. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan pada permintaan akhir

komoditas tebu sebesar satu satuan uang misalnya sebesar 1 milyar

rupiah akan menghasilkan tambahan output sebesar 1,350 milyar rupiah

pada keseluruhan sektor perekonomian.

Komoditas sapi mempunyai angka pengganda output sebesar

1,324. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan pada permintaan akhir

komoditas sapi sebesar satu satuan uang misalnya sebesar 1 milyar

rupiah akan menghasilkan tambahan output sebesar 1,324 milyar rupiah

pada keseluruhan sektor perekonomian.

Page 117: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

101

Komoditas jagung mempunyai angka pengganda output sebesar

1,314. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan pada permintaan akhir

komoditas jagung sebesar satu satuan uang misalnya sebesar 1 milyar

rupiah akan menghasilkan tambahan output sebesar 1,314 milyar rupiah

pada keseluruhan sektor perekonomian.

Komoditas padi dan kelapa mempunyai angka pengganda output

masing-masing sebesar 1,310 dan 1,098. Hal ini dapat diartikan bahwa

penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan uang misalnya

sebesar 1 milyar rupiah untuk komoditas padi akan menghasilkan

tambahan output sebesar 1,310 milyar rupiah ,dan untuk kelapa akan

menghasilkan tambahan output sebesar 1,098 milyar rupiah pada

keseluruhan sektor perekonomian.

3. Peranan pada Peningkatan Pendapatan

Peranan komoditas unggulan sektor pertanian pada peningkatan

pendapatan dapat dianalisis dengan analisis angka pengganda

pendapatan (upah/gaji). Data yang dibutuhkan adalah data upah dan gaji

dan data output tiap-tiap sektor yang tertera pada struktur input tabel

input-output Provinsi Jawa Timur tahun 2015.

Angka pengganda pendapatan adalah nilai yang menunjukkan

besarnya pendapatan (upah/gaji) keseluruhan sektor perekonomian yang

dapat dihasilkan jika pada sebuah sektor ditingkatkan produktivitasnya

misalnya dengan memperbesar permintaan akhir pada sektor tersebut.

Perhitungan angka pengganda pendapatan bermanfaat untuk mengetahui

Page 118: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

102

seberapa besar dampak pembangunan suatu sektor pada peningkatan

pendapatan masyarakat. Komoditas yang mempunyai angka pengganda

pendapatan yang semakin tinggi, menunjukkan bahwa komoditas tersebut

semakin besar peranannya dalam pemerataan pendapatan masyarakat.

Dengan menggunakan persamaan (9), hasil analisis angka

pengganda pendapatan disajikan pada tabel 22.

Tabel 22. Angka Pengganda Pendapatan Komoditas Unggulan

Komoditas Peringkat Keunggulan

Proporsi gaji/upah setelah

penambahan permintaan akhir

Koefesien Gaji/Upah

Angka Pengganda Pendapatan (Gaji/upah)

Padi 1 0,328 0,262 1,251

Tebu 2 0,119 0,083 1,437

Jagung 3 0,346 0,293 1,182

Kelapa 4 0,293 0,275 1,063

Sapi 5 0,486 0,408 1,191

Tembakau 6 0,287 0,231 1,243

Susu Segar 7 0,143 0,091 1,575

Ayam 8 0,202 0,126 1,604

Komoditas sapi mempunyai proporsi gai/upah yang paling tinggi

yaitu 0,486. Hal ini dapat diartikan dengan penambahan permintaan akhir

(misal belanja pemerintah) pada komoditas sapi sebesar satu satuan uang

misalnya sebesar 1 milyar rupiah maka rumah tangga pada keseluruhan

sektor perekonomian akan menikmati bagian pendapatan sebesar 486

juta rupiah.

Komoditas jagung mempunyai proporsi gai/upah tertinggi kedua

sebesar 0,346. Hal ini dapat diartikan dengan penambahan permintaan

Page 119: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

103

akhir (misal belanja pemerintah) pada komoditas jagung sebesar satu

satuan uang misalnya sebesar 1 milyar rupiah maka rumah tangga pada

keseluruhan sektor perekonomian akan menikmati bagian pendapatan

sebesar 346 juta rupiah.

Komoditas padi mempunyai proporsi gai/upah tertinggi ketiga

sebesar 0,328. Hal ini dapat diartikan dengan penambahan permintaan

akhir pada komoditas padi sebesar satu satuan uang misalnya sebesar 1

milyar rupiah maka rumah tangga pada keseluruhan sektor perekonomian

akan menikmati bagian pendapatan sebesar 328 juta rupiah.

Komoditas ayam mempunyai angka pengganda pendapatan

(upah/gaji) yang paling tinggi yaitu 1,604. Hal ini dapat diartikan bahwa

penambahan pada permintaan akhir pada komoditas ayam sebesar satu

satuan uang misalnya sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan

tambahan pendapatan (upah/gaji) bagi masyarakat sebesar 1,604 kali

lipat. Proporsi pendapatan yang semula adalah 0,126 menjadi 0,202. Jika

dinyatakan dalam nilai rupaih maka proporsi pendapatan akibat

penambahan permintaan akhir sebesar 1 milyar rupiah meningkat dari 126

juta rupiah menjadi 202 juta rupiah.

Komoditas susu segar mempunyai angka pengganda pendapatan

(upah/gaji) yang tertinggi kedua yaitu 1,575. Hal ini dapat diartikan bahwa

penambahan pada permintaan akhir pada komoditas susu segar sebesar

satu satuan uang misalnya sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan

tambahan pendapatan (upah/gaji) bagi masyarakat sebesar 1,575 kali

Page 120: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

104

lipat. Proporsi pendapatan yang semula adalah 0,091 menjadi 0,143. Jika

dinyatakan dalam nilai rupaih maka proporsi pendapatan akibat

penambahan permintaan akhir sebesar 1 milyar rupiah meningkat dari 91

juta rupiah menjadi 143 juta rupiah.

Komoditas tebu mempunyai angka pengganda pendapatan

(upah/gaji) yang tertinggi ketiga yaitu 1,437. Hal ini dapat diartikan bahwa

penambahan pada permintaan akhir pada komoditas tebu sebesar satu

satuan uang misalnya sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan

tambahan pendapatan (upah/gaji) bagi masyarakat sebesar 1,437 kali

lipat. Proporsi pendapatan yang semula adalah 0,083 menjadi 0,119. Jika

dinyatakan dalam nilai rupaih maka proporsi pendapatan akibat

penambahan permintaan akhir sebesar 1 milyar rupiah meningkat dari 83

juta rupiah menjadi 119 juta rupiah.

Page 121: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Komoditas unggulan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur, yaitu:

padi, tebu, jagung, kelapa, sapi, tembakau, susu segar, dan ayam.

Peringkat pertama ialah padi dengan indeks keunggulan 2,29; peringkat

kedua ialah tebu dengan indeks keunggulan 1,38; peringkat ketiga ialah

jagung dengan indeks keunggulan 1,36; peringkat keempat ialah kelapa

dengan indeks keunggulan 1,33; peringkat kelima ialah sapi dengan

indeks keunggulan 1,31; peringkat keenam ialah tembakau dengan

indeks keunggulan 1,17, peringkat ketujuh ialah susu segar dengan

indeks keunggulan 1,10, dan peringkat ke delapan ialah ayam dengan

indeks keunggulan 1,04;

2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan paling erat dengan sektor

industri pengolahan, baik keterkaitan ke belakang ataupun ke depan.

Keterkaitan erat lainnya dengan sektor perekonomian adalah

keterkaitan ke belakang dengan sektor perdagangan besar dan eceran

dan keterkaitan ke depan dengan sektor penyediaan akomodasi dan

makan minum;

Page 122: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

106

3. Padi mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan angka

pengganda output sebesar 1,310 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,251;

4. Tebu mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan angka

pengganda output sebesar 1,350 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,437;

5. Jagung mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan angka

pengganda output sebesar 1,314 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,182;

6. Kelapa mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan angka

pengganda output sebesar 1,098 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,063;

7. Sapi mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan angka

pengganda output sebesar 1,324 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,191;

8. Tembakau mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan

angka pengganda output sebesar 1,366 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,243;

9. Susu segar mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan

angka pengganda output sebesar 1,434 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,575;

Page 123: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

107

10. Ayam mempunyai peranan dalam peningkatan output dengan angka

pengganda output sebesar 1,547 dan peranan pada peningkatan

pendapatan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 1,604;

Saran

1. Komoditas unggulan yaitu padi, tebu, jagung, kelapa, sapi, tembakau,

susu segar, dan ayam disarankan agar mendapat perhatian lebih

utama dalam pengembangannya. Pemerintah dapat mengalokasikan

anggaran lebih besar untuk mengembangkan komoditas-komoditas

tersebut.

2. Perlunya pemerintah memberikan dorongan dan kemudahan

berinvestasi bagi investor yang bergerak pada usaha-usaha untuk

mengembangkan komoditas unggulan.

3. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan data sehingga diharapkan

penelitian pada masa-masa mendatang dapat tersedia data-data yang

lebih lengkap misalnya klasifikasi sektor yang lebih luas pada tabel

input-output dan juga data tenaga kerja yang mencakup lebih banyak

sektor.

Page 124: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2004). Teori-teori Lokasi dan Pengembangan wilayah. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (LEPHAS).

Adisasmita, R. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Surabaya: Grahayu Ilmu.

Ambardi, U. & Prihawantoro, S. (2002). Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi dan Pengembangan Wilayah.

Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan. Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. (2016). Indikator Pertanian 2015/2016. Katalog BPS:5102001.

Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik Indonesia 2016. Katalog BPS:1101001

Badan Pusat Statistik. (2016). Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2016. Katalog BPS: 1102001.35

Badan Pusat Statistik. (2016). Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2015.

Ekowati, T. (2011). Analisis Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Agribisnis Di Jawa Tengah. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Firmansyah. (2006). Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (I-O) untuk Ekonomi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Furchan, A. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hafied, H. (2009). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Makassar: Kretakupa Print.

Jhingan, M.L. (1983). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan oleh D. Guritno. 2008. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyono, S. (1996). Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 125: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

109

Nazara, S. (1997). Analisis Input-output. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Noor, M. (2015). Memotret Data Kuantitatif (Untuk Skripsi, Tesis, Disertasi). Semarang: CV. Duta Nusindo.

Nurmala, T., Sudjono, A.D., Rodjak, A., dkk. (2012). Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nursini. (2010). Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah (Teori dan Aplikasi). Tidak dipublikasikan.

Oktavia, H.F., Hanani, N., Suhartini. (2016). Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Input-Output). Jurnal Habitat 27(2):72-84.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2025. Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011—2031. Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 – 2019. Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Nomor 3 Seri D.

Permatasari, N. (2016). Perencanaan Pembangunan Ekonomi Wilayah Berbasis Pertanian Dalam Rangka Pengurangan Kemiskinan di Kalimantan Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia, 14(1)):27-42.

Rustiadi, E., Saefulhakim, S., Panuju, D.R. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (edisi kedua). Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Saleh, K., Hamzah, D., Rumampuk, J.L. (2000). Aplikasi Model Input-Output Dalam Perencanaan Ekonomi Regional Studi Kasus Perikanan Laut. Makassar: Penerbit C.V. Bila Utara.

Saaty TL. (1987). The Analytic Hierarchy Process-What It Is And How It Is Used. Mathl Modelling, 9(3):161-176.

Saaty TL. (2008). Decision Making With The Analytic Hierarchy Process. Int. J. Services Sciences, 1(1):83-98.

Page 126: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

110

Saragih, J.R. 2015. Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Pertanian Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Soebagiyo, D. 2015. Analisis Sektor Unggulan Bagi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Di Jawa Tengah. Univesity Research Colloquium 2015, ISSN 2407-9189.

Suryani, L., Sitorus, S.R.P., Minibah, K. (2015). Analisis Komoditas Perkebunan Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Jurnal Littri 21(4):175-188.

Susantono, B. 2012. Manajemen Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Universitas Indonesia (UI Press): Jakarta.

Todaro, M.P., Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid I. Terjemahan oleh Barnadi D, Saat S, Hardani W. Jakarta: Erlangga.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244.

Widianingsih, W., Suryantini, A., Irham. (2015). Kontribusi Sektor Pertanian pada Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Agro Ekonomi 26(2):206-218.

Page 127: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Kode dan Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen

Klasifikasi 110 sektor Klasifikasi 37 sektor

Kode Sektor Kode Sektor 1 Padi 1 Padi 2 Jagung 2 Jagung 3 Kedelai 3 Kedelai 4 Tanaman Pangan Lainnya 4 Tebu 5 Tanaman Hortikultura Semusim 5 Tembakau 6 Tebu 6 Kelapa 7 Tembakau 7 Kopi 8 Tanaman Perkebunan Semusim

Lainnya 8 Teh

9 Tanaman Hortikultura Tahunan 9 Kakao 10 Tanaman Hortikultura Lainnya 10 Karet 11 Kelapa 11 Sapi 12 Kopi 12 Kerbau 13 Teh 13 Domba dan Kambing 14 Kakao 14 Ayam 15 Karet 15 Susu Segar 16 Tanaman Perkebunan Tahunan

Lainnya 16 Telur

17 Sapi 17 Pertanian Lainnya 18 Kerbau 18 Peternakan Lainnya 19 Domba dan Kambing 19 Jasa Pertanian dan Perburuan 20 Ayam 20 Kehutanan 21 Unggas Lainnya 21 Perikanan 22 Susu Segar 22 Pertambangan dan Penggalian 23 Telur 23 Industri Pengolahan 24 Ternak Lainnya 24 Pengadaan Listrik dan Gas 25 Jasa Pertanian dan Perburuan 25 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 26 Kayu Jati 26 Konstruksi 27 Kayu Rimba 27 Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan sepeda Motor 28 Kayu Hutan Lainnya 28 Transportasi dan Pergudangan 29 Ikan Laut dan Hasil Perikanan

Laut 29 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 30 Ikan Darat dan Hasil Perikanan

Darat 30 Informasi dan Komunikasi

31 Pertambangan Minyak Bumi 31 Jasa Keuangan dan Asuransi 32 Pertambangan Gas Alam dan

Panas Bumi 32 Real Estat

33 Pertambangan Bijih Logam 33 Jasa Perusahaan

Page 128: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

112

Lampiran 1. Lanjutan

Klasifikasi 110 sektor Klasifikasi 37 sektor

Kode Sektor Kode Sektor 34 Pertambangan dan Penggalian

Lainnya 34 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

35 Industri Batubara dan Pengilangan Migas

35 Jasa Pendidikan

36 Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging

36 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

37 Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air

37 Jasa Lainnya

38 Industri Pengolahan dan Pengawetan Buah-buahan dan Sayuran

39 Industri Minyak Makan dan Lemak Nabati dan Hewani

40 Industri Pengolahan Susu, Produk dari Susu dan Es Krim

41 Industri Beras 42 Industri Penggilingan Padi-

padian (Kecuali Beras), Tepung, dan Pati

43 Industri Roti dan Kue 44 Industri Gula 45 Industri Makanan Lainnya 46 Industri Makanan Hewan 47 Industri Minuman 48 Industri Rokok 49 Industri Tembakau Olahan 50 Industri Tekstil 51 Industri Pakaian Jadi 52 Industri Kulit dan Barang dari

Kulit

53 Industri Alas Kaki 54 Industri Kayu, Anyaman Bambu,

Rotan dsj

55 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

56 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

57 Industri Kimia Dasar 58 Industri Pupuk dan Pestisida 59 Industri Barang Kimia Lainnya 60 Industri Farmasi, Obat Kimia, dan

Obat Tradisional

61 Industri Karet dan Barang dari Karet

62 Industri Barang dari Plastik 63 Industri Kaca dan Barang dari

Kaca

Page 129: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

113

Lampiran 1. Lanjutan

Klasifikasi 110 sektor Kode Sektor

64 Industri Barang Galian Bukan Logam Lainnya

65 Industri Logam Dasar 66 Industri Barang Logam Bukan

Mesin dan Peralatannya

67 Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik

68 Industri Peralatan Listrik 69 Industri Mesin dan

Perlengkapannya

70 Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer

71 Industri Alat Angkutan Lainnya 72 Industri Furnitur 73 Industri Pengolahan Lainnya 74 Jasa Reparasi dan Pemasangan

Mesin dan Peralatannya

75 Ketenagalistrikan 76 Gas 77 Pengadaan Air 78 Pengelolaan Sampah dan Daur

Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah

79 Konstruksi Gedung 80 Konstruksi Bangunan Sipil 81 Konstruksi Khusus 82 Perdagangan Mobil dan Sepeda

Motor

83 Reparasi Mobil dan Motor 84 Perdagangan Besar Bukan Mobil

dan Sepeda Motor

85 Perdagangan Eceran Bukan Mobil dan Motor

86 Angkutan Rel 87 Angkutan Darat 88 Angkutan Laut 89 Angkutan Sungai, Danau, dan

Penyeberangan

90 Angkutan Udara 91 Pergudangan 92 Jasa Penunjang Angkutan 93 Pos dan Kurir 94 Penyediaan Akomodasi 95 Penyediaan Makanan dan

Minuman

96 Informasi dan Komunikasi

Page 130: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

114

Lampiran 1. Lanjutan

Klasifikasi 110 sektor Kode Sektor

97 Bank 98 Asuransi dan Dana Pensiun 99 Jasa Keuangan Lainnya

100 Jasa Penunjang Keuangan 101 Real Estat 102 Jasa Profesional, ilmiah, dan

Teknis

103 Jasa Perusahaan Lainnya 104 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

105 Jasa Pendidikan 106 Jasa Kesehatan 107 Jasa Kegiatan Sosial 108 Jasa Kesenian, Hiburan, dan

Rekreasi

109 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

110 Jasa Lainnya

Kode Keterangan 1 s.d. 110 Sektor-Sektor Produksi

180 Jumlah Permintaan Antara 190 Jumlah Input Antara 200 Impor 201 Upah dan Gaji 202 Surplus Usaha 203 Penyusutan 204 Pajak Tidak Langsung 205 Subsidi 209 Nilai Tambah Bruto 210 Total Input 301 Konsumsi Rumah Tangga

301a Konsumsi Lembaga Non Profit 302 Konsumsi Pemerintah 303 Pembentukan Modal Tetap

Bruto

304 Perubahan Stok 305LN Ekspor Luar Negeri 306AP Ekspor Antar Provinsi

309 Jumlah Permintaan Akhir 600 Total Output

Page 131: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

115

Lampiran 2.

Tabel Input-Output Jawa Timur Tahun 2015 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Agregasi 37 Sektor (juta rupiah)

KODE 1 2 3 4 5 6

1 6.437.812,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 0,00 424.014,22 0,00 0,00 0,00 0,00 3 0,00 0,00 28.807,91 0,00 0,00 0,00 4 0,00 0,00 0,00 2.472.049,82 0,00 0,00 5 0,00 0,00 0,00 0,00 7.470,97 0,00 6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 280.470,73 7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 185.681,12 36.534,42 2.730,27 0,00 0,00 492,53 12 4.233,50 741,93 71,63 0,00 0,00 10,88 13 152.918,24 25.217,21 1.293,48 0,00 26.628,17 0,00 14 15.672,00 6.754,73 438,30 185,84 146,13 0,00 15 1.422,48 513,84 358,81 27,70 21,62 0,00 16 0,00 0,00 568,61 0,00 0,00 0,00 17 0,00 0,00 0,00 0,00 1,62 0,00 18 56.086,00 17.825,57 1.510,95 285,24 421,80 0,00 19 1.331.411,09 453.952,33 114.864,27 21.122,88 2.344,71 75.941,52 20 3.582,45 1.659,29 281,78 66,94 89,18 1.020,88 21 190,78 191,49 110,64 0,00 0,00 96,24 22 0,00 0,00 39,80 31,27 16,67 948,90 23 2.020.186,35 1.594.300,87 202.913,27 94.533,62 110.848,55 317.017,89 24 5.163,61 3.661,17 1.405,99 35,70 9,37 0,00 25 187,10 644,81 239,65 109,59 62,77 342,00 26 39.052,44 10.493,56 1.461,67 254,97 184,95 1.951,35 27 4.147.082,16 1.181.306,53 115.472,95 254.575,15 62.075,22 109.156,55 28 267.923,49 100.086,77 33.226,55 31.817,59 8.971,37 102.748,12 29 7.258,96 48.885,47 2.269,97 153,19 446,02 9.018,28 30 1.043,39 1.311,47 213,43 422,03 588,66 2.256,22 31 80.184,64 37.934,82 1.243,65 4.503,89 657,39 102.890,38 32 2.554,39 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 33 122.340,48 7.522,78 6.338,96 565,85 323,93 286,47 34 870,48 668,29 279,66 1.193,33 118,01 20,72 35 567,82 137,24 88,23 26,66 1,43 31,55 36 400,22 121,45 0,00 91,51 0,00 12,35 37 3.338,58 183,25 556,70 11,85 10,60 26.084,14

190 14.887.164,67 3.954.663,51 516.787,13 2.882.064,62 221.439,14 1.030.797,70 200 1.655.316,80 833.734,44 105.066,83 42.380,40 51.714,49 269.873,33 201 17.584.038,58 5.657.831,55 628.417,03 927.627,44 217.002,15 4.271.036,77 202 30.338.181,33 7.542.309,98 1.096.715,59 7.038.521,26 429.213,99 8.524.812,10 203 1.279.188,87 377.865,03 44.793,27 103.219,18 15.455,60 732.603,53 204 1.360.197,88 970.193,57 27.222,07 228.455,60 4.968,34 678.297,20 205 -3.913,98 -29.787,46 0,00 0,00 0,00 0,00 209 50.557.692,68 14.518.412,67 1.797.147,96 8.297.823,48 666.640,08 14.206.749,60 210 67.100.174,15 19.306.810,62 2.419.001,92 11.222.268,50 939.793,71 15.507.420,63

Page 132: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

116

Lampiran 2. Lanjutan KODE 7 8 9 10 11 12

1 0,00 0,00 0,00 0,00 2.353.034,39 294,99 2 0,00 0,00 0,00 0,00 47.975,13 4,37 3 0,00 0,00 0,00 0,00 71,31 0,01 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 83.541,94 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 0,00 402,47 0,00 0,00 0,00 0,00 9 0,00 0,00 18.884,81 0,00 0,00 0,00

10 0,00 0,00 0,00 3.686,64 0,00 0,00 11 312,12 4,79 0,00 0,00 1.476.740,03 0,00 12 4,66 0,05 0,00 3,85 0,00 54,03 13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14 0,00 2,17 10,16 0,13 17,42 0,00 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 0,00 0,00 0,00 0,00 2.294,75 0,00 17 0,00 0,00 25,25 5,79 175.148,48 16,76 18 22,17 3,85 116,98 0,11 21,52 3,62 19 399,39 0,00 2.475,12 24.405,22 122.063,83 0,59 20 198,43 4,66 713,80 129,88 833,66 0,08 21 192,36 28,28 40,60 0,65 7,79 8,93 22 81,31 13,05 216,14 156,88 114,72 1,35 23 114.789,34 19.590,80 66.241,51 46.424,46 1.048.628,28 7.386,49 24 14,33 10,83 65,56 583,23 2.177,11 0,20 25 33,84 0,52 128,84 32,78 922,82 0,22 26 20,95 155,30 272,99 2.789,80 3.010,59 0,27 27 38.248,22 4.291,47 26.912,07 5.136,12 1.116.982,62 1.582,36 28 29.634,13 2.350,63 3.590,13 3.828,85 81.438,85 270,25 29 144,05 127,06 516,76 12.673,02 1.233,74 12,22 30 963,62 169,12 391,38 943,85 11.568,75 3,06 31 28.909,34 953,99 772,72 23.030,04 49.207,25 165,67 32 0,00 0,00 19,03 0,00 29,42 40,26 33 286,98 2,74 327,51 2.174,22 1.604,45 51,47 34 58,28 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 35 26,56 0,01 0,93 0,01 278,31 2,54 36 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37 4.111,53 74,28 642,94 7.939,78 240,13 4,53

190 301.993,55 28.186,07 122.365,56 133.945,31 6.495.645,35 9.904,27 200 123.732,80 7.545,19 43.122,18 39.634,10 1.054.017,35 2.459,41 201 1.053.387,97 119.430,19 377.534,24 684.689,71 11.359.817,45 5.726,06 202 2.399.538,40 114.974,84 1.196.423,82 884.678,10 8.346.981,54 36.960,63 203 100.111,38 21.345,82 81.815,49 92.047,23 189.641,99 835,83 204 267.895,15 15.298,51 62.725,20 41.111,25 384.853,84 451,79 205 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 209 3.820.932,90 271.049,36 1.718.498,75 1.702.526,29 20.281.294,82 43.974,31 210 4.246.659,25 306.780,62 1.883.986,49 1.876.105,70 27.830.957,52 56.337,99

Page 133: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

117

Lampiran 2. Lanjutan KODE 13 14 15 16 17 18

1 440.118,23 424.720,39 376,75 6.866,48 0,00 1,07 2 4.100,98 37.071,98 3.129,22 66.763,68 0,00 389,98 3 9,76 244,81 1,17 105,75 0,00 0,56 4 0,00 35,94 33,08 282,26 0,00 0,08 5 0,00 82,81 46,64 0,00 0,00 0,17 6 0,00 0,00 0,00 0,00 662,59 0,00 7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,95 0,00 9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 0,00 0,00 0,00 0,00 18.287,69 0,00 12 0,00 0,00 0,00 0,00 325,50 0,00 13 697.227,53 17.292,14 49,78 8.340,84 24.103,50 40,82 14 0,00 572.860,38 0,00 125.459,95 435,45 0,00 15 0,00 0,00 18.804,21 0,00 5.853,08 0,00 16 0,00 0,00 0,00 31.377,93 11.369,18 0,00 17 19.824,49 20.307,32 1.018,01 4.466,06 1.260.613,41 90,77 18 0,00 0,00 0,00 0,00 4.144,89 2.290,78 19 0,00 272,80 1.317,41 37.061,95 258.136,80 0,00 20 190,48 0,66 0,00 0,00 175,66 0,25 21 101,43 38,58 47,28 0,00 292,26 0,08 22 0,74 0,00 36,02 31,32 339,63 0,00 23 132.322,66 2.213.675,74 2.107.664,51 2.108.184,08 548.653,46 12.605,67 24 23,56 6.251,73 2,30 178,23 9.406,44 1,74 25 133,57 37,52 4,57 7,12 653,39 0,00 26 0,02 0,01 0,01 0,01 1.131,32 0,00 27 240.790,16 389.466,18 247.967,59 354.404,91 812.065,49 45.463,87 28 29.340,68 34.224,76 11.953,59 35.358,16 218.561,81 1.619,97 29 261,92 2.670,85 185,33 461,06 192.041,33 0,41 30 401,96 866,30 116,51 217,15 1.869,22 6,95 31 7.266,24 2.880,40 18,01 643,68 40.136,36 0,09 32 0,00 1.068,77 0,00 82,48 0,09 0,00 33 39,50 43,87 525,64 30,10 54.012,00 0,28 34 0,00 105,04 10,21 1,67 4.740,36 0,01 35 5,78 1,18 9,43 0,63 182,68 0,00 36 0,00 13,77 0,00 0,00 0,00 0,00 37 67,84 22,80 8,48 15,11 1.275,83 0,85

190 1.572.227,53 3.724.256,73 2.393.325,75 2.780.340,61 3.469.470,37 62.514,40 200 91.785,05 94.101,21 680.256,66 99.745,03 1.660.669,95 13.213,69 201 1.422.852,15 1.395.650,89 864.242,07 741.321,20 10.783.456,01 44.379,54 202 4.297.901,76 5.357.986,53 5.478.754,46 4.776.048,77 22.498.269,48 136.747,00 203 307.036,93 486.343,43 84.567,72 159.025,96 1.082.088,78 6.968,08 204 306.579,15 17.191,83 23.985,19 6.085,99 255.730,72 3.499,50 205 -161,57 0,00 0,00 -43,28 -11.605,94 0,00 209 6.334.208,42 7.257.172,68 6.451.549,44 5.682.438,64 34.607.939,05 191.594,12 210 7.998.221,00 11.075.530,62 9.525.131,85 8.562.524,28 39.738.079,37 267.322,21

Page 134: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

118

Lampiran 2. Lanjutan KODE 19 20 21 22 23 24

1 0,00 1,09 0,00 0,00 54.551.727,97 2,21 2 43,73 196,83 226.533,36 20,07 6.834.602,09 0,00 3 0,00 0,00 0,00 0,00 167.334,30 0,00 4 2,98 0,00 0,00 0,22 7.776.016,32 0,00 5 0,72 27,83 0,00 0,08 267.966,86 2,86 6 0,00 0,00 0,00 0,00 13.072.436,97 0,00 7 0,00 0,00 0,00 0,00 2.278.404,45 0,00 8 0,00 0,00 0,00 0,00 282.948,88 0,00 9 0,00 0,00 0,00 0,00 1.628.012,60 0,00 10 0,00 0,00 0,00 0,00 1.342.445,72 0,00 11 0,00 0,00 0,00 0,00 4.048.513,18 0,00 12 0,00 0,00 0,00 0,00 35.464,66 0,00 13 12.502,20 0,00 0,00 0,00 4.075.922,82 43.398,24 14 0,00 0,00 0,00 0,00 7.289.021,92 0,00 15 0,00 0,00 0,00 0,00 7.041.033,92 0,00 16 0,00 306,76 0,00 0,00 1.824.127,76 0,00 17 0,00 4,08 7.502,43 0,00 14.498.132,26 0,27 18 0,00 0,00 0,00 0,00 47.739,58 0,00 19 320,59 0,00 41.284,95 854.957,44 570.627,40 0,00 20 0,00 12.675,92 0,00 2.964,21 10.259.221,98 0,00 21 0,00 32,04 1.075.421,42 0,00 10.514.103,12 583.734,37 22 0,00 0,00 79,17 4.397.100,35 26.824.498,23 4.670.045,13 23 1.200.333,02 1.396.744,60 3.815.475,62 2.562.043,76 319.849.782,33 13.407.232,92 24 7,78 109.654,81 108.258,51 298.439,97 5.178.601,11 7.699.373,21 25 0,51 140,46 1.093,36 873,75 149.200,52 4.466,18 26 0,00 0,00 37.543,15 9.627,03 112.734,75 7.269.765,01 27 79.446,05 101.588,05 4.050.223,45 392.965,77 103.665.236,04 3.759.629,45 28 3.873,32 18.684,19 254.156,46 885.932,50 21.968.491,74 4.517.531,89 29 87,68 2.387,30 1.176.259,87 148.297,06 6.065.611,55 304.499,68 30 2,16 1.034,01 6.855,10 132.483,04 8.849.928,50 571,33 31 638,71 455,95 258.673,87 1.631.648,71 4.323.594,66 1.495.931,33 32 0,00 0,00 0,00 21.403,97 42.727,78 0,00 33 3,52 1.436,79 7.908,58 1.683.421,06 611.303,91 620.155,50 34 0,01 0,00 318,33 24.439,71 44.265,85 3.654,86 35 1,20 0,57 36,34 3.451,63 2.708,60 1.368,71 36 12,32 0,00 0,00 8.296,27 206.016,70 7.172,47 37 1,52 1.486,33 588,70 50.509,31 1.028.433,73 79.276,50

190 1.297.278,02 1.646.857,61 11.068.212,67 13.108.875,91 647.328.940,76 44.467.812,12 200 6.408,17 83.206,26 2.184.356,55 4.563.788,04 143.276.738,39 16.346.381,21 201 929.467,57 2.557.772,75 14.224.899,68 24.087.687,46 94.407.064,00 1.273.449,17 202 1.674.612,83 6.634.809,82 26.441.076,72 37.055.566,97 306.366.489,17 4.273.484,68 203 105.391,16 68.633,43 1.132.879,44 2.172.196,35 25.425.202,63 699.568,92 204 30.432,99 40.731,13 100.983,85 781.432,42 68.488.618,46 61.086,24 205 0,00 0,00 0,00 -834,16 0,00 -520.097,46 209 2.739.904,55 9.301.947,13 41.899.839,69 64.096.049,04 494.687.374,26 5.787.491,55 210 4.043.590,74 11.032.011,00 55.152.408,91 81.768.712,99 1.285.293.053,41 66.601.684,88

Page 135: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

119

Lampiran 2. Lanjutan KODE 25 26 27 28 29 30

1 24,41 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 0,00 0,00 0,00 0,00 86.162,47 0,00 3 0,00 0,00 0,00 0,00 1.370,92 0,00 4 0,00 0,00 0,00 0,04 12.011,41 0,00 5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 0,00 0,00 0,00 1.589,05 726.270,02 0,00 7 0,00 0,00 0,00 0,00 1.306,36 0,00 8 28,93 0,00 0,00 5,26 55,51 0,00 9 0,00 0,00 0,00 0,00 10.245,77 0,00 10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 0,00 0,00 0,00 1.137,85 648.864,22 0,00 12 0,44 0,00 0,00 17,22 41,63 0,00 13 8.485,82 0,00 0,00 1.094,11 785.305,78 0,00 14 5,82 0,00 0,00 277,39 2.268.440,48 0,00 15 0,69 0,00 0,00 449,15 1.749.662,65 0,00 16 214,08 0,00 0,00 932,54 1.375.841,34 0,00 17 55,70 0,00 0,00 5.667,99 3.198.384,43 0,00 18 8,43 0,00 0,00 356,28 55.463,49 0,00 19 2,54 0,00 0,00 35,44 179,37 0,00 20 0,66 1.834,63 21,13 29,04 4.464,17 0,00 21 2.835,15 0,00 0,00 558,78 2.529.617,51 0,00 22 7.774,98 19.811.702,52 1.000.117,28 11.231,22 226,93 0,00 23 114.603,69 64.518.487,59 24.993.147,43 22.577.627,99 43.313.113,98 1.054.792,23 24 224.694,77 5.408.738,75 1.936.117,06 4.553.331,96 266.881,19 3.392.489,85 25 27.872,80 122.105,66 105.206,14 216.578,18 2.964,82 19.356,00 26 0,00 13.131.962,69 43.346,15 275.920,13 6.248,33 801.416,56 27 30.865,56 15.942.619,61 4.860.757,37 4.942.933,03 9.679.373,84 909.012,55 28 58.325,78 4.200.009,42 6.230.146,85 14.661.541,87 538.877,73 2.234.423,34 29 11.793,79 831.827,98 1.045.183,32 4.005.552,46 1.187.841,60 1.006.574,95 30 2.283,67 2.996.130,49 9.086.047,89 1.380.126,31 75.337,38 16.927.866,99 31 161.349,71 13.703.238,05 2.797.142,03 5.066.790,05 102.014,41 1.238.152,80 32 0,00 316.732,94 5.379.347,40 1.143.062,07 7.206,55 27.362,64 33 19.744,40 4.541.826,23 512.143,83 1.239.701,93 98.221,59 520.445,21 34 23,11 17.452,73 71.578,42 17.599,28 4.593,65 140.442,47 35 205,61 13.266,74 5.175,67 11.096,70 719,51 10.376,91 36 378,08 4.308,47 100.662,66 165.198,09 2.012,56 26.433,38 37 576,93 2.331.364,23 333.001,82 457.748,46 13.282,27 21.325,76

190 672.155,55 147.893.608,73 58.499.142,45 60.738.189,87 68.752.603,87 28.330.471,64 200 186.504,87 23.962.365,07 13.721.375,39 6.780.597,47 10.320.021,22 2.255.227,47 201 751.472,01 67.857.814,16 95.785.142,75 23.892.786,91 28.340.151,48 22.194.410,79 202 605.461,01 68.016.627,84 170.224.103,17 19.373.548,74 57.963.938,44 45.097.341,70 203 211.198,64 8.570.052,67 18.806.832,36 10.741.514,95 2.219.393,68 6.140.089,48 204 5.256,97 16.053.991,55 13.359.765,39 2.735.182,86 2.954.442,33 4.152.233,99 205 -0,42 -2.140,52 -3.127,05 -18.608,01 -1.667,79 -496.627,21 209 1.573.388,21 160.496.345,70 298.172.716,62 56.724.425,45 91.476.258,14 77.087.448,75 210 2.432.048,63 332.352.319,50 370.393.234,46 124.243.212,79 170.548.883,23 107.673.147,86

Page 136: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

120

Lampiran 2. Lanjutan KODE 31 32 33 34 35 36

1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 484,81 0,00 0,00 0,00 0,00 20.674,13 3 44,73 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 110,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 1.763,84 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 42.333,57 7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 1.476,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 36,73 0,00 0,00 0,00 0,00 718,97 10 0,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 95,74 0,00 0,00 0,00 0,00 234,94 12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,74 13 249,74 0,00 0,09 0,00 0,00 146.407,82 14 6.500,03 0,00 98,47 0,00 0,00 75.466,59 15 889,28 0,00 0,00 0,00 0,00 268.547,24 16 6.156,59 0,00 0,00 0,00 0,00 479.720,35 17 4.445,11 0,00 0,02 0,00 11.935,45 1.309.891,66 18 3.208,17 0,00 0,00 0,00 0,00 54.759,51 19 13.675,98 0,00 5.878,10 6.692,21 0,00 0,00 20 546,85 0,00 1.942,41 0,00 7.262,73 156,93 21 337,27 0,00 3.074,35 0,00 2.412,77 184.755,56 22 2.111.798,55 0,00 0,00 180.134,68 87.622,00 0,00 23 1.425.487,69 490.527,37 3.257.752,56 10.412.218,73 7.301.230,27 9.632.858,78 24 38.925,78 50.140,17 142.293,28 737.134,28 197.773,39 105.621,37 25 517,00 190,98 2.975,05 1.023,15 1.669,02 8.166,04 26 100.845,32 533.755,92 48.022,83 2.261.861,08 531.826,17 17.564,17 27 730.663,59 309.212,27 633.016,11 3.490.669,87 1.521.923,43 2.716.115,52 28 378.183,70 452.589,27 627.657,10 6.720.916,55 1.814.631,81 988.197,01 29 284.775,69 43.964,65 503.763,82 1.308.501,29 502.710,75 1.188.772,78 30 2.868.011,11 268.302,32 1.143.800,19 4.874.051,36 6.250.113,92 213.031,35 31 5.813.357,32 245.830,42 273.938,99 2.533.099,66 113.741,88 198.901,16 32 38.701,50 3.011.876,93 3.265.868,86 34.013,13 54.545,78 539.519,53 33 221.221,55 1.118.900,73 408.289,15 141.381,15 821.226,23 306.953,57 34 26.588,16 4.037,74 3.862,37 7.368,86 919,20 127,61 35 2.580,41 481,27 2.074,46 2.810,74 95.812,74 1.490,55 36 27.204,11 382.037,26 235.624,90 19.195,46 19.635,28 1.050.128,70 37 100.253,28 6.767,17 113.242,72 102.069,32 1.316.264,01 97.154,93

190 14.209.136,29 6.918.614,47 10.673.175,83 32.833.141,52 20.653.256,83 19.648.275,08 200 2.681.367,95 141.810,66 816.894,11 4.918.654,27 3.629.188,68 3.847.705,97 201 10.780.176,16 1.391.613,65 4.758.630,47 26.457.393,75 28.234.910,02 6.601.167,51 202 33.400.304,07 22.960.339,95 7.262.715,89 9.135.015,03 13.478.153,89 3.185.434,42 203 1.391.556,77 2.551.469,09 868.304,80 3.289.338,03 3.249.547,55 768.542,34 204 875.073,18 657.344,47 648.805,10 200.319,43 1.080.295,99 85.065,84 205 0,00 0,00 0,00 0,00 -20.140,68 0,00 209 46.447.110,18 27.560.767,16 13.538.456,26 39.082.066,24 46.022.766,77 10.640.210,11 210 63.337.614,42 34.621.192,29 25.028.526,20 76.833.862,03 70.305.212,28 34.136.191,16

Page 137: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

121

Lampiran 2. Lanjutan KODE 37 180 301 301a 302 303

1 39.976,97 64.254.957,85 0,00 0,00 0,00 0,00 2 1.404,61 7.753.571,66 1.832.406,10 0,00 0,00 0,00 3 0,00 197.991,23 47.665,50 0,00 0,00 0,00 4 172,67 10.260.714,89 0,00 0,00 0,00 0,00 5 1.374,15 278.736,93 0,00 0,00 0,00 0,00 6 629,49 14.124.392,42 447.489,16 0,00 0,00 116.431,57 7 0,00 2.363.252,75 0,00 0,00 0,00 63.876,35 8 213,31 285.131,36 0,00 0,00 0,00 2.073,59 9 0,00 1.657.898,88 0,00 0,00 0,00 4.010,10

10 0,00 1.346.132,90 0,00 0,00 0,00 74.441,77 11 157,47 6.419.786,37 0,00 0,00 0,00 13.884.870,65 12 3,07 40.977,79 0,00 0,00 0,00 12.881,46 13 7.470,01 6.033.948,34 0,00 0,00 0,00 1.872.472,36 14 423,93 10.362.217,29 0,00 0,00 0,00 301.562,83 15 12,70 9.087.597,37 409.741,38 0,00 0,00 0,00 16 440,35 3.733.350,24 4.614.919,25 0,00 0,00 0,00 17 9.641,65 20.527.179,01 12.936.960,17 0,00 0,00 15.931,62 18 3.049,60 247.318,54 0,00 0,00 0,00 11.243,56 19 104.166,81 4.043.590,74 0,00 0,00 0,00 0,00 20 24.293,36 10.324.362,10 189.253,62 0,00 0,00 0,00 21 1.960,13 14.900.189,86 24.420.417,28 0,00 0,00 0,00 22 97.407,38 59.201.766,22 780.615,02 0,00 0,00 0,00 23 6.118.266,00 550.207.694,11 316.007.591,23 629.405,60 0,00 17.156.954,59 24 193.016,76 30.670.485,10 34.299.375,02 1.546.318,11 0,00 0,00 25 2.610,15 670.550,88 896.790,27 496.166,43 0,00 0,00 26 49.005,38 25.292.224,88 0,00 3.959.392,82 0,00 303.100.701,80 27 1.264.313,86 168.233.545,04 95.103.541,53 326.436,12 0,00 30.735.593,46 28 425.602,46 67.976.718,69 32.471.168,62 1.809.519,80 0,00 14.673.205,09 29 22.109,97 19.918.875,83 117.937.266,28 5.798.115,44 0,00 0,00 30 1.392.711,43 56.492.041,62 46.278.984,22 0,00 0,00 0,00 31 30.608,19 40.370.506,46 20.998.728,60 86.581,36 0,00 0,00 32 4.437,71 13.890.601,23 20.697.743,75 0,00 0,00 0,00 33 50.361,99 13.121.124,15 8.109.422,37 0,00 0,00 1.807.844,75 34 4.728,77 380.067,52 1.444.328,18 0,00 74.584.599,11 0,00 35 518,62 155.537,97 44.067.630,12 3.307.011,04 22.708.510,81 0,00 36 9.302,23 2.264.258,24 18.519.391,39 0,00 12.866.039,83 0,00 37 93.822,52 6.191.758,73 26.060.757,01 212.550,06 0,00 414.728,84 190 9.954.213,70 1.243.281.055,19 828.572.186,07 18.171.496,78 110.159.149,75 384.248.824,39

200 2.803.742,67 249.394.703,33

201 9.474.614,27 522.139.065,56

202 13.535.045,02 957.179.088,94

203 786.686,38 94.363.352,79

204 343.843,94 117.309.648,91

205 0,00 -1.108.755,53

209 24.140.189,61 1.689.882.400,67

210 36.898.145,98 3.182.558.159,19

Page 138: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

122

Lampiran 2. Lanjutan KODE 304 305 LN 306 AP 309 600

1 132.255,87 0,00 2.712.960,43 2.845.216,30 67.100.174,15 2 265.169,82 19.042,92 9.436.620,12 11.553.238,96 19.306.810,62 3 78.783,54 0,00 2.094.561,65 2.221.010,69 2.419.001,92 4 235.938,02 0,00 725.615,59 961.553,61 11.222.268,50 5 17.738,40 0,00 643.318,38 661.056,78 939.793,71 6 142.104,65 0,00 677.002,83 1.383.028,21 15.507.420,63 7 304.843,18 1.371.365,77 143.321,20 1.883.406,50 4.246.659,25 8 3.721,41 10.874,99 4.979,27 21.649,26 306.780,62 9 25.493,60 172.994,48 23.589,43 226.087,61 1.883.986,49

10 -1.687,05 337.195,04 120.023,04 529.972,80 1.876.105,70 11 588.130,12 0,00 6.938.170,38 21.411.171,15 27.830.957,52 12 2.478,74 0,00 0,00 15.360,20 56.337,99 13 28.791,08 0,00 63.009,22 1.964.272,66 7.998.221,00 14 17.463,95 0,00 394.286,55 713.313,33 11.075.530,62 15 27.793,10 0,00 0,00 437.534,48 9.525.131,85 16 81.536,45 0,00 132.718,34 4.829.174,04 8.562.524,28 17 131.815,08 1.156.812,05 4.969.381,44 19.210.900,36 39.738.079,37 18 262,55 4.987,10 3.510,46 20.003,67 267.322,21 19 0,00 0,00 0,00 0,00 4.043.590,74 20 79.205,93 3.595,24 435.594,11 707.648,90 11.032.011,00 21 74.479,18 5.801.918,31 9.955.404,28 40.252.219,05 55.152.408,91 22 1.006.652,05 9.116.308,81 11.663.370,89 22.566.946,77 81.768.712,99 23 18.270.605,50 129.340.112,44 253.680.689,94 735.085.359,30 1.285.293.053,41 24 0,00 85.506,65 0,00 35.931.199,78 66.601.684,88 25 0,00 325.698,61 42.842,44 1.761.497,75 2.432.048,63 26 0,00 0,00 0,00 307.060.094,62 332.352.319,50 27 4.887.870,20 26.335.699,38 44.770.548,73 202.159.689,42 370.393.234,46 28 172.109,49 3.984.292,97 3.156.198,13 56.266.494,10 124.243.212,79 29 0,00 4.910.554,66 21.984.071,02 150.630.007,40 170.548.883,23 30 0,00 1.714.172,69 3.187.949,33 51.181.106,24 107.673.147,86 31 0,00 818.252,42 1.063.545,58 22.967.107,96 63.337.614,42 32 0,00 32.847,31 0,00 20.730.591,06 34.621.192,29 33 0,00 314.418,12 1.675.716,81 11.907.402,05 25.028.526,20 34 0,00 424.867,22 0,00 76.453.794,51 76.833.862,03 35 0,00 66.000,54 521,80 70.149.674,31 70.305.212,28 36 0,00 152.547,63 333.954,07 31.871.932,92 34.136.191,16 37 167.230,93 1.060.093,89 2.791.026,52 30.706.387,25 36.898.145,98

Jumlah 26.740.785,79 187.560.159,24 383.824.501,98 1.939.277.104,00 3.182.558.159,19

Page 139: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

123

Lampiran 3.

Matriks Invers Leontief Agregasi 37 Sektor

KODE 1 2 3 4 5 6 7

1 1,109702 0,006796 0,007226 0,000966 0,010316 0,001660 0,002006 2 0,000367 1,023215 0,000824 0,000112 0,000989 0,000192 0,000232 3 0,000009 0,000018 1,012072 0,000003 0,000023 0,000005 0,000006 4 0,000502 0,001055 0,001146 1,282670 0,001365 0,000269 0,000324 5 0,000014 0,000029 0,000031 0,000004 1,008050 0,000008 0,000009 6 0,000675 0,001425 0,001542 0,000211 0,001832 1,018783 0,000436 7 0,000117 0,000246 0,000267 0,000037 0,000318 0,000063 1,020143 8 0,000014 0,000030 0,000033 0,000004 0,000039 0,000008 0,000009 9 0,000083 0,000174 0,000189 0,000026 0,000225 0,000044 0,000054 10 0,000068 0,000142 0,000155 0,000021 0,000184 0,000036 0,000044 11 0,003463 0,002534 0,001732 0,000072 0,000628 0,000159 0,000228 12 0,000072 0,000044 0,000035 0,000001 0,000006 0,000002 0,000002 13 0,003080 0,002062 0,001311 0,000084 0,031956 0,000150 0,000157 14 0,000677 0,001252 0,001125 0,000150 0,001257 0,000226 0,000262 15 0,000390 0,000815 0,000991 0,000119 0,001014 0,000202 0,000237 16 0,000103 0,000228 0,000474 0,000033 0,000272 0,000060 0,000066 17 0,000810 0,001689 0,001797 0,000246 0,002189 0,000430 0,000505 18 0,000939 0,000966 0,000652 0,000035 0,000474 0,000004 0,000010 19 0,022107 0,024331 0,048367 0,002456 0,002905 0,005067 0,000187 20 0,000577 0,001175 0,001300 0,000169 0,001504 0,000345 0,000383 21 0,000572 0,001222 0,001347 0,000180 0,001524 0,000319 0,000413 22 0,001909 0,003568 0,003847 0,000634 0,004468 0,001221 0,001349 23 0,064660 0,135896 0,147714 0,020190 0,175898 0,034602 0,041809 24 0,001359 0,001954 0,002819 0,000566 0,002278 0,000678 0,000757 25 0,000049 0,000093 0,000176 0,000034 0,000145 0,000046 0,000034 26 0,000926 0,000919 0,001108 0,000140 0,000620 0,000270 0,000156 27 0,076445 0,077014 0,064422 0,031622 0,085136 0,011043 0,013602 28 0,008160 0,010645 0,020557 0,005259 0,016662 0,008760 0,009374 29 0,001041 0,003956 0,002703 0,000412 0,002265 0,001151 0,000659 30 0,003219 0,003898 0,003875 0,001313 0,005175 0,001437 0,001665 31 0,002935 0,004132 0,002957 0,001213 0,003255 0,008149 0,008434 32 0,001701 0,001474 0,001717 0,000592 0,001676 0,000305 0,000363 33 0,002430 0,000896 0,003298 0,000228 0,000971 0,000230 0,000300 34 0,000039 0,000065 0,000146 0,000147 0,000162 0,000012 0,000026 35 0,000012 0,000011 0,000041 0,000004 0,000006 0,000004 0,000008 36 0,000096 0,000094 0,000126 0,000040 0,000108 0,000032 0,000035 37 0,000235 0,000255 0,000526 0,000072 0,000318 0,001807 0,001090

Page 140: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

124

Lampiran 3. Lanjutan

KODE 8 9 10 11 12 13 14

1 0,004413 0,002478 0,002182 0,102077 0,014662 0,068324 0,059089 2 0,000511 0,000287 0,000256 0,002241 0,001105 0,000762 0,005255 3 0,000012 0,000007 0,000006 0,000012 0,000025 0,000006 0,000063 4 0,000717 0,000402 0,000352 0,000531 0,001440 0,000262 0,002316 5 0,000020 0,000011 0,000010 0,000014 0,000039 0,000007 0,000071 6 0,000963 0,000540 0,000501 0,000713 0,001930 0,000353 0,003096 7 0,000167 0,000094 0,000082 0,000124 0,000336 0,000061 0,000539 8 1,001334 0,000011 0,000010 0,000015 0,000041 0,000008 0,000066 9 0,000118 1,010192 0,000058 0,000088 0,000238 0,000043 0,000381 10 0,000097 0,000054 1,002016 0,000072 0,000194 0,000035 0,000312 11 0,000344 0,000184 0,000188 1,056572 0,000671 0,000318 0,001187 12 0,000003 0,000002 0,000003 0,000008 1,000966 0,000005 0,000012 13 0,000344 0,000198 0,000248 0,000532 0,000701 1,095798 0,003024 14 0,000583 0,000329 0,000378 0,000452 0,001143 0,000229 1,056384 15 0,000522 0,000293 0,000325 0,000389 0,001038 0,000194 0,001663 16 0,000144 0,000081 0,000126 0,000196 0,000281 0,000055 0,000448 17 0,001110 0,000637 0,000680 0,007687 0,002516 0,003215 0,005540 18 0,000021 0,000068 0,000007 0,000093 0,000087 0,000060 0,000068 19 0,000187 0,001433 0,013149 0,006822 0,000498 0,001426 0,001604 20 0,000754 0,000798 0,000435 0,000585 0,001486 0,000300 0,002385 21 0,000897 0,000472 0,000499 0,000596 0,001753 0,000313 0,002556 22 0,002449 0,001425 0,001803 0,001908 0,004581 0,001004 0,007142 23 0,092324 0,051853 0,045326 0,068468 0,185538 0,033803 0,297855 24 0,001204 0,000634 0,000955 0,001176 0,001753 0,000764 0,003197 25 0,000040 0,000089 0,000034 0,000073 0,000059 0,000047 0,000081 26 0,000744 0,000263 0,001733 0,000394 0,000332 0,000183 0,000539 27 0,023003 0,019486 0,008115 0,056049 0,045871 0,041105 0,067673 28 0,011237 0,003730 0,003799 0,006708 0,010451 0,006500 0,011721 29 0,001381 0,000751 0,007325 0,000888 0,001737 0,000599 0,002463 30 0,002534 0,001396 0,002319 0,003045 0,003459 0,001772 0,004918 31 0,004653 0,001083 0,014167 0,003388 0,005077 0,002043 0,002995 32 0,000537 0,000412 0,000385 0,001053 0,001839 0,000777 0,001436 33 0,000332 0,000341 0,001414 0,000563 0,001438 0,000351 0,000756 34 0,000016 0,000009 0,000015 0,000023 0,000026 0,000015 0,000047 35 0,000002 0,000002 0,000002 0,000014 0,000048 0,000003 0,000004 36 0,000050 0,000028 0,000042 0,000057 0,000097 0,000040 0,000114 37 0,000400 0,000427 0,004355 0,000161 0,000339 0,000110 0,000378

Page 141: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

125

Lampiran 3. Lanjutan

KODE 15 16 17 18 19 20 21

1 0,014736 0,018445 0,001483 0,004107 0,019788 0,008579 0,005597 2 0,002034 0,010000 0,000168 0,001978 0,002276 0,001010 0,004943 3 0,000041 0,000059 0,000004 0,000013 0,000054 0,000024 0,000016 4 0,002391 0,002776 0,000225 0,000665 0,003182 0,001394 0,000906 5 0,000070 0,000074 0,000006 0,000019 0,000086 0,000040 0,000025 6 0,003196 0,003661 0,000342 0,000894 0,004259 0,001867 0,001308 7 0,000556 0,000637 0,000052 0,000155 0,000741 0,000325 0,000211 8 0,000068 0,000078 0,000006 0,000019 0,000090 0,000040 0,000026 9 0,000394 0,000451 0,000037 0,000110 0,000525 0,000230 0,000151

10 0,000322 0,000369 0,000030 0,000090 0,000429 0,000188 0,000122 11 0,001081 0,001259 0,000626 0,000308 0,001440 0,000632 0,000508 12 0,000010 0,000011 0,000009 0,000003 0,000013 0,000006 0,000004 13 0,001138 0,002426 0,000844 0,000493 0,004895 0,000670 0,000555 14 0,001881 0,017669 0,000270 0,000537 0,002506 0,001103 0,001032 15 1,003690 0,001963 0,000369 0,000487 0,002281 0,001003 0,000880 16 0,000458 1,004205 0,000384 0,000137 0,000610 0,000298 0,000357 17 0,003754 0,004751 1,033217 0,001390 0,004862 0,002134 0,001962 18 0,000027 0,000040 0,000113 1,008653 0,000036 0,000016 0,000022 19 0,000753 0,005265 0,006776 0,000215 1,000889 0,000364 0,001110 20 0,002460 0,002818 0,000237 0,000686 0,003279 1,002587 0,000933 21 0,002625 0,003007 0,000343 0,000759 0,003490 0,001639 1,021247 22 0,007229 0,008354 0,000873 0,002703 0,009571 0,005141 0,003462 23 0,307606 0,352283 0,028987 0,085640 0,409981 0,179584 0,116541 24 0,002350 0,002970 0,000965 0,002283 0,002976 0,012706 0,004006 25 0,000070 0,000091 0,000042 0,000087 0,000086 0,000057 0,000080 26 0,000395 0,000508 0,000198 0,000432 0,000496 0,001524 0,001306 27 0,054034 0,075154 0,024944 0,182306 0,056703 0,026280 0,088624 28 0,009049 0,013846 0,007739 0,012600 0,010932 0,007188 0,010040 29 0,002113 0,002637 0,005563 0,001479 0,002721 0,001554 0,023212 30 0,004436 0,005555 0,001345 0,006443 0,005421 0,002626 0,004308 31 0,002392 0,003133 0,001929 0,002685 0,003166 0,001847 0,007262 32 0,001064 0,001480 0,000712 0,003133 0,001145 0,000595 0,001625 33 0,000655 0,000768 0,001630 0,000669 0,000751 0,000640 0,000692 34 0,000034 0,000042 0,000134 0,000051 0,000040 0,000020 0,000040 35 0,000004 0,000005 0,000006 0,000005 0,000004 0,000003 0,000004 36 0,000100 0,000127 0,000048 0,000128 0,000127 0,000064 0,000089 37 0,000357 0,000436 0,000123 0,000303 0,000456 0,000371 0,000259

Page 142: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

126

Lampiran 3. Lanjutan

KODE 22 23 24 25 26 27 28 29

1 0,003000 0,065554 0,018879 0,005944 0,014630 0,005059 0,015632 0,019070 2 0,000349 0,007575 0,002225 0,000675 0,001694 0,000587 0,001831 0,002765 3 0,000008 0,000181 0,000052 0,000016 0,000040 0,000014 0,000043 0,000058 4 0,000486 0,010651 0,003058 0,000924 0,002375 0,000821 0,002534 0,002978 5 0,000014 0,000289 0,000084 0,000027 0,000066 0,000023 0,000070 0,000078 6 0,000665 0,014256 0,004136 0,001269 0,003198 0,001117 0,003570 0,008235 7 0,000113 0,002482 0,000712 0,000215 0,000553 0,000191 0,000590 0,000680 8 0,000014 0,000303 0,000088 0,000040 0,000069 0,000024 0,000073 0,000082 9 0,000080 0,001757 0,000505 0,000153 0,000392 0,000136 0,000420 0,000537

10 0,000066 0,001436 0,000412 0,000124 0,000320 0,000111 0,000341 0,000389 11 0,000233 0,004816 0,001423 0,000449 0,001092 0,000388 0,001310 0,005369 12 0,000002 0,000043 0,000012 0,000004 0,000009 0,000003 0,000010 0,000012 13 0,000290 0,005042 0,002319 0,004424 0,001170 0,000420 0,001457 0,006504 14 0,000430 0,008382 0,002551 0,000847 0,001938 0,000706 0,002547 0,016536 15 0,000384 0,007630 0,002296 0,000743 0,001750 0,000634 0,002226 0,012431 16 0,000126 0,002037 0,000676 0,000340 0,000500 0,000199 0,000835 0,008720 17 0,000820 0,016238 0,004883 0,001611 0,003725 0,001354 0,004736 0,023998 18 0,000009 0,000120 0,000041 0,000022 0,000032 0,000012 0,000051 0,000367 19 0,011202 0,002693 0,001792 0,000424 0,001364 0,000256 0,000746 0,000995 20 0,000542 0,010977 0,003158 0,000955 0,002462 0,000847 0,002614 0,003002 21 0,000633 0,011668 0,013679 0,003298 0,002866 0,001037 0,003809 0,018432 22 1,059633 0,031736 0,103345 0,017855 0,076429 0,006421 0,013907 0,009054 23 0,062640 1,372534 0,393888 0,118942 0,305962 0,105768 0,326022 0,371937 24 0,005831 0,009256 1,141007 0,108906 0,023583 0,008846 0,051169 0,005050 25 0,000056 0,000259 0,000392 1,011705 0,000505 0,000357 0,002102 0,000117 26 0,001048 0,001520 0,130296 0,012764 1,044326 0,001755 0,009095 0,000819 27 0,013130 0,122436 0,113350 0,034137 0,082242 1,025109 0,082319 0,094831 28 0,016082 0,031473 0,102265 0,040512 0,026989 0,023692 1,148057 0,014033 29 0,003498 0,008637 0,012312 0,008257 0,006356 0,004731 0,040329 1,010208 30 0,005843 0,016006 0,012970 0,008802 0,020812 0,032027 0,024517 0,006910 31 0,024956 0,009142 0,044010 0,080434 0,053352 0,011061 0,056318 0,004204 32 0,003952 0,002675 0,005436 0,002595 0,005239 0,016974 0,014950 0,001936 33 0,022722 0,002294 0,016627 0,010888 0,017390 0,002755 0,013738 0,001487 34 0,000347 0,000116 0,000191 0,000086 0,000164 0,000257 0,000260 0,000079 35 0,000050 0,000012 0,000050 0,000099 0,000056 0,000021 0,000113 0,000010 36 0,000426 0,000371 0,000624 0,000435 0,000395 0,000573 0,001996 0,000162 37 0,000941 0,001439 0,003302 0,000934 0,008020 0,001169 0,004891 0,000567

Page 143: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

127

Lampiran 3. Lanjutan KODE 30 31 32 33 34 35 36 37

1 0,002365 0,002247 0,002270 0,010444 0,011694 0,008221 0,021851 0,012787 2 0,000282 0,000273 0,000274 0,001229 0,001365 0,000954 0,003293 0,001378 3 0,000007 0,000007 0,000006 0,000029 0,000032 0,000023 0,000060 0,000032 4 0,000382 0,000365 0,000367 0,001692 0,001897 0,001331 0,003476 0,001886 5 0,000011 0,000041 0,000010 0,000047 0,000053 0,000037 0,000095 0,000089 6 0,000567 0,000513 0,000523 0,002378 0,002634 0,001824 0,006119 0,002541 7 0,000089 0,000085 0,000086 0,000394 0,000442 0,000310 0,000809 0,000438 8 0,000011 0,000036 0,000011 0,000048 0,000055 0,000038 0,000099 0,000059 9 0,000064 0,000061 0,000061 0,000280 0,000314 0,000220 0,000597 0,000310

10 0,000051 0,000049 0,000049 0,000228 0,000256 0,000179 0,000468 0,000253 11 0,000224 0,000191 0,000181 0,000859 0,000947 0,000642 0,001756 0,000866 12 0,000002 0,000001 0,000001 0,000007 0,000008 0,000005 0,000014 0,000008 13 0,000281 0,000218 0,000257 0,000985 0,001029 0,000694 0,006748 0,001144 14 0,000485 0,000496 0,000373 0,001696 0,001809 0,001188 0,005911 0,001518 15 0,000409 0,000344 0,000401 0,001543 0,001589 0,001058 0,011025 0,001368 16 0,000185 0,000236 0,000283 0,000679 0,000554 0,000343 0,015548 0,000391 17 0,000852 0,000778 0,001143 0,003497 0,003347 0,002423 0,046978 0,003186 18 0,000010 0,000064 0,000027 0,000047 0,000032 0,000021 0,001728 0,000107 19 0,000159 0,000752 0,000131 0,000716 0,000671 0,000430 0,001283 0,003375 20 0,000394 0,000386 0,000382 0,001826 0,001956 0,001488 0,003588 0,002598 21 0,001011 0,000534 0,000566 0,002494 0,002585 0,001728 0,010144 0,002219 22 0,006038 0,040472 0,002977 0,006938 0,013438 0,006924 0,011568 0,009423 23 0,049105 0,046708 0,047295 0,217794 0,244168 0,171351 0,447454 0,242187 24 0,044566 0,004038 0,004144 0,012323 0,020878 0,010233 0,009476 0,010208 25 0,000297 0,000054 0,000070 0,000254 0,000291 0,000152 0,000434 0,000167 26 0,014502 0,002865 0,018422 0,006479 0,034134 0,010161 0,002371 0,003067 27 0,020489 0,019254 0,018600 0,052615 0,077684 0,042350 0,131005 0,058532 28 0,033682 0,011372 0,020184 0,039929 0,110466 0,037991 0,048033 0,021367 29 0,013146 0,006480 0,003827 0,024657 0,023543 0,010912 0,041294 0,003318 30 1,189753 0,060967 0,014300 0,062092 0,084324 0,110925 0,017539 0,049359 31 0,019032 1,103922 0,011590 0,018243 0,046447 0,007034 0,012938 0,004617 32 0,002060 0,001976 1,101335 0,147684 0,003653 0,003914 0,022149 0,001675 33 0,007151 0,005394 0,037035 1,022900 0,004925 0,013560 0,011693 0,002496 34 0,001577 0,000564 0,000168 0,000292 1,000274 0,000189 0,000096 0,000223 35 0,000122 0,000055 0,000024 0,000100 0,000061 1,001383 0,000057 0,000023 36 0,000469 0,000614 0,012949 0,011750 0,000608 0,000596 1,032296 0,000407 37 0,000649 0,001941 0,000710 0,005189 0,002405 0,019303 0,003738 1,002953

Page 144: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

128

Lampiran 4.

Matriks Perbandingan Berpasangan

a. Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Keterkaitan ke Belakang

Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Keterkaitan ke Belakang

KODE

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Pa

di

Jagu

ng

Kede

lai

Tebu

Tem

baka

u

Kelap

a

Kopi

Teh

Kaka

o

Kare

t

Sapi

Kerb

au

Kamb

ing/

Domb

a Ay

am

Sus

u Seg

ar

Telur

1 Padi 1 1/3 1/3 1/3 1/3 5 5 3 5 3 1/3 3 3 1/5 1/3 1/5

2 Jagung 1 1/3 1/3 1/3 5 5 3 5 5 1/3 3 3 1/5 1/3 1/5

3 Kedelai 1 1/3 1/3 5 5 3 5 5 3 3 3 1/5 1/3 1/5

4 Tebu 1 1/3 5 5 3 5 5 3 3 3 1/3 1/3 1/2

5 Tembakau 1 5 5 5 5 5 3 3 3 1/3 1/3 1/3

6 Kelapa 1 1/3 1/3 1/3 1/3 1/5 1/3 1/3 1/7 1/5 1/7

7 Kopi 1 1/3 3 1/3 1/5 1/3 1/3 1/7 1/5 1/7

8 Teh 1 3 3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3

9 Kakao 1 1/3 1/5 1/3 1/3 1/7 1/5 1/7

10 Karet 1 1/5 1/3 1/3 1/7 1/5 1/7

11 Sapi 1 3 3 1/5 1/3 1/5

12 Kerbau 1 3 1/5 1/3 1/5

13 Kambing/ Domba 1 1/5 1/3 1/5

14 Ayam 1 3 3

15 Susu Segar 1 1/3

16 Telur 1

Page 145: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

129

Lampiran 4. Lanjutan

b. Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Keterkaitan ke Depan

Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Keterkaitan ke Depan

KODE

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Padi

Jagu

ng

Kede

lai

Tebu

Temb

akau

Kelap

a

Kopi

Teh

Kaka

o

Kare

t

Sapi

Kerb

au

Kamb

ing/

Domb

a Ay

am

Sus

u Seg

ar

Telur

1 Padi 1 5 7 5 7 7 7 7 7 7 5 7 5 5 7 7

2 Jagung 1 3 1/3 3 1/3 3 3 3 3 1/3 3 1/3 1/3 3 3

3 Kedelai 1 1/5 3 1/3 1/3 3 1/3 3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1/3

4 Tebu 1 5 3 5 5 5 5 3 5 3 3 3 3

5 Tembakau 1 1/3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1/3

6 Kelapa 1 3 3 3 3 3 3 1/3 1/3 3 3

7 Kopi 1 3 3 3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1/3

8 Teh 1 1/3 1/3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1/3

9 Kakao 1 3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1/3

10 Karet 1 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1/3

11 Sapi 1 3 1/3 1/3 3 3

12 Kerbau 1 1/3 1/3 1/3 1/3

13 Kambing/ Domba 1 3 3 3

14 Ayam 1 3 3

15 Susu Segar 1 3

16 Telur 1

Page 146: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

130

Lampiran 4. Lanjutan

c. Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Kontribusi terhadap PDRB

Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Kontribusi terhadap PDRB

KODE

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Padi

Jagu

ng

Kede

lai

Tebu

Temb

akau

Kelap

a

Kopi

Teh

Kaka

o

Kare

t

Sapi

Kerb

au

Kam

bing/

Dom

ba

Ayam

Sus

u Seg

ar

Telur

1 Padi

5 7 7 7 5 7 9 7 7 5 9 7 7 7 7

2 Jagung 1 5 3 5 3 5 5 5 5 1/3 5 3 3 3 3

3 Kedelai 1 1/3 3 1/5 1/3 3 3 3 1/5 3 1/3 1/3 1/3 1/3

4 Tebu 1 3 1/3 3 3 3 3 1/5 3 3 3 3 3

5 Tembakau 1 1/5 1/3 3 1/3 1/3 1/5 3 1/3 1/3 1/3 1/3

6 Kelapa 1 5 5 5 5 1/3 5 3 3 3 3

7 Kopi 1 3 3 3 1/5 3 1/3 1/3 1/3 1/3

8 Teh 1 1/3 1/3 1/7 3 1/3 1/3 1/3 1/3

9 Kakao 1 3 1/5 3 1/3 1/3 1/3 1/3

10 Karet 1 1/5 3 1/3 1/3 1/3 1/3

11 Sapi 1 7 5 5 5 5

12 Kerbau 1 1/3 1/3 1/3 1/3

13 Kambing/ Domba 1 1/3 1/3 3

14 Ayam 1 3 3

15 Susu Segar 1 3

16 Telur 1

Page 147: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

131

Lampiran 4. Lanjutan

d. Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Daya Saing

Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Daya Saing

KODE

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Padi

Jagu

ng

Kede

lai

Tebu

Temb

akau

Kelap

a

Kopi

Teh

Kaka

o

Kare

t

Sapi

Kerb

au

Kam

bing/

Dom

ba

Ayam

Sus

u Seg

ar

Telur

1 Padi

1/3 1/5 1/7 1/7 3 3 3 3 5 1/3 3 1/3 3 1/7 1/3

2 Jagung 1 1/3 1/5 1/5 5 5 5 5 7 3 7 3 5 1/5 3

3 Kedelai 1 1/5 1/5 5 5 7 7 7 5 7 3 5 1/3 3

4 Tebu 1 1/3 7 7 7 7 7 7 7 7 7 1/3 7

5 Tembakau 1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 3 7

6 Kelapa 1 1/3 3 3 3 1/3 3 1/3 1/3 1/7 1/3

7 Kopi 1 3 3 3 1/3 3 1/3 1/3 1/7 1/3

8 Teh 1 3 3 1/5 3 1/5 1/3 1/7 1/5

9 Kakao 1 3 1/5 3 1/5 1/3 1/7 1/5

10 Karet 1 1/5 3 1/5 1/3 1/7 1/5

11 Sapi 1 5 1/3 3 1/7 1/3

12 Kerbau 1 1/5 1/3 1/7 1/5

13 Kambing/ Domba 1 3 1/7 3

14 Ayam 1 1/7 1/3

15 Susu Segar 1 7

16 Telur 1

Page 148: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

132

Lampiran 4. Lanjutan

e. Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Penyerapan tenaga Kerja

Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Penyerapan Tenaga Kerja

KODE

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Padi

Jagu

ng

Kede

lai

Tebu

Temb

akau

Kelap

a

Kopi

Teh

Kaka

o

Kare

t

Sapi

Kerb

au

Kam

bing/

Dom

ba

Ayam

Sus

u Seg

ar

Telur

1 Padi

5 7 7 7 7 7 7 7 7 5 9 7 7 7 7

2 Jagung 1 5 5 5 5 5 5 5 5 2 7 5 5 5 5

3 Kedelai 1 2 2 1/3 3 3 3 3 1/5 7 1/3 1/5 3 3

4 Tebu 1 2 1/3 3 3 3 3 1/5 7 1/3 1/5 3 3

5 Tembakau 1 1/3 3 3 3 3 1/5 7 1/3 1/5 3 3

6 Kelapa 1 3 5 3 5 1/5 7 1/3 1/5 5 5

7 Kopi 1 3 3 3 1/5 5 1/3 1/5 3 3

8 Teh 1 1/3 1/2 1/5 3 1/5 1/5 1/3 1/2

9 Kakao 1 3 1/5 3 1/5 1/5 3 3

10 Karet 1 1/5 3 1/5 1/5 1/3 1/2

11 Sapi 1 7 5 5 5 5

12 Kerbau 1 1/7 1/7 1/3 1/3

13 Kambing/ Domba 1 1/3 5 5

14 Ayam 1 5 5

15 Susu Segar 1 3

16 Telur 1

Page 149: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

133

Lampiran 4. Lanjutan

f. Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Kelestarian Lingkungan

Matriks Perbandingan Berpasangan Aspek Kelestarian Lingkungan

KODE

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Padi

Jagu

ng

Kede

lai

Tebu

Temb

akau

Kelap

a

Kopi

Teh

Kaka

o

Kare

t

Sapi

Kerb

au

Kam

bing/

Dom

ba

Ayam

Sus

u Seg

ar

Telur

1 Padi 1 1/5 1/5 1/5 1/5 1/7 1/5 1/5 1/5 1/5 1/3 1/3 1/3 3 1/3 3

2 Jagung 1 1/2 1/2 3 1/5 1/5 1/3 1/3 1/3 3 3 3 5 3 5

3 Kedelai 1 1/2 3 1/5 1/3 1/3 1/3 1/3 3 3 3 5 3 5

4 Tebu 1 3 1/5 1/3 1/3 1/3 1/3 3 3 3 5 3 5

5 Tembakau 1 1/5 1/5 1/3 1/5 1/5 3 3 3 5 3 5

6 Kelapa 1 3 5 3 5 5 5 5 7 5 7

7 Kopi 1 3 3 3 5 5 5 7 5 7

8 Teh 1 1/3 1/3 5 3 3 5 3 5

9 Kakao 1 3 5 5 5 7 5 7

10 Karet 1 5 5 5 7 5 7

11 Sapi 1 1/2 1/2 3 3 3

12 Kerbau 1 1/2 3 3 5

13 Kambing/ Domba 1 5 3 5

14 Ayam 1 1/3 2

15 Susu Segar 1 3

16 Telur 1

Page 150: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

134

Lampiran 5.

Hasil Analisis Software Expert choice 11

a. Prioritas Komoditas Pertanian (Komoditas Unggulan Sektor Pertanian)

b. Prioritas Berdasarkan Aspek Ketekaitan Antarsektor

Page 151: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

135

Lampiran 5. Lanjutan

c. Prioritas Berdasarkan Aspek Ketekaitan ke Belakang

d. Prioritas Berdasarkan Aspek Ketekaitan ke Depan

Page 152: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

136

Lampiran 5. Lanjutan

e. Prioritas Berdasarkan Aspek Kontribusi terhadap PDRB

f. Prioritas Berdasarkan Aspek Daya Saing

Page 153: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

137

Lampiran 5. Lanjutan

g. Prioritas Berdasarkan Aspek Penyerapan Tenaga Kerja

h. Prioritas Berdasarkan Aspek Kelestarian Lingkungan

Page 154: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

138

Lampiran 5. Lanjutan

i. Matriks Perbandingan Berpasangan

Page 155: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

139

Lampiran 5. Lanjutan

Page 156: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

140

Lampiran 5. Lanjutan

Page 157: KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN …

141

Lampiran 5. Lanjutan

j. Nilai Inkonsistensi Analisis AHP