Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan...

37
6. KOMODITAS DAN AGROINDUSTRI UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH BARAT 6.1. Analisis Komoditi Agroindustri Unggulan di Kabupaten Aceh Barat Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang perlu dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang bergantung hidup pada sektor tersebut, besarnya potensi lahan yang dapat dikembangkan dan besarnya sumbangan terhadap PDRB pada Kabupaten Aceh Barat. Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih subsektor pertanian yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dilihat dari sisi potensi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pembentukan PDRB. Subsektor perkebunan merupakan subsektor pertanian yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat. Besarnya potensi subsektor perkebunan untuk dikembangkan dapat dilihat dari besarnya alokasi lahan yang tersedia untuk perkebunan dan besarnya potensi pembentukan nilai tambah dengan pengembangan industri hilir perkebunan. Pengembangan subsektor perkebunan dimulai dengan memilih komoditi perkebunan yang unggul untuk dikembang di Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan komoditi unggulan dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Dalam analisis LQ, komoditi dikelompokan dalam dua kategori, yaitu komoditi basis apabila komoditi tersebut memiliki nilai LQ>1 dan komoditi non basis apabila memiliki nilai LQ<1. Suatu komoditi dikategorikan sebagai komoditi unggulan apabila komoditi itu menjadi komiditi basis pada daerah tersebut. Hasil analisis LQ yang disajikan pada Tabel 6.1 menunjukkan komoditi karet dan kelapa hibrida merupakan komoditi basis di Kabupaten Aceh Barat. Komoditi basis tersebut selanjutnya merupakan komoditi unggulan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Dari kedua komoditi basis tersebut, komoditi karet memiliki prospek lebih tinggi untuk pengembangan industri hilirnya. Selain analisis LQ penetapan komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat juga diperkuat dengan analisis menggunakan pendapat responden menggunakan metode

Transcript of Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan...

Page 1: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

6. KOMODITAS DAN AGROINDUSTRI UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH BARAT

6.1. Analisis Komoditi Agroindustri Unggulan di Kabupaten Aceh Barat

Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang perlu dikembangkan di

Kabupaten Aceh Barat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang

bergantung hidup pada sektor tersebut, besarnya potensi lahan yang dapat

dikembangkan dan besarnya sumbangan terhadap PDRB pada Kabupaten Aceh

Barat. Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih subsektor pertanian

yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dilihat dari sisi potensi dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat dan pembentukan PDRB.

Subsektor perkebunan merupakan subsektor pertanian yang berpotensi

dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat. Besarnya potensi subsektor perkebunan

untuk dikembangkan dapat dilihat dari besarnya alokasi lahan yang tersedia untuk

perkebunan dan besarnya potensi pembentukan nilai tambah dengan

pengembangan industri hilir perkebunan. Pengembangan subsektor perkebunan

dimulai dengan memilih komoditi perkebunan yang unggul untuk dikembang di

Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan komoditi unggulan dilakukan dengan

menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Dalam analisis LQ, komoditi

dikelompokan dalam dua kategori, yaitu komoditi basis apabila komoditi tersebut

memiliki nilai LQ>1 dan komoditi non basis apabila memiliki nilai LQ<1. Suatu

komoditi dikategorikan sebagai komoditi unggulan apabila komoditi itu menjadi

komiditi basis pada daerah tersebut.

Hasil analisis LQ yang disajikan pada Tabel 6.1 menunjukkan komoditi karet

dan kelapa hibrida merupakan komoditi basis di Kabupaten Aceh Barat. Komoditi

basis tersebut selanjutnya merupakan komoditi unggulan yang mempunyai

prospek untuk dikembangkan. Dari kedua komoditi basis tersebut, komoditi karet

memiliki prospek lebih tinggi untuk pengembangan industri hilirnya. Selain

analisis LQ penetapan komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat juga diperkuat

dengan analisis menggunakan pendapat responden menggunakan metode

Page 2: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

60

perbandingan eksponensial (MPE) berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditentukan.

Tabel 6.1. Nilai LQ untuk berbagai komoditi perkebunan

No Komoditas Nilai LQ Luas Area Produksi

1 Sawit 1,434 0,8042 Karet 3,291 4,1873 Kakao 0,291 0,1334 Kelapa 0,515 0,5125 Kelapa Hibrida 1,278 2,2836 Kopi 0,164 0,1587 Cengkeh 0,056 0,0278 Pala 0,143 0,0729 Nilam 0,888 0,63310 Kemiri 0,013 0,00311 Lada 0,316 0,42212 Tebu 0,213 0,01413 Pinang 0,297 0,18014 Kapok Randu 1,050 0,34115 Tembakau 0,000 0,00016 Mete 0,287 0,000

Penentuan urutan prioritas tingkat kepentingan kriteria digunakan metode

perbandingan berpasangan dan penetapan komoditi unggulan dilakukan dengan

metode MPE melalui pendapat responden, yaitu pendapat dari Bappeda

Kabupaten Aceh Barat, Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat, Dinas

Perkebunan Kabupaten Aceh Barat, praktisi dan masyarakat setempat. Langkah

awal yang dilakukan untuk memperoleh nilai pembobotan kriteria pemilihan

alternatif adalah menentukan tingkat kepentingan (rangking) untuk tiap kriteria.

Komoditi unggulan yang akan dipilih merupakan komoditi yang memiliki potensi

untuk dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu juga didukung oleh

kebijakan pemerintah daerah terhadap program pengembangan komoditi unggulan

Kabupaten Aceh Barat yang tertuang dalam rencana pembangunan daerah seperti

yang disajikan pada Lampiran 3. Komoditi unggulan yang akan dipilih terdiri dari

komoditi karet, sawit, kakoa, nilam dan jernang. Hasil penentuan tingkat

kepentingan masing-masing kriteria disajikan pada Tabel 6.2 (metode penghitungan

disajikan pada Lampiran 4).

Page 3: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

61

Tabel 6.2. Tingkat kepentingan kriteria penentuan komoditi unggulan

Kriteria Tingkat kepentingan

A. Kesesuaian komoditi terhadap topografi daerah 9 B. Luasan lahan dan potensi ketersedian lahan untuk pengembangannya 12 C. Dukungan/kebiasaan masyarakat dalam membudidayakan 7 D. Dukungan dan penguasaan teknologi tepat guna budidaya intensif dan

pengolahan pascapanen 8 E. Kontribusi komoditi terhadap perekonomian daerah 11 F. Kebutuhan biaya investasi untuk pengembangannya (modal kerja) 4 G. Nilai ekonomis dan nilai tambah (added-value) produk olahannya. 2 H. Kuantitas dan kontinuitas permintaan pasar 1 I. Minat investor yang tinggi terhadap komoditi yang ada 3 J. Ketersediaan infrastruktur pendukung pengembangan komoditi yang ada 6 K. Keberadaan industri pengolahan berbasis komoditi yang ada 5 L. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung

10

Berdasarkan data responden tersebut, kemudian dilakukan pembobotan untuk

masing–masing kriteria yang merupakan gabungan dari semua responden. Bobot

untuk masing–masing kriteria secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Nilai kriteria alternatif komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat

Kriteria Nilai kriteria alternatif komoditi unggulan Karet Kelapa sawit Kakao Jernang Nilam

A 8,8 7,9 7 6,4 6,9 B 8,9 6,6 8 6,5 7,4 C 9,1 6,6 7 4,9 7,0 D 6,1 4,7 7,5 4,1 5,7 E 8,4 7,8 7,5 5,7 6,6 F 7,1 5,8 7 5,3 5,9 G 7,9 7,5 7 6,9 7,6 H 8,6 8,1 7,5 6,6 6,9 I 7,9 8,4 6,5 5,4 6,1 J 7,1 6,7 3 4,4 6,4 K 5,4 5,7 7,5 2,9 7,0 L 8,4 8,2 8 5,4 6,4

Page 4: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

62

Analisis menggunakan MPE dimulai dengan mengindentifikasikan berbagai

aspek pendukung pengembangan komoditi unggulan di Kabupaten Aceh Barat

seperti uraian berikut :

(1) Kesesuaian komoditi terhadap topografi daerah Kesesuaian komoditi terhadap topografi daerah menggambarkan faktor daya

dukung alam terhadap komoditi yang akan dikembangkan. Selain akan

mempermudah dan dapat meminimalisasi biaya di sektor budidaya, topografi

yang sesuai juga mempunyai peran penting dalam optimalisasi produktivitas

tanaman.

Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada daerah

rendah sampai dengan ketinggian 200 m dpl, suhu optimal 28oC dengan kondisi

topografi maksimum 40o. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian

ideal berkisar antara 0-500 m dpl dengan kondisi topografi sebaiknya tidak lebih

dari 15o. Untuk tanaman kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat

maksimum 1200 m dpl, ketinggian tempat optimum adalah 1-600 m dpl dengan

kondisi topografi kemiringan lereng maksimum 40o.

Wilayah Kabupaten Aceh Barat sebagian besar merupakan wilayah dataran berada

pada ketinggian 0 - 500 meter dpl, sedangkan dataran yang berada pada

ketinggian di atas 500 meter dpl hanya terdapat pada daerah–daerah tertentu

dengan luasan yang relatif kecil. Berdasarkan tingkat kelerengannya, sebagian

besar wilayah Kabupaten Aceh Barat merupakan lahan datar dengan kelerengan

(0 – 8%) dan datar bergelombang (8–25%). Dilihat dari kondisi topografi

Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan wilayah Kabupaten Aceh Barat sangat

cocok untuk dibudidayakan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan

kakao.

(2) Luasan lahan dan potensi ketersedian lahan untuk pengembangannya Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri adalah

ketersedian bahan baku secara kontinu. Kontinuitas bahan baku industri yang

Page 5: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

63

berbasis agro sangat dipengaruhi oleh luasan lahan budidaya dan potensi

ketersedian lahan untuk pengembangannya. Ketersediaan lahan untuk

pengembangan agroindustri harus disesuaikan dengan tata guna lahan yang telah

ada, sehingga tidak menimbulkan konflik kepentingan di masa yang akan datang.

Ketersediaan lahan untuk tanaman pangan dan kawasan hutan lindung dengan

flasma nutfahnya merupakan bagian penting yang harus tetap mendapat perhatian

dari semua pihak.

Dalam arahan pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan di Kabupaten Aceh

Barat luas lahan yang dialokasikan untuk perkebunan seluas 49.224 ha atau 16,81

persen. Hingga tahun 2006 lahan perkebunan yang telah diusahakan seluas

25.043 ha, masih terdapat 24.181 ha lagi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan perkebunan.

Berdasarkan arahan penggunaan lahan pertanian yang disampaikan oleh Badan

Penelitian Tanah Departemen Pertanian (Gambar 6.1) dapat dilihat luas lahan

yang cocok untuk dibudidayakan sesuai dengan karakteristik lahan yang ada di

Kabupaten Aceh Barat. Dilihat dari karakteristik lahan, tanaman karet sesuai

untuk dibudidayakan pada 35,7 persen lahan yang ada, kelapa sawit 24,0 persen,

dan kakao 6,6 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanaman karet

merupakan komoditi yang paling tinggi kesesuaiannya untuk dibudidayakan pada

lahan yang ada di Aceh Barat.

Page 6: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

64

Gambar 6.1. Peta arahan penggunaan lahan pertanian, Kabupaten Aceh Barat

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Page 7: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

65

(3) Dukungan/kebiasaan masyarakat dalam membudidayakan Kriteria ini memiliki peran penting, terutama untuk komoditi yang berbasis

pertanian rakyat. Dukungan kebiasaan masyarakat dalam membudidayakan

komoditi unggulan akan memudahkan menjaga kontinuitas pasokan bahan baku

dan perluasan skala produksi serta dapat meminimalisasi biaya pra budidaya.

Dengan demikian kegiatan penyuluhan atau bimbingan masyarakat dapat

difokuskan pada upaya perbaikan mutu tanaman melalui intensifikasi pertanian

dan penggunaan teknologi tepat guna dalam proses pengolahannya.

Secara umum, sebagian besar masyarakat di wilayah Kabupaten Aceh Barat

menggantungkan hidupnya pada sektor perkebunan. Jumlah tenaga kerja yang

terlibat pada sektor perkebunan mencapai 85 % dari total seluruh keluarga yang

ada di Aceh Barat, yaitu sekitar 26.359 keluarga. Komoditi yang paling dominan

diusahakan masyarakat adalah tanaman karet dan sawit. Secara rinci keterlibatan

masyarakat Kabupaten Aceh Barat dalam pengembangan sektor perkebunan per

komoditi dapat dilihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Keterlibatan masyarakat Kab. Aceh Barat dalam pengembangan

komoditi perkebunan

No Komoditi Jumlah Petani (KK)) Persentase 1 Karet 12,474 47% 2 Kelapa sawit 4,273 16% 3 Kakao 1,251 5% 4 Nilam 803 3% 5 Lainnya 7,558 29% Total 26,359 100%

Sumber : Dinas kehutanan dan perkebunan Aceh Barat (2007)

(4) Dukungan dan penguasaan teknologi tepat guna budidaya intensif dan pengolahan pascapanen

Dukungan dan penguasaan teknologi tepat guna memiliki peranan penting dalam

penentuan komoditi unggulan. Adanya kegiatan research and development yang

dilakukan oleh lembaga penelitian terhadap komoditi pertanian unggulan dan

teknik budidaya tepat guna mempunyai peranan penting dalam peningkatan

produktivitas tanaman dalam kegiatan budidaya. Dukungan dan penguasaan

Page 8: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

66

teknologi pengolahan pasca panen akan mempengaruhi keunggulan suatu

komoditas sebagai produk antara maupun produk akhir yang dapat diterima pasar.

Berkaitan dengan aspek teknologi budidaya, masyarakat Kabupaten Aceh Barat

lebih berpengalaman dalam membudidaya karet dibandingkan dengan komoditi

perkebunan lainnya mengingat tanaman ini sudah cukup lama dikenal dalam

masyarakat. Masyarakat Aceh Barat lebih mengusai teknologi pasca panen karet

walaupun masih relatif sederhana, yaitu terbatas pada kegiatan remilling. Salah

satu teknologi tepat guna yang dikuasai masarakat Aceh Barat adalah penyadapan

karet dan pengolahan awal lateks menjadi cup/lump-slab, sit angin dan sleb

(Gambar 6.2).

Gambar 6.2. Teknologi pengolahan pasca panen komoditi karetn di Aceh Barat (5) Kontribusi komoditi terhadap perekonomian daerah

Untuk mengetahui berapa besar kontribusi suatu komoditi terhadap perekonomian

daerah dapat dilihat dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan pendapatan masyarakat. Hal yang paling mudah untuk melihat

Sleb tipis produksi Sleb tebal di pabrik

Lateks

Sit angin

Penggumpalan Lump-slab

Page 9: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

67

kontribusi komoditi dalam perekonomian dapat dilihat dari penyerapan komoditi

terhadap tenaga kerja.

Berdasarkan data tahun 2007 komoditi karet mampu menyerap tenaga kerja

sebanyak 12.474 kk, kelapa sawit sebanyak 4,273 kk, dan kakao sebanyak 1,251

kk. Berdasarakan besar penyerapan tenaga kerja tersebut tersebut terihat bahwa

komoditi karet, sawit dan kakao merupakan komoditi perkebunan yang

memberikan kontribusi besar dalam perekomian Kabupaten Aceh Barat.

(6) Kebutuhan biaya untuk pengembangannya (modal kerja)

Kebutuhan biaya investasi pengembangan komoditas unggulan dapat

dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu kebutuhan biaya investasi di bagian hulu

(budidaya) dan investasi di bagian hilir (industri pengolahan). Investasi untuk

industri pengolahan relatif lebih besar dibandingkan dengan pengembangan

budidaya. Pengembangan budidaya komoditi berbasis perkebunan rakyat lebih

mudah dilakukan dan tidak memerlukan investasi dalam jumlah besar.

Pengembangan perkebunan dengan sistem inti-plasma merupakan salah satu

langkah tepat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri berbasis pertanian.

Kebutuhan investasi komoditi karet lebih rendah dibandingkan dengan kelapa

sawit dan kakao. Untuk luasan yang sama (1 ha), pengembangan komoditi karet

membutuhkan biaya sekitar Rp 9-10 juta (SI- Imuk Bank Indonesia, 2007).

Kelapa sawit sekitar Rp. 22 juta per ha dan kakao sekitar Rp. 10–20 juta/ha

(www.indoagri.com). Selain lebih mudah dalam perawatan, budidaya tanaman

karet juga tidak memerlukan penanganan khusus seperti halnya kelapa sawit dan

kakao, karena produk yang diambil adalah getahnya. Kelapa sawit dan kakao

menghasilkan buah, sehingga memerlukan pemeliharaan intensif agar proses

pertumbuhan buahnya optimal.

(7) Nilai ekonomis dan nilai tambah (added-value) produk olahannya

Komoditi unggulan harus memiliki nilai ekonomis tinggi dalam arti mampu

memberikan keuntungan maksimal jika dikembangkan dan memiliki nilai tambah

Page 10: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

68

tinggi (high added value) jika diolah menjadi produk turunannya. Upaya untuk

meningkatkan nilai ekonomis dan nilai tambah (added value) komoditi unggulan

merupakan salah satu tujuan utama pengembangan agroindustri. Pada umumnya

komoditi pertanian bersifat mudah rusak (perishiable) dan voluminus (kamba).

Hal ini menyebabkan nilai ekonomisnya menjadi rendah karena memerlukan

biaya penanganan yang tinggi. Oleh karena itu upaya peningkatan nilai tambah

melalui pengembangan agroindustri merupakan unit yang terintegrasi dalam

pengembangan komoditi unggulan.

Nilai tambah yang tinggi dapat diketahui dengan banyaknya produk hilir yang

dapat diolah dari produk primer yang ada. Dibandingkan dengan komoditi kakao

dan karet, kelapa sawit memiliki produk turunan yang paling banyak, yaitu

mencapai 60 lebih produk turunan dari komoditi kelapa sawit.

(8) Kuantitas dan kontinuitas permintaan pasar

Permintaan pasar merupakan kriteria penting dalam menentukan komoditi

unggulan suatu daerah. Komoditi unggulan yang memiliki pangsa pasar yang jelas

lebih mudah dikembangkan dibanding komoditi yang belum memiliki kejelasan

pasar. Kuantitas dan kontinuitas permintaan pasar sangat diperlukan dalam

menentukan kapasitas produksi dan program pengembangannya di masa yang

akan datang. Semakin menipisnya cadangan sumberdaya alam tak terbarukan

(unrenewable resource) dan meningkatnya kesadaran dari masyarakat dunia untuk

kembali ke produk alami (back to nature) serta berbagai isu lingkungan (global

warming) yang timbul akibat eksploitasi sumberdaya alam secara terus–menerus

memberikan harapan baru terbukanya pasar potensial bagi produk–produk

berbasis komoditi unggulan daerah, diantaranya komoditi karet, kelapa sawit dan

kakao.

Untuk melihat gambaran kuantititas dan kontinuitas permintaan pasar khususnya

komoditi karet dapat dilihat dari pertumbuhan konsumsi karet dunia yang

disajikan pada Tabel 6.5. Pada Tabel ini terlihat bahwa pertumbuhan permintaan

karet alam dunia setiap tahunnya meningkat sebesar 3,4 persen. Peningkatan

Page 11: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

69

konsumsi karet alam ini mengindikasikan bahwa kuantititas dan kontinuitas

permintaan pasar karet alam tetap ada.

Tabel 6.5. Pertumbuhan konsumsi karet alam dunia

Negara Konsumsi (000 ton) Pertumbuhan

pertahun (%) 2003 2004 2005 2006 China 1.525 2.000 2.150 2.400 12,0 USA 1.079 1.144 1.159 1.003 1,1 India 784 815 857 874 2,7 Malaysia 421 403 387 383 (2,2) Korea 333 352 370 364 2,3 Indonesia 132 191 246 351 39,0 Lain-lain 3.759 3.810 3.913 3.849 0,6 Dunia 8.033 8.715 9.082 9.224 3,4 Sumber: International Rubber Study Group (2007)

(9) Minat investor yang tinggi terhadap komoditi yang ada

Minat investor yang tinggi terhadap suatu komoditi menunjukkan prospek

pengembangannya di masa yang akan datang. Selain dapat memberikan

keuntungan secara ekonomi, faktor lingkungan baik lingkungan fisik maupun

sosial merupakan salah satu pertimbangan bagi para investor dalam menanamkan

investasinya. Perubahan trend pasar produk-produk pertanian akibat gejolak harga

minyak bumi telah memberikan peluang berkembangnya sektor pertanian,

perkebunan dan perikanan. Komoditi karet, kelapa sawit dan kakao merupakan

komoditas unggulan Indonesia dan memiliki kontribusi cukup signifikan dalam

perolehan devisa negara. Berdasarkan fenomena tersebut, kalangan investor sudah

mulai menanamkan investasinya di bidang perkebunan dan industri

pengolahannya. Secara umum pembangunan di wilayah Kabupaten Aceh Barat

masih terfokus pada perbaikan infrastruktur akibat gempa bumi dan gelombang

tsunami.

Keberadaan NGO lokal, maupun INGO asing di Aceh Barat dapat dimanfaatkan

dalam pengembangan komoditi unggulan. INGO dapat bekerjasama dengan

pihak lokal dalam melanjutkan program yang tersisa dan melakukan monitoring

melalui laporan kemajuan (progress report) dan kunjungan berkala. Pada program

revitalisasi tanaman karet di Aceh Barat, diharapkan keterlibatan INGO trust fund

atau soft loan dalam bentuk technical assistance. Dengan demikian peluang bagi

Page 12: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

70

para investor untuk berinvestasi dalam pengembangan komoditi unggulan

semakin besar.

(10) Ketersediaan infrastruktur pendukung pengembangan komoditi yang ada

Ketersediaan infrastruktur pendukung yang dimaksud adalah infrastruktur

perhubungan, penerangan dan telekomunikasi. Infrastruktur pendukung

merupakan salah satu poin penting dalam usaha pengembangan komoditi

pertanian. Pada umumnya komoditi pertanian bersifat kamba (bulky) dan mudah

rusak, sehingga ketersediaan sarana transportasi menjadi faktor kritis dalam

penanganan bahan baku. Ketersedian infrastruktur, telekomunikasi dan listrik

juga mempunyai peran penting, terutama jika komoditi tersebut diolah menjadi

produk olahan yang melibatkan peralatan/mesin industri.

Pada umumnya infrastruktur pendukung pengembangan komoditi karet sudah

cukup tersedia dan terus ditingkatkan. Bencana alam gelombang tsunami di Aceh

menyebabkan kerusakan infrastruktur pendukung yang ada. Oleh karena itu

kegiatan pembangunan beberapa tahun terakhir lebih terfokus pada perbaikan

infrastruktur pendukung seperti jalan raya, jembatan dan pelabuhan yang rusak

akibat tsunami. Dalam upaya peningkatan prasarana transportasi darat, pemerintah

Kabupaten Aceh Barat dan donatur dari berbagai negara terus berupaya

membangun jalan-jalan baru dan memperbaiki kondisi jalan yang ada. Total

panjang jalan di Kabupaten Aceh Barat adalah 680,65 km dengan kondisi 183,40

km (26,94 %) dalam keadaan rusak dan 345,30 (49,27%) dalam keadaan rusak

berat.

Sebagian besar jalan di Kabupaten Aceh Barat masih menggunakan jenis lapisan

lapen yaitu 92 ruas jalan dengan panjang 236,2 Km, dari total 306 ruas jalan

hanya 22 ruas jalan yang menggunakan lapisan hotmix dengan panjang jalan 30,5

Km, sedangkan sisanya masih kerikil dan tanah. Selain transportasi darat, di Aceh

Barat juga terdapat transportasi laut, yaitu pelabuhan barang dengan kapasitas

2.500 ton yang dapat digunakan untuk pengangkutan barang hasil komoditi

perkebunan seperti karet dan CPO kelapa sawit.

Page 13: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

71

(11) Keberadaan industri pengolahan berbasis komoditi yang ada

Sampai saat ini belum terdapat industri pengolahan menjadi produk turunan untuk

komoditi karet, sawit dan kakao di Kabupaten Aceh Barat. Komoditi tersebut

diperdagangkan masih dalam bentuk bahan mentah atau bahan setengah jadi,

sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Keberadaan industri

pengolahan sangat penting dalam pengembangan komoditi unggulan, terutama

dalam menjaga stabilitas harga, baik bahan baku, maupun produk turunannya.

Keberadaan industri pengolahan berbasis komoditi yang ada harus dijadikan

agenda pembangunan dalam mengembangkan komoditi unggulan.

Sampai saat ini belum ada industri pengolahan berbasis komoditi unggulan di

Kabupaten Aceh Barat. Walaupun ada usaha berbasis karet di Wilayah Aceh

Barat, usaha tersebut hanya terbatas pada kegiatan remilling, yaitu perbaikan mutu

bokar sesuai dengan spesifikasi mutu industri pengolahan karet. Sebaran pelaku

usaha berbasis karet di seluruh Indonesia dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Sumber : Deperin (2007)

Gambar 6.3. Sebaran pelaku usaha berbasis karet di tiap daerah

Untuk komoditi karet, sebagian besar hasil komoditi karet (bokar) dijual ke indutri

pengolahan karet yang ada di Medan melalui pedagang perantara. Kondisi

Page 14: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

72

tersebut menyebabkan nilai tambah yang diperoleh sangat rendah serta rentan

terhadap perubahan harga, karena tidak memiliki posisi tawar yang baik. Sebagian

petani telah membentuk kelompok pemasaran bokar dengan pabrik karet yang ada

di Medan dengan harga yang telah disepakati bersama. Sistem ini dapat

memberikan keuntungan lebih baik, walaupun pembayarannya dilakukan setelah 1

minggu dari penyerahan karet ke pabrik. Oleh karena itu industri pengolahan karet

merupakan bagian penting dalam pengembangan komoditi unggulan karet.

Diharapkan dengan adanya kegiatan pengembangan komoditi unggulan karet,

industri pengolahannya akan segera terwujud.

(12) Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung

Pemerintah sebagai penyelenggara pembangunan memiliki peran penting dalam

memacu dan menjadi fasilitator pembangunan industri. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara memberikan jaminan keamanan investasi dalam perkembangan

industri berbasis komoditi pertanian. Oleh karena itu pemerintah melalui

kebijakan-kebijakannya dituntut untuk dapat memberikan respon positif terhadap

kebutuhan regulasi bagi para investor yang akan menanamkan modalnya dalam

bidangan agroindustri.

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memberikan perhatian cukup serius terhadap

pengembangan komoditi perkebunan. Salah satu bentuk nyata dukungan

kebijakan pemerintah adalah program yang tertuang dalam Peraturan Bupati Aceh

Barat untuk meningkatkan pendapatan penduduk melalui revitalisasi perkebunan

karet. Program revitalisasi tanaman karet ini adalah program yang telah dirancang

di Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Bappeda telah melakukan

survey potensi per wilayah di masing-masing kabupaten dan menyarankan kepada

kabupaten-kabupaten agar fokus di komoditi tertentu, sehingga tercipta

spesialisasi wilayah. Pengembangan komoditi perkebunan Kabupaten Aceh Barat

dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Program tersebut difokuskan

pada kegiatan revitalisasi, peremajaan dan perluasan tanaman karet, kelapa sawit

dan kakao.

Penentuan urutan prioritas tingkat kepentingan kriteria digunakan metode

perbandingan berpasangan dan penetapan agroindustrii unggulan dilakukan

Page 15: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

73

dengan metode MPE melalui pendapat responden, yaitu pendapat dari Bappeda

Kabupaten Aceh Barat, Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat, Dinas

Perkebunan Kabupaten Aceh Barat, praktisi, peneliti, akademisi dan masyarakat

setempat. Langkah awal yang dilakukan untuk memperoleh nilai pembobotan

kriteria pemilihan alternatif adalah menentukan tingkat kepentingan (rangking)

untuk tiap kriteria.

Selanjutnya berdasarkan nilai tingkat kepentingan dan nilai kriteria alternatifnya

dilakukan analisis komoditi unggulan menggunakan metode perbandingan

eksponensial (MPE). Matrik analisis penentuan komoditi unggulan di Kabupaten

Aceh Barat disajikan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Matriks keputusan komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode perbandingan eksponensial

(MPE), maka diperoleh urutan prioritas keputusan komoditi unggulan Kabupaten

Aceh Barat berturut-turut adalah karet, kelapa sawit, kakao, nilam dan jernang.

Dari hasil tersebut dapat ditetapkan komoditi karet sebagai komoditi agroindustri

unggulan di Kabupaten Aceh Barat. Hasil analisis ini memperkuat hasil analisis

LQ yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga tidak diragukan lagi bahwa

komoditi karet merupakan komoditi agroindustri unggulan di Aceh Barat.

Kriteria Alternatif komoditi unggulan

Karet Kelapa sawit Kakao Jernang Nilam

A 5.958 3.952 2.401 1.633 2.304

B 9 7 8 7 7

C 584.106 80.530 117.649 13.131 117.649

D 8.747 2.329 23.730 1.220 6.093

E 71 61 56 33 43

F 44.214.471 7.264.619 40.353.607 3.220.573 8.112.830

G 7.045.489.050 4.223.513.603 1.977.326.743 1.576.068.797 4.687.660.227

H 157.267.333.911 84.980.990.339 31.676.352.024 7.383.443.476 10.807.328.894

I 896.698.606 1.809.421.374 134.627.433 22.225.706 68.062.657

J 884.199 615.175 2.187 33.408 453.734

K 754.196 1.136.830 10.011.292 5.411 5.764.801

L 584 554 512 160 266

Nilai keputusan 165.255.973.909 91.023.029.373 33.838.817.643 8.985.013.554 15.577.509.505

Urutan prioritas keputusan I II III V IV

Page 16: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

74

6.2. Analisis Pengembangan Agroindustri Unggulan Berbasis Karet

Komoditi karet sebagai komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat memiliki peran

penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan komoditi

karet secara terintegrasi antara sektor hulu dan hilir dapat dijadikan komoditi

unggulan dalam perekonomian Kabupaten Aceh Barat di masa yang akan datang.

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam pencapaian kemajuan ekonomi

daerah berbasis komoditi unggulan diperlukan proses pengolahan yang dapat

memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.

Produk utama dari tanaman karet adalah getah atau lateks yang dipasarkan dalam

bentuk bahan mentah ke industri pengolahan karet dengan harga rendah.

Agroindustri sebagai industri berbasis pertanian merupakan salah satu opsi dalam

meningkatkan pengembangan komoditi pertanian. Berdasarkan outputnya,

industri pengolahan dapat dikelompokan menjadi industri intermediet dan industri

final. Sebagian besar industri karet yang ada di Indonesia termasuk ke dalam

industri intermediet, yaitu menghasilkan produk yang akan digunakan industri

lain. Beberapa produk olahan karet tersebut antara lain lateks pekat, karet sheet

dan crumb rubber.

6.2.1. Lateks pekat Produk lateks pekat dapat dibuat dengan menggunakan metode sentrifugasi,

pendadihan, penguapan, atau elektrodekantasi. Metode pembuatan lateks pekat

yang sering digunakan secara komersial adalah metode sentrifugasi dan

pendadihan. Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi dilakukan menggunakan

sentrifuge berkecepatan 6000-7000 rpm. Adanya putaran sentrifuge menimbulkan

gaya sentripetal dan gaya sentrifugal yang jauh lebih besar daripada percepatan

gaya berat dan gerak brown, sehingga terjadi pemisahan partikel karet dengan

serum. Lateks pekat mengandung karet kering mencapai 60 %, sedangkan lateks

skimnya masih mengandung karet kering antara 3-8 % dengan rapat jenis sekitar

1,02 g/cm3.

Pemekatan lateks dengan metode pendadihan dilakukan dengan menambahkan

bahan pendadih seperti natrium atau amonium alginat, gum tragacant, methyl

Page 17: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

75

cellulosa, carboxy methylcellulosa, fenilhidrazin, hidroksiamin sulfat dan tepung

iles-iles. Bahan pendadih menyebabkan partikel-partikel karet akan membentuk

rantai-rantai menjadi butiran yang garis tengahnya lebih besar. Perbedaan rapat

jenis antara butir karet dan serum menyebabkan partikel karet yang mempunyai

rapat jenis lebih kecil dari serum akan bergerak ke atas untuk membentuk lapisan,

sedang yang di bawah adalah serum. Diagram alir proses pengolahan lateks

pekat/lateks alam cair dapat dilihat pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4. Diagram alir proses pengolahan lateks alam cair

6.2.2. Karet sheet

Karet sheet merupakan produk karet yang dikeringkan dengan metode

pengasapan. Getah karet disaring dan dimasukkan ke dalam loyang ukuran 2-3

liter. Selanjutnya, ditambahkan air dan cuka kemudian diaduk sampai mengental.

Setelah beku, karet ditipiskan dengan gulungan kayu hingga berbentuk lembaran,

kemudian lembaran karet dimasukkan ke dalam ruang pengasapan. Diagram alir

proses pengolahan karet sheet dapat dilihat pada Gambar 6.5.

Lateks kebun

Stabilisasi, 24 jam 28 oC

Depolimerisasi

Penggumpalan

Pencucian

Pengeringan 60 0C

Lateks pekat Liquid Natural Rubber

KOH Fenilhidrain, hidroksilamin sulfat, air sulung

Page 18: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

76

Gambar 6.5. Diagram alir proses pengolahan karet sheet

6.2.3. Crumb rubber

Proses pengolahan crumb rubber pada prinsipnya adalah proses pembersihan

bahan olah karet yang dilanjutkan dengan proses pengeringan. Permbersihan

dilakukan melalui proses pengecilan ukuran, sehingga kontak permukaan karet

menjadi lebih luas. Ukuran partikel karet juga menentukan waktu pengeringannya.

Setelah dikeringkan, karet dikempa sehingga dihasilkan bongkahan karet kering.

Bongkahan karet kering selanjutnya dibungkus dalam plastik polietilen.

Bahan baku industri crumb rubber dapat berasal dari lateks kebun, koagulum atau

sisa potongan karet sheet dan crepe. Bahan baku yang paling dominan adalah

koagulum (lump dan slab). Pengolahan crumb rubber bertujuan untuk

meningkatkan mutu bahan olah karet dengan berbagai mutu menjadi produk yang

lebih seragam mutunya. Diagram alir proses produksi crumb rubber dapat dilihat

pada Gambar 6.6.

Lateks kebun

Diencerkan

Koagulasi

Penggilingan

Pengasapan dan pengeringan 5 hari

Sortasi

Ribbed Smoked Sheet

Asam format

Na-bisulfit

Page 19: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

77

Penentuan agroindustri unggulan berbasis karet di Kabupaten Aceh Barat

didasarkan pada asumsi-asumsi kiteria yang berperan terhadap pengembangan

agroindustri karet. Adapun gambaran deskriptif terhadap kriteria yang telah

ditentukan seperti uraian berikut :

Gambar 6.6. Diagram alir proses produksi crumb rubber

Perendaman dan pencucian 24 jam

Pencucian

Pemotongan

Penggilingan

Peremahan

Crumb Rubber

Air

Lump & koagulum sisa pengolahan sheet

& crops

Penyimpanan , minimal 7 hari

Gulungan lembaran kompo

Pengepresan

Pengeringan

Perendaman dalam asam fosfat 0,1 %

Page 20: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

78

(1) Kuantitas dan kontinuitas bahan baku

Kriteria ini memiliki peran penting dalam pengembangan agroindustri karet.

Industri berbasis komoditi pertanian memiliki kerentanan terhadap pasokan bahan

baku. Berdasarkan levelnya, industri berbasis hasil pertanian dapat di kelompokan

menjadi beberapa level. Semakin level suatu industri (industri hilir), maka

pasokan bahan baku untuk industri pertanian cenderung menyerupai industri

manufaktur, yaitu tidak terlalu dipengaruhi oleh pasokan bahan baku. Pada level

rendah, dimana pasokan bahan baku utama adalah produk pertanian secara

langsung, proses produksi suatu industri sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan

kontinuitas bahan baku.

Penjadwalan masa panen, penanganan pasca panen, pengangkutan dan hal–hal

lain yang berkaitan dengan usaha mempertahankan mutu bahan baku merupakan

kendala utama bagi pihak industri pertanian. Kendala kuantitas dan kontinuitas

bahan baku bagi industri pertanian berkaitan erat dengan karakteristik komoditi

pertanian yang mudah rusak (perishable) dan kamba (bulky), sehingga

membutuhkan penanganan khusus sebelum diolah menjadi produk turunannya.

Berkaitan dengan komoditi karet, sebagian besar pasokan bahan baku industri

pengolahan karet berasal dari perkebunan rakyat (80 %) dengan mutu yang

beragam. Hal ini menyebabkan pihak industri harus bersikap bijak dalam

penetapan harga dasar karet rakyat, sehingga proses produksi tetap optimal

walaupun mutu bahan baku tidak standar.

Kebutuhan bahan baku industri pengolahan ditentukan oleh kapasitas industri

yang akan dikembangkan. Bahan baku produk karet pekat berasal dari lateks

kebun yang dipekatkan, sedangkan bahan baku untuk industri karet sheet dan

crumb rubber berasal dari lateks kebun yang telah digumpalkan (cup lump).

Selain dapat meningkatkan nilai tambah, pengolahan karet menjadi crumb rubber

juga dapat mengolah karet berkualitas rendah menjadi komoditi yang memiliki

nilai jual tinggi sesuai grade mutunya.

Potensi pengembangan agroindustri berbasis karet Kabupaten Aceh Barat sangat

besar, terutama jika ditunjang dengan program intensifikasi perkebunan. Pasokan

Page 21: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

79

bahan karet olahan rakyat untuk industri pengolahan karet di wilayah Aceh Barat

mencapai 11.650 ton per tahun dengan luas lahan mencapai 16.207 ha. Produksi

karet rakyat Kabupaten Aceh Barat merupakan produksi terbesar di Provinsi

NAD. Luas area dan produksi karet per ha di Propinsi NAD dapat dilihat pada

Tabel 6.7. Kebijakan revitalisasi perkebunan karet melalui perbaikan teknik

budidaya dan penyadapan, penggunaan bibit unggul, perluasan dan peremajaan

tanaman karet diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perkebunan karet

hingga mencapai 1.200-1.600 kg/ha (saat ini produktivitas karet rakyat rata-rata

hanya 700-800 kg/ha). Suplai bahan baku karet untuk industri crumb rubber juga

dapat menggunakan karet dari kabupaten lain di Provinsi NAD.

Tabel 6.7. Luas areal dan produksi karet tiap kabupaten di Propinsi NAD

Kabupaten Areal (ha) Produksi (Tons)

Aceh Utara 6.980 3.840

Aceh Timur 14.198 10.517

Aceh Tamiang 10.423 7.210

Aceh Tenggara 1.982 1.312

Aceh Jaya 6.312 4.230

Aceh Barat 16.207 11.650

Nagan Raya 6.314 4.261

Aceh Singkil 5.912 4.675

Lainnya 4.136 824

Total 72.464 48.519 Sumber : Haris (2007)

(2) Jenis produk turunan yang dihasilkan

Kriteria ini berkaitan dengan kegunaan produk yang dihasilkan. Semakin tinggi

ragam produk turunan yang dapat dihasilkan, maka semakin tinggi potensi produk

tersebut untuk dikembangkan. Jenis produk turunan yang dihasilkan juga

berkaitan dengan besarnya pangsa pasar dari produk agroindustri berbasis karet

yang akan dikembangkan.

Page 22: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

80

Produk turunan industri crumb rubber dan karet sheet lebih luas dibandingkan

industri lateks pekat. Crumb rubber dan karet sheet pada umumnya digunakan

untuk produk moulded and extruded, pengikat, penghubung, selang, pipa, segel

cairan dan pack, penyekat, hard rubber product, industrial sheting and linings,

produk seluler dan reinforced fabrics. Sedangkan lateks pekat terbatas hanya pada

industri balon, karet busa, dan sarung tangan. Detail produk turunan karet dapat

dilihat pada Gambar 6.7.

Keterangan :

Gambar 6.7. Produk turunan karet (Haris, 2007)

(3) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kondisi sosial budaya masyarakat menggambarkan tingkat penerimaan

masyarakat terhadap keberadaan industri yang akan dikembangkan. Lingkungan

Jenis produk latek pekat

Jenis produk crumb rubber

Jenis produk karet sheet

Pohon Karet Hevea

Lateks

Koagulum Lapangan

Ribbed Smoked Sheets (RSS)

Pale Crepes

Lateks Dadih

SIR 3CV, SIR 3L, SIR 3WF

Thick Blanket Crepes (Ambers)

Lateks Pekat

SIR 10, SIR 20

Estate Brown Crepes (Compo)

Thin Brown Crepes

Flat Bark Crepes

• Karet busa • Sarung tangan medis • Karet untuk peralatan

medis • Sarung tangan untuk

industri • Sarung tangan untuk

rumah tangga • Kondom • Benang karet • Balon • dll

• Ban dan ban dalam • Alas kaki • Komponen karet untuk

otomotif • Komponen karet untuk

barang elektronik • Produk karet untuk

industri • Selang dan pipa karet • Karet penggunaan umum

Page 23: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

81

sosial budaya masyarakat yang mendukung pengembangan industri berbasis karet

akan menjadi salah satu poin penting kelangsungan industri di masa yang akan

datang.

Perkebunan karet telah menjadi sumber penghasilan sebagian besar penduduk di

wilayah Kabupaten Aceh Barat. Jumlah keluarga yang memiliki mata

pencaharian sebagai petani karet mencapai 12.474 keluarga atau mencapai 40

persen dari seluruh keluarga yang ada di Kabupaten Aceh Barat. Pada umumnya

masyarakat di wilayah Aceh Barat memperoleh penghasilan dari penjualan

koagulum lateks (cup lump). Hasil penjualan tersebut digunakan untuk memenuhi

keperluan hidup sehari-hari. Para petani tidak memiliki harga tawar dalam

transaksi karet lump. Harga sepenuhnya ditentukan para pedagang sesuai kriteria

mutu yang telah ditetapkan. Selanjutnya bahan olah karet tersebut dibawa ke

tempat penggilingan (remilling) sebelum dibawa ke pabrik pengolahan karet.

Panjangnya rantai tataniaga karet, menyebabkan pendapatan petani karet relatif

kecil, walaupun terjadi peningkatan harga produk karet di pasar dunia.

Berdasarkan kondisi tersebut adanya pengembangan industri pengolahan karet

rakyat di wilayah Aceh Barat akan memberikan dampak terhadap tata kehidupan

sosial budaya masyarakat. Pengembangan industri crumb rubber di wilayah Aceh

Barat akan mendapat dukungan penuh dari masyarakat, selama mampu

memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan mereka.

(4) Peluang pasar dan pemasaran

Kriteria ini menunjukan prospek agroindustri yang akan dikembangkan pada masa

yang akan datang. Pada umumnya peluang pasar untuk produk olahan karet sangat

potensial. Meningkatnya harga minyak bumi menyebabkan terjadinya kenaikan

harga produk turunannya, termasuk karet sintesis. Kondisi tersebut merupakan

salah satu peluang dalam pengembangan komoditas karet. International Rubber

Study Grup (IRSG) dalam studi Rubber Eco-Project (2005) memperkirakan akan

terjadi kekurangan pasokan karet alam dalam dua dekade ke depan. Oleh karena

itu dalam kurun waktu 2006-2025, diperkirakan harga karet alam akan stabil

Page 24: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

82

sekitar US $ 2.00/kg. Hal ini menunjukkan peluang pasar dan potensi pemasaran

komoditi karet masih terbuka.

Peluang pasar dan pemasaran produk agroindustri karet sangat prospektif,

terutama dengan adanya gejolak harga minyak bumi dunia sebagai bahan baku

utama karet sintetik. Crumb rubber memiliki peluang pasar dan pemasaran yang

lebih luas dibandingkan dengan karet sheet dan lateks pekat.

Salah satu industri turunan karet yang berkembang pesat adalah industri ban.

Bahan baku utama industri tersebut adalah karet remah (crumb rubber).

Pemanfaatan karet alam di luar industri ban kendaraan masih relatif kecil, yakni

kurang dari 30 persen. Selain itu industri karet di luar ban umumnya dalam skala

kecil atau menengah. Sementara itu industri berbasis lateks pada saat ini

nampaknya belum berkembang karena banyak menghadapi kendala. Kendala

utama adalah rendahnya daya saing produk-produk industri lateks Indonesia bila

dibandingkan dengan produsen lain, terutama Malaysia. Sebagai contoh

kontribusi Indonesia dalam memproduksi sarung tangan karet ASEAN hanya

mencapai 10 persen, yaitu 12 miliar pasang dari 120 miliar pasang. Produksi

terbesar masih dikuasai Malaysia (66 %) dan Thailand (25 %). Oleh karena itu

industri crumb rubber mendominasi industri pengolahan karet di Indonesia.

Pada saat ini jumlah sarana pengolahan karet berbasis lateks di Indonesia

mencapai 23 unit dengan kapasitas sebesar 144.520 ton/tahun, dan pengolahan

crumb rubber swasta di luar PTPN sebanyak 75 unit dengan kapasitas 1.957.400

ton/tahun. Sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah

(crumb rubber) dengan kodifikasi "Standard Indonesian Rubber" (SIR).

Permintaan produk karet diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan

peningkatan gaya hidup dan standar hidup manusia. Karet merupakan kebutuhan

yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas

manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti

ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal

karet.

Page 25: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

83

(5) Nilai tambah produk

Agroindustri adalah industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan

bakunya. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan, industri

peralatan dan mesin pertanian serta industri jasa pertanian. Salah tujuan utama

agroindustri adalah meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui kegiatan

pengolahan atau transformasi hasil pertanian. Keselarasan dan keterpaduan antara

input (investasi modal dan manajemen) dan output akan menjamin pembentukan

nilai tambah secara wajar dan bekesinambungan.

Pada umumnya semakin tinggi dan komplek proses produksi yang digunakan,

maka semakin tinggi penambahan nilai tambah produk tersebut. Indusri crumb

rubber, karet sheet dan lateks pekat berada pada level industri yang sama, yaitu

menghasilkan produk setengah jadi. Nilai tambah produk juga dapat dilihat pada

tingginya pemanfaatan produk yang bersangkutan. Uraian nilai tambah produk

olahan karet dapat dilihat pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Uraian nilai tambah produk olahan karet

Uraian Crumb rubber Karet sheet Latek pekat Penggunaan Industri otomotif, rumah tangga dan untuk barang

industri berupa mouled and extruded, pengikat/penghubung, selang, pipa, segel cairan dan pack, penyekat, hard rubber product, industrial sheting and linings, produk seluler dan reinforced fabrics.

Pembuatan balon, sarung tangan dan busa

Nilai tambah Rp. 19.000 – 24.000 Rp. 19.000-20.000 Bahan baku Lateks dan lump sisa

pengolahan karet sheet Lateks kebun

Sumber : Deprin (2007) (diolah)

(6) Teknologi produksi yang ada

Kriteria teknologi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek ketersediaan teknologi

pengolahannya dan aspek operasionalnya. Teknologi produksi untuk komoditas

karet yang akan dikembangkan sudah dapat dipenuhi, baik teknologi

pengolahannya maupun operasionalnya.

Teknologi pengolahan lateks pekat merupakan teknologi paling sederhana dalam

pengolahan karet alam, sehingga dapat dibuat dalam skala kecil dengan

Page 26: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

84

menggunakan peralatan sederhana. Walaupun demikian, industri ini tidak

berkembang pesat, karena kecilnya pangsa pasar dan tingginya tingkat kesulitan

dalam penanganan bahan. Industri berbasis lateks juga kurang berkembang di

Indonesia karena tidak dapat bersaing dengan produk negara lain, terutama

Malaysia dan Thailand. Pengolahan crumb rubber merupakan pengolahan karet

paling komplek dibandingkan lateks pekat dan karet sheet. Pengolahan crumb

rubber juga dapat memperbaiki mutu karet menjadi produk yang lebih bermutu

dan memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kompleksitas proses produksi crumb

rubber juga sangat penting dalam pengembangan sumberdaya manusia, terutama

dalam penyediaan lapangan pekerjaan.

(7) Penyerapan tenaga kerja

Salah satu input yang diperlukan dalam kegiatan agroindustri adalah tenaga kerja.

Kemampuan menyerapan tenaga kerja dari suatu industri merupakan bentuk nyata

peran serta industri tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penyerapan tenaga kerja industri berbasis produk pertanian terdiri dari tenaga

kerja langsung (staf/karyawan/buruh pabrik) dan tenaga kerja tidak langsung

(petani/plasma/buruh tani dan lain–lain).

Berdasarkan kriteria penyerapan tenaga kerja, industri crumb rubber dapat

menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan industri intermediet

lainnya yang berbasis karet. Industri crumb rubber merupakan industri skala besar

dan termasuk industri pada karya. Penyerapan tenaga kerja meliputi tenaga

operasioal pabrik, staf/karyawan tetap dan para petani karet dan pedagang

pengumpul bokar sebagai salah satu mitra industri. Pengembangan agroindustri

berbasis karet juga akan menjadi stimulan berkembangnya bidang-bidang usaha

lain, seperti jasa rumah makan, penginapan, transportasi dan jenis usaha lain yang

bersifat padat karya.

(8) Dampak ekonomi terhadap pembangunan daerah

Kegiatan industri pengolahan memiliki peran penting dalam pembangunan daerah.

Selain berbasis pada sumberdaya alam (komoditi unggulan daerah) yang bersifat

Page 27: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

85

renewable, industri pertanian (agroindustri) memiliki keunggulan komparatif,

yaitu bersifat forward linkages /multiplier effect. Efek ke depan yaitu

pengembangan agroindustri akan turut meningkatkan pengembangan bidang lain,

seperti transportasi, sosial, pendidikan dan lain–lain. Efek ke belakang yaitu

pengembangan agroindustri dapat meningkatan nilai tambah produk pertanian

(added value) dan pengembangan bidang lain yang berkaitan dengan pengadaan

bahan baku.

Agroindustri memiliki peran penting dalam pembangunan daerah. Wilayah Aceh

Barat memiliki berbagai komoditi unggulan termasuk karet. Pada umumnya

komoditi tersebut langsung dijual tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Hal

ini menyebabkan kontribusi komoditas unggulan sangat kecil terhadap

pembangunan daerah. Berdasarkan fakta tersebut keberadaan industri crumb

rubber di wilayah Aceh Barat akan memiliki dampak positif terhadap

pembangunan daerah, baik pembangunan fisik, sumberdaya manusia, ekonomi

maupun sosial. Sektor pajak, retribusi dan lain-lain sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah juga akan meningkat dengan adanya pengembangan industri

pengolahan karet tersebut.

Industri crumb rubber memiliki dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan

dengan industri karet sheet dan lateks pekat karena dapat memberikan nilai

tambah yang lebih tinggi, menyerap tenaga kerja lebih banyak dan memiliki

potensi pasar yang lebih luas.

(9) Dampak lingkungan

Seiring dengan perubahan zaman, kesadaran masyarakat dunia terhadap

pentingnya kelestarian lingkungan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

munculnya berbagai isu lingkungan seperti efek rumah kaca, pemanasan global

dan lain–lain. Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan besar

dalam kerusakan lingkungan. Beberapa negara maju bahkan telah menerapkan

peraturan yang ketat mengenai masalah lingkungan dengan melakukan seleksi

ketat terhadap produk-produk impor yang merusak lingkungan.

Page 28: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

86

Produk samping atau limbah merupakan konsekuensi logis dari kegiatan industri,

termasuk industri pengolahan karet. Berdasarkan bentuknya, jenis limbah industri

dapat dibedakan ke dalam limbah padat, cair dan gas. Semua jenis limbah dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan jika tidak ditangani secara tepat. Industri

karet sheet dan lateks pekat berpotensi dalam menghasilkan limbah cair berupa

serum hasil sisa pemisahan lateks. Pada umumnya industri lateks pekat dan karet

sheet termasuk industri dalam skala rumah tangga, sehingga tidak mempunyai

sarana IPAL yang memadai. Limbah cair yang dihasilkan dibuang ke lingkungan

tanpa pengolahan yang berarti, sehingga dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan.

Industri crumb rubber merupakan industri yang paling mapan dibandingkan

industri karet sheet dan lateks pekat. Hal ini menyebabkan pengembangan industri

tersebut harus mempertimbangkan semua aspek secara rinci dan terintegrasi,

termasuk aspek lingkungan. Pada umumnya industri crumb rubber termasuk

dalam industri skala menengah dan besar, sehingga sarana IPAL merupakan salah

satu prasyarat dalam proses perizinannya. Limbah utama yang dihasilkan industri

crumb rubber terdiri dari limbah padat dan cair. Limbah padat terdiri dari sisa

kotoran yang berasal dari bokar yang tidak bersih atau berkualits rendah. Limbah

tersebut pada umumnya terdiri dari padatan kayu, tanah, kerikil dan lain-lain,

sehingga dapat dikembalikan ke lingkungan dalam bentuk pupuk kompos.

Industri crumb rubber memerlukan air dalam jumlah banyak untuk proses

pencucian. Proses tersebut menghasilkan limbah air cucian yang mengandung

padatan, koagulum dan lost product. Limbah cair yang dihasilkan relatif tidak

berbahaya, sehingga dengan teknologi pengolahan limbah yang sesuai dapat

dikembalikan ke lingkungan atau dipakai ulang (reused) dalam proses pencucian

selanjutnya. Dengan demikian beban pencemaran lingkungan industri crumb

rubber lebih kecil dibandingkan industri pengolahan karet lainnya.

(10) Infrastruktur pendukung

Pengembangan agroindustri membutuhkan infrastruktur pendukung, baik dalam

kegiatan pengadaan bahan baku, proses produksi maupun pemasaran produk yang

Page 29: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

87

dihasilkannya. Karakteristik komoditi pertanian yang mudah rusak dan voluminus

serta tersebarnya lokasi perkebunan memerlukan infrastruktur pendukung yang

memadai, sehingga kerusakan bahan dapat diminimalisasi selama pengangkutan.

Ketersediaan sumber energi dan sarana telekomunikasi juga sangat diperlukan

dalam pengembangan industri berbasis pertanian.

Infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan industri crumb rubber

meliputi infrastruktur transportasi, telekomunikasi dan sumber energi. Secara

umum infrastruktur pendukung pengembangan agroindustri berbasis karet di

wilayah Aceh Barat masih dalam tahap pembangunan. Pasca tahap rehabilitasi

dan rekontruksi, ketersedian sarana transportasi merupakan faktor yang sangat

penting dalam membangun suatu wilayah. Infrastruktur utama di wilayah

Kabupaten Aceh Barat untuk menjangkau wilayah-wilayah di seluruh kecamatan

adalah perhubungan darat (jalan raya), yang masih banyak terjadi kerusakan

akibat musibah gempa dan tsunami yang melanda Provinsi Aceh dan Nias.

Walaupun demikian perkembangan transportasi darat di Wilayah Kabupaten Aceh

Barat dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam upaya peningkatan prasarana

transportasi darat, pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan donatur dari berbagai

negara terus berupaya membangun jalan-jalan baru dan memperbaiki kondisi jalan

yang ada.

(11) Investor/Modal investasi

Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan industri berbasis

komoditas karet ditentukan oleh kapasitas produksi dan tingkat penggunan

teknologi pengolahannya. Sedangkan minat investor untuk menamkan

investasinya ditentukan oleh margin dan prospek industri di masa yang akan

datang. Sesuai dengan prinsip ekonomi, usaha yang memiliki margin tinggi

dengan nilai investasi yang wajar akan memiliki rangking investasi yang tinggi.

Investasi industri crumb rubber ditentukan oleh kapasitas produksi industri yang

akan dikembangkan. Kegiatan investasi lebih terfokus pada pengadaan mesin dan

peralatan produksi, lahan dan bangunan pabrik dan beberapa biaya lain yang

berkaitan dengan proses produksi, sedangkan suplai bahan baku dapat dipenuhi

Page 30: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

88

dari perkebunan rakyat dengan melakukan kerjasama (contract farming) dengan

petani karet. Hal ini dapat berlaku karena bahan baku industri crumb rubber dapat

berupa lateks kebun atau koagulum (cup dan lump), sedangkan kebutuhan bahan

baku industri karet sheet dan lateks pekat harus berupa lateks segar. Pada

umumnya lateks segar yang telah disadap mudah mengalami kerusakan jika tidak

segera diolah. Pengolahan lateks menjadi lump karet merupakan teknologi

sederhana yang paling banyak digunakan oleh para petani karet di Kabupaten

Aceh Barat. Selain memerlukan penanganan khusus, lokasi perkebunan rakyat

yang tersebar juga menjadi kendala dalam pengumpulan bahan baku lateks segar.

Oleh karena itu modal investasi pengembangan industri karet sheet dan lateks

pekat harus disertai dengan investasi di sektor perkebunan karet (plantation).

(12) Kebijakan pemerintah/pemda

Pemerintah memiliki peran penting dalam pengembangan agroindustri. Kepastian

dan jaminan hukum bagi para investor merupakan agenda utama bagi pemerintah

yang harus segera dibenahi untuk meningkatkan minat para investor. Kemudahan

dan transparansi dalam pengurusan perizinan di berbagai lembaga pemerintahan

akan memacu pengembangan agroindustri unggulan. Pemerintah daerah melalui

dinas–dinas terkait harus mampu menjadi fasilitator pengembangan agroindustri

yang tangguh dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Pemerintah mempunyai peran penting dalam pengembangan agroindustri berbasis

karet. Pada umumnya kapasitas terpasang industri crumb rubber yang ada saat ini

di Indonesia berada di atas kapasitas real. Kondisi tersebut dapat menimbulkan

persaingan tidak sehat di antara para pelaku usaha dalam memperoleh bahan baku.

Sampai saat ini belum ada kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan

pengembangan agroindustri pengolahan karet di Kabupaten Aceh Barat.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Barat baru pada tahap pengembangan

perkebunan karet. Kebijakan tersebut merupakan langkah awal pemerintah

Kabupaten Aceh Barat dalam mengembangkan komoditi karet. Berdasarkan

uraian tersebut prospek pembangunan industri crumb rubber cukup cerah, karena

kesesuaian kebijakan pemerintah dalam pengembangan perkebunan karet rakyat.

Page 31: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

89

Di masa yang akan datang, pemerintah juga diharapkan dapat merumuskan

kebijakan yang membatasi penjualan bokar ke wilayah lain, sehingga kebutuhan

bahan baku industri crumb rubber yang ada di Wilayah Aceh Barat terpenuhi.

Penentuan urutan prioritas tingkat kepentingan kriteria digunakan metode

perbandingan berpasangan dan penetapan agroindustri unggulan dilakukan dengan

metode MPE melalui pendapat responden, yaitu pendapat dari Bappeda

Kabupaten Aceh Barat, Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat, Dinas

Perkebunan Kabupaten Aceh Barat, praktisi, peneliti, akademisi dan masyarakat

setempat. Langkah awal yang dilakukan untuk memperoleh nilai pembobotan

kriteria pemilihan alternatif adalah menentukan tingkat kepentingan (rangking)

untuk tiap kriteria.

Berdasarkan kriteria pemilihan agroindustri berbasis karet, selanjutnya dilakukan

perbandingan antar pilihan kriteria dengan mengunakan metode MPE, sehingga

dapat diketahui kriteria yang dominan dalam penentuan industri berbasis karet di

wilayah Aceh Barat. Hasil perbandingan antar kriteria penentuan komoditi

agroindustri unggulan di wilayah Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 6.9 (metode

penghitungan disajikan pada Lampiran 5).

Tabel 6.9. Tingkat kepentingan kriteria penentuan agroindustri komoditi karet

Kriteria Tingkat kepentingan

A. Kuantitas dan kontinuitas bahan baku 7 B. Macam produk turunan yang dihasilkan 12 C. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat 6 D. Peluang pasar dan pemasaran 1 E. Nilai tambah produk 10 F. Teknologi produksi yang ada 11 G. Penyerapan tenaga kerja 9 H. Dampak ekonomi terhadap pembangunan daerah 8 I. Dampak lingkungan 4 J. Infrastruktur pendukung 3 K. Investor/Modal investasi 2 L. Kebijakan pemerintah/pemda 5

Setelah dilakukan perbandingan antar kriteria pengambilan keputusan, tahap

selanjutnya adalah pembobotan untuk masing-masing kriteria yang merupakan

Page 32: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

90

gabungan dari semua responden. Bobot untuk masing-masing kriteria secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.10.

Tabel 6.10. Nilai kriteria alternatif agroindustri berbasis karet unggulan Kab.

Aceh Barat

Kriteria

Nilai alternatif kriteria agroindustri berbasis karet Latek pekat (dadih) Karet Sheet Crumb Rubber

A 7,3 7,0 6,9 B 4,3 5,8 7,5 C 6,7 4,7 6,6 D 5,8 7,4 8,5 E 4,6 6,2 8,2 F 4,5 4,1 6,0 G 6,5 5,4 5,6 H 5,3 6,2 7,3 I 5,3 4,9 5,4 J 4,8 5,5 6,5 K 5,5 5,7 5,8 L 5,7 6,0 6,8

Penentuan agroindustri unggulan dilakukan untuk menentukan nilai tingkat

kepentingan kriteria alternatif keputusan dan nilai kriteria komoditi unggulan

Kabupaten Aceh Barat. Metode analisis komoditi unggulan yang digunakan

adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Hasil perbandingan antar

kriteria keputusan dan pembobotan oleh responden, kemudian dianalisis dengan

metode MPE, sehingga dihasilkan kriteria prioritas komoditi unggulan di

Kabupaten Aceh Barat.

Berdasarkan matriks keputusan menggunakan metode MPE diperoleh nilai urutan

prioritas agroindustri berbasis karet adalah sebagai berikut: crumb rubber

(142.651.945.325), karet sheet (27.923.947.249) dan lateks pekat (1.703.964.090).

Detail matrik analisis penentuan komoditi unggulan di Kabupaten Aceh Barat

disajikan pada Tabel 6.11. Matrik analisis keputusan agroindustri berbasis karet

Kabupaten Aceh Barat menunjukkan industri crumb rubber sebagai agroindustri

yang menjadi prioritas utama di Kabupaten Aceh Barat.

Page 33: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

91

Tabel 6.11. Matriks keputusan agroindustri berbasis karet Kabupaten Aceh Barat

Kriteria Agroindustri Prioritasa Berbasis Karet Latek pekat Karet Sheet Crumb Rubber

A 155.528 117.649 109.492B 4 6 8C 585.277 48.200 535.946D 1.552.392.470 27.701.617.428 142.241.757.136E 96 235 545F 20 17 36G 1.785 861 972H 4.315 8.918 21.208I 3.491.311 1.678.947 4.014.107J 6.957.728 25.329.516 134.627.433K 139.312.339 193.465.858 266.124.423L 1.063.216 1.679.616 4.754.018

Nilai Keputusan 1.703.964.090 27.923.947.249 142.651.945.325Urutan prioritas III Il I

6.3. Kelayakan Finansial Agroindustri Berbasis Karet

Analisis kelayakan investasi merupakan salah satu alat untuk menentukan

kalayakan suatu usaha di masa yang akan datang. Oleh karena itu sebelum

melakukan investasi pengembangan agroindustri unggulan berbasis karet di

Kabupaten Aceh Barat perlu dilakukan studi kelayakan finansial untuk

mendapatkan gambaran apakah investasi yang akan dilakukan layak atau tidak.

Beberapa asumsi yang dijadikan dasar perhitungan dalam penyusunan kelayakan

usaha crumb rubber di Kabupaten Aceh Barat disajikan pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12. Asumsi perhitungan kelayakan usaha crumb rubber:

No Asumsi Nilai 1 Harga bahan baku Rp. 9.000-10.000 / Kg 2 Harga jual produk Rp. 18.200-20.000 /Kg 3 Umur ekonomis usaha 15 tahun 4 Kapasitas pabrik 40 ton/hari 5 Rendemen produk 80 % 6 Loss produksi 5 % / Kg bahan baku 7 Kenaikan harga 5 % /tahun 8 Dana pinjaman 70%9 Dana sendiri 30 %10 Df 16 %

Page 34: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

92

Berdasarkan hasil analisis finansial, perkiraan kebutuhan investasi pengembangan

industri crumb rubber di Kabupaten Aceh Barat dengan kapasitas 40 ton per hari

adalah Rp. 33.100.186.000,- yang terdiri dari biaya investasi Rp. 22.831.186.000,-

dan modal kerja Rp. 10.269.000.000,-. Detail perkiraan biaya investasi dan modal

kerja disajikan pada Tabel 6.13.

Tabel 6.13. Perkiraan biaya investasi dan modal kerja

No Uraian Nilai (000 IDR) 1. Project Cost

Lahan 240.000

Preliminaris 1.202.500

Jalan dan Parit 114.735

Main process building 2.740.686

Bangunan pendukung 374.386

Drying sheld 1.727.302

Pallet store 624.222

Efluent treatment 221.500

Mesin Proses 5.777.720

Pembangkit 1.559.500

Listrik dan kelengkapan 1.909.190

Water Treatment 805.275

Quality Equipment 227.674

Sytem Pemadam kebakaran 178.478

Peralatan Laboratorium 277.695

Bangunan perkantoran dan perumahan 1.283.900

Kendaraan dan alat berat 1.050.273

Biaya perizinan dll 216.608 Total investasi 20.531.642

2 IDC 2.299.544

Total Project Cost 22.831.186

3 Modal Kerja 10.269.000

TOTAL 33.100.186

Proyeksi modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan sebagai berikut :

a. Account receiveble/piutang usaha selama 45 hari

b. Inventory/persediaan produk dan persediaan bahan baku selama 10 hari

c. Acount payable/hutang usaha selama 45 hari

Page 35: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

93

Komponen biaya produksi meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel

terdiri dari biaya bahan baku, dan utilitas. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja

tetap, biaya pemeliharaan peralatan, bangunan, corp overhead dan administrasi,

biaya asuransi, marketing cost, laboratorium, biaya angsuran dan depresiasi.

Besarnya biaya operasional dari tahun ke 1 sampai tahun ke 5 dapat dilihat pada

Tabel 6.14.

Tabel 6.14. Kebutuhan biaya operasional

Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5Variabel cost Raw Material 90.000.000 113.400.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 Utilities Cost 6.096.000 7.315.200 8.128.000 8.128.000 8.128.000 Total Variable Cost (‘000 IDR) 96.096.000 120.715.200 134.128.000 134.128.000 134.128.000 Fixed cost Tenaga Kerja 2.674.000 2.807.700 2.948.085 3.095.489 3.250.264 Repair & Maintenance 1.439.317 1.511.283 1.586.847 1.666.189 1.749.499 Corp Overhead & Adm 267.400 280.770 294.809 309.549 325.026 Biaya Asuransi 390.926 390.926 390.926 390.926 390.926 Marketing Cost 3.112.200 3.734.640 4.149.600 4.149.600 4.149.600 Laboratorium 75.000 78.750 82.688 86.822 91.163 Depresiasi 1.258.169 1.258.169 1.258.169 1.258.169 1.258.169 Beban bunga 3.689.463 2.334.449 1.355.964 822.470 288.976 Total Fixed Cost (‘000 IDR) 12.906.475 12.396.686 12.067.087 11.779.214 11.503.623 Total Production Cost (‘000 IDR) 109.002.475 133.111.886 146.195.087 145.907.214 145.631.623 Harga Pokok Produksi per Kg 15.936 16.217 16.030 15.999 15.968

Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa proyek dapat menghasilkan laba

pada tahun pertama sebesar Rp 16,01 milyar, pada tahun ke dua sebesar Rp 16,11

milyar dan pada tahun ke tiga sebesar Rp 16,19 milyar. Proyeksi margin laba yang

diperoleh adalah margin laba kotor rata-rata sebesar 15%, sedangkan margin laba

bersih rata-rata sebesar 10 %. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net

income industri crumb rubber dapat dilihat pada Lampiran 6.

Analisis kelayakan finansial proyek dinilai dengan menggunakan konsep nilai

uang yang didapatkan dari proyek (future value) pada nilai uang bersih saat kini

(Net Present Value, NPV) dengan menggunakan tingkat faktor terdiskon tertentu.

Nilai NPV pada tingkat persentase faktor terdiskon tertentu yang memberikan

Page 36: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

94

nilai nol (0) dinamakan Internal Rate of Return (IRR). Nilai IRR yang lebih besar

dari tingkat suku bunga (discount factor) dan nilai NPV yang lebih besar dari nol

merupakan indikasi bahwa proyek tersebut layak dijalankan.

Kriteria investasi untuk industri crumb rubber dengan kapasitas 40 ton/hari dan

tingkat suku bunga 16% dan perhitungan project life time selama 15 tahun

diperoleh NPV (Net Present Value) positif sebesar 28,5 milyar atau lebih besar

dari biaya proyek, IRR (Internal Rate of Return) lebih besar dari 16% yaitu

29,85%, Pay Back Period (PBP) pada tahun ke 4,2 (termasuk 2 tahun masa

konstruksi), Net B/C lebih besar dari 1 yaitu 2,00, rata-rata Return on Investment

(ROI) sebesar 57,44 % dan rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 212,91%.

Kriteria kelayakan investasi crumb rubber dapat dilihat pada Tabel 6.15.

Tabel 6.15. Kriteria kelayakan industri crumb rubber

Uraian Nilai Satuan Project Cost 22.831.186 IDR x 1000 IRR 29,85 % NPV 28.506.959 IDR x 1000 ROI 57,44 % ROE 212,91 % PBP 4,2 Year (inc 2 year IDC) Net B/C 2,00

Selanjutnya dari hasil analisis finansial dilakukan analisis sensitivitas untuk

melihat seberapa jauh proyek dapat dilaksanakan mengikuti perubahan harga

bahan baku (koagulum) maupun harga jual produk crumb rubber (SIR). Kenaikan

harga beli bahan baku sebesar 5% tanpa diikuti oleh penurunan harga jual crumb

rubber dan sebaliknya, serta kenaikan harga beli bahan baku dan penurunan harga

jual crumb rubber di bawah 2,5 % masih menunjukkan kelayakan pada proyek

pengembangan industri crumb rubber. Kriteria kelayakan pada kenaikan harga

bahan baku dan penurunan harga jual disajikan pada Tabel 6.16.

Page 37: Strategi Pengembangan Agroindustri Komoditi Unggulan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4419/Komoditas... · Untuk pengembangan sektor pertanian itu perlu dipilih

95

Tabel 6.16. Analisis sensitivitas kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual crumb rubber

Perubahan Variabel Basic Perubahan ¤ kenaikan harga beli koagulum

karet 0% 5% 0% 2.5% ¤ penurunan harga jual crumb

rubber 0% 0% 5% 2.5% Perubahan BEP, IRR dan NPV IRR 29.85% 19.09% 16.13% 17.63%NPV 28.506.959 6.103.862 243.358 3.173.610 PBP 4.13 6.13 7.10 6.58 NetB/C 2.00 1.20 1.01 1.10 Average BEP 59.399.545 74.950.189 76.244.670 75.550.127