Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas...

102
ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH IWAN SETIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas...

Page 1: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN

KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS

UNGGULAN DAERAH

IWAN SETIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

Iwan Setiawan

NRP A156080144

Page 3: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

ABSTRACT

IWAN SETIAWAN. Developing Agricultural Sector in Sumbawa Regency Based on Local Primary Commodities. Supervised by DWI PUTRO TEJO BASKORO and MUHAMMAD FIRDAUS.

The agricultural sector had been playing an important role in Sumbawa Regency development program. Accelerating process of agricultural development could be done by developing local primary commodities. This research purposes were to determine alternatives and the development strategies of the primary food crop commodities in Sumbawa Regency. Research was carried out by collecting stakeholder’s perception, productivity and economic value of the food crops in Sumbawa Regency and West Nusa Tenggara Province. The analysis methods used were Klassen typology, analytical hierarchy process and spatial analysis. The results showed that local primary food crop commodities were corn (score 0,33), mung beans (score 0,23), soybean (score 0,19), chilli (score 0,16), and sweet potatoes (score 0,09). The development of corn and mung beans were more focussed on marketing accessibility to other regions through cooperation contract to be more guaranteed prices. For soybeans, chilli and sweet potatoes, development could be done by extending the harvest area, use of superior seeds, use of water pumps to overcome the limitations of water, intercropping planting patterns, and develop microfinance institutions in the rural district.

Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process, spatial analysis

Page 4: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

RINGKASAN

IWAN SETIAWAN. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan MUHAMMAD FIRDAUS.

Sektor pertanian yang tetap berperan penting dalam pembangunan Kabupaten Sumbawa menjadi titik tolak arah pembangunan ke depan. Hal ini dinyatakan dalam visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju masyarakat sejahtera. Untuk itu, diperlukan upaya identifikasi sumberdaya agribisnis yang diunggulkan di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menentukan alternatif komoditas unggulan tanaman pangan, 2) menentukan prioritas komoditas untuk dikembangkan, 3) memetakan wilayah pengembangan, dan 4) merumuskan arahan strategis pengembangannya.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa tingkat produktivitas dan nilai ekonomi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat, serta data primer berupa persepsi berbagai pihak terkait. Metode analisis yang digunakan berupa tipologi Klassen untuk menentukan alternatif komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Sumbawa. Penentuan prioritas pengembangan dengan proses hirarki analitik oleh responden pakar yang dipilih secara purposive sampling. Wilayah pengembangan dianalisis secara spasial tematik dengan mempertimbangkan tingkat produksi saat ini. Serta arahan pengembangan dirumuskan secara deskriptif berdasarkan proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologi dengan pola penggunaan lahan yang ada.

Hasil analisis tipologi Klassen menunjukkan bahwa komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit merupakan alternatif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Indikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata daerah acuan Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan proses hirarki analitik, urutan prioritas komoditas tersebut dari yang lebih penting sampai kurang penting adalah jagung (skor 0,33), kacang hijau (skor 0,23), kedelai (skor 0,19), cabe rawit (skor 0,16), dan ubi jalar (skor 0,09). Prioritas tersebut dipengaruhi oleh faktor pasar (skor 0,30), modal (skor 0,24), lahan (skor 0,20), nilai tambah (skor 0,18), dan preferensi (skor 0,09).

Tingkat produksi yang ada saat ini memberikan peluang pengusahaan komoditas jagung untuk dikembangkan di Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk, dan Utan. Kacang hijau di Moyo Hilir, Empang, Lopok, dan Plampang. Komoditas kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar berpotensi untuk dikembangkan pada areal yang lebih luas secara lebih intensif. Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan kedelai adalah Kecamatan Alas Barat, Alas, Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk. Wilayah pengembangan cabe rawit meliputi Kecamatan Buer, Batu Lanteh, Plampang, Tarano, dan Labangka. Dan ubi jalar dapat dikembangkan di Kecamatan Labuhan Badas, Batu Lanteh, Sumbawa, dan Buer.

Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Sedangkan kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar produksi saat ini masih belum mencukupi secara relatif kebutuhan konsumsi regional Nusa Tenggara Barat dengan indeks kecukupan kurang dari satu (<1). Bila

Page 5: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

diperhatikan secara biogeofisik karakteristik wilayah potensial untuk pengembangan komoditas unggulan tersebut menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dengan demikian, pengembangan jagung dan kacang hijau lebih ditekankan pada aksesibilitas pemasaran ke luar daerah melalui kontrak kerjasama agar harga dapat lebih terjamin. Untuk kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar, pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi berupa penggunaan benih unggul, penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan air, menerapkan pola tanam tumpang sari, dan menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan.

Kata kunci: perencanaan wilayah, komoditas unggulan, proses hirarki analitik, analisis spasial

Page 6: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN

KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS

UNGGULAN DAERAH

IWAN SETIAWAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 8: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS.

Page 9: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Judul Tesis : Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah

Nama : Iwan Setiawan

NRP : A156080144

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. Muhammad Firdaus, S.P., M.Si, Ph.D

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 13 Januari 2010 Tanggal Lulus:

Page 10: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Untuk Ibuku yang selalu kurindu… Tenry

Ayahku yang kubangga… Badaruddin Noor

Dan sandaran hatiku … Muflihah

Page 11: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha menentukan dan maha mengetahui segala ilmu. Atas taufik dan karunia-Nya, tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Ilmu Perencanaan Wilayah Institut Pertanian Bogor.

Arahan, dukungan, dan diskusi membangun dari berbagai pihak memberikan andil dalam menentukan penyelesaian tesis ini, mulai dari penyusunan rencana penelitian hingga menjadi tesis seperti yang ada sekarang. Untuk itu, kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. dan Bapak Muhammad Firdaus, S.P, M.Si., Ph.D penulis sampaikan terima kasih atas segala bentuk bimbingannya. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, M.S. atas arahan dan perbaikan dalam ujian tesis, serta kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. atas masukan penyempurnaannya. Kepada teman-teman di PWL08, diskusi-diskusi ilmiah yang terjalin selama ini menjadi catatan sejarah tersendiri, terima kasih.

Penulis juga menyampaikan terima kasih atas pastisipasi aktif dari berbagai kalangan atas penyediaan data-data pendukung. Kepada para petani yang telah menyisihkan sebagian waktunya untuk berbincang-bincang tentang pertanian Sumbawa yang penulis pilih sebagai wilayah penelitian. Rekan-rekan kerja di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa, Bappeda, Dinas Pertanian NTB, BPTP NTB, dan BBSDLP Bogor, semoga komunikasi kita tetap terjalin demi pembangunan pertanian ke depan. Kepada keluarga besar Badaruddin Noor dan Asthohar Mastur, terima kasih atas do’a dan dukungannya. Dan tentu saja kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas pembiayaan program ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

Iwan Setiawan

Page 12: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lantung Sepukur Kabupaten Sumbawa pada tanggal 22 Oktober 1976 dari ayah Badaruddin Noor dan ibu Tenry. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Sumbawa Besar dan pada tahun yang sama lulus seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Mataram. Penulis memilih program studi Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten dosen pada beberapa mata kuliah praktikum.

Penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumbawa sejak Desember 2002. Sampai dengan saat ini ditempatkan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Program magister di program studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB sejak tahun 2008 ditempuh atas beasiswa pendidikan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Page 13: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7

2.1 Tinjauan Teoritis ............................................................ 7

2.1.1 Penetapan Komoditas Unggulan ........................ 7 2.1.2 Sistem Usaha Tani ............................................. 8 2.1.3 Permintaan dan Penawaran Komoditas .............. 10 2.1.4 Zona Agroekologi (ZAE) ...................................... 11 2.1.5 Perencanaan Wilayah ........................................ 13

2.2 Tinjauan Studi Terdahulu ............................................... 14

2.3 Tinjauan Kebijakan yang Terkait .................................... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 18

3.1 Kerangka Pemikiran ....................................................... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 21

3.3 Sumber Data dan Instrumen .......................................... 21

3.4 Metode Analisis Data ..................................................... 22

3.4.1 Location Quotient ............................................... 23 3.4.2 Analisis Tipologi Klassen .................................... 24 3.4.3 Proses Hirarki Analitik (PHA) .............................. 25 3.4.4 Analisis Spasial .................................................. 26 3.4.5 Proyeksi Konsumsi ............................................. 27 3.4.6 Analisis Deskriptif ............................................... 27

Page 14: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ........................... 28

4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah ..................................... 28

4.2 Topografi ........................................................................ 30

4.3 Keadaan Iklim dan Cuaca .............................................. 30

4.4 Geologi .......................................................................... 32

4.5 Jenis Tanah ................................................................... 33

4.6 Hidrologi ......................................................................... 34

4.7 Penggunaan Lahan ........................................................ 34

4.8 Prasarana Perhubungan ................................................ 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 37

5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Daerah .......................... 37

5.2 Prioritas Komoditas untuk Dikembangkan ...................... 42

5.3 Wilayah Pengembangan Komoditas .............................. 48

5.4 Arahan Strategis Pengembangan .................................. 54

5.4.1 Tingkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan ........... 55 5.4.2 Zona Agroekologi Potensial untuk Tanaman

Pangan ............................................................... 58 5.4.3 Rumusan Strategi ............................................... 62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 67

6.1 Kesimpulan .................................................................... 67

6.2 Saran ............................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output ........................... 22 2. Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan

daerah Kabupaten Sumbawa ...................................................... 24

3. Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008 ................................................................ 29

4. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2008 dirinci perbulan (mm) ....................................... 31

5. Rata-rata Karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 .................................................................................. 32

6. Keadaan luas lahan berdasarkan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 ................................................. 35

7. Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa

Tahun 2004-2007 ........................................................................ 38

8. Rata-rata produktivitas dan nilai ekonomi komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB tahun 2004-2007 ......................................................................... 39

9. Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen .................... 40

10. Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa .................................................................. 55

11. Indeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025) .................................................................................. 56

12. Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa .................................................................. 57

13. Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas

unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat (2025) .................................................... 58

Page 16: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB ADH konstan 2000

menurut kabupaten/kota 2004-2006 ................................................. 3

2. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Sumbawa menurut lapangan usaha ADH konstan 2000 tahun 2004-2006 ...................... 3

3. Aliran barang dan jasa dalam suatu sistem usaha tani sederhana .... 9 4. Kerangka pemikiran penelitian .......................................................... 20

5. Wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Sumbawa ................ 21

6. Hirarki penentuan prioritas komoditas unggulan ............................... 26

7. Jarak dari ibukota kabupaten ke kota kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa tahun 2008 ..................................................... 29

8. Keadaan topografi Kabupaten Sumbawa .......................................... 30

9. Skor masing-masing kriteria dalam penentuan prioritas komoditas unggulan daerah ............................................................... 44

10. Skor masing-masing alternatif dalam penentuan prioritas

komoditas unggulan daerah ............................................................... 46

11. Hirarki skor prioritas kriteria dan alternatif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa ........................... 47

12. Sebaran produksi jagung di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 ........ 49

13. Sebaran produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa 2008 ......... 50

14. Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 ....... 51

15. Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 .. 52

16. Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 ...... 53

17. Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa .......................... 59

18. Sebaran zona potensial pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa ............................................ 60

19. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan citra Landsat tahun 2006 .............................................. 61

20. Arahan wilayah pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa ....................................................................... 66

Page 17: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rata-rata produksi komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi

Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007

2. Rata-rata luas panen komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007

3. Rata-rata produktivitas komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan

Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007 4. Rata-rata nilai ekonomi komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan

Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007

5. Daftar identitas responden expert dalam analisis AHP

6. Sintesis detil prioritas pada level kriteria dan alternatif dalam analisis AHP

7. Proyeksi penduduk Nusa Tenggara Barat menurut kelompok umur tahun 2009-2025 (x1000)

8. Zona agroekologi dan zonasi alternatif pengembangan pertanian dan

kehutanan di Kabupaten Sumbawa 9. Luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi jagung di Kabupaten

Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

10. Luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

11. Luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi kedelai di Kabupaten

Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

12. Luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

13. Luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi ubi jalar di Kabupaten

Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

Page 18: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Timur Indonesia (KTI) dewasa ini terus mendapat prioritas

pengembangan dan pembangunan termasuk dalam sektor pertanian, karena

wilayah tersebut mempunyai cadangan sumber daya lahan yang cukup luas.

Prioritas pengembangan tersebut terkait dengan upaya mengejar ketertinggalan

kawasan timur terhadap kawasan barat Indonesia. Sejalan dengan

diterapkannya sistem otonomi daerah, setiap daerah berlomba-lomba untuk

dapat mengangkat potensi spesifik lokasi agar memiliki daya saing dengan

daerah lainnya. Otonomi daerah juga memberikan pengaruh terhadap

kompleksitas perencanaan dan pengendalian pembangunan sebagai akibat

dinamika kehidupan masyarakat.

Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Barat memiliki cadangan sumber daya lahan cukup luas. Data Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menyebutkan bahwa luas

lahan pertanian sekitar 2.880,33 km2 dari keseluruhan luas wilayah 6.643,98 km2.

Sampai dengan saat ini, sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa masih

berperan besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Data

BPS Sumbawa (2008) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 produk domestik

regional bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa masih disumbangkan sebesar 42,69

persen dari sektor pertanian. Peranan sektor ini ditunjang oleh subsektor

tanaman pangan yang menyumbang sebesar 26,68 persen. Untuk itu, sektor

pertanian perlu mendapat perhatian khusus dengan berbagai kebijakan

pembangunan yang didukung oleh ketersediaan informasi yang akurat tentang

potensi wilayah yang dimiliki.

Salah satu langkah inventarisasi potensi wilayah adalah dengan

menginventarisasi produk-produk (komoditas) potensial, andalan, dan unggulan

daerah. Komoditas unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah

menghasilkan komoditas, menciptakan nilai tambah, memanfaatkan sumber

daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, memiliki prospek untuk

meningkatkan produktivitas dan investasinya, serta mampu menangkal produk

sejenis di pasaran.

Page 19: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

2

Dalam mengembangkan komoditas-komoditas unggulan tersebut juga

perlu diketahui potensi dan karakteristik lahan. Lahan mempunyai kemampuan

beragam dari segi biofisik, ditentukan oleh karakter bentuk permukaan,

kemiringan, ketinggian tempat, serta sifat tanah seperti tekstur, struktur, tingkat

kemasaman, dan sifat kimia tanah lainnya. Produktivitas suatu komoditas sangat

ditentukan oleh karakteristik lahan tersebut sebagai tempat tumbuh dan

berkembang, dan setiap komoditas mempunyai persyaratan tumbuh yang

berbeda.

Syafruddin et al. (2004) mengemukakan bahwa untuk membangun sektor

pertanian yang kuat, berproduksi tinggi, efisien, berdaya saing tinggi, dan

berkelanjutan perlu dilakukan penataan sistem pertanian dan penetapan

komoditas unggulan di setiap wilayah pengembangan disertai kebijakan

pemerintah daerah yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang

arahan pengembangan komoditas unggulan sebagai masukan dalam

pengambilan kebijakan dan perencanaan pembangunan Kabupaten Sumbawa

ke depan.

1.2 Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi wilayah di Nusa Tenggara Barat terus mengalami

peningkatan. Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak serta merta

mengurangi ketimpangan pembangunan (disparitas) yang terjadi di dalam

wilayah tersebut. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat (2008) menyebutkan

bahwa pada tahun 2006, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa hanya

sebesar 4,68 persen dan berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan PDRB

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 4,93 persen. Hal ini mengindikasikan

bahwa Kabupaten Sumbawa masih kurang mampu bersaing dengan wilayah-

wilayah lain yang ada di Nusa Tenggara Barat. Wilayah yang paling dekat adalah

Kabupaten Sumbawa Barat yang merupakan kabupaten pemekaran dari

Kabupaten Sumbawa sejak tahun 2003, laju pertumbuhan PDRBnya mencapai

6,99 persen jauh di atas Kabupaten Sumbawa. Persentase laju pertumbuhan

PDRB masing-masing kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat tahun 2004

sampai dengan 2006 disajikan dalam Gambar 1.

Page 20: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

3

Gambar 1 Laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB ADH Konstan 2000 menurut kabupaten/kota 2004-2006.

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa sampai

dengan saat ini masih disumbang secara signifikan oleh sektor pertanian

(Gambar 2). BPS Kabupaten Sumbawa (2007) menyebutkan bahwa sampai

dengan tahun 2006, sektor pertanian masih menyumbang sebesar 43,51 persen

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Sektor pendukung PDRB selanjutnya

adalah perdagangan, hotel, dan restoran yang relatif menunjukkan peningkatan

setiap tahun, namun masih jauh di bawah sektor pertanian.

Gambar 2 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Sumbawa menurut lapangan usaha ADH Konstan 2000 tahun 2004-2006.

0

2

4

6

8

10

12

Pe

rse

n (

%)

2004

2005

2006

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2004 2005 2006

Pe

rse

n (

%)

Tahun

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, an Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel, dan RestoranPengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan

Page 21: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

4

Sektor pertanian yang masih berperan penting tersebut menjadi titik tolak

arah pembangunan Kabupaten Sumbawa. Hal ini dinyatakan dalam visi

pembangunan Kabupaten Sumbawa 2005-2025 yang terangkum dalam rencana

pembangunan jangka panjang (RPJP) yaitu Terwujudnya Kabupaten Sumbawa

sebagai Daerah Agribisnis Berdaya Saing Menuju Masyarakat Sejahtera. Daerah

agribisnis adalah daerah yang kegiatan utama masyarakat berbasis pada bisnis

sumberdaya pertanian (dalam arti luas) meliputi kegiatan budidaya, pascapanen,

proses pengolahan dan pemasaran. Daerah agribisnis yang dituju oleh

Kabupaten Sumbawa merupakan proses transformasi kehidupan masyarakat

dari proses produksi untuk pemenuhan kebutuhan sendiri (subsisten) ke arah

peningkatan produksi dan nilai tambah yang berorientasi pasar (market oriented).

Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau

efisiensi pada skala mikro perusahaan. Daya saing dalam konteks perekonomian

daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan

tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada

persaingan domestik dan internasional

Pencapaian visi tersebut memerlukan tahapan-tahapan pembangunan dan

skala prioritas yang menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka

menengah (RPJM). Pada tahap pertama (2006-2010), untuk menyiapkan

landasan bagi pembangunan daerah agribisnis yang berdaya saing diprioritaskan

pada ekplorasi, inventarisasi, dan identifikasi sumberdaya agribisnis yang dapat

diunggulkan serta penyiapan sarana prasarana budidaya dan pasca panen.

Identifikasi sumberdaya agribisnis yang dapat diunggulkan dapat dilakukan

dengan berbagai pendekatan. Salah satunya adalah permintaan pasar.

Permintaan pasar bukanlah sesuatu yang tetap tetapi lebih bersifat dinamis yang

dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk, preferensi masyarakat, dan

peningkatan pendapatan atau kesejahteraan. Sementara satuan lahan yang

sesuai untuk komoditas tersebut bisa dikatakan tetap atau bahkan semakin

menurun dengan perkembangan aktifitas perekonomian lainnya. Peningkatan

permintaan pasar seringkali menimbulkan konflik pemanfaatan lahan. Komoditas

tradable yang diusahakan di lahan tersebut belum tentu sesuai dengan

karakteristik lahan. Untuk itu inovasi-inovasi teknologi dan alternatif pengelolaan

perlu terus dikembangkan. Karena pertanian berkelanjutan akan terwujud apabila

sumberdaya lahan yang ada dipergunakan untuk sistem pertanian yang tepat

dengan cara pengelolaan yang sesuai.

Page 22: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

5

Pengusahaan komoditas dibatasi oleh karakteristik lahan, bahwa setiap

komoditas pertanian hanya akan mampu berproduksi optimal pada lahan yang

sesuai dengan persyaratan tumbuh (crop recuirement) sehingga hanya

memerlukan input yang relatif rendah untuk berproduksi. Lahan sebagai satuan

input dasar pengembangan sektor pertanian mempunyai kondisi cukup beragam

di masing-masing daerah, dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, terrain/topografi,

dan hidrologi. Keragaman kondisi ini sangat berpengaruh terhadap potensi lahan

dan jenis penggunaan lahan yang dapat dikembangkan atau diusahakan.

Karakteristik potensial suatu lahan untuk pengembangan komoditas dikenal

dengan zona agroekologi (ZAE) yaitu unit-unit lahan yang dibagi berdasarkan

kemiripan sifat tanah, iklim, dan terrain/topografi.

Dengan memperhatikan bahwa suatu wilayah mungkin hanya sesuai untuk

komoditas tertentu tetapi tidak untuk yang lain atau tidak selalu suatu komoditas

dapat diusahakan di setiap wilayah, maka diperlukan pewilayahan masing-

masing komoditas yang potensial untuk diusahakan. Perencanaan wilayah dalam

bentuk dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa

harus mempertimbangkan kondisi tersebut. Deliniasi kawasan kegiatan ekonomi

sektor pertanian dalam RTRW yang ada saat ini dipandang belum

mempertimbangkan kondisi biofisik dan agroklimat serta sosial ekonomi wilayah

yang bersangkutan.

Pengembangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa menuju daerah

agribisnis harus diutamakan pada komoditas-komoditas unggulan daerah yaitu

komoditas yang mampu memberikan hasil yang optimal dan nilai tambah yang

besar dengan tetap mempertahankan kemampuan lahan demi pencapaian

tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya.

Dan sektor pertanian tanaman pangan merupakan bagian penting yang tidak

dapat ditinggalkan dalam pembangunan terkait dengan hajat hidup manusia

yang tetap memerlukan pangan. Pangan adalah kebutuhan dasar manusia,

karena itu mengkonsumsi pangan merupakan suatu keharusan siapa pun dan

apa pun status seseorang. Bagi manusia makan dan minum adalah kebutuhan

yang harus dipenuhi. Manusia memang tidak hanya hidup dari pangan, namun

manusia tidak bisa selamanya hidup tanpa pangan, meskipun pada situasi dan

kondisi tertentu manusia bisa menahan lapar dan haus yang dialaminya.

Identifikasi sumberdaya agribisnis yang dapat diunggulkan memunculkan

beberapa permasalahan yang mendasari penelitian ini, berupa:

Page 23: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

6

1. Jenis komoditas apa saja yang dapat menjadi unggulan daerah Kabupaten

Sumbawa?

2. Komoditas manakah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan?

3. Wilayah mana saja yang dapat menjadi sentra pengembangan komoditas

tersebut?

4. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk pengembangan sektor

pertanian tanaman pangan dengan memanfaatkan komoditas unggulan

tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penelitian ini

dilakukan dengan tujuan:

1. Menentukan alternatif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa

sektor pertanian tanaman pangan.

2. Menentukan prioritas komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan.

3. Memetakan wilayah pengembangan komoditas unggulan daerah.

4. Merumuskan arahan strategis pengembangan komoditas unggulan daerah.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut maka hasil penelitian yang akan didapatkan,

diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan pembangunan daerah

Kabupaten Sumbawa sebagai rujukan dalam menentukan rencana program

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian tanaman

pangan, sedangkan bagi masyarakat/petani maupun investor dapat menjadi

rujukan komoditas apa yang layak untuk diusahakan.

Page 24: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Penetapan Komoditas Unggulan

Pengembangan suatu komoditas di daerah yang sesuai dengan kondisi

lahan dan berskala luas dapat meningkatkan efisiensi usaha tani, menjaga

kelestarian sumberdaya lahan dan meningkatkan aktivitas perdagangan antar

pulau dan daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Agar hal ini

dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan kawasan pengembangan dan

komoditas unggulan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi kondisi

biofisik dan sosial ekonomi petani.

Konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi

penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior

dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial

ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Pengertian tersebut lebih dekat dengan

pengertian locational advantages. Sedangkan dilihat dari sisi permintaan,

komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang

kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional. Dengan pengertian

tersebut maka komoditas unggulan bersifat dinamis baik dilihat dari sisi

penawaran karena adanya perubahan teknologi maupun dilihat dari sisi

permintaan karena adanya pergeseran permintaan konsumen (Syafa‟at dan

Priyatno 2000).

Dalam laporan akhir Kajian Peluang Perencanaan Investasi Pertanian

Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian bekerjasama dengan

SUCOFINDO melaporkan bahwa, berdasarkan hasil survey yang dilakukan

dengan melakukan diskusi dan konfirmasi dengan instansi terkait, diperoleh

beberapa faktor yang dijadikan dasar dalam penentuan komoditas unggulan

diantaranya adalah: (1) kesesuaian lahan, (2) historikal budaya masyarakat, (3)

ketersediaan lahan pengembangan, (4) keunggulan teknis yang dimiliki oleh

masing‐masing komoditas dimaksud, dan (5) belum adanya investor untuk

komoditas dimaksud. Selain faktor tersebut di atas penentuan komoditas

unggulan juga didasarkan pada kriteria:

Page 25: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

8

a. Kandungan lokal yang cukup menonjol dan inovatif

b. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran baik ciri, kualitas, harga yang

kompetitif, dan jangkauan pemasaran

c. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga

kerja setempat)

d. Mempunyai jaminan kandungan bahan baku lokal yang cukup banyak, stabil

dan berkelanjutan

e. Difokuskan pada komoditas yang mempunyai nilai tambah tinggi baik

kemasan maupun pengolahannya

f. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan

pendapatan dan kemampuan SDM, dan

g. Ramah lingkungan serta tidak merusak budaya setempat.

Siahaan (2003) dalam tesisnya mengemukakan bahwa kriteria yang

berpengaruh dalam penentuan produk unggulan adalah:

1. Harga, terdiri atas: a) harga bahan baku, b) harga mesin/investasi, c) harga

jual

2. Perspektif pasar, terdiri atas: a) distribusi pemasaran, b) persaingan, c) mutu

produk

3. Sifat bahan baku, terdiri atas: a) kontinuitas, b) dapat menjadi bahan dasar

bagi banyak produk, c) tingkat teknologi olahan yang diperlukan

2.1.2 Sistem Usaha Tani

Usaha tani tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan

ekologis dan geografis dalam zona agroekologi tercermin dalam budaya

setempat. Hal ini kemudian tercermin dalam pertanian setempat yang merupakan

hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan sumberdaya yang dimiliki.

Nilai-nilai masyarakat pedesaan, pengetahuan, keterampilan, teknologi, dan

institusi sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah dan terus

berkembang. Istilah „sistem pertanian‟ mengacu pada suatu susunan khusus dari

kegiatan usaha tani (misalnya budidaya tanaman, peternakan, pengolahan hasil

pertanian) yang dikelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis, dan

sosioekonomis serta sesuai dengan tujuan, kemampuan, dan sumberdaya yang

dimiliki petani (Shaner et al 1982 dalam Reijntjes et al. 2006).

Page 26: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

9

Sistem usaha tani merupakan sistem yang terbuka: berbagai input (unsur

hara, air, informasi, dan sebagainya) diterima dari luar, dan sebagian output

meninggalkan sistemnya, misalnya dijual. Model yang sangat sederhana

ditunjukkan pada Gambar 3, membantu menjelaskan konsep input dan output

(Reijntjes et al. 2006).

Konsep sistem agribisnis dewasa ini dimunculkan untuk mengubah

paradigma petani bahwa petani bukanlah hanya sebagai pekerja tani atau

pengusaha usahatani, tetapi harus dapat bertindak sebagai pengelola atau

“manajer perusahaan agribisnis,” yang berkedudukan setara dengan perusahaan

agribisnis lainnya yang berada di subsistem agribisnis hulu maupun di subsistem

agribisnis hilir. Petani seharusnya senantiasa berorientasi kepada kebutuhan

pasar, bersama-sama perusahaan agribisnis lainnya bersinergi untuk dapat

memenuhi kebutuhan konsumen. Kebersamaan dan saling ketergantungan antar

perusahaan agribisnis dalam menghasilkan produk yang berkualitas sesuai

permintaan pasar itulah disebut dengan “sistem agribisnis”. Makna secara harfiah

agribisnis adalah kegiatan bertani yang sudah dipandang sebagai sebuah

kegiatan bisnis, tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup

sendiri (Syahyuti 2006)

Sistem agribisnis terdiri dari lima subsistem, yaitu: 1) agribisnis hulu (up-

stream agribusiness) berupa ragam kegiatan industri dan perdagangan sarana

produksi pertanian, 2) pertanian primer atau disebut subsistem budidaya (on-

farm agribusiness), 3) agribisnis hilir (down-stream agribusiness) atau subsistem

Masyarakat/Pasar

Input luar Hasil (dijual/

ditukar)

Konsumsi Input rumah tangga dalam

Sumberdaya usaha tani

Gambar 3 Aliran barang dan jasa dalam suatu sistem usaha tani sederhana.

Kerugian Input alami

Batas sistem usaha tani

Page 27: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

10

pengolahan, adakalanya disebut dengan agroindustri, 4) subsistem perdagangan

atau tata niaga hasil, dan 5) subsistem jasa pendukung berupa kegiatan

penelitian, penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan,

serta kebijakan makro (Syahyuti 2006).

Premis dasar paradigma agribisnis adalah usaha pertanian haruslah

bersifat profit oriented. Dengan demikian, pasar berperan besar dalam

menentukan keberhasilan agribisnis. Berbicara tentang pasar, dalam era

globalisasi dan perdagangan bebas tentunya produk yang akan dipasarkan perlu

mempunyai daya saing tinggi, dan perlu mempunyai keunggulan kompetitif.

Sehubungan dengan hal tersebut, konsep keunggulan kompetitif merupakan

konsep yang menekankan pada kedinamikaan pelaku ekonomi dalam

menembus pasar melalui inovasi dan pengembangan proses kreativitas lainnya.

Melalui proses tersebut, hal-hal yang ketinggalan zaman harus segera diganti

dengan hal-hal baru yang lebih baik, lebih murah, lebih disukai dan lebih

bermanfaat (Siahaan 2003).

2.1.3 Permintaan dan Penawaran Komoditas

Permintaan (demand) merupakan keinginan dan kebutuhan pembeli atau

konsumen terhadap suatu produk dalam jumlah tertentu pada berbagai tingkat

selama periode tertentu. Secara spesifik, permintaan komoditas pertanian

merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang

dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli berdasarkan harga yang sudah

ditentukan oleh produsen. Hukum dasar permintaan mengindikasikan bahwa bila

harga suatu komoditas naik dan faktor lain tetap maka jumlah komoditas yang

diminta akan berkurang, begitu juga sebaliknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dapat

dirumuskan secara matematis dan sederhana sebagai berikut (Rahim dan

Hastuti 2008):

D = f (Px, Py, I, T, N, Q, EsP)

Dimana:

D : Permintaan akan komoditas (produk)

Px : Harga komoditas itu sendiri

Py : Harga komoditas lain (substitusi dan komplementer)

I : Pendapatan

T : Selera/kebiasaan

Page 28: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

11

N : Jumlah penduduk

Q : Kualitas komoditas

EsP : Perkiraan harga di masa mendatang

Penawaran dalam pertanian merupakan banyaknya komoditas pertanian

yang disediakan atau ditawarkan oleh berbagai produsen di suatu daerah.

Hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan atau sering disebut

hukum penawaran, menyebutkan bahwa makin tinggi harga suatu barang

semakin banyak pula jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh produsen.

Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang

yang ditawarkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dirumuskan secara

matematis sebagai berikut (Rahim dan Hastuti 2008):

S = f (Pi, Ppl, T, Nlp, Hpro)

dimana:

S : Penawaran akan komoditas pertanian

Pi : Harga input

Ppl : Harga komoditas lain

T : Teknologi

Nlp : Jumlah lembaga pemasaran

Hpro : Harapan produsen terhadap harga komoditas di masa datang

2.1.4 Zona Agroekologi (ZAE)

Zona Agroekologi (ZAE) merupakan salah satu cara dalam menata

penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan sifat

dan kondisi wilayah. Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan area

pertanaman dan komoditas potensial, berskala ekonomi, dan tertata dengan baik

agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Komponen utama dalam

penetapan ZAE adalah kondisi biofisik lahan (kelerengan, kedalaman tanah, dan

elevasi), iklim (curah hujan, kelembaban, dan suhu), dan persayaratan tumbuh

tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimum

(Syafruddin et al. 2004). Agroekologi didefinisikan sebagai penerapan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip ekologi dalam membentuk dan mengatur

agroekosistem yang berkelanjutan (Gliessman 2004). Secara spesifik dikatakan

bahwa agroekologi menggambarkan interaksi diantara tanaman, hewan,

manusia, dan lingkungan dalam suatu sistem pertanian (Dalgaard et al. 2003).

Page 29: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

12

Dengan demikian, dalam pengembangan pertanian diperlukan suatu

strategi yang didasarkan pada kemampuan lahan (carrying capacity) suatu

wilayah untuk mewujudkan pertumbuhan (growth), keseimbangan (equity), dan

berkelanjutan (sustainability). Fauzi (2006) menjelaskan bahwa pengukuran

carrying capacity didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki

kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan/aktifitas dan

pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang

sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan.

Kondisi tersebut mengharuskan adanya sistem pertanian berkelanjutan.

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan pengelolaan

sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil

mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan

sumberdaya alam (Reijntjes et al. 2006). Sistem pertanian berkelanjutan harus

mengatur atau meningkatkan produktivitas biologis dan ekonomis. Produktivitas

biologis dibutuhkan untuk pemenuhan konsumsi pangan individu dan masyarakat

di sekitarnya. Sedangkan produktivitas ekonomis dibutuhkan untuk peningkatan

pendapatan petani (Edwards et al. 1993).

Melalui pendekatan zona agroekologi, pemanfaatan potensi lahan dapat

diidentifikasi dengan cepat dan lebih tepat. Dengan dikelompokkannya variasi

lahan ke dalam satuan-satuan unit lahan berdasarkan keadaan lahan, hidrologi,

dan iklim, maka hasil inventarisasi sumberdaya lahan akan lebih mudah

dipahami oleh pengguna. Dengan demikian, informasi ZAE juga dapat digunakan

sebagai alat bantu untuk menilai sumberdaya lahan sebagai dasar untuk

perencanaan penggunaan lahan, perencanaan pengembangan pertanian atau

manajemen sumberdaya lahan lainnya.

Penyusunan keragaan zona agroekologi mengacu pada konsep sistem

pakar (Expert System), yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Prinsip metode didasarkan pada pendekatan pencocokan (matching)

antara karakteristik iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh

tanaman. Menurut sistem pakar pembagian zonasi agroekologi dibedakan

berdasarkan perbedaan rejim iklim dan relief (kisaran lereng). Rejim iklim yang

digunakan ialah rejim kelembaban dan suhu (Rumayar et al. 2005).

Page 30: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

13

2.1.5 Perencanaan Wilayah

Secara historis kegagalan program-program pembangunan dalam

mencapai tujuannya seringkali bukan semata-mata kegagalan dalam program

atau pelaksanaannya, tetapi ada sumbangan “kesalahan” karena

berkembangnya kepercayaan terhadap kebenaran teori-teori atau konsep-

konsep pembangunan yang melandasinya (Rustiadi et al. 2009). Dalam bahasa

sehari-hari biasa disebut dengan pergeseran paradigma atau lahirnya paradigma

baru. Biasanya perubahan paradigma ini dilakukan untuk menampilkan wajah

baru untuk menggantikan atau menghilangkan kesan negatif atas kekurangan

yang ada di masa lampau. Paradigma baru perencanaan wilayah adalah

pembangunan yang berkelanjutan (sustainability). Menurut Komisi Brundtland

(Fauzi 2006) menyatakan bahwa, pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses

pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping

sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Definisi

perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan

pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di

daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah

tersebut (Widodo 2006). Sedangkan perencanaan wilayah menurut Tarigan

(2008) adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan

perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan

faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat

dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta

menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.

Perencanaan pengembangan wilayah secara umum ditunjang oleh empat

pilar pokok (Rustiadi et al. 2009), yaitu: 1) Inventarisasi, klasifikasi, dan evaluasi

sumberdaya, 2) Aspek ekonomi, 3) Aspek kelembagaan (institusional), dan 4)

Aspek lokasi/spasial. Sumberdaya selalu memiliki sifat langka dan nilai guna

yang tidak merata. Sehingga pengalokasian sumberdaya harus dimanfaatkan

secara efisien dan efektif yang diatur secara kelembagaan dengan tetap

memperhatikan aspek tata ruang.

Page 31: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

14

Perencanaan yang mempertimbangkan kondisi spatial suatu daerah akan

mampu mengembangkan harmonisasi fungsi ruang secara berkelanjutan,

penataan ruang juga diharapkan dapat menjadi landasan koordinasi

pembangunan, yang mengedepankan kepentingan wilayah atau kawasan yang

lebih luas melalui pelaksanaan prinsip-prinsip sinergi pembangunan dan

pemanfaatan bersama (complementary benefit). Melalui sinergi antar wilayah,

antar sektor, dan antar pelaku, nantinya diharapkan dapat memberikan hasil-

hasil yang efektif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungannya

(Riyadi dan Bratakusumah 2004).

Kebijakan pembangunan selalu dihadapkan pada pilihan pendekatan

pembangunan yang terbaik. Secara teoritis strategi pengembangan wilayah baru

dapat digolongkan dalam dua kategori strategi yaitu demand side strategy dan

supply side strategy (Rustiadi et al. 2009). Demand side strategy diupayakan

melalui peningkatan barang-barang dan jasa-jasa dari masyarakat setempat

melalui kegiatan produksi lokal untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.

Sedangkan supply side strategy diupayakan melalui investasi modal untuk

kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi ke luar yang diproses dari

sumberdaya alam lokal yang akan menjadi daya tarik kegiatan lain untuk datang

ke wilayah tersebut.

Selanjutnya konsep pengembangan wilayah setidaknya didasarkan pada

prinsip: (1) berbasis pada sektor unggulan; (2) dilakukan atas dasar karakteristik

daerah; (3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai

keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang; (5) dilaksanakan sesuai dengan

prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi.

2.2 Tinjauan studi terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Nurwahidah (2004), selama kurun waktu

1997–2002 sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa masih memberikan

kontribusi paling besar terhadap PDRB. Analisis LQ menunjukkan sektor

pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

dan sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor basis di Kabupaten

Sumbawa. Sedangkan hasil analisis Klassen typology menunjukkan Kabupaten

Sumbawa termasuk daerah maju tapi tertekan.

Sebagai upaya pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa agar dapat

lebih maju, maka sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor basis

Page 32: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

15

tersebut perlu terus dikembangkan. Untuk itu, perlu ditetapkan komoditas

pertanian yang dapat menjadi unggulan untuk dikembangkan dalam berbagai

bentuk kebijakan program. Penetapan komoditas unggulan dapat dilakukan

dengan berbagai metode analisis.

Pendekatan secara biofisik dapat dilakukan dalam menetapkan komoditas

unggulan, yaitu pendekatan pedo-agroklimat atau zona agroekologi. Djaenuddin

et al. (2002) dalam penelitiannya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memberikan

arahan pewilayahan komoditas pertanian secara biofisik di Nusa Tenggara Barat

ke dalam komoditas unggulan utama yaitu: tembakau, jagung, kedelai, dan

pisang, serta komoditas unggulan pendukung/alternatif yaitu: padi sawah, padi

gogo, srikaya, sayuran dan umbi-umbian dataran tinggi, bawang merah, dan

bawang putih. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Suparto et al. (2006) di

Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa untuk mendukung prima tani. Komoditas

yang disarankan adalah kedelai, kacang hijau, padi gogo, dan jagung.

Secara nasional penentuan komoditas unggulan diaplikasi dengan metode

Location Quotient (LQ) seperti yang dikemukakan oleh Hendayana (2003).

Namun metode LQ memiliki beberapa keterbatasan seperti hambatan dalam

akurasi data yang dikumpulkan di lapangan dan kesulitan deliniasi wilayah kajian

sehingga hasil LQ terkadang aneh, misalnya suatu wilayah yang diduga memiliki

keunggulan di sektor nonpangan namun hasil LQ dapat menunjukkan

keunggulan sektor pangan. Variabel yang dipakai dalam penelitian tersebut

adalah luas areal panen yang dipandang dapat memenuhi kriteria unggul dari sisi

penawaran. Hasil analisis LQ tersebut menunjukkan bahwa komoditas unggulan

Nusa Tenggara Barat adalah padi sawah, kedele, kacang hijau, kacang tanah,

cabe, bawang merah, mangga, dan pisang.

Metode analisis yang lain adalah model Input – Output seperti yang

dilakukan oleh Syafa‟at dan Priyatno (2000). Metode ini lebih menekankan pada

penetapan komoditas unggulan dari sisi demand, hasil analisis disajikan dalam

matriks komoditas berdasarkan pengganda permintaan akhir terhadap nilai

tambah dan tenaga kerja di Sulawesi tahun 1995. Kuadran I dengan nilai tambah

tinggi dan tenaga kerja tinggi adalah komoditas padi dan jagung. Kuadran II

dengan nilai tambah tinggi dan tenaga kerja rendah adalah komoditas kentang,

kedele, ubi kayu, hortikultura dan pangan lainnya. Kuadran III dengan nilai

tambah rendah dan tenaga kerja tinggi adalah komoditas jeruk, bawang merah,

Page 33: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

16

bawang putih, dan umbi-umbian lainnya. Sedangkan kuadran IV dengan nilai

tambah rendah dan tenaga kerja rendah adalah komoditas perkebunan.

Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dalam

matriks komoditas yang disajikan ke dalam bentuk kuadran dengan

menggunakan analisis Tipologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen,

keunggulan dari sisi penawaran (supply) maupun sisi permintaan (demand)

dapat digabungkan secara simultan. Berbagai komoditas unggulan yang

dihasilkan dari analisis tersebut belum tentu sepenuhnya sesuai dengan

preferensi masyarakat. Sementara produktivitas komoditas tersebut juga

dipengaruhi oleh tingkat kesukaan atau preferensi berbagai pihak terkait.

Preferensi terkait dengan pengambilan keputusan atau skala prioritas dari

berbagai alternatif komoditas yang ada. Metode yang banyak dikembangkan saat

ini dalam pengambilan keputusan adalah the analythic hierarchy process (AHP).

Oddershede et al. (2007) menggunakan the analythic hierarchy process

untuk mendukung kebijakan pengembangan masyarakat pedesaan di Chile. Hal

ini dilakukan karena melihat bahwa ada inconsistency (ketidaktepatan) antara

apa yang diinginkan oleh masyarakat, program yang ditawarkan, dan tujuan yang

ada. AHP yang disusun dalam penelitian tersebut mengangkat tujuan umum

mengembangkan pembangunan daerah. Pada level 0 diletakkan sasaran umum

yaitu pembangunan daerah, pada level 1 berisikan sektor-sektor yang

berkontribusi dalam pembangunan daerah, pada level 2 terdiri dari aspek-aspek

yang berpengaruh nyata terhadap sektor-sektor tersebut, dan pada level 3 terdiri

dari alternatif-alternatif kegiatan pembangunan yang memungkinkan untuk

memacu pertumbuhan aspek-aspek pada level sebelumnya. Hasilnya

menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan prioritas dengan pendidikan

sebagai aspek yang paling mendukung sektor tersebut.

Berbagai contoh penggunaan AHP dalam sektor pertanian di negara

berkembang juga dikemukan oleh Alphonce (1997). Misalnya dalam

memutuskan bagian lahan yang akan dialokasikan untuk tanaman jagung, padi,

dan ketela. Kriteria yang berpengaruh adalah biaya produksi, resiko kerusakan,

kesukaan, dan ketersediaan di pasaran saat surplus. Berdasarkan studi dan

metode tersebut, maka penelitian ini mensintesa faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh dalam penentuan prioritas komoditas yang diusahakan.

Page 34: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

17

2.3 Tinjauan kebijakan yang terkait

Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pertanian Tanaman

Pangan sampai dengan akhir tahun 2008 masih tetap memprioritaskan

peningkatan produksi pertanian pada peningkatan/pemantapan produksi

padi/beras, palawija (kedele, jagung, kacang hijau, ubi kayu) dan pengembangan

hortikultura terutama tanaman sayuran dan buah-buahan. Kegiatan lain yang

menjadi skala prioritas adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang

meliputi pembangunan check dam, jaringan irigasi, dan jalan usaha tani serta

pengembangan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan lahan

pertanian (Diperta 2009).

Saat ini telah dikembangkan kawasan Agropolitan Alasutan di bagian barat

Kabupaten Sumbawa yang meliputi Kecamatan Alas Barat, Alas, Buer, utan, dan

Rhee. Agropolitan Alasutan merupakan kebijakan program Provinsi Nusa

Tenggara Barat dan pemerintah Kabupaten Sumbawa masih sebatas pendukung

program. Kawasan ini terdiri dari 15 subkawasan unggulan dengan komoditas

unggulan masing-masing seperti sapi, kelapa, rambutan, srikaya, pisang, anggur,

jambu mete, mangrove, dan ikan. Namun perkembangannya sampai dengan

saat ini belum menunjukkan kemajuan yang nyata.

Sementara itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke

depan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa melaksanakan

lima program utama (Diperta, 2009) yaitu: 1) Peningkatan kesejahteraan petani,

2) Peningkatan ketahanan pangan, 3) Peningkatan pemasaran hasil, 4)

Peningkatan penerapan teknologi pertanian, dan 5) peningkatan produksi

pertanian

Page 35: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Sasaran akhir pembangunan pertanian adalah meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani. Namun upaya meningkatkan pendapatan tersebut

menghadapi berbagai kendala baik secara teknis, alamiah, sumber daya,

maupun sosial budaya. Kendala-kendala tersebut dapat dibagi menjadi faktor

internal dan eksternal. Faktor internal dilihat dari sisi penawaran (supply) yaitu

faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa besar suatu komoditas mampu

dihasilkan dalam satuan wilayah. Faktor tersebut berupa agroklimat seperti iklim,

tanah, dan hidrologi serta kemampuan petani itu sendiri dalam mengelola usaha

taninya. Faktor ekternal dilihat dari sisi permintaan (demand) yaitu faktor-fakor

yang mempengaruhi jumlah yang diperlukan atau diapresiasi dalam kebutuhan

penduduk. Faktor tersebut dapat berupa adanya pasar dan stimulus kebijakan

dari pemerintah. Kedua faktor tersebut berperan dalam menentukan tingkat

keunggulan suatu komoditas. Faktor internal menentukan keunggulan komparatif

sedangkan keunggulan kompetitif ditentukan oleh faktor ekternal.

Penentuan komoditas unggulan biasanya dilalukan dengan menggunakan

analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasi

suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Analisis yang

lain adalah Tipologi Klassen. Analisis ini menggunakan matriks perbandingan

dari faktor yang berpengaruh. Keunggulan komparatif dapat dinyatakan dengan

keberlimpahan sumberdaya untuk mendukung produksi dalam satuan wilayah

yang dikenal dengan produktifitas. Sedangkan keunggulan kompetitif berupa

estimasi nilai ekonomi suatu komoditas yang diapresiasi secara teknis oleh

pasar. Keunggulan tersebut diperbandingkan dan diletakkan dalam empat

kuadran, setiap kuadran merupakan interaksi suatu komoditas di suatu daerah

(Kabupaten Sumbawa sebagai daerah penelitian) terhadap daerah acuan pasar

yang lebih tinggi (Provinsi Nusa Tenggara Barat).

Kendala-kendala dalam pengembangan komoditas unggulan menjadi

indikator atau kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas

komoditas apa yang harus diusahakan. Kriteria-kriteria tersebut berupa

kesesuaian lahan, peluang nilai tambah, permintaan pasar, kebutuhan modal,

maupun preferensi petani. Dengan menggunanakan proses hirarki analisis

Page 36: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

19

(PHA), berbagai kriteria tersebut diberikan pertimbangan tingkat prioritasnya

terhadap suatu tujuan yang diinginkan. Langkah yang dilakukan adalah

membangun hirarki pada beberapa level, yaitu:

Level 0 merupakan tujuan secara umum yaitu menentukan prioritas

komoditas unggulan.

Level 1 merupakan kriteria-kriteria yang mempengaruhi penentuan prioritas,

berupa lahan, nilai tambah, pasar, modal, dan preferensi.

Level 2 merupakan sekumpulan alternatif komoditas unggulan yang telah

ditetapkan melalui analisis tipologi Klassen.

Terkait dengan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia, maka tingkat

konsumsi di daerah acuan merupakan salah satu rujukan dalam pengusahaan

suatu komoditas. Tingkat konsumsi komoditas secara langsung digunakan

sebagai estimasi tingkat permintaan pasar. Dalam penelitian ini, permintaan

pasar di luar konsumsi langsung tidak diperhitungkan. Tingkat konsumsi

mengacu pada proyeksi kebutuhan pangan penduduk Nusa Tenggara Barat

pada tahun 2025 sebagai masa akhir rencana pembangunan jangka panjang

(RPJP). Untuk melihat kemampuan wilayah dalam memenuhi kebutuhan tersebut

maka tingkat konsumsi dibandingkan dengan kemampuan produksi saat ini.

Di sisi lain, produktivitas komoditas ditentukan oleh karakteristik yang

terdapat pada lahan. Karakteristik dalam satuan lahan homogen disusun sebagai

zona agroekologi (ZAE). Masing-masing zona menentukan bentuk pengelolaan

dan potensi kesesuaian bagi komoditas tertentu. Dalam satu zona bisa menjadi

potensial untuk beberapa komoditas sekaligus dan juga terdapat beberapa

komoditas yang cocok pada beberapa zona. Namun demikian, zona-zona

potensial tersebut dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya petani

dapat saja berubah pemanfaatannya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi eksisting

pola penggunaan lahan (land use) yang ada. Zona agroekologi dan

perkembangan land use tidak terikat dengan batas-batas wilayah administrasi.

Sementara berbagai program dan kebijakan pengembangan yang dijalankan

oleh pemerintah daerah menggunakan wilayah administrasi sebagai lokasi

pelaksanaannya. Implikasinya terhadap bentuk perencanaan adalah menyusun

wilayah-wilayah pengembangan dengan satuan dasar batas wilayah

administrasi.

Page 37: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

20

Berbagai implikasi dari analisis yang dilakukan dirangkum dalam arahan

strategis pengembangan. Program yang ditawarkan harus mampu mengatasi

berbagai kelemahan yang ada. Kebijakan-kebijakan yang sudah ada selama ini

seperti tertuang dalam rencana strategis (renstra) maupun rencana

pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) serta arahan tata ruang

dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dirujuk sebagai dasar arahan strategi.

Kerangka pemikiran secara ringkas mengenai arah alur penelitian yang

dilaksanakan disajikan dalam Gambar 4.

ZAE : Zona Agroekologi

LU : land use (penggunaan lahan)

PHA : proses hirarki analisis

Pembangunan Pertanian

“meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan”

Internal:

Agroklimat

SDM

Eksternal:

Pasar

Kebijakan

Keunggulan Komparatif:

Produktivitas

Keunggulan Kompetitif:

Pendapatan

Komoditas Unggulan:

Tipologi Klassen

Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian.

Prioritas Pengembangan:

PHA

Zona potensial:

ZAE, LU

Tingkat konsumsi:

NTB 2025

Kebutuhan lahan untuk berproduksi

Wilayah Pengembangan

Kriteria yang mempengaruhi

Page 38: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa

Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi 24 Kecamatan (Gambar 5), pada bulan

Juli sampai dengan September 2009.

Gambar 5 Wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Sumbawa.

3.3 Sumber Data dan Instrumen

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan informasi

sekunder yang telah ada di berbagai instansi sumber baik di tingkat daerah

maupun tingkat nasional. Peta Zona Agroekologi skala 1:250.000 diperoleh dari

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

(BBSDLP) Bogor, Peta Administrasi dan Peta Penggunaan Lahan dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa.

Sedangkan data-data tabular sosial ekonomi diperoleh dari Bappeda, BPS, dan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sedangkan data primer berupa kondisi

lapangan dikumpulkan dengan metode survei langsung di lapang.

Responden (expert) dalam penentuan prioritas dipilih secara purposive

sampling dengan pertimbangan expert yang dipilih merupakan pihak yang cukup

berperan penting dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa.

Page 39: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

22

Expert yang dimaksud berjumlah dua puluh lima responden yang terdiri atas

Kepala dan Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kepala Kantor

Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Kepala Bidang PPS dan Kepala

Bidang Ekonomi Badan Perencaanaan Pembangunan, satu orang pimpinan

DPRD, satu orang pengusaha, dan delapan belas orang petani dari tujuh belas

kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan.

Instrumen pendukung dalam penelitian berupa seperangkat komputer

dengan software ArcGIS ver. 9.3, Expert Choice 2000, Microsoft Word, dan

Microsoft Excel, serta daftar pertanyaan (kuesioner).

3.4 Metode Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh baik melalui studi primer maupun sekunder

selanjutnya dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan kriteria data

yang diperlukan seperti tertuang dalam Tabel 1.

Tabel 1 Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output

No. Tujuan

Penelitian Metode Analisis

Data yang diperlukan

Sumber Data Output

1. Menentukan komoditas unggulan daerah

LQ

Tipologi Klassen

Produktivitas, produksi, dan harga komoditas pertanian

Sumbawa dan NTB dalam angka

Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa

Alternatif komoditas unggulan daerah

2. Menentukan prioritas komoditas unggulan

AHP Persepsi Wawancara Prioritas komoditas unggulan daerah

3. Memetakan wilayah pengembangan

Spasial tematik

Produksi saat ini, preferensi dalam AHP

Dinas Pertanian Kab. Sumbawa, wawancara

Wilayah pengembangan komoditas unggulan

4. Merumuskan arahan strategis pengembangan

Proyeksi konsumsi

Analisis spasial

Deskriptif

Konsumsi perkapita, jumlah penduduk

Keragaan biofisik wilayah

Kondisi lapangan

SUSENAS 2007

Peta ZAE, Peta Administrasi, land use

RPJP/RPJM, Renstra

Arahan strategis pengembangan

Page 40: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

23

Berbagai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen, proses hirarki analitik (PHA),

analisis spasial, dan analisis deskriptif.

3.4.1 Location Quotient

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk melihat indikasi komoditas

basis di Kabupaten Sumbawa. Rumayar et al. (2005) menyatakan bahwa LQ

digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas merupakan komoditas

basis atau nonbasis atau suatu komoditas mempunyai keunggulan komparatif

atau tidak. Untuk komoditas berbasis lahan perhitungan LQ didasarkan pada

areal tanam/panen, produksi, atau produktivitas (Hendayana 2003). Dalam

penelitian ini LQ dihitung berbasis produksi masing-masing komoditas dengan

formula:

𝐿𝑄 =𝑋𝑖𝑗 /𝑋𝑖 .

𝑋.𝑗 /𝑋..

Dimana:

𝑋𝑖𝑗 = produksi komoditas j di Kabupaten Sumbawa

𝑋𝑖 . = total produksi komoditas yang diuji di Kabupaten Sumbawa

𝑋.𝑗 = produksi komoditas j di NTB

𝑋.. = total produksi komoditas yang diuji di NTB

Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama

dengan satu sampai lebih besar dari angka satu (1 ≤ LQ > 1). Besaran nilai LQ

menunjukkan besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi komoditas tersebut di

wilayah Kabupaten Sumbawa terhadap wilayah referensi/acuan Nusa Tenggara

Barat. Interpretasi nilai LQ adalah:

LQ > 1; Indikasi komoditas tersebut menjadi basis karena produksinya

terkonsentrasi secara relatif di Kabupaten Sumbawa.

LQ = 1; Indikasi komoditas tersebut secara relatif sama atau peluang

usahanya menyebar secara merata di seluruh wilayah NTB.

LQ < 1; Indikasi komoditas tersebut di Kabupaten Sumbawa masih relatif

lebih kecil dari pengusahaan rata-rata NTB.

Page 41: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

24

3.4.2 Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditas prioritas atau

unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan

pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang

menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor,

usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih

tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan

posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi

pembentuk variabel regional suatu daerah (Widodo 2006).

Indikator atau kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

ekonomi yang diapresiasi dengan harga komoditas di pasar (keunggulan

kompetitif) dan produktivitas masing-masing komoditas (keunggulan komparatif)

baik di tingkat Kabupaten Sumbawa maupun Nusa Tenggara Barat. Matriks

klasifikasi kriteria dalam Tipologi Klassen disajikan ke dalam empat klasifikasi

(Syafa’at dan Priyatno 2000). Empat klasifikasi tipologi Klassen tersebut disajikan

dalam Tabel 2.

Tabel 2 Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa

Nilai Ekonomi

Produktivitas

Psbw ≥ Pntb Psbw < Pntb

Wsbw ≥ Wntb Komoditas

Unggulan Komoditas

Berkembang

Wsbw < Wntb Komoditas Potensial

Komoditas Inferior

dimana:

Psbw = estimasi nilai ekonomi komoditas i di Kabupaten Sumbawa

Pntb = estimasi nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB

Wsbw = produktivitas komoditas i di Kabupaten Sumbawa

Wntb = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB

Page 42: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

25

Klasifikasi dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa kuadran I merupakan

komoditas unggulan dengan indikator estimasi nilai ekonomi dan produktivitas

yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah acuan NTB. Kuadran II sebagai

komoditas berkembang (spesifik lokasi) dengan indikator estimasi nilai ekonomi

lebih rendah tapi produktivitasnya lebih tinggi. Kuadran III sebagai komoditas

potensial dengan indikator estimasi nilai ekonomi lebih tinggi tetapi

produktivitasnya lebih rendah. Sedangkan kuadran IV merupakan komoditas

inferior dengan indikator estimasi nilai ekonomi dan produktifivas yang lebih

rendah dibandingkan dengan daerah acuan NTB.

3.4.3 Proses Hirarki Analitik (PHA)

Skala prioritas dari berbagai komoditas unggulan perlu ditentukan untuk

memudahkan pengambilan kebijakan berdasarkan preferensi berbagai pihak.

Kriteria-kriteria yang berpengaruh disintesis dalam hirarki. Analisis yang

dipergunakan adalah proses hirarki analitik (PHA) atau yang biasa dikenal

dengan the analytic hierarchy process (AHP). Menurut Firdaus dan Farid (2008),

AHP digunakan pada kondisi dimana terdapat proses pengambilan keputusan

secara kompleks yang melibatkan berbagai kriteria, seperti prioritas diantara

beberapa alternatif kebijakan dan sasaran. Prasyarat yang harus diperhatikan

dalam penggunaan analisis ini adalah pihak yang akan memberikan penilaian

terhadap tingkat kepentingan faktor yang dianalisis harus yang benar-benar

memahami situasi yang sedang ditelaah.

Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu masalah kompleks yang

tidak terukur menjadi bagian-bagian, serta menata dalam suatu hierarki. Tingkat

kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel

lain untuk kemudian ditetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan

berperan untuk memperngaruhi hasil pada sistem tersebut. Menurut Saaty

(1993), ada tiga prinsip dasar proses hirarki analitik yaitu:

1. Menyusun hirarki dengan mengurai berbagai persoalan menjadi unsur-unsur

yang terpisah.

2. Penetapan prioritas dengan memberikan bobot pada kriteria-kriteria secara

relatif terhadap kriteria lainnya.

3. Konsistensi logis, yaitu menjamin pengelompokan kriteria ke dalam hirarki

yang logis.

Page 43: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

26

Hierarki dalam penentuan prioritas komoditas unggulan Kabupaten

Sumbawa disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 6 Hirarki penentuan prioritas komoditas unggulan.

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi suatu komoditas lebih penting untuk

diusahakan dibandingkan dengan komoditas lain adalah:

Lahan: tingkat kesesuaian yang optimal

Nilai tambah: banyaknya peluang memberikan manfaat lainnya

Pasar: tingginya peluang permintaaan pasar yang ada

Modal: relatif kecil diperlukan untuk berproduksi

Preferensi: lebih disenangi untuk diusahakan

Sedangkan berbagai alternatif komoditas didapatkan dari hasil analisis

tipologi Klassen yang masuk ke dalam kategori di kuadran I. Expert yang telah

ditentukan secara purposive memberikan pertimbangan (judgment) seberapa

penting satu kriteria atau satu alternatif terhadap lainnya dalam perbandingan

berpasangan (pairwise comparison) melalui kuesioner yang diajukan.

3.4.4 Analisis spasial

Tingkat produksi masing-masing komoditas pada saat ini menjadi acuan

untuk mengetahui sebaran wilayah pengembangan. Dengan menggunakan

perangkat sistem informasi geografis, wilayah pengembangan dideliniasi

mengikuti batas wilayah administrasi kecamatan dan disajikan secara tematik.

Menentukan Prioritas Komoditas Unggulan

Lahan Nilai

Tambah Pasar Modal Preferensi

Kriteria

Alternatif

Tujuan

Komoditas A

Komoditas B

Komoditas C

Komoditas D

Komoditas E

Page 44: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

27

Wilayah-wilayah tersebut terlebih dahulu dilihat tingkat kesesuaiannya

untuk pengembangan komoditas dalam peta zona agroekologi (ZAE) yang di-

overlay dengan peta administrasi Kabupaten Sumbawa. Hasil overlay juga

dipadukan dengan kondisi eksisting penggunaan lahan (land use) berdasarkan

citra landsat. Dengan melakukan extract akan didapatkan wilayah-wilayah mana

yang cocok untuk pengembangan komoditas unggulan tersebut sesuai potensi

sumberdaya.

3.4.5 Proyeksi Konsumsi

Proyeksi konsumsi dihitung untuk mengestimasi tingkat permintaan pasar.

Tingkat konsumsi komoditas perkapita dari data SUSENAS 2007 dikalikan

dengan proyeksi jumlah penduduk NTB tahun 2025 yang telah dianalisis oleh

BPS. Proyeksi kebutuhan konsumsi tersebut dibandingkan dengan kemampuan

produksi yang ada saat ini juga terhadap kebutuhan areal lahan untuk

berproduksi berdasarkan produktivitas. Kekurangan ataupun kelebihan produksi

akan berimplikasi terhadap wilayah pengembangan komoditas yang

direkomendasikan.

3.4.6 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan, menguraikan,

menggambarkan, menganalisis, mensintesis, dan menjabarkan fenomena-

fenomena yang diperoleh dari hasil analisis sebelumnya, sehingga dapat

diperoleh pemahaman yang lebih objektif terhadap keadaan yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif merupakan penjabaran dari berbagai

kondisi lapangan dikaitkan dengan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya.

Implikasi dari penentuan prioritas, wilayah pengembangan, maupun

berbagai kendala lapangan dideskripsikan untuk merumuskan strategi yang

dapat diterapkan sebagai upaya pengembangan sektor pertanian. Berbagai

program dalam RPJP/RPJM maupun rencana strategis daerah sektor pertanian

juga menjadi rujukan dalam penyusunan strategi tersebut.

Page 45: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota

yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten

Sumbawa terletak di antara 116°42’-118°22’ Bujur Timur dan 8°8’-9°7’ Lintang

Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores

Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dompu

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat

Posisi ini merupakan lintas perdagangan yang menghubungkan antara pusat

perdagangan Surabaya dan Makassar maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur

serta merupakan lintas pariwisata yaitu Provinsi Bali, Pulau Lombok, Taman

Nasional Komodo, dan Tanah Toraja Sulawesi Selatan.

Secara administratif daerah Kabupaten Sumbawa terbagi dalam dua puluh

empat kecamatan yaitu Kecamatan Tarano, Labangka, Empang, Lunyuk,

Plampang, Maronge, Moyo Hilir, Moyo Utara, Moyo Hulu, Batu Lanteh,

Sumbawa, Unter Iwis, Labuhan Badas, Rhee, Utan, Buer, Alas, Alas Barat,

Orong Telu, Lape, Lopok, Ropang, Lenangguar, dan Lantung dengan ibukota

kabupaten adalah Kota Sumbawa Besar. Luas wilayah secara keseluruhan

sekitar 6.643,98 km2.

Tinjauan geografis kedekatan jangkauan pelayanan pemerintahan pada

setiap tingkat administrasi pemerintahan dapat diukur dengan indikator tingkat

aksesibilitas atau jarak jangkauan antar wilayah administrasi. Secara rata-rata

jarak jangkauan ibukota kecamatan terhadap pusat pelayanan pemerintahan di

ibukota Kabupaten Sumbawa adalah 45,46 km dengan jarak terjauh dari ibukota

kabupaten adalah 103 km (kecamatan Tarano).

Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan berdasarkan data

tahun 2008 disajikan dalam Tabel 3. Sedangkan jarak jangkauan ibukota

kecamatan terhadap ibukota kabupaten disajikan dalam Gambar 7.

Page 46: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

29

Tabel 3 Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Proporsi (%)

1 Lunyuk 513,74 7,73 2 Orong Telu 465,97 7,01 3 Alas 123,04 2,64 4 Alas Barat 168,88 1,16 5 Buer 137,01 2,66 6 Utan 155,42 2,80 7 Rhee 230,82 3,01 8 Batulanteh 391,40 5,89 9 Sumbawa 44,83 0,66 10 Labuhan Badas 435,89 6,69 11 Unter Iwes 82,38 1,13 12 Moyo Hilir 186,79 2,81 13 Moyo Utara 90,80 1,37 14 Moyo Hulu 311,98 4,70 15 Ropang 444,48 6,69 16 Lenangguar 504,32 7,59 17 Lantung 167,45 2,52 18 Lape 204,43 3,07 19 Lopok 155,59 2,34 20 Plampang 418,69 7,11 21 Labangka 243,08 2,52 22 Maronge 274,75 4,46 23 Empang 558,55 8,41 24 Tarano 333,71 5,02

Total 6.643,98 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa, 2009

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa, 2009

Gambar 7 Jarak dari ibukota kabupaten ke kota kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa Tahun 2008.

0

20

40

60

80

100

120

Sum

baw

a

Un

ter

Iwes

Mo

yo U

tara

Mo

yoh

ilir

Lab

uh

an B

adas

Bat

ula

nte

h

Mo

yo H

ulu

Lop

ok

Lap

e

Rh

ee

Lan

tun

g

Len

angg

uar

Mar

on

ge

Uta

n

Ro

pan

g

Oro

ng

Telu

Pla

mp

ang

Bu

er

Ala

s

Lab

angk

a

Ala

s B

arat

Lun

yuk

Emp

ang

Tara

no

Jara

k (k

m)

Page 47: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

30

4.2 Topografi

Sumber: Citra SRTM, 2009

Gambar 8 Keadaan topografi Kabupaten Sumbawa.

Menurut karakteristik topografinya (Gambar 8), Kabupaten Sumbawa

merupakan daerah dengan permukaan tanah tidak rata atau cenderung berbukit-

bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 1.730 meter di atas permukaan

air laut, sebagian besar diantaranya berada pada ketinggian di atas 100 meter.

Sementara itu ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa

berkisar antara 10 meter sampai 650 meter di atas permukaan air laut. Ibukota

Kecamatan Batulanteh (Semongkat) merupakan ibukota kecamatan yang

tertinggi sedangkan Sumbawa Besar merupakan yang terrendah.

4.3 Keadaan Iklim dan Cuaca

Karakteristik iklim Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oleh musim hujan dan

musim tropis. Hujan merupakan faktor yang paling menentukan keadaan iklim di

daerah survei. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, Kabupaten Sumbawa termasuk

beriklim tipe D3 dengan panjang bulan basah (curah hujan >200 mm) selama 3

bulan dan panjang bulan kering (curah hujan <100mm) selama 6 bulan.

Page 48: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

31

Tabel 4 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004–2008 dirinci perbulan (mm)

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata

Januari 106,80 90,40 166,80 43,30 288,20 139,10

Pebruari 91,70 271,10 630,40 179,80 293,20 293,24

Maret 124,20 226,90 210,40 443,20 113,00 223,54

April 1,50 219,20 190,60 102,10 111,70 125,02

Mei 93,80 0,00 54,00 8,90 5,10 32,36

Juni 0,60 45,10 0,00 14,50 7,90 13,62

Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 0,22

Agustus 0,00 12,00 0,00 0,10 0,00 2,42

September 0,00 4,30 0,00 0,00 0,60 0,98

Oktober 9,00 85,70 0,00 1,50 86,20 36,48

November 144,70 110,30 12,90 151,20 106,40 105,10

Desember 248,30 202,80 336,50 230,60 182,10 240,06

Jumlah 820,60 1267,80 1.601,60 1.175,20 1.195,50 1.212,14

Sumber: BMKG Sumbawa dalam BPS Kabupaten Sumbawa, 2005 - 2009

Tabel 4 menunjukkan bahwa bulan Pebruari, Maret, dan Desember

merupakan bulan basah. Sedangkan bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September,

dan Oktober merupakan bulan kering. Bulan Januari, April, dan November

dikatakan sebagai bulan lembab. Data diambil pasca pemekaran wilayah dengan

Kabupaten Sumbawa Barat.

Pada tahun 2008 temperatur rata-rata adalah 26,9oC dengan temperatur

maksimum mencapai 35,5oC yang terjadi pada bulan Oktober dan temperatur

minimum 20,4oC yang terjadi pada bulan Juli. Tekanan udara maksimum 1.010,7

mb, dan tekanan udara minimum 1.006,4 mb. Arah mata angin terbanyak adalah

SE (tenggara) dengan kecepatan tertinggi sebesar 21 knots yang terjadi pada

bulan Februari. Tabel 5 menunjukkan rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten

Sumbawa selama tahun 2008.

Page 49: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

32

Tabel 5 Rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008

Bulan Kec. Angin rata-rata (Knots)

Rata-rata Suhu Udara

(oC)

Rata-rata Kelembaban

Udara (%)

Modus Arah Angin

Januari 5,0 26,7 84 NW

Februari 7,0 26,1 88 NW

Maret 5,0 26,5 85 SE

April 4,0 26,9 80 SE

Mei 5,0 26,8 71 SE

Juni 5,0 26,5 71 SE

Juli 6,0 25,7 67 SE

Agustus 6,0 26,7 66 SE

September 6,0 27,8 66 SE

Oktober 6,0 28,8 70 SE

Nopember 5,0 27,5 82 SE

Desember 4,0 26,7 83 SE

Jumlah 5,0 26,9 76 SE

2007 5,0 27,0 76 SE

2006 5,0 26,8 76 SE

2005 5,0 27,1 77 E

2004 6,0 27,0 77 SE

Sumber: BMKG Sumbawa dalam BPS Kabupaten Sumbawa, 2009

4.4 Geologi

Berdasarkan peta geologi tinjau Pulau Sumbawa skala 1:250.000

(Direktorat Geologi, 1975) Kabupaten Sumbawa termasuk formasi tersier dan

kuarter. Formasi tersier merupakan batuan hasil gunung api dan batuan

endapan. Terdiri dari breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tufa berpasir,

tufa batuapung, dan batupasir bertufa, di beberapa tempat mengandung lahar,

lava, andesit dan basal, lempung bertufa yang terdiri dari lapisan-lapisan pasir

dan kerikil. Formasi ini menempati wilayah perbukitan serta dataran angkatan.

Formasi kuarter merupakan endapan permukaan (bahan aluvium) yang

terdiri dari kerikil, pasir, lempung (loam) dan pasir pantai, terutama bersusunan

andesit. Penyebaran formasi ini terutama di dataran estuarian dan di sepanjang

pantai. Juga ditemukan batu koral yang terangkat bersusunan batugamping yang

Page 50: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

33

tediri dari terumbu koral dan pecahan batugamping koral, di beberapa tempat

mengandung kepingan batuan hasil gunung api. Penyebaran formasi in terutama

di sepanjang pantai.

Formasi batuan terobosan juga cukup banyak yang disusun oleh andesit,

basal, dasit, dan batuan yang tidak dapat dibedakan. Dasit dan andesit pada

umumnya mengandung pirit. Batuan ini dijumpai pada daerah Kabupaten

Sumbawa bagian tengah dan timur menempati areal yang tidak begitu luas di

wilayah perbukitan Kecamatan Lape Lopok.

Formasi-formasi tersebut pada umumnya tertutupi oleh abu/pasir vulkanik

hasil letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Tebal lapisan bervariasi dari 10

cm pada daerah pegunungan/perbukitan, sampai lebih dari 100 cm pada daerah

dataran atau cekungan.

4.5 Jenis Tanah

Jenis tanah utama di Kabupaten Sumbawa yang banyak ditemukan adalah

entisol sekitar 38,7 persen, entisol lithic subgroup sekitar 7,5 persen, alfisol

sekitar 6,8 persen, inceptisol sekitar 3,4 persen, ultisol sekitar 12,3 persen,

vertisol sekitar 9,8 persen, dan komplek entisol/asosiasi sekitar 23,2 persen.

Tanah-tanah tersebut lebih banyak terbentuk dari bahan alluvium.

Dari 664.398 ha luas daratan Kabupaten Sumbawa, komplek entisol lithic

subgroup, alfisol/inceptisol mendominasi sebaran tanah dengan luas areal

mencapai 457.478 ha atau sekitar 68,8 persen. Tersebar dari bagian selatan

Kabupaten Sumbawa dari timur hingga barat. Inceptisol tersebar di Kecamatan

Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape. Asosiasi entisol dan ultisol dijumpai di daerah

dengan curah hujan tinggi dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan

fisiogerapi berbukit hingga bergunung yakni di wilayah Kecamatan Batu Lanteh,

Ropang, Moyo Hulu, menenpati areal sekitar 34.564 ha atau 5,2 persen.

Penyebaran jenis tanah entisol dan alfisol dijumpai di daerah daratan/lembah

dan dipinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan untuk persawahan,

pertambakan, dan juga masih merupakan rawa.

Tiap jenis tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri yang akan

menentukan kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan

peruntukannya. Tanah entisol dan inceptisol yang banyak terdapat di Kabupaten

Sumbawa dapat diperuntukkan bagi lahan pertanian tanaman pangan karena

memiliki karakteristik drainase baik sampai terhambat dengan tekstur tanah

Page 51: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

34

umumnya agak halus dan kapasitas tukar kaiton (KTK) bervariasi dari rendah

sampai tinggi. Tanah-tanah ini merupakan tanah muda yang belum berkembang

lebih lanjut sehingga cukup subur untuk pertumbuhan tanaman.

4.6 Hidrologi

Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat

ditentukan oleh tersedianya air disamping keadaan tofografi dan tanahnya.

Sumber air pokok adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk

daerah curah hujan yang relatif kecil dan tidak merata sepanjang tahun.

Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyai area yang sempit dan lereng

yang curam. Sungai yang cukup lebar adalah Sungai Brang Beh yang mengalir

ke selatan Kecamatan Lunyuk, Sungai Brang Utan di Kecamatan Utan, serta

Sungai Brang Moyo di Kecamatan Moyo Hilir. Aliran sungai sangat dipengaruhi

oleh besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat

menjadi besar, tapi begitu hujan selesai aliran sungai dengan cepat menjadi

turun bahkan menjadi kering. Artinya bahwa aliran sungai tidak selalu mengalir

sepanjang tahun.

Air tanah di Kabupaten Sumbawa telah digunakan meskipun secara

sederhana, terutama untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan sumur

gali di daerah-daerah dataran alluvial disepanjang pantai utara.

4.7 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan erat kaitannya dengan perkembangan dan dinamika

penduduk. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat memperkuat desakan

terhadap pemanfaatan lahan. Sehingga yang dilakukan adalah pengendalian

pola penggunaan lahan secara konsisten dalam rangka penciptaan keserasian

penggunaan tanah dengan lingkungan sesuai dengan fungsi kawasan yang

direncanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah.

Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam beberapa

kategori tipologi penggunaan meliputi: 1) Lahan sawah seluas 46.873 Ha, 2)

Lahan bukan sawah (pekarangan, tegalan/kebun, ladang/huma, padang rumput,

sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, lain-lain) seluas 241.160 Ha, 3) Lahan

bukan pertanian (rumah/bangunan, hutan negara, rawa-rawa, lainnya) seluas

376.365 Ha seperti ditunjukkan pada Tabel 6.

Page 52: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

35

Tabel 6 Keadaan luas lahan berdasarkan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa tahun 2008

No. Penggunaan Lahan

Realisasi Dalam Satu Tahun (ha)

Jumlah Ditanami Padi Tidak

ditana-mi Padi

Semen-tara Tidak

Di-usahakan

Tiga kali

Dua Kali

Satu Kali

1 2 3 4 5 6 7 8

1 LAHAN PERTANIAN

1.1 Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis 250 8.332 9.401 7 - 17.990

b. Irigasi Setengah

Teknis 1.059 4.845 5.529 - - 11.433

c. Irigasi

Sederhana 228 999 2.724 3 - 3.954

d. Irigasi

Desa/Non-PU - 2.003 3.736 44 - 5.783

e. Tadah Hujan - 7 7.706 - - 7.713

f. Pasang Surut - - - - - -

g. Lebak - - - - - -

h. Lainnya (Polder,

rembesan, dll) - - - - - -

Jumlah Lahan Sawah 1.537 16.186 29.096 54 - 46.873

1.2 Lahan Bukan Sawah

a. Tegal / Kebun 59.000

b. Ladang / Huma 9.883

c. Perkebunan 27.849

d. Ditanami Pohon / Hutan Rakyat 91.336

e. Tambak 2.981

f. Kolam/Tebat/Empang 242

g. Padang Pengembalaan / Rumput 3.773

h. Sementara Tidak Diusahakan 25.937

i. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll) 20.159

Jumlah Lahan Bukan Sawah 241.160

2 LAHAN BUKAN PERTANIAN

a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 6.148

b. Hutan Negara 278.154

c. Rawa-rawa (Tidak Ditanami) -

d. Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll) 92.063

Jumlah Lahan Bukan Pertanian 376.365

Total (Luas Wilayah Kecamatan) = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian

664.398

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa, 2009

Page 53: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

36

4.8 Prasarana Perhubungan

Jaringan jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan

perekonomian dalam meningkatkan usaha pembangunan guna memudahkan

mobilisasi penduduk dan memperlancar perdagangan antar wilayah. Kondisi

Jalan dari ibukota kabupaten ke kecamatan kondisinya cukup baik. Dan untuk

memperlancar aksesibilitas produksi dan pemasaran, pemerintah terus

meningkatkan pembangunan jalan usaha tani terutama di daerah-daerah sentra

produksi pertanian.

Perhubungan laut juga berperanan penting dalam perekonomian

Kabupaten Sumbawa. Ada dua pelabuhan laut yang penting yakni Pelabuhan

Badas di Kecamatan Labuhan Badas sekitar 10 km dari Sumbawa Besar dan

Pelabuhan Poto Tano di Kecamatan Seteluk sekarang berada diwilayah

Kabupaten Sumbawa Barat 79 km dari Sumbawa Besar. Melalui kedua

pelabuhan ini, kegiatan ekspor impor serta lalu lintas penyeberangan orang

menjadi mudah. Sedangkan perhubungan udara, saat ini hanya ada satu kali

penerbangan setiap hari ke ibukota provinsi melalui Bandara Brang Biji di Kota

Sumbawa Besar dengan jenis pesawat Foker F-27.

Page 54: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Daerah

Penentuan atau identifikasi alternatif komoditas unggulan Kabupaten

Sumbawa menjadi sangat penting, karena komoditas unggulan diharapkan

menjadi komoditas penggerak utama (prime mover) perekonomian di Kabupaten

Sumbawa. Widodo (2006) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi akan

lebih optimal apabila didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative

advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Pengertian

unggul di sini didasarkan dalam bentuk perbandingan dengan wilayah yang lebih

tinggi. Keunggulan komparatif suatu komoditas adalah jika produktivitas yang

dimiliki suatu komoditas lebih unggul secara relatif terhadap komoditas sejenis di

wilayah yang lebih tinggi. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan

kemampuan suatu komoditas menembus pasar yang diapresiasi dengan

penerimaan yang lebih tinggi. Adanya spesialisasi komoditas sesuai dengan

keunggulan yang dimiliki, memungkinkan pemusatan pengusahaan di daerah

yang akan mempercepat pertumbuhan daerah (Aswandi dan Kuncoro 2002).

Lebih lanjut dikatakan bahwa ekonomi spesialisasi telah memungkinkan

terbentuknya jaringan perdagangan antarindividu dan antarnegara yang lebih

luas, mendorong proses pertukaran sesuai kebutuhan masing-masing.

Analisis Location Quotient (LQ) produksi (Tabel 7) menunjukkan bahwa

komoditas kacang hijau, sawo, mangga, jagung, dan pepaya memiliki nilai LQ

lebih dari satu (LQ>1). Nilai LQ lebih dari satu mengindikasikan bahwa

komoditas-komoditas tersebut terkonsentrasi secara relatif pengusahaannya di

Kabupaten Sumbawa. Semakin besar nilai LQ menunjukkan semakin

terkonsentrasinya pengusahaan suatu komoditas di Kabupaten Sumbawa.

Derajat konsentrasi (basis) inilah yang mengindikasikan bahwa suatu komoditas

berpotensi untuk menjadi komoditas unggulan. Untuk komoditas padi dengan

nilai LQ sama dengan satu, mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditas

padi secara relatif sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Barat atau dapat

dikatakan menyebar secara merata. Sedangkan ubi kayu, kedelai, kacang tanah,

cabe rawit, ubi jalar, bawang merah, dan pisang menjadi komoditas nonbasis

dengan LQ kurang dari satu. Nilai LQ kurang dari satu mengindikasikan bahwa

pengusahaan komoditas tersebut tidak terkonsentrasi di Kabupaten Sumbawa.

Page 55: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

38

Tabel 7 Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004-2007

No. Komoditas Produksi (ton)

LQ Sumbawa NTB

1 Kacang Hijau 30.262 39.274 4,18

2 Sawo 1.894 3.878 2,65

3 Mangga 21.310 71.615 1,61

4 Jagung 28.818 98.077 1,59

5 Pepaya 2.574 10.042 1,39

6 Padi 269.034 1.478.700 0,99

7 Ubi Kayu 12.715 89.147 0,77

8 Kedelai 10.846 93.809 0,63

9 Kacang Tanah 4.144 42.374 0,53

10 Cabe Rawit 2.424 35.302 0,37

11 Ubi Jalar 1.210 18.100 0,36

12 Bawang Merah 4.556 83.617 0,30

13 Pisang 722 53.375 0,07

Total 390.509 2.117.010

Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah)

Nilai LQ produksi yang tinggi bukan semata-mata mencerminkan bahwa

produksi komoditas tersebut tinggi, tetapi merupakan cerminan nilai relatif

terhadap share komoditas dalam daerah acuan provinsi (Hendayana 2003).

Seperti sawo dan pepaya dengan produksi yang lebih kecil dari ubi kayu dan

kedelai memiliki nilai LQ kurang dari satu. Demikian juga dengan nilai LQ yang

rendah, belum tentu komoditas tersebut tidak banyak diusahakan di Kabupaten

Sumbawa. Seperti padi dengan produksi tertinggi di Kabupaten Sumbawa yaitu

269.034 ton memiliki nilai LQ sama dengan satu, begitu juga dengan ubi kayu

dan kedelai dengan produksi tinggi tetapi nilai LQ kurang dari satu. Data Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menunjukkan bahwa pada

tahun 2005 komoditas dengan nilai LQ kurang dari satu banyak dipasarkan ke

luar daerah seperti kacang tanah sebanyak 1.675 ton, kedelai sebanyak 4.967

ton, dan gabah sebanyak 15.767 ton.

Keunggulan komoditas yang ditentukan dengan metode LQ produksi

merupakan keunggulan basis yang bersifat relatif. Artinya bahwa suatu

komoditas akan menjadi unggul bila produksi yang dimiliki suatu wilayah

berperan besar dalam menentukan besarnya total produksi pada daerah acuan

yang lebih tinggi. Dan nilai LQ produksi hanya mencerminkan keunggulan dari

Page 56: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

39

sisi keberlimpahan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan terhadap

komoditas tersebut secara relatif. Sedangkan sisi permintaan dalam bentuk

apresiasi konsumen terhadap produk tersebut belum terlihat. Produk yang

dihasilkan bisa saja tidak mempunyai daya saing di pasaran (keunggulan

kompetitif) yang disebabkan oleh karakteristik komoditas tersebut, seperti mudah

rusak atau preferensi konsumen di wilayah lain rendah sehingga komoditas

tersebut hanya mampu dipasarkan di wilayah sendiri.

Sebagai upaya mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh metode LQ, maka

dalam penelitian ini komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa ditentukan

dengan memperhatikan aspek sumberdaya lahan untuk berproduksi

(produktivitas) dikaitkan dengan nilai ekonomi yang diapresiasi konsumen

terhadap komoditas tersebut (harga). Karena pengusahaan komoditas maupun

usaha tani pada umumnya haruslah berorientasi pasar. Kedua aspek tersebut

dapat dianalisis secara simultan dengan metode tipologi Klassen.

Indikator utama yang digunakan dalam Klassen pada penelitian ini adalah

tingkat produktivitas suatu komoditas pangan dan nilai ekonomi komoditas

tersebut di pasar Kabupaten Sumbawa maupun di Nusa Tenggara Barat. Data

rata-rata produktivitas dan nilai ekonomi komoditas pangan di Kabupaten

Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Rata-rata produktivitas dan nilai ekonomi komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB tahun 2004-2007

No. Komoditas Produktivitas (ton/ha)

Nilai Ekonomi (Rp Juta/ton)

Sumbawa NTB Sumbawa NTB

1 Padi 4,53 4,55 1,64 1,94

2 Jagung 2,53 2,49 1,72 1,48

3 Kedelai 1,24 1,19 4,24 3,35

4 Kacang Hijau 0,84 0,83 5,63 5,34

5 Kacang Tanah 1,22 1,25 8,82 7,50

6 Ubi Kayu 11,59 11,61 1,60 0,86

7 Ubi Jalar 11,39 11,36 1,64 0,95

8 Bawang Merah 9,56 8,62 5,17 5,93

9 Cabe Rawit 8,00 4,97 12,99 7,59

10 Mangga 7,37 11,59 3,56 3,08

11 Pepaya 31,79 74,51 2,82 2,32

12 Pisang 4,96 55,24 4,07 2,24

13 Sawo 6,59 11,88 5,38 3,23

Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah)

Page 57: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

40

Berbagai komoditas tersebut selanjutnya dianalisis ke dalam matriks yang

terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran I diisi dengan komoditas-komoditas

yang memiliki tingkat produktivitas dan nilai ekonomi di Kabupaten Sumbawa

lebih besar atau sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Barat. Kuadran II

merupakan komoditas dengan tingkat produktivitas lebih tinggi atau sama

dengan rata-rata Nusa Tenggara Barat namun nilai ekonominya lebih rendah.

Kuadran III merupakan komoditas-komoditas yang memiliki tingkat produktivitas

lebih rendah tetapi nilai ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

Nusa Tenggara Barat. Sedangkan kuadran IV merupakan komoditas dengan

tingkat produktivitas dan nilai ekonomi yang lebih rendah dari rata-rata di Nusa

Tenggara Barat. Tabel 9 menyajikan posisi masing-masing komoditas

berdasarkan tipologi Klassen.

Tabel 9 Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen

Nilai Ekonomi

Produktivitas

Psbw ≥ Pntb Psbw < Pntb

Wsbw ≥ Wntb

Jagung

Kedelai

Kacang Hijau

Ubi Jalar

Cabe Rawit

Bawang Merah

Wsbw < Wntb

Kacang Tanah

Ubi Kayu

Mangga

Pepaya

Pisang

Sawo

Padi

keterangan:

Psbw = nilai ekonomi komoditas i di Kabupaten Sumbawa

Pntb = nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB

Wsbw = produktivitas komoditas i di Kabupaten Sumbawa

Wntb = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB

Dari analisis tersebut dapat ditentukan beberapa alternatif komoditas

unggulan Kabupaten Sumbawa yaitu komoditas-komoditas dengan produktivitas

dan nilai ekonomi komoditas tersebut di Kabupaten Sumbawa lebih besar atau

sama dengan daerah acuan Nusa Tenggara Barat. Komoditas-komoditas

Page 58: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

41

tersebut ditunjukkan dalam kuadran I, terdiri dari jagung, kedelai, kacang hijau,

ubi jalar, dan cabe rawit. Artinya bahwa pengusahaanya selama rentang waktu

2004-2007, mampu memberikan kontribusi yang pesat terhadap total

penerimaan dengan tingkat efisiensi usaha yang tinggi dan pertumbuhan yang

cepat. Hal ini memungkinkan komoditas tersebut menjadi penggerak dalam

usaha tani di Kabupaten Sumbawa. Pertumbuhan yang cepat pada komoditas

unggulan tersebut menghasilkan efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi

karena pertumbuhan pada komoditas tersebut mendorong pertumbuhan yang

pesat pada sektor-sektor perekonomian lainnya, misalnya di sektor pengolahan

(agro-processing) dan jasa pertanian (agro-services) (Daryanto 2009). Walaupun

efek pengganda tersebut dinikmati oleh wilayah lain di luar Kabupaten Sumbawa,

tetapi pergerakan pemasaran menjadi semakin luas.

Komoditas bawang merah yang masuk ke dalam kuadran II dengan

indikator mempunyai produktivitas lebih tinggi akan tetapi nilai ekonomi lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Nusa Tenggara Barat,

mengindikasikan bahwa komoditas bawang merah termasuk komoditas dengan

karakterisitik spesifik lokasi. Dan di pasar lokal komoditas bawang merah belum

banyak diapresiasi oleh para pelaku pasar. Hal ini ditunjukkan dari hasil survey

lapang yang menunjukkan bahwa bawang merah hanya diusahakan di

Kecamatan Plampang dan beberapa kecamatan lain yang bersifat sporadis pada

musim kering I dan II (MK I dan II) oleh petani penyewa dari luar daerah yaitu

Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Pada musim hujan (MH) lahan yang

ada diusahakan untuk tanaman padi oleh pemilik lahan. Data luas panen

menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2004-2007 bawang merah hanya

dipanen seluas 457 Ha, jauh di bawah rata-rata provinsi seluas 9.702 Ha.

Dengan demikian, harga hanya diapresiasi oleh petani penyewa dan produksi

yang dihasilkan lebih banyak dibawa ke luar Kabupaten Sumbawa yaitu ke

Kabupaten Dompu dan Bima.

Pada kuadran III dengan indikator tingkat produktivitas yang lebih rendah

tetapi nilai ekonomi lebih tinggi daripada rata-rata Nusa Tenggara Barat terdapat

komoditas kacang tanah, ubi kayu, mangga, pepaya, pisang dan sawo.

Komoditas-komoditas ini mempunyai peluang besar (potensial) untuk dapat

dikembangkan apabila produktivitas mampu untuk ditingkatkan karena nilai

ekonomi sudah tinggi. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan

peningkatan intensifikasi skala usaha tani. Survey lapang menunjukkan bahwa

Page 59: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

42

komoditas-komoditas tersebut belum diusahakan secara penuh oleh petani.

Kacang tanah dan ubi kayu baru sebatas sebagai tanaman sela pada lahan-

lahan marjinal atau pada petakan-petakan kecil saja. Mangga masih belum

dilakukan peremajaan. Sedangkan sawo lebih banyak sebagai tanaman

pekarangan.

Sedangkan pada kuadran IV dengan indikator tingkat produktivitas dan nilai

ekonomi di bawah rata-rata provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat komoditas

padi. Tingkat produktivitas yang dimiliki padi hampir sama dengan produktivitas

rata-rata di Nusa Tenggara Barat (Tabel 9), namun dari sisi nilai ekonomi masih

tertekan walaupun padi sebagai komoditas politis sudah ditentukan harga dan

standar kualitas oleh pemerintah. Hal ini mengindikasikan bahwa standar

operasional produksi padi belum diterapkan secara maksimal sehingga apresiasi

harga di pasaran hanya mengikuti kualitas yang ditawarkan. Biasanya petani

menjual langsung sebagian besar hasil panennya masih dalam keadan basah

atau kadar air tinggi. Alasan mereka karena tidak mempunyai sarana penjemuran

seperti lantai jemur maupun sarana penyimpanan. Walaupun demikian,

komoditas padi tetap menjadi komoditas utama untuk diusahakan pada musim

hujan mengingat keterkaitan sosial budaya yang dimilikinya masih besar.

Masuknya padi sebagai komoditas inferior bukan karena sedikit

pengusahaannya di Kabupaten Sumbawa, tetapi lebih disebabkan karena

standar operasional yang belum terpenuhi. Komoditas padi merupakan

komoditas yang tetap berperan penting dalam usaha tani di Kabupaten

Sumbawa.

5.2 Prioritas Komoditas untuk Dikembangkan

Pengambilan kebijakan pengembangan wilayah harus mempertimbangkan

berbagai segi seperti kondisi ekonomi, sosial, maupun isu-isu politik. Dengan

demikian setiap kriteria dan aktor yang berperan di dalamnya harus

diperhitungkan. Terdapat berbagai alat analisis untuk menentukan formula

kebijakan pengembangan. Analisis yang banyak digunakan adalah analythical

hierarchy process (AHP) (Dinc et al. 2002). AHP mampu mengintegrasikan

model kuantitatif dengan faktor-faktor kualitatif.

Kriteria-kriteria dan alternatif yang berperan dalam menentukan prioritas

komoditas unggulan diberikan skor berdasarkan tingkat kepentingan oleh

Page 60: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

43

responden pakar (expert) yang berasal dari pemerintah daerah, DPRD,

pengusaha, dan petani. Responden expert tersebut dipilih secara sengaja

berdasarkan hubungan langsung mereka terhadap pengembangan sektor

pertanian di Kabupaten Sumbawa. Iqbal (2007) menegaskan bahwa seyogianya

peran stakeholders yang terkena dampak program baik positif maupun negatif

diwujudkan melalui persamaan persepsi, keputusan kolektif, dan sinergi aktivitas

dalam menunjang kelancaran program pertanian. Kehidupan masyarakat yang

semakin heterogen dan individualis menyebabkan mereka kurang respons

terhadap berbagai kegiatan bersama membangun desa. Dalam kondisi seperti

ini, hanya upaya semipartisipatif dan partisipatif yang mungkin untuk

dilaksanakan (Jamal 2009).

Responden memberikan pertimbangan (judgments) dalam

membandingkan setiap kriteria yang ada. Perbandingan berpasangan (pairwise

comparation) diberikan satu skala absolut dari angka 1 hingga 9 yang

menunjukkan berapa kali lebih besar satu kriteria lebih penting dari kriteria

lainnya. Prosedur ini diulang untuk semua elemen dalam struktur, menghasilkan

ranking preferensi atas pertimbangan seluruh expert (Oddershede et al. 2007).

Setiap responden diwawancarai secara terpisah pada waktu yang berbeda.

Pertemuan dimulai dengan wawancara informal untuk menggali informasi secara

umum tentang apa yang akan ditanyakan. Selanjutnya, responden diminta untuk

memberikan pertimbangan atau penilaian secara eksplisit pada setiap

perbandingan berpasangan. Hasil pertimbangan responden yang berasal dari

unsur pemerintah daerah dan DPRD tidak dapat langsung diambil setelah

wawancara. Karena agenda kerja mereka cukup padat sehingga hasil baru

diketahui keesokan harinya bahkan beberapa hari kemudian. Dari pengamatan

hasil setelah responden menyerahkan kuesioner ke peneliti, ada beberapa

pertimbangan responden yang menunjukkan gejala inkonsistensi. Pertimbangan

tersebut ditanyakan kembali dengan memperhatikan hasil wawancara informal

sebelumnya tanpa merubah esensi dasar pertimbangan yang telah diberikan,

sehingga objektivitas pertimbangan tetap dipertahankan. Namun sebagian besar

responden merupakan expert yang mengetahui lebih banyak tentang berbagai

kriteria yang diperbandingkan, sehingga tingkat inkonsistensi yang didapat bisa

diperkecil.

Page 61: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

44

Gambar 9 Skor masing-masing kriteria dalam penentuan prioritas komoditas unggulan daerah.

Gambar 9 menunjukkan bahwa kriteria pasar yang diindikasikan dengan

tingginya peluang permintaan pasar yang ada lebih dipentingkan dari kriteria

yang lainnya. Pasar memiliki skor sebesar 0,30. Kriteria kedua adalah modal

yang diperlukan dalam berproduksi relatif kecil dengan skor sebesar 0,24. Lahan

dengan tingkat keseuaian yang optimal mempunyai skor sebesar 0,20.

Sedangkan kriteria nilai tambah dengan indikasi banyaknya peluang memberikan

manfaat lainnya mempunyai skor sebesar 0,18. Untuk kriteria preferensi atau

tingkat kesukaan terhadap komoditas yang diusahakan tidak terlalu diapresiasi

oleh expert, skornya hanya sebesar 0,09.

Pasar memainkan peranan paling penting dalam pengusahaan komoditas

unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dimungkinkan karena

pengusahaan suatu komoditas pertanian akan berkembang dengan baik bila

ditunjang oleh kelancaran pemasaran baik untuk kepentingan domestik maupun

internasional. Kurangnya permintaan dari komoditas yang dikembangkan

menyebabkan terjadi penumpukan hasil panen dan penyimpanan yang cukup

lama yang akhirnya menurunkan kualitas dan kuantitas komoditas tersebut. Hal

ini sejalan dengan pendapat Walker et al. (Budirohman 2006) yang menyatakan

bahwa inovasi baru harus memikirkan pasar terlebih dahulu sebelum memikirkan

jumlah produk.

Faktor modal dalam berproduksi menjadi prioritas kedua setelah pasar.

Modal menjadi penting karena setiap aspek dalam usaha pertanian dewasa ini

0,200,18

0,30

0,24

0,09

Lahan Nilai tambah Pasar Modal Preferensi

Kriteria

Skor

Page 62: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

45

sudah dihargai dengan modal. Mulai dari penyiapan bibit/benih, pemupukan,

hama penyakit, pengairan, tenaga kerja, bahkan sampai jasa pascapanen.

Setiap usaha pertanian yang berorientasi pasar dan bersifat rasional untuk

memperoleh manfaat ekonomi sebesar-besarnya dikenal dengan agribisnis

(Sudaryanto et al. 2005). Sementara itu, sebagian besar petani di Kabupaten

Sumbawa tergolong sebagai petani dengan modal terbatas dan akses terhadap

permodalan juga masih kurang. Hasil survey lapang menunjukkan bahwa petani-

petani yang mempunyai akses ke instansi pemerintah yang menjalankan

program pemberdayaan masyarakat seperti Dinas Pertanian, Dinas Sosial,

Badan Ketahan Pangan dan sejenisnya mampu mengelola usaha taninya

dengan baik.

Prioritas ketiga adalah kesesuaian lahan yang optimal. Semakin optimal

tingkat kesesuaian lahan maka akan semakin memberikan keleluasaan dalam

menentukan opsi komoditas apa yang akan diusahakan. Secara rata-rata kondisi

kesesuaian lahan di Kabupaten Sumbawa dibatasi oleh faktor ketersediaan air

yang minim. Irigasi teknis yang masih mampu dimanfaatkan sangat terbatas di

beberapa lokasi saja seperti di Kecamatan Unter Iwis, Labuhan Badas dan

Sumbawa, juga di Kecamatan Lopok dan Lape. Alih fungsi lahan semakin

memperparah kondisi irigasi. Hasil survey lapang menunjukkan bahwa sumber-

sumber mata air semakin berkurang sehingga debit air di beberapa bendungan

yang sudah ada sangat terbatas. Data BPS menunjukan bahwa rata-rata curah

hujan selama lima tahun pada bulan Juli sebesar 0,22 mm, Agustus sebesar 2,42

mm, sedangkan pada bulan September sebesar 0,98 mm.

Nilai tambah berupa banyaknya peluang memberikan manfaat untuk sektor

lain atau peluang untuk menghasilkan produk turunan juga cukup diprioritaskan

setelah lahan, modal, dan pasar. Sudaryanto et al. 2005 menjelaskan bahwa

pengusahaan suatu komoditas tidak terlepas dengan tiga dimensi utama, yaitu

vertikal, horisontal, dan spasial. Dan nilai tambah dapat dipandang sebagai

dimensi vertikal seperti industri pengolahan hasil dan pedagang (distributor)

produk-produk yang dihasilkan, serta dimensi horisontal yang muncul melalui

sumberdaya khususnya lahan maupun melalui pasar (konsumsi). Sedangkan

dimensi spasial berkaitan dengan lokasi atau sebaran regional komoditas

tersebut.

Kriteria atau indikator yang paling kecil peranannya adalah preferensi atau

tingkat kesukaan terhadap komoditas untuk diusahakan. Artinya bahwa

Page 63: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

46

preferensi bersifat relatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal,

seperti kestabilan harga, introduksi teknologi, maupun kebijakan pemerintah. Dari

in depth interview dengan petani terlihat juga bahwa budaya dan keamanan dari

hewan pengganggu berpengaruh dalam menentukan preferensi terhadap

komoditas yang akan diusahakan. Di Kabupaten Sumbawa sampai dengan saat

ini masih berlangsung budaya melepas ternaknya setelah musim panen.

Ditambah lagi dengan hewan pengganggu liar lainnya seperti babi hutan.

Kondisi-kondisi tersebut akan berpengaruh dalam pola pengusahaan komoditas.

Gambar 10 Skor masing-masing alternatif dalam penentuan prioritas komoditas unggulan daerah.

Hasil analisis AHP pada struktur alternatif (Gambar 10) menunjukkan

bahwa jagung lebih diprioritaskan untuk diusahakan dengan skor 0,33. Prioritas

komoditas selanjutnya berturut-turut adalah kacang hijau dengan skor 0,23,

kedelai dengan skor 0,19, cabe rawit dengan skor 0,16, serta ubi jalar dengan

skor 0,09.

Secara lengkap hasil analisis AHP untuk menentukan prioritas komoditas

unggulan daerah Kabupaten Sumbawa disajikan dalam hirarki pada Gambar 11.

0,33

0,19

0,23

0,09

0,16

Jagung Kedelai Kacang Hijau Ubi Jalar Cabe Rawit

Komoditas Unggulan

Skor

Page 64: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

47

Gambar 11 Hirarki skor prioritas kriteria dan alternatif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa.

Komoditas jagung menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di

Kabupaten Sumbawa, terutama disebabkan oleh tingginya peluang permintaan

pasar dan tingkat kesesuaian lahan yang optimal (lihat sintesis detil dalam

Lampiran 9). Begitu juga dengan peluang peningkatan nilai tambah sehingga

memperbesar preferensi untuk diusahakan. Prospek pasar jagung baik ditingkat

domestik maupun dunia masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini

Indonesia hanya mampu sekitar sembilan puluh persen memenuhi kebutuhannya

dari produksi sendiri (Deptan 2007). Berdasarkan data tahun 2004-2007, trend

rata-rata luas panen jagung di Kabupaten Sumbawa terus mengalami kenaikan,

berturut-turut seluas 9.110 ha di tahun 2004, 12.240 ha tahun 2005, 13.075 ha

tahun 2006, dan 11.004 ha pada tahun 2007. Kondisi tersebut didukung oleh

kebijakan pemerintah pusat yang berupaya untuk swasembada jagung dengan

melaksanakan berbagai program kegiatan di daerah seperti perluasan areal

tanam dan sekolah lapang penerapan teknologi tepatguna (SLPTT). Sedangkan

dilihat dari sisi peluang nilai tambah, saat ini jumlah penggunaan jagung untuk

industri pakan lebih dari lima puluh persen, dan sisanya untuk industri pangan,

konsumsi langsung, dan penggunaan lainnya (Deptan 2007).

Menentukan Prioritas Komoditas Unggulan

Lahan

0,20

Nilai Tambah

0,18

Pasar

0,30

Modal

0,24

Preferensi

0,09

Kriteria

Alternatif

Tujuan

Jagung

0,33

Kedelai

0,19

Kacang Hijau

0,23

Ubi Jalar

0,09

Cabe Rawit

0,16

Page 65: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

48

Prioritas kedua adalah kacang hijau. Hal ini dapat dilihat dari peluang pasar

yang stabil, tidak terlalu bergejolak di setiap musim. Berdasarkan data harga

pasar tahun 2004-2007, rata-rata harga kacang hijau terus menunjukkan

kenaikan dari Rp 4.875/kg di tahun 2004 sampai dengan Rp 7.120/kg tahun

2007. Kestabilan harga ini memacu peningkatan preferensi petani untuk

mengusahakan komoditas kacang hijau.

Komoditas kedelai menjadi prioritas ketiga setelah jagung dan kacang

hijau. Prioritas ini lebih besar disebabkan karena peluang peningkatan nilai

tambah. Namun dari segi kestabilan pasar yang diapresiasi dengan harga,

terlihat bahwa selama tahun 2004-2007, harga kedelai mengalami fluktuasi

dengan trend linear tetap pada kisaran harga Rp 4.300/kg. Secara nasional,

pengembangan kedelai terus digalakkan karena persentase pemenuhan

kebutuhan dalam negeri baru sekitar tiga puluh lima persen dan sisanya diimpor

(Deptan 2007).

Prioritas keempat adalah cabe rawit. Pengusahaan cabe rawit berdasarkan

analisis AHP menunjukkan kriteria apresiasi pasar yang rendah, dan data harga

selama tahun 2004-2007 menunjukkan fluktuasi yang sangat besar. Data harga

pada tahun 2004 adalah Rp 18.500/kg, tahun 2005 Rp 9.167/kg, tahun 2006

15.050/kg, dan tahun 2007 turun menjadi 9.230/kg. Sementara modal produksi

yang diperlukan juga cukup besar. Sedangkan komoditas ubi jalar menjadi

prioritas terakhir karena dari segi lahan ubi jalar biasanya ditanam pada lahan-

lahan kritis, apresiasi pasar rendah, dan diperlukan modal besar dalam

pengusahaannya, sehingga preferensi petani untuk mengusahakannya kecil.

5.3 Wilayah Pengembangan Komoditas

Pengembangan komoditas terkait erat dengan kemampuan suatu wilayah

dalam berproduksi baik dilihat dari keberlimpahan sumberdaya (luas panen dan

produksi) maupun dari karakteristik biogeofisik lahan yang dimiliki, serta orientasi

pasar sebagai daya tarik dalam berproduksi. Terkait dengan pemasaran produk

yang dihasilkan, maka kemampuan menawarkan produk (supply side) harus

mampu mengimbangi besarnya permintaan (demand side) pada komoditas

tersebut.

Page 66: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

49

Wilayah Pengembangan Jagung

Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27oC dan curah

hujan rata-rata dapat mencapai 1.212 mm/tahun sesuai untuk pengembangan

jagung. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyebutkan suhu >26-30oC

kelas kesesuaian lahannya adalah S2 (sesuai) yang ditunjang dengan curah

hujan 900-1.200 mm/tahun. Kesesuaian lahan ini memacu peningkatan produksi

hampir di setiap wilayah kecamatan (Gambar 12).

Gambar 12 Sebaran produksi jagung di Kabupaten Sumbawa

tahun 2008.

Produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 telah mencapai

58.396 ton. Wilayah yang berperan penting dalam produksi jagung adalah

Kecamatan Labangka mencapai 28.244 ton dengan luas panen 7.549 ha. Diikuti

oleh Kecamatan Lunyuk sebesar 6.226 ton dengan luas panen 1.761 ha,

Plampang sebesar 4.867 ton dengan luas panen 1.353 ha, dan Utan sebesar

4.702 ton dengan luas panen 1.333 ha. Sedangkan kecamatan-kecamatan

lainnya memiliki luas panen di bawah 1.000 ha (lampiran 10).

Luas panen di atas 1.000 ha diharapkan akan mampu menyerap tenaga

kerja yang lebih banyak sehingga keunggulan sosial dapat lebih dirasakan

manfaatnya oleh lebih banyak petani. Disamping itu efisiensi ekonomi maupun

pengawasan dari segi pengendalian hama dapat lebih efektif. Untuk itu,

Page 67: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

50

kecamatan-kecamatan yang dapat dijadikan sentra pengembangan jagung di

Kabupaten Sumbawa adalah Labangka, Plampang, Lunyuk, dan Utan.

Wilayah Pengembangan Kacang Hijau

Kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan kacang hijau di Kabupaten

Sumbawa berdasarkan suhu rata-rata tahunan 26-27oC adalah S1 (sangat

sesuai). Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyebutkan bahwa suhu rata-

rata tahunan 25-27oC, bulan kering 4-8 bulan, dan curah hujan 600-1.500

mm/tahun termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S1 untuk komoditas

kacang hijau. Kesesuaian lahan ini diprediksi menjadi pemacu peningkatan

jumlah produksi kacang hijau terutama di wilayah-wilayah kecamatan bagian

timur dengan suhu yang lebih tinggi dari wilayah bagian barat. Sebaran produksi

kacang hijau di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Sebaran produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

Pengusahaan kacang hijau saat ini menyebar di semua kecamatan dengan

luas areal panen bervariasi. Produksi kacang hijau tahun 2008 di Kabupaten

Sumbawa mencapai 26.169 ton. Wilayah dengan produksi tinggi adalah

Kecamatan Moyo Hilir sebesar 4.815 ton dengan luas panen 5.048 ha, Empang

sebesar 3.601 ton dengan luas panen 3.864 ha, Lopok sebesar 3.648 ton

Page 68: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

51

dengan luas panen 3.871 ha, dan Plampang sebesar 3.075 ton dengan luas

panen 3.236 ha. Sedangkan Kecamatan lainnya memiliki luas panen masing-

masing di bawah 2.000 ha. Luas panen di atas 2.000 ha diharapkan mampu

mencapai skala pengusahaan optimal karena produktivitas yang hanya sebesar

0,94 ton/ha. Dengan demikian, empat kecamatan tersebut dapat dijadikan

wilayah sentra produksi yaitu Kecamatan Moyo Hilir, Empang, Lopok, dan

Plampang.

Wilayah Pengembangan Kedelai

Dilihat dari segi kesesuaian lahan untuk kedelai, iklim di Kabupaten

Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27oC termasuk S2 (sesuai) dan

curah hujan 1.212 mm/tahun termasuk S1 (sangat sesuai). Hardjowigeno dan

Widiatmaka (2007) menyebutkan karakteristik suhu >25-28oC termasuk kelas

kesesuaian lahan S2 dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun termasuk S1.

Pada tahun 2008, produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa hanya sebesar

7.893 ton dengan luas areal panen 6.692 ha dan produktivitas 1,18 ton/ha.

Sementara pengusahaannya menyebar di sebagian besar wilayah kecamatan

dengan luas panen yang relatif kecil. Sebaran produksi kedelai tahun 2008 dapat

dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

Page 69: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

52

Gambar 14 menunjukkan bahwa kedelai lebih banyak diproduksi di

kecamatan-kecamatan bagian barat, bagian selatan dan ujung timur Kabupaten

Sumbawa, sedangkan bagian tengah tidak begitu mengapresiasi komoditas

kedelai. Kecamatan-kecamatan yang berpotensi untuk dijadikan sentra

pengembangan adalah kecamatan-kecamatan dengan luas areal panen saat ini

lebih dari 100 ha. Hal ini mengingat tingkat produktivitas rata-rata hanya 1,18

ton/ha (Lampiran 12). Dengan areal yang lebih dari 100 ha diharapkan skala

manajemen produksi maupun pengawasan terhadap hama penyakit dan kendala

lain dapat lebih efektif. Kecamatan tersebut adalah Utan, Alas Barat, Alas,

Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk.

Wilayah Pengembangan Cabe Rawit

Kondisi iklim Kabupaten Sumbawa juga mendukung untuk pengembangan

cabe rawit. Cahyono (2003) menyatakan bahwa agar dapat berproduksi dengan

baik, cabe rawit memerlukan suhu tahunan rata-rata 18oC-30oC dengan curah

hujan berkisar 600-1.250 mm/tahun. Namun demikian cabe rawit memiliki

toleransi yang tinggi terhadap suhu udara panas (daerah kering) maupun udara

dingin (daerah curah hujan tinggi).

Gambar 15 Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

Page 70: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

53

Gambar 15 menunjukkan bahwa saat ini cabe rawit lebih banyak

diusahakan di Kecamatan Buer dengan luas areal panen 186 ha dan mampu

berproduksi sebesar 1.258 ton, tetapi produktivitasnya masih kecil (6,76 ton/ha).

Kemudian diikuti oleh Kecamatan Batu Lanteh dengan luas areal panen 30 ha

dan produksi sebesar 417 ton dengan produktivitas 13,90 ton/ha. Selanjutnya

Kecamatan Plampang dengan produksi 248 ton, Tarano dengan produksi 210

ton, dan Labangka dengan produksi sebesar 150 ton (lampiran 13). Peningkatan

produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dapat diupayakan dengan

meningkatkan produktivitas dan perluasan areal panen di wilayah-wilayah

tersebut.

Wilayah Pengembangan Ubi Jalar

Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27oC termasuk

sesuai (S2) untuk pengembangan ubi jalar. Namun bulan kering selama 6 bulan

termasuk ke dalam sesuai marjinal (S3). Kondisi iklim yang kurang sesuai ini

menyebabkan produksi ubi jalar saat ini masih sangat terbatas.

Gambar 16 Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berproduksi sebesar

656 ton. Bila dibandingkan dengan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk

Nusa Tenggara Barat tahun 2025 yang mencapai 13.476 ton maka peluang

Page 71: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

54

untuk menawarkan produksi masih besar. Sebaran produksi ubi jalar tahun 2008

(Gambar 16) menunjukkan bahwa 13 dari 24 kecamatan tidak memproduksi ubi

jalar sama sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan ubi jalar masih

memerlukan upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan preferensi

masyarakat (lihat hasil analisis AHP).

Saat ini, ubi jalar banyak diusahakan di Kecamatan Labuhan Badas

dengan luas areal panen 12 ha dan mampu berproduksi sebanyak 136 ton,

diikuti oleh Batu Lanteh dengan luas areal panen 10 ha dengan jumlah produksi

sebesar 116 ton. Kemudian Sumbawa dengan luas areal panen 8 ha dengan

produksi 93 ton dan Buer dengan luas areal panen 6 ha dengan produksi

sebesar 69 ton. Sedangkan kecamatan lainnya luas panennya di bawah 5 ha

(lampiran 14). Dengan demikian Batu Lanteh, Labuhan Badas, Sumbawa, dan

Buer dapat dijadikan sentra pengembangan ubi jalar di Kabupaten Sumbawa.

5.4 Arahan Strategis Pengembangan

Sebagai bentuk perencanaan ke depan, kebijakan pengembangan

komoditas unggulan daerah agar dapat memenuhi permintaan pasar baik pasar

nasional maupun pemenuhan kebutuhan sendiri secara regional perlu

dirumuskan. Berbagai faktor dipertimbangkan secara komprehensif baik itu

potensi yang dimiliki, target yang harus diraih, sinergitas program secara

nasional, permasalahan yang dihadapi, maupun implikasi dari permasalahan

yang ada.

Pengembangan sektor pertanian terkait dengan target pembangunan

Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing. Upaya yang

dilakukan adalah percepatan transformasi dari pola produksi yang hanya untuk

memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) ke arah peningkatan produksi dan nilai

tambah yang berorientasi pasar. Terkait juga dengan sasaran jangka panjang

sektor pertanian yang diorientasikan pada: 1) Terwujudnya sistem pertanian

industrial yang berdayasaing, 2) Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri,

3) Terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian, dan 4)

Terhapusnya masyarakat pertanian dari kemiskinan (Deptan 2007).

Tingkat permintaan pasar diestimasi dengan besarnya konsumsi langsung

penduduk terhadap masing-masing komoditas. Sedangkan permintaan untuk

kebutuhan di luar konsumsi penduduk seperti industri pakan, industri pengolahan

Page 72: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

55

hasil, kebutuhan benih, maupun besarnya stok penyimpanan tidak menjadi

bagian yang diperhitungkan dalam penelitian ini. Orientasi atau target pasar yang

dituju adalah pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk regional Nusa

Tenggara Barat pada tahun 2025. Target ini merupakan akhir masa rencana

pembangunan jangka panjang (RPJP).

5.4.1 Tingkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan

Besarnya permintaan terhadap komoditas unggulan dapat didekati dengan

mengalikan konsumsi perkapita terhadap jumlah penduduk. Dalam penelitian ini

konsumsi perkapita diambil dari survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS)

tahun 2007. Sedangkan jumlah penduduk merupakan proyeksi jumlah penduduk

Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2025.

Tabel 10 Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa

No. Komoditas Konsumsi

perkapita 2007 (kg/kap/tahun)

Proyeksi jumlah penduduk 2025

(orang)

Proyeksi konsumsi 2025

(ton/tahun)

1. Jagung 4,2 5.390.500 22.640

2. Kacang Hijau 0,6 5.390.500 3.234

3. Kedelai 8,6 5.390.500 46.358

4. Cabe Rawit 1,5 5.390.500 8.140

5. Ubi Jalar 2,5 5.390.500 13.476

Sumber: SUSENAS 2007 dan BPS, 2009 (diolah)

Tabel 10 menyajikan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi

Nusa Tenggara Barat terhadap komoditas-komoditas unggulan daerah

Kabupaten Sumbawa pada tahun 2025 berdasarkan data konsumsi perkapita

tahun 2007. Berdasarkan proyeksi konsumsi tersebut maka dapat diketahui

kemampuan pemenuhan oleh Kabupaten Sumbawa dengan melihat tingkat

produksi yang ada saat ini. Kemampuan pemenuhan dihitung dengan indeks

kecukupan yang didefinisikan dengan cara membagi jumlah produksi terhadap

tingkat konsumsi masing-masing komoditas (Cowell dan Parkinson 2003).

Page 73: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

56

Tabel 11 Indeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025)

No. Komoditas Proyeksi konsumsi

NTB 2025 (ton/tahun)

Produksi 2008 (ton)

Indeks kecukupan

1. Jagung 22.640 58.396 2,58

2. Kacang Hijau 3.234 26.169 8,09

3. Kedelai 46.358 7.893 0,17

4. Cabe Rawit 8.140 3.260 0,40

5. Ubi Jalar 13.476 656 0,05

Tabel 11 menunjukkan bahwa kemampuan daerah Kabupaten Sumbawa

sampai dengan saat ini untuk memenuhi proyeksi kebutuhan pangan penduduk

Nusa Tenggara Barat tahun 2025 berbeda-beda untuk setiap komoditas

unggulan yang ada. Produksi kedelai, ubi jalar, dan cabe rawit masih berpeluang

untuk terus dikembangkan dengan memacu peningkatan produktivitas maupun

perluasan areal panen, karena dengan kondisi produksi saat ini belum mampu

untuk mencukupi kebutuhan konsumsi regional (indeks kurang dari satu).

Sedangkan untuk jagung dan kacang hijau sudah mampu melebihi kebutuhan

konsumsi secara regional (indeks lebih dari satu). Jagung dan kacang hijau

masih menjadi unggulan untuk dikembangkan walaupun indeks kecukupan

sudah lebih dari satu. Hal ini untuk mempertahankan kecukupan serta

mengantisipasi terjadinya perubahan permintaan pasar yang sangat dinamis.

Selain itu, keberlimpahan produksi yang ada dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan di luar konsumsi langsung penduduk maupun pemenuhan permintaan

pasar secara nasional.

Berdasarkan tingkat konsumsi dan produktivitas lahan yang ada maka

dapat dihitung kebutuhan lahan untuk memenuhi target produksi. Formula yang

digunakan adalah dengan membagi tingkat konsumsi komoditas dengan

produktivitas (Cowell dan Parkinson 2003).

𝐴 = 𝐶

𝑌

dimana:

𝐴 = luas areal lahan yang dibutuhkan (ha/tahun)

𝐶 = kebutuhan konsumsi (ton/tahun)

𝑌 = tingkat produktivitas (ton/ha)

Page 74: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

57

Tabel 12 Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa

No. Komoditas Konsumsi NTB

2025 (ton/tahun)

Produktivitas 2004-2007

(ton/ha)

Luas areal dibutuhkan (ha/tahun)

1. Jagung 22.640 2,49 9.092

2. Kacang Hijau 3.234 0,83 3.897

3. Kedelai 46.358 1,18 39.287

4. Cabe Rawit 8.140 4,97 1.638

5. Ubi Jalar 13.476 11,35 1.187

Jumlah 55.101

Tabel 12 menunjukkan total luasan areal yang dibutuhkan untuk

memproduksi komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sumbawa seluas

55.101 ha. Areal tersebut dapat dipenuhi dengan memanfaatkan lahan potensial

untuk pertanian lahan kering berdasarkan ZAE Kabupaten Sumbawa dengan

luas mencapai sekitar 87.428 ha serta pertanian lahan basah dengan luasan

potensial mencapai sekitar 108.171 ha.

Pemanfaatan lahan potensial baik lahan kering maupun lahan basah

tergantung kepada budaya dan tingkat teknologi yang digunakan. Namun

demikian, diharapkan lahan yang sudah dimanfaatkan sebagai sawah harus

tetap dipertahankan fungsinya. Hal ini mengingat struktur dan kriteria untuk

kesesuaian sawah sangat terbatas. Undang-undang nomor 41 tahun 2009

tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan menyebutkan bahwa

bahwa guna menjaga kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional

maka lahan untuk pangan pokok harus dilindungi dan dikembangkan secara

konsisten. Lahan sawah baik beririgasi maupun tidak beririgasi merupakan lahan

yang menghasilkan pangan pokok nasional yaitu beras. Apabila lahan tersebut

ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan maka dilindungi dan

dilarang untuk dialihfungsikan.

Persentase penggunaan lahan saat ini di Kabupaten Sumbawa terhadap

kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat ditunjukkan pada Tabel 13.

Page 75: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

58

Tabel 13 Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di NTB (2025)

No. Komoditas Areal

dibutuhkan NTB (ha)

Areal digunakan Sumbawa (ha)

Persentase penggunaan (%)

1. Jagung 9.092 16.063 177

2. Kacang Hijau 3.897 27.956 717

3. Kedelai 39.287 6.692 17

4. Cabe Rawit 1.638 349 21

5. Ubi Jalar 1.187 57 5

Jumlah 55.101 50.990 93

Sampai dengan saat ini, Kabupaten Sumbawa hanya mampu memenuhi

kebutuhan lahan untuk jagung dan kacang hijau sedangkan kedelai, cabe rawit,

dan ubi jalar masih relatif terbatas. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai LQ jagung

dan kacang hijau yang lebih dari satu yang mengindikasikan bahwa kedua

komoditas tersebut menjadi basis di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan kedelai,

cabe rawit, dan ubi jalar, nilai LQ masih kurang dari satu yang artinya bahwa saat

ini ketiga komoditas tersebut secara relatif tidak berbasis di Kabupaten

Sumbawa. Dengan demikian, diperlukan upaya peningkatan luasan lahan untuk

meningkatkan produksi kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar. Hal ini masih

dimungkinkan karena luasan total untuk pertanian di Kabupaten Sumbawa

mencapai lebih dari 200.000 ha (Tabel 6).

5.4.2 Zona Agroekologi Potensial untuk Tanaman Pangan

Berdasarkan kemampuan produksi saat ini dan kebutuhan lahan maka

diperlukan perencanaan wilayah pengembangan masing-masing komoditas

dalam rangka memenuhi target produksi yang sesuai dengan kemampuan

wilayah. Penentuan wilayah pengembangan harus disesuaikan dengan

karakteristik biogeofisik lahan. Karakteristik biogeofisik lahan dapat dilihat dalam

peta zona agroekologi (ZAE) yang telah dikembangkan oleh Balai Besar

Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor. Peta ZAE merupakan peta

lahan yang telah dibagi ke dalam zona-zona berdasarkan keseragaman

karakteristik yang sesuai untuk pengembangan suatu komoditas.

Page 76: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

59

Gambar 17 Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa.

Di Kabupaten Sumbawa terdapat tujuh zona agroekologi (Gambar 17)

dengan keterangan masing-masing zona dapat dilihat pada Lampiran 9. Zona

agroekologi tersebut, terdiri dari:

1. Zona I dengan kemiringan lereng >40% merupakan zona dengan sistem

kehutanan dengan vegetasi alami dengan luas sekitar 338.342 ha.

2. Zona II dengan kemiringan lereng 16-40% merupakan zona dengan sistem

perkebunan (budidaya tahunan), terdapat sub-Zona IIay dengan kelompok

komoditas utama yang direkomendasikan adalah tanaman keras penghasil

minyak, getah, dan buah-buahan dataran rendah dengan luasan sekitar

48.819 ha.

3. Zona III dengan kemiringan lereng 8-15% merupakan zona dengan sistem

wana tani, terdapat sub-Zona IIIay dengan kelompok komoditas utama yang

direkomendasikan adalah pepohonan dan perdu, palawija, dan padi ladang

dengan luasan sekitar 68.012 ha.

4. Zona III dengan sub-Zona IIIby, kelompok komoditas utama yang

direkomendasikan adalah pepohonan dan perdu, serta sayur-sayuran

dataran tinggi dengan luasan sekitar 13.624 ha.

Page 77: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

60

5. Zona IV dengan kemiringan <8%, terdapat sub-Zona IVax1 dengan drainase

buruk merupakan zona dengan sistem pertanian lahan basah dengan

komoditas utama adalah padi sawah sekitar 94.200 ha.

6. Zona IV sub-Zona IVax2 dengan drainase baik dan kelembaban lembab,

merupakan sistem pertanian lahan kering dengan kelompok komoditas utama

adalah sayur-sayuran dataran tinggi, serealia, kacang-kacangan, dan umbi-

umbian sekitar 33.853 ha.

7. Zona IV sub-Zona IVay2, karakteristik sama dengan sub-Zona IVax2 hanya

berbeda pada kelembaban yang agak kering dengan luas sekitar 67.550 ha.

Zona agroekologi yang sesuai untuk tanaman pangan adalah Zona IVax2,

Zona IVay2, dan Zona IIIay serta Zona IVax1. Luasannya diperkirakan mencapai

263.615 ha. Pada Gambar 18 terlihat zona-zona tersebut menyebar di setiap

kecamatan.

Gambar 18 Sebaran zona potensial pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa.

Berdasarkan penelitian Suratman dan Sudarta (2005), zona potensial

tersebut terdapat pada lahan dengan relief datar hingga bergelombang, sebagian

berbatu, utamanya di dataran volkan. Penyebarannya dijumpai pada landform

aluvial, fluvio-marin, antar perbukitan, kaki volkan, dan di dataran

Page 78: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

61

tektonik/struktural. Komoditas tanaman pangan yang dapat dikembangkan antara

lain kacang hijau, kedelai, jagung, ketela, kacang tanah, bawang merah, cabai,

tomat, dan kacang panjang.

Namun demikian, zona potensial belum sepenuhnya dapat dikembangkan

sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Penggunaan lahan saat ini atau

kondisi eksisting lahan juga mempengaruhi arah pengembangan ke depan. Bila

diperhatikan pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa saat ini (Gambar

19), terdapat wilayah-wilayah yang potensial tetapi masih berupa hutan lahan

kering primer maupun sekunder seperti terdapat di Kecamatan Ropang, Lantung,

Lunyuk, Orong Telu, Plampang, dan Empang. Juga terdapat wilayah-wilayah non

potensial yang diperuntukkan bagi kehutanan dan perkebunan sudah

termanfaatkan untuk pertanian lahan kering dan campuran semak belukar,

seperti terlihat di kecamatan Moyo Hulu, Batu Lanteh, dan Tarano.

Gambar 19 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan citra Landsat tahun 2006.

Berdasarkan zona potensial dan pola penggunaan lahan saat ini yang

menyebar hampir disetiap wilayah kecamatan, maka domain spasial yang

dipergunakan dalam perencanaan wilayah pengembangan menggunakan

pendekatan regional. Wilayah perencanaan yang digunakan adalah batas

Page 79: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

62

wilayah administrasi kecamatan, karena bentuk perencanaan di pemerintah

daerah menggunakan domain kecamatan sebagai lokasi suatu kegiatan yang

akan dilaksanakan.

5.4.3 Rumusan Strategi

Berbagai faktor dan analisis yang telah dilakukan melahirkan beberapa

arahan strategis pengembangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis

komoditas unggulan daerah. Arahan strategis tersebut dirumuskan sebagai

berikut:

a. Pengembangan komoditas jagung

Produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 telah mencapai

58.396 ton. Jumlah produksi tersebut sudah melampaui proyeksi kebutuhan

konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat pada tahun 2025 yang hanya sebesar

22.640 ton. Artinya bahwa terjadi kelebihan produksi untuk konsumsi sekitar

35.000 ton (lihat Tabel 11). Kelebihan produksi jagung dibandingkan dengan

kebutuhan konsumsi pangan masih bisa diserap oleh sektor lain seperti industri

pakan ternak maupun industri olahan tepung yang tidak dipertimbangkan dalam

penelitian ini. Namun demikian, diperlukan upaya untuk menjaga kestabilan

pasar terutama harga agar tidak mengalami penurunan terutama pada saat

panen raya. Langkah yang diperlukan oleh pemerintah daerah sebagai fasilitator

adalah menjalin kontrak kerjasama penjualan dan pemasaran antara pengusaha

sebagai mitra dan petani sebagai pemilik lahan, serta meningkatkan aksesibilitas

pemasaran ke luar daerah.

Pengembangan jagung juga harus mengantisipasi kondisi-kondisi yang

tidak terduga seperti perubahan iklim, gagal panen karena hama penyakit,

bencana alam, maupun adanya perubahan pola konsumsi dan permintaan pasar

global. Sehingga diperlukan upaya untuk mengamankan jumlah produksi yang

ada. Hal ini terkait dengan implikasi kebijakan pengelolaan dan pengawasan

produksi di lapangan. Maka pengusahaan komoditas jagung lebih diarahkan

untuk dipusatkan di wilayah kecamatan yang saat ini menjadi sentra

pengembangan.

Wilayah yang dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan

Labangka (7.549 ha), Lunyuk (1.761 ha), Plampang (1.353 ha), dan Utan (1.333

ha). Total luas penggunaan lahan di empat kecamatan tersebut seluas 11.996

ha, atau 137 persen dari kebutuhan lahan 9.092 ha. Artinya bahwa luasan

Page 80: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

63

penggunaan lahaan saat ini tetap dipertahankan untuk memenuhi areal lahan

yang dibutuhkan dengan berupaya untuk meningkatkan produktivitas.

Produktivitas yang masih rendah (sekitar 2,5 ton/ha) dapat ditingkatkan

melalui intensifikasi berupa penggunaan benih unggul dan penerapan paket

teknologi tepat guna. Untuk itu, sinkronisasi dengan program pemerintah pusat

berupa bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan sekolah lapang penerapan

teknologi tepat guna (SLPTT) jagung diharapkan menjadi pengikat kontrak

kerjasama dengan petani karena petani mendapatkan stimulus modal produksi.

b. Pengembangan komoditas kacang hijau

Produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa saat ini mampu melampaui

proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat tahun 2025.

Tahun 2008 Kabupaten Sumbawa memproduksi kacang hijau sebanyak 26.169

ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat

tahun 2025 hanya sebesar 3.234 ton. Hal ini karena konsumsi perkapita kacang

hijau sangat kecil hanya 0,6 kg/kap/tahun. Kenyataan di lapangan menunjukkan

bahwa pemasaran kacang hijau masih relatif stabil dengan tingkat preferensi

masyarakat yang tinggi. Kondisi ini mengindikasikan permintaan pasar di luar

konsumsi pangan secara langsung maupun permintaan pasar secara nasional

cukup tinggi.

Upaya penting yang diperlukan dalam menyerap tingginya produksi yang

ada adalah mengembangkan aksesibilitas pemasaran ke luar daerah. Kontrak

kerjasama dengan industri pengolahan pangan di luar daerah perlu difasilitasi

oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dikarenakan saat ini industri

pengolahan hasil di Kabupaten Sumbawa belum berkembang secara baik. Untuk

memenuhi standar industri maka kualitas produk penting untuk diperhatikan.

Dengan demikian pengawasan terhadap proses produksi harus lebih

diintensifkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah intensifikasi pengawasan mutu

produksi dalam kawasan sentra pengembangan.

Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan

Moyo Hilir (5.048 ha), Empang (3.864 ha), dan Lopok (3.871 ha), dan Plampang

(3.236 ha). Apabila luas penggunaan lahan pada empat kecamatan tersebut

tetap dipertahankan maka akan mampu memenuhi 411 persen dari kebutuhan

lahan untuk kacang hijau yang hanya sebesar 3.897 ha.

Page 81: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

64

c. Pengembangan komoditas kedelai

Produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa saat ini masih terbatas dalam

memenuhi proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat pada

tahun 2025. Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu memproduksi

kedelai sebanyak 7.893 ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsumsi sebanyak

46.358 ton, sehingga masih berpeluang untuk meningkatkan jumlah produksi

sekitar lebih dari 38.000 ton sampai dengan tahun 2025.

Pengembangan kedelai mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan

dengan komoditas lainnya. Karena luas areal panen di masing-masing wilayah

tersebut masih kecil, maka diperlukan upaya lebih intensif untuk meningkatkan

preferensi petani dalam mengusahakannya. Misalnya dengan menerapkan pola

tumpang sari dengan tanaman lain seperti jagung maupun cabe rawit (Suparto et

al. 2007). Peningkatan areal panen masih dimungkinkan dengan ekstensifikasi.

Produktivitas yang masih rendah juga perlu ditingkatkan dengan intensifikasi

penggunaan benih unggul dan penerapan teknologi budidaya seperti

penggunaan mulsa jerami untuk mempertahankan kelembaban tanah serta

menggalakkan sistem pompa air baik untuk air permukaan maupun air tanah

karena keterbatasan ketersediaan air.

Wilayah pengembangan kedelai meliputi Kecamatan Utan (1.130 ha), Alas

Barat (835 ha), Alas (814 ha), Lantung (704 ha), Buer (701 ha), Empang (530

ha), Ropang (495 ha), Rhee (473 ha), Lenangguar (224 ha), dan Tarano (210

ha). Total luas penggunaan untuk kedelai pada sepuluh kecamatan tersebut

sebesar 6.116 ha atau 15,7 persen dari kebutuhan areal di Nusa Tenggara Barat

yang mencapai 39.287 ha.

d. Pengembangan komoditas cabe rawit

Cabe rawit sampai dengan saat ini masih berpotensi untuk dikembangkan,

mengingat proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat tahun

2025 sebesar 8.140 ton belum terpenuhi secara maksimal jika hanya

mengandalkan luas areal panen yang ada sekarang ini. Pada tahun 2008

Kabupaten Sumbawa hanya mampu berproduksi sebesar 3.260 ton, sehingga

ada peluang untuk mengisi kesenjangan kebutuhan cabe rawit sekitar 5.000 ton.

Wilayah pengembangan cabe rawit di Kabupaten Sumbawa meliputi

Kecamatan Buer (186 ha), Batu Lanteh (30 ha), Plampang (13 ha), Tarano (4

ha), dan Labangka (12 ha). Total luas areal panen pada lima kecamatan tersebut

Page 82: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

65

adalah 245 ha atau hanya 15 persen dari kebutuhan lahan untuk pengembangan

cabe rawit di Nusa Tenggara Barat yang mencapai 1.638 ha. Dengan demikian

upaya peningkatan luas areal panen dengan meningkatkan areal tanam dapat

dilakukan pada masing-masing kecamatan tersebut karena potensi lahan

pertanian yang tersedia masih besar. Produktivitas yang masih kecil juga dapat

ditingkatkan dengan menerapkan teknologi usaha tani yang lebih baik, sehingga

sangat diperlukan kerjasama usaha dalam suatu kelompok tani untuk

mengoptimalkan skala usaha tani. Pola tanam tumpang sari dengan jagung

ataupun komoditas lain dapat diterapkan untuk memaksimalkan sumberdaya

lahan. Upaya lain yang tidak bisa diabaikan adalah pengaturan waktu tanam

terutama untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada musim-musim tertentu

seperti lebaran dan akhir tahun.

e. Pengembangan komoditas ubi jalar

Produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa saat ini masih sangat terbatas.

Produksi pada tahun 2008 hanya sebesar 656 ton, terpaut jauh dari kebutuhan

konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat tahun 2025 yang mencapai 13.476

ton. Hal ini lebih disebabkan karena kendala biogeofisik lahan berupa iklim yang

terlalu panas dengan bulan kering yang panjang.

Wilayah pengembangan ubi jalar meliputi Kecamatan Labuhan Badas (12

ha), Batu Lanteh (10 ha), Sumbawa (8 ha), dan Buer (6 ha). Sementara potensi

lahan yang tersedia di Kabupaten Sumbawa masih besar. Namun demikian,

pengembangan ubi jalar masih terkendala secara teknis seperti teknik budidaya

dan akses modal untuk sarana prasarana produksi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan areal panen antara lain

mengembangkan sumber air berupa sumur bor di kawasan pengembangan.

Karena modal produksi yang bertambah dengan penerapan teknologi, maka

diharapkan pengusahaan ubi jalar dilaksanakan secara berkelompok agar dapat

lebih efektif. Pemberdayaan kelompok tani juga mempermudah dalam akses

terhadap permodalan. Peran lembaga keuangan mikro menjadi semakin penting.

Untuk itu, perlu menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro yang langsung

bersentuhan dengan petani di daerah-daerah sentra pengembangan.

Page 83: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

66

Page 84: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju

masyarakat sejahtera akan dapat terwujud apabila mampu menggali dan

memanfaatkan keunggulan potensi yang dimiliki secara bijak serta menerapkan

regulasi yang aplikatif. Dari berbagai analisis yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Alternatif komoditas tanaman pangan unggulan Kabupaten Sumbawa

adalah jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit dengan

indikator keunggulan memiliki nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih

besar dari rata-rata Nusa Tenggara Barat.

2. Prioritas pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan tersebut

berdasarkan pertimbangan kesesuaian lahan, peluang nilai tambah,

permintaan pasar, kebutuhan modal, dan tingkat preferensi secara

berurut adalah jagung, kacang hijau, kedelai, cabe rawit, serta ubi jalar.

3. Tingkat produksi saat ini memberikan peluang pengusahaan jagung di

Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk, dan Utan. Kacang hijau di

Kecamatan Moyo Hilir, Empang, Lopok, dan Plampang. Untuk kedelai,

cabe rawit, dan ubi jalar masih berpotensi untuk dikembangkan pada

areal yang lebih luas dan secara intensif untuk dapat memenuhi

kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat pada tahun 2025.

4. Produksi jagung dan kacang kedelai sudah mencukupi konsumsi

langsung dengan indeks kecukupan lebih dari satu. Untuk kedelai, cabe

rawit, dan ubi jalar, indeks kecukupan masih kurang dari satu. Sehingga

pengembangan jagung dan kacang hijau lebih ditekankan pada

aksesibilitas pemasaran ke luar daerah melalui kontrak kerjasama agar

harga dapat lebih terjamin. Untuk kedelai, cabe rawit dan ubi jalar,

pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi

berupa penggunaan benih unggul, penggunaan pompa air untuk

mengatasi keterbatasan air, pola tanam tumpang sari, dan

menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan.

Page 85: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

68

6.2 Saran

Berbagai data empirik di lapangan dipandang perlu untuk diperhatikan

untuk pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk itu diajukan

saran sebagai berikut:

1. Dalam menentukan kawasan atau wilayah pengembangan jagung dan

kacang hijau, pola penggunaan lahan perlu dioptimasi secara spasial.

2. Pengembangan komoditas unggulan harus dilakukan secara terpadu dengan

melibatkan berbagai pihak terkait, terutama dalam mengembangkan

ketersediaan sarana dan prasarana produksi seperti jalan usaha tani,

konservasi lahan, maupun ketersediaan lembaga keuangan mikro.

Page 86: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

DAFTAR PUSTAKA

Alphonche CB. 1997. Application of the Analythic Hierarchy Process in

Agriculture in Developing Countries. Agricultural System 53:97-112. Aswandi H, Kuncoro M. 2002. Evaluasi penetapan kawasan andalan: studi

empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 17(1):27-45.

[BPS NTB] Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2008. Nusa

Tenggara Barat dalam Angka 2008. Mataram: BPS NTB. [BPS Sumbawa] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa. 2008. Produk

Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumbawa 2005-2007. Sumbawa: BPS Sumbawa.

Budirokhman D. 2006. Kajian pengembangan agroindustri tanaman perkebunan

skala kecil di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Jurnal Agrijati 3(1):20-23.

Cahyono B. 2003. Cabe Rawit, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.

Yogyakarta: Kanisius. Cowell SJ, Parkinson S. 2003. Localisation of UK food production: an analysis

using land area and energy as indicators. Agriculture, Ecosystems and Environment 94:221-236.

Dalgaard T, Hutchings NJ, Porter JR. 2003. Review Agroecology, Scaling and

Interdisciplinaraty. Agriculture, Ecosystems and Environment 100:39-51. Daryanto A. 2009. Posisi daya saing pertanian Indonesia dan upaya

peningkatannya. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani; Bogor, 14 Oktober 2009. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2009.

[Deptan] Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Jakarta: Deptan.

Dinc M, Haynes KE, Tarimcilar M. 2003. Integrating models for regional

development decisions: A policy perspective. The Annals of Regional Science 37:31-53

[Diperta] Dinas Pertananian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa. 2009.

Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Tahun 2008. Sumbawa Besar: Diperta.

Djaenudin D, Sulaeman Y, Abdurrachman A. 2002. Pendekatan pewilayahan

komoditas pertanian menurut pedo-agroklimat di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21(1).

Page 87: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Edwards CA, Grove TL, Harwood RR, Colfer CJP. 1993. The role of agroecology and integrated farming system in agriculture sustainability. Agriculture, Ecosystem and Environment 46:99-121.

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M, Farid MA. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen

dan Bisnis. Bogor: IPB Press. Gliessman SR. 2004. Integrating agroecological processes into cropping systems

research. Journal of Crop Improvement 11(1/2):61-80 and New Dimensions in Agroecology 61-80.

Hendayana R. 2003. Aplikasi metode location quotient (LQ) dalam penentuan

komoditas unggulan nasional. Informatika Pertanian Volume 12. Iqbal M. 2007. Analisis peran pemangku kepentingan dan implementasinya

dalam pembangunan pertanian. Jurnal Litbang Pertanian 26(3):89-99. Jamal E. 2009. Membangun momentum baru pembangunan pedesaan di

Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 28(1):7-14. Nurwahidah S. 2004. Analisis sektor unggulan dan kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa [tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada.

Oddershede A, Arias A, Cancino H. 2007. Rural development decision support

using the analythic hierarchy process. Mathematical and Computer Modelling 46:1107-1114.

Rahim A, Hastuti DRD. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian.

Jakarta: Penebar Swadaya. Reijntjes C, Haverkort B, Bayers AW. 2006. Pertanian Masa Depan: Pengantar

untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Sukoco Y, penerjemah; van de Fliert E, Hidayat B, editor. Jakarta: Kanisius. Terjemahan dari: Farming for The Future, An Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture.

Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi

Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rumayar TP, Kairupan AN, Hutahaean L, Femmi NF, Syafruddin. 2005.

Keragaan dan analisis komoditas unggulan perikanan umum berdasarkan zona agroekologi di Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):460-466.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.

Page 88: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L, penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders: The Analythic Hierarchy Process for Decisions in Complex World.

Siahaan BR. 2003. Penentuan produk unggulan berbasis cassava dalam rangka

meningkatkan pendapatan industri kecil menengah (IKM) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sudaryanto T, Simatupang P, Kariyasa K. 2005. Konsep sistem usaha pertanian

serta peranan BPTP dalam rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi. Analisis Kebijakan Pertanian 3(3):349-366.

Suparto, Tafakresnanto C, Hendrisman M. 2006. Potensi pengembangan dan

alternatif teknologi pertanian di Kecamatan Buer, Nusa Tenggara Barat untuk mendukung prima tani. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian; Bogor, 14-15 September 2006. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. hlm 291–304.

Suratman, Sudarta N. 2005. Lahan potensial untuk pengembangan tanaman

pangan dan perkebunan di Pulau Sumbawa. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim; Bogor, 14-15 September 2004. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. hlm 61–74.

Syafa’at N, Friyatno S. 2000. Analisis dampak krisis ekonomi terhadap

kesempatan kerja dan identifikasi komoditas andalan sektor pertanian di wilayah Sulawesi: pendekatan Input–Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia XLVIII(4):369-394.

Syafruddin, Kairupan AN, Negara A, Limbongan J. 2004. Penataan sistem

pertanian dan penetapan komoditas unggulan berdasarkan zona agroekologi di Sulawesi Tengah. Jurnal Litbang Pertanian 23(2):61-67.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan

Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Tarigan R. 2008. Perencanaan Pembangunan Wilayah Edisi Revisi. Jakarta:

Bumi Aksara. Widodo T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi

Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Page 89: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

LAMPIRAN

Page 90: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 1

2004 2005 2006 2007 Rata-Rata 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

1 Padi 257,615 245,105 289,306 284,110 269,034 1,466,757 1,367,869 1,552,628 1,526,347 1,478,400

2 Jagung 20,541 29,936 33,892 30,904 28,818 71,275 96,458 103,963 120,612 98,077

3 Kedelai 11,865 12,416 11,730 7,374 10,846 91,495 106,682 108,639 68,419 93,809

4 Kacang Hijau 30,513 28,292 30,690 31,553 30,262 39,730 35,428 40,967 40,970 39,274

5 Kacang Tanah 4,870 4,780 4,582 2,345 4,144 49,227 43,398 43,956 32,913 42,374

6 Ubi Kayu 16,530 14,489 13,839 6,003 12,715 88,030 92,990 87,040 88,527 89,147

7 Ubi Jalar 1,253 1,561 1,557 469 1,210 20,886 19,430 19,076 13,007 18,100

8 Bawang Merah 4,960 3,017 2,135 8,112 4,556 77,237 81,369 85,682 90,181 83,617

9 Cabe Rawit 3,944 1,878 2,026 1,849 2,424 38,561 22,650 43,005 36,993 35,302

10 Mangga 16,893 20,362 23,301 24,685 21,310 50,376 66,012 67,057 103,015 71,615

11 Pepaya 476 467 4,893 4,460 2,574 8,174 9,996 7,891 14,107 10,042

12 Pisang 260 505 834 1,288 722 41,120 59,056 36,396 76,928 53,375

13 Sawo 1,622 1,687 2,009 2,257 1,894 2,976 3,169 3,479 5,878 3,876

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa dan Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009 (diolah)

Rata-Rata Produksi Komoditas Pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Data Tahun 2004 - 2007

No. KomoditasProduksi (Ton) di Kabupaten Sumbawa Produksi (Ton) di Nusa Tenggara Barat

Page 91: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 2

2004 2005 2006 2007 Rata-Rata 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

1 Padi 57,510 54,204 63,805 61,930 59,362 325,984 300,394 341,418 331,916 324,928

2 Jagung 9,110 12,240 13,075 11,004 11,357 33,140 39,380 40,617 42,955 39,023

3 Kedelai 9,357 9,957 10,100 5,824 8,810 75,658 89,230 95,278 56,901 79,267

4 Kacang Hijau 37,930 35,575 37,532 33,776 36,203 49,842 44,680 50,318 43,990 47,208

5 Kacang Tanah 4,159 3,965 3,684 1,854 3,416 41,020 35,214 34,860 25,488 34,146

6 Ubi Kayu 1,445 1,260 1,193 507 1,101 7,674 8,053 7,482 7,510 7,680

7 Ubi Jalar 111 137 136 41 106 1,852 1,702 1,693 1,135 1,596

8 Bawang Merah 593 367 252 616 457 8,958 10,136 9,938 9,776 9,702

9 Cabe Rawit 498 237 252 228 304 6,108 9,060 7,120 7,336 7,406

10 Mangga 2,333 2,808 3,120 3,284 2,886 4,812 5,460 6,321 7,819 6,103

11 Pepaya 15 15 153 139 80 121 147 139 133 135

12 Pisang 53 104 167 258 145 1,112 1,073 833 903 980

13 Sawo 249 259 303 337 287 505 294 237 364 350

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa dan Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009 (diolah)

Rata-Rata Luas Panen Komoditas Pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Data Tahun 2004 - 2007

No. KomoditasLuas Panen (ha) di Kabupaten Sumbawa Luas Panen (ha) di Nusa Tenggara Barat

Page 92: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 3

2004 2005 2006 2007 Rata-Rata 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

1 Padi 44.79 45.22 45.34 45.88 45.31 44.99 45.54 45.48 45.99 45.50

2 Jagung 22.55 24.46 25.92 28.08 25.25 21.51 24.49 25.60 28.08 24.92

3 Kedelai 12.68 12.47 11.61 12.66 12.36 12.09 11.96 11.40 12.02 11.87

4 Kacang Hijau 8.04 7.95 8.18 9.34 8.38 7.97 7.93 8.14 9.31 8.34

5 Kacang Tanah 11.71 12.06 12.44 12.65 12.21 12.00 12.32 12.61 12.91 12.46

6 Ubi Kayu 114.39 114.99 116.00 118.40 115.95 114.71 115.47 116.33 117.88 116.10

7 Ubi Jalar 112.91 113.94 114.49 114.25 113.90 112.78 114.16 112.68 114.60 113.55

8 Bawang Merah 83.64 82.21 84.72 131.69 95.57 86.22 80.28 86.22 92.25 86.24

9 Cabe Rawit 79.20 79.24 80.41 81.08 79.98 63.13 25.00 60.40 50.43 49.74

10 Mangga 72.42 72.51 74.68 75.16 73.69 104.70 120.90 106.08 131.74 115.85

11 Pepaya 319.89 311.33 320.20 320.31 317.93 672.97 680.03 569.35 1,057.99 745.09

12 Pisang 49.57 48.77 49.99 50.02 49.59 369.90 550.60 437.13 852.02 552.41

13 Sawo 65.19 65.15 66.41 67.04 65.95 58.92 107.77 147.07 161.34 118.77

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa dan Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009 (diolah)

Rata-Rata Produktivitas Komoditas Pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Data Tahun 2004 - 2007

No. KomoditasProduktivitas (Kw/ha) di Kabupaten Sumbawa Produktivitas (Kw/ha) di Nusa Tenggara Barat

Page 93: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 4

2004 2005 2006 2007 Rata-Rata 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

1 Padi 1.10 1.38 1.90 2.18 1.64 1.28 1.72 2.27 2.49 1.94

2 Jagung 1.50 1.55 1.79 2.06 1.72 1.26 1.11 1.51 2.05 1.48

3 Kedelai 4.75 3.72 3.64 4.84 4.24 3.38 3.22 2.74 4.07 3.35

4 Kacang Hijau 4.88 5.38 5.14 7.12 5.63 3.71 4.57 5.88 7.21 5.34

5 Kacang Tanah 6.63 7.38 9.93 11.36 8.82 6.18 6.13 7.09 10.62 7.50

6 Ubi Kayu 1.25 1.83 1.86 1.46 1.60 0.71 0.82 0.71 1.20 0.86

7 Ubi Jalar 1.08 1.72 1.92 1.86 1.64 0.77 0.82 0.84 1.36 0.95

8 Bawang Merah 3.20 5.39 5.82 6.25 5.17 4.24 5.79 6.72 6.95 5.93

9 Cabe Rawit 18.50 9.17 15.05 9.23 12.99 7.16 5.70 9.97 7.52 7.59

10 Mangga 2.50 4.71 1.61 5.44 3.56 2.02 4.06 2.24 4.00 3.08

11 Pepaya 2.63 3.81 2.52 2.33 2.82 1.66 2.13 2.42 3.06 2.32

12 Pisang 2.50 5.22 4.31 4.27 4.07 1.84 1.80 2.17 3.13 2.24

13 Sawo 5.00 6.12 4.25 6.15 5.38 3.24 2.75 3.33 3.62 3.23

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa dan Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009 (diolah)

Rata-Rata Nilai Ekonomi Komoditas Pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Data Tahun 2004 - 2007

No. KomoditasNilai Ekonomi (Rp Juta/ton) di Kabupaten Sumbawa Nilai Ekonomi (Rp Juta/ton) di Nusa Tenggara Barat

Page 94: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 5

No. Kode Stakeholders Nama Alamat Jabatan Pendidikan

1 P2 Pemda Iskandar D Olat Rarang Sumbawa Besar Kabid PPS Bappeda S2

2 P3 Pengusaha M. Aries Z.A. Jln. Mawar 25 Sumbawa Besar S2

3 P4 Petani Irham Bayurianto Dsn Serange Kec. Lopok Ketua Gapoktan Bini Laki SLTA

4 P5 Pemda Edy Isnaini Jln Cendrawasih Sumbawa Besar Kepala KKPPP S2

5 P6 Pemda Talifuddin BTN Bukit Permai Sumbawa Besar Sekretaris Dinas Pertanian S2

6 P7 DPRD Mustami H. Hamzah Desa Berare Kec. Moyo Hilir Pimpinan DPRD S1

7 P8 Pemda Sirajuddin Jln Cendrawasih Sumbawa Besar Kepala Dinas Pertanian S1

8 P9 Pemda Hj. Diana Jln Mangga IV No. 4 Kabid Ekonomi Bappeda S1

9 P10 Petani M. Saleh MS. Desa Kerato Kec. Unter Iwis - SMP

10 P11 Petani Syamsul Bahri Desa Jorok Kec. Unter Iwes Anggota KT Ganinggara DIII

11 P12 Petani Ismail Desa Karang Dima Kec. Lab. Badas Anggota KT Karya Jaya SMA

12 P13 Petani Sangan H. Maswarang Desa Serading Kec. Moyo Hilir Ketua KT Telaga Terong SLTA

13 P14 Petani Mappiase B. Desa Labu Kuris Kec. Lape Ketua KT Harap Untung SLTA

14 P15 Petani Hamdan Desa Sepakat Kec. Plampang Ketua KT Buin Telu S1

15 P16 Petani Mustakim Desa Maronge Kec. Maronge Ketua KT Kokar Samukung SMA

16 P17 Petani Malamadin Desa Empang Atas Kec. Empang Ketua KT Suka Jaya SMA

17 P18 Petani Ibrahim Desa Labu Jambu Kec. Tarano Ketua KT Swadaya S1

18 P19 Petani Munasib Desa Labangka Kec. Labangka Ketua KT Karya Makmur SMA

19 P20 Petani Fatahollah Desa Batu Bulan Kec. Moyo Hulu Ketua KT Mantapis SMA

20 P21 Petani Haris Desa Rhee Kec. Rhee Ketua KT Pasir Putih SMA

21 P22 Petani Muhammad AW. Desa Tengah Kec. Utan Ketua KT Mekar Jaya S1

22 P23 Petani M. Saleh IB. Desa Kalabeso Kec. Buer Ketua KT Seseng Jangi SMA

23 P24 Petani Bulirahman Desa Mapin Kebak Kec. Alas Barat Ketua KT Setia Tani S1

24 P25 Petani H. Begawan M Desa Luar Kec. Alas Ketua KT Pisang SMA

25 P26 Petani Ketut Mirje Desa Lunyuk Rea Kec. Lunyuk Ketua KT Kemang Kuyung SMP

Daftar Identitas Responden dalam Analisis AHP

Page 95: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 6

Kriteria Prioritas (%) Alternatif Prioritas (%)

Lahan 19.5 Jagung 7.3

Kedelai 3.4

Kacang Hijau 4.5

Ubi Jalar 1.4

Cabe Rawit 2.9

Nilai tambah 17.5 Jagung 5.6

Kedelai 3.7

Kacang Hijau 4.1

Ubi Jalar 1.5

Cabe Rawit 2.7

Pasar 30.3 Jagung 13.7

Kedelai 4.9

Kacang Hijau 6.2

Ubi Jalar 1.9

Cabe Rawit 3.6

Modal 23.8 Jagung 5.6

Kedelai 4.8

Kacang Hijau 5.6

Ubi Jalar 3.0

Cabe Rawit 4.9

Preferensi 8.9 Jagung 3.1

Kedelai 1.5

Kacang Hijau 2.4

Ubi Jalar 0.7

Cabe Rawit 1.3

Sintesis Detil Prioritas pada Level Kriteria dan Alternatif dalam Analisis AHP

Page 96: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 7

Umur 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

0-4 497.0 508.3 510.2 512.0 507.4 502.1 497.6 494.0 489.9 486.4 481.9 477.6 474.9 472.5 470.1 467.5 464.8

5-9 444.2 447.4 457.3 467.1 479.2 490.5 500.6 503.4 505.4 502.0 497.6 492.1 488.3 485.1 481.3 477.2 473.1

10-14 444.0 437.5 433.7 429.9 434.1 438.8 443.1 453.4 463.1 474.0 485.9 496.7 494.8 493.6 492.2 490.3 488.4

15-19 456.7 456.9 452.6 449.3 444.2 438.4 433.3 428.6 425.5 429.8 434.2 439.4 449.3 459.9 470.7 481.5 492.5

20-24 433.0 441.6 444.9 447.3 447.4 447.5 447.7 445.0 441.8 436.8 430.7 424.5 425.8 427.5 429.1 430.2 431.2

25-29 380.8 386.7 398.1 408.7 418.9 428.0 434.5 437.7 441.6 442.0 441.8 439.1 435.1 430.9 425.8 420.8 416.6

30-34 336.2 340.8 349.2 356.9 364.8 373.5 381.9 393.8 404.4 414.5 422.8 430.7 434.7 437.1 438.2 437.7 435.3

35-39 310.8 315.1 319.0 322.0 325.1 329.1 334.4 341.0 348.3 357.2 366.4 376.5 386.8 398.1 408.9 418.2 425.1

40-44 273.9 279.9 285.4 291.8 297.5 303.4 308.3 312.3 315.8 317.9 321.7 326.9 333.3 341.1 349.9 359.4 369.3

45-49 235.2 240.9 247.5 253.2 258.9 264.6 270.2 276.9 282.8 288.4 294.1 299.0 302.8 306.1 309.1 313.0 318.0

50-54 192.9 199.7 206.5 213.4 219.3 225.1 230.5 237.0 243.1 249.0 254.6 260.0 265.9 272.1 278.1 283.6 288.2

55-59 148.6 154.5 160.8 166.9 174.2 180.9 187.8 194.4 200.4 206.3 211.9 218.4 224.4 230.2 235.6 240.8 246.4

60-64 107.0 113.6 119.4 124.6 129.6 134.5 140.3 146.8 152.1 158.4 164.9 171.5 174.4 180.2 187.5 194.7 200.8

65-69 71.2 74.7 79.0 84.8 89.9 94.9 98.8 102.8 106.9 112.0 116.6 122.0 126.2 130.1 135.0 141.4 150.1

70-74 52.9 53.6 54.1 53.9 55.8 57.9 60.8 63.4 67.0 70.7 74.7 79.0 81.8 85.1 88.9 93.5 98.8

75+ 49.6 52.0 53.5 56.1 57.0 58.4 60.8 61.8 64.6 66.1 69.0 70.9 80.6 83.6 86.1 89.1 91.9

Total 4,434.0 4,503.2 4,571.2 4,637.9 4,703.3 4,767.6 4,830.6 4,892.3 4,952.7 5,011.5 5,068.8 5,124.3 5,179.1 5,233.2 5,286.5 5,338.9 5,390.5

Sumber: BPS, 2009

Proyeksi Penduduk Nusa Tenggara Barat Menurut Kelompok Umur

Tahun 2009-2025

(x 1000)

Page 97: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 8

Zona Sub-Zona

I I 0 - 750 Panas Lembab Pegunungan, > 40 Udults, Ustults, Baik Kehutanan Vegetasi Alami

isohyper- Perbukitan, Udand, Ustands

thermic Volkan Tropepts

II IIay 0 - 750 Panas Agak kering Bukit Kapur, 16 - 40 Udults, Ustults, Baik Perkebunan Tanaman keras penghasil

Pegunungan, Uderts, Usterts, (budidaya tahunan) minyak, getah, dan buah-buahan

Perbukitan, Udalfs, Ustalf, dataran rendah

Volkan Udand, Ustands

III IIIay 0 - 750 Panas Agak kering Dataran, 8 - 15 Tropepts, Udands, Baik Wana tani Pepohonan dan perdu, palawija,

Bukit Kapur, Udalfs, Uderts, padi ladang

Volkan Udults

IIIby 750 - 2000 Sejuk Agak kering Pepohonan dan perdu, sayur-

sayuran dataran tinggi

IV IVax1 0 - 750 Panas Basah Aluvial < 8 Aquents, Aquepts, Buruk Pertanian lahan basah Padi sawah

IVax2 Lembab Volkan, Dataran Udand, Uderts, Baik Pertanian lahan kering Sayur-sayuran dataran tinggi,

IVay2 Agak kering Udults, Tropepts serealia, kacang-kacangan,

umbi-umbian

Kelompok Komoditas Utama

ZONA AGROEKOLOGI DAN ZONASI ALTERNATIF PENGEMBANGAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN DI KABUPATEN SUMBAWA

SimbolElevasi (m) Rejim Suhu Kelembaban Fisiografi

Lereng

(%)

Sub-Ordo Tanah

(USDA)Drainase Sistem

Page 98: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 9

No. Kecamatan Luas Panen (ha)Produktivitas

(ton/ha)

Jumlah Produksi

(ton)

1 Lunyuk 1,761 3.54 6,226

2 Orong Telu 50 3.36 168

3 Alas 116 3.50 406

4 Alas Barat 762 3.57 2,721

5 Buer 53 3.51 186

6 Utan 1,333 3.53 4,707

7 Rhee 263 3.50 920

8 Batu Lanteh 325 3.54 1,152

9 Sumbawa 191 3.57 682

10 Labuan Badas 735 3.58 2,632

11 Unter Iwes 119 3.55 423

12 Moyo Hilir 215 3.53 759

13 Moyo Utara 123 3.50 431

14 Moyo Hulu 107 3.52 377

15 Ropang 10 3.50 35

16 Lenangguar 15 3.53 53

17 Lantung 10 3.50 35

18 Lape 145 3.36 487

19 Lopok 47 3.49 164

20 Plampang 1,353 3.60 4,867

21 Labangka 7,549 3.74 28,244

22 Maronge 27 3.48 94

23 Empang 353 3.48 1,229

24 Tarano 401 3.49 1,398

Jumlah 16,063 3.64 58,396

Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Jagung

di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008

Page 99: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 10

No. Kecamatan Luas Panen (ha)Produktivitas

(ton/ha)

Jumlah Produksi

(ton)

1 Lunyuk 664 0.93 620

2 Orong Telu 350 0.93 327

3 Alas 53 0.91 48

4 Alas Barat 472 0.93 438

5 Buer 314 0.92 288

6 Utan 1,489 0.89 1,329

7 Rhee 90 0.92 83

8 Batu Lanteh 200 0.89 177

9 Sumbawa 511 0.91 465

10 Labuan Badas 434 0.82 357

11 Unter Iwes 439 0.90 396

12 Moyo Hilir 5,048 0.95 4,815

13 Moyo Utara 332 0.87 290

14 Moyo Hulu 1,967 0.92 1,816

15 Ropang - - -

16 Lenangguar 10 0.80 8

17 Lantung 20 0.85 17

18 Lape 2,087 0.97 2,033

19 Lopok 3,871 0.94 3,648

20 Plampang 3,236 0.95 3,075

21 Labangka 139 0.94 130

22 Maronge 1,267 0.94 1,194

23 Empang 3,864 0.93 3,601

24 Tarano 1,099 0.92 1,014

Jumlah 27,956 0.94 26,169

Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Kacang Hijau

di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008

Page 100: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 11

No. Kecamatan Luas Panen (ha)Produktivitas

(ton/ha)

Jumlah Produksi

(ton)

1 Lunyuk 172 1.04 179

2 Orong Telu 100 1.17 117

3 Alas 814 1.14 931

4 Alas Barat 835 1.26 1,056

5 Buer 701 1.15 809

6 Utan 1,130 1.23 1,394

7 Rhee 473 1.12 528

8 Batu Lanteh 25 1.08 27

9 Sumbawa 80 1.06 85

10 Labuan Badas 63 1.08 68

11 Unter Iwes 84 1.14 96

12 Moyo Hilir - - -

13 Moyo Utara 2 1.00 2

14 Moyo Hulu 46 1.11 51

15 Ropang 495 1.22 604

16 Lenangguar 224 1.10 246

17 Lantung 704 1.16 815

18 Lape 1 1.00 1

19 Lopok - - -

20 Plampang 2 1.00 2

21 Labangka - - -

22 Maronge 1 1.00 1

23 Empang 530 1.22 648

24 Tarano 210 1.11 233

Jumlah 6,692 1.18 7,893

Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Kedelai

di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008

Page 101: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 12

No. Kecamatan Luas Panen (ha)Produktivitas

(ton/ha)

Jumlah Produksi

(ton)

1 Lunyuk 18 5.06 91

2 Orong Telu - - -

3 Alas 5 5.00 25

4 Alas Barat 8 11.63 93

5 Buer 186 6.76 1,258

6 Utan 6 5.50 33

7 Rhee 3 16.00 48

8 Batu Lanteh 30 13.90 417

9 Sumbawa 2 15.00 30

10 Labuan Badas 4 4.75 19

11 Unter Iwes 2 7.00 14

12 Moyo Hilir 6 10.17 61

13 Moyo Utara 7 12.14 85

14 Moyo Hulu 7 8.57 60

15 Ropang 6 6.00 36

16 Lenangguar 6 11.00 66

17 Lantung 3 10.67 32

18 Lape 10 9.40 94

19 Lopok 3 11.00 33

20 Plampang 13 19.08 248

21 Labangka 12 12.50 150

22 Maronge 2 22.00 44

23 Empang 6 18.83 113

24 Tarano 4 52.50 210

Jumlah 349 9.34 3,260

Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Cabe Rawit

di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008

Page 102: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa ... · kabupaten sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah iwan setiawan sekolah pascasarjana institut pertanian bogor bogor

Lampiran 13

No. Kecamatan Luas Panen (ha)Produktivitas

(ton/ha)

Jumlah Produksi

(ton)

1 Lunyuk - - -

2 Orong Telu - - -

3 Alas - - -

4 Alas Barat - - -

5 Buer 6 11.50 69

6 Utan 5 11.40 57

7 Rhee - - -

8 Batu Lanteh 10 11.60 116

9 Sumbawa 8 11.63 93

10 Labuan Badas 12 11.33 136

11 Unter Iwes 3 11.67 35

12 Moyo Hilir - - -

13 Moyo Utara - - -

14 Moyo Hulu 2 11.50 23

15 Ropang 2 11.50 23

16 Lenangguar 5 11.60 58

17 Lantung 2 11.50 23

18 Lape - - -

19 Lopok - - -

20 Plampang 2 11.50 23

21 Labangka - - -

22 Maronge - - -

23 Empang - - -

24 Tarano - - -

Jumlah 57 11.51 656

Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Ubi Jalar

di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008