ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

18
ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR (PENDEKATAN INPUT-OUTPUT 2013) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Rendra Hermawan Kuswardiyanto 115020100111049 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

Transcript of ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

Page 1: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS

UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN

PROVINSI JAWA TIMUR

(PENDEKATAN INPUT-OUTPUT 2013)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Rendra Hermawan Kuswardiyanto

115020100111049

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …
Page 3: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

1

Analisis Dampak Investasi Komoditas Unggulan Terhadap

Perekonomian Provinsi Jawa Timur

(Pendekatan Input-Output 2013) Rendra Hermawan Kuswardiyanto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak tambahan investasi pada kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan yang terdapat di Jawa Timur berdasarkan data tabel Input-Output Jawa

Timur 2013. Tabel Input-Output Jawa Timur 2013 didapatkan melalui metode RAS dengan

menggunakan tabel Input-output Jawa Timur 2010 sebagai acuan/dasar untuk upgrading. Penelitian

ini menggunakan metode analisis Input-output dimana dengan analisis ini dapat diketahui keterkaitan

ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) antar kegiatan

ekonomi/komoditas yang terdapat dalam tabel Input-output untuk mengetahui kegiatan

ekonomi/komoditas manakah yang paling unggul di Jawa Timur, dengan nilai BL dan FL > 1.

Selanjutnya metode dampak simulasi investasi, dimana kegiatan ekonomi/komoditas unggulan tersebut

diberi tambahan investasi sebesar 10% untuk mengetahui kegiatan ekonomi/komoditas unggulan

manakah yang paling potensial (sektor inklusif) yaitu paling banyak menyerap tenaga kerja setelah

diberi investasi sebesar 10%. Hasil dari penelitian ini terdapat 17 kegiatan ekonomi/komoditas yang

unggul di Jawa Timur di antaranya ialah komoditas Domba dan Kambing; Ikan Darat dan Hasil

Perikanan Darat; Penggilingan Padi-padian; Industri Makanan Lainnya; Pakan Ternak; Kayu, Barang

dari Kayu dan Gabus; Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekam;

Barang Hasil Kilang Minyak dan barang kimia lainnya; Barang dari Plastik Barang dari Logam

Lainnya; Konstruksi Khusus; Angkutan Darat selain Bus; Angkutan Udara; Pergudangan dan Jasa

Penunjang Angkutan; Jasa Keuangan lainnya; dan Jasa Perusahaan. Masing-masing kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan diberi tambahan investasi 10% dan didapatkan hasil bahwa kegiatan

ekonomi Konstruksi Khusus memiliki dampak penyerapan tenaga kerja paling tinggi setelah diberi

tambahan investasi 10% yaitu senilai 9,8% yang diserap sebesar 5,53% untuk kegiatan ekonomi

Konstruksi Khusus sendiri dan sisanya senilai 4,29% diserap oleh kegiatan ekonomi/komoditas lain.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penting untuk memberikan tambahan investasi pada kegiatan

ekonomi/komoditas yang memiliki keterkaitan tinggi dalam hal ini disebut kegiatan ekonomi/komoditas

unggulan, karena memiliki dampak untuk kegiatan ekonomi/komoditas lainnya yang terkait.

Kata kunci: Analisis Input,Output, Key Sectors, Komoditas Unggulan, Backward Linkages, Forward

Linkages, Investasi, Jawa Timur.

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur yang bisa digunakan untuk meningkatkan pembangunan

suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat

perubahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan untuk menggerakkan dan memacu

pembangunan di berbagai bidang serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Seperti yang

dinyatakan dalam teori basis ekonomi, bahwa faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi

daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah tersebut, sehingga sumberdaya lokal

akan dapat menghasilkan kekayaan daerah sekaligus dapat menciptakan peluang kerja di daerah

tersebut1.

1https://books.google.co.id/books?isbn=9794982490

Page 4: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

2

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara/daerah dalam suatu

periode tertentu ditunjukkan oleh Produk Domestik Bruto atau output regional (PDRB) pertahun yang

dihasilkan. Untuk menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibutuhkan kapasitas

produksi (investasi/penanaman modal) yang cukup dan teknologi yang memadai di samping tersedianya

sumberdaya (alam dan manusia) dan infrastruktur. Semakin besar sumberdaya pembangunan tersebut

tersedia di suatu wilayah, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut akan berlangsung

lebih tinggi dan lebih lancar.

Menurut data Badan Pusat Statistik, PDB Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga

2013, baik secara total maupun di masing-masing sektor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi

Indonesia mengalami pertumbuhan. Dalam kaitannya, pertumbuhan ekonomi nasional tidak lepas dari

adanya peran atau kontribusi dari masing-masing daerah/Provinsi di Indonesia. Dilihat dari kontribusi

PDRB per-Provinsi, diketahui bahwa Jawa Timur merupakan Provinsi penyumbang PDRB tertinggi

sebesar Rp 1.136 triliun setelah DKI Jakarta yang merupakan ibukota Negara yaitu sebesar Rp 1.255

triliun pada 2013. Hal ini menunjukkan bahwa potensi, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya

manusia yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur cukup besar dibandingkan dengan Provinsi lain di

Indonesia.

Menurut data PDRB Provinsi Jawa Timur yang telah dipublikasikan oleh BPS, diketahui bahwa

ekonomi Jawa Timur mengalami peningkatan, baik secara total maupun di setiap sektornya dari 2010

ke 2013. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur telah

mengalami peningkatan. Pada 2010 maupun 2013, apabila dilihat dari segi potensi atau yang merupakan

sektor unggulan menurut data PDRB 2013, terlihat bahwa sektor Industri Pengolahan menduduki

peringkat pertama, disusul pada posisi kedua oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor, baru kemudian sektor Pertanian berada di peringkat ketiga.

Supaya keberadaan sektor unggulan di Jawa Timur dapat mempertahankan posisinya dalam

perekonomian daerah serta untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka dari itu diperlukan adanya

investasi atau penanaman modal untuk menunjangnya. Menurut Badan Penananam Modal (BPM) Jawa

Timur selama tahun 2014 tercatat peningkatan realisasi investasi. Peningkatan ini mencapai total Rp

145,87 triliun pada tahun 2014. Peningkatan terutama terdapat pada realisasi Penanaman Modal Dalam

Negeri di Jawa Timur. PMDN mencapai Rp 42,55 triliun pada tahun 2014, berarti bahwa PMDN

mengalami peningkatan 22% dari tahun sebelumnya yaitu senilai 34,84 triliun rupiah. Realisasi tersebut

lebih besar dibandingkan nilai Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp 19,29 triliun. Dengan

kenaikan tersebut, pertumbuhan investasi di Jawa Timur untuk PMDN merupakan yang paling tinggi

se-Indonesia2. Maka dengan tingginya realisasi PMDN Jawa Timur tersebut, bagaimana jika investasi

itu disalurkan pada kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, dan berdampak apa pada pertumbuhan

ekonomi seperti penambahan lapangan kerja.

Untuk mengembangkan kemampuan tiap-tiap sektor dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa

Timur, maka pemerintah juga perlu menyusun alternatif strategi yang dapat mendorong kontribusi

sektoralnya terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Dalam menyusun perencanaan alternatif

strategi baru, terdapat beberapa pilihan alat analisis yang dapat digunakan. Dalam penyusunannya,

masing-masing alat analisis tersebut sudah pasti memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan masing-

masing.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis input-output yang merupakan suatu analisis

terhadap perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan (linkage) antar sektor

ekonomi dalam suatu wilayah secara menyeluruh, maka dapat dilihat apabila terjadi perubahan pada

tingkat produksi di sektor tertentu, akan berdampak terhadap sektor lain. Tabel dan analisis Input-Output

merupakan suatu metode yang rinci untuk menganalisis perekonomian wilayah dan sangat bermanfaat

dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah.

2 http://bpm.Jawa Timurprov.go.id/bpm/index.php?page=news&news_cat_id=0&news_id=51

Page 5: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

3

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu saja merupakan impian dari setiap daerah. Pertumbuhan

ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di

wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (Value added) yang terjadi. Perhitungan

pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku, namun untuk dapat melihat pertambahan

dari kurun waktu ke waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai rill, yang artinya dinyatakan dalam

harga konstan.

Menurut Boediono (1985:1) dalam Wahyuni (2013) bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih

tinggi daripada persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang

bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Teori Produksi Leontief

Bentuk fungsi produksi Leontief dikenalkan oleh Wasilly Leontief pada tahun 1941. Fungsi Leontief

ini biasa dimanfaatkan untuk menganalisis input-output, maka dari itu fungsi ini sering dikenal sebagai

fungsi produksi input-output. Fungsi produksi Leontief hanya memiliki satu kombinasi sehingga apabila

input serentak dinaikkan maka tingkat perkembangan outputnya bersifat konstan (sesuai dengan

kenaikkan inputnya). Maksudnya yaitu meningkatnya input tidak akan mengubah kombinasi input,

hanya saja akan terjadi peningkatan output. Dengan demikian, bentuk isoquant fungsi produksi Leontief

ini berbentuk siku-siku. Dan isoquant yang berbentuk siku-siku ini menggambarkan tidak adanya

substitusi antar-faktor yang digunakan. Dengan begitu semakin jelas mengapa dalam proses fungsi

produksi Leontief tidak dapat dilakukan substitusi antar-faktor yang digunakan dalam proses

produksinya. Maka dari itu, biasanya fungsi produksi ini disebut dengan fixed proportion, yang berarti

bahwa hubungan antara input dengan output hanya dapat tercipta dengan adanya kombinasi yang unik

dari input (Suhartati dan Fathorrozi, 2003).

Model Harrod-Domar (Tingkat Tabungan dan Investasi)

Mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat

pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui model pertumbuhan Harrod-Domar. Teori ini

dikembangkan oleh Evsey Domar (Massachussets Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod

(Oxford University) 3 . Setiap perekonomian pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau

menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-

barang modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu

pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan

atau stok modal (capital stock). Diasumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya

total stok modal atau K, dengan GNP total, atau Y .

Investasi yang terjadi pada tahun tertentu akan menyebabkan peningkatan barang modal pada tahun

berikutnya. Agar seluruh penambahan barang modal tersebut digunakan seluruhnya maka total

pengeluaran harus meningkat sebesar penambahan barang modal tersebut. Kenaikan total pengeluaran

menyebabkan kenaikan pendapatan nasional (PDB). Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan ekonomi

terjadi karena adanya peningkatan PDB dari suatu negara atau masyarakat. Oleh karena itu, investasi

harus terus mengalami kenaikan agar tingkat pertumbuhan ekonomi juga ikut mengalami kenaikan4.

Pendekatan Analisis Input-Output

Tabel Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Profesor Wassily Leontief pada tahun 1930an5.

Leontief mengemukakan bahwa analisis input-output merupakan suatu metode yang mengukur

3 https://docs.google.com/document/d/1VPMoVev2Cl9AcmgImPh7-eA2oc6YrkI3QmuWIYCL8Go/

edit?hl=en_US&pli=1 4https://books.google.co.id/books?isbn=9797345327 5 http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/149-artikel-kekayaan-negara-dan-perimbangan-

keuangan/19961-penerapan-model-input-output-dalam-analisis-perekonomian-provinsi-kalimantan-

selatan

Page 6: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

4

hubungan timbal balik antar sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks secara sistematis. Analisis

Leontief didasarkan pada keseimbangan hubungan antar sektor di dalam suatu wilayah.

Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu sistem informasi statistik yang disusun dalam bentuk matriks

yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor ekonomi dalam suatu kurun waktu

tertentu (BPS, 2010). Aspek yang ingin ditonjolkan oleh Tabel I-O adalah bahwa setiap sektor

mempunyai keterkaitan/ketergantungan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan suatu sektor

ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksinya. Dengan kata lain sasaran

pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain.

Oleh karena itu perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan sektor-sektor

terkait secara terintegrasi.

Analisis yang menggunakan tabel I-O harus memenuhi tiga asumsi dasar sebagai berikut (BPS,

2010):

1. Asumsi homogenitas, artinya bahwa suatu komoditi hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu

sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subtitusi output di antara berbagai sektor,

2. Asumsi linearitas, di mana fungsi produksi bersifat linier dan homogen, artinya perubahan suatu

tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input secara proporsional, dan

3. Asumsi adivitas, di mana efek total dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh

masing-masing sektor secara terpisah. Asumsi-asumsi ini menunjukkan bahwa semua pengaruh

di luar sistem input-output diabaikan.

Kerangka dasar model I-O teridiri atas empat kuadran seperti disajikan pada gambar dengan

penjelasan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Kuadran I:

Transaksi Antar Kegiatan Kuadran II:

Permintaan Akhir

Kuadran III:

Input Primer Sektor Produksi Kuadran IV:

Input Primer Permintaan Akhir

Sumber: BPS, 2010

1. Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/kegiatan, yaitu arus barang dan jasa yang dihasilkan

dan digunakan oleh sektor-sektor dalam perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi

penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi sehingga disebut juga sebagai transaksi

antara (intermediate transaction). Dari kuadran ini juga dapat disusun matriks koefisien input

yang merupakan dasar analisis keterkaitan (linkages), yaitu perbandingan antara penggunaan

input antara dan nilai output dari sektor yang bersangkutan. Keterkaitan ini penting untuk melihat

perubahan output suatu sektor terhadap pendapatan, ketenagakerjaan dan output sektor-sektor

lainnya.

2. Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses

produksi yang biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, persediaan

(stock), investasi dan ekspor.

3. Kuadran III berisikan input primer sektor-sektor/kegiatan produksi, yaitu semua balas jasa faktor

produksi yang biasanya meliputi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak

langsung.

4. Kuadran IV menggambarkan bagaimana balas jasa yang diterima input primer didistribusikan ke

dalam sektor-sektor permintaan akhir. Dalam penyusunan tabel I-O kuadran ini diabaikan karena

tidak dibutuhkan dalam analisis input output dan bukan tujuan pokok.

Tiap kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks, masing-masing dengan dimensi seperti tertera dalam

tabel I-O.

Analisis Keterkaitan dalam Input-Output

Matriks invers Leontief (𝐼 − 𝐴)−1 juga banyak memberikan informasi tentang dampak keterkaitan

antar sektor produksi, di antaranya dampak keterkaitan ke belakang (backward linkage effect) dan

dampak keterkaitan ke depan (foward linkage effect).

Page 7: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

5

Analisis keterkaitan terdiri dari foward linkage dan backward linkage. Kedua analisis digunakan

untuk mencari dan menganalisis sektor-sektor unggulan (leading sectors) yaitu sektor-sektor yang

memiliki peranan relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Sehingga dapat diketahui seberapa kuat hubungan antara suatu sektor dengan sektor lainnya (foward

linkage) baik dari sisi penyediaan input maupun dari sisi kebutuhan input yang berasal dari sektor-sektor

lainnya (backward linkage).

Formula keterkaitan ke belakang dari suatu sektor dapat dinyatakan sebagai berikut:

𝐿𝑏𝑗 = ∑ 𝑋𝑖𝑗𝑖−𝑗

𝑋𝑗 = ∑ 𝑎 𝑖𝑗𝑖𝑗

Dimana :

𝐿𝑏𝑗 = Indeks keterkaitan ke belakang

𝑋𝑗 = Nilai produk ke-j

𝑋𝑖𝑗 = Nilai input “i” yang disediakan untuk memproduksi “j”

𝑖𝑗 = Koefisien input-output Leontief

Koefisien yang ditunjukkan oleh 𝐿𝑏𝑗 sebagai pengaruh tingkat keterkaitan ke belakang (backward

linkages) apabila > 1 menunjukkan bahwa satu unit dari permintaan akhir sektor tersebut akan

menciptakan perubahan di atas rata-rata pada aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Jika

dimisalkan hasil akhir analisis diperoleh indeks 𝐿𝑏𝑗 total sektor pertanian sebesar 2,5 maka hal ini

memberi makna apabila terjadi kenaikan 1 (satu) unit permintaan akhir di sektor tersebut akan

mengakibatkan kenaikan output sebesar 2,5.

Jika sektor i meningkatkan produksinya maka terjadi peningkatan permintaan terhadap input dari

sektor-sektor lainnya, hal ini sering disebut keterkaitan ke belakang (backward linkage). Suatu sektor

dengan nilai backward linkage lebih besar dibanding dengan sektor lainnya berarti bahwa ekspansi

dalam produksi sektor tersebut akan mengakibatkan dampak ekonomi yang lebih besar bagi

perekonomian, dalam arti menarik kegiatan produksi yang lebih besar dalam menyediakan input bagi

sektor i. Disisi lain, peningkatan produksi sektor i juga mengakibatkan peningkatan penawaran bagi

sektor lainnya (foward linkage). Suatu sektor dengan nilai foward linkage yang relatif besar akan

mendorong sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor i sebagai input produksinya untuk

meningkatkan aktivitasnya. Keterkaitan ke depan diperoleh dari invers keterkaitan ke belakang, dengan

formula:

𝐿𝑡 = 𝑗 ∑ 𝑎𝑖𝑗 − 1

Suatu sektor dikatakan sebagai sektor unggulan jika memiliki angka daya penyebaran (backward

linkage) dan daya kepekaan (foward linkage) lebih besar dari satu. Backward linkage menggambarkan

hubungan antara suatu sektor dengan input sektornya. Backward linkage merupakan suatu penghitungan

untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya yang akan memakainya sebagai

input dalam proses produksi.

Kerangka Pikir

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Ekonomi Non-Basis Ekonomi Basis (Key Sector)

Multiplier Lapangan Kerja Rendah Multiplier Lapangan Kerja Tinggi

Diperlukan Investasi sektor Basis

Page 8: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

6

Penelitian ini dikembangkan berdasaran rangka pikir: Aktivitas Ekonomi Regional memiliki dua

unsur yaitu Ekonomi Basis dan Ekonomi Non-Basis, di mana dalam penelitian ini yang dimaksudkan

dalam Ekonomi Basis adalah kegiatan ekonomi unggulan (Key sector). Bila perekonomian berjalan

dengan baik, pertumbuhan ekonomi basis mempunyai dampak yang tinggi dengan penambahan

lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, diperlukan investasi sektor Basis supaya Ekonomi basis dapat

mempertahankan kedudukannya dalam perekonomian serta untuk memperkuat peranan dari sektor lain

yang kontribusinya dirasa kurang.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif

yang berfokus pada pembahasan atas rumusan masalah. Disini suatu permasalahan dipecahkan melalui

tahapan pengumpulan dan penyusunan data yang kemudian diolah, dianalisis, diinterpretasikan dan

disimpulkan agar pihak lain dapat memperoleh gambaran mengenai sifat (karakteristik). Analisis

kuantitatif didasarkan pada analisis variabel-variabel yang dapat dijelaskan secara terukur dengan

menggunakan alat analisis yang pasti. Singkatnya, pendekatan deskriptif kuantitatif ialah suatu metode

yang berguna untuk menggambarkan sekaligus mendeskripsikan suatu keadaan berdasarkan fakta dan

realita mengenai keadaan suatu objek yang sedang diteliti berdasarkan data serta informasi yang telah

diperoleh pada saat melakukan sebuah penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu

menganalisis dampak tambahan investasi komoditas unggulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini di

khususkan pada wilayah Provinsi Jawa Timur.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh secara tidak

langsung dengan cara mengambil data yang sudah ada atau tersedia di instansi terkait. Data yang

dimaksud sudah di dokumentasikan atau dipublikasikan oleh instansi-instansi terkait. Adapun beberapa

data tersebut ialah:

1. Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, 2010.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur atas dasar harga berlaku menurut

Lapangan Usaha, 2009-2013.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur atas dasar harga berlaku menurut

Lapangan Usaha, 2010 dan 2013 (SNA 2008).

4. Jawa Timur dalam Angka, 2014.

5. Statistik Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Jawa Timur, 2013.

6. Statistik Harga Produsen (Jawa Timur), 2013.

7. Data Output Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil Jawa Timur, 2012 dan 2013.

8. Data Investasi Jawa Timur 2014.

Data-data tersebut diperoleh dari kantor BPS Pusat, BPS Provinsi Jawa Timur, dan Dinas-dinas

terkait lainnya serta dari internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Input-Ouput

Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2013 diperoleh dengan cara melakukan updating dengan

menggunakan metode RAS dan menjadikan Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

sebagai dasarnya.

Terdapat beberapa metode yang perlu untuk dilakukan dalam penyusunan atau updating Tabel Input-

Output ini (Agni, 2009), antara lain :

1) Metode estimasi dan sumber data: Metode setengah survei, sebagian koefisien teknis diestimasi

dengan metode tertentu dan sebagian lagi disurvei merupakan teknik yang digunakan pada penyusunan

tabel input-output Jawa Timur tahun 2013 ini.

2) Klasifikasi sektor Input-Output: Klasifikasi ini bertujuan untuk menggelompokkan kegiatan

ekonomi yang heterogen ke dalam satuan-satuan sektor yang mempunyai kesamaan dalam proses

Page 9: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

7

produksi dan menghasilkan output yang sama atau sejenis. Dalam pengelompokan kegiatan ekonomi

pada Tabel Input-Output ini digunakan rujukan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI)

2009. Klasifikasi tersebut juga dimanfaatkan untuk melakukan identifikasi jenis barang dan jasa yang

merupakan produk utama dari masing-masing sektor. Disamping itu, Tabel Input-Output Jawa Timur

2010 juga dipakai sebagai bahan acuan klasifikasi sektor.

3) Metode RAS: Tahap ini dilakukan untuk updating tabel Input-Output 2010 ke 2013, sehingga

penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode semi survey perlu dilakukan. Metode semi

survey yang dilakukan adalah menggunakan metode RAS modified, tabel dasar yang digunakan untuk

acuan ialah tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2010. Metode ini dipilih karena lebih sederhana dan

tidak membutuhkan data yang detail namun merupakan metode yang efektif dan tepat waktu dalam

penyusunan tabel Input-Output (BPS, 2010).

Metode RAS pertama kali diperkenalkan oleh Stone dan Brown (1962) sebagai suatu metode yang

digunakan untuk updating tabel Input-Output (Mayvani, 2011). Metode RAS merupakan suatu metode

untuk mencari satu bilangan pengganda baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matrik kuadran

I yang baru. Jika matrik A adalah matrik koefisien input kuadran I dan aij adalah sel-sel matrik,maka aij

tersebut dari dua macam pengaruh:

a. Pengaruh Substitusi, yang menunjukan seberapa jauh komoditi i dapat digantikan oleh komoditi

lain dalam proses produksi.

b. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukan seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input antara dari

jumlah input yang tersedia.

Miller dan Blair (1985) dalam Mayvani (2011) mengemukakan bahwa penggunaan metode RAS

untuk menyesuaikan matrik koefisien tidak hanya pada masalah lintas waktu (updating) tetapi juga lintas

ruang (masalah regionalisasi). Bahkan karena keterbatasan data regional, metode RAS sering digunakan

untuk menurunkan tabel I-O daerah dari tabel I-O Nasional (antar daerah) dibandingkan untuk keperluan

Updating.

Analisis Keterkaitan Antar Sektor (Linkage) Dikenal dua jenis keterkaitan, yaitu (1) keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang merupakan

keterkaitan dengan bahan mentah dan dihitung menurut kolom, dan (2) keterkaitan ke depan (foward

linkages) yang merupakan keterkaitan penjualan barang jadi dan dihitung menurut baris.

1) Dampak Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage): Peningkatan output sektor i akan

meningkatkan permintaan input untuk sektor tersebut yang berasal dari sektor itu sendiri dan dari sektor

lainnya, yang berarti harus ada peningkatan output sektor lainnya tersebut. Keterkaitan antar-sektor

industri yang seperti itu disebut dengan keterkaitan ke belakang, karena keterkaitannya bersumber dari

mekanisme penggunaan input. Keterkaitan ke belakang dalam bentuk rumus matematik dapat ditulis:

𝑇𝐵𝐿𝑗 = ∑ 𝑏𝑖𝑗𝑛

𝑖=11

𝑛⁄ ∑ ∑ 𝑏𝑖𝑗𝑛𝑗=1

𝑛𝑖=1

Dimana :

𝑇𝐵𝐿𝑗 = Total Backward Linkage untuk sektor j / indeks daya kepekaan

𝑏𝑖𝑗 = elemen matriks kebalikan Leontif baris ke i, kolom ke j

n = jumlah sektor

2) Dampak Keterkaitan ke Depan (Foward Linkage): Peningkatan output sektor i akan

meningkatkan distribusi output untuk sektor tersebut yang membuat sektor lain (sektor j) memiliki input

yang lebih banyak, sehingga sektor lain tersebut akan meningkatkan proses produksinya yang pada

gilirannya akan menghasilkan output yang lebih banyak. Keterkaitan antar sektor industri yang seperti

ini disebut dengan keterkaitan ke depan (foward linkage), karena keterkaitannya bersumber dari

mekanisme penggunaan output. Keterkaitan ke depan dalam bentuk rumus dapat ditulis:

𝑇𝐹𝐿𝑖 = ∑ 𝑏𝑖𝑗

𝑛𝑖=1

1𝑛⁄ ∑ ∑ 𝑏𝑖𝑗𝑛

𝑗=1𝑛𝑖=1

Dimana :

𝑇𝐹𝐿𝑖 = Total Foward Linkage untuk sektor i / indeks daya kepekaan

𝑏𝑖𝑗 = elemen matriks kebalikan Leontif baris ke i, kolom ke j

n = jumlah sektor

Page 10: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

8

3) Analisis Sektor Unggulan: Indentifikasi sektor unggulan (key sectors) didasarkan atas besarnya

keterkaitan antar sektor baik ke depan atau ke belakang yang ditunjukkan oleh koefisien variasi dari

masing-masing sektor. Koefisien variasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Koefisien variasi untuk backward linkage :

𝑉𝑗 = √1

𝑛−1∑ (𝑏𝑖𝑗−

1

𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑖 )

2

𝑖1

𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑗

, (𝑖, 𝑗 = 1,2, … . , 𝑛)

Koefisien variasi untuk foward linkage :

𝑉𝑖 = √1

𝑛−1∑ (𝑏𝑖𝑗−

1

𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑗 )

2

𝑗1

𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑗

, (𝑖, 𝑗 = 1,2, … . , 𝑛)

Semakin rendah nilai 𝑉𝑗 , semakin besar jumlah sektor yang terkait dengan permintaan yang

disebabkan oleh sektor j. Jadi, jika suatu sektor memiliki total backward linkage (TBL) yang tinggi

(TBL>1) dan nilai 𝑉𝑗 yang rendah, berarti sektor ini memiliki backward linkage yang kuat, dan ini

mencapai sejumlah elemen kebalikan Leontief. Sebaliknya semakin rendah nilai 𝑉𝑖, semakin banyak

sektor yang dipenuhi oleh sektor i, jika sektor i memiliki foward linkage yang tinggi (TFL>1) dan 𝑉𝑖

yang rendah, itu merupakan elemen matriks invers. Jadi, sektor unggulan didefinisikan sebagai sektor

yang memiliki 𝑇𝐵𝐿𝑗 dan 𝑇𝐹𝐿𝑖 melebihi satu satuan, serta memiliki 𝑉𝑗 dan 𝑉𝑖 relatif rendah.

Metode Analisis Dampak (Simulasi)

Metode analisis dampak (simulasi) digunakan untuk menjawab permasalahan kedua dan ketiga

dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana dampak tambahan investasi komoditas unggulan

terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan mana yang

menyerap tenaga kerja paling banyak setelah dilakukannya simulasi investasi. Untuk dapat melihat

dampak dukungan investasi tersebut maka akan disimulasikan persentase besaran dukungan investasi.

Sehingga dapat ditulis rumus:

L = l ((1 − 𝐴)−1. 𝐹1)

l = upah dan gaji/input

(1 − 𝐴)−1 = matriks kebalikan tabel I-O 2013

𝐹1 = Permintaan Akhir (dengan penambahan investasi sebesar 10% pada kolom 303 yaitu

Pembentukan Modal tetap Bruto dan 304 yaitu Perubahan Inventori komoditas unggulan)

Penentuan Sektor Unggulan

Sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut

keterkaitan ke depan atau daya dorongan yang cukup kuat di bandingkan terhadap sektor yang lainnya.

Sedangkan sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi berarti sektor tersebut mempunyai

ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lain.Indeks daya penyebaran mempunyai indikasi bahwa

sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran lebih besar dari rata-rata nilai, menunjukkan

daya penyebaran sektor lebih tinggi daripada daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama

juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan lebih besar dari nilai rata-rata, berarti derajat kepekaan sektor

tersebut lebih tinggi daripada derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan.

Berdasarkan indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan ini, sektor-sektor ekonomi di

Provinsi Jawa Timur dapat di kelompokan ke dalam 4 kelompok, sebagai berikut:

a. Kuadran pertama merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks

daya penyebaran (backward lingkages index) dan derajat kepekaan (forward lingkages index)

dengan nilai > 1,

b. Kuadran kedua merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks

daya penyebaran (backward lingkages index) < 1 dan indeks derajat kepekaan (forward lingkages

index) > 1.

c. Kuadran ketiga merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks

daya penyebaran (backward lingkages index) dan derajat kepekaan (forward lingkages index) <

1.

Page 11: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

9

d. Kuadran keempat merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks

daya penyebaran (backward lingkages index) > 1 sedangkan nilai indeks derajat kepekaan

(forward lingkages index) < 1.

Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai pembagian posisi masing-masing sektor, secara

lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 1. Pengelompokan Sektor-Sektor Ekonomi Berdasarkan Keterkaitan ke Belakang dan

Keterkaitan ke Depan

Keterkaitan ke Belakang

Rendah Tinggi

Ket

erk

ait

an

ke

Dep

an

Tin

gg

i

Kuadran II

(Sektor Potensial)

Kuadran I

(Sektor Unggulan)

Ren

da

h

Kuadran III

(Sektor

Terbelakang)

Kuadran IV

(Sektor Sedang Berkembang)

Sumber: Kuncoro,2004

Dari tabel 1, maka sektor ekonomi yang berada di kelompok I merupakan sektor-sektor dengan

derajat kepekaan (keterkaitan ke depan) dan daya penyebaran (keterkaitan ke belakang) yang tinggi.

Sektor yang memiliki nilai tertinggi merupakan sektor unggulan yang representatif untuk mewakili

sektor yang layak di kembangkan dalam rangka pembangunan di Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang maka dapat diketahui keterkaitan antara

sektor tertentu dengan sektor input yang telah digunakan dalam proses produksi, maupun keterkaitan

antara sektor tertentu dengan sektor-sektor lain yang akan mempergunakan outputnya. Untuk

mengetahui keterkaitan antar sektor satu dengan sektor lainnya, dalam penelitian ini menggunakan

matrik kebalikan (invers matrix). Khususnya peneliti ingin mengetahui kelompok dari sektor unggulan

tersebut memiliki keterkaitan kedepan yang tinggi terhadap sektor lainnya dan juga mengetahui

keterkaitan kebelakang yang tinggi terhadap sektor lainnya.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan lanjutan dari matrik pengganda (matrik

inverse). Nilai Indeks daya penyebaran dapat pula dikatakan sebagai nilai indeks keterkaitan kebelakang

(backward lingkages) sedangkan indeks derajat kepekaan dapat pula disebut indeks keterkaitan kedepan

(forward lingkages).

Berdasarkan perhitungan dari indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan didapatkan hasil

perhitungan yang terbagi ke dalam empat kuadran, yaitu :

1. Kuadran I merupakan kuadran dengan karakteristik indeks daya penyebaran atau backward

lingkages index > 1 dan derajat kepekaan atau forward lingkages index > 1,

2. Kuadran II adalah kuadran dengan nilai indeks daya penyebaran atau backward lingkages index

< 1 dan indeks derajat kepekaan atau forward lingkages index > 1.

3. Kuadran III berisikan kegiatan ekonomi/komoditas dengan nilai indeks daya penyebaran atau

backward lingkages index dan derajat kepekaan atau forward lingkages index < 1.

4. Kuadran IV merupakan kegiatan ekonomi/komoditas yang memiliki nilai indeks daya

penyebaran atau backward lingkages index > 1 sedangkan nilai indeks derajat kepekaan atau

forward lingkages index < 1.

Untuk nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan yang berada > 1, ini berarti bahwa kegiatan

ekonomi tersebut adalah kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang memiliki kinerja di atas rata-rata

dari total seluruh perekonomian di wilayah tersebut dan begitu pula sebaliknya jika berada < 1 maka

Page 12: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

10

kegiatan ekonomi tersebut tidak unggul dan kinerjanya di bawah nilai rata-rata dari total seluruh

perekonomiannya.

Gambar 2. Pemetaan Empat Kuadran Indeks BL dan Indeks FL

Sumber: Tabel Input-Output updating 2013, data diolah

Penentuan Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan (Key Sector)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan ekonomi/komoditas unggulan merupakan

kegiatan ekonomi/komoditas yang mempunyai nilai di atas rata-rata pada parameter yang telah

ditetapkan. Parameter yang digunakan untuk menentukan setiap kegiatan ekonomi/komoditas unggulan

di Jawa Timur adalah kontribusi masing-masing kegiatan ekonomi/komoditas terhadap perekonomian

Jawa Timur maupun terhadap lapangan usaha pendukungnya (indeks BL dan indeks FL > 1).

Berdasarkan perhitungan tabel input-output berdasarkan indeks backward lingkages dan forward

lingkages di Jawa Timur didapatkan kegiatan ekonomi/komoditas sebagai berikut:

Tabel 2. Sektor Tabel I-O Jawa Timur 2013 yang Masuk dalam Kuadran Pertama

No. Kode kegiatan ekonomi/komoditas Indeks BL Indeks FL

1 22 Domba Dan Kambing 1,03106 1,01554

2 33 Ikan Darat Dan Hasil Perikanan Darat 1,15066 1,09724

3 44 Penggilingan Padi-Padian (Kecuali Beras), Tepung

Dan Pati 1,36981 1,63212

4 47 Industri Makanan Lainnya 1,29854 1,01282

5 48 Pakan Ternak 1,69253 2,39237

6 57

Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus (Tidak Termasuk

Furnitur) Dan Barang Anyaman Dari Bambu, Rotan

Dan Sejenisnya

1,08754 1,46985

7 58 Kertas Dan Barang Dari Kertas 1,09652 1,30925

8 59 Percetakan Dan Reproduksi Media Rekaman 1,12255 1,09366

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2,20

2,40

2,60

2,80

3,00

3,20

3,40

3,60

3,80

4,00

0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80

I

IV III

II

Page 13: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

11

No. Kode kegiatan ekonomi/komoditas Indeks BL Indeks FL

9 63 Barang Hasil Kilang Minyak Dan Barang-Barang

Kimia Lainnya 1,17718 1,07734

10 66 Barang Dari Plastik 1,11196 1,03213

11 71 Barang Dari Logam Lainnya 1,41686 1,45544

12 85 Konstruksi Khusus 1,03886 1,33711

13 91 Angkutan Darat Selain Bus 1,04798 1,54663

14 94 Angkutan Udara 1,22294 1,04207

15 95 Pergudangan Dan Jasa Penunjang Angkutan 1,00738 1,21628

16 102 Jasa Keuangan Lainnya 1,12278 1,08709

17 105 Jasa Perusahaan 1,06755 1,99056

Sumber: Tabel Input-Output updating 2013, data diolah

Dalam menghasilkan output, aktifitas dari kegiatan ekonomi/komoditas di atas mampu menyerap

output dari kegiatan ekonomi/komoditas yang berada di wilayah Jawa Timur dan memiliki kaitan dengan

banyak sektor, sehingga diyakini bahwa kegiatan ekonomi/komoditas tersebut mampu untuk

menggerakkan perekonomian regional. Selain itu, output yang dihasilkan dari kegiatan

ekonomi/komoditas kuadran pertama ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha sektor lainnya.

Seperti contoh dalam sektor industri yaitu pakan ternak yang memiliki indeks BL dan indeks FL

tertinggi, kegiatan produksinya banyak memanfaatkan output dari kegiatan ekonomi/komoditas di Jawa

Timur serta output dari kegiatan ekonomi/komoditas industri Pakan Ternak juga banyak dimanfaatkan

bagi kegiatan ekonomi/komoditas lainnya seperti domba dan kambing, sapi dan komoditas peternakan

lainnya yang memanfaatkan output pakan ternak untuk kegiatan produksinya.

Simulasi Investasi

Salah satu manfaat dari tabel input-output adalah melakukan analisis-analisis dampak simulasi akibat

adanya tambahan permintaan akhir. Salah satu jenis permintaan akhir yang dimaksud adalah investasi. Dengan

menggunakan matrik multiplier, turunan dari tabel input-output, dapat diketahui seberapa besar tambahan

output seluruh kegiatan ekonomi/komoditas ekonomi apabila terjadi tambahan investasi sekian persen, hal

inilah yang mendasari penelitian ini. Dalam subbab ini akan menjawab tentang dampak penambahan investasi

kegiatan ekonomi/komoditas unggulan terhadap penyerapan tenaga kerja dan kegiatan ekonomi/komoditas

unggulan mana saja yang menyerap banyak tenaga kerja setelah mendapatkan tambahan investasi tersebut.

Dalam simulasi investasi ini, kegiatan ekonomi/komoditas yang mendapatkan suntikan investasi adalah

kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang sudah dijabarkan pada tabel 2. Dari 17 kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan tersebut terdapat 15 kegiatan ekonomi/komoditas yang memperoleh investasi

menurut tabel I-O Jawa Timur 2013 kolom 303 (Pembentukan Modal tetap Bruto) dan 304 (Perubahan

Inventori), sehingga 15 kegiatan ekonomi/komoditas unggulan tersebut yang selanjutnya diberi tambahan

investasi sebesar 10% untuk mengetahui seberapa besar dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ekonomi/komoditas unggulan tersebut ialah:

Tabel 3. Rata-rata Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan setelah

penambahan investasi 10%

Kode Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan ∑∆ TK

(%) Output

22 Domba Dan Kambing 2,6869 5.922.358

33 Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat 0,0451 25.107.611

44 Penggilingan Padi-Padian (Kecuali Beras), Tepung, dan Pati 0,9622 62.499.257

47 Industri Makanan Lainnya 0,3851 55.093.954

48 Pakan Ternak 0,2305 31.659.468

57 Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus 2,3952 42.269.566

58 Kertas dan Barang dari Kertas 0,6565 37.094.578

63 Barang Hasil Kilang Minyak dan Barang-Barang Kimia Lainnya 0,1389 23.796.181

66 Barang dari Plastik 0,4536 17.700.306

71 Barang Dari Logam Lainnya 2,7804 118.502.642

Page 14: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

12

Sumber: Tabel I-O Jatim 2013, data diolah

Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang paling banyak menyerap

tenaga kerja setelah penambahan investasi sebesar 10% adalah kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus sebesar

9,8263, hal ini menunjukkan bahwa adanya tambahan investasi sebesar 10% pada kegiatan ekonomi unggulan

Konstruksi Khusus akan menyebabkan peningkatan kesempatan kerja dalam perekonomian sekitar 9,8%,

dilanjutkan oleh kegiatan ekonomi Barang dari Logam lainnya sebesar 2,78% di posisi kedua dan komoditas

Domba dan Kambing di posisi ketiga sebesar 2,68%.

Tabel 4. Dampak Penambahan Investasi Kegiatan Ekonomi Konstruksi Khusus

Kegiatan

Ekonomi /

Komoditas

Unggulan

Total Dampak

Penyerapan

TK akibat

investasi 10%

Dampak Penyerapan Tenaga Kerja

85.

Konstruksi

Khusus

9,8 %

5,5 % Konstrusi Khusus

4,2 %

0,9 % Peralatan Listrik

0,55 % Barang dari Logam Lainnya

0,45 % Semen, Kapur, dan Barang Lainnya Bukan Logam

0,35 % Kayu Jati

0,22 % Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Sisanya untuk kegiatan ekonomi/komoditas lain

Sumber: Tabel Input-Output Jawa Timur 2013, hasil analisis

Akibat adanya tambahan investasi pada kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus, menciptakan dampak

penyerapan tenaga kerja secara total yaitu 9,8% yang artinya bahwa, dengan adanya tambahan investasi 10%

pada kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus, total penyerapan tenaga kerja yang tercipta sebesar 9,8% secara

keseluruhan. Dari 9,8% tersebut, sebesar 5,5% penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan ekonomi Konstruksi

Khusus sendiri. Sisanya senilai 4,2% penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan ekonomi/komoditas lain seperti

Peralatan Listrik 0,9%, Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 0,55%, Semen, Kapur dan Barang lainnya Bukan

Logam 0,45%, dan masih banyak kegiatan ekonomi/komoditas lainnya.

Kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus mencakup kegiatan yang berhubungan dengan keahlian khusus,

biasanya khusus pada satu aspek umum untuk struktur yang berbeda, yang membutuhkan peralatan atau

keterampilan khusus dan lebih banyak dilakukan berdasarkan subkontrak (KBLUI, 2009). Peran strategis

sektor konstruksi juga dapat dilihat dari keterkaitan ke belakang dengan sektor-sektor pendukungnya

serta keterkaitan ke depan dengan sektor yang memanfaatkan produk sektor konstruksi. Artinya,

pertumbuhan sektor konstruksi akan mampu menarik gerbong pertumbuhan sektor pendukung serta

mendorong pertumbuhan sektor pembangunan yang lain.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Badan Pusat Statistik bahwa sektor Konstruksi masih

dijadikan tolak ukur dari kemajuan suatu daerah. Dalam pembangunan, sektor konstruksi mempunyai

peranan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang terutama bidang ekonomi,

sosial dan budaya, selanjutnya untuk pembangunan infrastruktur memungkinkan peningkatan mobilitas

masyarakat dan niaga, prasarana sanitasi, kesehatan dan pendidikan serta fungsi-fungsi sosial lainnya

menjadi lebih baik, serta untuk menunjang tumbuh kembangnya berbagai sektor lain seperti sektor

industri, sektor perdagangan, sektor pariwisata dan sektor-sektor lainnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, sektor konstruksi memegang peran penting dalam pembangunan

nasional sebagai barometer pertumbuhan ekonomi nasional disamping memberi peluang kesempatan

Kode Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan ∑∆ TK

(%) Output

85 Konstruksi Khusus 9,8263 27.291.200

91 Angkutan Darat Selain Bus 0,7712 35.734.269

94 Angkutan Udara 0,3590 27.549.517

95 Pergudangan Dan Jasa Penunjang Angkutan 0,2838 18.306.134

105 Jasa Perusahaan 1,2037 22.780.876

Page 15: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

13

kerja. Pertumbuhan permintaan properti komersial seperti gedung perkantortan, industri, pusat

perbelanjaan, serta hotel, menjadi salah satu pendorong booming bisnis perusahaan konstruksi. Jawa

masih mendominasi pekerjaan konstruksi di Indonesia. Jawa Timur sendiri berada diposisi kedua dalam

sektor konstruksi setelah DKI Jakarta yang menempati posisi tertinggi. Potensi bisnis konstruksi

diproyeksi terus membesar. Selain stabilitas pertumbuhan ekonomi, komitmen pemerintah untuk

memperbesar anggaran belanja infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, maupun bandara, bakal

memperbesar pasar bisnis konstruksi.

Setelah diketahui besaran penyerapan tenaga kerja kelima belas kegiatan ekonomi/komoditas unggulan

tersebut, kemudian dapat diketahui manakah yang merupakan kegiatan ekonomi/komoditas inklusif

(menyerap tenaga kerja tinggi dan produksi yang tinggi pula) dan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan

yang tidak masuk dalam kriteria penyerapan tenaga kerja/produksi tinggi. Untuk memudahkan, berikut

penjelasan dalam bentuk gambar scatter plot:

Gambar 3. Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan Inklusif

Sumber: Tabel Input-Output updating 2013, data diolah

Berdasarkan gambar 3, sumbu vertikal menggambarkan tingkat produksi kegiatan ekonomi/komoditas

unggulan sedangkan sumbu horizontalnya mencerminkan tenaga kerja yang dapat terserap pada kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan. Kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang tergolong berdampak besar

terhadap penyerapan tenaga kerja antara lain kegiatan ekonomi konstruksi khusus, domba dan kambing, serta

barang dari logam lainnya. Sedangkan sisanya merupakan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan dengan

tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup rendah. Jawa Timur perlu memperhatikan kegiatan ekonomi

konstruksi khusus yang berdampak sangat besar bagi penyerapan tenaga kerja.

Secara lebih terperinci, diketahui bahwa kegiatan ekonomi industri Barang dari Logam lainnya dan

kegiatan ekonomi Kayu, Barang dari Kayu dan gabus merupakan kegiatan ekonomi unggulan yang masuk

dalam sektor inklusif dengan kriteria memiliki penyerapan tenaga kerja tinggi dan produksi yang tinggi (di atas

rata-rata kegiatan ekonomi/komoditas unggulan). Kemudian untuk kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus dan

komoditas Domba dan Kambing merupakan kegiatan ekonomi/komoditas dengan penyerapan tenaga di atas

rata-rata dari kemampuan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, namun untuk faktor produksi dua kegiatan

ekonomi ini masih di bawah rata-rata. Selanjutnya untuk kegiatan ekonomi Penggilingan Padi-padian (kecuali

beras), tepung dan pati, Industri Makanan Lainnya, Pakan Ternak, dan kegiatan ekonomi Kertas dan Barang

dari kertas memiliki produksi di atas rata-rata, namun penyerapan tenaga kerjanya masih di bawah rata-rata.

Sedangkan kegiatan ekonomi/komoditas lainnya memiliki produksi dan daya penyerapan tenaga kerja di

22. Domba Dan Kambing

33. Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat

44. Penggilingan Padi-Padian (Kecuali

Beras), Tepung, dan Pati

47. Industri Makanan

Lainnya

48. Pakan Ternak

57. Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus

58. Kertas dan Barang dari Kertas

63. Barang Hasil Kilang Minyak dan Barang-Barang Kimia Lainnya

66. Barang dari Plastik

71. Barang Dari Logam

Lainnya

85. Konstruksi Khusus

91. Angkutan Darat Selain Bus

94. Angkutan Udara

95. Pergudangan Dan Jasa Penunjang Angkutan

105. Jasa Perusahaan

-

15.000.000

30.000.000

45.000.000

60.000.000

75.000.000

90.000.000

105.000.000

120.000.000

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00

Page 16: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

14

bawah rata-rata kegiatan ekonomi unggulan, meski begitu kegiatan ekonomi tersebut tetap dikategorikan dalam

kegiatan ekonomi/komoditas unggulan Jawa Timur menurut Bl dan FL tabel I-O Jawa Timur 2013.

E. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian yang berfokus pada penentuan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan

yang ditinjau dari keterkaitan kebelakang dan juga keterkaitan kedepan serta dampak tambahan investasi

pada komoditas unggulan, beberapa temuan penting yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis input-output terdapat tujuh belas kegiatan ekonomi/komoditas

unggulan yaitu komoditas Domba dan Kambing; Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat;

Penggilingan Padi-padian; Industri Makanan Lainnya; Pakan Ternak; Kayu, Barang dari Kayu

dan Gabus; Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekam; Barang

Hasil Kilang Minyak dan barang kimia lainnya; Barang dari Plastik Barang dari Logam Lainnya;

Konstruksi Khusus; Angkutan Darat selain Bus; Angkutan Udara; Pergudangan dan Jasa

Penunjang Angkutan; Jasa Keuangan lainnya; dan Jasa Perusahaan. Ketujuh belas kegiatan

ekonomi/komoditas ini dapat dikatakan unggul karena memiliki kemampuan yang besar untuk

menggerakan roda perekonomian lainnya baik itu dari segi sektor yang menjadi input maupun

sektor yang memanfaatkan output dari sektor tersebut. Dalam menghasilkan suatu output,

kegiatan dari kegiatan ekonomi/komoditas yang ada di atas mampu menyerap output dari

kegiatan ekonomi/komoditas lain yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur serta memiliki

keterkaitan dengan banyak komoditas lain, sehingga dapat diyakini bahwa kegiatan

ekonomi/komoditas tersebut memang mampu untuk menggerakkan roda perekonomian yang ada

di Jawa Timur. Selain itu juga output yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi/komoditas yang ada

pada kuadran pertama ini memang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha yang ada pada

kegiatan ekonomi/komoditas lainnya.

2. Dampak adanya penambahan investasi 10% di kegiatan ekonomi/komoditas unggulan membuat

setiap kegiatan ekonomi/komoditas di Tabel I-O Jawa Timur 2013 mengalami kenaikan output

yang berdampak pula pada kenaikan penyerapan tenaga kerja baik untuk kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan itu sendiri maupun untuk kegiatan ekonomi/komoditas lain yang

berkaitan.

3. Kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus memiliki dampak penyerapan tenaga kerja paling tinggi

setelah diberi tambahan investasi 10% yaitu senilai 9,8% yang diserap sebesar 5,53% untuk

kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus sendiri dan sisanya senilai 4,29% diserap oleh kegiatan

ekonomi/komoditas lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa penting untuk memberikan tambahan

investasi pada kegiatan ekonomi/komoditas yang memiliki keterkaitan tinggi dalam hal ini

disebut kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, karena memiliki dampak untuk kegiatan

ekonomi/komoditas lainnya yang terkait.

Saran Adapun beberapa saran dan juga rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan eksistensi dari potensi yang dimiliki oleh kegiatan ekonomi/komoditas

unggulan yang berada di kuadran pertama. Mengingat kegiatan ekonomi/komoditas yang berada

di kuadran pertama ini adalah kegiatan ekonomi/komoditas yang memiliki nilai indeks Backward

linkage dan juga nilai indeks Forward linkage > 1 dan dapat dikategorikan sebagai kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan karena memiliki kemampuan besar untuk menggerakkan

perekonomian baik dari segi kegiatan ekonomi/komoditas yang menjadi input maupun kegiatan

ekonomi/komoditas lain yang memanfaatkan output kegiatan ekonomi/komoditas tersebut.

Sehingga peran leading sector yang disandang oleh kegiatan ekonomi/komoditas yang berada di

kuadran pertama ini mampu dipertahankan atau malah ditumbuhkembangkan lebih lanjut dalam

rangka kemajuan perekonomian di Provinsi Jawa Timur yang akan datang.

2. Mengembangkan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan dengan pemambahan investasi. Dengan

demikian apabila kegiatan ekonomi/komoditas yang mempunyai Keterkaitan ke belakang

(backward linkage) tinggi tersebut dikembangkan, maka perekonomian akan tumbuh lebih cepat

jika dibandingkan dengan investasi dilakukan di kegiatan ekonomi/komoditas yang tidak

terencana. Selanjutnya untuk mengurangi terjadinya kebocoran ekonomi karena pemakaian

Page 17: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

15

bahan baku impor, maka disamping mempunyai indeks keterkaitan ke belakang di atas satu, maka

perlu diperhatikan juga kegiatan ekonomi/komoditas yang mempunyai indeks keterkaitan ke

depan (forward lingkages) di atas satu seperti kegiatan ekonomi/komoditas yang berada di

kuadran I. Hal tersebut perlu dilakukan agar investasi menjadi lebih efektif, dimana kegiatan

investasi tidak hanya mempunyai multiplier yang tinggi tetapi juga tidak banyak memerlukan

bahan baku impor. Sehingga efek multiplier dari kegiatan investasi yang dimaksud benar-benar

mendorong perekonomian wilayah Provinsi Jawa Timur.

3. Dalam mewujudkan pertumbuhan yang inklusif di Jawa Timur diperlukan peningkatan efisiensi

modal (capital) yang bisa dilakukan dengan cara mengembangkan Research and Development

(RnD) untuk mendorong terjadinya inovasi teknologi dalam mengembangkan kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan, upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya

yang bekerja di kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, serta peran pemerintah dalam

meningkatkan infrastruktur sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi/komoditas unggulan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan

Wilayah. GrahaI lmu.

Agni, Happi D. 2009. Skripsi: Analisis Sebaran Sektor Unggulan Kabupaten Malang Melalui

Pendekatan Input-Output. Malang. Universitas Brawijaya.

Alam S, 2007. Ekonomi. Esis (Erlangga) https://books.google.co.id/books?isbn=9797345327

Amir dan Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan

Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input-Output. Jurnal

Ekonomi Pembangunan Indonesia. Jakarta: FEUI

Anonim. 2013. Pertumbuhan Investasi Jawa Timur Tertinggi se-Indonesia. Surabaya. Badan

Penanaman Modal Jawa Timur.

http://bpm.jatimprov.go.id/bpm/index.php?page=news&news_cat_id=0&news_id=51

Anonim. 2014. Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah. DPR-RI dan Presiden-RI.

http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-Undang/undang-undang-

nomor-23-tahun-2014-4893

Arsyad, Lincolin. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah (Edisi Kedua). BPFE-

Yogyakarta.

BPS. 2009. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No. 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia. Jakarta

BPS. 2010. Tabel Input Output Jawa Timur 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Surabaya

BPS. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur tahun 2013. Surabaya. Badan Pusat

Statistik Provinsi Jawa Timur.

Dumairy, 1991. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan: Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta. Gramedia

Pustaka Utama https://books.google.co.id/books?isbn=9794982490

Joesron, Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta. Salemba Empat

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi & Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan

Peluang, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, Erlangga.

Mayvani, Titov C. 2011. Thesis: Keterkaitan BiayaTransaksi dengan AglomerasiEkonomi Kabupaten

Banyuwangi: Subsektor Pertanian Pangan Unggulan. Malang. Pasca Sarjana Universitas

Brawijaya.

Page 18: ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …

16

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung. Rosda.

Mubarok, Fitroh, 2006. Skripsi: Analisis Struktur dan Keterkaitan Antar Sektor di Jawa Timur. Malang.

Universitas Brawijaya

Nazara, Suahasil. 1997. Analisa Input-Output. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 28.

Pangaribuan, Oktavia Ester. 2014. Penerapan Model Input-Output Dalam Analisis Perekonomian

Provinsi Kalimantan Selatan. Pusdiklat KNPK. Kalimantan.

Qodratollah, Ragil. 2008. Skripsi: Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan (Basis Manufaktur)

dan Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri) Di Jawa Timur Melalui Pendekatan Input–

Output. Malang. Universitas Brawijaya.

Rahmatullah. 2009. Analisa Sektor Unggulan dan Penyerapan Tenaga Kerja Dalam Pembangunan

Ekonomi Kabupaten Gowa. Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya. Malang.

Rubiarko, Sabda. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disparitas Pendapatan di Provinsi

Jawa Timur Tahun 2008-2011. Malang. Universitas Brawijaya

Suparmoko et. al., 2007. Ekonomi 2. Jakarta. Yudhistira

https://books.google.co.id/books?isbn=979746833X

Tarigan, M.R.P, Robinson. 2012. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. (Edisi Kelima). PT. Bumi

Aksara.

Todaro, M. P. dan Smith, S. C. 2003. Pembangunan Ekonomi/edisi Kedelapan, Jilid 1. Erlangga

Wahyuni, Rika. 2013. Skripsi: Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Provinsi Jawa Timur Tahun

2010 (Pendekatan Input-Output). Malang. Universitas Brawijaya.

Wijono, Wiloejo Wirjo. 2005. Mengungkap Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam

Lima Tahun Terakhir. Jakarta. Jurnal Manajemen dan Fiskal. Volume V. Nomor 2.

https://docs.google.com/document/d/1VPMoVev2Cl9AcmgImPh7eA2oc6YrkI3QmuWIYCL8

Go/edit?hl=en_US&pli=1

Yuwono, Sony et. al. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Universitas Michigan. Bayumedia Pub.

https://books.google.co.id/books?id=tGEWAQAAMAAJ