ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …
Transcript of ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS UNGGULAN …
ANALISIS DAMPAK INVESTASI KOMODITAS
UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN
PROVINSI JAWA TIMUR
(PENDEKATAN INPUT-OUTPUT 2013)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Rendra Hermawan Kuswardiyanto
115020100111049
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1
Analisis Dampak Investasi Komoditas Unggulan Terhadap
Perekonomian Provinsi Jawa Timur
(Pendekatan Input-Output 2013) Rendra Hermawan Kuswardiyanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak tambahan investasi pada kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan yang terdapat di Jawa Timur berdasarkan data tabel Input-Output Jawa
Timur 2013. Tabel Input-Output Jawa Timur 2013 didapatkan melalui metode RAS dengan
menggunakan tabel Input-output Jawa Timur 2010 sebagai acuan/dasar untuk upgrading. Penelitian
ini menggunakan metode analisis Input-output dimana dengan analisis ini dapat diketahui keterkaitan
ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) antar kegiatan
ekonomi/komoditas yang terdapat dalam tabel Input-output untuk mengetahui kegiatan
ekonomi/komoditas manakah yang paling unggul di Jawa Timur, dengan nilai BL dan FL > 1.
Selanjutnya metode dampak simulasi investasi, dimana kegiatan ekonomi/komoditas unggulan tersebut
diberi tambahan investasi sebesar 10% untuk mengetahui kegiatan ekonomi/komoditas unggulan
manakah yang paling potensial (sektor inklusif) yaitu paling banyak menyerap tenaga kerja setelah
diberi investasi sebesar 10%. Hasil dari penelitian ini terdapat 17 kegiatan ekonomi/komoditas yang
unggul di Jawa Timur di antaranya ialah komoditas Domba dan Kambing; Ikan Darat dan Hasil
Perikanan Darat; Penggilingan Padi-padian; Industri Makanan Lainnya; Pakan Ternak; Kayu, Barang
dari Kayu dan Gabus; Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekam;
Barang Hasil Kilang Minyak dan barang kimia lainnya; Barang dari Plastik Barang dari Logam
Lainnya; Konstruksi Khusus; Angkutan Darat selain Bus; Angkutan Udara; Pergudangan dan Jasa
Penunjang Angkutan; Jasa Keuangan lainnya; dan Jasa Perusahaan. Masing-masing kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan diberi tambahan investasi 10% dan didapatkan hasil bahwa kegiatan
ekonomi Konstruksi Khusus memiliki dampak penyerapan tenaga kerja paling tinggi setelah diberi
tambahan investasi 10% yaitu senilai 9,8% yang diserap sebesar 5,53% untuk kegiatan ekonomi
Konstruksi Khusus sendiri dan sisanya senilai 4,29% diserap oleh kegiatan ekonomi/komoditas lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penting untuk memberikan tambahan investasi pada kegiatan
ekonomi/komoditas yang memiliki keterkaitan tinggi dalam hal ini disebut kegiatan ekonomi/komoditas
unggulan, karena memiliki dampak untuk kegiatan ekonomi/komoditas lainnya yang terkait.
Kata kunci: Analisis Input,Output, Key Sectors, Komoditas Unggulan, Backward Linkages, Forward
Linkages, Investasi, Jawa Timur.
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur yang bisa digunakan untuk meningkatkan pembangunan
suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
perubahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan untuk menggerakkan dan memacu
pembangunan di berbagai bidang serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Seperti yang
dinyatakan dalam teori basis ekonomi, bahwa faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi
daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah tersebut, sehingga sumberdaya lokal
akan dapat menghasilkan kekayaan daerah sekaligus dapat menciptakan peluang kerja di daerah
tersebut1.
1https://books.google.co.id/books?isbn=9794982490
2
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara/daerah dalam suatu
periode tertentu ditunjukkan oleh Produk Domestik Bruto atau output regional (PDRB) pertahun yang
dihasilkan. Untuk menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibutuhkan kapasitas
produksi (investasi/penanaman modal) yang cukup dan teknologi yang memadai di samping tersedianya
sumberdaya (alam dan manusia) dan infrastruktur. Semakin besar sumberdaya pembangunan tersebut
tersedia di suatu wilayah, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut akan berlangsung
lebih tinggi dan lebih lancar.
Menurut data Badan Pusat Statistik, PDB Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga
2013, baik secara total maupun di masing-masing sektor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi
Indonesia mengalami pertumbuhan. Dalam kaitannya, pertumbuhan ekonomi nasional tidak lepas dari
adanya peran atau kontribusi dari masing-masing daerah/Provinsi di Indonesia. Dilihat dari kontribusi
PDRB per-Provinsi, diketahui bahwa Jawa Timur merupakan Provinsi penyumbang PDRB tertinggi
sebesar Rp 1.136 triliun setelah DKI Jakarta yang merupakan ibukota Negara yaitu sebesar Rp 1.255
triliun pada 2013. Hal ini menunjukkan bahwa potensi, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur cukup besar dibandingkan dengan Provinsi lain di
Indonesia.
Menurut data PDRB Provinsi Jawa Timur yang telah dipublikasikan oleh BPS, diketahui bahwa
ekonomi Jawa Timur mengalami peningkatan, baik secara total maupun di setiap sektornya dari 2010
ke 2013. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur telah
mengalami peningkatan. Pada 2010 maupun 2013, apabila dilihat dari segi potensi atau yang merupakan
sektor unggulan menurut data PDRB 2013, terlihat bahwa sektor Industri Pengolahan menduduki
peringkat pertama, disusul pada posisi kedua oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, baru kemudian sektor Pertanian berada di peringkat ketiga.
Supaya keberadaan sektor unggulan di Jawa Timur dapat mempertahankan posisinya dalam
perekonomian daerah serta untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka dari itu diperlukan adanya
investasi atau penanaman modal untuk menunjangnya. Menurut Badan Penananam Modal (BPM) Jawa
Timur selama tahun 2014 tercatat peningkatan realisasi investasi. Peningkatan ini mencapai total Rp
145,87 triliun pada tahun 2014. Peningkatan terutama terdapat pada realisasi Penanaman Modal Dalam
Negeri di Jawa Timur. PMDN mencapai Rp 42,55 triliun pada tahun 2014, berarti bahwa PMDN
mengalami peningkatan 22% dari tahun sebelumnya yaitu senilai 34,84 triliun rupiah. Realisasi tersebut
lebih besar dibandingkan nilai Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp 19,29 triliun. Dengan
kenaikan tersebut, pertumbuhan investasi di Jawa Timur untuk PMDN merupakan yang paling tinggi
se-Indonesia2. Maka dengan tingginya realisasi PMDN Jawa Timur tersebut, bagaimana jika investasi
itu disalurkan pada kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, dan berdampak apa pada pertumbuhan
ekonomi seperti penambahan lapangan kerja.
Untuk mengembangkan kemampuan tiap-tiap sektor dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa
Timur, maka pemerintah juga perlu menyusun alternatif strategi yang dapat mendorong kontribusi
sektoralnya terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Dalam menyusun perencanaan alternatif
strategi baru, terdapat beberapa pilihan alat analisis yang dapat digunakan. Dalam penyusunannya,
masing-masing alat analisis tersebut sudah pasti memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis input-output yang merupakan suatu analisis
terhadap perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan (linkage) antar sektor
ekonomi dalam suatu wilayah secara menyeluruh, maka dapat dilihat apabila terjadi perubahan pada
tingkat produksi di sektor tertentu, akan berdampak terhadap sektor lain. Tabel dan analisis Input-Output
merupakan suatu metode yang rinci untuk menganalisis perekonomian wilayah dan sangat bermanfaat
dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah.
2 http://bpm.Jawa Timurprov.go.id/bpm/index.php?page=news&news_cat_id=0&news_id=51
3
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu saja merupakan impian dari setiap daerah. Pertumbuhan
ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (Value added) yang terjadi. Perhitungan
pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku, namun untuk dapat melihat pertambahan
dari kurun waktu ke waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai rill, yang artinya dinyatakan dalam
harga konstan.
Menurut Boediono (1985:1) dalam Wahyuni (2013) bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih
tinggi daripada persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang
bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Teori Produksi Leontief
Bentuk fungsi produksi Leontief dikenalkan oleh Wasilly Leontief pada tahun 1941. Fungsi Leontief
ini biasa dimanfaatkan untuk menganalisis input-output, maka dari itu fungsi ini sering dikenal sebagai
fungsi produksi input-output. Fungsi produksi Leontief hanya memiliki satu kombinasi sehingga apabila
input serentak dinaikkan maka tingkat perkembangan outputnya bersifat konstan (sesuai dengan
kenaikkan inputnya). Maksudnya yaitu meningkatnya input tidak akan mengubah kombinasi input,
hanya saja akan terjadi peningkatan output. Dengan demikian, bentuk isoquant fungsi produksi Leontief
ini berbentuk siku-siku. Dan isoquant yang berbentuk siku-siku ini menggambarkan tidak adanya
substitusi antar-faktor yang digunakan. Dengan begitu semakin jelas mengapa dalam proses fungsi
produksi Leontief tidak dapat dilakukan substitusi antar-faktor yang digunakan dalam proses
produksinya. Maka dari itu, biasanya fungsi produksi ini disebut dengan fixed proportion, yang berarti
bahwa hubungan antara input dengan output hanya dapat tercipta dengan adanya kombinasi yang unik
dari input (Suhartati dan Fathorrozi, 2003).
Model Harrod-Domar (Tingkat Tabungan dan Investasi)
Mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat
pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui model pertumbuhan Harrod-Domar. Teori ini
dikembangkan oleh Evsey Domar (Massachussets Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod
(Oxford University) 3 . Setiap perekonomian pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau
menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-
barang modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu
pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan
atau stok modal (capital stock). Diasumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya
total stok modal atau K, dengan GNP total, atau Y .
Investasi yang terjadi pada tahun tertentu akan menyebabkan peningkatan barang modal pada tahun
berikutnya. Agar seluruh penambahan barang modal tersebut digunakan seluruhnya maka total
pengeluaran harus meningkat sebesar penambahan barang modal tersebut. Kenaikan total pengeluaran
menyebabkan kenaikan pendapatan nasional (PDB). Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan ekonomi
terjadi karena adanya peningkatan PDB dari suatu negara atau masyarakat. Oleh karena itu, investasi
harus terus mengalami kenaikan agar tingkat pertumbuhan ekonomi juga ikut mengalami kenaikan4.
Pendekatan Analisis Input-Output
Tabel Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Profesor Wassily Leontief pada tahun 1930an5.
Leontief mengemukakan bahwa analisis input-output merupakan suatu metode yang mengukur
3 https://docs.google.com/document/d/1VPMoVev2Cl9AcmgImPh7-eA2oc6YrkI3QmuWIYCL8Go/
edit?hl=en_US&pli=1 4https://books.google.co.id/books?isbn=9797345327 5 http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/149-artikel-kekayaan-negara-dan-perimbangan-
keuangan/19961-penerapan-model-input-output-dalam-analisis-perekonomian-provinsi-kalimantan-
selatan
4
hubungan timbal balik antar sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks secara sistematis. Analisis
Leontief didasarkan pada keseimbangan hubungan antar sektor di dalam suatu wilayah.
Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu sistem informasi statistik yang disusun dalam bentuk matriks
yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor ekonomi dalam suatu kurun waktu
tertentu (BPS, 2010). Aspek yang ingin ditonjolkan oleh Tabel I-O adalah bahwa setiap sektor
mempunyai keterkaitan/ketergantungan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan suatu sektor
ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksinya. Dengan kata lain sasaran
pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain.
Oleh karena itu perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan sektor-sektor
terkait secara terintegrasi.
Analisis yang menggunakan tabel I-O harus memenuhi tiga asumsi dasar sebagai berikut (BPS,
2010):
1. Asumsi homogenitas, artinya bahwa suatu komoditi hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu
sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subtitusi output di antara berbagai sektor,
2. Asumsi linearitas, di mana fungsi produksi bersifat linier dan homogen, artinya perubahan suatu
tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input secara proporsional, dan
3. Asumsi adivitas, di mana efek total dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh
masing-masing sektor secara terpisah. Asumsi-asumsi ini menunjukkan bahwa semua pengaruh
di luar sistem input-output diabaikan.
Kerangka dasar model I-O teridiri atas empat kuadran seperti disajikan pada gambar dengan
penjelasan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Kuadran I:
Transaksi Antar Kegiatan Kuadran II:
Permintaan Akhir
Kuadran III:
Input Primer Sektor Produksi Kuadran IV:
Input Primer Permintaan Akhir
Sumber: BPS, 2010
1. Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/kegiatan, yaitu arus barang dan jasa yang dihasilkan
dan digunakan oleh sektor-sektor dalam perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi
penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi sehingga disebut juga sebagai transaksi
antara (intermediate transaction). Dari kuadran ini juga dapat disusun matriks koefisien input
yang merupakan dasar analisis keterkaitan (linkages), yaitu perbandingan antara penggunaan
input antara dan nilai output dari sektor yang bersangkutan. Keterkaitan ini penting untuk melihat
perubahan output suatu sektor terhadap pendapatan, ketenagakerjaan dan output sektor-sektor
lainnya.
2. Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses
produksi yang biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, persediaan
(stock), investasi dan ekspor.
3. Kuadran III berisikan input primer sektor-sektor/kegiatan produksi, yaitu semua balas jasa faktor
produksi yang biasanya meliputi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak
langsung.
4. Kuadran IV menggambarkan bagaimana balas jasa yang diterima input primer didistribusikan ke
dalam sektor-sektor permintaan akhir. Dalam penyusunan tabel I-O kuadran ini diabaikan karena
tidak dibutuhkan dalam analisis input output dan bukan tujuan pokok.
Tiap kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks, masing-masing dengan dimensi seperti tertera dalam
tabel I-O.
Analisis Keterkaitan dalam Input-Output
Matriks invers Leontief (𝐼 − 𝐴)−1 juga banyak memberikan informasi tentang dampak keterkaitan
antar sektor produksi, di antaranya dampak keterkaitan ke belakang (backward linkage effect) dan
dampak keterkaitan ke depan (foward linkage effect).
5
Analisis keterkaitan terdiri dari foward linkage dan backward linkage. Kedua analisis digunakan
untuk mencari dan menganalisis sektor-sektor unggulan (leading sectors) yaitu sektor-sektor yang
memiliki peranan relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Sehingga dapat diketahui seberapa kuat hubungan antara suatu sektor dengan sektor lainnya (foward
linkage) baik dari sisi penyediaan input maupun dari sisi kebutuhan input yang berasal dari sektor-sektor
lainnya (backward linkage).
Formula keterkaitan ke belakang dari suatu sektor dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝐿𝑏𝑗 = ∑ 𝑋𝑖𝑗𝑖−𝑗
𝑋𝑗 = ∑ 𝑎 𝑖𝑗𝑖𝑗
Dimana :
𝐿𝑏𝑗 = Indeks keterkaitan ke belakang
𝑋𝑗 = Nilai produk ke-j
𝑋𝑖𝑗 = Nilai input “i” yang disediakan untuk memproduksi “j”
𝑖𝑗 = Koefisien input-output Leontief
Koefisien yang ditunjukkan oleh 𝐿𝑏𝑗 sebagai pengaruh tingkat keterkaitan ke belakang (backward
linkages) apabila > 1 menunjukkan bahwa satu unit dari permintaan akhir sektor tersebut akan
menciptakan perubahan di atas rata-rata pada aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Jika
dimisalkan hasil akhir analisis diperoleh indeks 𝐿𝑏𝑗 total sektor pertanian sebesar 2,5 maka hal ini
memberi makna apabila terjadi kenaikan 1 (satu) unit permintaan akhir di sektor tersebut akan
mengakibatkan kenaikan output sebesar 2,5.
Jika sektor i meningkatkan produksinya maka terjadi peningkatan permintaan terhadap input dari
sektor-sektor lainnya, hal ini sering disebut keterkaitan ke belakang (backward linkage). Suatu sektor
dengan nilai backward linkage lebih besar dibanding dengan sektor lainnya berarti bahwa ekspansi
dalam produksi sektor tersebut akan mengakibatkan dampak ekonomi yang lebih besar bagi
perekonomian, dalam arti menarik kegiatan produksi yang lebih besar dalam menyediakan input bagi
sektor i. Disisi lain, peningkatan produksi sektor i juga mengakibatkan peningkatan penawaran bagi
sektor lainnya (foward linkage). Suatu sektor dengan nilai foward linkage yang relatif besar akan
mendorong sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor i sebagai input produksinya untuk
meningkatkan aktivitasnya. Keterkaitan ke depan diperoleh dari invers keterkaitan ke belakang, dengan
formula:
𝐿𝑡 = 𝑗 ∑ 𝑎𝑖𝑗 − 1
Suatu sektor dikatakan sebagai sektor unggulan jika memiliki angka daya penyebaran (backward
linkage) dan daya kepekaan (foward linkage) lebih besar dari satu. Backward linkage menggambarkan
hubungan antara suatu sektor dengan input sektornya. Backward linkage merupakan suatu penghitungan
untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya yang akan memakainya sebagai
input dalam proses produksi.
Kerangka Pikir
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ekonomi Non-Basis Ekonomi Basis (Key Sector)
Multiplier Lapangan Kerja Rendah Multiplier Lapangan Kerja Tinggi
Diperlukan Investasi sektor Basis
6
Penelitian ini dikembangkan berdasaran rangka pikir: Aktivitas Ekonomi Regional memiliki dua
unsur yaitu Ekonomi Basis dan Ekonomi Non-Basis, di mana dalam penelitian ini yang dimaksudkan
dalam Ekonomi Basis adalah kegiatan ekonomi unggulan (Key sector). Bila perekonomian berjalan
dengan baik, pertumbuhan ekonomi basis mempunyai dampak yang tinggi dengan penambahan
lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, diperlukan investasi sektor Basis supaya Ekonomi basis dapat
mempertahankan kedudukannya dalam perekonomian serta untuk memperkuat peranan dari sektor lain
yang kontribusinya dirasa kurang.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
yang berfokus pada pembahasan atas rumusan masalah. Disini suatu permasalahan dipecahkan melalui
tahapan pengumpulan dan penyusunan data yang kemudian diolah, dianalisis, diinterpretasikan dan
disimpulkan agar pihak lain dapat memperoleh gambaran mengenai sifat (karakteristik). Analisis
kuantitatif didasarkan pada analisis variabel-variabel yang dapat dijelaskan secara terukur dengan
menggunakan alat analisis yang pasti. Singkatnya, pendekatan deskriptif kuantitatif ialah suatu metode
yang berguna untuk menggambarkan sekaligus mendeskripsikan suatu keadaan berdasarkan fakta dan
realita mengenai keadaan suatu objek yang sedang diteliti berdasarkan data serta informasi yang telah
diperoleh pada saat melakukan sebuah penelitian.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu
menganalisis dampak tambahan investasi komoditas unggulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini di
khususkan pada wilayah Provinsi Jawa Timur.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh secara tidak
langsung dengan cara mengambil data yang sudah ada atau tersedia di instansi terkait. Data yang
dimaksud sudah di dokumentasikan atau dipublikasikan oleh instansi-instansi terkait. Adapun beberapa
data tersebut ialah:
1. Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, 2010.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur atas dasar harga berlaku menurut
Lapangan Usaha, 2009-2013.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur atas dasar harga berlaku menurut
Lapangan Usaha, 2010 dan 2013 (SNA 2008).
4. Jawa Timur dalam Angka, 2014.
5. Statistik Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Jawa Timur, 2013.
6. Statistik Harga Produsen (Jawa Timur), 2013.
7. Data Output Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil Jawa Timur, 2012 dan 2013.
8. Data Investasi Jawa Timur 2014.
Data-data tersebut diperoleh dari kantor BPS Pusat, BPS Provinsi Jawa Timur, dan Dinas-dinas
terkait lainnya serta dari internet yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Input-Ouput
Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2013 diperoleh dengan cara melakukan updating dengan
menggunakan metode RAS dan menjadikan Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2010
sebagai dasarnya.
Terdapat beberapa metode yang perlu untuk dilakukan dalam penyusunan atau updating Tabel Input-
Output ini (Agni, 2009), antara lain :
1) Metode estimasi dan sumber data: Metode setengah survei, sebagian koefisien teknis diestimasi
dengan metode tertentu dan sebagian lagi disurvei merupakan teknik yang digunakan pada penyusunan
tabel input-output Jawa Timur tahun 2013 ini.
2) Klasifikasi sektor Input-Output: Klasifikasi ini bertujuan untuk menggelompokkan kegiatan
ekonomi yang heterogen ke dalam satuan-satuan sektor yang mempunyai kesamaan dalam proses
7
produksi dan menghasilkan output yang sama atau sejenis. Dalam pengelompokan kegiatan ekonomi
pada Tabel Input-Output ini digunakan rujukan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI)
2009. Klasifikasi tersebut juga dimanfaatkan untuk melakukan identifikasi jenis barang dan jasa yang
merupakan produk utama dari masing-masing sektor. Disamping itu, Tabel Input-Output Jawa Timur
2010 juga dipakai sebagai bahan acuan klasifikasi sektor.
3) Metode RAS: Tahap ini dilakukan untuk updating tabel Input-Output 2010 ke 2013, sehingga
penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode semi survey perlu dilakukan. Metode semi
survey yang dilakukan adalah menggunakan metode RAS modified, tabel dasar yang digunakan untuk
acuan ialah tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2010. Metode ini dipilih karena lebih sederhana dan
tidak membutuhkan data yang detail namun merupakan metode yang efektif dan tepat waktu dalam
penyusunan tabel Input-Output (BPS, 2010).
Metode RAS pertama kali diperkenalkan oleh Stone dan Brown (1962) sebagai suatu metode yang
digunakan untuk updating tabel Input-Output (Mayvani, 2011). Metode RAS merupakan suatu metode
untuk mencari satu bilangan pengganda baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matrik kuadran
I yang baru. Jika matrik A adalah matrik koefisien input kuadran I dan aij adalah sel-sel matrik,maka aij
tersebut dari dua macam pengaruh:
a. Pengaruh Substitusi, yang menunjukan seberapa jauh komoditi i dapat digantikan oleh komoditi
lain dalam proses produksi.
b. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukan seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input antara dari
jumlah input yang tersedia.
Miller dan Blair (1985) dalam Mayvani (2011) mengemukakan bahwa penggunaan metode RAS
untuk menyesuaikan matrik koefisien tidak hanya pada masalah lintas waktu (updating) tetapi juga lintas
ruang (masalah regionalisasi). Bahkan karena keterbatasan data regional, metode RAS sering digunakan
untuk menurunkan tabel I-O daerah dari tabel I-O Nasional (antar daerah) dibandingkan untuk keperluan
Updating.
Analisis Keterkaitan Antar Sektor (Linkage) Dikenal dua jenis keterkaitan, yaitu (1) keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang merupakan
keterkaitan dengan bahan mentah dan dihitung menurut kolom, dan (2) keterkaitan ke depan (foward
linkages) yang merupakan keterkaitan penjualan barang jadi dan dihitung menurut baris.
1) Dampak Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage): Peningkatan output sektor i akan
meningkatkan permintaan input untuk sektor tersebut yang berasal dari sektor itu sendiri dan dari sektor
lainnya, yang berarti harus ada peningkatan output sektor lainnya tersebut. Keterkaitan antar-sektor
industri yang seperti itu disebut dengan keterkaitan ke belakang, karena keterkaitannya bersumber dari
mekanisme penggunaan input. Keterkaitan ke belakang dalam bentuk rumus matematik dapat ditulis:
𝑇𝐵𝐿𝑗 = ∑ 𝑏𝑖𝑗𝑛
𝑖=11
𝑛⁄ ∑ ∑ 𝑏𝑖𝑗𝑛𝑗=1
𝑛𝑖=1
Dimana :
𝑇𝐵𝐿𝑗 = Total Backward Linkage untuk sektor j / indeks daya kepekaan
𝑏𝑖𝑗 = elemen matriks kebalikan Leontif baris ke i, kolom ke j
n = jumlah sektor
2) Dampak Keterkaitan ke Depan (Foward Linkage): Peningkatan output sektor i akan
meningkatkan distribusi output untuk sektor tersebut yang membuat sektor lain (sektor j) memiliki input
yang lebih banyak, sehingga sektor lain tersebut akan meningkatkan proses produksinya yang pada
gilirannya akan menghasilkan output yang lebih banyak. Keterkaitan antar sektor industri yang seperti
ini disebut dengan keterkaitan ke depan (foward linkage), karena keterkaitannya bersumber dari
mekanisme penggunaan output. Keterkaitan ke depan dalam bentuk rumus dapat ditulis:
𝑇𝐹𝐿𝑖 = ∑ 𝑏𝑖𝑗
𝑛𝑖=1
1𝑛⁄ ∑ ∑ 𝑏𝑖𝑗𝑛
𝑗=1𝑛𝑖=1
Dimana :
𝑇𝐹𝐿𝑖 = Total Foward Linkage untuk sektor i / indeks daya kepekaan
𝑏𝑖𝑗 = elemen matriks kebalikan Leontif baris ke i, kolom ke j
n = jumlah sektor
8
3) Analisis Sektor Unggulan: Indentifikasi sektor unggulan (key sectors) didasarkan atas besarnya
keterkaitan antar sektor baik ke depan atau ke belakang yang ditunjukkan oleh koefisien variasi dari
masing-masing sektor. Koefisien variasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Koefisien variasi untuk backward linkage :
𝑉𝑗 = √1
𝑛−1∑ (𝑏𝑖𝑗−
1
𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑖 )
2
𝑖1
𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑗
, (𝑖, 𝑗 = 1,2, … . , 𝑛)
Koefisien variasi untuk foward linkage :
𝑉𝑖 = √1
𝑛−1∑ (𝑏𝑖𝑗−
1
𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑗 )
2
𝑗1
𝑛∑ 𝑏𝑖𝑗𝑗
, (𝑖, 𝑗 = 1,2, … . , 𝑛)
Semakin rendah nilai 𝑉𝑗 , semakin besar jumlah sektor yang terkait dengan permintaan yang
disebabkan oleh sektor j. Jadi, jika suatu sektor memiliki total backward linkage (TBL) yang tinggi
(TBL>1) dan nilai 𝑉𝑗 yang rendah, berarti sektor ini memiliki backward linkage yang kuat, dan ini
mencapai sejumlah elemen kebalikan Leontief. Sebaliknya semakin rendah nilai 𝑉𝑖, semakin banyak
sektor yang dipenuhi oleh sektor i, jika sektor i memiliki foward linkage yang tinggi (TFL>1) dan 𝑉𝑖
yang rendah, itu merupakan elemen matriks invers. Jadi, sektor unggulan didefinisikan sebagai sektor
yang memiliki 𝑇𝐵𝐿𝑗 dan 𝑇𝐹𝐿𝑖 melebihi satu satuan, serta memiliki 𝑉𝑗 dan 𝑉𝑖 relatif rendah.
Metode Analisis Dampak (Simulasi)
Metode analisis dampak (simulasi) digunakan untuk menjawab permasalahan kedua dan ketiga
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana dampak tambahan investasi komoditas unggulan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan mana yang
menyerap tenaga kerja paling banyak setelah dilakukannya simulasi investasi. Untuk dapat melihat
dampak dukungan investasi tersebut maka akan disimulasikan persentase besaran dukungan investasi.
Sehingga dapat ditulis rumus:
L = l ((1 − 𝐴)−1. 𝐹1)
l = upah dan gaji/input
(1 − 𝐴)−1 = matriks kebalikan tabel I-O 2013
𝐹1 = Permintaan Akhir (dengan penambahan investasi sebesar 10% pada kolom 303 yaitu
Pembentukan Modal tetap Bruto dan 304 yaitu Perubahan Inventori komoditas unggulan)
Penentuan Sektor Unggulan
Sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut
keterkaitan ke depan atau daya dorongan yang cukup kuat di bandingkan terhadap sektor yang lainnya.
Sedangkan sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi berarti sektor tersebut mempunyai
ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lain.Indeks daya penyebaran mempunyai indikasi bahwa
sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran lebih besar dari rata-rata nilai, menunjukkan
daya penyebaran sektor lebih tinggi daripada daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama
juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan lebih besar dari nilai rata-rata, berarti derajat kepekaan sektor
tersebut lebih tinggi daripada derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan.
Berdasarkan indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan ini, sektor-sektor ekonomi di
Provinsi Jawa Timur dapat di kelompokan ke dalam 4 kelompok, sebagai berikut:
a. Kuadran pertama merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks
daya penyebaran (backward lingkages index) dan derajat kepekaan (forward lingkages index)
dengan nilai > 1,
b. Kuadran kedua merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks
daya penyebaran (backward lingkages index) < 1 dan indeks derajat kepekaan (forward lingkages
index) > 1.
c. Kuadran ketiga merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks
daya penyebaran (backward lingkages index) dan derajat kepekaan (forward lingkages index) <
1.
9
d. Kuadran keempat merupakan kuadran dengan ciri karakteristik sektornya memiliki nilai indeks
daya penyebaran (backward lingkages index) > 1 sedangkan nilai indeks derajat kepekaan
(forward lingkages index) < 1.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai pembagian posisi masing-masing sektor, secara
lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 1. Pengelompokan Sektor-Sektor Ekonomi Berdasarkan Keterkaitan ke Belakang dan
Keterkaitan ke Depan
Keterkaitan ke Belakang
Rendah Tinggi
Ket
erk
ait
an
ke
Dep
an
Tin
gg
i
Kuadran II
(Sektor Potensial)
Kuadran I
(Sektor Unggulan)
Ren
da
h
Kuadran III
(Sektor
Terbelakang)
Kuadran IV
(Sektor Sedang Berkembang)
Sumber: Kuncoro,2004
Dari tabel 1, maka sektor ekonomi yang berada di kelompok I merupakan sektor-sektor dengan
derajat kepekaan (keterkaitan ke depan) dan daya penyebaran (keterkaitan ke belakang) yang tinggi.
Sektor yang memiliki nilai tertinggi merupakan sektor unggulan yang representatif untuk mewakili
sektor yang layak di kembangkan dalam rangka pembangunan di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang maka dapat diketahui keterkaitan antara
sektor tertentu dengan sektor input yang telah digunakan dalam proses produksi, maupun keterkaitan
antara sektor tertentu dengan sektor-sektor lain yang akan mempergunakan outputnya. Untuk
mengetahui keterkaitan antar sektor satu dengan sektor lainnya, dalam penelitian ini menggunakan
matrik kebalikan (invers matrix). Khususnya peneliti ingin mengetahui kelompok dari sektor unggulan
tersebut memiliki keterkaitan kedepan yang tinggi terhadap sektor lainnya dan juga mengetahui
keterkaitan kebelakang yang tinggi terhadap sektor lainnya.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan
Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan lanjutan dari matrik pengganda (matrik
inverse). Nilai Indeks daya penyebaran dapat pula dikatakan sebagai nilai indeks keterkaitan kebelakang
(backward lingkages) sedangkan indeks derajat kepekaan dapat pula disebut indeks keterkaitan kedepan
(forward lingkages).
Berdasarkan perhitungan dari indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan didapatkan hasil
perhitungan yang terbagi ke dalam empat kuadran, yaitu :
1. Kuadran I merupakan kuadran dengan karakteristik indeks daya penyebaran atau backward
lingkages index > 1 dan derajat kepekaan atau forward lingkages index > 1,
2. Kuadran II adalah kuadran dengan nilai indeks daya penyebaran atau backward lingkages index
< 1 dan indeks derajat kepekaan atau forward lingkages index > 1.
3. Kuadran III berisikan kegiatan ekonomi/komoditas dengan nilai indeks daya penyebaran atau
backward lingkages index dan derajat kepekaan atau forward lingkages index < 1.
4. Kuadran IV merupakan kegiatan ekonomi/komoditas yang memiliki nilai indeks daya
penyebaran atau backward lingkages index > 1 sedangkan nilai indeks derajat kepekaan atau
forward lingkages index < 1.
Untuk nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan yang berada > 1, ini berarti bahwa kegiatan
ekonomi tersebut adalah kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang memiliki kinerja di atas rata-rata
dari total seluruh perekonomian di wilayah tersebut dan begitu pula sebaliknya jika berada < 1 maka
10
kegiatan ekonomi tersebut tidak unggul dan kinerjanya di bawah nilai rata-rata dari total seluruh
perekonomiannya.
Gambar 2. Pemetaan Empat Kuadran Indeks BL dan Indeks FL
Sumber: Tabel Input-Output updating 2013, data diolah
Penentuan Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan (Key Sector)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan ekonomi/komoditas unggulan merupakan
kegiatan ekonomi/komoditas yang mempunyai nilai di atas rata-rata pada parameter yang telah
ditetapkan. Parameter yang digunakan untuk menentukan setiap kegiatan ekonomi/komoditas unggulan
di Jawa Timur adalah kontribusi masing-masing kegiatan ekonomi/komoditas terhadap perekonomian
Jawa Timur maupun terhadap lapangan usaha pendukungnya (indeks BL dan indeks FL > 1).
Berdasarkan perhitungan tabel input-output berdasarkan indeks backward lingkages dan forward
lingkages di Jawa Timur didapatkan kegiatan ekonomi/komoditas sebagai berikut:
Tabel 2. Sektor Tabel I-O Jawa Timur 2013 yang Masuk dalam Kuadran Pertama
No. Kode kegiatan ekonomi/komoditas Indeks BL Indeks FL
1 22 Domba Dan Kambing 1,03106 1,01554
2 33 Ikan Darat Dan Hasil Perikanan Darat 1,15066 1,09724
3 44 Penggilingan Padi-Padian (Kecuali Beras), Tepung
Dan Pati 1,36981 1,63212
4 47 Industri Makanan Lainnya 1,29854 1,01282
5 48 Pakan Ternak 1,69253 2,39237
6 57
Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus (Tidak Termasuk
Furnitur) Dan Barang Anyaman Dari Bambu, Rotan
Dan Sejenisnya
1,08754 1,46985
7 58 Kertas Dan Barang Dari Kertas 1,09652 1,30925
8 59 Percetakan Dan Reproduksi Media Rekaman 1,12255 1,09366
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,20
2,40
2,60
2,80
3,00
3,20
3,40
3,60
3,80
4,00
0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80
I
IV III
II
11
No. Kode kegiatan ekonomi/komoditas Indeks BL Indeks FL
9 63 Barang Hasil Kilang Minyak Dan Barang-Barang
Kimia Lainnya 1,17718 1,07734
10 66 Barang Dari Plastik 1,11196 1,03213
11 71 Barang Dari Logam Lainnya 1,41686 1,45544
12 85 Konstruksi Khusus 1,03886 1,33711
13 91 Angkutan Darat Selain Bus 1,04798 1,54663
14 94 Angkutan Udara 1,22294 1,04207
15 95 Pergudangan Dan Jasa Penunjang Angkutan 1,00738 1,21628
16 102 Jasa Keuangan Lainnya 1,12278 1,08709
17 105 Jasa Perusahaan 1,06755 1,99056
Sumber: Tabel Input-Output updating 2013, data diolah
Dalam menghasilkan output, aktifitas dari kegiatan ekonomi/komoditas di atas mampu menyerap
output dari kegiatan ekonomi/komoditas yang berada di wilayah Jawa Timur dan memiliki kaitan dengan
banyak sektor, sehingga diyakini bahwa kegiatan ekonomi/komoditas tersebut mampu untuk
menggerakkan perekonomian regional. Selain itu, output yang dihasilkan dari kegiatan
ekonomi/komoditas kuadran pertama ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha sektor lainnya.
Seperti contoh dalam sektor industri yaitu pakan ternak yang memiliki indeks BL dan indeks FL
tertinggi, kegiatan produksinya banyak memanfaatkan output dari kegiatan ekonomi/komoditas di Jawa
Timur serta output dari kegiatan ekonomi/komoditas industri Pakan Ternak juga banyak dimanfaatkan
bagi kegiatan ekonomi/komoditas lainnya seperti domba dan kambing, sapi dan komoditas peternakan
lainnya yang memanfaatkan output pakan ternak untuk kegiatan produksinya.
Simulasi Investasi
Salah satu manfaat dari tabel input-output adalah melakukan analisis-analisis dampak simulasi akibat
adanya tambahan permintaan akhir. Salah satu jenis permintaan akhir yang dimaksud adalah investasi. Dengan
menggunakan matrik multiplier, turunan dari tabel input-output, dapat diketahui seberapa besar tambahan
output seluruh kegiatan ekonomi/komoditas ekonomi apabila terjadi tambahan investasi sekian persen, hal
inilah yang mendasari penelitian ini. Dalam subbab ini akan menjawab tentang dampak penambahan investasi
kegiatan ekonomi/komoditas unggulan terhadap penyerapan tenaga kerja dan kegiatan ekonomi/komoditas
unggulan mana saja yang menyerap banyak tenaga kerja setelah mendapatkan tambahan investasi tersebut.
Dalam simulasi investasi ini, kegiatan ekonomi/komoditas yang mendapatkan suntikan investasi adalah
kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang sudah dijabarkan pada tabel 2. Dari 17 kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan tersebut terdapat 15 kegiatan ekonomi/komoditas yang memperoleh investasi
menurut tabel I-O Jawa Timur 2013 kolom 303 (Pembentukan Modal tetap Bruto) dan 304 (Perubahan
Inventori), sehingga 15 kegiatan ekonomi/komoditas unggulan tersebut yang selanjutnya diberi tambahan
investasi sebesar 10% untuk mengetahui seberapa besar dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ekonomi/komoditas unggulan tersebut ialah:
Tabel 3. Rata-rata Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan setelah
penambahan investasi 10%
Kode Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan ∑∆ TK
(%) Output
22 Domba Dan Kambing 2,6869 5.922.358
33 Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat 0,0451 25.107.611
44 Penggilingan Padi-Padian (Kecuali Beras), Tepung, dan Pati 0,9622 62.499.257
47 Industri Makanan Lainnya 0,3851 55.093.954
48 Pakan Ternak 0,2305 31.659.468
57 Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus 2,3952 42.269.566
58 Kertas dan Barang dari Kertas 0,6565 37.094.578
63 Barang Hasil Kilang Minyak dan Barang-Barang Kimia Lainnya 0,1389 23.796.181
66 Barang dari Plastik 0,4536 17.700.306
71 Barang Dari Logam Lainnya 2,7804 118.502.642
12
Sumber: Tabel I-O Jatim 2013, data diolah
Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang paling banyak menyerap
tenaga kerja setelah penambahan investasi sebesar 10% adalah kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus sebesar
9,8263, hal ini menunjukkan bahwa adanya tambahan investasi sebesar 10% pada kegiatan ekonomi unggulan
Konstruksi Khusus akan menyebabkan peningkatan kesempatan kerja dalam perekonomian sekitar 9,8%,
dilanjutkan oleh kegiatan ekonomi Barang dari Logam lainnya sebesar 2,78% di posisi kedua dan komoditas
Domba dan Kambing di posisi ketiga sebesar 2,68%.
Tabel 4. Dampak Penambahan Investasi Kegiatan Ekonomi Konstruksi Khusus
Kegiatan
Ekonomi /
Komoditas
Unggulan
Total Dampak
Penyerapan
TK akibat
investasi 10%
Dampak Penyerapan Tenaga Kerja
85.
Konstruksi
Khusus
9,8 %
5,5 % Konstrusi Khusus
4,2 %
0,9 % Peralatan Listrik
0,55 % Barang dari Logam Lainnya
0,45 % Semen, Kapur, dan Barang Lainnya Bukan Logam
0,35 % Kayu Jati
0,22 % Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Sisanya untuk kegiatan ekonomi/komoditas lain
Sumber: Tabel Input-Output Jawa Timur 2013, hasil analisis
Akibat adanya tambahan investasi pada kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus, menciptakan dampak
penyerapan tenaga kerja secara total yaitu 9,8% yang artinya bahwa, dengan adanya tambahan investasi 10%
pada kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus, total penyerapan tenaga kerja yang tercipta sebesar 9,8% secara
keseluruhan. Dari 9,8% tersebut, sebesar 5,5% penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan ekonomi Konstruksi
Khusus sendiri. Sisanya senilai 4,2% penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan ekonomi/komoditas lain seperti
Peralatan Listrik 0,9%, Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 0,55%, Semen, Kapur dan Barang lainnya Bukan
Logam 0,45%, dan masih banyak kegiatan ekonomi/komoditas lainnya.
Kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus mencakup kegiatan yang berhubungan dengan keahlian khusus,
biasanya khusus pada satu aspek umum untuk struktur yang berbeda, yang membutuhkan peralatan atau
keterampilan khusus dan lebih banyak dilakukan berdasarkan subkontrak (KBLUI, 2009). Peran strategis
sektor konstruksi juga dapat dilihat dari keterkaitan ke belakang dengan sektor-sektor pendukungnya
serta keterkaitan ke depan dengan sektor yang memanfaatkan produk sektor konstruksi. Artinya,
pertumbuhan sektor konstruksi akan mampu menarik gerbong pertumbuhan sektor pendukung serta
mendorong pertumbuhan sektor pembangunan yang lain.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Badan Pusat Statistik bahwa sektor Konstruksi masih
dijadikan tolak ukur dari kemajuan suatu daerah. Dalam pembangunan, sektor konstruksi mempunyai
peranan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang terutama bidang ekonomi,
sosial dan budaya, selanjutnya untuk pembangunan infrastruktur memungkinkan peningkatan mobilitas
masyarakat dan niaga, prasarana sanitasi, kesehatan dan pendidikan serta fungsi-fungsi sosial lainnya
menjadi lebih baik, serta untuk menunjang tumbuh kembangnya berbagai sektor lain seperti sektor
industri, sektor perdagangan, sektor pariwisata dan sektor-sektor lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, sektor konstruksi memegang peran penting dalam pembangunan
nasional sebagai barometer pertumbuhan ekonomi nasional disamping memberi peluang kesempatan
Kode Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan ∑∆ TK
(%) Output
85 Konstruksi Khusus 9,8263 27.291.200
91 Angkutan Darat Selain Bus 0,7712 35.734.269
94 Angkutan Udara 0,3590 27.549.517
95 Pergudangan Dan Jasa Penunjang Angkutan 0,2838 18.306.134
105 Jasa Perusahaan 1,2037 22.780.876
13
kerja. Pertumbuhan permintaan properti komersial seperti gedung perkantortan, industri, pusat
perbelanjaan, serta hotel, menjadi salah satu pendorong booming bisnis perusahaan konstruksi. Jawa
masih mendominasi pekerjaan konstruksi di Indonesia. Jawa Timur sendiri berada diposisi kedua dalam
sektor konstruksi setelah DKI Jakarta yang menempati posisi tertinggi. Potensi bisnis konstruksi
diproyeksi terus membesar. Selain stabilitas pertumbuhan ekonomi, komitmen pemerintah untuk
memperbesar anggaran belanja infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, maupun bandara, bakal
memperbesar pasar bisnis konstruksi.
Setelah diketahui besaran penyerapan tenaga kerja kelima belas kegiatan ekonomi/komoditas unggulan
tersebut, kemudian dapat diketahui manakah yang merupakan kegiatan ekonomi/komoditas inklusif
(menyerap tenaga kerja tinggi dan produksi yang tinggi pula) dan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan
yang tidak masuk dalam kriteria penyerapan tenaga kerja/produksi tinggi. Untuk memudahkan, berikut
penjelasan dalam bentuk gambar scatter plot:
Gambar 3. Kegiatan Ekonomi/Komoditas Unggulan Inklusif
Sumber: Tabel Input-Output updating 2013, data diolah
Berdasarkan gambar 3, sumbu vertikal menggambarkan tingkat produksi kegiatan ekonomi/komoditas
unggulan sedangkan sumbu horizontalnya mencerminkan tenaga kerja yang dapat terserap pada kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan. Kegiatan ekonomi/komoditas unggulan yang tergolong berdampak besar
terhadap penyerapan tenaga kerja antara lain kegiatan ekonomi konstruksi khusus, domba dan kambing, serta
barang dari logam lainnya. Sedangkan sisanya merupakan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan dengan
tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup rendah. Jawa Timur perlu memperhatikan kegiatan ekonomi
konstruksi khusus yang berdampak sangat besar bagi penyerapan tenaga kerja.
Secara lebih terperinci, diketahui bahwa kegiatan ekonomi industri Barang dari Logam lainnya dan
kegiatan ekonomi Kayu, Barang dari Kayu dan gabus merupakan kegiatan ekonomi unggulan yang masuk
dalam sektor inklusif dengan kriteria memiliki penyerapan tenaga kerja tinggi dan produksi yang tinggi (di atas
rata-rata kegiatan ekonomi/komoditas unggulan). Kemudian untuk kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus dan
komoditas Domba dan Kambing merupakan kegiatan ekonomi/komoditas dengan penyerapan tenaga di atas
rata-rata dari kemampuan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, namun untuk faktor produksi dua kegiatan
ekonomi ini masih di bawah rata-rata. Selanjutnya untuk kegiatan ekonomi Penggilingan Padi-padian (kecuali
beras), tepung dan pati, Industri Makanan Lainnya, Pakan Ternak, dan kegiatan ekonomi Kertas dan Barang
dari kertas memiliki produksi di atas rata-rata, namun penyerapan tenaga kerjanya masih di bawah rata-rata.
Sedangkan kegiatan ekonomi/komoditas lainnya memiliki produksi dan daya penyerapan tenaga kerja di
22. Domba Dan Kambing
33. Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat
44. Penggilingan Padi-Padian (Kecuali
Beras), Tepung, dan Pati
47. Industri Makanan
Lainnya
48. Pakan Ternak
57. Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus
58. Kertas dan Barang dari Kertas
63. Barang Hasil Kilang Minyak dan Barang-Barang Kimia Lainnya
66. Barang dari Plastik
71. Barang Dari Logam
Lainnya
85. Konstruksi Khusus
91. Angkutan Darat Selain Bus
94. Angkutan Udara
95. Pergudangan Dan Jasa Penunjang Angkutan
105. Jasa Perusahaan
-
15.000.000
30.000.000
45.000.000
60.000.000
75.000.000
90.000.000
105.000.000
120.000.000
- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00
14
bawah rata-rata kegiatan ekonomi unggulan, meski begitu kegiatan ekonomi tersebut tetap dikategorikan dalam
kegiatan ekonomi/komoditas unggulan Jawa Timur menurut Bl dan FL tabel I-O Jawa Timur 2013.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian yang berfokus pada penentuan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan
yang ditinjau dari keterkaitan kebelakang dan juga keterkaitan kedepan serta dampak tambahan investasi
pada komoditas unggulan, beberapa temuan penting yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis input-output terdapat tujuh belas kegiatan ekonomi/komoditas
unggulan yaitu komoditas Domba dan Kambing; Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat;
Penggilingan Padi-padian; Industri Makanan Lainnya; Pakan Ternak; Kayu, Barang dari Kayu
dan Gabus; Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekam; Barang
Hasil Kilang Minyak dan barang kimia lainnya; Barang dari Plastik Barang dari Logam Lainnya;
Konstruksi Khusus; Angkutan Darat selain Bus; Angkutan Udara; Pergudangan dan Jasa
Penunjang Angkutan; Jasa Keuangan lainnya; dan Jasa Perusahaan. Ketujuh belas kegiatan
ekonomi/komoditas ini dapat dikatakan unggul karena memiliki kemampuan yang besar untuk
menggerakan roda perekonomian lainnya baik itu dari segi sektor yang menjadi input maupun
sektor yang memanfaatkan output dari sektor tersebut. Dalam menghasilkan suatu output,
kegiatan dari kegiatan ekonomi/komoditas yang ada di atas mampu menyerap output dari
kegiatan ekonomi/komoditas lain yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur serta memiliki
keterkaitan dengan banyak komoditas lain, sehingga dapat diyakini bahwa kegiatan
ekonomi/komoditas tersebut memang mampu untuk menggerakkan roda perekonomian yang ada
di Jawa Timur. Selain itu juga output yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi/komoditas yang ada
pada kuadran pertama ini memang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha yang ada pada
kegiatan ekonomi/komoditas lainnya.
2. Dampak adanya penambahan investasi 10% di kegiatan ekonomi/komoditas unggulan membuat
setiap kegiatan ekonomi/komoditas di Tabel I-O Jawa Timur 2013 mengalami kenaikan output
yang berdampak pula pada kenaikan penyerapan tenaga kerja baik untuk kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan itu sendiri maupun untuk kegiatan ekonomi/komoditas lain yang
berkaitan.
3. Kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus memiliki dampak penyerapan tenaga kerja paling tinggi
setelah diberi tambahan investasi 10% yaitu senilai 9,8% yang diserap sebesar 5,53% untuk
kegiatan ekonomi Konstruksi Khusus sendiri dan sisanya senilai 4,29% diserap oleh kegiatan
ekonomi/komoditas lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa penting untuk memberikan tambahan
investasi pada kegiatan ekonomi/komoditas yang memiliki keterkaitan tinggi dalam hal ini
disebut kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, karena memiliki dampak untuk kegiatan
ekonomi/komoditas lainnya yang terkait.
Saran Adapun beberapa saran dan juga rekomendasi adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan eksistensi dari potensi yang dimiliki oleh kegiatan ekonomi/komoditas
unggulan yang berada di kuadran pertama. Mengingat kegiatan ekonomi/komoditas yang berada
di kuadran pertama ini adalah kegiatan ekonomi/komoditas yang memiliki nilai indeks Backward
linkage dan juga nilai indeks Forward linkage > 1 dan dapat dikategorikan sebagai kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan karena memiliki kemampuan besar untuk menggerakkan
perekonomian baik dari segi kegiatan ekonomi/komoditas yang menjadi input maupun kegiatan
ekonomi/komoditas lain yang memanfaatkan output kegiatan ekonomi/komoditas tersebut.
Sehingga peran leading sector yang disandang oleh kegiatan ekonomi/komoditas yang berada di
kuadran pertama ini mampu dipertahankan atau malah ditumbuhkembangkan lebih lanjut dalam
rangka kemajuan perekonomian di Provinsi Jawa Timur yang akan datang.
2. Mengembangkan kegiatan ekonomi/komoditas unggulan dengan pemambahan investasi. Dengan
demikian apabila kegiatan ekonomi/komoditas yang mempunyai Keterkaitan ke belakang
(backward linkage) tinggi tersebut dikembangkan, maka perekonomian akan tumbuh lebih cepat
jika dibandingkan dengan investasi dilakukan di kegiatan ekonomi/komoditas yang tidak
terencana. Selanjutnya untuk mengurangi terjadinya kebocoran ekonomi karena pemakaian
15
bahan baku impor, maka disamping mempunyai indeks keterkaitan ke belakang di atas satu, maka
perlu diperhatikan juga kegiatan ekonomi/komoditas yang mempunyai indeks keterkaitan ke
depan (forward lingkages) di atas satu seperti kegiatan ekonomi/komoditas yang berada di
kuadran I. Hal tersebut perlu dilakukan agar investasi menjadi lebih efektif, dimana kegiatan
investasi tidak hanya mempunyai multiplier yang tinggi tetapi juga tidak banyak memerlukan
bahan baku impor. Sehingga efek multiplier dari kegiatan investasi yang dimaksud benar-benar
mendorong perekonomian wilayah Provinsi Jawa Timur.
3. Dalam mewujudkan pertumbuhan yang inklusif di Jawa Timur diperlukan peningkatan efisiensi
modal (capital) yang bisa dilakukan dengan cara mengembangkan Research and Development
(RnD) untuk mendorong terjadinya inovasi teknologi dalam mengembangkan kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan, upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya
yang bekerja di kegiatan ekonomi/komoditas unggulan, serta peran pemerintah dalam
meningkatkan infrastruktur sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi/komoditas unggulan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan
Wilayah. GrahaI lmu.
Agni, Happi D. 2009. Skripsi: Analisis Sebaran Sektor Unggulan Kabupaten Malang Melalui
Pendekatan Input-Output. Malang. Universitas Brawijaya.
Alam S, 2007. Ekonomi. Esis (Erlangga) https://books.google.co.id/books?isbn=9797345327
Amir dan Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan
Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input-Output. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Indonesia. Jakarta: FEUI
Anonim. 2013. Pertumbuhan Investasi Jawa Timur Tertinggi se-Indonesia. Surabaya. Badan
Penanaman Modal Jawa Timur.
http://bpm.jatimprov.go.id/bpm/index.php?page=news&news_cat_id=0&news_id=51
Anonim. 2014. Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah. DPR-RI dan Presiden-RI.
http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-Undang/undang-undang-
nomor-23-tahun-2014-4893
Arsyad, Lincolin. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah (Edisi Kedua). BPFE-
Yogyakarta.
BPS. 2009. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No. 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia. Jakarta
BPS. 2010. Tabel Input Output Jawa Timur 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Surabaya
BPS. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur tahun 2013. Surabaya. Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Timur.
Dumairy, 1991. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.
Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan: Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama https://books.google.co.id/books?isbn=9794982490
Joesron, Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta. Salemba Empat
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi & Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan
Peluang, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, Erlangga.
Mayvani, Titov C. 2011. Thesis: Keterkaitan BiayaTransaksi dengan AglomerasiEkonomi Kabupaten
Banyuwangi: Subsektor Pertanian Pangan Unggulan. Malang. Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya.
16
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung. Rosda.
Mubarok, Fitroh, 2006. Skripsi: Analisis Struktur dan Keterkaitan Antar Sektor di Jawa Timur. Malang.
Universitas Brawijaya
Nazara, Suahasil. 1997. Analisa Input-Output. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 28.
Pangaribuan, Oktavia Ester. 2014. Penerapan Model Input-Output Dalam Analisis Perekonomian
Provinsi Kalimantan Selatan. Pusdiklat KNPK. Kalimantan.
Qodratollah, Ragil. 2008. Skripsi: Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan (Basis Manufaktur)
dan Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri) Di Jawa Timur Melalui Pendekatan Input–
Output. Malang. Universitas Brawijaya.
Rahmatullah. 2009. Analisa Sektor Unggulan dan Penyerapan Tenaga Kerja Dalam Pembangunan
Ekonomi Kabupaten Gowa. Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya. Malang.
Rubiarko, Sabda. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disparitas Pendapatan di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2008-2011. Malang. Universitas Brawijaya
Suparmoko et. al., 2007. Ekonomi 2. Jakarta. Yudhistira
https://books.google.co.id/books?isbn=979746833X
Tarigan, M.R.P, Robinson. 2012. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. (Edisi Kelima). PT. Bumi
Aksara.
Todaro, M. P. dan Smith, S. C. 2003. Pembangunan Ekonomi/edisi Kedelapan, Jilid 1. Erlangga
Wahyuni, Rika. 2013. Skripsi: Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Provinsi Jawa Timur Tahun
2010 (Pendekatan Input-Output). Malang. Universitas Brawijaya.
Wijono, Wiloejo Wirjo. 2005. Mengungkap Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam
Lima Tahun Terakhir. Jakarta. Jurnal Manajemen dan Fiskal. Volume V. Nomor 2.
https://docs.google.com/document/d/1VPMoVev2Cl9AcmgImPh7eA2oc6YrkI3QmuWIYCL8
Go/edit?hl=en_US&pli=1
Yuwono, Sony et. al. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Universitas Michigan. Bayumedia Pub.
https://books.google.co.id/books?id=tGEWAQAAMAAJ