KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU...

108
KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’AN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : ACHMAD FAUZY NIM : 1113032100006 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU...

Page 1: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’AN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

ACHMAD FAUZY

NIM : 1113032100006

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 3: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 4: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 5: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

iv

ABSTRAK

Achmad Fauzy

Komodifikasi Wisata Religi Batu Qur’an

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat komodifikasi wisata religi

ini sebagai bahan penelitian. Komodifikasi wisata religi yang akan

dianalisis adalah wisata religi Batu Qur’an yang terletak di Desa

Kadubumbang Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh sebuah tempat petilasan Syekh Maulana

Mansyuruddin yang sering dikunjungi oleh para penziarah tempat wisata

religi ini mengambil atribut nilai agama sebagai daya tarik pengunjung, dan

nilai agama dalam wisata religi ini menjadi sebuah komoditas, disinilah

yang terjadi mengalih fungsikan nilai agama menjadi nilai tukar. Wisata

religi ini sangat sesuai dengan tema yang peneliti ambil. Tema tersebut

menjadikan agama sebagai pemanfaatan dari kegunaannya yang kemudian

dijadikan sebagai komoditas dan kepentingan tertentu. Hal ini yang disebut

dengan komodifikasi nilai agama dalam wisata religi di Batu Qur’an.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan memahami

komodifikasi di wisata religi Batu Qur’an. Penelitian ini menggunakan studi

kasus yang pengumpulan datanya dihasilkan dari wawancara kepada

masyarakat, pengunjung, serta pengelola Batu Qur’an.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik studi research yang

akan mengambil data dari hasil wawancara serta dokumentasi selain dari itu

mengambil sebagian data dari buku-buku yang bersangkutan dengan tema

komodifikasi. Hal ini dilakukan sebagai rujukan yang nanti akan peneliti

gunakan sebagai pembangding dari hasil yang peneliti temukan.

Setelah penulis melakukan penelitian bahwa komodifikasi yang dilakukan

di wisata religi Batu Qur’an ini memiliki unsur positif dan negatif. Unsur

positifnya yaitu dengan adanya batu qur’an ini menumbuhkan minat warga

untuk berdagang sebagai pemasukan tambahan perekonomian warga di

Desa Kadubumbang, serta menjadikan lapangan pekerjaan untuk warga

seperti pengelolaan batu qur’an, sedangkan unsur negatif yang peneliti lihat

yaitu adanya komoditas yang berupa fetis seperti wapak, serta air yang

mereka yakini sebagai air zamzam, namun tidak sedikit pula orang datang

untuk mendapatkan perlindungan, kekebalan dari wapak tersebut, serta

mencari keberkahan dengan air yang terdapat di wisata religi Batu Qur’an.

Keyword : Komodifikasi Agama, Wisata Religi Batu Qur’an

Page 6: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat serta hidayahnya penulis dapat merampungkan skripi ini dengan

judul : Komodifikasi Wisata Religi Batu Qur’an. Shalawat serta salam

semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni kanjeng

Nabi Muhammad SAW, begitu juga kepada keluarganya dan para

sahabatnya, hingga pada umatnya kelak, amiin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Agama pada Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam proses penyelesaian

skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak. Untuk itu, tak

dapat dipungkiri rasa bahagia ini sepenuhnya bukan karena jerih payah

penulis sendiri melainkan ada dukungan semangat dari banyak pihak.

Sudah sepatutnya penulis ingin menyampaikan rasa “terima kasih”

dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu

kelancaran skripsi ini. Bantuan dan dukungan mereka, sedikit banyak telah

meringankan beban penulis selama menyusun skripsi ini. Meskipun tidak

semua pihak dapat disebutkan satu persatu, setidaknya penulis merasa perlu

menyebutkan sejumlah nama yang membekas di hati penulis, yaitu:

1. Kedua orang tua penulis yang tidak henti-hentinya memberikan

semangat luar biasa serta doa yang selalu dipanjatkan dalam salatnya.

Membesarkan dan mendidik di lingkungan pesantren, terima kasih.

Page 7: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

vi

2. Ibu Dr. Marzuqah, MA selaku pembimbing Skripsi saya yang sejak

semula dengan ketulusan hati dan tidak bosan-bosan memberikan

perhatian dan dorongan yang luas untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Hamid Nasuhi, M.Ag selaku penasihat akademik yang telah

mengesahkan judul penelitian sebagai bahan penulisan skripsi sehingga

penulisan skripsi berjalan dengan lancar.

4. Bapak Prof. Dr. Dadi Darmadi, MA yang menguji proposal skripsi saya

sehingga penulisan skripsi berjalan dengan lancar.

5. Bapak Syaiful Azmi, MA, dan Ibu Lisfa SentosaAisyah, MA, selaku

ketua dan sekretaris jurusan Studi Agama-Agama, yang telah

memberikan beberapa masukan yang sangat bermakna.

6. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan Ibu Prof. Dr. Amany

Burhanuddin Lubis, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap jajaran dosen dan guru besar Studi Agama-Agama, Bapak

Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, Bapak Dr. Amin Nurdin, MA, dan Ibu

Hj. Siti Nadroh, MA, Bapak Syaiful Azmi, MA, yang senantiasa

memberikan ilmu serta wejangan yang tiada tara manfaatnya.

8. Staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak

membantu dalam menyediakan referensi yang dibutuhkan penulis.

9. Teruntuk Muhammad Sairi, Muhammad Rahmat Ramadhan dan Danu

Fauzan Hilmi terimakasih atas bantuan buku refrensinya, serta ilmu

Page 8: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

vii

yang telah diajarkan kepada saya pribadi semoga menjadi ilmu yang

barokah,amiin.

10. Teman-teman seperjuangan, Daenuri (ustad), Riki (Kijo), Fadil, Danu,

Mulyadi, Basir, Rahmat, Sairi, yang penyabar yang selalu berbagi

kegalauan dalam menyelesaikan skripsi termasuk teman-teman yang

lain angkatan 2013.

11. Teman-teman KKN “Mahameru” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang banyak memberikan pelajaran berharga tentang makna hidup dan

menjalankan arti kehidupan, terima kasih.

Akhirnya, tidak ada manusia sempurna siapapun orangnya pastilah

ia memiliki sifat salah dan lupa. Namun begitu, semua tulisan yang ada di

hadapan pembaca ini adalah tanggung jawab penulis. Untuk semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini penulis ucapkan

terima kasih.

Ciputat, 22 September 2019

Penulis

Page 9: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6

F. Metodologi Peneltian .................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 13

BAB II MEMAHAMI KOMODIFIKASI

A. Pengertin Komodifikasi ................................................................ 15

B. Latar Belakang Komodifikasi ....................................................... 20

C. Tujuan Komodifikasi .................................................................... 25

D. Bentuk Komodifikasi .................................................................... 27

E. Faktor Terjadinya Komodifikasi ....................................................30

BAB III SEJARAH BATU QUR’AN DAN KEHIDUPAN DESA

KADUBUMBANG

A. Sejarah Desa Kadubumbang ......................................................... 34

1. Kondisi Geografis Desa Kadubumbang .................................. 34

2. Kondisi Demografi Desa Kadubumbang ................................ 36

3. Tingkat Pendidikan Desa Kadubumbang ................................ 38

4. Perekonomian Desa Kadubumbang ........................................ 40

5. Permasalahan Desa Kadubumbang ......................................... 42

B. Riwayat Hidup Syeikh Maulana Mansyuruddin ............................ 45

C. Sejarah Batu Qur’an ...................................................................... 49

Page 10: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

ix

D. Praktik Ritual Wisata Religi Batu Qur’an ..................................... 52

E. Benda – benda Sakral di Wisata Religi Batu Qur’an .................... 53

BAB IV PRAKTIK KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’AN

A. Peran Batu Qur’an Terhadap Masyarakat Desa Kadubumbang ... 53

B. Praktik Komodifikasi Batu Qur’an .............................................. 58

C. Respon Masyarakat Terhadap Batu Qur’an ................................. 63

D. Peran Pemerintah Terhadap Batu Qur’an ..................................... 65

E. Dampak Komodifikasi Wisata Religi Batu Qur’an .......................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 75

B. Saran .............................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 81

Page 11: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

x

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 .................................................................................... 81

Surat Izin Penelitian .................................................... 81

Lampiran 2 .................................................................................... 83

Bukti Wawancara ......................................................... 83

Lampiran 3 ..................................................................................... 89

Pertanyaan Wawancara ................................................ 89

Hasil Wawancara Bapak Tubagus Fatoroni ................ 90

Hasil Wawancara Bapak Nurdin ................................. 91

Hasil Wawancara Bapak Dedi Supriadi ...................... 92

Hasil Wawancara Ibu Heni .......................................... 93

Hasil Wawancara Ibu Nur ........................................... 94

Hasil Wawancara Bapak Karna ................................... 95

Lampiran 4 ..................................................................................... 96

Foto Kegiatan Lampiran ............................................... 96

Page 12: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki keberagaman suku,

budaya, dan agama. Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang di

Indonesia menjadi sesuatu daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh negara

kita ini. Agama dan budaya memang sulit untuk kita pisahkan, karena

agama memiliki nilai universal yang dapat masuk ke beberapa aspek

kehidupan manusia seperti halnya di kalangan umat Islam itu sendiri yang

terdapat sebuah tradisi kebudayaan yaitu ziarah. Konsep ziarah ini sudah

tidak asing lagi di masyarakat kita khususnya dikalangan umat Islam, hal

ini dijadikan sebuah wisata religi selain memiliki unsur keagamaan

mereka menikmati perjalanan selayaknya wisata.

Wisata religi ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT, dengan cara mencari berkah kepada makam-makam para wali yang

mereka yakini memiliki karomah, selain itu juga kunjungan kita ke

makam-makam para wali sebagai mengingatkan kita akan kematian.

Dalam hal ini secara tidak langsung dikalangan umat Islam telah terbentuk

sebuah kebudayaan yang telah melekat sehingga di bulan-bulan tertentu

orang-orang berkunjung ke makam-makam keluarga, maupun para wali

dengan memanjatkan do’a sebagai bentuk penghormatan mereka kepada

keluarga yang sangat berjasa semasa hidupnya, maupun para wali yang

telah menyebarkan Islam di Nusantara ini. Konsep wisata religi di masa

Page 13: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

2

kini telah menjadi sebuah budaya populer di kalangan umat Islam, sebuah

budaya yang terbentuk dari tradisi-tradisi keagamaan seperti ziarah.

Konteks ziarah ini dimodifikasi oleh sebagian orang menjadi sebuah

tempat wisata, hal ini sebagai daya tarik masyarakat agar dapat berkunjung

ke lokasi tersebut.

Budaya populer dalam pengertian ini yaitu merupakan proses

memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

sebagai konsumen, dan juga mengakui adanya berbagai bentuk praktik

komunikasi lain yang bukan hasil indrustrialisasi, relatif independen, dan

beredar dengan memanfaatkan berbagai forum dan peristiwa seperti acara

keramaian publik, parade, dan tempat-tempat wisata. Kedua bentuk ini

kerap kali, bertentangan meskipun tidak selalu bertentangan atau menjadi

pilihan alternatif bagi bentuk budaya populer.1

Konteks ziarah pada saat ini telah jauh berbeda dari apa yang

pernah Nabi lakukan, dikarenakan memang saat ini kita telah masuk di

zaman yang modern. Banyaknya teknologi yang dapat memudahkan kita

di setiap aktifitas kehidupan kita sehari-hari, seperti ziarah ini, perjalanan

kita akan terasa nyaman dan mudah dengan adanya para jasa travel,

transportasi yang memungkinkan perjalanan kita terasa nyaman

selayaknya wisata. Di dalam perkembangan zaman ini budaya massa2

1 Ariel Heryanto, Identitas dan Kenikmatan : Politik Budaya Layar Indonesia (Jakarta :

Kepustakaan Populer Gramedia, 2015), h. 21-22. 2 Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial

produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen

massa. Budaya Massa adalah budaya populer, yang diperoduksi untuk pasar massal. Pertumbuhan

budaya ini memberikan ruang yang makin sempit bagi segala jenis kebudayaan yang tidak dapat

Page 14: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

3

telah banyak memberi kemudahan kepada masyarakat, akan tetapi hal ini

akan menjadi komoditas yang memanfaatkan kebutuhan masyarakat untuk

mengambil keuntungan yang sebanyak-banyaknya melalui media3.

Agama adalah salah satu objek komoditas oleh para kapitalis,

dikarenakan di dalam pasar dan agama tidak ada saling tolak menolak

melainkan semuanya saling menerima, yang mana agama mengadopsi

logika pasar. Dalam hal ini ada sebagian masyarakat yang menganggap

bahwa agama hanya membangun spiritualitas dan moralitas kepada para

penganutnya, tanpa kita sadari hal tersebut yang diajarkan agama

didasarkan pada model pasar. Komodifikasi agama adalah sebuah

fenomena di dalam masyarakat yang menjadikan institusi dan simbol

keagamaan menjadi sebuah komoditas yang bisa dipasarkan, hal ini

merubah keyakinan suatu agama dan tradisi-tradisi keagamaan menjadi

suatu barang yang layak dikonsumsi oleh masyarakat luas. 4

Penulis melihat adanya permasalahan, seperti suatu tradisi

keagamaan dimodifikasi dan dijadikan sebuah wisata religi, sebagai daya

tarik agar banyak masyarakat yang mendatanginya, sehingga

perekonomian masyarakat akan meningkat dengan membuka usaha.

Situasi ini yang dimanfaatkan sebagai peluang usaha bagi masyarakat

sekitar. Selain itu penulis melihat adanya komodifikasi di wisata religi

menghasilkan uang, yang tidak dapat diperoduksi secara massal bagi massa seperti halnya

kesenian dan budaya rakyat. (Dominic Strinati, 2006). 3 Media adalah perantara, penghubung yang terletak di antara dua pihak orang atau

kelompok. (KBBI, 2008), h. 257. 4 Afe Adogame, Sosiologi Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), h. 986.

Page 15: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

4

Batu Qur’an, seperti adanya transaksi memperjualbelikan air keramat,

yang dianggap oleh mereka sebagai air zam-zam yang dapat

menyembuhkan segala macam penyakit, selain itu penulis melihat adanya

transaksi jual beli jimat, yang mereka meyakini sebagai pelindung diri atau

sebagai pegangan agar terhindar dari bahaya. Penulis melihat fenomena ini

menjadi sebuah permasalahan, karena di dalam komodifikasi ini

kepercayaan seseorang tentang agama yang menjadi objek komoditas.

Selain itu pula penulis melihat permasalahan yang lain yaitu, tradisi ziarah

yang pada dasarnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT kini

dipadukan dengan unsur-unsur wisata, hal ini juga menurut penulis dapat

merusak esensi dari ziarah itu sendiri.

Meskipun adanya permasalahan yang terlihat negatif, tetapi

penulis juga melihat adanya beberapa dampak positif dengan adanya

wisata religi tersebut. Penulis mengamati sekilas adanya peningkatan

perekonomian di masyarakat sekitar wisata religi tersebut, serta membuka

peluang usaha, seperti membuka warung, serta memjaga parkiran dan

toilet.

Penulis mengambil tema tentang “Komodifikasi Wisata Religi

Batu Qur’an” sebagai penulisan skripsi, yang penulis rasa hal ini cukup

menarik untuk dikaji secara mendalam. Objek kajian skripsi ini yaitu

sebuah tempat wisata religi yang mungkin sering kita dengar dengan nama

“Batu Qur’an”. Wisata religi Batu Qur’an ini terletak di Kampung

Cibulakan, Desa Kadubumbang, Kecamatan Cimanuk, Pandeglang

Page 16: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

5

Banten, penulis mengetahui dan sering menjumpai ketika masih berada di

Pondok Pesantren yang tak begitu jauh letaknya dari lokasi Batu Qur’an

tersebut. Dari hal tersebut penulis mengetahui bagaimana sakralitas di

Batu Qur’an, dan setelahnya penulis menduduki bangku perkuliahan

sebagaimana seorang akademisi penulis melihat suatu fenomena yang

menarik di Batu Qur’an. Penulis tertarik untuk mengambil lokasi tersebut,

dikarenakan penulis melihat adanya permasalahan dan keunikan di lokasi

tersebut. Pilihan penulis terhadap tempat ini dikarenakan sejauh

penelusuran belum ada seseorang yang mengkaji wisata religi Batu Qur’an

ini secara teoritis dan kebanyakan hanya meliput saja.

B. Rumusan Masalah

Untuk membahas latar belakang permasalahan yang telah

dipaparkan di atas, maka penulis perlu membahasnya melalui beberapa hal

yang menjadi obyek kajian permasalahan dalam penelitian ini dan

mengangkat sebuah pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah praktik komodifikasi yang dilakukan di Batu Qur’an

dan bagaimanakah dampaknya bagi masyarakat sekitar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi persyaratan akhir memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag).

Page 17: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

6

2. Untuk mengetahui komodifikasi di wisata religi batu qur’an serta

bagaimana masyarakat sekitar menanggapi hal tersebut dan

menjelaskan dampak bagi masyarakat terhadap wisata religi batu

qur’an.

3. Menambahkan khazanah perpustakaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk menjadi sumbangan pemikiran terhadap masyarakat agar

meluruskan niatnya dalam melaksanakan ziarah atau kunjungan ke

tempat – tempat religious,

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan

meneliti persoalan dengan fokus yang sama.

3. Sebagai sumbangsih hasil karya penelitian bagi pustaka pada UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjuan Pustaka

Sejauh penulis melakukan penelusuran belum menemukan

seseorang yang meneliti tentang wisata religi Batu Qur’an. Meskipun

demikian penulis menemukan beberapa judul skripsi yang menyerupai

tema tentang penelitian ini di antaranya adalah:

Pertama, skripsi yang dituliskan oleh Afif Fusalhan dari UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Kapitalisme Media dan

Komodifikasi Agama : Pesan Dibalik Cerita Sinetron Religi Pesantren

Page 18: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

7

dan Rock and Roll Season 3”,5 pada penelitian ini diungkapkan bahwa

adanya suatau praktik komodifikasi agama pada sebuah sinetron religi.

Dalam penelitiannya ini bahwa pesantren yang menjadi sebuah objek

komoditas media massa yang di kemas dalam bentuk sebuah film religi.

Penelitian sangat berbeda dengan yang peneliti lakukan yang mana ini

lebih melihat kepada sebuah komodifikasi agama dengan kemasan budaya

massa yaitu film sedangkan skripsi yang peneliti lakukan adalah

komodifikasi dalam sebuah wisata religi.

Kedua, penelitian yang ditulis oleh Gusti Vita Riana dari UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang bertemakan “Komodifikasi Nilai Agama

Dalam Iklan Televisi : Studi Analisis Semiotik Komodifikasi Nilai Agama

terhadap Iklan Cap Kaki Tiga”.6 penelitian ini juga lebih terfokuskan

kepada komodifikasi agama dengan melalui media sebagai alat bantu

untuk promosi. Dan dalam hal ini yang menjadi sorotan yaitu tokoh agama

yang sering disebut “Mama Dedeh”. Pada iklan ini secara tidak langsung

adanya suatu identitas agama yang di bawa oleh Mama Dedeh ketika

mempromosikan sebuah produk cap kaki tiga agar memiliki nilai jual.

Penelitian sangat berbeda dengan yang peneliti lakukan yang mana ini

lebih melihat kepada sebuah komodifikasi agama dengan kemasan budaya

5 Afif Fusalhan, Skripsi Kapitalisme Media dan Komodifikasi Agama : Pesan Dibalik

Cerita Sinetron Religi Pesantren dan Rock and Roll Season 3 (Yogyakarta : Fakultas Ushuluddin

dan Pemikiran Islam 2014). 6 Gusti Vita Riana, Skripsi Komodifikasi Nilai Agama Dalam Iklan Televisi : Studi

Analisis Semiotik Komodifikasi Nilai Agama terhadap Iklan Cap Kaki Tiga (Yogyakarta :

Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2014).

Page 19: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

8

massa yaitu film sedangkan skripsi yang peneliti lakukan adalah

komodifikasi dalam sebuah wisata religi.

Ketiga, penelitian tentang “Komodifikasi Ritual Sedekah Laut

Komunitas Nelayan Pantai Gesing Paduhuan Bolang, Girikarto,

Panggang, Gunung Kidul”7 yang di tulis oleh Eni Setiawati dari UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Judulnya tersebut menjelaskan tentang suatu

ritual sedekah laut yang dijadikan sebuah komoditas di masyarakat sekitar.

Banyaknya masyarakat yang melakukan ritual tersebut, dijadikanlah

peluang untuk dapat dilihat. Acara ini yang memungkinkan orang-orang

memanfaatkan situasi tersebut sebagai bisnis, selain itu pada waktu acara

sedekah laut kebutuhan-kebutuhan untuk mengikuti acara tersebut

disediakan dan diperdagangkan sebagai bahan-bahan yang memiliki harga

jual. Penelitian ini juga sangat berbeda dengan yang peneliti lakukan yang

mana ini lebih melihat kepada sebuah komodifikasi dalam budaya sedekah

laut sedangkan skripsi yang peneliti lakukan adalah komodifikasi dalam

sebuah wisata religi.

Dari judul-judul tersebut belum ada yang meneliti tentang

“Komodifikasi Agama di Wisata Religi Batu Qur’an”, hanya inilah yang

penulis temukan, dari skripsi-skripsi yang telah di tulis di atas yang terlalu

banyak dari mereka menulis tentang komodifikasi agama dengan sebuah

media, dan ritual-ritual keagamaan. Akan tetapi skripsi yang akan penulis

buat ini akan berbeda dari tema-tema tersebut, dikarenakan metode yang

7 Eni Setiawati, Skripsi Komodifikasi Ritual Sedekah Laut Komunitas Nelayan Pantai

Gesing Paduhuan Bolang, Girikarto, Panggang, Gunung Kidul (Yogyakarta : Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam 2013).

Page 20: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

9

akan peenulis gunakan yaitu metode kualitatif. Penulis juga akan membuat

perbandingan dengan adanya wisata religi tersebut apakah akan

memberikan dampak yang positif atau negative bagi masyarakat di sana.

Dengan metodologi tersebut saya akan mendeskripsikan fenomena-

fenomena komodifikasi Agama di wisata religi Batu Qur’an yang terjadi di

sana.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan peneliti gunakan ialah metode

kualitatif. Metode kualitatif ialah sebuah penelitian yang berusaha

mengungkapkan keadaan yang bersifat alamiah atau faktual apa yang ada

di lokasi tersebut. Penelitian kualitatif tidak hanya menggabungkan

variabel-variabel tunggal melainkan dapat menghubungkan antara variabel

ke variabel lainnya.8 Paradigma dalam memandang suatu realitas,

fenomena dan gejala alamiah yang terjadi, itulah yang disebut dengan

penelitian kualitatif,9 yang mana karena penelitian semacam ini

menggunakan teknik kualitatif, yang mana peneliti mencoba

menggambarkan fenomena sosial secara holistik tanpa perlakuan

manipulatif. Sumber data yang nantinya akan dikumpulkan berupa hasil

observasi, wawancara dari informan, serta buku-buku yang mengkisahkan

tentang batu quran tersebut.

8 M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

2002), h. 58. 9 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008), h. 122.

Page 21: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

10

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif. Penelitian

deskriptif ialah sebuah penelitian yang menjelaskan dalam arti yang

sebenarnya dengan berupa gambar-gambar atau foto-foto yang di dapat

dari data lapangan atau penelitian yang menjelaskan dengan gambar-

gambar dan yang dapat pula berarti menjelaskan dengan kata-kata.10

Penelitian kualitatif atau bisa juga disebut dengan studi kasus dengan

tema komodifikasi wisata religi batu qur’an.

2. Jenis Data

Untuk melakukan penelitian tersebut maka penulis mengumpulkan

data primer dan sekunder yang sesuai dengan tema penelitian.

Berdasarkan jenis data yang ditentukan sebelumnya maka dalam

penelitian ini memiliki sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

primer artinya data yang didapat dari sumber pertama, seperti

wawancara kepada seseorang atau pengamat peneliti langsung pada

obyek penelitian. Sumber sekunder artinya data-data yang diperoleh

dari hasil penelitian orang lain yang sudah diolah menjadi data-data,

Buku, Koran, Majalah dan lain-lain. Atau juga pandangan, komentar

orang di luar lokasi penelitian tentang kondisi masyarakat di Wisata

Religi Batu Qur’an.

10

Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : PT

Bumi Aksara, 2008), h. 129.

Page 22: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

11

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data, diantaranya yaitu:

a. Studi kepustakaan (Library research)

Studi kepustakaan ialah suatu teknik untuk mengumpulkan data

dengan cara membedah buku-buku yang berkaitan dengan tema

yang penulis buat sebagai dasar untuk memperoleh data, baik

sebuah data primer maupun data sekunder, yang bersumber dari

buku, majalah, artikel, jurnal, koran dan lain-lain.

b. Penelitian Lapangan (Field research)

Penelitian lapangan atau yang disebut observasi merupakan salah

satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian

kualitatif.11

Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan data

lapangan, kegiatan pengumpulan data di lapangan dilakukan

dengan :

1. Studi dokumentasi dan analisis data, yaitu penulis

mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi dari hasil penelitian

lapangan, dan kemudian penulis menganalisis dari data-data

yang telah ada.

2. Wawancara (interview), dalam suatu penelitian yang bertujuan

untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia

dalam seuatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu,

11

Seebani, Metode Penelitian, h. 186.

Page 23: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

12

merupakan pembantu utama dalam metode observasi.12

Dalam

hal ini penulis akan melakukan dialog kepada para masyarakat

setempat sebagai sampel data. Narasumber yang akan

diwawancarai adalah penjaga Batu Qur’an yaitu Bapak Bayu,

tokoh masyarakat setempat, dan para pengunjung.

4. Langkah-langkah pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang di perlukan, penulis mengambil

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tempat penelitian

Lokasi penelitian ini di Desa Kadubumbang adalah sebuah

Kampung kecil yang teletak di Kecamatan Cimanuk,

Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat, yang dimana tempat ini

sebagai tempat penelitian wisata religi Batu Qur’an.

5. Pendekatan Penelitian

Ada beberapa pendekatan yang di pakai dalam penelitian ini,

pendekatan-pendekatan tersebut antara lain :

a. Pendekatan fenomenologis digunakan untuk mengetahui

fenomena-fenomena komodifikasi di wisata religi Batu Qur’an

serta realitas-realitas yang terjadi di masyarakat.

b. Pendeketan sosiologis digunakan untuk mengetahui hubungan

sosial kemasyarakatan antar masyarakat sekitar. Bagaimana

mereka saling mempengaruhi dalam kehidupan bermasyarakat.

12

Koentjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta : Gramedia, 1986), h. 129.

Page 24: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

13

c. Pendekatan historis digunakan untuk menelusuri asal usul

sejarah dan pertumbuhan wisata religi Batu Qur’an.

d. Pendekatan antropologis digunakan untuk mengetahui

bagaimana budaya wisata religi ini dapat berkembang dengan

pesat seperti sekarang ini.

6. Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka teknik analisis

data yang digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif. Penulis

berusaha menggabungkan data-data serta menafsirkan data untuk

menjelaskan pola komodifikasi yang dilakukan di lokasi penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulisan pembahasan dalam skripsi ini terdiri

dari lima bab, dengan rincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, Bab ini merupakan pendahuluan yang meliputi

latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian,

signifikasi penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan diakhiri

dengan sistematika penulisan.

Bab II Memahami Komodifikasi, Bab ini merupakan penjelasan

umum tentang Komodifikasi mulai dari Latar Belakang Komodifikasi,

Pengertian Komodifikasi, Bentuk Komodifikasi, Tujuan Komodifikasi.

Page 25: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

14

Bab III Kehidupan Desa Kadubumbang dan Sejarah Batu Qur’an,

Bab ini adalah penelitian lapangan yang terdiri dari uraian Asal Usul Desa

Kadubumbang, Geografis Desa Kadubumbang, Demografi Desa

Kadubumbang, Tingkat Pendidikan, Perekonomian, dan Pencaharian Desa

Kadubumbang, Permasalahan Kehidupan Desa Kadubumbang, serta

sejarah Batu Qur’an dan riwayat hidup Syeik Maulana Masyuruddin.

Bab IV Praktik Komodifikasi di Wisata Religi Batu Qur’an, Bab ini

berisi tentang, analisa komodifikasi batu qur’an di Desa Kadubumbang.

Analisa ini terdiri dari bagian seperti berikut: Peran Batu Qur’an Terhadap

Masyarakat Desa Kadubumbang, Praktik Ritual dan Komodifikasi Batu

Qur’an, Apa Respon Masyarakat Terhadap Batu Qur’an, Peran Pemerintah

Terhadap Batu Qur’an.

Bab V Penutup, Bab ini adalah penutup yang berisi kesimpulan,

saran-saran dan kata penutup.

Page 26: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

15

BAB II

MEMAHAMI KOMODIFIKASI

A. Pengertin Komodifikasi

Komodifikasi berasal dari kata komoditi dan modifikasi. Komoditi

yang berarti barang dagangan ; benda niaga, 1

sedangkan modifikasi

adalah pengubahan atau perubahan, 2 jadi dapat kita pahami bahwa

komodifikasi adalah sesuatu perubahan yang pada awalnya tidak

diperdagangkan dan kemudian dirubah menjadi sesuatu yang dijadikan

barang dagangan atau komoditas. Komodifikasi menurut Yasraf yaitu

segala bentuk barang ataupun sesuatu yang memiliki nilai jual di dalam

masyarakat sebagai bentuk memenuhi kebutuhan masyarakat.3

Komoditas pada saat ini sudah berbaur dengan unsur-unsur nilai

politik, sehingga banyak dari masyarakat muncul semangat untuk

memiliki komoditas tersebut. Sebagaimana yang berada di dalam buku

Yasraf Amir Piliang bahwa komodifikasi itu terjadi dikarenakan

masyarakat memiliki hasrat untuk memiliki. Budaya konsumerisme adalah

memuati budaya konsumsi dengan makna-makna simbolik tersendiri

seperti prestise, status, dan kelas. Budaya konsumerisme adalah budaya

konsumsi yang ditopang oleh proses penciptaan diferensi secara terus

1 Sugiono, dan Yeyen Maryani, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Tim Penyusun

Kamus Bahasa Pusat, 2008), h. 795. 2 Sugiono, dan Yeyen Maryani, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 795.

3 Yasraf Amir Piliang, Bayang-bayang Tuhan Agama dan Imajinasi (Jakarta : PT Mizan

Publika, 2011), h.71.

Page 27: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

16

menerus lewat penggunaan objek-objek komoditas, sebuah budaya belanja

yang diperoses perubahan dan perkembang biakannya didorong oleh

logika hasrat dan keinginan ketimbang logika kebutuhan.4

Budaya konsumerisme adalah sistem yang memproduksi hasrat

tanpa henti, pemenuhannya selalu melalui dunia komoditas. Ketidak

puasan terhadap penampilan fungsi, dan penampakan citra objek-objek

komoditas. Hal itu dilakukan dengan menciptakan kebutuhan yang bukan

esensial, melainkan artifisial. Budaya konsumerisme mengontruksi

perasaan kurang atau perasaan tidak sempurna pada diri setiap orang

dalam hal kepemilikan objek dan mengdorong mereka untuk terus

mengonsumsi.

Sedangkan agama menurut Clifort Geertz adalah sebuah sistem

simbol-simbol yang berlaku untuk menetapkan suasana hati dan motivasi-

motivasi yang kuat, yang meresapi dan yang tahan lama pada diri

manusiadengan merumuskan tatanan umum eksistensi dan membungkus

konsep-konsep dengan pancaran faktual, sehingga suasana hati dan

motivasi tersebut terlihat nyata.5

Komodifikasi agama lintas tradisi-tradisi keagamaan secara diam-

diam namun konsisten telah banyak menarik perhatian ilmiah, beberapa

prinsip penting komodifikasi agama yang menyatakan bahwa pasar dan

4 Yasraf Amir Piliang, Bayang-bayang Tuhan Agama dan Imajinasi, h. 70.

5 Cliffort Geertz, Kebudayaan dan Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 5

Page 28: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

17

agama tidaklah berbenturan satu sama lain. Justru sebaliknya, agama

mengadopsi logika pasar sehingga tradisi-tradisi keagamaan atau atribut

keagamaan menjadi kebutuhan yang dapat dipenuhi di pasar. Agama

membangun kerajaan moral dan spiritual yang didasarkan prinsip dan

model pasar. Sebagain agama dakwah modern selalu mengatakan bahwa

diri mereka sendiri adalah sebagai paket konsumsi dengan tujuan untuk

menaklukan dunia pasar agama. Dengan kata lain, sebagian besar agama

bertujuan untuk menjelajah dan menaklukan dunia. Agama-agama

memandang dunia sebagai ladang kompetisi karena semakin banyak

pengikut mereka maka semakin banyak pula ladang pasar agama.6

Komodifikasi agama adalah fenomena historis dan religio-kultural

yang cukup luas, inklusif, dan kompleks. Komodifikasi agama itu sendiri

menyiratkan sederetan tindakan sadar untuk merubah simbol dan institusi

agama menjadi komoditas yang bisa dipasarkan dan layak di komsumsi

oleh masyarakat, dengan hal tersebut muncul fakta bahwa keuntungan dan

bentuk-bentuk perolehan material sering kali dikemas dengan hati-hati dan

diletakan secara halus di belakang layar. Yang dimaksud komodifikasi

agama adalah sebuah proses multi aspek dan multi dimensi yang baru

merubah keyakinan agama atau tradisi agama menjadi barang-barang yang

layak di konsumsi dan bisa dipasarkan. Komodifikasi agama merupakan

sebuah hubungan interaktif dan berulang antara agama dan pasar, yang

6 Afe Adogame, Sosiologi Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2013), h. 987.

Page 29: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

18

secara serentak melibatkan kekuatan pasar yang mengomodifikasi agama

sekaligus institusi agama yang ikut terlibat di pasar dan budaya konsumsi.

Sebagai contoh komodifikasi agama dalam konteks Protestan di Amerika

Serikat yang melekat erat dengan cara-cara gereja dapat tumbuh

berkembang melalui partisipasinya di pasar, atau lebih spesifik lagi bahwa

bagaimana pengaruh-pengaruh agama tumbuh dengan sendirinya dalam

budaya komersil. Karena tumbuh dari persambungan historis antara

ekonomi pasar dan ambisi abadi perluasan jemaat dikalangan pemuka

agama dan komunitas pengabdian dan kesalehan yang tersalur melalui

pasar dan media. Komodifikasi agama melibatkan proses bagaimana

sebuah agama menyandang bentuk komoditas dan menandai pergeseran

kesalehan di tingkat individual dan kolektif dari kewajiban menjadi

konsumsi.7

Komodifikasi merupakan proses mentransformasi barang dan jasa

nilai guna (nilai yang didasarkan pada kemampuan memenuhi kebutuhan)

menjadi nilai tukar (nilai yang didasarkan pada pasar). Komodifikasi

merupakan salah satu cara yang bisa melakukan pendekatan media massa

dalam pendekatan ekonomi politik. Mosco (2009:132), mendefinisikan

komodifikasi sebagai proses mengubah nilai pada pada suatu produk yang

tadinya hanya memiliki nilai guna kemudian menjadi nilai tukar (nilai

jual) yang mana nilai kebutuhan atas produk ini ditentukan lewat harga

7 Afe Adogame, Sosiologi Agama, h. 986.

Page 30: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

19

yang sudah dirancang oleh produsen. Semakin mahal harga suatu produk

menunjukan bahwa kebutuhan individu dan sosial atas produk ini semakin

tinggi.8

Marx melihat komoditas memiliki nilai guna dan nilai tukar, nilai

guna suatu objek tidak lain merupakan kegunaannya yang terkait dengan

pengertian Marx tentang pemenuhan kebutuhan tertentu, di sisi lain, nilai

tukar akan terkait dengan nilai produk itu di pasar, atau harga objek yang

bersangkutan. Objek nilai tukar inilah yang disebut Marx sebagai bentuk

komoditas dari objek tersebut.9

Komodifikasi agama merupakan sebuah orientasi konseptual dan

metodologis yang baru muncul dengan potensi kuat untuk membantu

mengurangi apa yang disebut dengan ketegangan antara realita global

dengan pemahaman sosiologis. Konvergensi agama yang sangat dinamis

tercipta melalui mekanisme pasar, kemajuan teknologi, dan arus global

manusia, dan informasi, termasuk simbol dan institusi keagamaan. Di sisi

persediaan, agama-agama menemukan dirinya kembali agar bisa

berkompetisi demi merebut perhatian dari para konsumen di pasar

spiritual. Selain itu komodifikasi agama menyiratkan proses-proses multi

8 Musthofa, As’ad, “Komodifikasi Kemiskinan Oleh Media Televisi”, Jurnal Komunikasi

Makna, vol. 3, no.1 (juli 2012), h. 5-6. 9 Musthofa, As’ad, “Komodifikasi Kemiskinan Oleh Media Televisi”, Jurnal Komunikasi

Makna, vol. 3, no.1 (juli 2012), h. 6.

Page 31: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

20

aspek yang melibatkan perluasan keyakinan agama yang dipasarkan yang

akan terus meningkat.

Komodifikasi agama pada saat meluncurkan produksi dan

konsumsi produk-produk keagamaan yang dipasarkan, telah memberikan

tren yang luas dalam pembentukan ulang kesalehan dan pengilhaman

kemakmuran. Komodifikasi agama menegaskan kembali signifigansi

abadi agama di dalam masyarakat modern akhir. Komodifikasi agama

menuntut perhatian kita dan sosiologi agama untuk merespon secara

signifikan. Dalam pembahasannya tentang konsumsi Amerika atas

produk-produk material keagamaan dan spiritual.10

Menurut penulis menanggapi pengertian komodifikasi agama

bahwa agama di zaman modern ini sudah menjadi sebuah konsumsi oleh

para penganutnya, maka dari itu produk-produk agama akan terus

diproduksi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kepercayaan terhadap

simbol-simbol keagamaan itu salah satu dari bentuk ketertarikan mereka

untuk terus mengkonsumsi produk-produk agama.

B. Latar Belakang Komodifikasi

Kebudayaan sebagai identitas komunitas bukan hanya dipahami

sebagai pembeda dengan komunitas lainnya, melainkan sebagai sesuatu

yang dapat digunakan untuk mengenal kehidupan komunitas, cara-cara

10

Adogame, Afe, Sosiologi Agama, h. 984-985.

Page 32: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

21

bagaimana komunitas agama tertentu penyusun pengetahuan,

menampilkan perasaan spiritualnya, dan cara bagaimana agama mengatur

mereka untuk bertindak. Kebudayaan menjadi sangat besar dalam

ekosistem pribadatan, karena karakteristik kebudayaan dengan komunitas

dapat membedakan kebudayaan tersebut. Aspek-aspek budaya yang masih

bertahan dan hidup di dalam komunitas beragama yang ditampilkan

melalui kegiatan upacara keagamaan yang masih banyak dilaksanakan

oleh komunitas agama. Upacara atau ritual keagamaan tersebut berfungsi

sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, selain itu upacara

keagamaan juga berfungsi sebagai pengokoh norma-norma dan nilai-nilai

keagamaan yang telah berlaku secara turun-temurun.11

Komodifikasi adalah istilah baru yang mulai muncul dan dikenal

oleh para ilmuan social. Komodifikasi ini mulai di banyak di bicarakan

pada abad ke 19. Komodifikasi menjelaskan tentang cara kapitalisme

melancarkan tujuannya dengan mengakumulasi kapital, atau mereka

menyadari transformasi nilai guna menjadi nilai tukar. Komoditas dan

komodifikasi adalah dua hal yang mempunyai hubungan antara obyek dan

proses, dan menjadi salah satu indicator kapitalisme global yang saat ini

telah terjadi. Komodifikasi adalah sebuah bentuk dari transformasi

11

Prasetyo Untung,“Komodifikasi Upacara Tradisional Seren Taun Dalam Pembentukan

Identitas Komunitas”, Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, vol. 2, no. 2

(agustus 2011), h. 173.

Page 33: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

22

hubungan, yang pada awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya

diperdagangkan, menjadi hubungan yang sifatnya komersil.12

Komodifikasi terjadi karena hasil dari perkembangan suatu

industri budaya. Dimana produksi benda budaya seperti musik dan film

terjadi pada zaman pra-industri yang diproduksi secara murni, tidak

adanya campur tangan dengan segala sistem pasar dalam proses

produksinya. Namun dalam era globalisasi dengan sistem kapitalisme

memunculkan ledakan kebudayaan disegala aspek kehidupan, sehingga

memunculkan kebutuhan massa. Dalam hal ini, sebuah industri telah

memproduksi berbagai artefak kebudayaan yang seolah telah menjadi

kebutuhan massa dan menjadi faktor penentu dalam proses produksinya,

sehingga benda budaya yang sebelumnya dipenuhi dengan nilai-nilai

tinggi, otentik, dan kebenaran, oleh industri budaya diproduksi secara

massal menjadi komoditas yang penuh dengan perhitungan laba.13

Globalisasi sesungguhnya telah melahirkan sejenis ideologi yang

menjadi dasar dari pembentukan, pelestarian dan perubahan masyarakat

yang bertumpu pada proses identifikasi diri dan pembentukan perbedaan

diantara orang-orang. Sebab, perbedaan menjadi tanda yang paling

penting dalam kehidupan masyarakat modern. Inilah yang dimaksudkan

12

Afif Fusalhan, Skripsi Kapitalisme Media dan Komodifikasi Agama : Pesan Dibalik Cerita

Sinetron Religi Pesantren dan Rock and Roll Season 3 (Yogyakarta : Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam 2014), h. 2. 13

Widyastuti, Ayu Retno, “Komodifikasi Wisata Religi Dalam Pemasaran Pariwisata”,

Jurnal Komunikasi, vol. 1, no.2 (januari 2011), h. 200-202.

Page 34: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

23

oleh Heller yang dikutip oleh Andy Bennet bahwa sesungguhnya

modernitas membuat kehidupan kita sehari-hari menjauh dari bentuk

eksistensinya, karena pemikiran dan tindakan instrumental mendominasi

kehidupan kita. Dengan kata lain, kehidupan kita dikendalikan dan

didominasi oleh sebuah sistem sehingga mengalami alienasi dari

kehidupan yang sesungguhnya.14

Manurut Arjun Appadurai ada empat komponen yang dapat

disebut sebagai komoditas15

:

1. Nilai

Segala sesuatu yang memiliki nilai, baik nilai tukar ataupun

nilai guna merupakan suatu komoditas.

2. Penilaian

Segala sesuatu yang dapat penilaian dari masyarakat, kemudian

penilaian itu disepakati oleh sebagian besar masyarakat, maka

segala sesuatu itu dapat dikatakan sebagai komoditas.

3. Hasrat

Hasrat meliputi rasa untuk selalu ingin memiliki terhadap

segala sesuatu tersebut. Sehingga banyak dari masyarakat yang

akan berjuang untuk mendapatkannya.

14

Fakhruroji, “Komodifikasi Agama Sebagai Masalah Dakwah”, Jurnal Ilmu Dakwah, vol.

5, no. 16 (juli-desember 2010), h. 7. 15

Ika Rusydina Putri, M. Jacky, “Komodifikasi Tanah Makan Keningratan”, Jurnal

Paradigma, vol. 4, no. 1 (2016), h. 2-3.

Page 35: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

24

4. Permintaan

Segala sesuatu yang mengandung unsur sakralitas sehingga

banyak orang yang menginginkan atau meminta dari segala

sesuatu tersebut untuk kepentingannya. Hal tersebut dapat

dikatakan komoditas. Durkheim menjelaskan bahwa segala

sesuatu yang dianggap sakral maka menjadi sebuah fetis16

.

Komodifikasi agama tidak sepenuhnya kita salahkan, karena

agama mengajarkan bahwa mencari rezeki adalah mencari karunia Tuhan

atau melaksanakan perintahnya. Umat beragama diperintahkan untuk

melakukan usaha produktif, seperti bekerja, melakukan berbagai kegiatan

yang menghasilkan jasa bagi orang lain, seperti berdagang, mengajar, dan

lainnya. Dalam melakukan uasaha tersebut di dalam agama diperlihatkan

norma halal dan haram. Mengaitkan usaha mencari rezeki dengan Tuhan

diharapkan memberikan tambahan harapan dan optimisme karena dia

adalah yang maha kaya dan maha pengasih kepada hamba-hambanya.

Selain itu, mengaitkan kerja mencari rezeki dengan Tuhan juga supaya

tidak melakukan penipuan, pemerasan, dan perampasan terhadap hak

orang lain, supaya menjaga diri agar terus mencari rezeki yang halal.17

16

Istilah fetis digunakan untuk menjelaskan karakter kekuatan atau daya pesona supranatural-

magis yang dipercaya berada di dalam sebuah objek, kemudian disembah sebagai sesuatu

yang dianggap mempunyai kekuatan. Baca Yasraf Amir Piliang, Bayang-banyang Tuhan :

Agama dan Imajinasi (Jakarta : Mizan, 2011), h. 30. 17

Bustanudin Agus, Agama Sebagai Kehidupan Manusia, h. 236.

Page 36: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

25

Namun, dalam fenomena sosial umat beragama juga ditemukan

penipuan, pencurian, dan pemerasan. Hal ini tentu karena mereka hanya

beragama dengan simbol adakalanya untuk untuk kepentingan politik dan

kekuasaan, dan sebagian ada juga untuk kepentingan materi dan ekonomi.

Selain iman yang lemah untuk memegang perinsip, berbagai pelanggaran

memperebutkan harta yang disebabkan faktor sosial, seperti adanya jurang

pemisah antara yang kaya dan miskin, kecemburuan sosial, dan lain

sebagainya. Ajaran agama juga sangat diperlukan untuk memacu

semangat kewirausahaan, dan kemandirian.18

C. Tujuan Komodifikasi

Komodifikasi agama merupakan salah satu isu kontemporer yang

berkembang seiring dengan pemikiran globalisasi di era pascamodernitas

ini. Komodifikasi merupakan gambaran tentang proses barang dan jasa

diproduksi dengan cepat sebagai komoditas untuk kebutuhan pasar. Di era

ekonomi global ini, menuntut semua unsur budaya dan agama yang dapat

dijadikan komoditas, dari hal tersebut maka lahirlah istilah komodifikasi

agama. Dengan kata lain, bahwa komodifikasi agama merupakan proses

produksi benda keagamaan sebagai komoditas yang diperjualbelikan

memalui industri agama dengan mengikuti aturan pasar.

Komodifikasi agama kian marak berkembang di Indonesia, ditandai

dengan munculnya industri agama yang memproduksi benda agama atau

18

Agus, Bustanudin, Agama Sebagai Kehidupan Manusia, h. 237.

Page 37: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

26

kepercayaan terhadap simbol-simbol agama yang diperjualbelikan demi

keuntungan secara finansial.19

Di dalam komodifikasi konten para elit ekonomi menginginkan

membuat komoditas dalam bentuk komunikasi, komodifikasi dalam

komunikasi yang merubah bentuk pesan, mulai dari kode biner hingga

sistem pemaknaan menjadi produk dagangan. pemaknaan menjadi produk

dagang. Proses menciptakan nilai tukar dalam konten komunikasi adalah

keseluruhan aspek hubungan social dari komodifikasi termasuk dalam

pekerja, ini adalah hubungan sosial yang terjadi antara pekerja, konsumen

dan pemilik modal. Dalam masyarakat kapitalis media massa

mengalihkan proses komoditi produksi seperti isi produk yang dikemas

untuk mencerminkan kepentingan pemilik modal. Media juga sebagai

entitas ekonomi memiliki peran langsung sebagai pencipta nilai surplus

salah satunya melalui iklan dalam sektor produksi. Maka isi media yang

disampaikan ke publik merupakan hasil kemampuan professional untuk

memproduksi sebuah cerita dalan suatu sistem yang sarat makna dan

menjadi layak untuk dilempar ke pasaran.20

Komodifikasi khalayak, dalam hal ini audiens dijadikan komoditas

untuk dijual kepada para pengiklan, agar tayangan mereka penuh dengan

19

Agus Maladi Irianto, “Komodifikasi Budaya Di Era Ekonomi Global Terhadap Kearifan

Lokal”, Jurnal Theologia, vol. 27,. no. 1 (juni 2016), h. 232. 20

Kheyene Molekandella Boer, “Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam

Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah”, Jurnal Komunikasi, vol. 8, no. 1 (oktober

2013), h. 47.

Page 38: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

27

para pihak yang ingin mengiklankan produk mereka. Pihak televisi

berlomba mengumpulkan rating yang tinggi lewat kemasan acara yang

menarik, agar nantinya rating tersebut dapat dijual kepada advertiser.

Walaupun program yang dibuat mengesampingkan unsur moralitas dan

edukasi sebagai mana fungsi media sesungguhnya. Audiens termasuk

dalam audiens yang secara tak langsung atau tanpa disadari bekerja untuk

meningkatkan keuntungan kapitalisme. Pemirsa bekerja dirumah dengan

tetap menjalankan mereka sebagai sebuah keluarga kecil yang tak luput

dari segala bentuk informasi dan hiburan media. Ketika pemirsa banyak

yang menyukai acara tertentu baik karena sosok atau figur yang ada

didalamnya, maka akan semakin banyak yang menonton, hal itu

berdampak pada rating acara yang semakin tinggi sehingga permintaan

iklan yang masuk semakin besar pula.21

Pada dasarnya tujuan dari komodifikasi adalah memanfaatkan

masyarakat yang memiliki hasrat kepada benda-benda komoditas untuk

mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya. Mereka memanfaatkan

masyarakat konsumsi agar terus mengkonsumsi produk-produk yang

mereka ciptakan, semakin banyak permintaan dari konsumen, maka

semakin banyak produk yang dihasilkan, maka semakin banyak pula

keuntungan yang mereka dapatkan.

21

Kheyene Molekandella Boer, “Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam

Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah”, Jurnal Komunikasi, vol. 8, no. 1 (oktober

2013), h. 48.

Page 39: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

28

D. Bentuk Komodifikasi

Dari definisi komodifikasi yang telah dipaparkan di atas bahwa

banyak sekali benda – benda yang dapat dijadikan komoditas seperti

kesenian tradisional yang semula sebagai subjek pengetahuan, kebijakan,

dan kearifan lokal masyarakat pendukungnya, berkat adanya industri

pariwisata kemudian berubah menjadi objek benda yang harus

diperjualbelikan melalui proses produksi budaya. Melalui produksi itulah,

eksistensi kesenian tradisional dikemas menjadi benda budaya yang harus

mengikuti aturan pasar.22

Komodifikasi agama erat berkaitan dengan biografi suci para

pendiri keyakinan, pristiwa-pristiwa historis yang besar, atau petilasan

yang sangat menonjol. Dalam kasus ini, tempat-tempat bersejarah,

bangunan, dan pristiwa yang tercatat dalam kitab suci merupakan daya

tarik besar bagi para pemeluknya, seperti pergi haji yang sangat

dianjurkan bagi umat islam untuk pergi bagi yang mampu, perjalanan ini

tidak pernah berubah sejak zaman nabi.23

Selain itu komodifikasi agama

erat kaitannya dengan petilasan-petilasan yang bisa dengan mudah diubah

menjadi tujuan ziarah dan daya tarik wisatawan, dalam hal ini seperti tema

yang peneliti ambil di wisata religi batu qur’an, yang pada dasarnya batu

22

Agus Maladi Irianto, “Komodifikasi Budaya Di Era Ekonomi Global Terhadap Kearifan

Lokal”, Jurnal Theologia, vol. 27, no. 1 (juni 2016), h. 233. 23

Suraiya Faroqhi, Pilgrims and Sultans, (London : St Martin’s Press 1994), h. 17.

Page 40: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

29

qur’an ini bukan makam akan tetapi petilasan yang ditinggalkan oleh

tokoh keagamaan pada waktu itu.24

Komodifikasi agama sarat dengan makna-makna simbolik, kualitas

sakral, dan reputasi karismatik. Sakral berarti suci, manusia dan

masyarakat itu sajalah yang menjadikannya suci.25

Sakral dapat diartikan

sebagai sebuah ciri khas kekuatan yang misterius yang bersemayam di

dalam objek-objek pengalaman tertentu. Ciri khas sakral ini yang

menjadikan sebuah komoditas agama. Simbolisme mengandung pesan-

pesan keagamaan yang kuat dan melahirkan rasa ingin memiliki.

Komodifikasi agama juga secara khusus dipromosikan melalui

peristiwa-peristiwa public seperti ritual, perayaan, festival, dan wisata

rohani. Produksi, pemasaran, dan konsumsi barang-barang agama

merupakan aspek fundamental dari agama rakyat. Peristiwa-peristiwa

keagamaan yang bisa diakses secara publik sungguh penting untuk

memperlihatkan penggunaan efektif barang-barang keagamaan. Peristiwa-

peristiwa seperti itu telah menjadi pasar, tempat berlangsungnya

pembelian, penjualan, dan pertukaran barang-barang keagamaan secara

aktual.26

24

Abdel Rahman Muhammad Amin, Rites of Pilgrimage, (Kairo : The Supreme Council For

Islamic Affairs, 1967), h.34-35. 25

Bustanudin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, h. 80-8. 26

Afe Adogame, Sosiologi Agama, h. 996-997.

Page 41: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

30

Menurut penulis menanggapi bentuk-bentuk komodifikasi bahwa

apa saja bisa dijadikan komoditas seperti ondel-ondel yang merupakan

bentuk kesenian budaya betawi yang sering kali kita jumpai, kini di

exploitasi untuk mencari keuntungan finansial. Pada dasarnya ondel-ondel

diadakan pada saat perta pernikahan, akan tetapi kini menjadi tontonan

untuk menghasilkan uang.

Selain itu ada pula komodifikasi agama yang memanfaatkan

produk-produk atau keyakinan agama seperti ziarah yang memainkan

peran penting pada dua tataran yaitu kunjungan ke makam-makam di satu

pihak, dan peran ziarah itu dalam kehidupan spiritual di lain pihak27

,

karena banyaknya peminat para ziarah maka para industri pariwisata

seperti jasa travel memanfaatkan momen tersebut untuk mengambil

keuntungan. Jasa travel ini sangat laris ketika bulan-bulan tertentu seperti

bulan mauled yang banyak sekali orang ingin pergi berziarah, selain itu

masyarakat di sekitar tempat ziarah memanfaatkan juga keramaian para

pengunjung dengan berjualan makanan, barang-barang kerajinan, dan

terkadang ada pula yang menjual benda-benda jimat (Fetis), selain itu ada

juga yang membuka jasa toilet dirumahnya, semua ini mereka lakukan

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

E. Faktor Terjadinya Komodifikasi

27

Henri Chambert Loir, Ziarah Dan Wali Di Dunia Islam (Jakarta : Forum Jakarta Paris

2007), h. 335.

Page 42: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

31

Komodifikasi agama terjadi karena pasar cenderung

memperlakukan agama sebagai barang dagangan ketimbang

memperlakukan agama sebagai sebuah kepercayaan. Ada beberapa yang

menyebabkan terjadinya komodifikasi antara lain :

1. Arus Globalisasi Yang Semakin Meningkat

Arus globalisasi yang di tandai dengan terjadinya peningkatan

arus mobilitas dan revolusi teknologi informasi dan transformasi

yang menyebabkan orang dapat dengan mudah memperoleh

informasi dan dapat berpindah dari suatu negara ke negara

lainnya. Kemudian arus perpindahan manusia itu yang di

manfaatkan oleh pelaku komodifikasi agama agar pendapatan

dari sektor industri pariwisata meningkat. Dengan banyaknya

usaha pariwisata yang ada hal ini menimbulkan persaingan

diantara para pengusaha dalam bidang pariwisata yang

menuntut mereka untuk berinovasi dalam kemasan wisata religi

yang mereka sediakan.

2. Promosi Pariwisata

Pengaruh dan persaingan pariwisata global membuat

pemerintah provinsi pariwisata, baik pariwisata alam maupun

pariwisata religi, bagi turis domestik maupun mancanegara

semakin gencar. Promosi pariwisata religi tersebut

mengharuskan budaya lokal masyarakat indonesia

Page 43: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

32

dikembangkan dan di kemas secara apik dan lebih komersial

agar menarik minat para wisatawan. Praktik komersialisasi

agama yang merupakan bagian dari praktik-praktik budaya

kapitalisme dan konsumerisme berakibat pada terjadinya

komodifikasi agama di Indonesia.28

3. Terbukanya Lapangan Kerja di Bidang Pariwisata

Hasil pertanian yang kian hasilnya tidak memuaskan

menyebabkan banyaknya lahan pertanian di Desa

Kadubumbang yang beralih fungsi menjadi infrastruktur

pariwisat Banyaknya masyarakat yang mengalihfingsikan lahan

dan beralih profesi menjadi pelaku pariwisata atau berjualan di

sekitar kawasan pariwisata.

4. Keragaman Agama dan Budaya di Indonesia

Indonesia negara yang memiliki kekayaan beragama yang

membuat masyarakatnya kental dengan budaya mistisisme. Hal

ini membuat banyaknya orang yang pergi berziarah ke makam-

makam para tokoh agama. Dalam hal ini yang menjadikan

28

Sariyanta, Pengaruh Komodifikasi Budaya Terhadap Tingkah Laku Masyarakat Bali, 29

Desember 2012.

Page 44: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

33

komodifikasi wisata ziarah atau wisata religi, karena banyaknya

peminat di masyarakat akan ziarah tersebut.29

Menurut penulis bahwa faktor faktor yang menyebabkan terjadinya

komodifikasi yaitu perubahan arus globalisasi dan teknologi informasi

semakin meningkat yang mempermudah kita mendapatkan informasi apa

saja dan dari mana saja. Promosi pariwisata menjadi hal yang paling

utama di setiap provinsi karena pemasukan daerah terbanyak mayoritas

dari pendapatan pariwisata, maka dari itu pemerintah mempromosikan

wisata-wisata di daerah tersebut melalui media elektronik, maupun cetak

dengan sangat menarik agar wisatawan-wisatawan dari luar kota maupun

mancanegara tertarik untuk berkunjung. Adanya lapangan kerja di bagian

pariwisata dikarenakan adanya wisatawan yang hadir, mereka

memerlukan pelayanan dan pengelola wisata agar tempat wisata tersebut

terawat. Indonesia memiliki keunikan-keunikan tersendiri seperti

beragamnya agama dan budaya di Indonesia menjadikan hal tersebut

sebagai komoditas yang dipertontonkan kepada para wisatawan. itulah

yang menyebabkan terjadinya komodifikasi khususnya di Indonesia ini.

29

Sariyanta, Pengaruh Komodifikasi Budaya Terhadap Tingkah Laku Masyarakat Bali, 29

Desember 2012.

Page 45: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

34

BAB III

KEHIDUPAN DESA KADUBUMBANG DAN SEJARAH BATU QUR’AN

A. Sejarah Desa Kadubumbang

Desa Kadubungbang pada mulanya adalah kawasan hutan pada

tahun 1937 datanglah penduduk kolonisasi sejumlah 45 kepala keluarga

dan sebanyak 135 jiwa, dan pada tahun 1939 datang lagi sejumlah 100

kepala keluarga yang sama dengan 325 jiwa, selama dua tahun tersebut

maka jumlah penduduk secara keseluruhan yaitu 145 kepala keluarga atau

460 jiwa. Mereka tinggal di Desa Kadubumbang sebagai para petani yang

menggarap tanah yang telah diberikan oleh pemerintah seluas 409 Ha.

Pada tahun 1964-1969 Kepala Desa dijabat oleh Jaya dan Jaya

Rahmat sebagai Carik. Tahun 1969-1975 Kepada Desa dijabat oleh Abdul

Gafur dan Jaya Rahmat sebagai Carik, pada tahun 1975-1977 Jaya Rahmat

sebagai Pjs. Tahun 1977 Pjs Kepala Desa ditentukan dari Unsur TNI

(Serma Ismail) yang administrasinya mengikuti Desa Kupa Handap. Pada

tahun 1979 diadakan pemekaran Desa dan pemilihan Kepala Desa Baru

yaitu Desa Kadubumbang dan hasil pemilihan langsung terpilih Suhanda

menjabat sebagai Kepala Desa Kadubumbang. 1

1. Kondisi Geografis

Wilayah Kecamatan Cimanuk secara geografis terletak pada

06⁰28‟16,5” Lintang Selatan dan 106⁰00‟00,0” Bujur Timur (diukur

berdasarkan alat GPS dikantor Kecamatan Cimanuk). Dengan luas

1 Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 1.

Page 46: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

35

wilayah 23.64 km2 atau sebesar 8,7 % dari luas Kabupaten

Pandeglang. Registrasi penduduk di kecamatan Cimanuk dilaksanakan

oleh kantor desa yang dikumpulkan setiap bulan berdasarkan KEPRES

No. 52/1997. Dengan drmikian data registrasi penduduk ini memiliki

keterkaitan dengan administrasi di kantor desa. Desa Kadubumbang ini

sangat mudah untuk di akses dikarenakan banyaknya angkutan-

angkutan umum yang melintas di depan jalan, Desa ini sangat strategis

karena tidak jauh dari keramaian.

Letak geografis Desa Kadubungbang, terletak diantara2 :

No Lokasi Desa

1 Sebelah Utara Desa Bayumunuk

2 Sebelah Selatan Desa Cimanuk

3 Sebelah Barat Desa Nembol

4 Sebelah Timur Desa Kupahandap

Bentuk Topografi wilayah bagian Kecamatan Cimanuk pada

umumnya merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata dibawah 500

m dari permukaan laut (dpl) dengan rincian sebagai berikut ; Desa

Kadulolo ± 169 dpl, Gunung Datar ± 212 dpl, Gunung Cupu ± 216 dpl,

Sekong ± 200 dpl, Cimanuk ± 217 dpl, Batubantar ± 217 dpl, Rocek ±

164 dpl, Kadumadang ± 281 dpl, Dalambalar ± 294 dpl, Kupahandap ±

2 Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 2.

Page 47: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

36

294 dpl, dan Kadubungbang ± 301 dpl. Sedangkan dari segi

geomorfologi, wilayah Kecamatan Cimanuk termasuk kedalam Zona

kaki Gunung Pulosari dan kaki Gunung Karang dan banyak terdapat

sumber mata air seghingga merupakan sentral pertanian utama di

Kabupaten Pandeglang.3

2. Kondisi Demografi

Berdasarkan dari data profil Desa bahwa luas wilayah Desa

Kadubumbang yaitu4 :

No Spesifikasi Luas

1 Pemukiman 70 ha

2 Pertanian Sawah 120 ha

3 Ladang/Tegalan - ha

4 Hutan - ha

5 Rawa-rawa - ha

6 Perkantoran - ha

7 Sekolah - ha

8 Jalan 40 ha

9 Lapangan Sepak Bola 1,5 ha

3 Dikutip dari elib.unikom.ac.id/download.php?id=224184, diakses pada tanggal 2 Maret

2018 Pukul 13:22. 4 Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 2.

Page 48: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

37

Berdasarkan dari table di atas bahwa Desa Kadubumbang

memiliki lahan pertanian yang sangat luas yang dikarenakan

mayoritas pekerjaan mereka yaitu sebagai petani serta tak sedikit pula

sebagai peternak seperti kambing, kerbau, ayam dan perikanan. Desa

Kadubumbang memiliki tanah yang sucup luas meskipun demikian

Desa baru sedikit memberdayakannya, seperti ladang, hutan, dan rawa

yang masih belum di kelola oleh desa secara maksimal.

Berdasarkan dari data profil Desa bahwa jumlah penduduk

Desa Kadubumbang sebagai berikut5 :

1 Kepala Keluarga 1306 KK

2 Laki-laki 2871 Orang

3 Perempuan 2627 Orang

4 Jumlah Laki-laki dan Perempuan 5498 Orang

Dari data profil desa sensus pada tahun 2016 tersebut padatnya

penduduk Desa Kadubumbang +/- 5.498 Jiwa yang secara

keseluruhan mereka beragama Islam yang terdiri dari +/- 97% etnis

Sunda dan 3% etnis Jawa Serang.6 Begitu pula luas wilayah kampung

Pulo Geulis saat ini +/- 409 hektar dengan berbagai penggunaanya

terutama sebagai lahan pemukiman penduduk dan sebagainya, untuk

mata pencaharian penduduk kampung tersebut yang mayoritas sebagai

5 Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 2. 6 Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 2.

Page 49: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

38

petani dan peternak yang dikarenakan luasnya wilayah Desa

Kadubumbang ialah lahan pertanian serta hutan-hutan yang masih

belum di kelola dengan baik.

Menurut pak Nurdin selaku ketua Kelurahan di wilayah Desa

Kadubumbang persentasi umat beragama disini mayoritas beragama

Islam yang dikarenakan memang Kabupaten Pandeglang ini dapat

dikatakan sebagai kota santri, karena banyaknya pondok pesantren

yang tersebar.7

3. Tingkat Pendidikan Desa Kadubumbang

Desa Kadubumbang adalah Desa yang mayoritas masyarakat

beragama Islam, keagamaan di Desa Kadubumbang ini masih sangat

kental dikarenakan banyaknya pondok pesantren di sekitar Desa

Kadubumbang. Pesantren yang tersedia di sini bukan pesantren-

pesantren besar yang tersetruktur dalam sebuah lembaga tetapi

pesantren di sini yaitu pesantren salafi. Berdasar dari data desa bahwa

keadaan pendidikan di Desa Kadubumbang masih sangat

memperihatinkan dikarenakan masih banyaknya anak yang putus

sekolah.

1 SD/MI 1699 Orang

2 SLTP/MTs 2267 Orang

3 SLTA/MA 676 Orang

7 Wawancara dengan Bapak Nurdin, di Kantor Kelurahan, Desa Kadubumbang, tanggal

13 Juni 2018.

Page 50: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

39

4 S1/Diploma 297 Orang

5 Putus Sekolah 437 Orang

6 Buta Huruf 122 Orang

Dari data di atas bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya

maka semakin sedikit yang terus melanjutkan sekolahnya. “Ada

beberapa faktor yang menyebabkan orang tua tidak mengikut sertakan

anaknya ke sekolah yang lebih tinggi diantaranya yaitu faktor

ekonomi, dan keterbatasan sekolah” ujar pak Nurdin.8

Dari data desa yang peneliti dapat bahwa ada beberapa sekolah

yang terdapat di Desa Kadubumbang yaitu :9

1 Gedung PAUD 3 Buah

2 Gedung TK 3 Buah

3 SD/MI 6 Buah

4 SLTP/MTs 2 Buah

5 SLTA/MA 1 Buah

6 Pesantren 4 Buah

Manurut Pak Nurdin selaku kepada Desa Kadubumbang

bahwa sedikitnya anak yang meneruskan SLTA karena ada sebagian

8 Wawancara dengan Bapak Nurdin, di Kantor Kelurahan, Desa Kadubumbang, tanggal

13 Juni 2018. 9 Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 3.

Page 51: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

40

warga yang perekonomiannya rendah sehingga untuk melanjutkan

sedikit rumit, hal tersebut dikarenakan SLTA di Desa Kadubumbang

hanya ada satu sekolah selain dari itu mereka sekolah di luar dari desa

yang akses untuk menuju ke sana akan menghabiskan banyak uang.

Orang tua yang tidak memasukan anaknya ke dalam SLTA/MA

mereka biasanya memiliki jalan alternatif lain yaitu di pondok

pesantren meskipun demikian mereka orang tua masih peduli terhadap

pendidikan khususnya dalam bidang keagamaan. Di desa masih

banyak anak yang sekolah hingga lulus SLTA meskipun setelah itu

mayoritas dari mereka yang mencari pekerjaan dibandingkan dengan

meneruskan ke perguruan tinggi, hanya sedikit orang tua yang

membiayai anaknya untuk sekolah hingga perguruan tinggi selebihnya

dari mereka bekerja langsung mencari pekerjaan.10

4. Perekonomian Desa Kadubumbang

Perekonomian Desa Kadubumbang sangat berfariasi sekali

mulai dari petani, pedagang, pegawai negri, pegawai swasta, buruh,

dll. Kita bisa lihat data pekerjaan masyarakat Desa Kadubumbang

sebegai berikut11

:

10

Wawancara dengan Bapak Nurdin, di Kantor Kelurahan, Desa Kadubumbang, tanggal

13 Juni 2018. 11

Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang

2016), h. 4.

Page 52: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

41

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 854 Orang

2 Pedagang 167 Orang

3 PNS 36 Orang

4 Tukang 29 Orang

5 Guru 20 Orang

6 Bidan/ Perawat 3 Orang

7 TNI/Polri 2 Orang

8 Pensiunan 24 Orang

9 Sopir/ Angkutan 24 Orang

10 Buruh 129 Orang

11 Jasa Persewaan 96 Orang

12 Pegawai Swasta 32 Orang

Dari data Desa yang peneliti dapatkan bahwa mayoritas

pekerjaan masyarakat adalah sebagai petani, dalam bidang pertanian

terbagi menjadi beberapa jenis tanaman yaitu padi yang luasnya -+ 76

ha, sedangkan jagung seluas 8 ha, palawija seluas 16 ha, kelapa 8 ha,

pisang 12 ha, singkong 15 ha. Dari semua jenis tanaman yang

dihasilkan oleh masyarakat Desa Kadubumbang mayoritas mereka

sebagai petani padi. Selain bidang pertanian masyarakat Desa

Kadubumbang sebagian dari mereka yang mengelola peternakan

adapun jenis ternak yang mereka miliki yaitu kambing, kerbau, ayam,

Page 53: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

42

itik, burung, dan ikan. Dari semua hewan tersebut hamper setiap

masyarakat di depan rumahnya memiliki tambak ikan.12

Kita bisa lihat table di atas bahwa mayoritas masyarakat Desa

Kadubumbang yaitu sebagai petani dan peternak, selain dari itu yang

berada di peringkat tertinggi ke dua yaitu pedagang, pada awalnya

hanya beberapa orang saja yang menjadi pedagang, karena sebelum

adanya tempat wisata pemandian cikoromoy dan wisata religi batu

qur’an banyak dari mereka berdagang di pasar yang cukup jauh untuk

mereka tempuh, akan tetapi sejak adanya tempat-tempat wisata di

Desa, maka banyak dari masyarakat khususnya Ibu rumah tangga

yang memanfaatkan keramaian tersebut mereka membuka warung-

warung di depan rumah mereka, ada yang hanya sekedar membuka

warung kopi, ada juga warung nasi, dan tak sedikit pula yang menjual

untuk oleh-oleh para pengunjung wisata. Selain dari bertani dan

berdagang sebagain kecil masyarakat bekerja sebagai buruh pabrik,

pegawai swasta, guru, TNI, PNS, dll.13

5. Permasalahan Desa Kadubumbang

Permasalahan yang terjadi di Desa Kadubumbang dalam

bidang ekonomi yaitu belum adanya pengembangan terhadap ekonomi

desa seperti kurangnya pengelolaan lahan-lahan kosong seperti hutan

12

Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang,

2016), h. 4. 13

Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang,

2016), h. 4.

Page 54: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

43

yang belum dimanfaatkan oleh Desa, kemudian belum adanya

pemasukan dana secara maksimal dikarenakan kurangnya kesadaran

pengelola lahan atau tempat wisata yang tidak menyisihkan dana untuk

Desa, dan terbatasnya dana untuk modal karena minimnya pemasukan

dana Desa

Dalam bidang pemerintahan permasalahan yang terjadi yaitu

terbatasnya sumber daya manusia dalam pelaksanaan pemerintahan

karena dapat kita ketahui sebelumnya masyarakat Desa Kadubumbang

ini mayoritas sebagai petani, pedagang, dan pegawai swasta, hanya

sedikit dari mereka yang dapat mengurus dalam pemerintahan

dikarenakan minimnya pendidikan yang mereka tempuh, selain itu

para petugas pemerintah belum secara jelas mengetahui tugas pokok

dan fungsi mereka, selain itu system pemerintahan ditingkat yang

paling bawah (RT) belum dapat berjalan secara optimal.14

Permasalahan yang lainnya yaitu dari bidang kesehatan yang

belum mempunyai tempat pelayanan kesehatan yang memadai untuk

saat ini pelayanan kesehatan masih bersifat sentralistik yaitu di kantor

Desa. Kemudian kurangnya kader posyandu yang sampai saat ini

masih bersifat perjuangan dan masih tergantung pada petugas

kesehatan, hal tersebut dikarenakan minimnya para sarjana kesehatan

di Desa Kadubumbang ini sehingga tidak adanya tenaga ahli milik

14

Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang (Pandeglang : Desa Kadubumbang,

2016), h. 7.

Page 55: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

44

Desa, meskipun demikian kita masih terus berusaha untuk memberikan

pendidikan kesehatan untuk para kader-kader Desa.

Permasalahan di bidang lingkungan hidup menjadi masalah

yang cukup serius karena masih kurangnya kesadaran masyarakat

dalam pemeliharaan lingkungan, selain itu pun Desa belum

memfasilitasi tempat pembuangan sampah yang memadai sehingga

sampah masyarakat dan pengelolaan sampah masih belum bisa

dilakukan secara maksimal. Selain itu masih kurangnya kesadaran

masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup seperti banyaknya

penebangan pohon yang tidak di tanam lagi sehingga menimbulkan

hutan gundul, dan yang terakhir yaitu masih kurangnya pemanfaatan

air bersih oleh masyarakat.

Dari bidang hukum kususnya masyarakat masih kurang

kesadaran terhadap pentingnya membuat hak milik / sertifikat tanah

sehingga sering sekali permasalahan-permasalahan datang ketika

sedang melakukan transaksi jual beli atau ketika ada pemeriksaan

kepemilikan tanah sehingga tidak jelasnya batasan-batasan tanah

mereka, hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat

dengan hukum sehingga penegakan hukum di Desa Kadubumbang

masih kurang maksimal.

Page 56: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

45

B. Riwayat Hidup Syekh Maulana Mansyuruddin

Syekh Maulana Mansyuruddin di kenal dengan sebutan Sultan haji,

yaitu putra dari Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa. Sekitar tahun 1651

M, Sultan Agung Abdul Fatah berhenti dari kesutanan Banten, dan

pemerintahan diserahkan kepada putranya yaitu Sultan Maulana

Mansyurudin dan beliau diangkat menjadi Sultan ke 7 Banten, kira-kira

selama 2 tahun menjabat menjadi Sultan Banten kemudian pergi ke

Bagdad Iraq untuk mendirikan Negara Banten di tanah Iraq, sehingga

kesultanan untuk sementara diserahkan kepada putranya Pangeran Adipati

Ishaq atau Sultan Abdul Fadhli. Pada saat berangkat ke Bagdad Iraq,

Sultan Maulana Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, ”Apabila

engkau mau berangkat mendirikan Negara di Bagdad janganlah

menggunakan/ memakai seragam kerajaan nanti engkau akan mendapat

malu, dan kalau mau berangkat ke Bagdad untuk tidak mampir ke mana-

mana harus langsung ke Bagdad, terkecuali engkau mampir ke Mekkah

dan sesudah itu langsung kembali ke Banten” ujar pak Tubagus Fatoroni.15

Setelah sampai di Bagdad, ternyata Sultan Maulana Mansyuruddin

tidak sanggup untuk mendirikan Negara Banten di Bagdad sehingga beliau

mendapat malu. Didalam perjalanan pulang kembali ke tanah Banten,

Sultan Maulana Mansyuruddin lupa pada wasiat Ayahnya, sehingga beliau

mampir di pulau Menjeli di kawasan wilayah China, dan menetap kurang

15

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 57: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

46

lebih 2 tahun di sana, lalu beliau menikah dengan Ratu Jin dan mempunyai

putra satu.

Selama Sultan Maulana Mansyuruddin berada di pulau Menjeli

China, Sultan Adipati Ishaq di Banten terbujuk oleh Belanda sehingga

diangkat menjadi Sultan resmi Banten, tetapi Sultan Agung Abdul Fatah

tidak menyetujuinya dikarenakan Sultan Maulana Mansyuruddin masih

hidup dan harus menunggu kepulangannya dari Negeri Bagdad, karena

adanya perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi kekacauan di

Kesultanan Banten. Pada suatu ketika ada seseorang yang baru turun dari

kapal mengaku-ngaku sebagai Sultan Maulana Mansyurudin dengan

membawa oleh-oleh dari Mekkah.

Akhirnya orang-orang di Kesultanan Banten pun percaya bahwa

Sultan Maulana Mansyurudin telah pulang termasuk Sultan Adipati Ishaq.

Orang yang mengaku sebagai Sultan Maulana Mansyuruddin ternyata

adalah raja pendeta keturunan dari Raja Jin yang menguasai Pulau Menjeli

China. Selama menjabat sebagai Sultan palsu dan membawa kekacauan di

Banten, akhirnya rakyat Banten membenci Sultan dan keluarganya

termasuk ayahanda Sultan yaitu Sultan Agung Abdul Fatah.16

Kekacauan masih terus melanda untuk menghentikannya seluruh

rakyat Banten Sultan Agung Abdul Fatah dan dibantu oleh seorang tokoh

atau Auliya Allah yang bernama Pangeran Bu`ang (Tubagus Bu`ang),

16

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 58: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

47

beliau adalah keturunan dari Sultan Maulana Yusuf (Sultan Banten ke 2)

dari Keraton Pekalangan Gede Banten. Sehingga kekacauan dapat

diredakan dan rakyat pun membantu Sultan Agung Abdul Fatah dan

Pangeran Bu`ang sehingga terjadi pertempuran antara Sultan Maulana

Mansyuruddin palsu dengan Sultan Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang

yang dibantu oleh rakyat Banten, tetapi dalam pertempuran itu Sultan

Agung Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang kalah sehingga dibuang ke

daerah Tirtayasa, dari kejadian itu maka rakyat Banten memberi gelar

kepada Sultan Agung Abdul Fatah dengan sebutan Sultan Agung

Tirtayasa.17

Dalam perjalanan menyiarkan Islam beliau sampai ke daerah

Cikoromoy lalu menikah dengan Nyai Sarinten (Nyi Mas Ratu Sarinten)

dalam pernikahannya tersebut beliau mempunyai putra yang bernama

Muhammad Sholih yang memiliki julukan Kyai Abu Sholih. Setelah

sekian lama tinggal di daerah Cikoromoy terjadi suatu peristiwa dimana

Nyi Mas Ratu Sarinten meninggal terbentur batu kali pada saat mandi,

beliau terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyi Mas Ratu

Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya,

akibat peristiwa tersebut maka Syekh Maulana Mansyuru melarang semua

keturunannya yaitu para wanita untuk mempunyai rambut yang

panjangnya seperti Nyi mas Ratu Sarinten.

17

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 59: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

48

Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di Pasarean

Cikarayu Cimanuk. Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten lalu Syekh

Maulana Mansyur pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang dengan

membawa Khodam Ki Jemah lalu beliau menikah kembali dengan Nyai

Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan. Pada suatu hari

Syekh Maulana Mansyur menyebarkan syariah agama islam di daerah

selatan ke pesisir laut, di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon

Mantiung Sultan Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon

waru sambil bersandar bersama khodamnya Ki Jemah, tiba-tiba pohon

tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang menghormati, maka

sampai saat ini pohon waru itu tidak ada yang lurus.

Menurut Bapak Tubagus Fatoroni sebagai kuncen Batu Qur’an

bahawa pada zaman dulu, ketika Syekh Mansyuruddin berjalan ke sebuah

hutan, kemudian tiba-tiba dia mendengar suara harimau yang merintih

kesakitan, sehingga menghampiri harimau tersebut. Ketika dihampiri oleh

Syekh Mansyuruddin, harimau tersebut tengah terjepit sebuah pohon

besar. Lalu Syekh Mansyuruddin menolong harimau tersebut sehingga

terlepas dari himpitan kayu, setelah dibebaskan harimau tersebut

mengaum dan menunduk dihadapan Syekh Mansyurudin. Dengan

kemuliaan yang dimiliki Syekh Mansyurudin, dia dapat bercakap-cakap

dengan harimau tersebut. “Engkau, atas izin Allah telah aku selamatkan,

maka aku minta pada engkau dan anak turunanmu untuk tidak

mengganggu keluarga dan anak keturunanku,” kata Syekh Mansyurudin

Page 60: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

49

kepada harimau tersebut. Sang harimau pun menyanggupinya, hingga saat

ini berkembang cerita bahwa anak keturunan Syekh Mansyuruddin dapat

menaklukan harimau.18

Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia

pada tahun 1672 M dan dimakamkan di Cikaduen Pandeglang, Banten.

Hingga kini makam beliau sering diziarahi oleh masyarakat luas, tidak

hanya masyarakat dari Banten tetapi juga dari luar Banten, makam Syekh

Maulana Mansyuruddin biasanya ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu

saja seperti bulan maulid.

C. Sejarah Batu Qur’an

Di dalam kisah sejarah adanya batu Qur’an ini ialah berasal dari

Syekh Mansyuruddin yaitu seorang ulama Auliya. Batu Qur’an adalah

sebuah tempat wisata religi yang terdapat di kaki Gunung Karang,

tepatnya di Desa Kadubumbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten

Pandeglang yang berkaitan erat dengan Syekh Maulana Mansyuruddin

sebagai ulama Banten yang terkenal di abad ke 15.

Di dalam cerita masyarakat lokasi di mana Batu Quran ini dahulu

diyakini adalah pijakan kaki Syekh Maulana Mansyur ketika hendak pergi

berhaji ke tanah suci Mekkah. Dengan membaca basmalah sampailah dia

ke Mekkah. Ketika Syekh Maulana Mansyuruddin selesai melaksanakan

ibadah haji di tanah suci, dia mendapatkan oleh-oleh dari raja arab berupa

Al-qur’an kemudian dia pulang dari Mekkah dengan menyelam melalui

18

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 61: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

50

sumur zam zam dan dia muncul bersama dengan air dari tanah yang tidak

berhenti mengucur.19

Banyak orang menyakini bahwa air yang mengucur tersebut

adalah air zam zam. Syekh Maulana Mansyuruddin kemudian bermunajat

kepada Allah dengan salat dua rakaat di dekat keluarnya air tersebut

setelah selesai salat Syekh Maulana Mansyuruddin kemudian mendapat

petunjuk untuk menutup air tersebut dengan Al-qu’ran yang dia dapatkan

dari Mekkah, atas izin Allah air tersebut berhenti mengucur dan Alquran

tersebut berubah menjadi batu sehingga dinamakan Batu Quran.

Masyarakat Desa Kadubumbang meyakini bila Syekh Maulana

Mansyuruddin tidak menutupnya dengan Al-Qur’an maka seluruh

Pandeglang ini akan menjadi lautan.20

Syekh Maulana Mansyuruddin bagi sebagian warga Banten

memang dikenal sebagai salah seorang ulama pemberani, cerdas, piawai

dalam memainkan alat-alat kesenian bernafaskan Islam. Secara kasat mata

batu tersebut akan terlihat seperti batu pada umumnya, dengan cara

apapun dan dengan alat apapun tidak akan bisa terlihat tulisan Al-Qur’an

di batu tersebut. Namun menurut kepercayaan tulisan Al-Qur’an dapat

dilihat dan dibaca dengan mata batin yang mana harus melakukan

beberapa tahap ritual untuk dapat melihatnya.

19

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018. 20

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 62: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

51

Batu tersebut dapat terlihat tulisan Al-Qur’an hanya kepada orang

dengan hati dan jiwa yang bersih bisa melihat tulisan Al-Qur’an pada

batunya, untuk dapat melihatnya terlebih dahulu harus melakukan

beberapa proses ritual dengan izin Tuhan seperti berpuasa, salat, dzikir dan

melakukan doa kepada Tuhan yang maha esa. Meskipun daerah tersebut di

landa musim kemarau yang begitu panjang, namun air yang berada di

dalam kolam pemandian tersebut terlihat bersih dan kolam tersebut selama

ini tidak pernah mengering, meskipun musim panas bahkan air terus ada.21

Sampai saat ini Batu Qur’an sangat banyak didatangi oleh para

pengunjung lokal maupun dari luar daerah, mereka mempercayai bahwa

air kolam di lokasi pemandian Batu Quran tersebut banyak dipercaya

dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, yang mana dengan cara

melakukan ritual mandi di Batu Quran seseorang diyakini akan tetap awet

muda dan memiliki pancaran aura yang mempesona. Selain itu juga, bagi

yang bisa menyelam dan berenang sambil mengitari Batu Quran sebanyak

tujuh kali, diyakini permintaannya akan terkabul oleh Tuhan baik dalam

hal jodoh, rezeki, pekerjaan, dan lain sebagainya.22

Menurut Bapak Tugabus Fatoroni sebagai penjaga Batu Qur’an

generasi ke tujuh bahwa Batu Qur’an mulai di buka sejak tahun 1964,

akan tetapi sebelum itu sudah banyak juga para penziarah yang datang.

Batu Qur’an ini ramai pada hari libur dan hari-hari besar Islam, setiap

21

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018. 22

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 63: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

52

malam jumat tak sedikit pula yang datang sekedar untuk berziarah dan

banyak juga yang ingin mandi di kolam Batu Qur’an untuk mendapatkan

Berkah.23

D. Praktik Ritual Wisata Religi Batu Qur’an

Di dalam wisata religi Batu Qur’an ini tidak ada paksaan untuk

melakukan ritual-ritual yang ada. Pertama kali masuk kita akan dijumpai

oleh seorang penjaga di pintu masuk yang mana bertugas untuk loket

pembayaran masuk yang seharga lima ribu rupiah setiap orangnya, setelah

itu kita akan dijumpai oleh pengelola yang bertugas menggiring kita untuk

berziarah, doa yang biasa dilakukan yaitu zikir, tahlil, tahmid, dan ditutup

dengan doa yang dipimpim oleh penjaga Batu Qur’an yaitu Bapak

Tubagus Fatoroni.

Setelah selesai itu akan datang petugas yang membawa kotak

untuk meminta sumbangan, setelah itu penjaga Batu Qur’an akan sedikit

bercerita tentang sejarah Batu Qur’an ini sambil kita disajikan segelas air

yang diyakini air zamzam sebagai contoh jika memang nanti ada yang

mau membeli. Satu galon kecil air tersebut dihargai tiga puluh ribu rupiah.

Setelah selesai semua maka kita bebas ingin melakukan apa saja seperti

makan, istirahat, atau terkadang ada yang menawarkan untuk mandi di

kolam Batu Qur’an, jika kita tertarik ingin mandi, kita diharuskan

membayar lima ribu rupiah untuk dapat masuk ke lokasi kolam tersebut

23

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 64: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

53

dan jangan kawatir jika kita tidak membawa pakaian maka ada jasa sewa

celana pendek atau kita bisa membeli pakaian di sekitar area perdagangan.

E. Benda – benda Sakral di Wisata Religi Batu Qur’an

Di dalam ilmu antropologi agama sesuatu benda tertentu yang

disakralkan dapat disebut sebagai fetisisme yaitu istilah dari kata fetish

yang berarti sifat memuja. Ada tiga konteks penggunaan kata fetisisme

yaitu fetisisme antropologi, fetisisme seksual, dan fetisisme komoditi.

Fetisisme antropologi memiliki makna setiap kepercayaan masyarakat

Indonesia terdapat kekuatan yang terdapat pada suatu benda, tumbuhan,

hewan, atau pada tubuhnya yang dalam penelitian ini berupa air, jimat, dan

Batu Qur’an itu sendiri, di dalam ilmu filsafat akan disebut sebagai

dinamisme yaitu sebuah pemikiran tentang adanya kekuatan atau energi

pada suatu benda. Menurut Haviland, kepercayaan yang dipraktikan

melalui pola perilaku dapat dimaknai sebagai agama, yang diusahakan

oleh manusia untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak dapat

ditangani oleh teknologi. Berdasarkan uraian tersebut fetisisme

antropologi yang berarti pemujaan pada sebuah benda yang memiliki

kekuatan magis merupakan praktik kepercayaan yang merupakan bagian

dari kebudayaan.24

Wisata religi Batu Qur’an memiliki benda – benda fetish, yaitu

Batu Qur’an yang terdapat di dalam kolam di wisata religi Batu Qur’an,

seperti namanya dalam kepercayaan di masyarakat setempat bahwa Batu

24

Yunita Fitra Andriana, “Kajian Fetisisme Pada Keris Jawa”, Jurnal Rupa, vol. 01, no.

01 (2016), h. 46.

Page 65: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

54

tersebut pada awalnya adalah sebuah Al-Qur’an yang di bawa oleh Syekh

Maulana Mansyuruddin ketika pulang dari haji. Singkat cerita Al-Qur’an

yang dibawanya itu sebagai penutup aliran air, ketika ditutupnya lubang

tersebut Al-Qur’an itu berubah menjadi batu yang sekarang ini disebut

sebagai Batu Qur’an. Menurut penjaga di Batu Qur’an barang siapa yang

dapat menutari Batu Qur’an sebanyak tujuh kali tanpa bernafas, maka

semua yang kita inginkan akan dikabulkan.25

Wisata religi Batu Qur’an terkenal dengan air yang berasal dari

sumur di Batu Qur’an yang di dalam kepercayaan masyarakat setempat

sumur tersebut terjadi karena Syekh Maulana Mansyuruddin pulang dari

haji melalui sumur zamzam, yang kemudian muncul di Desa

Kadubumbang ini, yang meninggalkan sebuah lubang yang terus mengalir

alir di dalamnya. Mereka mempercayai bahwa air tersebut adalah air

zamzam yang terdapat di Makkah. Masyarakat mempercayai bahwa air

tersebut dapat menyembuhkan segala macam penyakit.26

Wisata religi Batu Qur’an sering kali didatngi oleh orang-orang

yang menginginkan sebuah kekuatan atau perlindungan dari bahaya.

Peneliti melihat bahwa ada seseorang yang datang untuk meminta sebuah

pelindung diri, maka diberikanlah orang tersebut oleh penjaga Batu Qur’an

sebuah kertas kecil berupa tulisan-tulisan berbahasa arab yang dapat kita

sebut sebagai wafak. Wafak adalah berbentuk kertas bertulisan huruf yang

25

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018. 26

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an,

Desa Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 66: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

55

memiliki makna yang berbeda atau lambang ayat dari Al-Qur’an, dalam

rencana untuk memperoleh faedah dari ayat tersebut atas izin Allah.

Penulis menyimpulkan bahwasanya di wisata religi Batu Qur’an

terdapat tiga benda yang disakralkan yaitu Batu Qur’an, Air, dan juga

Jimat, semua benda tersebut adalah benda-benda yang menurut mereka

dapat membantu mereka untuk mencapai sesuatu. Menurut penulis jimat,

air, dan batu tersebut adalah simbol sebagai perantara untuk kesembuhan

dari penyakitnya, atau menghilangkan ketakutan pada diri seseorang.

Adanya benda-benda tersebut bagaimana individu orang tersebut

menyakini. Penulis melihat hal tersebut secara positif karena dengan

adanya benda-benda tersebut seseorang menjadi tenang di dalam

kehidupannya. Adanya usaha yang dilakukan untuk menyembuhkan atau

mendapatkan keberanian.27

Fetisisme komoditas pada akhirnya memberikan dampak pada

penurunan kualitas penyikapan keagamaan dan juga dapat memperluas

khazanah kebudayaan yakni adanya pengejaran pada situs – situs dan

atribut – atribut yang memiliki kesakralan. Wisata religi Batu Qur’an

menjadi objek hasrat keagamaan yang mereka anggap masih kurang. Hal

tersebut terjadi apabila individu masih tidak nyaman dengan gaya hidup

yang mereka jalani, individu akan selalu merasa ada hasrat yang kurang

27 Fakhriyatul Ainiyah, “Fetisisme Komoditas : Pemujaan Status Simbol Dalam Gaya

Hidup Mahasiswa”, Jurnal Komunitas, vol. 2, No. 1 (2013), h. 12.

Page 67: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

56

dan berusaha untuk mengejarnya. Pada akhirnya pengejaran secara terus

menerus tersebut akan menyebabkan konsumtivisme pada status simbol.28

Dengan pola konsumsi dengan terus menerus tanpa di barengi

adanya kesadaran akan segala sesuatu, maka dari sanalah yang

menumbuhkan terjadinya fetisisme, dan status kapitalisme dipertahankan

oleh perilaku individu yang di dalamnya melalui cara konsumsi dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dikatan keterkaitan antara fetisisme

dengan kapitalisme menjadi salah satu pondasi kuat yang menyebabkan

kapitalisme tetap bertahan.29

28

Fakhriyatul Ainiyah, “Fetisisme Komoditas : Pemujaan Status Simbol Dalam Gaya

Hidup Mahasiswa”, Jurnal Komunitas, vol. 2, No. 1 (2013), h. 12. 29 Fakhriyatul Ainiyah, “Fetisisme Komoditas : Pemujaan Status Simbol Dalam Gaya

Hidup Mahasiswa”, Jurnal Komunitas, vol. 2, No. 1 (2013), h. 18.

Page 68: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

57

BAB IV

PRAKTIK KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’AN

A. Peran Batu Qur’an Terhadap Masyarakat Desa Kadubumbang

Setiap daerah pasti memiliki suatu tempat yang unik dapat dikunjungi,

begitu juga dengan Desa Kadubumbang yang memiliki tempat wisata religi

Batu Qur’an. Sebagai Desa wisata masyarakat harus siap dengan banyaknya

pengunjung yang hadir, biasanya wisata religi Batu Qur’an ini akan ramai

pada hari libur dan juga hari-hari besar Islam, menurut pak Tubagus Fatoroni

sebagai penjaga Batu Qur’an bahwa setiap malem jumat banyak wisatawan

datang dari berbagai macam daerah, seperti Tangerang, Jakarta, bahkan ada

juga yang dari Jawa ataupun dari luar pulau Jawa.1

Wisatawan yang datang memberikan pengaruh terhadap tingkat

kehidupan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hal ini dikarenakan

pengunjung yang datang di kawasan wisata religi Batu Qur’an akan

membelanjakan sebagian uangnya dikawasan wisata tersebut, seperti

membelikan makanan dan minuman atau sekedar membeli sovenir untuk

oleh-oleh. Selain itu perbaikan fasilitas di lokasi wisata juga mempengaruhi

jumlah wisatawan yang datang ke tempat wisata, semakin baik dan nyaman

1 Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an, Desa

Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 69: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

58

fasilitas yang tersedia pada lokasi wisata maka akan mendorong wisatawan

ketempat lokasi karena nyaman, begitu pula dengan sebaliknya.2

Departemen Budaya dan Pariwisata (2004) menjelaskan bahwa, tolak

ukur keberhasilan pembangunan suatu pariwisata untuk memperoleh

pemasukan adalah jumlah junjungan, pengeluaran, dan kunjungan wisatawan.

Peningkat jumlah kunjungan wisatawan maupun menggerakan dari satu kota

ke kota lain maupun dari dari perkotaan ke pedesaan, yaitu dapat berdampak

pada peningkatan ekonomi dan pendapatan daerah tujuan wisata yang

bersangkutan.3

Desa Kadubumbang adalah sebuah Desa yang mayoritas

masyarakatnya bertani sebagai pekerjaan utama. Wisata religi Batu Qur’an ini

membuat mereka mendapatkan banyak tamu dari luar daerah, maka dari itu

masyarakat memanfaatkan keramaian wisata religi Batu Qur’an dengan

membuka usaha – usaha kecil di depan rumah mereka masing-masing, ada

yang berjualan makanan, minuman, dan ada juga yang berjualan kerajinan

tangan seperti gelang, kalung. Menurut Ibu Heni sebagai salah satu pedagang

di kawasan wisata religi Batu Qur’an bahwa dengan adanya Batu Qu’an ini

2 Riayanto Sofyan, Kriteria dan Panduan Umum Wisata Syariah ( Jakarta : Republika, 2012),

h. 56. 3 Riyanto Sofyan, Prospek Bisnis Pariwisata Syariah ( Jakarta : Republika, 2012), h. 76.

Page 70: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

59

dapat membantu keuangan keluarga dari pada diam di rumah lebih baik

berdagang untuk tambahan pemasukan.4

Batu Qur’an sebagai objek wisata dapat memberikan dampak positif

bagi sedikit masyarakat yang ada, karena dengan adanya Batu Qur’an

Masyarakat dapat menghasilkan uang dari berdagang, menjaga parkiran,

membuka toilet umum, akan tetapi itu tidak dilakukan oleh semua masyarakat

Desa Kadubumbang, karena tidak semua masyarakat membuka usaha di

depan rumahnya, karena yang berjualan hanya kebanyakan dari orang-orang

yang tinggal di sekitar kawasan wisata religi Batu Qur’an saja, hal tersebut

karena akses pengunjung yang ramai hanya melewati kawasan Batu Qur’an,

maka dari itu tidak semua masyarakat yang dapat berjualan khususnya di area

yang jauh dari Batu Qur’an atau yang tidak pernah dilewati para pengunjung.

Penulis melakukan penelitian dan mendapatkan hasil dari wawancara

bahwa peran Batu Qur’an terhadap masyarakat tidak begitu besar dikarenakan

wisata religi Batu Qur’an ini dikelola individu oleh keluarga yang secara turun

menurun menjaga Batu Qur’an, yang konon dahulu Syekh Maulana

Mansyuruddin mewasiatkan kepada leluhur mereka untuk menjaga tempat

tersebut.

Menurut penulis dari pengamatan yang ada bahwa wisata religi Batu

Qur’an ini telah dikomodifikasi oleh salah satu keluarga yang mengaku

4 Wawancara dengan Ibu Heni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an, Desa Kadubumbang,

tanggal 15 April 2018.

Page 71: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

60

sebagai keturunan dari yang diberikan wasiat untuk menjaga Batu Qur’an oleh

Syekh Maulana Mansyuruddin, Batu Qur’an ini telah menjadi objek

komoditas yang sangat menguntungkan bagi pengelola, tanpa ada bagi hasil

untuk dana Desa meskipun demikian ramainya wisatawan yang hadir

memberikan penghasilan kepada masyarakat sekitar untuk membuka usaha.

Menurut Dristato dan Anggraeni (2013), dampak ekonomi langsung

merupakan dampak yang timbul akibat dari fasilitas ekonomi yang terjadi

antara wisatawan dangan masyarakat lokal yang berdagang di lokasi tersebut.

Dampak ekonomi tidak langsung adalah manfaat yang diterima dari dampak

langsung yang mengakibatkan kenaikan pada input dari suatu unit usaha,

sedangkan dampak dari ekonomi lanjutan merupakan dampak dari ekonomi

yang diperoleh berdasarkan pengeluaran yang dikeluarkan oleh tenaga kerja

lokal yang berada di lokasi wisata.5

Informasi yang didapatkan dari informan (pengunjung, pedagang di

kawasan wisata dan tenaga kerja) akan memperoleh informasi mengenai

pengeluaran pengunjung serta aliran uang sejumlah dana tersebut memberikan

dampak langsung, tidak langsung, dan terusan bagi perekonomian masyarakat

lokal.6

5 Madyan, Himmatul Khalidah, “Dampak Ekonomi Wisata Religi, Studi Kasus Kawasan

Sunan Ampel Surabaya”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, vol 7, no. 2 (februari 2015), h. 103. 6 Madyan, Himmatul Khalidah, “Dampak Ekonomi Wisata Religi, Studi Kasus Kawasan

Sunan Ampel Surabaya”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, vol 7, no. 2 (februari 2015), h. 103.

Page 72: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

61

Batu Qur’an padamulanya adalah sebuah tempat mandi untuk

masyarakat Desa Kadubumbang, karena masyarakat belum memiliki kamar

mandi di rumahnya, maka dari itu kolam Batu Qur’an adalah salah satu akses

masyarakat untuk mandi. Setelah Batu Qur’an mulai banyak dijumpai para

pengunjung dari luar Desa, maka kuncen Batu Qur’an saat itu berinisiatif

untuk mengelola Batu Qur’an tersebut sebagai tempat wisata religi yang di

mulai pada tahun 1964. Menurut Ibu Nur sebagai masyarakat Desa

Kadubumbang bahwa Batu Qur’an saat ini di pimpin oleh kuncen Tubagus

Fatoroni yang menyetarakan antara pengunjung dari dalam Desa dan luar

Desa, maka dari itu sekarang ini masyarakat tidak pernah datang ke Batu

Qur’an lagi yang dikarenakan sekarang dikenakan tarif untuk masuk ke sana.7

Dalam hal ini masyarakat dirugikan karena mereka sudah tidak bisa keluar

masuk kolam Batu Qur’an secara bebas seperti dahulu kala.

Menurut penulis peran Batu Qur’an untuk masyarakat Desa

Kadubumbang salah satunya yaitu adanya peluang wirausaha, dengan adanya

Batu Qur’an menimbulkan spirit usaha di sebagian diri masyarakat Batu

Qur’an, karena mereka melihat peluang-peluang yang bisa dihasilkan dari

keramaian wisata religi Batu Qur’an dan Cikoromoy. Meskipun dampak ini

tidak secara menyeluruh akan tetapi sedikit memberikan dampak positif untuk

beberapa masyarakat Desa Kadubumbang. Meskipun masyarakat diuntungkan

7 Wawancara dengan Ibu Heni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an, Desa Kadubumbang,

tanggal 15 April 2018.

Page 73: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

62

akan tetapi mereka juga dirugikan, karena mereka sudah tidak bebas lagi

untuk masuk ke Batu Qur’an yang dahulunya adalah tempat masyarakat

mandi.

B. Praktik Komodifikasi Batu Qur’an

Ziarah sudah bukan merupakan hal yang asing lagi di tengah

masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Tradisi ini bertujuan untuk

mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mencari berkah pada makam-

makam para tokoh agama yang telah diyakini koromahnya. Budaya yang

merupakan milik kalangan santri sampai saat ini masih tetap berlangsung.

Seiring berjalannya waktu, tempat-tempat ini juga telah mendapatkan

sentuhan dari tangan kapitalis, yang mana lebel “wisata religi” diberikan oleh

pemerintah untuk makam-makam ini dengan tujuan untuk memikat peziarah

untuk datang. Salah satu implikasinya adalah munculnya unsur-unsur

industrialisasi dan kapitalisasi di sekitar area wisata religi tersbut. Mulai dari

pasar, pertokoan, perhotelan, hingga bisnis-bisnis dan jasa lainnya. Hingga

akhirnya makam sudah bukan lagi menjadi situs keramat dan terkesan magis,

melainkan menjadi sebuah situs baru yang menjelma layaknya sebuah tempat

wisata hiburan.8

Batu Qur’an adalah sejarah peninggalan Syekh Maulana

Mansyuruddin yang terkenal dengan Batu Qur’an dan air yang dianggap air

8 Ika Rusydina Putri, M. Jacky, “Komodifikasi Tanah Makan Keningratan”, Jurnal

Paradigma, vol. 4, no. 1 (2016), h. 2-3.

Page 74: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

63

zam zam, meskipun bukan makam Syekh Maulana Mansyuruddin. Batu

Qur’an banyak dikunjungi oleh berbagai masyarakat, mereka berkunjung

dengan niat dan tujuan yang berbeda, seperti ada yang hanya sekedar

berziarah, ada pula yang hanya sekedar ingin tahu, serta ada juga yang ingin

berobat. Mereka mempercayai bahwa air dari batu Qur’an tersebut adalah air

zam zam yang ada di Mekkah, serta mereka mempercayai bahwa mandi di

kolam tersebut akan menghilangkan segala macam penyakit, dan barangsiapa

yang bisa memutarkan Batu Qur’an sebanyak tujuh kali dengan menyelam

tanpa bernafas, maka segala keinginannya akan terkabulkan. Dengan kisah

dan keunikan inilah yang membuat orang-orang penasaran untuk mengetahui

Batu Qur’an tersebut. Kemudian dengan bantuan media cetak maupun

elektronik yang membuat orang-orang mengetahui tentang Batu Qur’an ini.

Orang yang pergi ke makam sama halnya dengan orang yang

berkunjung ke rumah orang lain. Apa yang pantas dibawanya sebagai oleh-

oleh, tak lain adalah membawa pahala yang pantas untuk disampaikan kepada

penghuni kubur. Dia tak membutuhkan sesuatu selain pahala yang bisa kita

persembahkan untuknya. Untuk mendapatkan pahala, sudah pasti kita harus

membaca ayat suci Al-Qur’an, membaca tahlil, dan beramal saleh, lalu

pahalanya kita persembahkan kepada roh tersebut, insyaallah akan sampai,

bagi orang-orang NU, ziarah kubur sudah pasti “tahlil” yang menjadi oleh-

Page 75: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

64

oleh yang dipersembahkan untuknya. Sebab membaca tahlil pada hakikatnya

membaca Al-Qur’an.9

Batu Qur’an terletak di kolam laki-laki yang tampak dilihat seperti

sebuah batu besar yang biasa, akan tetapi menurut Bapak Tubagus Fatoroni

selaku penjaga Batu Qur’an bahwa yang dapat melihat tulisan Al-Qur’an itu

hanyalah orang yang berhati bersih dan harus menjalani ritual-ritual khusus

seperti puasa, dan zikir.

Menurut Bapak Karna selaku pengunjung dari daerah Balaraja,

Tangerang bahwa saya mengunjungi Batu Qur’an seminggu sekali, setiap

saya datang ke sini pastinya saya mandi di kolam tersebut, karena saya

percaya bahwa air tersebut dapat menyembuhkan segala macam penyakit, dan

sepulangnya dari sana saya membeli air, karena setelah saya meminumnya

saya lebih merasa segar, selebihnya saya hanya ingin mendapatkan berkah,

maka dari itu saya rutin datang setiap minggu.10

Batu Qur;an juga menjadi tempat renungan bagi orang-orang yang

memiliki ketakutan jiwa, karena di Batu Qur’an juga adanya transaksi jual

beli jimat (wapak)11

, atau dapat juga kita sebut sebagai fetisisme12

, bagi

9 Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU, ( Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006),

h. 219 10

Wawancara dengan Bapak Karna, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an, Desa

Kadubumbang, tanggal 15 April 2018. 11

Wapak sebuah benda yang bertuliskan huruf yang memiliki makna atau simbol ayat

tertentu dari Al-Qur’an, dalam rangka untuk mendapatkan manfaat dari ayat dengan izin tersebut

dengan izin Allah. 12

Fetisisme yaitu kepercayaan akan adanya kekuatan pada suatu benda tertentu dan segala

macam aktifitas untuk mempergunakan benda-benda tersebut dalam ilmu gaib.

Page 76: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

65

mereka yang percaya bahwa benda tersebut memiliki kekuatan yang dapat

melindungi dari segala macam bahaya. Menurut Bapak Fatoroni benda

tersebut harus kita bawa kemana saja atau diletakan di dalam dompet, dengan

pantangan tidak boleh di bawa masuk ke dalam kamar mandi. Kita harus

menyakini benda tersebut dan baca bismillah, insyaallah akan aman dan

terlindung dari bahaya atau jika ada orang jahat baca bismillah, insyaallah

orang tersebut akan nurut.13

Penulis melakukan penelitian dan mendapatkan hasil dari pengamatan

serta wawancara bahwa Batu Qur’an ini adalah sebagai objek dan proses

komodifikasi yang memanfaatkan sejarah dan cerita dari Batu Qur’an ini.

Batu Qur’an telah menjadi lahan bisnis bagi para pengelola, yang mana

mereka memanfaatkan pengunjung-pengunjung yang datang dengan cara

memberikan tarif masuk, tidak haya itu saja mereka juga memanfaatkan air di

Batu Qur’an tersebut yang konon dalam cerita adalah air zamzam, mereka

memproduksi air tersebut dan menjajahkan kepada para pengunjung. Selain

itu mereka juga menjual wapak, sebagai jimat pelindung. Hal ini sudah

berlebihan dan sudah merusak esensi dari ziarah itu sendiri, dan juga merusak

iman seseorang dengan percaya kepada sebuah benda.

Wisata Religi Batu Qur’an sudah bukan seperti tempat yang sakral lagi

melainkan seperti tempat wisata pada umumnya, selain di dalam mereka

13

Wawancara dengan Bapak Tubagus Fatoroni, di lokasi Wisata Religi Batu Qur’an, Desa

Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018.

Page 77: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

66

berjualan barang – barang yang berkaitan dengan Agama atau yang memiliki

unsur – unsur keagamaan, di sekitar area Batu Qur’an pun sudah seperti pasar

yang di ramaikan oleh pedagang, dan jasa-jasa parkir serta toilet yang

dimanfaatkan oleh masyarakat atas keramaian para pengunjung. Banyak juga

pengunjung yang menjadikan tempat Batu Qur’an ini sebagai mencari

kekuatan seperti wapak yang diperjualkan oleh kuncen di wisata religi Batu

Qur’an, hal inilah yang dapat merusak keimanan seseorang.

Menurut penulis bahwa wisata religi Batu Qur’an ini sudah mengalami

perubahan yang mana Batu Qur’an pada saat ini telah menjadi sebuah industri

wisata untuk masyarakat dalam maupun luar daerah. Dalam wisata religi Batu

Qur’an memiliki sebuah kisah yang di percaya bahwa air yang berada di Batu

Qur’an tersebut sama persis dengan air zam zam. Hal ini adalah salah satu

barang komoditas yang di produksi untuk masyarakat luas, karena wisatawan

yang hadir mempercayai bahwa air tersebut adalah air zam zam. Dengan label

air zam zam tersebut mereka mendapatkan keuntungan untuk

mengembangkan wisata religi Batu Qur’an. Selain itu di wisata religi tersebut

juga memiliki ritual yang dapat dilakukan oleh para wisatawan yaitu dengan

mengelilingi Batu Qur’an tanpa bernafas sebanyak tujuh kali, jika para

wisatawan dapat melakukan hal tersebut, maka segala keinginannya dapat

terkabulkan, akan tetapi ada beberapa proses yang harus dilakukan, seperti

puasa, zikir, dan lain sebagainya.

Page 78: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

67

C. Respon Masyarakat Terhadap Wisata Religi Batu Qur’an

Agama merupakan pedoman bagi manusia dalam berperilaku dan

beretika. Orang-orang yang beragama dianggap sebagai orang yang

setidaknya memiliki akhlak perilaku yang baik meski memang hal ini tidak

bisa digeneralisasikan. Agama memiliki fungsi sebagai kontrol sosial bagi

kehidupan manusia. Namun pada saat ini, agama mengalami pergeseran

fungsi. Nilai fungsi agama menjadi sebuah komoditas dan agama itu sendiri

mengalami proses komodifikasi. Jika ditilik akar sejarahnya, kemunculan

agama didahului oleh proses komodifikasi. Menurut Habermas sebagai

seorang sosiolog dari Jerman, agama ini memiliki fungsi utama sebagai

kontrol individu. Agama memiliki kontrol pada norma dan etika

manusia. Implikasinya adalah agama membuat manusia menghasilkan sebuah

delusi, kepercayaan terhadap sebuah makhluk atau roh. Roh tersebut dianggap

sebagai “makhluk solutif” yang bisa menyelesaikan semua permasalahan yang

ada di kehidupan manusia dan menimbulkan segregasi. Agama juga

merupakan sebuah ritus bagi manusia.

Komodifikasi merupakan proses pertukaran nilai sosial. Komodifikasi

juga merupakan proses menjual apa yang sekiranya bisa dijual bukan menjual

apa yang seharusnya dijual. Menurut pemikiran Karl Marx, semua hal yang

ada bisa menjadi sebuah komoditas. Komoditas merupakan nilai tukar dengan

objek lain. Corak komoditas sama dengan corak sosial karena agama disini

sebagai objek sosial. Nilai-nilai agama yang ada ditukar menjadi komoditas

Page 79: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

68

yang bisa dipertukar atau diperjualbelikan. Proses komodifikasi sendiri itu

memiliki lima tahapan yaitu reproduksi, produksi, pertukaran, distribusi dan

konsumsi. Kapitalisme secara masif melihat sesuatu hal yang bisa

dipertukarkan. Pertukaran tidak selalu identik dengan uang. Uang hanya

sebuah perantara dalam proses pertukaran. Salah satu contoh bentuk

komodifikasi agama adalah pariwisata. Dalam pandangan Islam,

diperbolehkan berziarah kemakam keluarga atau makam para wali sebagai

mendoakan mereka yang telah lebih dahulu pergi serta untuk mengingatkan

kita bahwa cepat atau lambat kita pun akan dimakamkan juga.. Nilai atau ide

mengenai ziarah akhirnya direproduksi dan ditukar oleh kapitalisme dengan

industri pariwisata. Kemudian terjadi produksi barang tersebut yang akhirnya

sampai pada konsumsi. Bentuk-bentuk komodifikasi agama yang lain adalah

sertifikasi halal, industri jilbab, peci, tasbih, komersialisasi dakwah. Proses

komodifikasi harus diartikan secara luas dan terjadi pada hampir semua

agama. Proses ini yang akhirnya memiliki dampak bahwa manusia butuh akan

sebuah eksistensi.14

Batu Qur’an sekarang ini telah menjadi objek komoditas yang

memanfaatkan para pengunjung untuk mendapatkan keuntungan,

sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur bahwa Batu Qur’an dahulu kala sebagai

tempat mandi masyarakat Desa Kadubumbang yang kini sudah tidak dapat

dinikmati oleh masyarakat secara gratis, jika mereka ingin masuk, mereka

14

Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis ( Jakarta : Gramedia, 2001), 59.

Page 80: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

69

diperlakukan seperti para pengunjung lainnya yang harus membayar kepada

pengelola Batu Qur’an saat ini. Menurut Ibu Nur “masyarakat Desa

Kadubumbang banyak dari mereka yang tidak berkunjung ke Batu Qur’an,

karena sekarang ini sedikit-sedikit bayar, mau masuk saja harus bayar

padahal waktu saya kecil Batu Qur’an itu adalah kolam yang digunakan

secara umum untuk mandi, karena masyarakat Desa dahulu belum memiliki

kamar mandi, maka dari itu mayoritas masyarakat Desa pergi ke sana jika

mereka ingin mandi”, jadi salah satu hal yang membuat masyarakat Desa

tidak lagi datang ke Batu Qur’an, bukan saya tidak percaya dengan kisah Batu

Qur’an, tapi karena Batu Qur’an saat ini telah di komersialisasikan.15

D. Peran Pemerintah Terhadap Batu Qur’an

Pemerintahan sudah memfasilitasi wisata religi Batu Qur’an, seperti

adanya bantuan cagar budaya, yang mana mereka mengakui bahwa Batu

Qur’an tersebut sebagai industri wisata di Desa Kadubumbang. Meskipun

demikian pemerintah tidak memberikan dana bantuan kepada wisata religi

Batu Qur’an, bahkan ahli waris tersebut mengesahkan dirinya sendiri sebagai

pemilik Batu Qur’an.16

Peran pemerintah terhadap wisata religi Batu Qur’an terlihat jelas

terutama dalam hal informasi, yang mana masyarakat mengunggulkan Desa

15

Wawancara dengan Ibu Nur, di Sekitar lokasi Wisata Religi Batu Qur’an, Desa

Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018. 16

Wawancara dengan Bapak Nurdin, di Kantor Kelurahan, Desa Kadubumbang, tanggal 13

Juni 2018.

Page 81: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

70

tersebut karena di dalam Desa tersebut adanya nilai yang sangat kuat untuk di

jadikan daya tarik wisata, maka dari itu pemerintah menyebarkan wisata religi

Batu Qur’an ini agar bisa di kenal oleh banyak orang luar, baik dari pulau

Jawa maupun luar pulau Jawa dengan memberitakan wisata religi Batu

Qur’an ini kepada media cetak, dan sekarang ini telah banyak tersebar di

media sosial. Dari hal itu pemerintah terus mempromosikan wisata religi Batu

Qur’an. Hasil dari kerja keras pemerintah sekarang ini sangat terlihat karena

informasi – informasi yang sebarkan terdengar oleh orang banyak, maka dari

itu pengunjung wisata religi Batu Qur’an kini mulai ramai berdatangan baik

dari pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa.

Peran pemerintah dalam mempromosikan wisata religi Batu Qur’an

cukup berhasil, karena banyaknya para pengunjung yang datang memberikan

peluang untuk masyarakat sekitar wisata religi Batu Qur’an membuka uasaha

yang secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap

perekonomian masyarakat Desa, akan tetapi pemerintah masih kurang

berkontribusi terutama dari infrastruktur, karena akses jalan menuju ke sana

sangatlah buruk, jalan sempit dan rusak yang membuat para wisatawan yang

datang dengan bus besar tidak dapat masuk ke dalam wisata religi tersebut,

maka dari itu pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan kenyamanan para

pengunjung. Menurut Bapak Nurdin selaku kepala Desa Kadubumbang

“pemerintah pernah mempermasalahkan hak kepemilikan tanah Batu Qur’an

tersebut akan tetapi ahli waris Batu Qur’an tersebut menjawab bahwa dia

Page 82: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

71

mendapatkan amanah dari leluhurnya untuk menjaga Batu Qur’an tersebut,

permasalahan tersebut akhirnya selesai dengan disuratkannya tanah tersebut

oleh ahli waris Batu Qur’an saat ini, hal ini bisa terjadi karena mereka telah

merawat tanah tersebut sejak lama dari leluhurnya, hingga sampai saat ini

Batu Qur’an masih di kelola oleh ahli waris Tubagus Fatoroni serta para

saudara – saudaranya. Batu Qur’an itu seperti kerajaan yang turun menurun di

kelola hanya sebagian dari keluarga mereka, dari penjaga karcis, penjaga

toilet, dan petugas kebersihan. Berbeda halnya dengan wisata kolam air

Cikoromoy yang di kelola oleh Desa untuk masyarakat Desa Kadubumbang

bukan untuk kepentingan individu. Pengelolaan Cikoromoy melibatkan

masyarakat Desa Kadubumbang serta adanya pembagian hasil untuk Desa.

Sedangkan Batu Qur’an tidak memberikan pemasukan untuk Desa, meskipun

memberikan sedikit dampak positif dari para pengunjung yang hadir bagi

masyarakat asli yang berdagang area kawasan wisata religi Batu Qur’an.

Pemasukan Batu Qur’an cukup lumayan besar sehingga mereka bisa

merenovasi serta memperluas wilayah mereka dengan membeli tanah yang

ada di sekitarnya.17

E. Dampak Komodifikasi Wisata Religi Batu Qur’an

Dalam fenomena komodifikasi agama memberikan beberapa dampak

untuk masyarakat, dari hasil penelitian serta didukung dengan referensi-

17

Wawancara dengan Bapak Nurdin, di Kantor Kelurahan, Desa Kadubumbang, tanggal 13

Juni 2018.

Page 83: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

72

referensi yang ada bahwa komodifikasi agama memberikan dampak positif

dan dampak negatif untuk masyarakat.18

1. Dampak Positif

a. Meningkatnya lapangan kerja, hal ini dikerenakan banyaknya

indutri-industri pariwisata yang ada di sekitar pandeglang

membutuhkan tenaga-tenaga pekerja sebagai karyawan atau

pengelola tempat wisata tersebut. Hal ini yang terjadi di wisata

religi Batu Qur’an.

b. Meningkatnya lapangan usaha. Akibat terbentuknya wisata

religi Batu Qur’an yang diramaikan oleh para pengunjung,

membuat masyarakat sekitar membuka usaha pribadi seperti

rumah makan, asesoris, dan pedangang-pedagang lainnya.

Sebagai tambahan pemasukan ekonomi.

c. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Terjadinya tempat-

tempat wisata religi Batu Qur’an ini memberikan sedikit

peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadikan

masyarakat di sekitar pariwisata sejahtera.

d. Mendorong pertumbuhan sektor perdagangan di masyarakat.

Masyarakat Desa Kadubumbang yang pada awalnya sekedar

bertani dan berternak kini mereka mulai membuka usaha

18

Sariyanta, Pengaruh Komodifikasi Budaya Terhadap Tingkah Laku Masyarakat Bali, 29

Desember 2012.

Page 84: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

73

perdagangan di sekitar kawasan wisata religi Batu Qur’an. Hal

ini dikarenakan banyaknya pengunjung yang datang dari dalam

kota maupun luar kota, sehingga mendorong masyarakat untuk

berdagang.19

e. Pendapatan daerah meningkat, dalam hal ini tempat-tempat

wisata yang di kelola oleh pemerintah menjadikan tambahan

untuk pendapatan daerah, akan tetapi tempat wisata religi batu

Qur’an ini di kelola secara individu bukan di ambil alih oleh

pemerintah, maka dari itu tidak ada pendapatan untuk

pemerintah daerah dari wisata religi batu Qur’an, tetapi dengan

adanya wisata religi Batu Qur’an sedikit mendorang

masyarakat sekitar untuk berdagang.

f. Diterimanya pengembangan objek wisata religi Batu Qur’an

dan kedatangan wisatawan oleh masyarakat lokal.

g. Wawasan dan cara pandang masyarakat Desa Kadubumbang

lebih terbuka, karena banyaknya pengunjung dari berbagai

macam kota dan latarbelakang budaya, bahasa yang berbeda.

2. Dampak negatif

a. Terjadi komersialisasi tempat ziarah atau petilasan di wisata

religi Batu Qur’an.

19

Sariyanta, Pengaruh Komodifikasi Budaya Terhadap Tingkah Laku Masyarakat Bali, 29

Desember 2012.

Page 85: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

74

Terjadinya pergeseran nilai-nilai dan pencemaran dalam

berziarah di wisata religi Batu Qur’an, pudarnya identitas dan

nilai masyarakat menjadi konsumerisme dan materialistis

sehingga nilai-nilai keakraban dan kekeluargaan menjadi

hilang dan terkorbankan.

b. Menghilangnya makna dari nilai ziarah

Ziarah yang pada umumnya untuk berkunjung dan berdo’a kini

bisa menjadi suatu tempat wisata, karena tidak sedikit para

pengunjung yang datang untuk sekedar jalan-jalan, ada pula

yang mencari berkah, dan juga kekuatan agar terhindar dari

bahaya. Hilangnya nilai-nilai ibadah dalam konteks ziarah ini

yang menjadi sama halnya dengan tempat-tempat wisata yang

non-religi.

c. Dampak sosial budaya muncul apabila terjadi interaksi antara

wisatawan dan masyarakat Desa Kadubumbang ketika

wisatawan membutuhkan produk dan membelinya dari

masyarakat. Pariwisata membawa hubungan yang informal dan

pengusaha pariwisata mengubah sikap spontanitas masyarakat

menjadi transaksi komersial.20

20

Sariyanta, Pengaruh Komodifikasi Budaya Terhadap Tingkah Laku Masyarakat Bali, 29

Desember 2012.

Page 86: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah

dideskripsikan, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain

sebagai berikut :

1. Komodifikasi wisata religi Batu Qur’an terjadi di Desa

Kadubumbang Pandeglang. Bentuk-bentuk komodifikasi antara

lain : adanya pedagang seperti oleh-oleh khas, souvenir dan

pakaian. Selain itu juga terdapat penyediaan tempat jasa seperti

kamar mandi, kolam, parkir dan jasa memimpin do’a.

2. Faktor-faktor yang melatar belakangi komodifikasi wisata religi

Batu Qur’an terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal komodifikasi wisata religi Batu Qur’an

diakibatkan oleh faktor ekonomi. Sedangkan faktor eksternal

antara lain perubahan potensi daerah, lokasi usaha strategis, jam

kerja fleksibel, serta pemberian pelayanan kepada para

pengunjung.

3. Melihat penyedia jasa dan pedagang mayoritas berasal dari Desa

Kadubumbang sehingga peran masyarakat dalam mendukung

terjadinya komodifikasi cukup nyata.

Page 87: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

76

4. Komodifikasi wisata religi Batu Qur’an membawa dampak, seperti

dampak sosial ekonomi yang membantu masyarakat sekitar untuk

mendapatkan penghasilan tambahan dengan berjualan di depan

halaman rumah mereka, serta menambahkan lapangan pekerjaan

untuk masyarakat sekitar, selain itu pemilik usaha memiliki

kesempatan mengenali ragam, ciri dan bahasa para pengunjung

sehingga sehingga unsur-unsur kebudayaan masyarakat sekitar

berkembang.

B. Saran

Penelitian ini tentu saja masih jauh dari sempurna, lebih-lebih sudah

mampu menjelaskan tentang Komodifikasi yang ada di Wisata Religi Batu

Qur’an. Namun demikian, penulisan dan penyusunan penelitian ini telah

dilalui dengan proses yang serius dan maksimal, tentu saja dalam ukuran

pribadi penulis. Untuk memberikan yang terbaik terhadap khazanah kajian

studi agama-agama secara umum dan secara khusus. Berkaitan dengan

Penelitian tersebut ada beberapa saran yang ingin penulis kemukakan kepada

pembaca maupun peneliti yang memiliki minat dalam penelitian terhadap

tokoh dalam kajian Culture Studies selanjutnya, yaitu:

1. Bagi pengelola wisata religi Batu Qur’an hendaknya lebih diperbaiki

lagi pelayanannya kepada para pengunjung agar merasa nyaman,

khususnya ketika situasi ramai pengunjung, dan juga untuk

Page 88: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

77

menyediakan tempat ibadah bagi para pengunjung seperti musholla,

agar para pengunjung tidak keluar untuk beribadah.

2. Bagi pengelola wisata religi Batu Qur’an hendaknya tidak

mengkomersilkan Batu Qur’an dengan merubahnya menjadi salah satu

tempat pariwisata agar aspek spiritualitas tetap terjaga. Meskipun

pariwisata tersebut adalah pariwisata religi.

3. Bagi masyarakat sekitar hendaknya selalu mentaati peraturan yang

telah ditetapkan seperti penataan barang dengan baik sehingga tercipta

suasana sekitar wisata religi Batu Qur’an yang rapih dan harmonis.

Page 89: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

78

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku:

Adogame, Afe, Sosiologi Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013.

Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: Rajawali Pers,

2007

Ali, M. Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2002.

Amin, Abdel Rahman Muhammad, Rites of Pilgrimage, Kairo : The Supreme

Council For Islamic Affairs, 1967.

Geertz, Cliffort. Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta : Kanisius, 1992.

Fattah, Munawir Abdul, Tradisi Orang-orang NU, Yogyakarta : Pustaka

Pesantren, 2006.

Fusalhan, Afif, Skripsi Kapitalisme Media dan Komodifikasi Agama : Pesan

Dibalik Cerita Sinetron Religi Pesantren dan Rock and Roll Season 3,

Yogyakarta : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2014.

Geertz, Cliffort. Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta : Kanisius, 1992.

Henri Chambert Loir, Ziarah Dan Wali Di Dunia Islam, Jakarta : Forum Jakarta

Paris, 2007.

Heryanto, Ariel, Identitas dan Kenikmatan : Politik Budaya Layar Indonesia,

Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2015.

Koentjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1986.

Nurdin, Laporan data Profil Desa Kadubumbang, Pandeglang : Desa

Kadubumbang, 2016.

Pals, Daniel L., Seven Theories of Religion, Yogyakarta : IRCiSod, 2012.

Riana, Gusti Vita, Skripsi Komodifikasi Nilai Agama Dalam Iklan Televisi : Studi

Analisis Semiotik Komodifikasi Nilai Agama terhadap Iklan Cap Kaki Tiga,

Yogyakarta : Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2014.

Saebani, Beni Ahmad, Metode Penelitian, Bandung : CV Pustaka Setia, 2008.

Page 90: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

79

Sariyanta, Pengaruh Komodifikasi Budaya Terhadap Tingkah Laku Masyarakat

Bali, 29 Desember 2012.

Setiawati, Eni, Skripsi Komodifikasi Ritual Sedekah Laut Komunitas Nelayan

Pantai Gesing Paduhuan Bolang, Girikarto, Panggang, Gunung Kidul,

Yogyakarta : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2013.

Sofyan, Riyanto, Prospek Bisnis Pariwisata Syariah, Jakarta : Republika, 2012.

--------------------, Kriteria dan Panduan Umum Wisata Syariah, Jakarta :

Republika, 2012.

Strinati, Dominic, Populer Culture : Pengantar Menuju Budaya Populer, Jakarta :

Narasi, 2016.

Suraiya Faroqhi, Pilgrims and Sultans, London : St Martin’s Press, 1994.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,

Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008.

Yasraf Amir Piliang, Bayang-bayang Tuhan Agama dan Imajinasi, Jakarta : PT

Mizan Publika, 2011.

Refrensi Kamus:

Sugiono, dan Yeyen Maryani, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Tim

Penyusun Kamus Bahasa Pusat, 2008.

Wawancara:

Heni, Wawancara Pribadi , Wisata Religi Batu Qur’an, Desa Kadubumbang,

tanggal 15 April 2018

Karna, Wawancara Pribadi , Wisata Religi Batu Qur’an, Desa Kadubumbang,

tanggal 15 April 2018

Nur, Wawancara Pribadi , Wisata Religi Batu Qur’an, Desa Kadubumbang,

tanggal 13 Juni 2018

Nurdin, Wawancara Pribadi, Kantor Kelurahan, Desa Kadubumbang, tanggal 13

Juni 2018

Supriadi, Wawancara Pribadi , Wisata Religi Batu Qur’an, Desa Kadubumbang,

tanggal 13 Juni 2018

Tubagus Fatoroni, Wawancara Pribadi , Wisata Religi Batu Qur’an, Desa

Kadubumbang, tanggal 13 Juni 2018

Page 91: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

80

Refrensi Jurnal:

Agus Maladi Irianto, Komodifikasi Budaya Di Era Ekonomi Global Terhadap

Kearifan Lokal, dalam Jurnal yang berjudul, Theologia. Vol. 27. No. 1

tahun 2016.

Fakhruroji, Komodifikasi Agama Sebagai Masalah Dakwah, dalam Jurnal yang

berjudul, Ilmu Dakwah. Vol. 5 No. 16 tahun 2010.

Fakhriyatul Ainiyah, Fetisisme Komoditas : Pemujaan Status Simbol Dalam Gaya

Hidup Mahasiswa, Jurnal Komunitas. Vol. 2 No. 1 2013.

Ika Rusydina Putri, M Jacky, Komodifikasi Tanah Makan Keningratan, dalam

Jurnal yang berjudul, Paradigma. Vol. 4 No. 1 tahun 2016.

Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai

Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok

Soimah, dalam Jurnal yang berjudul, Komunikasi. Vol. 8 No. 1 tahun 2013.

Madyan, Himmatul Khalidah, Dampak Ekonomi Wisata Religi, Studi Kasus

Kawasan Sunan Ampel Surabaya, dalam Jurnal yang berjudul, Bisnis dan

Manajemen. Vol 7 No. 2 2015.

Musthofa, As’ad, Komodifikasi Kemiskinan Oleh Media Televisi, dalam Jurnal

yang berjudul, Komunikasi Makna. Vol. 3 No.1 tahun 2012.

Prasetyo Untung, , Komodifikasi Upacara Tradisional Seren Taun Dalam

Pembentukan Identitas Komunitas, dalam Jurnal yang berjudul, Transdisiplin

Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Vol. 2 No. 2 tahun 2011.

Widyastuti, Ayu Retno, Komodifikasi Wisata Religi Dalam Pemasaran

Pariwisata, dalam Jurnal yang berjudul, Komunikasi. Vol. 1 No.2 tahun 2011.

Yunita Fitra Andriana, Kajian Fetisisme Pada Keris Jawa, Jurnal Rupa. Vol. 01

No. 01 2016.

Page 92: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 93: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 94: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 95: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 96: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 97: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

86

Page 98: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

87

Page 99: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

88

Page 100: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

89

LAMPIRAN 3

PERTANYAAN WAWANCARA

Pedoman wawancara untukk warga Muslim

A. Latar Belakang Informan

Nama :

Alamat :

Jabatan :

B. Berita Wawancara

1. Selama Bapak tinggal disini, apa yang Bapak ketahui tentang Wisata Religi Batu

Qur’an ?

2. Jika tempat itu awalnya tempat mandi bersama, lantas kapan tempat ini dijadikan

tempat wisata?

3. Apa dampak positif dari adanya Wisata Religi Batu Qur’an terhadap warga di sini ?

4. Ritual apa saja yang dilakukan para pengunjung terutama warga Desa Kadubumbang

sendiri?

5. Kapan banyaknya pengunjung yang datang ke Wisata Religi Batu Qur’an ?

6. Dari mana anda berasal?

7. Apakah anda pernah datang ke sini sebelumnya?

8. Seberapa sering anda datang ke Batu Qur’an?

9. Apa tujuan anda datang ke Batu Qur’an?

10. Apakah air di Batu Qur’an sama rasanya dengan air zam zam?

11. Apakah anda tidak keberatan jika masuk batu Qur’an dan fasilitas lainnya ditarifkan?

12. Apa yang biasa anda lakukan di Wisata Religi Batu Qur’an?

13. Apakah yang anda rasakan setelah berenang di Batu Qur’an?

Page 101: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

90

Hasil wawancara di Wisata Religi Batu Qur’an

A. Latar Belakang Informan

Nama : Tubagus Fatoroni

Alamat : Desa Kadubumbang

Jabatan : Juru Kunci Wisata Religi Batu Qur’an

B. Berita Wawancara

1. Selama Bapak tinggal disini, apa yang Bapak ketahui tentang Wisata Religi Batu

Qur’an ?

Karena saya lahir di Desa ini maka saya tahu sejarahnya secara turun temurun, tadinya

tempat ini hanya tempat mandi para warga Desa Kadubumbang, dikarenakan

masyarakat belum banyak yang memiliki kamar mandi di dalam rumahnya. Maka

tempat ini satu-satunya lahan sehari-hari warga untuk mandi.

2. Jika tempat itu awalnya tempat mandi bersama, lantas kapan tempat ini dijadikan

tempat wisata?

Batu Qur’an ini sudah ada sejak Abad 16, sebagai petilasan dari Syekh Maulana

Mansyuruddin yang pada saat itu pulang dari Haji Melalui sumur zam zam dan

muncul di Desa Kadubumbang, yang sekarang ini menjadi Batu Qur’an. Wisata

Religi Batu Qur’an ini mulai di buka sejak tahun 1964 sebagai tempat wisata religi

walaupun sebelumnya sudah banyak juga para penziarah yang berdatangan.

3. Apa dampak positif dari adanya Wisata Religi Batu Qur’an terhadap warga di sini ?

Dengan adanya Wisata Religi Batu Qur’an kesejahteraan perekonemian masyarakat

menjadi meningkat, karena banyaknya masyarakat yang membuka usaha di depan

rumahnya, seperti warung kopi, warung makanan dan minuman, serta adanya penjaga

parkiran, dll.

5. Ritual apa saja yang dilakukan para pengunjung terutama warga Desa Kadubumbang

sendiri?

Pertamakali pengunjung masuk di gerbang kemudian baca doa, kemudian dikasik air

(zam zam) yang dari sumur, kemudian berendam di kolam untuk menghilangkan

segala macam penyakit.

6. Kapan banyaknya pengunjung yang datang ke Wisata Religi Batu Qur’an ?

Biasanya malam Jumat di setiap harinya, dan di hari Minggu sama hari-hari tertentu

seperti Maulid.

Page 102: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

91

Hasil wawancara di Wisata Religi Batu Qur’an

A. Latar Belakang Informan

Nama : Nurdin

Alamat : Desa Kadubumbang

Jabatan : Kepala Desa Kadubumbang

B. Berita Wawancara

1. Selama Bapak tinggal disini, apa yang Bapak ketahui tentang Wisata Religi Batu

Qur’an ?

Sebetulnya yang mengurus Tempat Wisata ini karena dari keluarga yang pertama

secara turun temurun, jadinya saya tahunya tempat ini sudah di ziarahi orang. Memang

tempat ini tempat ziarah.

2. Jika tempat itu awalnya tempat mandi bersama, lantas kapan tempat ini dijadikan

tempat wisata?

Kabar dari pendahulu yang mengurus itu tempat memang begitu. Wisata Religi Batu

Qur’an ini mulai di buka sejak tahun 1964 sebagai tempat wisata religi walaupun

sebelumnya sudah banyak juga para penziarah yang berdatangan.

3. Apa dampak positif dari adanya Wisata Religi Batu Qur’an terhadap warga di sini ?

Alhamdulillah tempat itu membawa berkah pada masyarakat desa karena

perekonemian masyarakat menjadi meningkat, karena banyaknya masyarakat yang

membuka usaha di depan rumahnya, seperti warung kopi, warung makanan dan

minuman, serta adanya penjaga parkiran.

4. Ritual apa saja yang dilakukan para pengunjung terutama warga Desa Kadubumbang

sendiri?

Setahu saya berdasarkan cerita masyarakat yang sudah ziarah, berendam di kolam

untuk menghilangkan segala macam penyakit.

5. Kapan banyaknya pengunjung yang datang ke Wisata Religi Batu Qur’an ?

Setiap harinya ramai cuma lebih banyak pada malam Jumat

Page 103: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

92

Hasil wawancara di Wisata Religi Batu Qur’an

A. Latar Belakang Informan

Nama : Dedi Supriadi

Alamat : Desa Kadubumbang

Jabatan : Ketua RW 02

B. Berita Wawancara

1. Selama Bapak tinggal disini, apa yang Bapak ketahui tentang Wisata Religi Batu

Qur’an ?

Berdasarkan informasi tetangga, tempat ini dijadikan sebagai mediasi untuk

memperoleh kesembuhan atau sebagai alat untuk meminta pertolongan kepada Allah

melalui tempat ini. Karena orang bisa mandi disitu, di kolamnya yang di percaya dapat

meenyembuhkan segala penyakit.

2. Jika tempat itu awalnya tempat mandi bersama, lantas kapan tempat ini dijadikan

tempat wisata?

Untuk tanggal dan tahunnya saya tidak tahu, cuma dengar-dengar katanya di era orde

baru awal sudah ada.

3. Apa dampak positif dari adanya Wisata Religi Batu Qur’an terhadap warga di sini ?

Alhamdulillah tempat itu membawa berkah pada masyarakat desa karena khususnya

perekonemian masyarakat menjadi meningkat.

4. Ritual apa saja yang dilakukan para pengunjung terutama warga Desa Kadubumbang

sendiri?

Setahu saya berdasarkan cerita masyarakat yang sudah ziarah, berendam di kolam

untuk menghilangkan segala macam penyakit itu yang populer.

5. Kapan banyaknya pengunjung yang datang ke Wisata Religi Batu Qur’an ?

Setiap harinya ramai cuma lebih banyak pada malam Jumat yang saya tahu.

Page 104: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

93

Hasil wawancara di Wisata Religi Batu Qur’an

A. Latar Belakang Informan

Nama : Ibu Heni

Alamat : Desa Kadubumbang

Jabatan : Pedagang di Desa Kadubumbang

B. Berita Wawancara

1. Selama Ibu tinggal disini, apa yang Ibu tahu tentang Wisata Religi Batu Qur’an ?

Yang mengurus ini kan dari keluarga mereka secara turun temurun, kita Cuma tahu

ceritanya saja, saya tahunya tempat ini sudah di ziarahi orang. Memang tempat ini

tempat ziarah dan tempat wisata

2. Jika tempat itu awalnya tempat mandi bersama, lantas kapan tempat ini dijadikan

tempat wisata?

Katanya sejak tahun enampuluhan sudah mulai diziarahi tempat ini. Tahun

pertamakali dibuka saya tidak tahu.

3. Apa dampak positif dari adanya Wisata Religi Batu Qur’an terhadap warga di sini ?

Sangat membantu sekali karena masyarakat desa ada penghasilan tambahan dari

masyarakat yang berziarah, seperti membeli makanan di warung-warung yang dibuka

oleh warga di sini.

4. Ritual apa saja yang dilakukan para pengunjung terutama warga Desa Kadubumbang

sendiri?

Setahu saya karena saya tidak jauh dari tempat itu yang namanya peziarah itu

berendam di kolam untuk menghilangkan segala macam penyakit. Katanya segala

penyakit akan sembuh jika sudah berendam air itu.

5. Kapan banyaknya pengunjung yang datang ke Wisata Religi Batu Qur’an ?

Setiap harinya ramai apalagi malam Jumat pasti banyak yang ziarah.

Page 105: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

94

Hasil wawancara di Wisata Religi Batu Qur’an

A. Latar Belakang Informan

Nama : Ibu Nur

Alamat : Depok

Jabatan : Pengunjung

B. Berita Wawancara

1. Dari mana anda berasal?

Saya dari rombongan ziarah Depok.

2. Apakah anda pernah datang ke sini sebelumnya?

Ya, saya baru tiga kali datang ke Batu Qur’an.

3. Seberapa sering anda datang ke Batu Qur’an?

Saya datang bisa setahun sekali, tapi kadang juga bisa dua kali selama setahun.

4. Apa tujuan anda datang ke Batu Qur’an?

Saya datang ke sini ingin berziarah serta membeli air zam zam sambil jalan – jalan

saja.

5. Apakah air di Batu Qur’an sama rasanya dengan air zam zam?

Ya, saya merasakan rasa yang sama dengan air zam zam yang dibawakan dari

Makkah.

6. Apakah anda tidak keberatan jika masuk batu Qur’an dan fasilitas lainnya ditarifkan?

Ya, tidak masalah, karena segala perawatan pastinya membutuhkan uang, akan tetapi

jangan terlalu banyak dipintakan uangnya juga lebih baik langsung saja satu kali di

pintu masuk saja

7. Apa yang biasa anda lakukan di Wisata Religi Batu Qur’an?

Biasanya ketika masuk saya langsung mendoakan dengan membacakan tahlil, tahmid,

serta doa yang dibawakan oleh penjaga Wisata Religi Batu Qur’an ini, dan setelahnya

mandi di kolam Batu Qur’an.

8. Apakah yang anda rasakan setelah berenang di Batu Qur’an?

Saya merasakan badan saya lebih segar dan juga dikatakan bahwa air di kolam

tersebut dapat menghilangkan berbagai macam penyakit.

Page 106: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

95

Hasil wawancara di Wisata Religi Batu Qur’an

A. Latar Belakang Informan

Nama : Pak Karna

Alamat : Tangerang, Balaraja

Jabatan : Pengunjung

B. Berita Wawancara

1. Dari mana anda berasal?

Saya berasal dari Balaraja.

2. Apakah anda pernah datang ke sini sebelumnya?

Ya, saya sering datang ke Batu Qur’an.

3. Seberapa sering anda datang ke Batu Qur’an?

Saya datang bisa setiap minggu atau terkadang sebulan bisa dua kali.

4. Apa tujuan anda datang ke Batu Qur’an?

Saya datang ke sini ingin berziarah agar bisa lebih tenang dalam hidup, dan mendapat

keberkahan.

5. Apakah air di Batu Qur’an sama rasanya dengan air zam zam?

Ya, saya merasakan rasa yang sama dengan air zam zam yang dibawakan dari

Makkah, maka dari itu setiap datang saya pasti selalu membeli air tersebut.

6. Apakah anda tidak keberatan jika masuk batu Qur’an dan fasilitas lainnya ditarifkan?

Ya, tidak masalah, hitung-hitung sodakoh, karena apa yang kita keluarkan akan ada

balasannya dari Allah.

7. Apa yang biasa anda lakukan di Wisata Religi Batu Qur’an?

Biasanya ketika masuk saya langsung berziarah mendoakan setelah itu mandi di

kolam. Pada dasarnya saya datang ingin mendapatkan berkah.

8. Apakah yang anda rasakan setelah berenang di Batu Qur’an?

Saya merasakan enak, segar dan juga jika kita bisa mengelilingi Batu Quran sebanyak

tujuh kali, maka kenginannya akan terkabul.

Page 107: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat
Page 108: KOMODIFIKASI WISATA RELIGI BATU QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47477/1/Achmad br.pdf · memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat

97

Foto 7: Kolam Laki-laki di Batu Qur’an Foto 8: Kondisi di dalam Batu Qur’an

Foto 9: Menara Batu Qur’an Foto 10: Pintu masuk ke sumur Batu Qur’an

Foto11: Perluasan kolam baru di Batu Qur’an Foto 12: Air Zamzam Batu Qur’an