TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا...

90
TOBAT FIRAUN DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif al-Ṯabarī dan al-Azhar) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Rusli Nim: 11140340000083 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا...

Page 1: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

TOBAT FIR’AUN DALAM AL-QUR’AN

(Studi Komparatif al-Ṯabarī dan al-Azhar)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Rusli

Nim: 11140340000083

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS

USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

ii

Page 3: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj
Page 4: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

iv

Page 5: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

PEDOMAN PENULISAN

Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan

Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak ا

dilambangkan

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Ṡa ṡ Es (dengan ث

titik di atas)

Jim J Je ج

Ḥa ḥ Ha (dengan ح

titik di bawah)

Kha Kh ka dan ha خ

Dal D De د

Żal ż Zet (dengan ذ

titik di atas)

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy es dan ye ش

Ṣad ṣ es (dengan ص

titik di bawah)

Page 6: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

vi

Ḍad ḍ de (dengan ض

titik di bawah)

Ṭa ṭ te (dengan titik ط

di bawah)

Ẓa ẓ zet dengan ظ

titik di bawah)

ain ‘ koma terbalik‘ ع

(di atas)

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Ki ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

ـه Ha H Ha

Hamzah ' Apostrof ء

Ya Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Page 7: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

Dhammah U U

Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ي Fathah dan

ya

Ai a dan i

و Fathah dan

wau

Au a dan u

Contoh:

kaifa- ك ي ف

haula- ه و ل

3. Vokal Panjang/ Maddah

Ketentuan alih aksara vocal panjang (maddah), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Harakat

dan huruf

Nama Huruf dan

tanda

Nama

ا ي... Fathah dan

alif atau ya

Ā a dan garis

di atas

ي ى Kasrah dan

ya

Ī I dan garis

di atas

Dhammah ى ـو

dan wau

Ū

u dan garis

di atas

Page 8: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

viii

Contoh:

ال ق -qāla

ىم ر -ramā

ل ي ق -qīla

4. Ta’ Marbūṭah

Transliterasi untuk Ta’ Marbūṭah ada dua:

a. Ta’ Marbūṭah hidup

Ta’ Marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan

ḍommah, transliterasinya adalah “t”.

b. Ta’ Marbūṭah mati

Ta’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya

adalah “h”.

c. kalau pada kata terkahir dengan Ta’ Marbūṭah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka

Ta’ Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

No Kata Arab Alih Aksara

rauḍah al-aṭfāl ر و ض ة الأ ط ف ال 1

ل ة 2 د ين ة الف اض al-madīnah al-fāḍilah الم

م ة 3 al-ḥikmah الح ك

Page 9: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

rabbanā- ر بـن ا

nazzala- ن ـزل

al-birr- الب ر

al-ḥajj– الح ج

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh

huruf kasrah ( ـى ـــــــــــــــ ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (ī).

Contoh:

Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)‘ : عل ى

Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)‘ : ع ر ب

Page 10: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

x

6. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال. Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang

ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika dia diikuti oleh huruf

syamsiyah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi

huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata

yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-),

Contohnya:

al-rajulu- الرج ل

al-sayyidu- السي د

al-syamsu- الشم ش

al-qalamu- الق ل م

al-badĭ’u- أل ب د ي ع

al-jalālu- ال لا ل

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (') hanya berlaku

bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah

terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia

berupa alif. Contohnya:

Page 11: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

ta'murūna : ت م ر و ن

'al-nau : النـو ء

syai'un : ش ي ئ

umirtu : أ م ر ت

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah

atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan

bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa

Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya

kata Al-Qur’an (dari al-Qur'ān), sunnah, khusus, dan umum. Namun bila

kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka

mereka harus ditransliterasi secara utuh. contoh:

Kata Arab Alih Aksara

Fī Ẓilāl al-Qur'ān ف ظ لا ل الق ر آن

و ي ن Al-Sunnah qabl al-tadwīn الس نة ق ـب ل الت د

ب ص و ص الع با ر ة ب ع م و م الل ف ظ لا السب ب

Al-‘ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi

khuṣūṣ al-sabab

Page 12: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

xii

9. Lafẓ al-jalālah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf

lainnya atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal),

transliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

dīnullāh : د ي ن الله

billāh : ب الله

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-

jalālah, ditransliterasi dengan huruf (t). Contoh :

hum fī rahmatillāh : ه م ف ر ح ة الله

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps),

dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia

yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menulis

huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada

permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka

huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi

yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK,DP,CDK, dan DR). Contoh:

Page 13: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

Kata Arab Alih aksara

Wa mā Muḥammadun illā rasūl- و م ا م مد إ لا ر س و ل

ع ل لناس ل لذ ي ب ب كة م با ر كا إ ن أ ول ب ـي ت و ض -Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi

bi Bakkata mubārakan

ر ر م ض ان الذي أ ن ز ل ف ي ه الق ر آن Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh- ش ه

al-Qur'an

ي ي الد ي ن الطرو س Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī- ن ص

Abū Naṣr al-Farābī- أ ب ـو ن ص ر الف ر اب

Al-Gazālī- الغ ز ال

ن ق ذ م ن الد لا ل Al-Munqiż min al-Ḍalāl- الم

Page 14: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

xiv

ABSTRAK

Rusli. Tobat Fir’aun Dalam al-Qur’an (Studi Kompratif al-Ṯabarī

dan al-Azhar)

Allah adalah zat yang Maha Pengampun lagi Maha Penerima

Tobat. Sedangkan Manusia merupakan makhluk ciptaanya yang tidak

luput dari salah dan dosa. Oleh karena itu sebaik-baik makhluk adalah

yang apabila telah sadar melakukan perbuatan dosa segera menyesali

perbuatannya kemudian berupaya untuk kembali melakukan kebaikan

dengan jalan bertobat kepada Allah SWT. Dalam Kitab Tafsir al-Ṯabarī

dijelaskan bahwa Fir’aun mengucapkan kalimat Tauhid ketika akan

ditenggelamkan oleh Allah SWT. Begitu pula dengan penjelasan Tafsir al-

Azhar karya Buya Hamka. Tetapi dalam dalam tafsir yang dijelaskan oleh

Buya Hamka dan al-Ṯabarī keduanya mengutip dari beberapa mufasir

yang menjelaskan bahwa Fir’aun ketika akan tenggelam datang malaikat

Jibril menyumpal mulut Fir’aun dengan tanah Sehingga ia tidak bisa

mengucapkan kalimat Tauhid yang berakibat tobat Fir’aun tertolak.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu dengan

metode kualitatif menggunakan pendekatan Komparatif dan Analisis.

Pendekatan komparatif untuk membandingkan penafsiran at-Thabari dan

Buya Hamka mengenai surah Yunus ayat 90. Kemudian pendekatan

Analisis teks untuk mencari pemahaman dari ayat tentang tobat.

Kesimpulan dari penilitian ini bahwa setiap manusia diberi

kesempatan bertobat sebelum datang ajalnya adapun Fir’aun ketika akan

tenggelam ia mengakui bahwa Tuhan yang disembah hanya Allah tetapi

tertolak karna bertobat dipenghujung akhir saat ia akan mati.

Kata kunci: taubat, fir’aun, al-Qur’an

Page 15: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala

nikmat yang telah diberikan kepada penulis baik itu kesehatan, waktu,

kesabaran, serta ketetapan iman sehingga dengan izin-Nya skripsi ini,

dengan judul “Tobat Fir’aun Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif al-

Ṯabarī dan al-Azhar) ”dapat terselesaikan. Dukungan moril, inspirasi,

masukan atas ide-ide juga tak lepas dari berbagai pihak, sahabat, tempat,

lingkungan dan masih banyak lagi yang penulis tidak bisa menyebutkan

satu persatu sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga, diantaranya ialah:

1. Prof. Dr. Amani Burhanudin Umar Lubis, MA selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta jajarannya.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan

seluruh fasilitas yang dibutuhkan.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag. Selaku Ketua Program Studi Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc.,MIRKH.

selaku Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

beserta jajarannya yang selalu menyempatkan waktunya dalam

menyiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan penulis.

4. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA. Selaku dosen pembimbing

skripsi yang memberikan banyak arahan yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Page 16: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

xvi

5. Drs. Harun Rasyid, M.Ag. Selaku dosen penasehat akademik

yang telah memberikan masukan dan arahan sepanjang

perkuliahan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Prodi Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir dan Prodi Ilmu Hadis yang telah

memberikan pengajaran serta pemahaman baru bagi penulis.

7. Ayah dan Ibuku yang tak pernah berhenti untuk terus

mendoakanku mulai dari awal aku kuliah sampai skripsi ini

selesai ditulis. Kakak dan adik-adikku tercinta. Samiun,

Muliana, Suriati dan Maisara yang selalu menyindir tentang

perkuliahanku yang tak kunjung selesai hingga akhirnya

menjadi pemicu motifasi gerak utama untuk bisa

menyelesaikan apa yang telah aku mulai di kampus ini.

8. Bapak dan ibu petugas Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan

pihak-pihak lain yang telah memberikan referensi yang

digunakan oleh penulis.

9. Keluarga besar HIPPMIB (Himpunan Pemuda Pelajar

Mahasiswa Buton) yang menjadi tempat pertama perjuangan

selama kuliah di Jakarta.

10. Keluarga besar KAHFI BBC Motifator terkhusus angkatan 19.

Yang selalu menjadi obat terbaik saat tidak ada tempat lagi

untuk mencurahkan semua keluh-kesah dan masih banyak lagi

yang penulis tidak bisa menuliskan satu persatu karna beberapa

alasan tertentu.

Sebagai penutup, penulis berharap semoga karya tulis ini

memberikan manfaat akademis bagi perguruan dan manfaat praktis

bagi pembaca pada umumnya.

Page 17: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .......................................................... iv

LEMBAR PEDOMAN PENULISAN ....................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. xiv

KATA PENGANTAR .............................................................................. xv

DAFTAR ISI ............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Permasalahan: Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan ................ 10

C. Pembatasan dan perumusan masalah…………………………….10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 11

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 12

F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 16

BAB II PANDANGAN UMUM AL-ṮABARĪ DAN BUYA HAMKA

A. Biografi al-Ṯabarī ............................................................................ 19

1. Kelahiran ................................................................................... 19

2. Perjalanan Intelektual ................................................................ 20

3. Metode dan Corak Tafsir al-Ṯabarī ........................................... 24

4. Karya al-Ṯabarī .......................................................................... 25

B. Biografi Buya Hamka ...................................................................... 26

1. Kelahiran .................................................................................. 26

2. Perjalanan Intelektual ................................................................ 26

3. Metode dan Corak Tafsir al-Azhar ............................................ 28

Page 18: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

xviii

4. Karya Buya Hamka. .................................................................. 30

BAB III MAKNA TOBAT DAN JEJAK HIDUP FIR’AUN

A. Definisi Tobat .................................................................................. 31

1. Pengertian Tobat ...................................................................... 31

2. Syarat-Syarat Diterimanya Tobat ............................................. 33

3. Fungsi Tobat ............................................................................. 34

4. Penerimaan Tobat ..................................................................... 34

a) Tobat Segera, Setelah Terjadi Kemaksiatan ................. 34

b) Tobat Saat Sakaratul Maut ............................................ 36

B. Fir’aun ........................................................................................... 37

a. Mengenal Fir’aun ...................................................................... 37

BAB IV ANALIS TOBAT FIR’AUN DALAM TAFSIR AL-ṮABARĪ

DAN AL-AZHAR

A. Laut Tempat Tenggelamnya Fir’aun ......................................... 45

B. Ucapan Keimanan Fir’aun ....................................................... 50

C. Ucapan Keislaman Fir’aun ........................................................ 54

D. Tobat Fir’aun ............................................................................ 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 67

B. Saran ............................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah salah satu kitab suci umat Islam yang masih ada

sampai saat ini dan belum bercampur dengan kebatilan dari manapun. Hal

ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an. Surah al-Baqarah/2: 2.

“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi

mereka yang bertakwa”1

Al-Qur’an tidak ada pengurangan atau penambahan sedikitpun,

sejak diturunkan sampai saat ini karena Allah telah menjamin

keamanannya. Al-Qur’an juga banyak memuat pesan-pesan para Nabi

(rasul) yang diutus oleh Allah SWT. Dari Nabi Adam sampai kepada

Nabi Muḥammad saw. Sebagaimana dalam al-Qur’an. Allah berfirman:

“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang

dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa”. (QS. al-A’la/87: 18-19).

Maka jika kita menyimak tema-tema yang ada di dalam al-Qur’an,

seakan-akan kita menyimak langsung apa yang disabdakan oleh para rasul

terdahulu, yang di dalamnya berisi perintah untuk beriman kepada Allah,

1 Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Tajwid dan Terjemah Dilengkapi dengan

Asbābun Nuzul dan Hadis Shahih (Bandung: PT. SYGMA EXAMEDIA

ARKANLEEMA, 2010), 2.

Page 20: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

2

membaca tanda-tanda kekuasaan-Nya, serta kisah-kisah yang dapat

dijadikan hikmah dalam kehidupan.2

Manusia sebagai makhluk yang di berikan akal hendaknya selalu

bersyukur kepada Allah SWT. karena dengan akal Manusia dapat

memikirkan segala masalah yang menimpa dirinya kemudian mencari

solusi terbaik untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi.3

Perintah Allah SWT dari sejak penciptaan manusia pertama yaitu

Nabi Adam AS sampai Nabi Muḥammad SAW adalah untuk berpegang

teguh pada ajaran Tauhid yakni, ajaran untuk mengesahkan Allah SWT.

Maka sejak Muḥammad diutus sebagai Nabi yang terakhir, ajaran untuk

tetap mengesahkan Allah. tetap menjadi prioritas utama dalam

menyebarkan agama Islam.4Karena fungsi dari ajaran Tauhid ialah untuk

mengesahkan Allah dari segi zat-Nya, perbuatan serta beribadah semata-

mata hanya kepada-Nya.5

Menurut Muḥammad ‘Abduh, tauhid ialah suatu ilmu yang

membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,

sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang

sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya Juga membahas tentang rasul-

rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka dan apa yang boleh

dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka.6

Buya Hamka mengatakan bahwa Tauhid adalah ajaran pokok Islam

yang diwahyukan kepada Nabi Muḥammad SAW. Bahkan ajaran Tauhid

merupakan dasar dari segala dasar kebenaran, serta akar tunggang dari

2 Syaikh Muḥammad al-Gazālī, Berdialog Dengan al-Qur’an (Jakarta: Mizan,

1998), 8. 3 Perkuliahan bersama Tubagus Wahyudi di kampus BBC Motivator School,12

Desember 2018 jam 16-00 - 19.00. 4 Bey Arifin, Mengenal Tuhanmu (Surabaya: PT Bina Ilmu), 37. 5 Ja’far Subhani, Studi Kritis Faham Wahabi: Tauhid dan Syirik (Bandung:

Mizan, 1998), 35. 6 Muḥammad Abduh, Risālah al-Tauḥīd (Mesir: al-Manar, 1991), 4.

Page 21: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

3

ajaran Islam. Adapun pokok-pokok keyakinan adalah beriman kepada

Allah SWT. dan rasul-Nya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya,

beriman kepada kitab-kitab-Nya rasul-rasul-Nya, beriman kepada Hari

kebangkitan, serta beriman kepada Qada dan Qadar.7

Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik di

tengah-tengah makhluk Tuhan yang amat banyak. Tetapi satu persoalan

yang dihadapi oleh umat manusia adalah perbuatan dosa karena Dosa

dapat mengakibatkan seseorang tidak meraih kebahagiaan baik di dunia

maupun di akhirat oleh karena itu, keberhasilan manusia meraih

kebahagiaan terletak dari sejauh mana manusia mampu meninggalkan

perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa kepada Allah SWT.8

Setiap waktu, manusia dapat menjadi makhluk yang rendah kecuali,

jika ia beriman kepada Allah dan senantiasa bertaubat saat melakukan

kesalahan dengan tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang baik meski

kadang terjebak dalam dosa. Allah mengatakan seburuk-buruk perbuatan

yang dilakukan manusia Allah pasti akan mengampuninya. Allah

berfirman dalam al-Qur’an surah al-Zumar/39: 53.

“Katakanlah, ”wahai hamba-hamba-ku yang melampaui batas

terhadap diri mereka sendiri! janganlah kamu berpustus asa dari rahmat

7 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar Sebuah Telaah atas Pemikiran

Hamka dalam Teologi Islam (Jakarta: Paramadina, 1990), 4. 8 Burhan Jamaludin, Konsepsi Taubat: Pintu Pengampunan Dosa Besar, Dosa

Syirik Masih Terbuka (Surabaya: Dunia Ilmu, 1996), 1.

Page 22: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

4

Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh,

dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Allah memerintahkan kepada Nabi Muḥammad saw menyampaikan

kepada umatnya bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan

sangat luas rahmat-Nya bagi hamba-Nya. Allah SWT mengampuni segala

dosa yang terlanjur mereka kerjakan seperti, meninggalkan perintah-Nya

atau mengerjakan larangan-Nya asalkan hambanya mau kembali untuk

bertobat kepadanya.

Dalam mengarungi kehidupan ini, manusia selalu berhadapan

dengan berbagai masalah kehidupan sehingga banyak yang melenceng

dari jalan yang disediakan oleh Allah maka, dengan kasih sayang-Nya

Allah kirimkan utusan-Nya (Nabi dan Rasul) sebagai pemberi contoh

ketika hambanya mulai condong ke arah kesesatan dengan mengajarkan

umatnya untuk memohon agar senantiasa kembali ke jalan yang lurus.9

Dalam al-Qur’an Allah berfirman dalam surah al-Fatihah/1: 6.

“Tunjukilah kami jalan yang lurus”.

Menurut Muhammad Husni Malik dalam menafsirkan ayat tersebut

agar manusia bisa mengikuti jalan lurus seperti yang di contohkan oleh

para Nabi dan Rasul. Ia menjelaskan bahwa manusia harus selalu ingat

untuk senantiasa berdoa untuk kembali kejalan yang lurus karena

menurutnya di dalam al-Qur’an kata siraṭ (jalan) itu selalu dalam bentuk

tunggal tidak pernah berbentuk jamak. Artinya bahwa jalan lurus itu

9 ‘Abdullah bin Muḥammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdullah bin Abdul Muhsin

vol. 1 (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2008), 41.

Page 23: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

5

cuman satu. Selain dari pada itu, berada di jalan yang bengkok.10 Namun,

karena keinginan manusia condong ke arah keburukan, menjadikan

terjerumus melakukan dosa. Tetapi karena kemurahan dan kasih sayang-

Nya, Allah tetap memberikan kesempatan kepada siapa saja yang mau

bertaubat. Salah satu contohnya adalah Fir’aun.

Dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 49/2: 49. Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan)

pengikut-pengikut Fir’aun. Mereka menimpakan siksaan sangat berat

kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan

hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada demikian itu merupakan contoh

cobaan yang besar dari Tuhanmu.”

Fir’aun adalah penguasa Mesir pada masa kenabian Musa dan

Harun yang memiliki kerajaan dan kekayaan yang sangat berlimpah.

Namun, karena kekejaman dan kezholimannya Allah mengutus Nabi

Musa untuk mengingatkannya kembali kepada Allah SWT. Salah satu

kejahatan yang paling besar Fir’aun adalah menyembelih anak laki-laki

dan membiarkan hidup-hidup hina anak-anak perempuan.11Oleh karena itu

dari pemaparan di atas penulis berkesimpulan bahwa ampunan Allah

sangat besar bagi setiap mahkluknya sebagaimana yang terjadi kepada

Fir’aun Allah tetap memberikan kesempatan kepada Fir’aun dengan

10 Muhammad Rusli Malik, Tafsir al-Barru, Juz 1 (Kabupaten Bogor: al-Barru

Press), 20-21. 11 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 11 (Jakarta: Panjimas, 2004), 308-309.

Page 24: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

6

mengirimkan dua nabi yakni, Nabi Musa dan Nabi Harun dengan harapan

mungkin dengan cara yang lembut Fir’aun baru dapat mengakui segala

perbuatannya

Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah

melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua dengan kata-kata yang

lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”. (QS. Ţaha/20: 43-

44).12

Walaupun Allah sudah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk

mengajaknya bertaubat tetapi ia masih saja menentang ajakan Nabi Musa

bahkan, puncak paling tertinggi kejahatan Fir’aun adalah mengaku sebagai

Tuhan.

“(Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”.

(QS. al-Nazi’at/79: 24).

Diceritakan di dalam al-Qur’an bahwa tatkala Fir’aun dan bala

tentaranya mengejar Nabi Musa. Ketika mendapatinya di depannya laut,

maka ia membela lautan sehingga kaumnya dapat melintasi laut tersebut

namun, tentara Fir’aun juga ikut melintasi laut tetapi setelah Nabi Musa

dan pengikutnya berhasil keluar dari lautan sedangkan Fir’aun dan bala

pasukannya masih berada di lautan, maka saat Nabi Musa telah melewati

12 al-Qurṭubi, al-Jami’li ahkam al-Qur’an Vol 11 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),

539.

Page 25: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

7

laut tersebut, laut yang terbelah kembali ke keadaan awal. Maka Fir’aun

dan bala tentaranya tenggelam. Dalam al-Qur’an Surah Yunus/10: 90.

“Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata:“Aku

percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh

Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri)”. (QS.

Yunus/10: 90).13

Buya Hamka di dalam kitab tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa

perkataan yang diungkapkan Fir’aun tidak berguna karena pengakuannya

saat melihat kematian sudah sangat dekat disebabkan air telah menguasai

dirinya.14 Sedangkan Di dalam kitab Tafsir al-Ṭabarī karya Abū Ja’far

Muḥammad Bin Jarīr al-Ṭabarī yang hidup pada tahun 838 M.

menjelaskan bahwa ketika Fir’aun akan tenggelam dia berkata “Aku

percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan tuhan yang dipercayai oleh bani

Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.

al-Ṭabarī juga kemudian menjelaskan di dalam tafsirnya terdapat

beberapa hadis yang menyatakan bahwa Fir’aun ketika akan tenggelam

dia tidak mengucapkan kalimat tauhid. Yakni:

1. Muḥammad bin al-Muṡanna menceritakan kepada kami, ia berkata:

Muḥammad Ja’far menceritakan kepada kami, ia berkata: Syu’bah

menceritakan kepada kami dari Aṭa’ bin Sa’īd, dari Sa’īd bin Jubair,

dari Ibnu Abbas. (dengan sanad yang lain) dari Adi bin sabit, dari Said

bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata,“Salah seorang menyampaikan

13 al-Ṭabarī , Abū Ja’far bin Jarir, Tafsir al-Ṭabarī atau Jami’al-Bayan wa Ta’wil

al-Qur’an, jilid 13(Jakarta: Pustaka Azam, 2007), 718-727. 14 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 11 (Jakarta: Panjimas, 2004), 308-309.

Page 26: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

8

kepada Nabi, maka beliau berkomentar, ‘sesungguhnya Jibril

menyumpal mulut Fir’aun, karena khawatir ia mengucapkan لا اله الا الله

15

2. Ibn Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Hakkam

menceritakan kepada kami dari Unaisah, dari Katsir bin Zadzan, dari

Abu Hazim, dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi SAW bersabda, “Jibril

berkata kepadaku, ‘Hai andai saja engkau menyaksikanku ketika

menutup dan menyumpal mulut (Fir’aun Muḥammad) dengan tanah

dan lumpur, karena khawatir dia mendapatkan rahmat Allah lalu Allah

mengampuninya.16

3. Al-Mutsanna menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj

menceritakan kepada kami, ia berkata: Hamad menceritakan kepada

kami dari Ali bin Zaid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, bahwa

Nabi bersabda, “ Tatkala Allah menenggelamkan Fir’aun, ia berkata, ‘

Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan kecuali tuhan yang dipercayai

oleh bani Israil’ Jibril lalu berkata wahai Muḥammad andai saja engkau

menyaksikan ketika aku mengambil lumpur laut dan

menyumpalkannya di mulutnya karena khwatir ia mendapatkan rahmat

(ampunan Allah).17

Dari pemaparan di atas timbul sebuah permasalahan yakni: mengapa

orang bertaubat harus dihalang-halangi padahal dalam al-Qur’an surah al-

Zumar: 53. Allah berfirman:

15 al-Ṭabarī , Tafsir al-Ṭabarī,723. 16 al-Ṭabarī , Tafsir al-Ṭabarī,723. 17 Al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī,724.

Page 27: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

9

“Katakanlah,” wahai hamba-hambaku yang melampaui batas

terhadap diri mereka sendiri janganlah kamu berpustus asa dari rahmat

Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sungguh

dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Zumar/39: 53).

Dan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi yakni:

ن اللهه هة قبهل ته ي ا ا لهم ي غهرغر وب بد مه العه

“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum

sampai di kerongkongan” (HR. at-Tirmidzi, 3880).18

Dan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim

هار ليهت وبه ء الن س هيل ليهت وبه م ه ب ال هده ط ي هبص ن اللهه يا

يل ء ال س م “Sungguh Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima

taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan

tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang

bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim. 7165)19

Maka dari pemaparan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti

“Tobat Fir’aun dalam al-Qur’an (Studi komparatif tafsir al-Ṭabarī dan

al-Azhar)”

18

19 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusaīrī al-Naīsburī, Ensiklopedia Hadis 4: Shahih

Muslim 2. Terj.masyari,Tatam Wijaya,(Jakarta:almahira,2012), 638.

Page 28: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

10

B. Permasalahan: Identifikasi, Pembatasan dan perumusan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai latar belakang masalah

permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis mengidentifikasi

beberapa permasalahan, yaitu:

Pertama: Manusia adalah mahluk yang tidak akan pernah luput dari

dosa tetapi manusia juga diberi oleh Allah kesempatan untuk kembali

bertobat tetapi mengapa ketika Fir’aun akan bertobat ia dihalangi oleh

Malaikat Jibril ?.

Kedua: Penelitian mengenai tobat Fir’aun masih berkisar pada aspek

keimanan yang mempertanyakan apakah Fir’aun beriman atau tidak

beriman. Sedangkan dalam ranah perbuatan masih jarang untuk diteliti

sehingga muncul pertanyaan Apakah tobat itu diterima oleh Allah hanya

ketika kita beriman tanpa ada perbuatan ?.

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan seputar ayat-

ayat yang ada pada al-Qur’an yakni surah Yunus ayat 90 dan surah az-

Zumar ayat 53. Kemudian dalam memahami ayat tersebut penulis

menggunakan dua tafsir yaitu: Tafsir al-Ṭabarī karya Abū Ja’far

Muḥammad Bin Jarīr al-Ṭabarī yang akan di komparasikan dengan Tafsir

al-Azhar karya Buya Hamka karena kedua penafsir tersebut menafsirkan

ayat yang sama dengan penjelasan yang sama tetapi keduanya hidup di

zaman yang berbeda.

Dari pemaparan tersebut rumusan masalah yang akan dibahas adalah

“Bagaimana Tobat Fir’aun Dalam al-Qur’an (Studi Komparatif al-Tabari

dan al-Azhar)”

Page 29: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini

adalah untuk:

a. Untuk mengetahui maksud dalam tafsir al-Ṭabarī dan Buya

Hamka yang menjelaskan surah Yunus ayat 90. Karena ada

ayat dan hadis yang penjelasannya bertentangan.

b. Untuk Mengamati makna dan hakikat tobat menurut Buya

Hamka dan al-Ṯabarī

c. Untuk menganalisis Tobat Fir’aun dalam al-Qur’an (Studi

Komparatif al-Ṭabarī dan al-Azhar).

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu

manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Penulis merangkum

sebagai berikut:

a. Penelitian ini berguna untuk mengetahui tobat Fir’aun yang

dilakukan saat ia akan tenggelam di Laut Merah

b. Penelitian ini berguna untuk mendapatkan pemahaman

mengenai tobat yang dilakukan Fir’aun menurut Buya Hamka

dan al- Ṯabarī.

c. Penelitian ini diharapkan mampu berguna sebagai rujukan

untuk memahami Tobat Fir’aun Dalam al-Qur’an (Studi

Komparatif al- Ṯabarī dan al-Azhar).

Dua poin pertama merupakan manfaat penelitian secara teoritis,

sedangkan satu poin terakhir merupakan manfaat secara praktis.

Page 30: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

12

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini tidak lepas dari kajian pustaka. Adapun karya ilmiah

yang terkait dengan tema skripsi ini, antara lain adalah:

Shodiqul Amin pada tahun 2007. Di dalam skripsinya, ia membahas

tentang pendapat Sayyid Quthub dan Muḥammad Abduh mengenai

konsep tobat. Adapun kesimpulan dari penelitiannya, ia menyatakan

bahwa pintu taubat selalu terbuka bagi siapa saja yang menghendaki untuk

bertaubat dan tidak ada seseorang yang mampu menghalangi rahmat Allah

darinya.20

Selanjunya ditulis oleh Sayyid Qutub tahun 2009. Di dalam

Skripsinya ia membahas mengenai Taubat Dalam al-Qur’an Perspektif

Quraish Shihab. Adapun kesimpulan dari penelitiannya. Skripsi ini

memiliki tujuan yang sama seperti skripsi yang di bahas oleh Shodiqul

Amin. Yang telah di paparkan di atas tetapi dengan menggunakan tinjauan

Quraish Shihab pembahasannya lebih ke prinsip-prinsip bertaubat yang

benar.21

Selanjutnya ditulis oleh Ika Kurnia Utami 2013. Skripsi dalam

skripsi ini ia meneliti sebuah film yang berjudul Semiotika Taubat dalam

film ”Mama Cake”. Adapun kesimpulan dari skripsi ini yaitu tanda yang

merepresentasikan taubat dalam film Mama Cake adalah tanda-tanda

verbal dan non verbal yang terdapat pada adegan taubat yang tervisualisasi

dalam pertengahan dan akhir cerita yang mana tokoh dalam cerita tersebut

20 Shodiqul Amin, ”Taubat Dalam Tinjauan Sayyid Quthub dan Muḥammad

Abdu,”(Skripsi S1. Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). 21 Sayyid Qutub, “Taubat Dalam al-Qur’an dan Analisis Terhadap Perspektif

Quraish Shihab”(Skripsi S1. Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2009).

Page 31: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

13

ketika bermimpi berada di hari kiamat membuat mereka teringat akan

dosa-dosa dan mencoba untuk bertaubat.22

Selanjutnya ditulis oleh Wiwin Abadeke pada tahun 2016. Skripsi

meneliti tentang Ajaran Dzikir Taubat pada Majelis Dzikir al-Zikra

Pimpinan Muḥammad Arifin Ilham. Adapun hasil dari penilitian ini yaitu

perkembangan dakwah dan gerakan Dzkir serta Taubat yang dilakukan

oleh majelis Dzikir al-Zikra berorientasi pada aplikasi nilai-nilai dzikir

dan taubat dengan cara menghidupkan Tujuh Sunnah Rasul.23

Selanjutnya ditulis oleh Muhamad Sukamdi 2010. Skripsi ini

membahas tentang Konsep Taubat menurut Hamka dalam perspektif

Kesehatan Mental. Adapun Kesimpulan dari penelitian ini yaitu taubat

dapat membentuk mental yang sehat karena dengan taubat seluruh dosa

menjadi terhapus dan membuat jiwa menjadi bersih dan tenang.24

Selanjutnya ditulis oleh Ikhsan 2015. Skripsi ini membahas Konsep

Taubat Menurut Ibnu-Qayyim al- Jauziah. kesimpulan dari skripsi ini

yaitu sebelum sesorang melakukan Taubat terlebih dahulu harus

melakukan muhasabah, sebab muhasabah inilah yang akan menyadarkan

diri dari kesalahan.25

Selanjutnya yang ditulis oleh Ahmad Rusdi 2016. Dalam Jurnal

Psikologi Islam ia membahas bagaimana Efektifitas Sholat Taubat dalam

Meningkatkan Ketenangan Hati. Pada penelitian ini penulis melakukan

22 Ika Kurnia Utami, “Semiotika Taubat Dalam Film” Mama Cake” (Skripsi S1.

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN Jakarta, 2013). 23 Wiwin Abadeke, “Ajaran Dzikir Taubat Pada Majelis Dzikir az-Zikra pimpinan

Muhammad Arifin Ilham” (Skripsi S1. Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016). 24 Muhammad Sukamdi, ”Konsep Taubat Menurut Hamka dalam Perspektif

Kesehatan Mental (analisis BKI)” (Skripsi S1. Fakultas Dakwah Institut Agama Islam

Semarang, 2010). 25 Ikhsan, “Konsep Taubat Menurut Ibn al-Jauziayah” (Skripsi S1. Fakultas

Ushuluddin, jurusan Filsafat Agama. Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).

Page 32: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

14

melakukan eksperimen kepada 49 orang apakah benar sholat taubat

berpengaruh terhadap ketenangan hati. Dan hasilnya penulis mendapat

kesimpulan bahwa secara teoritik mereka yang bertaubat kepada Allah

akan mengalami perjalanan lebih dekat kepada Allah yang tentunya akan

merasakan efek darinya yaitu ketenangan hati.26

Selanjutnya ditulis oleh M. Sholeh Hoddin 2012. Dalam Jurnal

Tasawuf dan pemikiran Islam. Ia membahas tentang Konsep Taubat

Tarekat Naqshabandiyah Muzariyah Pada penelitian ini, penulis mengkaji

konsep taubat yang dilakukan para murid yang mengikuti sebuah tarekat

di desa Ghersempal kecamatan sampan yang di pimpin oleh seorang kiayi

yang merupakan mursit tarekat tersebut. dan hasilnya penulis menemukan

kesimpulan bahwa taubat menurut Tarekat Naqsabandiyah Muzariyah

adalah awal dari segala maqam dan hal serta merupakan maqam tingkat

pertama adalah kembalinya seseorang dari sifat-sifat tercela kepada sifat-

sifat terpuji dan dalam bertaubat, seorang murid harus menjalani beberapa

ritual yaitu bay’ah, tawajjuh, rabittah, khatm khajagan, dan dzikir27.

Berbeda dengan penelitian di atas pada penilitian ini, penulis

meneliti ayat-ayat taubat berdasarkan kisah Fir’aun yang memiliki potensi

untuk bertaubat meski ia melakukan banyak kezholiman. Walaupun

akhirnya Allah dengan tegas mengatakan bahwa ia adalah manusia yang

pasti akan masuk ke dalam neraka karena posisi Fir’aun bertaubat ketika

maut sudah berada di depan mata.

26 Ahmad Rusdi, “Efektifitas Sholat Taubat dalam Meningkatkan Ketenangan

Hati”(Jurnal psikolgiI Islam vol. 2. 94-116. Program Studi Magister Psikologi Profesi.

Fakultas Psikologi dan Social Budaya Univeritas Islam Indonesia, 2016). 27 M. Sholeh Hoddin,”Konsep Taubat Tarekat Naqshabandiyah Muzhariyah,”

(Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam vol. 2 no 1, program Studi Filsafat Agama.

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Universitas Islam Negeri UIN Sunan Ampel Surabaya,

juni 2012).

Page 33: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

15

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah mencari makna dan

hakikat taubat berdasarkan penyesalan yang yang difokuskan kepada

pembahasan mengenai Fir’aun sebagai contoh manusia yang ingkar

kepada Allah, maka dari itu penelitian ini tergolong kepada jenis penilitian

kepustakaan (library Research), yaitu suatu penelitian yang data-datanya

diambil dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan tema

tersebut, baik dari media cetak ataupun media elektronik.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi

dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Data sumber primer yaitu

data yang secara langsung berkaitan dan menjadi rujukan utama yakni

kitab Tafsir al-Ṭabarī karya Abū Ja’far Muḥammad Bin Jarīr al-Ṭabarī

dan Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka sedangkan data sekunder yaitu

sumber-sumber lain yang berkaitan dengan karya tulis ini, yang menjadi

data pendukung se rta relevan dengan judul skripsi yang penulis ambil.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendokumentasikan

dalam catatan-catatan dari sumber data di atas untuk kemudian disusun

terkait pembahasan pembahasan terkait tema yang dimaksud.

4. Tekhnik Analisis Data

Setelah data terkumpul proses selanjutnya adalah melakukan

pembahasan atau analisis data. Dalam hal ini penulis menggunakan dua

metode. Pertama, deskriptif yaitu penelitian dengan tujuan untuk

menjelaskan dan mendeskripsikan suatu peristiwa yang terjadi ketika Nabi

Musa dan pengikutnya dikejar oleh pasukan Fir’aun beserta pasukannya.

Page 34: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

16

Kedua, komparatif yaitu, membandingkan pandangan dan perubahan

pandangan kedua mufasir meliputi: metodologi dan argumentasi.

5. Pendekatan Penelitian

Dalam penilitian ini, penulis menggunakan pendekatan historis,

yaitu pendekatan yang menekankan perhatian pada waktu Fir’aun

ditenggelamkan oleh Allah SWT. Pendekatan yang melacak Sosio-

Historis kedua tokoh untuk mengetahui biografi, pertumbuhan, keilmuan

dan perkembangan pemikiran yang dilatarbelakangi oleh situasi, kondisi,

kontek dan budaya yang berbeda.

6. Teknis Penulisan

Metode penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan

karya ilmiah (Skripsi, Thesis, dan Disertasi) yang merupakan hasil

keputusan bersama (SKB) menteri Agama dan menteri pendidikan dan

kebudayaan R.I. Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 053b/U1987.

F. Sistematika Penulisan

Bab Pertama, berupa pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-

bab yaitu, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab Kedua, menjelaskan tentang pandangan umum dari kedua

mufasir. Pandangan umum meliputi, kelahiran, perjalanan intelektual dan

karirnya, metode dan corak penafsirannya.

Bab Ketiga, dalam bab ini akan memaparkan tentang sekilas

mengenai tobat meliputi definisi, dan prinsip-prinsip dalam tobat serta

ulasan terkait terkabulnya tobat.

Page 35: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

17

Bab Keempat, akan mengurai perbandingan penafsiran, serta

analisis keduanya tentang ayat yang dijadikan objek penelitian.

Pembahasan diawali dengan identifikasi dan deskripsi ayat yang meliputi,

teks, terjemah, asbāb al-nuzūl dan munassabāt al- Āyāt.

Bab Kelima, penutup sebagai jawaban permasalahan dan beberapa

saran sebagai rekomendasi penulis untuk penilitian kedepan.

Page 36: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

18

Page 37: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

19

BAB II

PANDANGAN UMUM AL- ṬABARĪ DAN BUYA HAMKA

Al-Ṭabarī adalah salah satu ulama yang meriwayatkan banyak hadis,

pengetahuannya yang luas dalam bidang penukilan dan pen-tarjih-an

riwayat-riwayat serta mempunyai pengetahuan luas dalam bidang sejarah

para tokoh dan berita umat terdahulu.1Oleh karena itu, untuk saat ini akan

sulit menemukan ulama yang sebanding dengan beliau. Sedangkan Buya

Hamka adalah seorang ulama besar nusantara yang banyak melakukan

perubahan dan pembaruan Islam di Indonesia.2

A. Biografi al-Ṭabarī

1. Kelahiran al-Ṭabarī

Al-Ṭabarī lahir di kota Amul yaitu kota terbesar di Tabarstan dekat

laut Kaspia. Nama lengkapnya adalah Muḥammad bin Jarīr bin Yazid bin

Kaṡir bin Galib, Abū Ja’far. Beliau dilahirkan pada tahun 838

M.3Tepatnya awal 225 H. Mayoritas sejarawan mengatakan bahwa beliau

dilahirkan pada akhir tahun 224 H. Namun, sebagian dari mereka

mengatakan bahwa ia dilahirkan pada akhir tahun 224 H. Pendapat ini

dinisbatkan kepada muridnya yang bernama al-Qadhi Ibn Kamil.

Ayahnya adalah seorang ulama yang dikenal sebagai pecinta ilmu

dan tergolong dalam masyarakat yang berada, sehingga al-Ṭabarī sejak

kecil mendapat perhatian yang cukup dalam hal menuntut ilmu terutama

dalam bidang hadis. kepiawaian dan kecerdasan al-Ṭabarī mulai terlihat

1 Manna Khalīl al-Qaṭān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an terj. H.Aunur Rafiq El-

Mazni(Bogor: PT. Pustaka Literasi Antarnusa. 1992), 520. 2 Haidar Musyafa, Buya Hamka Sebuah Novel Biografi (Tangerang Selatan:

Imania, 2018), 8. 3 M. Atiqul Haque. Wajah Peradaban(Menelusuri Jejak Pribadi-Pribadi Besar

Islam (Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998), 78.

Page 38: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

20

oleh ayahnya dari cara ia menghafal al-Qur’an dan hadis sejak kecil.

Sehingga memotifasi ayahnya dalam menuntut ilmu.4

Salah satu yang menjadi penyemangat bagi ayah al-Ṭabarī dalam

membimbingnya menuntut ilmu, yaitu ketika ayahnya bermimpi melihat

al-Ṭabarī berada dihadapan Rasulullah dan ditangannya terdapat sebuah

kantung yang penuh dengan batu. Para ahli Ta’bir mengatakan kepadanya

bahwa kelak ketika al-Ṭabarī dewasa, ia akan menjadi seorang ‘Alim

yang mengabdi kepada agamanya. setelah mendengar penjelasan mimpi

tersebut, ayahnya pun bertambah semangat dan memberikan dorongan

penuh untuk menuntun al-Ṭabarī dalam mencari ilmu padahal, waktu itu

al-Ṭabarī masih sangat kecil.5

2. Perjalanan Intelektual

Kecerdasan dan kepiawaian al-Ṭabarī dalam belajar telah terlihat

Sejak ia kecil. Hal ini ditandai dengan kemapuan al-Ṭabarī dalam

menghafal hadis dan al-Qur’an terlebih ayahnya yang dikenal sebagai

sosok ulama yang juga mencintai ilmu dan agama sebagai bekal

kehidupannya kelak. Dalam menuntut ilmu mula-mula al-Ṭabarī menuntut

ilmu di tanah kelahirannya sendiri di Amul. Baru setelah itu ia pindah ke

negeri tetangga dan mencari ilmu guna mendapatkan. ilmu dari mereka. Ia

pun mengerahkan seluruh kemampuannya, mulai dari mendengar

penuturan guru secara langsung, menghafal, hingga akhirnya ia

membukukannya.

Usaha yang dilakukan al-Ṭabarī dalam menuntut ilmu pernah

diceritakannya sebagaimana berikut, ”Kami pernah menulis di sisi

Muḥammad bin Humaid al-Razi, lalu ia menemui kami beberapa kali

dalam satu malam dan menanyakan apa yang telah kami tulis, kemudian ia

mengulangi bacaannya kepada kami.” al-Ṭabarī berkata, “Kami pernah

4 Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlus Sunnah yang Paling Berpengaruh dan

Fenomenal dalam Sejarah Islam (Jakarta: Darul Haq, 2017), 601. 5 Abū Ja’far Muḥammad bin Jarir al-Ṭabarī , Tafsir al-Ṭabarī atau Jami’al-

Bayan’an ta’wil al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Azam, 2007), 7-8.

Page 39: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

21

menemui Ahmad bin Hamad ad-Dulabi, ia tinggal di sebuah daerah di Ray

(sebuah kota di Persia) yang berjarak cukup jauh, kami menyeberang

daerah perairan beberapa jauh layaknya orang-orang yang tidak waras,

hingga kami sampai di tempat Ibnu Humaid dan mendapati majelisnya”.6

Sebagaimana yang dilakukan para ulama terdahulu dalam mencari

ilmu al-Ṭabarī pun demikian. Di usia tujuh belas tahun al-Ṭabarī berkelana

di kota Baghdad salah satu kota yang terkenal dengan kemajuan ilmu

pengetahuannya dan yang banyak menghasilkan para ulama-ulama yang

berkompeten dalam bidangnya. Seperti dibidang kedokteran, Abu Bakar

Muḥammad bin Zakariyah yang terkenal di Eropa dengan sebutan ar-Razi

(865-925 M), di bidang astronomi dan mate-matika. Muḥammad bin Musa

al-Khawarizmi (meninggal 863), Hidab al-Jabr wa-al-Muqolaba. Jabir

bin Hayyan (Geber, 721-815), di bidang pemikiran hukum Islam (fiqih).

Di antaranya Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali.7Hal ini

dilakukan sebagaimana para ulama-ulama terdahulu seperti para sahabat,

dan tabi’in dalam mencari ilmu.

Hal itulah yang dilakukan al-Ṭabarī dalam mencari ilmu. Bahkan ia

pernah bergumam dalam hati ingin sekali bertemu dan mendengar

langsung penuturan dari imam abū Abdullah Ahmad bin Muḥammad

Hanbal. Sang pendiri Mazhab Hambali yang lahir di Baghdad.8Yang lebih

dikenal dengan Ibnu Hambal. Namun hal tersebut tidak terwujud karena

sebelum sampai di Baghdad Imam Ahmad telah wafat terlebih dahulu. Ini

menjadi bukti kuat betapa tingginya semangat al-Ṭabarī dalam menuntut

ilmu semangatnya yang senantiasa membara mengalahkan jauhnya

perjalanan, kesulitan hidupnya di rantau dengan perbekalan yang

seadanya. Ini semua dilakukan oleh al-Ṭabarī semata-mata ingin mencapai

6 al-Ṭabarī vol 1, Tafsir al-Ṭabarī . 9. 7 Faisal Ismail, Sejarah Kebudayaan Islam: Periode klasik (abad VII-XII M)

(Yogyakarta: IRCisod, 2017), 325. 8 M. Atiqul Haque, Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia. terjemahan

Ira Puspitorini (Jogjakarta: DIGLOSI, 2007), 99.

Page 40: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

22

apa yang pernah diimpikan oleh ayahnya, yaitu berkedudukan mulia

dalam agama yang menuntutnya harus banyak memiliki ilmu

pengetahuan, perbekalan dan kesabaran. Dan hal ini tidak akan terwujud

kecuali dengan menemui para ulama serta bersabar dengan kondisi yang

ada, yang mungkin saja diantara mereka ada yang berwatak keras atau

hanya memiliki waktu yang sangat sempit.9

Di kota Kufah al-Ṭabarī berguru kepada Syekh Abū Kuraib

Muḥammad bin Ala’ al-Hamdani (243 H). Ia tergolong guru yang

perhatianya sangat keras terhadap para muridnya, hingga banyak diantara

murid-muridnya yang tidak dapat menyelesaikan proses belajar di

majelisnya. al-Ṭabarī pun merasa khawatir tidak sanggup menyelesaikan

halaqah di majlisnnya, namun ia bertekat untuk maju ke ”medan laga” dan

tidak bersikap pengecut. al-Ṭabarī menceritakan, ”Aku mendatangi pintu

rumahnya bersama beberapa ahli hadits, tiba-tiba ia keluar dari pintu

rumahnya. Kami pun meminta izin untuk masuk, namun sang guru

mengatakan, ”siapa di antara kalian yang hafal apa yang pernah ia tulis

dariku? ”kami pun memandang antara satu dengan yang lain, kemudian

mereka memandangiku dan mengatakan, ”apakah yang kau hafal apa yang

kau tulis darinya? ”aku menjawab, “ya” maka mereka pun berseru” orang

ini hafal, tanyalah dia. ”Maka aku pun berkata, ”Tuan pernah

meriwayatkan kepada kami masalah ini pada hari ini dan masalah ini pada

hari ini. ”mendengar penjelasan itu, Abū Kuraib terus menanyakan

beberapa hal kepadanya hingga ia pun mengakui kehebatanya dan

mengatakan kepadanya, ”silahkan kau ke rumahku” dan ia pun

mengagungkannya, padahal usianya masih muda, serta

memperkenankannya menyimak pelajaran lainnya.10

Dalam perjalanannya ke Mesir, ia menulis dari para syaikh di Syam

dan sekitarnya hingga tiba di Fusthah (Ibu kota Mesir lama pada masa

pemerintahan sahabat Amrū bin ‘Aṣ). Pada tahun 253 H, dimana terdapat

sejumlah shekh dan para ulama dari Madzhab Maliki, Syafi’I Ibnu Wahab

dan yang lainnya lalu ia pun berguru kepada mereka.

Setelah tinggal beberapa lama di Mesir, ia pun pergi ke Syam dan

kembali ke Mesir pada tahun 256 H. Dan tampaklah kehebatanya dalam

berbagai khazana keilmuan, seperti ilmu al-Qur’an, fiqih, hadis, bahasa,

9 al-Ṭabarī vol 1, Tafsir al-Ṭabarī, 10. 10 al-Ṭabarī vol. 1, Tafsir al-Ṭabarī , 10.

Page 41: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

23

nahwu dan syair. Para ulama Mesir menemuinya dan menguji

kepiawaiannya, dan ternyata ia memang sangat hebat, hingga syair yang

dihafalnya membuktikan kehebatan hafalannya dan kekuatan nalarnya.

Namun demikian ia pernah gagal dalam suatu majelis yang dibentuk untuk

menguji keilmuannya, seperti dituturkan olehnya, ”Ketika aku memasuki

Mesir, tidak ada seorang ulama pun yang tidak menemuiku dan menguji

keilmuanku. pada suatu ketika, seorang laki-laki datang dan menanyakan

kepadaku tentang ilmu ‘arush (sastra) aku belum banyak menguasai hal

itu. Maka aku katakan kepadanya, hari ini aku harus mengatakan bahwa

aku tidak akan berbicara sedikitpun mengenai ilmu ‘arudh, namun besok

silahkan anda lagi ke sini. Lalu aku meminta kepada salah seorang

temanku untuk dibawakan buku’arudh karya Khalil bin Ahmad, dan iapun

membawakannya. Aku mempelajarinya pada malam hari, sore itu aku

belum menguasai ’arudh, akan tetapi ketika pagi menjelang aku pun telah

menguasainya dengan baik”.11

Al-Ṭabarī terus melanjutkan perjalanannya mencari majelis ilmu

dan menjumpai para ulama, tidak peduli dengan perjalanan yang jauh dan

melelahkan serta bekal yang tidak peduli dengan perjalanan yang jauh dan

melelahkan serta bekal yang tidak mencukupi. Segala yang mahal dinilai

murah olehnya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sampai pada suatu

ketika ia terpaksa menjual sebagian pakaiannya karena terlambat

menerima kiriman bekal dari orang tuanya. Dari Mesir al-Ṭabarī kembali

ke Baghdad, dan dari Baghdad ia menuju ke Tabarstan, namun tidak lama

menetap ia pun kembali ke Baghdad dan bermukim di sana hingga wafat.

Dalam rangka mencari ilmu, tidak cukup hanya dengan usaha yang

keras dan sabar, akan tetapi ia dinilai sebagai sosok yang jujur, ikhlas,

zuhud, wara’ dan amanah. Hal ini terlihat dari karya karyanya yang sangat

banyak. Ia meninggalkan gemerlap kehidupan dunia dan tidak mencari

kenikmatan yang ada padanya.

11 al-Ṭabarī , vol. 1, Tafsir al-Ṭabarī , 11.

Page 42: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

24

3. Metode dan Corak Tafsir al-Ṭabarī

Metode yang digunakan oleh al-Ṭabarī dalam menafsirkan al-Quran

adalah metode Tahlili.12 Metode tahlili adalah suatu metode yang

menafsirkan ayat-ayat dalam al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek

yang terkandung di dalamnya yang urutannnya disesuaikan dengan tertib

surat yang ada dalam mushaf Utsmani. Metode tafsir ini menjelaskan pula

kosa kata (susunan kalimat), munasabah (korelasi) antara ayat maupun

antara surah, menjelaskan asbab al-Nuzul, dan mengutip dalil-dalil dari

Nabi saw, sahabat, dan tabi’in.

Adapun penafsirannya ditempuh dengan cara sebagai berikut:

a. Penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an

Al-Ṭabarī merupakan mufasir yang sangat meyakini bahwa ayat al-

Quran dapat menafsirkan ayat al-Quran.13

b. Penafsiran al-Quran dengan as-Sunnah atau hadis

Al-Ṭabarī termasuk mufasir yang teliti dalam mengutip hadis

Nabi Muhammad. Sebelum mengutip hadis, beliau meneliti apakah

sanad hadis yang akan dikutib shahih atau tidak. Di samping itu,

sebelum mengemukakan pendapatnya sendiri termasuk bagian dari

tarjih al-Ṭabarī mengemukakan terlebih dahulu riwayat-riwayat

yang berkaitan dengan ayat al-Qur’an.

c. Penafsiran al-Qur’an dengan dengan pendapat para sahabat

Al-Ṭabarī juga mengutip pendapat para sahabat dalam menjelaskan

ayat al-Qur’an.14

d. Penafsiran al-Quran dengan pendapat para Tabi’in

12 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran: Kajian kritis Terhadap Ayat-

Ayat Yang Beredaksi Mirip (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 58. 13 Abū Ja’far Muḥammad bin Jarir, Tafsir al-Ṭabarī vol 1), 218-219. 14 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode

Para Ahli Tafsir (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), 72-73.

Page 43: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

25

Al-Ṭabarī juga mengutip pendapat para tabi’in dalam menafsirkan

ayat al-Qur’an salah satunya, beliau mengutip dari mujahid dalam

ranah menjelaskan perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai

jumlah saksi dalam pelaksanaan hukuman cambuk seratus kali

terhadap pezina perempuan maupun pezina laki-laki.Menurut Tafsir

al-Ṭabarī tidak memiliki corak khusus dalam penafsiran, karena al-

Ṭabarī menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan riwayat.

Meskipun sering kali beliau melakukan tarjih terhadap riwayat dan

pendapat yang ia kutip.15

4. Karya-Karya al-Ṭabarī

Para ahli sejarah menjelaskan bahwa selama empat puluh tahun ia

menulis dalam sehari sebanyak empat puluh lembar. Sebagian muridnya

pernah membagi apa yang pernah ditulisnya selama kurun delapan puluh

enam tahun sejak ia berusia baligh sampai meninggal dunia ternyata

ditemukan bahwa, pada setiap harinya menghasilkan empat belas lembar.

Hal ini dapat dilihat dari karya-karyanya yang masih ada sampai sekarang

di samping sejumlah karya lain yang hilang.16

Imam Abū Hamid Ahmad bin Ahmad al-Israfisyaini berkata, “Jika

seseorang harus pergi ke cina untk mendapatkan Tafsir Ibnu Jarīr, maka

tidak banyak orang yang dapat melakukannya, “Imam Abū Bakar bin

Huzaimah berkata, “Setelah memperhatikan tafsir Ibnu Jarīr dari awal

sampai akhir, maka aku baru tahu bahwa tidak ada orang di muka bumi ini

yang lebih pandai dari Ibnu Jarīr.17

Adapun beberapa kitab yang terkenal sampai sekarang yakni:18

“Jamī’al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’an, Tarīkh al-‘Umam wa al-

Muluk wa Akhbaruhum, al-Adab al-Hamidah wa al-Akhlāq

15 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 35. 16 Abū Ja’far Muḥammad bin Jarir, Tafsir al-Ṭabarī vol 1. 28. 17 Abdul Fatah Abu Ghaddah, Ulama Yang Tidak Menikah (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2001), 45. 18 Syaikh Manna al-Qaṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an (Jakarta:Pustaka al-

Kautsar, 2015), 477.

Page 44: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

26

an-Nafisah, Tarīkh al-Rijal,Ikhtilāf al-Fuqahā’,Tahdzīb al

Atṡār, Kitab Baṡith fī al-Fiqh, Al-Jamī’ fī al-Qira’at, kitab

Tabir fī ‘uṡul.

B. Biografi Buya Hamka

1. Kelahiran

Beliau dilahirkan di Sungai Batang Maninjau (Sumatra Barat) pada

tanggal 17, Februari 1908 (14 Muharram 1326 H) ayahnya adalah ulama

terkenal, Dr. Haji Abdullah Karim Amrullah alias Haji Rasul ia adalah

pembawa paham-paham pembaruan Islam yang disebut oleh orang-orang

saat itu dengan kaum muda di Minangkabau dan di Sumatra.19

Panggilan HAMKA adalah akronim dari nama beliau. Ayahnya

bernama Haji Abdul Malik bin Karim Amrullah. Ibunya bernama Siti

Safiyah. Dan ayah dari ibu Safiyah (kakeknya) adalah Gelanggang

gelarnya Bagindo Nan Batuah. Yang ketika masih remaja beliau terkenal

sebagai guru tari, bernyanyi dan pencak silat. Buya Hamka selalu

mendengarkan pantun-pantun dari beliau saat masih muda.20

Beliau wafat pada hari jumat, 24 juli 1981, bertepatan dengan 14

Ramadhan 1402 H. diusia 73 tahun 5 bulan dengan disaksikan oleh istri

dan seluruh cucunya.21

2. Perjalanan Intelektual

Pada usia 6 tahun (1914) dia diajak ayahnya ke Padang Panjang.

Sewaktu berusia 7 tahun dimasukan ke sekolah desa dan malamnya belajar

membaca al-Qur’an dengan ayahnya sendiri sehinga khatam. Dari tahun

1916 sampai tahun 1923, dia telah belajar agama pada sekolah-sekolah

”Diniyah School” dan “Sumatra Thawalib” di Padang Panjang dan di

19 HAMKA, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika Penerbit, 2015), iii. 20 Nasir Tamara, HAMKA di Mata Hati Umat (Jakarta: PT. Sinar Agape

Press,1984), 51. 21 Haidar Musyafa, Sebuah Novel Biografi (Tangerang Selatan: Penerbit Imania,

2018), 818.

Page 45: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

27

Parabek, dan berguru pada Engku Mudo Abdul Hamid, dan Zainuddin

Labay. Padang panjang waktu itu ramai dengan penuntut ilmu agama

Islam, dibawah pimpinan ayahnya sendiri.22

Selama belajar di Thawalib, Hamka sering tidak hadir karena merasa

jenuh. Ia lebih suka belajar di perpustakaan umum milik gurunya,

Zainudin Labay al-Yunusi. Dia lebih leluasa membaca buku bahkan ada

berapa buku yang ia sering pinjam. Begitu ia diberikan kesempatan

merantau ia pun menetap di rumah adik kandung ayahnya, Ja’far

Amrullah di Jogjakarta ia banyak mengikuti berbagai diskusi dan

Pelatihan Pergerakan Islam Muhammadiyah dan Sarekat Islam. Ia berguru

kepada Ki Bagoes Hadikoesomo, HOS Tjokrominoto, H. Fakhruddin,

R.M Suryopronoto dan iparnya sendiri yaitu, Ahmad Rasyid Sutan

Mansur ketua Muhammadiyah Cabang Pekalongan.23

Setelah Buya Hamka kembali dari perjalanannya di Makkah beliau

dinikahkan dengan dengan anak perempuan yang bernama Siti Raham

oleh ayahnya. Istrinya meninggal diusia 40 tahun pernikahanya dengan

dianugerahkan sepuluh orang anak tujuh laki-laki dan tiga orang

perempuan.24

Di tahun 1935 dia pulang ke Padang Panjang. Waktu itulah mulai

tumbuh bakatnya sebagai pengarang. Buku yang mula-mula dikarangnya

berjudul “Khatibul Ummah”. Di awal tahun 1927, dia berangkat atas

kemauannya sendiri ke Makkah, sambil menjadi koresponden harian

“Pelita Andalas” Medan. Pulang dari sana dia menulis di majalah “Seruan

Islam” di Tanjung Pura (langkat), dan membantu “Bintang Islam” dan

“Suara Muhammadiyah” di Yogyakarta.

22 HAMKA, Tasawuf Modern (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), iii. 23 M. Alfan Alfian, Hamka dan Bahagia: Reaktualisasi Tasawuf Modern Untuk

Zaman Kita (Bekasi: PT: Penjuru Imu Sejati, 2014), 25. 24 Nasir Tamara, HAMKA di Mata Hati, 51.

Page 46: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

28

Pada tahun 1928 keluarlah buku romannya yang pertama dalam

bahasa Mingkabau berjudul “Si Sabariyah” waktu itu pula dia memimpin

majalah “Kemauan Zaman“ yang terbit hanya beberapa nomor. Pada tahun

1929 keluarlah buku-bukunya, “Agama dan Perempuan”, Pembela Islam”,

“Adat Minang Kabau dan Agama Islam“ (buku ini di sita polisi)

“Kepentingan Tabligh” ayat-ayat Mi’raj”

Pada tahun 1930, mulailah dia mengarang dalam surat kabar

“Pembela Islam ”, dan mulai berkenalan dengan M. Natsir, A. Hasan.

Ketika dia pindah mengajar di Makassar diterbitkanlah majalah “al-

Mahdi”.25Pada tahun 1962, Hamka mulai menafsirkan al-Qur’an lewat

“Tafsir al-Azhar”. Dan tafsir ini sebagian besar dapat terselesaikan selama

di dalam tahanan, dua tahun tujuh bulan.26

3. Metode Tafsir dan Corak Tafsir al-Azhar

Metode merupakan salah satu sarana yang amat penting untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka, dalam menafsirkan al-

Qur’an pun juga menggunakan metodenya tersendiri. Karena dalam

menguasai materi keilmuan tertentu perlu diimbangi dengan kemampuan

di bidang metodologi sehingga pengetahuan yang dimiliki dapat

dikembangkan.27

Kata metode sendiri berasal dari bahasa Yunani “me thodos” yang

berarti “cara atau jalan”. dan bangsa arab menerjemahkannya dengan

“thariqot” dan “manhaj”. Di dalam pemakaian bahasa Indonesia kata

tersebut mengandung arti: cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara kerja

yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

25 HAMKA, “ Tasawuf Modern, xv. 26 HAMKA, Tasawuf Modern, vi. 27 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), 149.

Page 47: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

29

mencapai tujuan yang di tentukan.28 Adapun metode tafsir yaitu ilmu

tentang mentode menafsirkan al-Qur’an.

Kitab al-Azhar adalah tafsir yang ditulis sejak tahun 1958. yang

merupakan uraian kuliah subuh di masjid agung al-Azhar di Kebayoran

baru yang diselesaikan pada tanggal 11 agustus, 1964 di rumah tahanan

politik Mega Bandung. Kitab ini terdiri dari 15 Jilid.29 Kitab ini di

namakan Tafsir al-Azhar yang terispirasi dari Masjid Agung al-Azhar

yang awalnya nama tersebut diberikan oleh Syaikh al-Azhar (rektor) dari

Jami’ al-Azhar yaitu Syaikh Mahmud Syalṭu.30

Dalam menyusun Tafsir al-Azhar, Buya Hamka menggunakan

metode tahlili (analitis) yang mana dalam menafsirkan al-Qur’an ia

menafsirkan ayat sesuai dengan disiplin ilmu yang di gelutinya. Mulai dari

asbab al-Nuzul, munasabah, kosa-kata, susunan kalimat dan sebagainya.

Adapun corak yang digunakan Buya Hamka dalam Tafsirnya yaitu

dengan menggunakan pendekatan sastra hal ini ditandai dengan karya-

karyanya yang dipengaruhi nilai-nilai sastra. Dalam menafsirkan al-

Qur’an Buya Hamka juga membawa permasalahan kontemporer dan

menyajikan potret kehidupan bangsa arab sehingga dari hal ini

menjadikan tafsirnya mudah diterima dengan baik oleh masyarakat.31

Antara al-Ṭabarī dan Buya Hamka memiliki banyak persamaan yang

menjadikan mereka memiliki kelebihan yang tidak jauh berbeda. Jika di

teliti dari lingkungan tempat mereka dilahirkan maka akan didapatkan

pemahaman bahwa keduanya lahir dalam kondisi dimana ilmu

28 Nasirudin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an: Kajian Kritis Terhadap

ayat-ayat yang Beredaksi Mirip (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 54. 29 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1990), 26. 30 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas 1983), 46. 31 Howard M Federspiel, Kajian al-Qur’an di Indonesia dari Mahmud Yunus

hingga Quraish Shihab (Jakarta: Pustaka Mahdi, 2008), 142.

Page 48: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

30

pengetahuan di utamakan oleh masyarakat saat itu, dalam hal keluarga,

mereka didukung oleh ayah yang sama-sama di kenal sebagai ulama yang

mencitai ilmu pengetahuan sehingga mendorong keduanya untuk

menuntut ilmu. Dalam segi mencari ilmu pun demikian keduannya rela

merantau sejauh-jauhnya untuk mendapatkan ilmu.

4. Karya Buya Hamka

Buya Hamka adalah seorang yang multi sebutan, ulama satrawan

atau pujangga, sejarawan dan politisi beliau juga adalah seorang penulis

dan banyak menghasilkan banyak karya. Di antaranya yakni, Tafsir al-

Azhar, Di bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk,

Tasawuf Modern, Merantau ke Delhi, Falsafah Hidup, Pedoman

Mubaligh Islam, Di Dalam Lembah Kehidupan, Keadilan Ilahi

Berkat karya dan karya sastranya Muhammad imamudin

‘Abdurahim mengatakan Hamka adalah ulama pertama yang mampu

mempergunakan sastra sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

Allah dan risalah Rasulullah SAW. 32

32 M. Alfan Alfian, Hamka dan Bahagia, 29.

Page 49: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

31

BAB III

MAKNA TOBAT DAN JEJAK HIDUP FIR’AUN

A. Definisi Tobat

1. Pengertian Tobat

Perjalanan manusia menuju Allah SWT adalah perjalanan panjang

dan mendaki maka sebagai seorang hamba harus mempersiapkan bekal

dengan sebaik-baiknya. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban dosa

yang diakibatkan oleh perbuatan maksiat sebab itusetiap Salik (hamba)

hendaknya bertaubat. Tujuannya agar beban dosa menjadi ringan. Setelah

itu dia dianjurkan untuk menghimpun bekal, dengan jalan menghiasi diri

dengan aneka kebajikan.1

Tobat dalam KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sadar

dan menyesal akan dosa dan berniat memperbaiki tingkah laku dan

perbuatan.2sedangkan secara etimologi berasal dari bahasa bahasa Arab

dari kata “tāba-yatŪbu-Taūbatan”( توبة -يطوب-)تاب yang berarti Kembali dari

perbuatan maksiat kepada Allah. Sedangkan secara istilah adalah kembali

kepada Allah dengan ikatan komitmen dalam hati dan melaksanakan hak-

hak Allah.3

Menurut Tabataba’i tobat dari Allah berarti kembali-Nya Allah

kepada hamba dengan mencurakan rahmat. Adapun tobat manusia, maka

dia adalah permohonan ampun, disertai dengan meninggalkan dosa. Tobat

manusia berada antara dua jenis tobat Tuhan karena manusia tidak dapat

melepaskan diri dari Tuhan dalam keadaan apaun, maka tobatnya atas

1 M. Quraish Shihab, Menjemput Maut Bekal Perjalann Menuju Allah. (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), vi. 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia.(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1202. 3 Sri Mulyati (ed), Mengenal dan Memahami Tariqat-Tariqat Muktabarah di

Indonesia.(Jakarta: Kencana, 2011), 38.

Page 50: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

32

maksiat yang dia lakukan memerlukan taufik, bantuan dan rahmat-Nya

agar upayanya bertobat benar-benar dapat diterima oleh-Nya.4

Imam Ghazali mengartikan at-Tawwab sebagai Dia (Allah) yang

kembali berkali-kali menuju cara untuk memudahkan tobat hamba-hamba-

Nya, dengan jalan menampakkan tanda-tanda kebesaran-Nya, menggiring

kepada mereka peringatan-peringatan-Nya serta mengingatkan acaman-

ancaman-Nya. Sehingga bila mereka telah sadar dari akibat buruk dosa-

dosa, dan merasa takut dari ancaman-ancaman-Nya. Mereka kembali

(bertobat) dan Allah pun kembali kepada mereka dengan anugerah

pengabūlan.5

Secara istilah atau terminologi Islam, Sebagian besar ulama

mengartikan tobat dengan meninggalkan dosa dalam segala bentuknya,

menyesali dosa yang pernah dilakukan dan bertekad untuk tidak

melakukan lagi.6 Lain halnya Dalam kitab Mukhtaṡar Minhajul Qaṣidin

disebutkan bahwa tobat itu adalah ungkapan dari rasa penyesalan yang

menimbulkan tekad dan maksud yang kuat. penyesalan tersebut

memberikan keyakinan bahwa maksiat adalah penghalang antara manusia

dengan kekasihnya yaitu Allah SWT.

Hakikat sebuah tobat adalah mengingat kembali apa perbuatan

buruk yang telah di kerjakan sehingga menimbulkan tindakan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang lalu dengan memohon ampunan

dan keridhoan Allah.7

4 Sahabudin dkk., Ensiklopedia Islam: Kajian Pustaka,(lentera hati,2007), 992. 5 M.Quraish Shihab, Menjemput Maut, 2. 6 Burhan djamaludin, Konsepsi Taubat, 3. 7 Abū Dzar al-Qamuni, Debu-debu Maksiat dan Siraman Qolbu (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1995), 37.

Page 51: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

33

2. Syarat-Syarat Diterimanya Tobat

Dalam bertobat ada beberapa tingkatan yakni:

1. Ahli tobat yakni orang yang kembali kepada tuhan setelah

banyak melakukan dosa dan maksiat.

2. Ahli ‘Inabah yakni orang yang kembali kepada tuhan karena

merasa kurang taat dan kurang ibadah.

3. Ahli aūbah yakni tobatnya para Nabi dan ulama yang bertobat

dengan menutup diri dari semua yang selain Allah SWT.8

Imam Nawawi berkata: Para ulama telah mengatakan bahwa tobat

itu wajib hukumnya dari setiap dosa. Jika kemaksiatan itu antara hamba

dengan Allah, tidak berhubungan dengan hak anak adam.

Maka ada tiga syarat untuk bertobat:

1. Berhenti melakukan maksiat tersebut.

2. Menyesal atas melakukan dosa tersebut.

3. Bertekad untuk tidak mengulangi lagi perbuatan yang sama.9

Menurut Said Hawwa ada tiga perkara yang harus dilakukan dalam

bertobat dan hal ini belum dikatakan bertobat jika tidak dilakukan yakni:

1. Ilmu pengetahaun perihal makna tobat dan cara

mengerjakannya.

2. Hal atau keadaan apa yang ditobati, dan juga keadaan orang

yang hendak bertobat itu sendiri.

3. Mengerjakan atau melaksanakan tobat sesuai dengan apa yang

diajarkan oleh agama Islam, yakni bagaimana cara

8 Said Hawwa, Induk Penyucian Diri (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD

Singapura.1992), 1038-1047. 9 Abū dzar al-Qamuni, Debu-debu Maksiat dan Siraman air Taubat (Jakarta:

Firdaus,1995), 87.

Page 52: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

34

mengamalkan dan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk

kesempurnaannya.10

3. Fungsi Tobat

Setiap mukmin sangat butuh pada dua hal: pertama, yaitu agar

kesalahan mereka dihapuskan dan dosa-dosa mereka diampuni. Memang,

tidak ada seorang pun di dunia ini yang kosong atau terlepas dari

kesalahan dan dosa. Dalam diri manusia, terdapat dua unsur yang berbeda,

yaitu unsur air mani yang bersifat ardhi (bumi), dan unsur ruhi (spiritual)

yang bersifat ardhi (bumi), dan unsur samawi (langit).

Yang pertama dapat menyeretnya pada tingkatan paling rendah,

sedangkan yang kedua dapat menaikannya pada derajat malaikat atau

lebih mulia dari pada itu. yang kedua dapat mencabūtnya untuk naik

ketingkatan yang paling tinggi. Yang pertama dapat mengubah manusia

menjadi binatang atau bahkan lebih sesat lagi. Oleh karenanya, setiap

manusia pasti bisa berbuat kesalahan dan melakukan dosa. Ia benar-benar

perlu melakukan tobat nasuha untuk menghapuskan dosa yang telah

diperbuatnya.

Yang Kedua, masuk ke dalam Surga. Lalu, siapa orang yang tidak

ingin masuk kedalam surga ?. Sungguh sesuatu yang paling membuat

manusia menjadi sibuk adalah tempat kembalinya yang abadi ini

merupakan pertanyaan pertama yang sering muncul dalam benak manusia,

apakah dirinya kan selamat atau binasa di hari kiamat ?. apakah ia akan

beruntung dan gembira atau justru sengsara dan celaka ?.11

4. Penerimaan Tobat

1. Tobat Segera Setelah Terjadi Kemaksiatan

10 Said Hawwa, Induk Penyucian Diri, 1008. 11 Yusuf al-Qarḍāwi. Kitab Petunjuk Taubat: Kembali ke Cahaya Allah (PT Mizan

Pustaka: 2008), 20-21.

Page 53: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

35

Ketika Iblis diusir dan meminta diberi umur sampai kiamat, ia

berkata, ”Wahai Tuhan, demi kemuliaan dan keanggungan-Mu, aku tidak

akan memutuskan keinginanku menggoda anak adam selama nyawa masih

ada di raganya.”Allah Azza wa Jallah berkata, “Demi kemuliaan dan

keanggunganku akupun tidak akan menolak tobatnya selama nyawa masih

ada di raganya.” Orang yang berbuat dosa sepatutnya segerah bertobat,

mengenyahkan segala penyebab dosa, menjauhi orang-orang yang

menemaninya ketika berbuat dosa, dan mengganti apa yang telah

dirusaknya dengan amal-amal saleh.

Ibnul Jauzi berkata: “Wahai orang-orang yang berdosa sepertiku,

jauhkan diri kalian dari keburukan dengan tobat kepada sang maha

pengasih. Jangan sampai kehidupan dunia memperdaya kalian, karena itu

semua adalah tipu daya setan. Ketahuilah bahwa Allah SWT. Akan

menghapuskan keburukan kalian dengan syarat kalian meninggalkan dosa

dan bertekat untuk bertobat. Dia akan merahmati kalian pada hari hisab

dengan rahmat yang baik.12

Dijelaskan Dalam Surah al-Nisa: 3. Allah Azza wa Jallah

berfirman:

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-soa yang

dilarang untuk dikerjakan, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu

(dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukan kamu ke tempat yang mulia

(surga) (QS. al-Nisa/4: 3)

12 Bustanul wa’izhin: Suluh Penyucian Jiwa/Ibnu Jauzi (Jakarta: Qisti Press,

2009), 135.

Page 54: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

36

maksudnya jika kamu menjauhi dosa-dosa besar, kami ampuni dosa-

dosa kecilmu. Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa dosa itu ada

dua macam yakni dosa kecil dan dosa besar. Oleh karena itu wajib

hukumnya mengetahui kedua jenis dosa ini untuk dihindari sebisa

mungkin, jangan sampai terjerumus kedalamnya. Barang siapa yang

tergelincir hingga melakukan dosa-dosa tersebut, hendaklah segera

bertobat karena orang yang bertobat dari kesalahan dan dosa yang

diperbuatnya, sama kedudukannya dengan orangyang tidak pernah

melakukan dosa tersebut.13

2. Tobat Saat Sakaratul Maut

Secara Psikologis tobat bagi seseorang itu perlu, saat hubungannya

dengan Tuhan yang dikasihi atau yang ditakuti. Terganggu. Orang yang

merasa tidak memiliki hubungan dengan Tuhan maka baginya konsep

tobat tidak terlalu penting. tetapi bagi orang yang beriman tebal dan

ketipisnya imannnya. perbuatan dosa menyebabkan ia tergannggu

hubungannya dengan Tuhan. Ia tidak dapat lagi berdoa apalagi bermanja-

manja kepada-Nya. Pembuka pintu untuk memperbaiki hubungannya

dengan Tuhan adalah dengan tobat.

Meski manusia diberi kemerdekaan oleh Tuhan untuk beriman atau

kufur, tetapi fitra manusia memiliki kecenderungan kepada agama yang

Hanif. Allah sendiri sebagai Rabb al-‘ Ālamīn meski memiliki ‘asma’ al-

Husna (nama-nama) yang menggambarkan ragam sifat-sifat-Nya, tetapi

wajah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lebih dominan.

Dalam Hadis Qudsi Allah berkata bahwa “sifat’ kasih-Ku mengalahkan

murka-Ku” oleh karena itu meski Allah menerapkan dua pendekatan

13 Syaikh Abū Bakar Jabir al-Jazaīri, Tafsir al-Qur’an al-AISAR. Jilid 2 (Jakarta:

Darus Sunnah Press, 2017), 369.

Page 55: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

37

Wa’id (Reward dan Punishment) kepada manusia, tetapi Allah lebih suka

menyambut orang yang bertobat14.

B. Fir’aun

a. Mengenal Fir’aun

Sebelum memasuki periode Dinasti, wilayah Mesir kuno terbagi

menjadi dua kerajaan: pertama, kerajaan Mesir Hulu yang dikuasai oleh

seorang raja yang mengenakan mahkota berwarna kuning emas dengan

menjadikan Gebto sebagai ibu kota kerajaan dan kedua kerajaan Mesir

Hilir. Di selatan yang dipimpin oleh seorang raja yang mengenakan

mahkota berwarna putih dengan menjadikan Nebo sebagai ibu kotanya.

Namun Tuhan Horus yang dilambangkan dengan Burung Elang menjadi

Tuhan. Kedua bangsa tersebut.15

Di Mesir Kuno, pemerintahan bersifat Autoraksi, sebagaimana

berlaku di seluruh sistem Politik Timur Tengah lainnya. Ke-Ilahian dan

pemerintahan bergabung dalam satu kesatuan autoraksi. Fir’aun adalah

seorang anak Dewa Matahari, Aton; ia Ilahi, puncak hierarki kekuasaan.

Ibadah yang benar kepada Dewa-Dewa Alam dan negara ditambah

manipulasi magic yang lihai dipakai untuk menghadirkan ketentraman dan

kemakmuran bagi penduduk yang diperintah oleh Fir’aun.

Melihat pada tablet kemenangan raja Namer James. C. Davis dalam

bukunya the human story. Menyimpulkan bahwa Fir’aun adalah visi

pemersatu Mesir selama tiga ribu tahun dan oleh masyarakatnya dianggap

sebagai Tuhan yang hidup. Itulah mengapa raja yang ditampilkan di tablet

kemenangannya sebagai Heru, dewa Langit dan Elang.16

14 Ahmad Mubarak,Meraih Bahagia dengan Tasawuf (Jakarta: Dian Rakyat,

2009), 163. 15 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus Fir’aun (Ciputat: Lentera Hati, 2011)1-2. 16 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus Fir’aun (Ciputat: Lentera Hati, 2011), 2

Page 56: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

38

Jika melihat dalam al-Qur’an Istilah Fir’aun disebut sebagai gelar

dengan menekankan pada penguasa dan yang memandang bahwa dirinya

adalah Tuhan.

Berbeda jika melihat dalam sejarah. Istilah Fir’aun ini awalnya lahir

di masa kekuasaan raja Narmer,karena para raja tinggal dalam istana yang

berdiri di atas dataran tinggi yang memungkinkan mereka untuk

mengawasi rakyatnya. Sehingga orang-orang Mesir menyebut tempat

tinggal para raja itu dengan istilah “Pr-Aa” yang identik dengan makna

“Rumah Yang Paling Tinggi”. Setelah itu penggunaan kata ini mengalami

perkembangan menjadi kata yang di nyatakan untuk penghuninya, yakni

sang raja, lahirlah istilah Pharaoh. Dan dalam bahasa Semit, termasuk

Arab dan Ibrani, partikel “p”diartikulasikan dengan “f” sehingga dalam

lagam Ibrani disebut dengan “far’a” sementara dalam bahasa Arab disebut

Fir’aun.17

Dalam menjalankan pemerintahannya, Fir’aun mengangkat para

pejabat yang umumnya berasal dari golongan bangsawan. Diantaranya

ialah pejabat gubernur yang memerintah provinsi, panglima, ketentaraan,

hakim di pengadilan, dan pendeta untuk melaksanakan upacara

keagamaan. Salah satu jabatan penting adalah Wazir atau Perdana Menteri

yang umumnya dijaga oleh putra mahkota.

Secara garis besar, keadaan pemerintahan raja-raja Mesir di tiga

kerajaan tersebut adalah.

1. Kerajaan Mesir Tua (2660-2180 SM).

Kerajaan Mesir Tua berlangsung sejak masa pemerintahan Fir’aun

Menes sampai pemerintahan Pepi II (3100-2134 SM). Masa Mesir ini

dikenal sebagai Abad Piramida karena pada masa itu banyak dibangun

17 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus Fir’aun (Ciputat: Lentera Hati, 2011), h

2-3.

Page 57: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

39

Piramida Raksasa. Adapun raja-raja yang terkenal dari kerajaan Mesir tua

ini antara tahun 2800-2700 SM adalah raja Chufu(cheops), Chefren, dan

Menkaure.

2. Kerajaan Mesir Tengah (1640-1570 SM).

Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia

berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir.

Tindakannya antara lain membuka tanah pertanian, membangun proyek

irigasi pembuatan waduk, dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan

serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan Kreta. Ia

juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubiah (Ethiopia).

3. Kerjaan Mesir baru (1570-1075 SM).

Kerajaan baru Mesir atau kerajaan Mesir baru adalah periode dalam

sejarah Mesir Kuno antara abad ke-16 SM, hingga abad ke-11 SM,

meliputi masa dinasti ke-18,19 dan 20. Setelah kerajaan baru berakhir,

Mesir kuno memasuki periode menengah ke tiga. Periode kerajaan baru

merupakan periode Mesir Kuno mencapi puncak kejayaannya.18

b. Fir’aun yang Dihadapi Nabi Musa

Menes adalah Raja Mesir dari Dinasti I (menurut beberapa penulis

lainnya II) legenda Mesir Kuno menghormati raja ini karena berhasil

mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir ke dalam satu kerajaan.

Sebagai pemilik , pengatur dan penguasa, dari keseluruhan Negara dan

wilayah-wilayahnya, para fir’aun dianggap sebagai pengejawahtan dari

dewa terbesar dalam kepercayaan Mesir Kuno yang politeistik dan

menyimpang. Administrasi tanah rakyat Mesir, pembagian tanah mereka,

18 Rizem Aizid. Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia (Dari Masa Sebelum

Masehi Hingga Modern)(Yogyakarta: Noktah, 2018), 95-102.

Page 58: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

40

singkatnya seluruh pertanian, jasa dan produksi mereka dalam batas-batas

wilayah Negara dikelolah atas nama Fir’aun.

Absolutism dan rezim tersebut melengkapi pemerintahan Fir’aun

dengan kekuasaan yang memungkinkannya apapun yang di inginkan. Pada

saat penegakan dinasti pertama, kala Menes yang menjadi raja Mesir

pertama Sungai Nil didistribusikan kepada penduduk melalui saluran-

saluran air. Selain itu, seluruh produksi berada dibawah kontrol dan

seluruh barang dan jasa diberikan untuk sang raja. Raja yang

mendistribusikan serta membagi barang dan jasa dalam proporsi yang

dibutuhkan rakyat. Hal ini tidak sulit bagi raja yang telah menggalang

kekuasan di negeri tersebut, untuk menekan rakyat dalam ketundukan.

Raja Mesir, atau kelak di sebut Fir’aun.

Fir’aun dipandang sebagai mahkluk suci yang memegang

kekuasaan besar dan mencukupi kebutuhan rakyatnya, dan ia dipadang

sebagai Tuhan. Hal ini terbukti ketika Fir’aun memusuhi seorang Nabi

Allah yang di utus kepadanya yakni, Nabi Musa.19

Sebagaimana dalam al-Qur’an surah an-Naziat/79: 24.

“Fir’aun berkata “Aku adalah Rabb kalian yang paling tinggi”. (QS.

An-Nazia’at/79: 24).

Menurut M. Quraish Shihab kata ( رب) seakar dengan kata (تربية)

tarbiyah, yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju

kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Bisa juga ia berarti pemilik atau

pemelihara. Ucapan Fir’aun di atas dapat dipahami dalam arti pengakuan

tentang adanya pemelihara-pemelihara dan adanya pihak-pihak selain

19 Aizid, Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia, 96-97.

Page 59: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

41

dirinya yang mengurus, mengarahkan bahkan memiliki wewenang tetapi

dialah pemelihara dan pemilik yang tertinggi.20

Perkataan Fir’aun yang disebutkan dalam al-Qur’an dan di

ucapkannya dalam percakapan dengan Nabi Musa membuktikan bahwa

mereka memegang kepercayaan ini. Ia mencoba mengancam Nabi Musa

dengan mengatakan, ”Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku,

benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.”

(QS. Asy-Syu’ara’ (26), 29), dan ia berkata kepada orang-orang di

sekelilingnnya, “Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku.” (QS.

Al-Qashash (28); 38). Ia mengatakan ini semua karena menganggap

dirinya adalah Tuhan.21

Menurut sejarah berdirinya kerajaan Mesir baru, setelah diduduki

bangsa Hyksos, Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman

imperium karena para Fir’aun. Mesir berhasil merebut wilayah/daerah

Asia Barat, termasuk Palestina, Funisia dan Syria.

Raja-raja yang memerintah zaman Mesir baru antara lain:

a. Ahmosis I. Ia berhasil mengusir bangsa Hiksos dari Mesir

sehingga berkuasalah dinasti ke-18, 19 dan 20.

b. Thutmosis I. Pada masa pemerintahannya Mesir berhasil

menguasai Mesopotamia yang subur.

c. Thutmosis III. Merupakan raja terbesar di Mesir. Ia

memerintah bersama istrinya Hatsepsut. Batas wilayahnya

kekuasaannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia,

di barat sampai Nubia, di barat sampai Libya, dan di utara

sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut,

20 M. Shihab Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

volume 15 (Jakarta: Lentera hati, 2009), 48. 21 Aizid, Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia, 96-97.

Page 60: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

42

ia digelari “Napoleon dari Mesir”. Thutmosis III juga dikenal

karena memerintahkan pembangunan kuil Karenax dan Luxor.

d. Amon Hotep IV. Kaisar ini dikenal seorang raja yang pertama

kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat Monoteis

kepada rakyat Mesir Kuno, yaitu hanya menyembah dewa

Aton (dewa Matahari) yang merupakan roh dan tidak

berbentuk. Ia menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan

dewa.

e. Ramses II dikenal mendirikan bangunan besar bernama

Ramsessium dan Kuil, serta makamnya di Abusimbel. Ia juga

pernah memerintahkan penggalian sebuah terusan yang

menghubungkan daerah sungai Nil dengan laut Merah, namun,

belum berhasil. Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan

kehidupan Nabi Musa. Setelah Pemerintahan Ramses II,

kekuasan di Mesir mengalami kemunduran.22

Sejarawan Mesir terkemuka, Dr. Muḥammad Washfi, berpendapat

bahwa ada dua Fir’aun yang memerintah Mesir pada saat Nabi Musa

diutus sebagai rasul. Salah satunya Ahmose, hal itu dilakukan karena ia

adalah penguasa pertama dinasti XIX yang memerdekakan Mesir dari

kekuasaan orang-orang Heksos yang dipandang sebagai para penjajah dari

Timur. Selain itu, untuk menghindari bertambahnya jumlah warga non-

pribumi ia, memerintahkan pembunuhan bayi-bayi yang lahir dari

kalangan Bani Israil.23

Pendapat lain dikemukakan oleh Nikolas Grimal dalam A Histori of

Ancient Eghypt. Menurutnya, Nabi Musa dibesarkan di istana Ramses I

setelah Nabi Musa sadar bahwa dirinya bukan orang Mesir bergabung

22 Rizem Aizid, Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia: dari Masa sebelum

Masehi hingga Modern (Yogyakarta: Noktah, 2018), 102-103. 23 Amanullah, Nabi Musa Versus, 8.

Page 61: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

43

dengan orang-orang Israel kemudian karena pembunuhan yang

dilakukannya terhadap seorang warga Mesir ia kemudian melarikan diri ke

Madyan. Setelah berganti kepemimpinan Ramses II pun naik takhta. Dan

disini lah Nabi Musa menerima wahyu untuk membawa orang-orang Israil

keluar dari Mesir.24

Al-Qur’an mengemukakan dua sifat yang melekat pada Fir’aun yang

hidup dan berkuasa pada saat Nabi Musa diutus. Dengan mengkaji dua

sifat yang berkaitan erat dengan peninggalan sejarah para Fir’aun

Pertama, predikat Fir’aun yang termaktub dalam al-Qur’an yakni:

dalam surah QS. Shad: 12.

“Telah (pula) mendustakan (para rasul), sebelum mereka, kaum

Nuh, Hud, ‘ad, dan Fir’aun yang memiliki pasak-pasak”. (QS. Shad: 12).

“Dan Fir’aun pemilik pasak-pasak”.(QS. Al-Fajr: 10).

Ada yang berpendapat bahwa pasak yang dimaksud oleh ayat

tersebut identik dengan tiang dan jika melihat pada bukti sejarah bahwa

Ramses II adalah Fir’aun yang paling banyak membangun tiang.25

Kedua,sifat lain yang diberikan al-Qur’an pada Fir’aun adalah

peninggalan-peninggalan yang dihancurkan, sebagaimana dalam al-Qur’an

Allah berfirman:

24 Amanullah , Nabi Musa Versus, 8-9. 25 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus, 10.

Page 62: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

44

“Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya

dan apa yang telah mereka bangun”. (QS. Al-A’raf:137).

Maksud dari firman Allah apa yang telah mereka bangun itu adalah

kota Ramases, menara yang dibangun Haman, dan istana-istana megah

serta atap-atap untuk tanaman dan pepohonan yang menjalar seperti

rambatan pohon anggur.

Sebagaimana di jelaskan dalam sejarah bahwa Ramses II adalah

penguasa Mesir kuno yang sangat berharap agar nama dan jasanya

diabadikan. Maka untuk mencapai tujuannya, ia mendirikan banyak

bangunan, termasuk kuil-kuil pemujaan dengan ratusan penyangga atau

bangunan-bangunan berbentuk tugu dalam jumlah yang melebihi Fir’aun

yang berkuasa sebelum dia.

Maka jika diteliti lebih jauh bahwa sebagian besar bangunan yang

pernah didirikan Ramse II telah hancur dan hanya menyisakan puing-

puing atau potongan batu yang tertera untuk memberikan petunjuk

bahwa ia pernah membangun bangunan megah.26

26 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus, 15-16.

Page 63: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

45

BAB IV

ANALISIS TOBAT FIR’AUN DALAM TAFSIR Al-Ṭabarī DAN

AL-AZHAR

A. Laut Tempat Tenggelamnya Fir’aun

Laut adalah bagian dari bumi yang tertutup oleh air asin. Kata laut

sudah dikenal sejak dulu kala oleh bangsa Indonesia dan oleh bangsa-

bangsa di beberapa Negara di asia tenggara seperti Filipina, Malaysia,

Thailand Singapura.

Bangsa Eropa mempunyai cerita tersendiri tentang asal-usul kata

samudra ini. mereka menamakan the ocean yang berasal dari kata Yunani

Kuno Oceanus. Nama Oceanus atau anak surga dan bumi diberikan untuk

sebuah sungai yang dianggap selalu mengalir mengelilingi Bumi yang

dulu dianggap rata, jadi tidak bundar seperti kita ketahui sekarang,

kemudian nama ini berlaku untuk perairan yang terletak jauh dari

jangkauan daratan. Bagi kita bangsa Indonesia menamakan laut lepas atau

samudra. Nama ini pertama diberikan kepada Samudra Atlantik (Atlantik

Ocean yang terletak diluar tonggak-tonggak Hercules (Pillars Of

Hercules). Hercules adalah pahlawan Yunani Kuno yang gagah perkasa

dan tahan terhadap pekerjaan berat, sedangkan tonggak-tonggak Hercules

adalah dua tanjung di kedua sisi ujung timur dari Selat Gilbatar, yakni

rock of gilbaltar di bagian Eropa dan Jebel Nabi Musa di bagian Africa

yang konon didirikan oleh Herculles sampai sekarang nama itu

mempunyai arti yang sama dan membedakannya dari laut, teluk dan selat.1

Laut Merah merupakan tempat yang dipercayai sebagai tempat

tenggelamnya Fir’aun namun tidak ada keterangan secara pasti tempat

1 Sri Jumawa dan Kasijan Romimohtarto, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan

Tentang Biota Laut (Jakarta: Djambatan 2007), 23.

Page 64: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

46

atau bagian manakah lokasi tempat Fir’aun di tengelamkan. Dalam

berbagai Tafsir Bible dari abad-abad silam disebutkan bahwa tempat

penyebrangan itu adalah daerah Laut Merah yang terletak diantara pantai

timur Mesir dan semenanjung Sinai, yaitu Teluk Suez. Dalam

penggambaran yang popular, bangsa Ibrani menyebrangi laut yang

mengering karena tongkat Nabi Musa dengan berjalan kaki, sementara

mereka orang-orang Mesir mengejar mereka. Tiba-tiba air laut kembali

menyatu dan menenggelamkan bala tentara Mesir beserta Fir’aun.2

Pernyataan lain dilontarkan Ferdinand de Lesseps, berdasarkan

pengamatan langsung di lapangan. Berdasarkan ceramah tentang “Bitter

Lake dan Tanah Genting Suez” yang di sampaikan Nantes pada 8

desember 1866 perihal Terusan Suez, ia menyapaikan bahwa dari Pi-

Harirot, yang disebrangnya bangsa Ibrani pernah mendirikan tenda

(keluaran 14:1-9), bangsa Alang-Alang, yang oleh De Lepseps ditetapkan

letaknya di antara Danau Timsah dan Bitter Lake dan disanalah Tuhan

mendatangkan badai yang membuat bangsa Ibrani terlindung dari

pengejaran Fir’aun.3

Pemaparan lain diutarakan oleh Amanula Halim. Saat pengikut Nabi

Musa tiba di kawasan pertemuan Danau Murrah Besar dan Danau Murrah

kecil mereka akhirnya hanya bisa bergerak kearah Timur karena di sebelah

Barat berdirih kokoh Jabal Ganefa terlebih disaat itu mereka melihat

kepulan debu yang ditimbulkan oleh kereta-kereta perang Fir’aun lengkap

dengan persenjatannya.4

Dari pemaparan di atas menunjukan bahwa lokasi tempat tenggelam

Fir’aun masih banyak menjadi perbedaan pendapat namun ada beberapa

2 Bucaille Maurice. Fir’aun Dalam Bible dan al-Qur’an: Menafsirkan Kisah

Historis Fir’aun dalam Kitab Suci Berdasarkan Temuan Arkeologi) (Jakarta: PT. Mizan

Pustaka, 2007), 124-125. 3 Bucaile Maurice, Fir’aun Dalam Bible dan al-Qur’an, 130. 4 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus, 199.

Page 65: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

47

kawasan yang dianggap memiliki pendapat kuat diantaranya kawasan

perairan Danau Murrah (Bitter Lakes). Alasannya ia terhubung dengan

Laut Merah, tepatnya pada titik pertemuan Danau Murrah Besar dan

Danau Murrah kecil yang disinyalir tempat pengikut Nabi Musa5

Berbeda dengan al-Qur’an perihal kematian Fir’aun serta tempat

kejadian tenggelamya Fir’aun tidak disebutkan secara detil seperti yang

tertera dalam Bible yang mengindikasikan bahwa bangsa Ibrani

menempuh rute melalui Alang-Alang. Namun ada indikasi dalam al-

Qur’an tentang arah yang di tempuh para pengejar yaitu ke arah timur.6

“Lalu, (Fir’aun dan bala tentaranya) dapat menyusul mereka pada

waktu matahari terbit.”

Menurut M. Quraish Shihab bahwa kata (مشرقين) musyriqin berarti

mengambil arah timur. Ini berarti Fir’aun menempuh jalur timur, yang

memang kalau dari posisi Mesir mengarah ke laut merah7.

Dari pemaparan tersebut penulis berkesimpulan al-Qur’an memang

tidak menunjukan segala sesuatu berdasarkan hal secara mendetail tetapi

cukup memberikan sebuah jawaban yang membuat para peneliti yang

mengkaji al-Qur’an menjadi semakin yakin akan kebenaran al-Qur’an.

Karena jika melihat Bible yang menjelaskan secara detil tempat dan

kematian Fir’aun menjadikan pemaparannya banyak memiliki kelemahan

yang berakibat pada ketidakpuasan, disebabkan banyak terdapat

kelemahan tetapi al-Qur’an dengan bahasa yang indah memberikan jalan

5 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus, 201. 6 Bucaile Maurice, Fir’aun Dalam Bible dan al-Quran, 222. 7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

Volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 238.

Page 66: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

48

dengan menunjukan suatu jawaban yang menjadikan para peneliti menjadi

puas bahkan terkagum-kagum disebabkan kebenaran peristiwa tersebut

memang benar-benar terjadi.8

Setelah Fir’aun dan pasukannya tenggelam di laut merah beredar

kabar di tengan-tengah pengikut Nabi Musa bahwa Fir’aun belum mati.

Namun, tidak lama kemudian Allah memerintahkan laut untuk

melemparkan jasad Fir’aun ke pantai. Dan akhirnya orang-orang Israil pun

melihatnya. Sebagaimana Dalam al-Qur’an surah Yunus/10: 93.

“Maka pada hari ini kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat

menjadi pelajaran bagi orang-rang yang datang setelahmu, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan)

kami.”9

Menurut al-Ṯabarī, Allah berkata kepada Fir’aun, ”Pada hari ini,

kami membawa jasadmu ke an-Najwa (tempat tinggi), agar (orang)

melihatmu dalam keadaan binasa, yaitu bagi orang yang mendustakan

kebinasaanmu.

Firman Allah SWT, “Supaya menjadi pelajaran bagi orang yang

datang setelahmu” maksudnya adalah agar orang setelah engkau

mengambil pelajaran. oleh karena itu mereka terhindar dari kedurhakaan

kepada Allah, kekafiran, dan berbuat kerusakan di muka bumi. Beliau juga

mengutip dari ahli tafsir yaitu Tamim Bin al-Muntashir bahwa tatkala

Nabi Musa telah menyebrangi lautan, beserta semua yang ikut dengannya

laut tersebut kembali menyatu, menenggelamkan Fir’aun dan para

8 M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau Dari Aspek Kebahasan, Isyarat

Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Penerbit Mizan, 1997), 47-48.

9 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus, 219.

Page 67: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

49

pengikutnya. Para sahabat Nabi Musa berkata, “Kami sungguh takut kalau

Fir’aun tidak tenggelam, dan kami tidak yakin ia telah mati’ Nabi Musa

lalu berdoa kepada Tuhannya, sehingga Dia pun mengeluarkan mayat

Fir’aun dari laut, dan para sahabat Nabi Musa pun yakin akan kematian

Fir’aun.10

Buya Hamka menjelaskan setelah mereka tenggelam di laut tersebut

mereka tidak muncul kembali kepermukaan karena pakaian yang berat

sehingga tidak memungkinkan mereka mengangkat diri mereka dan

terbawa ke tepi. Maka setelah beberapa hari kemudian setelah badan

mereka mulai mengembang dikarenakan badan yang telah menjadi

bangkai. Para sahabat Nabi Musa pun khawatir Fir’aun masih selamat atas

peristiwa tersebut atas izin Allah mayat tersebut dibawah oleh ombak

ketepi pantai maka para sahabat Nabi Musa pun lega karena Fir’aun

benar-benar telah meningal karena kejadian tersebut.11

Selanjutnya mayat Fir’aun dibalsem sebagaimana kebiasaan

mayarakat Mesir saat itu dan ditempatkan ditempat tertentu. Terdapat

berbagi macam pendapat tentang informasi mengenai pengejaran Fir’aun

di laut Merah tetapi untuk mengetahui jasad asli Fir’aun masih belum

diketahui secara pasti di mana letak keberadanya namun pada tahun 1896

M. Purbakalawan Loret menemukan jenazah tokoh tersebut di daerah

Thaba, Luxor di seberang sungai Nil Mesir. Kemudian setelah diteliti

lebih lanjut ditemukan hasil bahwa penyebab mengapa mumi yang

ditemukan tersebut berbeda dengan mumi-mumi yang lainya karena

10 Abū Ja’farbin Jarir al-Ṭabarī Tafsir al-Ṭabarī atau Jami’al-Bayan’an ta’wil ay

al-Qur’an, jilid 13 (Jakarta: Pustaka Azam, 2007), 726-731. 11 Hamka, tafsir al-Azhar Juzu’XI (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas 1982), 310.

Page 68: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

50

tanda-tanda bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya masih ada

walaupun ditemukan juga hasil lainnya kalau ia mati karena Shock.12

Pada tahun 1902, dilakukan penelitian dengan membuka lapisan

kain yang dililitkan pada jasad Fir’aun Ramses II, tanpa seorang pun

menduga, tangan kiri Ramses II yang telah menjadi Mumi tersebut

terangkat ke atas, seolah-olah membela diri dari bahaya yang mengancam.

Dari fenomena ini banyak yang memberikan penafsiran tetapi, diantara

penafsiran mengenai tangan yang terangkat tersebut. Penafsiran dari dunia

medislah yang mampu memberikan penjelasan yang memuaskan.13

Dalam dunia medis dijelaskan tangannya terangkat disebabkan saat

laut menumpahkan air dari atas menimpa tubuh Fir’aun dan seluruh

prajuritnya. Dengan refleks, Fir’aun mengangkat tangan kiri yang

mencengkram perisai dengan maksud melindungi tubuhnya dari hantaman

ombak yang mengarah kepadanya. Hantaman air dan genggaman tangan

Fir’aun yang sangat kuat tersebut menyebabkan kontraksi hebat pada otot

lengan kiri yang berakibat tidak berubahnya posisi tangan tersebut sampai

ia mati ditelan oleh ombak.14

B. Ucapan Keimanan Fir’aun.

Secara etimologi Iman berarti pembenaran dengan hati, pengakuan

dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Beginilah pendapat

mayoritas ulama.“Pengakuan dengan lisan“ artinya mengucap dua kalimat

syahadat. Yaitu bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah

selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

12 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

Jilid 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 49-498. 13 Amanullah Halim, Nabi Musa Versus, 219. 14 Amanullah Halim, Musa Versus, 217-219.

Page 69: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

51

“Pengamalan dengan anggota badan” artinya, hati mengamalkan

dengan melaksanakannya lewat ibadah.

Dalam istilah syariat iman adakalahnya disamakan dalam arti Islam.

Ada yang berbeda dan ada yang bersifat mengisi dan melengkapi istilah

Islam. Ini dapat dilihat dari surah Yunus ayat 84.

“Kaum-ku! Kalau betul kamu beriman (percaya) pada Allah, maka

hanya kepada-Nya lah kamu bertakwakal, jika memang kamu Islam.” (QS.

Yunus/10: 84)

Sedangkan kata Iman yang tidak sama dengan Islam dikuatkan

dalam firman Allah surat al-Hujurat ayat 14:

“Sekelompok orang-orang Arab badui berkata: “kami beriman” tapi

katakanlah oleh kamu “ kami tunduk” iman itu belum masuk kedalam hati

kamu.”(QS al-Hujurat/49: 14).15

Iman adalah sebuah pembenaran (tasdiq) atau pengakuan terhadap

Allah yang Maha Benar (I’tiraf bi al-Haq). Orang yang beriman adalah

orang yang percaya bahwa Allah Tuhan yang sebenar-benarnya, yang

Maha Awal dan Maha Akhir, yang Maha Tampak dan yang Maha

Tersembunyi, yang Maha Suci dan Maha Esa, tempat bergantung segala

15 Ansory al-Mansor, Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah: Taqarub ‘allallah

(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), 1-2.

Page 70: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

52

persoalan, yang maha hidup dan yang maha mengetahui. Dia lah raja

diraja yang atraktif dengan apapun yang dikehendakinya. Allah-lah yang

menurunkan kitab dan mengutus para rasul. Sesungguhnya, dia dapat

menghidupkan orang mati dan apapun yang disampaikan oleh rasul-rasul-

nya adalah kebenaran.

Semua pengakuan yang ini adalah sumber-sumber keimanan dan

mempertahankan-Nya adalah sebuah kewajiban. Buah dari keimanan

adalah takut pada ancaman Allah yang disertai dengan harapan

mendapatkan janji-janjinya, penghormatan akan kebesarannya.

Dalam suatu hal perlu diingat bahwa ada sebab-sebab tertentu yang

menguatkan iman sehingga, iman itu bertambah. Allah berfirman:

“Apabila ayat-ayat dibacakan kepada mereka, maka bertambah iman

mereka .” (al-Alfal: 2). Sebaliknya, adan pula sebab-sebab tertentu, karena

maksiat yang memperlemah iman. Misalnya, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seseorang melakukan zina selagi ia beriman.”16

Sedangkan hakikat iman menurut Abd al-Aziz al-Darini yaitu seperti

yang tertera dalam surah al-Anfal: 2.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang

apabila disebut nama allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan

ayat-ayat-Nya bertambah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada

Rabb-Nya, mereka bertawakal (QS. Al-Anfal/8: 2).

Menurut al-Ṭabarī ketika menafsirkan Surah Yunus/10 ayat 90.

Yakni:

16 Abdul Majid al-Zandany dkk., al-Iman: Mendapat Rekomendasi Seratus Ulama

(Pustaka al-Kausar dari Perpustakaan Iman Jama’) 36.

Page 71: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

53

“Dan kami memungkinkan bani Israil melintasi laut, lalu mereka

diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan

menindas(mereka) hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam

berkatalah dia, ‘saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan tuhan yang

dipercayai oleh bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah

diri (kepada Allah).”

Saat Fir’aun hendak tenggelam beliau berkata “aku beriman”

maksudnya adalah Fir’aun mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan

yang diimani oleh Bani Israil. Namun beliau tidak menjelaskan secara

rinci apakah syahadatnya diterima atau tidak. Tetapi bila melihat pada

kitab tafsirnya-nya yang banyak merujuk hadis-hadis yang di paparkan

oleh beliau dapat diambil kesimpulan bahwa iman yang diucapkan oleh

Fir’aun tidak berarti apa-apa karena melihat beberapa hadis dan pendapat

ulama yang mengatakan bahwa Fir’aun tidak sempat mengucapkan

langsung kalimat Tauhid karena dihalangi oleh malaikat Jibril. Namun di

ayat selanjutnya yakni surat yunus ayat 91, al-Ṭabarī menyangkal

keimanan yang di ucapkan Fir’aun karena, saat Fir’aun hendak tenggelam

baru kemudian dia mau menetapkan ibadahnya untuk Allah.17

Seperti halnya al-Ṯabarī, Buya Hamka juga demikian, tetapi

perbedaanya dalam menafsirkan Surah Yunus ayat 91, yang menyinggung

17 Al-Ṭabarī , Abū Ja’farbin Jarir, Tafsir al-Ṭabarī atau Jami’al-Bayan’an Ta’wil

al-Qur’an, jilid 13(Jakarta: Pustaka Azam, 2007), 718-727.

Page 72: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

54

kalimat Tauhid. Buya Hamka menjelaskan bahwa tatkala Fir’aun akan

tenggelam dia membayangkan terlebih dahulu apakah ia masih selamat

atau tidak dari bencana yang menimpanya. disebabkan ia yang selama ini

mengaku sebagai Tuhan memiliki kerajaan yang megah, harta yang

melimpah serta kekayan yang tak terkira nilainya bisa mengalahkan Tuhan

yang diikuti para pengikut Nabi Musa sehingga saat Fir’aun sudah tidak

berdaya dan yakin bahwa ajalnya sudah sangat dekat ia pun mengimani

bahwa Ia beriman kepada Tuhan para pengikut Nabi Musa.18

C. Ucapan Keislaman Fir’aun

Kata al-Islam di dalam bahasa Arab berarti “pasrah dan patuh”. Kata

tersebut merupakan akar kata aslama-yuslim-fahuwa-muslimun.

Sedangkan di dalam istilah syariat, al-Islam berarti ’berserah diri, tunduk

dan patuh kepada Allah lahir dan batin.19

Islam adalah penyerahan dan muslim adalah orang-orang yang

menyerah, demikian salah satu arti kebahasaannya. Penyerahan diri

seseorang kepada pihak lain dapat terbatas pada penyerahan fisik. Dua

petinju, yang salah satunya dijadikan tak berdaya oleh lawannya, atau

dijatuhkan di atas ring, jelas sekali dia menyerah karena tak mampu lagi

melanjutkan pertarungan. Namun, besar kemungkinan peyerahannya

ketika itu hanyalah penyerahan biasa saat ia kalah dalam arena

pertarungan ketika itu hanyalah penyerahan bersifat fisik. Pada

kesempatan lainnya ia masih bisa mengalahkannya. Dalam bidang ide,

konon Galilleo, ketika disiksa karena pandangannya yang menyatakan

bahwa bumi berputar megelilingi matahari dan matahari menjadi pusat

perputaran planet-planet tata surya. Konon saat tunduk menyerah

18 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 11 (Jakarta: Panjimas, 2004), 308-309. 19 Abdurahman Hasan Habanaka, Pokok-pokok Akidah Islam (Jakarta: Gema

Insani Press, 1998), 65.

Page 73: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

55

mengakui kesalahannya dia menulis “pengakuanku ini tidak menghentikan

perputaran bumi dan peredaran planet-planet tata surya“.

Ada juga yang menyadari kelemahannya, mengakui keunggulan

lawannya, serta membenarkan dengan nalarnya kemampuan lawan, tetapi

dalam saat sama, hatinya mendongkol, enggan menerima, walau secara

fisik dia menyerah di arena dan secara nalar tidak mengakui

ketidakmampuannya.

Jika melihat contoh di atas maka keduanya belum cukup menjadikan

pelakuknya tersebut dinamai muslim atau orang yang menyerah kepada

Allah. Karena keislaman dan keimanan menuntut pembenaran hati,

pengakuan dengan lidah, serta aktifitas anggota tubuh yang menandai

kepada Allah. Atau paling sedikit adalah pengakuan hati jika karena

terpaksa harus menampakkan penyerahan fisik seperti yang terjadi pada

salah seorang sahabat Nabi yang mendapat perlakuan keras sehingga ia

harus menyembunyikan keislamannya.20

Dalam mengkaji surat Yunus ayat 90, al-Ṭabarī tidak menjelaskan

secara lengkap terkait makna “Muslimin” dan “Saya termasuk orang-

orang yang berserah diri”.21Berdasarkan pemaparan tentang makna Islam

yang telah dipaparkan dapat penulis berkesimpulan Fir’aun belum

dikatakan berislam karena Islam yang dikenal saat ini yaitu aspek praktik

yang diajarkan oleh Nabi dan berorientsi pada amal yang didasari oleh

iman. Karena jika melihat kembali kepada pada ayat tersebut Fir’aun

hanya sebatas meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang pantas untuk

disembah. Dan kata muslimin hanya sebagai pengakuan secara lisan jika

ia juga termasuk orang yang mengikuti Nabi Musa.

20 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Memfungsikan Wahyu Dalam

Kehidupan, Jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati), 25. 21 Al-Ṭabarī , Abu Ja’far, Tafsir al-Ṭabarī jilid 6, 718-719.

Page 74: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

56

Lain halnya Buya Hamka kata “Muslimin” diartikan sebagai “aku

ini dari orang-orang yang menyerah diri”. Karena saat itu Fir’aun dalam

keadaan akan tenggelam di laut merah sehingga ia berpasrah diri.22

D. Tobat Fir’aun

Setiap manusia pasti melakukan dosa, baik itu dosa kecil maupun

besar dari dosa tersebut munculah sebuah penyesalan atas dosa yang perna

dilakukan sehingga melahirkan sikap untuk melakukan pertobatan atas

kesalahan yang diperbuat. Allah tahu akan hal tersebut maka turunlah ayat

dalam al-Qur’an. Surah az-Zumar: 53.

“Katakanlah, Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap

diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya

dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.23

Pada ayat tersebut al-Ṭabarī menjelaskan bahwa siapa yang

melakukan kejahatan melampaui batas terhadap dirinya, baik ia seorang

mukmin atau musrik Allah akan tetap mengampuni dosanya selama ada

keinginan untuk bertobat dan mau mengakui segala perbuatan yang pernah

dilakukan.24

22 Hamka, Tafsir al-Azhar juz 11, 308-309. 23 Sudirman Tebba,Tafsir Al-Qur’an: Nikmatnya Taubat (Jakarta: Pustaka Irvan,

2007), 1. 24 Al-Ṭabarī , Abū Ja’farbin Jarir, Tafsir al-Ṭabarī atau Jami’al-Bayan’an Ta’wil

al-Qur’an, jilid 13(Jakarta: Pustaka Azam, 2007), 404.

Page 75: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

57

Sedangkan Buya Hamka menjelaskan bahwa rahmat Allah sangat

luas sehingga apapun dosa dan maksiat yang dilakukan seseorang Allah

akan tetap mengampuni dosannya selama ia mau memohon untuk bertobat

kepada Allah SWT. Buya Hamka memberikan sebuah perumpaan Allah

ketika menerima tobat seorang hamba yakni menghapus dosanya seperti

sebutir pasir yang habis di hembus.25

Setiap orang pasti melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam

menjalani hidup maka saat menyesali dosa yang telah diperbuat dan

bertekad tidak melakukan kesalahan yang sama Allah langsung

menghapus kesalahan-kesalahannya dan kelak ia akan dimasukan ke

dalam surga.26Oleh karena itu, besarnya kesalahan dan berapapun banyak

kejahatan yang telah diperbuat karena dorongan hawa nafsu Allah tetap

memberikan pengampunan asalkan hambanya datang dengan bersungguh-

sunguh memohon ampunan.27

Dalam hadis muslim. Nabi bersabda

هار ء الن س هيل ليهت وبه م ه ب ال هده ط ي هبص ن اللهه يا

يل ء ال س ليهت وبه م “Sungguh Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk

menerima tobat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah

meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat dari hamba

yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim. 7165)

Fir’aun adalah salah satu contoh manusia yang banyak melakukan

perbuatan yang dilarang oleh Allah mulai dari menentang ajaran yang

dibawah Nabi Musa dan Harun, melakukan kedzoliman terhadap

rakyatnya bahkan sampai membunuh bayi-bayi atas ketakutannya

25 Hamka, tafsir al-Azhar Juz XXIV(Jakarta: PT Pustaka Panji Mas 1982), 73. 26 M. Shihab Quraish, tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

volume 14 (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 179. 27 Sudirman, Nikmatnya Taubat, 2.

Page 76: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

58

terhadap posisinya sebagai raja di Mesir karena Fir’aun takut bayi yang

akan lahir ketika dewasa akan menggulingkan kekuasaanya sampai pada

puncak ia mengaku dirinya sebagai Tuhan.

Dalam al-Quran surah Yunus ayat 90.

“Dan kami memungkinkan bani israil melintasi laut, lalu mereka

diikuti oleh fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan

menindas (mereka); hingga ketika Firaun telah hampir tenggelam dia

berkatalah dia:’ Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan

yang dipercayai oleh Bani israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim

(berserah diri)”. (QS. Yunus/10: 90).

Pada ayat tersebut menjelaskan bahwa ketika Fir’aun akan

tenggelam dia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan yang amat

besar sehingga ketika ia akan tenggelam, Fir’aun kemudian bertobat dan

menyatakan bahwa ia percaya kepada Tuhan yang diikuti Nabi Musa dan

ia termasuk orang yang berserah diri.28

Menanggapi hal ini, menurut al-Ṭabarī dalam tafsirnya pada surah

Yunus ayat 90, menjelaskan ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata:

“aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan tuhan yang dipercayai oleh

bani israil, dan aku termasuk orang-orang yang berrserah diri (kepada

28 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid IV

(Yogjakarta: Universitas Islam Indonesia 1995), 439.

Page 77: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

59

Allah)” dalam hal ini ia menyesali perbuatannya dan segera bertobat

kepada Allah SWT.29

al-Ṭabarī juga menjelaskan dengan mengutip beberapa hadis salah

satunya Al-Mutsanna menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj

menceritakan kepada kami, ia berkata: Hamad menceritakan kepada kami

dari Ali bin Zaid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi

SAW bersabda, Tatkala Allah menengelamkan Fir’aun, ia berkata, “aku

percaya bahwa tidak ada Tuhan kecuali Tuhan yang dipercayai oleh bani

Israil” Jibril lalu berkata, “Wahai Muhammad andai saja engkau

menyaksikan ketika aku mengambil lumpur laut dan menyumpalkannya di

mulutnya karena khawatir ia mendapatkan rahmat (ampunan Allah).30

Dari hadist tersebut menjelaskan bahwa ketika Fir’aun akan

tenggelam datang malaikat Jibril menutup mulut Fir’aun sehingga sampai

ia tenggelam Fir’aun tidak dapat melafadzkan kalimat tobat tersebut. Pada

ayat selanjutnya Allah dalam al-Qur’an menyampaikan perkataan Fir’aun

bahwa tatkala Fir’aun akan tenggelam ia mengucapkan kalimat tobat

tersebut dan mengakui bahwa ia percaya kepada Tuhan pengikut bani

Israil dan ia termasuk orang yang berserah diri. Di ayat selanjutnya yakni

surah yunus ayat 91.

”Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal kamu telah

durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang

berbuat kerusakan” (QS. Yunus/10: 91)

Allah menegaskan bahwa penyesalan Fir’aun atas

perbuatan buruk yang dilakukannya selama hidup tidak dapat

29 Al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī,jilid 6, 718-719. 30 Al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, 724.

Page 78: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

60

memberikan pertolongan kepada dirinya karena pintu tobat telah

tertutup saat ia mendapat azab dari Allah ketika ia ditenggelamkan

di laut merah.

Hal ini ditegaskan dalam al-Quran surah an-Nisa/4: 18.

yakni

“Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang

mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajakan kepada

seseorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan, “Sesungguhnya saya

bertobat sekarang“, dan tidak (pula diterima tobatnya) orang-orang yang

mati sedang ia berada di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami

sediakan siksa pedih.”

Berbeda dengan al-Ṯabarī, Buya Hamka menjelaskan bahwa Fir’aun

ketika tidak bisa lagi menghindar dari maut barulah ia berkata “Percayalah

aku bahwa tidak ada Tuhan, melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani

Israil”. Dalam arti tobat Fir’aun tersebut hanya saat Fir’aun tidak bisa

mengelak lagi dari maut yang ia hadapi disebabkan segala upaya

penindasan yang dilakukan Fir’aun kepada Nabi Musa selalu mendapat

kegagalan. Kata “muslimin” yang dijelaskan oleh Buya Hamka bukan

menyatakan ia sebagai orang yang berserah diri kepada Allah akan tetapi

Page 79: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

61

sebagai kalimat kekalahan karena segala upaya Firaun sia-sia Bahkan,

ketika ia akan mati Fir’aun akan menjadikan jiwanya sebagai tebusan. 31

Dari pemaparan tersebut menjelaskan bahwa tobat Fir’aun tidak

diterima oleh Allah SWT karena beberapa sebab yakni:

a. Firaun bertobat karena terpaksa.

Fir’aun adalah seorang pemimpin Mesir yang berkuasa pada saat

keNabian Musa dan Harun. Sebagaimana dipaparkan di atas bahwa

Fir’aun selalu menetang semua ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa

mulai perintahkan untuk beribadah kepada Allah SWT, membebaskan

bani Israil dari tahanan dan penindasannya, dan permintaan agar Fir’aun

membebaskan Bani Israil untuk beribadah kepada Tuhan sesuai dengan

keyakinan yang dianut oleh mereka Tetapi Fir’aun tetap tidak mengikuti

apa yang disampaikan oleh Nabi Musa bahkan ia mengancam akan

membinasakan Nabi Musa beserta seluruh pengikutnya. Puncak

penindasan Fir’aun yaitu ketika bani israil ingin keluar dari mesir ia

kemudian ingin membinasakan Nabi Musa beserta pengikutnya namun

Allah meyelamatkan Firaun dan para pengikutnya.32

Dalam Al-Qur’an dijelaskan ketika air laut akan menenggelamkan

Fir’aun maka ia sadar akan kondisi dirinya yang tak dapat lagi untuk

menyelamatkan diri dari air laut yang dibelah oleh Nabi Musa sehingga

memaksa dirinya untuk mengakui bahwa Tuhan yang pantas di sembah

hanya Allah SWT.

Buya Hamka menjelaskan bahwa taubat seorang yang terpaksa

ibarat seorang hakim yang sudah mengetuk palu persidangan karena sang

terdakwa telah terbukti salah di mata hakim maka apapun permohonan

31 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 11, 308-3012. 32 Rizem Aizid. Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia (Dari Masa Sebelum

Masehi Hingga Modern)(Yogyakarta: Noktah, 2018), 95-102.

Page 80: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

62

tobat yang dilakukan oleh terdakwah tidak akan diterima. Karena bagi

seorang Hakim hal tersebut hanya senda gurau belaka. Buya Hamka

menjelaskan pula bahwa penyesalan tobat Fir’aun hanya keluhan karena

saat itu dia benar-benar dalam keadaan tak memiliki apapun. Karena telah

dibutakan oleh kemehawan yang ia peroleh dari kekuasan yang sangat

luas, fisik tubuh yang sangat kuat tetapi ketika Fira’un diberi peringatan

tentang siksa Allah oleh Nabi Musa dan Harun. Fir’aun tetap menolak

ajaran Nabi Musa. Bahkan mukjizat-mukjizat yang ditunjukan oleh Nabi

musa tetap tidak menggoyahkan keinginan Fir’aun untuk bertobat. 33

b. Firaun tidak memenuhi syarat dalam bertaubat

Allah SWT memiliki sifat Rahman dan sifat pemberi tobat yang

menunjukan kasih sayang Allah kepada mahkluknya sangat besar. Allah

SWT juga memiliki sifat penerima tobat sehingga apapun perbuatan yang

dilakukan oleh seorang hamba Allah akan tetap mengampuninya dengan

syarat apa yang dikerjakan tidak keluar dari jalur yang dilarang oleh Allah

SWT. Dalam al-Quran surah an-Nisa/4: 17-18. Allah berfirman:

33 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz XXIV(Jakarta, PT Pustaka Panjimas,1982), h. 76

Page 81: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

63

“sesungguhnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-

orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian

mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah

taubatnya; dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. Dan tidaklah

taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan

yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka,

(barulah) ia mengatakan, sesungguhnya saya bertaubat sekarang. Dan

tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di

dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang

pedih.”

Pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa tobat sesungguhnya

diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan kejahilan lantaran

kebodohan akibat perbuatannya sehingga ia sadar bahwa perbuatannya

telah melanggar ketentuan yang Allah telah tetapkan dan sadar

konsekuensi buruk akibat tindakannya sehingga muncul keinginan untuk

segera bertobat. Pada ayat berikutnya Allah menjelaskan pula syarat agar

seseorang dapat diterima tobatnya yaitu hingga apabila ajal datang

diantara mereka.34

Menurut Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di. Tobat dari Allah

terhadap hambanya ada dua macam; pertama, taufik dari-Nya untuk

melakukan tobat itu sendiri, dan kedua, penerimaan-Nya akan tobat

tersebut setelah dilakukan oleh hambanya. Dari hal tersebut menunjukan

bahwa tobat hanya Allah yang dapat menentukan siapa saja yang pantas

Allah berikan ampunan sebagai sebuah kebaikan. Dan anugrah bagi orang

34 Ahmad Syakir,Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir,jilid 2,(Jakarta, Darus Sunnah

Press, 2016), 54.

Page 82: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

64

yang melakukan kejahilan kemudian dengan segera melakukan taubat

maka Allah akan memberikan ampunannya. Dengan syarat mereka

bertaubat sebelum menyaksikan kematian, karena Allah menerima taubat

seseorang apabila ia bertaubat sebelum ada kepastian bahwa ia akan

mati.35

Dari pemaparan di atas jika dipahami dari taufik maka akan

ditemukan kesimpulan bahwa Fir’aun telah di beri taufik oleh Allah

melalui utusannya yaitu Nabi Musa dan Harun sebagaimana dalam al-

Quran surah taha: 43-44

“pergilah kamu berdua kepada Firaun sesungguhnya dia telah

melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan

kata-kata yang lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut”

Syaikh Abū bakar Jabir al-Jazairi menjelaskan bahwa Nabi Musa

dan Harun diutus oleh Allah untuk berdakwah dengan cara yang lembut

dengan kata-kata tidak keras dan juga berperilaku buruk tujuannya agar

firaun mau beriman dan dapat memahami petunjuk yang Allah telah

berikan kepadanya.36

Dalam hal penerimaan tobat. Allah dalam al-Qur’an banyak

menjelaskan bahwa apapun dosa seorang hamba, Allah akan memberikan

ampunan-Nya selama ia mau bersungguh-sungguh dalam bertobat tetapi

Allah juga mengingatkan bahwa tobat hanya berlaku bagi seseorang ketika

ia belum didatangi maut. Adapun tobat fir’aun jika ditelaah dari konteks

35 Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir al-Karim fi Tafsir Kalam al-Manan,

jilid 2 (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007), 50 36 Abū Bakr Jabir al-Jazaīri, Tafsir al-Qur’an al-‘Aisar, Penerjemah: jilid 6

(Jakarta: Darus Sunnah, 2016), 178.

Page 83: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

65

perkataanya dalam al-Qur’an yakni dalam surah yunus/10: 90. Allah SWT

berfirman.

“Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, saya

percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh

bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Menurut at-Thabari sampai ketika penenggelaman menimpa Fir’aun.

Kemudian ia berkata ”Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan

Tuhan yang dipercayai oleh bani Israil, dan aku termasuk orang-orang

yang berserah diri. Dari pemaparan tersebut mengindikasikan 2 hal yakni

firman Allah bahwa Fir’aun ketika akan tenggelam ia bertobat namun apa

yang dilakukan tersebut terlambat karena 2 hal yakni pertama, dalam

firman Allah, حتى اذا ادركه الغرق “ hingga bila fir’aun itu telah hampir

tenggelam” dan kedua, قال ءامنت انه لآ اله ال الذي ءامنت به بنوا إسراءيل وانا من

berkatalah ia, Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan “ المسلمين

Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang

yang berserah diri (kepada Allah).37

Pada indikasi pertama, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa

Fir’aun pada saat akan tenggelam berada pada kondisi sadar bahwa dirinya

tidak akan selamat dari azab yang akan menimpanya. Pada kondisi ini

perbuatan seseorang tidak dapat berlaku karena kondisi Fir’aun yang

berada pada situasi sakatul maut sehingga iplementasi tobat tidak

terwujud karena bukti seseorang dalam bertaubat harus diwujudkan dalam

bentuk perbuatan.

37 al-Ṭabarī , Abū Ja’far, Tafsir al-Ṭabarī jilid 6, 720.

Page 84: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

66

Pada indikasi kedua, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa

ucapan yang di lontarkan Fir’aun terlambat Karena Fir’aun bertobat saat

dirinya akan mati. Padahal selama ia menjadi pemimpin di Mesir banyak

mukjizat-mukjizat yang Allah tunjukan kepada Fir’aun agar ia percaya

kepada Allah SWT. namun justru ia menafikan hal tersebut dengan

mengaku bahwa dirinya sebagai Tuhan. Sebagaimana dalam al-Qur’an

dalam surah an-Nazi’at/79: 24. Allah SWT berfirman.

”Fir’aun berkata: Aku adalah Rabb kalian yang paling tinggi”. (QS.

Al-Nazi’at/79: 24)

Maka ketika Allah menunjukan mukjizatnya di saat ia berada pada

akhir kematiannya ia kemudian mengakui bahwa Tuhan yang pantas untuk

di sembah adalah Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. Dan ia berserah

diri kepada Allah SWT.

Page 85: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fir’aun adalah seorang raja mesir yang kejam pada masa keNabian

sehingga Musa. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk

mengajaknya menyembah Allah namun ia tidak mau mengikuti ajaran

yang disampaikan oleh Nabi Musa justru ia dengan sombong mengatakan

bahwa dirinya adalah Tuhan. Puncak dari kesombongan Fir’aun berakhir

ketika ia mengaku bahwa Tuhan yang pantas di sembah adalah Allah

SWT.

Menurut al-Ṭabarī tobat yang dilakukan oleh Fir’aun saat sakaratul

maut tidak dapat menolong Fir’aun dari segala perbuatan yang telah

dilakukan selama hidup karena pintu tobat telah tertutup saat ia berada

saat azab Allah menenggelamkannya beserta bala pengikutnya.

Berbeda dengan al-Ṯabarī, Buya Hamka menjelaskan bahwa tobat

Fir’aun adalah sebuah pengakuan yang diucapkan ketika berada dalam

kondisi sadar bahwa dirinya tidak dapat menghindari azab yang

menimpanya saat sakaratul maut sehingga ia tidak memilliki alasan untuk

mengelak bahwa Tuhan yang pantas di sembah hanya Tuhan yang diikuti

oleh Nabi Musa beserta pengikutnya.

B. Saran

Dalam penulisan ini, penulis berpesan dan memberikan saran-saran

kepada pembaca, diantaranya sebagai berikut:

1. Penulis berpesan kepada pembaca agar menggali lagi kajian

tentang tobat sebab, kajian tobat sangat luas pembahasannya

terutama pandangan ulama-ulama kontemporer yang penulis

amati banyak kesamaan dengan yang terjadi pada zaman

sekarang.

Page 86: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

68

2. Penulis berpesan kepada pembaca terkhusus diri pribadi untuk

selalu ingat bahwa sebasar apapun dosa yang di perbuat. Allah

akan tetap mengampuni dosa-dosa kita selama kita mau bertobat

sebelum ajal menjemput.

3. Dan akhirnya penulis hanyalah manusia biasa yang tidak lepas

dari salah dan dosa. Penulis memohon maaf jika dalam penulisan

penulis berharap dapat masukan positif dan negative terkait

skripsi ini yang dirasa kurang atau belum memuaskan saat

dibaca.

Page 87: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

DAFTAR PUSTAKA

Abduh,Muḥammad. Risālah al-Tauḥīd. Mesir: al-Manar, 1991.

Alfian, M. Alfan. Hamka dan Bahagia: Reaktualisasi Tasawuf Modern

Untuk Zaman Kita. Bekasi: PT: Penjuru Imu Sejati, 2014.

Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Quran: Kajian kritis Terhadap

Ayat-Ayat Yang Beredaksi Mirip.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Djamaludin, Burhan. Konsepsi Tobat: Pintu Pengampunan Dosa Besar,

Dosa syirik Masih Terbuka. Surabaya: Dunia Ilmu, 1996.

Farid, Ahmad . Biografi 60 Ulama Ahlus Sunnah yang Paling

Berpengaruh dan Fenomenal dalam Sejarah Islam. Jakarta: Darul

Haq, 2017.

Fatihuddin, F. A. Kiat Tobat Melebur Dosa-Dosa Besar. Surabaya: Terbit

Terang, 1992.

Federspiel, Howard M . kajian al-Qur’an di Indonesia dari Mahmud

Yunus hingga Quraish Shihab. Jakarta: Pustaka Mahdi 2008.

Fitri, Muhsina Atika.” Pesan Tobat dalam Sinetron Preman Pensiun 3.”

Skripsi S1. UIN Walisongo, Semarang, 2017.

Gazāli. Rahasia Taubat. terj. Muḥammad al-Baqir. Bandung: Kharisma,

2003.

Halim, Amanullah. Musa Versus Fir’aun. Ciputat: Lentera Hati, 2011.

HAMKA. Tasawuf Modern. Jakarta: Republika Penerbit, 2015.

Haque, M. Atiqul. Wajah Peradaban(Menelusuri Jejak Pribadi-Pribadi

Besar Islam. Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998.

Haque, M. Atiqul. Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia. Terj.

Ira Puspitorini Jogjakarta: DIGLOSI, 2007.

Hawwa, Said. Induk Penyucian Diri Singapura: Pustaka Nasional PTE

LTD Singapura, 1992.

Page 88: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

Hidayat, Muhammad Syaiful. Mengetuk Pintu Taubat. Mutiara Media,

2009.

Ilmi, Alfi Masroatul. “Pesan Taubat dalam Film" Hijrah Cinta" karya

Hanung Bramantyo.” Skripsi. UIN Walisongo Semarang, 2016.

Ismail, Faisal. Sejarah Kebudayaan Islam: Periode klasik (abad VII-XII

M.). Yogyakarta: IRCisod, 2017.

Jaya, yahya. Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental. Jakarta:

Ruhama, 1992.

Jumawa, Sri. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.

Jakarta: Djambatan, 2007.

al-Jazairi, Abū Bakar Jābir. Tafsir al-Qur’an al-AISAR. Jilid 2. Jakarta:

Darus Sunnah Press. 2017.

Kementrian Agama RI. al-Qur’an dan Tajwid dan Terjemah Dilengkapi

dengan Asbābun Nuzul dan Hadis Shahih. Bandung: PT. SYGMA

EXAMEDIA ARKANLEEMA, 2010

al-Mansor, Ansor. Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah: Taqarub

Allallah. Jakarta: PT Grafindo Persada, 1997.

Bucaille, Maurice. Fir’aun Dalam Bible dan al-Qur’an: Menafsirkan

Kisah Historis Fir’aun dalam Kitab Suci Berdasarkan Temuan

Arkeologi Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2007.

Musyafa, Haidar. Buya Hamka Sebuah Novel Biografi .Tangerang

Selatan: Imania. 2018

Malik, Muhammad Rusli. Tafsir al-Barru, Juz 1.Kabupaten Bogor: al-

Barru Press, 2012.

Mahmud, Mani’ Abd Hali. Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif

Metode Para Ahli Tafsir. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.

Page 89: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

Muṭawif, Ali. "Gugurnya Had Jarīmah Pencurian Sebab Taubat Perspektif

Jamal Al-Banna." Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam 1.2

(2015): 270-277.

Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

al-Qardhawi, Yusuf. Kitab Petunjuk Taubat: kembali ke cahaya Allah.

Bandung: PT Mizan Pustaka, 2000.

al-Qaṭān, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Bogor: P.T. Pustaka

Litera Antarnusa. 1992.

al-Qolmuni, Abū Dzar. Debu-debu Maksiat dan Siraman Qolbu. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1995.

al-Qordawi,Yusuf. Kitab Petunjuk Tobat: Kembali ke Cahaya Allah. (PT.

Mizan Pustaka,2008.

al-Qurṭubi, al-Jami’ li Ahkaam Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009

Rusdi, A. “Efektifitasa Dalm Meningkatkan Ketenangan Hati. Psikis”

Jurnal Psikologi Islami. Vol. 2. No. 2. (2017): 94-116

Sahabudin. dkk. Ensiklopedia Islam: Kajian Pustaka. Lentera Hati, 2007.

Shihab, M. Quraish. Menjemput Maut Bekal Perjalann Menuju Allah SWT

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian al-

Qur’an. Jakarta: Lentera hati, 2012.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian al-

Quran. volume 14. Jakarta: Lentera hati, 2009.

Sukamdi, Muhamad. “Konsep Taubat menurut Hamka dalam Perspektif

Kesehatan Mental (analisis BKI)”.Skripsi. IAIN Walisongo

Semarang, 2010.

Page 90: TOBAT FIR AUN DALAM AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49920...Contoh: ا -ن ـبر rabbanā ل ز ـن-nazzala ربلا -al-birr ج لحا –al-ḥajj

Subhani, Ja’far. Studi Kritis Faham Wahabi: Tauhid dan Syirik. Bandung:

Mizan, 1998.

Syibromalisi, Faizah Ali. Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern. Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hadayatullah Jakarta, 2011.

Tamara, Nasir. HAMKA di Mata Hati Umat Jakarta: PT. Sinar Agape

Press,1984.

Tebba, Sudirman. Tafsir al-Qur’an: Nikmatnya Taubat. Jakarta: Pustaka

Irvan, 2007.

al-Ṭabarī, Abū Jaʻfar Muḥammad bin Jarīr. Tafsir al-Ṭabarī atau Jami’al-

Bayan’an ta’wil al-Qur’an. terj Ahmad Khatib .Jakarta: Pustaka

Azam, 2007.

Utami, Ika Kurnia. "Semiotika Taubat Dalam Film “Mama Cake." Skripsi

S1. UIN Jakarta, 2013.

Ya’qub, Muhammad Husain. Tuhan Aku Ingin Kembali: Panduan

bertaubat dengan benar sehingga hidup dilimpahi Maghfirah dan

Anugerah Allah. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Yusuf, Yunan. Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1990.