Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

7
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai peran: 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; 4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan 5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berfungsi : 1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; 2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait; 4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan 5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi. Selengkapnya mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi, dapat dilihat pada Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan KPK antara lain: Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negera yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

description

mjjnn

Transcript of Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

Page 1: Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai peran:1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berfungsi :1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Selengkapnya mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi, dapat dilihat pada Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan KPK antara lain:

Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negera yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK

Alamat dan Kontak yang berhubungan dengan KPK dapat ditujukan ke :

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Jln. HR Rasuna Said Kav C-1 Jakarta 12920Telp: (021) 2557 8300

Page 2: Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

www.kpk.go.id

Pengaduan Dugaan Tindak Pidana Korupsi:Direktorat Pengaduan Masyarakat PO BOX 575 Jakarta 10120Telp: (021) 2557 8389Faks: (021) 5289 2454SMS: 08558 575 575, 0811 959 575Email: [email protected]

Informasi LHKPN:Telp: (021) 2557 8396Email : [email protected]

Informasi Gratifikasi:Telp: (021) 2557 8440

Hubungan Masyarakat:Telp: (021) 2557 8498Faks: (021) 5290 5592Email: [email protected]

Semoga posting ini bisa memberi masukan wawasan pengetahuan dan manfaat lainnya,.

Page 3: Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

KPK: Antara Realitas, Fungsi dan Tanggung Jawab, serta Peran yang Dapat Saya Berikan

Filed under: Uncategorized — Leave a comment

November 15, 2012

Saat kita mulai menjelajahi dunia maya untuk mencari tahu tentang Indonesia dan korupsi, kita tidak akan terkejut oleh data yang dirilis oleh, salah satunya, transparency.org yang menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 5 dari 10 negara terkorup di dunia. Walaupun kompasiana.com tertanggal 31 Januari 2012 mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami sedikit perbaikan dengan menurunnya angka korupsi, tetap saja ini tidak mempengaruhi nominal yang “dimakan” oleh koruptor, analoginya adalah kemarin yang korupsi 10 orang dengan total nominal 10 juta, hari ini yang korupsi adalah 5 orang dengan total nominal 15 juta. Ternyata yang menurun hanyalah jumlah kasus yang “bisa” diungkap, bukan jumlah nominal uang negara yang dikorup.

Fakta ini bisa kita lihat dari banyaknya kasus korupsi skala besar yang baru mencuat ke permukaan dimana kasus korupsi yang lama sampai saat ini tak kunjung usai. Terakhir dirilis di tahun 2011, potensi total kerugian negara dari kasus korupsi yang telah terungkap adalah Rp 2.169 Triliun dengan jumlah tersangka 1.053 orang di 436 kasus korupsi (sumber: www.citizenjurnalism.com). Menurut Indonesia Corruption Watch, terdapat tiga sektor yang kasus korupsinya paling memberikan kerugian terbesar bagi negara. Ketiga sektor tersebut adalah sektor investasi pemerintah, sektor keuangan daerah, dan sektor sosial kemasyarakatan (seperti dana hibah dari pusat). Apa yang terjadi di 10 tahun terakhir ini merupakan pukulan yang berat yang bangsa yang ekonominya bertumbuh di tengah krisis global (indikatornya adalah peningkatan GDP yang stabil walaupun tidak sepenuhnya merefleksikan pemerataan kesejahteraan). Korupsi telah menjangkiti jantung Indonesia sejak berpuluh tahun lamanya. Parahnya penyakit ini mengindikasikan ketidakpercayaan kepada penegak hukum yang telah ada untuk menangani korupsi (karena mereka juga korup) sehingga pada tahun 2003, sesuai dengan amanat UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka KPK pun terbentuk

Kita telah melihat hampir 9 tahun perjalanan KPK dengan dinamikanya. Mulai dari KPK memberantas politisi kotor yang korup hingga KPK sendiri yang dipolitisasi oleh para koruptor. Ada yang menarik sebenarnya, sejauh apakah KPK mampu untuk menerobos dinding-dinding pejabat negara maupun swasta?

KPK, apa ya…???

KPK atau yang lebih dikenal dengan Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga negara yang dibentuk pada tahun 2003 yang berfokus pada penanggulangan korupsi yang terjadi di Indonesia. Dasar hukum pendiriannya adalah UU Nomor 30 Tahun 2002. Secara tersirat, tak ada yang perlu dibanggakan dari pembentukan KPK sebagai instrument untuk menegakkan hukum, karena hal ini mengimplikasikan bahwa korupsi di Indonesia telah membudaya sehingga perlu sebuah komisi tersendiri untuk mengatasinya.

Ada yang menarik sebenarnya, yaitu sampai sejauh apakah wewenang KPK dalam menangani korupsi di negeri ini. Merujuk ke dasar hukum pendiriannya, KPK bersifat independen dan bebas dari kekuasaan manapun (Pasal 3). Pada Pasal 6, KPK memiliki tugas untuk bekerja sama dengan instansi penegak hukum terkait untuk menangani masalah korupsi, bahkan dalam pasal 7, langkah-langkah

Page 4: Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

strategis dapat ditempuh KPK dalam penangan korupsi hingga pengambilalihan kasus oleh KPK, sebagaimana diatur pada pasal 9, dikarenakan masalah yang terjadi dalam proses penyidikan seperti penanganan yang berlarut-larut, intervensi eksekutif, yudikatif, dan legislatif, hingga saat kepolisian dan jaksa tidak mampu lagi menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.

Pemaparan di atas jelas menggambarkan bahwa posisi dan peran KPK sangat strategis dalam penanganan masalah korupsi. Sayangnya, variabel politik para penguasa menjadikan semuanya berjalan tidak seperti seharusnya. KPK pun telah masuk dalam daftar upaya para politikus kotor untuk menungganginya dengan menjalankan politisasi kasus secara “transaksional.”

Fakta dan realita yang terjadi di lapangan sangat jelas menggambarkan bahwa independensi hukum (Undang-undang) menjadi samar dihadapan kekuatan politik. Jika menggunakan bahasa pasar, semuanya hanya tertulis di atas kertas yang ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, yang pelaksanaanya tidak semulus apa yang diisyaratkan oleh konstitusi.

Jika aku menjadi Ketua KPK…???

Sederhana saja (bukannya menggampangkan), jika saya menjadi Ketua KPK maka saya berusaha sekuat tenaga untuk membuat kehadiran KPK tidak dibutuhkan lagi di negeri ini, yang mana hal ini berimplikasi bahwa tingkat korupsi di Indonesia sudah benar-benar rendah. Perjuangan sekuat tenaga apakah yang saya maksudkan?

Undang-undang No. 30 Tahun 2002 yang telah saya jelaskan di atas sangat jelas mengatur wewenang, fungsi, dan tanggung jawab dari KPK itu sendiri. Jadi sebenarnya masalah ini bukan bermula dari persoalan “bagaimana”, akan tetapi bermula dari “mau” atau “tidak” menjalankan apa yang telah diamanatkan undang-undang terkait dengan pemberantasan korupsi. Saya, dan semua orang tentunya, akan menjawab “mau” untuk memberantas korupsi. Nah, sekarang yang menjadi persoalan saat keinginan memberantas korupsi itu telah ada adalah “kuat” atau “tidakkah” menghadapi godaan duniawi atau ancaman dan terror dari para koruptor.

Jadi kesimpulannya adalah, jika memang Tuhan memberikan saya kesempatan untuk menjadi Ketua KPK, maka tentunya dengan berbekal keyakinan dan kepasrahan kepada Sang Pencipta, saya akan menjalankan apa yang telah diamanatkan dalam undang-undang untuk memberantas korupsi dengan “TIDAK BERKOMPROMI” dengan pihak manapun untuk mewujudkan Indonesia yang bersih.

Apa yang saya sebutkan pada paragraph di atas merupakan sebuah doa untuk Indonesia. Untuk lebih konkritnya, ada baiknya kita melihat ke sisi yang lebih dekat, dengan kapasitas sebagai mahasiswa, apakah yang sebenarnya bisa kita lakukan…???

Memulai dari hal yang terkecil….

Sebagai mahasiswa, khususnya bagi mereka yang memang masih memiliki perhatian yang sangat besar tentang kejujuran, profesionalisme, dan integritas, seharusnya dapat memberikan sumbangsih bagi pembentukan budaya anti korupsi di negeri ini. Akan tetapi, politik kotor penguasa masih terlalu besar untuk kita hancurkan. Budaya jujur, professional, dan integritas tinggi sebaiknya dimulai dari yang terdekat dari kita.

Page 5: Komisi Pemberantasan Korupsi Peran & Fungsi

Kata pepatah, sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Hal ini telah menjadi bukti-bukti dari setiap fenomena kehidupan yang ada bahwa segala sesuatunya harus dimulai dari diri sendiri. Mulailah dengan tidak melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangkan sesuatu. Jadikanlah sebagaimana seharusnya (jujur) dengan tetap memaksimalkan upaya (professional) untuk dapat memberikan yang terbaik (integritas).

Sekali lagi, marilah kita mulai dengan tiga kata kunci di atas. Marilah berbuat jujur, professional, dan memiliki integritas yang tinggi pada setiap tanggung jawab harus kita jalankan. Gerakan ini akan membentuk kebiasaan baru yang selanjutnya dalam jangka panjang akan menjadi budaya.

Bukan tidak mungkin, lima atau sepuluh tahun ke depan, kita tidak akan lagi membutuhkan kehadiran KPK, pembaca pasti paham apa yang saya maksudkan….

by

Muhammad Fadli Hanafi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia