Komik Dalam Perkembangannya Dan Peranannya Di Dalam Upaya Peningkatan Minat Baca Remaja Pubertas
Embed Size (px)
Transcript of Komik Dalam Perkembangannya Dan Peranannya Di Dalam Upaya Peningkatan Minat Baca Remaja Pubertas

KOMIK DALAM PERKEMBANGANNYA DAN PERANANNYA DI DALAM
PENINGKATAN MINAT BACA REMAJA PUBERTAS
Oleh Dian Kristyanto
Abstrak
Membaca merupakan suatu budaya masyarakat yang mulai terpinggirkan dengan
adanya perkembangan teknologi informasi. Masyarakat cenderung memilih sesuatu
yang praktis sebagai media mencari informasi. Membaca juga merupakan sebuah
aktifitas untuk mengisi waktu luang, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan remaja pubertas
(remaja usia dini) yang menjadikan aktifitas membaca sebagai kegiatan mengisi waktu
luang dan menjadi trend. Bahan bacaan yang dipilih juga memiliki sisi kepopuleran
yang saat ini sedang merebah dikalangan masyarakat remaja, yaitu buku popular yang
memiliki bobot ringan serta imajinatif seperti novel dan komik. Akan tetapi aktifitas yang
dilakukan oleh remaja tersebut tidak mempengaruhi rendahnya minat baca di kalangan
masyarakat Indonesia. Sehingga menimbulkan keironian yang memunculkan sebuah
pertanyaan apakah trend membaca komik di kalangan remaja memberikan dampak
positif bagi minat baca remaja ataukah hanya sekedar trend yang sewaktu-waktu bisa
hilang karena pergantian trend yang lain.
Keyword : minat baca, komik, pubertas, remaja novel.
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Membaca merupakan suatu budaya masyarakat yang mulai tergusur dengan
adanya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Masyarakat
cenderung memilih cara yang praktis dalam mencari dan memilih informasi.
Kecenderungan membaca masyarakat dewasa ini terbukti dengan lebih
konsumtifnya masyarakat terhadap penggunaan Handphone dan laptop dari pada
menggunakan buku sebagai media membaca dan memuaskan dahaga pikiran akan
pengetahuan. Selain handphone, pada saat sekarang ini masyarakat juga disajikan

media baru dari teknologi informasi, media tersebut tidak lain adalah internet yang
dapat memberikan informasi secara cepat dan instan kepada masyarakat. Internet
sudah menjadi media primer di masyarakat, penggunaannya juga beragam dan
pengguna internet juga dari semua tingakatan masyarakat.
Dengan semakin banyaknya penggunaan media yang dihasilkan dari teknologi
informasi, membuat kondisi baca masyarakat juga berubah. Minat baca masyarakat
terbilang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada 2006, yang menyebutkan bahwa masyarakat lebih suka
memilih menonton TV (85,9%), mendengarkan radio (40,3%) sedangkan membaca
koran (23,5%). (www.bps.go.id). Dari data yang ada dapat diambil pengertian bahwa
masyarakat kita cenderung memilih membudayakan mendengar dan melihat media
daripada harus membaca.
Dampak dari penggunaan internet juga sudah merambah kalangan remaja usia
dini (pubertas), dimana setiap aktifitas yang dikerjakan cenderung dihabiskan dengan
penggunaan internet dan handphone sebagai media komunikasi. Untuk keperluan
membaca buku, remaja usia pubertas juga memiliki pilihan sendiri dalam mengakses
dan menggunakan buku sesuai dengan ketertarikannya. Hal inilah yang membuat
remaja Indonesia memiliki tingkat ketertarikan akan membaca menjadi rendah
dibandingkan dengan remaja dari negara lain. International Association for
Evaluation of Educational (IEA) tahun 1992, dalam risetnya tentang kemampuan
membaca pada anak sekolah dasar kelas IV di 30 negara di dunia. Riset tersebut
menghasilkan putusan bahwa Indonesia menempati urutan ke -29. Dari data tersebut
dapat mewakilkan sebuah kesimpulan bahwa minat membaca masyarakat kita,
khususnya di kalangan remaja usia dini masih sangat rendah dibandingkan dengan
negara lainnya. Pernyataan diatas diperkuat dengan yang dikemukakan Mudjito
(1993) dalam Sugihartati (2010 : 5) yang menyatakan bahwa saat ini sebagian besar
anak Indonesia baru sampai pada taraf gemar mendengarkan dan menonton. Minat
baca anak Indonesia tergolong masih rendah di dunia. Diperkirakan hanya sekitar
10% anak Indonesia tergolong kelompok gemar membaca. Sementara lainnya
sekitar 90% masih enggan dan belum memiliki budaya gemar membaca, hal tersebut

dikarenakan factor lingkungan yang tidak mendukung atau karena kesulitan
mengakses buku-buku yang dapat mereka baca.
Selain lebih konsumtif dalam pemakaian teknologi informasi, remaja pubertas
juga lebih suka dalam membaca buku yang memiliki bobot informasi yang ringan dan
rekreatif. Buku-buku fiksi lebih sering dibaca daripada buku jenis non-fiksi. Buku fiksi
lebih sering di konsumsi oleh remaja pubertas karena memiliki tingkat isi informasi
yang ringan dan juga dapat mewakili daya imajinasi remaja pubertas terhadap
dunianya. Kecenderungan remaja lebih memilih untuk membaca buku dengan bobot
bacaan yang ringan karena lebih inovatif dan popular. Selain itu juga factor semakin
banyaknya berbagai toko buku dengan skala besar yang menjual buku-buku bacaan,
komik maupun novel dengan dikemas secara menarik sehingga membuat
masyarakat khususnya remaja menjadi lebih aktif dalam mengikuti trend membaca
buku fiksi. Meskipun masih dalam tataran minat membacanya masih rendah di
kalangan remaja, akan tetapi dari hasil observasi diketahui cukup banyak diantara
mereka ternyata merupakan remaja penggemar bacaan, setiap bulannya
menyisihkan cukup banyak dana untuk membeli buku, novel ataupun komik dan
memiliki koleksi dengan jumlah mencapai ratusan bahkan ribuan buku (Surya, 8 Juni
2008).
Dunia perbukuan Indonesia memang sangat berkembang pesat. Jumlah buku
yang diterbitkan semakin bertambah, hal ini terlihat dari beberapa toko buku besar
seperti gramedia, dan gunung agung mampu menerbitkan 12.000 judul buku baru
dalam setahun. Dengan rata-rata cetak untuk satu judulnya 3000 eksemplar maka
setidaknya para penerbit Indonesia mampu menghasilkan 36.000.000 eksemplar
buku dalam setahun. Namun disatu sisi pertumbuhan daya cetak koleksi buku yang
dihasilkan penerbit tidak diimbangi dengan peningkatan minat baca masyarakat. Dari
hasil temuan UNDP tentang minat baca masyarakat Indonesia menjelaskan bahwa
posisi Indonesia soal minat baca berada di peringkat 96, sejajar dengan Bahrain,
Malta dan Suriname. Sementara untuk kawasan asia tenggara Indonesia hanya
unggul dari Kamboja dan Laos yang masing-masing berada di urutan ke 100. Dari
data yang terhimpun, sangat jelas sekali bahwa masyarakat kita ini tergolong
masyarakat yang kurang peduli dengan keberadaan buku, padahal sering terdengar

bahwa Indonesia adalah Negara yang besar, namun untuk urusan membaca
Indonesia merupakan Negara yang kecil.
Seperti yang sudah dijelaskan di paragraph sebelumnya, buku yang sering lebih
diminati oleh kalangan remaja adalah komik. Komik merupakan bacaan bergambar
yang lebih cenderung rekreatif akan tetapi mengandung berbagai muatan pesan
yang memiliki daya tarik bagi kalangan anak-anak remaja usia dini. Pengguna komik
dikalangan remaja sekolah sudah mencapai 90% (Meier, 1978 dalam Franz dan
Meier, 1986:67). Itu berarti dapat dikatakan bahwa tingkat membaca remaja sudah
mulai ada, akan tetapi efek sampingnya adalah informasi yang mereka dapatkan
hanyalah informasi yang bersifat rekreatif saja tanpa diimbangi dengan membaca
buku lainnya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan sebagainya.
1.2Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam artikel ini adalah
:
a. Bagaimana perkembangan komik di era teknologi informasi seperti sekarang
ini.
b. Bagaimana peranan dan pengaruh komik terhadap kebiasaan baca remaja
pubertas.
1.3Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan artikel ini antara lain adalah :
a. Mengetahui perkembangan komik dari masa ke masa sampai pada era
teknologi informasi seperti saat ini.
b. Mengetahui seberapa besar peran dan pengaruh komik terhadap minat baca
remaja usia pubertas.
Sementara manfaat dari pembuatan artikel ini mengetahui manfaat komik dalam
meningkatkan budaya baca remaja pubertas, serta sebagai media baca dan
pembelajaran baru yang lebih efektif dan komunikatif.

PEMBAHASAN
1. Komik Dalam Perkembangnya
Komik adalah buku atau majalah yang memuat comic strip, sementara comic
strip itu sendiri di definisikan sebagai deretan gambar di surat kabar, majalah dll.,
yang berkaitan dengan cerita lucu atau suatu petualangan (Collins English
Dictionary and Thesaurus, 1992-1993) dalam (Tandjoeng, 2006). Sementara itu
menurut Scott Mcloud komik didefisinikan dalam beberapa macan yaitu :
a. Gambar-gambar serta lambing-lambang lain yang berdekatan, bersebelahan
(juxtapose) dalam urutan tertentu untuk menyampaikan informasi dan
mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
b. Tokoh-tokoh pahlawan super berkostum warna cerah melawan penjahat yang
ingin menguasai dunia dengan segala tindakan kekarasan yang sensasional.
c. Kelinci, tikus dan beruang lucu berdansa dengan riang.
d. Sesuatu yang merusak mental remaja Negara kita.
Komik juga diartikan sebagai serangkaian gambar visual yang ditata dalam suatu
sekuens (urutan) digabung dengan teks untuk menyampaikan beberapa ide
lengkap (Sugihartati, 2010 :57). Dari penjelasan diatas dapat ditarik simpulan
bahwa komik adalah suatu gambaran yang dituangkan secara visual atau
bergambar denga teks pendukung yang ditujukan untuk mengkomunikasikan
informasi yang termuat dalam ide cerita dari rangkaian alurnya.
Komik sendiri memiliki sejarah yang sangat panjang dalam perkembangannya.
Berikut ini pembahasan tentang sejarah komik dari masa ke masa, antara lain
sebagai berikut :
a. Zaman pra sejarah
Komik pada zaman pra sejarah di temukan di eropa barat, yaitu di Negara
perancis tepatnya di gua Lascaux. Lukiskan pada dinding-dinding gua

tersebut dibuat untuk menggambarkan seekor binatang dan menceritakan
perburuan pada masa purba.
b. Pada Zaman bangsa Sumeria
Komik juga ditemukan pada peradaban sumeria dan menjadi sebuah
kebudayaan disana. Keberadaan komik dapat dilihat dari peninggalan bangsa
sumeria yaitu pada menara Ziggurat. Dimana pada dinding-dinding menara
dilukiskan dengan gambar-gambar yang disusun melingkar dari bawa ke atas
sehingga menyerupai tatanan anak tanggal yang berbentuk spiral.
c. Pada zaman Mesir
Komik di zaman mesir dapat ditemukan [ada dinding-dinding bangsa mesir,
dimana gambar-gambar ini disusun secara zig xag dan berceritakan tentang
kehidupan sehari-hari masyarakat mesir. Gambar-gambar tersebut
mengalami perubahan sehingga kemudian dirangkai dalam bentuk tulisan
dari tanah dan akhirnya berubah sebagai huruf Hieroglyph (hafiz).
d. Pada Zaman Yunani dan Romawi
Pada zaman ini komik dapat ditemukan di kota Parthenon Athena, Yunani.
Gambar tersebut dibuat untuk mengabadikan berbagai tokoh di zaman
yunani
e. Pada masa modern
Komik diawal zaman modern muncul setelah mesin cetak ditemukan oleh
Johannes Guttenberg pada abad XVII. Sedangkan yang pada saat itu
mmendapat sebutan sebagai bapak komik adalah Rudolphe Topffer. Karyan
yang beliau ciptakan adalah komik bergambar satiris pada pertengahan tahun
1800. Pada pembuatan komik saat itu juga sudah menggunakan kata-kata
sehingga saling selaras dan mendukung alur cerita dari komik tersebut. Pada
era modern saat itu, komik mulai mengalami perkembangan, banyak Negara
yang mulai membuat komik berdasarkan cirinya masing-masing, sehingga
genre komik pada saat itu mengalami banyak variasi gambar dan cerita.
Berikut ini perkembangan komik modern yang dibuat di Negara-negara
pencipta komik di era modern antara lain :

Komik Amerika modern
Komik di era amerika modern melaluiu berbagai pembagian zaman
sebagai berikut :
The early year-pre-golden age (1896-1937)
Sejak akhir abad XIX, comic strip telah berkembang di Amerika
dan pertama kali muncul dengan judul “Yellow Kid” yang dibuat
oleh Richard Felton Outcault. Kemudian disusul dengan “Mr.
Jack yang dibuat oleh James Swinnerton. Pada tahun 1897,
Rudolph Dirk membuat “Katzenjammer Kids” yang dimuat pada
Journal American. Memasuki tahun 1930, komik mulai
mengalami perubahan. Komik digambarkan secara realis
dengan tokoh dewasa. Kemudian pada tahun 1934 muncul
komik superhero Amerika yang pertama.
Pada tahun 1935, kemudiann muncul perusahaan penerbit
dengan nama National Allied Publication (DC Comics) yang
kemudian menerbitkan buku komik dengan nama New Fun.
Kemunculan DC Comics kemudian diikuti oleh perusahaan lain,
salah satunya adalah Walt Disney’s Comic and Stories. Pada
tahun 1938 muncul komik dengan judul The Panthom yang
dibuat oleh Lee Falk. Komik ini merupakan tokoh pahlawan
pertama yang memakai kostum khusus.
The golden age (1938-1945)
Pada massa ini industry komik di amerika dimanjakan dengan
munculnya komik superhero Superman pada tahun 1938.
Kemunculan superman juga kemudian diikuti oleh superhero
lainnya yaitu pada tahun 1939 muncul komik Batman yang
dibuat oleh Bob Kane. Pada tahun ini juga mulai muncul
superhero lainnya seperti Blue Beetle, Wonder man dan
Amazing man.

Pada tahun 1940 jua muncul komik superhero lain seperti The
Shield, G-Man Extraordinary, Captain Marvel, The Flash,
Hawkman, The Spirit, The shadow, The sandman dan The
Spectre. Selain itu juga muncul Robin yang kemudian menjadi
partner Batman. Semua tokoh dalam komik tersebut adalah
dibuat sebagai superhero patriotic. Pada tahun 1941 barulah
muncul superhero yang menjadi symbol patriotic bangsa
Amerika, superhero tersebut adalah Captain America yang
diciptakan oleh Joe Simon dan Jack Kirby.
The post golden era (1945-1950)
Pada masa ini perkembangan komik tidak sehebat masa
sebelumnya. Akan tetapi yang terjadi adalah genre komik
mengalami perubahan. Komik pada masa ini berbau sains
seperti Real Fact dan Treasuse Chest Comics, dimana komik ini
muncuk karena adanya temuai bom atom pada saat itu. Selain
itu terdapat genre lain seperti roman, koboi, horror dan
kriminalitas, akan tetapi perubahan tersebut justru mengalami
masa sulit, akibat dari banyaknya yang menentang isi cerita
komik tersebut yang berisikan unsure sadisme.
The pre-silver Era (1950-1956)
Pada era ini popularitas komik superhero menjadi hilang karena
digeser oleh komik bergenre horror dan petualangan. Pada
masa ini muncul komik Snoopy yang diciptakan oleh Charlie
Brown.
The silver era (1956-1969)
Pada masa ini banyak perusahaan komik yang gulung tikar.
Salah satunya adalah perusahaan komik terkenal Marvel yang
mengakibatkan seluruh asetnya di jual kepada pihak lain. Pada
tahun 1961 terjadi perubahan yang sangat mencolok, dimana
Perusahaan Marvel berhasil membujuk penulis-penulis DC
Comics untuk bergabung di perusahaan Marvel. Kemudian dari

penulis-penulis tersebutlah muncul kelompok superhero dengan
nama Fantastic Four, disusul dengan Hulk, Thor, Ant Man dan
Spiderman yang semuanya merupakan produksi dari Marvel.
Sampai pada tahun 1964 muncul superhero lainnya yaitu
Daredevil serta X-Men.
The post-silver era (1969-1979)
Pada tahun 1970 marvel memunculkan komik Conan the
Barbarian sebagai pengganti komik superheronya. Pada masa
ini juga komik memiliki fungsi lain, yaitu mendukung kampanye
anti narkoba.
The grim and griffty era (1979-1986)
Pada tahun 1984 muncul komik dengan judul Teenage Mutant
Ninja Turtles yang kemudian dirilis dalam serial televise. Selain
itu juga pada tahun 1986 tokoh Batman dimunculkan dengan
nuansa gelap dan sangat realistis.
The Gimmick era (1986-1992)
Pada tahun 1991 Marvel memunculkan X-Forrce dan X-Men
yang kemudian mendapatkan respon banyak dari masyarakat.
Komik X-Men akhirnya diterbitkan dalam 5 versi.
The image era (1992-1996)
Pada tahun 1992, beberapa komikus Marvel mengundurkan diri
dan membentuk Image Comics. Perusahaan ini menerbitkan
komik pertamanya dengan judul The Spawn. Image Comics
juga melopori penerbitan komik dengan gaya gambar antara
gaya amerika dan gaya manga dalam komik yang
diterbitkannya dan pelopornya adalah Joe Maduirera.
Komik Jepang (Manga)

Sekitar abad VI-VII menjadi awal sejarah komik di jepang. Para
biarawan Budha membuat lukisan-lukisan yang menggambarkan
berbagai kisah yang menggunakan berbagai symbol untuk menandai
perubahan waktu. Salah satu cerita yang terkenal pada masa itu
adalah “Choujuugiga” yang menggambarkan binatang-binatang yang
bertingkah lau seperti manusia. Pada abad XIII lukisan juga dibuat
pada dinding-dinding kuil. Dimana menggambarkan kisah-kisah yang
bertemakan keagamaan dan fauna. Pada gambar-gambar tersebut
memiliki kemiripan dengan manga modern.. ada juga lukisan yang
menggambarkan adegan-adegan dalam berbagai kisah sastra,
misalnya adegan Genji Monogatari. Kisah Genji akhirnya merupakan
novel pertama di dunia yang ditulis pleh seorang dayang istana yang
bernaman Murasaki Shkibu.
Istilah Manga pertama kali dipopulerkan oleh Katsushika Hokusai,
seorang seniman ukiyo-e (woodblock printing) pada tahun 1814.
Hokusai menggunakan kata “manga” untuk menyebut karya-karyanya
dan mengartikan manga sebagai “gambar asal-asalan”. Kata manga
sendiri berasal dari kata “man” yang berarti “dengan sendirinya” dan
kata “ga” yang berarti “gambar” secara sederhana manga kemudian
diartikan sebagai “komik jepang”. Mangan dibuat dengan banyak
versinya, antara lain ada terdapat dua jenies mangan yang dibuat di
jepang yaitu Shounen manga adalah manga yang dibuat khusus untuk
laki-laki, sementara ceritanya dibuat cukup menarik yaitu berkisar
tentang sesuatu hal yang disukai lelaki seperti olahraga dan
petualangan. Manga yang selanjutnya adalah Shouju Manga adalah
manga yang diterbitkan khusus untuk anak perempuan saja, dibuat
dalam bentuk yang sederhana dan bergenre humor.
Komik Indonesia

Komik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh unsure budha, hindu dan
islam. Hal tersebut dapat ditemukan pada gua Leang-Leng di Sulawesi
selatan yang terdapat gambar babi hutan di dinding-dinding gua.
Selain itu juga terdapat pada candi-candi sekitar abad 18, dimana
banyak ditemukan gambar-gambar kuno yang disertai dengan teks
bahasa arab dan bahasa jawa yang dipakai dalam penyebaran agama
islam. Komik pertama muncul sejalan dengan adanya media massa
berbahasa melayu cina dimasa pendudukan belanda. Saat itu terdapat
cerita bergambar Put On karya Kho wan Gie tahun 1930 di harian Sin
Po. Pada masa pendudukan jepang tahun 1942 muncul komik dengan
cerita legenda Roro Mendut yang dibuat oleh B. Margono. Setelah itu
pada tahun 1948 diharian Kedaulatan Rakyar memuat komik
Pangeran Diponegoro dan Joko Tingkir, serta cerita tentang kisah
kependudukan jepang oleh Abdul salam.
Pada tahun 1960an mulai berkembang komik genre fantasi
petualangan yang kemudian dilanjutkan dengan lahirnya cerita silat
pada tahun 1968. Selain itu juga muncul beberapa genre lain seperti
wayang, fantasi, roman sejarah maupun roman petualangan
(sandhora) dan silat romantic (Mutiara). Pada tahun 1970-1980an
banyak bermunculan komik fantasi yang ada di Indonesia, dimana
komik tersebut dipengaruhi oleh masuknya komik superhero Amerika
terbitan Marvel Comics, DC Comics dll. Selain itu muncul komik
dengan genre fantasi mistis yang pada saat itu terkenal dengan
judulnya Si Buta dari gua hantu.
Komik Indonesia mengalami penurunan di tahun 1990an, dimana
komik-komik dari luar mulai gencar masuk ke Indonesia. Menurut
Noor Cholis dalam (Tandjoeng, 2006), komik Indonesia sebagian
besar hanyalah merupakan khotbah bergambar, penuh petuah dan
pesan yang ingin disampaikan terlalu hitam putih penuh dengan
semangat local yang dibuat buat sehingga menimbulkan kesan risih
bagi pembaca dewasa dan membosankan bagi anak-anak.

Anak-anak muda tahuan 1990an tumbuh bersama kejayaan
kapitalisme, budaya global serta informasi yang begitu derasnya dari
berbagai media. Timbul regenerasi komik local yang menghasilkan
generasi yang betul-betul baru dan tidak sama sekali mewarisi gaya
komik local sebelumnya. Komikus-komikus muda cenderung
menerima pengaruh dari style komik Jepang dan
Amerika. Meski tidak semua mengadopsi gaya tersebut, tapi pilihan
terhadap gaya
Jepang atau Amerika nampak pada komikus atau studio komik yang
lebih berorientasi pada kondisi pasar sekarang. Kebingungan
terhadap komik yang mencerminkan gaya Indonesia bisa dipahami,
mengingat komik dengan gayaIndonesia jaman 60 dan 70-an sudah
lama mati tanpa sempat melakukan regenerasi. Hampir 20 tahun
publik komik kita tidak mengenal komik Indonesia lagi hingga generasi
90-an ini muncul. Hingga era 90-an berakhir, wajah komik kita masih
menjadi perdebatan.
Semestinya persoalan identitas komik Indonesia tidaklah identik
dengan mitos dan simbol-simbol yang telah dikonstruksi oleh masa
lalu. Ketika dunia makin global, pertemuan antar elemen-elemen
budaya melalui teknologi komunikasi tidak terbendung hingga ruang
untuk mengkonstruksi identitas baru pun makin terbuka, dan selalu
tetap terbuka untuk direkonstruksi atau pun didekonstruksi, mungkin
nanti kita tidak perlu lagi istilah komik Indonesia, Jepang, Amerika
atau Eropa.
2. Komik Dalam Peranannya Meningkatkan Minat Baca Remaja Pubertas
Banyak sekali istilah ataupun definisi yang digunakan dalam menggambarkan
arti membaca. Banyak studi yang dilakukan untuk menjelaskan makna dari
aktivitas membaca bagi semua kalangan. Seperti yang diungkapkan Wang dkk
(2006) dalam Sugihartati (2010:10) yang menjelaskan bahwa membaca pada
dasarnya adalah aktifitas yang popular dan terbuka bagi siapa saja, karena buku

tersedia luas di toko, perpustakaan atau meminjam ke teman dan orang lain.
Memang membaca merupakan hak semua orang dan tidak ada yang membatasi
aktivitas tersebut. Membaca juga sudah menjadi trend dikalangan masyarakat
terutama yang ada di lingkungan perkotaan. Membaca sudah menjadi gaya
hidup yang tidak akan dilupakan sebagian masyarakat kota.
Gaya hidup merupakan cara manusia memberikan makna pada dunia
kehidupannya, membutuhkan medium dan ruang untuk mengekspresikan makna
tersebut yaitu ruang bahasa dan benda-benda yang didalamnya citra mempunyai
peran yang sangat sentral (Sugihartati, 2010 ). Mengekspresikan diri sudah
menjadi hal yang sering dilakukan dewasa ini, salah satunya untuk menunjukkan
kapasitas dan kemampuan seseorang dalam memberikan makna kepada
sesuatu hal. Untuk itu peran membaca sangat penting disini, dalam kaitannya
untuk memberikan gambaran makna kepada individu terhadap sesuatu hal yang
sedang menjadi trend saat ini. Membaca sering dilakukan oleh semua orang,
namun aktivitas membaca sering dihubungkan dengan remaja. Hal ini
dikarenakan waktu luang dari remaja sangat banyak. Remaja khususnya
tingkatan remaja pubertas masih memiliki waktu yang cukup untuk dihabiskan
dalam membaca, mereka masih bebas dalam memikirkan dunianya karena
belum mengalami masa sulit seperti remaja tingkat atas ataupun individu
dewasa.
a. Remaja Pubertas dan Perilaku Membaca
Aktivitas membaca sebagai sebuah kesenangan mulai meramba di kalangan
remaja pubertas. Membaca juga semakin popular dan menjadi life style bagi
remaja. Banyak sekali pendukung-pendukung yang membuat remaja kota
khususnya menjadikan bahan bacaan sebagai media untuk mengisi waktu
luang. Berbagai hal mempengaruhi remaja untuk membaca, seperti halnya
semakin banyaknya toko buku yang menjual buku-buku popular, munculnya
film-film di bioskop yang diangkat dari cerita novel ataupun komik, pernak-
pernik yang menyajikan aneka gambar dan menarik untuk di koleksi, dimana
pernak-pernik tersebut dibuat mirip dengan koleksi yang dimiliki tokoh dalam
sebuah novel ataupun komik. Hal-hal semacam inilah yang membuat remaja

semakin ingin mengetahui lebih banyak tentang yang mereka lihat saat ini,
dan salah satu caranya adalah dengan membaca.
Remaja pubertas adalah remaja pada usia 15-17 tahun dan merupakan masa
dimana timbul perhatian subyektif yang besar. Pada masa ini sikap dan sifat
remaja mengalami perubahan yang draktis. Pada masa puber seperti ini,
mereka yang terkena akan jangan sekalian. Mereka tidak segan-segan
mengemukakan kecaman terhadap orang tua, guru atau teman lainnya. Pada
masa ini anak menemukan nilai-nila hidup. pada masa ini anak sebayanya
adalah sangat kuat. Pada masa ini anak mulai menemukan nilai hidup. di
tahun barunya ini seorang remaja beberapa perasaan seperti religious, etis,
estetis, nasionalis didalam dirinya. Untuk itulah dikatakan bahwa remaja pada
usia seperti ini memiliki cara berpikir yang masih labil dan memiliki waktu
luang yang cukup banyak untuk mencari sesuatu yang mereka anggap tepat.
Salah satunya adalah membaca, di kalangan remaja usia pubertas telah
masuk ke dalam dunia mereka bahan bacaan yang sangat inovatif dan
imajinatif sehingga remaja menjadi semakin konsumtif untuk membeli
bacaaan dan membacanya untuk mengisi waktu luang yang kosong.
Di kalangan remaja metropolitan, khususnya yang berasal dari kelas atas,
tampak bahwa membaca bacaan popular sudah menjadi trend dan
merupakan suatu symbol status dalam pergaulan sesame teman. Seperti
yang dijelaskan oleh Sugihartati (2010 :51) yang menjelaskan bahwa bagi
remaja kegiatan membaca bukanlah sekedar kegiatan membaca tulisan dan
memanjakan fantasia tau imajinasi mereka. Akan tetapi kemauan membaca
yang mereka lakukan semata-mata karena bagian dari aktivitas untuk
bersenang-senang. Seoarang remaja usia pubertas tidak semata-mata
mempertanyakan diri sendiri sebagai bentuk pencarian jati diri, akan tetapi
juga ingin mempertunjukkan kepada kelompoknya bahwa mereka masih
memiliki kemampuan dan mampu menjadi bermakna di kelompoknya. Untuk
membuat dirinya bermakna seorang remaja mulai memikirkan untuk
mendapatkan pengetahuan dari luar, dan salah satunya dengan membaca
buku. Bagi remaja usia pubertas yang tidak ingin merasa ketinggalan, mereka

cenderung akan membeli dan membaca buku-buku popular. Aktivitas seperti
itu akhirnya menjadi budaya dalam kehidupan remaja dan mampu menjadi
sesuatu kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang mereka.
Selain itu membaca bagi kalangan remaja pubertas yang tengah mencari
identitas dan jati diri mampu menuntun mereka untuk mendapatkan sesuatu
hal yang positif, dimana mereka bisa mengaktualisasikan diri mereka,
mengembangkan performance tentunya dengan semakin banyak membaca
dan yang berikutnya adalah remaja mampu beradaptasi dengan
perkembangan yang terjadi dikalangan masyarakat yang lambat laun menjadi
modern, dimana teknologi informasi sudah menjadi bagian dari aktivitas
sehari-hari mereka.
b. Komik dan Peningkatan Minat Baca Remaja
Komik seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan terdahulu
merupakan suatu lukisan/gambaran yang memuat berbagai pesan dalam alur
cerita yang dikemas dalam bentuk yang inovatif. Keberadaan komik juga
menjadi suatu fenomena tersendiri di area perbukuan Indonesia karena
penjualan komik sangat laku di pasaran. Dimana komoditas pembelian
tentunya didominasi oleh remaja yang memang sedang masuk ke dalam
budaya trend membaca komik popular. Kompas (30 Nopember 2008)
menjelaskan bahwa jumlah pembaca buku khususnya peminat komik di
Indonesia meningkat baik dari segi pembaca maupun komikusnya. Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa komik sudah membanjiri toko buku yang ada
dimana sasaran utamanya adalah remaja yang memiliki kegemaran dalam
membaca komik. Sangat mudah sekali bagi remaja dalam menemukan komik
kesayangannya di toko buku yang tersedia. Komik seperti manga dengan
tokoh-tokoh yang lucu dan keren membuat remaja dapat menghabiskan
waktu berjam-jam dan menguras alokasi mereka hanya untuk membeli
sebuah komik.
Akan tetapi seiring dengan memboomingnya peredaran komik di kalangan
remaja belum tentu mempengaruhi kemampuan dan minat membaca pada
semua orang terutama remaja. Membaca untuk kesenangan yang sudah

diadopsi oleh remaja pada umumnya merupakan hanya sebuah aktifitas
untuk mengisi kekosongan remaja. Padahal membaca sesungguhnya bukan
sekedar untuk kesenangan dan justru tidak memberikan dampak yang
signifikan dalam upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Membaca harus disertai dengan aktifitas belajar remaja dalam mencari dan
memahami setiap kata yang mereka baca sehingga aktivitas membaca akan
menjadi lebih bermanfaat untuk pengembangan pikiran remaja. Tilaar (1999)
dalam Sugihartati (2010:3) menganggap bahwa membaca adalah fondasi
proses belajar. Masyarakat yang gemar membaca akan menjadi masyarakat
yang gemar membaca yang kemudian akan melahirkan masyarakat belajar
sehingga muncullah masyarakat ilmu pengetahuan yang berbasis pada
pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Namun berbanding dengan peningkatan sector penjualan buku, di Indonesia
ternyata persoalan membaca ataupun perilaku membaca masih menjadi topic
hangat yang masih belum dapat terselesaikan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Depdiknaas menunjukkan bahwa kemahiran membaca pada
anak usia 15 tahun di Indonesia memprihatinkan. Sekitar 37,6% hanya bisa
membaca tanpa dapat menangkap maknanya dan 24,8% hanya bisa
mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan (Kompas,
2 juli 2003). Sungguh sangat ironis bila data yang ada menunjukkan bahwa
tingkat membaca yang baik di kalangan remaja pubertas di masyarakat
masih terbilang rendah. Padahal tingkat konsumtif remaja akan bacaan
popular seperti komik dan novel meningkat jumlahnya dan menjadikannya
sebagai suatu trend membaca, akan tetapi hal tersebut tidak cukup untuk
mengatakan bahwa tingkat membaca remaja masih tinggi, karena yang
menjadi focus area adalah remaja perkotaan yang memiliki tingkatan gaya
hidup yang cenderung berubah mengikuti trend yang ada. Sedangkan untuk
remaja diluar kota sendiri masih memiliki tingkat membaca yang jauh lebih
sedikit dari pada di perkotaan.
Banyak factor yang mempengaruhi tingkat membaca remaja masih rendah di
Negara ini, beberapa factor tersebut seperti halnya (1) kemampuan ekonomi

masyarakat yang rendah sehingga sangat sedikit masyarakat yang mampu
menjangkau harga buku yang baik, (2) kurangnya perhatian dari orang tua
akan pembudayaan gemar membaca di lingkungan keluarga. Pada saat
sekarang ini dimana setiap aktivitas mulai menggunakan bantuan alat
teknologi informasi, memberikan kecenderungan bagi orang tua dalam
memilihkan hadiah untuk anaknya. Orang tua era sekarang lebih senang
membelikan anak mereka mainan Game watch dari pada membelikan anak
satu buah buku. Kebiasaan seperti inilah yang membuat remaja menjadi lebih
suka bermain dengan alat teknologi informasi dari pada harus membaca.
Selain itu juga timbul kesan dari orang tua yang menganggap bahwa tugas
mendidik anak untuk dapat membaca merupakan tugas yang harus diambil
oleh tenaga pendidik.
Studi yang dilakukan oleh Sugihartati (1999) tentang alokasi pemanfaatan
waktu luang untuk membaca yang focus obyek penelitiannya adalah remaja
usia dini di perkotaan menemukan bahwa sebagian besar anak (72%)
melakukan kegiatan membaca rata-rata kurang dari 7 jam per minggunya.
Dari 100 anak yang diteliti hanya 24% yang mengaku membaca buku 1-2 jam
per harinya. Bagi remaja membaca buku merupakan sesuatu hal yang
menjenuhkan, berbeda dengan bermain ataupun nonton televise yang dapat
menghabiskan waktu berjam-jam.
Dari penjelasan diatas dapat dipaparkan bahwa tingkat membaca anak di
usia remaja awal belum menunjukkan peningkatan yang baik. Cenderung
mengalami pasang surut karena aktivitas membaca di kalangan remaja
masih sebatas mengikuti trend yang berkembang di tengah masyakarat.
Sementara itu kegiatan membaca remaja akan bahan bacaan popular seperti
novel dan komik belumlah memberikan dampak yang positif bagi pola baca
remaja Indonesia. Komik merupakan bagian dari trend yang beredar karena
adanya factor-faktor pendukung seperti adanya pemutaran film baru ataupun
penjualan souvenir yang menyerupai tokoh dalam komik. Faktor tersebut
yang membuat adanya peningkatan jumlah pembelian komik di kalangan
remaja. Selain itu juga, membaca komik hanya dianggap sebagai suatu

aktifitas untuk mengisi waktu luang remaja, sehingga menjadikan aktifitas
tersebut seakan tidak memiliki dampak positif bagi remaja, hanya sebuah
fantasi dan imajinasi yang ditimbulkan dari membaca komik.
c. Strategi Menumbuhkan Minat Baca Remaja
Budaya baca yang masih sangat rendah di masyarakat Indonesia memang
memberikan kesan bahwa, kebiasaan ini tidak mampu diatasi karena sudah
menjadi budaya paten di masyarakat. Budaya membaca masyarakat sudah
tergeser dengan budaya menonton ataupun mendengar, apalagi pada saat
sekarang ini masyarakat diberikan media-media yang mendukung budaya
menonton menjadi semakin tumbuh di masyarakat. Apalagi dengan tontonan-
tontonan yang dikemas secara menarik dan memberikan informasi yang
membius masyarakat untuk lebih konsumtif sehingga membuat aktifitas
menonton menggeser aktivitas membaca di masyarakat. Banyak strategi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca pada anak misalnya
dengan mengajak remaja bercerita dengan media buku bacaan, dari bercerita
itulah akan di hasilkan manfaat yang baik seperti (1) Meningkatkan "mental
alertness", daya tangkap, kreativitas, dan logika berpikir.
(2) Meningkatkan wawasan pengetahuan. (3) Menanamkan nilai positif,
seperti empati, solidaritas, toleransi, dan tolong menolong.
(4) Membentuk karakter positif. (5) Membangun hubungan emosional hangat
dengan orangtua (koneksi dengan anak).
Selain strategi diatas yang mengajak remaja untuk bercerita, Sani B.
Hermawan juga memaparkan strategi untuk meningkatkan minat baca pada
remaja tingkat sekolah antara lain sebagai berikut :
1. Ajak anak ke toko buku, biarkan ia memilih sendiri buku yang ia inginkan.
Tentunya dengan batasan yang Anda dan dia sepakati bersama.
2. Ciptakan "perpustakaan" keluarga. Tak perlu terlalu mewah atau megah.
Cukup dibuat nyaman dan memungkinkan keluarga untuk mencari buku
yang disukai tanpa kesulitan, supaya bisa dibaca kembali.

3. Hilangkan penghambat, seperti games, televisi, komputer, atau perangkat
yang bisa mengalihkan keinginan anak untuk membaca.
4. Ajarkan si anak untuk menyisihkan uang jajannya agar bisa digunakan
untuk membeli buku.
5. Berikan ide kepada anak untuk membentuk kelompok teman yang bisa
saling menukar buku bacaan.
6. Saat tahu si anak akan pergi ke tempat jauh atau yang berisiko
membuatnya menghabiskan waktu menunggu lama, seperti saat
berkunjung ke dokter, bawakan ia buku bacaan.
7. Ciptakan kebiasaan untuk mendiskusikan tentang topik yang dibaca
bersama-sama. (Kompas, 2 februari 2011)
Selain yang dikemukan diatas terdapat strategi lain ataupun factor
pendukung untuk meningkatkan minata baca pada remaja seperti : (1)
meningkatkan peranan orang tua dalam mendukung proses belajar remaja,
tentunya berkaitan dengan minat baca. Orang tua harus mampu
menumbuhkan cinta membaca di lingkungan internal keluarga, sehingga
akan menciptakan sebuah budaya baca yang dapat memberikan dampak
positif bagi perkembangan anak. Selain itu juga pengawasan dan perhatian
orang tua juga harus ada, khususnya dalam hal membimbing anak untuk
memilih bahan bacaan yang tepat. (2). Mengajak anak untuk berkunjung ke
perpustakaan setiap minggunya sehingga akan membiasakan anak usia
remaja untuk meluangkan waktunya pergi ke perpustakaan untuk membaca.
Serta memberikan wawasan terhadap akan pentingnya perpustakaan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan anak. (3) mengoptimalkan peran
perpustakaan sekolah dalam memberikan bahan bacaan yang tepat. Bahan
bacaan yang inovatif namun juga rekreatif untuk remaja, sehingga asupan
informasi yang diterimah anak menjadi seimbang dengan kebutuhan yang
anak tersebut butuhkan. Perpustakaan juga harus memberikan fasilitas dan
layanan yang menarik sekaligus nyaman kepada remaja sekolah khususnya
memfasiltasi anak dalam mengembangkan minat baca anak, tentunya salah
satu caranya dengan mengadakan buku-buku baru yang menunjang

pendidikannya serta bacaan ringan yang memberikan daya imajinaasi
sekaligus mendidik bagi remaja sekolah. (4) peranan guru juga harus
disertakan karena guru adalah pendidik bagi anak terutama di sekolah.
Mereka harus memberikan pengertian tentang pentingnya membaca untuk
kelangsungan hidup anak ke depan, sekaligus memberikan kurikulum
pengajaran yang lebih menekankan anak untuk membaca. (5) kontribusi
media massa juga berperan disini, tentunya dalam memberikan informasi
yang relevan bagi anak. Media massa harus ikut berperan aktif dalam
peningkatan minat baca remaja, memberikan gambaran baik secara teks
maupun visual kepada remaja tentang dampak positif membaca dan
perpustakaan.(6) factor pemenerintah juga berpengaruh, khususnya dalam
memberikan kebijakan tentang pendistribusian buku yang merata ke seluruh
penjuru Indonesia serta memberikan jaminan bawah buku yang dipasok
memiliki nilai informasi yang baik serta secara ekonomis dapat sesuai
dengan tingkah ekonomi masyarakat Indonesia. Selain itu juga dukungan
pemerintah dalam hal peningkatan pendidikan serta pembangunan
masyarakat Indonesia.
Faktor yang disebutkan diatas semoga mampu memberikan dampak yang
baik bagi perkembangan minat baca di Indonesia, sehingga Negara ini
menjadi Negara yang besar dengan bangsa yang cerdas dan berbudaya
baca sehingga mampu membangun Negara ini dengan pengetahuan yang
lebih baik lagi.
KESIMPULAN
Minat baca yang ada di masyarakat masih terbilang sangat rendah, hal ini dapat
dilihat dari berbagai survey ataupun kajian yang membahas masalah minat baca di

negeri ini. Walaupun penyebaran informasi yang semakin pesat dan jumlah
pendistribusian buku yang semakin banyak belum mampu mengurangi rendahnya
minat baca bangsa ini. Adanya berbagai factor yang mempengaruhi rendahnya minat
baca masyarakat belum diimbangi dengan adanya peningkatan layanan maupun
fasilitas yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam bidang pendidikan
khususnya budaya baca itu sendiri. Perkembangan dunia perbukuan juga masih belum
mampu untuk mengatasi masalah minat baca. Membaca koleksi popular semacam
komik dan novel hanya menjadi trend di kalangan remaja dan menjadi suatu bentuk
aktifitas dalam mengisi waktu luang. Akan tetapi trend tersebut dapat sewaktu-waktu
hilang karena adanya pergeseran trend lain yang akan merambah remaja Indonesia.
Akan tetapi masyarakat tidak perlu berkecil hati, karena setiap masalah pasti aka
ada jalan keluarnya. Namun kita juga harus berbenah dan sadar bahwa betapa
pentingnya membaca bagi kehidupan kita nanti. Kita harus mulai membangun
diri kita dengan segera dan memulainya dengan membiasakan untuk membaca
baik di level keluarga bahkan sampai tingkatan masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
Sholeh, Asrorun Ni’am, 2008. Perpustakaan Jendela Peradaban. Depok : Elsas
Soesilowindradini, …. Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya : Usaha
Nasional
Sugihartati, Rahma. 2010. Membaca Gaya Hidup dan Kapitalisme : Kajian Tentang
Reading for Pleasure dari Perspektif Cultural Studies. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Unduh di Internet
http://female.kompas.com/read/2011/02/02/15090272/
Menumbuhkan.Minat.Baca.Anak.Usia.Sekolah.. Diakses pada tanggal 05 Oktober
2011 Pukul 22.00 WIB
http://www.lib.uin-suka.ac.id/ragam-artikel/220-menumbuhkan-minat-baca-sejak-
dini.html. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2011 Pukul 22.00 WIB
http://www.scribd.com/doc/32031005/Upaya-Menumbuhkan-Minat-Baca-Anak-di-Era-
Digitalisasi.. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2011 Pukul 22.00 WIB
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=20&submit.x=9&submit.y=21&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fjdkv%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-42402044-4727-
hari_akhir-chapter2.pdf. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2011 Pukul 22.00 WIB.