Pancasila Dan Perkembangannya
-
Upload
ispon-asep-yurano -
Category
Documents
-
view
282 -
download
9
description
Transcript of Pancasila Dan Perkembangannya
-
0
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
BIDANG STUDI/MATERI POKOK IDEOLOGI
SUB. B.S. PANCASILA DAN PERKEMBANGANYA
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI
PROGRAM PENDIDIKAN SINGKAT ANGKATAN (PPSA) XIX TAHUN 2013
01
-
1
PANDUAN BELAJAR MATA KULIAH BIDANG STUDI IDEOLOGI PANCASILA DAN UUD 1945
1. Pendahuluan 2. Relevansi 3. Deskripsi Mata Kuliah
4. Standar Kompetensi 5. Kompetensi Dasar 6. Struktur Materi
No. Pokok Bahasan/Topik Subpokok Bahasan
1. Pancasila dan
Perkembangannya
1. Lahirnya Pancasila
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara, Pandangan,
Hidup Bangsa, dan Ideologi Nasional
3. Pancasila di antara Ideologi Besar Dunia
4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Bersifat
Universal
5. Pancasila dalam Era Globalisasi
2. UUD 1945 Hasil Amandemen
dan Sosialisasinya
1. Latar Belakang Lahirnya Amandemen UUD 1945
2. Proses Amandemen UUD 1945
3. Sosialisasi UUD 1945 Hasil Amandemen
7. Rencana Penyempurnaan Buku Pedoman Bidang Ideologi
No. Waktu Jenis Buku
1. 1 minggu Buku Panduan Belajar
2. 1 minggu Modul 1
3. 2 minggu Modul 2
-
2
8. Petunjuk Belajar Untuk mempelajari mata kuliah Pancasila dan UUD 1945 Hasil Amandemen dan Sosialisasinya, sebaiknya para peserta didik membaca buku, seperti Restorasi
Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas (Fisip UI, Jakarta, 2006).
Seyogianya para peserta didik membuat rangkuman pemahaman setiap modul untuk
dibandingkan satu sama lain. Hal itu akan memudahkan pemahaman keseluruhan isi
atau materi Pancasila dan UUD 1945 Hasil Amandemen dan Sosialisasinya. Suatu hal
yang perlu diketahui bahwa mempelajari Pancasila dan UUD 1945 Hasil Amandemen
dan Sosialisasinya relatif tidak sama dengan mempelajari ilmu hukum secara umum
atau universal karena Pancasila merupakan pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan
yang bersifat filosofis atau abstrak, sedangkan UUD 1945 memancarkan nilai-nilai
Pancasila yang bersifat konkret atau normatif sebagai sumber hukum.
9. Daftar Istilah
a. Norma : patokan perilaku
b. Nilai : gagasan tentang apakah sesuatu pengalaman
penting atau tidak penting
c. Sosialisasi : suatu proses ketika seseorang menghayati norma
kelompoknya
-
3
PANDUAN UMUM MATA KULIAH
BIDANG STUDI IDEOLOGI PANCASILA DAN UUD 1945
1. Pendahuluan Bangsa Indonesia patut merasa bersyukur bahwa para pendiri negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) bersepakat menjadikan lima sila yang digali dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia telah ditetapkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
yang disebut Pancasila. Kandungan dan dinamika nilai-nilai Pancasila melekat pada
eksistensi Pancasila itu sendiri, baik sebagai ideologi nasional, dasar negara, maupun
falsafah hidup bangsa sekaligus merupakan jati diri atau identitas bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila merupakan dimensi paling dalam yang bersifat abstrak dan
berkedudukan sangat tinggi dalam fenomena kehidupan masyarakat serta memiliki
kekuatan integratif bagi seluruh komponen bangsa yang saling berbeda, baik secara
vertikal maupun horisontal. Nilai-nilai Pancasila merupakan sumber etika dan moralitas
bangsa Indonesia yang selanjutnya berkembang dalam wujud sikap dan perilaku atau
tindakan-tindakan nyata dalam kehidupan warga masyarakat.
Dewasa ini Pancasila sedang mengalami cobaan atau ujian yang cukup berat
untuk kesekian kalinya, baik dalam kaitannya dengan eksistensi Pancasila itu sendiri
maupun pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Tidak dapat disangkal bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir
setelah era reformasi, perhatian warga masyarakat, baik perseorangan, kelompok,
maupun kelembagaan, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, terhadap
Pancasila cenderung makin tipis. Mulai muncul sikap-sikap sinis atau acuh tak acuh
dan lebih jauh lagi timbul kecenderungan untuk meninggalkannya. Hal ini cukup
memprihatinkan karena nilai-nilai Pancasila tidak lagi terpancar dalam diri dan sebagian
aparat penentu kebijakan. Bahkan, Pancasila makin terlupakan dengan ditandai
dibubarkannya lembaga Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) dan Kementerian Penerangan sebagai
corong pemasyarakatan, pemberdayaan, dan pengamalan Pancasila dalam
-
4
pembangunan nasional.
Banyak produk hukum dan penegakan hukum yang kurang mencerminkan atau
kurang memancarkan nilai-nilai Pancasila tertuang dengan tidak adanya rasa keadilan
serta rendahnya moral dan akhlak. Nilai-nilai dasar Pancasila yang melekat dalam
Pembukaan UUD 1945 dan terpancar dalam pasal-pasal UUD 1945 yang dijabarkan ke
dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan berbagai landasan pemikiran
sebagai nilai instrumental Pancasila relatif masih jauh dari harapan.
Pancasila sebagai sumber dasar hukum nasional dan UUD 1945 sebagai
sumber hukumnya yang harus terjabarkan secara hierarkis ke dalam berbagai
peraturan pelaksanaan (undang-undang, peraturan presiden, peraturan pemerintah,
dan peraturan daerah) tampaknya belum dapat diwujudkan secara konkret dalam wujud
nilai-nilai praksisnya. Masih cukup banyak diperlukan pembenahan, antara lain,
pembenahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama kualitas
penentu kebijakan yang mengemban amanat rakyat, memiliki moral dan akhlak yang
dapat diteladani, serta memiliki kemampuan dalam menghadapi pengaruh globalisasi.
Pengalaman pahit eksistensi Pancasila dalam tragedi nasional G-30-S/PKI tahun 1965
merupakan pelajaran yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan masa depan
yang penuh dengan ketidakpastian. Pemasyarakatan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi terbuka yang bersifat universal harus betul-betul dipahami dan dihayati
oleh seluruh komponen bangsa Indonesia, terutama keberadaan Pancasila di antara
ideologi besar dunia.
Berbagai amandemen dari pasal-pasal UUD 1945 harus tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan
strategis, terutama dalam menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh
perkembangan iptek yang relatif berubah dengan cepat. Hasil amandemen UUD 1945
(pasal-pasal) perlu dimasyarakatkan atau disosialisasikan, baik yang berkaitan dengan
lahirnya amandemen, proses amandemen, maupun metode atau pelaksanaan
sosialisasi amandemen UUD 1945. Pemahaman terhadap ideologi Pancasila dan UUD
1945 hasil amandemen diharapkan akan membantu dan mempermudah peserta didik
mengikuti pendidikan di Lemhannas dalam mempelajari bidang studi Ideologi dan UUD
-
5
1945.
2. Relevansi
Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen di dalam sistem manajemen
nasional atau sistem penyelenggaraan pemerintahan NKRI merupakan pedoman atau
landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sesuai dengan paradigma nasional,
Pancasila yang merupakan sumber dasar hukum dijadikan sebagai landasan idiil dan
UUD 1945 yang merupakan sumber hukum dijadikan sebagai landasan konstitusional.
Pancasila dan UUD 1945 merupakan salah satu mata kuliah atau materi inti
ajaran yang berisikan atau memancarkan nilai-nilai Pancasila, baik nilai dasar, nilai
instrumental, maupun nilai praksis Pancasila. Dengan memperhatikan kedudukan atau
posisi peserta didik sebagai kader-kader pimpinan nasional pada masa mendatang,
diharapkan setelah menyelesaikan pendidikan di Lemhannas RI, peserta didik mampu
menghadapi, mengatasi, dan menyelesaikan berbagai masalah nasional dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, maupun negara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Akhirnya, dengan mempelajari mata kuliah Pancasila dan UUD 1945 ini, Anda
sebagai bagian dari penyelenggara negara diharapkan tidak mudah terpengaruh
dengan ideologi mana pun di dunia, dapat menegakkan hukum yang bersumber dari
UUD 1945, serta dapat menjadi teladan dalam mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai aparatur negara maupun sebagai pribadi.
3. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah atau materi ajaran Pancasila dan UUD 1945 dibagi menjadi tiga buku
yang terdiri atas satu buku panduan belajar dan dua modul. Setiap modul berisi
pemahaman singkat, relevansi, dan uraian materi yang harus dipahami. Kedua modul
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Modul 1 berisikan materi Pancasila dan perkembangannya. Dalam modul
ini dijelaskan lahirnya Pancasila serta Pancasila sebagai dasar negara, falsafah
pandangan hidup bangsa, dan ideologi nasional. Selain itu, dijelaskan pula
-
6
tentang Pancasila di antara ideologi besar dunia, Pancasila sebagai ideologi
terbuka dan bersifat universal, serta Pancasila di dalam menghadapi era
globalisasi.
b. Modul 2 berisikan materi UUD 1945, hasil amandemen, dan
sosialisasinya. Dalam modul ini dijelaskan latar belakang lahirnya amandemen
UUD 1945. Lahirnya amandemen ditekankan pada hakikat diperlukannya
amandemen, sedangkan proses amandemen menjelaskan kegiatan amandemen
dan keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan amandemen. Penjelasan
tentang sosialisasi UUD 1945 hasil amandemen, terutama diarahkan pada
pentingnya sosialisasi, latar belakang, dan proses terjadinya perubahan
beberapa pasal UUD 1945 serta pokok-pokok materi perubahan pasal-pasal
UUD 1945.
4. Standar Kompetensi Setelah mempelajari modul-modul ini, diharapkan para peserta didik mengerti,
memahami, dan menghayati Pancasila dan UUD 1945 beserta perkembangannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Memahami dan
menghayati Pancasila dan UUD 1945 bukan hanya sebagai sumber dasar hukum dan
sumber hukum, melainkan juga sebagai landasan idiil dan landasan konstitusional
dalam proses pengambilan keputusan. Di samping itu, peserta didik diharapkan dapat
memahami dan mengaktualisasikan di dalam hierarki paradigma nasional dalam rangka
mewujudkan cita-cita nasional dan pencapaian tujuan nasional.
5. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari modul-modul ini, peserta didik diharapkan mampu
a. menjelaskan secara terperinci Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen
dan sosialisasinya serta
b. mengonstruksi fenomena Pancasila dan UUD 1945 yang terjadi di
masyarakat.
-
7
PANDUAN BELAJAR MATA KULIAH
MODUL 1 PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA
1. Deskripsi. Pancasila yang digali dari akar budaya Indonesia mengandung
nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Nilai-nilai itu,
antara lain, nilai agama, adat istiadat, dan perjuangan untuk melepaskan diri dari segala
bentuk penjajahan. Nilai-nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan Pancasila sebagai perwujudan
filsafat kemanusiaan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan (alam) tempat hidupnya. Rumusan
Pancasila merupakan suatu pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia sebagai
suatu kebenaran yang dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa. Idealisme tersebut
bersifat abstrak yang kemudian dijadikan sebagai ideologi nasional.
Sebagai falsafah hidup bangsa dan ideologi nasional, Pancasila memerlukan
norma (aturan) yang bersifat mengatur sehingga memiliki kekuatan hukum yang
mengikat dalam pengamalan atau pengejawantahannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk itu, rumusan lima sila Pancasila
dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijadikan sebagai dasar negara serta
merupakan sumber dasar hukum NKRI. Kebenaran Pancasila yang didasarkan pada
filsafat kemanusiaan dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan manusia lainnya, dan
dengan alam (ruang hidup) telah menempatkan Pancasila diakui di antara ideologi-
ideologi besar dunia dan di era globalisasi sebagai ideologi terbuka yang bersifat
universal.
2. Relevansi. Setelah mempelajari materi ini, para peserta didik akan memperoleh pemahaman pengetahuan tentang Pancasila sebagai ideologi nasional,
dasar negara dan falsafah hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan dalam perumusan berbagai
-
8
pengambilan keputusan sebagai nilai instrumental serta dalam berbagai sikap dan
perilaku manusia Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai praksis Pancasila.
3. Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut.
a. Lahirnya Pancasila
b. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
c. Pancasila di antara Ideologi Besar Dunia
d. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Ideologi Nasional
e. Pancasila dalam Era Globalisasi
4. Uraian Singkat Sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi atau penjelasan yang sama
tentang pemahaman falsafah Pancasila. Pancasila sering dikhawatirkan sama dengan
agama dan hanya sebagai alat pemersatu, terutama oleh golongan tertentu yang
berseberangan dengan Pancasila. Pancasila diterjemahkan secara harfiah, diuraikan
dalam butir-butir Pancasila (45 butir), dan dirumuskan dalam berbagai sistim nilai yang
rasanya makin sulit dicerna oleh masyarakat awam yang rendah kualitasnya.
Pancasila bukan suatu agama, tetapi suatu falsafah yang diyakini dan disepakati
sebagai suatu kebenaran yang di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang
didasarkan pada ajaran agama. Pancasila merupakan ajaran yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang merupakan
perpaduan dirinya sebagai makhluk individu yang beriman dan bertakwa dengan dirinya
sebagai makhluk sosial yang bermoral dan berakhlak mulia. Pengejawantahan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan
mencerminkan moral dan akhlak seseorang yang secara kumulatif akan
menggambarkan moral dan akhlak suatu komunitas (bangsa Indonesia).
Kelima sila dalam Pancasila saling terkait dan saling jiwa-menjiwai yang tak
dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dilihat secara utuh, terpadu, dan
menyeluruh dari sila kesatu sampai dengan sila kelima. Sejak NKRI terbentuk
Pancasila telah dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi
nasional. Dari pengalaman sejarah, khususnya di Indonesia, perkembangan ideologi
-
9
tidak pernah lepas dari perkembangan politik, demikian juga sebaliknya. Salah satu
pakar ideologi (Freeden) mengatakan bahwa ideologi merupakan bentuk pemikiran
politik yang menyediakan akses langsung yang penting untuk memahami pembentukan
dan hakikat teori politik, kekayaannya, keanekaragamannya, dan seluk-beluknya.
Ideologi menurut pakar Indonesia, Prof. Notonegoro, identik dengan cita-cita negara
yang pasti dimiliki setiap negara. Kedekatan ideologi dengan politik dan cita-cita
negara menuntut ideologi Pancasila untuk tidak dapat dilepaskan dengan ideologi-
ideologi lain di dunia sebagai ideologi terbuka yang bersifat universal, termasuk dalam
menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh perkembangan kemajuan iptek yang
relatif berubah dengan cepat.
Pemikiran dunia Barat (F. Ratzel dan R. Kjollen) menyatakan bahwa manusia
butuh negara dan negara butuh ruang hidup sehingga menjadikan negara sebagai
suatu organisme hidup (entitas biologis) dan secara langsung maupun tidak langsung
terus berusaha memperluas ruang hidupnya. Dari sudut pandang ideologi Pancasila,
kehadiran manusia, negara, dan ruang hidup merupakan anugerah Tuhan yang harus
disyukuri dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup bersama dalam mewujudkan
cita-cita bersama (cita-cita negara).
-
10
PANDUAN BELAJAR MATA KULIAH MODUL 2 UUD 1945
HASIL AMANDEMEN DAN SOSIALISASINYA
1. Deskripsi. UUD 1945 pada dasarnya terdiri atas Pembukaan UUD 1945 yang memancarkan nilai-nilai dasar Pancasila dan pasal-pasal UUD 1945 yang
memancarkan nilai-nilai instrumen Pancasila. Pembukaan UUD 1945 merupakan
fundamen negara yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. UUD 1945
berisi pernyataan kemerdekaan bangsa dan berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Pernyataan tersebut hanya terjadi sekali dalam sejarah dan tidak
dapat diulangi kembali. Mengubah pembukaan UUD 1945 berarti mengakhiri
keberadaan NKRI yang dengan susah payah direbut dari penjajah dengan menelan
korban harta dan nyawa putra-putri Indonesia yang telah berikrar dalam Sumpah
Pemuda. Nilai-nilai dasar Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945,
menjadi weltanschaung dan light star bangsa Indonesia serta merupakan parameter
bagi pasal-pasal UUD 1945 yang telah disesuaikan dengan perkembangan lingkungan.
MPR bersepakat untuk tetap mempertahankan Pembukaan UUD 1945 dalam
pengertian bahwa amandemen UUD 1945 tidak dilakukan terhadap Pembukaan UUD
1945. Amandemen UUD 1945 dilaksanakan dalam perubahan beberapa pasal UUD
1945 yang disesuaikan dengan perkembangan sistim demokrasi di Indonesia yang
lebih transparan serta menekankan pada kebebasan dan keterbukaan berdasarkan
falsafah Pancasila.
Alasan untuk mengamandemen pasal-pasal UUD 1945, antara lain, tuntutan
terhadap perubahan (reformasi) yang melihat dan merasakan bahwa terdapat pasal-
pasal UUD 1945 yang kurang berpihak kepada kepentingan rakyat dan lebih banyak
untuk kepentingan penguasa (pemerintahan negara). Hal ini dapat dimaklumi karena
UUD 1945 lahir dalam situasi dan kondisi yang relatif sangat mendesak yang menuntut
-
11
adanya UUD 1945 sebagai dasar bagi suatu negara yang baru dan merdeka.
Sehubungan dengan hal itu, amandemen pasal-pasal UUD 1945 sekiranya perlu
dikaitkan dengan masih adanya peraturan peninggalan penjajah yang lebih banyak
berpihak kepada kepentingan penjajah (penguasa) yang apabila tidak diamandemen
akan dapat merugikan rakyat.
2. Relevansi. Setelah mempelajari materi ini, para peserta didik akan memperoleh pemahaman tentang perlunya amandemen pasal-pasal UUD 1945 yang
sesuai dengan tuntutan reformasi yang menginginkan perubahan. Perubahan pasal-
pasal didasarkan pada sistem demokrasi Pancasila yang menempatkan kekuasaan dan
kedaulatan langsung berada di tangan rakyat. Pelaksanaan UUD 1945 dipahami sesuai
dengan sistem pemerintahan yang berlaku hingga terjadinya amandemen pasal-pasal
UUD 1945 saat ini. Secara lebih khusus, para peserta didik dapat memahami
pentingnya UUD 1945 sebagai sumber hukum dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sebagai landasan konstitusional dalam pencapaian tujuan
nasional.
3. Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut.
a. Latar Belakang Lahirnya Amandemen Pasal-Pasal UUD 1945
b. Proses Amandemen UUD 1945 dan Sosialisasinya
c. Kandungan Permasalahan dalam Amandemen UUD 1945
4. Uraian Singkat Perjalanan sejarah pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan NKRI telah
banyak mengundang kontroversi, terutama berkaitan dengan sistem pemerintahan dan
sistem pembagian kekuasaan yang selama bertahun-tahun (puluhan tahun) lebih
didominasi oleh lembaga eksekutif, baik pada masa pemerintahan Soekarno maupun
masa pemerintahan Soeharto. Kaburnya bunyi pasal-pasal UUD 1945 tentang kabinet
presidensiil dan kabinet parlementer serta besarnya kekuasaan Presiden dan MPR
sebagai lembaga tertinggi negara yang relatif dikuasai oleh presiden, telah menjadikan
rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang tidak berdaya dan berakibat pada
munculnya tuntutan reformasi untuk mengadakan perubahan atau mengamandemen
-
12
beberapa pasal dalam UUD 1945 beserta penjelasannya.
Proses amandemen dilaksanakan dalam empat tahap perubahan, yaitu
a. menekankan adanya pengurangan hak prerogratif presiden;
b. pengurangan kekuasaan pusat (otonomi daerah);
c. MPR bukan pemegang kedaulatan rakyat tertinggi (rumusan fungsi MPR);
serta
d. hal-hal lain seperti bentuk dan kedudukan MPR, pergantian Presiden,
DPA, dan berbagai masalah yang berkaitan dengan keuangan dan moneter,
pendidikan dan kebudayaan, perekonomian, dan kesejahteraan, serta aturan
peralihan.
Disahkannya amandemen pasal-pasal UUD 1945 setidak-tidaknya telah dapat
menghilangkan sikap apriori dan penolakan terhadap perubahan UUD 1945 oleh
sebagian masyarakat. Hasil amandemen perlu dimasyarakatkan (disosialisasikan),
terutama untuk menghindari persepsi keliru tentang UUD 1945 hasil amandemen yang
tidak diartikan sebagai upaya membuat sebuah UUD baru. UUD 1945 berkaitan erat
dengan pengaturan dan pembatasan kekuasaan serta mengikat dan harus menjadi
acuan dalam setiap kebijakan, strategi, maupun langkah-langkah atau upaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diambil para pemimpin
pemerintahan negara, pimpinan politik, pimpinan masyarakat, bahkan seluruh
masyarakat. Perlu dimengerti dan dipahami bahwa UUD 1945 hasil amandemen perlu
dimasyarakatkan dengan baik dan jelas melalui sistem sosialisasi secara teratur dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
-
13
DAFTAR ISI
Kegiatan Belajar 1 1. Lahirnya Pancasila . 1 2. Subtansi Pidato MR. Muh Yamin . 2 3. Subtansi Pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo... 9 4. 5.
Subtansi PidatoIr. Soekarno................................................. Rangkuman...................................................................................................................................
15 23
Kegiatan Belajar 2 Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa 25 1. Pengalaman Masa Penjajahan . 25 2. Bhineka Tugal Ika ... 26 3 Pancasila Dalam Pembukaan UUD 1945. 27 4. Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa .. 29 5. 10. Pancasila adalah Falsafah dan Cita-cita Moral Bangsa .. 32 6. Rangkuman .. 35 7. Latihan .. 35 Bacaan Utama 36 Bacaan Pendukung .. 36 Bacaan yang dianjurkan 36 Kegiatan Belajar 3 37
Pancasila Diantara Idiologi Besar Dunia .. 37 1. Liberalisme 42 2. Konservatisme .. 45 3. Marxisme dan Komunisme 48
4. Demokrasi . 52 5. Anarkisme .. 54 6. Feminisme .. 56
-
14
7. Ekologisme 57 8. Nasionalisme . 59 9. Fasisme 61
10 Islam Fundamental .. 62 Latihan . 64 Petunjuk Jawaban . 66 11. Rangkuman .. 67
Kegiatan Belajar 4 68 Pancasila sebagai Idiologi Terbuka dan Idiologi Nasional 68 1. Hakikat dan Fungsi Idiologi .. 68 2. Pancasila Sebagai Idiologi Nasional .. 69
3. Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka .. 73 4. Tantangan Aktualisasi Pancasila .. 76 5. Rangkuman .. 80 Latihan . 80 Daftar Bacaan 82 Bacaan yang dianjurkan .. 81 Kegiatan Belajar 5 83 1. Pancasila diera Globalisasi 83
2. Anatomi Konflik (Kepentingan) Idiologi .. 86 3. Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya .............................................. 89 Orientasi Pancasila . 91 Rangkuman . 94
Soal Latihan 95 Daftar Bacaan .. 95
-
15
Kegiatan Belajar 1
1. LAHIRNYA PANCASILA
Pada awal tahun 1945 dengan ditandai kekalahan Jepang dalam perang di
kawasan Asia Pasifik, pemerintah Jepang memberikan janji kemerdekaan di wilayah
pendudukannya, antara lain, di Indonesia untuk mencegah terjadinya pemberontakan.
Untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr.
Radjiman Wedyodiningrat. Badan penyelidik ini beranggotakan 58 orang dan terbagi habis dalam beberapa seksi serta satu panitia hukum dasar. Panitia hukum dasar
beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan dalam perkembangannya
berubah nama menjadi Panitia Undang-Undang Dasar. Dari Panitia Undang-Undang
Dasar ini, dibentuk lagi panitia kecil perancang undang-undang dasar yang dipimpin
oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo. BPUPKI melaksanakan dua kali sidang resmi. Yang
dimana pertama pada tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk membahas
dasar negara dan sidang kedua pada tanggal 1017 Juli 1945 untuk membahas
bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. BPUPKI
sempat melaksanakan sidang tidak resmi dengan memanfaatkan masa reses antara
sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua untuk membahas rancangan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dengan
selesainya tugas BPUPKI mempersiapkan dasar negara dan undang-undang dasar
negara, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang baru bisa bersidang untuk pertama kalinya sesudah proklamasi
kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 22 Agustus 1945.
Dari jadwal rencana sidang resmi pertama, BPUPKI membicarakan dasar negara
(dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945) pada tanggal 29 Mei yang
menampilkan pembicara, antara lain, Muh. Yamin, Margono, Sosrodiningrat, Wiranata
-
16
Kusumah, Sumitro, Woerjaningrat, Surjo, Soesanto, Dasaad, Rooseno, dan Aris P.
Dari para pembicara ini hanya Mr. Muh. Yamin yang menyampaikan pidato. Demikian
pula, pada tanggal 30 Mei terdapat nama pembicara, antara lain, Drs. Moh. Hatta, Agus
Salim Samsudin, Wongsonegoro, Soerachman, Abdul Kadir, Soewandi Abdul Rahim,
Soekirman dan Soetarjo. Namun, hanya Dr. Moh. Hatta yang berpidato selama lebih
dari satu jam. Naskah pidatonya tidak terdokumentasikan dan sampai saat ini masih
dalam pencarian guna pelurusan sejarah. Pada tanggal 31 Mei dijadwalkan pembicara,
antara lain, Mr. Muh. Yamin, Sanusi, Soehardjo, Soekarno, dan Hadikoesoemo. Akan
tetapi, hanya Ki Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Soepomo dan Mr. Muh. Yamin yang
menyampaikan pidatonya. Selanjutnya, pada tanggal 1 Juni 1945 dijadwalkan
pembicara, antara lain, Baswedan, Muzakir, Ir. Soekarno, Latuharhary, dan Soekarjo.
Namun, hanya Ir. Soekarno yang menyampaikan pidatonya. Jadi, selama sidang resmi
pertama tanggal 28 Mei hingga 2 Juni 1945 hanya lima pembicara yang menyampaikan
pidato tentang dasar negara, yaitu Mr. Muh. Yamin, Dr. Moh. Hatta, Ki Bagoes Hadi
koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dari kelima pembicara ini hanya
empat pidato yang dokumentasinya ditemukan, yaitu naskah pidato Mr. Muh. Yamin, Ki
Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno, sedangkan pidato Drs.
Moh. Hatta tidak ditemukan. Dalam sidang resmi pertama ini, Mr. Muh. Yamin sempat
dua kali berpidato. Hanya pidato pertama pada tanggal 29 Mei 1945 yang berhubungan
dengan dasar negara, sedangkan pidato kedua pada tanggal 31 Mei 1945
menitikberatkan pada rencana daerah wilayah negara Indonesia. Berikut ini disajikan
substansi pidato Mr. Muh. Yamin, Ki Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo,
dan Ir. Soekarno.
2. Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 Peri Kebangsaan
Jika Indonesia ingin merdeka sekarang, ada tiga pekerjaan yang harus segera
dirampungkan, yaitu mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara,
menyusun undang-undang dasar, dan menjalankan isi hukum dasar dalam negara yang
terbentuk. Negara baru yang akan kita dirikan haruslah negara kebangsaan (nationale
staat atau etat national) sesuai dengan kewajaran peradaban kita sekarang. Kita
-
17
sebelumnya mempunyai dua negara dengan susunan negara bagian atas (kerajaan),
yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Namun kedua negara tersebut sudah putus 400 tahun
yang lalu. Pada saat ini ada lebih dari 300 kerajaan kecil yang lebih bercorak
kedaerahan dan penduduknya tidak saling berhubungan secara keputranegaraan. Kita
tidak dapat merujuk pada susunan tata negara bagian atas dulu dan bercermin pada
300 kerajaan kecil saat ini. Walaupun kedua negara tersebut pernah mengalami zaman
keemasan dulu, kita harus menyusun negara bagian bawah. Dalam menyusun negara
bagian bawah, kita tidak perlu meniru susunan negara luar karena sebagai bangsa kita
telah beradab dan berbudaya sejak ribuan tahun lalu. Dengan merujuk pada peradaban
rakyat zaman sekarang dan dari susunan negara hukum adat bawahan, dari sanalah
kita kumpulkan sari tata negara yang sebetul-betulnya menjadi dasar negara. Pokok
dasar negara haruslah menurut watak peradaban Indonesia dan bukan meniru atau
menyalin konstitusi negara lain. Peradaban dan keinginan kita sebagai bangsa
hendaklah menjadi corak kepada negara yang akan dibentuk dan negara Republik
Indonesia yang diingini oleh bangsa Indonesia adalah negara kebangsaan Indonesia
sebagai suatu etat nasional. Pinjaman, salinan, dan tiruan dari luar hanya boleh
dijadikan cermin saja.
a. Peri Kemanusiaan Paham Indonesia merdeka bukan cuma lepas dari penjajahan Belanda,
melainkan juga ingin menyusun masyarakat baru dalam suatu negara merdeka.
Kemerdekaan akan menghidupkan kedaulatan negara, baik ke dalam maupun
ke luar. Kemerdekaan dan kedaulatan ke dalam memberi perlindungan tinggi
pada putra negara dengan hak milik dan harta benda dalam lingkar batas
negara. Kemerdekaan dan kedaulatan ke luar memberi kesempatan luas kepada
negara Indonesia untuk mengatur hubungannya dengan negara lain. Negara
kedaulatan inilah yang diinginkan rakyat Indonesia, bukan yang lain, sehingga
kita menolak bujukan status dominion dan protektorat. Kita menginginkan negara
kedaulatan agar dapat ikut memeluk keanggotaan keluarga bangsa-bangsa
secara penuh. Keanggotaan ini mengatur hubungan diplomasi secara merdeka.
Oleh sebab itu, kedaulatan harus berdasarkan perikemanusiaan secara universal
yang berisi humanisme dan internasionalisme bagi segala bangsa karena dasar
-
18
perikemanusiaan adalah dasar universalisme dalam hukum internasionalisme
dan aturan kesusilaan segala bangsa dan negara merdeka.
b. Peri Ketuhanan
Bangsa Indonesia yang akan menjadi negara merdeka itu adalah bangsa
beradab luhur dan dalam peradabannya mempunyai Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh sebab itu, negara kesejahteraan Indonesia merdeka akan berketuhanan.
Tuhan akan melindungi negara Indonesia merdeka.
c. Peri Kerakyatan 1) Permusyawaratan
Surat Asysyura, ayat 38 berbunyi, Segala urusan harus
dimusyawarahkan. Permusyawaratan memberi tiga dasar keinginan
berikut.
a) Dengan membuka pikiran dalam permusyawaratan sesama
manusia, manusia akan selalu berjalan di jalan Tuhan.
b) Dengan permusyawaratan, beban pengelolaan negara tidak
dipikul oleh satu orang, tetapi dipikul bersama banyak orang.
c) Permusyawaratan mengecilkan kekhilafan perseorangan
dan menghindarkan negara dari kesesatan.
Dalam sejarah Islam, permusyawaratan Islam telah diamalkan, termasuk
ketika Islam masuk ke Indonesia. Namun, sebelum agama-agama masuk
ke Indonesia, tonggak budaya mufakat sudah ada dalam bentuk
masyarakat desa karena sejak zaman purbakala susunan desa ini sudah
ada. Dasar mufakat ini tidak runtuh oleh pengaruh Hindu dan Buddha dan
ketika agama Islam masuk ke Indonesia, budaya mufakat ini bertambah
mekar lagi.
2) Perwakilan Kemampuan dan keterampilan bangsa Indonesia dalam mengolah tata
negara sudah ada sejak ribuan tahun dengan melihat 21.000 desa di
Pulau Jawa, 700 nagari di Minangkabau, susunan negeri sembilan di
-
19
Malaya, begitu pula di Borneo, Bugis, Ambon, Minahasa, dan tempat lain.
Susunan persekutuan ini tidak rusak oleh pengaruh Hindu, Buddha, serta
feodalisme dan penjajahan. Desa tetap desa, walaupun susunannya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan zaman dan desa merupakan
salah satu tonggak persekutuan adat yang lebih banyak samanya
daripada bedanya di seluruh Indonesia. Dalam susunan inilah terpilih
orang yang memegang kekuasaan dan menjadi perwakilan untuk ke
susunan yang lebih besar lagi. Perwakilan inilah yang memusyawarahkan
hal-hal yang lebih besar dan lebih luas. Perwakilan tidak saja menguatkan
persekutuan hukum adat dalam tata negara bagian bawah, tetapi menjadi
pedoman dalam keinginan bangsa sekarang dalam menyusun tata negara
bagian tengah dan bagian atas. Perwakilan inilah yang akan menjadi
sambungan jiwa tata negara rakyat dan dasar perwakilan merupakan
dasar abadi menurut kebudayaan Indonesia.
3) Kebijaksanaan
Pembentukan negara mewujudkan suatu pembaruan dan pembaruan
tidak lepas dari ketuhanan dan adat pusaka Indonesia yang sudah
dipengaruhi feodalisme pemerintahan jajahan. Negara Indonesia harus
disusun atas logika dan nasionalisme sehat. Melalui organisasi
pergerakan kemerdekaan, golongan terpelajar telah menyumbangkan
pikiran dan tenaga dalam pergerakan dan melalui pergerakan ini dinamika
dan cita-cita rakyat Indonesia dapat dibaca. Hikmat kebijaksanaan yang
menjadi pimpinan kerakyatan Indonesia adalah nasionalisme yang sehat
karena telah melepaskan diri dari anarkisme, liberalisme, dan semangat
penjajahan.
a) Paham Negara Tiga dasar di atas membawa kita pada susunan negara
yang berdasar pada kenyataan. Kita tidak bergandengan
dengan pikiran Plato dengan Respublica- nya, Aristoteles
-
20
dengan Politea-nya serta Thomas More dengan Utopia-nya.
(1) Negara Indonesia menolak tata negara yang
melanggar dasar permuyawaratan, perwakilan, dan
kebijaksanaan.
(2) Negara Indonesia menolak segala paham
federalisme, monarki, liberalisme, autokrasi dan birokrasi,
serta demokrasi Barat.
(3) Negara Indonesia menolak segala macam
penjajahan. Negara Indonesia adalah negara kebangsaan
yang merdeka dan berdaulat penuh.
(4) Negara Indonesia menolak paham pemerintahan
istibdadi, paham pemerintahan khilaah, dan paham
pemerintahan filsafatiyah.
(5) Negara Indonesia menolak segala dasar penjajahan
kolonialisme sebagai dasar pembentukan negara.
(6) Negara Indonesia menolak segala tindakan yang
mengecewakan kedaulatan negara dengan menjalankan
kebonekaan.
Dengan menolak keenam paham di atas, negara Indonesia akan
mewujudkan paham-paham berikut.
(1) Negara rakyat Indonesia merupakan negara
persatuan yang tidak terpecah yang dibentuk di atas dan di
dalam badan bangsa Indonesia yang tidak terbagi-bagi.
Negara kesatuan atas paham unitarisme.
(2) Negara rakyat Indonesia mempunyai satu kedaulatan
yang dijunjung kepala negara dan oleh daerah dan rakyat
Indonesia.
(3) Kepala negara, pusat pemerintahan, pemerintah
daerah, dan pemerintahan persekutuan desa dipilih secara
umum dalam permusyawaratan yang disusun secara
kerakyatan. Negara rakyat Indonesia merupakan negara
-
21
pemerintahan syuriyah yang berdasarkan permusyawaratan
antar orang yang berilmu dan berakal sehat yang dipilih
berdasarkan paham perwakilan.
(4) Permusyawaratan, pemilihan, dan pembaruan pikiran
menjadi dasar pengangkatan dan segala pemutusan urusan
negara.
(5) Negari, desa, dan segala persekutuan hukum adat
yang diperbarui dengan jalan nasionalisme dan pembaruan
zaman dijadikan kaki susunan negara sebagai bagian
bawah.
(6) Pemerintah pusat dibentuk di sekeliling kepala negara
yang terbagi atas
(a) Wakil kepala negara,
(b) Kementerian, dan
(c) Pusat parlemen balai perwakilan yang terbagi
atas majelis dan balai perwakilan.
(d) Antara bagian atas dan bagian bawah di
bentuk bagian tengah sebagai pemerintah daerah.
(e) Negara rakyat Indonesia menjalankan
pembagian pekerjaan negara atas jalan desentralisasi
atau dekonsentrasi yang tidak mengenal federalisme
atau perpecahan negara.
(f) Negara rakyat Indonesia menjadi anggota
yang berkedaulatan dalam permusyawaratan bangsa-
bangsa sedunia.
d. Pembelaan Negara. Pengakuan dasar yang tiga itu memberi dasar
pada soal kemiliteran, pembelaan negara, dan pemertahanan negeri dengan
senjata. Permusyawaratan berdasarkan agama menimbulkan perang jihad,
dasar adat mengharuskan kita membela negeri melawan kelaliman, dan
rasionalisme mendorong kemajuan teknik dalam berperang.
-
22
e. Budi Negara. Tiap negara yang terbentuk oleh peradaban sempurna harus mempunyai budi pekerti atau moral sebagai corak atau identitas
dari bangsanya. Budi pekerti negara merupakan tali perhubungan hati rakyat
dengan negara yang melindunginya.
1) Setia Negara Negara pertama Kerajaan Syailendra Sriwijaya sanggup menahan
gelombang massa karena memiliki moral yang dipusatkan pada rasa
kebaktian dengan wujud kesetiaan kepada negara kesatuan. Tidak
berbakti kepada negara adalah suatu kesalahan yang besar. Walaupun
kerajaan ini runtuh, budaya setia masih berakar pada masyarakatnya.
Negara kedua Majapahit mempunyai moral menumpukkan kepercayaan
penuh kepada tenaga rakyat.
2) Tenaga Rakyat Negara kedua Majapahit menjadi kuat di Asia Tenggara, terutama setelah
potensi tenaga rakyat yang besar dimanfaatkan seefektif mungkin oleh
Mahapatih Gajah Mada. Zaman sekarang memang sudah berubah, tetapi
kekuatan rakyat tetap merupakan potensi dan saat ini seluruh rakyat
Indonesia mempunyai tekad untuk merdeka dan moral rakyat yang ingin
dan mau merdeka ini merupakan dasar budi pekerti mereka.
3) Kemerdekaan Setia negara, tenaga rakyat, dan ingin merdeka adalah moral negara
ketiga. Moral ini akan masuk dalam urat nadi negara baru. Moral negara
ini sangat tingggi nilainya karena budi pekerti tertanam dalam negara
berketuhanan Yang Maha Esa, yang beradab dan berkebangsaan.
f. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
Negara jangan dirasakan sebagai ikatan hidup yang menyempitkan hidup
rakyat atau dipandang sebagai autokrasi atau oligarki. Kegembiraan akan
muncul apabila negara yang dibentuk atas peradaban kita memberikan jaminan
-
23
dalam undang-undang dasar akan adanya perubahan besar yang menyangkut
bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah serta seluruh kehidupan ekonomi
sehari-hari. Untuk itu, hendaklah negara baru ini berhubungan langsung dengan
keinginan rakyat.
1. Daerah Negara Hendaklah negara yang dibentuk ini meliputi
daerah yang diinginkan oleh rakyat Indonesia. Tentulah juga tanah negara
berwarna Indonesia. Kita tidak mau ada satu enklave di dalam wilayah
negara.
2. Penduduk dan Putra Negara Pada saat pelantikan negara nanti sudah ditentukan siapa yang menjadi putra negara, hendaklah sudah ada
ketentuan tentang golongan peranakan Arab dan Tionghoa sebelum
pelantikan negara.
3. Bentuk Negara Indonesia Pada saat pelantikan negara baru,
bertambahlah di atas dunia anggota keluarga yang sudah berumur tua
dan berperadaban luhur dengan wilayah yang mahaluas dan kaya,
makmur, dan sudah permai serta rakyatnya yang beragama.
Kesejahteraan rakyat menjadi dasar dan tujuan negara yang ringkasnya
adalah keadilan masyarakat atau keadilan sosial. Dalam Perang Dunia II
ini berkat bantuan tentara Dai Nippon dan berkat kesungguhan
perjuangan rakyat Indonesia, kita ditakdirkan naik dari kedudukan negara
jajahan menjadi negara rakyat merdeka. Bentuk negara Indonesia yang
merdeka berdaulat ini adalah suatu Republik Indonesia yang tersusun
dalam paham unitarisme.
4. Pidato Mr. Muh. Yamin tersebut ditutup dengan syair.
3. Substansi Pidato Ki Bagoes Hadi koesoemo pada tanggal 31 Mei 1945
Bila masyarakat atau negara sudah kocar kacir sudah ada batas antara baik buruk, halal haram, allah akan membangkitkan para nabi untuk memimpin dan
membangun masyarakat menuju keadilan, ketentraman keamanan dan
kesejahteraan.Hidup manusia adalah masyarakat, manusia tidak dapat hidup tanpa
orang lain harus saling tolong menolong. Kita kaum tahu bagaimana Nabi membentuk
-
24
negara akan masyarakat akan masyarakat baru . Kita kaum tahu apa yang membuat
kesal dan kekacuan di masyarakat yaitu perlakuan jahat . Setengah kekuatan jahat
yang paling berbahaya adalah tamah dan serakah (menang sendiri,enak sendiri, kaya
sendiri, dapat nama sendiri)agar tidak ada yang menang sendiri, dapat nama sendiri,
kita perlu musyawarah. Dalam usaha memperbaiki masyarakat Nabi dan Rosul menitik
beratkan pada perbaikan budi pekerti , Bila semua berbudi pekerti baik tidak perlu ada
aturan yang menyikapi karena ada hawa nafsu maka diperlukan peraturan dan
pemerintah agar masyarakat tertip, aman sentosa,sejahtera.
Pedoman apa saja yang diajukan para nabi ? ada empat peran pokok yaitu:
a. Ajaran Iman atau kepercayaan pada Allah dan perkara gaib.Dari Iman
timbul watak dan Budi pekerti baik yang akan mematahkan nafsu jahat.
b. Ajaran beribadah, berhikmat dan berbakti pada allah ajaran ibadah ini
baru terasa manfatnya bila seseorang telah melakukanya sendiri, ajaran ini
pertama hanya terangkan / diajarkan tapi baru bermanfaat setelah
diimplementasikan, kedua ajaran diatur merupakan kemajuan manusia pada
Tuhannya.
c. Ajaran beramal sholeh, Maknaya merekah tepi semua orang memahami
artinya, Manusia mau berbuat baik, kepada orang tua anak, anak, tetangga,
tamu handai taulan golongan lain dan kepada masyarakat.
d. Ajaran berjihad dijalan allah sukarela berjuang berkorban tanpa pamprih
untuk menegakkan dan kebenaran.
Keempat perkara ini merupakan ringkasan ajaran islah yang telah diajarkan para nabi
untuk memperbaiki, menyusun masyarakat serta negara. Hubungan mukmin dengan
mukmin lainya seperti batu dalam tembok saling mengokohkannya seperti keadaan
untuk kita satu anggota tubuh sakit badan merasakan (sabda nabi Muhammad SAW)
350 tahun penjajahan membuat bangsa terpecah belah agama seharusnya menjadi tali
pengikat yang kuat tapi bahkan mejadi pangkal cek cok dan perpecahan padahal
agama adalah petunjuk Tuhan menuju kebahagiaan dan kesejahteraanpertama didunia
dan akhirat. Bukan Cuma perkara agama yang dapat menimbulkan perselisihan
perkara apakah bentuk negara republik atau monarhki, serikat atau kesatuan dapat
menimbulkan perselisihan. Permusyawaratan harus didasarkan kesucian dan kejujuran
-
25
tidak boleh berdasarkan perorangan, golongan, menang sendiri karena akan
menimbulkan perpecahan sampai saat ini bekas bekas politik penjajahan masih ada.
Jika saudara menghendaki negara Indonesia dengan rakyat kuat dirikanlah negara ini
atas petujuk alquran dan hadisk seperti yang sudah diterangkan tadi. Bila menginginkan
ekonomi kuat dirikanlah negara ini diatas perintah allah .......... ( surat nabil 14). Bila
menginginkan negara kuat dalam pertahanan dan keamanan bangunlah negara atas
firman allah..( surat infal 62, surat shof 2-3-4)surat shof(10-11-12-13).
Bila menginginkan berdirinya pemerintahan yang adil bijaksana bersendi
permusyawaratan tidak memaksa tentang agama dirikan negara ini atas islam..(surat
mak 90, surat 5., surat al imronisa, surat syuro 38, surat baqoroh 256) bagi yang tidak
setuju negara berdasarkan agama dengan alasan alasan lain agar agama tetap suci
jangan dicampururusan negara. Dalam alquran 6000 ayat dan hanya 100 ayat yang
mengatur ibadat dan akhirat sisanya mengenai tata negara dan wawasan keduniaan,
sudah 1400 tahunhukum islam di berlakukan dibanyak negara islam. Ada juga
berannggapan bukan agama islam sudah sholat dan hukunnya wajib tidak cocok
dengan negara modern. Pemerintah india belanda telah mengganti hukum islam
tentang waris pada 1922 dan dijalankan pada 1934, juga ada upaya mengganti hukum
islam dalam pernikahan. Sudah banyak hukum islam telah menjadi adat isti adat yang
dapat dilihat dalam budaya pedesaan. Sebagian besar pahlawan yang berani
melakukan implementasi berdasarkan perjuangannya pada islam. Mudah mudahan
negara indonesia baru nanti berdasarkan islam dan menjadi negara yang tegak ,teguh,
kuat, dan kokoh.
Syarat mutlak adanya suatu negara harus ada daerah, rakyat, dan pemerintah
yang berdaulat menurut hukum internasional, juga syarat mutlak tentang pembelaan
tanah air. Tentang syarat mutlak pertama yaitu daerah, saya setuju daerah batas
Hindia Belanda, tetapi jika wilayah lain ingin bergabung,seperti contoh negari malaka
dan Borneo utara kita tidak berkeberatan terutama bukan yang menentukan tapi
saudara saudara kita yang ada di Malaka dan Borneo utara. Tentang syarat mutlak
kedua yaitu rakyat sebagai warga negara, tentunya penduduk asli Indonesia langsung
menjadi warga negara, sedangkan warga peranakan yang berkeinginan menjadi warga
negara harus diterima menjadi warga negara. Yang perlu dijaga adalah tidak terjadi
-
26
kewarganegaraan rangkap atau kehilangan kewarganegaraan.
Syarat mutlak kerja yaitu pemerintah berdaulat menurut hukum internasional.
Menurut dasar apa negara yang akan kita dirikan. Ada 3 uraian negara yaitu:
a. Persatuan negara (cenheidsetaat) atau negara serikat (Brudstaat ) atau
sebagai perubahan negara ( sttenbond)
b. Bagaimana hubungan negara negara dengan agama
c. Apakah republik atau monarhki
Untuk itu perlu kita ketahui dulu tentang negara dan ada keluarga teori,
berbangsa aliran pikiran tentang negara. Untuk pemerintahan berdaulat menurut hukum
internasional, kita harus membicarakan dasar sistem pemerintahan, apakah persatuan
negara, atau negara serikat atau persekutuan negara, bagaimana hubungan negara
dan agama, serta apakah berbentuk republik atau monarki. Untuk itu, perlu kita ketahui
dulu tentang negara.
a. Teori Individualisme Thomas Hobbes dan John Locke, Jean Jaques Rosseau, Herbert Spencer, serta H.J. Larki mengatakan bahwa negara ialah
masyarakat hukum yang disusun atas kontrak di antara seluruh individu di dalam
masyarakat tersebut. Dasar individualisme ada di negeri Eropa Barat dan
Amerika.
b. Teori Golongan Karl Marx, Engel, dan Lenin mengatakan bahwa negara
adalah alat dari golongan (kelas) untuk menindas golongan (kelas) lain. Negara
kapitalis adalah alat kaum borjuis untuk menindas kaum buruh. Oleh sebab itu,
perlu ada revolusi kaum buruh merebut kekuasaan agar kaum buruh ganti
menindas kaum borjuis.
c. Teori Integralistik Spinoza, Adam Muller, dan Hegel mengatakan bahwa negara bukan untuk kepentingan individu atau golongan, melainkan untuk
menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan. Negara
merupakan susunan masyarakat yang integral. Semua golongan menyatu
sebagai masyarakat organis. Negara tidak memihak pada golongan yang besar
atau kuat, juga tidak mementingkan kepentingan individu, tetapi menjamin
keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.
-
27
Kita tidak dapat meniru negara lain dan mencontoh dari luar hanya sebagai
peringatan saja. Tiap-tiap negara mempunyai corak sendiri dan mempunyai kultur
sosial sendiri sehingga yang baik bagi suatu negara belum tentu baik bagi negara lain.
Struktur negara Indonesia harus disesuaikan dengan struktur sosial Indonesia sendiri.
Sistem Eropa Barat dengan individualisme dan liberalisme telah memisahkan individu dari masyarakat sosialnya dan saat ini telah terjadi krisis rohani di sana. Sifat
ini harus kita jauhkan dari pembangunan negara Indonesia. Dasar susunan negara Uni
Soviet yang diktator proletariat mungkin cocok dengan kondisi sosial negeri Uni Soviet, tetapi dasar pengertian negara itu bertentangan dengan sifat asli masyarakat
Indonesia. Negara Jerman dengan nasional sosialisnya sekarang menyerah dalam peperangan ini. Prinsip totaliter berkaitan dengan persamaan darah serta daerah dalam
hubungan antara pemimpin dan rakyatnya. Prinsip nasional sosialis merupakan prinsip
persatuan antara pemimpin dan rakyat dan hal ini sesuai dengan adat ketimuran.
Negara Dai Nippon berdasarkan atas persatuan kekal antara kaisar, negara, dan rakyat. Tennoo adalah pusat rohani seluruh rakyat dan negara yang bersandar atas kekeluargaan. Dasar persatuan dan kekeluargaan ini sangat cocok untuk Indonesia.
Semangat kebatinan dan struktur kerohanian bangsa Indonesia bersifat dan bercita-cita
persatuan hidup, persatuan kawula dan gusti, persatuan mikrokosmos dan
makrokosmos, persatuan antara rakyat dan pemimpinnya. Sifat tata negara asli
Indonesia masih dapat dilihat sampai saat ini berupa desa, baik di Jawa maupun di luar
Jawa yang pemimpinnya bersatu dengan rakyatnya. Kepala rakyat yang memegang
adat senantiasa bermusyawarah dengan rakyatnya. Dalam suasana persatuan antara rakyat dan pemimpinnya, semua golongan diliputi suasana gotong royong semangat
kekeluargaan. Negara Indonesia nanti harus sesuai dengan sifat dan corak
masyarakatnya maka negara harus mengikuti aliran integralistik, yaitu negara yang
bersatu dengan rakyatnya dan mengatasi seluruh golongan dalam lapangan apa pun.
Teori negara integralistik tidak mengesampingkan adanya golongan dan individu.
Negara mengakui dan menghormati adanya golongan dalam masyarakat nyata, tetapi
semua individu dan golongan akan insaf pada kedudukannya sebagai bagian dari
organik dan negara seluruhnya.
Dalam negara persatuan ini hendaklah dipisahkan antara agama dan negara.
-
28
Kita tidak akan mendirikan negara Islam. Pengertian negara Islam berbeda dengan
pengertian Negara berdasar cita-cita hukum agama Islam. Pada negara Islam, negara
dan agama adalah satu. Turki sebelumnya adalah negara Islam, tetapi sejak 1924 Turki
tidak lagi negara Islam walaupun rakyatnya hampir seluruhnya beragama Islam. Mesir,
Irak, Iran, dan Saudi Arabia, masih negara Islam. Kita tidak akan meniru negara lain
dalam menyusun negara Indonesia, tetapi harus melihat pada keistimewaan
masyarakat Indonesia yang nyata. Indonesia mempunyai sifat berbeda dengan Mesir,
Irak, Iran, dan Saudi Arabia. Kita berada di Asia dalam lingkungan yang bukan Islam
krpus. Di Mesir, Irak, dan Iran pun masih ada aliran pikiran yang mempersoalkan
penyesuaian hukum syariah dengan kebutuhan internasional dan kebutuhan modern
aliran zaman sekarang. Jika kita akan mendirikan negara Islam, pemikiran tersebut
akan timbul di negara kita sehingga kita tidak mendirikan negara persatuan karena
mendirikan negara Islam berarti negara mempersatukan diri dengan golongan terbesar
yang akan menimbulkan minderhedan golongan agama kecil.
Hendaknya kita mendirikan negara nasional yang bersatu dalam arti totaliter.
Negara bersatu ini bukan negara yang tidak beragama. Negara bersatu ini tetap
memelihara budi pekerti luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur
yang semuanya itu memakai dasar moral yang dianjurkan oleh agama Islam. Kita tidak
mendirikan negara federasi, tetapi negara persatuan. Mengenai sentralisasi dan
desentralisasi, hal itu bergantung pada masa, tempat, dan soal bersangkutan. Apakah
monarki atau republik, itu hanya masalah bentuk. Yang penting adalah bagaimana
kepala negara menyatu dengan rakyatnya. Cara mengangkat pemimpin jangan meniru
cara Barat karena alirannya individualisme sehingga amat berbeda dengan corak
Indonesia. Untuk menjamin kepala negara terus menyatu dengan rakyat harus dibentuk
badan permusyawaratan. Kepala negara harus terus bergaul dengan badan ini supaya
mengetahui terus apa keinginan rakyat. Menyatunya pemimpin dengan rakyatnya harus
diteruskan sampai pada tingkat kepala daerah, bahkan sampai pada tingkat kepala
desa atau kepala adat.
Dalam negara integralistik, hubungan negara dengan ekonomi menggunakan
sistem sosialisme negara yang mengatur bahwa perusahaan penting akan diurus negara. Namun, negara akan menentukan di mana, pada masa apa, perusahaan apa
-
29
yang dapat dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau oleh swasta demi
kepentingan negara dan rakyat. Mengenai masalah tanah, negara menguasai seluruh
tanah dan tambang-tambang penting dikuasai negara. Namun, tanah pertanian tetap
dipegang oleh petani mengingat sebagian besar rakyat Indonesia adalah petani. Dalam
lapangan ekonomi negara akan bersifat kekeluargaan. Oleh sebab itu, sistem koperasi
harus menjadi dasar ekonomi Indonesia.
4. Substansi pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 Selama tiga hari berturut-turut sudah banyak yang berpidato, tetapi yang diutarakan
bukan yang diperlukan BPUPKI, yaitu dasar negara (philosophische grondslag). Apa arti merdeka? Merdeka merupakan suatu kemandirian politik (political independence).
Jangan terlalu jelimet mengartikan merdeka, jangan harus ada ini dan itu. Saudi
Arabia merdeka ketika lebih dari 80 persen rakyatnya buta huruf. Kemerdekaan itu
bagai jembatan dan di seberang jembatan. Itulah prinsipnya, kita sempurnakan
masyarakatnya. Jangan gentar dan jangan jelimet memikirkan harus ada ini dan itu
baru merdeka, tapi kita harus merdeka sekarang, sekarang, dan sekarang.
Uni Soviet, Saudi Arabia, Amerika Serikat, ternyata sanggup mempertahankan
kemerdekaannya. Apabila kemerdekaan dibandingkan dengan perkawinan, ada yang
berani lekas kawin, ada yang takut, ada yang harus tunggu punya rumah, dan
sebagainya baru kawin. Saudara kita si Marhaen berani kawin walaupun cuma punya
satu tikar dan gubug. Kita sekarang mau merdeka atau tidak.
Di dalam Indonesia merdeka barulah kita memerdekakan rakyat kita satu per
satu. Di dalam Indonesia merdeka kita sehatkan dan sejahtera rakyat kita. Kalau kita
sudah bicara tentang merdeka, kita bicarakan mengenai dasar, philosophische
grondslag, weltanschaung. Hitler mendirikan Jerman di atas national sozialistische
weltanschaung. Lenin mendirikan negara Soviet dengan Marxistische, Nippon mendirikan Dai Nippon di atas Tennoo Koodoo Seishin. Ibnu, yaitu Islam Saud mendirikan negara Saudi Arabia di atas dasar agama. Weltanschaung harus kita
bulatkan dulu sebelum Indonesia merdeka dan para idealis di dunia bekerja mati-matian
untuk menyusun dan merealisasikan weltanschaung mereka. Lenin mendirikan Uni
Soviet dalam 10 hari di tahun 1917, tetapi weltanschaung-nya sudah dipersiapkan sejak
1895. Adolf Hitler berkuasa pada tahun 1935, tetapi weltanschaung-nya sudah
-
30
dipersiapkan sejak 1922. Dr. Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok pada tahun
1912 tapi weltanschaung-nya sudah dipersiapkan sejak 1885, yaitu San Min Chu I.
a. Kebangsaan
Kita tidak mendirikan negara buat satu orang, satu golongan, tetapi buat semua
sehingga dasar pertama untuk negara Indonesia adalah dasar kebangsaan.
Kita mendirikan suatu negara kebangsaan Indonesia. Dasar kebangsaan bukan
kebangsaan dalam arti sempit. Arti bangsa menurut Ernest Renan, Le desir detre ensemble, kehendak akan bersatu. Otto Bauer juga menyatakan bangsa adalah persatuan perangai karena persatuan nasib. Kedua definisi
ini memang sudah ketinggalan begitu muncul ilmu baru geopolitik di mana persatuan manusia dengan tempat menjadi objeknya. Kita bukan cuma
membicarakan bangsa, melainkan juga tanah airnya. Rakyat Minangkabau yang
ada dimana-mana merasakan desir detre ensemble walaupun Minangkabau
hanya bagian kecil dari nusantara, demikian juga masyarakat Jogja, Sunda, dan
Bugis. Nationale staat meliputi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh wilayah
Indonesia yang merupakan satu kesatuan. Dalam sejarah kita cuma dua kali
mengalami nationale staat, yaitu di masa Sriwijaya dan Majapahit. Di masa
Mataram memang merdeka, tetapi tidak nationale staat. Orang Tionghoa klasik
tidak mau kebangsaan karena mereka memeluk paham Kosmopolitisme, tetapi untung ada Dr. Sun Yat Sen yang mengubah paham tersebut.
b. Internasionalisme
Dasar kebangsaan ada bahayanya, yaitu dapat menimbulkan chauvinisme yang bisa mengarah pada Indonesia uber alles. Kita cinta tanah air yang satu, merasa
berbangsa satu, dan punya bahasa yang satu, tetapi Indonesia hanya satu
bagian kecil dunia. Kita akan mendirikan negara Indonesia merdeka sekaligus
menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, internasionalisme tidak berarti
kosmopolitisme yang meniadakan bangsa. Internasionalisme tidak dapat hidup
subur bila tidak berakar di buminya nasionalisme, sedangkan nasionalisme tidak
dapat hidup di taman sarinya internasionalisme. Prinsip pertama dan kedua
-
31
saling bergandengan erat.
c. Mufakat, Perwakilan, dan Permusyawaratan
Kita tidak mendirikan negara untuk satu orang, satu golongan, tetapi semua
untuk semua, satu buat semua, semua buat satu, dan agar negara menjadi kuat
perlu permusyawaratan perwakilan. Untuk pihak Islam inilah tempat terbaik untuk
memelihara agama. Dengan cara mufakat kita perbaiki semua hal yang
bersangkut paut agama. Golongan agama dapat memanfaatkan dasar ini untuk
memperjuangkan kepentingannya.
d. Kesejahteraan Sosial Selama tiga hari belum terdengar prinsip kesejahteraan, prinsip tidak ada
kemiskinan di Indonesia. Apakah kita mau merdeka dengan kaum kapitalis
merajalela ataukah rakyatnya yang sejahtera? Di Eropa dan Amerika ada badan
perwakilan, tetapi nyatanya kapitalis merajalela di sana. Demokrasi yang kita
perlukan bukanlah demokrasi Barat, melainkan demokrasi yang memberi
penghidupan, yaitu demokrasi politik ekonomi yang mampu mendatangkan
kesejahteraan sosial. Kita mengenal cerita Ratu Adil di mana rakyat miskin
berjuang dan menciptakan dunia baru yang lebih sejahtera yang dipimpin oleh
Ratu Adil. Kita tidak saja memiliki persamaan politik, tetapi juga persamaan
ekonomi, yaitu kesejahteraan bersama. Badan permusyawaratan kita bukan saja
badan permusyawaratan politik demokrasi, melainkan juga mewujudkan dua
prinsip, yaitu politiche rechtvaadigheid dan sociale recht vaardigheid. Dalam
badan permusyawaratan kita bicarakan segala hal, termasuk urusan kepala
negara. Diharapkan semua kepala negara harus dipilih dan negara bukan
monarki.
Kita sudah punya empat prinsip, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, dan kesejahteraan sosial. Prinsip yang kelima adalah ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi setiap orang Indonesia hendaknya bertuhan
-
32
dengan tuhannya sendiri. Hendaknya rakyat bertuhan secara kebudayaan,
dengan tiada egoisme agama. Marilah kita jalankan agama secara berkeadaban,
saling menghormati. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur. Kelima dasar ini
tidak dinamakan Pancadharma karena dharma berarti kewajiban, sedangkan kita
saat ini membicarakan dasar. Kelima dasar ini dinamakan Pancasila karena sila
berarti asas atau dasar. Jika ada yang tidak senang, angka lima dapat diperas.
Kebangsaan dan internasionalisme kebangsaan serta peri kemanusiaan diperas
menjadi socio-nasionalisme. Demokrasi dan kesejahteraan diperas menjadi satu menjadi socio-democratie dan tinggal ketuhanan yang saling menghormati. Dari lima tinggal tiga, yaitu socio-nasionalisme, socio democratie, dan ketuhanan. Ketiga dasar ini dinamakan Trisila. Jika tidak
senang dengan angka tiga dan minta satu dasar, negara Indonesia adalah
semua buat semua, ada kata Indonesia tulen, yaitu gotong royong. Negara Indonesia yang kita dirikan harus berdasarkan gotong royong dan dasar yang
satu ini dinamakan Ekasila. Tidak ada satu pun weltanschaung yang menjelma menjadi realitas tanpa
perjuangan. Jika ingin merealisasikan Pancasila, perlu perjuangan. Dengan
berdirinya negara Indonesia tidak berarti perjuangan selesai. Justru, kita baru
memulai perjuangan, tetapi sifat dan coraknya lain.
Sesudah sidang resmi pertama, ada beberapa sidang tidak resmi selama
masa reses, antara lain, sidang Panitia 9 yang membahas Pembukaan (Preambule) Undang-Undang Dasar. Sidang ini ditangani oleh Moh. Hatta, Muh. Yamin, Subardjo, Maramis, Ir. Soekarno, K.H Abdul Kahar Muzakir, Wachid
Hasyim, Abikusno Tjokro Soejoso, dan Haji Agus Salim. Mereka berhasil
menyusun konsep Pembukaan UUD Indonesia merdeka yang mereka namakan
Piagam Djakarta dan ditandatangani pada tanggal 22 Juni 1945. Konsep ini
dilaporkan oleh Ir. Soekarno dalam sidang resmi kedua BPUPKI pada tanggal 10
Juli 1945. Di dalam konsep ini dasar negara berbunyi, Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
-
33
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setelah menyampaikan pembukaan ini, Ir. Soekarno menambahkan, antara lain, masuk di dalamnya ketuhanan dan
terutama sekali kewajiban umat Islam untuk menjalankan syariat Islam, masuk di
dalamnya kebulatan nasionalisme Indonesia, persatuan bangsa Indonesia
masuk di dalamnya, keadilan sosial, sociale recht vaardigheid masuk di
dalamnya. Maka oleh karena itu, panitia kecil penyelidik usul-usul berkeyakinan
bahwa inilah preambul yang dapat menghubungkan dan mempersatukan semua
aliran yang ada di kalangan anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ....
Dalam tanya jawab selanjutnya, ada pertanyaan yang isinya berkeberatan
tentang dimasukkannya hal yang mewajibkan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya dengan alasan bahwa hal ini dapat memunculkan permasalahan
antara hukum adat dan hukum agama, terutama dalam warisan (adat
Minangkabau) dan dalam masalah tanah (adat Maluku). Pertanyaan itu diajukan
oleh Latuharhary.
Jawaban Ir. Soekarno adalah, Barangkali tidak perlu diulangi bahwa
preambul adalah hasil jerih payah untuk menghilangkan perselisihan paham
antara golongan yang dinamakan golongan kebangsaan dan golongan Islam.
Jadi, manakala kalimat ini tidak dimasukkan, saya yakin bahwa pihak Islam tidak
dapat menerima preambul ini. Haji Agus Salim juga menambahkan keterangan
yang ada sangkut pautnya adat Minangkabau dengan syariat Islam.
Dalam sidang resmi kedua BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Ketua Panitia
UUD, Ir. Soekarno, melaporkan konsep Pernyataan Indonesia Merdeka. Pernyataan kemerdekaan ini mirip Declaration of Independence Amerika Serikat. Pernyataannya dimulai dengan bait pertama preambul Undang-Undang Dasar
(Djakarta Charter) yang dilanjutkan dengan alasan-alasan Indonesia menyatakan
kemerdekaannya, lalu masuk bait kedua preambul. Selanjutnya, dalam bait
ketiga terdapat pernyataan ... MENYATAKAN KEMERDEKAANNYA .... yang tercetak dengan huruf 33egara33 dan tebal. Dalam bait keempat preambul,
dasar negara masih seperti dalam Piagam Djakarta. Dasar negara tidak ada
perubahan sampai BPUPKI selesai bersidang.
-
34
Dalam sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Tyunoo Sangi Lu (sekarang Kementerian Luar Negeri), sidang diketuai dan dibuka oleh Ir. Soekarno yang
selanjutnya mempersilakan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya untuk
menyampaikan pidato yang isinya, antara lain, menghilangkan pernyataan
Indonesia merdeka dan pembukaan yang lama serta menggantinya dengan
pembukaan yang dirancang oleh panitia kecil. Selanjutnya, pembukaan tersebut
dibacakan dengan Bab IV Dasar Negara yang sudah berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ki Bagus Hadikusumo menyarankan agar pernyataan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab dihilangkan saja. Pada akhir sidang dimufakati bahwa pembukaan undang-undang dasar
yang dibacakan terdapat pada Bab IV Dasar Negara yang isinya seperti yang
ada saat ini, yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan ini Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia dianggap sah.
Antara kedua pidato usul dasar negara tersebut, baik dari Mr. Muh. Yamin
maupun dari Ir. Soekarno terdapat banyak substansi yang hampir sama.
Keduanya sama-sama mengajukan lima dasar dan sama-sama dimulai dengan
kata kebangsaan. Pada dasar kedua Muh. Yamin mengajukan peri kemanusiaan, sedangkan Ir, Soekarno mengajukan internasionalisme/peri kemanusiaan. Peri ketuhanan diusulkan sebagai dasar ketiga oleh Mr. Muh.
Yamin sementara Ir. Soekarno mengusulkannya pada dasar kelima. Dasar
keempat yang diajukan Mr. Muh. Yamin adalah peri kerakyatan, permusyawaratan, perwakilan, dan kesejahteraan. Sementara itu, Ir. Soekarno memasukkannya pada dasar ketiga, yaitu mufakat, perwakilan, dan
-
35
permusyawaratan. Dasar kesejahteraan rakyat diusulkan menjadi dasar kelima oleh Muh. Yamin, sedangkan Ir. Soekarno mengusulkan kesejahteraan sosial menjadi menjadi dasar keempat.
Dasar pertama, baik oleh Mr. Muh. Yamin maupun Ir. Soekarno diuraikan
cukup panjang. Dasar kerakyatan oleh Mr. Muh. Yamin juga diuraikan panjang dan lebih mendetail, sedangkan oleh Ir. Soekarno dasar mufakat diuraikan tidak begitu panjang dan mendetail. Mr. Muh. Yamin tidak memberi nama kelima
dasar yang ia usulkan, sedangkan Ir. Soekarno memberi nama Pancasila. Bahkan, oleh Ir. Soekarno kelima dasar tersebut masih bisa diperas menjadi tiga
dasar dengan nama Trisila dan masih bisa diperas lagi menjadi satu dasar dengan nama Ekasila.
Prof. Dr. Mr. Soepomo tidak memerinci dasar per dasar dalam pidatonya,
tetapi keseluruhan pidatonya mengandung substansi paham integralistik yang kuat sekali. Sayangnya, kumpulan pidato Drs. Moh. Hatta belum ditemukan
sampai saat ini. Namun, ada sedikit masukan bahwa pidato Drs. Moh. Hatta
yang menyangkut masalah hak individu kurang terlihat dalam pidato Mr. Muh. Yamin ataupun Ir. Soekarno dan tidak mungkin dimunculkan oleh Prof Dr. Mr.
Soepomo yang beraliran integralistik. Baik Mr. Muh. Yamin maupun Ir. Soekarno menekankan negara kebangsaan adalah negara semua untuk
semua. Paham tersebut tidak integralistik dan tidak individualistis. Sementara itu, paham integralistik sangat menitikberatkan pada persatuan antara pimpinan
dan rakyatnya serta persatuan dalam negara seluruhnya (totaliter).
Ketika Ir. Soekarno menyampaikan Pancasila bisa diperas menjadi Trisila
dan Ekasila, pada dasar gotong royong Ir. Soekarno sudah mendekati kesamaan substansi dengan pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo. Kebetulan Prof. Dr.
Soepomo merupakan ketua tim kecil perancang undang-undang dasar negara
Indonesia sehingga dalam batang tubuh UUD negara substansi Integralistik
terasa sekali.
Pengaruh aliran Islam cukup kuat dalam penyusunan dasar negara dan
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia walaupun tidak ada dari aliran Islam
yang menyampaikan pidato untuk dasar negara. Namun, dalam interupsi pada
-
36
pidato serta dalam tanya jawab pada sidang resmi kedua dan sidang-sidang
tidak resmi, terlihat sekali betapa kuatnya mereka ingin memasukan kewajiban syariat Islam dalam dasar negara maupun dalam batang tubuh Undang-Undang
Dasar Negara.
Dari Tim 9 yang dibentuk untuk menyusun Preambule Undang-Undang
Dasar terjadi diskusi tawar-menawar cukup alot antara aliran Islam dan negara
dan akhirnya muncul Preambule Undang-Undang Dasar dengan dasar negara
yang mencantumkan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya yang kita kenal dengan Piagam Jakarta. Paham komunis tidak masuk dalam penyusunan dasar negara dan Undang-Undang Dasar negara karena organisasi ini dibubarkan pemerintah
Jepang. Jepang menganut paham fasisme yang amat bertentangan dengan komunisme.
Suasana kebatinan ingin cepat merdeka dan ingin memanfaatkan
momentum yang ada (vacuum of power) ikut memengaruhi para pendiri bangsa
(founding fathers) dalam menyusun dasar negara. Hal ini disadari karena
sebentar lagi Jepang akan kalah dan sebentar lagi sekutu akan mendarat di
pusat kekuasaan di Indonesia yang ikut diboncengi pemerintahan Belanda atau
Nederlandsch Indi Civil Administratie (NICA). Sementara itu, para petinggi
Jepang di Jakarta ikut dalam sidang BPUPKI sehingga pengaruh kehadiran
mereka cukup besar dalam penyusunan dasar negara dan Undang-Undang
Dasar Negara. Salah satunya adalah pembuatan dokumen Pernyataan Kemerdekaan Indonesia yang ingin mencontoh dokumen Declaration of
Independence-nya Amerika Serikat. Di dalam dokumen ini tertulis peran besar
angkatan perang Jepang dalam membebaskan Indonesia dari penjajahan
negara Barat (Belanda) dan akhirnya memerdekakan Indonesia pada akhir
Perang Dunia II. Pada tanggal 18 Agustus saat sidang pertama PPKI ketika
Jepang sudah menyerah dan Indonesia sudah merdeka, pada awal sidang
langsung dinyatakan bahwa Pernyataan Kemerdekaan dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar lama dihilangkan dan diganti dengan pembukaan yang baru.
Dalam dokumen itu pernyataan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
-
37
pemeluknya sudah tidak ada lagi. Luapan kegembiraan merdeka serta suasana kekeluargaan yang kuat dan kewaspadaan yang tinggi untuk menghadapi
ancaman sekutu sementara tentara Jepang masih menunjukkan keberadaannya
telah menyelimuti para pendiri bangsa (founding fathers) untuk terus bermufakat
mengatasi perbedaan pendapat. Munculnya kerelaan untuk lebih mendahulukan
kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompok atau aliran telah
menghasilkan kesepakatan mengesahkan dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945. Tidak semua masalah prinsip telah diselesaikan dengan mufakat
karena masalah bentuk negara (monarki atau republik) diputuskan melalui
voting.
5. RANGKUMAN Dalam pokok bahasan di atas, kita telah mempelajari substansi isi pidato usul dasar
negara Indonesia yang disampaikan oleh tiga orang pembicara dan bagaimana
penyempurnaannya sampai pada teks yang ada saat ini. Substansi yang disampaikan
Mr. Muh. Yamin banyak kesamaannya dengan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno.
Ketika Ir. Soekarno sampai pada Ekasila gotong royong, substansi Prof. Dr. Mr.
Soepomo yang berupa negara integralistik negara identik dengan pemikiran Ir.
Soekarno. Ada suasana kebatinan dan kebijaksanaan yang kuat sekali dalam musyawarah para pendiri bangsa (founding fathers) ketika menyusun dasar
negara sehingga perbedaan yang tajam dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat.
Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap kegiatan belajar 1, cobalah
kerjakan latihan berikut ini!
1. Apa kesamaan dan perbedaan substansi antara perikemanusiaan dari Mr. Muh.
Yamin dan internasionalisme dari Ir. Soekarno dalam pidatonya ketika mengusulkan
dasar negara Indonesia?
2. Mengapa paham negara menurut Ernest Renan dan Otto Bauer sudah dirasakan
kuno pada saat penyampaian pidato mengusulkan dasar negara?
3. Mengapa paham integralistik saat itu begitu kuat, baik dalam penyampaian
-
38
sebagai usulan dasar negara maupun dalam pengumuman batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945 ?
4. Begitu kuatnya keinginan untuk memasukkan kewajiban menjalankan syariat
bagi pemeluknya dalam dasar negara membuat semua usul pembukaannya dalam
sidang kedua BPUPKI tidak diterima. Namun, pada awal sidang pertama PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 kalimat yang berbunyi kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluknya sudah dikeluarkan dari dasar negara. Suasana kebatinan apa yang
memengaruhinya?
5. Mr. Muh. Yamin mengusulkan kesejahteraan dalam pidatonya, sedangkan Ir.
Soekarno mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada yang berbicara tentang
kesejahteraan sosial. Apa perbedaan substansi antara kesejahteraan rakyat Mr. Muh.
Yamin dengan kesejahteraan sosial Ir. Soekarno?
Daftar Bacaan Bacaan Utama Sekretariat Negara. 1995. Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
-
39
Kegiatan Belajar 2
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
1. Pengalaman Masa Penjajahan Pengalaman atas penjajahan selama tiga setengah abad menumbuhkan hasrat
yang kuat untuk hidup bebas sebagai dambaan bangsa. Pengalaman atas penderitaan
dan kemiskinan selama itu melahirkan kesadaran akan prinsip kemanusiaan dan
keadilan. Pengalaman akan kebodohan dan keterbelakangan membangkitkan harga diri
dan semangat untuk maju. Sementara itu, pengalaman akan kelemahan dan
ketidakberdayaan menumbuhkan solidaritas dan komitmen terhadap sesama bangsa
sebagai satu kekuatan. Inti berbagai pengalaman dan semangat itu pada dasarnya
merupakan tuntutan pengakuan bangsa Indonesia sebagai manusia seutuhnya dan
perlakuan terhadapnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai pribadi.
Ciri hakiki manusia adalah kebebasan, bebas dari segala bentuk pemaksaan dan
penindasan serta bebas untuk merealisasikan diri sesuai dengan pilihannya.
Kebebasan adalah nilai fundamental yang melekat pada manusia sejauh itu merupakan
hak asasi yang tidak bisa diganggu gugat, yaitu bebas dalam berpikir, berkeyakinan,
dan berekspresi sesuai dengan bakat dan potensinya dalam seluruh bidang kehidupan.
Dalam Orde Baru ada kecenderungan untuk memperkecil arti kebebasan ini
karena dianggap membatasi kekuasaan pemerintah. Sebagai nilai etis sudah tentu
kebebasan menuntut pertanggungjawaban atas segala bentuk perbuatan yang dipilih.
Tuntutan akan kebebasan secara intrinsik bersifat antikolonialisme, antiperbudakan,
antiabsolutisme, dan antidiktator yang totalitarian.
Agar kebebasan itu berlangsung dengan baik tanpa mengganggu satu terhadap
yang lain karena pada hakikatnya manusia adalah individu yang sekaligus anggota
komunitas, mereka bergabung sebagai kontrak sosial untuk membentuk satu bangsa
dan mendirikan negara RI. Dengan demikian, lahirlah negara bangsa dan negara
hukum.
Tugas negara adalah melindungi para warganya agar dapat menjalankan hak,
kewajiban, serta pengembangan dirinya dengan tertib dan aman dengan menciptakan
-
40
iklim dan kondisi yang baik bagi eksistensi dan dinamika hidup mereka. Untuk itu,
pemerintahan negara merupakan kewenangan mengatur penyelenggaraan kehidupan
bangsa dan negara berdasarkan hukum yang ditentukan.
Dengan demikian, kekuasaan pemerintah tidak dibenarkan melanggar hak-hak
asasi yang melekat pada masing-masing warga negara sehingga justru harus
dipertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada rakyat sebagai sumber kekuasaan.
Hal itu berarti bahwa negara demokrasi dalam arti kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Bhineka Tunggal Ika Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku yang mempunyai adat istiadat, bahasa,
dan budaya serta keyakinan dan kepercayaan yang beraneka ragam. Dalam kondisi
kemajemukan itu, masyarakat Indonesia yang mengalami penjajahan sebagai nasib
bersama bertekad untuk mengusir penjajah dan memperjuangkan kemerdekaannya
bersama-sama. Persatuan tekad tersebut membuat masyarakat Indonesia menjadi eka
dalam kebinekaan yang harus selalu diisi dengan kebijakan dan usaha konkret demi
tercapainya tujuan bersama.
Persatuan tersebut tidak berarti hilangnya eksistensi dan ciri dari berbagai
kebudayaan yang menunjukkan kekhasannya masing-masing ataupun penyeragaman
yang menghilangkan kearifan lokal. Akan tetapi, persatuan tersebut justru merupakan
mozaik dari unsur-unsur yang membentuk kekuatan bersama. Kekuatan tersebut lebih
didorong oleh kesatuan sikap yang menghargai nilai-nilai fundamental yang disebut
dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai Pancasila.
Visi Bhineka Tunggal Ika dapat diperjelas melalui pendekatan multikulturalisme.
Masyarakat yang majemuk tidak dengan sendirinya adalah masyarakat multikultural.
Dalam teori multikulturalisme terkandung prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesetaraan gender, dan lain-lain yang menjadi acuan kuat dalam menganalisis masalah
serta konstelasi kemajemukan etnis dan kultural masyarakat dewasa ini. Dengan
pendekatan itu visi Pancasila secara tajam dan tepat dapat memahami dan sekaligus
memecahkan masalah kekerasan, sektarian, primordial, serta tantangan disintegrasi
dan bahaya separatisme dengan solusi yang lebih komunikatif, dialogis, adil, dan saling
menghargai demi tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.
Dengan semua hal itu Pancasila benar-benar berfungsi sebagai kesepakatan
-
41
bersama dari seluruh masyarakat untuk kejayaan dan kemaslahatan Indonesia baru.
3. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 Jika bicara tentang Pancasila, pada dasarnya kita mengacu pada prinsip-prinsip yang
dinyatakan sebagai dasar negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam
alinea 4 Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 45 merupakan kristalisasi seluruh
sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia sampai titik klimaksnya, yaitu
proklamasi kemerdekaan. Di situ tecermin visi dan kesadaran, cita-cita moral bangsa,
makna proklamasi kemerdekaan, dan negara RI yang dibangun sebagai institusi yang
mampu mengantar bangsa Indonesia mencapai dan mewujudkan keinginannya secara
bersama. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 45 harus dipahami sebagai satu
keseluruhan yang setiap alineanya mengungkapkan makna dalam kaitan fungsional
dengan alinea lain. Adapun butir-butir pemaknaannya dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Pertama: Visi dan Kesadaran Bangsa Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaaan dan perikeadilan. (Alinea 1)
Rumusan tersebut mencerminkan visi dan kesadaran bahwa bangsa Indonesia
mempunyai hak dan kemerdekaan atas dasar eksistensinya sebagai kelompok
manusia. Oleh karena itu, hak tersebut harus diakui dalam arti bahwa bangsa Indonesia
berhak untuk diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
(human dignity). Jadi, harkat dan martabat bangsa pada hakikatnya berakar pada
harkat dan martabat manusia.
Kedua: Cita-Cita Moral Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya. (Alinea 3)
Cita-cita moral yang tecermin di dalam rumusan ini adalah keinginan
berkehidupan kebangsaan yang bebas. Bebas dalam arti bebas dari penjajahan,
penindasan, kesengsaraan, kemiskinan, ketertinggalan, rasa takut, dan sebagainya. Di
samping itu, bebas juga berarti bebas untuk memiliki pendapat dan mengungkapkan
-
42
pendapat dalam arena publik, bebas untuk memilih keyakinan serta menghayati
keyakinannya secara terbuka, bebas untuk mengembangkan bakat dan potensinya
dengan mencari ilmu serta mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan
sebagainya. Ringkasnya adalah kebebasan untuk aktualisasi diri.
Ketiga: Legitimasi Perjuangan Kemerdekaan Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. (Alinea 2)
Rumusan tersebut menunjukkan pembenaran atas usaha-usaha bangsa untuk
membebaskan diri dari rintangan, tekanan, serta halangan yang dihadapi. Pembebasan
diri bangsa pertama kali dilakukan terhadap penjajahan untuk mencapai kemerdekaan
bangsa. Namun, disadari bahwa kemerdekaan pada dasarnya harus diperjuangkan
dengan berbagai bentuk usaha serta tingkat intensitasnya. Hal itu berarti bahwa
kebebasan pada dasarnya adalah pembebasan. Jadi, rumusan tersebut di atas merupakan legitimasi terhadap perjuangan revolusioner yang tidak berhenti pada
pencapaian kemerdekaan, tetapi secara lebih lanjut mengisi kemerdekaan melalui
berbagai tindakan dalam proses humanisasi. Oleh karena itu, semangat Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 adalah emansipatoris, yaitu memberikan aspirasi untuk bergerak melepaskan diri dari segala bentuk dominasi yang membelenggu diri manusia.
Keempat: Wadah Kelembagaan Kemudian dari pada itu maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu
undang-undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat .... (Alinea 4)
Rumusan itu menunjukan bahwa pembebasan hanya mungkin dicapai melalui
pembentukan negara bangsa Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
tujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Prinsip dasar keberadaan negara serta pedoman
pembebasan bangsa adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
-
43
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Secara khusus dinyatakan dengan tegas dalam Penjelasan UUD 1945
bahwa semangat Pembukaan UUD 1945 yang dituangkan di dalam undang-undang
dasar mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara lainnya, yaitu presiden,
kabinet, DPR, lembaga peradilan, penegak hukum, seperti hakim, jaksa, dan polisi,
serta pejabat dan birokrat untuk mematuhi budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita rakyat yang luhur. Artinya, etika politik dan etika profesi masing-
masing harus dipatuhi.
Dengan demikian, apa yang secara hakiki perlu dikemukakan tentang Pancasila
dan relevansinya dewasa ini? Secara ringkas dapat dikemukakan butir-butir berikut.
a. Pancasila pada dasarnya merupakan lima nilai dasar yang mencerminkan
harkat dan martabat manusia. Mematuhi prinsip ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial berarti menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia.
b. Cita-cita moral bangsa agar berkehidupan kebangsaan yang bebas
merupakan aspirasi utama dalam pergerakan nasional serta berlaku sampai
sekarang dan selanjutnya dalam menghadapi tantangan ke depan.
c. Sesuai dengan fungsi dan semangat emansipatorisnya, gerakan
pembangunan bertujuan membebaskan masyarakat dari berbagai rintangan dan
bentuk penindasan. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa gerakan pembebasan
akan menghadapi kekuatan yang melawannya karena kepentingan-kepentingan
yang melatarbelakanginya.
4. Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa
Jika ditinjau dari ukuran emansipasi sepanjang sejarah bangsa, pada umumnya dapat
ditentukan adanya tiga babak, yaitu periode revolusi, periode pembangunan, dan
periode reformasi. Pada setiap periode terungkap indikasi keberhasilan serta kegagalan
masing-masing.
Pertama: Periode Revolusi (19081950) Proses revolusi terwujud dalam gerakan memerdekakan bangsa dari penjajahan asing
sampai keberhasilannya mendirikan negara bangsa yang berkedaulatan rakyat dengan
hak self determination-nya, yaitu hak menentukan nasib melalui keputusannya sendiri.
-
44
Pembebasan melalui revolusi diawali dengan tumbuhnya pergerakan nasional yang
tecermin dalam berdirinya perkumpulan Budi Utomo (1908) untuk membangun
kesadaran serta kultur bangsa, dibentuknya organisasi politik serta organisasi
kepemudaan yang mencapai keberhasilannya dengan ikrar Sumpah Pemuda (1928),
hingga diraihnya puncak keberhasilan dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945. Proklamasi ini akhirnya diakui secara resmi oleh pemerintah Belanda dalam
Konferensi Meja Bundar di Den Haag (1949).
Periode revolusi ini telah berhasil dalam usaha emansipatorisnya karena mampu
mewujudkan cita-cita moral bangsa menjadi praksis (Horkheimer). Praksis adalah perpaduan antara kesadaran atau keyakinan yang tegas terhadap kebebasan yang menjadi hak setiap bangsa dan manusia sebagai warganya, kehendak dan tekad yang
kuat memperjuangkan hak kebebasannya itu, serta tindakan emansipatoris sebagai wujud pembebasan dan pembebasan diri dari berbagai bentuk penindasan. Revolusi
terwujud secara riil dalam tindakan yang beraspirasikan semangat patriotik melawan
penjajah demi kepentingan bersama serta sikap rela berkorban baik harta, benda,
keluarga, ataupun nyawa. Demikian pula, revolusi termotivasi oleh perjuangan untuk
kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan diri pribadi dan kelompok,
serta solidaritas nasional yang saling bahu-membahu melawan penjajah dan yang
bebas dari pertimbanganpertimbangan berbau suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA) ataupun primordialisme.
Kedua: Periode Pembangunan (19501998) Pembangunan diawali dengan pembangunan politik mel